• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 64

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008

Anugrah lutfi1*

PT. Bank Muamalat

*email korespondensi:

oeghalutfi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan aspek likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008. Populasi penelitian ini yakni seluruh bank syariah di Indonesia. Adapun Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 3 bank umum syariah dan menggunakan data tahun 2005 hingga tahun 2012. Analisis data menggunakan teknik t-tes paired. Teknik analisis yang digunakan adalah Paired Sampel t Test. Uji hipotesis menggunakan statistik untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah berdasarkan rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008 dengan tingkat signifikasi sebesar 5%. Hasil penelitian uji t atau teknik t-tes paired menyimpulkan bahwa terdapat tida terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan bank umum syariah berdasarkan rasio likuiditas diwakili oleh rasio Financing to Deposit Ratio sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008, sedangkan kinerja keuangan bank umum syariah berdasarkan rasio solvabilitas diwakili oleh rasio Capital Adequacy Ratio dan rasio rentabilitas diwakili oleh rasio Return on Equity sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008 menunjukkan tidak terdapat perbedaan dan tidak signifikan kinerja keuangan bank umum syariah sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008.

Kata kunci : FDR, CAR, ROE, dan Krisis Global

I. PENDAHULUAN

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, sudah selayaknya Indonesia menjadi pelopor dan kiblat pengembangan keuangan syariah di dunia.

Hal ini bukan merupakan ‘impian yang mustahil’ karena potensi Indonesia untuk menjadi global player keuangan syariah sangat besar, diantaranya: (i) jumlah penduduk muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah;

(ii) prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid;

(iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi investment grade yang akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi di sektor keuangan domestik, termasuk industri keuangan syariah; dan (iv) memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dijadikan sebagai underlying transaksi industri keuangan syariah. (Alamsyah, 2015)

Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius dan bersungguh- sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini

(2)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 65 dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan membawa ‘maslahat’

bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor riil karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga dampaknya lebih nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga mempunyai daya tahan yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global. Secara makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional. Ketiga, sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah akan membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik dana selaku deposan, pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku pengelola dana.(Alamsyah, 2015)

Sebagai sebuah negara yang perekonomiannya terbuka, Indonesia tak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global. Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang menerpa negara-negara lainnya, dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. Terjadinya krisis ekonomi global tahun 2008 disebabkan oleh adanya mekanisme pemberian kredit oleh berbagai lembaga keuangan di Amerika Serikat yang sangat ekspansif bernama Subprime Mortgage. Dalam mekanisme tersebut banyak peminjam dana yang mengalami kredit macet akibat tingginya tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral Amerika Serikat, sehingga menyebabkan lembaga keuangan dan penjamin simpanan menderita kerugian. Keadaan tersebut memicu hilangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan dan pasar keuangan. Keterikatan sistem keuangan dengan pasar keuangan global pada akhirnya membawa dampak krisis tersebut bagi perekonomian dunia.

Krisis ekonomi global telah mengakibatkan berbagai lembaga keuangan global mengalami kebangkrutan. Kondisi kebangkrutan dan kerugian tersebut, tentunya memberikan dampak yang cukup mengkhawatirkan dalam industri perbankan di seluruh dunia, tidak terkecuali industri perbankan syariah di Indonesia. Krisis keuangan menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga secara masif.

Krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah karena krisis keuangaan akan mempengaruhi bagi hasil pegusaha untuk mendapatkan laba optimal (Surdasono, 2009)

Penelitian terdahulu mengenai analisis perbandingan kinerja keuangan unit Usaha syariah berdasarkan aspek likuiditas, Solvabilitas, dan rentabilitas sebelum dan Sesudah krisis global 2008 yang diteliti oleh Hasanah dengan sampel penelitian yakni Unit Usaha Syariah BTN dan Unit Usaha Syariah Permata menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja baik berupa kenaikan maupun penurunan kinerja antara UUS BTN dengan UUS Permata, baik sebelum maupun sesudah krisis global.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hodijah mengenai Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum Dan Pasca Krisis Global Tahun 2008, dengan sampel penelitian yakni Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah dengan periode penelitian tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 menyatakan bahwa kinerja keuangan ketiga bank syariah yang menjadi sampel penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan

(3)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 66 sebelum dan setelah krisis global tahun 2008. Terjadi hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2011) dan Hodijah (2009).

