• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBEU TELEPON SELULAR

Oleh:

Intan

Sturayya

NIM :103070029100

skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana (81)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MEMBELI TELEPON SELULAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

INTAN STURAYYA

NIM: 103070029100

Oi Bawah Bimbingan

Abdul Rahman Shale ,M.Si

NIP. 150293224

Pembimbing II

Yunita Faela Nisa,M.PsLPsi

NIP. 150368748

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 30 Agustus 2007

Sidang Munaqosah

Sekertaris Merangkap Anggota

HRセ

OAセ

Dra. ZahroturiNiha Nip. 150238773

M.Si

Penguji I

セCj_

,

Drs. Sofiandy Zakaria, IV1 Psi

1

Abdul Rahman Sh_5h,MSi NIP. 150293224

Anggota·

Pembimbing II

Yunita Faela Nisa,MPsiPsiN ⦅ M M ⦅ N セ

(4)

menye!:uaikan diti fethadap petubahan bMat

yang akan muncul.

Caiyo

UH

-Unknown-Pangkal di!:iplin

adalah

kefetafutan

dalam hidup yang

bi!:a

diaiatkan pada

(5)

Ayahhandaku

セN

Mudaitn dan Ibundaku

セッャ・」ィ。

AZ・セエ。

kenang-kenangan

セ・ョオィ

tnakna

fot All My 8tothBt

g

aョエONセゥセエbエ

g....

Achtnad Yan Muhani!:, Daan Dini

kィ。ゥセオョョゥ、。L

セ。ャ・ィ

Alfan

セケオセゥL

t:!:thi

nオセ

Rahayu, Mochatnad

セケ。ィセオ

Ridwan, Abdul Aziz,

nオセ

Ai!:yah

Mukatotntnah, I=idelya I-fanan

セ。カ。L

z。ィセ。ョ

aャァィゥヲ。セゥN

fセpbサAゥqiOケ

fot AhmQrfZQky

And al!:o tny lovely Mend!:.

Thank you

カ・セケ

tnuch

ヲッセ

・カ・セケエィゥョァ

..

(6)

(B) Agustus 2007 (C) Intan Sturayya

(D) Hubungan Antara Gaya Hidup dan Self Esteem dengan Kriteria Evaluasi membeli Telepon Selular

(E) xviii + 119 hCllaman +41 Lampiran

(F) Telepon selular sebagai alat komunikasi merupakan salah satu hasil dari

teknologi canggih. Keberadaannya telah menjadi kebutuhan yang sangat

penting bagi masyarakat, baik dari segi fungsinya yang dapat

mempermudah akses komunikasi dalam kehidupan sehari-hari maupun dari segi estetika, Produsen telepon selular seakan berlomba untuk meneari alternatif baru dalam teknologi selular untuk menjaring pasar, karena itu hanya dalam hitungan bulan saja kita sudah banyak disajikan pilihan-pilihan baru,

Konsumen disuguhkan dengan banyak pilihan, sehingga dalam membeli telepon selular dibutuhkan banyak pertimbangan, Yang menjadi

pertanyaan adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan self esteemkonsumen dalam pemilihan suatu produk selular sebelum pada keputusan membeli?

Hawkins (2001) menjelaskan bahwa gaya hidup konsumen menjadi bagian yang mempengaruhi keputusan konsumen, sedangKansefT esteem menurut Coopersmith (1967), dilihat sebagai penilaian personal terhadap dirinya sendiri yang meneerminkan seberapa besar dirinya mampu, berarti, sukses, dan dihargai yang diekspresikan melalui sikapnya sendiri. Ini berarti turut mempengaruhi perilaku konsumen,

Membeli adalah perilaku individu dalam memilih sebuah produk berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, Proses

pembelian telepon selular melibatkan beberapCl aspek, baik aspek produk maupun dari aspek individu sebagai konsumerL Dari sisi produk yang dilihat adalal-, kriteria evaluasi sedangkan dari aspek individu meneakup kepribadian, self esteem, gaya hidup, nilai yang dianut serta daya beli. Dalam pendekatan Islam, seseorang dengan gaya hidup dan self esteem

dalam tingkatan tertentu akan menjadikan seseorang menjadi serakah dan sombon,g, Orang yang serakah dan sombong selalu bersikap

(7)

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasionaL Metode pengambilan sampel dengan

menggunakan met ode nonprobability sampling dengan cara accidental

sampling, Sampel dalam penelitian ini berjumlah 137 orang mahasiswa, 50 orang pada tryout dan 87 orang responden untuk penelitian

sebenarnya, Hasil ini diperoleh berdasarkan rumus Siovin (1960) dengan batas kritis 10 %

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan 3 skala, yaitu skala gaya

hidup, self esteem inventorydari Coopersmith (1967)dan skala kriteria

evaluasi dengan kuesioner, Data yang diperoleh dari penelitian ini diolal'l

dengan menggunakan analisis statistik yaitu multiple regression

Dari hasil anal isis regresi berganda diperoleh r hitung pad a kedua variabel

independen (gaya hidup 0,083 dan self esteem 0.016) berada dibawah

nilai r tabel (N = 87; a = 5%, 0,213), Selain itu diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,007, Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa

gaya hidup dan self esteemtidak dapat menerangkan variabel kriteria

evaluasL Gaya hidup dan self esteemdapat menerangkan variabilitas

sebesar 7 % dari kriteria evaluasi, selebihnya sebesar 93 % kemungkinan diterangkan oleh varia bel lain.

Berdasarkan hasil hipotesis diperoleh Ha ditolak dan Ho diter'lma, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara gaya hidup danself esteem dengan kriteria evaluasi. Secara

umum telepon selular masih dipandang sebagai produk yang sifatnya fungsional dan belum dapat dikatakan sebagai produk fashion yang dapat

menggambarkan gaya hidup dan self esteemseseorang, Hal ini

asumsikan karena populasi sampel dalam peneltian masih berada pada tingkat ekonomi menengah kebawah, halil'J terlihat dari gambaran

subyek penelitian berdasarkan penghasilan pribadi, pengeluaran perbulan dan pendapatan orang tua.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular. Tidak ada hubungan yang signifikan

antara self esteemdengan kriteria eval'-lasi membeli telepon selular. Tidak

(8)
(9)

From double regress analysis is gained by r account in second independent variable (lifestyle 0.083 and self-esteem 0.016) refer under r value table (N=87; a

= 5%, 0.213). Despite coefficient determination is gained about 0.007. From this

result is known that lifestyle and self-esteem can not explain evaluation criteria variable. Lifestyle and self-esteem explain variability about 7% from evaluation

criteria, other aboutYSセOッ may be explained byother variable.

Based on hypotheses result is gained Ha rejected and Ho accepted, it can be assumed that there is no significant relation between lifestyle and self-esteem with evaluation criteria. Generally, cellular phone is still used as functional product and not as fashion product yet which can describe personal lifestyle and self-esteem. This assumption come because population of this sample still at economical level, that case can be seen from research subject description based on personal result, monthly credit and parent's income.

(10)

Assalamu'alailwm Wr. Wb

Puji dan syukur penu/is panjatkan kahadirat Allah SWT yang telah me/impahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penullis dapat

menye/asaikan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Gaya Hidup dan Self Esteemdengan Kriteria Evaluasi Membeli Telepon Selular".

Sha/awat serta sa/am tak /upa dihadiahkan teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang te/ah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Oengan segala kerendahan hati dan keinginan untuk berbuat yang /ebih baik, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Skripsi ini dapat terse/esaikan tidak dapat ter/epas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat perkenankan/ah penu/is untuk mengucapkan terima kasih yang menda/am kepada:

1. Ibu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si se/aku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah dan pembimbing akademik yang te/ah

memberikan pengarahan dan perhatian kepada penu/is ss/ama menjalani proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Abdurrahman Saleh, M.Si se/aku dosen pembimbing I dan Ibu Yunita Faela Nisa,M.Si selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar te/ah menyumbangkan pendapatnya, memberikan motivasi, rasa percaya diri dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat mengatasi hambatan-hambatan da/am penyusunan skripsi ini.

3. /bu Ora. Zahrotun Nihayah,M.Si. Se/aku Pembantu Oekan bidang akademik yang telah memberikan pengarahan dan perhatian kepada se/uruh mahasiswa.

4. Yang teristimewa Ayahhandaku dan .bundaku yang senantiasa mendoakan dan memberikan yang terbaik kepada penulis. Setiap untaian doa yang ayah dan ibu panjatkan merupakan sumber kekuatan bagi ananda untuk menja/ani hidup. All My Brothers and My Little Sisters, /Love You All.

(11)

7. Teman-teman Koridor "VG. Lamyuzard" (K Gade, Gus Indjoenk, K Heru, Rina, Adon, Iwil, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, K Agus, Ali S.Psi, Agung S.Psi, Rini S.Psi, Laila H. Teman-teman Cha-Chamers (Iryn, Ika, Lucky S.Psi, Dian, Suei, Neneng) yang memberikan kesan indah akan kebersamaan selama PKL di PSAA. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

8. Seluruh dosen beserta Stafnya yang penulis kagumi dan teladani especially to Mr. Asep, Mrs. Agustyawati, Mr. Sofyandi Zakaria, terima kasih atas ilmu, nasehat, saran, ide, serta motivasi yang telah kalian berikan kepada penulis.

9. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh Staf

Perpustakaan Psikologi yang telah memberikan bantuan pinjaman buku sebagai bahan referensi, terutama Pak Haidir.

10. Teman-teman angkatan 2003 khususnya kelas C (Ina, Wulan, Nia, Fany, Ayu, Lietha, Ajeng, Joya, Andien, Ira S.Psi, Siti N, Awink, Yoga, Nita, lis, Inonk, Mia, Novi, Don, Ipeh, Evi. Pokoknya yang ada diabsen kelas C yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah mengisi keKosongan dan kebersamaan selama penulis menempuh pendidikan sampai akhirnya bisa jadi Intan Sturayya S.psi

11. Seluruh perwakilan mahasiswa Psikologi UIN yang telah berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Semua bantuan dan kebijaksanaan yang telah diberikan kepada penulis yang tak ternilai harganya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT Amin ...

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca serta penulis sendiri.

Jakarta, 30 Agustus 2007

(12)

2.1.1.3. Alternatif yang dipertimbangkan 21

2.1.1.4. Mengevaluasi alternatif , 22

2.1.2. Telepon Selular

2.1.2.1. Pengertian ponsel .. 23

2.1.2.2. Fungsi ponsel 24

2.1.2.3. Faktor yang mempengaruhi penilaian

karakteristik ponsel 25

2.1.3. Kriteria evaluasi ponsel 27

2.1.3.1. Faktor yang mempengaruhi penilaian

kriteria evaluasi 32

2.1.3.2. Keputusan untukAtribute-Based Choise 36 2.1.4. Gaya Hidup

2.1.4.1. Pengertian gaya hidup 37

2.1.4.2. Pengukuran gaya hidup 40

2.1.5. Self Esteem

2.1.5.1. Pengertian self esteem 46

2.1.5.2. Faktor-faktor self esteem 49

2.1.5.3. Karakteristik self esteem 53

2.1.6. Gaya hidup dan self esteem

dalam pandangan Islam.. 55

2.2. Kerangka berpikir 59

2.3. Hipotesis penelitian 63

BAB ill METODOLOGI PENELITIAN 64-84

(13)

65 66 67 69 71 71 77 77 81 82 84 3.1.3.1. Definisi varia bel.. .

3.1.3.2. Definisi operasional . .

3.2. Pengambilan sampel

3.2.1. Populasi dan sampel . 3.2.2. Teknik pengambilan sampel , 3.3. Metode pengumpulan data .

3.3.1. Metode dan instrumen .

3.3.2. Teknik pengumpulan data .

3.3.3. Teknik uji instrumen .

3.3.4. Hasil uji coba instrumen .

3.4. Prosedur penelitian .

3.5. Teknik analisis data .

BAB IV PERSENTASI DAN ANALISA DATA 86-111

4:1. Gambaran umum subjek , .. 86

4.1.1. Berdasarkan jenis kelamin 86

4.1.2. Berdasarkan usia , , 87

4.1.3. Berdasarkan penghasilan pribadi 87

4.1.4. Berdasarkan pengeluaran 88

4.1.5. Berdasarkan status kepemilikan ponsel 90

4.1.6. Berdasarkan merek ponsel 90

4.1.7. Berdasarkan pekerjaan orang tua 90

4.1.8. Berdasarkan pendapatan orang tua 92

4.2. Persentasi data 93

4.2.1. Uji persyaratan 94

(14)

4.3.2. Regresi aspekselfesteem-kriteria evaluasi... 101 4.3.3. Regresi variabel independen & dependen 104

4.4. Hasil tambahan 107

4.4.1. Uji beda gaya hidup .. , 107

4.4.2. Uji beda self esteem , 109

4.4.3. Uji beda kriteria evaluasi ,. 111

BAS V KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 113-119

5.1. Kesimpulan 113

5.2. Diskusi . , . , 114

5.3. Saran .. 117

5.3.1. Saran teoritis 118

5.3.2. Saran praktis 119

(15)

Tabel2.1 Tahapan adopsi dalam pengambilan keputusan 26 Tabel2.2 Pengelompokan studi tentang gaya hidup 40

Tabel2.3 Dimensi gaya hidup AIO 45

Tabel3.1 Blue print skala AIO 74

Tabel3.2 Blue print skala Self Esteem 75

Tabel3.3 Blue print skala Kriteria Evaluasi 77

Tabel3.4 Kaidah reliabilitas Guilford 80

Tabel4.1 Subyek berdasarkan jenis kelamin 86

Tabel4.2 Subyek berdasarkan usia 87

[image:15.531.37.453.175.556.2]

Tabel4.3 Subyek berdasarkan penghasilan pribadi 88 Tabel4.4 Subyek berdasarkan pengeluaran per bulan 89 Tabel4.5 Subyek berdasarkan status kepemilikan telepon 90 Tabel4.6 Kategori subyek menurut merek telepon selular 91

(16)

Gambar 4.1 Q-Q Plot Gaya Hidup

Gambar 4.2 Q-Q Plot Self Esteem

Gambar 4.3 Q-Q Plot Kriteria Evaluasi

95

96

[image:16.522.57.435.170.516.2]
(17)

1.1

Latar Belakang Masalah

Teknologi informasi sampai saat ini berkembang pesat seiring dengan penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan teknologi informasi, mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah maupun dua arah (interaktif).

Penemuan di bidang teknologi dapat memberikan kemudahan-Kemudahan bagi kita. misalnya dalam melakukan pertukaran informasi, transaksi maupun transportasi. Perkembangan teknologi juga meningkatkan standar hidup manusia, meningkatkan mutu informasi, hiburan dan pendidikan.

(18)

telekomunikasi yang sangat berguna dan merupakan alat komunikasi pertama dalam sejarah perkembangan telekomunikasi (Wahyudi, 2002). Melalui telepon, kita dapat berbicara dengan seseorang dalam jangkauan jarak jauh dengan bantuan sinyallistrik.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, telepon sebagai alat komunikasi yang dulunya merupakan perangkat yang masih

menggunakan kabel, kini telepon tidak lagi menggunakan kabel sehingga memudahkan kita untuk dibawa kemana saja dengan praktis. Telepon tanpa menggunakan kabel ini dikenal dengan nama telepon selular (ponsel), telpon genggam (telgam) atau handphone (HP).

Telepon genggam - disingkat telgam - atau seringnya disebut handphone (disingkat HP) atau disebut pula sebagai telepon selular (disingkat ponsel) adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional namun dapat dibawa ke mana-mana Hーッイエ。「・セ dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless). (wikipedia, 2007)

(19)

penerimaan pesan singkat (short message service; 8M8). Telepon-telepon yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan internet (WAP, GPR8, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang menambahkan jasa videophone maupun televisi online di telepon genggam mereka (wikipedia, 2007).

Dewasa ini kehadiran telepon selular telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat baik secara fungsional maupun estetika. Telepon selular menghadirkan sebuah aspek fenomenal dalam kehidupan manusia modern karena manusia seolah-olall tidak terikat lagi dengan waktu dan tempat untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain dari belahan dunia yang berbeda. Dengan demikian kehidupan manusia pun menjadi lebih mudah, akses informasi menjadi gampang bahkan nilai harga diri manusia dan gaya hidup penggunanya menjadi lebih tinggi.

. Hampir setiap bulan konsumen akan menemui model terbaru dari telepon selular, walaupun model terbaru tidak berbeda jauh dari model sebelumnya namun kehadirannya dapat memancing konsumen untuk selalu mengganti ponsel yang dimilikinya dengan ponsel keluaran terbaru. Realisasi

(20)

seluler diperkirakan tumbuh menjadi 38-40 juta pengguna, perkembangannya bisa meneapai 45 juta pengguna (Novianto, 2005).

Tahun 2005 ini, sudah 2 kali Mahasiswi tingkat akhir perguruan tinggi swasta ini membeli handphone. Sepertinya kurang afdol kalau ia tidak berganti-ganti handphone untuk mengikuti trend handphone terbaru. Kalau saja perilaku pengguna handphone sejenis Fitri banyak jumlahnya, tentunya pasar handphone di Indonesia sangat mengg·lurkan bagi para produsen handphone.

Kenyataan berdasarkan hasil survey yang dilakukan Pixel Research di Jakarta baru-baru ini menunjukkan bahwa ada 24.6% pengguna Handphone yang mengganti handset lebih dari 2 kali dalam 2 tahun, yang jika dirata-ratakan dalam setahun mereka membeli handphone lebih dari sekali. Selain itu, sebanyak 32.3% pengguna handphone membeli handphone 2 kali dalam 2 tahun. Sehingga kalau ditotal ada 56,9% pengguna handphone yang ganti Handphone minimum setahun sekali.

