• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Kode Bahasa Sunda Ke Bahasa Indonesia Di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Alih Kode Bahasa Sunda Ke Bahasa Indonesia Di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ALIH KODE BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA

DI DESA PETAPAHAN JAYA KECAMATAN TAPUNG

KABUPATEN KAMPAR

SKRIPSI

Oleh:

DINI HADEATI

110701002

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

▸ Baca selengkapnya: dialog bahasa sunda 2 orang tentang lingkungan

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2015

▸ Baca selengkapnya: contoh paguneman bahasa sunda 2 orang

(3)

ALIH KODE BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA DI DESA PETAPAHAN JAYA KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

Oleh

DINI HADEATI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar”. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode simak, teknik rekam, dan teknik catat. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode padan dan teknik pilah unsur penentu. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis alih kode dan faktor-faktor terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada tuturan sehari-hari yang sedang berlangsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan sosiolinguistik, Bilingualisme dan alih kode. Adapun hasil penelitian jenis alih kode bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya yaitualih kodeinternal yang merupakan alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan jenis alih kode metaforis. Adapun beberapa faktor alih kode diantaranya karena kehadiran orang ketiga, perubahan topik pembicaraan, perubahan dari formal ke informal maupun sebaliknya, ingin dianggap terpelajar, terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia, dan menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia.

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini, baik berupa doa, dukungan, nasihat maupun bantuan material. Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, yaitu:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas sumatera Utara. Dr. Husnan Lubis, M.A., sebagai pembantu Dekan I, Drs. Syamsul Tarigan, sebagai pembantu Dekan II, dan Drs. Yudi Andrian Mulyadi, M.Hum., sebagai pembantu Dekan III yang telah menyediakan fasilitas pendidikan bagi penulis.

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.

3. Drs. Haris Sultan Lubis, M.S.P, sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Univeritas Sumatera Utara, yang telah memberikan informasi terkait perkuliahan kepada penulis.

(5)

5. Drs. Asrul Siregar, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan mengarahkan penulis mulai dari penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran baik dalam bidang linguistik, sastra maupun dalam bidang lain selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Bapak Selamet yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua tersayang, Ayahanda Deding Mahmudin dan Ibunda Rosidah yang telah memberikan dukungan moral, material dan doa yang tiada hentinya kepada penulis.

9. Saudara terkasih, Mulyana Yusuf dan kakak Dide Kurniasih yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

10.Uli Kadirun, sebagai Kepala Desa Petapahan Jaya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian tentang alih kode bahasa Sunda.

11.Masyarakat Petapahan Jaya yang telah membantu penulis dalam menyediakan data penelitian.

12.Sahabat tercinta Chairani hasibuan, Suci Indah Lestari, Nila Rahayu, Sri Wahyuni, Adha Devika, Elisabeth Sidabutar, Katrina Sinaga, dan Winarti yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam suka dan duka. 13.Teman-teman stambuk 2011 yang telah memberikan semangat kepada

(6)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juli 2015

Dini Hadeati

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... V DAFTAR SINGKATAN ... IX BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Alih Kode ... 7

2.1.2 Masyarakat di Desa Petapahan Jaya ... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Sosiolinguistik ... 8

(8)

2.2.2.1 Jenis-Jenis Alih Kode ... 10

2.2.2.2 Faktor-faktor Alih Kode ... 11

2.2.3 Bilingualisme ... 12

2.3 Tinjauan Pustaka ... 13

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 15

3.1.2 Waktu Penelitian ... 15

3.2 Sumber Data ... 15

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data ... 18

3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ... 20

BAB VI PEMBAHASAN 4.1 Jenis Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia ... 21

4.2 Faktor-faktor Alih Kode... 26

4.2.1 Kehadiran Orang Ketiga ... 26

4.2.2 Perubahan dari Formal ke Informal ... 32

4.2.3 Perubahan Topik Pembicaraan... 37

4.2.4 Ingin Dianggap Terpelajar ... 48

(9)

4.2.6 Menunjukkan Bahasa Pertamanya Bukan Bahasa Indonesia ... 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan……… ……… 71

5.2 Saran ……… ……….……… 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

(10)

DAFTAR SINGKATAN

(11)

ALIH KODE BAHASA SUNDA KE BAHASA INDONESIA DI DESA PETAPAHAN JAYA KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

Oleh

DINI HADEATI

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar”. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode simak, teknik rekam, dan teknik catat. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode padan dan teknik pilah unsur penentu. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis alih kode dan faktor-faktor terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada tuturan sehari-hari yang sedang berlangsung. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan sosiolinguistik, Bilingualisme dan alih kode. Adapun hasil penelitian jenis alih kode bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya yaitualih kodeinternal yang merupakan alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan jenis alih kode metaforis. Adapun beberapa faktor alih kode diantaranya karena kehadiran orang ketiga, perubahan topik pembicaraan, perubahan dari formal ke informal maupun sebaliknya, ingin dianggap terpelajar, terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia, dan menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Indonesia.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi dalam berinteraksi yang dilakukan oleh masyarakat pada kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan untuk memermudah dalam menyampaikan ide atau gagasan maupun perasaan kepada orang lain.

Pemakaian bahasa yang digunakan apabila berhubungan dengan orang terdekat, teman berlatar suku yang sama untuk memudahkan dalam berkomunikasi mereka terkadang menggunakan bahasa daerah masing-masing. Salah satu bahasa daerah ialah bahasa Sunda yang merupakan bahasa dengan pemakaian terbanyak kedua di Indonesia. Bahasa Sunda adalah bahasa yang digunakan oleh penutur asli masyarakat suku Sunda yang secara turun-temurun digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian bahasa Sunda pada masyarakat Sunda yang bertempat tinggal di Jawa Barat akan berbeda dengan masyarakat Sunda yang bertempat tinggal di daerah Riau.

(13)

Alih kode adalah perubahan bahasa yang sangat sering dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada masyarakat Sunda di Desa Petapahan Jaya. Jika penutur awalnya adalah pengguna bahasa A dan beralih ke bahasa B, maka itu disebut alih kode. Nababan (1993:31) mengatakan bahwa unsur-unsur yang terpenting dalam alih kode ialah menentukan tindak laku bahasa yaitu, adanya pemeran serta, lokasi, jalur, tujuan dan sebagainya.

Salah satu contoh alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia karena pergantian topik pembicaraan:

Mang Ipul : Isukan teh wirid di imah saha Yan?

Glos Cermat : Besok PART wirid PRE rumah siapa Yan? Glos Lancar : Besok wirid di rumah siapa, Yan?

Aa Iyan : Teu nyaho mang. Da minggu kamari mah abdi teh teu indit.

Glos Cermat : Tidak tahu mang. Lantaran minggu kemarin PART 1TG PART tidak pergi.

Glos Lancar : Saya tidak tahu mang. Sebab minggu yang lalu saya tidak pergi. Mang Ipul : Sami wae abdi oge teu indit, aya pagawean nu lain. Glos Cermat : Sama aja 1TG juga tidak pergi, ada pekerjaan yang lain. Glos Lancar : Aku juga tidak pergi, ada pekerjaan yang lain.

O.. Yan bagaimana Hapeku yang kemarin itu udah diperbaiki?.

Aa Iyan : Belum mang, banyak kali tugas anak sekolah mang. Mungkin dua hari atau tiga hari lah mang.

Setting and Scene Di depan rumah Aa Iyan RT 12 RW

(14)

13:05 WIB.

Participants Syaipulloh Berasal dari Ciamis, Jawa

Barat. Mulyana Yusuf Berasal dari Cirebon, Jawa Barat.

Ends Membahas mengenai perwiridan

kemudian berubah mengenai Handphone penutur yang sedang

diperbaiki oleh lawan tutur.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suara yang diucapkan yaitu dengan santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Participants Mang Ipul dan Aa Iyan. Mang Ipul merupakan asli penutur

(15)

Adapun jenis alih kode ialah alih kode internal, yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Sunda ke bahasa Indonesia. Sedangkan faktor yang terjadi ialah karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada kalimat O.. Yan bagaimana Hapeku yang

kemarin itu udah diperbaiki? Yang pada awalnya membicarakan mengenai

perwiridan dengan menggunakan bahasa Sunda, kemudian beralih mengenai handphone penutur yang diperbaiki oleh lawan tutur dengan menggunakan bahasa

Indonesia.

