• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR

YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

Oleh:

NOVERDI PUJA SAPUTRA

Pertambahan jumlah kendaraan bermotor pada saat ini menjadikan hal ini sangat rentan terhadap problema dalam masyarakat. Pertambahan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia kini mencapai 24-30% dalam satu tahun dan tidak dibarengi dengan pembangunan insfrastruktur yang memadai menjadikan Indonesia menduduki peringkat pertama negara ASEAN dengan jumlah kecelakaan lalu lintas tertinggi. Diwilayah Bandar Lampung jumlah pertambahan kendaraan bermotor mencapai 40% tiap tahunnya. Akibatnya potensi untuk terjadinya kecelakaan semakin besar. Belum lagi dengan resiko terjadinya kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat mendorong kepolisian untuk lebih tanggap dan memberi perhatian yang cukup tinggi terhadap pelanggaran lalu lintas salah satunya adalah mengenai kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM). Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah upaya polisi lalu lintas dalam rangka penertiban dan penindakan pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki surat izin mengemudi dan apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam rangka penertiban dan penindakan pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki surat izin mengemudi.

(2)

Noverdi Puja Saputra

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, terdapat tiga cara yang dapat dilakukan yaitu tindakan preventif, represif, dan kuratif. Tindakan preventif, yaitu usaha mencegah kejahatan/pelanggaran yang merupakan bagian dari politik kriminil. Upaya yang telah dilakukan kepolisian berupa sosialisasi – sosialisasi secara langsung (kegiatan Police Goes To Campus/Police Go To School) ataupun tidak langsung (sosialisasi menggunakan media elektronik dan cetak maupun media internet). Lalu kepolisian juga mengadakan SIM keliling, SIM corner, dan SIM Kolektif. Tindakan represif yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran. Upaya yang telah dilakukan kepolisian berupa razia/gabungan dan patroli lalu lintas. Upaya kuratif yaitu pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya yaitu usaha penanggulangan kejahatan. Tindakan kuratif dalam arti nyata hanya dilakukan oleh aparatur eksekusi pidana. Dalam hal ini berupa kurungan, denda, maupun pencabutan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Agar membantu upaya polisi lalu lintas dalam penertiban dan penindakan pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM hendaknya kepolisian harus meningkatkan kesadaran hukum dari masyarakat melalui cara – cara yang lebih variatif dan tepat sasaran. Namun sebelumnya harus meningkatkan

profesionalisme bagi anggotanya terlebih dahulu. Para pengguna kendaraan bermotorpun diharapkan untuk lebih sadar akan hukum dan harus lebih kooperatif dan terbuka untuk saling bekerjasama dengan pihak kepolisian.

(3)

UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR

YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

Oleh

Noverdi Puja Saputra

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN BERMOTOR

YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM)

( Skripsi)

Oleh

NOVERDI PUJA SAPUTRA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

Tinjauan Umum tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan...25

Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan...25

Kedudukan Pengguna Jalan...26

Prosedur Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data...43

(6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden...46 Upaya Polisi Lalu Lintas Dalam Rangka Penertiban Dan Penindakan

Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak Memiliki Surat Izin

Mengemudi (SIM)...47 Faktor – faktor Penghambat Upaya Kepolisian Dalam Rangka

Penertiban dan Penindakan Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak

Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)...57

PENUTUP

Kesimpulan...65 Saran...68

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Literatur :

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung. Format Penulisan Karya Ilmiah. 2010. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

HR Ridwan. 2009. Hukum Administrasi Negara. Rajawali Pers. Jakarta.

Kusmagi, Agung Marye. 2010. Selamat Berkendara Di Jalan Raya. Raih Asa Sukses. Jakarta.

Panduan Praktis Berlalu Lintas. 2011. Korps Lalu Lintas Polri. Jakarta.

Poerwadharminta WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. R. Cecil, Andrew. 2011. Penegakan Hukum Lalu Lintas. Nuansa. Jakarta.

Sadjijono. 2009. Memahami Hukum Kepolisian. Laksbang, Surabaya. Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.

---.2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rajawali Pers. Jakarta.

Soebroto Brotodiredjo dalam R. Abdussalam. 1997. Penegak Hukum Di Lapangan Oleh Polri. Dinas Hukum Polri . Nuansa. Jakarta.

Sudarto. 1986. Hukum dan Hukum Pidana. Alumni. Bandung.

Undang – Undang :

UUD 1945 Dan Perubahannya. Indonesia tera. Yogyakarta. 2009. UU dan Kepolisian Negara RI. Sinar Grafika. Jakarta. 2003.

Undang - undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ditlantas Babinkam Polri. Jakarta. 2009.

(8)

Website :

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=12,

http://kotabogor.go.id/kankominfo-kegiatan/5782-indonesia-peringkat-pertama-kecelakaan-lalu-lintas-di-asean-,

http://id.wikipedia.org/wiki/Bukti_pelanggaran

(9)

MOTTO

Salah satu akhlak yang paling mulia adalah kejujuran, hadapilah meskipun itu sulit

(Kasino Warkop DKI)

Berikan aku Hakim yang baik, Jaksa yang baik dan Polisi yang baik, maka aku akan berantas kejahatan walau tanpa undang-undang secarik pun

(Prof. B.M. Taverne)

Tertib berlalu lintas adalah cerminan budaya bangsa (Sat Lantas Polri)

Laki-laki itu yang dipegang adalah omongannya, Jadi jaga dan tepatilah setiap omongan yang anda ucapkan jika anda seseorang laki-laki yang baik dan bertanggungjawab

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : DR. Eddy Rifa’i, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota : Rini Fathonah, S.H., M.H. ...

Penguji Utama : Eko Raharjo, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Bapak Dr. Heryandi, S.H.,M.S NIP. 196211091987031003

(11)

Judul Skripsi : UPAYA POLISI LALU LINTAS DALAM RANGKA PENERTIBAN DAN

PENINDAKAN TERHADAP PENGENDARA KENDARAAN

BERMOTOR YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) Nama Mahasiswa : Noverdi Puja Saputra

No. Pokok Mahasiswa : 0912011217

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

DR. Eddy Rifa’i, S.H., M.H. Rini Fathonah, S.H., M.H. NIP.196109121986031003 NIP.197907112008122001

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(12)

Persembahan

Bismillaahirrahmaanirrahim

Teriring do’a dan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya serta junjungan tinggi Rasulullah

Nabi Besar Muhammad SAW dan Dengan kerendahan dan

ketulusan hati, kupersembahkan skripsi ini untuk kedua

Orang tuaku tercinta Rusbani Adi Cahya, SH dan

Erlin Mawarlina, S. Pd, yang telah memberikan kasih sayang serta dukungan , serta senantiasa selalu memanjatkan do’a

untuk keberhasilan serta kesuksesanku

Serta kedua adikku A. Novindri Adji Sukma dan Ade

Gamma Gusthreehan, serta seseorang yang teramat special

didalam hidupku Yeyen Dofa Armiela yang telah

memberikan kasih sayang dan dukungan yang tiada

hentinya

Sahabat – sahabatku yang selama ini selalu menemani dan

memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung

sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Viva Justicia and Forza Inter, Salam Pagas...!!!