Perbedaan hasil penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas, menarik untuk diuji kembali dengan menambah jumlah sampel dan periode tahun penelitian, maka penulis melakukan penelitian tentang: “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum Dan Sesudah Krisis Global tahun 2008”.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:

1.2.1 Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio likuiditas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008?

1.2.2 Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio solvabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008?

1.2.3 Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008?

II. PEMBAHASAN 1. Krisis Global

Krisis ekonomi Global merupakan peristiwa di mana seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia.

Menurut Winarno (2003) krisis berarti genting, gawat atau berbahaya.

Sedangkan menurut kamus besar ekonomi, crisis adalah keadaan tidak menguntungkan bagi perekonomian suatu Negara. Sehingga krisis ekonomi dapat diartikan suatu kondisi perekonomian dimana tidak baiknya atau buruknya suatu kondisi perekonomian suatu negara.

Pada triwulan ketiga terjadi krisis global yang disebabkan salah satu perusahaan besar di Amerika Serikat dinyatakan bangkrut. Setelah Lehman Brothers menyatakan bangkrut pada September 2008, dampak krisis subprime mortgage pada perekonomian global mulai menyebar.

Adapun dampak krisis tersebut bagi perekonomian Indonesia, ditandai dengan adanya penarikan dana dalam valas khususnya dolar AS oleh lembaga- lembaga keuangan kreditor dan investor di AS. Penarikan tersebut dilakukan dengan menjual sekuritas saham dan surat berharga utang yang dibeli sebelumnya dalam rupiah kemudian dibelikan dolar. Juga penarikan dana dilakukan dengan mencairkan dana yang telah ditempatkan pada bank-bank di Indonesia dan langsung dalam dolar. (Sudarsono, 2009)

Krisis keuangan ini menyebabkan dana yang direpatriasi berjumlah besar sehingga menimbulkan penjualan saham dan surat berharga utang dalam jumlah yang besar. Keadaan ini menjadikan harga sekuritas saham dan surat berharga utang akan turun sehingga indeks harga saham turun tajam. Hitungan suku bunga bagi surat berharga utang yang membayar pendapatan tetap (fixed income securities) akan naik. Penurunan harga sekuritas akan menimbulkan kerugian (capital loss) sehingga modal perusahaan dan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) menipis. (Sudarsono, 2009

(4)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 67 Turunnya kepercayaan terhadap pasar domestik menyebabkan permintaan terhadap dolar naik signifikan, yang berarti mengakibatkan nilai dolar terhadap rupiah naik. Depresiasi rupiah tidak saja disebabkan langsung oleh penarikan dana tersebut di atas, tetapi juga berpotensi diperparah karena lebih besar dari tingkat depresiasi mata uang di luar dolar. Depresiasi hampir semua mata uang di luar dolar karena dolar ditarik kembali untuk memback-up likuditas perusahaan AS. Keadaan ini menjadikan dolar semakin mahal karena dolar semakin langka dan permintaan dolar pun akhirnya meningkat. (Sudarsono, 2009)

Gejolak kurs akan berdampak pada kenaikan harga atau inflasi menjadi tinggi, serta sebagai dasar rasional terus timbulnya ekspektasi inflasi tinggi (the expectation of high inflation) yang pada gilirannya akan direalisasikan pada kenaikan harga atau inflasi terus meninggi dan timbulnya gejolak kurs. Keadaan ini menimbulkan keinginan melakukan currency substitution dari rupiah ke dolar. Apalagi kecenderungan ini dikaitkan dengan ekspektasi inflasi di Indonesia yang cukup tinggi dalam dua angka (double digits). Dalam kondisi seperti ini, semua kemungkinan ekonomi dapat berpotensi mengakibatkan gejolak rupiah terhadap dolar.

Gejolak kurs dan ekpektasi gejolak depresiasi rupiah yang besar dapat menyebabkan dana masyarakat berpindah atau lari ke bank yang berkualitas tinggi dan bank asing di dalam negeri dan di luar negeri (currency substitution). Gejolak itu juga akan mengakibatkan debitur bank mengalami kesulitan usaha, dengan konsekuensi selanjutnya tidak mampu bayar pokok utang dan bunga ke bank. Akibatnya, bank mengalami kesulitan likuiditas dan menyebabkan meningkatnya cost of fund sehingga bank tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada Dana Pihak Ketiga (DPK).