(21)

usia sekolah dasar, taman kanak-kanak bahkan balita pun saat ini telah akrab dengan teknologi ini. Tidak hanya sekedar meminjam HP orang tua untuk bermain game, tapi mereka sendiri juga telah memiliki HP (Wijayanti, 2006)

Manfaat yang bisa kita dapatkan dari HP memang sang at besar. Sebagai contoh dengan adanya HP komunikasi antara orang tua dan anak akan lebih lancar. Apalagi dengan kondisi seperti saat ini, ketika orang tua dan anak mempunyai banyak kesibukan masing-masing sehingga waktu untuk

bersama berkurang, keberadaan alat yang mempermudah komunikasi dirasa sangat membantu. Namun di samping memberikan manfaat, penggunaan HP juga dapat mendatangkan berbagai pengaruh buruk. HP sebagai alat

komunikasi dapat membawa informasi negatif bagi usia yang belum pantas untuk mengetahuinya, misalnya saja banyak banyak pesan dan gambar "khusus orang dewasa" yang beredar bebas. Informasi negatif ini tentu saja bisa mempengaruhi psikologis anak, sehingga membuat mereka tertarik untuk mencoba hal-hal yang seharusnya belum boleh meraka lakukan. Perilaku konsumtif juga mudah terpicu dalam penggunaan HP ini. Begitu seringnya muncul jenis HP baru, yang tidak hanya menawarkan teknologi yang mutakhir tapi juga design baru yang disesuaikan dengan selera

(22)

pengguna HP untuk berpartisipasi dengan pulsa premium yang biayanya 10 kali lipat putsa biasa. Selain dampak negatif di atas, penggunaan HP pada anak juga rentan terhadap bahaya. Baik bahaya perampokan maupun

bahaya terhadap otak yang ditimbulkan oleh getombang elektromagnetik HP. (Wijayanti, 2006)

Industri setular di Indonesia tumbuh sangat mencengangkan dari hanya segetintir orang dan merupakan barang "wah" sekarang menjadi dagangan yang laris manis dan kini pengguna selular Indonesia kurang lebih mencapai 60 juta nomor, selular tetah mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hitung saja berapa kebutuhan pokok ketuarga anda. Beras misatnya 15 ribu, tagihan

tistrik 200 ribu, air 150 ribu, bagaimana dengan pengetuaran putsa anda dan keluarga? saya yakin di atas angka kebutuhan primer anda seperti sandang pangan dan papan (Umi, 2007)

Dalam situasi persaingan antar merek yang begitu ketat, konsumen

(23)

Dalam riset ini juga terlihat masih belum bergesernya pertimbangan

konsumen dalam memilih merek handphone yang akan dibeli. Pertimbangan sebagian besar pengguna handphone dalam memilih handset yang akan dibeli dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu Merek, Harga dan Model (Admin, 2007)

Merek telepon selular atau handphone yang masih dianggap popular di Indonesia masih bekisar pada tiga produsen terbesar yaitu Nokia, Motorola, dan Sony Ericson. Penyebabnya adalah selain karena harganya yang murah, operasionalnya pun mudah dan banyak pilihan produk yang bervariasi

disertai dengan fitur-fitur yang canggih.

Dari hasH wawancara penulis dengan beberapa mahasiswa tentang seberapa besar pengaruh gaya hidup dan self esteemseseorang terhadap kriteria evaluasi, mereka berpendapat bahwa gaya hidup dan self esteemseseorang berpengaruh dalam memilih sebuah produk telepon selular yang

digunakannya. Kepentingan setiap orang dalam memilih telepon selular berbeda-beda. Biasanya seseorang menentukan beberapa kriteria evaluasi sebelum membeli telepon selular dan bagi sebagian orang, self esteemdan gaya hidup merupakan salah satu aspek yang selalu ada dalam menentukan kriteria evaluasi. Dari beberapa kriteria yang telah dibuat kemudian

(24)

proses mengevaluasi biasanya individu dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya, niat awal ketika memutuskan untuk membeli, kepercayaan konsumen tehadap produk, sikap, gaya hidup, self esteemdan kemampuan mengeluarkan budget. Sedangkan faktor eksternal misalnya pengaruh lingkungan sosial. pengetahuan akan produk, iklan, dsb. Setelah mengevaluasi beberapa kriteria yang ada kemudian mulai menentukan penilaian-penilaian terhadap hasil evaluasi mana yang sesuai dengan kemampuan, dan akhirnya

sampailah pada keputusan membeli.

Pangsa pasar elektronik terbagi atas dua yakni high enddimana konsumen selalu mengikuti perubahan dan perkembangan produk, kedua adalah low enddimana konsumen tidak aktif mengikuti perubahan secara kontinue. Perilaku konsumen ini selalu terkait dengan variabel seperti proses

pengambilan keputusan, motivasi, lingkungan, gaya hidup, serta konsep diri, termasuk self esteem. Self esteem, menurut Coopersmith (1967), dillihat sebagai penilaian personal terhadap dirinya sendiri yang mencerminkan seberupa besar dirinya mampu, berarti, sukses, dan dihargai yang diekspresikan melalui sikapnya sendiri

(25)

. Gaya hidup dan self esteem seseorang diasumsikan sangat berpengaruh dalam menentukan kriteria evaluasi suatu produk. Konsumen yang memiliki karakter sederhana tentu akan memilih produk yang lebih sederhana baik dalam desain maupun fitur-fiturnya cukup baginya fungsi telepon selular sebagai alat komunikasi. Berbeda halnya dengan konsumen yang memiliki mobilitas tinggi. banyaknya fitur merupakan satu hal yang penting. Mereka lebih memandang keberadaan telepon selular tidak hanya sebatas pada fungsinya saja tetapi lebih kepada fitur, desain dan model terbaru yang

sesuai dengan perkembangan zaman sebagai pendukung gaya hidup dan

seff esteem.

Desain yang mutakhir menjadi sebuah pendukung performa dan gaya hidup seseorang dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, seorang konsumen sangat bangga pada dirinya yang sangat sederhana dan tampil apa adanya

sehingga dalam memilih suatu produk tidak memerlukan berbagai fungsi yang menurutnya belum dapat digunakan secara optimal sementara dilain pihak ada konsumen yang sangat membanggakan produk yang dimilikinya dengan berbagai variasi fungsi yeng terdapat di dalamnya.

(26)

sehingga apabila gaya hidup pada setiap konsumen berbeda maka kriteria evaluasi telepon selular yang dipilih dan yang akan dibeli juga berbeda, Sama halnya denganself esteem dengan kriteria evaluasi telepon selular.

Kriteria evaluasi, menurut Engel, Blackwell, Miniard (1993) dalam Budianto (1995) adalah tidak lebih dari pada dimensi atau atribut tertentu yang

digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif muncul dalam berbagai bentuk. Dalam membeli telepon selular, konsumen mungkin mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, merek, model atau estetika, fungsi, garansi, kualitas barang, fitur-fitur yang tersedia, warna dan

kecanggihan. Konsumen mungkin pula mempertimbangkan kriteria evaluasi yang lebih bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul karena memiliki (misalnya; prestise, status) dan kesan pertama (misalnya kesan pertama saat pertama kali melihat model barang).

(27)

Berdasarkan uraian diatas, pene/iti menetapkan judul penelitian sebagai berikut: "HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP dan SELF ESTEEM

DENGAN KRITERIA EVALUASI MEMBELI TELEPON SELULAR".

1.2

Identifikasi Masalah

Dalam identifikasi masalah, pene/iti mengemukakan beberapa masalah dalam penelitian ini ada/ah :

1. Apakah Setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda da/am menentukan kriteria eva/uasi membe/i telepon se/ular?

2. Apakah kriteria evaluasi setiap orang da/am memi/ih telepon selular bersifat subyektif?

3. Apakah sebuah produk yang sama bisa dini/ai secara berbeda oleh dua pribadi yang berbeda dipandang dari aspek yang berbeda pula? 4. Apakah ada hubungan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi

membeli telepon selu1ar ?

5. Apakah ada hubungan antara self esteem dengan kriteria evaluasi?

1.3

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

(28)

hidup, kedua: self esteem, Ketiga: kriteria evaluasi membeli telepon selular. Secara lebih rinci, ketiga variabel penelitian diberi batasan sebagai berikut:

1. Gaya hidup yang dimaksud adalah pola khas dari kehidupan seseorang yang dinyatakan melalui kegiatan, keinginan, minat dan pendapatnya dalam berhadapan dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang.

2. Self Esteem adalah penilaian personal terhadap dirinya sendiri yang mencerminkan seberapa besar dirinya mampu, berarti, sukses, dan dihargai yang diekspresikan melalui sikapnya sendiri.

3. Kriteria evaluasi adalah dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pili han. Dalam membeli telepon selular, konsumen mungkin mempertimbangkan faktor-faktor seperti harga, merek, model atau estetika, fungsi, garansi, kualitas barang, fitur-fitur yang tersedia, warna dan kecanggihan. Konsumen mungkin pula mempertimbangkan kriteria evaluasi yang lebih bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul karena memiliki (misalnya; prestise,

(29)

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi telepan selular?

