`PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN SELULOSA ASETAT DARI ALANG-ALANG
DENGAN KAPASITAS 75.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sidang Sarjana Teknik Kimia
Disusun Oleh :
JOHAN EVANDER SIRAIT
120425007
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA EKSTENSI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat Dari Alang - Alang Dengan Kapasitas 75.000 Ton/Tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai syarat untuk kelulusan dalam sidang sarjana.
Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir.Renita Manurung, MT sebagai Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan selama menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Bapak Mhd. Hendra S.Ginting, ST.MT, selaku Koordinator Tugas Akhir yang
telah banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada Penulis selama menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani studi.
4. Orang tua Penulis Arnold Sirait dan Osti Manurung, yang selalu mendoakan dan mendukung Penulis dalam melaksanakan studi dalam proses pengerjaan skripsi ini, begitu juga dengan abang dan kakak yang selalu memberikan semangat kepada Penulis.
5. Teman-teman angkatan 2011,2012 dan 2013 ekstensi Teknik Kimia yang memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis.
6. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2015
Penulis,
INTISARI
Pabrik Selulosa Asetat dari Alang-alang ini direncanakan akan berproduksi dengan kapasitas 75.000 ton/tahun dan beroperasi selama 330 hari dalam setahun. Pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan juga membuka peluang ekspor. Lokasi pabrik yang direncanakan adalah di daerah kota Bontang Kalimantan Timur, Provinsi Samarinda, dengan luas tanah yang dibutuhkan sebesar 16.450 m2. Adapun pemilihan lokasi di kota Bontang , Kalimantan Timur karena dekat dengan sumber bahan baku, dekat dengan pelabuhan dan merupakan daerah lalu lintas perdagangan, baik dalam maupun luar negeri. Bentuk badan usaha yang direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) yang dikepalai oleh seorang Dewan Komisaris dengan jumlah total tenaga kerja 139 orang. Adapun bentuk organisasi dari pabrik ini adalah organisasi garis dan staff.
Hasil analisa terhadap aspek ekonomi pabrik selulosa asetat, adalah:
Total Modal Investasi : Rp
3.940.901.134.785,- Biaya Produksi : Rp
6.688.652.319.521,- Hasil Penjualan : Rp
8.469.355.987.923,- Laba Bersih : Rp
885.900.075.030,- Profit Margin : 20,92 %
Break Even Point : 20,61 %
Return on Investment : 22,48 %
Pay Out Time : 4,45 tahun
Return on Network : 37,47 %
Internal Rate of Return : 34,25
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR... i
INTISARI... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN...I-1 1.1 Latar Belakang ...I-1 1.2 Perumusan Masalah ...I-2 1.3 Tujuan ...I-3 1.4 Manfaat ...I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... II-1 2.1 Selulosa Asetat... II-1 2.1.1 Kegunaan Selulosa Asetat... II-1 2.1.2 Sifat fisik dan kimia selulosa asetat ... II-1 2.2 Selulosa ... II-2 2.2.1 Sifat-Sifat Selulosa... II-3 2.2.2 Sumber-Sumber Selulosa ... II-3 2.3 Alang-alang ... II-4 2.4 Proses Pembuatan Selulosa Asetat... II-5 2.5 Pemilihan proses ... II-5 2.6 Deskripsi Proses... II-6 2.6.1 Proses Pembentukan Pulp dari Alang – alang...II-6 2.6.2 Proses Pengubahan Pulp Menjadi Selulosa Asetat dengan
BAB III NERACA MASSA... ...III-1 3.1 Neraca Massa Pada Digester (T-101) ... III-2 3.2 Neraca Massa Pada Storage tank(ST)... III-2 3.3 Neraca Massa Pada Rotary Washer I(RW-101) ... III-2 3.4 Neraca Massa Pada Tangki Bleaching (T-102) ... III-3 3.5 Neraca Massa Pada Rotary Washer II(RW-102) ... III-3 3.6 Neraca Massa Pada Rotary DryerI (RD-101) ... III-3 3.7 Neraca Massa Pada Tangki Aktivasi (T-103) ... III-4 3.8 Neraca Massa Pada Reaktor Asetilasi (R-101) ... III-4 3.9 Neraca Massa Pada Reaktor Hidrolisa (R-102) ... III-4 3.10 Neraca Massa Pada Centrifuge(CF)... III-5 3.11 Neraca Massa Pada Rotary Dryer II (RD - 102)... III-5 3.12 Neraca Massa Pada Crusher(C - 101)...III-6
BAB IV NERACA PANAS...IV-1 4.1 Neraca Panas pada Digester (T – 101)...IV-1 4.2 Neraca Panas pada Rotary Washer I (RW - 101)...IV-1 4.3 Neraca Panas pada Tangki Bleacing (T – 102)...IV-1 4.4 Neraca Panas pada Rotary Washer II (RW - 102) ...IV-2 4.5 Neraca Panas pada Rotary Dryer I(RD - 101) ...IV-2 4.6 Neraca Panas pada Tangki Aktivasi ( T - 103) ...IV-2 4.7 Neraca Panas pada Reaktor Asetilasi (R-101) ...IV-2 4.8 Neraca Panas pada Reaktor Hidrolisis (R - 102) ...IV-3 4.9 Neraca Panas pada Cooler (H-E) ...IV-3 4.10 Neraca Panas pada Rotary Dryer II (RD - 102)...IV-3
5.8 Pompa Produk Digester (P-101) ... V-5 5.9 Rotary Washer I (RW-101)... V-6 5.10 Tangki Penyimpanan Larutan NaOCl (T-202) ... V-6 5.11 Pompa Bahan NaOCl (P-202)... V-6 5.12 Tangki Bleaching(T–102) ... V-7 5.13 Pompa Produk Tangki Bleaching(P-103) ... V-8 5.14 Rotary WasherII (RW–102)... V-8 5.15 Rotary DryerI (RD–101)... V-8 5.16 Tangki Asam Asetat Glasial (T-203) ... V-9 5.17 Pompa Bahan Asam Asetat Glasial (P-203) ... V-9 5.18 Tangki Aktifasi (T-103) ... V-9 5.19 Pompa Produk Tangki Aktifasi (P-104)... V-10 5.20 Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (T-205) ... V-10 5.21 Pompa Bahan Asam Sulfat (P-205) ... V-11 5.22 Tangki Penyimpanan Asetat Anhidrat (T-204)... V-11 5.23 Pompa Bahan Asetat Anhidrat (P-204)... V-11 5.24 Reaktor Asetilasi (R-101) ... V-12 5.25 Pompa Produk Reaktor Asetilasi (P-105)...V-13 5.26 Reaktor Hidrolisa (R-102)... V-13 5.27 Pompa Produk Reaktor Hidrolisa (P-106)... V-14 5.28 Cooler(H-E)... V-14 5.29 Centrifuge (CF)... V-14 5.30 Rotary DryerII (RD-102)... V-15 5.31 Tangki Penampungan Asam Asetat Sisa (T-206)... ... V-15 5.32 Crusher(CR)…... V-16
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA…………. VI-1
6.1 Instrumentasi……… ....VI-1
6.2 Keselamatan Kerja... .VI-4 6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Pembuatan selulsoa asetat dari
6.3.3 Keselamatan Kerja Terhadap Bahaya Listrik ...VI-7 6.3.4 Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan ...VI-8 6.3.5 Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis ...VI-8
BAB VII UTILITAS... VII-1 7.1 Kebutuhan Uap (Steam)... VII-1 7.2 Kebutuhan Air ... VII-2 7.2.1 Screening... VII-6 7.2.2 Sedimentasi... VII-6 7.2.3 Klarifikasi ... VII-6 7.2.4 Filtrasi ... VII-7 7.2.5 Demineralisasi ... VII-8 7.2.6 Deaerator... VII-11 7.3 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-12 7.4 Kebutuhan Listrik ... VII-12 7.5 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-14 7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-15 7.7.1 Bak Penampungan... VII-16 7.7.2 Bak Pengendapan Awal... VII-17 7.7.3 Bak Netralisasi... VII-17 7.7.4 Pengolahan Limbah dengan Sistem Activated Sludge
(Lumpur Aktif)... VII-18 7.75 Bak sedimentasi... VII-20 7.8 Spesifikasi Peralatan Pengolahan air... VII-20
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK... VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik... VIII-3 8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-4
9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)...IX-3 9.4.2 Dewan Komisaris...IX-3 9.4.3 Direktur...IX-4 9.4.4 Sekretaris ...IX-4 9.4.5 Manajer Teknik dan Produksi...IX-4 9.4.6 Manajer Umum dan Keuangan...IX-4 9.4.7 Manajer Pembelian dan Pemasaran ...IX-5 9.5 Sistem Kerja...IX-5 9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ...IX-7 9.7 Sistem Penggajian...IX-9 9.8 Jamsostek dan Fasilitas Tenaga Kerja ...IX-10
BAB X ANALISA EKONOMI... X-1 10.1 Modal Investasi... X-1 10.1.1 Modal Investasi Tetap/Fixed Capital Investment(FCI) X-1 10.1.2 Modal Kerja/Working Capital(WC) ... X-3 10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost(TC)... X-4 10.2.1 Biaya Tetap/Fixed Cost (FC)... X-4 10.2.2 Biaya Variabel/Variable Cost (VC)... X-4 10.3 Bonus Perusahaan ... X-5 10.4 Perkiraan Rugi / Laba Usaha ... X-5 10.5 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5 10.5.1 Profit Margin (PM)... X-5 10.5.2 Break Event Point(BEP) ... X-5 10.5.3 Return on Investment (ROI)... X-6 10.5.4 Pay Out Time (POT) ... X-6 10.5.5 Return On Network (RON)... X-7 10.5.6 Internal Rate of Return (IRR)... X-7
BAB XI KESIMPULAN...XI-1
DAFTAR PUSTAKA... xii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.1 Jumlah Impor Selulosa Asetat di Indonesia ...I-1 Tabel 2.1 Komposisi alang-alang ... II-4 Tabel 3.1 Neraca Massa Pada Digester (T-101)... III-2 Tabel 3.2 Neraca Massa Pada Storage Tank(ST) ... ...III-2 Tabel 3.3 Neraca Massa Pada Rotary Washer I(RW-101)... III-2 Tabel 3.4 Neraca Massa Pada Tangki Bleaching(T-102)... III-3 Tabel 3.5 Neraca Massa Pada Rotary Washer II(RW-102)... III-3 Tabel 3.6 Neraca Massa Pada Rotary DryerI (RD-101) ... III-3 Tabel 3.7 Neraca Massa Pada Tangki Aktivasi (T-103) ... III-4 Tabel 3.8 Neraca Massa Pada Reaktor Asetilasi (R-101) ... III-4 Tabel 3.9 Neraca Massa Pada Reaktor Hidrolisa (R-102)... III-4 Tabel 3.10 Neraca Massa Pada Centrifuge(CF) ... III-5 Tabel 3.11 Neraca Massa Pada Rotary DryerII (RD - 102) ... III-5 Tabel 3.12 Neraca Massa Crusher(CR) ... ...III-6 Tabel 4.1 Neraca Panas pada Digester (T – 101). ...IV-1 Tabel 4.2 Neraca Panas pada Rotary Washer I (RW - 101) ...IV-1 Tabel 4.3 Neraca Panas pada Tangki Bleacing (T – 102) ...IV-1 Tabel 4.4 Neraca Panas pada Rotary Washer II (RW - 102)...IV-2 Tabel 4.5 Neraca Panas pada Rotary Dryer I (RD - 101)...IV-2 Tabel 4.6 Neraca Panas pada Tangki Aktivasi (TA - 103)...IV-2 Tabel 4.7 Neraca Panas pada Reaktor Asetilasi (R-101)...IV-2 Tabel 4.8 Neraca Panas pada Reaktor Hidrolisis (R - 102)...IV-3 Tabel 4.9 Neraca Panas pada Cooler(H-E) ...IV-3 Tabel 4.10 Neraca Panas pada Rotary DryerII (RD - 102)...IV-3 Tabel 5.1 Spesifikasi Gudang penyimpanan...V-1 Tabel 5.2 Spesifikasi Belt Conveyor...V-3 Tabel 5.3 Spesifikasi Bucket Elevator...V-3 Tabel 6.1 Daftar penggunaan instrumentasi pada Pra-Rancangan
Tabel LA-21 Analisa derajat kebebasan Centrifuge (CF)...LA-29 Tabel LA-22 Neraca Massa pada Centrifuge (CF)...LA-31 Tabel LA-23 Analisa derajat kebebasan Rotary Dryer II(RD-102)...LA-32 Tabel LA-24 Neraca Massa Pada Rotary DryerII (RD-102)...LA-34 Tabel LA-25 Analisa derajat kebebasan Crusher(CR) ... LA-34 Tabel LA-26 Neraca Massa pada Crusher (CR) ...LA-35 Tabel LB.1 Kontribusi Unsur Atom dengan Metode Hurst dan Harrison... LB-1 Tabel LB.2 Menunjukkan nilai panas pembentukan ...LB-2 Tabel LB.3 Nilai Panas Pembentukan Dan Panas Penguapan ... LB-5 Tabel LB.4 Menyajikan panas masuk pada Digester...LB-7 Tabel LB.5 Menyajikan panas keluar pada Digester... LB-7 Tabel LB.6 Neraca Energi Digester... LB-8 Tabel LB.7 Panas Masuk Tiap Komponen dan Total padaStorage tank...LB-9 Tabel LB.8 Panas Keluar Tiap Komponen dan Total pada Storage Tank... LB-9 Tabel LB.9 Panas Masuk Tiap Komponen Rotary WasherI...LB-10 Tabel LB.10 Panas Keluar Tiap Komponen Rotary Washer I……… LB-11 Tabel LB.11 Neraca Energi Rotary Washer I... LB-11 Tabel LB.12 Panas Masuk Tiap Komponen Tangki Bleaching ... LB-12 Tabel LB.13 Panas Keluar Tiap Komponen Tangki Bleaching ... LB-13 Tabel LB.14 Neraca Energi Tangki Bleaching... LB-14 Tabel LB.15 Panas Masuk Rotary Washer II (RW-102)... LB-14 Tabel LB.16 Panas KeluarRotary Washer II (RW-102)... LB-15
Tabel LB.17 Neraca Energi Rotary WasherII……….. ... LB-16
Tabel LB.18 Panas Masuk Rotary Dryer I (RD-101)……… LB-16
Tabel LB.19 Panas KeluarRotary Dryer I (RD-101)... LB-17
Tabel LB.20 Neraca Energi Rotary Dryer I……….. LB-19
Tabel LB.27 Panas Masuk Tiap Komponen Reaktor Hidrolisis...LB-24 Tabel LB.28 Panas Keluar Tiap Komponen Reaktor Hidrolisis...LB-25 Tabel LB.29 Neraca Energi Tangki Hidrolisis...LB-26 Tabel LB.30 Panas Masuk Cooler ...LB-27 Tabel LB.31 Panas KeluarCooler ...LB-27 Tabel LB.32 Neraca Energi Cooler...LB-28 Tabel LB.33 Panas Masuk Rotary DryerII...LB-29 Tabel LB.34 Panas KeluarRotary DryerII...LB-29 Tabel LB.35 Neraca Energi Rotary Dryer II...LB-31 Tabel LC.1 Komposisi Bahan Masuk Gudang Penyimpanan alang-alang...LC-1 Tabel LC.2 Spesifikasi Gudang Penyimpanan...LC-2 Tabel LC.3 Spesifikasi Belt Conveyor.....LC-4 Tabel LC.4 Spesifikasi Bucket Elevator......LC-6 Tabel LC.5 Spesifikasi Tangki Penyimpanan...LC-9 Tabel LC.6 Spesifikasi Pompa...LC-12 Tabel LC.7 Komposisi Bahan Masuk ke Digester...LC-13 Tabel LC.8 Spesifikasi Pompa... LC-17
Tabel LC.9 Spesifikasi Rotary Washer………...LC-19
Tabel LC.10 Spesifikasi Rotary Dryer...LC-21 Tabel LC.11 Perbedaan Temperatur Fluida...LC-22
Tabel LC.12 Komposisi Bahan Masuk ke Centrifuge………...LC-28
Tabel LD.1 Spesifikasi Pompa Utilitas...LD-4 Tabel LD.2 Perhitungan Tangki Pelarutan...LD-10 Tabel LD.3 Perhitungan Tangki Utilitas...LD-15 Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan, dan Sarana Lainnya...LE-1 Tabel LE.2 Estimasi Harga Peralatan Proses...LE-3 Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Utilitas...LE-4 Tabel LE.4 Biaya Sarana Transportasi...LE-8
Tabel LE.5 Perincian Gaji Pegawai……….LE-11
Tabel LE.6 Perincian Biaya Kas selama 3 bulan……….LE-14
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1. Alang alang………... II-4
Gambar 7.1 Lokasi Pabrik... VII-4 Gambar 8.1. Tata Letak Pabrik (non skala)... VIII-5
Gambar LD.1 Sketsa Sebagian Bar Screen………...LD-2
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulosa asetat merupakan ester yang paling penting yang berasal dari asam organik. Selulosa asetat tidak mudah terbakar, berbentuk padatan putih, tidak beracun, tidak berasa, tidak berbau, dan umumnya digunakan pada industri serat dan plastik. Selulosa asetat telah dipakai secara luas, diantaranya sebagai material membran, filter rokok, tekstil, plastik dan industri makanan serta farmasi (Rachmilda & Alia, 2008).
Kebutuhan akan selulosa asetat di Indonesia sendiri masih harus diimport dari luar negeri sehingga memerlukan biaya yang mahal. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan suatu kajian mengenai rancangan pabrik selulosa asetat yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, menghemat devisa dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yaitu dengan membangun industri-industri baru yang produknya dapat menggantikan peranan bahan-bahan import.
Dalam perkembangannya, kebutuhan selulosa asetat di Indonesia cenderung
meningkat. Tabel 1.1 memperlihatkan kebutuhan impor selulosa asetat di Indonesia. Tabel 1.1. Jumlah Impor Selulosa Asetat di Indonesia
Tahun Impor
Jumlah
(Ton) % kenaikan
2010 78.272
-2011 84.516 7.98
2012 83.570 -1.12
2013 45.305 - 45.78
2014 89.825 98.26
Total 381.488 59.34
(Sumber : Data BPS, 2014)
Indonesia merupakan salah satu penghasil tekstil terbesar di dunia, kebutuhan akan selulosa asetat menjadikan APBN Indonesia untuk impor bahan baku ini cukup tinggi, sehingga membebani ongkos produksi produk yang membutuhkan selulosa asetat dalam negeri. Selain itu juga, ketergantungan ini sangatlah tidak menguntungkan, karena jika timbul gejolak harga di negara lain maka harga produk-produk yang menggunakan selulosa asetat sebagai bahan baku akan ikut terpengaruh. Hal ini perlu ditanggulangi dengan pendirian pabrik selulosa asetat di Indonesia. Maka dari itu perlu dilakukan upaya mendapatkan sumber alternatif bahan dasar selulosa asetat dengan memanfaatkan bahan dasar yang tersedia di Indonesia, diantaranya tumbuhan rumput alang-alang.
Alang-alang (Imperata cylindrica (L.) Beauv) merupakan tumbuhan rumput menahun yang tersebar hampir di seluruh belahan bumi dan dianggap sebagai gulma pada lahan pertanian. Menurut Garrity et al. (1997), lahan alang-alang, di Indonesia juga tersedia dalam jumlah yang banyak dan tersebar hampir merata di seluruh Indonesia dengan luas total 1.085.529 ha (Mulyani, 2005). Khususnya di wilayah Kalimantan Timur memiliki luas lahan alang-alang 111.855 ha. Dilihat dari kandungan kimianya, gulma tersebut mengandung bahan lignoselulosa yang cukup tinggi, Komposisi kandungan kimia tersebut antara lain selulosa 44,28 %, Air 28,58
%, lignin 18,12 %, Abu 5, 42 %, dan Silika 3.6 %. (Budi, dkk. 2012). Komposisi α -selulosa yang cukup besar dalam alang - alang menjadikan alang - alang ini berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan selulosa asetat.
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin berkembangnya industri serat dan plastik, maka kebutuhan akan selulosa asetat juga meningkat. Dengan potensi bahan baku pembuatan selulosa asetat cukup besar di indonesia diantaranya alang alang, maka perlu dilakukan kajian mengenai produksi selulosa asetat secara industrial, diantaranya melakukan pra rancangan pabrik pembuatan selulosa asetat dari alang-alang dan asetat anhidrid dengan bantuan katalis asam sulfat.
1.3 Tujuan Rancangan
operasi teknik kimia, sehingga memberikan gambaran layak atau tidaknya Pra rancangan pabrik ini dibuat.
1.4 Manfaat Rancangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Selulosa AsetatSelulosa asetat adalah selulosa yang gugus hidroksilnya diganti oleh gugus asetil berbentuk padatan putih, tak beracun, tak berasa, dan tak berbau. Selulosa asetat mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi karena selulosa asetat memiliki beberapa keunggulan diantaranya karakteristik fisik dan optik yang baik sehingga banyak digunakan sebagai serat untuk tekstil, filter rokok, plastik, film fotografi, lak, pelapis kertas dan membran, serta kemudahan dalam pemrosesan lebih lanjut. Di samping itu selulosa asetatmempunyai daya tarik yang cukup tinggi karena sifatnya yang biodegradable sehingga ramah lingkungan(Kiyose et al., 1998; G. Odian, 1933).
2.1.1 Kegunaan Selulosa Asetat
Selulosa Asetat mempunyai rumus molekul [C6H7O2(OCOCH3)3]x, berwujud
padat dengan bentuk flake (serpihan) atau powder (serbuk) dan berwarna putih. Karena keseragamannya dalam kualitas, kemudahan dalam pewarnaan dan berbagai karakteristik estetika lainnya, menjadikan selulosa asetat sebagai pilihan dalam pembuatan pakaian wanita dan keperluan kain pada rumah tangga.Selulosa asetat bersifat hidrofobik dan memiliki sifat yang mudah untuk dibentuk, quick drying, tidak mudah berkerut, dan stabilitas tinggi. Pemakaian penting lainnya adalah sebagai filterpada sigaret, untuk produksi lembaran-lembaran plastik, film, dan juga cat. (Mc. Ketta, 1997).
2.1.2 Sifat fisik dan kimia selulosa asetat
Sifat fisis :
Wujud : padat
Kenampakan : flake (butiran)
Rumus molekul : (C6H7O2(OCOCH3)3)x Titik lebur : 260oC
Kapasitas panas : 0,42 cal/g.oC
Derajat polimerisasi : 200
Derajat subtitusi : 2,4 Sifat kimia :
Larut dalam aseton
2.2 Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel
tanaman.Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman sekitar 35 – 50 % dari berat kering tanaman (Saha, 2004).
Selulosa pada tumbuhan terdapat pada beberapa bagian seperti pada batang dan bagian lain. Bagian tubuh tumbuhan umumnya tidak hanya mengandung selulosa tetapi juga lignin dan hemiselulosa, lignin membungkus selulosa oleh karena itu untuk tahap ekstraksi serat, lignin perlu dilarutkan terlebih dahulu. Pelarutan lignin ini menghasilkan bahan yang hanya mengandung serat selulosa dan hemiselulosa (Rizky, 2008).
Selulosa mempunyai rumus molekul (C6H10O5)n, dengann adalah derajat
polimerisasi.Panjang suatu rangkaian selulosa tergantung pada derajat polimerisasinya.Semakin panjang suatu rangkaian selulosa, maka rangkaian selulosa tersebut mempunyai serat yang lebih kuat, lebih tahan terhadap pengaruh bahan kimia, cahaya, dan mikroorganisme.Selulosa dapat dibedakan menjadi:
α-selulosa
Jenis selulosa ini tidak dapat larut dalam larutan NaOH dengan kadar 17,5% pada suhu 200oC dan merupakan bentuk sesungguhnya yang telah dikenal sebagai selulosa.
β-selulosa
Jenis dari selulosa ini mudah larut dalam larutan NaOH 17,5% dengan derajat polimerisasi 15-90 pada suhu 200oC dan akan mengendap bila larutan tersebut berubah menjadi larutan yang memiliki suasana asam.
γ-selulosa
2.2.1 Sifat-Sifat Selulosa
Sifat-sifat selulosa terdiri dari sifat fisika dansifat kimia. Selulosa rantai panjang mempunyai sifat fisik yang lebihkuat, lebih tahan lama terhadap degradasi yang disebabkan olehpengaruh panas, bahan kimia maupun pengaruh biologis. Sifatfisika dari selulosa yang penting adalah panjang, lebar dan tebal smolekulnya. Sifat fisik lain dari selulosa adalah:
1. Dapat terdegradasi oleh hidrolisa, oksidasi, fotokimia maupun secara mekanissehingga berat molekulnya menurun.
2. Tidak larut dalam air maupun pelarut organik, tetapi sebagian larut dalam larutan alkali.
3. Dalam keadaan kering, selulosa bersifat higroskopis, kerasdan rapuh. Bila selulosa cukup banyak mengandung air maka akan bersifat lunak. Jadi fungsi air disini adalah sebagai pelunak.
4. Selulosa dalam kristal mempunyai kekuatan lebih baik jika dibandingkan dengan bentuk amorfnya (Fengel dan Wenger,1995).
2.2.2 Sumber-sumber Selulosa
Adapun sumber-sumber selulosa baik dari bahan kayu maupun non kayu antara lain : (Yusup, 2010).
1. Kayu
2. Bukan Kayu :
a. Serat buah/biji (Seed fibres) : Kapas, kapuk b. Serat kulit (Bast fibres) : Rami, kenaf, rosela dll c. Serat daun (Leaf Fibres) : nenas, pisang abaca dll d. Bambu
2.3
Alang – alangAlang-alang atau Imperata cylindrica adalah tanaman liar dan merupakan tanaman pengganggu pertanian yang merisaukan karena sifatnya yang mudah dan cepat berkembang biak, di berbagai tempat terlebih di tempat yang tanahnya subur dapat mencapai ketinggian 1,0 – 2,0 meter.
Gambar 2.1.Alang alang
Dilihat dari kandungan kimianya, gulma tersebut mengandung bahan selulosa yang cukup tinggi, Komposisi kandungan kimia tersebut antara lain: Tabel 2.1 Komposisi Alang-Alang
Kandungan Kadar
Selulosa 44,28 %
Silika 3.6 %
Lignin 18,12 %
Air 28,58 %
Abu 5, 42 %
(Budi, dkk. 2012)
yang mempunyai mata tunas ada setiap buku batangnya dan tumbuh menjadi tanaman baru lebih cepat dari tanaman budidaya ( Sukman dan Yakup, 1995 ).
Keberadaan alang alang yang dianggap merugikan dan mengganggu ini ternyata tidak seperti yang diperkirakan orang selama ini. Karena menurut pengamatan dan penelitian yang dilakukan, alang alang mempunyai manfaat yang banyak seperti : sebagai bahan penutup tanah yang tidak diusahakan dalam bentuk mulsa atau serasah agar terhindar dari erosi, daun batang, dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak, atap rumah, bahan pabrik kertas, bahan kerajinan, sedangkan akarnya dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan secara tradisional ( Sukman dan Yakup 1995 ).
2.4 Proses Pembuatan Selulosa Asetat
Ada 3 proses utama yang biasa digunakan untuk mengubahselulosa menjadi selulosa asetat yaitu:
1. Solvent process (proses dengan pelarut)
Merupakan proses yang paling umum dan biasa digunakan. Pada proses asetilasi digunakan asetat anhidrid sebagai solvent dan berlangsung dengan kehadiran asam asetat glasial sebagai diluents serta asam sulfat sebagai katalis.
2. Solution process (proses larutan)
Methylene cloride menggantikan semua atau sebagian asam asetat dan aksinya sebagai solvent bagi selulosa asetat yang terbentuk.
3. Heterogeneous process ( proses heterogen )
Cairan organik inert, seperti benzene ligroin digunakan sebagai nonsolvent untuk menjaga selulosa terasetilasi yang telah terbentuk dalam larutan.
2.5 Pemilihan proses
Tahapan proses produksi selulosa asetat adalah sebagai berikut: 1. Proses Pembuatan Pulp dari Alang - alang.
2. Proses Pengubahan Pulp Menjadi Selulosa Asetat dengan Menggunakan Proses Asetilasi.
3. Proses Pemisahan Produk Selulosa Asetat Dari Fase Cairnya.
2.6 Deskripsi Proses
2.6.1 Proses Pembentukan Pulp dari Alang – alang
Proses pembentukan pulp yang berasal dari alang-alang dengan menggunakan proses pulping diikuti dengan bleaching. Alang-alang didalam gudang penyimpanannya (G-101) dibawa ke unit disk chipper (DC-101) untuk diperkecil ukurannya hingga panjang 3 cm. alang - alang yang telah dicacah dari unit disk chipper(DC-101) di dibawa ke gudang penyimpanan (G-102) yang sudah dikecilkan dan dibawa ke Digester (T-101) dengan menggunakan bucket elevator(BE-101).
Larutan NaOH 8% dipompakan dari tangki (T-201) menggunakan pompa (P-201) menuju digester (T-101). Proses pemasakan menggunakan pelarut NaOH 8% (Rizal, 2010) bertujuan untuk melarutkan lignin di dalam alang–alang. Digester dilengkapi dengan pengaduk. Perbandingan antara alang–alang dengan NaOH 8% adalah 10:1 (b/b) (Adnin, 2012). Proses pemasakan berlangsung selama 1 jam dengan temperatur 120oC (Rizal, 2010). Media yang digunakan untuk memanaskan reaktor menjadi 120oC dengan tekanan 2 atm adalah saturated steam yang dialirkan melalui jaket reaktor.
Pulp hasil digester dialirkan menggunakan pompa (P-101) ke tangki penampungan sementara (ST-101), lalu dikirimkan ke unit pencucian Rotary washer
penampungan. Selanjutnya, pulp akan dibawa dengan belt conveyor (BC-103) ke unit bleaching(T-102).
Keluaran dari Rotary washer I dibawa menggunakan belt conveyor (BC-103) ke dalam tangki Bleaching (T-102). Tangki Bleaching digunakan untuk menghilangkan lignin yang tersisa dari digester. Di dalam tangki bleaching (T-102) dimasukkan pulp serta larutan NaOCl 10% (Rizal, 2010) dari (T-202) menggunakan pompa (P-202) dengan perbandingan 20:1 (b/b) (Adnin, 2012). Tangki (T-102) dilengkapi dengan pengaduk untuk mengaduk campuran. Proses Bleaching
berlangsung selama 60 menit pada suhu 600C dan konsistensi air di dalam pulp10%. Setelah melewati tahap Bleaching, Bleached pulp, dimasukkan ke dalam unit pencucian Rotary washer II (RW-102) yang bertujuan agar pulp yang dihasilkan bersih dari sisa bahan kimia pemutih (NaOCl). Media pencucian yang digunakan adalah air proses yang masuk ke unit RW-102 pada 300C. Perbandingan air proses dengan bahan yang dicuci adalah 2,5 : 1 (Kirk & Othmer, 1978). Efesiensi pencucian pada alat ini adalah 98% (European Commission, 2001), dengan jumlah selulosa yang keluar sebanyak 98% dari jumlah pulp dan 2% air yang terkandung didalam pulp keluar dari Rotary WasherII.Sebanyak 87, 368% lignin mampu tereduksi pada tangki bleaching yang akan terpisah dari pulp pada saat dicuci pada unit Rotary Washer II (PPKS, 2010). Air buangan hasil Rotary washer II (RW-102) ditampung di tangki penampungan.
Kemudian pulp dibawa menggunakan belt conveyor (BC-104) menuju unit pengeringan pulp. Pulp dikeringkan dengan menggunakan Rotary dryer I (RD-101) media pemanas yang digunakan pada unit ini adalah udara panas dari heater I (H-101) pada temperatur 1200C. Kandungan air yang diharapkan pada keluaran Rotary dryer adalah sebesar 10% yang merupakan sarat kandungan air pada pulp untuk memasuki unit asetilasi.
2.6.2 Proses Pengubahan Pulp Menjadi Selulosa Asetat dengan MenggunakanProses Asetilasi
aktifasi (T-103) untuk proses aktivasi pulp dalam penyeragaman selulosa (pretreatment) (Yamashita et al, 1986). Kondisi operasi tangki aktifasi adalah 50oC dengan pengadukan selama 30 menit.Pulp yang diaktivasi dimasukkan ke dalam reaktor asetilasi (R-101) menggunakan pompa (P-104) yang dilengkapi dengan pengaduk dan jaket pemanas. Reaktan asetat anhidrid dari tangki penyimpanannya (T-204) dipompakan menggunakan pompa (P-204) sebanyak 247% dari berat selulosa serta asam asetat glasial dari tangki penyimpanannya (T-203) dipompakan menggunakan pompa (P-203) sebanyak 438% dari berat selulosa menuju reaktor (Yamashita et al, 1986). Selanjutnya katalis asam sulfat pekat 96.5% dari tangki penyimpanan (T-205) sebanyak 3,8% dari berat selulosa dipompakan menggunakan pompa (P-205) ke reaktor asetilasi (R-101) (Yamashita et al, 1986). Kondisi operasi dalam reaktor adalah 70oC dan waktu reaksi selama 1 jam. Reaksi keseluruhan yang terjadi dalam reaktor dalam perubahan selulosa menjadi selulosa triasetat adalah sebagai berikut:
OH OCOCH3
C6H7O2 OH + 3(CH3CO)2O C6H7O2 OCOCH3+ 3CH3COOH
OH OCOCH3
Selulosa Asetat Anhidrid Selulosa Triasetat Asam Asetat
Reaksi diatas menunjukkan bahwa 3 mol asetat anhidrid bereaksi dengan 1 mol selulosa untuk menghasilkan 1 mol selulosa triasetat dan 3 mol asam asetat. Pada reaksi ini, seluruh selulosa dapat diubah menjadi selulosa triasetat (Lewin, 2001).
OCOCH3 OH
C6H7O2 OCOCH3+ H2O C6H7O2 OCOCH3 + CH3COOH
OCOCH3 OCOCH3
Selulosa triasetat Air Selulosa Asetat Asam Asetat
Setelah melalui proses hidrolisis, maka produk keluaran reactor hidroliser dialirkan menggunakan pompa (P-106) ke Cooler(HE-101), untuk menurunkan suhu produk yang tadinya 120oC dengan menggunakan media air pendingin. Penurunan suhu produk unit pendingin menjadi 50oC. Produk keluaran unit pendingin dialirkan ke centrifuge bertujuan untuk memisahkan asam sulfat,asam asetat dan air dalam campuran.
2.6.3 Proses Pemisahan Produk Selulosa Asetat Dari Fase Cairnya.
Tahap ini bertujuan untuk :
- Memisahkan padatan selulosa asetat dari fase cairnya. - Mengeringkan padatan selulosa asetat.
Setelah dihidrolisis, campuran dari reaktor hidroliser dialirkan menuju
Centrifuge (CF) untuk dilakukan pemisahan.Centrifuge bekerja untuk memisahkan padatan selulosa asetat dari fase cairnya dengan efisiensi alat sebesar 98%. Selulosa asetat dalam bentuk serpihan padatan (flake) kemudian dikeringkan dengan menggunakan rotary dryerII (RD-102) media pemanas yang digunakan pada unit ini adalah udara panas dari heater II (H-102) pada temperatur 1200C, selulosa asetat yang sudah dikeringkan dari rotary dryer (RD-102) dibawa dengan menggunakan
Belt conveyor (BC-107) untuk didinginkan dengan melewatkan produk menuju gudang selulosa asetat I (G-103), sehingga suhu produk menjadi lebih dingin. Kemudian produk dibawa ke unit penyeragaman bentuk/Crusher (CR), agar bentuk
2.7. Sifat Bahan Baku dan Produk 2.7.1. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku a. Aalang - alang
Komposisi Alang-alang :
Selulosa : 44,28%
Air : 28,58 %
Abu : 5,42 %
Silika : 3,6 %
Lignin : 18,12 %
b. Asetat Anhidrid
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : (CH3CO)2O BM : 102,09 g/mol
Titik didih : 139,6oC pada tekanan 1 atm.
Sg : 1,082 g/cm3
Kapasitas panas : 0,456 cal/g.oC
Temperatur kritis : 326oC
Viscositas : 0,91 Cp
Panas penguapan : 93 cal/g (pada titik didih normal)
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
2.7.2. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Penunjang a. NaOH (Sodium Hidroksida)
Sifat Fisis :
Wujud : padat
Kenampakan : putih
Rumus molekul : NaOH
BM : 39,9971 g/mol
Titik didih : 1390oC pada tekanan 1 atm
Sg : 2,130 g/cm3
(Perry, 1997) Sifat Kimia:
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik.Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.Natrium hidroksida membentuk larutan alkalinyang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
b. Asam Asetat
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : CH3COOH BM : 60,05 g/mol
Titik didih : 118,4oC pada tekanan 1 atm
Kapasitas panas : 0,522 cal/g.oC
Sg : 1,049 g/cm3
Temperatur kritis : 594,45oK
Viscositas : 1,22 Cp
Panas penguapan : 94,29 cal/g (pada titik didih normal)
Panas pembakaran : 46,6 cal/g
Sifat Kimia:
Dalam sintesa cellulose dan rayon, asam asetat anhidrid terbentuk dari asam asetat dengan kondisi 700oC dan 150 mmHg
Reaksi:
HOAc H2O + CH2= CO
Dengan katalis trietil pospat, diikuti reaksi pendinginan dalam fase cair HOAc + CH2 = CO Ac2O
c. Asam Sulfat
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : H2SO4 BM : 98 g/mol
Titik didih : 340oC pada tekanan 1 atm
Kapasitas panas : 0,3404 cal/g.oC
Sg : 1,8361 g/cm3
(Perry, 1997) Sifat Kimia :
Asam sulfat larut dalam semua proporsi air dan menghasilkan sejumlah panas. Setiap 1 lb asam sulfat 100% ditambah air sampai konsentrasi asam 90% akan melepaskan panas 80 BTU dan bila ditambah air hingga konsentrasi 20% maka akan melepas panas sebesar 300 BTU. Asam sulfat dapat melarutkan sejumlah besar SO3 dan memproduksi bermacam-macam tingkatan oleum.
d. Natrium hipoklorit
Sifat fisis :
Wujud : padat
Kenampakan : Padat (Berwarna)
Rumus molekul : NaOCL
BM : 74,44 g/mol
Titik didih : 101oC
density: 1,11 g/cm3 (Wikipedia Indonesia, 2015)
e. Selulosa Asetat (produk utama)
Sifat fisis :
Wujud : padat
Kenampakan : flake (butiran)
Rumus molekul : (C6H7O2(OCOCH3)3)x
Titik lebur : 260oC
Kapasitas panas : 0,42 cal/g.oC
Sg : 1,32 g/cm3 Sifat kimia :
Larut dalam aseton
BAB III
NERACA MASSA
Kapasitas produksi = 75.000 ton/tahun = 14963,3952 kg/jam
Waktu operasi = 330 hari
Basis perhitungan = 1 hari produksi (24 jam)
Kemurnian Produk = 95 %
Unit peralatan yang menghasilkan adanya perubahan massa pada proses produksi selulosa asetat dari alang-alang dengan kapasitas 75.000 ton/tahun, adalah sebagai berikut :
Digester (T-101)
Storage tank(ST)
Rotary Washer I (RW-101)
Tangki Bleaching(T-102)
Rotary Washer II (RW-102)
Rotary Dryer(RD- 101)
Tangki Aktivasi (T-103)
Reaktor Asetilasi (R-101)
Reaktor Hidrolisa (R-102)
Centrifuge(CF)
Rotary Dryer II (RD - 102)
Crusher (CR)
3.1. Neraca Massa Pada Digester (T-101)
Tabel 3.1 Neraca Massa Pada Digester (T-101)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 1 Alur 4 Alur 5
Selulosa 6625,7914 - 6625,7914
H2O 4276,5383 1376,6324 5653,1707
Lignin 2711,3672 - 2711,3672
Abu 811,0160 - 811,0160
Silika 538,6822 - 538,6822
NaOH - 119,7072 119,7072
Sub Total 14963,3952 1496,3395 16459,7347
total 16459,7347 16459,7347
[image:34.612.153.404.376.579.2]3.2. Neraca Massa Pada Storage Tank(ST)
Tabel 3.2 Neraca Massa Pada Storage tank(ST)
Komponen Masuk (g/jam) Keluar (g/jam)
Alur 5 Alur 6
Selulosa 6625,7914 6625,7914
H2O 5653,1707 5653,1707
Lignin 2711,3672 2711,3672
Abu 811,0160 811,0160
Silika 538,6822 538,6822
NaOH 119,7072 119,7072
Sub Total 16459,7347 16459,7347
total 16459,7347 16459,7347
3.3 Neraca Massa Pada Rotary Washer I(RW-101)
Tabel 3.3 Neraca Massa Pada Rotary Washer I(RW-101)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 6 Alur 7 Alur 8 Alur 9
H2O 5653,1707 41149,3368 45866,4574 936,0502
Lignin 2711,3672 - 1668,3042 1043,0630
Abu 811,0160 - 499,0182 311,9979
Silika 538,6822 - 331,4512 207,2311
NaOH 119,7072 - 119,7072
-Sub Total 16459,7347 41149,3368 48617,4539 8991,6176
Total 57609,0715 57609,0715
3.4. Neraca Massa Pada Tangki Bleaching(T-102)
Tabel 3.4 Neraca Massa Pada Tangki Bleaching(T-102)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 9 Alur 10 Alur 11 Alur 12
Selulosa 6493,2756 - - 6493,2756
H2O 936,0502 404,6228 79583,8854 80924,5584
Lignin 1043,0630 - - 1043,0630
Abu 311,9979 - - 311,9979
Silika 207,2311 - - 207,2311
NaOCL - 44,9581 - 44,9581
Sub Total 8991,6176 449,5809 79583,8854 89025,0839
Total 89025,0839 89025,0839
[image:35.612.158.534.535.700.2]3.5. Neraca Massa Pada Rotary Washer II(RW-102)
Tabel 3.5 Neraca Massa Pada Rotary Washer II(RW-102)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 12 Alur 13 Alur 15 Alur 14
Selulosa 6493,2756 - 129,8655 6363,4101
H2O 80924,5584 222562,7098 297417,5228 6069,7454
Lignin 1043,0630 - 911,3033 131,7597
Abu 311,9979 - 272,5863 39,4116
Silika 207,2311 - 181,0536 26,1774
-Sub Total 89025,0839 222562,7098 298957,2896 12630,5041
Total 311587,7937 311587,7937
3.6. Neraca Massa Pada Rotary DryerI (RD-101)
Tabel 3.6 Neraca Massa Pada Rotary DryerI (RD- 101)
Komponen Masuk
(Kg/Jam) Keluar (Kg/Jam)
Alur 14 Alur 16 Alur 17
Selulosa 6363,4101 - 6363,4101
H2O 6069,7454 5462,7708 606,9745
Lignin 131,7597 - 131,7597
Abu 39,4116 - 39,4116
Silika 26,1774 - 26,1774
Total 12630,5041 12630,5041
[image:36.612.157.537.78.120.2]3.7. Neraca Massa Pada Tangki Aktivasi (T-103)
Tabel 3.7 Neraca Massa Pada Tangki Aktivasi (T-103)
Komponen
Masuk(kg/jam)
Keluar (kg/jam) Alur 18 Alur 19 Alur 20
Selulosa 6363,4101 - 6363,4101
H2O 606,9745 22,2719 629,2465
Lignin 131,7597 - 131,7597
Abu 39,4116 - 39,4116
Silika 26,1774 - 26,1774
CH3COOH 2204,9216 2204,9216
Sub Total 7167,7333 2227,1935 9394,9268
3.8. Neraca Massa Pada Reaktor Asetilasi (R-101)
Tabel 3.8 Neraca Massa Pada Reaktor Asetilasi (R-101)
Komponen
Masuk (kg/jam)
Keluar (kg/jam)
Alur 20 Alur 21 Alur 22 Alur 23 Alur 24
Selulosa 6363,4101 - - - 127,2682
H2O 629,2465 278,7174 314,3525 8,4633 1230,7796
Lignin 131,7597 - - - 131,7597
Abu 39,4116 - - - 39,4116
Silika 26,1774 - - - 26,1774
CH3COOH 2204,9216 27593,0187 - - 36726,9868
(CH3CO)2O - - 15403,2704 - 3623,8913
H2SO4 - - - 233,3462 233,3462
Selulosa Triasetat - - - - 11086,4744
Sub Total 9394,9268 27871,7360 15717,6228 241,8096 53226,0953
Total 53226,0953
3.9. Neraca Massa Pada Reaktor Hidrolisa (R-102)
Tabel 3.9 Neraca Massa Pada Reaktor Hidrolisa (R-102)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar
(kg/jam) Alur 24 Alur 25 Alur 26
Selulosa 127,2682 - 127,2682
H2O 1230,7796 90,3604 1,5154
Lignin 131,7597 - 131,7597
Abu 39,4116 - 39,4116
Silika 26,1774 - 26,1774
Lanjutan : Tabel 3.9 Neraca Massa Pada Reaktor Hidrolisa (R-102)
CH3COOH 36726,9868 - 43214,8025
H2SO4 233,3462 - 233,3462
Selulosa Triasetat 11086,4744 -
-Selulosa Asetat - - 9469,6969
Sub total 53226,0953 90,3604 53316,4557
Total 53316,4557
3.10. Neraca Massa Pada Centrifuge(CF)
Tabel 3.10 Neraca Massa Pada Centrifuge(CF)
Komponen Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 27 Alur 28 Alur 29
Selulosa 127,2682 - 127,2682
H2O 1,5154 1,4851 0,0303
Lignin 131,7597 - 131,7597
Abu 39,4116 - 39,4116
Silika 26,1774 - 26,1774
CH3COOH 43214,8025 42350,5064 864,2960
(CH3CO)2O 72,4778 72,4778
-H2SO4 233,3462 233,3462
-Selulosa Asetat 9469,6969 - 9469,6969
Sub Total 53316,4557 42657,8155 10658,6402
Total 53316,4557 53316,4557
3.11. Neraca Massa Pada Rotary Dryer II (RD - 102)
Tabel 3.11 Neraca Massa Pada Rotary DryerII (RD - 102)
Komponen Masuk
(kg/jam) Keluar (kg/jam) Alur 29 Alur 31 Alur 32
Selulosa 127,2682 - 127,2682
H2O 0,0303 0,0273 0,0030
Abu 39,4116 - 39,4116
Silika 26,1774 - 26,1774
CH3COOH 864,2960 777,8664 86,4296
Selulosa asetat 9469,6969 - 9469,6969
Sub total 10658,6402 777,8937 9880,7464
Total 10658,6402 10658,6402
3.12. Neraca Massa Pada Crusher(CR)
Tabel 3.12 Neraca Massa Crusher(CR)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
Alur 33 Alur 34
Selulosa 127.2682 127.2682
H2O 0.0030 0.0030
Lignin 131.7597 131.7597
Abu 39.4116 39.4116
Silika 26.1774 26.1774
CH3COOH 86.4296 86.4296
Selulosa asetat 9469.6969 9469.6969
Sub total 9880.7464 9880.7464
BAB IV
NERACA PANAS
Hasil perhitungan neraca panas pada proses pembuatan selulosa asetat dari alang-alang dengan kapasitas 75.000 ton/tahun adalah sebagai berikut
Basis perhitungan : 1 jam operasi Waktu kerja /tahun : 330 hari
Satuan operasi : kJ/jam
4.1. Neraca Panas pada Digester (T – 101)
Tabel 4.1 Neraca Panas pada Digester (T – 101)
Komponen
Masuk (kj/jam)
Keluar (kj/jam)
Umpan 183440,7907
-Produk - 3513452,2571
Qc 3330011,4664
-Total 3513452,2571 3513452,2571
[image:40.612.189.440.484.574.2]4.2. Neraca Panas pada Rotary Washer I (RW - 101)
Tabel 4.2 Neraca Panas pada Rotary Washer I (RW - 101)
Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 4350226,8521
-Produk - 4350226,8521
Total 4350226,8521 4350226,8521
4.3. Neraca Panas pada Tangki Bleacing (T – 102)
Tabel 4.3 Neraca Panas pada Tangki Bleacing (T – 102)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 1960014,4134
QC 10264072,4115
-Total 12224086,8250 12224086,8250
4.4. Neraca Panas pada Rotary Washer II (RW - 102)
Tabel 4.4 Neraca Panas pada Rotary Washer II (RW - 102)
Komponen Masuk (kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 16849061,2145
-Produk - 16849061,2145
Total 16849061,2145 16849061,2145
4.5. Neraca Panas pada Rotary Dryer I(RD - 101)
Tabel 4.5 Neraca Panas pada Rotary Dryer (RD - 101)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 444819,1031
-Produk - 3329058,7770
Q 2884239,6739
Total 3329058,7770 3329058,7770
4.6. Neraca Panas pada Tangki Aktivasi ( T - 103)
Tabel 4.6 Neraca Panas pada Tangki Aktivasi (TA - 103)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 910326,9665
-Produk - 364503,4111
Air pendingin -545823,5554
-Total 364503,4111 364503,4111
4.7. Neraca Panas pada Reaktor Asetilasi (R-101)
Tabel 4.7 Neraca Panas pada Reaktor Asetilasi (R-101)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
-Produk - 3900156,5095
Panas reaksi - -11250,4618
Qc 2256291,6368
-Total 3888906,0477 3888906,0477
4.8. Neraca Panas pada Reaktor Hidrolisis (R - 102)
Tabel 4.8 Neraca Panas pada Reaktor Hidrolisis (R - 102)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 3902041,7908
-Produk - 8085378,1944
Panas reaksi - -27596,3065
Steam 4155740,0971
-Total 8057781,8880 8057781,8880
4.9. Neraca Panas pada Cooler (H-E)
Tabel 4.9 Neraca Panas pada Cooler(H-E)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 8085378,1944
-Produk - 2040884,8329
Air pendingin -6044493,3615
-Total 2040884,8329 2040884,8329
4.10. Neraca Panas pada Rotary Dryer II (RD - 102)
Tabel 4.10 Neraca Panas pada Rotary DryerII (RD - 102)
Komponen Masuk(kj/jam) Keluar (kj/jam)
Umpan 320468,0037
-Produk - 1092852,3985
Q 772384,3948
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1 Gudang Penyimpanan (G – 101)
Ada 5 Gudang penyimpanan yang digunakan dalam pabrik selulosa asetat yaitu :
1. G-101 = Gudang penyimpanan alang-alang
2. G-102 = Gudang penyimpanan chipper alang-alang 3. G-201= Gudang penyimpanan NaOH
4. G-103= Gudang Selulosa asetat I 5. G-104= Gudang Selulosa asetat II
Fungsi : Penyimpanan alang-alang selama 1 hari
Bentuk : Segi empat beraturan
Bahan konstruksi : Beton
Kondisi penyimpanan : Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi Fisik : Panjang : 6,6218 m
Lebar : 10 m
Tinggi : 5 m
Tabel 5.1 Spesifikasi Gudang penyimpanan
Gudang Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) Jumlah (Unit)
G-101 6,7570 10 5 1
G -102 8,2201 10 5 1
G -201 2,8703 3 5 1
G -103 5,5849 10 5 1
G -104 5,5849 10 5 1
5.2 Disk Chipper (DC-101)
Fungsi : untuk memotong alang-alang menjadi chip Bahan : Baja
Bentuk : Piringan sebagai pisau pemotong
Kondisi Operasi :
Tekanan : 1 atm
Temperatur : 30oC Ukuran :
Diameter piringan : 1200 mm
Ketebalan : 100 mm
Rotasi : 900 rpm
P : 13,93 Hp
5.3 Belt Conveyor(BC-101)
1. BC-201 : Untuk mengangkut NaOH dari Gudang penyimpanan menuju tangki penyimpanan NaOH.
2. BC-101 : Untuk mengangkut alang-alang dari gudang bahan baku ke
disk chipper.
3. BC-102 : Untuk mengangkut alang-alang chipperke gudang penyimpanan
4. BC-103 : Untuk mengangkut bubur pulp dari Rotary washer Imenuju tangki Bleaching.
5. BC-104 : Untuk mengangkut bubur pulp dari Rotary washer IImenuju Rotary dryer
6. BC-105 : Untuk mengangkut bubur pulp menuju bucket elevator.
7. BC-106 : Untuk mengangkut padatan selulosa asetat dari centrifugeke
rotary dryer.
8. BC-107 : Untuk mengangkut padatan selulosa asetat dari rotary dryerke gudang selulosa asetat I.
9. BC-108 : Untuk mengangkut padatan selulosa asetat dari gudang Selulosa asetat I kecrusher.
10 BC-109 : Untuk mengangkut padatan selulosa asetat dari crusherke gudang selulosa asetat II.
Jenis : Flat belt on continuous flow
Bahan kontruksi : Carbon Steel
- Laju alir massa : 14.963,3952 kg/jam = 4,1565 kg/s
Tabel 5.2 Spesifikasi Belt Conveyor
Belt Conveyor Kapasitas (Kg/s) Daya (Hp) Jumlah (Unit)
BC-101 4,1565 2,3032 1
BC-201 0,4156 0,5399 1
BC -102 4,1565 2,3032 1
BC -103 2,4977 1,6710 1
BC -104 3,5085 2,0699 1
BC -105 2,6097 1,7179 1
BC-106 2,9607 1,8600 1
BC-107 2,7447 1,7733 1
BC-108 2,7447 1,7733 1
BC-109 2,7447 1,7733 1
5.4 Bucket Elevator(BE-101)
Ada 2Bucket Elevatoryang digunakan dalam pabrik selulosa asetat yaitu: 1. BE-101 : Untuk mengangkut chip alang-alang dari gudang bahan
baku ke Digester.
2. BE-102 : Untuk mengangkut pulp dari Rotary dryerI ke tangki aktifasi
Bahan konstruksi : Malleable cast iron
Laju padatan : 14963,3952 kg/jam = 14,9634 ton jam
[image:45.612.153.501.96.322.2]Daya : 1,9687 Hp
Tabel 5.3 Spesifikasi Bucket Elevator
Bucket elevator Kapasitas (ton/jam) Daya (Hp) Jumlah (unit)
BE-101 14,9634 1,9687 1
BE-102 7,1677 1,1038 1
5.5 Tangki Penyimpanan Larutan NaOH (T-201)
Fungsi : Penampungan larutan NaOH 8 %
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30OC
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik :
Diameter : 6,48 m
Tinggi : 14,06 m
Tebal : 1/4 in
5.6 Pompa Bahan NaOH (P-201)
Fungsi : Memompa larutan NaOH ke dalam tangki
ekstraksi (T-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 0,9164 lbm/s
Daya motor : 0,02 Hp
5.7 Digester (T–101)
Fungsi : Sebagai tempat pemasakan chip dengan menggunakan cairan pemasak NaOH 8%.
Jenis : Batch Stirred Tank
Bentuk : Tangki berpengaduk dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade A
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi :
Temperatur : 120°C
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia
Kondisi fisik :
Silinder :
Tinggi : 3,4466 m
Tebal : 1/4 in
Tutup :
Diameter : 2,2977 m
Tinggi : 0,5744 m
Tebal : 1/4 in
Pengaduk :
Jenis : two blade paddle,four baffles Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 0,6893 m
Daya motor : 0,1262 Hp Jaket pemanas :
Diameter : 2,3104 m
Tinggi : 3,4466 m
Tebal : 5 in
5.8 Pompa Produk Digester (P-101)
Fungsi : memompa produk dari Digester (T-101) menuju rotary washer I (RW-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 10,0799 lbm/s Daya motor : 0.2291 Hp
5.9 Rotary Washer I (RW-101)
Fungsi : untuk mencuci Pulp yang keluar dari Digester
Jenis : Continuous Rotary Drum Washer
Jumlah : 1 unit
Bahan kontruksi : Commercial Steel
Diameter : 1,1273 m
Waktu tinggal : 90 s
5.10 Tangki Penyimpanan Larutan NaOCl (T-202)
Fungsi : Penampungan larutan NaOCl
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30°C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik :
Diameter : 4,6151 m
Tinggi : 9,2303 m
Tebal : 1/2 in
5.11 Pompa Bahan NaOCl (P-202)
Fungsi : memompa larutan NaOCl ke Tangki Bleaching(T-102)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 0,2753 lbm/s Daya motor : 0,0063 Hp
5.12 Tangki Bleaching(T–102)
Fungsi : Tempat terjadinya bleaching pulpdengan larutan NaOCl
Jenis : Batch Stirred Tank
Bentuk : Tangki berpengaduk dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Temperatur : 60°C
Silinder :
Diameter : 3,7573 m
Tinggi : 6,57 m
Tebal : 1/2 in
Tutup :
Diameter : 3,7573 m
Tinggi : 0,9393 m
Tebal : 1/2 in
Pengaduk :
Jenis : paddle daun dua, tiga tingkat Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 1,1272 m
Daya motor : 5,3696 Hp Jaket pemanas :
Diameter : 5,3953 m
Tinggi : 4,0113 m
Tebal :1,37 in
5.13 Pompa Produk Tangki Bleaching(P-103)
Fungsi : memompa produk dari tangki bleaching (T-102) menuju rotary washer II (RW-102)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 54,5185 lbm/s
Daya motor : 1,2398 Hp
5.14 Rotary WasherII (RW–102)
Fungsi : untuk mencuci Pulp yang keluar dari tangki bleaching
Jenis : Continuous Rotary Drum Washer
Jumlah : 1 unit
Bahan kontruksi: Commercial Steel
Waktu tinggal : 90 s
Kecepatan : 0,06 putaran/detik
5.15 Rotary DryerI (RD–101)
Fungsi : Menguapkan H2O dari produk yang keluar dari rotary washer II hingga memenuhi komposisi air yang diizinkan
pada proses asetilasi.
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283, Grade C Kondisi operasi
Temperatur Udara : 120oC = 248oF
Temperatur bahan masuk : 38 oC = 100 oF
Temperatur umpan keluar rotary dryer : 1000C = 2120F Jumlah : 1 unit
Diameter : 1,7149 ft
Waktu lewatan : 28,66 menit Daya : 5,49 Hp
5.16 Tangki Asam Asetat Glasial (T-203)
Fungsi : Penyimpanan bahan baku asam asetat glasial
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30OC Tekanan : 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik :
Diameter : 5,8492 m
Tinggi : 11,6984 m
Tebal : 1 in
5.17 Pompa Bahan Asam Asetat Glasial (P-203)
Fungsi : memompa asam asetat glasial ke tangki Aktifasi
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Laju pompa : 1,3639 lbm/s
Daya motor : 0,0311 hp
5.18 Tangki Aktifasi (T-103)
Fungsi : Tempat mencampur pulp dengan asam asetat glasial
Jenis : Batch Stirred Tank
Bentuk : Tangki berpengaduk dengan alas dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Temperatur : 50°C
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia
Kondisi fisik :
Silinder :
Diameter : 1,5141 m
Tinggi : 3,0282 m
Tebal : 1/4 in
Tutup :
Diameter : 1,5141 m
Tinggi : 0,3785 m
Tebal : 1/4 in
5.19 Pompa Produk Tangki Aktifasi (P-104)
Fungsi : memompa produk tangki aktifasi ke reaktor
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 5,7354 lbm/s
Daya motor : 0,0131 Hp
5.20 Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (T-205)
Fungsi : Penampungan larutan asam sulfat
Jumlah : 1 unit Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30OC
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia
Kondisi Fisik :
Diameter : 3,0689 m
Tinggi : 6,1377 m
Tebal : 1/2 in
5.21 Pompa Bahan Asam Sulfat (P-205)
Fungsi : memompa asam sulfat ke reaktor asetilasi
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 0,1481 lbm/s
Daya pompa : 0,0034 Hp
5.22 Tangki Penyimpanan Asetat Anhidrat (T-204)
Fungsi : Penampungan bahan baku asetat anhidrat
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal Bahan konstruksi: Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30OC Tekanan : 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik :
Diameter : 7,7040 m
Tinggi : 15,4079 m
Tebal : 1 in
5.23 Pompa Bahan Asetat Anhidrat (P-204)
Fungsi : memompa asetat anhidrat ke reaktor asetilasi
Jenis : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 unit Laju pompa : 9,6254 lbm/s
Daya pompa : 0,2188 Hp
5.24 Reaktor Asetilasi (R-101)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi pemutusan ikatan –OH pada
pulp
Jenis : Batch Stirred Reactor
Bentuk : Tangki berpengaduk dengan alas dan tutup
ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Temperatur : 70°C
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik :
Silinder :
Diameter : 3,5409 m
Tinggi : 5,3114 m
Tebal : 0,2887 in
Tutup :
Diameter : 3,5409 m
Tinggi : 0,8793 m
Tebal : 0,8852 in
Pengaduk :
Jenis : two blade paddle,four baffles
Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 1,0623 m
Daya motor : 0,9979 Hp Jaket pemanas :
Diameter : 3,5556 m
Tinggi : 6,1967 m
5.25 Pompa Produk Reaktor Asetilasi (P-105)
Fungsi : memompa produk asetilasi ke reaktor hidrolisa
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 32,5954 lbm/s
Daya pompa : 0,7410 Hp
5.26 Reaktor Hidrolisa (R-102)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi hidrolisis selulosa triasetat dan asetat anhidrat.
Jenis : Reaktor tangki berpengaduk
Bentuk : Tangki berpengaduk dengan alas dan tutup ellipsoidal Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Operasi : Temperatur : 120°C
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia Kondisi fisik :
Silinder :
Diameter : 3,5570 m
Tinggi : 5,3355 m
Tebal : 0,2889 in
Tutup :
Diameter : 3,5570 m
Tinggi : 0,8892 m
Tebal : 0,2889 in
Pengaduk :
Jenis : paddle daun dua, tiga tingkat
Diameter : 1,0671 m
Daya motor : 0,0761 Hp Jaket pemanas :
Diameter : 3,8257 m
Tebal : 1,3644 in
5.27 Pompa Produk Reaktor Hidrolisa (P-106)
Fungsi : memompa produk dari tangki hidrolisa menuju menuju unit pendingin I
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 32,6507 lbm/s
Daya pompa : 0,7422 Hp
5.28 Cooler (H-E)
Fungsi : Untuk mendinginkan hasil keluaran tangki hidrolisa dari suhu 120oC sampai 50oC.
Bentuk : Horizontal condensor
Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
Dipakai : 1 in OD Tube 12 BWG, panjang = 16 ft Jumlah : 1 unit
Fluida panas :
Temperatur awal (T1) : 120°C = 248°F Temperatur akhir (T2): 50°C = 122°F Fluida dingin :
Temperatur awal (t1) : 30°C = 86°F Temperatur akhir (t2) : 40°C = 104°F
5.29 Centrifuge (CF)
Fungsi : memisahkan produk selulosa asetat dengan campuran larutan
Jenis : Helical conveyer centrifuge
Jumlah : 1 unit
Kecepatan : 12000 rpm
Daya motor : 53,2114 Hp
5.30 Rotary DryerII (RD-102)
rotary washer II hingga memenuh komposisi air yang diizinkan
pada proses asetilasi.
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283, Grade C Kondisi operasi :
Temperatur Udara : 120oC = 248oF
Temperatur umpan masuk rotary dryer : 50oC = 122oF Temperatur umpan keluar rotary dryer : 1000C = 2120F Jumlah : 1 unit
Diameter : 1,7149 ft
Waktu lewatan : 19,7767 menit Daya : 1,4704 Hp
5.31 Tangki Penampungan Asam Asetat Sisa (T-206)
Fungsi : Penampungan asam asetat sisa
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar Bahan konstruksi : Carbon steel SA-283 grade C
Jumlah : 1 unit
Kondisi Penyimpanan : Temperatur : 30oC
Tekanan : 1 atm = 14,696 psia
Kondisi fisik :
Diameter : 10,2323 m
Tinggi : 10,2323 m
Tebal : 1 in
5.32 Crusher(CR)
Fungsi : Menggiling serpihan selulosa asetat menjadi serpihan halus.
Jenis : roll crusher
Bahan konstruksi : Carbon steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 9880,7464 kg/jam = 2,7447 kg/s Ukuran produk : 0,15 mm
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 InstrumentasiInstrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Pengoperasian suatu pabrik kimia harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan dalam rancangannya. Persyaratan tersebut meliputi keselamatan, spesifikasi produk, peraturan mengenai lingkungan hidup, kendala operasional, dan faktor ekonomi. Pemenuhan persyaratan tersebut berhadapan dengan keadaan lingkungan yang berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi jalannya proses atau yang disebut disturbance (gangguan) (Stephanopoulus, 1984). Maka operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol dengan cermat, mudah dan efisien. Pengendalian atau pemantauan tersebut dilaksanakan melalui penggunaan peralatan dan engineer (sebagai operator terhadap peralatan tersebut) sehingga kedua unsur ini membentuk satu system kendali terhadap pabrik. Dengan adanya instrumentasi ini pula, para sarjana teknik dapat segera melakukan tindakan apabila terjadi kejanggalan dalam proses. Namun pada dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di pabrik mencapai tingkat kesalahan (error) yang paling minimum sehingga produk dapat dihasilkan secara optimal (Considine, 1985).
Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis) (Peters, et.al., 2004).
1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan. 2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik,
konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel lainnya
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari (Considine,1985): 1. Sensing Elemen/Elemen Perasa (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variable yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol.
3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil
ataupun meniadakan penyimpangan yang terjadi. 4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian preralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan dengan mengatur instrument pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variable yang dikontrol maka instrument akan bekerja sendiri sebagai controller. Pengendalian secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada variable yang dikontrol. Untuk mengubah variable-variabel ke nilai yang diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrument ini bekerja sebagai pencatat (recorder).
2. Levelinstrumentasi
3. Ketelitian yang dibutuhkan 4. Bahan konstruksinya
5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses.
(Timmerhaus,2004)
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah (Considine, 1985).
1. Untuk variabel temperatur:
Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati temperature suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian
Temperature Indicator Controller (TI) adalah instrumentasi yang
digunakan untuk mengamati temperatur dari suatu alat 2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Level Indicator Contoller (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat.
3. Untuk variabel tekanan
Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Pressure Indicator Controller (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi suatu alat.
4. Untuk variabel aliran cairan
Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Tabel 6.1 Daftar penggunanan instrumentasi pada Pra –Rancangan Pabrik pembuatan selulosa asetat dari Alang-alang.
6.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik pada saat rancangan dan saat pabrik beroperasi. Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain (Peters et.al., 2004):
No Nama Alat Instrumentasi
1 Digester
Temperature Controller (TC)
Level Indicator (LI)
Flow Controller (FC)
2 Tangki Bleaching
Temperature Controller (TC)
Level Indicator (LI)
Flow Controller (FC) 3 Bucket Elevator Flow Controller (FC)
4 Rotary Washer Level Indicator (LI) Flow Controller (FC)
5 Reaktor
Temperature Controller (TC)
Level Indicator (LI)
Flow Controller (FC)
6 Pompa Flow Controller (FC)
1. Meningkatkan spesialisasi ketrampilan karyawan dalam menggunakan peralatan secara benar sesuai tugas dan wewenangnya serta mengetahui cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.
2. Melakukan pelatihan secara b