• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Guided Imagery Dalam Pemasangan Infus Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Guided Imagery Dalam Pemasangan Infus Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

F

UNI

SKRIPSI

oleh

Rahma Mustika Yeli 111101030

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(2)

F

UNI

SKRIPSI

oleh

Rahma Mustika Yeli 111101030

FAKULTAS KEPERAWATAN

NIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(3)
(4)
(5)

Imagery dalam pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan”.

Penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati S.Kep, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga proposal ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Mahnum Lailan Nasution Skep Ns, M.Kep selaku dosen penguji satu.

(6)

bimbingan selama proses perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

8. Teristimewa kepada orang tua saya, almarhum Yus Yendri dan Elisma, A.md yang telah memberikan sumbangan baik moril maupun material.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2015

(7)

Halaman orisinalitas... ii 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penilitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 KonsepGuided Imagery... 8

2.1.1 DefinisiGuided Imagery... 8

2.1.2 ManfaatGuided Imagery... 8

2.1.3 PelaksanaanGuided Imagerypada pemasangan infus ... 9

2.2 Konsep Kecemasan ... 12

2.2.1 Definisi Kecemasan ... 12

2.2.2 Tanda-tanda Kecemasan ... 12

2.2.3 Reaksi Kecemasan ... 12

2.3 Konsep Anak Usia Sekolah ... 14

2.3.1 Definisi Anak Usia Sekolah ... 14

2.3.2 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah ... 14

2.4 Konsep Hospitalisasi ... 16

2.4.1 Definisi Hospitalisasi ... 16

(8)

3.1 Kerangka Konseptual ... 21

3.2 Defenisi Operasional ... 22

3.3 Hipotesa Penelitian... 23

BAB 4 Metodologi Penelitian 4.1 Desain Penelitian ... 24

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

4.2.1 Populasi Penelitian ... 24

4.2.2 Sampel Penelitian ... 25

4.3 Waktu Dan Tempat ... 27

4.4 Pertimbangan Etik ... 28

4.5 Instrumen Penelitian ... 29

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ... 29

4.5.2 Kuesioner Kecemasan ... 29

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

4.6.1 Uji Validitas ... 30

4.6.2 Uji Reliabilitas ... 30

4.7 Pengumpulan Data ... 31

4.8 Analisa Data... 32

BAB 5 Hasil Dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian ... 34

5.2 Pembahasan... 40

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Sarsn... 46

(9)

Kuesioner penelitian... 53

Prosedur pelaksanaan ... 54

Modul ... 55

Uji reliabilitas... 57

Master tabel ... 58

Hasil analisis data kelompok intervensi ... 60

Hasil analisis data kelompok kontrol ... 68

Olahan data SPSS... 75

Hasil olahan data kecemasan ... 78

Uji Hipotesis ... 80

Surat etik penelitian... 81

Surat uji reliabilitas ... 82

Surat penelitian... 84

Lembar bukti bimbingan ... 87

Jadwal tentatif penelitian... 90

Taksasi dana ... 91

(10)

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 22 Tabel 4.1 Desain Penelitian... 24 Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan karakteristik responden... 35 Tabel 5.2 Distribusi hasil kuesioner kecemasan anak kelompok intervensi .... 36 Tabel 5.3 Distribusi hasil kuesioner kecemasan anak kelompok kontrol ... 37 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kecemasan

kelompok intervensi ... 38 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kecemasan

kelompok kontrol... 39 Tabel 5.6 Perbedaan kecemasan responden kelompok intervensi dengan

(11)
(12)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kecemasan anak pada pemasangan infus terjadi karena adanya situasi yang mengancam, menyertai perkembangan, perubahan dan pengalaman baru atau yang belum pernah dialami anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh teknikguided imagerypada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling dengan jumlah sampel 34 anak yaitu 17 anak kelompok kontrol dan 17 anak kelompok intervensi. Analisis data menggunakan uji t-Independent. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecemasan anak pada kelompok intervensi 8,76 dan standar deviasi 1,954 dan rata-rata kecemasan anak pada kelompok kontrol 11,41 dan standar deviasi 2,063, beda rata-rata kedua kelompok adalah 2,647. Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik guided imagery terhadap kecemasan anak usia sekolah pada pemasangan infus. Maka disarankan untuk praktek keperawatan menerapkan teknik guided imagery sebagai salah satu intervensi asuhankeperawatan khususnya anak usia sekolah.

(13)

Program : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Children’s apprehensiveness during the installment of infusion occurs because of the situation which threatens, followed by development, change, and experience which are new and not experienced by children. The objective of the research was to identify the influence of guided imagery technique in the installment of infusion on school-aged children at RSUD dr. Pirngadi, Medan. The research used quasi experiment which consisted of intervention group and control group. The samples were 34 children, 17 of them were in the control group and the other 17 children were in the intervention group, taken by using consecutive sampling technique. The data were analyzed by using independent t-test. The result of the research showed that on the average children’s apprehensiveness in the intervention group was 8.76 with deviation standard of 1.954, and the average children’s apprehensiveness in the control group was 11.41 with deviation standard of 2.063, the mean-disparity value in the two groups was 2.647. The result of statistic test showed that p-value = 0.001 (p < 0.05) which indicated that there was the influence of guided imagery technique on school-aged children’s apprehensiveness in the installment of infusion. It is recommended that nurse practitioners apply guided imagery technique as one of health care interventions, especially in school-aged children

(14)

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2015

ABSTRAK

Kecemasan anak pada pemasangan infus terjadi karena adanya situasi yang mengancam, menyertai perkembangan, perubahan dan pengalaman baru atau yang belum pernah dialami anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh teknikguided imagerypada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling dengan jumlah sampel 34 anak yaitu 17 anak kelompok kontrol dan 17 anak kelompok intervensi. Analisis data menggunakan uji t-Independent. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecemasan anak pada kelompok intervensi 8,76 dan standar deviasi 1,954 dan rata-rata kecemasan anak pada kelompok kontrol 11,41 dan standar deviasi 2,063, beda rata-rata kedua kelompok adalah 2,647. Hasil uji statistik diperoleh nilai p<0,05, maka disimpulkan bahwa ada pengaruh teknik guided imagery terhadap kecemasan anak usia sekolah pada pemasangan infus. Maka disarankan untuk praktek keperawatan menerapkan teknik guided imagery sebagai salah satu intervensi asuhankeperawatan khususnya anak usia sekolah.

(15)

Program : S1 (Undergraduate) Nursing (S.Kep)

Academic Year : 2015

ABSTRACT

Children’s apprehensiveness during the installment of infusion occurs because of the situation which threatens, followed by development, change, and experience which are new and not experienced by children. The objective of the research was to identify the influence of guided imagery technique in the installment of infusion on school-aged children at RSUD dr. Pirngadi, Medan. The research used quasi experiment which consisted of intervention group and control group. The samples were 34 children, 17 of them were in the control group and the other 17 children were in the intervention group, taken by using consecutive sampling technique. The data were analyzed by using independent t-test. The result of the research showed that on the average children’s apprehensiveness in the intervention group was 8.76 with deviation standard of 1.954, and the average children’s apprehensiveness in the control group was 11.41 with deviation standard of 2.063, the mean-disparity value in the two groups was 2.647. The result of statistic test showed that p-value = 0.001 (p < 0.05) which indicated that there was the influence of guided imagery technique on school-aged children’s apprehensiveness in the installment of infusion. It is recommended that nurse practitioners apply guided imagery technique as one of health care interventions, especially in school-aged children

(16)

Anak merupakan anugerah, karunia dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya (Ramdaniati, 2011). Tingkah laku anak berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak belum mampu mengendalikan emosi atau perasaannya dan belum mempunyai tanggung jawab yang besar. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak yang mengalami masalah kesehatan juga sangat mempengaruhi proses perkembangannya (Wong, 2008).

