KARYA TULIS AKHIR
PROFIL PENDERITA PENYAKIT KUSTA
DI RUMAH SAKIT KUSTA KEDIRI
PERIODE JANUARI 2010 SAMPAI DESEMBER 2010
Oleh:
ANNISA QOYYUM NABILA
08020112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PENELITIAN
Telah disetujui sebagai hasil penelitian untuk memenuhi persyaratan
Pendidikan Sarjana Program Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Malang
Tanggal : 19 Maret 2012
Pembimbing I
dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK
Pembimbing II
dr. Djaka Handaja, MPH
Mengetahui, Fakultas Kedokteran
Dekan,
iii
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Akhir oleh Annisa Qoyyum Nabila Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 19 Maret 2012
Tim Penguji
dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK Ketua
dr. Djaka Handaja, MPH Anggota
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “Profil Penderita Penyakit Kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri Periode Januari 2010 Sampai Desember 2010”. Penulisan karya tulis akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Jurusan Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam menyelesaikan karya tulis akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh kerena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Irma Suswati, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran.
2. dr. Meddy Setiawan, Sp.PD, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran. 3. dr. Fathiyah Safitri, M.Kes, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Kedokteran. 4. dr. Iwan Sis Indrawanto, Sp.KJ, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Kedokteran.
5. dr. Sri Adila Nurainiwati, Sp.KK, selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran dalam penyusunan karya tulis akhir.
6. dr. Djaka Handaja, MPH, selaku pembimbing II, atas bimbingan, saran dan dukungan yang telah diberikan dalam penyusunan karya tulis akhir.
7. dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.Kes, selaku penguji yang telah memberi kritik, saran dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis akhir.
8. dr. Tuty Satrijawati M.Kes selaku Kepala UPT RS Kusta Kediri beserta staf, Bapak Hadi Waluyo, Ibu Minarsih dan Bapak Asep, atas bantuan yang telah diberikan selama ini.
9. Seluruh staf Tata Usaha FK UM, terima kasih atas bantuannya selama ini. 10.Kedua orang tua saya, Ir. Ahmad Wahyudi M.Kes dan Dinawati T.W. serta
v
11.Teman-teman angkatan 2008 Fakultas Kedokteran UMM serta sahabat-sahabat saya, terima kasih atas dukungan, semangat dan do’anya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis akhir ini masih belum sempurna. untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya tulis akhir ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Maret 2012
vi ABSTRAK
Nabila, Annisa Q, 2012. Profil Penderita Penyakit Kusta Di Rumah Sakit Kusta Kediri Periode Januari 2010 Sampai Desember 2010, Karya Tulis Akhir, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (I) Sri Adila Nurainiwati, (II) Djaka Handaja.
Latar Belakang: Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta menyebabkan masalah kompleks, bukan hanya dari masalah medis tetapi juga masalah ekonomi dan sosial.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri periode Januari 2010 sampai Desember 2010.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan dengan teknik pengambilan total sampling.
Hasil: Diperoleh 120 (6.12%) penderita kusta baru dari dari total 1960 kunjungan. Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki (75%). Kelompok usia terbanyak adalah usia 35-44 tahun (26.67%). Pekerjaan terbanyak adalah swasta(43.33%). Penderita terbanyak berasal dari Kediri (46.67%). Tipe kusta yang terbanyak adalah tipe (91.67%). Gambaran klinis kusta terbanyak adalah makula (88.33%) dan anastesi (83.33%).Predileksi pembesaran saraf terbanyak pada saraf tibialis posterior (65.41%). Kecacatan terbanyak terdapat pada kaki. Tingkat kecacatan pada mata paling banyak adalah tingkat 0 (95%). Tingkat kecacatan pada tangan paling banyak tingkat 0 (55.41%). Tingkat kecacatan pada kaki paling banyak tingkat (44.58%). Reaksi kusta yang paling banyak adalah tidak terjadi reaksi (79.17%).
Kesimpulan: Penderita kusta terbanyak adalah laki-laki. Kelompok usia terbanyak adalah 35-44 tahun. Tipe kusta yang paling banyak adalah tipe MB. Gambaran klinis yang sering ditemukan adalah makula dan anastesi. Kecacatan terbanyak terdapat pada kaki. Tingkat kecacatan pada mata yang terbanyak adalah tingkat 0, tingkat kecacatan pada tangan yang terbanyak adalah tingkat 0 dan tingkat kecacatan pada kaki yang terbanyak adalah tingkat 1.
vii ABSTRACT
Nabila, Annisa Q, 2012. The Profile of Leprosy Patient in Kediri Leprosy Hospital during January 2010 until December 2010, Final Assignment, Medical Faculty, University of Muhammadiyah Malang. Advisors: (I) Sri Adila Nurainiwati, (II) Djaka Handaja.
Background: Leprosy is chronic infection disease that caused by Mycobacterium leprae. Leprosy caused a complex problem, not only medical problem but also social and economic problem.
Objective: This research investigate the profile of leprosy patient in Kediri Leprosy Hospital during January 2010 until December 2010.
Method: This research used observational descriptive method with total sampling g technique.
Result: From this research was found 120 (6.12%) new leprosy patient from 1960 total patient visit. The most patient were male (75%). The most age group were 35-44 years old (26.67%). Majority the jobs of leprosy patient were private worker (43.33%). The most patient were came from Kediri (46.67%).The most leprosy type of patient were MB type (91.67%).The most clinical manifestation that found were macula (88.33%) and anesthetic (83.33%). The most nerve enlargement predilection were posterior tibia nerve (65.41%). The most impairment were in foot.The most impairment grade in eye were grade 0 (95%). The most impairment grade in hand were grade 0 (55.41%). The most impairment grade in foot were grade 1 (44.58%). The most leprosy reaction were no leprosy reaction (79.17%).
Conclusion: The most leprosy patient were male. The most age group were 35-44 years old. The most leprosy type were MB type. The most clinical manifestation were macula and anesthetic. The most impairment were in foot. The most impairment grade in eye were grade 0. The most impairment grade in hand were grade 0. The most impairment grade in foot were grade 1.
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………...i
LEMBAR PENGESAHAN………..….………..ii
LEMBAR PENGUJI………..iii
KATA PENGANTAR………iv
ABSTRAK………...……...vi
ABSTRACT………...………vii
DAFTAR ISI ………...viii
DAFTAR TABEL ……….……….xi
DAFTAR GAMBAR ………...……….xii
DAFTAR SINGKATAN ……….……...……….xiii
DAFTAR LAMPIRAN……….…………xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ………...….…………..1
1.1 Latar Belakang ………...1
1.2 Rumusan Masalah ………..3
1.3 Tujuan ………....3
1.3.1 Tujuan umum ………3
1.3.2 Tujuan khusus ………...3
1.4 Manfaat Penelitian ……….4
1.4.1 Manfaat akademis ………...4
1.4.2 Manfaat klinis ………..……….4
1.4.3 Manfaat masyarakat ………..4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……….5
ix
2.2 Etiologi kusta ……….……5
2.3 Epidemiologi kusta……….………6
2.4 Patogenesis kusta ………...…7
2.5 Klasifikasi kusta…………...………..………8
2.6 Gambaran klinis kusta .………..9
2.7 Pemeriksaan klinis kusta………..11
2.8 Diagnosis kusta……….12
2.9 Penatalaksanaan kusta………..13
2.10 Reaksi kusta………..……….………...15
2.11 Kecacatan………16
2.12 Pencegahan kusta………....17
2.12.1 Pencegahan primer………17
2.12.2 Pencegahan sekunder……….18
2.12.3 Pencegahan tersier……….21
2.13 Program pengendalian kusta………23
2.14 Kerangka teori……….……….25
BAB 3 METODE PENELITIAN ……….27
3.1 Jenis Penelitian ………27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………...27
3.3 Populasi dan Sampel ………...27
3.3.1 Populasi ………..27
3.3.2 Sampel ………27
3.3.3 Teknik pengambilan sampel………27
x
3.3.4.1 Kriteria inklusi………...27
3.3.4.2 Kriteria eksklusi……….……...…….28
3.3.5 Definisi operasional ……….………28
3.4 Prosedur Penelitian………..………...29
3.4.1 Alur Penelitian ………29
3.5 Hasil Penelitian………...30
BAB 4 HASIL PENELITIAN……….…………..31
4.1 Identitas Penderita Kusta………..31
4.1.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Kusta………...……31
4.1.2 Distribusi Usia Penderita Kusta………….……...…………..…….32
4.1.3 Distribusi Pekerjaan Penderita Kusta………..………33
4.1.4 Distribusi Daerah Asal Penderita Kusta………..………34