Ekspor non-migas Indonesia berpotensi tertekan dan merosot. Potensi ini berkaitan dengan melemahnya ekonomi AS dan negara-negara industri, sebagai dampak dari krisis keuangan AS. Di AS, dampak lanjut dari krisis subprime mortgage telah dan akan terus membatasi pembiayan dari perbankan ke sektor riil dan usaha sektor keuangan, serta menekan pengeluaran belanja para konsumen.

Dampak bagi perbankan Indonesia dengan adanya penarikan dana oleh investor luar negeri di berbagai perusahaan Indonesa mengakibatkan bank mengalami krisis likuiditas, penurunan nilai aktiva produktif (earning assets) dalam bentuk kredit dan surat berharga yang dibeli bank, penurunan kecukupan modal (CAR) terutama karena kerugian berasal dari pencadangan atas penurunan kualitas aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit. (Sudarsono, 2009)

Krisis keuangan menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga bank konvensional secara masif. Namun kenaikan tingkat bunga ini tidak mempengaruhi bank syariah secara langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti hanya dengan bunga. Namun bagi produk bagi hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah karena krisis keuangaan akan mempengaruhi bagi hasil pegusaha untuk mendapatkan laba optimal. (Sudarsono, 2009)

2. Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Dengan demikian, kinerja keuangan bank adalah gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik yang menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank (Jumingan, 2009;239) (Fisu dkk, 2020:2).

(5)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 68 Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Penilaian kondisi likuiditas bank berguna untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan. Sedangkan penilaian aspek profitabilitas berguna untuk mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sangat penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik akan memberikan dampak yang baik pula pada intern maupun bagi pihak ekstern bank.

Analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan, sebagai berikut (Jumingan, 2009; 239) :

a. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal, dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya.

b. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Hasanah, dengan judul penelitian, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Aspek Likuiditas, Solvabilitas, Dan Rentabilitas Sebelum Dan Sesudah Krisis Global 2008”. Adapun Hasil penelitian terhadap dua Unit Usaha Syariah yaitu UUS BTN dan UUS Permata masing-masing memiliki kesamaan dimana setelah terjadinya krisis global berdasarkan aspek likuiditas dan profitabilitas tidak menunjukkan perbaikan. Namun, beda halnya dengan aspek solvabilitas membuktikan bahwa setelah krisis global kinerja UUS BTN dan UUS Permata sama-sama menjadi lebih baik dan mengindikasikan kemampuan kedua UUS dalam mengatasi pembayaran utangnya yang lebih baik.

b. Hodijah, dengan judul penelitian, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank melalui Pendekatan Likuiditas, Solvabilititas dan Rentabilitas pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Indonesia ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja bank syariah melalui pendekatan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas terhadap Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling method. Kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS versi 17, analisis data dilakukan dengan menggunakan One Way ANOVA. Dari hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan antara bank syariah apabila dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

c. Ekowanti (2011), dengan judul penelitian, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Sebelum Dan Pasca Krisis Global Tahun 2008”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja bank syariah melalui pendekatan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas terhadap Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling method. Kemudian data diolah dengan menggunakan SPSS versi 17, analisis data dilakukan dengan menggunakan One Way ANOVA. Dari hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rasio likuiditas, sedangkan rasio solvabilitas dan rentabilitas tidak ada perbedaan antara bank syariah.

(6)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 69 III. KERANGKA KONSEP

Kajian terhadap kinerja Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Sebelum Dan Sesudah Krisis Global tahun 2008, dengan berdasarkan pada kerangka konsep mengarahkan pada pentingnya penggunaan rasio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan bank syariah. Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan untuk mengkaji lebih dalam kinerja keuangan bank syariah saat terjadi krisis global pada tahun 2008. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi para investor yang ingin menginvestasi uangnya di bank. Untuk lebih jelasnya kerangka teoritis disajikan skema sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

IV. HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Berdasarkan Rasio Likuiditas Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008.

Dari hasil pengujian data yang telah dilakukan penilaian kinerja keuangan bank umum syariah menggunakan rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

Dari hasil pengujian data yang dilakukan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008 berdasarkan rasio likuiditas menunjukkan rata-rata FDR sesudah krisis global tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,05%, hasil ini menunjukkan bahwa rasio likuiditas bank umum syariah sesudah krisis global tahun 2008 lebih likuid dibandingkan dengan kinerja keuangan bank umum syariah sebelum krisis global tahun 2008 pernyataan ini didukung oleh Dendawijaya (2009) menyatakan semakin tinggi rasio FDR memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Berdasarkan aturan peraturan Bank Indonesia nomor 15/7/PBI/2013 tentang “Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah Dan Valuta Asing” yang mengatur tentang penetapan batas bawah dan batas atas dari Financing to Deposit Ratio yakni target batas bawah minimal 78% sedangkan batas atas sebesar 93,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa FDR dari bank umum syariah masih sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yakni rata-rata sebesar 88,45% sesudah krisis global tahun 2008.

