PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN SELULOSA DIASETAT DARI PULP DAN
ASETAT ANHIDRAT DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 3.000
TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Sarjana Teknik Kimia
OLEH :
LEONARDO SILITONGA
NIM : 050405046
D E P A R T E M E N T E K N I K K I M I A
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN SELULOSA DIASETAT DARI PULP DAN ASETAT
ANHIDRAT DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 3.000 TON/TAHUN
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia
Oleh:
LEONARDO SILITONGA
050405046
Telah Diperiksa / Disetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Halimatuddahliana ST, MSc Ir. Netti Herlina, MT NIP : 19730408 199802 2 002 NIP: 132 243 746
Dosen Penguji I Dosen Penguji II Dosen Penguji III
Dr. Halimatuddahliana ST, MSc Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia Dr.Ir.Fatimah MT NIP : 19730408 199802 2 002 NIP : 19530921 198103 2 003 NIP : 19640617 199403 2 001
Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir
Ir. Renita Manurung, MT NIP. 19681214 199702 2 002
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Syukur saya kepada Tuhan Yang Maha Esa
Tanpa Restu-Nya, tidak ada yang dapat terjadi
Tugas Akhir ini saya dedikasikan untuk:
Bapak, Mamak, Kekasih, Sahabat
atas dukungan dan doa mereka
serta
Semua dosen, pegawai dan teman-teman di Teknik
Kimia USU
atas kebersamaan yang tak ternilai selama ini
Judul :
PRA RANCANGAN PABRIK
PEMBUATAN SELULOSA DIASETAT DARI PULP DAN
ASETAT ANHIDRAT DENGAN KAPASITAS
PRODUKSI 3.000 TON / TAHUN
Judul dalam bahasa Inggris :
THE PRELIMINARY DESIGN FOR
CELLULOSE DIACETATE PRODUCTION PLANT BY
PULP AND ACETIC ANHYDRATE
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang selalu memberikan
kesehatan dan menunjukkan jalan dan pengharapan sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Selulosa Diasetat dari Pulp
dan Asetat Anhidrat dengan Pelarut Asam Asetat dengan Kapasitas Produksi
3.000 ton/tahun.
Pra–rancangan pabrik ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam
menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi Strata Satu (S1) Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,
Penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan fasilitas dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda L. Silitonga dan Ibunda R. Lumban Gaol yang selalu memotivasi
dan tidak henti berdoa agar penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Dr.Halimatuddahliana, ST. MSc, dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan masukan, motivasi dan bimbingan serta pengertian kepada
Penulis selama penulisan Tugas Akhir ini.
3. Ibu Ir. Netti Herlina, MT, dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan kepada Penulis selama penulisan Tugas
Akhir ini.
4. Bapak Dr. Eng. Ir. Irvan, MSi, Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Ir. Fatimah MS, Sekretaris Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Ir. Renita Manurung, MT, Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara
8. Sahabat sekaligus kekasih tercinta Maryana Jayanti Pasaribu yang selalu
memberikan semangat, bantuan dan pengertian dalam penyelesaian Tugas
9. Sahabatku Esron Gigs, Martin Stax, Edi Mulia, Bambang, Bob Ave dan
Jamardi yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir
ini.
10.Juneidi Manurung, sebagai teman seperjuangan Penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
11.Sahabatku Wilson, Edu, Septin, Edu, Bobby dan kawan – kawan di Angkatan
’05 yang telah banyak memberikan masukan, doa dan motivasinya kepada
Penulis.
12.Adik – Adik di Teknik Kimia USU yang tidak tersebutkan namanya yang
telah banyak memberikan bantuan, masukan, doa dan motivasinya kepada
Penulis.
13.Abang dan Kakak Alumni yang tidak tersebutkan namanya yang telah banyak
memberikan masukan, doa dan motivasinya kepada Penulis.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan baik isi ataupun kesalahan penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
INTISARI
Selulosa diasetat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tekstil, filter, plastik dan yang lainnya yang dapat diproduksi dari serat yang mengandung selulosa dengan kadar tinggi. Kebutuhan akan selulosa diasetat yang meningkat yang selama ini selalu diimpor tentu membuat biaya produksi industri lanjutannya semakin tinggi padahal bahan baku utama dalam pembuatan selulosa diasetat adalah pulp hasil produksi dalam negeri yang selama ini selalu diekspor.
Selulosa diasetat yang akan diproduksi 3.000 ton/tahun dengan 330 hari kerja dengan bahan baku utama pulp dan asetat anhidrat dengan proses utama yaitu asetilasi pada suhu 700C dan hidrolisis pada suhu 1200C.
Lokasi pabrik pembuatan selulosa diasetat ini direncanakan didirikan di daerah Air Genting, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal 21.500 m2.Tenaga kerja yang dibutuhkan 156 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur utama dengan struktur organisasi sistem garis.
Hasil analisa ekonomi pabrik selulosa diasetat adalah sebagai berikut:
Total Modal Investasi : Rp 139.034.755.050,-
Biaya Produksi : Rp 107.487.240.911,-
Hasil Penjualan : Rp 163.397.950.289,-
Laba Bersih : Rp 38.959.309.082,-
Profit Margin : 34,05 %
Break Even Point : 50,85%
Return on Investment : 28,02 %
Pay Out Time : 3,57 tahun
Return on Network : 47,70 %
Internal Rate of Return : 40,05 %
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ...i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-2
1.2 Perumusan Masalah ... I-2
1.3 Tujuan Perancangan Pabrik ... I-2
1.4 Manfaat Perancangan ... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1 Pulp ... II-1
2.2 Serat ... II-1
2.3 Selulosa Diasetat ... II-3
2.4 Tahapan Pembuatan Selulosa Diasetat ... II-3 2.4.1 Persiapan Bahan Baku (Pretreatment) ... II-4
2.4.2 Proses Reaksi Utama ... II-4
2.4.3 Pemurnian Produk ... II-5
2.4.4 Recovery Pelarut Asam Asetat. ... II-6
2.5 Sifat Bahan Baku dan Produk... II-6
2.5.1 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku ... II-6
2.5.2 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Penunjang ... II-7
2.5.3 Sifat Fisis dan Kimia Produk ... II-9
BAB III NERACA MASSA ...III-1
BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1
5.1 Gudang Penyimpanan Pulp (V-101). ... V-1
5.2 Tangki Penyimpanan Asam Asetat Glasial (V-102). ... V-1
5.4 Tangki Penyimpanan Asetat Anhidrat (V-104) ... V-2
5.5 Tangki Penyimpanan Magnesium Asetat (V-105) ... V-3
5.6 Tangki Penampungan Asam Asetat Sisa (V-106) ... V-3
5.7 Gudang Penyimpanan Selulosa Diasetat (V-107) ... V-4
5.8 Tangki Pencampur (M-101) ... V-4
5.9 Tangki Pencampur (M-102) ... V-5
5.10 Tangki Pencuci (WT-101) ... V-5
5.11 Reaktor (R-101 A/B)... V-6
5.12 Tangki Hidrolisa (R-102 A/B)... V-7
5.13 Tangki Netralisasi (T-101) ... V-8
5.14 Pompa Bahan Asetat Anhidrat (P-104) ... V-9
5.15 Pompa Bahan Asam Asetat Glasial (P-102) ... V-9
5.16 Conveyer Pulp (SC-101) ... V-10
5.17 Sentrifuge (CF-101) ... V-10
5.18 Sentrifuge (CF-102) ... V-10
5.19 Dekanter (D-101) ... V-11
5.20 Cooler (E-101) ... V-11
5.21 Hammer Mill (HM-101) ... V-12
5.22 Hammer Mill (HM-102) ... V-12
5.23 Rotary Dryer (RD-101) ... V-12
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1
6.1 Instrumentasi ... VI-1
6.2 Keselamatan Kerja ... VI-4
6.3 Pencegahan Bahaya Pada Pabrik Pembuatan Selulosa Diasetat . VI-5
6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan ... VI-5
6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri ... VI-7
6.3.3 Keselamatan Kerja terhadap Listrik ... VI-7
6.3.4 Pencegahan terhadap Gangguan Kesehatan ... VI-7
6.3.5 Pencegahan terhadap Bahaya Mekanis ... VI-8
6.3.6 Pencegahan dan Pertolongan Pertama Jika terhadap Bahan
BAB VII UTILITAS... VII-1
7.1 Kebutuhan Steam (Uap) ... VII-1
7.2 Kebutuhan Air ... VII-2
7.2.1 Screening ... VII-5
7.2.2 Klarifikasi ... VII-6
7.2.3 Filtrasi ... VII-7
7.2.4 Demineralisasi ... VII-8
7.2.5 Deaerator ... VII-10
7.3 Kebutuhan Listrik ... VII-11
7.4 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-11
7.5 Unit Pengolahan Limbah ... VII-12
7.5.1 Kolam Penampungan (POND) ... VII-14
7.5.2 Bak Penampungan Awal ... VII-14
7.5.3 Bak Netralisasi ... VII-15
7.5.4 PengolHn Limbah dengan Sistem Activated Sludge
(Lumpur Aktif) ... VII-16
7.5.5 Tangki Sedimentasi ... VII-18
7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-19
7.6.1 Screening (SC) ... VII-19
7.6.2 Bak Sedimentasi (BS) ... VII-19
7.6.3 Klarifier (CL) ... VII-20
7.6.4 Sand Filter (SF)... VII-20
7.6.5 Tangki Penampungan -01(TU-01) ... VII-20
7.6.6 Tangki Penampungan -02 (TU-02) ... VII-21
7.6.7 Tangki Penampungan -03 (TU-03) ... VII-21
7.6.8 Tangki Kation / Cation Exchanger (CE)... VII-22
7.6.9 Tangki Anion / Anion Exchanger (AE) ... VII-22
7.6.10 Tangki Pelarutan Alum [Al2(SO4)3] (TP – 01) ... VII-22
7.6.11 Tangki Pelarutan Soda Abu [Na2CO3] (TP – 02) ... VII-23
7.6.12 Tangki Pelarutan NaCl (TP-04) ... VII-23
7.6.13 Tangki Pelarutan NaOH (TP-03) ... VII-24
7.6.15 Deaerator (DE) ... VII-25
7.6.16 Ketel Uap (KU) ... VII-25
7.6.17 Cooling Tower (CT) ... VII-25
7.6.18 Tangki Bahan Bakar (TU-03) ... VII-25
7.6.19 Pompa Sedimentasi (PU-01) ... VII-26
BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1
8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1
8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-3
8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-4
BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1
9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1
9.1.1 Bentuk Organisasi Garis ... IX-2
9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil... IX-2
9.1.3 Bentuk Organisasi Fungsionil dan Staf ... IX-3
9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3
9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4
9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... IX-6
9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... IX-6
9.4.2 Dewan Komisaris ... IX-6
9.4.3 Direktur ... IX-7
9.4.4 Sekretaris ... IX-7
9.4.5 Manager Produksi ... IX-7
9.4.6 Manager Teknik ... IX-7
9.4.7 Manager Umum dan Keuangan ... IX-8
9.4.8 Manager Pembelian dan Pemasaran... IX-8
9.5 Sistem Kerja ... IX-8
9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-10
9.7 Sistem Penggajian ... IX-11
9.8 Tata Tertib ... IX-13
9.9 JAMSOSTEK dan Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-13
BAB X ANALISA EKONOMI ... X-1
10.1.1 Modal Investasi Tetap / Fixed Capital Investment (FCI) ... X-1
10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC) ... X-2
10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/ Total Cost (TC) ... X-4
10.2.1 Biaya Tetap (BT) / Fixed Cost (FC) ... X-4
10.2.2 Biaya Variabel (BV) / Variable Cost (VC) ... X-4
10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5
10.4 Bonus Perusahaan ... X-5
10.5 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5
10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5
10.6.1 Profit Margin (PM) ... X-5
10.6.2 Break Even Point (BEP) ... X-5
10.6.3 Return on Investment (ROI) ... X-6
10.6.4 Pay Out Time (POT) ... X-6
10.6.5 Return on Network (RON) ... X-7
10.6.6 Internal Rate of Return (IRR) ... X-7
BAB XI KESIMPULAN ... XI-1
DAFTAR PUSTAKA ...
xII-1
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN
LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Beberapa Jenis Pulp ... II-1
Tabel 4.1 Neraca energi pada Tangki Pencampur (M-101) ... IV-1
Tabel 4.2 Neraca energi pada Reaktor (R-101 A/B) ... IV-2
Tabel 4.3 Neraca energi pada Tangki Hidrolisa (R-102 A/B) ... IV-2
Tabel 4.4 Neraca energi pada Cooler (E-101) ... IV-2
Tabel 4.5 Neraca energi pada Tangki Netralisasi (T-101) ... IV-3
Tabel 4.6 Neraca energi pada Rotary Dryer (RD-101) ... IV-3
Tabel 5.1 Spesifikasi pompa – pompa ... V-9
Tabel 5.2 Spesifikasi Conveyer ...V-10
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa
Asetat……….VI
-4
Tabel 6.2 Metode Pencegahan dan Pertolongan Pertama Jika Terkena Bahan
Kimia………V
I-9
Tabel 7.1 Kebutuhan Uap ... VII-1
Tabel 7.2 Kebutuhan Air Proses ... VII-2
Tabel 7.3 Kebutuhan Air Panas 90 0C pada Alat ... VII-2
Tabel 7.4 Pemakaian Air untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-3
Tabel 7.5 Kualitas Air Sungai Silau Asahan ... VII-4
Tabel 7.6 Kebutuhan Listrik pada Alat Utilitas ... VII-11
Tabel 7.7 Spesifikasi pompa-pompa utilitas... VII-27 Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-4
Tabel 9.1 Susunan Jadwal Shift Karyawan ... IX-9
Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ... IX-10
Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ... IX-12
Tabel LA-1 Menyajikan rumus molekul, berat molekul dan titik didih komponen
yang terlibat dalam proses
Tabel LB-1 Tabel kontribusi nilai kapasitas panas liquid (Cpl) metode Chuch dan
Swanson ... LB-1
Tabel LB-2 Tabel Tabel Kontribusi Unsur Atom dengan Metode Hurst dan
Harrison ... LB-2
Tabel LB-3 Tabel kontribusi gugus nilai panas pembentukan (∆Hfo) ... LB-3 Tabel LB-4 Nilai kapasitas panas masing-masing komponen ... LB-5
Tabel LB-5 Nilai panas pembentukan dan panas penguapan ... LB-7
Tabel LB-6 Perhitungan panas masuk pada Tangki Pencampur (M-101) ... LB-8
Tabel LB-7 Perhitungan panas keluar Tangki Pencampur (M-101) ... LB-9
Tabel LB-8 Neraca energi Tangki Pencampur
(M-101)………...LB-9
Tabel LB-9 Perhitungan panas masuk Reaktor (R-101 A/B) ... LB-11
Tabel LB-10 Perhitungan panas keluar Reaktor (R-101
A/B)………...LB-11
Tabel LB-11 Neraca energi Reaktor (R-101 A/B) ... LB-12
Tabel LB-12 Perhitungan panas masuk Tangki Hidrolisa (R-102 A/B) ... LB-13
Tabel LB-13 Perhitungan panas keluar Tangki Hidrolisa (R-102
A/B)………...LB-14
Tabel LB-14 Neraca energi Tangki Hidrolisa (R-102
A/B)……….LB-15
Tabel LB-15 Perhitungan panas keluar Cooler (E-101)………LB-16
Tabel LB-16 Neraca Energi Cooler (E-101). ... LB-17
Tabel LB-17 Perhitungan panas masuk Tangki Netralisasi (T-101). ... LB-18
Tabel LB-18 Perhitungan panas keluar Tangki Netralisasi (T-101). ... LB-19
Tabel LB-19 Neraca energy Tangki Netralisasi (T-101). ... LB-20
Tabel LB-20 Perhitungan panas masuk Rotary dryer (RD-101). ... LB-21
Tabel LB-21 Perhitungan panas keluar Rotary Dryer (RD-101) ... LB-22
Tabel LB-22 Neraca Energi Rotary Dryer (RD-101) ... LB-22
Tabel LC-1 Komposisi bahan masuk ke gudang penyimpanan pulp
(V-101)…...LC-1
Diasetat ... LC-12
Tabel LC-3 Komposisi bahan masuk ke tangki pencampur
(M-101)…………..LC-13
Tabel LC-4 Komposisi bahan masuk ke tangki pencampur (M-102) ... LC-16
Tabel LC-5 Komposisi bahan masuk ke tangki pencuci (V-105) ... LC-18
Tabel LC-6 Komposisi bahan masuk ke reaktor (R-101 A/B) ... LC-22
Tabel LC-7 Komposisi bahan masuk ke Tangki Hidrolisa (R-102 A/B) ... LC-27
Tabel LC-8 Komposisi bahan masuk ke tangki netralisasi (T-101) ... LC-32
Tabel LC-9 Hasil perhitungan untuk semua pompa proses ... LC-39
Tabel LC-10 Komposisi bahan masuk ke Centrifuge
(CF-101)……….LC-42
Tabel LC-11 Komposisi bahan masuk ke centrifuge (CF-102) ... LC-43
Tabel LC-12 Komposisi bahan yang masuk ke decanter (D-101) ... LC-45
Tabel LD-1 Spesifikasi untuk ponpa-pompa utilitas ... LD-34
Tabel LE-1 Perincian Harga Bangunan dan Sarana Lainnya ...LE-1
Tabel LE-2 Harga Indeks Marshall dan Swift ...LE-3
Tabel LE-3 Estimasi Harga Peralatan Proses ...LE-7
Tabel LE-4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan Pengolahan Limbah ...LE-8
Tabel LE-5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-10
Tabel LE-6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-13
Tabel LE-7 Perician Biaya Kas ... LE-15
Tabel LE-8 Perincian Modal Kerja ... LE-16
Tabel LE-9 Aturan Depresiasi sesuai UU RI No.17 tahun 2000 ... LE-17
Tabel LE-10 Perkiraan Biaya Depresiasi sesuai UU RI No.17 tahun 2000 ... LE-18
Tabel LE-11 Data perhitungan BEP ... LE-25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 8.1 Tata Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Selulosa Diasetat ... VIII-6
Gambar 9.1 Struktur Organiasi Pabrik Pembuatan Selulosa Diasetat ... IX-16
Gambar LE-1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan dan Tangki
Pelarutan.(Peters, 2004) ... LE-5
Gambar LE-2 Kurva Break Even Point Pabrik Pembuatan Selulosa Diasetat ...
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1
LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ... LB-1
LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1
LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS... LD-1
LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI ... LE-1
INTISARI
Selulosa diasetat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan tekstil, filter, plastik dan yang lainnya yang dapat diproduksi dari serat yang mengandung selulosa dengan kadar tinggi. Kebutuhan akan selulosa diasetat yang meningkat yang selama ini selalu diimpor tentu membuat biaya produksi industri lanjutannya semakin tinggi padahal bahan baku utama dalam pembuatan selulosa diasetat adalah pulp hasil produksi dalam negeri yang selama ini selalu diekspor.
Selulosa diasetat yang akan diproduksi 3.000 ton/tahun dengan 330 hari kerja dengan bahan baku utama pulp dan asetat anhidrat dengan proses utama yaitu asetilasi pada suhu 700C dan hidrolisis pada suhu 1200C.
Lokasi pabrik pembuatan selulosa diasetat ini direncanakan didirikan di daerah Air Genting, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas areal 21.500 m2.Tenaga kerja yang dibutuhkan 156 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur utama dengan struktur organisasi sistem garis.
Hasil analisa ekonomi pabrik selulosa diasetat adalah sebagai berikut:
Total Modal Investasi : Rp 139.034.755.050,-
Biaya Produksi : Rp 107.487.240.911,-
Hasil Penjualan : Rp 163.397.950.289,-
Laba Bersih : Rp 38.959.309.082,-
Profit Margin : 34,05 %
Break Even Point : 50,85%
Return on Investment : 28,02 %
Pay Out Time : 3,57 tahun
Return on Network : 47,70 %
Internal Rate of Return : 40,05 %
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Selulosa Diasetat pertama kali dikenalkan oleh Schutzanberger pada 1865.
Pada 1879, Franchimont melaporkan penggunaan asam sulfat sebagai katalis untuk
asetilasi, dimana katalis ini masih sangat biasa digunakan untuk produksi selulosa
diasetat secara komersial. Proses pembuatan selulosa diasetat selanjutnya
disempurnakan oleh Miles (1903) dan Von Bayer (1906), selanjutnya dibawah
pengawasan Camille dan Henri Dreyfus untuk pertama kalinya direalisasikan proses
produksi selulosa diasetat dengan skala besar di Inggris. Selulosa diasetat banyak digunakan untuk berbagai macam hal, yaitu sebagai bahan untuk pembuatan benang
tenunan dalam industri tekstil, sebagai filter pada rokok, bahan untuk
lembaran-lembaran plastik, film dan juga cat. Oleh karena itu selulosa diasetat merupakan
bahan industri yang cukup penting peranannya.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, diperoleh data bahwa kebutuhan
selulosa diasetat di Indonesia masih dipenuhi dengan mengimpor dari luar negeri
misalnya negara Jepang, Amerika dan beberapa negara Eropa. Indonesia merupakan
salah satu penghasil tekstil terbesar di dunia, ketergantungan akan selulosa diasetat
menjadikan APBN Indonesia untuk impor bahan baku ini cukup tinggi, sehingga
membebani ongkos produksi tekstil dalam negeri.
Dengan demikian, maka sangatlah tepat untuk mendirikan suatu industri yang
memproduksi selulosa diasetat di Indonesia. Adapun beberapa hal yang menjadi
pertimbangan untuk mendirikan pabrik selulosa diasetat di Indonesia di antaranya :
1. Kebutuhan akan selulosa diasetat yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
2. Banyaknya tenaga kerja yang memerlukan penyaluran sehingga dengan
pendirian pabrik ini diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga akan
mengurangi angka pengangguran.
Dalam perkembangannya, kebutuhan selulosa diasetat di Indonesia cenderung
Walau ada beberapa tahun impor menurun, akan tetapi tidak terlalu kecil
sehingga tidak perlu terlalu di khawatirkan, seperti yang diperlihatkan pada tabel di
bawah ini.
Tahun Ton
2005 2.840,353
2006 2.699,461
2007 2.941,931
2008 3.180,449
2009 3.037,247
(Sumber : Data BPS Medan, 2009)
1.2Perumusan Masalah
Sehubungan dengan semakin diperlukannya tekstil yang aman dan ramah
terhadap lingkungan, serta terdapatnya potensi produksi tekstil yang cukup besar di
Indonesia, maka suatu prospek yang bagus untuk membuat suatu perancangan pabrik
pembuatan selulosa diasetat sebagai bahan baku pembuatan tekstil dengan
menggunakan bahan baku utama pulp dan asetat anhidrat dengan bantuan katalis asam sulfat sangat memungkinkan.
1.3Tujuan Perancangan
Tujuan perancangan pabrik pembuatan selulosa diasetat ini adalah untuk
menerapkan disiplin ilmu Teknik Kimia, khususnya dibidang rancang, proses dan
operasi teknik kimia, sehingga memberikan gambar kelayakan Pra Perancangan ini.
1.4Manfaat Perancangan
Manfaat Pra Rancangan pabrik Pembuatan Selulosa Diasetat dari Pulp dan
Asetat Anhidrat adalah memberi gambaran kelayakan (feasibility) dari segi
rancangan dan ekonomi pabrik ini untuk dikembangkan di Indonesia. Di mana
nantinya gambaran tersebut menjadi patokan untuk pengambilan keputusan terhadap
pendirian pabrik tersebut. Proses pembuatan selulosa diasetat dimanfaatkan untuk
merupakan salah satu komoditas yang harus didatangkan dari luar Indonesia dan
mengurangi penggunaan bahan baku tekstil yang berasal dari bahan sintesis yang
seringkali menimbulkan berbagai masalah lingkungan sehingga kebutuhan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pulp
Pulp merupakan material berserat yang dihasilkan dari beberapa tahapan proses melalui perlakuan kimia dan mekanis, tergantung jenis bahan baku. Sekarang,
sekitar 90 % produksi pulp dunia berbahan baku dari kayu. Adapun beberapa kandungan yang terdapat dalam kayu adalah α-selulosa (R-10) dan xylen. Kandungan dari bahan baku pulp yang mempengaruhi pembuatan selulosa asetat
adalah α-selulosa (R-10, dengan batas kandungan minimal α-selulosa (R-10) dalam
pulp 96 % (Lewin, 2006). Berikut kadar α-selulosa (R-10) dalam pulp pada beberapa proses dan bahan baku.
Tabel 2.1 Karakteristik Beberapa Jenis Pulp
(Sumber : Sixta, 2006)
2.2 Serat
Serat atau fiber adalah suatu jenis
komponen yang membent
banyak hal: untuk membuat tali, kain, ata
dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis
dapat
alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,
dan proses
dapat digolongkan ke dalam:
• Serat
dan kadang-kadang mengandung pula
kertas dan tekstil. Serat tumbuhan juga penting bagi nutrisi manusia.
• Serat
• Serat
hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat
bulu
• Serat
satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Adapun serat buatan/sintetis yang dikenal pada saat ini di kelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1.Serat mineral : serat yang terbuat dari bahan baku berupa mineral
Contoh :
•
• Serat
•
2. Serat polimer : bagian dari serat sintetis, serat jenis ini dibuat melalui proses kimia
Contoh :
• polyamida
• PET atau PB
• fenol-formaldehid (PF)
•
•
•
2.3 Selulosa Diasetat
Selulosa diasetat merupakan serat yang sangat mudah dihasilkan dengan
biaya yang rendah dan kualitas produk yang baik. Selulosa diasetat digunakan dalam
berbagai industri seperti pembuatan tekstil, plastik, fiber, dan filter rokok. Adapun
sifat selulosa diasetat yang membedakan dengan serat sintetis lainnya adalah : • Termoplastik
• Selektif absorpsi dan dapat membuang beberapa bahan organik dengan kadar rendah
• Mudah digabungkan dengan plasticizers, panas, dan tekanan
• Selulosa diasetat larut pada kebanyakan pelarut (terutama aseton dan pelarut organik) dan dapat dimodifikasi agar dapat dilarutkan dengan pelarut
alternatif, termasuk air
• Hidrofilik, membuat selulosa diasetat gampang basah, dengan pengantar cairan yang baik dan absorpsi yang bagus
• Area permukaan luas
• Terbuat dari sumber yang dapat diperbaharui : pulp kayu • resistan untuk mold dan mildew
• Mudah hancur dengan larutan alkali kuat dan agen oksidasi kuat • Dapat dibersihkan atau dikeringkan dengan mudah
2.4 Tahapan Pembuatan Selulosa diasetat
Selulosa diasetat merupakan hasil reaksi dari selulosa dan asetat anhidrid, yang
merupakan produk senyawa dari gugus hidroksil dan asam. Ada 3 proses utama yang
biasa digunakan untuk memproduksi selulosa diasetat, yaitu :
1. Solvent process (proses dengan pelarut)
Merupakan proses yang paling umum dan biasa digunakan. Pada proses asetilasi
digunakan asetat anhidrid sebagai reaktan utama dan berlangsung dengan
2. Solution process (proses larutan)
Methylene chloride menggantikan semua atau sebagian asam asetat dan aksinya
sebagai solvent bagi selulosa diasetat yang terbentuk.
3. Heterogenous process (proses heterogen)
Cairan organik inert, seperti benzene ligroin digunakan sebagai non-solvent
untuk menjaga selulosa terasetilasi yang telah terbentuk dalam larutan.
Proses yang digunakan pada perancangan proses ini yaitu proses dengan pelarut
asam asetat dengan reaktan utama asetat anhidrat dan katalis asam sulfat karena
memiliki keuntungan pada proses asetilasi yang menghasilkan derajat asetilasi yang
tinggi yaitu 2,50 – 2,95 (Mc Ketta, 1997).
Secara umum, proses produksi selulosa diasetat dengan proses di atas meliputi 4
tahapan proses, yaitu :
1. Persiapan Bahan Baku (Pretreatment)
2. Proses Reaksi Utama (Asetilasi dan Hidrolisis)
3. Pemurnian Produk
4. Recovery pelarut asam asetat
Proses pembuatan selulosa diasetat adalah sebagai berikut :
2.4.1 Persiapan Bahan Baku (Petreatment)
Pulp dari gudang penyimpanan pulp (V-101) dibawa dengan conveyor
SC-101 dan dilewatkan ke alat pemotong (hammer mills) HM-SC-101 untuk memperkecil
partikel pulp. Kemudian dibawa kembali dengan conveyor SC-102 ke tangki M-101
yang terbuat dari stainless steel dilengkapi dengan agitator dan asam asetat glasial
dipompa dari tangki V-102 sebanyak 25 % dari berat selulosa pada kondisi operasi
500C dan diagitasi selama 30 menit.untuk proses aktivasi pulp dalam penyeragaman
selulosa (pretreatment). Fasa pada proses pretreatment adalah bubur (slurry).
2.4.2 Proses Reaksi Utama
- Asetilasi
Kemudian pulp yang diaktivasi dimasukkan ke dalam reaktor R-101A/B yang
dilengkapi dengan agitator dan jaket pendingin. Proses asetilasi yang berlangsung
pada reaktor R- 101A/B adalah batch sehingga dibuat paralel untuk menjadikan
280% dari tangki 104, pelarut asam asetat (70%) sebanyak 450% dari tangki
V-106 dan katalis asam sulfat dari tangki V-103 sebanyak 3% dari berat selulosa yang
telah diaktivasi dengan kondisi operasi 70oC dan waktu reaksi 1 jam (50 menit
pencapaian suhu 700C akibat adanya panas reaksi dan 10 menit untuk memperoleh
efek asetilasi).
Berikut mekanisme proses asetilasi yang terjadi pada reaktor R-101A/B :
Asetat anhidrat Karbokation
Karbokation Selulosa monoasetat Asam asetat
Reaksi ini diawali dengan terjadinya protonisasi pada atom O pada gugus
karbonil dalam asetat anhidrat membentuk karbokation. Karbo-kation yang cukup
efektif ini merupakan suatu senyawa antara dimana terjadi muatan positif pada atom
C yang berikatan dengan atom O yang terprotonasi. Dengan adanya karbokation ini
maka subtitusi nukleofilik akan mudah terjadi. Pada reaksi ini pasangan electron
yang tidak berikatan pada atom O pada gugus hidroksil akan menyerang karbokation
tersebut dan diikuti oleh eliminasi asam karboksilat dan H+. Dalam reaksi asetilasi ini
kedudukan OH- pada atom C menentukan kereaktifan atom pada reaksi esterifikasi.
Halangan sterik yang dimiliki gugus hidroksil pada C6 lebih kecil dibandingkan pada
atom C2 dan atom C3. Dengan alasan yang sama kemungkinan tahap reaksi
selanjutnya terjadi pada atom C3 dan terakhir pada C2. Dengan demikian reaksi
Berikut reaksi umum asetilasi selulosa dengan asetat anhidrat pada reaktor R-101A/B
(
α
-selulosa (R-10)) (Asetat anhidrat) (Selulosa triasetat) (Asam asetat)- Hidrolisis
Setelah proses asetilasi, produk R-101A/B selanjutnya dihidrolisis dalam
tangki R-102A/B dengan penambahan air sebanyak 70% dari berat selulosa (U.S.
Patent :4,590,266 Yamashita, 1986). Tangki hidrolisis berbentuk vertikal dan dilengkapi dengan agitator. Suhu operasi yang berlangsung pada proses hidrolisis
adalah 1200C yang diperoleh dari steam selama 2 jam (U.S. Patent : 4,306,060
Ikemoto, 1981).
CTA + 0,55 H2O CDA + 0,55CH3COOH
Pada proses hidrolisis ini seluruh asetat anhidrat sisa juga terhidrolisis menjadi asam
asetat.
2.4.3 Pemurnian Produk
Setelah melalui proses hidrolisis, maka larutan dialirkan ke dalam tangki
netralisasi T-101. Pada tangki ini dipompakan larutan magnesium asetat 20%
sebanyak 24% dari berat selulosa dari tangki V-105 untuk menetralisasikan asam
sulfat. Kemudian larutan dipompa ke sentrifius (SF-101). Endapan berupa selulosa
asetat sekunder (selulosa diasetat) dalam bentuk serpihan padatan (flake) diambil dan
dimasukkan ke dalam tangki pencucian WT-101, sedangkan larutan sisa masuk ke
dalam proses recovery asam asetat. Selulosa diasetat dicuci dengan air pada tangki
WT-101 untuk membersihkan kotoran atau larutan asam sisa yang masih terdapat
pada selulosa asetat. Kemudian larutan dialirkan ke sentrifius (SF-102) untuk
memisahkan air dan padatan selulosa diasetat. Selanjutnya selulosa diasetat dibawa
ke rotary dryer (RD-101) untuk dikeringkan hingga kelembaban 2-5% pada suhu
100 OC yang kemudian dibawa dengan menggunakan conveyor (SC-103) ke tangki
bentuk flake. Kemudian diteruskan ke gudang penyimpanan produk selulosa diasetat
(V-107) dengan menggunakan conveyer (SC-104).
2.4.4 Recovery Pelarut Asam Asetat
Larutan dari tangki pengendapan SF-101 dialirkan ke tangki dekanter D-101
untuk memisahkan magnesium sulfat dari asam asetat dan air. Fasa berat dialirkan ke
unit pengolahan limbah sedangkan larutan sisa dialirkan ke tangki pencampuran
asam asetat dengan menambahkan sejumlah air sehingga komposisi asam asetat pada
tangki penyimpanan sebesar 70%.
2.5 Sifat Bahan Baku dan Produk
2.5.1 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku
a. Pulp
Sifat Fisis :
Wujud : padat
Sg : 1,6 g/cm3
Rumus molekul : (C6H7O2(OH)3)x
Kapasitas panas : 0,32 Cal/g.oC Sifat Kimia :
Reaksi esterifikasi selulose dengan asam asetat anhidrid : OSO2OH
Rcell(OH)3 + H2SO4 + 3 (CH3CO)2O Rcell + 4 CH3COOH
(OCOCH3)2
b. Asetat Anhidrid
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : (CH3CO)2O
BM : 102,09 g/mol
Titik didih : 139,6oC pada tekanan 1 atm.
Kapasitas panas : 0,456 cal/g.oC
Temperatur kritis : 326oC
Viscositas : 0,91 Cp
Panas penguapan : 93 cal/g (pada titik didih normal)
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Asetat anhidrid bisa berasetilasi dengan berbagai macam campuran, mulai
dari kelompok selulosa sampai ammonia dengan menggunakan katalis asam atau
basa. Pada beberapa garam inorganik dipakai juga aksi katalis, tetapi sukar untuk
menggeneralisasi aksi dari garam metalik dan ion.
Pada umumnya reaksi katalisasi asam dari asetat anhidrid lebih cepat
dibandingkan dengan reaksi katalis dengan basa. Hidrolisa dari asetat anhidrid
berjalan pada suhu yang rendah dengan adanya katalis akan mencapai tingkat
(laju) yang lebih baik.
2.5.2 Sifat Fisis dan Kimia Bahan Penunjang
a. Asam Asetat
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : CH3COOH
BM : 60,05 g/mol
Titik didih : 118, 4oC pada tekanan 1 atm
Kapasitas panas : 0,522 cal/g.oC
Sg : 1,049 g/cm3
Temperatur kritis : 594,45oK
Viscositas : 1,22 Cp
Panas penguapan : 94,29 cal/g (pada titik didih normal)
Panas pembakaran : 46,6 cal/g
(Perry, 1997)
Dalam sintesa cellulose dan rayon, asam asetat anhidrat terbentuk dari asam
asetat dengan kondisi 700 0C dan 150 mmHg
Reaksi:
HOAc H2O + CH2 = CO
Dengan katalis trietil pospat, diikuti reaksi pendinginan dalam fase cair
HOAc + CH2 = CO Ac2O
b. Asam Sulfat
Sifat Fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : H2SO4
BM : 98 g/mol
Titik didih : 340oC pada tekanan 1 atm
Kapasitas panas : 0,3404 cal/g.oC
Sg : 1,8361 g/cm3
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Asam sulfat larut dalam semua proporsi air dan menghasilkan sejumlah panas.
Setiap 1 lb asam sulfat 100% ditambah air sampai konsentrasi asam 90% akan
melepaskan panas 80 BTU dan bila ditambah air hingga konsentrasi 20% maka akan
melepas panas sebesar 300 BTU. Asam sulfat dapat melarutkan sejumlah besar SO3
dan memproduksi bermacam-macam tingkatan oleum.
c. Magnesium Asetat
Sifat fisis :
Wujud : cair
Kenampakan : jernih (tidak berwarna)
Rumus molekul : Mg(CH3COO)2
BM : 142,39 g/mol
Titik didih : 134oC pada tekanan 1 atm
Sg : 1,035 g/cm3
(Perry, 1997)
Sifat Kimia :
Pada kasus asetilasi dengan katalis yang tinggi (pekat), asam sulfat
dinetralisir dengan menambahkan sodium asetat atau magnesium asetat untuk
mengurangi kandungan asam sulfat bebas dan mencegah depolimerisasi yang
berlebihan (Kirk & Othmer, 1977).
2.5.3 Sifat Fisis dan Kimia Produk
a. Selulose Diasetat (produk utama)
Sifat fisis :
Wujud : padat
Kenampakan : flake (butiran)
Rumus molekul : (C6H7O2(OCOCH3)3)x
Titik lebur : 260oC
Kapasitas panas : 0,42 cal/g.oC
Sg : 1,32 g/cm3
Derajat polimerisasi : 200
Derajat subtitusi : 3 Sifat kimia :
P-104 HM-101 1 SC-101 5 V-103 P-103 V-104 R-101A/B 700 C RD-101 Air Proses V-107 V-101 Air Pendingin M-101 500C
21 SC-104 Steam R-102A/B\ 1200 C 16 SF-101 17 WT-101 19 23 26 P-109 P-111 P-106A/B D-101 SC-105 SC-102
R-101A/B R-102 A/B
P-106A/B P-107A/B P-107A/B T-101 4 V-105 P-105 7 P-108 3 Ke Utilitas 18 FC 13 25 2 24 12 FC FC FC 14 15 8 10 6 22 PC PC LI PC LI PC LI LI LI 20 FC V-102 P-102 P-242 SF-102 9 E-101 700C
BAB III
NERACA MASSA
Pembuatan selulosa diasetat dari pulp dengan katalis asam sulfat dan pelarut
asam asetat didasarkan pada :
Kapasitas produksi : 3.000 ton/tahun
Waktu kerja : 330 hari/tahun
Satuan operasi : kg/jam
Kemurnian produk : 97%
Peralatan – peralatan yang mengalami peneracaan massa yaitu :
- Tangki Pencampur (M-101)
- Reaktor (R-101 A/B)
- Tangki Hidrolisis (R-102 A/B)
- Tangki Netralisasi (T-101)
- Sentrifuge 1 (SF-101) - Tangki Pencuci (WT-101)
- Sentrifuge 2 (SF-102) - Rotary dryer (RD-101) - Decanter (D-101)
- Tangki Pencampur (M-102)
1. Tangki Pencampur (M-101)
Komponen
Masuk Keluar
F2 (kg/jam)
F3 (kg/jam)
F4 (kg/jam)
α-selulosa 221,813 - 221,813
Xylan 2,043 - 2,043
Asam asetat - 54,344 54,344
Air 3,178 1,109 4,287
TOTAL
227,034 55,453
2. Reaktor (R-101 A/B)
Komponen
Masuk Keluar
F4
(kg/jam)
F5
(kg/jam)
F6
(kg/jam)
F7
(kg/jam)
F8
(kg/jam)
Selulosa triasetat - - - - 398,031
α-selulosa 221,813 - - - -
Xylan 2,043 - - - 2,043
Asam asetat 54,344 - 12,4215 698,711 1011,94
Asetat anhidrat - - 608,6545 - 185,978
Asam sulfat - 6,5213 - - 6,5213
Air 4,287 0,1331 - 299,448 303,868
TOTAL
227,034 6,6544 621,076 998,159
1908,38 1908,38
3. Hidroliser (R-102 A/B)
Komponen
Masuk Keluar
F8
(kg/jam)
F9
(kg/jam)
F10
(kg/jam)
Selulosa diasetat - - 367,996
Selulosa triasetat 398,031 - -
Xylan 2,043 - 2,043
Asam asetat 1011,94 - 1269,67
Asetat anhidrat 185,978 - 3,7196
Asam sulfat 6,5213 - 6,5213
Air 303,868 157,487 415,918
TOTAL
1908,38 157,487
4. Tangki Netralisasi (T-101)
Komponen
Masuk Keluar
F11
(kg/jam)
F12
(kg/jam)
F13
(kg/jam)
Selulosa diasetat 367,996 - 367,996
Xylan 2,043 - 2,043
Asam asetat 1269,67 - 1277,57
Asetat anhidrat 3,7196 - 3,7196
Asam sulfat 6,5213 - 0,0652
Air 415,918 42,5881 458,506
Magnesium asetat - 10,647 1,2923
Magnesium sulfat - - 7,9054
TOTAL
2065,86 53,2351
2119,1 2119,1
5. Sentrifuge (SF-101)
Komponen
Masuk Keluar
F13
(kg/jam)
F14
(kg/jam)
F15
(kg/jam)
Selulosa diasetat 367,996 - 367,996
Xylan 2,043 - 2,043
Asam asetat 1277,57 1252,02 25,5514
Asetat anhidrat 3,7196 3,6452 0,0744
Asam sulfat 0,0652 0,064 0,0013
Air 458,506 449,3363 9,1701
Magnesium asetat 1,2923 1,2664 0,0258
Magnesium sulfat 7,9054 7,7473 0,1581
TOTAL
1714,079 405,0205
6. Tangki Pencuci (WT-101)
Komponen
Masuk Keluar
F15
(kg/jam)
F16
(kg/jam)
F17
(kg/jam)
Selulosa diasetat 367,996 - 367,996
Xylan 2,043 - 2,043
Asam asetat 25,5514 - 25,5514
Asetat anhidrat 0,0744 - 0,0744
Asam sulfat 0,0013 - 0,0013
Air 9,1701 1012,551 1021,721
Magnesium asetat 0,0258 - 0,0258
Magnesium sulfat 0,1581 - 0,1581
TOTAL
405,0205 1012,551
1417,572 1417,572
7. Sentrifuge (SF-102)
Komponen
Masuk Keluar
F17
(kg/jam)
F18
(kg/jam)
F19
(kg/jam)
Selulosa diasetat 367,996 - 367,996
Xylan 2,043 2,043 -
Asam asetat 25,5514 25,0404 0,511
Asetat anhidrat 0,0744 0,0744 -
Asam sulfat 0,0013 0,0013 -
Air 1021,721 1001,287 20,4344
Magnesium asetat 0,0258 0,0258 -
Magnesium sulfat 0,1581 0,155 0,0031
TOTAL
1028,627 388,9446
8. Rotary Dryer (RD-101)
Komponen Masuk Keluar
F19 (kg/jam) F21 (kg/jam) F20 (kg/jam)
Selulosa diasetat 367,996 367,996 -
Asam asetat 0,511 0,368 0,143
Air 20,4344 10,4216 10,0129
Magnesium sulfat 0,0031 0,0031 -
TOTAL
378,789 10,1559
388,945 388,945
9. Dekanter (T-102)
Komponen
Masuk Keluar
F14 (kg/jam)
F24 (kg/jam)
F23 (kg/jam)
Asam asetat 1252,02 1252,02 -
Asetat anhidrat 3,6452 - 3,6452
Asam sulfat 0,064 - 0,064
Air 449,3363 430,348 18,9885
Magnesium asetat 1,2664 - 1,2664
Magnesium sulfat 7,7473 - 7,7473
TOTAL
1682,37 31,7113
1714,079 1714,079
10. Tangki Pencampur (M-102)
Komponen
Masuk Keluar
F24
(kg/jam)
F25
(kg/jam)
F26
(kg/jam)
F7
(kg/jam)
Asam asetat 1252,02 - 553,3089 698,711
Air 430,348 106,232 237,1324 299,448
TOTAL
1682,37 106,232 790,4413 998,159
1788,6 1788,6
BAB IV
NERACA PANAS
Kapasitas produksi : 3.000 ton/tahun
Basis Perhitungan : 1 jam operasi
Satuan Operasi : kJ/jam
Waktu kerja per tahun : 330 hari
Suhu referensi : 25 0C (298 0K)
Peralatan – peralatan yang mengalami peneracaan energi yaitu :
- Tangki Pencampur (M-101)
- Reaktor (R-101 A/B)
- Tangki Hidrolisis (R-102 A/B)
- Cooler (E-101)
- Tangki Netralisasi (T-101)
- Rotary dryer (RD-101)
1. TANGKI PENCAMPUR (M-101)
Tabel 4.1 Neraca energi pada Tangki Pencampur (M-101)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 2.083,3885 -
Produk - 10.416,943
Air Panas 8.333,5545 -
2. REAKTOR (R-101 A/B)
Tabel 4.2 Neraca energi pada Reaktor (R-101 A/B)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan -57.288,37 -
Produk - 188.998,65
Panas Reaksi - -1534,77
Air Panas 243.410,25 -
Total 186.121,88 186.121,88
3. TANGKI HIDROLISA (R-102 A/B)
Tabel 4.3 Neraca energi pada Tangki Hidrolisa (R-102 A/B)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 192.291,16 -
Produk - 433.490,65
Panas Reaksi - -5.034,05
Steam 231.962,44 -
Total 424.253,6 424.253,6
4. COOLER (E-101)
Tabel 4.4 Neraca energi pada Cooler (E-101)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 433.490,65 -
Produk - 215.623,2
Air Pendingin -217.867,45 -
5. TANGKI NETRALISASI (T-101)
Tabel 4.5 Neraca energi pada Tangki Netralisasi (T-101)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 216.575,4 -
Produk - 224.284,5171
Panas Reaksi - 45,9432
Air Panas 7.795,2603 -
Total 224.370,6603 224.370,6603
6. ROTARY DRYER (RD-101)
Tabel 4.6 Neraca energi pada Rotary Dryer (RD-101)
Komponen Masuk (kJ/jam) Keluar (kJ/jam)
Umpan 2.578,3618 -
Produk - 38.721,582
BAB V
SPESIFIKASI PERALATAN
5.1 Gudang Penyimpanan Pulp (V-101)
Fungsi : Tempat penyimpanan pulp selama 15 hari
Bentuk : Segi empat beraturan
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 94,5437 m3
Kondisi penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Panjang : 5,7349 m
Lebar : 5,7349 m
Tinggi : 2,9 m
5.2 Tangki Penyimpanan Asam Asetat Glasial (V-102)
Fungsi : Penyimpanan bahan baku asam asetat glasial
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 22,8368 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 2,4411 m
Tinggi : 4,8821 m
5.3 Tangki Penyimpanan Asam Sulfat (V-103)
Fungsi : Penyimpanan bahan baku asam sulfat
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 3,1236 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 1,2578 m
Tinggi : 2,5157 m
Tebal : ¼ in
5.4 Tangki Penyimpanan Asetat Anhidrat (V-104)
Fungsi : Penyimpanan bahan baku asetat anhidrat
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 115,9343 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 4,6176 m
Tinggi : 6,9264 m
5.5 Tangki Penyimpanan Magnesium Asetat (V-105)
Fungsi : Penyimpanan bahan baku magnesium asetat
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 21,6372 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 2,3975 m
Tinggi : 4,7951 m
Tebal : ¼ in
5.6 Tangki Penampungan Asam Asetat Sisa (V-106)
Fungsi : Penampungan asam asetat sisa
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan konstruksi : Carbon steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 154,1425 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 5,0775 m
Tinggi : 7,6163 m
5.7 Gudang Penyimpanan Selulosa Diasetat (V-107)
Fungsi : Tempat penyimpanan Selulosa Diasetat selama 15 hari
Bentuk : Prisma segi empat beraturan
Bahan konstruksi : Beton
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 161,0598 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Panjang : 6,8549 m
Lebar : 6,8549 m
Tinggi : 3,4274 m
5.8 Tangki Pencampur (M-101)
Fungsi : Tempat mencampur pulp dengan asam asetat glasial
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup elipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 0,138 m3
Kondisi Operasi
Temperatur : 30°C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Silinder
Diameter : 0,4316 m
Tinggi : 0,8633 m
Tebal : ¼ in
Tutup
Diameter : 0,4316 m
Tinggi : 0,1079 m
Jaket Pemanas
Diameter : 0,5657 m
Tinggi : 0,8633 m
Tebal : ¼ in
5.9 Tangki Pencampur (M-102)
Fungsi : Tempat mencampur asam asetat dan air hingga komposisi
asam asetat 70%
Bentuk : Silinder tegak dengan alas dan tutup datar
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,0762 m3
Kondisi Penyimpanan
Temperatur : 300C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Diameter : 1,7301 m
Tinggi : 2,0761 m
Tebal : ¼ in
5.10 Tangki Pencuci (WT-101)
Fungsi : Tempat untuk pencucian selulosa asetat
Jenis : Continuous Stirred Tank
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1,6047 m3
Kondisi Operasi
Temperatur : 30°C
Kondisi fisik
Silinder
Diameter : 1,0704 m
Tinggi : 1,6056 m
Tebal : ¼ in
Tutup
Diameter : 1,0704 m
Tinggi : 0,2676 m
Tebal : ¼ in
Pengaduk
Jenis : High efficiency impeller
Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 0,3568 m
Daya motor : ½ hp
5.11 Reaktor (R-101 A/B)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi asetilasi
Jenis : Batch Stirred Tank Reactor
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade A
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 4,1986 m3
Kondisi Operasi
Temperatur : 30°C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Silinder
Diameter : 1,5889 m
Tinggi : 2,3834 m
Tebal : ¼ in
Tutup
Tinggi : 0,3872 m
Tebal : ¼ in
Pengaduk
Jenis : two blade paddle,four baffles
Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 0,4767 m
Daya motor : 3 hp
Jaket pemanas
Diameter : 1,8523 m
Tinggi : 2,3834 m
Tebal : ¼ in
5.12 Tangki Hidrolisa (R-102 A/B)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi hidrolisis selulosa triasetat dan
asetat anhidrat
Jenis : Batch Stirred Tank Reactor
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup ellipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade A
Jumlah : 2 unit
Kapasitas : 9,2367 m3
Kondisi Operasi
Temperatur : 30°C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Silinder
Diameter : 2,0665 m
Tinggi : 3,0998 m
Tebal : ¼ in
Tutup
Diameter : 2,0665 m
Tinggi : 0,5166 m
Pengaduk
Jenis : two blade paddle,four baffles
Jumlah baffle : 4 buah
Diameter : 0,62 m
Daya motor : 5 hp
Jaket pemanas
Diameter : 2,331 m
Tinggi : 3,0998 m
Tebal : ¼ in
5.13 Tangki Netralisasi (T-101)
Fungsi : Tempat terjadinya reaksi netralisasi asam sulfat
Bentuk : Silinder tegak dengan alas datar dan tutup elipsoidal
Bahan Konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 2,3701 m3
Kondisi Operasi
Temperatur : 30°C
Tekanan : 1 atm
Kondisi fisik
Silinder
Diameter : 1,219 m
Tinggi : 1,8285 m
Tebal : ¼ in
Tutup
Diameter : 1,219 m
Tinggi : 0,3047 m
Tebal : ¼ in
Jaket Pemanas
Diameter : 1,4815 m
Tinggi : 1,8285 m
5.14 Pompa Bahan Asetat Anhidrat (P-104)
Fungsi : memompa Asetat anhidrat ke reaktor (R-101 A/B)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 0,3802 lbm/s
Daya motor : 1/8 hp
5.15. Pompa Bahan Asam Asetat Glasial (P-102)
Fungsi : memompa asam asetat glasial ke tangki pencampur (M-101)
Jenis : Pompa sentrifugal
Bahan Konstruksi : commercial steel
Jumlah : 1 unit
Laju pompa : 0,0339 lbm/s
[image:48.595.108.535.415.675.2]Daya motor : ½ hp
Tabel 5.1 Spesifikasi pompa - pompa
Nama
Pompa
Laju alir
(lbm/s)
Diameter
pipa (in) NRe ∆f (ft.lbf/lbm) Daya (hp)
P-102 0,0339 1/4 1.935 0,3168 1/8
P-103 0,00407 1/8 147 0,075 1/8
P-104 0,3802 3/4 12.321 0,7379 1/2
P-105 0,0326 1/4 2404 0,366 1/8
P-106 A/B 1.1684 1 ¼ 22.619 0,5687 1
P-107 A/B 1,2648 1 ¼ 24.486 0,6827 1
P-108 1,2974 1 ¼ 25.117 0,7174 1
P-109 1,03 1 ¼ 19.940 0,496 3/4
P-110 0.484 3/4 15.681 1,2618 1/2
5.16 Conveyer Pulp (SC-101)
Fungsi : mengangkut lembaran pulp ke hammer mill (HM-101)
Jenis : Screw conveyor
Bahan Konstruksi : carbon steel
Jumlah : 1 unit
Daya motor : ¾ hp
Tabel 5.2 Spesifikasi conveyer
Nama
conveyer
Laju conveyer
(lbm/hr)
ω (rpm) Daya (hp)
SC-101 600,7537 0,3514 0,6708
SC-102 600,7537 0,3514 0,6608
SC-103 1029,18 0,6147 1,162
SC-104 1002,31 0,5987 1,1076
SC-105 1002,31 0,5987 1,1076
5.17 Sentrifuge (CF-101)
Fungsi : memisahkan produk selulosa diasetat dengan campuran larutan
Jenis : Helical conveyer centrifuge
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 1,9748 m3/jam
Kecepatan : 4000 rpm
Daya motor : 2 hp
5.18 Sentrifuge (CF-102)
Fungsi : memisahkan produk selulosa diasetat dengan campuran
larutan
Jenis : Helical conveyer centrifuge
Bahan konstruksi : Carbon Steel SA-285 grade C
Kapasitas : 1,3373 m3/jam
Kecepatan : 4000 rpm
Daya motor : ¾ hp
5.19 Dekanter (D-101)
Fungsi : memisahkan larutan asam asetat dengan larutan lainnya.
Bentuk : horizontal silinder
Bahan : Carbon steel, SA – 283, Gr.C
Jumlah : 1 unit
Panjang : 1,0432 m
Diameter : 0,3477 m
Waktu tinggal : 0,5397 jam
5.20 Cooler (E-101)
Fungsi : Untuk mendinginkan hasil keluaran tangki hidrolisa untuk
proses netralisasi.
Bentuk : Horizontal condensor
Jenis : 2-4 shell and tube exchanger
Jenis tube : 18 BWG panjang = 2.5 ft
Diameter luar (OD) : 3/4 in
Panjang tube : 2.5 in
Pitch (Pt) : 1 in triangular pitch
Jumlah : 1 unit
Fluida panas
Temperatur awal (T1) = 120 °C = 248°F
Temperatur akhir (T2) = 70°C = 158°F
Fluida dingin
Temperatur awal (t1) = 25°C = 77°F
5.21 Hammer mill (HM-101)
Fungsi : menghaluskan ukuran pulp
Jenis : Roll crusher
Bahan Konstruksi : Carbon steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 227,0348 kg/jam = 0,22703 ton/jam
Daya : ¾ hp
5.22 Hammer mill (HM-102)
Fungsi : membentuk partikel-partikel serbuk selulosa diasetat
Jenis : Roll crusher
Bahan Konstruksi : Carbon steel
Jumlah : 1 unit
Kapasitas : 378,789 kg/jam = 0,378789 ton/jam
Daya : 9 hp
5.23 Rotary Dryer (RD-101)
Fungsi : Menguapkan H2O yang masih terikut pada produk selulosa
diasetat yang keluar dari conveyor yang merupakan produk
akhir
Jenis : Co-Current with Rotary Atomizer (FSD-4)
Waktu tinggal (θ) : 4,655 menit Jumlah : 1 unit
Kondisi operasi
Temperatur superheated steam = 120 0C = 266 0F
Temperatur umpan masuk rotary dryer = 30 0C = 86 0F
Temperatur umpan keluar rotary dryer = 100 0C = 212 0F
Kondisi fisik
Diameter : 0,6163 ft
Panjang : 3,0816 ft
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Pengoperasian suatu pabrik kimia harus memenuhi beberapa persyaratan
yang ditetapkan dalam perancangannya. Persyaratan tersebut meliputi
keselamatan, spesifikasi produk, peraturan mengenai lingkungan hidup, kendala
operasional, dan faktor ekonomi. Pemenuhan persyaratan tersebut berhadapan
dengan keadaan lingkungan yang berubah-ubah, yang dapat mempengaruhi jalannya
proses atau yang disebut disturbance (gangguan) (Stephanopoulus, 1984).
Adanya gangguan tersebut menuntut pemantauan secara terus-menerus maupun
pengendalian terhadap jalannya operasi suatu pabrik kimia untuk menjamin
tercapainya tujuan operasional pabrik. Pengendalian atau pemantauan tersebut
dilaksanakan melalui penggunaan peralatan dan engineer (sebagai operator
terhadap peralatan tersebut) sehingga kedua unsur ini membentuk satu sistem
kendali terhadap pabrik.
Instrumentasi adalah peralatan yang dipakai di dalam suatu proses
kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk,
pencatat, dan pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja
dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan
secara manual atau otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses
tergantung pada pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada
pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut
dipasang diatas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau
disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan
(kontrol otomatis) (Peters, et.al., 2004).
Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen
adalah (Considine,1985):
2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik,
konduktivitas, pH, humiditas, titik embun, komposisi kimia,
kandungan kelembaban, dan variabel lainnya.
Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :
1. Sensing Elemen/Elemen Perasa (Primary Element)
Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga
variable yang diukur.
2. Elemen pengukur (measuring element)
Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya
perubahan temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini
merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen
pengontrol.
3. Elemen pengontrol (controlling element)
Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera
mengatur perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point
(nilai yang diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil
ataupun
meniadakan penyimpangan yang terjadi.
4. Elemen pengontrol akhir (final control element)
Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar
dari elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap
berada dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.
Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan
semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan
dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan
variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk
mengembalikan variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai
controller. Pengendalian secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah
variabel-variabel ke nilai yang diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen
ini bekerja sebagai pencatat (recorder).
• Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan
• Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah
• Sistem kerja lebih efisien
• Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat
Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah (Considine, 1985):
1. Untuk variabel temperatur:
•Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati temperature suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat
melakukan pengendalian
•Temperature Indicator Controller (TI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati temperatur dari suatu alat
2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan
•Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi
perubahan dapat melakukan pengendalian.
•Level Indicator Contoller (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk
mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat.
3. Untuk variabel tekanan
•Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat
melakukan pengendalian.
•Pressure Indicator Controller (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati tekanan operasi suatu alat.
4. Untuk variabel aliran cairan
•Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila
terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.
Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Selulosa
Asetat
No Nama Alat Jenis Instrumen
1 Tangki Penampungan Level Indicator (LI)
2 Reaktor Temperature Controller (TC)
Level Indicator (LI) Flow Controller (FC)
3 Pompa Flow Controller (FC)
4 Sentrifuge Level Indicator (LI) 5 Tangki Pencuci (Washing
Tank)
Level Indicator (LI) Flow Controller (FC) 6 Srcew Conveyor Flow Controller (FC)
7 Dekanter Flow Controller (FC)
Level Indicator (LI)
8 Rotary Dryer Temperature Indicator (FC)
6.2 Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik,
oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud
tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan
pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi. Salah satu faktor yang
penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja adalah dengan menumbuhkan
dan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya usaha untuk menjamin
keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain (Peters et.al.,
2004):
1. Meningkatkan spesialisasi ketrampilan karyawan dalam menggunakan
peralatan secara benar sesuai tugas dan wewenangnya serta mengetahui
cara-cara mengatasi kecelakaan kerja.
2. Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan. Pelatihan yang dimaksud
Pelatihan untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang tinggi dan bertanggung-jawab, misalnya melalui pelatihan kepemimpinan dan pelatihan pembinaan kepribadian.
Studi banding (workshop) antar bidang kerja, sehingga karyawan
diharapkan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama karyawan.
3. Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi
sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin
Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja,
Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan
Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat keselamatan kerja dari
suatu pabrik maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini
disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang
menyenangkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan pabrik
untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai berikut (Peters et.al.,
2004):
1.Penanganan dan pengangkutan bahan menggunakan manusia harus seminimal
mungkin.
2. Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik.
3. Jarak antar mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas.
4. Setiap ruang gerak harus aman, bersih dan tidak licin .
5. Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran.
6. Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya.
7. Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.
6.3 Pencegahan Bahaya Pada Pabrik Pembuatan Selulosa Asetat
Dalam rancangan pabrik pembuatan selulosa asetat, usaha-usaha pencegahan
terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi dilakukan sebagai berikut :
6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan
Untuk melakukan pencegahan terhadap kebakaran, hal-hal yang diperhatikan
1. Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang
pada tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang
proses.
2. Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat man hole dan hand hole
yang cukup untuk pemeriksaan.
3. Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, saluran
steam, dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak mengganggu gerakan karyawan.
4. Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat
dalam keadaan siaga.
5. Penyediaan racun api yang selalu siap dengan pompa hydran untuk jarak
tertentu.
6. Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam
tempat yang aman dan dikontrol secara teratur.
Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja No.
Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu :
1. Detektor Kebakaran, merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi
secara dini adanya suatu kebakaran awal. Alat ini terbagi atas:
a. Smoke detector adalah detector yang bekerja berdasarkan terjadinya
akumulasi asap dalam jumlah tertentu.
b. Gas detector adalah detector yang bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi
gas