• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh SULEMI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Sulemi

Latar belakang masalahnya yakni masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dikarenakan pembelajaaran IPS yang dilaksanakan selama ini masih menggunakan metode konvensional yang didominasi oleh metode ceramah sehingga kurang menarik perhatian siswa, membosankan dan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Pola pembelajarannya bersifat guru-sentris, jadi siswa kurang berani berpartisipasi untuk bertanya dan mengemukakan ide atau pendapatnya pembelajaran terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Kota Metro tahun pelajaran 2013/2014

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peneltian Tindakan Kelas sebanyak 2 siklus dengan langkah-langkahnya: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi selama tindakan dan tes hasil belajar siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan yang terdiri dari 20 orang siswa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Acievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPS ternyata mengalami peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari aktivitas rata-rata siswa yang pada siklus I 57,96% pada siklus II meningkat menjadi 71,40%, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I nilai rata-rata siswa 63,35, pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 70,10

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN JUDUL ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

(6)

2.3.1 Teori Belajar Konstruktivisme ... 10

2.3.2 Teori Belajar Kognitivisme ... 11

2.4 Aktivitas Belajar ... 12

2.5 Hasil Belajar ... 14

2.6Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.7 Model Pembelajaran Tipe STAD ... 17

2.7.1 Pengertian Pembelajaran Tipe STAD ... 17

2.7.2 Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD ... 18

2.7.3 Komponen-komponen Cooperative Learning Type STAD ... 19

2.7.4 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe STAD . 23

2.8 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 24

2.9 Tujuan Pembelajaran IPS ... 25

2.10 Ruang Lingkup Pembelajaran IPS... 26

2.10 Hipotesa Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian ... 27

3.3.2 Data Aktivitas Belajar Siswa ... 29

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 29

3.5 Analisis Data ... 30

(7)

3.7.2 Siklus II... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prosedur Penelitian ... 42

4.1.1.Deskripsi Awal ... 42

4.1.2.Refleksi Awal ... 42

4.1.3.Persiapan Pembelajaran... 43

4.2 Hasil Penelitian ... 43

4.2.1.Hasil penelitian Siklus I ... 43

4.2.2.Hasil Penelitian Siklus II ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

(8)

Tabel Halaman

1. Perhitungan Skor Individual ... 22

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 31

3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %... 33

4. Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 dan 2 ... 49

5. Kinerja Guru pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 dan 2 ... 51

6. Hasil Belajar siswa siklus I ... 52

7. Aktivitas siswa pada pembelajaran siklus II pertemuan 1 dan 2 ... 60

8. Kinerja Guru pada pembelajaran siklus II pertemuan 1 dan 2 ... 62

9. Data Nilai Hasil Belajar siklus II ... 63

10. Rekapilasi Aktivitas siswa per Siklus ... 66

11. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per Siklus ... 68

12.Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar siswa Per siklus ... 71

(9)

Gambar Halaman

1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 28

2 Diagram Rekapitulasi Aktivitas siswa per siklus ... 67

3 Diagram Rekapitulasi Kinerja Guru Per siklus ... 69

4 Diagram Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar per siklus ... 72

(10)

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 81

2. Surat Keterangan Penelitian Dari Sekolah ... 82

3. Surat Pernyataan Teman Sejawat ... 83

4. Pemetaan/ Analisis SK-KD ... 84

5. Silabus... 85

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Silkus I ... 86

7. Lembar Kerja Siswa Siklus I... 90

8. Lembar Soal Evaluasi Siklus I ... 91

9. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 93

10. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 97

11. Lembar Soal Evaluasi Siklus II ... . 99

12. Hasil Observasi Aktivitas Siswaa Siklus I ... 101

13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 105

14. Lembar Observasi Kinerja guru Siklus I ... 110

15. Lembar Observasi Kinerja guru Siklus II ... 115

16. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I... 120

17. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 125

18. Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus I ... 131

19. Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus II... 132

20. Gambar Lokasi Penelitian ... 133

21. Dokumentasi Siklus I ... 134

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Dijelaskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bab 1 pasal 1 (ayat 1) bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(12)

Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan. Guna mewujudkan tujuan tersebut, maka lembaga pendidikan perlu melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan pendidikan serta mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkan pendidikan di negara Indonesia ini. Karena pendidikan adalah usaha untuk mengajarkan disiplin ilmu terpilih dalam kehidupan yang terbaik, diantaranya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) menurut pandangan Barr (dalam Sapriya, dkk., 2007: 12) merupakan upaya untuk mengembangkan kompetensi sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang baik berarti yang dapat menjaga keharmonisan hubungan diantara masyarakat sehingga terjalin persatuan dan keutuhan bangsa. Kurikulum 2006, (Depdiknas, 2008: 162) menjelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

(13)

perlu meng-up date bahan pembelajaran sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik dan warga dunia yang efektif mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan ketrampilan siswa Sekolah Dasar untuk mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi(KTSP, 2006).

Di masa mendatang peserta didik dihadapkan dengan tantangan yang lebih berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, maka pendidikan IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Maka pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai salah satu bidang studi yang memiliki

tujuan membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya di samping

aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial dan bersifat hafalan

sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk

hafalan. Salah satu tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa

(14)

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan pada siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan mengenai nilai belajar siswa yang telah dicapai masih rendah atau di bawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 65 hal ini terlihat dari hasil belajar siswa di semester I tahun pelajaran 2013/2014 diperoleh data dari 20 siswa yang duduk di kelas IV memperoleh nilai rata-rata siswa hanya 60,35.

Berdasarkan analisa sementara rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional yang didominasi oleh metode ceramah sehingga kurang menarik perhatian siswa, membosankan dan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa masih terlihat pasif. Pola pembelajarannya bersifat guru-sentris, jadi siswa kurang berani berpartisipasi untuk bertanya dan mengemukakan ide atau pendapatnya. Pembelajaran tersebut cenderung mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa, sehingga hasil belajar yang dicapai masih rendah dan jauh dari harapan.

(15)

Cooperative Type Student Teams Achievement Division (STAD).Pembelajaran model Coooperative type STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran cooperative.Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar cooperative.

Menurut Arindawati dalam (http://aadesanjaya.blogspot.com) pembelajaran cooperative memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan.Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4–5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran cooperative type STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

(16)

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 5 Metro Selatan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar, terlihat dari 20 siswa kelas IV hanya 35,00 %

atau 7 siswa yang telah mencapai KKM.

2. Belum digunakannya model pembelajaran yang efektif oleh guru guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya

menjadi pendengar.

4. Suasana kelas kurang kondusif saat berlangsungnya pembelajaran

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1.Apakah model pembelajaran cooperative type STAD dapat meningkatkan

aktivitas belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan Kota Metro

(17)

2. Apakah model pembelajaran cooperative type STAD dapat meningkatkan

hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan Kota Metro

tahun pelajaran 2013/2014?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Meningkatkan aktivitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa

kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Kota Metro tahun pelajaran

2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada siswa

kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan Kota Metro tahun pelajaran

2013/2014

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan

pada umumnya. Selain itu, secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Terciptanya interaksi yang bersifat terbuka dan langsung untuk

(18)

pemahaman konsep dan materi IPS sehingga aktivitas dan hasil belajar

siswa menjadi meningkat.

2. Bagi Guru

Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan model pembelajaran

cooperative type STAD guna meningkatkan kreatifitas belajar Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan untuk memberikan motivasi pada guru yang lain dalam

menerapkan model pembelajaran di kelas.

b. Bermanfaat sebagai pemacu dalam rangka mengefektifkan

kemampuan, pembinaan dan pengembangan bagi guru agar dapat

lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Dari definisi diatas yang sangat perlu kita garis bawahi adalah bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu dalam berbagai bidang. Jika di dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain mengalami kegagalan dalam proses belajar. (Thursan Hakim dalam http://books.google.co.id)

(20)

2.2Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan siswa dengan menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan. Definisi lain mengemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Hamalik (2008: 57) mendefinisikan pembelajaran sebagai kombinasi yang tersusun dari unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi guna mencapai tujuan pembelajaran.

2.3Teori Belajar dan Pembelajaran

Ada berbagai macam teori belajar dan pembelajaran yang telah dikemukan oleh para ahli, teori-teori tersebut pada umumnya berbeda satu sama lain dengan alan tersendiri.

