I. Pengertian Sikap
Bagian ini mendefinisikan sikap menurut berbagai ahli, mulai dari Allport yang menjabarkan sikap sebagai keadaan mental dan kesiapan yang dipengaruhi pengalaman, hingga definisi dari Thurstone, Zimbardo & Ebessen, Krech & Crutchfield, Harvey & Smith, dan Gerungan yang masing-masing menekankan aspek kognitif, afektif, dan konatif dalam pembentukan sikap. Definisi-definisi ini memberikan pemahaman komprehensif tentang kompleksitas sikap, meliputi komponen kognitif (pengetahuan dan kepercayaan), afektif (emosi dan perasaan), dan konatif (kecenderungan bertindak). Perbedaan penekanan pada masing-masing komponen ini menunjukkan perspektif yang beragam dalam memahami perilaku manusia dan bagaimana sikap berperan di dalamnya. Pemahaman yang mendalam tentang definisi sikap ini sangat krusial dalam merancang strategi pembelajaran yang efektif.
1.1 Analisis Komparatif Definisi Sikap
Perbandingan definisi sikap dari berbagai ahli menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan penekanan, terdapat kesamaan inti. Semua definisi sepakat bahwa sikap merupakan predisposisi internal yang memengaruhi respons individu terhadap objek atau situasi tertentu. Perbedaannya terletak pada bagaimana masing-masing ahli menekankan komponen-komponen sikap dan bagaimana komponen tersebut saling berinteraksi. Analisis komparatif ini memberikan landasan teoretis yang kuat untuk memahami kompleksitas sikap dan aplikasinya dalam konteks pendidikan.
1.2 Implikasi Pedagogis Definisi Sikap
Memahami berbagai definisi sikap memungkinkan pendidik untuk merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Dengan memahami komponen kognitif, afektif, dan konatif, pendidik dapat merancang pembelajaran yang mengakomodasi aspek-aspek tersebut. Misalnya, untuk membentuk sikap positif terhadap lingkungan, pendidik dapat memberikan informasi faktual (kognitif), menciptakan pengalaman emosional positif (afektif), dan mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan (konatif). Pendekatan multi-aspek ini penting untuk membentuk sikap yang bermakna dan berkelanjutan.
II. Karakteristik Sikap
Bagian ini membahas karakteristik sikap, meliputi kemampuan dipelajari (learnability), kestabilan (stability), signifikansi personal dan sosial, serta adanya kognisi dan afeksi. Sikap dipelajari melalui pengalaman berulang, membentuk kestabilan tertentu. Signifikansi personal dan sosial menekankan peran sikap dalam kehidupan individu dan sosial. Adanya kognisi dan afeksi menunjukkan bahwa sikap bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga melibatkan emosi dan perasaan. Pemahaman karakteristik sikap ini penting untuk memahami bagaimana sikap terbentuk, berubah, dan memengaruhi perilaku.
2.1 Kestabilan dan Perubahan Sikap
Meskipun memiliki kestabilan, sikap bukanlah sesuatu yang statis. Pengalaman baru dan informasi baru dapat mengubah sikap seseorang. Faktor-faktor seperti frekuensi pengalaman, intensitas pengalaman, dan konsistensi informasi memengaruhi tingkat kestabilan dan potensi perubahan sikap. Memahami dinamika ini penting dalam merancang intervensi pendidikan untuk mengubah sikap yang kurang positif atau memperkuat sikap yang positif.
2.2 Signifikansi Personal dan Sosial Sikap
Sikap tidak hanya memengaruhi kehidupan individu, tetapi juga berdampak pada interaksi sosial. Sikap seseorang terhadap kelompok sosial tertentu dapat memengaruhi perilakunya dalam kelompok tersebut. Pemahaman ini penting dalam konteks pendidikan multikultural, di mana penting untuk membangun sikap saling menghargai dan toleransi antar kelompok.
III. Fungsi dan Pembentukan Sikap
Bagian ini membahas fungsi sikap sebagai alat penyesuaian diri, pengatur tingkah laku dan pengalaman, serta pernyataan kepribadian. Pembentukan sikap selama masa adolesensi dipengaruhi oleh media massa, kelompok sebaya, dan lembaga-lembaga formal seperti sekolah dan organisasi. Faktor internal seperti selektivitas individu dan faktor eksternal seperti interaksi sosial juga berperan penting. Pemahaman tentang fungsi dan faktor-faktor pembentukan sikap ini memungkinkan pendidik untuk mengelola dan mengarahkan proses pembentukan sikap pada peserta didik.
3.1 Peran Media Massa dan Kelompok Sebaya
Media massa dan kelompok sebaya memiliki pengaruh kuat terhadap pembentukan sikap, terutama pada masa adolesensi. Pendidik perlu memahami bagaimana pengaruh tersebut bekerja dan merancang strategi untuk memanfaatkannya secara positif. Strategi ini dapat meliputi penyediaan informasi yang akurat dan berimbang melalui media dan pembinaan hubungan yang positif di antara kelompok sebaya.
3.2 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Faktor internal seperti selektivitas individu dan faktor eksternal seperti interaksi sosial saling berinteraksi dalam proses pembentukan sikap. Selektivitas menunjukkan bahwa individu tidak pasif menerima pengaruh dari luar, tetapi secara aktif memilih informasi yang sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilainya. Interaksi sosial menyediakan konteks di mana sikap terbentuk dan diperkuat. Pendidik perlu mempertimbangkan kedua faktor ini dalam merancang pembelajaran yang efektif.
IV. Pengukuran Sikap
Bagian ini membahas berbagai metode pengukuran sikap, meliputi skala Thurstone, Likert, Bogardus, dan perbedaan semantik. Skala Thurstone mengukur sikap melalui sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan sikap. Skala Likert menggunakan rata-rata jawaban responden terhadap sejumlah pertanyaan. Skala Bogardus mengukur jarak sosial. Skala perbedaan semantik meminta responden menentukan sikap terhadap objek sikap pada ukuran yang berbeda. Pemahaman berbagai metode pengukuran sikap ini penting dalam penelitian tentang sikap dan dalam mengevaluasi efektivitas program pendidikan.