Pada anak usia sekolah secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi sehingga anak sangat rentan untuk terkena penyakit yang bisa mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila anak dalam kondisi sakit maka orang tua akan segera membawanya ke pelayanan kesehatan, dan seringkali anak harus dirawat untuk proses penyembuhannya (Wong, 2008).

(17)

dapat mengalami distress seperti gangguan tidur, pembatasan aktivitas, distress psikologis yang mencakup marah, takut, sedih, dan rasa bersalah (Wong, 2008).

Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kebingungan, kekhawatiran pada suatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya juga merupakan kecemasan. Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal (Suliswati, 2005). Kecemasan salah satu masalah yang sering muncul pada anak yang dilakukan perawatan di rumah sakit (Wong, 2003).

Penelitian Isle of Wight yang dilaporkan oleh Rutter dan kawan-kawan menemukan prevalensi gangguan kecemasan adalah 6,8%. Bernstein dan Garfinkel menunjukkan70% anak menderita depresi, 60% menderita gangguan kecemasan terutama gangguan kecemasan karena perpisahan, dan 50% menderita depresi maupun kecemasan (Nelson, 1999).

(18)

invasif. Contoh tindakan invasif sederhana yang sering dilakukan pada anak adalah pemasangan infus (Nelson, 1999)

Terapi intravena (IV) merupakan teknologi yang paling sering digunakan dalam pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk ke rumah sakit mendapat terapi melalui IV (Hindley, 2004 dalam Irawati 2014). Pemasangan infus berdasarkan rekomendasi dari The Infusion Nursing Standars of Practice dapat dipertahankan selama 72 jam setelah pemasangan sedangkan dari The Center Of Disease Control (CDC), menganjurkan bahwa infus harus dipindahkan setiap 72-96 jam (Alexanderet al, 2010 dalam Irawati, 2014).

Pemasangan infus tentu saja akan menimbulkan nyeri dan rasa sakit pada anak. Pemasangan infus biasanya bisa dilakukan berkali-kali pada anak selama anak dalam masa perawatan. Ini disebabkan karena anak cenderung tidak bisa tenang sehingga infus yang sedang terpasang bisa macet, aboket bengkok, patah atau bahkan terlepas.Akibatnya anak akan dilakukan pemasangan infus berulang kali dan pastinya anak juga akan merasakan nyeri setiap kali penusukan. Hal ini tentunya juga akan menimbulkan trauma pada anak sehingga anak akan mengalami kecemasan dan stress (Nelson, 1999).

(19)

Pelaksanaan guided imagery biasanya dimulai dengan relaksasi dengan beberapa kali napas dalam sehingga tubuh merasakan santai, kemudian mulai memvisualisasikan hal yang menyenangkan (Hart, 2008). Hal ini bertujuan untuk menciptakan keadaan relaksasi psikologis dan fisiologis untuk meningkatkan perubahan yang baik bagi tubuh. Guided imagery dapat berfungsi sebagai pengalih perhatian dari stimulus yang menyakitkan dengan demikian dapat mengurangi respon nyeri dan kecemasan (Jacobson, 2006).

Penelitian yang terkait dengan efektivitas guided imagerypada anak telah dilakukan Ball, Shapiro, dan Monheim (2003) yang menguji efektivitas guided imagery pada anak yang mengalami nyeri abdomen berulang. Pada penelitian ini 22 anak yang berusia 5-18 tahun secara random hanya diberikan latihan nafas dalam saja (10 anak) dan diberikan guided imagery (7 anak) sedangkan 5 anak drop out dari penelitian. Anak diberikan guided imagery 4 kali dalam seminggu selama 50 menit tiap sesi. Kejadian nyeri dicatat secara komplit selama 2 bulan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak yang diberikanguided imagery lebih rendah 67 % kejadian nyeri abdomennya dibandingkan dengan yang hanya diberikan nafas dalam saja.

(20)

yang diberikan guided imagery tingkat nyerinya 60 % lebih rendah dibanding dengan anak yang tidak diberikanguided imagery.

Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan di kota Medan yang memberikan pelayanan keperawatan anak, dari hasil wawancara pada salah satu perawat yang sedang bertugas di ruang rawat III diperoleh bahwa belum ada diterapkanguided imagerypada pemasangan infus.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh teknik guided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD dr.Pirngadi Medan.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh teknik guided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

1.3 Pertanyaan penelitian

Bagaimana pengaruh teknik guided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan?

1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum

(21)

1.4.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden anak usia sekolah

2. Mengidentifikasi kecemasan anak usia sekolah yang diberikan teknik guided imagerypada pemasangan infus RSUD Dr.Pirngadi Medan 3. Mengidentifikasi kecemasan anak usia sekolah yang tidak diberikan

teknik guided imagery pada pemasangan infus di RSUD Dr.Pirngadi Medan

4. Untuk membandingkan kecemasan anak usia sekolah yang diberikan teknik guided imagery dengan yang tidak diberikan teknik guided imagerydi RSUD Dr.Pirngadi Medan.

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Memberikan informasi atau mensosialisasikan kepada peserta didik di institusi pendidikan keperawatan tentang pengaruh teknik guided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

1.5.2 Pelayanan Keperawatan

(22)

1.5.3 Penelitian Keperawatan

(23)

2.1 Konsepguided imagery 2.1.1 Definisiguided imagery

Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra. Saat berimajinasi individu dapat membayangkan melihat sesuatu, mendengar, merasakan, mencium, dan atau menyentuh sesuatu (Snyder, 2006).

Istilah guide imagery merujuk pada berbagai teknik termasuk visualisasi sederhana, saran yang menggunakan imaginasi langsung, metafora dan bercerita,

eksplorasi fantasi dan bermain “game”, penafsiran mimpi, gambar, dan imajinasi

yang aktif dimana unsur-unsur ketidaksadaran dihadirkan untuk ditampilkan sebagai gambaran yang dapat berkomunikasi dengan pikiran sadar (Academic for Guide Imagery,2010).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa guided imagery merupakan teknik untuk menuntun individu dalam membayangkan sensasi apa yang dilihat, dirasakan, didengar, dicium, dan disentuh tentang kondisi yang santai atau pengalaman yang menyenangkan untuk membawa respon fisik yang diinginkan (sebagai pengurang stres, kecemasan, dan nyeri).

2.1.2 Manfaatguided imagery

(24)

yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit. Guided imagery telah menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan dan memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak-anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah tidur, mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan darah (Snyder, 2006).

