• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRES DAN STRATEGI COPING PADA ORANG TUA ETNIS CHINA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRES DAN STRATEGI COPING PADA ORANG TUA ETNIS CHINA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Autis adalah suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi. Autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subjektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penderita autisme disebut orang yang hidup di memperkirakan angkanya 1 dibanding 150 anak. Di Indonesia, tren peningkatan jumlah anak autis juga terlihat, meski tidak diketahui pasti berapa jumlahnya karena pemerintah sendiri belum pernah melakukan survei. Menurut data resmi yang dikeluarkan pemerintah AS tersebut, disebutkan 1% anak di sana kini menunjukkan beberapa gejala autisme, seperti gangguan berkomunikasi, bahasa, dan kemampuan kognitif, dimulai dari gejala yang ringan sampai dengan gejala yang berat yang ditunjukkan oleh mereka.

Prevalensi autis sangat terkait dengan gender, dimana data ini juga menguatkan temuan berbagai studi yang menyebutkan gejala autis lebih sering terlihat pada anak laki-laki dibanding perempuan. Menurut data CDC ini, pada anak laki-laki prevelansinya naik 60% dibanding dengan data tahun 2002. Sementara pada anak perempuan hanya 48%.

(2)

2

yang dilakukan orang tua ataupun guru kelasnya. Hal ini, mengakibatkan kurangnya perhatian dan pemahaman orang tua dan tenaga pendidik tentang autis.

Lebih dari setengah anak autis tidak dapat berbicara, yang lainnya hanya mengoceh, merengek, menjerit atau menunjukkan ecolalia, yaitu menirukan apa yang dikatakan orang lain. Anak autis sering melakukan gerakan berulang-ulang secara terus-menerus tanpa tujuan yang jelas. Seperti berputar-putar, berjingkat-jingkat dan lain sebagainya. Gerakan yang dilakukan berulang-ulang ini disebabkan oleh adanya kerusakan fisik. Misalnya, karena adanya gangguan neurologis. Anak autis juga mempunyai kebiasaan menarik-narik rambut dan mengggigit jari. Walaupun sering menangis kesakitan akibat perbuatannya sendiri, dorongan untuk melakukan tingkah laku yang aneh ini sangat kuat dalam diri mereka. Anak autis juga tertarik pada hanya bagian-bagian tertentu dari sebuah objek. Misalnya, pada roda mainan mobil-mobilannya. Anak autis juga menyukai keadaan lingkungan dan kebiasaan yang monoton.

Tidak jarang mereka dengan kelainan ini disertai dengan adanya gangguan pertumbuhan dan pekembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik. Pada umumnya anak autis mengalami retardasi mental (IQ<70). Mereka juga menarik diri dari segala kontak sosial ke dalam suatu keadaan yang disebut extreme autistic aloneness. Hal ini akan semakin terlihat pada anak yang lebih besar, dan ia akan bertingkah laku seolah-olah orang lain tidak pernah ada sehingga orang tua, guru dan lingkungannya memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.

Hal inilah yang menyebabkan kehadiran anak autistik di dalam keluarga juga menyebabkan perubahan cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan. Orang tua harus memberikan perhatian yang jauh lebih besar kepadanya secara spesial. Dalam menerima kehadiran anak dengan gangguan autisme, beragam hal terjadi pada diri orang tua. Orang tua biasanya stres, kecewa, patah semangat, mencari pengobatan kemana-mana, serba khawatir terhadap masa depan anaknya dan lain-lain.

(3)

3

hidup tenang dan damai ketika mengetahui bahwa anaknya autis. Berbagai macam reaksi emosi yang negatif sudah pasti menyelimuti perasaan orang tua sepanjang waktu. Gejolak emosi-emosi yang negatif ini tentu saja membawa banyak dampak negatif, baik secara fisik maupun secara psikis. Dampak negatif yang dialami orang tua tersebut salah satunya adalah stres. Menurut Hopes dan Harris (dalam Berkell,1992), orang tua dengan anak autis akan mengalami stres yang lebih besar dari pada orang tua dengan anak yang mengalami keterbelakangan mental karena hilangnya respon interpersonal pada anak-anak autism tersebut. Selain itu, tingkat keparahan dari gejala-gejala autisme merupakan salah satu hal yang mempengaruhi stres orang tua.