Berdasarkan analisa uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah berdasarkan aspek likuiditas di tinjau dari rasio Financing to Deposit Ratio dan signifikan. Sehingga berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan menerima hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan atas kinerja keuangan bank umum syariah berdasarkan aspek likuiditas yang diwakili oleh rasio FDR sesudah krisis global tahun 2008. Hal ini disebabkan pada krisis global tahun 2008 eskposure pembiayaan perbankan syariah yang

Kinerja Keuangan Bank Syariah:

- Rasio Likuiditas (FDR) - Rasio Solvabilitas (CAR) - Rasio Rentabilitas (ROE)

Sebelum Krisis Global Tahun

2008

Sesudah Krisis Global Tahun

2008

(7)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 70 masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global, selain itu bank syariah tidak mempunyai produk yang bersifat spekulatif dalam transaksi ekonomi.

Produk-produk spekulatif (gharar) mempunyai resiko tinggi terhadap kesinambungan ekonomi, terutama dalam pembiayaannya. Hal ini dapat berdampak terhadap pertumbuhan lembaga perbankan. Spekulasi produk juga berdampak terhadap dinilai tidak mempunyai daya tahan dalam direct hit krisis keuangan global. Sehingga ancamannya akan terbendung dengan berbagai produk yang realistis.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekowanti (2011) dengan hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan bank umum syariah ditinjau dari aspek likuiditasnya.

Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Berdasarkan Rasio Solvabilitas Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008.

Dari hasil pengujian data yang dilakukan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008 berdasarkan rasio solvabilitas menunjukkan rata-rata CAR sesudah krisis global tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 0,20%. Hal ini disebabkan karena pada saat terjadi krisis global pada tahun 2008 pembiayaan bermasalah akibat imbas krisis global tahun 2008 tidak terlalu besar dampaknya terhadap kualitas pembiayaan bank umum syariah sehingga penurunan rata-rata CAR bank umum syariah tidak signifikan.

Berdasarkan analisa uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah di tinjau dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan pada saat terjadi krisis global tahun 2008, pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah masih tetap stabil dengan kualitas pembiayaan yang cukup bagus. Hal ini terbukti dengan tingkat rata- rata NPF bank umum syariah setelah terjadi krisis global masih di sesuai standar Bank Indonesia yakni kurang dari 5%, sehingga tidak terlalu berdampak pada struktur modal yang dimiliki oleh bank umum syariah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Hasanah (2011) dengan hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan unit usaha syariah setelah terjadi krisis global tahun 2008.

Hasil Penelitian Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Berdasarkan Rasio Rentabilitas Sebelum dan Sesudah Krisis Global Tahun 2008.

Dari hasil pengujian data yang dilakukan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008 berdasarkan rasio rentabilitas diwakili oleh rasio ROE dimana rata-rata ROE sesudah krisis global tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 7,58%. Semakin besar rasio ROE menunjukkan kemampuan modal disetor bank dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin besar. Sehingga menurut Dendawijaya (2009) menyatakan rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih dari bank yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil uji beda yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah di tinjau dari rasio Return on Equity (ROE) dan tidak signifikan. Hal ini disebabkan pada saat terjadi krisis global tahun 2008, eksprosure pembiayaan dari bank syariah masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik sehingga kemampuan bank syariah dalam menciptakan laba bersih dari bank umum syariah masih tetap stabil. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata ROE bank syariah setelah terjadi krisis global tahun 2008 yakni rata-rata nilai ROE sebesar 7,58% yang berarti kemampuan bank syariah dalam menciptakan laba bersih semakin besar terhadap modal yang disetorkan pemegang

(8)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 71 saham. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2011) dengan hasil penelitian kinerja keuangan unit usaha syariah dari aspek rentabilitas tidak berpengaruh dan tidak signifikan setelah terjadi krisis global tahun 2008.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio likuiditas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008.

2. Tidak terdapat perbedaan dan tidak signifikan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio solvabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008.

3. Tidak terdapat perbedaan dan tidak signifikan kinerja keuangan bank syariah berdasarkan rasio rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global tahun 2008.