2.1.3 Pelaksanaanguided imagerypada pemasangan infus

Pemasangan infus pada anak merupakan tantangan yang unik bagi perawat yang bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan di ruang anak. Tindakan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan aspek lain yang mungkin berdampak adanya trauma (Frey, 2001). Terapi intravena merupakan terapi medis yang dilakukan secara invasif dengan menggunakan metode yang efektif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi dan obat melalui pembuluh darah (intravascular) (Perry & potter, 2005). Setiawati dan Dermawan (2009) mengatakan bahwa alasan umum pasien mendapatkan terapi infus adalah untuk menstabilkan aliran vena dan mencegah terjadinya injuri.

(25)

Guided imagery adalah metode relaksasi untuk mengkhayal tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki keadaan atau pengalaman relaksasi (Kaplan & Sadock, 2010 dalam Novarenta, 2013). Guided imagery mempunyai elemen yang secara umum sama dengan relaksasi, yaitu sama-sama membawa klien ke arah relaksasi namun guided imagery menekankan bahwa klien membayangkan hal-hal nyaman dan menenangkan dan tidak dapat memusatkan perhatian pada banyak hal dalam satu waktu oleh karena itu klien harus membayangkan satu imajinasi yang sangat kuat dan menyenangkan (Brannon & Feist, 2000 dalam Novarenta 2013).

Menurut Snyder (2006) teknikguided imagerysecara umum antara lain: 1. Membuat individu dalam keadaan santai yaitu dengan cara:

1) Mengatur posisi yang nyaman (duduk atau berbaring)

2) Silangkan kaki, tutup mata atau fokus pada suatu titik atau suatu benda di dalam ruangan

3) Fokus pada pernapasan otot perut, menarik napas dalam dan pelan, napas berikutnya biarkan sedikit lebih dalam dan lama dan tetap fokus pada pernapasan dan tetapkan pikiran bahwa tubuh semakin santai dan lebih santai

4) Rasakan tubuh menjadi lebih berat dan hangat dari ujung kepala sampai ujung kaki.

(26)

1) Pikirkan bahwa seolah-olah pergi ke suatu tempat yang menyenangkan dan merasa senang ditempat tersebut

2) Sebutkan apa yang bisa dilihat, dengar, cium, dan apa yang dirasakan 3) Ambil napas panjang beberapa kali dan nikmati berada ditempat tersebut 4) Sekarang, bayangkan diri anda seperti yang anda inginkan (uraikan sesuai

tujuan yang akan dicapai/ diinginkan

3 Beri kesimpulan dan perkuat hasil praktek yaitu:

1) Mengingat bahwa anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini, cara ini kapan saja anda menginginkan

2) Anda bisa seperti ini lagi dengan berfokus pada pernapasan anda, santai, dan membayangkan diri anda berada pada tempat yang anda senangi 4 Kembali ke keadaan semula yaitu:

1) Ketika anda telah siap kembali ke ruang dimana anda berada 2) Anda merasa segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan anda

3) Sebelumnya anda dapat menceritakan pengalaman anda ketika anda telah siap

(27)

2.2 Konsep Kecemasan 2.2.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik (Suliswati, 2005).

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan (Sundari, 2005).

2.2.2 Tanda-tanda Kecemasan

Suliswati (2005) menyebutkan, setiap individu berbeda dalam menghadapi suatu stimulus. Kecemasan memiliki satu gejala utama, yaitu takut atau timbul perasaan khawatir dalam situasi dimana kebanyakan orang tidak merasa terancam. Selain gejala yang utama, tanda umum lainnya dari gejala perasaan gelisah adalah perasaan takut, terganggu berkontraksi, merasa tegang dan gelisah, antisipasi yang terburuk, cepat marah, resah, merasakan adanya tanda-tanda bahaya. Kecemasan tidak hanya menyerang perasaan, namun juga berdampak terhadap kondisi fisik. Gejala fisik secara umum dari kecemasan adalah jantung berdebar, berkeringat, mual dan pusing, muntah, sakit perut, peningkatan frekuensi BAB atau diare, sesak nafas, tremor, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan.

2.2.3 Reaksi Kecemasan

(28)

gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Respon kecemasan dapat dibagi 4 yaitu respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.

1. Respon fisiologis

Sistem kardiovaskuler akan memunculkan tanda palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat. Respon parasimpatis juga dapat muncul seperti rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun dan denyut nadi menurun. Respon tubuh pada juga akan menunjukan tarikan nafas yang pendek dan cepat, hiperventilasi, berkeringat dingin termasuk telapak tangan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, nyeri perut, sering buang air kecil, nyeri kepala, tidak bisa tidur, kelemahan umum, pucat dan gangguan pencernaan.

2. Respon perilaku

Respon perilaku sering ditunjukan seperti gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan menghindar.

3. Respon kognitif

(29)

4. Respon afektif

Respon afektif ditunjukan seperti mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, waspada, gelisah, kecemasan, dan ketakutan.

2.3 Anak Usia Sekolah

2.3.1 Defenisi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah adalah anak yang berumur 6 sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak-kanak dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya. Pada tahap ini terjadi perkembangan fisik, mental, dan sosial yang kontinu, disertai penekanan pada perkembangan kompetensi keterampilan (Wong, 2008). 2.3.2 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah

1. Perkembangan Biologis

(30)

2. Perkembangan Psikososial

Masa kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase Oedipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisisme masa remaja. Selama waktu ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabdian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas (Wong, 2008).

3. Perkembangan Moral (Kohlberg)

Pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain (Wong, 2008).

4. Perkembangan Kognitif

(31)

5. Perkembangan Spiritual

Anak usia sekolah mempunyai batasan yang sangat konkret dalam berfikir akan tetapi merupakan pelajar yang sangat baik dan memiliki kemauan besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka menggambarkan Tuhan sebagai manusia yang

menggunakan sifat seperti “sayang” dan “membantu” dan mereka sangat tertarik

dengan adanya surga dan neraka. Anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum jika berperilaku yang salah dan, jika diberikan pilihan, anak cenderung memilih

hukuman yang “sesuai dengan kejahatannya”. Kepercayaan dan harapan keluarga

serta tokoh agama lebih berpengaruh dalam hal keyakinan dibandingkan dengan teman sebaya (Wong, 2008).

6. Perkembangan Sosial

Anak memiliki budaya mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat dan kode etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepasakan diri dari orang dewasa. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi dominasi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta menggali ide-ide dan lingkungan fisik. Bantuan dan dukungan kelompok memberi anak rasa aman yang cukup untuk menghindari resiko penolakan dari orang tua yang disebabkan oleh setiap kemenangan kecil dalam perkembangan kemandirian (Wong, 2008).

2.4 Konsep Hospitalisasi 2.4.1 Defenisi hospitalisasi

(32)

sampai pemulangan kembali ke rumah. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah. Anak juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2008).

2.4.2 Stresor hospitalisasi

Stresor yang dialami anak pada saat mengalami hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh atau nyeri.