2. Apakah ada hubungan yang signiflkan antara self esteem dengan kriteria evaluasi telepan selular?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dan self esteem

dengan kriteria evaluasi telepan selular?

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. Hubungan antara gaya hidup dengan kriteria evaluasi membeli telepan selular.

2. Hubungan antara self esteemdengan kriteria evaluasi membeli telepan selular.

3. Hubungan antara gaya hidup dan self esteemdengan kriteria evaluasi membeli telepan selular.

4. Hubungan antara aspek-aspek gaya hidup dan aspek-aspek self esteem

(30)

5. Perbedaan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah bisa dilihat dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Praktis

b. Dapat dijadikan acuan dalam menggambarkan tentang gaya hidup dan self esteem mahasiswa sesuai dengan tahapan perkembangan secara psikologis dalam kaitannya dengan kriteria evaluasi membeli telepon selular.

c. Dapat memberikan gambaran tentang strategi pemasaran telepon selular bagi produsen dengan melakukan modifikasi promosi yang sesuai dengan selera pasar, misalnya fungsi produk lebih ditonjolkan untuk konsumen eksekutif sedangkan citra produk untuk konsumen remaja yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianggap penting dan sesuai dengan perkembangan psikologis remaja.

d. Bagi konsumen agar dapat lebih melihat apakah keputusar membeli yang mereka lakukan merupakan keputusan yang selektif, efisien dan efektif dan bukan merupakan sekedar dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti gaya hidup dan self esteem.

(31)

2. Manfaat Teoritis

Secara teori, dapat memberikan kita tentang bagaimana gambaran gaya hidup dan self esteem seseorang dalam mengevaluasi telepon selular yang akan dibelinya dengan kriteria-kriteria tertentu.

Manfaat lain diharapkr.ln dapat menambah khazanah keilmuan yang digunakan sebagai literatur tambahan khususnya bagi psikologi ekonomi tentang perilaku konsumen (perilaku konsumtif).

Disamping itu produsen atau pihak-pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut dapat melakukan segmentasi pasar telepon selular berdasarkan aspek psikologis yang mencerminkan gaya hidup dan self esteem,

sehingga dapat terus menciptakan inovasi berdasarkan minat perkembangan psikologis konsumen.

1.5

Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini, akan digunakan kaidah penulisan APA style,

(32)

Bab 1 Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab 2 Kajian Pustaka

Membahas mengenai Definisi Gaya Hidup, Teori Gaya Hidup, Definisi

Self Esteem, Definisi Kriteria Evaluasi Telepon selular, Kerangka Berpikir serta Hipotesa

Bab 3 Metodologi penelitian

Meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel, Teknik Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data.

Bab 4 Hasil Penelitian

Meliputi Gambaran Umum Subyek dan HasH pengumpulan data serta pembahasan mengenai hasH.

Bab 5 Penutup

(33)

yang tersedia dalam sebuah telepon selular sedangkan contoh kriteria subyektif adalah penampilan yang ekslusif dan modern pada sebuah telepon selular. Jika dilihat dari fenomena yang ada sebagian besar orang cenderung memilih telepon selular berdasarkan penampilan luar (kriteria subyektif) namun tidak sedikit pula orang yang lebih melihat kualitas dana aspek fungsional (kriteria obyektif) dari pada tampilan fisik dari telepon selular.

Kriteria evaluasi ini bisa berbeda antara satu konsumen dengan konsumen yang lainnya. Jumlah dan jenis kriteria yang dievaluasi oleh konsumen tentunya berbeda antara satu produk dengan produk yang lainnya. Tingkat kepentingan kriteria juga berbeda-beda, biasanya ada satu atau dua kriteria yang determinan (pilihan yang paling penting dan dianggap berbeda diantara alternatif-alternatif pilihan yang ada). Misalnya, dalam pembelian sebuah telepon selular, merek, kualitas dan harga

mungkin sama pentingnya bagi seorang konsumen, namun bagi kelompok tertentu yang menjadi faktor penentu adalah citra yang ditampilkan oleh telepon selular Hrsebut.

Kriteria evaluasi dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan informasi yang diterima atau pengalaman konsumen, selain itu

(34)

Namun pada umumnya sangat sulit untuk mengubah kriteria yang

dievaluasi oleh konsumen. Oleh karena itu, sangat penting bagi produsen untuk mengidentifikasi kriteria evaluasi konsumen yang menjadi target serta menginformasikan (salah satunya melalui iklan) pada konsumen bahwa produk/mereknya memiliki kriteria yang diinginkan oleh pasar atau konsumen.

Kriteria evaluasi, menurut Hawkins, Best &Coney (2001) dalam

Brotoharsojo dkk (2005) adalah fungsi tipikal sebuah produk atau atribut sebuah produk atau atribut yang ada pada produk, baik kelebihan

maupun kekurangan dari produk tersebut yang harus diantisipasi. Kriteria evaluasi dapat terdiri dari fungsi tambahan dalam sebuah produk

sekaligus fungsi utama sehingga fungsi tambahan dapat meningkatkan mutu sebuah produk jika dibandingkan dengan merek lain dari produk sejenis.

(35)

Dalam menentukan kriteria evaluasi, menurut Hawkins et. al.,(2001) dalam Brotoharsojo dkk (2005), dapat digunakan pengukuran langsung dan tidak langsung terhadap pasar. Metode 'lang sung' termasuk

menanyakan konsumen tentang informasi yang digunakan dalam situasi pembelian suatu produk tertentu.

2.1.1.3 Alternatifyang Dipertimbangkan

Selama masa pencarian konsumen mengidentifikasi sejumlah alternatif dari merek yang ada. Walaupun ada banyak merek yang tersedia dalam satu kategori produk, konsumen cenderung tidak menyadari (aware) akan keseluruhannya sehingga beberapa merek tidak akan dipertimbangkan karena ketidaksadaran (unawreness) konsumen tersebut bahkan diantara merek-merek yang disadari konsumen, ada beberapa hal yang dengan sengaja tidak dipertimbangkan karena beberapa alasan misalnya karena harga yang tidak terjangkau, tidak memiliki informasi tentang prod uk untuk mengevaluasinya, sudah cukup puas dengan produk sebelumnya,

pengaruh dari lingkungan sosial ataupun menerima umpan balik negatif dari iklan atau percakapan dari mulut kemulut.

(36)

a. Rangkaian Timbul (Evoked Set)

Terdiri dari sejumlah keeil merek yang dievaluasi seeara positif oleh konsumen untuk dibeli dan dikonsumsi

b. Rangkaian Lembam (Inert Set)

Terdiri dari merek-mArek yang dianggap konsumen tidak

menguntungkan untuk dibeli. Mungkin konsumen tidak memiliki eukup informasi untuk mengevaluasinya atau sekedar tidak menganggapnya lebih baik daripada merek-merek yang ada dalam rangkaian timbulnya

(evoked set)

e. Rangkaian tidak Layak (Inept Set)

Terdiri dari merek-merek yang telah ditolak konsumen untuk dipertimbangkan dalam pembelian karena pengalaman yang tidak menyenangkan atau umpan balik negatif dari orang lain.

2.1.1.4 Mengevaluasi Alternatif

Konsumen memproses informasi yang ada dalam rangkaian timbulnya

(evoked set) melalui salah satu dari pendekatan berikut: a. Pemrosesan Merek

(37)

beberapa atribut dari merek kedua dan ketiga (misalnya, Samsung, Motorola). Pemrosesan dengan cara ini merupakan yang paling umum digunakan konsumen.

b. Pemrosesan Atribut

Di sini konsumen memeriksa atribut tertentu (!llisalnya harga) lalu membandingkan beberapa merek berdasarkan atribut tersebut. Kemudian ia memilih atribut kedua (misalnya waktu bicara) untuk dibandingkan dan seterusnya.

2.1.2 Telepon Selular

2.1.2.1 Pengertian Telepon selular

Telepon selular adalah sebuah produk teknologi untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kabel, sehingga dapat dibawa oleh si pengguna produk tersebut.

Definisi lain yaitu merupakan produk komunikasi yang dikembangkan secara wireless, untuk pertama kalinya sistem ini digunakan pada pesan yang dikirimkan dari kapal ke daratan di San Fransisco, Amerika pada tanggal 23 Agustus 1889 (Majalah @ha Edisi Agustus, 2001 dalam Dharma, 2002)

(38)

Produk selular termasuk salah satu produk yang mengalami inovasi paling cepat karena konsumen selalu disajikan pada inovasi-inovasi baru pada kurun waktu yang sangat singkat, baik desain, fitur, maupun

teknologinya yang semakin canggih

2.1.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Karakteristik Telepon

selular

Salah satu faktor yang mempengaruhi penilaian kriteria produk yaitu inovasi. Inovasi adalah sebuah ide, pelatihan atau produk yang diyakini sebagai sesuatu yang baru oleh kelompok atau individual. Ada tiga

macam inovasi berdasarkan adopsi yang akan digunakan oleh konsumen, yaitu : (Dharma, 2002)

a. Inovasi berkelanjutan, di dalamnya terdapat adopsi terhadap

perubahan-perubahan kecil yang sifatnya kontinu dan dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen, karena tidak membutuhkan adaptasi yang cukup lama.

