• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN KETOROLAC PADA PASIEN CLOSED FRACTURE (FRAKTUR TERTUTUP) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN KETOROLAC PADA PASIEN CLOSED FRACTURE (FRAKTUR TERTUTUP) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

VENNY ARYANDINI RAHAYU

STUDI PENGGUNAAN KETOROLAC PADA

PASIEN

CLOSED FRACTURE

(

FRAKTUR TERTUTUP)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul STUDI PENGGUNAAN KETOROLAC PADA PASIEN CLOSED FRACTURE (FRAKTUR TERTUTUP) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo).

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi. Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peranan pembimbing dan bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan hidayah kepada umatnya beserta Rasulullah SAW yang menuntun kita ke jalan yang lurus.

2. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S. Kep, M. Kep., Sp. Kom. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Drs. Didik Hasmono, Apt.,MS dan ibu Hidajah Rachmawati, S.SI, Apt, Sp.FRS selaku dosen pembimbing selama menempuh skripsi yang telah banyak memberikan masukan ilmu, waktu serta memberikan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra.Lilik Yusetyani, Apt.,Sp. FRS dan Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan demi kesempurnaan pada skripsi ini.

(5)

v

7. Kedua orang tua tercinta, dan keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta dorongan moril dan materi yang tidak pernah terhitung. 8. Desy Norwahyu Safitri dan Ratna Endah yang tidak henti-hentinya bawel

selalu memberikan semangat kepada penulis, mendengarkan keluhan-keluhan selama ini. Fifi Sofia Laurien yang sudah mau berjuang bersama-sama disaat penelitan hingga sidang akhir.

9. Teman-temanku Reza, intun, dwi, afa, Christy, resta, kiko terima kasih atas support dan kenangannya selama di Malang.

10.Teman-teman seperjuangan dari awal masuk kuliah FARMASI E sampai sekarang dan teman-teman FARMASI angkatan 2012.

11.Dan semua teman-teman atau pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat bermanfaat untuk penelitian berikutnya.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, Juli 2016 Penulis

(6)

vi

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN KETOROLAC PADA PASIEN CLOSED

FRACTURE

(FRAKTUR TERTUTUP)

(Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo)

(7)

vii

digunakan untuk mengurangi nyeri pasca operasi patah tulang atau cedera otot, AINS non selektif seperti ketorolac merupakan analgesik poten dengan efek anti-inflamasi sedang. Obat ini paling sering diberikan secara intramuscular atau intravena, tetapi juga tersedia bentuk dosis oral.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional karena pada penelitian ini tidak diberikan perlakuan kepada sampel, penelitian dilakukan secara deskriptif dan pengumpulan data sampel dilakukan retrospektif (penelitian yang di lakukan berhubungan dengan pengalaman terdahulu atau meninjau kebelakang). Kriteria inklusi merupakan pasien yang di diagnosa mengalami closed fracture yang dirawat di instalasi rawat inap dan instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo yang mendapatkan terapi ketorolac serta memiliki data Rekam Medik Kesehatan (RMK) lengkap terkait dengan terapi yang diberikan periode Januari 2015 sampai Desember 2015.

Hasil penelitian didapatkan 20 RMK yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu 55% berjenis kelamin laki-laki dengan usia pasien 30 tahun (20%), dan 45% berjenis kelamin perempuan. Penyebab terjadinya closed fracture paling banyak karena kecelakaan (60%). Status pasien saat MRS BPJS (70%). Penggunaan analgesik ketorolac tunggal paling banyak digunakan sebanyak 17 pasien (85%). Penggunaan ketorolac dengan dosis tungal 3x30 mg IV merupakan terapi yang diberikan pada pasien closed fracture sebanyak 17 pasien (85%), sedangkan pasien closed fracture

(8)

x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGUJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. 1 Latar Belakang ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 4

1. 3 Tujuan Penelitian ... 5

1. 4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Fraktur ... 6

2.1.1 Epidemologi Fraktur ... 6

2.1.2 Definisi Fraktur ... 7

2.1.3 Etiologi Closed Fracture ... 7

(9)

xi

2.1.4.1 Klasifikasi fraktur menurut Fracture Classifications In Orthopaedics . 8

2.1.4.2 Berdasarkan Sudut Patahan Pada Tulang ... 9

2.1.4.3 klasifikasi open fracture dan closed fracture ... 10

2.1.5 Manifestasi klinis Closed Fracture ... 12

2.1.6 Patofisiologi Closed Fracture ... 13

2.1.7 Komplikasi Closed Fracture ... 16

2.1.7.1 Syok ... 16

2.1.7.2 Fat Emboli ... 16

2.1.7.3 Sindrom kompartemen ... 17

2.1.7.4 Non-union ... 17

2.1.7.5 Malunion ... 17

2.1.7.6 Nekrosis vascular ... 18

2.1.7.7 Osteomyelitis ... 18

2.1.8 Tanda dan Gejala Closed Fracture ... 18

2.1.8. 1 Nyeri ... 18

2.1.9 Penatalaksanaan fraktur ... 22

2.1.9.1 Penatalaksanaan Open Fracture (fraktur terbuka) ... 22

2.1.9.2 Penatalaksanaan Closed Fracture (fraktur tertutup) ... 22

2.2 Tinjauan Analgesik ... 24

2.2.1 Analgetik Opioid ... 24

2.2.2 Analgesik non-opioid ... 25

2.2.2.1 Klasifikasi obat anti inflamasi nonsteroid ... 25

2.2.2.2 Mekanisme kerja obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) ... 26

(10)

xii

2.3 Ketorolac pada kasus Closed Fracture ... 29

2.3.1 Struktur Kimia Ketorolac ... 30

2.3.2 Dosis Obat Ketorolac ... 30

2.3.3 Efek Samping Obat Ketorolac ... 31

2.3.4 Farmakokinetik Obat Ketorolac ... 32

2.3.5 Farmakodinamik Obat Ketorolac ... 32

2.3.6 Sediaan obat ketorolac dipasaran ... 33

2.3.7 Penggunaan ketorolac pada closed fracture ... 36

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN ... 40

4.1 Rancangan Penelitian ... 40

4.2 Populasi dan Sampel ... 40

4.2.1 Populasi ... 40

4.2.2 Sampel ... 40

4.2.3 Kriteria Data Inklusi ... 40

4.3 Bahan penelitian ... 41

4.4 Instrumen Penelitian ... 41

4.5 Tempat dan Waktu penelitian ... 41

4.6 Definisi Operasional ... 41

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 42

4.8 Analisa Data ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN ... 44

5. 1 Jumlah sampel penelitian ... 44

(11)

xiii

5.2.1 Jenis kelamin ... 45

5.2.2 Usia Pasien ... 45

5.2.3 Status Pembiayaan Pasien closed fracture. ... 46

5. 3 Klasifikasi derajat nyeri pasien closed fracture di RSUD Sidoarjo. ... 47

5. 4 Penyebab Pasien Terdiagnosa Closed Fracture ... 47

5. 5 Profil Penggunaan Terapi Ketorolac Closed Fracture (Fraktur Tertutup) ... 48

5. 5. 1 Profil penggunaan ketorolac pada pasien closed fracture ... 48

5. 5. 2 Terapi tunggal ketorolac pada pasien closed fracture. ... 48

5. 5. 3 Profil penggunaan terapi ketorolac yang dikombinasi. ... 49

5. 5. 4 Profil terapi ketorolac yang di switch ... 49

5. 5. 5 Profil terapi lain pada pasien closed fracture (fraktur tertutup). ... 50

5.6 Lama terapi ketorolac pada pasien closed fracture ... 51

5. 7 Lama Rawat Inap Pasien Closed Fracture (patah tulang tertutup). ... 52

BAB VI PEMBAHASAN ... 53

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

7.1 Kesimpulan ... 60

7.2 Saran ... 60

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Berdasarkan Letak Anatomi ... 9

Gambar 2. 2 Skema patofisiologi closed fracture ... 15

Gambar 2. 3 pengukuran skala nyeri... 21

Gambar 2. 4 Skala Wajah Whaley Dan Wong ... 21

Gambar 2. 5 struktur kimia asam mefenamat (siswandono, 2008) ... 27

Gambar 2. 6 struktur kimia meloxicam (siswandono, 2008) ... 27

Gambar 2. 7 struktur kimia diklofenac ( siswandono, 2008) ... 28

Gambar 2. 8 struktur kimia tramadol (siswandono, 2008)... 29

Gambar 2. 9 Rumus molekul ketorolac (Sagent Pharmaceutical, 2014). ... 30

Gambar 2. 10 Farmakodinamik Obat Ketorolac ... 33

Gambar 5. 1 Skema jumlah sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi…….44

Gambar 5. 2 Persentase jenis kelamin pasien closed fracture di RSUD Sidoarjo ... 45

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Klasifikasi Closed Fracture ... 9

Tabel 2. 2 klasifikasi open fracture dan closed fracture ... 11

Tabel 2. 3 Farmakokinetik obat ketorolac... 32

Tabel 2. 4 Tabel sediaan obat ketorolac dipasaran. ... 34

Tabel 3.1 Kerangka konseptual penggunaan analgesik pasien Closed Fracture ... 38

Tabel 3. 2 kerangka konseptual ... 39

Tabel V. 1 Persentase usia pasien closed fracture di RSUD Sidoarjo....………46

Tabel V. 2 Persentase derajat nyeri pasien closed fracture di RSUD Sidoarjo. ... 47

Tabel V. 3 Persentase Penyebab Pasien Terdiagnosa Closed Fracture ... 47

Tabel V. 4 Penggunaan Analgesik Pada Pasien Closed Fracture ... 48

Tabel V. 5 terapi tunggal ketorolac pada pasien closed fracture. ... 48

Tabel V. 6 profil analgesik ketorolac tunggal yang dikombinasi. ... 49

Tabel V. 7 Profil terapi ketorolac yang di switch... 49

Tabel V. 8 Terapi farmakologi lain pada pasien closed fracture ... 50

Tabel V. 9 Lama terapi Ketorolac Pasien Closed Fracture (patah tulang tertutup) ... 51

(14)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Curriculum Vitae ... 66

Lampiran 2 Surat Pernyataan ... 67

Lampiran 3 Daftar Nilai Normal Laboratorium ... 68

Lampiran 4 Lembar Pengumpulan Data Pasien Closed Fracture ... 70

(15)

61

Daftar Pustaka

Adli, M., et al. 2015. Perbandingan Parasetamol dengan Ketorolak Intravena Sebagai Analgesia Pre-emtif terhadap Skala Nyeri Pascabedah Labioplasti pada Pasien Pediatrik. J. Anastesi Perioperatif., Vol. 3 No. 2, pp. 81-85.

Aronson. J.K., 2010. Meyler’s Side Effects of Analgesics and Anti-inflammatory Drugs. USA: Elsevier B.V.

Asrizal., R. Aditya., 2014. CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE FEMUR DEXTRA. Lampung, J. Medula., Vol. 2 No. 3, pp. 94-99.

Berry. S. D., Miller. R., 2009. Falls: Epidemiology, Pathophysiology, and Relatio ship to Fracture. J. Curr. Osteoporos., Vol. 6 No. 4, pp. 149 – 154.

Callaghan, J.J., 2011. Orthopaedic Knowledge Update 10. USA: American Academy of Orthopaedic Surgeons.

Chaddha. R., 2012. Salmon Calcitonin: Mechanism of Analgesic Effect in Osteoporotic Bone Pain. J. Medical. Gazette, pp. 446-449.

Chandra, chrysario., heedy, Tjitrosantoso., Astuty, L, Widya. 2016. Studi Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien Cedera Kepala (Concussion) Di RSUP prof. Dr. D. Kandou manado periode januari-desember 2014. Pharmacon, J. ilmiah farmasi., vol. 5 No. 2, pp. 198-202.

Chila. A.G., 2011. FOUNDATIONS OF OSTEOPATHIC MEDICINE Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins, EST.

(16)

62

Dewo, P., et al. 2014. The Decrease of Pain Severity among Patients with Isolated Closed Fractures of Extremity and Clavicle in Emergency Department. J. Pain. Relief., Vol. 3 No. 4, pp. 1-4.

Dimmen, Sigbjørn., 2011. Effects of cox inhibitors on Bone and Tendon Healing. (Thesis) Acta Orthopaedica Supplementum No.342, Vol. 82, Oslo Hospital University, pp. 1-22.

Duckworth, T., Blundell. C.M., 2010. Lecture Notes Orthopaedics and Fractures Fourth edition. UK: John Wiley & Sons Ltd. pp, 44 – 56.

Egol, K.A., Strauss, E.J., 2012. Emergency Room Orthopaedic Procedures An Illustrative Guide for the House Officer. Jaypee Brothers Medical Publishers. Elsevier., Principles of Fracture Treatment. http://www.us.elsevierhealth.com.

Diakses tanggal 14 desember 2015.

Fajarini, Ayu Y.S., kumaat, lucky., Laihad, Mordekhai. 2012. Perbandingan efektivitas tramadol dengan kombinasi tramadol + ketorolac pada penanganan nyeri. J. e-Clinic.

Ferdinand. J., Brahmi. N. H., Sasongko. H., 2014. Comparison on The Changes on Proxymal Tubuli Renal Histopatology of Wistar Rats After Given Ketorolac and Parecoxib Intramuscular. J. Anastesiologi. Indonesia., Vol. 6 No. 2, pp. 126 – 136.

Gita. M., 2007. Pola Penggunaan Analgesik pada Pasien Closed dan Opened Fraktur yang Menjalani Bedah Ortopedi dan Rawat Inap di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan Periode Januari 2006-Januari 2007. Balikpapan : Tesis Program Pascasarjana.

(17)

63

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23993224, Diakses tanggal 30 januari 2016. 5 Helni., 2014. Dosis Obat dan Macam-macam Dosis Obat.

http://www.willim.files.wordpress.com/2014/03/dosis-obat.pdf. Diakses tanggal 13 februari 2016.

Ibraheem. G. H., 2013. FRACTURE CLASSIFICATIONS IN ORTHOPAEDICS. Surgery resident, UITH.

Katzung. B.G., 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kirk. K.J., O’shea. J., Ruhf. L.K., 2010. ATLAS of PATHOPHYSIOLOGY THIRD EDITION. Lippincott Williams & Wilkins.

Marshall. S. A., Ruedy. J., 2011. PRINCIPLES AND PROTOCOLS FIFTH EDITION. Canada : Saunders, an imprint of Elsevier Inc, pp. 221 – 222. McEvoy, G.K., 2008. AHFS : Drug Information Book. United State of America :

American Society of Health System Pharmacist.

McRae. R., Esser. M., 2008. Practical Fracture Treatment Fifth Edition. USA: Elsevier Limited.

Oliveira GS, De., Aqarwal, D., Benzon, HT., 2012. Oliveira GS, De., 2012. Perioperative single dose ketorolac to prevent postoperative pain: a meta-analysis of randomized trials. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21965355. Diakses tanggal 15 mei 2016.

Parahita. P. S., Kurniyanta. P ., Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Pada Cedera Fraktur Ekstrimitas. Denpasar : Ilmu Anastesi dan Terapi Intensif, pp. 1 -18. Permata., A. Veryne., 2014. PENGGUNAAN ANALGESIK PASCA OPERASI

(18)

64

Pramudianto. A., Evaria., 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 11. UBM Medica Asia Pte, Ltd.

Riyadi. H., 2014. Perbedaan Pengaruh Dexamethason dan Ketorolac Terhadap Kadar Neutrofil Pada Pasien Pascaincisi. Surakarta : Tesis Program Pascasarjana.

Rospond, R.M., 2008. Pemeriksaan dan Penilaian Nyeri, terjemahan D. Lyrawai. https://lyrawati.file.wordpress.com/2008/07/pemeriksaan-dan-penilaian-nyeri.pdf. Diakses tanggal 28 november 2015.

Sadek, Zamel FRCS., 2013. FRACTURE CLASSIFICATIONS IN ORTHOPAEDICS. Awolaran On. T: University of llorin Hospital, Nigeria. Sagent., Schaumburg. I. L., 2014. Ketorolac Tromethamine Injection, USP. USA :

Sagent Pharmaceuticals, Inc.

Siswandono,B.S.,2008. Kimia Medisinal, Edisi 2, Surabaya: Airlangga University press, hal, 283.

Smeltzer, Suzanne C., Brenda G. Bare., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1, Jakarta : Buku Kedokteran ECG.

Solomon, L., David, W., Selvadurai, N., 2010. Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures Ninth Edition , UK: Hodder Arnold, an imprint of Hodder Education, an Hachette UK company,p.687. Electronic version

Spreng, U.J., 2011. Prevention of Postoperative Pain. Oslo: Thesis for the degree Ph.D. Faculty of Medicine University of Oslo.

Sulistyowati, Ratri., 2009. Perbedaan Pengaruh Pemberian Ketorolac dan Dekstropen sebagai Analgesik Pasca Bedah Terhadap Agregasi Trombosit. Semarang :

(19)

65

Syaiful, Yuanita., Rachmawan, S. Hendro., 2014. Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam Dan Distraksi Baca Menurunkan Nyeri Pasca Operasi Pasien Fraktur Femur.

J. of ners community., Vol. 5 No. 2.

Trevor, A.J., Katzung, B.G., Kruidering-Hall, M., Masters, S.B., 2013. Pharmacology Examination & Board Review Tenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Wartawan, I. Wayan., 2012. ANALISIS LAMA HARI RAWAT PASIEN YANG MENJALANI PEMBEDAHAN DI RUANG RAWAT INAP BEDAH KELAS III RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2011. Depok : Tesis program pascasarjana.

Wattie, A. Ezra., Monoarfa, Alwin., Limpeleh P. Hilman., profil fraktur diafisis femur periode Januari 2013-Desember 2014 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. J. e-Clinic., Vol. 4 No. 1., pp. 157-162.

WHO.,2013. Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara tahun 2013 : world Health Organization,p. 1-8.

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology, 2010). Kerusakan yang terjadi pada kontinuitas tulang disebut dengan fraktur, kerusakan tulang yang besar disebabkan oleh adanya tekanan dari luar yang parah (Duckworth, 2010).

Istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis fraktur (pata tulang) antara lain fraktur komplit yaitu fraktur yang mengenai suatu tulang secara keseluruhan, fraktur inkomplit merupakan fraktur yang meluas secara parsial pada suatu tulang (Apley’s & Solomon, 2010). Fraktur sederhana (tertutup) merupakan fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit dan fraktur compound (terbuka) merupakan fraktur yang menyebabkan robeknya kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi (Michelle, 2012).

Data WHO pada tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat kurang lebih 67% korban kecelakaan lalu lintas dialami oleh masyarakat yang memiliki rata- rata usia produktif, yaitu 22-50 tahun. Selain itu, terdapat sekitar 400.000 korban meninggal dunia dibawah usia 25 tahun. Menurut data Badan Intelejen Negara pada tahun 2013, kecelakaan lalu lintas di Indonesia oleh badan kesehatan dunia (WHO) disebutkan termasuk dalam kategori pembunuh terbesar ketiga setelah penyakit jantung koroner dan penyakit menular tuberculosis (WHO, 2011). Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (Dwi et al, 2015).

(21)

2

khususnya sepeda motor berdasarkan data KORLANTAS POLRI tahun 2011-2013 yakni sebesar 52,2% (Dwi et al., 2015).

Patah tulang (fraktur) yang disebabkan oleh kecelakaan transportasi atau kecelakaan kerja seperti terjatuh menurut Elizabeth J.Corwin dapat menyebabkan adanya patah tulang traumatik dan cedera jaringan lunak yang biasanya disertai nyeri. Kerusakan pada jaringan akan mengaktifkan mediator inflamasi seperti peptida (bradikinin), neurotransmitter (serotonin dan ATP), dan prostaglandin. Pelepasan prostaglandin yang meningkat pada sel-sel mati di daerah fraktur akan mengalami peradangan atau inflamasi, dengan adanya inflamasi proses pengahambatan penyembuhan tulang menjadi terhambat (Dimmen, 2010). Selain itu mediator inflamasi akan berinteraksi dengan reseptor dan saluran ion pada ujung-ujung saraf sensorik (nosiseptor perifer) tersebut akan menghantarkan impuls nyeri ke otak (Spreng, 2011). Setelah patah tulang dapat timbul spasme otot yang menambah rasa nyeri. Pada kondisi fraktur stres, nyeri biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas dan menghilang pada saat istirahat. Fraktur patologis biasanya tidak disertai rasa nyeri. Pada pasien yang mengalami fraktur akan tampak jelas posisi tulang yang tidak alami, pergeseran fraktur menyebabkan deformitas atau perubahan tempat pada awalnya. Pada pasien yang mengalami kondisi fraktur (patah tulang), bila dilakukan pemeriksaan dengan meraba pada bagian fraktur maka terdapat krepitus (suara gemeretak) yang diakibatkan adanya pergeseran ujung-ujung patahan atau gesekan antara fragmen satu dengan fagmen yang lain. Selain itu, dapat terjadi gangguan sensasi atau dapat menyebabkan rasa kesemutan, yang mengisyaratkan adanya kerusakan saraf. Denyut nadi pada bagian distal fraktur harus tetap utuh, hilangnya denyut nadi disebelah distal menggambarkan kondisi syok kompartemen. Sehingga terjadi pembengkakan disekitar daerah fraktur dan akan disertai proses peradangan (perubahan warna) yang menunjukkan adanya trauma dan perdarahan sekitar fraktur. Tanda ini biasanya terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah terjadi cidera (Smelzter & Bare, 2002).

(22)

3

sejajarannya dan rotasi anatomis. Metode reduksi fraktur dibagi menjadi reduksi tertutup dan reduksi terbuka, pada reduksi fraktur tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan). Setelah fraktur direduksi kemudian di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Tahap selanjutnya mempertahankan dan mengembalikan fungsi, reduksi dan imobilisasi (Duckworth, 2010).

Terputusnya ujung-ujung syaraf sensoris akibat terjadinya patah tulang dapat menyebabkan nyeri sehingga untuk mengurangi rasa nyeri diperlukan penatalaksanaan secara farmakologi dengan pemberian obat anti nyeri (Handoko et al., 2011). Penggunaan opioid merupakan gold standar untuk pengelolaan nyeri berat, namun dihubungkan dengan efek samping maka penggunaan analgesik NSAID banyak digunakan (Ali, 2013). Penanganan nyeri pada fraktur dapat diberikan terapi obat seperti non-steroid anti inflamasi (NSAID) dan golongan opioid (Chaddha, 2012).

Obat anti inflamasi non steroid (AINS) umumnya digunakan untuk mengatasi nyeri dan meredakan inflamasi yang disebabkan oleh fraktur. AINS menghambat biosintesis prostaglandin yang terbentuk akibat kerusakan jaringan, serta menghambat enzim siklooksigenase (COX) yang dikenal dalam dua bentuk yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 ditemukan di semua jaringan yang berperan dalam proses hemostatik, sitoprotektif dan pengaturan regulasi mukosa saluran pencernaan dan tidak banyak berperan dalam proses inflamasi. COX-2 memproduksi PG (prostaglandin) yang merangsang sitokin dan terlibat dalam proses inflamasi jaringan dan nyeri. (Handoko et al., 2011).

(23)

4

oral. Ketorolac IM sebagai analgesik pasca bedah memberikan efek sebanding morfin atau meperidin pada dosis umum, masa kerjanya lebih panjang dan efek sampingnya lebih ringan (Katzung, 2010). Untuk pemberian pada pasien usia dibawah 65 tahun diberikan dosis 30 mg IM atau IV setiap 6 jam (dosis maksimum adalah 120 mg per hari) selama 5 hari. Untuk pasien dengan usia > 65 tahun, atau dengan gangguan fungsi ginjal dosis yang digunakan adalah 15 mg IV atau 30 mg IM, diikuti dengan 15 mg IM atau IV setiap 6 jam (dosis maksimum adalah 60 mg per hari) (Ferdinand, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewo et al tentang terapi kombinasi pada proses imobilisasi dengan diberikan terapi injeksi ketorolac memberikan hasil pada 61 subyek closed fracture dengan tingkat keparahan nyeri diekstermitas. Hasil penelitian menyebutkan bahwa imobilisasi yang diberikan dengan terapi injeksi ketorolac dapat digunkan sebagai manajemen pada kasus fraktur tertutup (Closed fracture) (Dewo et al., 2014). Penelitian yang dilakukan dengan judul

“perioperative single dose ketorolac to prevent postoperative pain” memberikan hasil pada subjek yang mendapatkan terapi ketorolac secara sistemik dengan dosis tunggal ketorolac menunjukkan efektiftas untuk mengurangi rasa nyeri pasca pembedahan. Ketorolac sebagai analgesik yang efektif pasca operasi juga disertai dengan pengurangan mual dan muntah pasca operasi. Pemberian ketorolac dengan dosis 60 mg memberikan efektifitas yang lebih signifikan dibandingkan pemberian ketorolac dengan dosis 30 mg pada tingkat nyeri yang dirasakan pasien pasca operasi (Oliveira, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan ketorolac yang telah direkomendasikan berdasarkan guideline untuk penanganan nyeri, sehingga diharapkan dapat mencapai efek teraupetik yang maksimal dan pasien dapat terpantau dengan lebih mendalam.

1. 2 Rumusan Masalah

(24)

5

1. 3 Tujuan Penelitian Tujuan umum :

Memahami pola penggunaan analgesik ketorolac pada pasien fraktur tertutup (closed fracture) yang menjalani terapi diRumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.

Tujuan khusus :

Memahami pola penggunaan ketorolac pada pasien closed fracture rawat inap terkait dengan rute pemberian, dosis, interval, dan lama terapi yang dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik pasien.

1. 4 Manfaat Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

1 Halaman broken link dimodifikasi (cek dengan mengetik http://depkes.go.id/error) agar menampilkan pemberitahuan kepada pengunjung kesalahan mereka sekaligus disediakan

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu Mulyana 2004:180 Teknik wawancara yang dilakukan bertujuan

Fraksi larut air ekstrak etanolik pisang kapas dosis 0,25 g/kgBB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus yang dibebani glukosa sebesar 22,28 ± 0,76 % dengan senyawa

Dalam hukum Islam, baik otoritas wahyu dan kesaksian ahli bukanlah se- suatu yang harus ditel1ma begitu saja. Kesaksian ahli harus disikapi secara klitis, sementara otoritas

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pengelolahan limah medis padat dan cair serta untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan

Kondisi optimal proses (variasi IV) dilakukan tanpa pemurnian awal dan delignifikasi dengan hasil uji: derajat substitusi (DS) 0,55, viskositas 1750 cps pada

Berdasarkan hasil pengkelompokan nilai tengah peubah respon intensitas serangan penyakit, nomor somaklon jahe yang termasuk pada kelompok B lebih diprioritaskan terpilih

Peranan LPTK sebagai lembaga penyelenggara program pendidikan bagi calon guru yang pada akhirnya diharapkan mewujudkan guru yang profesional mendapat tantangan, betapa tidak dengan