2.3.1 Teori belajar konstruktivisme

Menurut pendekatan konstruktivisme, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta daari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu barang yang dapat dipindah dari pikiran orang yang telah mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mempunyai pengetahuan.

(21)

satu arah melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi, akomodasi, yang bermuara pada kemutahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehannya. Oleh sebab itu, pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam pemrosesan gagasannya, bukan semata-mata pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan padaa unjuk kerja atau prestasi belajarnya (Budiningsih: 2004).

2.3.2 Teori belajar kognitivisme

Teori belajar kognitivisme berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengetahuan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya Piaget, dalam (Budiningsih, 2004).

(22)

informasi. Belajar kognitif berlangsung berdasarkan schemata atau struktur mental individu yang mengorganisasikan hasil pengamatannya (Lapono, 2008).

Berdasarkan kedua teori di atas penulis berpandangan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebi menekankan pada pandangan kognitivisme yang menganggap belajar sebagai suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

2.4Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan asas atau prinsip yang penting dalam belajar, karena pada hakekatnya belajar adalah berbuat (learning to do). Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengar dan mencatat.

(23)

Menurut Kunandar (2011 : 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan dalam bentuk sikap, perhatian, partisipasi dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa menyangkut sikap,perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas belajar, akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.

Aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini melipiti:

a. Menurut Gagne N Bring dalam Anni, dkk (2005: 25) Sikap adalah kombinasi, informasi, dan emosi yang dihasilkan dalam pre-disposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

b. Perhatian dikemukakan oleh Slameto (2003) ”Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar individu”.

c. Partisipasi dikemukakan oleh Slameto (2003) yang mengatakan bahwa partisipasi adalah: “Pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu

obyek, dan juga meliputi banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai

(24)

2.5Hasil Belajar

Berdasarkan pendapat Paul Suparno dalam Sardiman (2010: 38) hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, minat atau motivasi yang mempengaruhi dengan bahan yang sedang dipelajari. Hal yang sama dikemukakan oleh :

Bloom dalam Suprijono, dkk (2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), applicatian (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberiakan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan intelektual.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar bukan saja sejumlah pengetahuan yang diperoleh siswa, melainkan juga adanya perubahan perilaku dan sikap siswa. Jadi, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari soal tes yang diberikan oleh guru kepada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2.6Model Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)

(25)

kelompok akan meningkatkan motivasi, dan perolehan belajar Solihatin (2007: 5).

Menurut Slavin dalam Isjoni (2007: 17) mendefinisikan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya.

Anita Lie dalam Isjoni (2007: 16) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya 4-6 orang saja.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, struktur reward-nya.Struktur tugas berhubungan bagaiman tugas diorganisir. Struktur tugas dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward (Suprijono 2009: 61).

(26)

Model pembelajaran cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Student Team Acievement Division (STAD), 2) jigsaw, 3) Group Investigastion (GI), 4) Rotating Trio Exchange, 5) Group Resume, (Isjoni, 2007: 51).

Menurut Arends dalam Asma (2006: 16) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup

sepenanggungan bersama”

2. Siswa bertangung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan bersama.

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan atau akan diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dipelajari dalam kelompoknya.

(27)

belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill).

2.7Model Cooperative LearningType STAD 2.7.1 Pengertian Pembelajaran Type STAD

Menurut Slavin dalam Asma (2006: 51) menjelaskan bahwa pembelajaran cooperative type STAD siswa ditempatkan dalam kelompok belajar beranggota empat atau lima orang siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya. Guru lebih dahulu menyajikan materi baru dalam kelas, kemudian anggota team mempelajari dan berlatih untuk materi tersebut dan kelompok mereka yang biasanya berpasangan. Melengkapi lembar kerja, bertanya satu sama lain, membahas masalah dan mengerjakan latihan. Tugas-tugas mereka itu harus dikuasai oleh setiap anggota kelompok pada akhirnya guru memberikan kuis yang harus dikerjakan siswa secara individu.

Slavin (dalam Trianto, 2007: 68) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastiakan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

(28)

cooperative, siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model kooperatif harus ada “Struktur dorongan

dan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan

terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok (Slavin, 1983; Stahl, 1994; Solihatin dkk, 2007 : 4-5).