(39)

C. Inovasi tidak berkelanjutan, adalah sebuah adopsi terhadap

perubahan yang cukup besar dan dianggap penting oleh konsumen karena membutuhkan informasi atau pengetahuan baru terhadap inovasi dari produk tersebut.

Inovasi di atas sering terdapat pada produk elektronik terlebih pada

[image:39.528.35.440.264.659.2]

inovasi jenis ke-3. Dalam membentuk sebuah adopsi terhadap perubahan tersebut, kita harus melewati tahapan seperti dibawah ini :

Tabel2.3

Tahapan Adopsi dalam Pengambilan Keputusan Stages in Adoption

Process

A1l'erlless

Interest

Evaluatioll

Trial

Adoptioll

Extended Decision

Making Steps

Problem Recogllitioll

Illformatioll Search

Alternative Evaluatioll

Purchase

Postpurchase Evaluation

(40)

Dalam inovasi terdapat proses difusi (menghamburkan) yaitu, tingkah laku dimana inovasi menyebar di dalam pasar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran inovasi ada 10, yaitu : b. Tipe Group

c. Tipe Keputusan d. Usaha Marketing

e. Pemenuhan Kebutuhan f. Kompatibilitas-Kesesuaian g. Keuntungan Tambahan h. Kompleksitas

I. Kemampuan Obsevasi

J. Kemampuan untuk dicoba k. Resiko yang Diperoleh

2.1.3 Kriteria Evaluasi Telepon Selular

(41)

Adapun di dalam karakteristik sebuah telepon selular, empat elemen tersebut

juga memiliki sub-elemen yang sifatnya lebih mendetail, dan akan terus

berubah sesuai dengan perkembangan teknologi yang dipakai dalam sebuah

telepon selular.

Sub elemen terse but adalah :

a. Fungsi-Fasilitas

1. Telepon (Alat menelpon dan menerima telepon)

2. Internet (Alat untuk memasuki W@P)

3. Waktu (Alat untuk penunjuk waktu)

4. Bermain (AI at untuk mengisi waktu luang atau ketika sedang jenuh)

5. Radio (Alat untuk mendengarkan radio)

6. MP3 (AIat untuk mendengarkan musik yang telah di-download)

7. Status s0sial (JlI"1t '.'r1fi.'K menunjukan status tertentu terhadap

orang lain)

8. Voice dial (Alat untuk memanggil perintah melalui suara untuk

menelpon)

9. Voice note (Alat untuk merekam pembicaraan di dalam maupun di

luar telepon)

10. Permainan (Alat untuk melatih ketangkasan dalam bermain)

(42)

12. Luas Balldwith (Kemampuan telepon selular untuk menggunakan jaringan sinyal yang lebih kuat, lebih luas dan lebih jernih)

13. Nada dering (Ragam nada dering sesuai dengan keinginan pengguna telepon selular)

14. Stopwatch (A!at untuk menghitung waktu)

15. Warna layar (Kemampuan layar untuk menggunakan satu atau lebih warna tertentu sebagai latar belakang tampi/an)

16. Pengatur jadwal / remainder-kalender (Alat untuk mengingatkan rencana dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya)

[image:42.529.68.425.168.529.2]

17. Kamera digital (Kemampuan telepon selular untuk menangkap gambar dan menyimpannya dalam memori telepon, fungsinya serupa dengan kamera biasa)

18. Komposer (Alat untuk membuat nada dering sesuai dengan keinginan pengguna).

b. Kekuatan.

1. Sinyal (Kemampuan telepon selular dalam mengeluarkan kualitas suara yang jernih berdasarkan daya tangkap sinyal yang baik) 2. Baterai (Kemampuan telepon selular dalam mempertahankan

(43)

3. Kapasitas memori (Kemampuan telepon selular untuk menyimpan data-data seperti nama, keterangan telepon yang masuklkeluar, keterangan pesan yang masuklkeluar, dsb)

4. Tahan air (Kemampuan telepon selular untuk tetap dapat digunakan meskipun telah terkena gangguan berupa air) 5. Tahan banting (Kemampuan telepon selular untuk tetap dapat

digunakan meskipun telah terkena gangguan berupa gangguan berupa getaran/benturan yang keras).

c. Estetika-Desain

1. Simpel (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan kesederhanaan)

2. Unik (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan keunikan seperti, bentuk boomerang atau bentuk putar misalnya) 3. Rumit (Bentuk luar dari telepon selular yang merepresentasikan

kompleksitas sebuah telepon selular)

4. Ukuran (Sebuah skala besar atau keeil yang membentuk sebuah telepon selular, mulai dari sebesar batu bata Ilingga sebesar korek api)

5. Warna dasar (Aspek dari telepon selular yang dapat

(44)

5. Merek (Simbol untuk menunjukan citra sebuah produk da citra produk pemiliknya terhadap orang lain).

2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi dapat berbeda dalam jenis, jumlah dan kepentingEln. jenis dan kriteria evaluasi yang digunakan konsumen dalam mengambil keputusan ada berbagai macam seperti biaya yang terlihat (tangible) dan fungsi performa hingga faktor-faktor yang tidak terlihat (intangible) seperti gaya hidup, harga, taste, prestise, kepuasan perasaan, dan citra produk (Brotoharsojo dkk, 2005).

Produsen harus mengenali dan mengerti kriteria yang digunakan

konsumen dalam mengevaluasi merek suatu produk demi pengembangan produk dan promosi produk pada target pasar yang dituju serta mampu mempengaruhi kriteria evaluasi yang digunakan konsumen agar sepadan dengan kapasitas produk.

Sikap konsumen dalam mengevaluasi suatu produk merupakan perilaku konsumen. Produsen berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru yang sesuai dengan keinginan pasar agar produknya dapat menjangkau target pasar sehingga konsumen puas pada produk yang ditawarkan dan

(45)

poin, yaitu :

a) Karakterisik tambahan untuk melengkapi fungsi utama produk. b) Penampilan, mengacu pada tingkat dimana karakteristik produk

pertama kali dioperasikan.

c) Kesesuaian, yaitu derajat dimana karakteristik desain dan pengoperasian produk mendekati standar.

d) Daya tahan, yaitu ukuran daya hidup pengoperasian produk. e) Keandalan, ukuran kemungkinan produk akan tidak berfungsi atau

gagaI dalam periode waktu khusus.

f) Kemudahan perbaikan, ukuran kemudahan produk untuk diperbaiki. g) Gaya, menggambarkan seberapa baik kinerja produk dan dapat

dirasakan oleh pembeli atau konsumen.

h) Desain dan Fitur, merupakan kekuatan terintegrasi, harus tercermin pengembangan karakteristik tambahan, penampilan, kesesuaian, keandalan, kamudahan perbaikan, gaya dan sebagainya.

(46)

a. Pengaruh situasi

b. Kesamaan alternatif-alternatif pilihan c. Motivasi

d. Keterlibatan

e. Pengetahuan akan barang.

8elain itu dijelaskan pula bahwa pengambilan keputusan pada konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai faktor, yang terbagi kedalam 3 kategori, yaitu :

1. Perbedaan individu (8DM, pengetahuan, sikap, motivasi, kepribadian, nilai, gaya hidup)

2. Pengaruh lingkungan (budaya, kelas sosial, pengaruh personal, keluarga, situasi, proses psikologis, informasi dalam proses belajar, sikap dan perubahan tingkah laku)

3. Proses psikologis seperti emosi dan afeksi

(47)

a.

Keputusan merupakan hasil berfikir, hasil usaha intelektual. b. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif. c. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun dalam

pelaksanaanya bisa ditangguhkan atau bahkan dilupakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kriteria evaluasi dalam membeli telepon selular, yaitu: Nur Aulia (2004)

1. Inovasi-inovasi yang terdapat pada produk.

2. Reference group yang dapat dijadikan acuan pilihan model atau pasar yang akan memberikan kontribusi dalam menilai

karakteristik telepon selular.

3. Segmentasi pasar berdasarkan psikografi dan demografi termasuk pula gaya hidup.

4. Proses pengambilan keputusan. 5. Pengetahuan terhadap produk.

(48)

2.1.3.2 Decision to attribute-based choice

Dalam Dharma (2002) Proses pemilihan yang dilakukan oleh konsumen dalam memilih suatu produk terdiri atasAttributes based choice

prosesess, Attitude based choice prosesess, Affective choice.

1. Da/am Attributes based choice prosesess, proses pemilihan berdasarkan atribut dari produk yang bersangkutan. Itu berarti konsumen harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk yang akan dibelinya menyangkut perbandingan antar atribut dari merek-merek yang sudah ada, misalnya membandingkan antara kualitas produk, bentuk produk, kelebihan dan kekurangan suatu poduk.