1. Cemas akibat perpisahan

Anak usia sekolah memiliki aktivitas fisik dan mental yang tinggi yang kerap kali menemukan ketidaksesuaian dalam lingkungan rumah sakit dan bahkan meskipun ketika mereka tidak menyukai sekolah, mereka mengakui kehilangan rutinitasnya dan merasa khawatir mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan teman sekelas mereka pada saat mereka kembali masuk sekolah. Kesepian, bosan, isolasi, dan depresi umum terjadi. Anak usia sekolah membutuhkan dan menginginkan dukungan orang tua (Wong, 2008).

2. Kehilangan kendali

(33)

tersebut tidak memungkinkan kebebasan memilih bagi anak-anak yang ingin bertindak dewasa. Akan tetapi, jika anak-anak tersebut diizinkan memegang kendali, tanpa memperhatikan keterbatasannya maka biasanya mereka akan berespons dengan sangat baik terhadap prosedur apapun. Selain lingkungan rumah sakit, penyakit juga dapat menyebabkan perasaan kehilangan kendali. Salah satu masalah yang paling signifikan dari anak-anak dalam kelompok usia ini berpusat pada kebosanan (Wong, 2008).

3. Cedera tubuh atau nyeri

Ketakutan mendasar tehadap sifat fisik dari penyakit muncul pada saat ini. Anak usia sekolah tidak begitu khawatir terhadap nyeri jika dibandingkan dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian. Anak perempuan cenderung mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumya tidak berdampak pada frekuensi atau intensitas kecemasan karena kemampuan kognitif mereka sedang berkembang, anak usia sekolah waspada terhadap pentingnya berbagai penyakit yang berbeda. Pentingnya anggota tubuh tertentu, bahaya pengobatan, dan makna kematian (Wong, 2008).

2.4.3 Reaksi Anak Usia Sekolah Terhadap Sakit dan Rawat Inap

(34)

dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan anak. Pengalaman sebelumnya di rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimiliki anak (Wong, 2008).

Wong (2008) mengatakan reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : perkembangan anak terhadap sakit beberapa-beda sesuai tingkat perkembangan anak. Berkaitan dengan umur anak, semakin muda anak maka akan semakin sukar baginya untuk menyelesuaikan diri mereka tentang pengalaman di rumah sakit; pengalaman rawat inap di rumah sakit sebelumnya, apabila anak pernah mengalami yang tidak menyenangkan saat di rawat inap, akan menyebabkan anak takut dan trauma, dan sebaliknya apabila saat dirawat inap anak mendapat perawatan yang baik dan menyenangkan maka anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter, dukungan keluarga: anak akan mencari dukungan dari orang tua, dan saudara kandungan untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya; dan perkembangan koping dalam menangani stressor pada anak baik dalam menerima keadaan bahwa anak harus dirawat inap, maka akan lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

2.4.4 Dampak hospitalisasi pada anak

(35)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok sosialnya. Anak menjadi jauh dari temannya membuat anak merasa sendiri. Anak akan merasakan kecemasan akibat perpisahan yang terjadi. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran keluarga, ketidakmampuan fisik, dan takut akan kematian (Wong, 2008). Anak merasa terlantar, cedera permanen, kehilangan penerimaan teman, kurangnya produktivitas, dan ketidakmampuan menghadapi stres (Wong, 2008).

(36)

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah hubungan yang berkaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya dengan masalah-masalah yang akan diteliti.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggambarkan bahwa variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen. Guided imagery (variabel independen) mempengaruhi kecemasan (variabel dependen) pada anak usia sekolah pada pemasangan infus di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Data uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan: : Diteliti : Hubungan

(37)

3.2 Definisi operasional

Table 3.1 Definisi perasional variabel penelitian No Variabel

Operasional Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

3. Umur Umur adalah dihitung mulai anak berusia 6

4. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah gambaran diri yang

5. Agama Agama adalah suatu keyakinan yang

(38)

3.3 Hipotesa Penelitian

(39)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi eksperimen karena penelitian ini tidak melakukan pengukuran sebelum intervensi, pengukuran hanya dilakukan setelah selesai intervensi. Penelitian ini melibatkan 2 kelompok yaitu kelompok anak yang dilakukan guided imagerysaat dilakukan pemasangan infus sebagai kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah anak yang tidak diberikanguided imagerysaat dilakukan pemasangan infus.

Kelompok Intervensi Post test

I 1 X1

K O X1

Keterangan: I = intervensi K = Kontrol 1 = diberikan O = tidak diberikan X1= post test 4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

(40)

4.2.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodeconsecutive sampling, yaitu suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria sampel, sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi.

Kriteria inklusi sampel : 1. Anak usia 6-12 tahun

2. Anak bersedia menjadi responden 3. Anak didampingi oleh keluarga 4. Tingkat kesadarancompos mentis 5. Dapat diajak berkomunikasi

6. Tidak menderita gangguan pendengaran dan pengucapan 7. Anak dipasang infus

8. Orang tua setuju anaknya menjadi responden Kriteria ekslusi penelitian ini adalah :

1. Anak dengan kebutuhan khusus (anak autism, anak penyakit hidrosefalus, anak yang hiperaktif, anak dengan tunagrahita, anak yang berada di ruangan isolasi)

2. Pasien yang mengkonsumsi obat-obat anti stres dan ansietas.

(41)

n = 2Ϭ 2(Z1-a/2+Z1-β/2)2 (u1-u2)2

Keterangan:

n : besar sampel minimal

Z 1-α/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kemaknaana pada uji 2 sisi. (Derajat kemaknaan 1 % = 2,58)

Z 1-β : nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu (99% = 2,33) U1 : Rata-rata skala nyeri pada kelompok intervensi

U2 : Rata-rata skala nyeri pada kelompok kontrol

Peneliti membuat perhitungan besar sampel minimal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya. Purwati (2010) yang meneliti pengaruh terapi musik terhadap tingkat nyeri anak usia prasekolah yang dilakukan pemasangan infus. Pada penelitian tersebut diperoleh rata-rata skala nyeri pada kelompok kontrol 4,31 dengan standar deviasi 0,78. Pada kelompok intervensi rata-rata skala nyeri adalah 2,84 dengan standar deviasi 1,27. Estimasi dilakukan pada derajat kemaknaan 1 % dengan kekuatan uji 99 %.

NilaiϬ 2diperkirakan dari varian gabungan kelompok 1 dan 2, yaitu: SP2 = (n1-1)S12+ (n2-1)S22

(n1-1) + (n2-1) = (32-1)1,272+ (32-1)0,782

(32-1+ 32-1) = 49,9999 + 18,8604

62

(42)

Besar sampel minimal yang diperlukan adalah: n = 2Ϭ 2(Z1-a/2+Z1-β/2)2

(u1-u2)2

= 2 (1,11)(2,58 + 2,33)2 ( 2,84–4,31)2 = 2,22 (24,12)

2,1609 = 53,55

2,1609 = 24,78 = 25

Total sampel 50 orang, yang akan di bagi dua yaitu 25 orang untuk sampel dengan pemberian teknik guided imagery pada pemasangan infus dan 25 orang untuk sampel yang tidak diberikan teknikguided imagerypada pemasangan infus, namun pada penelitian ini peneliti hanya mendapatkan 34 sampel, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan sedikitnya dijumpai responden yang memenuhi kriteria penelitian.

