HUBUNGAN MOTIVASI IBU MENYUSUI DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DUSUN XVI
SIDOMULYO DESA KLUMPANG KEBUN
KECAMATAN HAMPARAN PERAK
KABUPATEN DELI SERDANG
SRI MULIYANDARI
145102040
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
HUBUNGAN MOTIVASI IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DUSUN XVI SIDOMULYO DESA KLUMPANG KEBUN
KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2015
ABSTRAK
Sri Muliyandari
Latar belakang : di Negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui. Penurunan prevalensi ASI eksklusif di Indonesia dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007. Dari studi pendahuluan pada 16 karyawati yang menyusui bayi disebuah perusahaan Indonesia hanya 5 orang yang memberikan ASI eksklusif. Hal ini dipengaruhi motivasi, dimana motivasi sangat berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriftif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 47 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total populasi. Penelitian ini dilakukan di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.
Hasil : hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p=0.001). dan ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p=0,009).
Kesimpulan : dari hasil penelitian dapat dilihat motivasi memiliki pengaruh terhadap tindakan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
NURSING MOTHERS WITH THE RELATIONSHIP OF MOTIVATION EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN VILLAGE KLUMPANG KEBUN DUSUN XVI SIDOMULYO HAMPARAN PERAK SUB DISTRICT DELI
SERDANG 2015
ABSTRACT
Sri Muliyandari
Background: in developing countries, about 10 million babies dying, and about 60% of these deaths could have pressed one of them is with breastfeeding. A decrease in the prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia from 40.2% in 1997 to 39.5% and 32% in 2003 and 2007. From the preliminary study in 16 infants who are breastfeeding employee at a company Indonesia only 5 people who exclusively breastfed. It is influenced by motivation, where the motivation is very influential in exclusive breastfeeding.
Objective: to determine the relationship motivation nursing mothers with exclusive breastfeeding.
Methodology: This study uses descriptive correlation design with cross sectional approach. The number of samples in this study were 47 respondents. Sampling is done by using the total population. This research was conducted in the village of Dusun XVI Sidomulyo Klumpang Kebun Hamparan Perak District of Deli Serdang regency.
Results: Statistical test results showed that no significant relationship between intrinsic motivation with exclusive breastfeeding (p = 0.001). and there is a significant correlation between extrinsic motivation with exclusive breastfeeding (p = 0.009).
Conclusion: The results of the study can be seen motivations have an influence on the actions of breastfeeding mothers in exclusive breastfeeding to their babies.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul
“Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kec. Hamparan Perak Kab. Deli Serdang Tahun
2015”.
Peneliti menyadari bahwa Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi
maupun susunan bahasa. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah penelitian ini yaitu:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV
Bidan Pendidik Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Febrina Oktavinola Kaban, SST. M. Keb selaku dosen pembimbing
dalam penyusunan proposal yang telah membimbing hingga Proposal ini
selesai.
4. DR.dr. Juliandi, MA selaku penguji.
5. Ibu Evi Karota, SKp, MNS selaku penguji.
6. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Sekretaris
Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas
7. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Uiversitas Sumatera Utara.
8. Rasa hormat dan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta bapak Edi
Yusno, Ibu Sukartik yang telah membesarkan dan mendidik peneliti
dengan kasih sayang.
9. Teman – teman D-IV Bidan Pendidik dan semua pihak yang telah mendukung peneliti dalam menyelesaikan Penelitian ini.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan,
semoga mendapat limpahan anugrah dari Allah SWT.
Medan, juli 2015
DAFTAR ISI
2. Bagi DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU... 5
3. Bagi Peneliti ………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi ... 6
1. Defenisi Motivasi ... 6
2. Jenis-jenis Motivasi... 6
3. Tujuan Motivasi…... 7
4. Fungsi Motivasi... 8
B. ASI Eksklusif... 8
1. Pengertian ASI Eksklusif... 8
2. Manfaat ASI Eksklusif... 9
3. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif…... 14
4. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui... 15
5. Mewujudkan setiap bayi mendapat ASI dan memampukan setiap Ibu menyusui bayinya... 16
6. Keterampilan Menyusui... 17
7. Lama Menyusui... 19
8. Tanda Bayi Cukup ASI... ... 20
9. Masalah yang sering timbul saat masa laktasi... 21
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 25
B. Hipotesis ... 25
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel... 27
C. Tempat Penelitian ... 28
D. Waktu Penelitian ... 28
E. Etika Penelitian ... 28
F. Alat Pengumpul Data ... 29
G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 30
H. Prosedur Pengumpulan Data... 31
I. Pengolahan dan Analisa Data ... 32
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... . 34
1. Analisis Univariat ... . 34
2. Analisa Bivariat ... . 40
B.Pembahasan ... . 41
1. Interprestasi dan diskusi hasil ... . 41
2. Implikasi untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan bidan ... . 44
BAB VI KESIMPULAN DAN HASIL A.Kesimpulan ... . 45
B.Saran Desain Penelitian ... . 45
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi, dan ASI
matur...11 Tabel 3.1 Defenisi Operasional...26
Tabel 4.1 Waktu Penelitan...28
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Responden di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatn Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang tahun 2015...35
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015...36
Tabel 5.2.1Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015...37
Tabel 5.2.2Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015...38
Tabel 5.2.3Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015...39
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015...39
Tabel 5.4.1 Hubungan Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui Dengan Pemberia ASI Ekslusif...40
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra
Utara
Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 7 : Master Data Penelitian
Lampiran 8 : Hasil Output Data Penelitian
HUBUNGAN MOTIVASI IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DUSUN XVI SIDOMULYO DESA KLUMPANG KEBUN
KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELISERDANG TAHUN 2015
ABSTRAK
Sri Muliyandari
Latar belakang : di Negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui. Penurunan prevalensi ASI eksklusif di Indonesia dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007. Dari studi pendahuluan pada 16 karyawati yang menyusui bayi disebuah perusahaan Indonesia hanya 5 orang yang memberikan ASI eksklusif. Hal ini dipengaruhi motivasi, dimana motivasi sangat berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui hubungan motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriftif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 47 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total populasi. Penelitian ini dilakukan di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.