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pampangan tanggal 29 November 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Rusbani Adi Cahya, SH dan Erlin Mawarlina, S.Pd.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada TK Unila diselesaikan pada tahun 1997. Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2 Labuan Ratu Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 1 Natar diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan di Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Natar diselesaikan pada tahun 2009.

(14)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Polisi Lalu Lintas Dalam Rangka Penertiban Dan Penindakan Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Yang harus ditempuh sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menambah mutu tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang paling dalam penulis sampaikan kepada : 1. Bapak DR. Heryandi, S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati Mauliani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H. selaku Pembahas Utama atas kritik, masukan dan saran-sarannya guna menyempurnakan skripsi ini.

(15)

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H. selaku Pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, memberi arahan dan saran serta dorongan semangat dalam menyempurnakan skripsi ini.

6. Ibu Maya Shafira, S.H., M.H. selaku pembahas kedua yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Elly Nurlaily, S.H., MH selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi kan nasehat dan bimbingan selama penulis menjadi Mahasiswa 8. Papaku Rusbani Adi Cahya S.H dan Mamaku Erlin Mawarlina, S. Pd yang

senantiasa membantu penulis baik moril dan materiil, skripsi ini adalah persembahan pertama dari putra kalian, semua ini tiada sebanding dengan perjuangan dan pengorbanan yang Papa dan Mama berikan selama ini, mudah–mudahan ini menjadi langkah awal bagi putra kalian untuk membalas budi baik yang sangat besar yang telah kalian berikan selama ini, Amin. 9. Adik-adikku tercinta (Ovin dan Gamma) yang selalu memberikan semangat

dan doa agar dapat berjuang bersama dalam mencapai cita-cita yang kita dan orang tua kita harapkan.

10.Keluarga besarku yang selalu mendukung dam memotivasiku untuk menjadi lebih baik kedepannya.

11.Teman - teman Genk Chacha (Yogi, Feni, Havis, Ardian, Jay, Gana, Indah, Myu, Elis, Indra, Isa) yang solid abis saat suka maupun duka terutama Yogi dan Feni yang selalu membantu setiap saat.

12.Teman - teman Tim Futsal ZigZag FC (Wandi, Yosan, Amri, Ruckiat, Acep, Nico, Hari, Ryan, Aish) yang sepenuh hati bermain futsal untuk menjadi tim yang lebih kuat dan solid.

13.Rekan-rekan seperjuangan FH Unila, Adit, Jonathan, Bangkit, Gede, Made, Verdy, Ocha, Guin, dan yang lain yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, semoga sukses selalu menyertai kita, Thanks Guys...!!

(16)

15.Serta yang terspecial Yeyen Dofa Armiela Nasution, Amd.keb. terima kasih atas cinta, pengertian, waktu, kesabaran dan kasih sayang yang sudah dengan setia selalu bersamaku baik suka maupun duka meskipun kita berjauhan. 16.Almamaterku tercinta

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang berkepentingan pada umumnya untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua.

Semoga segala bimbingan, bantuan dan dorongan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan pahala dari Allah SWT, Amien yaa Robbal Allamin.

Bandar Lampung, 2013

Penulis

(17)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang dinamis dan tidak bisa berdiam diri dalam waktu yang lama. Mereka selalu ingin bergerak, berpindah, dan melakukan aktivitas. Dimasa modern, aktifitas manusia sangat terbantu dengan adanya teknologi yang memudahkan setiap pergerakan individu. Ketika kendaraan bermotor ditemukan sebagai alat transportasi maka manusia tidak perlu repot kepanasan atau kehujanan ketika berpergian. Sehingga waktu tempuh menjadi lebih singkat dan lebih menyenangkan.

Selain membawa sejumlah keuntungan, kehadiran kendaraan bermotor juga membawa konsekuensi lain yang diantaranya penyediaan jalan yang memadai, pengaturan pergerakan kendaraan dan masalah kecelakaan.

Negara berkembang seperti Indonesia kesadaran tertib di jalan raya masih rendah sehingga untuk menemukan pelanggaran yang dilakukan pengguna jalan terutama pengguna kendaraan bermotor cukup mudah ditemui. Kapasitas angkut yang terbatas dan jumlah kendaraan bermotor yang cukup banyak membuat jalanan semakin padat. Belum ada jaringan angkutan umum yang bisa diandalkan.

(18)

keunggulan angkutan yang ada di negara maju. Sistem angkutan umum tidak dirancang dalam jumlah yang banyak, tetapi dengan mengutamakan kapasitas angkut.

Fasilitas angkutan umum yang berantakan juga berbanding lurus dengan rencana pembangunan ruas jalan. Arus penduduk yang semakin bertambah tiap tahunnya, membuat tanah kosong semakin langka dan membuat pembangunan jalan baru semakin sulit. Disiplin berkendara pun menjadi sorotan. Karena setiap orang yang berkendara memiliki disiplin kendara yang berbeda-beda pula. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti ataupun tidak paham atau pura-pura tidak tahu mengenai tertib berkendara yang baik itu. Hal ini mengakibatkan kemacetan dan tidak tertibnya para pengendara saat berkendara dijalan raya.1

Pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor berkembang dengan sangat pesat bila tidak diimbangi panjang jalan yang memadai, keterampilan berkendara dan disiplin lalu lintas bagi pemakai kendaraan bermotor dan pengguna jalan lainya. Tingginya pelanggaran lalu lintas dan tingkat kecelakaan lalu lintas menunjukan kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini.

Penyebab utama tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan korban jiwa baik meninggal dunia, luka berat maupun luka ringan dan kerugian material sangat berpengaruh pada aspek kejiwaan bagi korban dan keluarganya bahkan berpengaruh pula pada aspek ekonomi. Penyebab kecelakaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain faktor manusia, faktor kendaraan yang tidak layak operasional, dan faktor cuaca.

1

(19)

Cara yang dilakukan untuk menekan terjadinya kecelakaan dan korban yaitu secara persuasif, edukatif dengan himbauan-himbauan baik melalui media elektronika maupun media cetak serta melalui pencegahan bahkan pada upaya penegakan hukum oleh petugas kepolisian, maupun aparat lain yang terkait dalam masalah keselamatan lalu lintas belum dapat membuahkan hasil yang optimal. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan secara kwantitatif dan kwalitatif baik sumber daya manusia, maupun teknologi yang dimiliki oleh aparat pemerintah maupun pihak – pihak terkait.

Faktor manusia sebagai pengendara mempunyai resiko yang sangat tinggi selama berkendara, hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

1. Tidak disiplin;

2. Tidak terampil dalam berkendara; 3. Emosional;

4. Lelah atau ngantuk;

5. Tidak memahami akan peraturan – peraturan maupun ketentuan – ketentuan tata cara berlalu lintas. 2

Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya untuk memajukan kesejahteraan umum. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus terus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pembangunan suatu wilayah.

2

(20)

Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasionalpun memuntut penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, akuntabilitas penyelenggaraan negara.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 2006-2011

No. Tahun Mobil

penumpang

Bis Truk Motor Jumlah

1 2006 6,035,291 1,350,047 3,398,956 32,528,758 43,313,052

2. 2007 6,877,229 1,736,087 4,234,236 41,955,128 54,802,680

3. 2008 7,489,852 2,059,187 4,452,343 47,683,681 61,685,063

4. 2009 7,910,407 2,160,973 4,452,343 52,767,093 67,336,644

5. 2010 8,891,041 2,250,109 4,687,789 61,078,188 76,907,127

6. 2011 9,548,866 2,254,406 4,958,738 68,839,341 85,601,351

Sumber : Mabes Polri3

Berdasarkan tabel diatas, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun baik motor maupun mobil tanpa terkendali sehingga menjadikan hal ini sangat rentan terhadap suatu problema dalam masyarakat yaitu terjadinya banyak kecelakaan dan kejahatan di dalam kehidupan masyarakat.

Indonesia menduduki peringkat pertama di ASEAN sebagai negara dengan jumlah kecelakaan lalu lintas paling tinggi. Yang memprihatinkan lagi, kecelakaan lalu lintas di Indonesia menjadi pembunuh nomor dua setelah penyakit TBC. Pertambahan jumlah kendaraaan bermotor roda dua di Indonesia kini mencapai 24-30% dalam satu tahun. Begitu juga halnya dengan kendaraan bermotor roda empat. Namun peningkatan jumlah

3http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17&notab=12,

(21)

kendaraaan ini tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai. Akibatnya potensi kecelakaan semakin besar.4

Tingginya volume kendaraan bermotor di Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing daerah. Contohnya saja Satlantas Polresta Bandarlampung untuk mengatur lalu lintas. Dari data yang ada di satlantas, tercatat kendaraan jenis sepeda motor mendominasi peningkatan jumlah kendaraan. Pada 2005, jumlah kendaraan bermotor yang ada di Bandarlampung hanya 35.219 unit, namun jumlah itu terus menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada 2006 misalnya, jumlah kendaraan sudah meningkat menjadi 35.992 unit. Kemudian pada 2007 sempat menurun menjadi 32.335 unit, namun melonjak pada 2008 menjadi 42.724 unit.

Ditahun 2009 meningkat tajam menjadi 45.152 unit dan pada 2010 jumlah sepeda motor meningkat lagi menjadi 47.487 unit. Data itu baru sampai Agustus 2010, belum dijumlahkan dengan data sekarang. untuk kendaraan roda empat yang terdiri mobil penumpang, mobil beban, bus, dan kendaraan khusus pada tahun 2005 jumlahnya mencapai 5.245 unit. Kemudian pada 2006 menurun menjadi 3.535 unit. Pada 2007 meningkat lagi menjadi 6.895 unit, kemudian pada 2008 jumlahnya meningkat menjadi 7.602 unit, dan di 2009 menurun menjadi 5.032 unit. Sampai bulan Agustus 2010, jumlahnya kembali meningkat menjadi 5.471 unit. Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kendaraan di Bandarlampung cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 40%. Sedangkan jalan tidak mengalami perubahan sehingga memengaruhi keamanan dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas di wilayah Bandar Lampung

4

(22)

Beragamnya modus operandi kejahatan dalam kehidupan bermasyarakat mendorong kepolisian untuk lebih tanggap dan memberi perhatian yang cukup tinggi terhadap pelanggaran lalu lintas salah satunya adalah mengenai kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM) bagi pengendara kendaraan bermotor sesuai dengan kendaraan yang mereka kendarai.

Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah suatu alat bukti regisrasi dan identifikasi yang telah diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil dalam mengemudikan kendaraan bermotor.5

Fungsi dan peranan dari Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan Pasal 86 Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 adalah :

1. Sebagai bukti kompetensi pengemudi;

2. Sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap pengemudi;

3. Data registrasi dari pengemudi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi forensik kepolisian.

Setelah memperhatikan fungsi dan peranan dari Surat Izin Mengemudi (SIM) diatas yang sangat vital dalam penegakan hukum terutama dalam lalu lintas maka upaya-upaya yang dilakukan polisi lalu lintas pun harus lebih ditingkatkan dalam rangka penindakan dan penertiban pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Maka sesuai dengan Pasal 77 ayat (1) Undang - undang Nomor 22

Tahun 2009 “ Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan wajib

5

(23)

memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan kendaraan bermotor yang

dikemudikan”.

Pengendara kendaraan bermotor dijalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan isi pasal diatas. Negara Indonesia merupakan negara hukum, jadi sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik mengikuti dan mentaati peraturan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Upaya Polisi Lalu Lintas dalam Rangka Penertiban dan Penindakan Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)”.

B.Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

a. Bagaimanakah upaya polisi lalu lintas dalam rangka penertiban dan penindakan pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi ? b. Apakah faktor penghambat upaya kepolisian dalam rangka penertiban dan

(24)

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas oleh karena itu maka ruang lingkup penelitian hanya tertuju pada upaya polisi lalu lintas dalam rangka penertiban dan penindakan kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin mengemudi (SIM) dan faktor penghambat dalam upaya penertiban dan penindakannya oleh polisi lalu lintas di wilayah kota Bandar Lampung.

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok bahasan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memperoleh deskripsi lengkap, jelas dan rinci mengenai upaya – upaya dan langkah nyata yang dilakukan oleh polisi lalu lintas untuk menertibkan dan menindak pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). b. Untuk memperoleh deskripsi lengkap, jelas dan rinci mengenai faktor – faktor

penghambat upaya kepolisian dalam rangka penertiban dan penindakan terhadap pengendara kendaraan bermotor yang tertangkap tangan tidak dapat menunjukan Surat Izin Mengemudi (SIM).

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

(25)

b. Kegunaan Praktis

1. Sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum dan pemecahan suatu masalah hukum khususnya mengenai pelanggaran lalu lintas;

2. Sumber acuan atau referensi bagi praktisi hukum dalam mengemban tugas profesi hukum, pengusaha dan masyarakat;

3. Sebagai referensi untuk penelitian mahasiswa selanjutnya.

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.6

Konsep dari upaya penanggulangan kejahatan menurut Sudarto, terdiri dari :

a. Tindakan Preventif, yaitu usaha mencegah kejahatan/pelanggaran yang merupakan bagian dari politik kriminil. Politik kriminil dalam arti sempit adalah digambarkan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam arti luas, politik kriminil merupakan keseluruhan fungsi dari penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari kepolisian. Dalam arti lebih luas, politik kriminil merupakan keseluruhan kegiatan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.