4.3 Waktu dan Tempat

(43)

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan dan selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapat izin penelitian ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan yang dituju. Setelah mendapat izin dari kepala ruangan baru boleh langsung ke responden.

(44)

dengan kode responden. Data yang diperoleh dari responden hanya diketahui oleh peneliti dan responden yang bersangkutan. Pada pengolahan data, analisis dan publikasi dari hasil penelitian tidak dicantumkan identitas responden. (5) Right to fair treatment. Kedua kelompok penelitian mendapatkan intervensi pemasangan infus sesuai dengan standart operasional yang ada di rumah sakit hanya saja kelompok intervensi mendapatkan tambahan intervensi guided imagery selama pemasangan infus. (6) Right to protection from discomfort and harm. Kenyamanan responden dan risiko dari intervensi yang diberikan selama penelitian tetap dipertimbangkan dalam penelitian ini. Kenyamanan responden baik fisik, psikologis, dan sosial dipertahankan dengan memberikan tindakan yang atraumatis,supportdanreinforcementpositif pada responden.

4.5 Instrumen Penelitian

Kuesioner penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner kecemasan anak dalam pemasangan infus dengan memodifikasi Self-Rating Anxiety Scale (SAS) yang dirancang oleh William W.K.Zung (1971).

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi disusun oleh peneliti untuk melihat karakteristik responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan agama.

4.5.2 Kuesioner Kecemasan

(45)

pilihan jawaban ya atau tidak. Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala Guttman. Dengan interpretasi penilaian, apabila jawaban ya nilainya 1 dan apabila jawabannya tidak maka nilainya 0. Perhitungan data hasil pengukuran dikategorikan berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005).

Panjang kelas = Rentang kelas Banyak kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah ) yaitu 21 dan 2 kategori kelas kecemasan yaitu tidak ada cemas dan ada cemas, maka didapatkan panjang kelas sebesar 10, menggunakan p= 10 dan nilai terendah =0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, data kecemasan dikategorikan yaitu 0-10 adalah tidak ada cemas dan 11-21 adalah ada cemas.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Peneliti menggunakan teknik content validity yang membuktikan instrumen lebih valid yang dilakukan oleh orang ahli dalam keperawatan anak dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Roxsana Devi Tumanggor S.Kep.,Ns,M.Nurs dengan content validity index (CVI) adalah 0,87 maka dikatakan kuesioner ini valid.

4.6.2 Reliabilitas

(46)

Sakit Islam Malahayati pada tanggal 18 Maret sampai 8 April 2015. Uji reliabilitas untuk instrumen dianalis menggunakan analisis KR-20 dimana hasil analisisnya 0,88 dan dianggap reliabel maka kuesioner ini layak digunakan.

4.7 Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah yaitu mengajukan permohonan izin kepada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, kepala instalasi rawat inap dan kepala ruangan. Sesudah izin penelitian diberikan, maka peneliti melakukan pendataan responden kelompok intervensi. Peneliti mendata anak yang dirawat inap yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan responden. Kemudian menunggu keputusan dokter responden mana yang akan dilakukan pemasangan infus. Selanjutnya peneliti meminta izin kepada keluarga dengan menjelaskan tentang tujuan, manfaat penelitian dan proses penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah proses pengumpulan data.

(47)

imagery yaitu kertas yang bergambar dan gambar yang diberikan disesuaikan dengan kesenangan anak-anak seperti gambar taman bermain atau kartun. Pada saat itu perawat juga mempersiapkan alat-alat untuk memasang infus. Kemudian peneliti mulai memberikan intervensi guided imagery dengan cara peneliti mengajarkan teknik relaksasi dan setelah itu membimbing anak untuk berimajinasi tentang gambar yang ada di kertas. Ini dilakukan saat perawat mulai memasang infus anak. Setelah dilakukan guided imagery, peneliti meminta responden untuk menyampaikan perasaannya. Intervensi diberikan dengan durasi 15 menit sebanyak 1 kali, dan teknik guided imagery ini dilakukan secara perorangan. Setelah melakukan intervensi kemudian dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner kecemasan dengan teknik wawancara dan observasi responden selama 20 menit.

Pengumpulan data untuk kelompok kontrol sama dengan pengumpulan data kelompok intervensi tetapi pada kelompok kontrol tidak dilakukan teknik guided imagery dan langsung dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner kecemasan setelah responden dipasang infus dengan teknik wawancara dan observasi responden selama 20 menit.

4.8 Analisa data

Semua data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan data dengan memeriksa semua kuesioner. Data yang ada dilakukanediting, coding, processing, dan cleaning,saving.

(48)

isian kuesioner. Pada tahap ini, peneliti memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apakah telah lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Data yang telah diedit, dilakukan coding dengan mengoreksi ketepatan dan kelengkapan data responden kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan komputer. Dalam memasukkan data, ketelitian perlu diperhatikan untuk mencegah kesalahan dalam memasukkan data dan memaknai data (data entry dan processing). Setelah data dimasukkan kedalam komputer dilakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data). Tahap terakhir dilakukan penyimpanan data untuk siap dianalisis (saving).

Analisa data dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Analisa univariat

Analisa univariat meliputi data kecemasan anak dan data demografi yang berupa umur, jenis kelamin, suku bangsa dan agama disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

2. Analisa bivariat

(49)

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruhguided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr Pirngadi Medan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan pada bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2014. Penyajian data meliputi deskripsi karakteristik anak usia sekolah, kecemasan responden dengan pemberian intervensi guided imagery saat pemasangan infus dan kecemasan responden yang tidak diberikan intervensi di RSUD Dr Pirngadi Medan dengan jumlah sampel keseluruhan 34 responden. Setiap kelompok terdiri dari 17 responden yang diberikan guided imagery saat pemasangan infus dan 17 responden yang tidak diberikanguided imagery.

5.1.1 Karakteristik Responden

(50)

Tabel 5.1

Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di ruang rawat inap Melati dan

Kenanga RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2015 (n=34)

Karakteristik responden Kel.Intervensi Kel. Kontrol

(51)

Tabel 5.2

Distribusi hasil kuesioner kecemasan anak kelompok intervensi di ruang rawat inap Melati RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2015

(n=17)

No Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1. Saya merasa gugup saat dipasang infus 7 41,2 10 58,8 2. Saya merasa takut saat dipasang infus 8 47,1 9 52,9