Hasil : hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p=0.001). dan ada hubungan yang signifikan antara motivasi ekstrinsik dengan pemberian ASI eksklusif (nilai p=0,009).
Kesimpulan : dari hasil penelitian dapat dilihat motivasi memiliki pengaruh terhadap tindakan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
NURSING MOTHERS WITH THE RELATIONSHIP OF MOTIVATION EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN VILLAGE KLUMPANG KEBUN DUSUN XVI SIDOMULYO HAMPARAN PERAK SUB DISTRICT DELI
SERDANG 2015
ABSTRACT
Sri Muliyandari
Background: in developing countries, about 10 million babies dying, and about 60% of these deaths could have pressed one of them is with breastfeeding. A decrease in the prevalence of exclusive breastfeeding in Indonesia from 40.2% in 1997 to 39.5% and 32% in 2003 and 2007. From the preliminary study in 16 infants who are breastfeeding employee at a company Indonesia only 5 people who exclusively breastfed. It is influenced by motivation, where the motivation is very influential in exclusive breastfeeding.
Objective: to determine the relationship motivation nursing mothers with exclusive breastfeeding.
Methodology: This study uses descriptive correlation design with cross sectional approach. The number of samples in this study were 47 respondents. Sampling is done by using the total population. This research was conducted in the village of Dusun XVI Sidomulyo Klumpang Kebun Hamparan Perak District of Deli Serdang regency.
Results: Statistical test results showed that no significant relationship between intrinsic motivation with exclusive breastfeeding (p = 0.001). and there is a significant correlation between extrinsic motivation with exclusive breastfeeding (p = 0.009).
Conclusion: The results of the study can be seen motivations have an influence on the actions of breastfeeding mothers in exclusive breastfeeding to their babies.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan secara enam bulan pertama
kehidupan bayi. Namun ada kalanya seseorang ibu mengalami masalah dalam
pemberian ASI (Saleha 2009). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini
berdasarkan stadium laktasi (Utami 2005). ASI mengandung lebih dari 200
unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor
pertumbuhan, hormone, enzyme, zat kekebalan, dan sel darah putih (Wulandari &
Handayani, 2011).
ASI adalah makanan yang bernutrisi tinggi, yang mudah untuk dicerna,
ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pada
bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi paling rentan, ASI Ekslusif membantu
melindungi bayi dari diare, sudden infant death syndrome(SIDS)-sindrom kematian
tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis
mengatakan bahwa ASI ekslusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6
bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pada tahun 2001 WHO dan
UNICEF menyatakan bahwa pemberian ASI ekslusif diberikan mulai bayi bayi baru
lahir sampai umur 6 bulan. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
ekslusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi (Nurjanah, Maemunah, &
Menurut WHO (2005) Di Negara berkembang, sekitar 10 juta bayi
mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat di
tekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah
terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat
diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation
Children Found (UNICEF) dan Wor ld Health Organization (WHO)
merekomendasikn agar anak sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6
bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan
pemberian ASI seharusnya di lanjutkan sampai umur dua tahun (Agam, Syam, &
Citrakesumasari, 2013).
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian Air Susu Ibu
( ASI) ekslusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan morbiditas bayi,
dan mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak,
dan membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu. Di Indonesia, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan gizi. Masyarakat telah
menargetkan cakupan ASI ekslusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian angka ini
sangat sulit dicapai bahkan tren prevalensi ASI ekslusif terus menurun. Data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya
penurunan prevalensi ASI ekslusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan
32% pada tahun 2003 dan 2007. Walaupun defenisi ASI ekslusif yang di gunakan
berbeda-beda, ada defenisi yang ketat dan ada pula yang longgar, namun cakupan
ASI ekslusif yang didapatkan tidak pernah tinggi. Prevalensi ASI ekslusif menurut
data SDKI hanya 32%, menurut penelitian Mercy Corp sebesar 7,4% (ASI
predominan pada bayi usia 0-5 bulan) dan 28,9% (ASI saja dalam 24 jam terakhir
9,2%. Survey yang dilakukan oleh Helen Keller International menyebutkan bahwa
rata-rata bayi di Indonesia hanya mendapatkan ASI ekslusif selama 1,7 bulan.
(Fikawati & Syafiq, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 persentase pola menyusui pada
bayi umur 0 bulan adalah 39,8% menyusui ekslusif, 5,1% menyusui predominan, dan
55,1% mennyusui pasial. Persentase menyusui ekslusif semakin menurun dengan
meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui
ekslusif hanya 15,3%, menyusui predominan 1,5%, dan menyusui parsial 83,2%
(Riskesdas, 2010).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2010), terhadap 92
responden diperoleh data bahwa sebanyak 81 orang (88,0%) memiliki keinginan
memberikan ASI ekslusif setelah melahirkan, sedangkan responden yang ragu-ragu 6
orang (6,5%), dan yang tidak ingin memberikan ASI secara ekslusif hanya sebanyak
5 orang (5,4%).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Lestari, Trisyani, dan
Widiasih pada tanggal 30 januari 2012 dengan manajer HRD PT. Dewhirst Men’s
Wear Indonesia, bentuk dukungan bagi ibu hamil yang diberikan oleh perusahan ini
berupa pemeriksaan kehamilan rutin, suplemen vitamin, pembentukan tim
Pendamping Minum Vitamin (PMV), pemeriksaan USG, pemeriksan Hb, imunisasi
TT, dan semua diberikan secara gratis, serta penyuluhan tentang antenatal care.