6

(26)

b. Tindakan Represif, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.

c. Tindakan Kuratif, yaitu pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya yaitu usaha penanggulangan kejahatan, maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif ini merupakan segi lain dari tindakan represif dan lebih dititikberatkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan kejahatan. Tindakan kuratif dalam arti nyata hanya dilakukan oleh aparatur eksekusi pidana, misalnya para pejabat Lembaga Pemasyarakatan atau pejabat dari Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA).7

Selain itu juga faktor – faktor yang menjadi penghambat dan penyebab dari sesuatu tindak pidana ataupun pelanggaran merupakan sesuatu yang amat penting untuk diketahui. Menurut Soerjono Soekanto masalah pokok yang mempengaruhi penagakkan hukum antara lain :

a. Faktor hukum itu sendiri atau peraturan itu sendiri yaitu berupa undang-undang dan peraturan yang terkait didalamnya.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak – pihak yang membuat maupun yang menegakkan hukum itu sendiri.

c. Faktor sarana prasarana maupun fasilitas yang mendukung penegakkan hukum. d. Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut akan diterapkan dalam

kehidupan nyata.

7

(27)

e. Faktor budaya yaitu hasil dari karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.8

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti atau ingin diketahui baik dalam penelitian normatif maupun empiris.9 Agar tidak ada kesalahan terhadap permasalahan maka penulis akan memberikan konsep yang bertujuan untuk menjelaskan dari istilah yang digunakan dalam pembahasan ini, adapun istilah yang dimaksud adalah :

a. Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukumdalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas.10

b. Lalu lintas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berjalan bolak-balik atau hilir mudik.11 Namun di dalam Undang - undang No. 22 Tahun 2009 tentang

8

Soerjono, Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2007. Hlm 8

9

Soerjono Soekanto ,Op.cid Hal 124

10

Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Laksbang, Surabaya, 2009, Hlm 180

11

(28)

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengertian lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.

c. Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah suatu alat bukti regisrasi dan identifikasi yang telah diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil dalam mengemudikan kendaraan bermotor.12

E.Sistematika Penulisan

1. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang pemilihan judul, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi telaah kepustakaan yang berupa pengertian-pengertian umum dari pokok-pokok bahasan mengenai upaya – upaya nyata yang dilakukan polisi lalu lintas dalam rangka penertiban dan penindakan terhadap pengendara kendaraan bermotor yang tertangkap tangan tidak dapat menunjukan Surat Izin Mengemudi (SIM) pada saat berkendara di jalan.

12

(29)

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab metode penelitian yang dimulai dari kegiatan pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengumpulan dan pengolahan data dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan pembahasan dari hasil penelitian yang akan memberika jawaban tentang upaya – upaya nyata polisi lalu lintas dalam rangka penertiban dan penindakan terhadap pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dan bagaimana proses dari penertiban dan penindakan yang dilakukan polisi lalu lintas dari hal yang kecil sampai yang besar dari awal sampai akhir penyelesaiannya.

V. PENUTUP

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kepolisian

1. Istilah Polisi dan Kepolisian

Ditinjau dari segi etimologis istilah polisi dibeberapa negara memiliki ketidaksamaan, seperti di Yunani istilah polisi dengan sebutan politea, di Inggris

police juga dikenal adanya istilah constable, di Jerman polizei, di Amerika dikenal dengan sheriff, di Belanda polite, di Jepang dengan istilah koban dan chuzaisho

walaupun sebenarnya istilah koban adalah suatu nama pos polisi di wilayah kota dan chuzaisho adalah pos polisi di wilayah pedesaan.

(31)

penyelenggara perekonomian atau penyelenggara semua kebutuhan hidup warga negara.1

Dilihat dari sisi historis, istilah “polisi” di Indonesia tampaknya mengikuti dan

menggunakan istilah ”politie” di Belanda. Hal ini sebagai akibat dan pengaruh dari bangunan system hukum Belanda yang banyak dianut di negara Indonesia.

Menurut Van Vollenhoven dalam bukunya “Politei Overzee” sebagaimana dikutip oleh Momo Kelana istilah “politei” mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan supaya yang diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan perintah.2

Fungsi dijalankan atas kewenangan dan kewajiban untuk mengadakan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan dengan cara memerintah untuk melaksanakan kewajiban umum, mencari secara aktif perbuatan yang tidak melaksanakan kewajiban umum, memaksa yang diperintah untuk melakukan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan memaksa yang diperintah untuk melaksanakan kewajiban umum tanpa perantara pengadilan. Satu hal yang perlu dicermati dari pengertian tersebut, bahwa polisi adalah organ pemerintahan (regeeringorganen) yang diberi wewenang dan kewajiban menjalankan pengawasan. Dengan demikian istilah polisi dapat dimaknai sebagai bagian dari organisasi pemerintah dan sebagai alat pemerintah.3

1

Sadjijono, Memahami Hukum Kepolisian, Laksbang, Surabaya, 2009, Hlm 1

2Ibid

, Hlm. 2

3

(32)

Sesuai dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa polisi diartikan :

1. Sebagai badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum;

2. Anggota dari badan tersebut diatas.

Berdasarkan pengertian diatas, ditegaskan bahwa Kepolisian sebagai badan pemerintah yang diberi tugas memelihara keamanan dan ketertiban umum. Dengan demikian arti polisi tetap ditonjolkan sebagai badan atau lembaga yang haarus menjalankan fungsi pemerintahan, dan sebagai sebutan anggota dari lembaga.4

Pengertian lain sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 Undang -

undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, “Kepolisian adalah segala hal ihwal yang

berkaitan dengan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undanagn”. Istilah Kepolisian dalam Undang-undang Polri tersebut mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi. Jika mencermati pengertian fungsi polisi sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri tersebut fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayan kepada masyarakat, sedangkan lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

4Ibid

(33)

Polisi dan kepolisian mengandung pengertian yang berbeda. Polisi adalah sebagai organ atau lembaga pemerintah yang ada dalam negara, dan kepolisian adalah sebagai organ dan sebagai fungsi. Sebagai organ, yakni suatu lembaga pemerintah yang terorganisasi dan terstruktur dalam organisasi negara, sedangkan sebagai fungsi, yakni tugas dan wewenang serta tanggung jawab lembaga atas kuasa undang-undang untuk menyelenggarakan fungsinya, antara lain pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom, dan pelayanan kepada masyarakat.5

2. Lingkup Hukum Kepolisian

Istilah polisi dan kepolisian serta istilah hukum kepolisian, maka dapat dicermati batas-batas kajian hukum kepolisian dan objek kajian hukum kepolisian. Hukum kepolisian tidak terbatas pada hukum dalam arti peraturan-peraturan an sich, akan tetapi lebih dari itu bersangkut paut dengan segala hal kegiatan dan pengorganisasian kepolisian termasuk kedudukannya dan hubungannya dengan lembaga dan fungsi di luar kepolisian.