2. Attitude based choice prosesessada/ah sebuah proses yang melibatkan penggunaan sikap umum dari konsumen terhadap produk, kumpulan impresi dari produk, intuisi atau heuristic(tidak ada perbandingan antar atribut yang digunakan pad a saat

pembelian atau pada saat proses pemilihan sedang berlangsung). 3. Sedangkan Affective choice adalah proses pemilihan produk yang

melibatkan emosi konsumen sebagai pengguna produk tersebut khususnya telepon se/ular. "Bagaimana perasaan anda ketika anda memiliki atau memakai. ... " merupakan kalimat yang biasa

(49)

2.104 Gaya Hidup

2.1.4.1 Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup didefinisikan sebagai bentuk dan cara manusia hidup, dalam penggunaan waktu dan uang. Mereka adalah suatu fungsi motivasi konsumen, pembelajaran, kelompok atau strata sosial, fektor-faktor demografis dan masih banyak lagi faktor-faktor atau variabel-variabellaln (Nugroho, 2002)

Gaya hidup lebih peka terhadap perubahan zaman dibandingkan dengan konsep kepribadian dan sistem nilai. Pengertian gaya hidup, menurut Loudon & Della Bitta (1993) adalah:

"A unique pattern of living which influences and is reflected by one's

consumption behavior".

Gaya hidup merupakan pola unik kehidupan individu yang diwujudkan dalam tingkah laku, seperti kegiatan, minat dan pendapatnya.

Gaya hidup didefinisikan secara sederhana sebagai bagaimana seseorang hidup (Hawkins, 1983; Mowen, 1998 dalam Salim, 2002).

(50)

mengalokasikan waktunya. (Anderson, 1984; Mowen, 1998 dalam Salim, 2002). Gaya hidup atau style of life atau life style adalah pola khas dari kehidupan seseorang yang dinyatakan melalui kegiatan. keinginan. minat dan pendapatnya dalam berhadapan dan berinteraksi dengan

lingkungannya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku dall akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. (Loudon & Della Billa. 1993 dalam Brotoharsojo dkk, 2005).

Konsep tersebut sejalan dengan Engel, Blackwell dan Miniard (1996) dalam Brotoharsojo dkk (2005) yang mengatakan bahwa gaya hidup adalah suatu konsep popular untuk memahami perilaku konsumen, gaya hidup merefleksikan aktifitas, minat dan opini seseorang (AIO).

Studi tentang gaya hidup mempunyai tempat yang khusus dalam penelitian pasar. Konsep gaya hidup dalam pemasaran diperkenalkan oleh William Lazer pada tahun 1963. Konsep ini didefinisikan sebagai :

A systems concept. it refers to

a

distinctive mode of living in its

aggregate and broadest sense.

(51)

Dalam perkembangannya konsep ini dipakai untuk melakukan segmentasi pasar. Di dalam kehidupannya manusia selalu melakukan sesuatu

dengan alasan yang berbeda. Oleh karena itu, pemasaran membutuhkan cara untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan dan memecah populasi ke dalam beberapa sub kelompok yang lebih homogen. Usaha :ni disebut segmentasi. Mowen (1998) dalam Salim (2002), mengatakan segmen diidentifikasikan dengan mengelompokan konsumen berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang hampir sama.

Secara umum, ada dua pendekatan dalam segmentasi pasar, yaitu berdasarkan'produk" atau berdasarkan "orang". Dalam segmentasi berdasarkan produk, kriteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan dri-ciri yang ada pada produk, seperti manfaat produk, musim

penggunaan produk, advertising appeal, sedangkan dalam segmentasi berdasarkan orang, kriteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan ciri-cirl aspek demografis, kelas sosial, dan tahapan dalam life cycle.

Dalam pemasaran segmentasi gaya hidup dipakai karena dipercaya memberi gambaran yang lebih utuh dan kaya tentang berbagai kelompok dalam populasi. Selain itu penelitian gaya hidup dapat digunakan oleh para pengambil keputusan dalam bidang pemasaran untuk lebih

(52)

2.1.4.2 Pengukuran Gaya Hidup

Menurut Susianto (1993) konsep gaya hidup tidak dipakai secara seragam dalam literatur. Literatur mengenai gaya hidup lebih banyak didominasi oleh penelitian empiris daripada usaha untuk merumuskan suatu teori }'ang komprehensif. Oleh karena itu, gaya hidup

[image:52.538.32.427.233.554.2]

dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dasar pembuatan tipologi dan tujuan penggunaan tipologi gaya hidup.

Tabel2.1

Pengelompokan Studi tentang Gaya Hidup

Oasar pernbuatan

Oengan Tanpa

Teori teori

Pemahaman Tujuan

Penggunaan

Peramalan

Nas AIO

dan v.d. Sande

VALS2 AIO

4. Nas dan v.d. Sande

Nas dan v.d. Sande da1am Susianto (1993) mencoba membuat teori tentang gaya hidup, ia mendefinisikannya sebagai :

(53)

persons to follow aparticular valued pattern ofbehavior and to attach specific meanings to all sortsofobjects and expression.

Dalam pengertian mereka, gaya hidup menunjuk pada frameof

reference (kerangka acuan) yang digunakan seseorang dalam bertingkah laku. Dua aspek yang ditekankan disini adalah bahwa individu berusaha membuat seluruh aspek hidupnya berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur strategi bagaimana ia ingin dipersepsi oleh orang lain. Aspek yang terakhir, yaitu strategi

berkomunikasi, hal ini penting karena mencerminkan bahwa pada dasarnya individu memiliki kebebasan untuk mengatur cara hidupnya (Susianto, 1993)

Dalam merumuskan gaya hid up, Nas dan v.d. Sande dalam Susianto (1993) menggunakan pendekatan analitis dan sintetis. Lewat

pendekatan yang pertama, konsep gaya hidup dirinci ke dalam lima dimensi, yaitu :

1. Moriologi

Sebagai aspek lingkungan dan geografi dari gaya hidup, dimensi ini melihat sejauh mana individu menggunakan kota dan

(54)

ataukah aktivitasnya melibatkan segala fasilitas perkotaan yang ada.

2. Hubungan Sosial

Dimensi ini menggali pola hubungan sosial individu. Seperti diketahui, tiap orang memiliki beberapa Iingkaran pergaulan. Berapa banyakkah Iingkaran pergaulan seseorang? siapa

sajakah orang-orang yang terlibat dalam lingkaran pergaulan itu ? apakah fungsi dari tiap lingkaran pergaulan itu bagiindividu ? 3. Domain

Melalui dimensi ini diperoleh informasi mengenai aktivitas yang ditekankan di dalam jaringan sosial, serta peran apa yang dinilai berharga oleh individu.

4. Makna

Dimensi ini menggali bagaimana individu memberi makna pada kegiatan-kegiatannya. Seperti diketahui, individu dapat memiliki tingkah laku yang sama walaupun world-view yang mendasari tingkah laku itu berbeda.

5. Style

(55)

Sedangkan lewat pendekatan yang kedua konsep gaya hidup digunakan untuk melihat apa yang mendasari individu dalam menganut gaya hidup tertentu.

5. VALS

Values and Lifestyle(VALS) dikembangkan oleh SRI International pada tahun 1978. VALS itu sendiri merupakan gabungan dari dua konsep, yaitu "nilai" dan "gaya hidup". Dalam hal ini nilai

merupakan seluruh aspek yang ada pada diri individu seperti kepercayaan, opini, sikap, harapan, ketakutan, prasangka, kebutuhan, dorongan, dan lain-lain yang secara bersama-sama mempengaruhi tingkah laku. Suatu bentuk nilai tersebut sangat kompleks, tumpang tindih dan kontradiksi yang secara menyeluruh diekspresikan melalui "gaya hidup".

Berbeda dengan Nas dan v.d. Sande, VALS tidak memberikan uraian teoritis mengenai konsep "gaya hidup". Dalam uraiannya: terkesan ia menggunakan konsep "gaya hidup" yang kurang lebih merupakan sinonim dari istilah tingkah laku. (Susianto,1993).

6. AIO

Menurut Wells dan Tigert (1971) dalam Susianto (1993), AIO ,

(56)

persamaan dan perbedaan yang mendasar antara AIO dan MR Persamaannya, keduanya mempunyai tujuan menyajikan sosok konsumen yang lebih utuh. Perbedaannya, AIO dilaksanakan dengan cara yang lebih ilmiah. AIO mengukur gaya hidup melalui bagaimana konsumen menggunakan waktunya (kegiatan),

lingkungan mana yang mereka anggap penting (minat), dan

bagaimana mereka melihat diri dan dunia sekelilingnya (pendapat), serta melalui sejumlah ciri demografis.

Untuk mengetahui gaya hidup konsumen, para peneliti psikografis menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disebut pernyataan AIO (AIO statement) yang berusaha mengungkapkan aktivitas, minat dan opini konsumen. Pertanyaan aktivitas (acivity quetions)

meminta kepada konsumen untuk mengindikasikan apa yang mereka lakukan, apa yang mereka beli, serta bagaimana mereka menghabiskan waktu mereka. Pertanyaan minat (interest quetions)

(57)

Penggunaan AIO dalam penelitian semata mata ditentukan dengan statistik dan dikembangkan untuk memberi pemahaman akan konsumen dalam kaitannya dengan produk tertentu, selain itu penggunaan AIO ini hanya untuk pemahaman, karena didasari kayakinan bahwa deskripsi konsum8n pada sejumlah pernyataan akan memberikan informasi tentang konsumen yang lebih kaya daripada deskripsi demografis saja.