Berdasarkan contoh diatas, maka penulis tertarik memilih judul ini sebagai penelitian karena penulis ingin mengetahui bagaimana alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, dan penulis juga tertarik karena masyarakat Sunda yang berada di Riau ini masih menggunakan pemakaian bahasa Sundanya, walaupun sudah lama mendiami daerah Riau ini.

1.2Perumusan Masalah

Penelitian mengenai alih kode ini, peneliti berusaha memberikan jawaban terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan. Adapun masalah-masalahnya yaitu:

1) Bagaimana jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar?

2) Faktor-faktor apa sajakah penyebab terjadinya alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar?

1.2.1 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengkhususkan alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang ada di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

(16)

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang berada di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. 2. Mendeskripsikan faktor-faktor alih kode bahasa Sunda ke bahasa

Indonesia di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Menambah pengetahuan peneliti dan pembaca mengenai suatu kajian sosiolinguistik tentang alih kode.

2. Penelitian ini sebagai pengetahuan untuk masyarakat, khususnya untuk pengajar dan mahasiswa jurusan Sastra Indonesia.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Sebagai kepentingan masyarakat di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep yang digunakan ialah alih kode dan masyarakat di Desa Petapahan Jaya.

2.1.1 Alih Kode

Indonesia memiliki bahasa Indonesia dan ragam bahasa daerah, dengan begitu kita mengetahui bahwa orang-orang telah mampu berbahasa lebih dari satu bahasa. Seseorang yang akan menggunakan lebih dari satu bahasa tentu disebabkan keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara mudah.

Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa di dalam masyarakat dwibahasawan, artinya di dalam masyarakat dwibahasawan hampir tidak mungkin seorang penutur menggunakan satu bahasa yang digunakan pada kegiatan sehari-hari, tanpa sedikit pun memanfaatkan bahasa atau unsur lain. Seseorang dapat menjadi individu bilingual bukan melalui pengajaran dan pembelajaran formal melainkan melalui interaksi langsung dengan kelompok etnik lain yang memiliki bahasa yang berbeda dengan orang itu Fishman (dalam Rahardi, 2010:10).

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lainSuwito (dalam Rahardi, 2010:24).

(18)

Menurut KBBI (2008:885) masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

Masyarakat di desa Petapahan Jaya menggunakan bahasanya sesuai dengan asal daerah masyarakat tersebut. Bahasa yang ada di desa ini berjumlah delapan bahasa. Delapan bahasa yang ada terdiri atas delapan suku yaitu: suku Aceh yang berjumlah 15 orang, suku Batak 255 orang, suku Melayu berjumlah 25 orang, suku Minang berjumlah 20 orang, suku Sunda berjumlah 520 orang, Jawa berjumlah 1.804 orang, Madura berjumlah 10 orang, dan terakhir adalah suku Banjar yang berjumlah 11 orang. Maka, jumlah keseluruhan penduduk di desa Petapahan Jaya berjumlah 2.710 orang yang terdapat 12 RT dan 5 RW. Awalnya dihuni pada tahun 1984 yang penduduknya sebagian besar berasal dari Rokan dan pulau Jawa.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sosiolinguistik

Sosiolinguistik menurut Chaer dan Leonie (2004:2) merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang memunyai kaitan sangat erat. Sosiologi merupakan kajian mengenai manusia di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik merupakan kajian baik berupa fonem, morfem, kata, dan kalimat. Pemakaian bahasa yang dipakai tidak hanya ditentukan oleh faktor linguistik saja, tetapi didukung oleh faktor nonlinguistik juga, antara lain faktor-faktor sosial misalnya, status sosial, tingkat pendidikan, umur, dan jenis kelamin.

(19)

seseorang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak dipandang lagi sebagai bahasa individu melainkan merupakan suatu kelompok sosial.

Dengan demikian sosiolinguistik merupakan suatu kajian dengan objek penelitian hubungan pemakaian bahasa di dalam masyarakat penuturnya. Seperti rumusan yang dikatakan oleh Fishman (dalam Chaer dan Leonie 2004:7) bahwa dalam sosiolinguistik akan memengaruhi bahasa dan pemakaiannya yaitu terdiri dari: siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan masalah apa.

2.1.3 Alih Kode

Kontak yang terjadi terus-menerus antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung mengakibatkan gejala kebahasaan yang disebut alih kode. Alih kode menurut Chaer dan Leonie (2004:107) adalah suatu peristiwa pergantian bahasa, atau berubahnya dari ragam santai menjadi ragam resmi, atau ragam resmi ke ragam santai.

Kode dapat didefenisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya memunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi penutur, dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada (Rahardi, 2010:25). Sama halnya Suwito (dalam Rahardi, 2010:25) mengatakan bahwa kode merupakan salah satu varian di dalam hierarki kebahasaan yang dipakai dalam komunikasi. Memperkuat mengenai kode, maka penulis mengutip pendapat sarjana Linguistik seperti Harimurti Kridalaksana (1984:102):

1. Lambang atau sistem ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan makna tertentu. Bahasa manusia adalah sejenis kode.

(20)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kode merupakan jenis varian-varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi oleh anggota suatu masyarakat disesuaikan dengan situasi pada setiap suku yang ada. Sedangkan alih kode adalah pertukaran dari satu bahasa ke bahasa lain, atau pertukaran dari satu variasi bahasa ke variasi bahasa lain dalam bahasa yang sama.

2.2.2.1 Jenis-jenis Alih Kode

Suwito dalam Chaer (2004:114) membagi alih kode menjadi dua jenis yaitu, alih kode internal dan alih kode ekternal.

1. Alih kode internal adalah alih kode yang berlangsung antar bahasa sendiri. Misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Jawa, atau sebaliknya.

2. Alih kode eksternal adalah alih kode yang terjadi antara bahasa (salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoir masyarakat tuturnya) dengan bahasa asing. Misalnya, bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Jenis alih kode menurut Spolsky (1998:50) yaitu alih kode metaforis. Merupakan alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik pembicaraan. Misalnya jika A dan B adalah teman satu kuliah, awalnya mereka menggunakan ragam bahasa resmi dalam diskusi perkuliahan. Setelah diskusi selesai mereka kemudian mengganti topik pembicaraan mengenai kos, karena kebetulan mereka adalah teman satu kos. Pergantian topik ini memengaruhi pergantian bahasa yang mereka lakukan dengan menggunakan bahasa daerah. Kebetulan A dan B tinggal di daerah yang sama dan dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah tersebut. Pada contoh ini terjadi perubahan topik dari urusan perkuliahan berubah menjadi masalah kos sehingga termasuk alih kode.

(21)

Adapun faktor-faktor terjadinya alih kode menurut Abdul Chaer (Chaer dan Leonie 2004:108)

1. Pembicara atau penutur 2. Pendengar atau lawan tutur

3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga 4. Perubahan dari formal ke informal

5. Pergantian topik pembicaraan

Selain hal lima di atas yang secara umum dikemukakan, maka ada faktor lain terjadinya alih kode. Terjadinya alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia menurut Widjajakusumah 1981 (Chaer dan Leonie 2004:112) yaitu:

1. Kehadiran orang ketiga

2. Perpindahan topik dari yang nonteknis ke yang teknis 3. Beralihnya suasana bicara

4. Ingin dianggap “terpelajar” 5. Ingin menjauhkan jarak

6. Menghindarkan adanya bentuk kasar dan bentuk halus dalam bahasa Sunda 7. Mengutip pembicaraan orang lain

8. Terpengaruh lawan bicara yang beralih ke bahasa Indonesia 9. Mitra berbicaranya lebih muda

10.Berada di tempat umum

11.Menunjukkan bahasa pertamanya bukan bahasa Sunda 12.Beralihnya media/sara bicara

2.1.4 Bilingualisme

(22)

bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Menentukan seseorang itu bilingual atau tidaknya, maka ada batasan-batasan mengenai bilingualisme yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

Menurut Blommfield bilingualisme adalah Native like control of two languages yang berarti adalah penguasaan yang sama baiknya terhadap dua bahasa.