3. Saya marah saat dipasang infus 4 23,5 13 76,5

4. Saya merasa panik saat dipasang infus 6 35,3 11 64,7 5. Saya merasa kurang konsentrasi saat dipasang infus 8 47,1 9 52,9 6. Saya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja

walaupun saya dipasang infus

6 35,3 11 64,7 7. Lengan dan kaki saya gemetar saat dipasang infus 10 58,8 7 41,2 8. Saya merasa sakit kepala saat dipasang infus 6 35,3 11 64,7 9. Saya merasa sakit di bagian leher saat dipasang infus 7 41,2 10 58,8 10. Saya merasa nyeri di punggung saat dipasang infus 8 47,1 9 52,9 11. Saya merasa lemah dan lelah saat dipasang infus 11 64,7 6 35,3 12. Saya bisa duduk tenang walaupun dipasang infus 13 76,5 4 23,5 13. Saya merasa jantung saya berdegup kencang saat

dipasang infus

10 58,8 7 41,2

14. Saya tiba-tiba merasa pusing saat dipasang infus 1 5,9 16 94,1 15. Saya memiliki cara untuk mengatasi rasa takut saat

dipasang infus

6 35,3 11 64,7 16. Saya bisa bernapas dengan baik walaupun saya

dipasang infus

5 29,4 12 70,6 17. Saya merasa jari kaki dan tangan saya terasa

kesemutan saat dipasang infus

9 52,9 8 47,1

18. Saya tiba-tiba merasa sakit perut saat dipasang infus 3 17,6 14 82,4 19. Saya ingin buang air kecil saat dipasang infus 3 17,6 14 82,4 20. Tangan saya kering, hangat dan tidak berkeringat

walaupun saya dipasang infus

7 41,2 10 58,8 21. Wajah saya memerah saat dipasang infus 11 64,7 6 35,3

(52)

kategori yang menjawab tidak paling banyak pernyataan no.14 sebanyak 16 orang (94,1%) dan paling sedikit menjawab tidak pada item pernyataan no.12 sebanyak 4 orang (23,5%).

Tablel 5.3

Distribusi hasil kuesioner kecemasan anak kelompok kontrol di ruang rawat inap Kenanga RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2015

(n=17)

No Pernyataan Ya Tidak

f % F %

1. Saya merasa gugup saat dipasang infus 14 82,4 3 17,6 2. Saya merasa takut saat dipasang infus 16 94,1 1 5,9

3. Saya marah saat dipasang infus 6 35,3 11 64,7

4. Saya merasa panik saat dipasang infus 16 94,1 1 5,9 5. Saya merasa kurang konsentrasi saat dipasang

infus

9 52,9 8 47,1

6. Saya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja walaupun saya dipasang infus

11 64,7 6 35,3

7. Lengan dan kaki saya gemetar saat dipasang infus 8 47,1 9 52,9 8. Saya merasa sakit kepala saat dipasang infus 12 70,6 5 29,4 9. Saya merasa sakit di bagian leher saat dipasang

infus

9 52,9 8 47,1

10. Saya merasa nyeri di punggung saat dipasang infus 14 82,4 3 17,6 11. Saya merasa lemah dan lelah saat dipasang infus 11 64,7 6 35,3 12. Saya bisa duduk tenang walaupun dipasang infus 2 11,8 15 88,2 13. Saya merasa jantung saya berdegup kencang saat

dipasang infus

6 35,3 11 64,7

14. Saya tiba-tiba merasa pusing saat dipasang infus 6 35,3 11 64,7 15. Saya memiliki cara untuk mengatasi rasa takut saat

dipasang infus

6 35,3 11 64,7

16. Saya bisa bernapas dengan baik walaupun saya dipasang infus

2 11,8 15 88,2

17. Saya merasa jari kaki dan tangan saya terasa kesemutan saat dipasang infus

15 88,2 2 11,5

18. Saya tiba-tiba merasa sakit perut saat dipasang infus

11 64,7 6 35,3

(53)

20. Tangan saya kering, hangat dan tidak berkeringat walaupun saya dipasang infus

4 23,5 13 76,5

21. Wajah saya memerah saat dipasang infus 7 41,2 10 58,8

Hasil penelitian ini diperoleh pada kelompok kontrol paling banyak menjawab ya pada item pernyataan no.2 dan 4 masing-masing sebanyak 16 orang (94,1%) dan paling sedikit menjawab ya pada item pernyataan no.12 dan 16 masing-masing sebanyak 2 orang (11,8%). Untuk kategori yang menjawab tidak paling banyak pernyataan no.12 dan 16 masing-masing sebanyak 15 orang (88,2%) dan paling sedikit menjawab tidak pada item pernyataan no.2 dan 4 masing-masing sebanyak 1 orang (5,9%).

5.1.2 Distribusi responden berdasarkan kecemasan responden kelompok intervensi dan responden kelompok kontrol

Dari hasil penelitian diperoleh hasil, responden pada kelompok intervensi mengalami kecemasan (17,6%) dan yang tidak mengalami kecemasan (82,4%). Responden pada kelompok kontrol mengalami kecemasan (76,5%) dan yang tidak mengalami kecemasan (23,5%).

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan kecemasan kelompok intervensi di ruang rawat inap Melati RSUD Dr.Pirngadi Medan tahun 2015

Kecemasan Anak Anak yang diberikan

(54)

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan kecemasan kelompok kontrol di ruang rawat inap Kenanga RSUD Dr.Pirngadi Medan 2015 Kecemasan Anak Anak yang tidak diberikan

guided imagery

5.1.3 Perbedaan kecemasan responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kecemasan responden kelompok intervensi 8,76 dan kecemasan responden kelompok kontrol 11,41 standar deviasi pada kelompok intervensi 1,954 dan kelompok kontrol 2,063. Hasil uji statistik diperoleh beda mean 2,647 dan nilai p diperoleh 0,001. Maka disimpulkan ada perbedaan kecemasan responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

Tabel 5.6

Perbedaan kecemasan responden pada kelompok intervensi dengan kecemasan responden pada kelompok kontrol di ruang rawat inap Melati dan Kenanga RSUD

(55)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik demografi responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kelompok intervensi berusia 11 tahun 29,4% dan mayoritas responden pada kelompok kontrol berusia 9-10 tahun 47% . Hal ini sesuai dengan pernyataan Wong (2008), yang menyatakan periode usia pertengahan disebut dengan usia sekolah atau masa sekolah dengan rentang usia 6-12 tahun. Periode ini dimulai dengan masuknya anak kelingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Dimana pada anak usia sekolah secara umum aktifitas fisik semakin tinggi, sehingga anak sangat rentan terkena penyakit yang bisa mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila anak dalam kondisi sakit, maka orang tua akan segera membawanya ke pelayanan kesehatan dan seringkali anak harus dirawat inap untuk proses penyembuhannya.

(56)

melakukan permainan yang menghabiskan energi dibandingkan anak perempuan, sehingga anak laki-laki lebih berisiko terkena penyakit atau cidera.

5.2.2 Kecemasan anak usia sekolah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata responden pada kelompok intervensi tidak mengalami kecemasan. Terdapat 14 responden (82,4%) yang tidak mengalami kecemasan, responden pada kelompok intervensi memiliki skor minimal yaitu 5 dan skor maksimal yaitu 13. Responden pada kelompok kontrol rata-rata mengalami kecemasan. Terdapat 13 responden (76,5) mengalami kecemasan, responden pada kelompok kontrol memiliki skor minimal 8 dan skor maksimal 15. Kecemasan anak terjadi karena adanya situasi yang mengancam yang menyertai perkembangan, perubahan dan pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukannya (Kaplan & Sadock, 2010 dalam Novarenta, 2013).