Beberapa penulis telah melakukan pemetaan batas wilayah kajian hukum kepolisian, walaupun belum ada kesamaan namun dapat digunakan sebagai dasar pemikiran dalam memahami lingkup hukum kepolisian.

Seperti pendapat Bill Drews dan Gerhard Wacke mengartikan “polizei recht” dapat dipetakan lingkup kajian hukum kepolisian, meliputi :

5Ibid

(34)

1. Hakekat Polisi;

2. Dasar-dasar hukum yang mengatur kewenangan, kewajiban, dan kekuasaan kepolisian;

3. Dasar-dasar hukum yang mengatur kewenangan secara khusus.

Menurut Momo Kalana mengemukakan obyek hukum kepolisian, meliputi : 1. Tugas Polisi;

2. Organ Polisi;

3. Hubungan antara organ polisi dan tugasnya.6

Dikaitkan dengan konsep dasar yang tercakup dalam hukum administrasi, maka dapat dipahami fungsi administrasi bersangkut pada pengorganisasian, kegiatan administrasi dan kontrol peradilan terhadap tindakan administrasi. Penegasan Van Vollenhoven lebih menegaskan, bahwa hukum kepolisian adalah merupakan bagian dari hukum administrasi. Penegasan tersebut berpijak pada konsep dasar pemikiran tentang pembidangan hukum tata pemerintahan, daiman hukum kepolisian berada didalamnya. Beranjak dari beberapa definisi tentang hukum kepolisian dan analisa konsep dasar hukum administrasi serta arti dari pemerintahan , maka wilayah dan objek kajian hukum kepolisian dapat dibedakan menjadi dua, yakni lingkup hukum kepolisian secara luas dan secara sempit.

Lingkup kepolisian secara luas meliputi :

1. Hakekat kepolisian

2. Lembaga atau organisasi kepolisian yang mencakup : a. Kedudukan;

b. Struktur;

c. Hubungan organisasi dan; d. Personil kepolisian;

3. Fungsi kepolisian dan kekuasaan kepolisian

4. Landasan yuridis yang mengatur tentang eksistensi, kedudukan fungsi, dan kekuasaan kepolisian (tugas dan wewenang)

5. Pengawasan dalam penyelenggaraan kepolisian

6. Tanggung gugat penyelenggaraan fungsi,dan kekuasaan kepolisian

6

(35)

Sedangkan lingkup hukum kepolisian secara sempit, hanya mencakup tentang landasan yuridis yang mengatur tentang eksistensi, kedudukan, fungsi, dan kekuasaan kepolisian atau tugas dan wewenang kepolisian.7

3. Tugas dan Wewenang Kepolisian

a. Tugas Pokok Kepolisian

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 13 Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri. Tugas Pokok Polri yang dimaksud diklasifikasikan menjadi tiga, yakni :

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; 2. Menegakkan hukum;

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Menjalankan tugas pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, Polri memiliki tanggung jawab terciptanya dan terbinanya suatu kondisi yang aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat Soebroto Brotodiredjo sebagaimana disitir oleh R. Abdussalam mengemukakan, bahwa keamanan dan ketertiban adalah keadaan bebas dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran, sehingga ada kepastian dan rasa kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran norma-norma.8

Dalam menyelenggarakan tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat tersebut dicapai melalui tugas preventif dan represif. Tugas dibidang preventif

7

Ibid, hlm 10

8

(36)

dilaksanakan dengan konsep dan pola pembinaan dalam wujud pemberian pengayoman, perlindungan, dan pelayanan kepada masyarakat, agar masyarakat merasa aman, tertib, dan tentram tidak terganggu segala aktivitasnya. Faktor-faktor yang dihadapi pada tataran preventif ini secara teoritis dan teknis kepolisian, mencegah adanya Faktor Kolerasi Kriminogen (FKK) tidak berkembang menjadi Police Hazard (PH) dan muncul sebagai Ancaman Factual (AF). Sehingga dapat diformulasikan apabila niat dan kesempatan bertemu, maka akan terjadi kriminalitas atau kejahatan (n + k = c), oleh karena itu langkah preventif, adalah usaha mencegah bertemunya niat dan kesepakatan berbuat jahat, sehingga tidak terjadi kejahatan atau kriminalitas.9

Tugas-tugas di bidang represif, adalah mengadakan penyidikan atas kejahatan dan pelanggaran menurut ketentuan dalam Undang-undang. Tugas represif ini sebagai tugas kepolisian dalam bidang peradilan atau penegakan hukum, yang dibebankan kepada petugas kepolisian.

Tugas pokok kepolisian yang dimaksud dalam Pasal 13 Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tersebut dirinci dalam Pasal 14 Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, terdiri dari :

1. Melaksanakan peraturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan;

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

9

(37)

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;

7. Melakukan penyidikan dan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; 8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium

forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepollisian;

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM;

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani instansi atau pihak yang berwenang;

11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.10

b. Tugas Pembinaan

Tugas pembiaan adalah tugas-tugas dalam rangka memberikan bimbingan teknis maupun taktis dalam menjalankan fungsi kepolisian. Tugas ini diberikan kepada lembaga-lembaga atau masyarakat potensial yang berdasarkan undang-undang diberikan tugas dan tanggung jawab menjalankan fungsi kepolisian, yang dalam istilah lain sebagai alat-alat kepolisian khusus.

Sesuai dengan Pasal 1 Keputusan Presiden No. 372 tahun 1962, yang dimaksud alat kepolisian khusus adalah alat atau badan sipil pemerintah yang oleh atau ats kuasa undang-undang diberikan wewenang untuk melakukan tugas kepolisian dibidangnya masing-masing, antara lain meliputi :

1. penerangan dan penyuluhan; 2. pencegahan dan penindakan.

Namun demikian bagi alat kepolisian khusus yang menjalankan tugas-tugas penyidikan tetap dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri, sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (2) Undang - undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, yakni : penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b (pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang) mempunyai wewenang sesuai dengan undang - undang yang menjadi dasar hukumnya dan dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah koordinasi

10Ibid

(38)

dan pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a (pejabat polisi Republik Indaonesia).

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, menyebutkan bahwa : Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Republik Indonesia yang dibantu oleh :

1. Kepolisian khusus;

2. Penyidik pegawai negeri sipil; dan 3. Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.11

Kepolisian khusus adalah instansi atau badan pemerintah yang oleh atau atas kuasa undang-undang diberi kewenangan untuk melaksanakan fungsi kepolisian dibidang teknis masing-masing. Contoh : polisi khusus kehutanan. Bentuk pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas dasar kemauan, kesadaran, dan kepentingan masyarakat sendiri yang memperoleh pengakuan dari Polri. Contoh : satuan pengamananan.

c. Wewenang Kepolisian

Berdasarkan konsep negara hukum, bahwa wewenang pemerintah berasal dari Peraturan Perundang-undangan. Berpijak pada konsep penyelenggaraan kepolisian adalah penyelenggaraan salah satu fungsi dari pemerintahan sesuai dengan Pasal 2 Undang - undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, maka asas legalitas menjadi prinsip utama dalam menjalankan prinsip dan wewenang kepolisian.

Secara teoritik menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt wewenang yang bersumber dari peraturan perundang-undangan diperoleh tiga cara, yaitu :

1. Atributie atau atribusi yaitu pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah.

11Ibid

(39)

2. Delegatie atau delegasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

3. Mandaat atau mandat yaitu terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.12

Wewenang kepolisian diperoleh secara atributuif, yakni wewenang yang dirumuskan dalam Peraturan Perundang - undangan, anatara lain wewenang kepolisian yang dirumuskan dalam Pasal 30 ayat (4) UUD 1945, UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP, dan lain-lain. Dari kewenangan atributif tersebut dalam wewenang lahir delegasi dan mandat, yakni pemberian wewenang dari satuan atas kepada satuan bawah (berupa mandat), maupun pendelegasian kepada bidang-bidang lain diluar struktur.

Wewenang kepolisian secara atributif meliputi wewenang umum dan khusus. Wewenang umum sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, meliputi :

1. Menerima laporan/pengaduan;

2. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;

3. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;

4. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau ancaman persatuan dan kesatuan bangsa;

5. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian;

6. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;

7. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;

8. Mengambil sidik jari dan identitas lainya serta memotret seseorang; 9. Mencari keterangan dan barang bukti;

10. Menyelenggarakan pusat informasi Kriminal Nasional;

11. Mengeluarkan surat ijin atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;

12. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain serta kegiatan masyarakat;

13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.13

12

(40)

Berkaitan dengan wewenang khusus kepolisian antara lain meliputi kewenangan sesuai Peraturan Perundang - undangan (Pasal 5 ayat (2)) dan wewenang penyidikan atau penyelidikan proses pidana (Pasal 16 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002).

1. Wewenang berdasarkan Peraturan Perundang - undangan :

a. Memberikan ijin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan kegiatan masyarakat lainya;

b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; c. Memberikan surat ijin mengemudi kendaraan bermotor;

d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan partai politik;

e. Memberikan ijin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;

f. Memberika ijin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha dibidang jasa pengamanan;

g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;

h. Melakukan kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;

i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada diwilayah Indonesia dengan koordinasi institusi terkait;

j. Mewakili pemerintah RI dalam organisasi kepolisian internasional; k. Melaksanakan kewenangan lain dalam lingkup tugas kepolisian. 2. Wewenang di bidang proses pidana :

a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian

perkara untuk kepentingan penyidikan;

c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan;

d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;

e. Melakukan pemeriksaan surat;

f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;

h. Mengadakan penghentian penyidikan;

i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaanmendesak atau 13

(41)

mendadak untuk mencegah atau menangkal otang yang disangka melakukan tindak pidana;

k. Memberi petunjuk dan bantuan penyelidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Wewenang Polri dalam melakukan penyidikan dan penyelidikan juga diatur dalam Pasal 5 Undang - undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP. Sedangkan kewenangan kepolisian selaku penyidik diatur dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP.14

B. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian lalu lintas adalah berjalan bolak-balik atau hilir mudik. Sedangkan angkutan adalah pembawaan barang-barang.15 Namun didalam Undang - undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengertian lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Sedangkan angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Menilik dari pengertian diatas maka lalu lintas angkutan jalan menurut Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 dalam Pasal 1 adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.

14

Ibid, hlm 118-120

15

(42)

Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya untuk memajukan kesejahteraan umum. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus terus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan pembangunan suatu wilayah.

Perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasionalpun memuntut penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, akuntabilitas penyelenggaraan negara.

2. Kedudukan Pengguna Jalan

(43)

memberikan perlindungan yang baik terhadap pejalan kaki, pesepeda, dan para pengguna jalan dengan keterbatasan. Hal ini bisa dilihat pada pasal 25 ayat (1) yang memberikan perintah kepada penyelenggara lalu lintas untuk menyediakan tempat khusus bagi pejalan kaki, penyandang cacat, dan pesepeda. Pejalan kaki berhak mendapatkan jalur khusus dan menyebrang jalan yang aman, seperti tercantum dalam Pasal 131 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Pasal 106 ayat (2) Undang-undang yang sama juga menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor wajib mendahulukan para pejalan kaki serta pesepeda. Bagi yang melanggar akan dikenai hukuman hingga dua bulan kurungan atau denda Rp500.000,00 sesuai dengan isi Pasal 284 UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009.16

Terkait penyandang cacat, UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009 juga menyatakan bahwa para penyandang cacat, bersama orang sakit, anak-anak, wanita hamil, dan usia lanjut wajib diberikan kemudahan. Perlindungan tersebut terdapat pada Pasal 242 dan 243 UU LLAJ Nomor 22 Tahun 2009.

Konsekuensi dari adanya pasal ini adalah pemerintah wajib memfasilitasi bagi mereka. Diharapkan dengan adanya aturan ini, kondisi jalan dan lalu lintas menjadi ramah bagi semua orang dan golongan.

Mengenai posisi para pengendara kendaraan bermotor, terdapat beberapa golongan kendaraan yang mendapatkan prioritas dijalan raya. Undang - undang No. 22 Tahun 2009 mengatur bahwa kendaraan yang membawa misi untuk menolong orang dapat diprioritaskan dijalan raya. Ini karena alasan kemanusiaan, dan menyangkut nyawa seseorang. Meski seorang menteri atau presiden yang

16

(44)

memiliki status yang lebih besar, dijalan kedudukan mereka berada dibawah para pemadam kebakaran dan petugas medis.17

Pasal 134 Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 yang mengatakan :

Pengguna jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai urutan berikut :

1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas; 2. Ambulans yang mengangkut orang sakit;

3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas; 4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;

5. Kendaraan pemimpin dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;

6. Iring-iringan jenazah;

7. Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Tanggung Jawab Pemerintah

Lalu lintas dan angkutan jalan tidak melulu hanya tentang kepolisian. Tetapi ada beberapa institusi yang bertanggung jawab pula. Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ setidaknya ada lima instansi yang bertanggung jawab terhadap pembinaan ataupun terselenggaranya lalu lintas dengan baik.

Instansi pertama adalah kementerian negara yang mengurusi masalah bidang jalan yang merupakan jatah dari Departemen Pekerjaan Umum (PU). Instansi yang kedua adalah kementerian negara yang mengurusi masalah pengadaan sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, yang merupakan wewenang dari Departemen Perhubungan (Dephub). Instansi ketiga adalah kementerian negara yang bertanggungjawab dibidang industri, yang berada dibawah Deprtemen

(45)

Perindustrian. Instansi yang keempat adalah kementerian negara yang bertanggung jawab dibidang pengembangan teknologi, yakni Kementerian Riset dan Teknologi. Terakhir adalah instansi kepolisian. Instansi-instansi tersebut juga bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.18

C.Tinjauan Umum Surat Izin Mengemudi (SIM)

1. Pengertian dan Fungsi Surat Izin Mengemudi (SIM)

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikannya. Begitulah bunyi Pasal 77 ayat (1) Undang - undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jadi sudah sangat jelas bahwa pengendara kendaraan bermotor dijalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sesuai dengan bunyi pasal diatas. Negara Indonesia merupakan negara hukum, jadi sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia yang baik mengikuti dan mentaati peraturan tersebut.

Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah suatu alat bukti regisrasi dan identifikasi yang telah diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil dalam mengemudikan kendaraan bermotor.

Namun terdapat pengertian lain dari Surat Izin Mengemudi (SIM) yaitu bukti kompetensi bagi seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan

18Ibid

(46)

keterampilan, mengemudi di jalan sesuai dengan persayratan yang telah ditentukan berdasarkan Undang - undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.19

Kompetensi mengemudi adalah kemampuan seseorang pengemudi dalam bidang pengetahuan, kemampuan. Dan keterampilan untuk mengemudikan kendaraan bermotor dijalan dengan benar sesuai dengan pernyataan yang ditentukan berdasarkan Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Fungsi dari Surat Izin Mengemudi (SIM) :

1. Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai bukti kompetensi pengemudi;

2. Surat Izin Mengemudi berfungsi sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat keterangan identitas lengkap pengemudi;

3. Data pada registrasi pengemudi dapat digunakan untuk mendukung kegiatan penyelidikan, penyidikan, dan identifikasi forensik kepolisian.20

2. Bentuk dan Penggolongan Surat Izin Mengemudi

Surat Izin Mengemudi (SIM) terdiri dari dua jenis, yaitu Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor perseorangan dan Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor umum. Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM), calon pengemudi harus memiliki kompetensi mengemudi yang dapat diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan ataupun belajar sendiri.

19

Panduan Praktis Berlalu Lintas, Korps Lalu Lintas Polri, Jakarta, 2011. Hlm 24

20Loc. Cit

(47)

a. Surat Izin Mengemudi Perorangan

Surat Izin Mengemudi untuk kendaraan bermotor perseorangan digolongkan menjadi :

1. Surat Izin Mengemudi (SIM) A berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseoranagn dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3500 kg;

2. Surat Izin Mengemudi (SIM) B I berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3500 kg;

3. Surat Izin Mengemudi (SIM) B II berlaku untuk mengemudikan kendaraan alat berat, kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan perseorangan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1000 kg; 4. Surat Izin Mengemudi (SIM) C berlaku untuk mengemudikan sepeda motor; 5. Surat Izin Mengemudi (SIM) D berlaku untuk mengemudikan kendaraan

khusus bagi penyandang cacat.

Surat Izin Mengemudi (SIM) D dibagi menjadi dua yaitu :

a. Surat Izin Mengemudi (SIM) D I setara dengan Surat Izin Mengemudi C; b. Surat Izin Mengemudi (SIM) D II setara dengan Surat Izin Mengemudi A.21

b. Surat Izin Mengemudi (SIM) umum

Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) kendaraan bermotor umum, calon pengemudi wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan pengemudi angkutan umum. Pendidikan dan pelatihan yang dimaksud hanya dapat diikuti oleh orang yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) kendaraan bermotor perseorangan. Surat Izin Mengemudi untuk kendaraan bermotor umum digolongkan menjadi :

21

(48)

1. Surat Izin Mengemudi (SIM) A Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan bermotor umum dan barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan tidak melebihi 3500 kg;

2. Surat Izin Mengemudi (SIM) B I Umum berlaku untuk mengemudikan mobil penumpang dan barang umum dengan jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3500 kg;

3. Surat Izin Mengemudi (SIM) B II Umum berlaku untuk mengemudikan kendaraan penarik atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau gandengan lebih dari 1000 kg.22

3. Persyaratan Pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM)

a. Surat Izin Mengemudi Perorangan

Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) setiap orang harus memenuhi persyaratan antara lain sebagai berikut:

1. Usia

-. Surat Izin Mengemudi (SIM) A, C, dan D : 17 Tahun -. Surat Izin Mengemudi (SIM) B I : 20 Tahun -. Surat Izin Mengemudi (SIM) B II : 21 Tahun

2. Administrasi

4. Persyaratan Administrasi permohonan SIM antara lain :

a. Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli setempat yang masih berlaku;

22

(49)

b. Bukti pembayaran biaya administrasi SIM; c. Melaksanakan rumusan sidik jari.

5. Persyaratan Kesehatan jasmani calon pemohon SIM antara lain : a. Kesehatan penglihatan;

b. Kesehatan pendengaran;

c. Kesehatan fisik atau perawakan.

6. Syarat kesehatan untuk mengetahui kemampuan psikis permohonan SIM dilakukan melalui pemeriksaan psikologi yang meliputi :

a. Kemampuan konsentrasi; b. Kecermatan;

c. Pengendalian diri; d. Stabilitas emosi.

D.Ujian 1. Ujian Teori

Ujian teori untuk permohonan Surat Izin Mengemudi (SIM) dilakukan dengan ketentuan :

a. Soal-soal ujian teori dikelompokan menurut Golongan Surat Izin Mengemudi (SIM);

b. Bagi yang melaksanakan ujian teori dengan Audiao Visual Integred System, ujian teorinya dilacak secara random.

2. Ujian Praktik

(50)

a. Keseimbangan; b. Zig-zag;

c. Angka delapan; d. Reaksi; dan

e. Berbalik arah membentuk huruf U (Turn). 2. Ujian Praktik II meliputi ujian :

a. Berjalan dengan sempurna di jalan raya atau kekiri dan cara melewati persimpangan;

b. Tetap berjalan dibelakang kendaraan yang sedang berjalan lambat; c. Mengejar dan melewati kendaraan dengan cara yang benar;

d. Memberhentikan kendaraan bermotor ditempat yang telah ditentukan;

e. Memarkirkan kendaraan dengan cepat dan tepat yang benar di bagian jalan raya yang ramai, dan parkir sejajar dengan trotoar tanpa menyentuh tepi trotoar;

f. Memutar kendaraan bermotor di jalan yang sepi tanpa keluar dari jalur lalu lintas; dan

g. Ketaatan teradap peraturan lalu lintas pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor dijalan umum.

h. Ujian keterampilan melalui simulator.23

a. Surat Izin Mengemudi (SIM) Umum

a. Usia

a. Surat Izin Mengemudi (SIM) A Umum : 20 Tahun; b. Surat Izin Mengemudi (SIM) B I Umum : 22 Tahun; c. Surat Izin Mengemudi (SIM) B II Umum : 23 Tahun. b. Persyaratan Khusus

Lulus ujian teori meliputi pengetahuan mengenai : a. Pelayanan angkutan umum;

b. Fasilitas umum dan fasilitas sosial; c. Pengujian kendaraan bermotor;

d. Tata cara mengangkut orang dan/atau barang; e. Tempat lain diwilayah domisili;

f. Jenis barang berbahaya; dan g. Pengoprasian peralatan keamanan.