Tabel2.2

Dimensi Gaya Hidup AIO

Aktivitas Minat Opini Demografi

Kegiatan Keluarga Diri pribadi Usia

Hobi Rumah Isu sosial Pendidikan

Keadaan sosial Pekerjaan Politik Pendapatan

Liburan Komunitas Bisnis Pekerjaan

Hiburan Rekreasi Ekonomi Jumlah keluarga

Keanggotaan Klub Mode Pendidikan Kehidupan Kota

Komunitas Makanan Produk Geografi

Belajar Media Masa depan Luas kota

Olah raga Prestasi Kebudayaan Riwayat hidup

2.1.5 Self Esteem

2.1.5.1 Pengertian Self Esteem

Coopersmith (1967) dalam Luthfiah (2002) menjelaskan self esteem

(58)

The evaluation which the individual makes and customarily

maintains with regard to himself; it's expresses an attitude of

approval or disapproval and indicates the extent to which the

individual believes himself to be capable significance, successful

and worthy.

Self esteem merupakan evaluasi atau penilaian yang dibuat individu mengenai keberhargaan dirinya, yang ditampilkan daiam sikap

penerimaan atau penolakan dan menunjukan keyakinan individu kepada diri sendiri bahwa ia mampu, berarti, berhasil dan berharga.

Menurut Loudon & Della Bitta (1993) dalam Imam (2005) self esteem

(59)

Santrock (1995) dalam Chusairi (2002) dalam bukunya yang berjudul "Life-Span Development" menerangkan bahwa self esteem adalah "Dimensi penilaian (evaluatif) global dari kepribadian" atau" Suatu penilaian atau pencitraan diri yang mengacu pada suatu bidang

k8terampilan-keterampilan yang berbeda dan penilaian diri secara umum"

Sedangkan Abraham Maslow salah seorang tokoh psikologi humanistik secara panjang lebar menjelaskan bahwa; Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain. Pertama, harga diri meliputi: kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan dan kebebasan. Kedua penghargaan dari orang lain meliputi: prestice,

pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.

Dalam uraian tersebut tampak bahwa Abraham Maslow membagi harga diri menjadi dua kategori yakni harga diri dan penghargaan dari orang lain serta memandangnya sebagai sebuah kef)utuhan, sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan yang berada dibawahnya, yakni; kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki-dimiliki, kebutuhan akan rasa aman dan

(60)

pula kebutuhan yang disebut dengan kebutuhan aktualisasi diri (self-Actualization)yang berada di atas kebutuhan harga diri.

Terpuaskannya kebutuhan akan harga diri pada individu akan

menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan peraan berguna. Akan tetapi sebaliknya, frustasi karena terhambatnya pemuasan kebutuhan ini akan menimbulkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah, tak mampu, dan rasa tak berguna, sehingga

menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan, keputusasaan,

guilty feeling serla penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan orang lain. Dengan perkataan lain, self esteem

merupakan hasil usaha individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain daripada pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koeswara, 1991)

(61)

terhadap kemampuan, kekuatan dan keberartian dirinya berdasarkan standar yang diekspresikan dalam bentuk kata-kata (verbal) maupun perilaku.

2.1.5.2 Faktor-faktorSelf Esteem

Coopersmith (1967) dalam Imam (2005) menjelaskan bahwa

pembentukan self esteem pada diri seseorang dapat terbentuk melalui beberapa aspek berikut ini:

a. Keberhasilan (Succsess)

Terdapat empat jellis pengalaman yang dapat menimbulkan

perasaan berhasil pada diri individu sebagaimana yang diungkapkan oleh Coopersmith, yaitu :

(62)

kemungkinan individu memiliki penilaian yang positif terhadap dirinya.

Kedua, keberhasilan dalam area Power, yaitu kemampuan atau keberhasilan dalam mengontro: tingkah laku yang akan terjadi pada dirinya dan power tersebut muncul melalui pengakuan dan

penghargaan yang diterima individu dari orang lain dan persetujuan orang lain terhadap pendapatnya. Efek dari perlakuan tersebut menimbulkan perasaan penghargaan terhadap pandangannya sendiri dan mampu memunculkan sikap asertif, energik dan eksploratif.

Keberhasilan dalam area Virtue, yaitu keberhasilan individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang berlaku. Seseorang yang patuh terhadap nilai-nilai dan etika yang diterapkan dalam dirinya, diasumsikan memiliki sikap diri yang positif dan keberhasilan dalam memenuhi tujuan-tujuannya yang lebih tinggi.

(63)

b. Nilai (Value)

Setiap individu akan memberikan penilaian yang berbeda dalam memberikan pemaknaan terhadap keberhasilan yang telah dicapai dalam berbagai area pengalaman. Perbedaan ini merupakan fungsi dari nilai-nilai yang diinternalisasikan dari orang tua dan orang lain yang signifikan dalam hidupnya. Dari penelitian-penelitian

sebelumnya ditemukan bahwa perlakuan menerima dan menghargai cenderung menghasilkan standar nilai yang menimbulkanself

esteem juga mendukung standar nilai stabil dan realitas. Individu juga dapat menilai keberhargaan dirinya berdasarkan area yang

dianggapnya paling signifikan, namun pada dasarnya terhadap kesamaan standar nilai pada setiap individu dipengaruhi oleh kondisi sosial tempai ia berada.

c. Aspirasi (Aspiration)

(64)

tingkat aspirasinya. Individu dengan self esteem tinggi menetapkan tujuannya lebih tinggi juga dibandingkan dengan indvidu dengan self esteem yang rendah.

d. Pertahanan (defenses)

Bentukdefense yang dianggap efektif oleh individu akan dipengaruhi oleh situasi dan reinforcementyang ditimbulkan. Individu akan

menggunakan defense yang sama yang digunakan oleh orang lain yang dekat secara emosional dengan dirinya,dengan kata lain model yang menunjukan cara efektif dalam menghadapi kecemasan.

Individu yang memiliki defense mampu mengeliminir stimulus yang mencemaskan, mampu menjaga ketenangan diri dan tingkah lakunya yang efektif, individu dengan self esteemyang tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang menjadikan individu tersebut menjadi percaya diri pada penilaian dan kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadapi situasi yang menyulitkan. Melalui semua proses tersebut akhirnya individu sampai pada penilaian tinggi atau

(65)

2.1.5.3 Karakteristik Self Esteem

Beberapa karakteristik yang disebutkan Branden pada orang dengan self esteem yang tinggi : (dalam Fitriah, 2002).

a. Mampu menghadapi kenyataan apa adanya dan dengan kesadaran penuh. Perilaku yang muncul antara lain, terbuka terhadap inform3si, pengetahuan dan umpan balik; dapat bertahan dalam suatu

kegiatan; berusaha memahami dunia eksternal maupun dunia dalam diri sendiri; dan suka berterus terang (the practice of living

consciously).

b. Mampu menerima diri apa adanya. Perilaku yang muncul adalah berkeinginan untuk memiliki, mengalami dan bertanggung jawab atas pikiran, perasaan, dan tindakannya, tanpa menghindar, mengingkari. la mengizinkan dirinya untuk mengalami emosi, dan mampu melihat tindakan tanpa harus melukai, menyetujui atau memaafkan. Dengan demikian ia tidak akan berprilaku defensive karena tidak

menempatkan diri kita pada situasi "diadili". Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mendengar umpan balik yang berupa kritik atau gagasan yang berbeda tanpa bersikap memusuhi atau merugikan (practice of self-acceptence).

(66)

membantunya bekerja sama mencari ikhtiar yang diperlukan, bukan mencari siapa yang salah (the practice of self -responsibility).

d. Dalam bersikap aserlif terhadap diri sendiri adalah bersikap apa adanya dalam berhadapan dengan orang lain, sehingga ia

menghargai pendapatnya sendiri ta'lpa memusuhi penolakan atau ketidaksetujuan orang lain. Dengan demikian ia bersedia

mempertahankan diri serla mempertahankan gagasan dengan cara yang tepat dalam situasi yang tepat pula (the practice of self

assertiveness) .

e. Mampu melaksanakan hidup berlujuan, yaitu mampu

mengidentifikasikan tujuan atau maksud dan tindakan jangka pendek serta panjang. Dengan demikian dapat mengorganisir perilaku untuk mencapainya, memonitor agar tetap pada jalurnya, melihat akibat dan hasilnya serla tahu kapan harus mulai dari litik awal (the practice of living purposefully).

f. Memiliki integritas pribadi, yaitu hidup yang sejalan dengan apa yang dilakukan atau pre:ifesinya. Berani mengatakan kebenaran,

(67)

2.1.6. Gaya hidup danself esteem dalam pandangan Islam

AI-Our'an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia banyak berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing kita sepanjang zaman. Dengan AI-Our'an kita bisa berdialog dalam bidang apapun untuk mengangkat keuniversalan konsep-konsepnya ke tataran pemahaman umat manusia.

AI-Our'an berisikan penjelasan tidak hanya semata-mata berupa ajaran doktrinal kelslaman tetapi juga memuat sandi-sandi atau simbol-simbol yang menggambarkan tentang eksistensi dan gejala psikis manusia

Penghargaan akan diri atau self esteem sebagai salah satu dimensi psikologis dibicarakan dalam AI-Our'an. Isyarat penting tentang hal ini sebagaimana tertuang dalam surat AI-Isra ayat 70 yang berbunyi :

Artinya :

"Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak Adam. kami angkat

mereka di daratan dan di lautan. kami beri merel,a rizki dari yang baik

dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas

(68)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah memuliakan anak Adam (manusia) dan menyempurnakannya dengan berbagai macam keutamaan dan potensinya, sehmgga manusia dinilai lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya.

Self esteem pada dlrJ seseorang salah satunya terbentuk dari sejauh mana seseol'ang dapat menghargai keadaan fisik dengan berbagai atribut

kesempurnaan yang dimilikinya.

Allah telah menciptakan manusia dan melengkapinya dengan perangkat yang memungkinkan memperoleh kemudahan dan kenyamanan dalam hidupnya, Seseorang yang bijak akan berusaha menekan dorongan-dorongan yang bersifat keduniawian agar tidak terjebak pada perhiasan dunia, seperti yang tecantum dalam AI-Our'an surat AI-Imran ayat 14

Artinya :

"Oijadikan indah pada (pandangan) manusia, cinta syahwati, yaitu

menginginkan kepada wanita-wanita, anak-anak, benda-benda

,

(69)

ladang. itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat

kembali yang baik",

Ayat di atas menjelaskan bahwa di mata manusia, dunia dengan simbol-simbol benda berharga adalah sesuatu yang indah secara hakiki, yang oleh karena itu mereka menginginkannya dan memandang perlu untuk

memilikinya, dorongan untuk memiliki itulah yang menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu untuk memiliki apa keinginannya, Motif ini juga yang menyebabkan manusia berebut benda-benda yang sifatnya

kesenangan duniawi semata demi memenuhi tuntutan gaya hidupnya dimana dalam tingkatan tertentu akan menjadikan seseorang menjadi sombong dan serakah, ia akan terus berusaha mendapatkan perhiasan dunia yang

membuatnya lupa akan kesederhanaan. Sesungguhnya perhiasan dunia dapat melalaikan kita sebagaimana tercantum dalam surat At-Takaatsur ayat

1 yang artinya "bermegah-megahan telah melalaikan kamu",

Allah tidak suka pada seseorang yang berlebih-Iebihan sebagaimana yang tercantum dalam AI-Our'an surat AI-An'am ayat 141 yang berbunyi :

Artinya :

".. ,Dan janganlah kamu berlebih-Iebihan karena sesungguhnya Allah

(70)

Selain itu juga tercantum dalam surat AI-Furqon ayat 67 yang berbunyi :

Artlnya :

" Dan mereka yang apabila berbelanja (haria) tidak berlebih-Iebihan

dan tidak pula kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah

diantara yang demikian".

(71)

2.2

Kerangka Beriikir

Persoalan yang sering muneul dan bisa disebut sebuah fenomena sosial

ada\ah pembellan sebuah barang bukan karena kebutuhan tetapi karena

aspek lain, seperti status sosial, gaya hidup, self esteemdan sebagainya. misalnya banyak remaja atau kelompok dewasa muda rela mengeluarkan budget yang tidak sedikit untuk mengganti telepon selularnya dengan

keluaran terbaru meskipun fungsi dan featuresnya sama dengan produk yang dimiliki sebelumnya Mereka selalu berusaha ingin tampil beda dan gaya di lingkungannya dengan memiliki telepon selular terbaru yang dilengkapi dengan fitur-fitur eanggih dan modern. Mereka eenderung melihat pada aspek estetika dan nita; dari pada aspek fungsi dasar telepon selular sebagai alat komunikasi, Semakin tinggi harga sebuah telepon selular akan semakin meneerminkan self esteem yang tinggi serta gaya hidup yang "wah" bagi pemiliknya dimata masyarakat. Oleh karena itu produsen telepon selular seakan berlomba untuk meneari alternatif baru dalam teknologi untuk menjaring pasar, karena itu hanya dalam hitungan bulan sudah banyak pilihan baru.

(72)

apakah gaya hidup dan self esteem seseorang mempengaruhi konsumen dalam pembelian dan pemilihan produk selular.

Konsumen menempatkan kriteria evaluasi sebagai pertimbangan dalam membeli suatu produk telepon selular berdasarkan fungsi, tingkat kebutuhan, harga, garansi selain itu aspek psikologis yang ada pada individu juga dapat mempengaruhi kriteria evaluasi sebuah produk telepon selular yang

mencakup gaya hidup, self esteemdan proses pengambilan keputusan.

Kriteria evaluasi adalah dimensi yang beragam, fasilitas/fungsi, atau keuntungan yang dicari oleh konsumen untuk menjawab permasalahan spesifik yang sedang dihadapi dalam proses pemilihan sebuah produk. Contohnya, sebelum membeli telepon selular konsumen akan

mempertimbangkan harga, memori, kualitas, model, dan garansi. Hal tersebut adalah kriteria evaluasi. Setiap konsumen dapat membeli sebuah produk yang sama dengan kriteria evaluasi yang berbeda-beda.

Pada proses pembelian telepon selular mencakup beberapa aspek, baik dari sisi produk maupun dari individu itu sendiri sebagai konsumen. Dari sisi produk yang dilihat adalah kriteria evaluasinya sedangkan dari sisi

(73)

Gaya hidup menjadi dasar evaluasi alternatif dan pengalaman menggunakan sebuah produk (Loudon & Della Bitta, 1993 dalam Brotoharsojo dkk, 2005). Performa produk atau pengalaman menggunakan produk berkaitan dengan cara, situasi, dan kondisi lingkungan ketika produk digunakan.

Manusia, dalam kehidupannya sehari-hari hampir selalu berinteraksi dengan orang yang terdekat hingga orang yang berada pada belahan dunia lain. Hal ini menjadikan komunikasi sebagai suatu kebutuhan yang mendasar bagi manusia, asumsi dari penelitian ini membuat telepon selular sebagai produk pemenuhan kebutuhan tingkat empat dalam hierarki Maslow yaitu self esteem.

(74)

Asumsi pergeseran nilai dari telepon selular yang awalnya digunakan secara fungsional komunikatif menjadi simbol yang bersifat fashion telah menjadi fenomena perilaku konsumtif membuat penulis ingin meneliti sebagai aspek yang penting bagi perilaku manusia oleh karena itu bermanfaat untuk dikaji.

Dari uraian di atas peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara gaya hidup dan self esteem dengan kriteria evaluasi dalam memutuskan untuk membeli telepon selular.

Gaya Hidup

Kriteria Evaluasi

Self

Esteen1

/

セセ __, NMセセN ⦅wセBBMBGGGGGGGGGGGGGGGゥ⦅NLNュGGGセMGQ

r

p[rpueQjIGkエセmᄋI

utIイ|イュセ

I

IUIN SVAIIIF' r!fDAYllllJlU\Il

LjNi|セjャhtiセ

I

(75)

2.3

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan linjauan leorilik dan kerangka berfikir di alas, maka dapal dirumuskan hipolesis sebagai berikul :

1. Hipolesis alternatif (H1)

a

Gambar

Tabel4.6 Kategori subyek menurut merek telepon selular
Gambar 4.1Q-Q Plot Gaya Hidup
Tabel2.3Tahapan Adopsi dalam Pengambilan Keputusan
gambar dan menyimpannya dalam memori telepon, fungsinya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah biosorben kulit buah kakao dan waktu interaksi terbaik yang diperlukan untuk dapat mengadsorpsi Hg(II) dalam

Hal ini dapat disebabkan oleh jenis tanaman atau tumbuhan yang terdapat di kedua lokasi ini memiliki kemiripan yang lebih besar sebagai tempat mencari makan ataupun untuk

Bupati sebagai alat birokrasi negara modern dan di sisi lain juga sebagai ketua LAD yang menjalankan fungsi Sombayya dapat dengan mudah menguasai segala macam gaukang

Membandingkan antara nilai kritis F (F tabel) yang terdapat dalam table Analysis of Variance dengan nilai F RATIO (F hitung) apabila (F hitung) lebih kecil

Sumber air yang digunakan PDAB Tirta Utama Jateng Unit BREGAS sebagai air baku produksi berasal dari mata air Kaligiri di Kecamatan Sirampok Kabupaten Brebes,

Kesalahpahaman sering terjadi karena faktor komunikasi Apabila pelayanan yang diberikan buruk, pasien akan memberikan respon negatif berupa ketidakpuasan sehingga pasien tersebut

Sifat-sifat determinan dan invers matriks berordo 2×2 Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami.. PENUTUP •

Daya tarik permasalahan dalam penelitian ini, serta urgensi mengapa perlu diadakannya penelitian adalah realitas yang menunjukkan bahwasanya dengan posisi sosiologi