(57)

5.2.3 Perbandingan kecemasan responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Dari tabel 5.6 diperoleh data bahwa beda rata-rata kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah 2,647. Rata-rata kelompok intervensi adalah 8,76 dan kelompok kontrol adalah 11,41. Responden pada kelompok intervensi lebih sedikit mengalami kecemasan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa guided imagery merupakan salah satu jenis teknik relaksasi sehingga manfaat dari teknik ini pada umumnya sama dengan manfaat dari teknik relaksasi yang lain. Para ahli dalam bidang teknik guided imagery berpendapat bahwa imajinasi merupakan penyembuh yang efektif yang dapat mengurangi nyeri, kecemasan, mempercepat penyembuhan dan membantu tubuh mengurangi berbagai macam penyakit (Snyder, 2006).

Hart, 2008 dalam Widodo, 2012 menyatakan bahwa jika seseorang membayangkan suatu hal negatif atau menakutkan dapat meningkatkan rasa sakit atau kecemasan maka hal tersebut dapat dinetralkan dengan pikiran positif atau menenangkan. Pikiran dapat dilatih untuk berfokus pada imajinasi penyembuhan. Jika imajinasi menakutkan atau negatif memiliki kemampuan untuk meningkatkan rasa sakit dan gejala lain yang tidak diinginkan, maka imajinasi positif atau menenangkan dapat mengurangi gejala sakit.

(58)

adalah mengurangi kecemasan, meningkatkan penguasaan dan harapan, meningkatkan kerjasama serta mengurangi kecemasan keluarga dan petugas kesehatan (Olness & Kohen, 1996 dalam Genders, 2006).

(59)

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Jumlah sampel pada penelitian ini kurang dari jumlah yang diharapkan. Hal ini dikarenakan sedikitnya responden yang ditemui di rumah sakit yang memenuhi kriteria dan keterbatasan waktu penelitian

(60)

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang diberikan teknik guided imagerypada pemasangan infus mayoritas berusia 11 tahun (29,4%), jenis kelamin perempuan 9 orang (52,9%), beragama Islam 10 orang (58,8%) dan bersuku batak 8 orang (47,1%). Sedangkan responden yang tidak diberikan teknik guided imagerypada pemasangan infus mayoritas berusia 9 dan 10 tahun (47%), jenis kelamin laki-laki 11 orang (64,3%), beragama Islam 13 orang (76,5%) dan bersuku jawa 7 orang (41,2%). Responden yang diberikan teknikguided imagery pada pemasangan infus mengalami kecemasan 3 orang (17,6%) dan responden yang tidak mengalami kecemasan 14 orang (82,4%). Sedangkan responden yang tidak diberikanguided imagery pada pemasangan infus mengalami kecemasan 13 orang (76,5%) dan responden yang tidak mengalami kecemasan 4 orang (23,5%).

(61)

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Melalui institusi pendidikan perlu diinformasikan bahwa ada pengaruh guided imagery pada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah dimana ada perbedaan kecemasan anak yangdiberikan teknik guided imagery dengan anak yang tidak diberikan teknik guided imagery pada pemasangan infus dengan hasil, kecemasan anak yang diberikan teknik guided imagery lebih rendah dibandingkan dengan kecemasan anak yang tidak diberikan teknik guided imagery pada pemasangan infus.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Saat ini teknik guided imagery pada pemasangan infus masih jarang dilakukan di rumah sakit karena itu perawat diharapkan dapat menerapkan terapi guided imagery pada pemasangan infus terhadap anak usia sekolah.

6.2.3 Penelitian Keperawatan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Edisi 14. Jakarta: Rineka cipta

Bolin, N. (2011). Hubungan Penerapan Atraumatic Care dalam Pemasangan Infus Terhadap Respon Kecemasan pada Anak yang Mengalami Hospitalisasi di Irna D Anak RS Dr. M Jamil Padang. Diakses pada

tanggal 10 Oktober 2014 dari website:

https://id.scribd.com/doc/197329567/Hubungan-Penerapan-Atraumatik-Care-Dalam-Pemasangan-Infus-Terhadap-Respon-Kecemasan

Dewanti. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan kesehatan masyarakat Perkotaan pada Pasien Spina Bifida di Ruang Bedah Anak Lantai III Utara RSUP Fatmawati. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 dari website: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351588-PR-Dewanti.pdf Direktorat-Anak. (2013).

www.gizikia.depkes.go.id/archives/category/direktorat-bina-kesehatan-anak dibuka tanggal 30 oktober 2014.

Harlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, Edisi 5.Yogyakarta: Erlangga.

Hidayat, A.A. A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.

. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika

L. Huff et al. (2009). Atraumatic Care: Emla Cream and Application of Heat to Facilitate Peripheral Venous Cannulation In Children.

http://www.scribd.com/doc/129915463/Atraumatic-Care-EMLA-Cream# download [diakses pada 5 Oktober 2014].

(63)

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.

Potter, P A., Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik,(Ed). Jakarta : EGC.

Polit, D F., Cheryl, T B. (2004).Nursing Research Principles and Methods. Philla delphia: Lippincoot William & Wilkins.

Ramdaniati, S. (2011). Analisis Determine Kejadian Takut pada Anak Prasekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Inap Anak RSU. Blud dr. Slamet Garut. Tesis. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan UI. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014 dari website: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282590-T%20Sri%20Ramdaniati.pdf

Sari, F S., Sulisno, M. (2012). Hubungan kecemasan ibu dengan kecemasan anak saat hospitalisasi anak.Jurnal nursing studies I.

Setiawan, S., Dermawan, A C. (2009). Keterampilan klinis praktik keperawatan anak. Jakarta: Trans info media.

Stuart, G W. (2006). Buku keperawatan jiwa edisi 3.Jakarta: EGC

Suliswati, Payopo., Mahurawa, J., Sianturi, Y., & Sumijatun. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: EGC.

Sundari,S. (2005).Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta: EGC.

Supartini,. Y. (2004).Buku ajar konsep dasar keperawatan anak.Jakarta: EGC.

Synder, M., & Lindquist, R. (2006). Complementary/alternaive therapies in nursing (4th ed).New York: Springer publishing company

(64)

Widodo, M S. (2011). Pengaruh Guided Imagery Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus Di RSUD Kota Semarang. Diakses pada tanggal 12 November 2014 dari website: http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pSyVy8JNSMIJ:j urnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/515/564+&cd=3& hl=en&ct=clnk

Wong, D L., Eaton, M.H., Wilson, David., Marilyn,L., Winkelstein., & Schwartz, patricia. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume 1. Alih bahasa Andry hartono, Sari kunianingsih & Setiawan. Jakarta: EGC.

. (2008).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume 2.Alih bahasa Andry hartono, Sari kunianingsih & Setiawan. Jakarta: EGC.

(65)

Lampiran 1 Penjelasan Tentang Penelitian

Judul : PengaruhGuided ImageryPada Pemasangan Infus Terhadap Kecemasan Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

Saya bernama Rahma Mustika Yeli/111101030 adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan dengan tujuan mengidentifikasi pengaruh guided imagerypada pemasangan infus terhadap kecemasan anak usia sekolah di RSUD Dr.Pirngadi Medan.

(66)

wawancara tentang kecemasan anak menggunakan kuesioner kecemasan dan anak menjawab pertanyaan dengan jujur, apa adanya sesuai dengan situasi yang dialami. Kelompok kontrol hanya dilakukan pengumpulan data tanpa diberikan teknikguided imagery.

