• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah tentang ayat, surat dan juz dalam al-Qur'an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "makalah tentang ayat, surat dan juz dalam al-Qur'an"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

I. Pendahuluan

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diiturunkan kepada Nabi

Muhammad, yang dibaca dengan mutawatir dan beribadah dengan membacanya. Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran agama Islam dan merupakanpedoman bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang

huubungan manusia dengan tuhannya, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, banhkan pula hubungan antara manusia dengan alam semesta. Jika ingin memahami ajaran islam secara (kaffah); maka langkah

pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.

Al-Qur’an sebagaimana diketahui diturunkan dalam Bahasa Arab, baik lafadz maupun ushlub-nya. Suatu Bahasa yang kaya kosa kata dan sarat

kandungannya. Kendati al-Qur’an baerbahasa Arab, bukan berarti bahwa semua orang Arab atau orang yang mahir dalam berbahasa Arab dapat memahami isi kandungan al-Qur’an secara rinci.

(2)

II. Pembahasan

A. Ayat dalam al-Qur’an 1. Pengertian ayat

kata ayat (تايلا) merupakan bentuk jamak dari kata (ةيلا). Kata ayat adalah bentuk tunggal dengan pengertian: 1) alamat atau tanda; 2) beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian dari surah di kitab suci al-Qur’an; 3) beberapa kalimat yang merupakan kesatuan maksud sebagai bagian pasal dalam undang-undang; 4) bukti; kenyataan yang benar.1 Sedangkan kata (يلا

ة) itu sendiri memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut: a. al-Mu’jizah, seperti dalam firman Allah SWT;

ةةييآْ ن

ن ممْ م

ن ههانيينتيآْ م

ن ك

ي ْ ل

ي يئماريس

ن إمْ ِينمبيْ ل

ن س

ي

ْ

ةةنيييبي

ۗ

ْ

ل

ن ديبييهْ ن

ن ميوي

ن

ن ممْ هملللاْ ةيميعننم

ْ

ب

م اقيعملناْ دهيدمش

ي ْ هيلللاْ نلإمفيْ ههتنءياجيْ اميْ دمعنبي

٢:٢١١

[

2

Tanyakanlah kepada Bani Israil: "Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka". Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah:211)

b. al-Alamah (tanda), seperti dalam firman Allah SWT:

ن

ن أيْ همك

م لنمهْ ةيييآْ ن

ل إمْ منههييبمنيْ منههليْ لياقيوي

ْ

هميفمْ ت

ه ُوبهاتللاْ م

ه ك

ه ييتمأنيي

املممْ ةةيلقمبيويْ منكهبيريْ ن

ن ممْ ةةنييك

م س

ي

ْ

ن

ي ورهاهيْ ل

ه آويْ ى

ى س

ي ُومهْ ل

ه آْ ك

ي ريتي

ةهك

ي ئمليميلناْ ههلهممحنتي

ۚ

ْ

م

ن تهننك

ه ْ ن

ن إمْ منك

ه ليْ ةةييليْ ك

ي لمذيىْ ِيفمْ نلإم

ْ

ن

ي ينمممؤنمه

ْ

] ٢:٢٤٨ [ 3

Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa

1 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 59

(3)

malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.

c. Al-‘Ibrah (pelajaran), seperti dalam firman Allah SWT:

ن

ي وذهخ

م تلتيْ ب

م انيع

ن لن

ي اويْ لميخمنللاْ تماريميثيْ ننمموي

ْ

اقةزنرمويْ ارةكيس

ي ْ ههننمم

انةس

ي حي

ۗ

ْ

ك

ي لمذيىْ ِيفمْ نلإم

ْ

ن

ي ُولهقمعنييْ م

ة ُونقيلمْ ةةييلي

ْ

] ١٦:٦٧ [ 4

Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 67)

d. Al-Amr al-‘ajib (suatu hal yang mengagumkan), seperti dalam firman Allah SWT:

ةةييآْ ههملأهويْ ميييرنميْ ن

ي بناْ انيلنعيجيوي

ْ

رةاريقيْ ت

م اذيْ ةةُويبنريْ ى

ى ليإمْ اميههانيينويآوي

ن

ة يعمميوي

٢٣:٥٠

[

5

ْ

Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.

e. Al-Burhan wa ad-Dalil ( bukti dan dalil), seperti daam firman Allah SWT:

ض

م

رنلن

ي اويْ تماوياميسللاْ قهلنخيْ همتماييآْ ننمموي

ْ

م

ن ك

ه تمنيس

م لنأيْ ف

ه ليتمخناوي

م

ن ك

ه نماُويلنأيوي

ۚ

ْ

ن

ل إم

ْ

ن

ي يمملماعيلنلمْ ت

ْ

ة اييليْ ك

ي لمذيىْ ِيفم

] ٣٠:٢٢ [ 6

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.

f. Al-Jama’ah (kelompok), seperti dalam ucapan orang Arab:

مهتبْ ابْ مُوقلاْ جرخ

kaum itu keluar dengan kelompok mereka”7

4 ibid 5 ibid 6 ibid

(4)

Secara terminologis, ayat adalah suatu kelompok kata yang mempunyai awal dan akhir yang masuk dalam suatu surat al-Qur’an.8

Munasabah atau relevansi antara pengertian ayat secara terminologis dengan pengertian etimologisnya sangat jelas, sebab ayat al-Qur’an adalah

mu’jizat meski dengan menggabungkannya dengan yang lain. Ayat al-Qur’an juga merupakan tanda kebenaran yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Ayat al-Qur’an juga termasuk sesuatu yang mengagumkan karena ketinggian

kedudukan dan mu’jizatnya, juga ada pengertian jamaah, karena ayat terdiri dari sejumlah huruf dan kalimat. Serta dalam ayat al-Qur’an ada pengertian Burhan dan dalil karena ayat al-Qur’an mengandung petunjuk dan ilmu , juga

mengandung kekuasaan, ilmu dan kebijaksanaan Allah SWT., serta mengandung kebenaran risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW.9

2. Jumlah Ayat al-Qur’an

Jumlah keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an, para ulama sepakat pada angka 6200. Namun, masih banyak perbedaan dalam angka puluhan dan ratusan, yaitu sebagai berikut:

a. Menurut hitungan ulama Madinah Yang pertama jumlahnya 6217 ayat. b. Menurut hitungan ulama Madinah yang kedua jumlahnya 6214 ayat

dan ada juga yang menyatakan 6210 ayat

c. Menurut hitungan ulama Makkah jumlahnya 62199 ayat, ada pula yang berpendapat jumlahnya 6220 ayat dan ada pula yang berpendapat 6205.

d. Menurut uama Syam jumlahnya 6226.10

Al-Qur’an dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Kementrian Agama, dicetak di Madinah, pada bagian penjelasan tentang mushaf itu, disebutkan bahwa jumlah ayat Mushaf ini mengikuti metode ulama Kufafh dari Abi ‘Abdirrahman ‘Abdillah ibn Habib as-Sulami dari ‘Ali ibn Thalib, bahwasannya jumlah ayatnya 6236.11

8 Ibid, 332 9 Ibid, 333

10 ‘Utsman ibn Sa’id ibn Utsman ibn Umar Abu ad-Dani, al-Bayan fi ‘add yi al-Qur’an, tahqiq Ghanim Qaruri al-Hamd (kuwaid: Markaz al-Makhthuthat wa at-Turats, t.t) 79-80

(5)

Sebab adanya perbedaan jumlah ayat dalam al-Qur’an adalah bahwa Nabi SAW membaca waqaf ujung-ujung ayat untuk memberikan pengertian kepada para sahabat, bbahwa ini adalah ujung ayat, setelah mereka tahu bahwa itu ujung ayat. Kemudian nabi menyambungnya kembali dengan ayat sesudahnya untuk menyempurnakan maknanya, maka sebagian mengira bahwa nabi berhenti tadi bukanlah ujung ayat, sehingga tidak dihitung sebagai satu ayat sendiri. Sementara yang lain menghitungnya sebagai satu ayat sehingga tidak menyambungnya lagi dengan ayat sesudahnya.12

Namun, perbedaan menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak berpengaruh sedikitpun terhadap eksistensi keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an karena secara de facto tidak ada yang bertambah atau berkurang, jumlah ayat-ayat al-Qur’an tetap sama. Yang berbeda hanyalah hitungannya saja, bukan

keberadaanya.

3. Cara mengetahui ayat al-Qur’an

Cara mengetahui ayat hanyalah dengan “tauqif” dari Syar’I, karena qiyas dan Ra’yu tidak memiliki ruang di dalamnya. Ia semata-mata merupakan

pengajaran dan bimbingan. Dalilnya adalah bahwa ulama menghitung “صملا” sebagai satu ayat, dan tidak menghitung padanannya, yakni “رملا” sebagai satu ayat. Mereka menghitung “قسعمح” sebagai dua ayat, dan tidak menghitung padanannya, yakni “صعيهك” sebagai dua ayat, tetapi dihitung satu ayat. Seandainya dasarnya adalah qiyas, tentu dua hal yang sepadan akan dianggap sama, tidak dibedakan seperti itu.

Sebagian ulama berpendapat bahwa pengetahuan tentang ayat, ada yang sama’I, tauqify, dan ada juga yang qiyasiy. Pangkalnya adalah pada fashilah, yakni kata terakhir suatu ayat, yang padanannya adalah sajak dalam prosa dan Qafiyan dalam syair. Apa yang menurut riwayat selalu dibaca waqaf oleh nabi, maka kita nyatakan sebagai fashilah. Dan apa yang selalu nabi washal-kan, kita nyatakan sebagai bukan fashilah. Serta apa yang kadang-kadang nabi waqafkan dan kadang-kadang nabi washal-kan, maka ada dua kemungkinan. Pertama, waqaf itu kemungkinan untuk menunjukkan fashilah, waqaf Tamm atau istirahat.

(6)

Kedua, kemungkinan washal itu bukan fashilah, atau fashilah yang diwashalkan karena sebelumnya telah diperkenalkan. Dalam hal inilah qiyas memiliki peran, karena tidak mendatangkan penambahan ataupun pengurangan dalam al-Qur’an. Puncaknya adalah fashl dan washl. 13

4. Urutan ayat al-Qur’an

Ijma ulama menetapkan bahwa urutan ayat sebagaimana yang kita ketahui sekarang di dalam mushaf-mushaf adalah berdasarkan “tauqif” nabi SAW dari Allah SWT. Ra’yu dan ijtihadi tidak memiliki kesempatan di dalamnya. Malaikat Jibril membawa ayat-ayat itu kepada Rasulullah dan memberikan bimbingan letak ayat itu dalam suratnya. Kemudian nabi membacakannya kepada para sahabatdan memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya dengan

menjelaskan surat yang menjadi induk ayat itu, sekaligus tempatnya. Nabi membacakan membacakannya kepada mereka berkali-kali, baik dalam sholat, pemberian nasihat, maupun sewaktu memberikan keputusan. Semuanya menurut urutan sebagaimana yang kita kenal sekarang. Demikian pula setiap orang yang hafal al-Qur’an atau hafal sebagiannya mesti menggunakan urutan seperti yang kita kenal sekarang. Urutan itu telah tersebar luas, dikaji diantara mereka, dibaca dalam shalat mereka, sebagian dari sebagian yang lain, dan didengar oleh

sebagian dari sebagian yang lain dengan urutan seperti yang kita kenal sekarang. Tak seorang sahabat, bahkan khalifah sekali pun memiliki andil dalam pengurutan ayat-ayat alQur’an. Bahkan penghimpunan yang terjadi pada masa Abu Bakar tidak lebih dari pemindahan alQur’an dari pelepah-pelepahh kurma, lempengan-lempengan batu dan tulang –belulang ke dalam shahifah-shahifah. Serta

penghimpunan al-Qur’an pada masa utsman juga tidak lebih dari sekedar penyalinan al-Qur’an dari shahifah-shahifah ke dalam mushaf-mushaf.

5. Faedah mengetahui Ayat

Mengetahui ayat memiliki beberapa faedah, yaitu sebagai berikut: pertama, mengetahui bahwa setiap tiga ayat pendek merupakan mu’jizat bagi Nabi Muhammad. Kedua, kebaikan waqaf pada setiap ujung ayat bagi orang yang

(7)

berpendapat bahwa waqaf pada fashilah-fashilah hukumnya Sunnah. Ketiga, sahnya sejumlah ayat di dalam shalat dan khutbah.14

B. Surat dalam al-Qur’an 1. Pengertian surat

Surat menurut etimologis berarti ةعيفرلا ةلزنملا (perhentian atau posisi yang

tinggi);

لصفلاْ

(keutamaan);

فرشلا

(kemuliaan); dan

ْ ةملعلا

(tanda).

Bentuk jamaknya

روس

.

15

Surat adalah bagian atau bab dalam al-Qur’an, seperti surat al-Fatihah dan al-Ikhlas.16

Surat menurut terminologis adalah sekelompok ayat yang mandiri yang memiliki awal dan akhir. Para ulama mengatakaan bahwa hal itu diambil dari makna “ tembok yang membatasi suatu kota”. Hal itu karena di dalamnya terdapat peletakan suatu kata di samping kata yang lain, suatu ayat di samping ayat yang lain. Ibarat suatu tembok yang merupakan peletakkan dan penyusunan bata , baris demi baris.17

Surat-surat al-Qur’an berbeda-beda panjang dan pendeknya. Surat yang paling pendek adalah surat al-Kautsar (surat ke 108) yang terdiri dari tiga ayat pendek-pendek.

Kemudian surat yang paling panjang addalah surat al-Baqarah (surat ke-2) terdiri dari 286 ayat. Hamper keseluruhan ayat-ayatnya adalah ayat-ayat yang panjang. Salah satu ayatnya yaitu ayat 282 merupakan ayat terpaanjang dalam al-Qur’an.18

2. Jumlah Surat-surat al-Qur’an

14 Ibid, 362

15 Mujamma’ Lughah ‘Arabiyah,Mu’jam wasith (Istanbul:Maktabah al-Islamiyah, 1392), 462

16 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar…., op cit, 872 17 Muhammad ‘abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-‘irfan… op.cit, 343

(8)

Para ulama berpendapat dari dahulu sampai sekarang sepakat bahwa jumlah surat-surat al-Qur’an keseluruhannya adalah 114 surat, dimulai dengan surat al-Fatihah diakhiri dengan surat an-Nash.

Dilihat dari sisi jumlah ayat, maka surat-surat al-Qur’an dapat dikelompokkan kepada empat kategori. Yaitu sebagai berikut:

a. Ath-Thiwal (yang panjang), yaitusurat-surat yang panjang.

b. Al-Miun (seratusan), yaitu surat-surat sesudah ath-Thiwal yang jumlahnya ayatnya seratus lebih atau sekitarnya surat Hud (123 ayat)

c. Al-Matsani (yang diulang), yaitu surat-surat sesudah al-Miun yang jumlahnya kurang dari serratus. Seperti surat lumaan (34 ayat)

d. Al-Mufashal (yang dipisahkan), yaitu surat-surat sesudah al-Matsani yang masuk kategori pendek-pendek.19

3. Nama dan susunan surat-surat al-Qur’an

Nama-nama al-Qur’an bersifat tauqifi, bukan taufiqi, dengan alasan tidak ada pola tertentu dalam penamaan surat-surat tersebut. Ada surat yang diberi nama sesuai dengan tema utama atau pokok isi surat seperti al-Fatihah, an-Nash. Tetapi banyak yang yang diberi nama bukan berdasarkan tema utama isi surat, seperti surat al-Baqarah, al-Hujurat. Bahkan ada juga yang diberi nama dengan huruf-huruf potong yang terdapat di awal. Seperti surat Thaha. Ada juga surat yang punya satu nama saja, ini yang terbanyak. Ada yang punya dua nama, tiga sampai empat, hingga ada yang lebih seperti surat al-Fatihah.20

Mengenai susunan surat-surat al-Qur’an, para ulama berbeda pendapat dalam tiga aqwal sebagai berikut21:

a. Tauqifi

Susunan surat-surat al-Qur’an seluruhnya berdasarkan petunjuk dari Rasulullah seperti halnya susunan ayat-ayat. Tidak ada satu suratpun yang diletakkan pada tempatnya kecuali berdasarkan perintah nabi Muhammad. Susunan surat al-Qur’an pada zaman nabi sama dengan susunan surat-surat al-Qur’an yang ada sekarang ini.

b. Ijtihadi atau Taufiqi

19 Muhammad ‘abd al-Azhim az-Zarqani, manabahil al-‘irfan… op.cit, 345

20 Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah az-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum… Op, cit, 269-270

(9)

Susunan surat al-Qur`ān bukanlah tauqifi dari nabi Muhammad, tetapi hanyalah semata hasil ijtihadi para sahabat. Argument ini adalah Mushaf pribadi para sahabat berbeda susunan-susunan surat-suratnya sebelum disatukan pada zaman Khalifah Utsman ibn Affan. Jika sekiranya susunan surat-surat itu berdasarkan petunjuk nabi tentu mereka tidak akan berbeda menyusunnya atau tidak akan mengabaikannya.

c. Tauqifi dan Ijtihadi

Susunan surat-surat al-Qur’an, sebagian berdasarkan petunjuk nabi Muhammad dan sebagian lagi hasil ijtihadi para sahabat. Pendapat ini mengkompromikan antara dalil-dalil tauqifi dan ijtihadi seperti yang sudah dikutip pada dua pendapat sebelumnya.

4. Hikmah pembagian al-Qur’an dalam surat

Ada beberapa hikmah pembagian al-Qur’an ke dalam surat-surat, antara lain: pertama, memberikan kemudahan kepada manusia, dan merangsang mereka mengkaji al-Qur’an, bahkan menghafalnya. Kedua,mengisyaratkan tema

pembica-raan. Masingmasing surat membicarakan tema yang jelas. Ketiga, mengisyaratkan bahwa panjangnya suatu surat tidak menjadi syarat

kemujizatannya. Keempat, seorang pembaca, bila telah menyelesaikan satu surat atau satu bab dari suatu buku, maka ia akan lebih bersemangat untuk melanjutkan pada surat atau bab selanjutnya, bahkan lebih membuatnya berhasil

memahaminya. Kelima, bila seorang hafidz, bila telah lancer menghafal suatu surat, maka ia merasa yakin bahwa ia telah mengantongi sebagian al-Qur’an secara mandiri. Keenam, menguraikan secara rinci menurut problem-problem sejenis, sehingga runtut, dan masih banyak yang lainnya.22

C. Juz dalam al-Qur’an

Kata (ءزج) bentuk jamaknya (ءءازجا) yang berarti bagian. Para ulama membagi al-Qur’an menjadi 30 juz (bagian) yang panjangnya hampir sama.23 Secara terminologis juz adalah bagian-bagian dalam al-Qur’an.

22 Ibid, 368

(10)

Mushaf-mushaf utsmani sunyi dari pembagian menjadi juz-juz, sebagaimana sunyi dari titik, dan harakat. Setelah lama berlalu, para ulama membagi-bagi al-Qur’an menjadi beragam bagian dengan sebutan yang beragam. Ada yang membagi menjadi tiga puluh dan menyebut setiap bagiannya sengan sebutan “juz”. Ada yang membagi setiap juz menjadi dua “Hizib”. Ada juaga yang membagi setiap hizib menjadi empat bagian, yang setiap bagiannya mereka sebut “Rub”. Ada juga yang meletakkan kata “Khams” pada akhir setiap lima ayat dan kata “Asyr” pada akhir setiap sepuluuh ayat.

Sebagian ulama menandai ujung-ujung ayat dengan nomor bilangannya dari surat yang bersangkutan.sebagian lain membuat kepala surat, semisal judul, dengan menuliskan nama surat, ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyahnya, dan lain-lain. Me-ngenai hal ini, sangat panjang uraiannya. Di samping itu ada berbagai pendapat di kalangan ulama tentang boleh tanpa makruh atau boleh namun makruh. Akan tetapi alasannya sangat mudah, selama tujuannya adalah

memberikan kemudahan, dan selam terhindar dari kerancan, penambahan ataupun pengurangan.24

III. Kesimpulan

Ayat adalah suatu kelompok kata yang mempunyai awal dan akhir yang masuk dalam suatu surat al-Qur’an. Jumlah keseluruhan ayat-ayat al-Qur’an, adalah 6200. Namun, masih banyak perbedaan dalam angka puluhan dan ratusan. Ada yang berpendapat 6217, ada yang 6214, 6210. Pengurutan ayat-ayat dalam al-Qur’an adalah bersifat tauqifi.

Surat menurut terminologis adalah sekelompok ayat yang mandiri yang memiliki awal dan akhir. jumlah surat-surat al-Qur’an keseluruhannya adalah 114 surat, dimulai dengan surat al-Fatihah diakhiri dengan surat an-Nash. Surat-surat dalam al-Qur’an ada yang panjang, pendek dan ada pula yang sedang. Pengurutan

(11)

surat dalam al-Qur’an. Ada tiga qaul yaitu bersifat tauqifi, taufiqi atau ijtihadi, serta tauqifi dan ijtihadi.

(12)

Daftar Pustaka Al-Qur’an

‘Arabiyah-al, Mujamma’ al-Lughah, al-Mu’jam al-wasith (Istanbul:Maktabah al-Islamiyah, 1392)

Dani-ad, ‘Utsman ibn Sa’id ibn Utsman ibn Umar Abu, al-Bayan fi ‘add yi al-Qur’an, tahqiq Ghanim Qaruri al-Hamd (kuwaid: Markaz al-Mkhthuthat wa at-Turats, t.t).

Ilyaz, Yunahar Ilyaz, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013).

Mishri-al, Muhammad Ibrahim, 1000 Tanya Jawab Tentang Islam (Depok: Gema Insani, 1995).

Zarkasyi-az, Al-Imam Badr ad-Din Muhammad ibn Abdillah, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an (Riyadh: Dar ‘Alim al-Kutub, 2003)

Zarqani-az, Muhammad ‘abd al-Azhim, manabahil ‘irfan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010),

Referensi

Dokumen terkait

Ini adalah ayat-ayat kitab (al-Qur’an) yang nyata (dari Allah) Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat, pada umumnya

Adapun kata al-nisa adalah bentuk jamak dari al-mar’ah berarti perempuan yang sudah matang, berbeda dengan kata al- untsa yang berarti jenis kelamin perempuan

Maksud dari ayat tersebut ialah orang-orang yang tidak berdoa dan tidak mentauhidkan Aku (Allah), mereka akan dimasukkan ke Neraka dalam keadaan hina dan rendah (Alu

Merujuk pada apa yang dijelaskan dalam surat al-baqarah ayat 168 dan surat al- A‟raf ayat 31, ada dua hal yang harus dipenuhi oleh konsumen agar konsumsi yang diterima

Dalam ayat di atas tergambar, bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya penguasaan pengetahuan mengenai sejarah masa lalu, tetapi yang paling penting bagaimana

Bagi ayat sajadah yang redaksinya bermakna perintah untuk bersujud, kemudian orang yang membaca dan mendengar ayat tersebut melakukan sujud tilawah, mungkin hal

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa : nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an (surat Al- Baqarah ayat

1) Menjadikan petunjuk al-Qur‟an bersifat parsial. Al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat dengan ayat yang lain membentuk satu pengertian yang