4.2 Distribusi Tipe Kusta Penderita Kusta……..………...…35
4.3 Distribusi Gambaran Klinis Penderita Kusta………...….35
4.4 Distribusi Predileksi Pembesaran Saraf Penderita Kusta……...……...37
4.5 Distribusi Tingkat Kecacatan Penderita Kusta………...……..38
4.6 Distribusi Distribusi Reaksi Kusta Penderita Kusta……….…40
BAB 5 PEMBAHASAN………41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Kasus Baru Kusta di Dunia……….……6
Tabel 2.2 Pedoman Klasifikasi Kusta Menurut WHO.……….….13
Tabel 2.3 Perbedaan Gejala Reaksi Tipe 1 dan Reaksi Tipe 2………..15
Tabel 2.4Masalah dan Intervensi Rehabilitasi pada Penyandang Cacat Akibat Kusta……….…23
Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita Kusta Baru……….…31
Tabel 4.2 Distribusi Usia Penderita Kusta Baru……...……….32
Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Penderita Kusta Baru………33
Tabel 4.4 Distribusi Daerah Asal Penderita Kusta Baru………34
Tabel 4.5 Distribusi Tipe Kusta Penderita Kusta Baru………..…35
Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Klinis Penderita Kusta Baru………36
Tabel 4.7 Distribusi Predileksi Pembesaran Saraf Penderita Kusta Baru………..37
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Kecacatan Penderita Kusta Baru………..38
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kelainan kulit pada penderita kusta………..…...….…..9
Gambar 2.2 Pembesaran saraf aurikularis magnus………...….10
Gambar 2.3 Bercak kemerahan pada penderita kusta reaksi tipe 1………...….15
Gambar 2.4 Nodul pada penderita kusta reaksi tipe 2……….……..15
Gambar 2.5 Kecacatan pada kaki…..……….……….…..….16
Gambar 2.6 Kerangka Teori………..………...25
Gambar 3.1 Alur Penelitian ……….……….……....29
Gambar 4.1 Diagram Distribusi Jenis Kelamin Penderita Kusta Baru….……….31
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Usia Penderita Kusta Baru……….……….32
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Pekerjaan Penderita Kusta Baru……….……....33
Gambar 4.4 Diagram Distribusi Daerah Asal Penderita Kusta Baru……..……...34
Gambar 4.5 Diagram Distribusi Tipe Kusta Penderita Kusta Baru…………..….35
Gambar 4.6 Diagram Distribusi Gambaran Klinis Penderita Kusta Baru…...…..36
Gambar 4.7 Diagram Distribusi Predileksi Pembesaran Saraf Penderita Kusta Baru……….37
Gambar 4.8 Diagram Distribusi Tingkat Kecacatan pada Mata Penderita Kusta Baru……….39
Gambar 4.9 Diagram Distribusi Tingkat Kecacatan pada Tangan Penderita Kusta Baru……….39
Gambar 4.10 Diagram Distribusi Tingkat Kecacatan pada Kaki Penderita Kusta Baru……….39
xiii
DAFTAR SINGKATAN
B : Borderline
BB : Borderline Borderline
BCG : Bacille Calmette Guerin
BL : Borderline Lepromatosa
BT : Borderline Tuberkuloid
BTA : Basil Tahan Asam I : Indeterminate L : Lepromatosa
LEC : Leprosy Elimination Campaign LL : Lepromatosa Lepromatosa MB : Multibasiler
MDT : Multi Drug Treatment PB : Pausibasiler RVS : Rapid Village Survey
SAPEL : Special Action Program for Elimination Leprosy SLPB : Single Lesion Paucibacilar – pausibasiler lesi tunggal T : Tuberkuloid
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin MD, Hakim Z, Darwis E, 2003, Diagnosis Penyakit Kusta, Dalam: Sjamsoe-Daili ES, Menaldi SL, Ismiarto SR, dkk., Kusta, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal.12-31.
Amirudin MD, 2000, Penyakit Kusta, Dalam: Harahap M, Ilmu Penyakit Kulit, Edisi Pertama, Hipokrates, Jakarta. Hal. 260-271
Brown GR, Burns T, 2002, Lecturer Notes on Dermatology, Erlangga, Jakarta. Charles KJ, 1994, Pathology of Leprosy, In: Hastings RC, Opromolla DVA,
Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 193-224.