Sedangkan bentuk dukungan bagi ibu menyusui yang diberikan yaitu berupa dua
buah ruangan laktasi untuk memerah ASI selama ibu bekerja dan lemari es serta
mendapatkan predikat sebagai “perusahaan sayang bayi” dari Asosiasi Ibu Menyusui
Indonesia.
Meskipun dukungan yang diberikan sudah sangat besar, namun masih
banyak karyawati yang tidak memanfaatkannya secara optimal hal ini di kemukan
oleh manajer HRD PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia pada saat wawancara yang menyatakan jumlah kunjungan ke ruang laktasi hanya 6-10 orang per harinya pada
bulan maret 2012, sedangkan jumlah karyawati yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
berjumlah 200 orang. Meskipun ada dukungan pemerintah dan perusahaan bagi ibu
menyusui namun belum tentu dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dipengaruhi
motivasi, di mana motivasi sangat berpengaruh dalam memberikan ASI eksklusif.
Dari studi pendahuluan kepada 16 karyawati menyusui hanya 5 orang
yang memberikan ASI eksklusif, sisanya 11 orang memberikan ASI saja kurang dari
6 bulan, bahkan 1 orang tidak memberikan ASI eksklusif sama sekali melainkan
kombinasi ASI dengan susu formula (Lestari, Trisyani, & widiasih, 2012).
Survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Dusun XVI Sidomulyo, Desa
Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak pada 9 orang ibu menyusui bayi usia
di atas 6 bulan hanya 1 orang saja yang memberikan ASI secara eksklusif dan yang
lainnya memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berusia 6 bulan.
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
hubungan antara motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI ekslusif di Dusun
XVI Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten
Deli Serdang.
Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan motivasi ibu menyusui
dengan pemberian ASI ekslusif di Dusun XVI Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun,
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI
ekslusif di Dusun XVI Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun, Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui motivasi intrinsik ibu menyusui bayi di Dusun XVI
Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun, Kecamatan Hamparan Perak.
b. Untuk mengetahui motivasi ekstrinsik ibu menyusui bayi di Dusun XVI
Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun, Kecamatan Hamparan Perak
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi kepala desa untuk merencanakan pengadaan
kerja sama dengan instansi terkait (instansi kesehatan) dalam rangka mensosialisakan
ASI ekslusif di Dusun XVI Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun, Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah referensi kepustakaan pada
D-IV Bidan Pendidik yang berkaitan dengan ASI ekslusif.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan wawasan pengetahuan bagi peneliti. Serta
meningkatkan minat dan bakat peneliti dalam melaksanakan penelitian dalam bidang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi
1. Defenisi Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari
dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak
terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau want. Kebutuhan adalah suatu “potensi” dalam diri manusia yang perlu di tanggapi atau diproses (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Woodwort tahun 1955 suatu motive adalah suatu set yang dapat
membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku
tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu (Sanjaya, 2008).
Menurut George R. Terry, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada
seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan
(Satrianegara & Saleha, 2009).
2. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Herijulianti, Indriani dan Artini (2001), ada 2 jenis motivasi yaitu:
a. Motivasi Intrinsik (datang dari dalam diri individu)
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu,
menunggu rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan
atau rangsangan yang bersifat konstan dan biasanya tidak mudah
dipengaruhi oleh lingkungan luar.
b. Motivasi Ekstrinsik (datang dari lingkungan)
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya
rangsangan atau dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa di
manifestasikan bermacam-macan sesuai dengan karakter, pendidikan,
latar belakang orang yang bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini
adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang
mengawasi, sebab kesadaran dari dalam diri individu itu belum tumbuh.
3. Tujuan Motivasi
Menurut Taufik (2007), Secara umum tujuan motivasi adalah u ntuk
menggerakan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan
sesuatusehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Setiap tindakan
motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai, maki jelas tujuan yang
diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan motivasi
itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas
dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan
memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar
4. Fungsi Motivasi
Menurut Herijulianti, Indriani, dan Artini (2001), motivasi mempunyai tiga
fungsi yaitu :
a. Mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu, jadi motivasi disini
berfungsi sebagai penggerak disetiap kegiatan yang akan di kerjakannya.
b. Menentukan arah perbuatan, ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus
dikerjakan guna mencapai tujuan.
B. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang di butuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu
disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai
pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI eksklusif tidak
berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2012).
Utami (2005) mengemukakan bahwa yang di maksud dengan ASI
eksklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai “pemberian ASI secara eksklusif” saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur
nasi, dan tim (Suherni, Widyasih, & rahmawati, 2009).
Pada tahun 2001 WHO dan UNICEF mengatakan bahwa pemberian ASI
ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak
berlaku lagi dan setelah 6 bulan bayi baru lahir baru mulai diperkenalkan dengan
makanan padat. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih
dari 2 tahun (Nurjanah, Maemunah, & Badriah, 2013).
2. Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan Negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah
dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan (Prasetyono, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah
ASI yang diperoleh, termasuk energy dan zat gizi lainya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia bayi 6 bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai
sumber protein, vitamin, dan mineral utama untuk bayi yang mendapatkan makanan
tambahan (Maryunani, 2012).
Menurut Utami (2005) ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok,
antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan,
hormone, enzimm, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara
proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai
keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh manusia (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
Kolostrum adalah ASI pertama yang tersedia untuk bayi dan dapat memenuhi
hidup yang memakan bakteri. Kolostrum, seperti susu transisi atanu susu matang,
merupakan pembersih payudara yang terbaik dan juga mempercepat penyembuhan
karena anti-infeksinya (Henderson & jones, 2006).
Kolostrum adalah cairan yang keluar dari payudara ibu segera setelah
melahirkan dan berwarna kuning. Warna kuning menandakan kandungan carotenoid,
termasuk α-carotene, β-carotene, β-crytoxanthin, lutein, dan xeaxanthin. Kolostrum akan keluarselama 4-7 hari pertama, dimana terjadi peningkatan konsentrasi lemak
dan laktosa sementara konsentrasi mineral dan protein menurun (Nugroho, et al.
2014).
ASI transisi atau ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai dengan sebelum menjadi ASI yang matang. Pada ASI peralihan ini kadar
protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi.
Volumenya akan makin meningkat (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
Air susu matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10, dan
seterusnya, komposisi relative konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi
ASI relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5). Pada ibu yang
sehat dengan produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu -satunya yang
paling baik dan cukup untuk bayi sampai 6 bulan. Merupakan suatu cairan berwarna
putih kekuninng-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat,
riboflavin, dan karoten yang terdapat didalamnya (Nurjanah, Maemunah, & Badriah,
2013).
Perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur.
Kandungan Kolostrum ASI transisi ASI matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml)) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglobulin:
Ig A (gr/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (gr/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (gr/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (gr/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
(Nugroho, et al. 2014).
Berikut merupakan manfaat ASI eksklusif :
a. Manfaat ASI untuk Bayi
Beberapa manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang
dapat diperoleh bayi:
1) ASI sebagai nutrisi yang terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya karena ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. Produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai
2) ASI meningkatkan daya tubuh.
Bayi yang baru lahir secara alamiah telah mendapat zat kekebalan
alamiah melalui plasenta. Kadar zat tersebut akan cepat menurun
setelah kelehiran bayi dan lambat laun akan menjadi kesenjangan
daya tahan tubuh. Kesenjangan tersebut dapat diatasi dengan
pemberian ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
dan jamur. Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih
jarang sakit disbanding dengan bayi yang tidak mendapat ASI.
3) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Faktor penentu kecerdasan ada dua faktor yaitu faktor genetic dan
faktor lingkungan. Faktor genetik atau bawaan sangat menentukan
potensi genetic yang diturunkan oleh orang tua, faktor ini tidak dapat
dimanipulasi atau direkayasa. Faktor lingkungan merupakan faktor
yang yang menentukan tercapainya faktor genetic secara optimal.
Kebutuhan faktor lingkungan ini dapat dipenuhi dengan pemberian
ASI yang dimulai dengan pemberian ASI secara eksklusif dalam 6
bulan pertama kehidupan akan menjamin tercapainya pengenbangan
potensi kecerdasan anak secara optimal.
4) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang disusui akan merasakan kasih saying ibunya dan akan
emosi bayi untuk membentuk pribadi yang percaya diri dan memiliki
dasar spiritual yang baik (Nugroho, et al. 2014).
b. Manfaat ASI untuk Ibu
Menurut Arispurnomo (2009), di bawah ini adalah manfaat pemberian
ASI bagi bayi:
1) Hisapan bayi membantu rahim mengecil atau berkontraksi,
mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra-kehamilan dan
mengurangi resiko perdarahan.
2) Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali.
3) Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki risiko
lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4) ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan
mensterilkan botol susu, dot, dsb.
5) ASI praktis karena ibu bisa jalan-jalan keluar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula,
air panas, dsb.
6) ASI lebih murah karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannysa.
7) ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum
8) Penelitian medi juga menujukan bahwa wanita yang menyusui
bayinya mendapan manfaat fisik dan manfaat emosional.
9) ASI tak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI kosong, ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah
basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum
menyusui (Nurjanah, Maemunah, & Badriah, 2013).
c. Manfaat ASI untuk Masyarakat dan Negara
Menurut Prasetyono (2012), ASI juga bermanfaat bagi masyarakat
dan Negara.
1) Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya.
2) Bayi sehat membuat Negara lebih sehat.
3) Penghematan pada sector kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit
hanya sedikit.
4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan angka
kematian.
5) Melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan
sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.
6) ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi.
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama
6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan
hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. ASI member semua energi dan gizi
(nutrisi) yang dibutuhkan selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI
eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang
umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat
pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Maryunani, 2012).
Menurut Maryunani (2009) ada tujuh (7) langkah keberhasilan ASI Eksklusif
yaitu:
a. Mempersiapkan payudara bila diperlukan
b. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan lingkungan
d. Memilih rumah sakit “saying bayi”
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif
f. Mendatangi fasilitas konsultasi laktasi untuk persiapan apabila ibu menemui
kesulitan saat menyusui
g. Menciptakan sikap yang positif tentang ASI dan menyusui
4. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
Setiap fasilitas yang menyediakan layanan maternitas dan asuhan bayi baru
lahir harus:
a. Memiliki kebijakan menyusui tertulis yang dikomunikasikan secara rutin
b. Melatih keterampilan yang diperlukan oleh semua staf perawatan kesehatan
untuk mengimplementasikan kebijakan menyusui.
c. Menginformasikan semua wanita hamil tentang manfaat dan penatalaksaan
menyusui.
d. Membantu ibu untuk mulai menyusui dalam setengah jam setelah
melahirkan.
e. Menujukan kepada ibu cara menyusui dan cara mempertahankan laktasi
bahkan jika mereka dipisahkan dari bayi mereka.
f. Hidari memberi bayi makanan aatau minuman selain ASI, kecuali jika
terdapat indikasi medis.
g. Mempraktikan rawat-gabung; memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama
selama 24 jam per hari.
h. Dorong pemberian ASI sesuai kebutuhan.
i. Hindari Memberi dot artificial (yang juga disebut tiruan atau penenang)
kepada bayi yang disusui.
j. Bantu pembentukan kelompok pendukung menyusui dan rujuk ibu ke
kelompok tersebut sekembali ibu dari rumah sakit atau klinik (Alexander,
Roth, & Levy, 2007).
5. Mewujudkan setiap bayi mendapat ASI dan memampukan setiap Ibu
menyusui bayinya
Seorang ibu menyusui agar mampu dan berhasil melaksanakan pemberian
ASI seutuhnya. Seorang ibu memerlukan perlindungan, informasi dan bantuan yang
komprehensif sekaligus menghilangkan hambatan di lingkungan antara lain :
b. Komunikasi, informasi dan edukasi kepada semua lapisan masyarakat untuk
menumbuhkan “budaya ASI”, misalnya penyediaan sarana ruang menyusui di
pelayanan umum.
c. Keseluruhan system pelayanan kesehatan menerapkan 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui atau menerapkan saying bayi.
d. Ibu mendapat konseling menyusui terutama bila menghadapi masalah.
e. Ibu yang bekerja mendapat perlindungan, kebijakan, sarana dan bantuan
untuk melaksanakan pemberian ASI yang optimal.
f. Ibu yang menderita HIV positif membutuhkan pengetahuan tentang
pemberian makanan bayi.
g. Ibu mendapat informasi atau konseling tentang manfaat pemberian ASI dan
cara menyusui yang benar.
h. Ibu tidak terpapar/terpengaruh oleh pemasaran PASI atau ibu harus dapat
menolak pemberian PASI.
i. Bila bayi-bayi berada dalam situasi darurat dibantu untuk tetap menyusui
(Lubis, 2010).
6. Keterampilan Menyusui
Menurut Roesli (2000), Menyusui merupakan cara pemberian makan yang
diberikan secara langsung oleh ibu kepada anaknya, namun seringkali ibu menyusui
kurang memehami dan kurang mendapat informasi, bahkan seringkali ibu-ibu
mendapatkan suatu informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif itu sendiri,
tentang bagaimana cara menyusui atau langkah-langkah menyusui yang benar
dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui secara eksklusif kepada bayinya
(Nugroho, et al. 2014).
Sebelum nenyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangan dengan
sabun sampai bersih. Sebelum menyusui bayi, kedua putting susu dibersihkan
dengan kapas yang telah direndam terlebih dahulu dengan air hangat. Waktu
menyusui bayi, sebaiknyaibu harus duduk. Bayi disuse secara bergantian dari susu
sebelah kiri, lalu keselah kanan sampai bayi merasa kenyang. Mulut bayi dan kedua
pipi bayi dibersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan air hangat. Sebelum
ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap bisa keluar.
Bila kedua payudara masih ada sisa ASI, Supaya dikeluarkan dengan alat pompa
susu (Proverawati & rahmawati, 2013).
Posisi saat menyusui hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kenyamanan
ibu. Bila ibu masih merasa badan pegal-pegal setelah melahirkan dan belum terlalu
nyaman untuk duduk, maka menyusui dapat di lakukan dalam posisi berbaring. Bila
ibu telah mampu duduk dengan baik dan merasa nyaman melakukannya, maka
menyusui dapat dilakukan dengan duduk di kursi atau di tempat tidur (Nugroho, et
al. 2014).
Menurut Suherni, Widyasih, dan Rahmawati (2009), Berikut adalah cara
menyusui yang benar.
a. Mengeluarkan sedikit ASI dari putting susu, kemudian di oleskan pada
putting susu dan areola.
b. Ibu berada pada posisi rileks dan nyaman.
c. Jelaskan pada ibu bagaimana teknik memegang bayinya.
1) Kepala dan badan bayi berada pada satu garis
2) Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya kearah
puting susu.
3) Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
4) Untuk BBL: ibu harus menopang badan bayi sebagian belakang,
disamping kepala dan bahu.
d. Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari di atas, sedangkan jari yang
lainnya menopang bagian bawah payudara, serta gunakan ibu jari untuk
membentuk puting susu sedemikian rupa sehingga mudah memasukannya ke
mulut bayi.
e. Berilah rangsangan ada bayi agar membuka mulut dengan
cara:menyentuhkan bibir bayi ke puting susu atau dengan cara menyentuh sisi
mulut bayi.
f. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
g. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakan bayi segera ke payudara dan
bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakan ke mulut bayi.
h. Arahkanlah bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga dagu bayi
menyetuh payudara.
i. Perhatikanlah selama menyusui.
Cici-ciri bayi menyusu dengan benar.
Bayi tampak tenang
Badan bayi menempel pada perut ibu.
Dagu bayi menempel pada paydara.
Mulut bayi terbuka cukup lebar.
Areola yang kelihatan lebih luas di bagian atas daripada di bagian
bawah mulut bayi.
Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan
tidak berbunyi.
Putting susu tidak merasa nyeri.
Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus.
Kepala bayi tidak pada posisi tengadah.
7. Lama Menyusui
The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif
selama 6 bulanpertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF
merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama
setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan
dot. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan, bayi dan
ibu yang melakukan proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan
memiliki keberhasilan yang lebih besar dari pada mereka yang menundanya. Bayi
baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas. Menyusui
minimal 5 menit pada masing-masing payudara pada hari pertama setelah melahirkan
dan semakin meningkat frekuensinya setiap hari sehingga dapat meningkatkan
produksi ASI optimal.waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara
cukup untuk bayi. Tidak perlu membatasi waktu menyusui (Proverawati &
8. Tanda Bayi Cukup ASI
Menurut M. Djamil (2008, dalam Nurjanah, Maemunah, & Badriah, 2013)
terdapat beberapa cara untuk menilai kecukupan ASI yang diberikan ibu terhadap
bayinya sebagai berikut:
a. Setiap menyusui, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan tidur.
b. Payudara terasa lunak dibandingkan sebelumnya.
c. Payudara dan putting tidak teasa terlalu nyeri.
d. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya.
e. Bayi lahir telah kembali setelah bayi berumur 2 minggu.
f. Kurva pertumbuhan/berat badan dalam KMS sesuai dengan seharusnya.
g. Setelah berumur beberapa hari, ibu akan perlu mengganti popoknya sekitar
6-12 kali sehari.
h. Setelah berumur beberapa hari, bayi akan buang air besar (BAB) setidaknya
dua kali sehari dengantinja yang berwarna kuning atau gelap dan mulai
berwana lebih cerah setelah hari kelima belas.
9. Masalah yang sering timbul saat masa laktasi
a. Menurut Maryuni (2009), berikut adalah masalah-masalah menyusui pada ibu
yang sering terjadi antara lain:
1) Stres
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak seringkali merasa
kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah-masalah yang
Ibu masih “takut” untuk memegang, menggendong maupun menyusui
bayinya
Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua, mertua atau
saudara yang tinggal serumah tidak member dukungan.
2) Putting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara
menjepit areola antara ibu jari teluunjuk dibelakang putting susu. Bila
putting menonjol berarti putting tersebut normal, namun bila putting tidak
menonjol berarti putting susu datar/tebenam.untuk mengatasinya putting
bisa ditarik keluar secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan
dapat diisapkan ke mulut bayi, putting akan lebih menonjol lagi.
3) Putting susu lecet/nyeri
Putting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk celah-celah.
Putting susu lecet ini sering terjadi saat minngu pertama setelah bayi
lahir, hal ini biasanya disebabkan karena kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada putting susu saja tidak sampai
areola. Cara mengatasinya:
Oleskan putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan setelah
menyusui.
Pastikan teknik menyusui termasuk posisi menyusui yang baik dan
benar .
Payudara bengkak dapat terjadi karena hambatan aliran darah vena atau
saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara yang
terjadi karena produksi ASI yang berlebihan dan ASI tidak disusu dengan
adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Cara mengatasinya antara lain
yaitu:
kompres payudara dengan air hangat .
susukan bayi tanpa dijadwal sampai payudara terasa kosong.
Susukan bayi lebih sering.
5) Saluran ASI tersumbat
Kelenjar Air Susu Ibu memiliki 15-10 saluran ASI. Satu atau lebih
saluran ini bisa twersumbat karena tekanan jari ibu saat menyusui, posisi
bayi, BH terlalu ketat, dan adanya komplikasi payudara bengkak yang
tidak segera teratasi. Cara menyatasinya:
Susuilah bayi dengan posisi yang benar.
Ubah-ubah posisi menyusui agar semua salurann ASI dikosongkan.
Gunakan BH yang menunjang dan tidak terlalu ketat.
Sebaiknya ibu lebih sering menyusui dari payudara yang tersumbat.
Pijatlah daerah yang tersumbat kearah putting auau agar ASI bisa
keluar.
6) Mastitis/radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi
merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan
setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi.
Cara mengatasinya:
Konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan
obat penghilang nyeri.
Kompres dengan air hangat.
Ibu cukup istirahat dan banyak minum.
Ibu tdapat tetap menyusui bayinya.
7) Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu
tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba
mengandung cairan berupa nanah. Cara mengatasinya:
Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan,
mungkin perlu tindakan bedah.
Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase
pus/nanah.
Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesik/antipiretik oleh
dokter.
Ibu harus cukup istirahat.
b. Masalah menyusui pada bayi
1) Bayi sering menagis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomunikasi antara ibu dan
buah hati. Pada saat menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang
paling sering karena kurang ASI.
Bingung putting (Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu
formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada
botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi,
langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung
pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan ggravitasi susu,
besar lubang dan ketebalan karet dot.
3) Bayi dengan BBLR dan premature
Bayidengan berat badan lahir rendah, bayi premature maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena reflex menghisapnya lemah. Oleh
karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu. Bila bayi dirawat di
rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih saying
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka
teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Kerangka konsep penelian
adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang ingin diteliti, (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan masalah dan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternativ (Ha) yaitu ada
hubungan antara motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI
Eksklusif Motivasi :
1. Motivasi Intrinsik
C. Defenisi Operasional
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi
Operasional
Kuesioner Wwancara 1.Dilakukan 2.Tidak
dilakukan
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan
Cross Sectional untuk mengetahui hubungan motivasi ibu menyusui dengan
pemberian ASI ekslusif di Dusun XVI Sidomulyo, Desa Klumpang Kebun,
Kecamatan Hamparan Perak, Kaabupaten Deli Serdang.
B.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang
menyusui bayi usia lebih dari 6 bulan yang ada di Dusun XVI Sidomulyo,
Desa Klumpang Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
yang berjumlah 47 orang.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah total populasi yaitu seluruh populasi menjadi objek penelitian
sebanyak 47 orang.
b. Kriteria Sampel
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
(b) Ibu yang bersedia menjadi responden
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang
Kebun Kecamatan Hamparan Perak dengan alasan memenuhi sampel dan
mempunyai data yang memenuhi syarat data penelitian yang diperlukan sehingga
lebih memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan untuk mendukung
penulis dalam menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah ini dan lokasi penelitian
dapat dijangkau oleh peneliti.
D. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015
Tabel 3.1. Waktu Penelitian
Pertimbangan etik yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain adalah:
1). Beneficience (menguntungkan responden) yaitu dengan tidak mencelakakan/
menyakiti responden (freedom from harm) dengan tidak memaksa dan menekan
merugikan responden dengan memberikan waktu yang tepat untuk responden
mengisi kuesioner (freedom from exploitation); 2). Respect from human
dignity(menghargai martabat manusia), yaitu hak untuk bebas menentukan
apakah calon responden akan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak
(the right to self determination) dengan membuat informed consent sehingga
calon responden tidak merasa terpaksa untuk dijadikan responden dalam
penelitian ini, dan hak untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian (the
right to full disclosure) dengan memberitahukan calon responden maksud dan
tujuan penelitian ;3). Justice (keadilan), yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan
yang adil (the right to fair treatment) dengan memberikan kesempatan kepada
semua pasien untuk menjadi responden, dan menjaga kerahasiaan informasi yang
diberikan responden (the right to privacy), dimana pada kuesioner tidak
dicantumkan nama responden, namun hanya memberikan nomor responden.
F. Alat Pengumpulan data
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah bentuk pertanyaan
tertutup (closed ended) dan pertanyaan terbuka. Kuesioner terdiri dari 16
pertanyaan tertutup dan 6 pertanyaan terbuka yang akan di simpulkan menjadi
satu pertanyaan. Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel yang diukur yang
terdapat pada kerangka konsep penelitian. Bentuk kuesioner yang digunakan
yaitu dengan menggunakan skala guttman. Skala guttman merupakan skala
pengukuran yang besifat tegas dengan konsistensi jawaban berupa “Ya” dan “Tidak”, dengan inteprestasi penilaian apabila jawaban benar nilainya 1 dan
G. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk menunjukan tingkat kevalidan
dan kesahihan instrument, yang mampu mengukur apa yang diinginkan,
sehingga dapat mengukur instrument secara benar. Uji validitas telah
dilakukan secara conten validity. Daftar kuesioner yang telah disusun
diajukan dan dikonsultasikan kepada ahli yaitu ibu Diah Lestari, SST, M.
Keb. Setelah melakukan beberapa kali perbaikan maka kuesioner dinyakatan
valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur dengan CVI (content
validity indeks) 0,96
2. Uji Reabilitas
Uji reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dan dilakukan pada ibu
menyusui yang ada di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun pada
bulan Februari 2015, dengan kriteria sampel yang sama dengan kriteria
sampel yang akan dijadikan reponden penelitian. Uji reliabilitas dilakukan
setelah dilakukan uji validitas dan didapatkan hasil dari pengujian validitas
data. Uji reliabilitas menggunakan komputerisasi dengan program SPSS, data
dikatakan reliable apabila diperoleh hasil cronbach alfa lebih dari 0,6 maka
dikatakan reliabel. Dan dari hasil uji reliabilitas diperoleh cronbach alfa
H. Prosedur Pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah mengajukan
permohonan pelaksanaan penelitian melalui bagian Pendidikan Fakultas
Keperawatan USU. Setelah mendapat surat izin, peneliti menyampaikan surat
izin penelitian ke Kepala Desa Klumpang Kebun. Setelah itu peneliti langsung
menuju ke Bidan Desa untuk mengumpulkan data melalui data yang sudah ada
pada Bidan Desa. Dengan kriteria responden yang diambil adalah ibu-ibu yang
menyusui bayi usia lebih dari 6 bulan.
Data yang digunakan peneliti yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang di sebarkan,
sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi bidan desa.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden denganterlebih
dahulu meminta persetujuan (informed concent) apakah bersedia untuk
dijadikan responden dengan menandatangani surat persetujuan penelitian
2. Selanjutnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner tersebut.
3. Agar pengumpulan data berjalan dengan cermat dan teliti peneliti mengawasi
dan mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan, selanjutnya
peneliti mengumpulkan kuesioner kembali dengan terlebih dahulu memeriksa
jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya sehingga dalam
I. Pengolahan dan Analisis data
1. Pengolahan data
Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu data harus diolah
dengan tujuan mengubah data menjadi informasi, maka peneliti melakukan
analisa data dan melalui beberapa langkah (Hidayat, 2011)
a. Editing
Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
b. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
pengolahan dan analisi data menggunakan computer.
c. Data entry
Adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master
tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data dengan
melakukan pengukuran terhadap masing-masing responden, lalu ditampilkan
dengan tabel distribusi frekuensi. Metode statistik untuk analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah statistik univariat dan bivariat. Pada
statistik univariat analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi
dan statistik bivariat analisa data dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi baik dari variabel independen maupun variabel dependen. Tujuan
analisa ini adalah untuk mencari distribusi frekuensi dan presentase hasil dari
masing-masing varibel. Analisa dalam perhitungan ini menggunakan
komputerisasi.
b. Analisis Bivariat
Bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis dengan menentukan
hubungan variabel bebas dan variabel terikat melalui Uji Statistik Chi Square
(Sumantri, 2011).
Data ini digunakan untuk menguji hubungan motivasi ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif. Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian
data dilakukan dengan uji statistik chi-square yakni uji statistik untuk mengukur
hubungan motivasi ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif . Taraf
signifikan (α=0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis: jika data probabilitas
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai hubunganmotivasi ibu menyusui dengan
pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun
Kecamatan Hamparan Perak telah dilaksanakan mulai Februari-Juni 2015
Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu
karakteristik responden, pemberian ASI Eksklusif, motivasi ibu menyusui dengan
pemberian ASI Eksklusif, dan hubungan motivasi ibu menyusui dengan pemberian
ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun Kecamatan
Hamparan Perak.
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini berdasarkan karakteristik responden mencakup umur,
pendidikan terakhir, pekerjaan, dan paritas.
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 47 responden mayoritas
responden berumur 25-27tahun yaitu sebanyak 19 orang (40.4%), mayoritas
pendidikan SMA yaitu 26 orang (55,3%), mayoritas pekerjaan responden yaitu IRT
sebanyak 31 orang (66%) dan mayoritas paritas multigravida yaitu 24 orang
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik Responden
di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun KecamatanHamparan Perak Kabupaten Deliserdang tahun 2015 (n = 47)
2. Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 8
pertanyaan mengenai motivasi intrinsik. Data lengkap mengenai distribusi
jawaban responden pada pertanyaan motivasi intrinsik dapat dilihat pada tabel 5.2
di bawah ini.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun KecamatanHamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun
2015
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
1. Ibu rasa memberikan ASI saja selama 6 bulan pertama bermanfaat bagi ibu
43 91 4 8,5
2 Ibu memberikan ASI Eksklusif karena ingin menghemat uang belanja
31 66 16 34
3 Ibu memberikan ASI karena tidak ingin repot menyiapkan botol susu, dot, dan sebagainya
22 46,8 25 53,2
4 Ibu berharap dapat terhidar dari resiko kanker payudara jika memberikan ASI
15 31,9 32 68,2
5 Ibu memberikan ASI atas kemauan sendiri 42 89,4 5 10,6
6 Ibu mengalami kesulitan pada saat memberikan ASI kepada bayi 10 21,3 37 78,7 7 Ibu memberikan ASI Karena sadar ASI sangat penting bagi bayi
ibu
41 87,2 6 12,8
8 Ibu teratur dalam memberikan ASI 3 6,4 44 93,6
Berdasarkan Tabel 5.2 distribusi jawaban responden tentang motivasi intrinsik
ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif mayoritas menjawab ‘benar’ adalah
pertanyaan nomor 1 ibu rasa memberikan ASI saja selama 6 bulan pertama
adalah pernyataan nomor 8 ibu teratur dalam memberikan ASI yaitu 44 orang
(93,6%)
Berdasarkan Tabel 5.2.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(66%) mempunyai motivasi intrinsik yang rendah dengan pemberian ASI
Eksklusif .
Tabel 5.2.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang
Kebun Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun 2015
Kategori f %
Tinggi
Rendah
16
31
34,0
66,0
Jumlah 47 100
b. Motivasi Ekstrinsik
Pada penelitian ini juga, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 8
pertanyaan mengenai motivasi ekstrinsik. Data lengkap mengenai distribusi
jawaban responden pada pertanyaan motivasi ekstrinsik dapat dilihat pada Tabel
Tabel 5.2.2
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun KecamatanHamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun
2015
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
1. Suami memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi 16 34 31 66 2 Suami selalu mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif 3 6,4 44 93,6 3 Keluarga memberikan dorongan pada ibu agar memberikan ASI
eksklusif pada bayi
26 55,3 21 44,7
4 Anggota keluarga lain (saudara ibu) selalu mengingatkan untuk memberikan ASI eksklusif
3 6,4 44 93,6
5 Mengetahui teman memberikan ASI eksklusif, ibu terdorong untuk memberikan ASI eksklusif
39 83 8 17
6 Petugas kesehatan memotivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif
29 61,7 18 38,3
7 Petugas kesehatan menjelaskan manfaat ASI eksklusif 24 51,1 23 48,9 8 Petugas kesehatan pernah memberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif
6 12,8 41 87,2
Berdasarkan Tabel 5.2.2 distribusi jawaban responden tentang motivasi
ekstrinsik ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif mayoritas menjawab
‘benar’ adalah pertanyaan nomor 5 mengetahui teman memberikan ASI eksklusif,
ibu terdorong untuk pemberikan ASI eksklusif, yaitu 39 orang (83%) sedangkan
mayoritas jawaban ‘salah’ adalah pernyataan nomor 2 dan 4 suami selalu
mengingatkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif dan anggota keluarga lain
(saudara ibu) selalu mengingatkan untuk memberikan ASI eksklusif, yaitu
Berdasarkan Tabel 5.2.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden
(80,9%) mempunyai motivasi ekstrinsik yang rendah dengan pemberian ASI
Eksklusif.
Tabel 5.2.3
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang
Kebun KecamatanHamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun 2015
Kategori f %
Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
(87,2%) tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden menurut Pemberian ASI Eksklusif
di Dusun XVI Sidomulyo Desa Klumpang Kebun KecamatanHamparan Perak Kabupaten Deliserdang Tahun 2015
4. Hubungan Motivasi Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif
a. Hubungan Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Berdasarkan Tabel 5.4.1 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki
motivasi intrinsik tinggi dan memberikan ASI eksklusif berjumlah 6 orang responden
(37,5%) sedangkan responden memiliki motivasi intrinsik rendah yang tidak
memberikan ASI Eksklusif berjumlah 31 orang responden (100%). Dengan nilai
p=0,001 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsic
dengan pemberian ASI eksklusif.
Tabel 5.4.1
Hubungan Motivasi Intrinsik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Ekslusif
Motivasi
b. Hubungan Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI
Eksklusif
Berdasarkan Tabel 5.4.2 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki
motivasi ekstrinsik tinggi dan memberikan ASI eksklusif beerjumlah 4 orang
responden (44,4%) sedangkan responden memiliki motivasi ekstrinsik rendah
yang tidak memberikan ASI Eksklusif berjumlah 36 orang responden (94,7%).
Dengan nilai p=0,009 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara
Tabel 5.4.2
Hubungan Motivasi Ekstrinsik Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI
Ekslusif
1. Interpretasi dan diskusi hasil
a. Karakteristik Responden
Berdasarkan karakteristik ibu menyusui, sebagian besar responden
berumur 25-27 tahun, berpendidikan menengah atas, IRT, dan mayoritas ibu
adalah multigravida.
b. Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 47 respondenhanya 6
responden (12,8%) yang memberikan ASI Eksklusif dan 41 responden (87,2%)
tidak memberikan ASI Eksklusif.
ASI eksklusif atau lebih tepat dikatakan sebagai “pemberian ASI secara eksklusif” saja, tanpa tambahan cairan lainseperti susu formula, jeruk
madu, air teh, air putih,dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim menurut Utami (2005),
pemberian ASI eksklusif mulai bayi baru lahir sampai umur 6 bulan, setelah 6