DIMENSI MUSIK DALAM ISLAM
PEMIKIRAN HAZRAT INAYAT KHAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Oleh Ali Kemal NIM: 104033101046
PROGRAM AQIDAH FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Hidayatullah jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil atau merupakan hasil jiplakan
dari karya orang lain, maka saya bersedia menerim sanksi sesuai yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 21 Maret 2011
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)
Oleh:
ALI KEMAL NIM: 104033101046
Di bawah Bimbingan
Dr. Syamsuri, MA.
NIP. 19590405 198903 1003
JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 14 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I.) pada Program studi Aqidah
Filsafat.
Jakarta, 21 Maret 2011 Sidang Munaqasyah
Ketua merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Agus Darmaji, M,Fils. Muslim, S.Th.I
NIP. 19610827 199303 01 002
Anggota
Penguji I Penguji II
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat yang tak terhingga dari-Nya
skripsi ini alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW para sahabatnya serta seluruh umat Islam yang
mengikuti langkah mereka hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa kendala dan tantangan.
Waktu, materi dan permasahan lain yang terkadang mengendurkan semangat penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Namun patut disyukuri karena banyak sekali pengalaman berharga
yang telah penulis dapatkan dalam penyelesaian skripsi ini.
Tugas akhir ini dapat terselelaikan berkat bantuan dan kontribusi dari berbagai pihak,
oleh karena itu ucapan terima kasih yang tek terhingga penulis sampaikan kepada Bapak. Dr.
Syamsuri, MA. selaku pembimbing yang meluangkan waktu, dan pikiran serta dengan sabar dan
pengertian memberikan bimbingan, dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis juga
ingin sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat., selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.
2. Prof. Dr. Zainun Kamal., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajaran dekanat.
3. Drs. Agus Darmaji, M.Fils., selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat, Dra. Tien Rahmatin,
M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Aqidah Filsafat, beserta seluruh staf pengajar Fakultas
Terima kasih atas bantuan dan morilnya selama penulis beraktifitas di Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat.
5. Kedua orang tua tercinta, bunda Sopiah dan ayahanda Djuhro yang selalu mendoakan
penulis agar selalu dalam keadaan sehat, dan semua kasih sayang, cinta, kesabaran, dan
perhatiannya yang selama ini selalu diberikannya. Maaf jika penulis belum dapat
memberikan yang terbaik.
6. Kakak-kakakku; Teh Eli,teh Ida, teh Ocha, aa Syamsul, aa Soma, dan aa Indra yang
selalu ada dalam memberi bantuan penulis jika dalam keadaan masalah baik dalam materi
maupun non materinya.
7. Sepupu-sepupuku yang kompak jika menghadapi masalah keluarga, Inay, Toha, Nani,
evi, Sari, Nia, dan Nila. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya, walaupun
kadang-kadang membuat penulis merasa jengkel hingga merasa senang, karena semua itu sangat
berarti bagi penulis.
8. Fajar teman kosan yang selalu memberi teguran untuk penulis jika sedang dalam lalai,
serta patnernya Mbok Sella Nurmaya yang selalu menyemangati penulis, dan
hiburan-hiburannya. Teman-teman yang selalu kunjung ke kosan ku Iwan Taunuzi beserta
isterinya Pyun Puaddah, jangan pernah merasa bosan untuk kunjungannya. Muammar
morilnya, semoga kita dapat kumpul kembali dan menjadi orang-orang sukses. Amieeen..
10.Terima kasih untuk teman-teman BEMJ-AF dan BEM-FUF, yang telah kerja sama
dengan baik dalam menjalankan tugas organisasi, semoga di hari mendatang kita dapat
bekerja sama kembali. Teman –teman YAPENTUS yang dikomandoi oleh M. Bowo,
untuk memberi semangat, dan taste di Fakultas Ushuluddin. Salam Yapentus..
11.Para penghuni Freedom Cirle yang di ketuai oleh Syiqil, terima kasih atas pemberian
Pengetahuan dan masukan-masukannya. Semoga kita dapat menjaga keharmonisan
dalam kehidupan kita.
12.Khomsul Amri, Mohali, dan Zubair terima kasih atas refleksi dan hiburannya yang
membuat penulis bisa menghilangkan rasa stres. Iqbal, Naldhy, Rossi, Haris, Ahmad
Khadafi, Jarwo, Renold, dkk. Terima kasih maen futsalnya. Kapan sparing futsal lagi?.
13.Teman-teman Biass; Qomar, Azos, Uci, Anchit, Yama, Ika, Ulfa, Yeni, dan Akang
N-chud, hingga teh Neni yang tak pernah bosan untuk mengingatkan penulis di dalam
kelalaian, walaupun dalam bentuk pertanyaan “Kapan lulusnya?”.
14.Teman-teman rumah camp Bahari; Erik, Apuy, Vikqy, Alex, Ulle, Femy, Desi, Bams,
Andy, wawa, Dede, Zhola dan Bunda Dinnah, terima kasih atas tumpangan atau
persinggah hidup sementara dan main Psnya. Kapan kita tanding lagi ??
15.Ka Soma dan Teh Iis serta teman-teman Mekarsari , terima kasih atas gratisan hiburan
tuk kunjungannya jika penulis mengalami kebuntuan dan kebosanan aktifitasnya, serta
kepada semuanya yang telah membantu dalam bentuk materi, moril dan sebagainya.
Semoga bantuan, dukungan, motivasi, serta doanya dapat menjadi amal salih dan
mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. amin. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya. wallȃhu a’lam i- al-șawab.
Ciputat, 20 Maret 2011
vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGANTAR ... ii
TRANSTERASI MANUAL ... vi
DAFTAR ISI ... vii
BAB I. PENDAHULUAN
……….. 1A. Latar Belakang Masalah ……….... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 9
C. Tujuan Penelitian ………... 10
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ……….. 10
E. Tinjauan Pustaka ……… 11
F. Sistematika Penulisan ……… 13
BAB II. BIOGRAFI HAZRAT INAYAT KHAN
……….. 15A. Riwayat Hidup Hazrat Inayat Khan ... 15
B. Karya-karya Hazrat Inayat Khan ……… ... 24
BAB III. KAITAN MUSIK DAN TASAWUF
……….. 31A. Konsep Musik ………. 31
1. Musik Secara Umum ………... 31
2. Musik Dalam Pandangan Islam ………..... 36
B. Tasawuf ……… 50
1. Pengertian Tasawuf ………... 50
2. Hubungan Tasawuf Dengan Musik ……… . 57
BAB IV. ANALISIS TERHADAP KONSEP DIMENSI MUSIK
MENURUT HAZRAT INAYAT KHAN
………. 67A. Landasan Musik Hazrat Inayat Khan ……….. 67
B. Dimensi Musik Pandangan Hazrat Inayat Khan ……… 71
1. Pengertian Musik ……… 71
2. Bentuk-bentuk Musik ………. 78
C. Musik Sebagai Kesatuan Makro dan Mikro Kosmos ………. 83
D. Bentuk dan Pemanfaatan Musik Spiritual Inayat Khan ... 87
BAB V. PENUTUP DAN SARAN
……… 91A. Kesimpulan ……… 91
B. Saran ……….. 93
1
A. Latar Belakang Masalah.
Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan seiring
dengan perkembangan media audio (radio dan televisi) yang dapat diterima
masyarakat. Banyaknya stasiun radio yang menjadikan musik sebagai program
mayoritas dapat menyebabkan masyarakat selalu mengikuti perkembangan musik
pada umumnya.
Perkembangan pesat seni musik dan industri musik membuat sulit
dipisahkan antara musik dengan kehidupan sehari-sehari masyarakat, maka tidak
salah jika orang memandang bahwa musik sebagai sarana tuntutan finansial pada
era ini, di mana industri musik pun mulai meningkat pesat dengan perkembangan
seni musik ini.
Indikasi lain yang menunjukkan kegandrungan masyarakat dalam bidang
musik yaitu dengan perkembangan jumlah grup band yang ada. Kondisi tersebut
menunjukkan kegandrungan masyarakat yang antusias terhadap perkembangan
musik. Hal ini juga terjadi pada grup band solo musik yang mana mereka
menyanyikan lagu-lagu yang bertema religius, sebut saja band Gigi, Ungu dan
Opick yang sering mengeluarkan album bertajuk religius yang khususnya
diluncurkan pada bulan tertentu yaitu bulan Ramadhan. Pada bulan tersebut
lagu-lagu mereka selalu ada pada deretan hist sebagaimana lagu-lagu-lagu-lagu yang mereka
nyanyikan menjadi lagu terfavorit dan andalan untuk diputarkan di berbagai
Album religius yang bertajuk “Istigfar” pada tahun 2005 yang silam dengan lagu andalannya “Tomboati” lagu ini selalu selalu difavoritkan pada masa itu,
sedangkan grup band Ungu dan Gigi mengeluarkan album religius musik mereka
antara tahun 2006 dan 2009 yang bertema “Surga-Mu” dan “Restu Cinta-Mu”.
Lagu-lagu religi yang dinyanyikan oleh mereka memang ber-genre yang
berbeda-beda mulai dari genre yang berbalut rock, pop melayu hingga berirama
shalawat sebagaimana yang dinyanyikan oleh Opick. Namun secara tidak
langsung lagu-lagu tersebut memiliki hubungan dengan agama, khususnya Islam,
di mana dalam lirik lagu yang mereka nyanyikan terdapat suatu pengukapan
terhadap Allah swt. misalnya dalam lagu band Gigi yang di dalam syairnya
sebagai berikut; “Rinduku cinta-Mu sembahku untuk-Mu dan mengharapkan
ridho-Mu Tuhan”.
Musik dalam bahasa Sansakerta disebut dengan sangita, yang
melambangkan tiga subjek;
1. Menyanyi.
2. Memainkan.
3. Menari.1
Sehingga bermain musik tidak hanya untuk memainkan instrumen saja akan tetapi
diimbangi oleh nyanyian atau menyanyi dan menari merupakan bagian dari
bermain musik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musik diartikan dalam dua
pengertian yakni: Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam
urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara
yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Maka musik adalah nada atau
suara yang disusun sedemikian rupa hingga mengandung irama lagu dan
keharmonisan.2
Abdurrahman Al-Bagdadi memandang bahwa musik merupakan
bidang seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar dari
alat musik tersebut. Setiap masing-masing alat musik juga memberikan penjelasan
atau membahas not dan bermacam aliran musik dapat disatukan. Instrumentalia
adalah seni suara yang diperdengarkan melalui alat-alat musik, seni vokal adalah
melantunkan syair yang hanya dinyanyikan dengan perantaraan oral (suara saja),
tanpa iringan instrumen musik.3 Maka dapat diartikan bahwa musik tidak hanya
nyanyian saja, tetapi juga memainkan instrumen musik, menari sesuai dengan
bunyi yang keluar dari instrumen yang dimainkan.
Musik adalah suatu kreasi seni yang ditujukan untuk memperoleh nilai
estetika,4 dengan nilai estetika tersebut orang dapat merasakan keindahan serta
merasakan apa yang telah dirasakan oleh penciptannya melalui pesan dalam
bentuk musik. Keindahan merupakan naluri manusia, dengan aspek intuisi yang
digunakan sebagai landasan penilaian estetika atau keindahan yang datang melaui
indera-indera yang terdapat dalam diri manusia. Baik dalam indera pendengaran,
indera penglihatan, dan indera-indera lainnya.
2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 602. 3 Abdurrahman Al-Bagdadi, Seni Musik dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik dan Tari, (Jakarta: Guna Insani Pres, 1994), hal. 19.
Musik adalah sebuah hal yang tak dapat dipisahkan oleh kehidupan
manusia. Dalam sejarah peradaban manusia pun belum ditemukan suatu kaum
ataupun zaman yang melepaskan maupun meninggalkan musik dari kehidupan
manusia5. Musik berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan
peradaban manusia. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Musik dimiliki oleh setiap masyarakat, dan setiap anggota masyarakat adalah
“musical”.6
Agama sebagai salah satu tanda perkembangan peradaban manusia,
memiliki hubungan yang nyata dengan musik. Dalam agama Kristen, musik
dikenal sebagai salah satu bagian penting untuk melaksanakan ritual-ritual
keagamaan. John Chrysostom, seorang pemuka agama Kristen yang hidup pada
abad keempat setelah masehi mengatakan: “Tiada sesuatu, selain aransemen
musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan derajat akal, memberinya
sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya dari belenggu jasmani serta
menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan7.
Penganut agama Hindu di India meyakini bahwa awal kehidupan adalah
rūh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian (termasuk musik), filsafat dan
kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama, yaitu kehidupan spiritual.
5 Yusuf Al-Qardhawy, Nasyid Versus Musik Jahiliyah, terj. H. Ahmad Fulex Bisri, H. Awan Sumarna, H Anwar Mustafa, (Bandung: Mujahid Press, 2003), hlm. 9-10
6 Dalam budaya Barat terdapat perbedaan tajam antara siapa yamg memproduksi musik dan siapa yang secara mayoritas mengkonsumsi musik. Dan kenyataannya semua golongan mayoritas dapat mengkonsumsi musik, mendengar, menarikan dan mengembangkannya. Kemudian ada kesan bahwa mayoritas diam merupakan masyarakat musikal dalam kapasitas memahami musik. Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Buku Baik, 2003), hlm. 7-8
Musik Kuno India, merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun
temurun oleh pemeluk agama Hindu8.
Perjalanan sejarah kebudayaan Islam mengantarkan perkembangan musik
ke arah musik yang bercorak Islam atau musik yang bernuansa islami salah
satunya musik sufi, musik tersebut musik yang memiliki aroma islam(Islami).
Musik merupakan kesenian yang keindahannya dapat dinikmati melalui
indera pendengaran dan telah ada sejak zaman sebelum datangnya Islam. Di Arab,
musik dinikmati dengan berbagai macam cara, sesuai dengan suasana hati para
penikmatnya. Tetapi pada saat itu, mayoritas musik digunakan untuk
bersenang-senang dan hura-hura. Di tempat pertunjukan musik, mereka menari-nari dalam
keadaan mabuk menikmati lagu-lagu yang dilantunkan oleh para pemusik yang
kesemuanya adalah wanita hamba sahaya. Tidak ada pemusik laki-laki atau orang
merdeka, karena bagi mereka menjadi pemusik dianggap sebagai aib bagi orang
merdeka dan kaum laki-laki9
Namun sebagaimana lahirnya musik dalam Islam yang khusus dalam
kalangan tasawuf menganggap seni atau musik sebagai salah satu sarana
pengenalan terhadap sumber keindahan, yakni Tuhan. Seni merupakan bagian dari
keindahan Tuhan, dan bentuk pengekspresian terhadap keindahan tersebut bisa
tertuang dalam musik, puisi, lukisan, dan sebagainya. Sehingga sejauh mana
orang-orang memahami ataupun mengambil suatu hikmah dari apa yang mereka
lakukan, reaksi bahkan refleksi dari keindahan yang mereka buat dapat mencapai
suatu tingkatan pendekatan terhadap Tuhan.
Musik merupakan salah satu bentuk sarana pemujaan terhadap Tuhan,
dengan bermain musik adalah kegiatan dari pengungkapan pengamalan
keagamaan seseorang. Baik dimainkan bersamaan dengan prosesi ritual yang
dilakukan ataupun tidak adanya ritual. Sebagaimana yang terlihat dan terjadi
dalam agama Kristen, musik dianggap sebagai salah satu sarana penunjang dari
prosesi ritual. Kristen katolik melakukan upacara kebaktian selalu diiringi musik
yang dimainkan serta dengan nyanyian, walaupun itu bukanlah menjadi suatu
keharusan, namun itu merupakan suatu fenomena yang sering tampak terjadi.10
Dalam kalangan Islam juga didapatkan terjadinya pro dan kontra antara
halal dan haram tentang musik. Sebut saja Ibnu Hazm, seorang ulama penganut
madzhab fiqih Zhahiriyah, yang mengharamkan musik dan alat-alat musik dengan
berbagai corak dan bentuknya. Tanpa disadari belasan Ulama pun langsung
mengkritik tajam atas gagasan Ibnu Hazm, salah satunya Al-Ghazali yang
melontarkan kritik dalam tulisannya, as-Sunnah an-Nabawiyah baina Ahli
al-Fiqh wa Ahli al-Hadist (Sunnah Nabi Antara Ahli Fikih dan Hadis), setiap orang
yang satu pemikiran dengannya terhadap fikih dan para ulamanya, seperti
penyimpangan terhadap hadis dan para ulama hadis, Al-Ghazali telah menyebut
para ulama sebagai orang-orang yang keterlaluan bodohnya karena mereka
mengharamkan nyanyian.11 Namun banyak kalangan Islam khususnya kalangan
Islam kontemporer yang menghalalkan lagu dan musik dengan dibatasi lagu dan
musik tersebut tidak menimbulkan gairah syahwat.
Dalam bermain musik terdapat bentuk pemujaan dan kultus terhadap
realitas mutlak, salah satu bentuk tingkah laku keagamaan tersebut dapat terlihat
dari berbagai fenomena yang tampak, contohnya adalah dilihat dari tema apapun
syair lagu tersebut, maka tepat atas apa yang diungkapkan oleh Van Hogel bahwa
“tingkah laku agama sebagai suatu pemujaan dari satu sisi dan juga sebagai kultus
penghayatan terhadap realitas mutlak atau tertinggi”.12
Dalam sejarah Islam, untuk menyebut musik seperti yang diartikan
sekarang ini, digunakan perkataan handasah al-sawt yang artinya ialah seni suara
atau nyanyian. Sedangkan istilah al-musiqȃ (musik) digunakan untuk menyebut
segala jenis musik bersifat hiburan (entertainment, pelipur lara). Sedangkan lagu
atau nyanyian hiburan lazim disebut al-ghina’, yang terakhir ini secara umum
merujuk pada musik atau nyanyian profan, yang tidak punya kaitan langsung
dengan kehidupan keagamaan. Bahkan pada masa awal digunakan untuk
menyebut nyanyian yang diiringi musik untuk memanggil jin atau roh halus
sebagaimana dilakukan ahli-ahli sihir Arab jahiliyah atau dukun-dukun Yahudi
yang disebut kahin. Misalnya seperti dilakukan orang-orang Arab Utara sebelum
11 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Siapa Bilang Musik Haram; Pro Kontra Masalah Musik dan Nyanyian,terj. Abu Umar Basyir dari buku Tahrim alat ath-Tharb, (Jakarta; Darul Haq, 2008), hal. 123-124.
12 Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama: Inti dan bentuk Pengalaman Keagamaan,
datangnya Islam, dalam upacara mengelilingi batu suci (nushb) yang dimeriahkan
dengan nyanyian keagamaan yang disebut nashb.
Bermain musik merupakan salah satu bentuk dari pengekspresian atas
pengalaman keagamaan. Manusia diberikan oleh Tuhan, sadar atau tidak sadar
atas dorongan Tuhan yang tersembunyi itu, menanggapi-Nya dengan cara yang
terbaik bukan melalui suatu gerak akal yang sederhana, tetapi melalui suatu
perbuatan yang banyak dan kompleks, di mana seluruh sifatnya diperhatikan, dan
dalam perkembangannya yang sempurna akan menyerupai sifat-sifat karya seni.13
Pada awal mulanya musik dipahami oleh Hazrat Inayat Khan seorang
tokoh atau guru besar musik spiritual di India, sebagaimana bermusik dengan
menggunakan instrumen biasa, namun dengan perkembangan spiritualnya maka
perkembangan pula pemahaman Hazrat Inayat Khan terhadap musik. Dalam
perkembangan selanjutnya musik dipahami sebagai salah satu sarana pengenalan
terhadap Tuhan, di mana Tuhan dianalogikan sebagai sumber keindahan, dan
musik merupakan hasil dari keindahan.14
Menurut Hazrat Inayat Khan musik mempunyai dimensi makro; bahwa
arsitektur adalah musik, taman adalah musik, pertanian adalah musik, lukisan
adalah musik, puisi adalah musik.15 Hazrat Inayat Khan mengambil pengertian
bahwa alam dengan segala keteraturan dan ketidak keteraturannya, sebagai suatu
harmoni dan juga keselarasan akan ciptaan Tuhan. Keharmonisan tersebut
merupakan suatu bagian dari musik mikro.
13 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal. 15.
Dengan demikian setelah apa yang diungkapkannya tentu mendapatkan
respons baik dalam agama Islam. Namun tentu dapat menimbulkan kontroversi,
apakah sebenarnya tujuan daripada pengungkapan tersebut? Ataukah ia
mengartikan musik dengan keharmonisan yang ada, merupakan salah satu
sistematika spiritual terhadap Tuhan, karena musik diartikan sebagai landasan
sumber ciptaan sekaligus sarana untuk menyerapnya dan juga dunia diciptakan
oleh musik, dan dengan musik bila dunia ini ditarik ke dalam sumber yang telah
menciptakannya.
Maka karenanya, apa yang diungkapkan oleh Hazrat Inayat Khan
mempunyai pandangan berbeda ataupun berkembang dibandingkan dengan yang
lainnya, di mana ia mengungkapkan musik dalam berbagai dimensi yang luas,
termasuk di dalamnya dari Islam. Maka dengan permasalahan tersebut, penulis
dengan segala ketertarikannya akan hal tersebut memberi tema penelitian
“Dimensi Musik Dalam Islam: Studi Pemikiran Hazrat Inayat Khan”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah.
Demi menjaga efektifitas agar pembahasan tetap terfokus pada persoalan,
maka penulis membatasi pembahasan pada konsep dimensi musik menurut Hazrat
Inayat Khan.
Untuk mempermudah pembahasan masalah di atas, dalam skripsi ini
penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana landasan musik menurut Hazrat Inayat Khan ?
3. Bagaimana pandangan Hazrat Inayat Khan tentang musik sebagai kesatuan
makro dan mikro kosmos?
C. Tujuan Penelitian.
1. Untuk mengetahui musik sebagai sarana ekspresi keagamaan dan
sarana spiritual.
2. Untuk mengetahui dimensi musik spiritual dalam pandangan
Hazrat Inayat Khan.
3. Dapat memberi manfaat sebagai sumbangan pemikiran dan
kekayaan khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
Tasawuf.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode studi
pustaka (library research) terhadap karya-karya Hazrat Inayat Khan, terutama
mengenai musik yang membahas dimensi musik spiritual dalam Islam dan
hubungan musik dengan tasawuf sebagai data primer, seperti buku Dimensi Musik
dan Bunyi (Yogyakarta: Pustaka Sufi,2002), Dimensi Spiritual Psikologi (Jakarta:
Pustaka Hidayah, 2000), dan Kesatuan Ideal Agama-agama (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 2003). Selain itu penulis juga mengambil karya-karya orang lain sebagai
data Sekunder, seperti karya Abdurrahman Al-Bagdadi, Seni Musik Dalam
Pandangan Islam: Vocal, Musik dan Tari (Jakarta: Gema Insani Press, 1994)dan
Bulan Bintang, 1977), dan Islam dan Kesenian; Relavansi Islam dan Seni Budaya
(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988), untuk membandingkan pengertian musik dalam
pandangan Islam dengan pengertian musik secara universal serta karya-karya
lainnya yang terutama membahas mengenai hubungan musik dengan agama, dan
pemikiran Hazrat Inayat Khan tentang dimensi musik dalam agama.
Secara teknis, analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dengan
teknik pembahasan deskriptif analitis yang bertujuan untuk menjelaskan musik
agama serta membandingkan aliran-aliran musik umum dengan musik dalam
pandangan Islam. Sementara teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan
dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang
diterbitkan Center for Quality Development and Assurance (CeQDa) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka.
Berkenaan dengan tinjauan pustaka mengenai tema yang penulis teliti,
penulis hanya menemukan tiga buku dan satu karya ilmiah yang membahas
dimensi musik pandangan Hazrat Inayat Khan, dan tiga buku tersebut di
antaranya:
Hazrat Inayat Khan, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, terj. Subagiono dan
Fungky Kusnaendy Timur dari buku The mysticism of Sound and Music. Buku ini
membahas bagaimana Hazrat Inayat Khan melakukan spiritual-spiritual terhadap
gerakan dakwah Hazrat Inayat Khan kepada masyarakat, khususnya masyarakat
India.
Kesatuan Ideal Agama-agama karya Hazrat Inayat Khan yang
diterjemahkan oleh Anand Krishna dari buku The Unity of Religious Ideals. Buku
ini berisi tentang kreasi peribadatan universal pemikiran Hazrat Inayat Khan.
Dimensi Spiritual Psikologi karya Hazrat Inayat Khan yang diterjemahkan
oleh Andi Haryadi dari Buku Spiritual Dimensions of Psychology. Buku ini
menyingkap tingkatan-tingkatan katarsis menempuh jalan spiritual, selain itu
Hazrat Inayat Khan memberikan proses-proses mental dalam diri manusia seperti
berpikir, imajinasi, sugesti, dan sebagainya dalam buku ini.
Berbeda dengan tiga buku tersebut, pada penelitian ini penulis selain
membahas tentang musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan, penulis juga
memberikan aneka tarekat-tarekat sufisme khususnya tarekat Chistiyyah serta
pemikiran-pemikiran sufisme Hazrat Inayat Khan.
Adapun dengan studi kepustakaan dalam karya ilmiah atau skripsi yang
mengenai Hazrat Inayat Khan dan seni musik, penulis hanya menemukan satu
karya ilmiah yaitu, Pemikiran Sufisme Hazrat Inayat Khan oleh Zainal Mutaqin.
Jelas berbeda dengan skripsi diatas, di samping membahas tentang tasawufnya,
penulis secara spesifik dan komprehesif mengulas konsep musik Hazrat Inayat
Khan.
Dalam pembahasan lebih lanjut mengenai skripsi ini, maka penulis
mencoba mendetailkan pembahasan pokok-pokok dalam skripsi ini. Penulis
menggunakan sistematika pembahasan skripsi ini dalam pembahasan 5 (lima) bab:
BAB I, membahas pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan teknik
penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II diawali dengan pendekatan penulis kepada sang tokoh dalam
penelitiannya yakni Hazrat Inayat Khan dengan menulis biografi Hazrat Inayat
Khan di lanjutkan perjalanan hidupnya sebagai sufi sekaligus pemusik, serta
karya-karya darinya yang mengenai dalam bidang tasawuf dengan musik yang
mana membahas musik sebagai sarana untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan.
BAB III, membahas tentang landasan tentang teori musik dan tasawuf,
dalam bab ini penulis memperbandingkan musik yang secara umum dengan
konsep musik dalam pandangan Islam mulai dari pengertian atau definisi musik
itu sendiri hingga bagaimana mereka memainkan musik serta perbedaan dan
persamaan di antara kedua.
Masih dalam BAB III selain perbedaan persepsi musik umum dengan
pandangan Islam di mana di dalamnya terdapat warisan instrumen musik oleh
Islam. bab ini juga menyajikan tentang tasawuf, di mana penulis mencoba
memberi pengertian dari tasawuf di dalamnya dan hubungan musik terhadap
spiritual kaum sufi sebagai ajaran tasawuf. Serta tarekat-tarekat tasawuf yang
BAB IV, membahas landasan musik Hazrat Inayat Khan dan memuat
tentang analisis terhadap konsep musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan, di
mana bab ini menjelaskan konsep-konsep musik Hazrat Inayat Khan. Pengertian
musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan kemudian bentuk-bentuk dari musik
tersebut, dan musik sebagai kesatuan makro dan mikro kosmos.
Sementara BAB V, merupakan bab penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran. Kesimpulan penulis tentang dimensi musik agama dalam
15
A. Riwayat Hidup Hazrat Inayat Khan.
Hazrat16 Inayat Khan adalah seorang keturunan asli India lahir pada 5 Juli
1882 di Baroda, India17. Ayahnya bernama Rahmat Khan, berasal dari keluarga
Mashâik, Punjab, dan tinggal di Sialkot, Punjab dengan latar belakang musik,
mistik dan kepenyairan. Rahmat Khan sendiri mempelajari musik klasik India di
bawah bimbingan Sayn Alias, seorang composer sekaligus sufi yang hidup secara
asketis dari daerah Punjab. Selanjutnya Ia belajar dan menjalin hubungan erat
dengan Maula Bakhsh, hingga Rahmat Khan menikahi putrinya Fatima Bibi.
Setelah wafat istri pertamanya, ia pun menikahi kembali putri dari Maula Bakhsh
Khadija bibi, ibu dari Inayat Khan.18 Inayat Khan adalah seorang penyanyi
dhrupad19 besar yang berguru pada Sant Ilyas seorang musikus sekaligus sufi.
Jumashah adalah leluhurnya, yang hingga saat ini masih dikunjungi sebagai
tempat ziarah.
16
Istilah “Hazrat” merupakan derivasi dari kata Arab „Hâdhârät’ dan biasanya digunakan sebagai panggilan kehormatan terhadap guru sufi atau pemimpin spiritual Islam di kawasan India. Keterangan ini diperoleh pada 25 April 2010 dari, http://www.wahiduddin.net
17
Riwayat hidup Hazrat Inayat Khan diakses dari, http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm,; http://www.wahiduddin.net/hik/_music-bio.htm.
18
Hazrat Inayat Khan, The Sufi Message: Biography. Autobiography. Journal and Anecdo, diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://wahiduddin.net
19
Moula Bakhs Khan20 seorang darwish Chistiyyah keturunan keluarga
Zamindar. Moula Bakhsh Khan adalah seorang yang merupakan salah satu
pendiri Akademi Musik India, Universitas Gayanshala di Baroda, India.
Universitas tersebut dilindungi oleh Maharaja Sayajirao Gaek dari Baroda, yang
sekarang dikenal sebagai Akademi Musik India Maharaja Sayaji Rao21. Maula
Bakhsh Khan sendiri seorang pemusik terkenal, sebagai penggubah, pemain
sandiwara, dan pengembangan notasi musik dengan menggabungkan notasi musik
berbeda ke dalam notasi sederhana. Selain itu ia juga dikenal sebagai Beethoven
dari India, dengan menjadi seorang ahli dari musik antara Utara dan Selatan
India.22
Maula Bakhsh Khan seorang yang begitu dihormati, sebab peranannya
dalam sejarah musik India adalah bukan semata-mata karena dia sebagai seniman
yang memiliki personalitas yang kuat, namun lebih dari itu, Bakhsh Khan telah
menambah sesuatu yang amat brillian dan fanstastik bagi perkembangan musik
India yaitu penggunaannya terhadap metode ilmiah dan sistematik dalam seninya.
Selain itu Bakhsh Khan memberi sentuhan yang teramat berpengaruh dalam
keanggunan India dan kekayaan tradisi kultural yang dimilikinya. Bakhsh Khan
menyadari bahwa dirinya hidup dalam masa transisi di mana tradisi musik India
yang begitu dicintainya dihadapkan pada bahaya kematian. Sebabnya Bakhsh
20
Maula Bakhsh Khan bernama asli Chole Khan adalah putra dari Ghise Khan Enver Khan yang berasal dari keluarga Zamindar (Landlord, landowner; tuan tanah). Nama aslinya diganti dengan Maula Bakhsh, yang berarti Karunia Ilahi, oleh seorang darwish Chistiyyah.
21
http://wahiduddin.net. diakses pada tanggal 25, April 2010.
22
Khan mengupayakan untuk mengumpulkan kembali musik India dan
mengklasifikasikannya berdasar corak dan aliran yang diusung sebagai warisan
berharga bagi generasi India selanjutnya.23
Sisi lain Maula Bakhsh Khan memiliki kecenderungan untuk menghormati
berbagai tradisi agama dan mistik yang berkembang pada masa itu, sehingga
Bakhsh Khan menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan untuk diskusi dan
persinggahan para cendekiawan dan agamawan dari berbagai latar belakang sosial
dan tradisi keagamaan yang berbeda, Hindu, Islam, Zoroaster, dan Kristen24.
Kecenderungan ini yang ditularkan Bakhsh Khan terhadap cucunya Inayat Khan
dengan membawa sang cucu untuk mengunjungi banyak guru spiritual maupun
para sufi Islam.
Inayat Khan dibesarkan dengan kakeknya, dan ia dihadapkan dengan
sebuah pluralitas dalam lingkungan yang berbeda-beda agama, sehingga kakeknya
pun membesarkan Inayat Khan dalam suasana religius. Kakeknya pernah mengajarkan dia melalui sebuah pembicaraan; “katakan kebenaran; kebenaran
adalah Tuhan; pemimpin bersih dan kehidupan sederhana. Lupakan kebaikan
yang pernah kamu lakukan, tetapi ingat kesalahanmu dan dosamu”, (Neki kar
paam me daal: lakukan kebaikan dan lupakan. Baadi kar pallu me baandh:
ingatlah kesalahan yang pernah kamu lakukan)25.
23
Elisabet Keesing, Hazrat Inayat Khan: Abiograf. Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.wahiduddin.net
24
Inayat Khan, The Sufi Message: Biography. Autobiography. Journal and Anecdot.
Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.wahiduddin.net
25
Atas kecintaan kakeknya terhadap musik, puisi, dan pengetahuan, maka
kakeknya pun menanamkannya kepada Inayat Khan di usia belianya, sehingga ia
mengatakan kepada Inayat Khan sebagai berikut: “ My taste for music, poerty,
and philosophy.” He says. “ increased daily, and I loved my grandfather’s
company more than a game with boy of my age. “ 26
Hal ini merupakan salah satu aspek di mana seseorang religius ataupun
tidak. Salah satunya adalah dengan adanya emosi keagamaan, yaitu aspek agama
yang paling mendasar, ada dalam lubuk hati manusia, yang menyebabkan manusia
beragama menjadi religius ataupun tidak religius.27 Sehingga Inayat Khan sudah
terbiasa akan lingkungan religius yang mengelilinginya.
Sebelum beranjak usia ke dua puluh, ia dipercayakan untuk mengajar di
Universitas Gayanshala, dengan mengajarkan Veena28 (alat musik India), dan ia
juga memiliki bakat suara yang merdu yang membuatnya menjadi dikenal hampir
di seluruh kawasan India. Walaupun masih belia Inayat Khan sangat mencintai
bakatnya, kecintaannya terhadap musik sama besarnya terhadap spiritual,
walaupun Inayat Khan sendiri masih belum dewasa. Terlihat Inayat Khan selalu
mencari seorang darwish, penyihir, peramal dan ahli mistik agar ia dapat
26 “ Rasaku untuk musik. Poerty, dan filsafat, dan ia mengatakan: bahwa aku lebih
mencintai kakekku yang meningkatkan ku ketimbang aku bermain bersama teman-teman sebayaku ”. diakses dari http://www. HazratInayatKhan-Bio.htm. pada tanggal 25, April 2010.
27
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama ,
(Bandung: Pustaka Setia, 2000) hal. 28.
28
mempelajarinya.29 Maka dengan itu tidak asing apabila seseorang mengatakan
bahwa Inayat Khan ialah seorang Tansen30, ini terjadi pada saat itu Inayat Khan
sedang menyanyi di Istana Nizam di Hiderabad, dihadapan Tuan Mahebub Ali
Khan.
Kesungguhannya dalam mencari pengetahuan tentang sejarah maupun
suatu ajaran agama, merupakan sebagai suatu bahan perbandingan untuk
menghasilkan pemahaman baginya (suatu kebenaran mutlak ), sehingga Inayat
Khan sendiri menuangkannya ke dalam karyanya “Kesatuan Ideal Agama -agama”, sebagai ekspresi yang dibuat dalam bentuk tulisan. Unsur kunci
menyusun cinta kepada kebijakan adalah kemauan menjaga pikiran tetap terbuka,
kesediaan membaca secara luas, dan mempertimbangkan seluruh wilayah
pemikiran dan memiliki perhatian terhadap kebenaran31.
Keinginan yang kuat Inayat Khan terhadap pengetahuan bidang sufisme
membuat ia hijrah ke Ajmer, salah satu wilayah di India, di Ajmer terdapat
makam para tokoh-tokoh spiritual,diantaranya Nizamuddin Aulia dan Amir
Khusro, ke duanya adalah musisi sekaligus seorang mistikus besar New Delhi.
Ajmer merupakan tempat yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Khwaja
Moineddin Chishti juga dimakamkan di tempat tersebut, Moineddin merupakan
29
Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm.
30
Tansen adalah seorang mistikus terkenal di India.
31
seorang mistikus dari aliran Chishtiyyah32, dan Chishtiyyah adalah ajaran sufi
yang dipelajari oleh Inayat Khan.
Inayat Khan bergabung dengan sebuah grup Darwis, yang menggunakan
musik sebagai sarana spiritualnya. Sebab Inayat Khan sendiri menyukai musik
dan memainkannya, dengan demikian ia pun mudah untuk bergabung dengan grup
tersebut. Inayat Khan pernah mimpi bertemu dengan sekelompok orang yang
sedang bermain musik dan belajar ilmu pengetahuan serta filsafat, dalam suasana
menyenangkan, sehingga ia pun menemui seseorang yang wajahnya bercahaya33.
Pada tahun 1904 dari sebuah mimpi yang baik, ia pun akhirnya menemui
Muhammad Abu Hasim Madani, seorang mursid besar pada saat Inayat Khan
berkunjung ke rumah temannya di Hidirabad. Muhammad Abu Hasim Madani
adalah keturunan asli Madinah di Arab Saudi, Abu Hasim dikenal sebagai salah
satu yang membawa ordo sufi ke India pada abad ke 12. Demikian tak perlu butuh
waktu lama sang mursid untuk mengajak Inayat Khan untuk bergabung ke dalam
ordo Chisti.
Muhammad Abu Hasim Madani mendidik Inayat Khan selama empat
tahun secara tertutup, namun pada masa itu dianggap sebagai masa yang indah
bagi Inayat Khan. Inayat Khan mendapat wasiat sebagai perintah dari gurunya,
32Tarekat Chistiyyah di India dirintis oleh Khawaja Mu‟in al
-Din Hasan atau yang lebih dikenal dengan nama Mu‟in al-Din Chisty (Moeiddin Chisty) (1142-1236 M). Tarekat ini memiliki silsilah yang tersambung pada Hasan al-Bashri (642-728 M). Sepanjang sejarahnya di India, tarekat Chistiyyah memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam masyarakat Muslim di kawasan India, bahkan derasnya arus saintisme dan perkembangan polotik kawasan ini tidak pernah membunuh peran penting tarekat ini dari dalam keseharian masyarakat. Bandingkan uraian Annemarie Schimmel, Dimensi Musik dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Damono (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), cet.II., hal. 438-462.
33
untuk mempersatukan antara Barat sekaligus Eropa dan Timur ke dalam gerakan
sufi dan juga musik yang dimainkannya.“ Fare forth into the world, my child, and
harmonize the East and West with the harmony of the musik. Spread the wisdom
of Sufism abroad, for to this end art thou gifted by God ”34.
Pada September 191035 Inayat khan berlabuh ke Amerika bersama dengan
tiga saudaranya yang bernama Magebub Khan dan sepupunya Ali Khan,
sedangkan Musheraff Khan, saudara paling muda menyusulnya setahun
kemudian. Inayat Khan selama berada di Amerika, ia mengajar dan juga
berceramah di Unversitas Colombo dan ia mendapatkan antusias yang begitu
besar dari sebagian pengajar lainnya serta mahasiswa di sana.
Selanjutnya Inayat Khan mengelilingi Eropa, dan dalam perjalanannya
pada 1912 Inayat Khan menikahi seorang wanita keturunan Meksiko yang
bernama Ora Ray Baker36 di London, yang kemudian namanya diganti menjadi
“Sharda Ameena Begum”. Bersama dengan Sharda Ameena Begum Inayat Khan
dianugrahi empat dari dua putra dan dua putri. Ke dua putra Inayat Khan bernama
Vilayat, dan Hidayat Khan, sedangkan dua putrinya bernama Noor, dan Khairun
Nisa. Inayat Khan bersama keluarganya menetap di Suresnes, dekat kota Paris,
Perancis.
34
Wasiat Abu Hasim kepada Inayat Khan: Anakku, pergilah ke dalam dunia, harmonikan Barat dan Timur dengan kelarasan musik. Sebarkan kebijaksanaan sufi dengan bakat senimu yang hingga kini masih dikaruniai Allah.
35
Ada dua keterangan mengenai tanggal Inayat Khan berpergian ke Amerika meninggalkan India, ada yang menyatakan tanggal 10 dan ada pula yg menyatakan tanggal 13. Namun ini terjadi pada bulan September 1910. diakes dari http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm. pada tanggal 27, April 2010.
36
Ora Ray Baker meninggal di Paris pada tahum 1949, Ora Ray Baker adalah seorang kemenakan dari pendiri gerakan Christian Science Mrs. Mary Eddy Baker. Diakses dari
Inayat Khan di sana mengadakan sebuah sekolah musim panas. Sekolah
ini hanya berlangsung sepuluh tahun, dan diikuti oleh para murid atau pendengar
seluruh dunia, dengan mengikuti ceramah, menerima pemberkatan dan
bimbingan. Selama di sana Inayat Khan menetap agar tetap intens dalam
mengajar. Ceramahnya dipublikasikan dalam dua belas bab, yang diberi tema “
The Sufi Message Of Hazrat Inayat Khan ( Pesan Sufi Inayat Khan) ”.
Inti pokok dari ceramah tersebut, berisi tentang musik, psikologi,
kesehatan, kehidupan yang terdalam, kesatuan ideal agama-agama dan lainnya.
Menurutnya tidaklah pantas agama yang bertujuan untuk kedamaian, keadilan,
dan juga untuk mencapai sesuatu yang ideal atau kebenaran hakiki, menjadi suatu
alat pemicu terjadinya pertengkaran. Baginya semua agama mengandung
kebenaran, dengan kendaraan yang berbeda namun memuat satu muatan yang
sama, yaitu menuju kebenaran hakiki. Merupakan cahaya dari kehidupan, sebagai
pemelihara semua jiwa adalah pesan dari cinta, harmoni, dan keindahan Tuhan
yang Esa37.
Dari tahun 1910 hingga 1926, kehidupan Inayat Khan dilakukan dengan
mengunjungi seluruh Eropa, dan hingga akhirnya kembali ke Amerika. Di
Amerika Inayat Khan memberikan ceramah tentang “Filosofi India, Mistisisme,
Sufisme, dan mempertunjukan Musik India”. Selama mengunjungi Eropa Inayat
Khan bertemu dengan beberapa orang yang tertarik dengan musik maupun
gerakan sufi di India, di antaranya; di Inggris pada tahun 1912 Inayat Khan
37
Diakses pada tanggal 29, April 2010 dari
bertemu Poet Tagore dan Fox Strangways, mereka berdua seorang penulis
terkenal di Inggris yang menulis tentang musik India. Selain itu Inayat pun
berkenalan dengan musisi seperti Cesil Scott, Percy Grainger, dan August Holmes
dari Royal Acedemy of Music England. Inayat Khan juga bertemu dengan Count
Serge Tolstoy (seorang yang tertarik dengan gerakan sufi Inayat Khan), di Rusia.
Ketika ajarannya diterima di Rusia, Inayat Khan menulis: “Kehangatan dating dari
hati dai orang yang menjaga kita tetap hangat di Negara yang dingin”38
.
Ceramahnya tentang sufisme dipublikasikan sebagai buku “The Inner Life (Hidup
Sejati)”. Pada tahun 1920 Inayat Khan mendirikan markas gerakan sufinya di
Geneva, Swiss dan pada tahun berikutnya 1921 Inayat Khan berlabuh ke Negara
Belanda.
Sufisme telah dimulai di Inggris, Belanda, Jerman, dan Amerika pada
tahun 1926. Inayat Khan merasa sangat ingin untuk kembali pulang ke tanah
lahirnya India, dan berharap bisa untuk beristirahat di sana. Pada awal tahun 1927,
Inayat Khan mengunjungi makam Hazrat Khwaja Muinuddin Chishti di Ajmer.
Inayat Khan sendiri adalah seorang yang tak kenal kata letih, selama tujuh belas
tahun ia tetap menulis dan terus mengajar.
Pada akhirnya Inayat Khan melakukan keinginannya untuk kembali ke
kampung halamannya India untuk beristirahat dan bermeditasi. Sekembalinya
Inayat Khan ke India pada 1926, ia pun dimintai untuk mengisi ceramah, dan
dengan senang hati Inayat Khan pun menyanggupi permintaan tersebut.
38
Pada tanggal 5, Febuari 1927 Inayat Khan meninggal dunia di New Delhi,
India, pada usia 45 tahun karena suatu penyakit parah39. Jasadnya dimakamkan
dekat Dargah Sharif dari Hazrat Khwaja Nizamuddin Aulia di New Delhi. Namun
gerakannya dilanjutkan oleh putranya Pir Vilayat. Vilayat menyebarkan sufisme di
daratan Barat. Ia juga berjelajah sama halnya dengan ayahnya Inayat Khan, dan
mengajar secara ekstensif dan menulis beberapa buku.
Salah satu muridnya adalah seorang pendiri dari Omega Institut, institut
pendidikan “ New Age “ yang besar di Rhinebeck, New York. Para muridnya pun
sangat menghormati, sehingga manganggap tanggal 5 Juli di jadikan sebagai
perayaan hari ulang tahun dari hari Vilayat, dan dari Inayat Khan dilakukan
dengan hal yang sama dengan 13 September sebagai hari di mana Inayat Khan
meninggalkan India untuk membawa sufi ke Barat.40
B. Karya-Karya Hazrat Inayat Khan.
Inayat Khan meninggalkan banyak karya-karya tulis yang merekam
pemikiran dan spiritualitasnya, Inayat Khan juga adalah seseorang yang mencoba
memperkenalkan pemahaman sufi di Barat. Inayat Khan melakukannya dengan
memberikan ceramah, pengajaran, dan pertunjukan dengan bermain musik dan
39
Ada dua pendapat yang menyebut kan tentang penyakit yang diderita Inayat Khan; menderita flu berat dan lainya menyebutkan bahwa Inayat Khan menderita radang paru-paru. Sumber dari http://www.shortbiographyofHazratInayatKhan.htm. yang diakses pada tanggal 29, April 2010.
40
Riwayat hidup Hazrat Inayat Khan diakses dari, http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm,; http://www.wahiduddin.net/hik/_music-bio.htm.
bernyanyi. Inayat Khan banyak mengungkapan tentang seputar ajaran sufinya ke
dalam karya-karyanya, di antaranya adalah:
1. The Complete Sayings of Hazrat Inayat Khan (New Lebanon, Omega, 1979
dan 1991)
2. The Heart of Sufism: Esensial writing of Hazrat Inayat khan (Boston-London:
Shambala, 1999)
3. The Sufi of Message of Hazrat Inayat Khan (London and Service, Katwitjk,
Barrie and Jenkins, 1960-1982). Karya ini terdiri dari 14 volume, antara lain:
Volume I. The Way of Illumination.
Dalam volume ini, Hazrat Inayat Khan berupaya mengekspresikan
kembali pandangan pandangan tradisioanal sufi tentang nilai dan tujuan
hidup dalam pengertian yang bersifat universal dan kontemporer.
Volume ini membawahi beberapa judul; The Way of Illumination; The
Inner Life; The Soul; Whence and whither; dan The Purpose of Life.
Volume II. The Mysticism of Music, sound and World.
Secara tradisional, tidak jarang sufisme mempergunakan musik sebagai
alat untuk mentransmisikan esensi dari pengetahuan mistik (mystical
insight). Dalam volume ini, Hazrat Inayat Khan mengintergrasikan peran
musik dengan sejumlah elemen lain seperti suara dan keheningan (sound
and silence), geteran dan perkataan (vibration and the words), pemikiran
bagi kehiduan, dengan cara demikian Inayat Khan mengkomposisikan
kembali konsep musik yang memlampaui batasan ruang dan waktu.
Volume III. The Art of Personality.
Volume ini mengandung sejumlah isi dari ajaran Hazrat Inayat Khan
mengenai warisan yang maha agung dan relasi manusia, termasuk
pengetahuan mengenai daya-daya hidup. Inayat Khan menegaskan
bahwa seni kepribadian adalah kontemplasi tentang alam raya dan
pencapaian puncak keturunan. Penciptaan kepribadian (yang baik)
dilakukan sebelum kelahiran dengan menggunakan aspek-aspek
kesadaran. Volume ini membawahi sejumlah judul; Education; Rasa
Shastra; Character-Building and The Art of Personality; Moral Culture.
Volume IV. Mental Purification and Healing.
Dalam volume ini, prinsip-prinsip sufi dijelaskan berkaitan dengan
pengaruh akal pikiran (mind) yang boleh jadi menekan tubuh (body),
terutama dalam kaitannya dengan kekuatan spiritual dalam diri manusia.
Di samping itu, penjelasan ini juga berkaitan dengan sains modern.
Volume ini terdiri dari; Health Purification, The Mind World.
Volume V. Spiritual Liberty.
Volume ini memuat banyak informasi mengenai aspek-aspek berbeda
dalam mistisisme sufi. Beberapa judul termuat antara lain; A Sufi
Phenomenon of The Soul; Love, Human and Divine; Pearls from the
Ocean Unseen.
Volume VI. The Alchemy of Happiness.
Hazrat Inayat Khan senantiasa menekankan bahwa cita-cita spiritual atau
mistik adalah tidak akan menghasilkan manfaat apapun selama
seseorang tidak hidup dalam jalan kehidupan yang dituntut spiritualitas.
Volume ini terdiri dari empat belas ceramah yang disampaikan oleh
Hazrat Inayat Khan.
Volume VII. In an Eastern Rose Garden.
Volume ini dalam edisi bahasa Indonesia berjudul “Taman Mawar dari
Timur” dan diterjemahkan oleh Nizamuddin Sadiq (Yogyakarta: Putra
Langit, 2001). Volume ini merupakan kumpulan ceramah yang diberikan
oleh Hazrat Inayat Khan tentang berbagai persoalan. Kemampuannya
untuk mengkomunikasikan kesatuan dan relativitas
pandangan-pandangannya tentang berbagai persoalan yang sekaligus
mengilustrasikan esensi persepsi mistiknya tentang kehidupan.
Volume VIII. Sufi Teachings.
Volume ini merupakan kumpulan ceramah Hazrat Inayat Khan di
ajaran-ajaran sufi tradisional yang diproyeksikan dalam konteks yang bersifat
universal dan modern.
Volume IX. The Unity of Religious Ideals.
Volume ini merupakan kumpulan-kumpulan pemikiran Hazrat Inayat
Khan yang disusun secara sistematis. Volume ini menunjukkan bagian
paling penting dari ajaran sufistiknya, yaitu pendasaran kesatuan seluruh
pengalaman dan pemikiran ke agamaan.
Volume X. Sufi Mysticism.
Dalam volume ini Hazrat Inayat Khan meletakkan konsep tradisional
mengenai inisiasi (initiation; bay’at), kemuridan (discipleship), ajaran
spiritual dan aspek-aspek sufisme dalam dunia saat ini. Titik tekan
volume ini adalah membawahi beberapa judul; Sufi Poetry; Art;
Yesterday, Today and Tomorrow; The Problem of the Day.
Volume XI. Philosophy, Psychology and Mysticism.
Volume ini adalah ceramah terakhir Hazrat Inayat Khan yang
disampaikan dua tahun sebelum meninggal dunia. Memuat ulasannya
yang lebih jelas mengenai persoalan-persoalan psikologi, filsafat dan
mistisisme dalam konstruksi pandangan sufistiknya. Sering tulisan ini
dapat dianggap sebagai magnum opas dari keseluruhan karya Hazrat
diucapkannya dalam berbagai tempat dan kesempatan dan dikumpulkan
oleh sejumlah muridnya.
Volume XII. The Divinity of The Human Soul.
Bagian pertama volume ini menguraikan relasi manusia dengan Tuhan.
Bagian ke dua memuat autobiografi Inayat Khan. Adapun bagian ke tiga
memuat empat lakon (sandiwara) pendek yang ditulis untuk
murid-muridnya. Volume ini membawahi judul; The Vision of God and Man;
Confessions; Four Plays.
Volume XIII. Sacred Readings: The Gatha’s.
Volume ini memuat ajaran-ajaran Hazrat Inayat Khan yang
disampaikannya dalam bebagai kelas kepada murid-muridnya yang
masih berada dalam tahap awal pelatihan spiritual.
Volume ini diterbitkan untuk memenuhi kepentingan para pemula yang
ingin belajar sufi.41
4. Spiritual Dimensions of Psychology (Omega Publications, New York, 1981).
5. Education: from Before Birth to Maturity (Hunter House Ins, USA, 1989).
6. Rass Shastra; Inayat Khan on The Mysteries of Love, Sex, and Marriage, by
Hazrat Inayat Khan.
7. Art Of Being and Becoming.
8. The Music of Life.
9. Mistery: Developing Inner strength for Life’s Challenges, by Hazrat Inayat
khan.
10.Complete Sayings by Hazrat Inayat Khan.
11.Awakening of the Human Spirit.
12.Creating The Person: A Practical Guide to The Development of Self.
13.Notes from the Unstruck Music from the Gayan.
Selain menghasilkan karya-karya tulis yang ke dalam bentuk buku dan
lain-lainnya, Hazrat Inayat Khan juga meninggalkan karya lainnya berupa;
rekaman suaranya yang sedang menyanyikan sejumlah raga (lagu tradisional
India). The Voice of Inayat Khan yang dipublikasikan pada 1909.
41
31
A. Konsep Musik.
1. Musik Secara Umum.
Musik dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Muse” yang memiliki
makna Dewa. Pengertian musik dalam Kamus Ilmiah Populer dapat dikatakan
sebagai panduan bunyi dari beberapa alat atau instrumen musik yang bernada
secara teratur dan berkesesuaian atau seni susun padu nada.42
Budilinggo dalam pandangannya, mengatakan bahwa musik adalah
perwujudan ide-ide atau emosi-emosi yang tidak hanya tersusun atas nada, ritme,
tempo, dinamik, warna suara, dan unsur-unsur lainnya. Bahkan Budilinggo
yakinkan diri bahwa musik; adanya musik itu sendiri pada akhirnya memiliki
suatu makna.43 Sehingga musik dapat diketahui dari suatu paduan suara atau juga
yang terdiri dari susunan nada yang diatur oleh ritme, tempo, warna suara dan
sebagainya.
Musik dapat dikatakan suatu hasil kreatifitas dari manusia, lahirnya musik
keluar atas dorongan dari ide-ide atau emosi-emosi yang ada di dalamnya,
kemudian dituangkan dalam bentuk usaha menyusunkan nada, ritme, lagu, dan
42
M. Dahlan Yakub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Penerbit Arkola, 1994 ), hal. 501.
43
keharmonisan secara bersamaan sehingga dapat melahirkan keindahan dan
kesenangan. Menurut Sidi Gazalba, “Seni secara sederhana dan biasanya
dita‟rifkan sebagai usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang
menyenangkan”.44
Hal ini mewujudkan sebuah kelebihan manusia bila
dibandingkan dengan makhluk lainnya seperti hewan. Dengan keharmonisan akal
dan hati manusia dapat berkreasi sedemikian rupa dengan menciptakan
bentuk-bentuk atau hal-hal yang menyenangkan, baik itu yang berbentuk-bentuk nyata ataupun
abstrak.
Musik adalah suatu kreasi seni yang ditujukan untuk memperoleh nilai
estetika,45 dengan nilai estetika tersebut orang dapat merasakan keindahan serta
merasakan apa yang telah dirasakan oleh penciptannya melalui pesan dalam
bentuk musik. Keindahan merupakan naluri manusia, dengan aspek intuisi yang
digunakan sebagai landasan penilaian estetika atau keindahan yang datang melaui
indera-indera yang terdapat dalam diri manusia. Baik dalam indera pendengaran,
indera penglihatan, dan indera-indera lainnya.
Musik dalam indera pendengaran, melaluinya musik dapat dirasakan, yang
kemudian melanjutan ke dalam hati. Dengan indera pendengaran, manusia
merasakan unsur-unsurnya ke dalam hati, perenungan di dalamnya dapat
melahirkan rasa yang berbeda-beda dalam diri manusia, baik itu rasa yang
menyenangkan bisa juga sebaliknya rasa yang tidak menyenangkan, hal ini
tergantung dalam keharmonisan antara musik dengan manusia itu sendiri. Bila
musik tersebut dapat dirasakan yang menyenangkan, maka ia menikmati
keindahan musik tersebut berawal dari nilai estetika, sebut saja suara musik yang
merdu. Namun jika perhatian yang kurang dalam menikmati musik, dapat
menimbulkan minus atau kurangnya nilai-nilai seni dari musik, hal ini dapat
disebabkan dengan menghubungkannya dengan perkara-perkara lain yang
terdapat di luarnya.
Unsur dasar struktur musik terdapat 2 kategori, yaitu; Ujud dan Motif.
Ujud adalah satuan bunyi terkecil dalam sebuah komposisi musik yang belum
mengandung pengertian musikal yang terdiri atas satu, dua, atau tiga nada.
Sedangkan Motif adalah satuan terkecil dalam sebuah komposisi musik yang
mengandung pengertian musikal; bunyi-bunyian yang keluar, dan dapat diketauhi
atau ditangkap nilai musiknya.46
Musik secara besar dapat dicapai dengan menggabungkan kedua unsur
tersebut “Ujud dan Motif” ke dalam satu kesatuan, namun terdapat beberapa
persyaratan untuk dapat menghasilkan motif yang bagus, yaitu:
1. minimal terdiri dari dua nada.
2. memiliki ritme yang jelas.
3. memiliki loncatan interval yang jelas.
46
4. memiliki gambaran ide yang jelas.47
Motif-motif di atas, terdapat atau mengandung penjelasan. Pertama,
apabila musik terdiri dari satu nada maka hanya akan memperoleh musik yang
terdiri dari satu suara saja. Dengan itu satuan terkecil dari unsur musik ialah
dengan adanya atau memiliki dua nada, dan lebih baik jikalau terdiri dari dua
nada. Ke dua, penjelasannya adalah ada suatu aturan tertentu dalam musik agar
terdapat lantunan yang harmonis. Dengan adanya ritme yang terarah atau teratur,
sehingga enak dan merdu untuk didengar. Ke tiga, musik terdiri dari interval
ataupun frase-frase tertentu, sebagai keseimbangannya dari ritme yang telah
dibuat. Ke empat atau yang terakhir, bahwa dalam setiap penuangan hasil karya,
harus ada gambaran yang jelas sehingga orang lain dapat menangkap dan
merasakan nilai keindahan.
Musik diharuskan memiliki nilai komunikasi antara pemusik (orang yang
memainkan musik) dengan orang yang mendengarkannya. Nilai komunikasi
tersebut dengan tujuan agar ke duanya dapat memperoleh pengalaman estetika.
Memperoleh nilai komunikasi, caranya serupa atau sama dengan menggunakan
bahasa agar dapat dipahami; yakni dengan menyusun atau merangkai kata-kata
atau frase, kemudian dijadikannya dengan kalimat, dan dari kalimat yang
diucapkan orang lain dapat memahami tujuan dan maksudnya. I. Budilinggono
mangatakan bahwa, kata-kata dirangkai menjadi frase dan dari frase menjadi
47
kalimat. Sama halnya dengan musik diawali dari rangkaian motif-motif yang ada,
menjadi suatu bentuk musik secara keseluruhan.48
Terdapat dua frase dalam musik, yaitu; frase tanya, dan frase jawab.
Pertama, frase tanya ditandai dengan sebuah batas akhir yang memberi kesan
berhenti sementara. Sedangkan yang ke dua, frase jawab ditandai dengan batas
akhir yang mempunyai kesan selesai.
Selain itu musik bisa pula disajikan ke dalam beberapa jenis, di antaranya:
a. Musik Vokal.
Kata vokal berasal dari kata vocoal (Belanda), voca (Italia), voix
(Perancis), voice (Inggris), yang memiliki makna suara. Musik vokal
memiliki arah terhadap semua suara manusia. Dengan demikian musik
vokal itu hanya mempergunakan suara manusia atau nyanyian saja, tanpa
diiringi alat musik. Hidangan musik vokal disebut dengan kata vokalia,
dan mereka yang mendendangkan musik vokal disebut dengan sebutan
vokalis.
b. Musik Instrumental.
Instrumental berasal dari sebuah kata instrument (Italia), yang
mempunyai arti alat. Maksud dalam musik instrumental di sini adalah alat
musik seperti biola, terompet, dan alat musik lain-lainnya. Musik
instrumental dalam penyajiannya, hanya menggunakan alat-alat musik saja
48
tanpa ada nyanyian. Hidangan musik instrumental disebut dengan kata
instrumentalia, sedangkan yang menghidangakannya disebut dengan
sebutan instrumentalis.
c. Musik Campuran.
Musik campuran adalah musik yang disatukan dari ke duanya,
yaitu musik vokal dan musik instrumental yang disajikan secara
bersamaan atau bersama-sama. Pada umumnya yang dipentingkan adalah
vokalnya, sedangkan instrumental hanya pengiring saja. Dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh banyak orang, dua orang, hingga
satu orang, jika ia memainkan musik sambil bernyanyi.49
Jadi bermain musik tidak hanya memainkan alat musik atau instrumennya
saja, akan tetapi dengan mengeluarkan nyanyian juga merupakan bagian dari
bermain musik. Dengan menyatukan kedua penyajian tersebut, akan diperoleh
permainan musik yang lengkap dan beragam menjadi satu kesatuan yang terpadu.
2. Musik Dalam Pandangan Islam.
Musik memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
dalam sejarah peradaban manusia bahwa tak ada satu kaum ataupun zaman yang
meninggalkan ataupun melepaskan musik dari kehidupan manusia. Sebagaimana
terlihat dari perkembangan musik yang sejalan dengan perkembangan kehidupan
49
manusia. Karenanya musik dianggap sebagai prilaku sosial yang kompleks dan
universal, karena musik dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat dan tiap anggota
masyarakat dapat disebut sebagai musikal.
Sedangkan agama adalah salah satu tanda perkembangan dari peradaban
manusia yang memiliki hubungan nyata dengan musik. Karena setiap agama
sendiri memiliki kegiatan-kegiatan ritual atau spiritual, dan musik adalah
merupakan salah satu sarana atau alat dari kegiatan spiritual di dalamnya.
Dalam agama Kristen, musik dikenal sebagai salah satu bagian penting
untuk melaksanakan ritual-ritual keagamaan. John Chrysostom, seorang pemuka
agama Kristen yang hidup pada abad keempat setelah masehi mengatakan: “Tiada
sesuatu, selain aransemen musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan
derajat akal, memberinya sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya
dari belenggu jasmani serta menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan50.
Penganut agama Hindu di India meyakini bahwa awal kehidupan adalah
rūh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian (termasuk musik), filsafat dan
kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama, yaitu kehidupan spiritual.
Musik Kuno India, merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun
temurun oleh pemeluk agama Hindu51.
Sedangkan Islam menanggapi musik sebagai alat purifikasi atau penyucian
jiwa seseorang dan pengenalan unsur rohani diri seseorang, karena dengan
50
Alwi Shihab, Islam Inklusif, hal. 234
51
bermusik jiwa manusia dapat menjulang tinggi ke dalam alam rohani jika
mendengarkan lantunan-lantunan melodi indah. Ini yang merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan oleh kalangan sufi yang menggunakan musik dengan
as-sama’ yaitu mendengarkan lantunan-lantunan melodi indah.
Diluar dari itu, berbicara tentang musik dalam pandangan Islam, berarti
membahas tentang kedudukan musik yang memiliki batasan-batasan dalam agama
Islam, seperti kesenian-kesenian lainnya yang memiliki batasan-batasan dalam
mengekpresikan kesenian atau seni.
Seni termasuk di dalamnya musik dengan Islam adalah merupakan suatu
yang tidak dapat dipisahkan, karena ke duanya mempunyai keterkaitan atau
hubungan erat antara satu sama lain, akan tetapi dari ke duanya merupakan garis
bidang yang memiliki jalur tersendiri.
Namun pada saat ini, perkembangan musik secara umum sangat pesat dan
sangat manggiurkan generasi muda. Banyak sekali bermunculan aliran musik
yang berbeda-beda; rock, heavy metal, reggae, jazz, pop, hip metal, hip hop, R&B
dan lain-lain. Musik semacam ini ada juga yang syairnya bertema kriminal,
pemujaan terhadap obat-obatan terlarang, kebebasan seksual, serta pengkultusan
perilaku bunuh diri dan keputus-asaan. Ada pula yang secara terang-terangan
memproklamirkan anti Tuhan52.Musik juga telah menjadi sebuah industri untuk
pemenuhan kebutuhan ekonomi. Seperti yang terjadi di Barat yang telah memiliki
52
pasar di dunia internasional. Musik kembali menjadi sesuatu yang identik dengan
perbuaatan-perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat jahīliyah. Sekarang tidak
sulit menemukan sajian musik yang digunakan untuk menari erotis, melupakan
norma-norma masyarakat dan hanya menuruti hawa nafsu.
Dari keterangan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa musik dapat
digunakan manusia untuk berbagai macam tujuan. Dari tujuan untuk mendekatkan
manusia kepada Tuhan, sekedar hiburan, untuk mencari uang, bahkan ada juga
orang menggunakan musik untuk pemenuhan hawa nafsu yang menyebabkan
manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Hal inilah yang mengundang
permasalahan dalam masyarakat muslim masa kini. Permasalahan ini diawali
dengan pertanyaan ; “bagaimanakah hukum musik menurut Islam ?”.53
Para Ulama yang menyatakan haramnya bermain musik, mereka
menganggap bahwa musik merupakan sesuatu hal yang tidak memiliki manfaat.
Dalam hal ini mereka bersandar pada firman Allah dalam al-Qur‟an surat Lukman
ayat: 6
Artinya: Di antara mereka ada yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna54 untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
53
Yusuf Qardhawi, Islam dan Seni, hal. 39.
54