Bilingualisme yang dikatakan oleh Bloomfield ini dipandang merupakan salah satu tingkat yang paling tinggi. Sedangkan Weinreich (dalam Umar, 1993:8) yang mengatakan kedwibahasaan dibatasi sebagai praktek pemakaian dua bahasa secara bergantian, tetapi batasan tidak disyaratkan tingkat penguasaannya.

Berbeda dengan Haugen 1961 (Chaer dan Leonie, 2004:86) mengatakan “tahu akan dua bahasa atau lebih berarti bilingual”. Maksudnya tidak perlulah dwibahasaan menggunakan kedua bahasanya, cukuplah ia mengetahui kedua bahasa itu. Dengan begitu bahwa bilingualisme yaitu kemampuan memahami, mengerti dengan dua bahasanya yaitu bahasa pertama dan bahasa kedua. Sedangkan yang dimaksud dengan memahami dan mengerti merupakan suatu keadaan seseorang menguasai bahasanya paling rendah atau pada tahap mengenal saja sudah dapat disebut dengan bilingualisme, dengan begitu peneliti lebih memfokuskan pendapat Haugen.

2.3 Tinjauan Pustaka

Adanya tinjauan pustaka ini maka penulis berusaha untuk mencari sumber-sumber lainnya yang termasuk ke dalam penelitian ini, di antaranya:

Sugihana (2004) dalam tesisnya yang berjudul Alih Kode Penutur Bahasa Karo Kelurahan Sempakata Kecamatan Medan Selayang. Teori yang digunakan

(23)

terhadap ayah, ibu dengan anak. Hasil yang didapat ialah bahwa pengguna bahasa Karo pada umumnya digunakan pada usia 21 sampai 50 tahun dan pengguna bahasa Indonesia pada usia 8 sampai 20 tahun.

Apriani (2009) yang berjudul Bilingualisme pada Masyarakat Simalungun di Kecamatan Pematang Raya. Teori yang digunakan yaitu teori bilingualisme menurut

Haugen. Hasil dalam penelitian yang dilakukan yaitu bahwa faktor penyebab terjadinya bilingualisme di Desa Sondi Raya dikarenakan perpindahan penduduk, rasa nasionalisme, perkawinan campuran, pendidikan, kemudian pada pemakaian bahasa Simalungun dan bahasa Indonesia terjadi karena adanya lawan bicara, situasi sosial pembicaraan yaitu situasi formal dan situasi nonformal kemudian topik pembicaraan.

Sinaga (2009) yang berjudul Alih Kode Antara bahasa Indonesia dan bahasa Arab di Pondok Pesantren Al-Husna. Teori yang digunakan ialah teori

sosiolinguistik dan alih kode. Situasi lingkungan memengaruhi mereka dapat berbahasa Arab sehingga dominan menggunakan bahasa Arab. Adapun hasil skripsi ini karena adanya orang ketiga, pokok pembicaraan, suasana peristiwa, saluran pemakaian bahasa, terpengaruh oleh lawan bicara, merasa kurang jika tidak berbahasa Arab terhadap teman, mengutip pembicaraan dari peristiwa bicara lain, lebih akrab jika mempergunakan bahasa Arab, ketidakmampuan menguasai kode tertentu, kurangnya penguasaan diri, pengaruh frase basa-basi, pepatah, dan peribahasa.

Sari (2011) dalam skripsinya yang berjudul Alih Kode Penutur Bahasa Pesisir di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu Utara. Teori yang

(24)

topik pembicara, perubahan dari formal ke informal dan jenis alih kode terbagi atas tingkat tutur ngoko ( tidak ada rasa segan), tingkat tutur krama (sopan santun antara sang penutur dengan lawan tutur), dan tingkat tutur madya (sopan tetapi tingkatnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah).

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei sampai 26 Juni 2015.

3.2 Sumber Data

Sumber data merupakan asal dari data yang telah diperoleh dalam melakukan penelitian. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto, 1993:34). Data-data yang terkumpul tersebut harus benar-benar valid dan terpercaya, karena merupakan langkah awal dalam menganalisis secara tepat dan benar.

Sumber data yang dilakukan berupa data bahasa lisan. Data bahasa lisan adalah data yang didapat secara langsung. Data ini berdasarkan penyimakan terhadap peristiwa tutur pada kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh penutur dan lawan tutur mengenai alih kode yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar.

Mendapatkan data bahasa lisan kebahasaan yang diperoleh tentu ada peran penting informannya. Informan merupakan sumber informasi sebagai perwakilan dalam melakukan peristiwa tutur. Informan yang akan dijadikan sebagai objek penelitian yaitu 28 orang. Pemilihan informan ini sebaiknya memenuhi syarat-syarat tertentu (Mahsun, 2004:106). Persyaratan yang dimaksud ialah:

(26)

2. Berusia 25-60 tahun

3. Sudah lama menetap di Desa Petapahan Jaya

4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP) 5. Dapat berbahasa Sunda

6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat rohani dan jasmani

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilakukan dalam melakukan penelitian, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode dan teknik pengumpulan data yang sesuai harus diperhatikan karena akan menciptakan penelitian yang terarah untuk mendapatkan data yang diinginkan.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode simak. Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan : dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Ini dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial (Sudaryanto, 1993:133).

Metode simak yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik simak libat cakap (SLC) maksudnya bahwa peneliti terlibat langsung dalam suatu percakapan.

(27)

Setelah perekaman dilakukan selanjutnya yaitu mencatat data sesuai dengan sasaran yang diinginkan dengan menggunakan alat tulis tertentu.

3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara metode padan. Metode padan adalah alat penentunya diluar terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang digunakan ialah berupa metode padan pragmatis (Sudaryanto, 1993:25), karena dalam peristiwa alih kode dianalisis dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain di luar bahasa tersebut.

Metode padan ini selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik dasar, yaitu teknik pilah unsur penentu atau teknik PUP. Adapun alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh seorang peneliti. Sesuai dengan penentunya maka akan dipisah-pisah menjadi berbagai unsur.

Berikut ini analisis metode padan alih kode di Desa Petapahan Jaya :

Setting and Scene Di depan rumah Aa Iyan RT 12 RW

05. Pada tanggal 26 April 2015, pukul 13:20 WIB.

Participants Syaipulloh. Berasal dari Ciamis, Jawa

Barat. Mulyana Yusuf. Berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Aditya Wahyudi. Berasal dari Padang, Sumatera Barat.

Ends Membahas mengenai menonton jarkep.

(28)

Key Santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur. Kemudian lawan tutur memberi kesempatan melakukan interaksi dengan penutur ketiga.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Aa Iyan : Teu ningali Jarkep di SP 2 mang ? Glos Cermat : Enggak lihat jarkep PREP SP 2 mang? Glos Lancar : Tidak melihat jarkep di SP 2 mang?

Mang Ipul : Ningali kumaha Yan, loba kitu barudak nu ngarental band

Glos Cermat : Melihat bagaimana Yan, banyak begitu anak-anak yang ngerental band.

Glos Lancar : Bagaimana melihat Yan, begitu banyak anak-anak yang ngerental band.

Aa Iyan : Anggotana kamana atuh mang. Loba cenah nu ningali teh mang. Ya

kan Dit, rame kan yang nonton jarkep di SP 2?

Glos Cermat : Anggotanya kemana dong mang. Banyak katanya yang melihat PART mang.

(29)

Participants yaitu adanya Mang Ipul dan Aa Iyan. Mang Ipul merupakan asli

penutur bahasa Sunda dari Ciamis Jawa Barat, selain bahasa Sunda Mang Ipul dapat berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Apabila bertemu dengan orang Jawa Mang Ipul akan berusaha mengimbangi dengan menggunakan bahasa Jawa, walaupun pemakaian bahasa Jawa Mang Ipul begitu pasif digunakan. Aa Iyan juga penutur asli bahasa Sunda namun, berasal dari Cirebon Jawa Barat dan dapat menggunakan bahasa Indonesia. Sedangkan Adit merupakan asli orang Minang yang hanya dapat berbahasa Minang, Jawa dan bahasa Indonesia.

Adapun jenis alih kode ialah alih kode internal, yaitu alih kode yang terjadi antara bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan alih kode metaforis merupakan pergantian topik pembicaraan. Sedangkan faktor yang terjadi ialah karena hadirnya penutur ketiga, yang tidak mengerti bahasa Sunda. Jadi agar komunikasi berjalan, maka Aa Iyan menanyakan kepada Adit menggunakan bahasa Indonesia, yaitu pada kalimat Ya kan Dit, rame ya yang nonton jarkep di SP 2?

Metode dan Teknik Penyajian Hasil Pengkajian Data

Setelah analisis dilakukan, maka selanjutnya akan dihasilkan penyajian dalam bentuk kaidah. Penulisan hasil analisis data ini untuk memprasyratkan adanya kelayakan baca, dan kelayakan baca yang dimaksud adalah demi pemanfaatan yang terikat pada tujuan tertentu.

(30)
(31)

BAB VI

PEMBAHASAN

4.1 Jenis-Jenis Alih Kode Bahasa Sunda ke bahasa Indonesia Di Desa

Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

Alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yang terjadi di Desa Petapahan Jaya, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar terdapat dua jenis, yaitu alih kode internal dan alih kode metaforis. Alih kode internal merupakan alih kode yang terjadi antarbahasa sendiri, yaitu bahasa Sunda ke bahasa Indonesia, sedangkan alih kode metaforis adalah alih kode yang terjadi jika ada pergantian topik pembicaraan.

Data 3

Setting and Scene Di depan rumah bi Dewi pada tanggal

14 Juni 2015, pukul 14:00 WIB.

Participants Dewi Tomini. Berasal dari Karawang,

Jawa Barat. Nunung. Berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Pembahasan mengenai hapalan surat

untuk MTQ MDA.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Sedikit kesal karena anaknya menggantikan Siska untuk menghapal surat al-quran.

Intrumentalities Bahasa lisan.

(32)

interpretation dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Nunung : Si Ribka teh miluan MTQ MDA bi?

Glos Cermat : Si Ribka PART ikutan MTQ MDA bi?

Glos Lancar : Si Ribka Ikutan MTQ MDA bi?

Bi Dewi : Aya urang limaan dari die, si Pipit si Patir, si Saras, si Alpa. Ari teu mangkat kumaha, si Siska dadakan wae ngomongna. Atuh si Ribka sapepeuting ngapal ayat-ayat teh, aya 15 surat manehna, tadi na mah 20.

Glos Cermat : Ada orang limaan PREP sini, si Pipit, si Patir, si Saras,si Alpa. Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska mendadak aja ngomongnya. Ya, si Ribka semalaman ngapal ayat-ayat PART, ada 15 surat 3TG tadinya PART 20

Glos Lancar: Ada lima orang dari sini, si Pipit, si Patir, si Saras, si Alpa. Kalau tidak pergi bagaimana, si Siska ngomongnya mendadak. Ya,si Ribka semalaman ngapal ayat-ayat, dia ada 15 surat tadinya 20.

Bi Nunung: Mereunan siskana hapalanna teu acan lancar. Ehh bi, punggahan

tanggal berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?

Glos Cermat: Kemungkinan Siskanya hapalannya belum lancar.

(33)

Bi Dewi: Hari selasa kalau kata bu Dul tuh.

Participants Bi Dewi pada kesehariannya menggunakan bahasa Sunda, Jawa

dan bahasa Indonesia. Namun lebih dominan menggunakan bahasa Sundanya, karena kedua orang tua, mertua, suami dan tetangga sekitar adalah orang Sunda. Pemakaian bahasa Jawanya jarang dipakai, karena hanya beberapa orang yang menggunakan bahasa Jawa dilingkungannya. Sedangkan bi Nunung hanya dapat menguasai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja. Alih kode ini termasuk alih kode internal dan metaforis, yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan pergantian topik pembicaraan.

Faktor terjadinya alih kode karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada awalnya membahas mengenai anak bi Dewi yang mengikuti acara MTQ di sekolahnya dan beralih pembicaraan mengenai punggahan untuk menyambut bulan suci ramadhan. Hal ini dapat diketahui pada kalimat Ehh bi, punggahan tanggal

berapa? Ada yang bilang selasa ada rabu?

Data 4

Setting and Scene Di depan rumah mang Herman pada

tanggal 13 Juni 2015, pukul 15:35 WIB.

Participants Herman. Berasal dari Garut, Jawa

Barat. Ujang Mulyadi berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Mengenai anak Ujang Mulyadi yang

(34)

topik mengenai makanan untuk para penari.

Act Squence percakapan sehari-hari.

Key Ramai, karena acara sedang berlangsung. Percakapan berlangsung dengan suara agak sedikit keras.

Intrumentalities Bahasa lisan

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

PeristiwaTutur

Ujang Mulyadi : Her, Ribka teh hayang dinaikkeun ka sisingaan. Ceurik wae eta. Urang mah bisi tiguling budak teh.

Glos Cermat : Her, Ribka PART ingin dinaikkan ke sisingaan. Menangis aja DET. 1TG PART nanti terguling anak PART.

Glos Lancar : Her, Ribka ingin dinaikkan ke sisingaan. Menangis saja. Saya takut anak nanti terguling.

Herman : Yeee kunaon teu nyarios ti tadi atuh. Si Fajar mah seuri wae geus di sisingaan teh.

(35)

Glos Lancar : Yeee kenapa tidak ngomong dari tadi ngomong. Si Fajar aja ketawa di sisingaan.

Ujang Mulyadi : Lamun ceurik mah hese cicing. Da cicingna mah dahar coklat wae eta oge. Man makannya jam berapa yang

nari-nari itu?

Glos Cermat : Kalau menangis PART susah diam. Lantaran diamnya PART makan coklat aja DET juga.

Glos Lancar : Kalau menangis susah diam. Sebab diam makan coklat saja. Herman : Ya habis jarang kepanglah sebentar lagi.

Kedua participants sama-sama dapat menguasai bahasa Sunda, Jawa dan bahasa Indonesia. Alih kode ini termasuk alih kode internal dan metaforis, yaitu alih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia dan terjadi pergantian topik pembicaraan.

(36)

4.2 Faktor-faktor Terjadinya Alih Kode Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia di

Desa Petapahan Jaya Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

4.2.1 Kehadiran Orang ketiga

Data 5

Setting and Scene Di depan kantor Kepala Desa

Petapahan Jaya pada tanggal 11 Juni 2015 pukul 09:20 WIB.

Participants Maryati. Berasal dari Garut, Jawa

Barat. Nining Kurnia. Berasal dari Karawang, Jawa Barat. Kemudian Ernawati. Berasal dari Indrapura, Sumatera Utara. Ibu Erna merupakan menantu dari Ibu Nining.

Ends Pembahasan mengenai Sunatan

Massal yang diselenggarakan pada tanggal 11 Juni 2015.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Ramai, karena banyak anak-anak yang akan disunat, dan orangtua yang menemani anak tersebut.

Intrumentalities Bahasa lisan

Norm Of Interaction and

interpretation

(37)

menjadi penutur kepada penutur ketiga.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bu Nining : Ti RK opat aya tujuh budak nu milu sunatan teh. Eta oge teu sakabehna nu milu, teu aya nu nyaraho kitu. Di RK genep kumaha eta?

Glos Cermat : PREP RK empat ada tujuh anak yang ikut sunatan PART. DET juga tidak semuanya yang ikut, tidak ada yang tahu begitu. PREP RK enam bagaimana DET?

Glos Lancar : Ada tujuh anak dari RK 4 yang ikut sunatan. Tidak semuanya ikut, tidak ada yang tahu. Bagaimana di RK enam?

Bu Maryati : Aya duaan wae mak. Teu aya nu ngabejaan mah kitu mak

Glos Cermat : Ada duaan aja mak. Tidak ada yang memberitahu PART begitu mak

Glos Lancar : Ada dua saja mak. Tidak ada yang memberitahu begitu mak.

Bu Nining : Heeh. Eta oge peuting-peuting si bapak ngabejaan ka batur. Jam

berapa kemaren bapak ngasih tau Er?

Glos Cermat : Iya. DET juga malam-malam si bapak memberitahu ke teman.

Glos Lancar : Iya. Si bapak malam-malam memberitahu ke orang.

(38)

Participants Bu maryati dalam hal percakapan lebih aktif dalam

menggunakan bahasa Sunda daripada bahasa Indonesia, bahasa batak dan bahasa Jawa, hal ini disebabkan karena Bu Maryati berada dilingkungan keluarga belatar belakang Sunda, baik itu Ibu kandungnya, Suami maupun saudara-saudaranya. Kemudian Ibu Nining Kurnia juga lebih aktif menggunakan bahasa pertamanya yaitu bahasa Sunda. Karena suami, anak-anak, dan sesama penutur bahasa Sunda sering menggunakan bahasa Sunda. Sedangkan Ibu Erna Wati yang merupakan menantu dari Ibu Nining berasal dari Indrapura yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu, walaupun suaminya terkadang menggunakan bahasa Sunda namun, Ibu Erna Wati hanya dapat mengerti tetapi sulit untuk mengatakan bahasa Sunda tersebut.

Faktor terjadinya alih kode ialah kehadiran orang ketiga, yaitu hadirnya Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Maka untuk memermudah Ibu Maryati beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia pada kalimat Jam berapa kemaren bapak ngasih tau Er?

Data 6

Setting and Scene Acara arisan di Rumah Ibu Suprihatin

pada tanggal 14 Juni 2015. Acara dimulai pada pukul 14:00 WIB sampai dengan selesai.

Participants Tati Berasal dari Karawang, Jawa

(39)

Ends Mengenai orang yang belum mengisi uang arisan.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suasana begitu serius karena sedang menghitung uang.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma Interaksi yaitu antara penutur dan lawan tutur, kemudian berubah menjadi penutur dengan penutur ketiga.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Tati : Ngesian wae ngesian arisan dei. Sabaraha urang dei teu acan ngisi teh?

Glos Cermat :Mengisi lagi mengisi arisan lagi. Berapa orang lagi belum mengisi PART?

Glos Lancar : Mengisi arisan lagi. Berapa orang yang belum mengisi?

Bi Nunung Hasanah: Aya Opat dei Ari emak Aah encan, bi Fatimah, Bi Engkos, jeung Bu Yuni.

(40)

Glos Lancar : Ada empat lagi, yang belum Ibu Aah, Bi Engkos, sama Bu Yuni.

Bi Tati : Ditelpon atuh, mereun poho eta.

Glos Cermat : Ditelpon dong, mungkin lupa DET.

Glos Lancar : Ditelponlah, mungkin lupa.

Bi Nunung Hasanah : Heeh.. keur ditelpon si Suprihatin di tukang.

Glos Cermat : Iya.. lagi ditelpon si Suprihatin PREP belakang.

Glos Lancar : Iya sedang ditelpon si Suprihatin di belakang.

Bi Tati : Sakeudeng dei atuh daratang. Bu Er, si emak kemana? Kok

gak datang?

Glos cermat : Sebentar lagi dong berdatangan.

Glos Lancar : Sebentar lagi berdatangan.

Bu Erna : Kecapean dia bu. Katanya badannya pegal-pegal gitu.

Participants Bi Tati dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya,

(41)

Faktor terjadinya alih kode ialah karena kehadiran orang ketiga, yaitu hadirnya Ibu Erna yang hanya dapat menguasai bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Maka untuk memermudah Ibu Tati beralih kode dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yaitu pada Bu Er, si emak kemana? Kok gak datang?

4.2.2 Perubahan dari Formal ke Informal

Data 7

Setting and Scene Di Kantor Kepala Desa Petapahan

Jaya. Percakapan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015, pukul 09:19 WIB.

Participants Egi Malgina. Berasal dari Karawang,

Jawa Barat.

Ends Mengenai surat penelitian.

Act Squence Percakapan secara formal ke informal.

Key Santai dan serius.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

formal.

Peristiwa Tutur

(42)

Glos Cermat : Ada apa, 2TG PREP sini din?

Glos Lancar : Ada apa, kamu ke sini din?

Peneliti : Ka die teh hoyong nyandak surat penelitian nu saya bere tea pak, tos siap ncan pak?

Glos Cermat : PREP sini PART ingin mengambil surat penelitian yang 1TG beri DET pak, sudah siap belum pak?

Glos Lancar : Ke sini ingin mengambil surat penelitian yang saya beri itu pak, sudah siap belum pak?

Bapak Egi : Diberekeun ka saha eta surat kamu?

Glos Cermat : Diberikan PREP siapa DET surat 2TG?

Glos Lancar : Kamu berikan ke siapa surat kamu itu?

Peneliti : Ka Bapak Delfi pak.

Glos Cermat : PREP Bapak Delfi pak.

Glos Lancar : Ke bapak Delfi pak.

Bapak Egi : Ouhh nu ieu tah din, sakeudeng heulana din diketik. Ieu ditujukeun ka Dekan Fakultas Ilmu Budaya din?

Glos Cermat : Ouhh yang DET yah Din. Sebentar dulu Din diketik. DET ditujukan PREP Dekan Fakultas Ilmu Budaya Din?

(43)

Peneliti : Sumuhun pak.

Glos Cermat : Iya pak. Glos Lancar : Iya pak.

Bapak Egi : Loh din, jadi kamu bentar lagi wisuda lah ya?

Peneliti : Amin pak. Ya doain aja pak semoga cepat wisuda pak.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya,

yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda. Selain bahasa Sunda, Bapak Egi dapat menggunakan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah pembicaraan dari Formal ke Informal. Pada awalnya membahas mengenai surat balasan penelitian dan beralih kode mengenai pertanyaan bapak Egi tentang Wisuda pada kalimat Loh din, jadi kamu bentar lagi wisuda lah

ya?.

Data 8

Setting and Scene Di Kantor Kepala Desa Petapahan

Jaya. Percakapan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015, Pukul 09:15 WIB.

Participants Egi Malgina. Berasal dari Karawang,

Jawa Barat.

Ends Mengenai tanggal acara sunat massal

(44)

Act Squence Percakapan secara Informal ke formal.

Key Santai dan serius.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

formal.

Peristiwa Tutur

Peneliti : Pak tanggal opat belas teh dibejakeun Bapak Nasrudin aya acara Sunat massal ya pak?

Glos Cermat : Pak tanggal empat belas PART diberitahukan Bapak Nasrudin ada acara sunat massal ya pak?

Glos Lancar : Pak tanggal empat belas diberitahu Bapak Nasrudin ada acara sunat massal ya pak?

Bapak Egi : Lain atuh Din, acarana tanggal sabelas henteu tanggal opat belas.

Glos Cermat : Bukan dong Din, acaranya tanggal sebelas tidak tanggal empat belas.

Glos Lancar : Bukan Din. Acaranya tanggal sebelas tidak tanggal empat belas.

Peneliti :Oh kitu pak, disangka teh minggu isuk acarana.

(45)

Glos Lancar : Oh begitu pak, dikirain acaranya minggu besok.

Bapak Egi : Teu ah din. Din, jurusan Sastra Indonesia, kok skripsinya

bahasa Sunda Din?

Glos Cermat : Tidak Din.

Glos Lancar : Tidak Din.

Peneliti : Iya pak, ngambil bahasa sendiri aja gitu pak.

Participants Bapak Egi dalam percakapan menggunakan bahasa pertamanya,

yaitu bahasa Sunda karena sering menggunakan bahasa Sunda kepada kedua orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda.

(46)

4.2.3 Pergantian Topik Pembicaraan

Data 9

Setting and Scene Di depan rumah Ibu Juju (warung

bakso) pada tanggal 4 Juni 2015, pukul 17:10 WIB.

Participants Siti Rukmana. Berasal dari Garut,

Jawa Barat. Juju. Berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Membahas mengenai harga gas yang

mahal.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Kesal karena harga gas yang mahal dan susah untuk dicari. Suasana begitu ramai dengan suara kendaraan, karena warung berada di pinggir jalan.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara Ibu Siti dan Ibu Juju (Mereka berdua adalah kakak-adik).

Genre Percakapan menggunakan kalimat

(47)

Peristiwa Tutur

Ibu Juju : Lalieur ayeuna mah ceu, ari ngabeuli gas teh hese pisan, teu aya dimana-mana. Lamun aya mah mahal pisan.

Glos Cermat : Pusing sekarang PART ceu, kalau membeli gas PART susah amat. Tidak ada dimana-mana. Kalau ada PART mahal amat.

Glos Lancar : Sekarang pusing kak, kalau membeli gas PART sangat susah. Tidak ada dimana-mana. Kalau ada sangat mahal.

Ibu Siti : Ti Ibu Lastri teu aya kitu ?

Glos Cermat : PREP Ibu Lastri tidak ada begitu?

Glos Lancar : Dari Ibu Lastri tidak ada begitu?

Ibu Juju : Ayeuna mah aya, tapi mahal pisan ceu

Glos Cermat : Sekarang PART ada, tapi mahal amat kak.

Glos Lancar : Sekarang ada, tapi sangat mahal kak.

Ibu Siti : Sabaraha atuh hargana ?

Glos Cermat : Berapa dong harganya?

Glos Lancar : Berapa harganya?

Ibu Juju : 25.000 ceu. Awis mah tenaon-naon lamun loba di warung nu ngajual teh. Ceu, kemarin pestanya Ibu Karsini datang gak ?

(48)

Glos Lancar : 25.000 kak. Mahal tidak apa-apa kalau banyak di warung yang menjual.

Ibu Siti : Yee berangkat sama siapa, gak ada yang ngantar kemarin tuh.

Ibu Juju : Iyaa ceu, aku juga gak berangkat. Deras kali hujannya disini.

Participants Bu Siti dan Ibu Juju pada kesehariannya menggunakan bahasa

Sunda, dan bahasa Indonesia. Karena mereka berdua adalah kakak-adik yang berasal dari Garut Jawa Barat.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada awalnya penutur membicarakan mengenai harga gas yang semakin naik harganya dan langka. Setelah peristiwa tutur berlangsung tiba-tiba terjadi alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia karena pergantian topik pembicaraan pada kalimat: Ceu kemarin pestanya Ibu Karsini datang gak?

Data 10

Setting and Scene Percakapan dilakukan di depan rumah

Bi Dewi di RT 13 RW 6, Pada tanggal 5 Juni 2015, Pukul 11:06 WIB.

Participants Dewi Tomini. Berasal dari Karawang

Jawa Barat. Rokana. Berasal dari Karawang, Jawa Barat.

Ends Membahas tentang memupuk dan

(49)

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suara yang diucapkan yaitu dengan suara yang begitu santai, dan sedih karena tidak mempunyai TPH lagi

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Rokana : Ayeuna bapakna mah keur mupuk

Glos Cermat : Sekarang bapaknya PART lagi memupuk

Glos Lancar : Bapaknya sekarang lagi memupuk

Bi Dewi : Makena urea henteu?

Glos Cermat : Memakainya Urea tidak?

Glos Lancar : Memakainya Urea tidak?

Bi Rokana : Makena mah TSP. Tapi sekarang gak punya TPH. Aduh pusing!!

Glos Cermat : Memakainya PART MAH TSP.

(50)

Bi Dewi : Kenapa, kok begitu?

Bi Rokana : Tapi digali semua Jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang poros itu yang tengah. Kaditu amblas jalanna. Atuh urang ka ambilna dua pokok, buahna laloba.

Glos Cermat : Tapi digali semua Jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang poros itu yang tengah. Kesana amblas jalannya. Kita ke ambilnya dua pokok, buahnya banyak.

Glos Lancar : Tapi digali semua Jalannya semua itu ingin ditutup, jalan yang poros itu yang tengah. Kesana jalannya amblas. Kita ke ambilnya dua pokok, banyak buahnya.

Participants Bi Dewi pada kesehariannya menggunakan bahasa Sunda, Jawa

dan bahasa Indonesia. Namun lebih dominan menggunakan bahasa Sundanya, karena kedua orang tua, mertua, suami dan tetangga sekitar adalah orang Sunda. Pemakaian bahasa Jawanya jarang dipakai, karena hanya beberapa orang yang menggunakan bahasa Jawa dilingkungannya. Lain halnya dengan Bi Dewi, maka Bi Rokana hanya dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan, yaitu pada awalnya penutur menanyakan suami Bi Dewi Tomini yang sedang memupuk. Namun, setelah peristiwa tutur berlangsung tiba-tiba terjadi alih kode bahasa Sunda ke bahasa Indonesia pada kalimat Tapi sekarang gak punya TPH. Aduh pusing!!

Data 11

(51)

13 RW 06, pada tanggal 12 Juni 2015, pukul 12:35 WIB.

Participantss Ujang Mulyadi. Berasal dari Garut,

Jawa Barat. Sutisna. Berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Mengenai perbaikan rumah, karena

anak bapak Herman akan berulang tahun.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Ribut (Suara orang yang sedang memperbaiki rumah ).

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Sutisna : Keketrok wae ti tadi Jang di imah si Herman teh. saha nu digawe?

(52)

Glos Lancar : (Memukul-mukul) saja dari tadi mang di rumah si Herman. Siapa yang bekerja?

Ujang Mulyadi: Urang ti Flamboyan tea. Nu digawe teh teu aya dibere

roko-roko acan ieu teh, karunya teuing nu digawe.

Glos Cermat : Orang PREP Flamboyan DET. Yang bekerja PART tidak ada dikasih roko-rokok belum DET PART. Kasihan terlalu yang bekerja.

Glos Lancar : Orang dari Flamboyan itu. Yang bekerja belum ada dikasih rokok-rokok, terlalu kasihan yang bekerja.

Sutisna : Aya acara naon kitu?

Glos Cermat : Ada acara apa begitu?

Glos Lancar : Ada acara apa?

Ujang Mulyadi: Ulang tahun putrana nu alit teh. Si fajar nu katilu.

Hayang acara sisingaan jeung jarang kepang.

Glos Cermat : Ulang tahun anaknya yang kecil PART. Si Fajar yang ketiga.

Ingin acara sisingaan KONJ jarang kepang

Glos Lancar : Ulang tahun anaknya yang kecil. Si Fajar yang ketiga. Ingin acara sisingaan dan jarangkepang.

Sutisna : Mereun engkeuna mah loba nu daratang. Eta aya buahan teu diambil tah (Sambil menunjuk pohon sawit). Tadi manen ditempat siapa

(53)

Glos Cermat : Mungkin nantinya PART banyak yang berdatangan. DET ada buahan tidak diambil

Glos Lancar : Kemungkinan nanti banyak yang berdatangan. Itu buah tidak diambil.

Kedua Participants dapat berbahasa Sunda, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Namun, lebih dominan pada bahasa Sunda karena dilingkungan sekitar rumah menggunakan bahasa Sunda.

Faktor terjadinya alih kode ialah karena pergantian topik pembicaraan, yang awalnya Mang Sutisna bertanya tentang akan ada acara apa di rumah Mang Herman. Kemudian beralih topik pembicaraan, yaitu pada kalimat: Tadi manen

ditempat siapa Jang?

Data 12

Setting and Scene Di depan warung Jl. Baru pada

tanggal 5 Juni 2015, pukul 15:07 WIB

Participants Neneng Astuti. Berasal dari

Karawang, Jawa Barat.

Ends Pada awalnya pembahasan mengenai

(54)

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suasana santai.

Intrumentalities Bahasa lisan

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bu Neneng : Iraha maneh datang? Glos Cermat : Kapan 2TG datang? Glos Lancar : Kapan kamu datang?

Peneliti : Poe salasa kamari bu. Teu ngajar bu? Glos Cermat : Hari selasa kemarin bu. Tidak ngajar bu? Glos Lancar : Hari selasa bu. Tidak ngajar bu?

Bu Neneng : Enggak Din, si bapak mah gering dari pulang manen teh. Glos Cermat : Tidak Din, si bapak PART sakit PREP pulang manen PART Glos Lancar : Tidak Din, si bapak sakit dari pulang manen

Peneliti : Kahujanan bu? Glos Cermat : Kehujanan bu? Glos Lancar : Kehujanan bu?

Bu Neneng : Sumuhun Din. Din kok enggak sama si Enci? Eh Din si Enci nilai

bahasa arabnya turun. Kok bisa gitulah din?

(55)

Peneliti : Nilainya berapa bu? Mamah nya mah kemarin bilang bu kalau Enci pas ujian sakit, jadi ya begitu bu malas belajarnya.

Bu Neneng : Merosot begitu nilainya dari 90 jadi 60 Din. Semangatinlah Din.

Participants Bu Neneng merupakan orang yang tidak hanya dapat

menggunakan bahasa Sunda tetapi dapat menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Sunda Bu Neneng sudah tidak terlalu aktif digunakan, karena di lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah orang Jawa, dan Suaminya pun orang Jawa. Hanya memakai bahasa Sundanya kepada orangtua dan sesama penutur bahasa Sunda saja.

Faktor yang terjadi ialah karena pergantian topik pembicaraan. Pada awalnya peneliti menanyakan mengajar atau tidaknya Ibu Neneng dan kemudian Ibu neneng beralih pembicaraan mengenai nilai si Enci yang merupakan saudara peneliti pada kalimat Din kok enggak sama si Enci? Eh Din si Enci nilai bahasa arabnya

turun. Kok bisa gitulah din?

4.2.4 Ingin Dianggap Terpelajar

Data 13

Setting and Scene Di Belakang rumah Bu esih, pada

tanggal 7 Juni 2015, pukul 14:15 WIB

Participants Esih. Berasal dari Garut, Jawa Barat.

(56)

Ends Membahas mengenai pemakaian Pupuk pada pohon sawit.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suasana santai.

Intrumentalities Bahasa lisan

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Mak Esih : Kamari mah di sawit pupukna pake NPK rada saleheung.

Glos Cermat: Kemarin PART PREP sawit pupuknya pakai NPK agak lumayan.

Glos Lancar: Kemarin di sawit pupuknya pakai NPK sedikit lumayan.

Mang Jaka : Ulah loba dipupuk warna-warna atuh. Ti heula abdi oge ku pupuk NPK Mutiara hargana mahal.

Glos Cermat: Jangan banyak dipupuk macam-macam dong. PREP dulu 1TG juga dengan pupuk NPK mutiara harganya mahal.

Glos Lancar: Jangan banyak dipupuk macam-macam. Dari dulu saya juga dipupuk dengan NPK Mutiara harganya mahal.

(57)

Glos Cermat: Tidak DET PART nomor dua pakainya PART.

Glos Lancar: Tidak ini nomor dua pakainya.

Mang Jaka : Eta teh nomer dua nu alus.

Glos Cermat: DET PART nomor dua yang bagus.

Glos Lancar: Itu nomor dua yang bagus.

Mak Esih: Aya tilu nomer pupukna eta teh?

Glos Cermat:Ada tiga nomor pupuknya DET PART?

Glos Lancar: Ada tiga nomor pupuk itu?

Mang Jaka : Iya. Pupuk yang bagus tuh pakenya Dolamit, Urea, KCL nah tiga

macam itu bagus. Enggak kurang dari tiga ton itu tuh kaplingnya sebulan.

Participants Mang Jaka asli penutur bahasa Sunda dari Bandung dengan

menggunakan bahasa Sunda tetapi dapat juga menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Sunda Mang Jaka begitu sering digunakan dikehidupan sehari-hari, karena di lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah orang Sunda, dan istrinya juga berasal dari Garut. Pada penutur Ibu Esih juga berasal dari Garut Jawa Barat, dapat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.

Faktor yang terjadi ialah karena lawan tutur (Mang Jaka) ingin dianggap sebagai terpelajar karena telah beralih kode pada kalimat : Iya. Pupuk yang bagus

tuh pakenya Dolamit, Urea, KCL nah tiga macam itu bagus. Enggak kurang

dari tiga ton itu tuh kaplingnya sebulan.

(58)

Setting and Scene Di depan rumah Bapak Tarjo pada tanggal 7 Juni 2015, Pukul 17:30 WIB.

Participants Tati . Berasal dari Karawang, Jawa

Barat. Sutarjo. Berasal dari Ciamis, Jawa Barat.

Ends Membahas mengenai ladang pak

Tarjo yang akan diberi tempat saung.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Suasana santai.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

PeristiwaTutur

Bu Tati : Eta teh ditambihan warung kitu pak

Glos Cermat : DET PART ditambahkan warung begitu pak.

Glos Halus : Itu ditambahkan warung begitu pak.

(59)

Glos Cermat : Tidak, nantinya PART kebelakang dikasih gubuk. 1TG PART selalu juga ikut, malam juga, DET bonus PREP Tungal Yunus KONJ Udin, KONJ si Umi.

Glos Lancar : Tidak, nanti kebelakang dikasih gubuk. Saya juga selalu ikut, malam juga. Ini bonus dari Tunggal Yunus sama Udin, sama si Umi.

Bu Tati : Nu penting mah milarian nu gampang pak. Mudah-mudahan yang lancarlah pak, rezekinya banyak terus. Banyakin sedekah. Kalau banyak sedekah pasti rezeki makin banyak begitu pak.

Glos Cermat : Yang penting PART mencari yang mudah pak.

Glos Lancar : Yang penting mencari yang mudah pak.

Participants Bu Tati asli penutur bahasa Sunda dari Karawang Jawa Barat

dapat menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Sunda Mang Jaka begitu sering digunakan dikehidupan sehari-hari, karena di lingkungan rumah sekitar kebanyakan adalah orang Sunda, dan suaminya adalah orang Sunda. Kemudian Bapak Tarjo dapat menggunakan bahasa Sunda, Jawa dan Indonesia.

Faktor yang terjadi ialah karena penutur Bu tati beralih kode karena ingin dianggap terpelajar, seperti pada kalimat: Mudah-mudahan yang lancarlah pak,

rezekinya banyak terus. Banyakin sedekah. Kalau banyak sedekah pasti rezeki

makin banyak begitu pak.

4.2.5 Terpengaruh Lawan Bicara yang Beralih ke Bahasa Indonesia

Data 15

(60)

Rokayah pada tanggal 4 Juni 2015, Pukul 17:00 WIB.

Participants Yayah Rokayah. Berasal dari

Karawang, Jawa Barat. Nunung. Berasal dari Garut, Jawa Barat.

Ends Membahas mengenai ladang Nek

Amin.

Act Squence Bentuk ujaran adalah bahasa

sehari-hari.

Key Suasana santai.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Nunung : Kumaha mang Rahmat bi ngurus ladang nek Amin?

Glos Cermat: Bagaimana mang Rahmat bi ngurus ladang nek Amin?

(61)

Bi Yayah Rokayah : Lamun ti heula mah boga nek Amin hoyong dijual wae 200 mah. Nu urang lain mah nawarkeun hargana tujuh belas atau dalapan belas kitu imah teh. Lamun ayeuna mah Alhamdulillah diuruskeun ka mamang Rahmat teh.

Glos Cermat: Kalau PREP dahulu PART punya Nek Amin ingin dijual aja 200 PART. Yang orang PART menawarkan harganya tujuh belas atau delapan belas begitu rumah PART. Kalau sekarang PART Alhamdulillah PREP uruskan PREP Mamang Rahmat PART.

Glos Lancar: Kalau dari dulu punya nek Amin ingin dijual aja 200. Orang lain menawarkan harganya tujuh belas atau delapan belas rumah. Kalau sekarang Alhamdulillah diuruskan ke mamang Rahmat.

Bi Nunung : Ari eta mah kan upami baheula memang teu aya nu harga sakitu teh.

Glos Cermat: Kalau PREP PART kan kalau dahulu memang tidak ada yang harganya sebegitu PART.

Glos Lancar: kalau dahulu memang tidak ada yang harganya sebegitu.

Bi Yayah Rokayah : Udah pasaran memang bi, kalau ada 200 yang ingin mah

uda untung bi, karena belum ada sertifikat keluar sampai sekarang.

Bi Nunung: mahal kali begitu ya bi, aku kalau banyak duit aku beli itu.

Kedua Participants pada peristiwa tutur di atas merupakan orang yang sama-sama dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

(62)

bi, kalau ada 200 yang ingin mah uda untung bi, karena belum ada sertifikat

keluar sampai sekarang.

Data 16

Setting and Scene Di belakang rumah Ibu Nyai Tuti. Pada

Tanggal 10 Juni 2015, 19:00 WIB.

Participants Rohaeti. Berasal dari Karawang Jawa

Barat. Nyai Tuti. Berasal dari Garut Jawa Barat.

Ends Mengenai gajihan.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Begitu santai.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Rohaeti: Iraha Gajihanna ?

Glos Cermat: Kapan Gajihannya?

Glos Lancar: Kapan Gajihannya?

(63)

Glos Cermat: kemarin malam sabtu.

Glos Lancar: Malam sabtu kemarin.

Bi Rohaeti: Gajihannana oh kitu. Eh sugan teh poe kemis

Glos Cermat: Gajihannya oh begitu. Eh kirain PART hari kamis.

Glos Lancar: oh begitu gajihannya. Kirain hari kamis.

Bi Nyai Tuti: Eta ge jumaah sore. Ieu teh ngadadak kitu gajihannana. Kan aturan isukannya tanggal 13. Cuma kan nanti ingin dimajukan paling tanggal 12 an.

Glos Cermat: Itu juga jumat sore. DET PART mendadak begitu gajihannya. Kan aturannya besoknya tanggal 13, Cuma kan nanti ingin dimajukan paling tanggal 12 an.

Glos Lancar: Itupun jumat sore. Kita ini mendadak begitu gajihannya, seharusnya tanggal 13, tetapi nanti ingin dimajukan paling tanggal 12an .

Bi Rohaeti: Mungkin karena ingin puasa itu bi. Jadi dipercepat.

Kedua Participants pada peristiwa tutur di atas merupakan orang yang sama-sama dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor yang terjadi ialah karena terpengaruh oleh lawan bicara (Bi Nyai Tuti) yang beralih dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yaitu pada kalimat: Cuma kan

nanti ingin dimajukan paling tanggal 12 an.

Data 17

(64)

pada tanggal 10 Juni 2015, pukul 15:15 WIB

Participantss Fatimah. Berasal dari Karawang, Jawa

Barat. Nunung Hasanah. Berasal dari Garut Jawa Barat.

Ends Mengenai penghitungan uang arisan.

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Santai, dan ramai ibu-ibu rumah

tangga.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal

Peristiwa Tutur

Bu Fatimah: Sabaraha ieu (sambil menunjuk uang)? Sadalapan ratus?

Glos Cermat: Berapa DET ? 800?

Glos Lancar: Ini berapa? 800?

Bi Nunung: Sajuta mereun

(65)

Glos Lancar: Mungkin sejuta

Bu Fatimah: Dalapan mah ti bi Yati. Aya goreng hiji ieu acisna, teu ditingali dulu atuh.

Glos Cermat: Delapan PART PREP bi Yati. Ada jelek satu DET uangnya, tidak dilihat dulu dong.

Glos Lancar: Delapan dari bi Yati. Uangnya ada yang jelek satu, tidak dilihat dulu.

Bi Nunung: Biarin ajalah bi, ingin dibagikan juga.

Bu Fatimah: Entar gak lakulah duitnya bu. Eh tapi kalau duit 100 mah laku terus.

Kedua participants hanya dapat menguasai bahasa Sunda dan bahasa

Indonesia. Adapun faktor terjadinya alih kode karena terpengaruh oleh lawan bicara (Bi Nunung) yang beralih dari bahasa Sunda ke bahasa Indonesia yaitu pada kalimat:

Biarin ajalah bi, ingin dibagikan juga, dan kemudian penutur (Bu Fatimah)

menggunakan bahasa Indonesia.

Data 18

Setting and Scene Tanggal 7 Juni 2015 di depan rumah

Bapak Aceng. Pukul 10:00 WIB pada saat pak aceng sedang membuat tiang lampu.

Participants Rokana. Ahmad / Aceng. Berasal dari

(66)

Ends Mengenai tiang lampu

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bi Rokana : Ieu kunaon?, lampuna putus apa kumaha di payun?

Glos Cermat : DET kenapa?, lampunya putus apa bagaimana di depan?

Glos Lancar : Ini kenapa?, lampunya putus bagaimana di depan?

Pak Aceng : Ieu anyar ieu teh ti kelompok masihan tihang

Glos Cermat : DET baru DET PART PREP kelompok memberi tiang.

Glos Lancar : Ini baru dari kelompok memberi tiang.

Bi Rokana : Keuna sabaraha ieu pak?

Glos cermat : Kena berapa DET pak?

Glos Lancar : Terkena berapa pak?

(67)

Glos Cermat : 60 PART tiangnya aja.

Glos Lancar : 60 tiangnya saja.

Bi Rokana : Murah kitu pak. Eta teh kabehna diberean pak?

Glos Cermat : Murah begitu pak. DET PART semuanya dikasih pak?

Glos Lancar : Murah begitu pk. Semuanya dikasih pak?

Pak Aceng : Tadi kata pak kadus semuanya. Ya entah nanti dikasih apa

enggak.

Bi Rokana : Mudah-mudahan lah pak, biar terang semua jalan.

Participants Bi Rokana merupakan asli penutur bahasa Sunda Berasal dari

Karawang, Jawa Barat. Sama halnya dengan Bi Rokana, bapak Aceng juga berasal dari Karawang, Jawa Barat. Keduanya hanya dapat berbahasa Sunda dan bahasa Indonesia saja.

Faktor terjadi alih kode ialah karena terpengaruh lawan bicara (Bapak Aceng) yang beralih ke bahasa Indonesia yaitu pada kalimat Tadi kata pak kadus

semuanya. Ya entah nanti dikasih apa enggak, dan kemudian Bi Rokana juga

menggunakan bahasa Indonesia.

Data 19

Setting and Scene Pada tanggal 11 Juni 2015, pukul

(68)

Hikmah Jaya.

Participants Nasrudin. Berasal dari Indramayu,

Jawa Barat. Rosidah. Berasal dari Cirebon Jawa Barat.

Ends Mengenai uang pinjaman

Act Squence Percakapan sehari-hari.

Key Santai dan akrab.

Intrumentalities Bahasa lisan.

Norm Of Interaction and

interpretation

Terjadi norma interaksi antara penutur dan lawan tutur.

Genre Percakapan menggunakan kalimat

informal.

Peristiwa Tutur

Bu Ros : Saya mah saentena nginjeum, upami tiasa pere eta tiasa henteu pak ngaliwat hiji atau dua henteu pak, dipinjeumkeun heula kitu pak.

Glos Cermat: Saya PART seenggaknya pinjam, Kalau dapat libur DET dapat tidak pak ngelewati satu atau dua tidak pak, dipinjamkan dulu begitu pak.

Referensi

Dokumen terkait

Lastly, 3D model allows more semantic annotations to be presented, it The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences,

bagi para sopir/juru mudi untuk peningkatan keselamatan penumpang.. 1

The Location of Semantic Reference is aggregated by the Semantic Reference Object, which is realized by the Semantic Absolute Location with information of a Semantic

-KANTOR PERPUSTAKAAN DAN

The first method detects the beacon frames send out by mobile devices, laptops and other Wi-Fi enabled devices in range using Libelium Meshlium Xtreme monitors

Output : Terlaksananya Kegiatan perjalanan dinas dalam rangka CPCL, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan peningkatan Produksi pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

For dense reconstruction semi-global matching is used and it is shown in section 5 how redundant stereo information can be used to automatically filter matching errors and

Input : Jumlah Dana Kantor BPMPDK 5.000.000,00 -. Output : Penyediaan