Daili ES, Menaldi SL, Wisnu IM, 2005, Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia: Sebuah Panduan Bergambar, PT. Medical Multimedia Indonesia, Jakarta. Hal. 51-59.
Darmaputra IN, Fauzi N, Agusni I, 2009, Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 2004-2006, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 21/No. 1/April 2009. Hal. 9-17.
Depkes RI, 2007, Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta, Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Dinkes Jatim, 2010, Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2009 http://dinkes.jatim-prov.go.id/dokumen/dokumen_publikasi diakses 15 September 2011.
Ghimire M, 2000, Secondary Deformity in Leprosy: A Socio-Economic Perspective, Indian Journal of Leprosy. pp. 375-379.
Halim L, Menaldi SL, 2010, Tatalaksana Komprehensif Ulkus Plantar pada Pasien Lepra, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 60/No. 5/Mei 2010. Hargrave J, Wallace T, Lush D, 2010, Guidelines for The Control of Leprosy in
The Northern Territory, 3rd edition, Departement of Health and Families www.nt.gov.au/health/cdc diakses 20 Agustus 2011.
Ishii N, 2003, Recent Advances in The Treatment of Leprosy, Dermatology Online Jurnal Vol. 9 No. 2 , http://dermatology.cdlib.org diakses 5 Oktober 2011.
xvi
Joffrion, 1994, Ocular Leprosy, In: Hastings RC, Opromolla DVA, Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 353-364.
Kandun NI, 2000, Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Edisi 17, Depkes RI. Kosasih A ,Wisnu IM, Menaldi SL, 2007, Kusta, Dalam: Djuanda A, Ilmu
Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kelima, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal.73-88.
Kumar A, et al, 2007, Incidence of Leprosy in Agra District, Lepr. Rev. (2007) 78. pp.131-136.
McDougall AC, Yuasa Y, 2005, Atlas Kusta, Sasakawa Memorial Health Foundation, Tokyo.
Muchtar SV, Amiruddin MD, Yogi Y, 2009, Lepromin Test pada Penderita Kusta, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 21/No. 1/April 2009. Hal. 18-24.
Mufidah A, Rahimah, 2009, Morbus Hansen, Dalam: Abdullah B, Dermatologi, Edisi Pertama, SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya, Surabaya. Hal. 149-159.
Noorden SK, 1994, The Epidemiolpgy of Leprosy, In: Hastings RC, Opromolla DVA, Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 29-45. Pfaltzgraff RE, Ramu G, 1994, Clinical Leprosy, In: Hastings RC, Opromolla
DVA, Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 237-284.
Puspita CG, Widjaja FF, Sopandi SS, 2011, Stigma Towards Leprosy Among Medical Students, Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 61, No. 1 http:// indonesia.digitaljournals.org/index.php/ diakses 2 November 2011.
Rea TH, Modlin RL, 2008, Leprosy, In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al., Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th edition, McGraw-Hill, USA. pp. 1786-1796.
Rees RJW, Young DE, 1994, The Microbiology of Leprosy, In: Hastings RC, Opromolla DVA, Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 49-83.
xvii
Soedarjatmi, Istiarto T, Widagdo L, 2009, Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Persepsi Penderita Terhadap Stigma Penyakit Kusta, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.4/No.1/Januari 2009. Hal. 18-24.
Srinivasan H, 1994, Disability, Deformity and Rehabilitation, In: Hastings RC, Opromolla DVA, Leprosy, 2nd edition, Churchill Livingstone, Edinburgh. pp. 411-447.
Varkevisser CM, Lever P, 2009, Gender and Leprosy: Case Studies in Indonesia, Nigeria, Nepal and Brazil, Lepr. Rev. (2009) 80. pp. 65-75.
Werdiningsih R, Agusni I, 2003, Kecacatan pada Penderita Kusta Baru di Divisi Kusta URJ Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Periode 1998-2000, Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Vol. 15/No. 3/Desember 2003. Hal. 149-158.
WHO, 1997, 7th WHO Expert Committee on Leprosy, www.who.int/lep/exp diakses 17 Oktober 2011.
WHO, 2010, Global Leprosy Situation, In: Weekly Epidemiological Record, http:// www.who.int/wer diakses 9 April 2011.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, mukosa mulut,
saluran nafas bagian atas, otot, tulang dan testis (Amirudin, 2000). Kusta memiliki tiga gambaran klinis khas yang disebut cardinal sign yaitu adanya lesi yang mati rasa, kerusakan saraf tepi dan adanya bakteri basil tahan asam (Amirudin, 2003).