Saran

Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini untuk pihak- pihak yang berkepentingan dimasa mendatang demi pencapaian manfaat yang optimal, dan pengembangan dari hasil penelitian berikut:

1. Bagi pihak perbankan

a. Secara umum, kinerja perbankan syariah sesudah krisis global tahun 2008 lebih baik dibandingkan dengan sebelum krisis global tahun 2008. Akan tetapi, perlu adanya perbaikan agar kinerja perbankan syariah pada periode berikutnya lebih baik dari sebelumnya.

b. Sebaiknya bank umum syariah dalam penyaluran pembiayaan wajib memperhatikan aspek syariah sehingga bisa terhindar dari pembiayaan yang bersifat spekulasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel ini yakni rasio NPF, DER, ROA dan NPM agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan bank umum syariah pada saat terjadi krisis global.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal & Endri. 2008. Analisis Kinerja Dan Korelasi Antar Rasio Keuangan Industri Perbankan Nasional. Modus Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol.20 (2) : 154- 163.

Alamsyah, H. (2012). Perkembangan dan prospek perbankan syariah Indonesia:

Tantangan dalam menyongsong MEA 2015. Makalah disampaikan pada Ceramah Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-18 IAEI,(13 April 2012).

Chapra, M. Umer dan Tariqullah Khan. (2008). Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah.

Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Dendawijaya, Lukman, (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta. PT Ghalia Indonesia.

Ekowanti, E. (2011). Analisis perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan pasca krisis global tahun 2008 (studi kasus Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah periode 2006-2009) (Doctoral dissertation, IAIN Walisongo).

Fisu, A. A., Didiharyono, D., & Bakhtiar, B. (2020). Economic & Financial Feasibility Analysis of Tarakan Fishery Industrial Estate Masterplan. In IOP Conference

(9)

Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 3, No 2, Juli 2020| 72 Series: Earth and Environmental Science (Vol. 469, No. 1, p. 012002). IOP Publishing.

Hayat, H. (2014). Globalisasi Perbankan Syariah: Tinjauan Teoritis Dan Praktis Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 11(2), 293-314.

Hasibuan, M. S. (2009). Dasar-dasar perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanah, Lilies. (2011). Analisis perbandingan kinerja keuangan unit usaha syariah berdasarkan aspek likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas sebelum dan sesudah krisis global 2008. Program pascasarjana Program studi timur tengah dan islam Jakarta Universitas Indonesia.

Ihsan, I. N., Ulfah, Y., & Azis, M. (2017). Analisis perbandingan kinerja keuangan bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Jurnal Manajemen, 9(1), 24-30.

Jumingan. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Kasmir, (2002), Dasar-dasar Perbankan, Jakarta PT. Rajagrafindo Persada.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Muhammad. (2005). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN.

Slamet, R. (2006). Banking Assets and Liability Management (Edisi Ketiga). Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Antonio, M. S. I. (2001). Bank Syariah: dari teori ke praktik. Gema Insani.

Sudarsono, H. (2009). Dampak krisis keuangan global terhadap perbankan di indonesia:

perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah. La_Riba, 3(1), 12-23.

http://www.bi.go.id/

http://www.bankmuamalat.co.id/

http://www.syariahmandiri.co.id www.megasyariah.co.id

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Huruf pada pesan dicari dengan huruf yang memiliki nilai range dimana nilai hasil encoding terdapat pada range tersebut (lihat Gambar II-10). Range dari huruf

Dengan pendekatan semiotik, peneliti mencari apa yang dianggap sebagai penanda utama puisi, menelaah kata-kata yang digunakan secara denotatif dan konotatif, melakukan

Struktur mikro yang lebih halus dan SDAS yang semakin kecil berpengaruh terhadap peningkatan sifat mekanik yaitu kekerasan material meningkat. Peningkatan kekerasan

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada karyawan, diperoleh hasil bahwa investasi sistem dan teknologi informasi menyediakan akses keluar atau pertukaran data yang

Masih rendahnya beban kerja petugas keamanan kampus dan sangat jarangnya proses pemeriksaan surat kendaraan sebagai proses seleksi pengamanan obyek yang keluar dari kampus

Dalam hal ini, seringkali pemerintah kota atau daerah mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai dengan keinginan pedagang kaki lima seperti menertibkan dengan

Pendapat yang sama yang diungkapkan oleh Irmawita (2016:124) bahwa faktor resiko kejadian preeklampsia adalah Ibu hamil yang memiliki janin kembar lebih

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen (S.M.) pada Program