Melalui berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat mendefinisikan bahwa pengertian cooprative learning adalah sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok sehingga membentuk pembelajaran yang menyenangkan.

2.7.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe STAD

(29)

Fase 1.Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2.Menyajiakan /menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3.Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4.Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5.Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6.Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Ibrahim dalam Trianto,( 2007:71)

2.7.3 Komponen-Komponen Cooperative Learning Type STAD

(30)

pembelajarannya, belajar cooprative type STAD melalui lima tahapapan yang meliputi: Tahap penyajian materi, (2) Tahap kegiatan kelompok, (3) Tahap tes individual, (4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu,(5) Tahap pemberian penghargaan kelompok Slavin dalam Isjoni (2007: 51).

Tahap Penyajian Materi, yang mana guru memulai dengan

menyampaikan indicator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingi tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari, dalam penelitian ini adalah pelajaran IPS materi keragam suku bangsa dan budaya di Indonesia. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat menghubungkan materi yang kan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual. Lama persentasi dan berapa kali harus dipersentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.

Dalam mengembangkan materi pembelajaran perlu ditekankan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok

b. Menekankan belajar adalah memahami makna, dan bukan hafalan

(31)

d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu benar atau salah, dan

e. Beralih kepada materi selanjutnya apabila siswa telah memahami permasalahan yang ada.

Tahap Kerja Kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajaridalam keja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

Tahap Tes Individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing-masing selam 10 menit agar siswa dapat menunujukkan apa yang telah dipelajari secara individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

(32)

perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin dalam Isjoni (2007: 53) seperti terlihat pada table berikut:

Tabel 1. Perhitungan Skor Individual

Skor Tes Skor Perkembangan Individu a. Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal

b. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal c. Skor awal sampai 10 poin diatasnya d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan

skor awal)

Sumber : Slavin dalam Isjoni (2007:53)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok yang baik, kelompok yang hebat dan kelompok super.

Adapun kriteria yang digunakan untuk untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:

(33)

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam komponen-komponen cooperative learning type STAD terdapat beberapa tahap yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran sehingga mampu memberikan suasana yang berbada kepada siswa dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2.7.4 Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Type STAD

Kelebihan dari model Cooperative Learning Type STAD yaitu (1) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, (3) dapat meningkatkan kreativitas siswa, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti (http//hendygoblog.blogspot.com).

Kekurangan dari model Cooperative Learning Type STAD yaitu (1) setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran cooperative type STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu

(http//hendygoblog.blogspot.com).

(34)

2.8 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu program pendidikan yang mengintegrasikan secara interdisiplin konsep-konsep ilmu sosial dan humaniora untuk tujuan pendidikan kewarganegaraan (Sapriya,dkk.2007:1).

Pembelajaran IPS di SD terdiri dari materi geografi, Sejarah, Sosial dan Ekonomi. Materi IPS SD tidak tampak nyata, namun tertata secara terpadu dalam standard kompetensi yang dimulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Pembelajaran IPS pada kelas 1 sampai kelas 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas 4 sampai kelas 6 dilaksanakan melalui pendekata mata pelajaran.

IPS di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan dasar untuk memahami kenyataan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari dan bertujuan agar mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

(35)

heterogen, baik secara nasional maupun global (Sapriya dkk., 2007: 133).

Selaras dengan kedua pendapat diatas, Djahiri (Sapriya, dkk. 2007: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang dipadukan dalam suatu program pendidikan yang ditujukan pada jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

2.9 Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh kerena itu, pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

(36)

Menurut Hasan (Supriatna, dkk., 2007: 5), Tujuan Pendidikan IPS dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pengembangan kemampuan intektual siswa, pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri siswa sebagai pribadi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguasai disiplin ilmu sosial, Maka dari itu dalam pembelajaran IPS guru diharapkan membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dapat di terima oleh peserta didik dengan baik.

2.10Ruang Lingkup Kurikulum

Di dalam kurikulum 2006 ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi aspek-aspek:

1. Manusia, tempat dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perbuatan 3. System social dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

2.11Hipotesa Tindakan

(37)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Metro Selatan Kota Metro. Sekolah ini merupakan tempat tugas peneliti

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013-2014

3.1.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 5 Metro Selatan sebanyak 20 orang siswa terdiri dari 8 laki-laki dan 12 perempuan.

3.2 Metode Penelitian

(38)

16)Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS.

2. Pelaksanaan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelajaran IPS.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya Wardhani, (2007 : 2.4)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan

(39)

3.3 Sumber Data Penelitian 3.3.1 Data Kinerja Guru

Data kinerja guru dalam menggunakan model pembelajaran STAD pada setiap siklus pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) akan menggunakan lembar pengamatan.

3.3.2 Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada setiap siklus pembelajaran akan menggunakan lembar pengamatan.

3.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Penelitian tindakan merupakan penelitian proses suatu tindakan pembelajaran, oleh karenanya alat utama pengumpulan data adalah peneliti sendiri (human instrument) yang dibantu koloborator atau guru mitra. Maka dalam penelitian ini alat pengumpulan data yaitu :

a. Melalui Lembar Pengamatan 1

Teknik Pengumpulan data pada lembar pengamatan 1 dilakukan dengan

cara lembar pengamatan 1 diisi atau dilakukan oleh pengamatan lain

selain peneliti pada saat proses pembelajaran pada setiap siklus.

b. Melalui Lembar Pengamatan 2

Teknik pengumpulan data pada lembar pengamatan 2 diisi atau dilakukan

oleh peneliti dan dibantu pengamat lain (observer kolobolator) pada saat

(40)

Untuk alat pengumpulan data peneliti menggunakan dua cara yaitu: 1. Instrumen pengumpulan data kualitatif, meliputi:

Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar siswa selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS dengan model Cooperative Learning Type STAD.

2. Instrumen pengumpulan data kuantitatif, meliputi:

Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan model Cooperative LearningType STAD.

3.5 Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif:

1. Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang aktivitas belajar siswa, pola interaksi pembelajaran, dengan menggunakan modelCooperative LearningType STAD.

(41)

dengan Model cooperative learning type STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Data tersebut juga digunakan untuk menentukan siswa yang akan di amati, sebagaimana tergambar dalam table berikut.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama Siswa Aspek yang Diamati Jumlah %

1 2 3 4

Sumber: Adaptasi Aqib dkk (2009: 41) Keterangan:

1.Sikap 2.Perhatian 3.Partisipasi 4.Presentasi

Petunjuk: Beri tanda (√ ) pada kolom yang tersedia di depan pernyataan. Jika kriteria tingkat keberhasilan observasi dalam %

>80 % Sangat tinggi

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh siswa

(42)

2. Kuantitatif

Analisis kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar siswa dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.

Data kuantitatif merupakan data hasil aktivitas dan belajar melalui model cooperative Learning type STAD pada siklus I dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II. Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus :

a. Nilai rata-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

nilai rata-rata nilai

frekuensi nilai

(Sumber: Herryanto, dkk., 2008 : 43)

b. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara

individual digunakan rumus : Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan

(43)

N = Skor maksimum dari tes 100 = Bilangan tetap

(Sumber : adaptasi Purwanto., 2008 : 112)

c. Sedangkan untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

Ketuntasan klasikal =

(Sumber: Purwanto., 2008 : 102)

Tabel 3. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam % Tingkat Keberhasilan (%) Arti (Sumber : Aqib,dkk., 2009 : 41)

3.6 .Indikator Keberhasilan

(44)

3.7 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas 3.7.1 Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning Type STAD. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.

b. Merancang kegiatan belajar mengajar menggunakan model Cooperative Learning type STAD dengan materi “Kenampakan Alam Dan Keragaman Sosial Budaya”.

c. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

(45)

2. Pelaksanaan

Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah “Kenampakan Alam Dan Keragaman Sosial Budaya”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learningtype STAD.

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang akan dilaksanakan

.

3. Guru memotivasi siswa dengan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh (pembelajaran cooperative learning type STAD).

4. Dengan tanya jawab guru dan siswa mengecek kemampuan siswa sebelum memulai pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type STAD , kemudian memberi rangsangan kepada siswa agar siswa aktif dalam pembelajaran.

(46)

3. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jenis kelamin siswa.

4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi siswa kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

6. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

7. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

(47)

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

5. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.

3. Observasi

(48)

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type STAD berlangsung.

3.7.2 Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus kedua peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning Type STAD. Adapun langkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.

b. Merancang kegiatan belajar mengajar menggunakan model Cooperative Learning type STAD dengan materi “Kenampakan Alam Dan Keragaman Sosial Budaya Wilayah Lautan”.

(49)

d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah “Kenampakan Alam Dan Keragaman Sosial Budaya Wilayah Lautan”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang berupa gambar peta alam Indonesia, dan gambar daerah perairan di Indonesia.

2. Guru menyampaikan apersepsi, mengabsen, berdoa dan bercerita pendek yang berkaitaan dengan wilayah perairan. 3. Memberikantanya jawab guru dan siswa guna mengecek

kemampuan siswa sebelum memulai pembelajaran. b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

2. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan

(50)

akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jenis kelamin siswa.

4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi siswa kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

6. Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban siswa yang maju.

7. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru setiap jawaban kelompok.

8. Guru memberi penguatan kepada siswa yang berani maju dan memberi motivasi terhadap siswa lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir

(51)

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

5. Guru memberikan motivasi siswa agar selalu rajin belajar.

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti mengamati aktivitas belajar siswa dengan mengobservasi keaktifan dan keantusiasan siswa serta kinerja guru. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara memberikan tanda caklist pada lembar observasi

4. Refleksi

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model cooperative learning type STAD pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 5 Metro Selatan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan observer terhadap aktivitas belajar siswa yang telah dilakukan mulai dari siklus Idan II dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai 57,96% kemudian meningkat pada siklus II menjadi 71,40%, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,44%. 2. Penerapan model cooperative learning type STAD pada pembelajaran IPS

(53)

pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa sebanyak 10 siswa (50,00%), pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa (65,00%).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Siswa

Siswa diharapkan untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaan dan hasil belajar kemudian siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok. Tentunya harus diimbangi dengan semangat belajar siswa yang akan memperkaya ilmu pengetahuan siswa sehingga memperoleh hasil belajar yang meningkat.

b. Guru

(54)

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.

d. Peneliti

(55)

DAFTAR PUSTAKA

________. 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas I s.d. VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Depdiknas. Jakarta

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto,dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2008. Model Silabus Kelas IV. Depdiknas. Jakarta

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Reneka Cipta

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Tentang UU Sisdiknas. Balitbang Diknas. Jakarta.

Hakim, Thursan. Pengertian Belajar. http://books.google.co.id/books.id. Diakses tanggal 17 Mei 2013. Pukul 15:00 WIB.

Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Hendy. 2010. Perbandingan-Penerapan- Pembelajaran. http://hendygoblog. blogspot.com. Diakses tanggal 15 Mei 2013. Pukul 20.00 WIB.

Herriyanto, Nar. 2008. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.

(56)

Jakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Balai Pustaka. Jakarta

Kunandar. 2011. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.

Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sagala, S 2009 Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta

Sapriya, dkk.2007. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung

Sardiman. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta Sarjanaku. 2012. Pengertian Sikap, Perhatian, dan Partisipasi http

://sarjanaku.com/2012/09/pengertian-sikap-defini-tingkatan.html. Diakses tanggal 25 Agustus 2013. Pukul 20.00.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Coopeative Learning. Bumi Aksara. Jakarta. Supriatna, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif;Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kencana Prenada Media Grup. Surabaya.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar Lokasi Penelitian ........................................................  133
Tabel 1. Perhitungan Skor Individual
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 27 Tahun 2013, tentang pedoman penyusunan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015/2016, di pandang perlu untuk

Area cagar budaya memiliki keterikatan yang sangat jelas terhadap waktu, terutama berkaitan dengan aspek kesejarahannya, sehingga untuk menghadirkan objek yang ’abadi’,

Pada hubungan balok kolom,dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal yang ditentukan pada 23.4(4) harus dipasang pada hubungan tersebut

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Based on the figure above, it is known that the result of expansion load simulation for heating coil inside service tank portside is in white metallic color,

Kognitif adalah kebolehan individu untuk berfikir, memberi pendapat, memahami, mengingati perkara-perkara yang berlaku di persekitaran masing-masing.Oleh itu,aktiviti yang dilakukan

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

- in order for the item to be presented in the content section, some salient spatial property of the item shall exist within the specified bbox.