Maramis (dalam Rohmawati, 2008) mengungkapkan bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu selalu mengganggu keseimbangan kita. Bila kita tidak dapat mengatasinya dengan baik, maka akan muncul gangguan badan ataupun gangguan jiwa. Stres memang tidak dapat dihindari dalam kehidupan ini, karena kehidupan itu sendiri mengandung berbagai macam tekanan, ketegangan, tuntutan, dan kesulitan-kesulitan.

(4)

4

karma pada masa lalu. Segala bentuk cacat dipandang sebagai kutukan yang telah diberikan kepada keluarga untuk menebus dosa-dosa yang dilakukan oleh orang atau anggota keluarga mereka sebelumnya seumur hidup. Sehingga, dengan adanya kepercayaan bahwa memiliki anak cacat merupakan kutukan atau karma dari leluhurnya dapat mengakibatkan atau menambah tingkat stres pada orang tua etnis China yang memiliki anak autis karena akan dikucilkan, dihina dan dimarahi oleh keluarga dan kerabat.

Di Indonesia sendiri komunitas minoritas etnis China tidak jarang ditemui keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Hal ini karena sudah berbaurnya budaya dari Indonesia dan tidak adanya aturan mengenai tidak boleh memiliki anak lebih dari satu. Perlahan-lahan ke”China”annya mulai menghilang dikarenakan terpengaruhnya dari budaya Indonesia serta agama yang mereka anut selain dari Tionghoa, seperti agama nasrani. Tentu saja dengan adanya agama nasrani ini membuat masyarakat etnis China sendiri sudah mulai tidak percaya terhadap kepercayaan-kepercayaan asli dari China Tionghoa, hanya masyarakat etnis China murni atau biasa disebut dengan China “totok” yang masih memiliki kepercayaan dari agama Tionghoa. Maka dari itu, orang tua etnis China murni yang memiliki anak autis akan mengalami stres dan melakukan berbagai macam coping untuk mengatasi stresnya tersebut, baik dengan coping yang positif maupun coping yang negatif.

Dinamika yang terjadi dalam keluarga juga sangat berpengaruh ketika menangani anak autis. Dalam kondisi itu orang tua memiliki peranan penting untuk mengelola keadaan keluarga secara total. Sebab, persamaan persepsi dan kondisi saling memotivasi di antara pasangan akan sangat menentukan optimisme penanganan anak. Tentu hal ini merupakan kondisi ideal yang hendaknya bisa diciptakan dalam lingkungan keluarga. Untuk menciptakan kondisi yang ideal tersebut maka harus melalui penyesuaian diri, pertahanan secara efektif,dan melakukan tindakan coping yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang mengalami autis.

(5)

5

stressor, atau memberikan ketahanan terhadap stres. Dari berbagai macam permasalahan di atas, maka orang tua anak autis dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara coping. Dengan adanya stres maka jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang tepat adalah dengan adanya perilaku

coping yang tepat.

Coping ini dapat membantu orang tua dalam suatu proses dimana orang tua tersebut mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari orang tua itu sendiri maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber data yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressfull, sehingga orang tua dapat bertindak dan dapat mengatur stresnya agar tidak menimbulkan stres yang berlebihan hingga depresi.

Sedangkan coping yang tidak baik dapat mengakibatkan stres pada orang tua karena mereka harus menanggung beban secara fisik dan psikis, dimana harus merawat anaknya dengan baik dan memikirkan perkataan-perkataan atau cemooh dari keluarga dan lingkungannya terutama bagi masyarakat yang masih berpegang teguh pada budaya atau kepercayaan dari leluhurnya bahwa anak cacat merupakan kutukan dari leluhurnya karena kelalaian mereka dalam mengagungkan para leluhur terdahulu.