23

(51)

Lulus ujian praktek meliputi :

a. Menaikan dan menurunkan penumpang dan/atau barang di terminal dan di tempat tertentu lainnya;

b. Tata cara mengangkut dan/atau barang; c. Mengisi surat muatan;

d. Eetika pengemudi kendaraan bermotor umum; dan e. Pengoprasian peralatan keamanan.24

3. Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya penanggulangan kejahatan dapat diartikan politik kriminil sebagai pengaturan atau penyusunan secara rasional usaha-usaha pengendalian kejahatan oleh masyarakat dan tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial.25

Tujuan akhir dari politik kriminal atau kebijakan kriminal adalah perlindungan masyarakat untuk mencapai tujuan utama yang sering disebut dengan berbagai istilah seperti kebahagiaan warga masyarakat atau penduduk, kehidupan kultural dan menyegarkan. Menurut Gene Kassebaum dikutip Muladi dan Barda Nawawi Arif penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hykum pidana merupakan cara yang paling tua, setua peradaban manusia itu sendiri disebut older Philosophy of crime control.26

Menurut Roeslan Saleh dikutip Muladi dan Barda Nawawi Arif ada 3 alasan mengenai perlunya pidana dan hukum pidana, adapun intinya sebagai berikut :

24

Loc. cit , hlm 29

25

Barda, Nawawi Arif, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Hlm 23

26Ibid

(52)

a. Perlu tidaknya hukum pidana tidak terletak pada persoalan tujuan yang hendak dicapai, tetapi terletak pada persoalan seberapa jauh untuk mencapai tujuan itu boleh menggunakan pelaksanaan, persoalan bukan terletak pada hasil yang akan dicapai tetapi dalam pertimbangan antara hasil itu dan nilai dari batas-batas kebebasan pribadi masing-masing.

b. Adanya usaha-usaha perbaikan atau perawatan yang tidak mempunyai arti saat sekali bagi terhukum, dan disamping itu harus tetap ada suatu reaksi atas pelanggaran norma yang telah dilakukannya itu dan tidaklah dibiarkan begitu saja.

c. Pengaruh pidana atau hukum pidana bukan semata-mata ditujukan kepada penjahat. Tetapi juga untuk mempengaruhi orang yang tidak jahat yaitu masyarakat.27

Menurut Sudarto, apabila hukum pidana hendak digunakan dapat dilihat dalam hubungan keseluruhan politik krimil atau social defence planning yang inipun harus merupakan bagian integral dari rencana pembangunan nasional.28 Terdapat tiga konsep penanggulangan kejahatan menurut Sudarto, yakni :

a. Tindakan Preventif, yaitu usaha mencegah kejahatan/pelanggaran yang merupakan bagian dari politik kriminil. Politik kriminil dalam arti sempit adalah digambarkan sebagai keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam arti luas, politik kriminil merupakan keseluruhan fungsi dari penegak hukum, termasuk di dalamnya cara kerja dari kepolisian. Dalam arti lebih luas, politik kriminil

27Ibid

, 152

28

(53)

merupakan keseluruhan kegiatan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan menegakan norma-norma sentral dari masyarakat.

b. Tindakan Represif, yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum sesudah terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.

c. Tindakan Kuratif, yaitu pada hakikatnya merupakan usaha preventif dalam arti yang seluas-luasnya yaitu usaha penanggulangan kejahatan, maka untuk mengadakan pembedaan sebenarnya tindakan kuratif ini merupakan segi lain dari tindakan represif dan lebih dititikberatkan kepada tindakan terhadap orang yang melakukan kejahatan. Tindakan kuratif dalam arti nyata hanya dilakukan oleh aparatur eksekusi pidana, misalnya para pejabat Lembaga Pemasyarakatan atau pejabat dari Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak (BISPA).29

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah bagian dari seluruh aktivitas kehidupan yang pada hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama dalam suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis yang tertuang dalam perundang-undangan dimaksudkan dalam rangka mengatur tata kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara agar lebih tertib dan berkepastian hukum.

29Ibid,

(54)

Menurut Soerjono Soekanto masalah pokok yang mempengaruhi penagakan hukum antara lain :

a. Faktor hukum itu sendiri atau peraturan itu sendiri yaitu berupa undang-undang dan peraturan yang terkait didalamnya. Contohnya, tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang, serta ketidakjelasan kata-kata didalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran didalam penafsirannya.

b. Faktor penegak hukum yaitu pihak – pihak yang membuat maupun yang menegakkan hukum itu sendiri. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa ia berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan sehingga sulit untuk menentukan suatu proyeksi.

c. Faktor sarana prasarana maupun fasilitas yang mendukung penegakkan hukum.

(55)

e. Faktor budaya yaitu hasil dari karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup. Contohnya, nilai ketertiban dan nilai ketentraman, dan sebagainya.30

30

(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari dan menelaah teori dan konsep serta peraturan yang berkaitan dengan pokok penulisan yaitu Upaya Polisi Lalu Lintas Dalam Rangka Penertiban Dan Penindakan Terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dan kenyataan yang didapat secara objektif di lapangan, baik berupa pendapat, sikap, dan prilaku hukum yang didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaiyu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 2006-2011

Referensi

Dokumen terkait

Pola produksi merupakan komponen yang paling penting dalam perencanaan produksi, karena dengan pola produksi perusahaan bisa mengetahui jumlah biaya yang

Metoda prediksi beban listrik yang selama ini digunakan PLN menggunakan metode konvensional melalui pendekatan statistik berbasis deret waktu (times series) yang

Kondisi dari proses ekstraksi kafeina dari serbuk kopi Java Robusta dengan pelarut minyak jagung yang menghasilkan jumlah kafeina terekstrak terbanyak adalah pada perbandingan

Hal ini pun serupa dengan pernyataan Sadono Sukirno (2003:189), Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan

Importantly, each of the studies utilizing a clinic-referred sample reported evidence that the 861G allele was associated with increased risk for ADHD, whereas the single

Untuk melihat hubungan antara tokoh Dini sebagai seorang perempuan dan tokoh suaminya sebagai seorang laki-laki, analisis ini membahas opresi dalam bentuk kekerasan verbal

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswadapat menjelaskan prinsip komputer, dapat membuat algoritma dasar dan menuangkannya dalam program dengan menggunakan suatu bahasa

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor