• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dimensi musik dalam islam pemikiran hazrat inyah khan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dimensi musik dalam islam pemikiran hazrat inyah khan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DIMENSI MUSIK DALAM ISLAM

PEMIKIRAN HAZRAT INAYAT KHAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh Ali Kemal NIM: 104033101046

PROGRAM AQIDAH FILSAFAT

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Hidayatullah jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil atau merupakan hasil jiplakan

dari karya orang lain, maka saya bersedia menerim sanksi sesuai yang berlaku di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 Maret 2011

(3)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I)

Oleh:

ALI KEMAL NIM: 104033101046

Di bawah Bimbingan

Dr. Syamsuri, MA.

NIP. 19590405 198903 1003

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 14 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Filsafat Islam (S.Fil.I.) pada Program studi Aqidah

Filsafat.

Jakarta, 21 Maret 2011 Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Agus Darmaji, M,Fils. Muslim, S.Th.I

NIP. 19610827 199303 01 002

Anggota

Penguji I Penguji II

(5)

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat yang tak terhingga dari-Nya

skripsi ini alhamdulillah dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW para sahabatnya serta seluruh umat Islam yang

mengikuti langkah mereka hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami beberapa kendala dan tantangan.

Waktu, materi dan permasahan lain yang terkadang mengendurkan semangat penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Namun patut disyukuri karena banyak sekali pengalaman berharga

yang telah penulis dapatkan dalam penyelesaian skripsi ini.

Tugas akhir ini dapat terselelaikan berkat bantuan dan kontribusi dari berbagai pihak,

oleh karena itu ucapan terima kasih yang tek terhingga penulis sampaikan kepada Bapak. Dr.

Syamsuri, MA. selaku pembimbing yang meluangkan waktu, dan pikiran serta dengan sabar dan

pengertian memberikan bimbingan, dan saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis juga

ingin sampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat., selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

2. Prof. Dr. Zainun Kamal., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta beserta jajaran dekanat.

3. Drs. Agus Darmaji, M.Fils., selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat, Dra. Tien Rahmatin,

M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Aqidah Filsafat, beserta seluruh staf pengajar Fakultas

(6)

Terima kasih atas bantuan dan morilnya selama penulis beraktifitas di Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat.

5. Kedua orang tua tercinta, bunda Sopiah dan ayahanda Djuhro yang selalu mendoakan

penulis agar selalu dalam keadaan sehat, dan semua kasih sayang, cinta, kesabaran, dan

perhatiannya yang selama ini selalu diberikannya. Maaf jika penulis belum dapat

memberikan yang terbaik.

6. Kakak-kakakku; Teh Eli,teh Ida, teh Ocha, aa Syamsul, aa Soma, dan aa Indra yang

selalu ada dalam memberi bantuan penulis jika dalam keadaan masalah baik dalam materi

maupun non materinya.

7. Sepupu-sepupuku yang kompak jika menghadapi masalah keluarga, Inay, Toha, Nani,

evi, Sari, Nia, dan Nila. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya, walaupun

kadang-kadang membuat penulis merasa jengkel hingga merasa senang, karena semua itu sangat

berarti bagi penulis.

8. Fajar teman kosan yang selalu memberi teguran untuk penulis jika sedang dalam lalai,

serta patnernya Mbok Sella Nurmaya yang selalu menyemangati penulis, dan

hiburan-hiburannya. Teman-teman yang selalu kunjung ke kosan ku Iwan Taunuzi beserta

isterinya Pyun Puaddah, jangan pernah merasa bosan untuk kunjungannya. Muammar

(7)

morilnya, semoga kita dapat kumpul kembali dan menjadi orang-orang sukses. Amieeen..

10.Terima kasih untuk teman-teman BEMJ-AF dan BEM-FUF, yang telah kerja sama

dengan baik dalam menjalankan tugas organisasi, semoga di hari mendatang kita dapat

bekerja sama kembali. Teman –teman YAPENTUS yang dikomandoi oleh M. Bowo,

untuk memberi semangat, dan taste di Fakultas Ushuluddin. Salam Yapentus..

11.Para penghuni Freedom Cirle yang di ketuai oleh Syiqil, terima kasih atas pemberian

Pengetahuan dan masukan-masukannya. Semoga kita dapat menjaga keharmonisan

dalam kehidupan kita.

12.Khomsul Amri, Mohali, dan Zubair terima kasih atas refleksi dan hiburannya yang

membuat penulis bisa menghilangkan rasa stres. Iqbal, Naldhy, Rossi, Haris, Ahmad

Khadafi, Jarwo, Renold, dkk. Terima kasih maen futsalnya. Kapan sparing futsal lagi?.

13.Teman-teman Biass; Qomar, Azos, Uci, Anchit, Yama, Ika, Ulfa, Yeni, dan Akang

N-chud, hingga teh Neni yang tak pernah bosan untuk mengingatkan penulis di dalam

kelalaian, walaupun dalam bentuk pertanyaan “Kapan lulusnya?”.

14.Teman-teman rumah camp Bahari; Erik, Apuy, Vikqy, Alex, Ulle, Femy, Desi, Bams,

Andy, wawa, Dede, Zhola dan Bunda Dinnah, terima kasih atas tumpangan atau

persinggah hidup sementara dan main Psnya. Kapan kita tanding lagi ??

15.Ka Soma dan Teh Iis serta teman-teman Mekarsari , terima kasih atas gratisan hiburan

tuk kunjungannya jika penulis mengalami kebuntuan dan kebosanan aktifitasnya, serta

(8)

kepada semuanya yang telah membantu dalam bentuk materi, moril dan sebagainya.

Semoga bantuan, dukungan, motivasi, serta doanya dapat menjadi amal salih dan

mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. amin. Kritik dan saran dari

pembaca sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membacanya. wallȃhu a’lam i- al-șawab.

Ciputat, 20 Maret 2011

(9)

vii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGANTAR ... ii

TRANSTERASI MANUAL ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I. PENDAHULUAN

……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ……….. 9

C. Tujuan Penelitian ………... 10

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ……….. 10

E. Tinjauan Pustaka ……… 11

F. Sistematika Penulisan ……… 13

BAB II. BIOGRAFI HAZRAT INAYAT KHAN

……….. 15

A. Riwayat Hidup Hazrat Inayat Khan ... 15

B. Karya-karya Hazrat Inayat Khan ……… ... 24

BAB III. KAITAN MUSIK DAN TASAWUF

……….. 31

A. Konsep Musik ………. 31

1. Musik Secara Umum ………... 31

2. Musik Dalam Pandangan Islam ………..... 36

B. Tasawuf ……… 50

1. Pengertian Tasawuf ………... 50

2. Hubungan Tasawuf Dengan Musik ……… . 57

(10)

BAB IV. ANALISIS TERHADAP KONSEP DIMENSI MUSIK

MENURUT HAZRAT INAYAT KHAN

………. 67

A. Landasan Musik Hazrat Inayat Khan ……….. 67

B. Dimensi Musik Pandangan Hazrat Inayat Khan ……… 71

1. Pengertian Musik ……… 71

2. Bentuk-bentuk Musik ………. 78

C. Musik Sebagai Kesatuan Makro dan Mikro Kosmos ………. 83

D. Bentuk dan Pemanfaatan Musik Spiritual Inayat Khan ... 87

BAB V. PENUTUP DAN SARAN

……… 91

A. Kesimpulan ……… 91

B. Saran ……….. 93

(11)

1

A. Latar Belakang Masalah.

Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat dan seiring

dengan perkembangan media audio (radio dan televisi) yang dapat diterima

masyarakat. Banyaknya stasiun radio yang menjadikan musik sebagai program

mayoritas dapat menyebabkan masyarakat selalu mengikuti perkembangan musik

pada umumnya.

Perkembangan pesat seni musik dan industri musik membuat sulit

dipisahkan antara musik dengan kehidupan sehari-sehari masyarakat, maka tidak

salah jika orang memandang bahwa musik sebagai sarana tuntutan finansial pada

era ini, di mana industri musik pun mulai meningkat pesat dengan perkembangan

seni musik ini.

Indikasi lain yang menunjukkan kegandrungan masyarakat dalam bidang

musik yaitu dengan perkembangan jumlah grup band yang ada. Kondisi tersebut

menunjukkan kegandrungan masyarakat yang antusias terhadap perkembangan

musik. Hal ini juga terjadi pada grup band solo musik yang mana mereka

menyanyikan lagu-lagu yang bertema religius, sebut saja band Gigi, Ungu dan

Opick yang sering mengeluarkan album bertajuk religius yang khususnya

diluncurkan pada bulan tertentu yaitu bulan Ramadhan. Pada bulan tersebut

lagu-lagu mereka selalu ada pada deretan hist sebagaimana lagu-lagu-lagu-lagu yang mereka

nyanyikan menjadi lagu terfavorit dan andalan untuk diputarkan di berbagai

(12)

Album religius yang bertajuk “Istigfar” pada tahun 2005 yang silam dengan lagu andalannya “Tomboati” lagu ini selalu selalu difavoritkan pada masa itu,

sedangkan grup band Ungu dan Gigi mengeluarkan album religius musik mereka

antara tahun 2006 dan 2009 yang bertema “Surga-Mu” dan “Restu Cinta-Mu”.

Lagu-lagu religi yang dinyanyikan oleh mereka memang ber-genre yang

berbeda-beda mulai dari genre yang berbalut rock, pop melayu hingga berirama

shalawat sebagaimana yang dinyanyikan oleh Opick. Namun secara tidak

langsung lagu-lagu tersebut memiliki hubungan dengan agama, khususnya Islam,

di mana dalam lirik lagu yang mereka nyanyikan terdapat suatu pengukapan

terhadap Allah swt. misalnya dalam lagu band Gigi yang di dalam syairnya

sebagai berikut; “Rinduku cinta-Mu sembahku untuk-Mu dan mengharapkan

ridho-Mu Tuhan”.

Musik dalam bahasa Sansakerta disebut dengan sangita, yang

melambangkan tiga subjek;

1. Menyanyi.

2. Memainkan.

3. Menari.1

Sehingga bermain musik tidak hanya untuk memainkan instrumen saja akan tetapi

diimbangi oleh nyanyian atau menyanyi dan menari merupakan bagian dari

bermain musik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musik diartikan dalam dua

pengertian yakni: Musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam

urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara

(13)

yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Maka musik adalah nada atau

suara yang disusun sedemikian rupa hingga mengandung irama lagu dan

keharmonisan.2

Abdurrahman Al-Bagdadi memandang bahwa musik merupakan

bidang seni yang berhubungan dengan alat-alat musik dan irama yang keluar dari

alat musik tersebut. Setiap masing-masing alat musik juga memberikan penjelasan

atau membahas not dan bermacam aliran musik dapat disatukan. Instrumentalia

adalah seni suara yang diperdengarkan melalui alat-alat musik, seni vokal adalah

melantunkan syair yang hanya dinyanyikan dengan perantaraan oral (suara saja),

tanpa iringan instrumen musik.3 Maka dapat diartikan bahwa musik tidak hanya

nyanyian saja, tetapi juga memainkan instrumen musik, menari sesuai dengan

bunyi yang keluar dari instrumen yang dimainkan.

Musik adalah suatu kreasi seni yang ditujukan untuk memperoleh nilai

estetika,4 dengan nilai estetika tersebut orang dapat merasakan keindahan serta

merasakan apa yang telah dirasakan oleh penciptannya melalui pesan dalam

bentuk musik. Keindahan merupakan naluri manusia, dengan aspek intuisi yang

digunakan sebagai landasan penilaian estetika atau keindahan yang datang melaui

indera-indera yang terdapat dalam diri manusia. Baik dalam indera pendengaran,

indera penglihatan, dan indera-indera lainnya.

2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hal. 602. 3 Abdurrahman Al-Bagdadi, Seni Musik dalam Pandangan Islam: Seni Vocal, Musik dan Tari, (Jakarta: Guna Insani Pres, 1994), hal. 19.

(14)

Musik adalah sebuah hal yang tak dapat dipisahkan oleh kehidupan

manusia. Dalam sejarah peradaban manusia pun belum ditemukan suatu kaum

ataupun zaman yang melepaskan maupun meninggalkan musik dari kehidupan

manusia5. Musik berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan

peradaban manusia. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Musik dimiliki oleh setiap masyarakat, dan setiap anggota masyarakat adalah

musical”.6

Agama sebagai salah satu tanda perkembangan peradaban manusia,

memiliki hubungan yang nyata dengan musik. Dalam agama Kristen, musik

dikenal sebagai salah satu bagian penting untuk melaksanakan ritual-ritual

keagamaan. John Chrysostom, seorang pemuka agama Kristen yang hidup pada

abad keempat setelah masehi mengatakan: “Tiada sesuatu, selain aransemen

musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan derajat akal, memberinya

sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya dari belenggu jasmani serta

menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan7.

Penganut agama Hindu di India meyakini bahwa awal kehidupan adalah

rūh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian (termasuk musik), filsafat dan

kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama, yaitu kehidupan spiritual.

5 Yusuf Al-Qardhawy, Nasyid Versus Musik Jahiliyah, terj. H. Ahmad Fulex Bisri, H. Awan Sumarna, H Anwar Mustafa, (Bandung: Mujahid Press, 2003), hlm. 9-10

6 Dalam budaya Barat terdapat perbedaan tajam antara siapa yamg memproduksi musik dan siapa yang secara mayoritas mengkonsumsi musik. Dan kenyataannya semua golongan mayoritas dapat mengkonsumsi musik, mendengar, menarikan dan mengembangkannya. Kemudian ada kesan bahwa mayoritas diam merupakan masyarakat musikal dalam kapasitas memahami musik. Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Buku Baik, 2003), hlm. 7-8

(15)

Musik Kuno India, merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun

temurun oleh pemeluk agama Hindu8.

Perjalanan sejarah kebudayaan Islam mengantarkan perkembangan musik

ke arah musik yang bercorak Islam atau musik yang bernuansa islami salah

satunya musik sufi, musik tersebut musik yang memiliki aroma islam(Islami).

Musik merupakan kesenian yang keindahannya dapat dinikmati melalui

indera pendengaran dan telah ada sejak zaman sebelum datangnya Islam. Di Arab,

musik dinikmati dengan berbagai macam cara, sesuai dengan suasana hati para

penikmatnya. Tetapi pada saat itu, mayoritas musik digunakan untuk

bersenang-senang dan hura-hura. Di tempat pertunjukan musik, mereka menari-nari dalam

keadaan mabuk menikmati lagu-lagu yang dilantunkan oleh para pemusik yang

kesemuanya adalah wanita hamba sahaya. Tidak ada pemusik laki-laki atau orang

merdeka, karena bagi mereka menjadi pemusik dianggap sebagai aib bagi orang

merdeka dan kaum laki-laki9

Namun sebagaimana lahirnya musik dalam Islam yang khusus dalam

kalangan tasawuf menganggap seni atau musik sebagai salah satu sarana

pengenalan terhadap sumber keindahan, yakni Tuhan. Seni merupakan bagian dari

keindahan Tuhan, dan bentuk pengekspresian terhadap keindahan tersebut bisa

tertuang dalam musik, puisi, lukisan, dan sebagainya. Sehingga sejauh mana

orang-orang memahami ataupun mengambil suatu hikmah dari apa yang mereka

(16)

lakukan, reaksi bahkan refleksi dari keindahan yang mereka buat dapat mencapai

suatu tingkatan pendekatan terhadap Tuhan.

Musik merupakan salah satu bentuk sarana pemujaan terhadap Tuhan,

dengan bermain musik adalah kegiatan dari pengungkapan pengamalan

keagamaan seseorang. Baik dimainkan bersamaan dengan prosesi ritual yang

dilakukan ataupun tidak adanya ritual. Sebagaimana yang terlihat dan terjadi

dalam agama Kristen, musik dianggap sebagai salah satu sarana penunjang dari

prosesi ritual. Kristen katolik melakukan upacara kebaktian selalu diiringi musik

yang dimainkan serta dengan nyanyian, walaupun itu bukanlah menjadi suatu

keharusan, namun itu merupakan suatu fenomena yang sering tampak terjadi.10

Dalam kalangan Islam juga didapatkan terjadinya pro dan kontra antara

halal dan haram tentang musik. Sebut saja Ibnu Hazm, seorang ulama penganut

madzhab fiqih Zhahiriyah, yang mengharamkan musik dan alat-alat musik dengan

berbagai corak dan bentuknya. Tanpa disadari belasan Ulama pun langsung

mengkritik tajam atas gagasan Ibnu Hazm, salah satunya Al-Ghazali yang

melontarkan kritik dalam tulisannya, as-Sunnah an-Nabawiyah baina Ahli

al-Fiqh wa Ahli al-Hadist (Sunnah Nabi Antara Ahli Fikih dan Hadis), setiap orang

yang satu pemikiran dengannya terhadap fikih dan para ulamanya, seperti

penyimpangan terhadap hadis dan para ulama hadis, Al-Ghazali telah menyebut

para ulama sebagai orang-orang yang keterlaluan bodohnya karena mereka

(17)

mengharamkan nyanyian.11 Namun banyak kalangan Islam khususnya kalangan

Islam kontemporer yang menghalalkan lagu dan musik dengan dibatasi lagu dan

musik tersebut tidak menimbulkan gairah syahwat.

Dalam bermain musik terdapat bentuk pemujaan dan kultus terhadap

realitas mutlak, salah satu bentuk tingkah laku keagamaan tersebut dapat terlihat

dari berbagai fenomena yang tampak, contohnya adalah dilihat dari tema apapun

syair lagu tersebut, maka tepat atas apa yang diungkapkan oleh Van Hogel bahwa

“tingkah laku agama sebagai suatu pemujaan dari satu sisi dan juga sebagai kultus

penghayatan terhadap realitas mutlak atau tertinggi”.12

Dalam sejarah Islam, untuk menyebut musik seperti yang diartikan

sekarang ini, digunakan perkataan handasah al-sawt yang artinya ialah seni suara

atau nyanyian. Sedangkan istilah al-musiqȃ (musik) digunakan untuk menyebut

segala jenis musik bersifat hiburan (entertainment, pelipur lara). Sedangkan lagu

atau nyanyian hiburan lazim disebut al-ghina’, yang terakhir ini secara umum

merujuk pada musik atau nyanyian profan, yang tidak punya kaitan langsung

dengan kehidupan keagamaan. Bahkan pada masa awal digunakan untuk

menyebut nyanyian yang diiringi musik untuk memanggil jin atau roh halus

sebagaimana dilakukan ahli-ahli sihir Arab jahiliyah atau dukun-dukun Yahudi

yang disebut kahin. Misalnya seperti dilakukan orang-orang Arab Utara sebelum

11 Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Siapa Bilang Musik Haram; Pro Kontra Masalah Musik dan Nyanyian,terj. Abu Umar Basyir dari buku Tahrim alat ath-Tharb, (Jakarta; Darul Haq, 2008), hal. 123-124.

12 Joachim Wach, Ilmu Perbandingan Agama: Inti dan bentuk Pengalaman Keagamaan,

(18)

datangnya Islam, dalam upacara mengelilingi batu suci (nushb) yang dimeriahkan

dengan nyanyian keagamaan yang disebut nashb.

Bermain musik merupakan salah satu bentuk dari pengekspresian atas

pengalaman keagamaan. Manusia diberikan oleh Tuhan, sadar atau tidak sadar

atas dorongan Tuhan yang tersembunyi itu, menanggapi-Nya dengan cara yang

terbaik bukan melalui suatu gerak akal yang sederhana, tetapi melalui suatu

perbuatan yang banyak dan kompleks, di mana seluruh sifatnya diperhatikan, dan

dalam perkembangannya yang sempurna akan menyerupai sifat-sifat karya seni.13

Pada awal mulanya musik dipahami oleh Hazrat Inayat Khan seorang

tokoh atau guru besar musik spiritual di India, sebagaimana bermusik dengan

menggunakan instrumen biasa, namun dengan perkembangan spiritualnya maka

perkembangan pula pemahaman Hazrat Inayat Khan terhadap musik. Dalam

perkembangan selanjutnya musik dipahami sebagai salah satu sarana pengenalan

terhadap Tuhan, di mana Tuhan dianalogikan sebagai sumber keindahan, dan

musik merupakan hasil dari keindahan.14

Menurut Hazrat Inayat Khan musik mempunyai dimensi makro; bahwa

arsitektur adalah musik, taman adalah musik, pertanian adalah musik, lukisan

adalah musik, puisi adalah musik.15 Hazrat Inayat Khan mengambil pengertian

bahwa alam dengan segala keteraturan dan ketidak keteraturannya, sebagai suatu

harmoni dan juga keselarasan akan ciptaan Tuhan. Keharmonisan tersebut

merupakan suatu bagian dari musik mikro.

13 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik: Sebuah Pembelaan Musik Sufi oleh Ahmad al-Ghazali, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal. 15.

(19)

Dengan demikian setelah apa yang diungkapkannya tentu mendapatkan

respons baik dalam agama Islam. Namun tentu dapat menimbulkan kontroversi,

apakah sebenarnya tujuan daripada pengungkapan tersebut? Ataukah ia

mengartikan musik dengan keharmonisan yang ada, merupakan salah satu

sistematika spiritual terhadap Tuhan, karena musik diartikan sebagai landasan

sumber ciptaan sekaligus sarana untuk menyerapnya dan juga dunia diciptakan

oleh musik, dan dengan musik bila dunia ini ditarik ke dalam sumber yang telah

menciptakannya.

Maka karenanya, apa yang diungkapkan oleh Hazrat Inayat Khan

mempunyai pandangan berbeda ataupun berkembang dibandingkan dengan yang

lainnya, di mana ia mengungkapkan musik dalam berbagai dimensi yang luas,

termasuk di dalamnya dari Islam. Maka dengan permasalahan tersebut, penulis

dengan segala ketertarikannya akan hal tersebut memberi tema penelitian

“Dimensi Musik Dalam Islam: Studi Pemikiran Hazrat Inayat Khan”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah.

Demi menjaga efektifitas agar pembahasan tetap terfokus pada persoalan,

maka penulis membatasi pembahasan pada konsep dimensi musik menurut Hazrat

Inayat Khan.

Untuk mempermudah pembahasan masalah di atas, dalam skripsi ini

penulis merumuskannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana landasan musik menurut Hazrat Inayat Khan ?

(20)

3. Bagaimana pandangan Hazrat Inayat Khan tentang musik sebagai kesatuan

makro dan mikro kosmos?

C. Tujuan Penelitian.

1. Untuk mengetahui musik sebagai sarana ekspresi keagamaan dan

sarana spiritual.

2. Untuk mengetahui dimensi musik spiritual dalam pandangan

Hazrat Inayat Khan.

3. Dapat memberi manfaat sebagai sumbangan pemikiran dan

kekayaan khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu

Tasawuf.

D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode studi

pustaka (library research) terhadap karya-karya Hazrat Inayat Khan, terutama

mengenai musik yang membahas dimensi musik spiritual dalam Islam dan

hubungan musik dengan tasawuf sebagai data primer, seperti buku Dimensi Musik

dan Bunyi (Yogyakarta: Pustaka Sufi,2002), Dimensi Spiritual Psikologi (Jakarta:

Pustaka Hidayah, 2000), dan Kesatuan Ideal Agama-agama (Jakarta: Pustaka

Hidayah, 2003). Selain itu penulis juga mengambil karya-karya orang lain sebagai

data Sekunder, seperti karya Abdurrahman Al-Bagdadi, Seni Musik Dalam

Pandangan Islam: Vocal, Musik dan Tari (Jakarta: Gema Insani Press, 1994)dan

(21)

Bulan Bintang, 1977), dan Islam dan Kesenian; Relavansi Islam dan Seni Budaya

(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1988), untuk membandingkan pengertian musik dalam

pandangan Islam dengan pengertian musik secara universal serta karya-karya

lainnya yang terutama membahas mengenai hubungan musik dengan agama, dan

pemikiran Hazrat Inayat Khan tentang dimensi musik dalam agama.

Secara teknis, analisis data yang digunakan bersifat kualitatif dengan

teknik pembahasan deskriptif analitis yang bertujuan untuk menjelaskan musik

agama serta membandingkan aliran-aliran musik umum dengan musik dalam

pandangan Islam. Sementara teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan

dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

diterbitkan Center for Quality Development and Assurance (CeQDa) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka.

Berkenaan dengan tinjauan pustaka mengenai tema yang penulis teliti,

penulis hanya menemukan tiga buku dan satu karya ilmiah yang membahas

dimensi musik pandangan Hazrat Inayat Khan, dan tiga buku tersebut di

antaranya:

Hazrat Inayat Khan, Dimensi Mistik Musik dan Bunyi, terj. Subagiono dan

Fungky Kusnaendy Timur dari buku The mysticism of Sound and Music. Buku ini

membahas bagaimana Hazrat Inayat Khan melakukan spiritual-spiritual terhadap

(22)

gerakan dakwah Hazrat Inayat Khan kepada masyarakat, khususnya masyarakat

India.

Kesatuan Ideal Agama-agama karya Hazrat Inayat Khan yang

diterjemahkan oleh Anand Krishna dari buku The Unity of Religious Ideals. Buku

ini berisi tentang kreasi peribadatan universal pemikiran Hazrat Inayat Khan.

Dimensi Spiritual Psikologi karya Hazrat Inayat Khan yang diterjemahkan

oleh Andi Haryadi dari Buku Spiritual Dimensions of Psychology. Buku ini

menyingkap tingkatan-tingkatan katarsis menempuh jalan spiritual, selain itu

Hazrat Inayat Khan memberikan proses-proses mental dalam diri manusia seperti

berpikir, imajinasi, sugesti, dan sebagainya dalam buku ini.

Berbeda dengan tiga buku tersebut, pada penelitian ini penulis selain

membahas tentang musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan, penulis juga

memberikan aneka tarekat-tarekat sufisme khususnya tarekat Chistiyyah serta

pemikiran-pemikiran sufisme Hazrat Inayat Khan.

Adapun dengan studi kepustakaan dalam karya ilmiah atau skripsi yang

mengenai Hazrat Inayat Khan dan seni musik, penulis hanya menemukan satu

karya ilmiah yaitu, Pemikiran Sufisme Hazrat Inayat Khan oleh Zainal Mutaqin.

Jelas berbeda dengan skripsi diatas, di samping membahas tentang tasawufnya,

penulis secara spesifik dan komprehesif mengulas konsep musik Hazrat Inayat

Khan.

(23)

Dalam pembahasan lebih lanjut mengenai skripsi ini, maka penulis

mencoba mendetailkan pembahasan pokok-pokok dalam skripsi ini. Penulis

menggunakan sistematika pembahasan skripsi ini dalam pembahasan 5 (lima) bab:

BAB I, membahas pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan teknik

penulisan, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II diawali dengan pendekatan penulis kepada sang tokoh dalam

penelitiannya yakni Hazrat Inayat Khan dengan menulis biografi Hazrat Inayat

Khan di lanjutkan perjalanan hidupnya sebagai sufi sekaligus pemusik, serta

karya-karya darinya yang mengenai dalam bidang tasawuf dengan musik yang

mana membahas musik sebagai sarana untuk mendekatkan diri terhadap Tuhan.

BAB III, membahas tentang landasan tentang teori musik dan tasawuf,

dalam bab ini penulis memperbandingkan musik yang secara umum dengan

konsep musik dalam pandangan Islam mulai dari pengertian atau definisi musik

itu sendiri hingga bagaimana mereka memainkan musik serta perbedaan dan

persamaan di antara kedua.

Masih dalam BAB III selain perbedaan persepsi musik umum dengan

pandangan Islam di mana di dalamnya terdapat warisan instrumen musik oleh

Islam. bab ini juga menyajikan tentang tasawuf, di mana penulis mencoba

memberi pengertian dari tasawuf di dalamnya dan hubungan musik terhadap

spiritual kaum sufi sebagai ajaran tasawuf. Serta tarekat-tarekat tasawuf yang

(24)

BAB IV, membahas landasan musik Hazrat Inayat Khan dan memuat

tentang analisis terhadap konsep musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan, di

mana bab ini menjelaskan konsep-konsep musik Hazrat Inayat Khan. Pengertian

musik dalam pandangan Hazrat Inayat Khan kemudian bentuk-bentuk dari musik

tersebut, dan musik sebagai kesatuan makro dan mikro kosmos.

Sementara BAB V, merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan dan saran. Kesimpulan penulis tentang dimensi musik agama dalam

(25)
(26)

15

A. Riwayat Hidup Hazrat Inayat Khan.

Hazrat16 Inayat Khan adalah seorang keturunan asli India lahir pada 5 Juli

1882 di Baroda, India17. Ayahnya bernama Rahmat Khan, berasal dari keluarga

Mashâik, Punjab, dan tinggal di Sialkot, Punjab dengan latar belakang musik,

mistik dan kepenyairan. Rahmat Khan sendiri mempelajari musik klasik India di

bawah bimbingan Sayn Alias, seorang composer sekaligus sufi yang hidup secara

asketis dari daerah Punjab. Selanjutnya Ia belajar dan menjalin hubungan erat

dengan Maula Bakhsh, hingga Rahmat Khan menikahi putrinya Fatima Bibi.

Setelah wafat istri pertamanya, ia pun menikahi kembali putri dari Maula Bakhsh

Khadija bibi, ibu dari Inayat Khan.18 Inayat Khan adalah seorang penyanyi

dhrupad19 besar yang berguru pada Sant Ilyas seorang musikus sekaligus sufi.

Jumashah adalah leluhurnya, yang hingga saat ini masih dikunjungi sebagai

tempat ziarah.

16

Istilah “Hazrat” merupakan derivasi dari kata Arab „Hâdhârät’ dan biasanya digunakan sebagai panggilan kehormatan terhadap guru sufi atau pemimpin spiritual Islam di kawasan India. Keterangan ini diperoleh pada 25 April 2010 dari, http://www.wahiduddin.net

17

Riwayat hidup Hazrat Inayat Khan diakses dari, http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm,; http://www.wahiduddin.net/hik/_music-bio.htm.

18

Hazrat Inayat Khan, The Sufi Message: Biography. Autobiography. Journal and Anecdo, diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://wahiduddin.net

19

(27)

Moula Bakhs Khan20 seorang darwish Chistiyyah keturunan keluarga

Zamindar. Moula Bakhsh Khan adalah seorang yang merupakan salah satu

pendiri Akademi Musik India, Universitas Gayanshala di Baroda, India.

Universitas tersebut dilindungi oleh Maharaja Sayajirao Gaek dari Baroda, yang

sekarang dikenal sebagai Akademi Musik India Maharaja Sayaji Rao21. Maula

Bakhsh Khan sendiri seorang pemusik terkenal, sebagai penggubah, pemain

sandiwara, dan pengembangan notasi musik dengan menggabungkan notasi musik

berbeda ke dalam notasi sederhana. Selain itu ia juga dikenal sebagai Beethoven

dari India, dengan menjadi seorang ahli dari musik antara Utara dan Selatan

India.22

Maula Bakhsh Khan seorang yang begitu dihormati, sebab peranannya

dalam sejarah musik India adalah bukan semata-mata karena dia sebagai seniman

yang memiliki personalitas yang kuat, namun lebih dari itu, Bakhsh Khan telah

menambah sesuatu yang amat brillian dan fanstastik bagi perkembangan musik

India yaitu penggunaannya terhadap metode ilmiah dan sistematik dalam seninya.

Selain itu Bakhsh Khan memberi sentuhan yang teramat berpengaruh dalam

keanggunan India dan kekayaan tradisi kultural yang dimilikinya. Bakhsh Khan

menyadari bahwa dirinya hidup dalam masa transisi di mana tradisi musik India

yang begitu dicintainya dihadapkan pada bahaya kematian. Sebabnya Bakhsh

20

Maula Bakhsh Khan bernama asli Chole Khan adalah putra dari Ghise Khan Enver Khan yang berasal dari keluarga Zamindar (Landlord, landowner; tuan tanah). Nama aslinya diganti dengan Maula Bakhsh, yang berarti Karunia Ilahi, oleh seorang darwish Chistiyyah.

21

http://wahiduddin.net. diakses pada tanggal 25, April 2010.

22

(28)

Khan mengupayakan untuk mengumpulkan kembali musik India dan

mengklasifikasikannya berdasar corak dan aliran yang diusung sebagai warisan

berharga bagi generasi India selanjutnya.23

Sisi lain Maula Bakhsh Khan memiliki kecenderungan untuk menghormati

berbagai tradisi agama dan mistik yang berkembang pada masa itu, sehingga

Bakhsh Khan menjadikan rumahnya sebagai tempat pertemuan untuk diskusi dan

persinggahan para cendekiawan dan agamawan dari berbagai latar belakang sosial

dan tradisi keagamaan yang berbeda, Hindu, Islam, Zoroaster, dan Kristen24.

Kecenderungan ini yang ditularkan Bakhsh Khan terhadap cucunya Inayat Khan

dengan membawa sang cucu untuk mengunjungi banyak guru spiritual maupun

para sufi Islam.

Inayat Khan dibesarkan dengan kakeknya, dan ia dihadapkan dengan

sebuah pluralitas dalam lingkungan yang berbeda-beda agama, sehingga kakeknya

pun membesarkan Inayat Khan dalam suasana religius. Kakeknya pernah mengajarkan dia melalui sebuah pembicaraan; “katakan kebenaran; kebenaran

adalah Tuhan; pemimpin bersih dan kehidupan sederhana. Lupakan kebaikan

yang pernah kamu lakukan, tetapi ingat kesalahanmu dan dosamu”, (Neki kar

paam me daal: lakukan kebaikan dan lupakan. Baadi kar pallu me baandh:

ingatlah kesalahan yang pernah kamu lakukan)25.

23

Elisabet Keesing, Hazrat Inayat Khan: Abiograf. Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.wahiduddin.net

24

Inayat Khan, The Sufi Message: Biography. Autobiography. Journal and Anecdot.

Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.wahiduddin.net

25

(29)

Atas kecintaan kakeknya terhadap musik, puisi, dan pengetahuan, maka

kakeknya pun menanamkannya kepada Inayat Khan di usia belianya, sehingga ia

mengatakan kepada Inayat Khan sebagai berikut: “ My taste for music, poerty,

and philosophy.” He says. “ increased daily, and I loved my grandfather’s

company more than a game with boy of my age. “ 26

Hal ini merupakan salah satu aspek di mana seseorang religius ataupun

tidak. Salah satunya adalah dengan adanya emosi keagamaan, yaitu aspek agama

yang paling mendasar, ada dalam lubuk hati manusia, yang menyebabkan manusia

beragama menjadi religius ataupun tidak religius.27 Sehingga Inayat Khan sudah

terbiasa akan lingkungan religius yang mengelilinginya.

Sebelum beranjak usia ke dua puluh, ia dipercayakan untuk mengajar di

Universitas Gayanshala, dengan mengajarkan Veena28 (alat musik India), dan ia

juga memiliki bakat suara yang merdu yang membuatnya menjadi dikenal hampir

di seluruh kawasan India. Walaupun masih belia Inayat Khan sangat mencintai

bakatnya, kecintaannya terhadap musik sama besarnya terhadap spiritual,

walaupun Inayat Khan sendiri masih belum dewasa. Terlihat Inayat Khan selalu

mencari seorang darwish, penyihir, peramal dan ahli mistik agar ia dapat

26 “ Rasaku untuk musik. Poerty, dan filsafat, dan ia mengatakan: bahwa aku lebih

mencintai kakekku yang meningkatkan ku ketimbang aku bermain bersama teman-teman sebayaku ”. diakses dari http://www. HazratInayatKhan-Bio.htm. pada tanggal 25, April 2010.

27

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama ,

(Bandung: Pustaka Setia, 2000) hal. 28.

28

(30)

mempelajarinya.29 Maka dengan itu tidak asing apabila seseorang mengatakan

bahwa Inayat Khan ialah seorang Tansen30, ini terjadi pada saat itu Inayat Khan

sedang menyanyi di Istana Nizam di Hiderabad, dihadapan Tuan Mahebub Ali

Khan.

Kesungguhannya dalam mencari pengetahuan tentang sejarah maupun

suatu ajaran agama, merupakan sebagai suatu bahan perbandingan untuk

menghasilkan pemahaman baginya (suatu kebenaran mutlak ), sehingga Inayat

Khan sendiri menuangkannya ke dalam karyanya “Kesatuan Ideal Agama -agama”, sebagai ekspresi yang dibuat dalam bentuk tulisan. Unsur kunci

menyusun cinta kepada kebijakan adalah kemauan menjaga pikiran tetap terbuka,

kesediaan membaca secara luas, dan mempertimbangkan seluruh wilayah

pemikiran dan memiliki perhatian terhadap kebenaran31.

Keinginan yang kuat Inayat Khan terhadap pengetahuan bidang sufisme

membuat ia hijrah ke Ajmer, salah satu wilayah di India, di Ajmer terdapat

makam para tokoh-tokoh spiritual,diantaranya Nizamuddin Aulia dan Amir

Khusro, ke duanya adalah musisi sekaligus seorang mistikus besar New Delhi.

Ajmer merupakan tempat yang penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Khwaja

Moineddin Chishti juga dimakamkan di tempat tersebut, Moineddin merupakan

29

Diakses pada tanggal 26, April 2010 dari http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm.

30

Tansen adalah seorang mistikus terkenal di India.

31

(31)

seorang mistikus dari aliran Chishtiyyah32, dan Chishtiyyah adalah ajaran sufi

yang dipelajari oleh Inayat Khan.

Inayat Khan bergabung dengan sebuah grup Darwis, yang menggunakan

musik sebagai sarana spiritualnya. Sebab Inayat Khan sendiri menyukai musik

dan memainkannya, dengan demikian ia pun mudah untuk bergabung dengan grup

tersebut. Inayat Khan pernah mimpi bertemu dengan sekelompok orang yang

sedang bermain musik dan belajar ilmu pengetahuan serta filsafat, dalam suasana

menyenangkan, sehingga ia pun menemui seseorang yang wajahnya bercahaya33.

Pada tahun 1904 dari sebuah mimpi yang baik, ia pun akhirnya menemui

Muhammad Abu Hasim Madani, seorang mursid besar pada saat Inayat Khan

berkunjung ke rumah temannya di Hidirabad. Muhammad Abu Hasim Madani

adalah keturunan asli Madinah di Arab Saudi, Abu Hasim dikenal sebagai salah

satu yang membawa ordo sufi ke India pada abad ke 12. Demikian tak perlu butuh

waktu lama sang mursid untuk mengajak Inayat Khan untuk bergabung ke dalam

ordo Chisti.

Muhammad Abu Hasim Madani mendidik Inayat Khan selama empat

tahun secara tertutup, namun pada masa itu dianggap sebagai masa yang indah

bagi Inayat Khan. Inayat Khan mendapat wasiat sebagai perintah dari gurunya,

32Tarekat Chistiyyah di India dirintis oleh Khawaja Mu‟in al

-Din Hasan atau yang lebih dikenal dengan nama Mu‟in al-Din Chisty (Moeiddin Chisty) (1142-1236 M). Tarekat ini memiliki silsilah yang tersambung pada Hasan al-Bashri (642-728 M). Sepanjang sejarahnya di India, tarekat Chistiyyah memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam masyarakat Muslim di kawasan India, bahkan derasnya arus saintisme dan perkembangan polotik kawasan ini tidak pernah membunuh peran penting tarekat ini dari dalam keseharian masyarakat. Bandingkan uraian Annemarie Schimmel, Dimensi Musik dalam Islam, terj. Sapardi Djoko Damono (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), cet.II., hal. 438-462.

33

(32)

untuk mempersatukan antara Barat sekaligus Eropa dan Timur ke dalam gerakan

sufi dan juga musik yang dimainkannya.“ Fare forth into the world, my child, and

harmonize the East and West with the harmony of the musik. Spread the wisdom

of Sufism abroad, for to this end art thou gifted by God ”34.

Pada September 191035 Inayat khan berlabuh ke Amerika bersama dengan

tiga saudaranya yang bernama Magebub Khan dan sepupunya Ali Khan,

sedangkan Musheraff Khan, saudara paling muda menyusulnya setahun

kemudian. Inayat Khan selama berada di Amerika, ia mengajar dan juga

berceramah di Unversitas Colombo dan ia mendapatkan antusias yang begitu

besar dari sebagian pengajar lainnya serta mahasiswa di sana.

Selanjutnya Inayat Khan mengelilingi Eropa, dan dalam perjalanannya

pada 1912 Inayat Khan menikahi seorang wanita keturunan Meksiko yang

bernama Ora Ray Baker36 di London, yang kemudian namanya diganti menjadi

“Sharda Ameena Begum”. Bersama dengan Sharda Ameena Begum Inayat Khan

dianugrahi empat dari dua putra dan dua putri. Ke dua putra Inayat Khan bernama

Vilayat, dan Hidayat Khan, sedangkan dua putrinya bernama Noor, dan Khairun

Nisa. Inayat Khan bersama keluarganya menetap di Suresnes, dekat kota Paris,

Perancis.

34

Wasiat Abu Hasim kepada Inayat Khan: Anakku, pergilah ke dalam dunia, harmonikan Barat dan Timur dengan kelarasan musik. Sebarkan kebijaksanaan sufi dengan bakat senimu yang hingga kini masih dikaruniai Allah.

35

Ada dua keterangan mengenai tanggal Inayat Khan berpergian ke Amerika meninggalkan India, ada yang menyatakan tanggal 10 dan ada pula yg menyatakan tanggal 13. Namun ini terjadi pada bulan September 1910. diakes dari http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm. pada tanggal 27, April 2010.

36

Ora Ray Baker meninggal di Paris pada tahum 1949, Ora Ray Baker adalah seorang kemenakan dari pendiri gerakan Christian Science Mrs. Mary Eddy Baker. Diakses dari

(33)

Inayat Khan di sana mengadakan sebuah sekolah musim panas. Sekolah

ini hanya berlangsung sepuluh tahun, dan diikuti oleh para murid atau pendengar

seluruh dunia, dengan mengikuti ceramah, menerima pemberkatan dan

bimbingan. Selama di sana Inayat Khan menetap agar tetap intens dalam

mengajar. Ceramahnya dipublikasikan dalam dua belas bab, yang diberi tema “

The Sufi Message Of Hazrat Inayat Khan ( Pesan Sufi Inayat Khan) ”.

Inti pokok dari ceramah tersebut, berisi tentang musik, psikologi,

kesehatan, kehidupan yang terdalam, kesatuan ideal agama-agama dan lainnya.

Menurutnya tidaklah pantas agama yang bertujuan untuk kedamaian, keadilan,

dan juga untuk mencapai sesuatu yang ideal atau kebenaran hakiki, menjadi suatu

alat pemicu terjadinya pertengkaran. Baginya semua agama mengandung

kebenaran, dengan kendaraan yang berbeda namun memuat satu muatan yang

sama, yaitu menuju kebenaran hakiki. Merupakan cahaya dari kehidupan, sebagai

pemelihara semua jiwa adalah pesan dari cinta, harmoni, dan keindahan Tuhan

yang Esa37.

Dari tahun 1910 hingga 1926, kehidupan Inayat Khan dilakukan dengan

mengunjungi seluruh Eropa, dan hingga akhirnya kembali ke Amerika. Di

Amerika Inayat Khan memberikan ceramah tentang “Filosofi India, Mistisisme,

Sufisme, dan mempertunjukan Musik India”. Selama mengunjungi Eropa Inayat

Khan bertemu dengan beberapa orang yang tertarik dengan musik maupun

gerakan sufi di India, di antaranya; di Inggris pada tahun 1912 Inayat Khan

37

Diakses pada tanggal 29, April 2010 dari

(34)

bertemu Poet Tagore dan Fox Strangways, mereka berdua seorang penulis

terkenal di Inggris yang menulis tentang musik India. Selain itu Inayat pun

berkenalan dengan musisi seperti Cesil Scott, Percy Grainger, dan August Holmes

dari Royal Acedemy of Music England. Inayat Khan juga bertemu dengan Count

Serge Tolstoy (seorang yang tertarik dengan gerakan sufi Inayat Khan), di Rusia.

Ketika ajarannya diterima di Rusia, Inayat Khan menulis: “Kehangatan dating dari

hati dai orang yang menjaga kita tetap hangat di Negara yang dingin”38

.

Ceramahnya tentang sufisme dipublikasikan sebagai buku “The Inner Life (Hidup

Sejati)”. Pada tahun 1920 Inayat Khan mendirikan markas gerakan sufinya di

Geneva, Swiss dan pada tahun berikutnya 1921 Inayat Khan berlabuh ke Negara

Belanda.

Sufisme telah dimulai di Inggris, Belanda, Jerman, dan Amerika pada

tahun 1926. Inayat Khan merasa sangat ingin untuk kembali pulang ke tanah

lahirnya India, dan berharap bisa untuk beristirahat di sana. Pada awal tahun 1927,

Inayat Khan mengunjungi makam Hazrat Khwaja Muinuddin Chishti di Ajmer.

Inayat Khan sendiri adalah seorang yang tak kenal kata letih, selama tujuh belas

tahun ia tetap menulis dan terus mengajar.

Pada akhirnya Inayat Khan melakukan keinginannya untuk kembali ke

kampung halamannya India untuk beristirahat dan bermeditasi. Sekembalinya

Inayat Khan ke India pada 1926, ia pun dimintai untuk mengisi ceramah, dan

dengan senang hati Inayat Khan pun menyanggupi permintaan tersebut.

38

(35)

Pada tanggal 5, Febuari 1927 Inayat Khan meninggal dunia di New Delhi,

India, pada usia 45 tahun karena suatu penyakit parah39. Jasadnya dimakamkan

dekat Dargah Sharif dari Hazrat Khwaja Nizamuddin Aulia di New Delhi. Namun

gerakannya dilanjutkan oleh putranya Pir Vilayat. Vilayat menyebarkan sufisme di

daratan Barat. Ia juga berjelajah sama halnya dengan ayahnya Inayat Khan, dan

mengajar secara ekstensif dan menulis beberapa buku.

Salah satu muridnya adalah seorang pendiri dari Omega Institut, institut

pendidikan “ New Age “ yang besar di Rhinebeck, New York. Para muridnya pun

sangat menghormati, sehingga manganggap tanggal 5 Juli di jadikan sebagai

perayaan hari ulang tahun dari hari Vilayat, dan dari Inayat Khan dilakukan

dengan hal yang sama dengan 13 September sebagai hari di mana Inayat Khan

meninggalkan India untuk membawa sufi ke Barat.40

B. Karya-Karya Hazrat Inayat Khan.

Inayat Khan meninggalkan banyak karya-karya tulis yang merekam

pemikiran dan spiritualitasnya, Inayat Khan juga adalah seseorang yang mencoba

memperkenalkan pemahaman sufi di Barat. Inayat Khan melakukannya dengan

memberikan ceramah, pengajaran, dan pertunjukan dengan bermain musik dan

39

Ada dua pendapat yang menyebut kan tentang penyakit yang diderita Inayat Khan; menderita flu berat dan lainya menyebutkan bahwa Inayat Khan menderita radang paru-paru. Sumber dari http://www.shortbiographyofHazratInayatKhan.htm. yang diakses pada tanggal 29, April 2010.

40

Riwayat hidup Hazrat Inayat Khan diakses dari, http://www.short biography of Hazrat Inayat Khan,.htm,; http://www.wahiduddin.net/hik/_music-bio.htm.

(36)

bernyanyi. Inayat Khan banyak mengungkapan tentang seputar ajaran sufinya ke

dalam karya-karyanya, di antaranya adalah:

1. The Complete Sayings of Hazrat Inayat Khan (New Lebanon, Omega, 1979

dan 1991)

2. The Heart of Sufism: Esensial writing of Hazrat Inayat khan (Boston-London:

Shambala, 1999)

3. The Sufi of Message of Hazrat Inayat Khan (London and Service, Katwitjk,

Barrie and Jenkins, 1960-1982). Karya ini terdiri dari 14 volume, antara lain:

Volume I. The Way of Illumination.

Dalam volume ini, Hazrat Inayat Khan berupaya mengekspresikan

kembali pandangan pandangan tradisioanal sufi tentang nilai dan tujuan

hidup dalam pengertian yang bersifat universal dan kontemporer.

Volume ini membawahi beberapa judul; The Way of Illumination; The

Inner Life; The Soul; Whence and whither; dan The Purpose of Life.

Volume II. The Mysticism of Music, sound and World.

Secara tradisional, tidak jarang sufisme mempergunakan musik sebagai

alat untuk mentransmisikan esensi dari pengetahuan mistik (mystical

insight). Dalam volume ini, Hazrat Inayat Khan mengintergrasikan peran

musik dengan sejumlah elemen lain seperti suara dan keheningan (sound

and silence), geteran dan perkataan (vibration and the words), pemikiran

(37)

bagi kehiduan, dengan cara demikian Inayat Khan mengkomposisikan

kembali konsep musik yang memlampaui batasan ruang dan waktu.

Volume III. The Art of Personality.

Volume ini mengandung sejumlah isi dari ajaran Hazrat Inayat Khan

mengenai warisan yang maha agung dan relasi manusia, termasuk

pengetahuan mengenai daya-daya hidup. Inayat Khan menegaskan

bahwa seni kepribadian adalah kontemplasi tentang alam raya dan

pencapaian puncak keturunan. Penciptaan kepribadian (yang baik)

dilakukan sebelum kelahiran dengan menggunakan aspek-aspek

kesadaran. Volume ini membawahi sejumlah judul; Education; Rasa

Shastra; Character-Building and The Art of Personality; Moral Culture.

Volume IV. Mental Purification and Healing.

Dalam volume ini, prinsip-prinsip sufi dijelaskan berkaitan dengan

pengaruh akal pikiran (mind) yang boleh jadi menekan tubuh (body),

terutama dalam kaitannya dengan kekuatan spiritual dalam diri manusia.

Di samping itu, penjelasan ini juga berkaitan dengan sains modern.

Volume ini terdiri dari; Health Purification, The Mind World.

Volume V. Spiritual Liberty.

Volume ini memuat banyak informasi mengenai aspek-aspek berbeda

dalam mistisisme sufi. Beberapa judul termuat antara lain; A Sufi

(38)

Phenomenon of The Soul; Love, Human and Divine; Pearls from the

Ocean Unseen.

Volume VI. The Alchemy of Happiness.

Hazrat Inayat Khan senantiasa menekankan bahwa cita-cita spiritual atau

mistik adalah tidak akan menghasilkan manfaat apapun selama

seseorang tidak hidup dalam jalan kehidupan yang dituntut spiritualitas.

Volume ini terdiri dari empat belas ceramah yang disampaikan oleh

Hazrat Inayat Khan.

Volume VII. In an Eastern Rose Garden.

Volume ini dalam edisi bahasa Indonesia berjudul “Taman Mawar dari

Timur” dan diterjemahkan oleh Nizamuddin Sadiq (Yogyakarta: Putra

Langit, 2001). Volume ini merupakan kumpulan ceramah yang diberikan

oleh Hazrat Inayat Khan tentang berbagai persoalan. Kemampuannya

untuk mengkomunikasikan kesatuan dan relativitas

pandangan-pandangannya tentang berbagai persoalan yang sekaligus

mengilustrasikan esensi persepsi mistiknya tentang kehidupan.

Volume VIII. Sufi Teachings.

Volume ini merupakan kumpulan ceramah Hazrat Inayat Khan di

(39)

ajaran-ajaran sufi tradisional yang diproyeksikan dalam konteks yang bersifat

universal dan modern.

Volume IX. The Unity of Religious Ideals.

Volume ini merupakan kumpulan-kumpulan pemikiran Hazrat Inayat

Khan yang disusun secara sistematis. Volume ini menunjukkan bagian

paling penting dari ajaran sufistiknya, yaitu pendasaran kesatuan seluruh

pengalaman dan pemikiran ke agamaan.

Volume X. Sufi Mysticism.

Dalam volume ini Hazrat Inayat Khan meletakkan konsep tradisional

mengenai inisiasi (initiation; bay’at), kemuridan (discipleship), ajaran

spiritual dan aspek-aspek sufisme dalam dunia saat ini. Titik tekan

volume ini adalah membawahi beberapa judul; Sufi Poetry; Art;

Yesterday, Today and Tomorrow; The Problem of the Day.

Volume XI. Philosophy, Psychology and Mysticism.

Volume ini adalah ceramah terakhir Hazrat Inayat Khan yang

disampaikan dua tahun sebelum meninggal dunia. Memuat ulasannya

yang lebih jelas mengenai persoalan-persoalan psikologi, filsafat dan

mistisisme dalam konstruksi pandangan sufistiknya. Sering tulisan ini

dapat dianggap sebagai magnum opas dari keseluruhan karya Hazrat

(40)

diucapkannya dalam berbagai tempat dan kesempatan dan dikumpulkan

oleh sejumlah muridnya.

Volume XII. The Divinity of The Human Soul.

Bagian pertama volume ini menguraikan relasi manusia dengan Tuhan.

Bagian ke dua memuat autobiografi Inayat Khan. Adapun bagian ke tiga

memuat empat lakon (sandiwara) pendek yang ditulis untuk

murid-muridnya. Volume ini membawahi judul; The Vision of God and Man;

Confessions; Four Plays.

Volume XIII. Sacred Readings: The Gatha’s.

Volume ini memuat ajaran-ajaran Hazrat Inayat Khan yang

disampaikannya dalam bebagai kelas kepada murid-muridnya yang

masih berada dalam tahap awal pelatihan spiritual.

(41)

Volume ini diterbitkan untuk memenuhi kepentingan para pemula yang

ingin belajar sufi.41

4. Spiritual Dimensions of Psychology (Omega Publications, New York, 1981).

5. Education: from Before Birth to Maturity (Hunter House Ins, USA, 1989).

6. Rass Shastra; Inayat Khan on The Mysteries of Love, Sex, and Marriage, by

Hazrat Inayat Khan.

7. Art Of Being and Becoming.

8. The Music of Life.

9. Mistery: Developing Inner strength for Life’s Challenges, by Hazrat Inayat

khan.

10.Complete Sayings by Hazrat Inayat Khan.

11.Awakening of the Human Spirit.

12.Creating The Person: A Practical Guide to The Development of Self.

13.Notes from the Unstruck Music from the Gayan.

Selain menghasilkan karya-karya tulis yang ke dalam bentuk buku dan

lain-lainnya, Hazrat Inayat Khan juga meninggalkan karya lainnya berupa;

rekaman suaranya yang sedang menyanyikan sejumlah raga (lagu tradisional

India). The Voice of Inayat Khan yang dipublikasikan pada 1909.

41

(42)

31

A. Konsep Musik.

1. Musik Secara Umum.

Musik dalam bahasa Yunani diambil dari kata “Muse” yang memiliki

makna Dewa. Pengertian musik dalam Kamus Ilmiah Populer dapat dikatakan

sebagai panduan bunyi dari beberapa alat atau instrumen musik yang bernada

secara teratur dan berkesesuaian atau seni susun padu nada.42

Budilinggo dalam pandangannya, mengatakan bahwa musik adalah

perwujudan ide-ide atau emosi-emosi yang tidak hanya tersusun atas nada, ritme,

tempo, dinamik, warna suara, dan unsur-unsur lainnya. Bahkan Budilinggo

yakinkan diri bahwa musik; adanya musik itu sendiri pada akhirnya memiliki

suatu makna.43 Sehingga musik dapat diketahui dari suatu paduan suara atau juga

yang terdiri dari susunan nada yang diatur oleh ritme, tempo, warna suara dan

sebagainya.

Musik dapat dikatakan suatu hasil kreatifitas dari manusia, lahirnya musik

keluar atas dorongan dari ide-ide atau emosi-emosi yang ada di dalamnya,

kemudian dituangkan dalam bentuk usaha menyusunkan nada, ritme, lagu, dan

42

M. Dahlan Yakub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, ( Surabaya: Penerbit Arkola, 1994 ), hal. 501.

43

(43)

keharmonisan secara bersamaan sehingga dapat melahirkan keindahan dan

kesenangan. Menurut Sidi Gazalba, “Seni secara sederhana dan biasanya

dita‟rifkan sebagai usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang

menyenangkan”.44

Hal ini mewujudkan sebuah kelebihan manusia bila

dibandingkan dengan makhluk lainnya seperti hewan. Dengan keharmonisan akal

dan hati manusia dapat berkreasi sedemikian rupa dengan menciptakan

bentuk-bentuk atau hal-hal yang menyenangkan, baik itu yang berbentuk-bentuk nyata ataupun

abstrak.

Musik adalah suatu kreasi seni yang ditujukan untuk memperoleh nilai

estetika,45 dengan nilai estetika tersebut orang dapat merasakan keindahan serta

merasakan apa yang telah dirasakan oleh penciptannya melalui pesan dalam

bentuk musik. Keindahan merupakan naluri manusia, dengan aspek intuisi yang

digunakan sebagai landasan penilaian estetika atau keindahan yang datang melaui

indera-indera yang terdapat dalam diri manusia. Baik dalam indera pendengaran,

indera penglihatan, dan indera-indera lainnya.

Musik dalam indera pendengaran, melaluinya musik dapat dirasakan, yang

kemudian melanjutan ke dalam hati. Dengan indera pendengaran, manusia

merasakan unsur-unsurnya ke dalam hati, perenungan di dalamnya dapat

melahirkan rasa yang berbeda-beda dalam diri manusia, baik itu rasa yang

(44)

menyenangkan bisa juga sebaliknya rasa yang tidak menyenangkan, hal ini

tergantung dalam keharmonisan antara musik dengan manusia itu sendiri. Bila

musik tersebut dapat dirasakan yang menyenangkan, maka ia menikmati

keindahan musik tersebut berawal dari nilai estetika, sebut saja suara musik yang

merdu. Namun jika perhatian yang kurang dalam menikmati musik, dapat

menimbulkan minus atau kurangnya nilai-nilai seni dari musik, hal ini dapat

disebabkan dengan menghubungkannya dengan perkara-perkara lain yang

terdapat di luarnya.

Unsur dasar struktur musik terdapat 2 kategori, yaitu; Ujud dan Motif.

Ujud adalah satuan bunyi terkecil dalam sebuah komposisi musik yang belum

mengandung pengertian musikal yang terdiri atas satu, dua, atau tiga nada.

Sedangkan Motif adalah satuan terkecil dalam sebuah komposisi musik yang

mengandung pengertian musikal; bunyi-bunyian yang keluar, dan dapat diketauhi

atau ditangkap nilai musiknya.46

Musik secara besar dapat dicapai dengan menggabungkan kedua unsur

tersebut “Ujud dan Motif” ke dalam satu kesatuan, namun terdapat beberapa

persyaratan untuk dapat menghasilkan motif yang bagus, yaitu:

1. minimal terdiri dari dua nada.

2. memiliki ritme yang jelas.

3. memiliki loncatan interval yang jelas.

46

(45)

4. memiliki gambaran ide yang jelas.47

Motif-motif di atas, terdapat atau mengandung penjelasan. Pertama,

apabila musik terdiri dari satu nada maka hanya akan memperoleh musik yang

terdiri dari satu suara saja. Dengan itu satuan terkecil dari unsur musik ialah

dengan adanya atau memiliki dua nada, dan lebih baik jikalau terdiri dari dua

nada. Ke dua, penjelasannya adalah ada suatu aturan tertentu dalam musik agar

terdapat lantunan yang harmonis. Dengan adanya ritme yang terarah atau teratur,

sehingga enak dan merdu untuk didengar. Ke tiga, musik terdiri dari interval

ataupun frase-frase tertentu, sebagai keseimbangannya dari ritme yang telah

dibuat. Ke empat atau yang terakhir, bahwa dalam setiap penuangan hasil karya,

harus ada gambaran yang jelas sehingga orang lain dapat menangkap dan

merasakan nilai keindahan.

Musik diharuskan memiliki nilai komunikasi antara pemusik (orang yang

memainkan musik) dengan orang yang mendengarkannya. Nilai komunikasi

tersebut dengan tujuan agar ke duanya dapat memperoleh pengalaman estetika.

Memperoleh nilai komunikasi, caranya serupa atau sama dengan menggunakan

bahasa agar dapat dipahami; yakni dengan menyusun atau merangkai kata-kata

atau frase, kemudian dijadikannya dengan kalimat, dan dari kalimat yang

diucapkan orang lain dapat memahami tujuan dan maksudnya. I. Budilinggono

mangatakan bahwa, kata-kata dirangkai menjadi frase dan dari frase menjadi

47

(46)

kalimat. Sama halnya dengan musik diawali dari rangkaian motif-motif yang ada,

menjadi suatu bentuk musik secara keseluruhan.48

Terdapat dua frase dalam musik, yaitu; frase tanya, dan frase jawab.

Pertama, frase tanya ditandai dengan sebuah batas akhir yang memberi kesan

berhenti sementara. Sedangkan yang ke dua, frase jawab ditandai dengan batas

akhir yang mempunyai kesan selesai.

Selain itu musik bisa pula disajikan ke dalam beberapa jenis, di antaranya:

a. Musik Vokal.

Kata vokal berasal dari kata vocoal (Belanda), voca (Italia), voix

(Perancis), voice (Inggris), yang memiliki makna suara. Musik vokal

memiliki arah terhadap semua suara manusia. Dengan demikian musik

vokal itu hanya mempergunakan suara manusia atau nyanyian saja, tanpa

diiringi alat musik. Hidangan musik vokal disebut dengan kata vokalia,

dan mereka yang mendendangkan musik vokal disebut dengan sebutan

vokalis.

b. Musik Instrumental.

Instrumental berasal dari sebuah kata instrument (Italia), yang

mempunyai arti alat. Maksud dalam musik instrumental di sini adalah alat

musik seperti biola, terompet, dan alat musik lain-lainnya. Musik

instrumental dalam penyajiannya, hanya menggunakan alat-alat musik saja

48

(47)

tanpa ada nyanyian. Hidangan musik instrumental disebut dengan kata

instrumentalia, sedangkan yang menghidangakannya disebut dengan

sebutan instrumentalis.

c. Musik Campuran.

Musik campuran adalah musik yang disatukan dari ke duanya,

yaitu musik vokal dan musik instrumental yang disajikan secara

bersamaan atau bersama-sama. Pada umumnya yang dipentingkan adalah

vokalnya, sedangkan instrumental hanya pengiring saja. Dalam

pelaksanaannya dapat dilakukan oleh banyak orang, dua orang, hingga

satu orang, jika ia memainkan musik sambil bernyanyi.49

Jadi bermain musik tidak hanya memainkan alat musik atau instrumennya

saja, akan tetapi dengan mengeluarkan nyanyian juga merupakan bagian dari

bermain musik. Dengan menyatukan kedua penyajian tersebut, akan diperoleh

permainan musik yang lengkap dan beragam menjadi satu kesatuan yang terpadu.

2. Musik Dalam Pandangan Islam.

Musik memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

dalam sejarah peradaban manusia bahwa tak ada satu kaum ataupun zaman yang

meninggalkan ataupun melepaskan musik dari kehidupan manusia. Sebagaimana

terlihat dari perkembangan musik yang sejalan dengan perkembangan kehidupan

49

(48)

manusia. Karenanya musik dianggap sebagai prilaku sosial yang kompleks dan

universal, karena musik dapat dimiliki oleh seluruh masyarakat dan tiap anggota

masyarakat dapat disebut sebagai musikal.

Sedangkan agama adalah salah satu tanda perkembangan dari peradaban

manusia yang memiliki hubungan nyata dengan musik. Karena setiap agama

sendiri memiliki kegiatan-kegiatan ritual atau spiritual, dan musik adalah

merupakan salah satu sarana atau alat dari kegiatan spiritual di dalamnya.

Dalam agama Kristen, musik dikenal sebagai salah satu bagian penting

untuk melaksanakan ritual-ritual keagamaan. John Chrysostom, seorang pemuka

agama Kristen yang hidup pada abad keempat setelah masehi mengatakan: “Tiada

sesuatu, selain aransemen musik dan nyanyian agama, yang dapat meninggikan

derajat akal, memberinya sayap untuk meninggalkan bumi dan melepaskannya

dari belenggu jasmani serta menghiasinya dengan rasa cinta kepada kearifan50.

Penganut agama Hindu di India meyakini bahwa awal kehidupan adalah

rūh, dengan itu maka ilmu pengetahuan, kesenian (termasuk musik), filsafat dan

kebatinan diarahkan untuk satu tujuan yang sama, yaitu kehidupan spiritual.

Musik Kuno India, merupakan salah satu budaya yang diwariskan secara turun

temurun oleh pemeluk agama Hindu51.

Sedangkan Islam menanggapi musik sebagai alat purifikasi atau penyucian

jiwa seseorang dan pengenalan unsur rohani diri seseorang, karena dengan

50

Alwi Shihab, Islam Inklusif, hal. 234

51

(49)

bermusik jiwa manusia dapat menjulang tinggi ke dalam alam rohani jika

mendengarkan lantunan-lantunan melodi indah. Ini yang merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan oleh kalangan sufi yang menggunakan musik dengan

as-sama’ yaitu mendengarkan lantunan-lantunan melodi indah.

Diluar dari itu, berbicara tentang musik dalam pandangan Islam, berarti

membahas tentang kedudukan musik yang memiliki batasan-batasan dalam agama

Islam, seperti kesenian-kesenian lainnya yang memiliki batasan-batasan dalam

mengekpresikan kesenian atau seni.

Seni termasuk di dalamnya musik dengan Islam adalah merupakan suatu

yang tidak dapat dipisahkan, karena ke duanya mempunyai keterkaitan atau

hubungan erat antara satu sama lain, akan tetapi dari ke duanya merupakan garis

bidang yang memiliki jalur tersendiri.

Namun pada saat ini, perkembangan musik secara umum sangat pesat dan

sangat manggiurkan generasi muda. Banyak sekali bermunculan aliran musik

yang berbeda-beda; rock, heavy metal, reggae, jazz, pop, hip metal, hip hop, R&B

dan lain-lain. Musik semacam ini ada juga yang syairnya bertema kriminal,

pemujaan terhadap obat-obatan terlarang, kebebasan seksual, serta pengkultusan

perilaku bunuh diri dan keputus-asaan. Ada pula yang secara terang-terangan

memproklamirkan anti Tuhan52.Musik juga telah menjadi sebuah industri untuk

pemenuhan kebutuhan ekonomi. Seperti yang terjadi di Barat yang telah memiliki

52

(50)

pasar di dunia internasional. Musik kembali menjadi sesuatu yang identik dengan

perbuaatan-perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat jahīliyah. Sekarang tidak

sulit menemukan sajian musik yang digunakan untuk menari erotis, melupakan

norma-norma masyarakat dan hanya menuruti hawa nafsu.

Dari keterangan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa musik dapat

digunakan manusia untuk berbagai macam tujuan. Dari tujuan untuk mendekatkan

manusia kepada Tuhan, sekedar hiburan, untuk mencari uang, bahkan ada juga

orang menggunakan musik untuk pemenuhan hawa nafsu yang menyebabkan

manusia lupa akan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Hal inilah yang mengundang

permasalahan dalam masyarakat muslim masa kini. Permasalahan ini diawali

dengan pertanyaan ; “bagaimanakah hukum musik menurut Islam ?”.53

Para Ulama yang menyatakan haramnya bermain musik, mereka

menganggap bahwa musik merupakan sesuatu hal yang tidak memiliki manfaat.

Dalam hal ini mereka bersandar pada firman Allah dalam al-Qur‟an surat Lukman

ayat: 6

Artinya: Di antara mereka ada yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna54 untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan

53

Yusuf Qardhawi, Islam dan Seni, hal. 39.

54

Referensi

Dokumen terkait

Disadari atau tidak, dalam kehidupan kita sehari hari banyak melibatkan musik karena definisi paling mendasar dari musik itu sendiri adalah merupakan bunyi yang

Alam semesta adalah komunitas moral tempat bagi setiap kehidupan, baik itu manusia maupun yang bukan, sama-sama memiliki nilai moral dan setiap kehidupan makhluk apapun

Konstruksi pemikirannya yang terkait manusia dapat berada di fase mikrokosmos dan juga makrokosmos justru secara finishing tesisnya menandaskan bahwa alam semesta adalah bagian

Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah hasil pemikiran manusia mengenai alam fisika dan metafisika serta manusia yang

“Ketahuilah kiranya ilmu itu tidaklah tercela karena ilmu itu sendiri, tetapi tercelanya adalah pada hak manusia, karena salah satu dari tiga sebab. Pertama ilmu itu membawa

 Kedudukan manusia dalam alam semesta adalah lebih tinggi daripada makhluk yang

Ontologi adalah perenungan dan telaah manusia atas keberadaan dirinya dalam alam semesta ini , perkembangan dan pergolakan pemikiran umat manusia atas keberadaannya dalam alam semesta

Dasar-dasar pendidikan yang bertumpu pada pandangan Islam tentang manusia, alam semesta, dan kehidupan, sebagaimana dinyatakan An-Nahlawi mengindikasikan bahwa proses pendidikan tidak