McCabe (2008) meneliti pengalaman dari 78 orang tua (70 ibu & 8 ayah) dari anak autis tentang pengalaman pribadi mereka dan pengalaman keluarga mereka dalam hal memiliki anak autis. Menggunakan kombinasi kuesioner dan tindak lanjut wawancara, McCabe mengatakan keluarga China menderita shock

(6)

6

Berdasarkan uraian di atas dan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa orang tua akan mengalami stres apabila mengetahui anaknya mengalami autis, terutama orang tua atau keluarga yang berasal dari etnis China yang memiliki kepercayaan bahwa anak cacat merupakan kutukan atau karma dari leluhurnya karena akan dikucilkan, dimarahi, dan dihina oleh keluarga dan kerabat sehingga dapat menambah beban psikis orang tua, dan mengingat pentingnya penelitian ini dilakukan agar orang tua lebih memahami dan mengerti masalah dan strategi penanggulangan apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi anak autis, karena orang tua harus mampu mengupayakan usaha penanganan yang tidak mengenal menyerah untuk penyembuhan anak autisnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Stres dan Strategi Coping pada Keluarga Etnis China yang Memiliki Anak Autis”, mengingat penelitian sebelumnya bukan dilakukan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran stres yang dirasakan dan bagaimana jenis strategi

coping yang digunakan orang tua Etnis China yang memiliki anak penyandang autis?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian deskriptif ini memiliki tujuan antara lain untuk mengetahui gambaran stres yang dirasakan orang tua Etnis China yang memiliki anak-anak penyandang autis dan jenis strategi coping stres yang digunakan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilaksanakannya penelitiannya ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara empiris:

1. Manfaat teoritis

(7)

7

2. Manfaat praktis

(8)

STRES DAN STRATEGI COPING PADA ORANG TUA ETNIS

CHINA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS

SKRIPSI

Oleh :

Afinia Sandhya Rini

07810122

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)

STRES DAN STRATEGI COPING PADA ORANG TUA ETNIS

CHINA YANG MEMILIKI ANAK AUTIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Afinia Sandhya Rini

07810122

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(10)
(11)
(12)
(13)

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Stres dan Strategi Coping pada Orang Tua Etnis China yang Memiliki Anak Autis” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Siti Suminarti M.Si dan M. Salis Yuniardi, M.Psi selaku pembimbing I dan pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Yudi Suharsono M.Si, selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi dan Minarti Sri Mulyanti S.Psi yang telah memberikan inspirasi kepada penulis.

4. Subyek penelitian yang merelakan rahasia pribadinya untuk penulis demi pengembangan keilmuan, permintaan maaf dan terima kasih saya haturkan.

(14)

6. Martha dan Fey yang setia membantu dalam penyusunan skripsi, selalu memberi

support yang amat besar dan terima kasih atas segala perhatian maupun pengertiannya.

7. Ririf, teman seperjuangan dalam bimbingan.

8. Teman-temanku di Fakultas Psikologi angkatan 2007 khususnya kelas C, Nurul, Yanti, Findy, Billy, Kholis, Dita, Nandar, Azwar, dan semuanya terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata tiada satupun karya manusia yang sempurna, oleh karenanya saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis hargai dan harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan ridhonya kepada kita semua. Amin.

Malang, 19 Agustus 2011 Penulis

(15)
(16)

C. Autis………...

BAB III : METODE PENELITIAN……… A. Jenis Penelitian………..

B. Batasan Istilah………...

C. Subyek Penelitian………... D. Metode Pengumpulan Data………... E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian……… F. Lokasi, Waktu, dan Prosedur Penelitian………..

G. Metode Analisa Data……….

H. Metode Keabsahan Data………... BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… A. Identitas Subjek Penelitian………... B. Deskripsi Hasil Penelitian……….

1. Subjek ST dan TW………..

2. Subjek FA dan YV………..

3. Subjek AK dan MR……….

C. Analisa Data Subjek Penelitian………

D. Pembahasan………..

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………

(17)

DAFTAR TABEL

Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek ST... Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek TW... Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek FA... Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek YV... Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek AK... Identifikasi Stres dan Strategi Coping pada Subjek MR...

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lampiran B Lampiran C Lampiran D

: : : :

INFORMED CONSENT……….. Guide Wawancara dan Check List………... Hasil Wawancara Subjek………. Hasil Diagnosa Psikiater………..

(19)

DAFTAR PUSTAKA

APA (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th ed. Washington, DC : American Psychiatric Association Press.

Adrienne, P. (2010). A Model of stress in families of children with developmental disabilities: clinical and research applications. Journal of Psychology

Berkell, D. E. (1992). Autism : identification, education and treatment. (ed) Hillsdale, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.

Berry, J., & Dalal, AK. (1996). Disability attitudes, beliefs and behaviours: a preliminary report on an international project in community based rehabilitation. Unpublished Manuscript, ICACBR, Queen's University: Kingston, Canada.

Chan, S., & Lee, E. (2004). Families with Asian roots. In E. W. Lynch & M. Hanson (Eds.), Developing cross-cultural competence: a guide for working with children and their families (pp. 219-298) Baltimore, MD: Paul Brookes.

Ewa, P,. & Zuzanna, K. (2010). Sense of coherence and coping with stress among mothers and fathers of children with autism. Journal of Psychology.

Folkman, S., Lazarus, R. S., Dunkel-Schetter, C., DeLongis, A., & Gruen, R. (1986).

Dynamics of stressful encounter: cognitive appraisal, coping and encounter outcomes.Journal of Personolity and Social Psychology

Ghai, A. (2000) Towards Understanding Disability. Psychological Studies

Gurung, R, A,R,. (2006). Health psychology. A Cultural Approach. University of Wisconsin. Green Bay : Thomson Wadsworth.

Jumlah.Anak.Autis.Meningkat. Kompas. (2009, 21 Desemeber) Diakses 21 Desember 2011

Lam, L,. & Mackenzie, A. E. (2002). Coping with a child with Down Syndrome: The experience of mothers in Hong Kong. Qualitative health research

McCabe, H. (2007). Parent advocacy in the face of adversity: Autism and families in the People’s Republic of China. Focus on Autism and Other Developmental Disabilities. Diakses 25 Juni 2011 dari http://www.proedinc.com [0n-line] ________. (2008). Autism and Family in the People’s Republic of China: Learning from parents’ perspective. Research & Practice for Persons with Severe Disabilities,

(20)

Moleong. (2007). Metode penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Peishi, W,. Craig, A. M,. Matthew, S, D. (2010). Stresses and Coping Strategies of Chinese Families with Children with Autism and Other Developmental Disabilities. Journal of Psychology. Diakses 22 Juni 2011 dari http://www.springerlink.com/content/e10364h365507h77 [on-line]

Safaria, T. (2005). Autisme : pemahaman baru untuk hidup bermakna bagi orang tua.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sitanggang, M. (2010). Rahasia sukses etnis tionghoa mendidik anak. Jakarta. Gorga Media.

Sen A. (1988). Psychosocial integration of the handicapped. New Delhi: Mittal Publications.

Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung. CV Alfabeta. Weiss. (t.t). Manajemen Stres. Jakarta. Binarupa Aksara Publisher.

Wiley, J,. (1996). Handbook of coping : theory, research, and application. Canada. Library of Congress Cataloging.

Gambar

Tabel 3.1 :

Referensi

Dokumen terkait

Pembebasan Bersyarat menurut Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.2.PK.04-10 Tahun 2007 tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat,

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi berjudul Evaluasi

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima kasih kepada Master Cheng Yen dan kepada semua relawan Tzu Chi Indonesia, ke depan kita akan terus bersama demi

Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada

Pada hasil partisipasi aktif siswa, siswa telah berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran dan keaktifan siswa pada proses pembelajan berlangsung dapat dilihat

General Policy Speech by Prime Minister Junichiro Koizumi to the 163'd Session of the

The results showed that the existing community participation in tourism management for sustainable tourism development at Angkor, the government should encourage

Penekanan pada komunikasi antar budaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduanya