• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM

Oleh:

Jihan Hidayah Putri NIM. 4123311019

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LUBUK PAKAM

Jihan Hidayah Putri (NIM 4123311019)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Tahun Pelajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dan dilaksanakan pada semester genap Tahun Pembelajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam yang berjumlah 31 orang dan objek penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Instrumen penelitian dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, dan wawancara. Sedangkan sarana pendukung pembelajaran terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar aktivitas siswa dan tes individu siswa. Sebelum perangkat dan instrumen digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh 3 orang validator dan telah dinyatakan valid. Analisa data yang dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: reduksi data, memaparkan data dan menarik kesimpulan.

Dari analisis data tes kemampuan pemecahan masalah terdapat peningkatan rata-rata yakni; 62,29 pada tes diagnostik, 77,53 pada siklus I, dan 80,32 pada siklus II. Pada kriteria ketuntasan belajar siswa juga terdapat peningkatan yakni pada tes diagnostik sebanyak 12 orang (37,5%), siklus I sebanyak 18 orang (58,06%) dan siklus II sebanyak 27 orang (87,10%). Dari lembar observasi aktivitas guru terdapat peningkatan rata-rata aktivitas guru yakni; 2,5 (baik) pada siklus I dan 3,65 ( sangat baik) pada siklus II. Dari lembar observasi aktivitas siswa terdapat peningkatan rata-rata aktivitas siswa yakni; 2,3 (baik) siklus I dan 3,75 (sangat baik) siklus II.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala kasih dan kuasa-NYA yang memberikan hikmat dan kesehatan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku rektor UNIMED beserta staf

Pegawai UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan beserta staf Pegawai FMIPA

UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edi Surya, M.Si selaku ketua Jurusan dan dosen penguji beserta Bapak/Ibu

Dosen dan staf Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan skripsi ini sampai pada selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd dan Ibu

Dr. Nerli Khairani, M.Si selaku dosen penguji serta Bapak Prof. Dr. M. Manullang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik. Ucapan

terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Jumakir,S.Pd., M.Pd selaku kepala sekolah dan Bapak Zalmi,S.Pd selaku guru matematika yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam.

(6)

teman-v

teman seangkatan khususnya kelas Ekstensi A 2012. Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini baik dari segi isi dan tata bahasanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca dalam usaha meningkatkan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, Januari 2017 Penulis,

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

RIWAYAT HIDUP ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 11

1.3. Batasan Masalah 11

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 12

1.6. Manfaat Penelitian 12

1.7. Definisi Operasional 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 14

2.1. Kerangka Teoritis 14

2.1.1.Pengertian Belajar 14

2.1.2. Pengertian Pembelajaran Matematika 15

2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16

2.1.4. Model Pembelajaran 19

2.1.5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 20

2.1.5.1. Pengertian Model PBM 20

2.1.5.2. Keunggulan dan Kelemahan Model PBM 22 2.1.5.3. Langkah – langkah dalam Proses PBM 24 2.1.5.4. Pelaksanaan Model PBM dalam Matematika 25 2.1.5.5. Teori Belajar yang Mendukung PBM 28 2.1.6 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) 29

2.1.6.1. Defenisi SPLDV 29

2.1.6.2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 30 2.1.6.3. Metode Penyelesaian SPLDV 31

a. Metode Grafik 31

b. Metode Subtitusi 33

(8)

vii

2.1.6.4. Menyelesaikan Soal Cerita yang Berkaitan dengan

SPLDV 36

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 37

2.3. Kerangka Konseptual 37

2.4. Hipotesis Tindakan 39

BAB III. METODE PENELITIAN 40

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian 40

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 40

3.2.1. Subjek Penelitian 40

3.2.2. Objek Penelitian 40

3.3. Jenis Penelitian 40

3.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 41

3.5. Alat Pengumpul Data 46

3.5.1 Tes 46

3.5.2 Observasi 47

3.5.3 Wawancara 48

3.6. Teknik Analisis Data 48

3.6.1 Reduksi data 48

3.6.2 Paparan Data 48

3.6.3. Simpulan Data 49

3.6.3.1. Validasi Perangkat Pembelajaran 49 3.6.3.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 50

3.6.2.3. Analisis Hasil Observasi 54

3.6.4 Kriteria Keberhasilan 55

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 56

4.1.1 Deskripsi Hasil Pada Tahap Pra Penelitian 56

4.1.2 Deskripsi Hasil Pada Tahap Pelaksanaan Penelitian 63

4.1.2.1 Deskripsi Hasil Tahap Perencanaan 63

4.1.2.2 Deskripsi Hasil Pada Tahap Validasi Perangkat dan Instrumen 64 4.1.2.3 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan I (Siklus I) 70 4.1.2.4 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan II (Siklus II) 90

4.1.3 Hasil Penelitian 107

4.1.3.1 Hasil Penelitian dari Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 107 4.1.3.2 Hasil Penelitian dari Observasi Aktivitas Guru 112 4.1.3.3 Hasil Penelitian dari Observasi Aktivitas Siswa 113

4.2. Temuan Penelitian 115

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 117

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 122

5.1 Kesimpulan 122

5.2 Saran 122

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik 6 Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik 7 Gambar 1.3. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik 8 Gambar 2.1. Grafik SPLDV dengan persamaanxy5 dan 2xy1 32 Gambar 3.1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 46 Gambar 4.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

Pada Setiap Indikator 108

Gambar 4.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 110 Gambar 4.3 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM)

dari Kriteria Ketuntasan 111

Gambar 4.4 Rata – Rata Hasil Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah (TKPM) 112

Gambar 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Melaksanakan

Pembelajaran 113

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 19 Tabel 2.2. Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah 24 Tabel 2.3. Tahap Pelaksanaan Model PBM dalam Pembelajaran Matematika 25

Tabel 3.1. Validator Tes 47

Tabel 3.2. Validator Perangkat 49

Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah 50

Tabel 3.4. Tingkat Penguasaan Setiap Indikator 52

Tabel 3.5. Kelas Interval Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 53

Tabel 3.6. Kelas Interval Hasil Observasi 54

Tabel 4.1. Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Tingkat Kemampuan Siswa 56

Tabel 4.2. Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Setiap Indikator 57

Tabel 4.3. Hasil Tes Diagnostik Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan

Kriteria Ketuntasan 58

Tabel 4.4. Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 1

Untuk Setiap Indikator 58

Tabel 4.5. Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 2

Untuk Setiap Indikator 60

Tabel 4.6. Deskripsi Kesalahan dan Kesulitan Tes Diagnostik Soal Nomor 3

Untuk Setiap Indikator 62

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Validator Pada Perangkat Pelaksanaan Perencanaan

(RPP) 65

Tabel 4.8. Contoh Revisi Perangkat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 66 Tabel 4.9. Hasil Penilaian Validator Pada Perangkat Lembar Aktivitas Siswa

(LAS) 66

Tabel 4.10. Contoh Revisi Perangkat Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 67 Tabel 4.11. Hasil Penilaian Validator Terhadap Perangkat Tes Individu Siswa

(TIS) 68

Tabel 4.12. Contoh Revisi Perangkat Tes Individu Siswa (TIS) 69 Tabel 4.13. Hasil Penialaian Validator Terhadap Perangkat Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah (TKPM) 69

Tabel 4.14. Contoh Revisi Perangkat Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(TKPM) 70

Tabel 4.15: Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan I 72 Tabel 4.16: Hasil Tes Individu Siswa (TIS) I dari Kriteria Ketuntasan 73 Tabel 4.17. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) I Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Siswa 74

Tabel 4.18. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan 2 77 Tabel 4.19. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) II dari Kriteria Ketuntasan 78 Tabel 4.20. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) II Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Siswa 78

(11)

x

Tabel 4.22. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I pada Indikator Merencanakan Pemecahan Masalah pada Siklus I 81 Tabel 4.23. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I Aspek

Melaksanakan Pemecahan Masalah Siklus I 82

Tabel 4.24. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I pada Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus I 83 Tabel 4.25. Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah(TKPM) I 83 Tabel 4.26. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) I dari Kriteria

Ketuntasan 84

Tabel 4.27. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Pada Siklus I 84

Tabel 4.28. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Pada Siklus I 85

Tabel 4.29. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan 3 94 Tabel 4.30. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) III dari Kriteria Ketuntasan 95 Tabel 4.31. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) III Berdasarkan Tingkat

Kemampuan Siswa 95

Tabel 4.32. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Pada Pertemuan IV 98 Tabel 4.33 Hasil Tes Individu Siswa (TIS) IV dari Kriteria Ketuntasan 99 Tabel 4.34. Hasil Tes Individu Siswa (TIS) 2 Berdasarkan Tingkat Kemampuan

Siswa 99

Tabel 4.35. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada

Indikator Memahami Masalah pada Tes Siklus II 100 Tabel 4.36. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II

Indikator Merencanakan Pemecahan Masalah pada Siklus II 101 Tabel 4.37. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II Aspek

Melaksanakan Pemecahan Masalah Siklus II 102

Tabel 4.38. Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada

Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus II 102 Tabel 4.39 Persentase Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II pada

Indikator Memeriksa Kembali pada Tes Siklus II 103 Tabel 4.40. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) II dari

Kriteria Ketuntasan 103

Tabel 4.41. Deskripsi Hasil Observasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran

Pada Siklus II 104

Tabel 4.42. Deskripsi Hasil Observasi Siswa dalam Melaksanakan

Pembelajaran Pada Siklus II 105

Tabel 4.43. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) pada Setiap

Indikator 107

Tabel 4.44. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) pada Tingkat

Kemampuan Pemecahan Masalah 109

Tabel 4.45. Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) dari Kriteria

Ketuntasan 110

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 127

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus 1) 145 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 155 Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 165 Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 176

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) I 187

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) II 191

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) III 195

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) IV 200

Lampiran 10 Tes Pertemuan 1 203

Lampiran 11. Tes Pertemuan 2 205

Lampiran 12. Tes Pertemuan 3 207

Lampiran 13. Tes Pertemuan 4 210

Lampiran 14. Kisi-Kisi Tes Diagnostik 212

Lampiran 15. Tes Diagnostik 213

Lampiran 16. Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 214 Lampiran 17. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa I 217

Lampiran 18. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 219

Lampiran 19. Alternatif penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 220 Lampiran 20. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa II 225

Lampiran 21. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 227

Lampiran 22. Alternatif penyelesaian Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 227 Lampiran 23. Teknik Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah 232 Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran 233 Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 235 Lampiran 26 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 237 Lampiran 27 Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 240

Lampiran 28 Lembar Validasi Tes Tiap Pertemuan 242

Lampiran 29 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 244 Lampiran 30 Data dan Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Guru 246 Lampiran 31 Data dan Analisis Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa 248 Lampiran 32 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada

Tes Diagnostik, TKPM I, dan TKPM II 250

Lampiran 33 Data dan Analisis Data Tes Diagnostik 251 Lampiran 34 Data dan Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(TKPM) 1 255

Lampiran 35 Data dan Analisis Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(TKPM) 2 259

Lampiran 36 Data dan Hasil Analisis Data Hasil Tes Individu (TIS) 263

(13)

xii

Lampiran 38 Hasil Validasi LAS 274

Lampiran 39 Hasil Validasi TIS 280

Lampiran 40 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) 286

Lampiran 41 Hasil Wawancara Siswa 292

Lampiran 42 Hasil Observasi Aktivitas Guru 295

Lampiran 43 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 319

Lampiran 44 Surat-surat Penelitian 343

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

(15)

2

Untuk itu dunia pendidikan harus melaksanakan pembelajaran yang akan memberi bekal kepada siswa agar siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah. Bukan saja masalah dalam pembelajaran tersebut, namun juga masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan adalah matematika, karena matematika merupakan salah satu ilmu pendidikan yang utama dan berperan dalam melengkapi ilmu lainnya. Oleh karena itu pendidikan matematika menjadi salah satu pusat perhatian kualitas pendidikan di Indonesia sehingga banyak upaya yang muncul untuk memperbaiki kualitas pendidikan matematika. Corckroft (dalam Abdurrahman, 2012: 204) mengungkapkan bahwa :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Tujuan pembelajaran matematika pada jenjang SMP adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan:

“(1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.” (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006).

(16)

3

diharapkan siswa dapat menggunakan pengetahuan matematika tersebut untuk menyelesaikan masalah sehari-sehari.

Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika di atas, pembelajaran pada abad 21 menuntut siswa tidak hanya belajar mengerjakan soal, namun bagaimana dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini sesuai dengan empat pilar utama pendidikan di abad 21 menurut UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live (Nana, S., 2009: 201).

Untuk itu sangatlah penting memberikan pembekalan kemampuan pemecahan masalah kepada siswa dalam pembelajaran matematika. Bell (1981:311) menyatakan bahwa pemecahan masalah matematika dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan analitik mereka dan dapat menolong mereka dalam mengaplikasikan kemampuan ini dalam berbagai situasi.

Berkenaan dengan hal di atas, seharusnya matematika menjadi mata pelajaran yang diminati oleh siswa. Namun kebanyakan siswa Indonesia menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan rumit karena selalu berhubungan dengan angka, rumus dan hitung menghitung, bahkan mereka pun tidak berniat untuk mempelajarinya, kecuali karena tuntutan materi. Survei dari Program for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 yang

dilakukan pada 65 negara menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa-siswi Indonesia menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara (http:/news.detik.com).

Salah satu faktor penyebab permasalahan di atas disebabkan dari sikap mengajar guru yang kurang dalam menyampaikan materinya dengan baik dan benar. Banyak siswa yang mengandalkan hapalan dalam belajar matematika. Ketika diberi masalah matematika yang baru siswa tidak yakin dapat menyelesaikannya. Arends (dalam Trianto, 2011: 7) menyatakan bahwa : “it is strange that we expect studens to learn yet seldom teach then about learning, we

expect student to solve problems yet seldom teach then about problem solving,

(17)

4

juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.

Berdasarkan observasi awal (tanggal 2 dan 4 Januari 2016) dalam bentuk wawancara kepada salah seorang guru matematika SMP Negeri 2 Lubuk Pakam (Zalmi, S.P.d) didapatkan data bahwa sekitar 70% siswa tidak menyukai pelajaran matematika karena kurangnya fasilitas pembelajaran untuk bidang matematika. Kurangnya fasilitas belajar matematika dapat dilihat dari kurangnya media pembelajaran dalam bidang matematika, meskipun sekolah ini telah memiliki laboratorium matematika. Media yang terdapat di laboratorium terbatas pada media-media untuk bangun ruang dan pajangan rumus-rumus matematika, papan tulis bergaris matematika juga belum tersedia. Kurangnya media pembelajaran ini disebabkan karena belum maksimalnya pengadaan fasilitas pembelajaran. Penggunaan laboratorium komputer yang seharusnya dapat memfasilitasi pembelajaran matematika juga belum dimanfaatkan dengan baik karena kurangnya software’s matematika dan kemampuan guru dalam bidang komputer.

Selain itu hasil dari wawancara kepada guru juga mengungkapkan kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran matematika selain dipengaruhi karena fasilitas pembelajaran matematika yang kurang, juga disebabkan guru yang belum maksimal dalam menggunakan model, pendekatan dan metode pembelajaran. Masalah ini akan dapat ditanggulangi jika guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran dan penggunaan model-model pembelajaran serta pelatihan guru dalam media pembelajaran terutama yang berbasis IT dan penggunaan model-model pembelajaran sangat dibutuhkan. Kurangnya pelatihan ini berimbas pada pengetahuan dan kemampuan guru dalam bidang media pembelajaran dan model-model pembelajaran.

(18)

5

tes, diperoleh skor rata-rata siswa 62,29 dengan tingkat ketuntasan siswa 37,5% (12 orang) dan 62,5% (20 orang) yang tidak tuntas, nilai KKM  75.

Diperoleh juga gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 77,08 % dengan kategori sedang, 68,06% dengan kategori rendah dalam indikator merencanakan pemecahan masalah matematika, 55,21% dengan kategori sangat rendah dalam indikator melaksanakan pemecahan masalah matematika, dan 49,98% dengan kategori sangat rendah dalam indikator memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika.

Tes diagnostik terdiri dari 3 butir soal dengan materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel yang merupakan materi prasyarat dari Sistem Persamaan Dua Variabel. Untuk penjabaran hasil dan contoh kesalahan pengerjaan hasil tes siswa untuk setiap butirnya dijabarkan sebagai berikut ini:

Soal Nomor 1: Tentukan penyelesaian dari persamaan berikut Kerjakan dengan cara menambah atau mengurangi kedua ruas persamaan dengan bilangan yang sama !

Dari hasil tes diagnostik soal nomor 1 diperoleh ada 27 orang siswa (84,4%) yang tuntas dan 5 orang siswa (15,6%) yang tidak tuntas. Juga diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 96,88 % dengan kategori sangat tinggi, 82,29% dengan kategori tinggi dalam indikator merencanakan pemecahan masalah matematika, 84,38% dengan kategori tinggi dalam indikator melaksanakan pemecahan masalah matematika, dan 92,19% dengan kategori sangat tinggi dalam indikator memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika.

(19)

6

Gambar 1.1. Contoh Hasil Jawaban Siswa Soal 1 Pada Tes Diagnostik

Dari butir pertama soal tes diagnostik didapat gambaran bahwa gambar di atas siswa menuliskan x = seharusnya jawaban dari soal tersebut adalah 9, disini siswa kurang memahami tentang operasi pada aljabar.

Soal Nomor 2: Harga sebuah handphone adalah 4 kali harga sebuah kalkulator. Harga 2 buah kalkulator dan 3 buah handphone adalah . Berapakah harga sebuah kalkulator dan harga sebuah handphone ?

Dari hasil tes diagnostik soal nomor 2 diperoleh ada 2 orang siswa (6,25%) yang tuntas dan 30 orang siswa (93,75%) yang tidak tuntas. Juga diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 51,56 % dengan kategori sangat rendah, pada indikator merencanakan pemecahan masalah matematika sebesar 55,21% dengan kategori sangat rendah, pada indikator melaksanakan pemecahan masalah matematika sebesar 39,58% dengan kategori sangat rendah dalam, dan dalam indikator memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika 25% dengan kategori sangat rendah.

(20)

7

Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 Tes Diagnostik

Dari hasil gambar di atas siswa menuliskan x = 4x dan membuat salah dalam pengerjaan soal tersebut.

Soal Nomor 3: Jumlah permen adik = x. Dua kali permen adik dikurangi satu sama dengan 5. Buatlah persamaannya dan carilah penyelesaiannya dalam grafik ! Dari hasil tes diagnostik soal nomor 3 diperoleh ada 10 orang siswa (31,25%) yang tuntas dan 22 orang siswa (68,75%) yang tidak tuntas. Juga diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa sebagai berikut: persentase tingkat rata-rata kemampuan siswa dalam indikator memahami masalah sebesar 82,81 % dengan kategori tinggi, pada indikator merencanakan pemecahan masalah matematika 66,67% dengan kategori rendah, pada indikator melaksanakan pemecahan masalah matematika 41,67% dengan kategori sangat rendah, dan pada indikator memeriksa kembali hasil pemecahan masalah matematika 29,69% dengan kategori sangat rendah.

(21)

8

Gambar 1.3. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik

Dari hasil gambar di atas siswa menuliskan x = 1, jawaban seharusnya 3. Siswa tidak menuliskan grafik dari persamaan linear satu variabel tersebut. Siswa telah memahami maksud dari soal namun siswa belum mampu melaksanakan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil tes diagnostik siswa tersebut diperoleh bahwa pemecahan masalah siswa masih rendah serta proses penyelesaian jawaban siswa masih sangat kurang bervarisai dan cenderung sama. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa siswa hanya mampu membaca soal namun tidak mampu memahami dan menafsirkan permasalahan yang ada dalam soal. Siswa juga mengalami kesulitan dalam merencanakan dan melaksanakan pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut juga diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan untuk mengerjakan masalah yang non rutin. Masalah rutin yaitu masalah dimana seseorang yang akan mengerjakannya dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaannya dan masalah tidak rutin yaitu dimana seseorang yang akan mengerjakannya tidak dapat secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaannya (Mayer dalam Royer, 2003: 71-72)

(22)

9

pembelajaran dan dalam belajar matematika siswa masih menghapal rumus. Selain itu pembelajaran guru masih belum mengajak siswa untuk berpikir kritis untuk memecahkan masalah dengan pemberian contoh yang riil dalam kehidupan sehari hari. Pimta, dkk (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah adalah sikap terhadap matematika, self-esteem siswa dan tingkah laku (behavior) guru dalam mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran yang menerapkan masalah sebagai awal pembelajaran guna siswa dapat membangun pengetahuannya. Sebuah pembelajaran yang menantang dan memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar mengkontruksi pengetahuannya.

Arends (dalam Trianto, 2011: 25) menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat, bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu.

Salah satu model permbelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah atau yang dikenal dengan Problem Based Learning, dimana dalam pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan siswa. (Trianto, 2011: 23).

(23)

10

model PBL pada siswa SMP Swasta PAB 18 Medan kelas VII-B dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan, sebesar 89,3% dari 28 siswa telah mencapai ketuntasan kemampuan pemecahan masalah. Selanjutnya Napitupulu (2013) menyimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model PBL di SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan dimana pada siklus II ketuntasan klasikal kelas menjadi 89,66% atau 26 siswa sudah memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah minimal sedang dengan nilai ratas-rata kelas meningkat menjadi 82,07.

Dari hasil pemaparan dua penelitian di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan efektif digunakan dalam pembelajaran. Sehingga untuk lebih mengetahui pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah pada pemecahan masalah tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam.

Penelitian ini mengangkat salah satu materi pokok matematika SMP yang sulit dipelajari oleh siswa. Salah satunya adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Materi pokok ini dipilih dengan dasar pemikiran siswa sering menemukan kesulitan dalam pengoperasian bilangan bulat dan kurang teliti dalam menghitung. Siswa sering mengalami kesulitan dalam penggunaan atau penentuan simbol yang digunakan sebagai variabel dari soal yang akan dijawab dan bagaimana cara menyelesaikannya dan memecahkan masalahnya, siswa sering kurang teliti dalam hal pemindahan ruas, siswa sering mengalami kesulitan dalam hal menghitung pecahan dalam bentuk aljabar, dan siswa sering mengalami kesulitan dalam menterjemahkan kalimat cerita menjadi kalimat matematika dalam bentuk persamaan.

(24)

11

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :.

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa-siswi Indonesia.

2. Banyak siswa yang tidak menyukai pembelajaran matematika karena kurangnya fasilitas pembelajaran matematika.

3. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.

4. Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah sangat kurang.

5. Penguasaan guru terhadap berbagai model pembelajaran belum optimal dan belum diterapkannya model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pengajaran matematika.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat di laksanakan dengan baik dan terarah maka masalah dalam penelitian ini dibatasi yaitu, “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”.

1.4. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika siswa Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ?

(25)

12

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Memperbaiki proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah .

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Lubuk Pakam pada materi pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika disekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

1.7. Definisi Operasional

(26)

13

individual maupun kelompok, 4). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5). Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

2. Kemampuan Pemecahan Masalah dalam penelitian ini diukur berdasarkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada soal dan test yang diberikan dengan menggunakan beberapa langkah-langkah dalam pemecahan masalah, yang meliputi: 1). Memahami masalah, 2). Merencanakan pemecahan masalah, 3). Melaksanakan pemecahan masalah, 4). Memeriksa kembali

3. Untuk penilaian kemampuan pemecahan masalah siswa, dilakukan penentuan skor hasil kerja siswa dengan cara memberikan penilaian terhadap setiap langkah-langkah pemecahan masalah polya yang dibuat dalam suatu rubrik penskoran.

(27)

122 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat memperbaiki proses pembelajaran matematika pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam T.P 2015/2016.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuk Pakam T.P 2015/2016, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Kepada guru matematika hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan variasi media untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran baik yang dialami baik temuan oleh guru maupun siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin.

(28)

123

4) Kepada guru dan peneliti selanjutnya hendak mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap materi prasyarat dari materi yang akan diajarkan dan mengulang kembali materi prasyarat sebelum pembelajaran dimulai jika siswa belum menguasai materi tersebut.

(29)

124

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Arifin, Zainal.2014. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Arikunto,S., Suhardjono., & Supardi. 2010 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Asmin & Mansyur, Abil. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: LARISPA

Bell. F.H., 1981. Teaching and Learning Mathematics in Secondary School. New York: Wm. C. Brown Company

Budhi,W. S.2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1. Jakarta: Erlangga.

Cai, J.. 2003. What Research Tells Us About Teaching Mathematics Through Problem Solving. In F.Lester (Ed.), Research and Issues in Teaching Mathematics Through Problem Solving (pp.241-254). Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam_Universitas Negeri Medan.2012.BukuPedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standart Oprasional (SOP) ke pembimbing Skripsi Program Studi Pendidikan. Medan: FMIPA Unimed

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving: Technical paper 4. PLATO Learning, Inc.

http://cimm.ucr.ac.cr/resoluciondeproblemas/PDFs/Kirkley,%20Jamie.%.

2003.pdf. (accessed 28 Januari 2016)

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karasteristik dan Implementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

(30)

125

Pimta, S., Tayruakham, S., & Nuangchalerm, P. 2009. Factors Influencing Mathematic Problem-Solving Ability of Sixth Grade Students. [Versi elektronik]. Journal of Social Sciences 5 (4): 381-385.

http://www.scipub.org/fulltext/jss/jss54381-385.pdf. (accessed 28 Januari 2016)

PISA.2013. http://news.detik.com/read/2013/12/04/144944/2432402/10/ini-

peringkat-kemampuan-matematika-siswa-di-dunia-indonesia-nomor-berapa (accessed 28 Januari 2016)

Riyanto,Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Refensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Royer .J.M. 2003. Mathematical Cognition. Greenwich: Age Publishing

Rusman.2012.Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sanjaya,Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Schunk, D.H. 2008. Learning Theories : An Educational Perspective (5th ed.). Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Educational Inc.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukidin., Basrowi & Suranto. 2010. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia

Sulistiowaty, R.T. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Model Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VII-B SMP Swasta PAB 18 Medan. Medan: FMIPA Unimed

Supriadie, Didi &Darmawan, Deni. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

(31)

126

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar 1.1.  Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik
Gambar 1.1.  Contoh Hasil  Jawaban Siswa  Soal 1 Pada Tes Diagnostik
Gambar 1.2. Hasil Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 Tes Diagnostik
Gambar 1.3. Hasil  Jawaban Siswa Pada Tes Diagnostik

Referensi

Dokumen terkait

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Pada ujicoba kedua, berdasarkan hasil analisis pengujian validitas dan reliabilitas diperoleh butir instrumen yang valid sebanyak 14 butir dan tidak ada butir instrumen yang

Konsentrasi nitrat di

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, current ratio dan total asset turnover terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran perusahaan

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan gambaran elektrokardiogram pasien PPOK meliputi gelombang P Pulmonal (14.6%), P mitral (9.8%), blokade irama (15.9%),

Latar belakang dan fenomena-fenomena yang tergambarkan pada paragraf-paragraf sebelumnya, menjadi dasar dalam penulisan tesis ini untuk meneliti tentang pengaruh virtual

Tentang : PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS-DINAS DAERAH KOTA JAMBI WALIKOTA JAMBI ttd ARIFIEN MANAP KEPALA BIDANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SEKRETARIAT SUBBAGIAN

[r]