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah kompleks, tidak hanya dari segi medis tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Masalah tersebut diakibatkan oleh stigma buruk masyarakat terhadap kecacatan yang terjadi pada penderita kusta. Stigma buruk terhadap penderita kusta timbul akibat kesalahan persepsi dan pengetahuan yang sempit mengenai kusta sehingga membuat penderita kusta mengalami diskriminasi di masyarakat dan kesulitan untuk mencari pekerjaan (Puspita, 2011).
Kusta merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, terutama bagi negara–negara yang sedang berkembang. Pada tahun 2009, kasus baru kusta terbanyak di dunia terdapat di India yaitu sejumlah 133.717 kasus, diikuti Brazil sejumlah 37.610 kasus dan Indonesia di posisi ketiga sejumlah 17.260 kasus (WHO, 2010).
2
1/10.000 penduduk. Indonesia secara nasional telah mencapai target sejak bulan Juni 2000 dengan prevalence rate 0,84/10.000 penduduk, namun beberapa provinsi belum memenuhi target tersebut, salah satunya adalah provinsi Jawa Timur (Depkes RI, 2007).
Jawa timur menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai provinsi dengan kasus kusta tertinggi yaitu 30 persen dari keseluruhan jumlah kasus kusta di Indonesia. Prevalence rate kusta tahun 2009 di Jawa Timur sebesar 1,64 per 10.000 penduduk, dengan penderita kusta pausibasiler sejumlah 713 orang dan penderita kusta multibasiler sejumlah 3.971 orang (Dinkes Jatim, 2010).
Cara penularan kusta belum diketahui secara pasti, hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak secara langsung yang lama dan melalui inhalasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit kusta adalah patogenesis bakteri, cara penularan, keadaan sosial dan ekonomi, lingkungan, dan imunitas individu (Kosasih, 2007).
Kusta memiliki berbagai macam klasifikasi, klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi World Health Organization (WHO) tahun 1997. Klasifikasi WHO dibuat berdasarkan jumlah lesi dan pemeriksaan hapusan kulit. Pada klasifikasi tersebut kusta dibagi menjadi 3, yaitu pausibasiler lesi tunggal, pausibasiler dan multibasiler (WHO, 1997).
3
cacat yang disebabkan oleh kerusakan saraf sensoris dan tingkat 2 adalah kecacatan yang terlihat secara nyata seperti deformitas anggota gerak (Srinivasan, 1994).
Angka kejadian kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri sebanyak 120 kasus baru, sedangkan di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang sebanyak 19 kasus baru. Berdasarkan jumlah tersebut peneliti memilih Rumah Sakit Kusta Kediri sebagai tempat penelitian profil penderita penyakit kusta. Penelitian profil penderita kusta meliputi jumlah penderita dengan kunjungan pertama, identitas (jenis kelamin, usia, pekerjaan, daerah asal), tipe kusta, gambaran klinis, predileksi pembesaran saraf, tingkat kecacatan dan reaksi kusta.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah profil penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri ? 1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1Tujuan umum
Untuk mengetahui profil penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
1.3.2Tujuan khusus
1.Mengetahui jumlah penderita kusta dengan kunjungan pertama di Rumah Sakit Kusta Kediri.
2.Mengetahui identitas (jenis kelamin, usia, pekerjaan, daerah asal) pada penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
4
4.Mengetahui distribusi gambaran klinis penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
5.Mengetahui distribusi predileksi pembesaran saraf tepi penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
6.Mengetahui distribusi tingkat kecacatan penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
7.Mengetahui distribusi reaksi kusta penderita kusta di Rumah Sakit Kusta Kediri.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat akademis
Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya mengenai jumlah kasus baru kusta tahun 2010 dan profil penderita penyakit kusta tahun 2010.
1.4.2Manfaat klinis
1.Memberikan informasi kepada tenaga medis mengenai jumlah kasus baru kusta tahun 2010, tipe kusta, gambaran klinis penyakit kusta yang sering muncul dan tingkat kecacatan penderita kusta.
2.Memberikan informasi kepada tenaga medis untuk meningkatkan pelayanan dengan cara mendeteksi kusta sejak dini dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
1.4.3Manfaat masyarakat