Partisipasi anak dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga anak bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang berikan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi orang tua dan anak dalam penelitian ini.

Medan, April 2015

(67)

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul

“Pengaruh Teknik guided imagery Pada Pemasangan Infus Terhadap Kecemasan

Anak Usia Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan”, maka

saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut.

Medan, April 2015 Responden

(68)

Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN

Kode :

Tanggal/waktu : Bagian 1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk : orang tua akan ditanyakan informasi tentang data pribadi anaknya Jawablah pertanyaan berikut ini sesuai dengan keadaan anak yang sebenarnya dan diberi (√ ) dikotak yang disediakan.

1. Usia anak : Tahun

Petunjuk : peneliti melakukan wawancara dan kemudian mengisi kuesioner sesuai jawaban responden

No Pernyataan Ya Tidak

1. Saya merasa gugup saat dipasang infus 2. Saya merasa takut saat dipasang infus 3. Saya marah saat dipasang infus 4. Saya merasa panik saat dipasang infus

5. Saya merasa kurang konsentrasi saat dipasang infus

6. Saya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja walaupun saya dipasang infus

7. Lengan dan kaki saya gemetar saat dipasang infus 8. Saya merasa sakit kepala saat dipasang infus

9. Saya merasa sakit di bagian leher saat dipasang infus 10. Saya merasa nyeri di punggung saat dipasang infus 11. Saya merasa lemah dan lelah saat dipasang infus 12. Saya bisa duduk tenang walaupun dipasang infus

13. Saya merasa jantung saya berdegup kencang saat dipasang infus 14. Saya tiba-tiba merasa pusing saat dipasang infus

15. Saya memiliki cara untuk mengatasi rasa takut saat dipasang infus 16. Saya bisa bernapas dengan baik walaupun saya dipasang infus

17. Saya merasa jari kaki dan tangan saya terasa kesemutan saat dipasang infus 18. Saya tiba-tiba merasa sakit perut saat dipasang infus

19. Saya ingin buang air kecil saat dipasang infus

(69)

Lampiran 4

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Kelompok Intervensi:

I. Persiapan alat dan bahan : kertas yang bergambar, gambar disesuaikan dengan kesenangan anak-anak seperti gambar taman bermain atau gambar kartun

II. Waktu pelaksanaan : 55 menit dan dilakukan selama 1 kali III. Tindakan :

• Memperkenalkan diri kepada keluarga dan anak

• Memperjelaskan tujuan, manfaat dan dampak penelitian

• Melakukan wawancara pada orang tua anak untuk mengidentifikasi karakteristik anak

• Menyediakan kertas yang bergambar

• Melakukan teknik guided imagery saat anak dipasang infus dengan menggunakan gambar (taman bermain, tokoh kartun dan lainnya) yang ada di kertas

• Melakukan wawancara untuk pengisian kuesioner kecemasan anak usia sekolah saat pemasangan infus.

Kelompok Kontrol :

• Memperkenalkan diri kepada keluarga dan anak

• Memperjelaskan tujuan, manfaat dan dampak penelitian

• Melakukan wawancara pada orang tua anak untuk mengidentifikasi karakteristik anak

(70)

Lampiran 5 MODUL TEKNIKGUIDED IMAGERY

1. Definisi

Teknik guided imagery adalah salah satu dari berbagai teknik yang digunakan untuk menuntun orang lain atau diri sendiri dalam membayangkan sensasi terutama dalam memvisualisasikan gambar dalam pikiran

2. Tujuan

Untuk meningkatkan motivasi dan kinerja otot yang menurun sebagai akibat adanya nyeri.

3. Manfaat

Sebagai pengurang stress, kecemasan, rasa sakit 4. Kriteria

Teknik guided imagery ini dapat dilakukan kepada orang yang menderita penyakit ringan (kesadarancompos mentis).

5. Waktu

Teknikguided imagerycukup dilakukan selama 15-20 menit. 6. Setting tempat

(71)

7. Prosedur

• Persiapan alat dan bahan : kertas yang bergambar, gambar disesuaikan dengan kesenangan orang yang akan di berikanguided imagery

• Memperkenalkan diri

• Memperjelaskan tujuan, manfaat dan dampak penelitian

• Melakukan wawancara untuk mengidentifikasi karakteristik responden

• Menyediakan kertas yang bergambar

• Responden berbaring dipersilahkan melihat dan memperhatikan kertas yang bergambar

• Responden melakukan relaksasi dengan beberapa kali napas dalam

• Responden menutup mata

• Memberikan teknik imagery kepada responden dengan cara bercerita tentang gambar yang ada di kertas dan mengajak responden seolah-olah ada di dalam cerita

• Responden membayangkan cerita yang diberikan

• Setelah selesai bercerita responden kembali melakukan relaksasi (tarik napas dalam)

(72)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

b 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 12

c 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

d 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 13

e 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18

f 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 11

g 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 18

h 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 7

i 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 18

j 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21

jumlah item ya 10 9 6 9 9 8 7 7 6 9 8 7 9 7 10 7 5 7 7 5 8 160

P 1 0.9 0.6 0.9 0.9 0.8 0.7 0.7 0.6 0.9 0.8 0.7 0.9 0.7 1 0.7 0.5 0.7 0.7 0.5 0.8 Q= 1-p 0 0.1 0.4 0.1 0.1 0.2 0.3 0.3 0.4 0.1 0.2 0.3 0.1 0.3 0 0.3 0.5 0.3 0.3 0.5 0.2

PQ 0 0.09 0.24 0.09 0.09 0.16 0.21 0.21 0.24 0.09 0.16 0.21 0.09 0.21 0 0.21 0.25 0.21 0.21 0.25 0.16 3.38

K 21

PQ 3.38 VAR 20.97959

MEAN 16

KR20 0.880836

(73)

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21

1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1

2 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1

4 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0

6 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1

7 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1

8 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0

9 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0

10 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1

11 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1

12 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1

13 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1

14 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1

15 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0

16 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1

Gambar

Table 3.1 Definisi perasional variabel penelitian
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tablel 5.3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “ Asuhan keperawatan

IV.2.3 Pengaruh Rasio Antara Massa Bahan Baku dengan Volume Pelarut Terhadap Yield Minyak Serai Dapur Pada penelitian ini massa bahan yang digunakan untuk bagian

Pertemuan ditutup dengan doa bersama pada pukul

Step 1: Configure the routers to identify the remote host (Syslog Server) that will receive logging messages.. Step 2: Verify logging configuration using the command

Hasil penelitian: nilai p=0,006 (p&lt;0,05) yang berarti ada perbedaan bermakana pada motivasi pasien dengan mobilisasi dini pada ibu post sectio cesarea primipara dan multipara

Step 1: Configure the routers to identify the remote host (Syslog Server) that will receive logging messages.. The router console will display a message that logging

Namun masih ada yang belum mengetahui tentang rambu lalu lintas, penerapan teknologi 3D hologram sebagai media interaktif pengenalan rambu lalu lintas ini

This study aimed to determine the prevalence of gastric malignancy and diagnostic value of UGI endoscopy in detection of gastric malignancy in Sanglah Hospital, Denpasar.. Method: