• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II di Ruangan Melati IRumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II di Ruangan Melati IRumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PBLK

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat II di Ruangan Melati IRumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Mata Ajar Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

Oleh

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep. 071101026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN, 2012

(2)
(3)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat IIdi Ruangan Melati I Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRAK:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untukmeningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengkajian, intervensi, diagnosa, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang III/ Melati I RSUD DR.Pirngadi Medan. Dari hasil pengkajian, pasien infeksi berjumlah 66 anak dalam 3 bulan terakhir (Maret, April, Mei). Demam Berdarah Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah menginfeksi 12 anak dalam 3 bulan terakhir yang dirawat di Ruang III / Melati I. Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan pada An. J dan An. A dengan diagnosa medis DHF Grade II, diperoleh bahwa hipertermia (demam) biasa menyertai perjalanan penyakit ini dengan suhu ≥ 38°C dan terjadi perdarahan (petekie ataupun mimisan). Terapi cairan yang adekuat serta asupan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan, terbukti dengan demam yang dialami oleh kedua pasien hanya berlangsung 1-2 hari setelah masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan perawat memantau tanda dan gejala DBD untuk mendeteksi secara dini apabila ditemukan kondisi yang abnormal sehingga dapat segera ditangani.

Kata kunci: anak, penyakit infeksi, Demam Berdarah Dengue, terapi cairan

(4)

Management Services and Nursing Care of Children with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Melati I Room DR. Pirngadi General Hospital Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Study of Education NursesStage Professional Nursing Faculty North Sumatera University

ABSTRACT:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patients. Activities undertaken during PBLK include assessment, intervention, diagnosis, implementation, and evaluation for a month in the Melati I room DR.Pirngadi Hospital Medan. From the results of the assessment, totaling 66 children infected patients in the last 3 months (March, April, May). Dengue Hemorrhagic Fever is one of the infectious disease that has infected 12 children in the last 3 months who treated in the Melati I room. Based on the results of interventions carried out on An. A and An. A with medical diagnosis of DHF Grade II, hyperthermia (fever) usually accompanies the course of the disease with a temperature ≥ 38 °C and there is bleeding (petechiae or bleeding). Adequate fluid therapy and adequate nutrition can accelerate the healing process, as evidenced by fever experienced by the patient only lasted 1-2 days after hospital admission. Based on these results, it is expected the nurse to monitor for signs and symptoms of Dengue Hemorrhagic Fever if found early detection of abnormal conditions that can be addressed.

Key words: children, infectious disease, Dengue Hemorrhagic Fever, fluid therapy

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN A. Konsep Dasar ... 5

B. Analisis Ruang Rawat ... 19

1. Pengkajian ... 19

2. Analisa SWOT ... 30

3. Perumusan Masalah ... 34

4. Planning of Action (POA) ... 35

5. Implementasi ... 36

6. Evaluasi ... 36

7. Pembahasan ... 38

BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN A. Landasan Teori ... 41

B. Tinjauan Kasus ... 63

Asuhan keperawatan pada An. J ... 66

Pengkajian ... 66

Diagnosa Keperawatan ... 76

Rencana Keperawatan ... 77

Implementasi dan Evaluasi ... 79

Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 83

Asuhan keperawatan pada An. A ... 84

Pengkajian ... 84

Diagnosa Keperawatan ... 94

Rencana Keperawatan ... 95

Implementasi dan Evaluasi ... 97

Ringkasan Keperawatan Klien Pulang ... 102

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

Daftar Pustaka ... 106 Lampiran

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III / Melati I ... 21

(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional ... 15

Skema2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Tim ... 16

Skema 3. Sistem Pemberian Keperawatan “Primary Nursing” ... 17

Skema 4. Sistem Pemberian Keperawatan Manajemen Kasus ... 18

Skema 5. Struktur Organisasi Ruang III / Melati I ... 27

Skema 6. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever ... 49

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perencanaan PBLK di Ruang III / Melati I RSUD DR.Pirngadi

2. Planning of Action (POA) PBLK di Ruang III / Melati I RSUD DR.Pirngadi Medan

3. Instrumen Sistem Manajemen Keperawatan

4. Instrumen Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

5. Instrumen Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

6. Instrumen Kepuasan Perawat

7. Persentase Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan

8. Persentase Pengaruh Kepala Ruangan Terhadap Motivasi Kerja Perawat Pelaksana di RSUD DR. Pirngadi Medan

9. Persentase Kepuasan Perawat

10. Kumpulan Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul dan Rencana Keperawatan pada 10 Besar Penyakit Anak di Ruang III / Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan

11. Satuan Acara Penyuluhan “Demam Berdarah Dengue (DBD)” 12. Evaluasi Penyuluhan “Demam Berdarah Dengue (DBD)” 13. Leaflet “Demam Berdarah Dengue (DBD)”

(9)

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Penyakit Infeksi : Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat IIdi Ruangan Melati I Rumah Sakit Umum Daerah DR. Pirngadi Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Studi Pendidikan Ners Tahap Profesi Fakultas Keperawatan USU

ABSTRAK:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untukmeningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan dengan cara mengelola manajemen pelayanan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien. Kegiatan yang dilakukan selama PBLK mencakup pengkajian, intervensi, diagnosa, implementasi, dan evaluasi selama satu bulan di Ruang III/ Melati I RSUD DR.Pirngadi Medan. Dari hasil pengkajian, pasien infeksi berjumlah 66 anak dalam 3 bulan terakhir (Maret, April, Mei). Demam Berdarah Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang telah menginfeksi 12 anak dalam 3 bulan terakhir yang dirawat di Ruang III / Melati I. Berdasarkan hasil intervensi yang dilakukan pada An. J dan An. A dengan diagnosa medis DHF Grade II, diperoleh bahwa hipertermia (demam) biasa menyertai perjalanan penyakit ini dengan suhu ≥ 38°C dan terjadi perdarahan (petekie ataupun mimisan). Terapi cairan yang adekuat serta asupan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses penyembuhan, terbukti dengan demam yang dialami oleh kedua pasien hanya berlangsung 1-2 hari setelah masuk rumah sakit. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan perawat memantau tanda dan gejala DBD untuk mendeteksi secara dini apabila ditemukan kondisi yang abnormal sehingga dapat segera ditangani.

Kata kunci: anak, penyakit infeksi, Demam Berdarah Dengue, terapi cairan

(10)

Management Services and Nursing Care of Children with Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the Melati I Room DR. Pirngadi General Hospital Medan

Waslifour Glorya Daeli, S.Kep

Program Study of Education NursesStage Professional Nursing Faculty North Sumatera University

ABSTRACT:

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) aims to improve the ability to apply all the theories and concepts that have been acquired during the educational process by managing nursing service management and provide professional nursing care to patients. Activities undertaken during PBLK include assessment, intervention, diagnosis, implementation, and evaluation for a month in the Melati I room DR.Pirngadi Hospital Medan. From the results of the assessment, totaling 66 children infected patients in the last 3 months (March, April, May). Dengue Hemorrhagic Fever is one of the infectious disease that has infected 12 children in the last 3 months who treated in the Melati I room. Based on the results of interventions carried out on An. A and An. A with medical diagnosis of DHF Grade II, hyperthermia (fever) usually accompanies the course of the disease with a temperature ≥ 38 °C and there is bleeding (petechiae or bleeding). Adequate fluid therapy and adequate nutrition can accelerate the healing process, as evidenced by fever experienced by the patient only lasted 1-2 days after hospital admission. Based on these results, it is expected the nurse to monitor for signs and symptoms of Dengue Hemorrhagic Fever if found early detection of abnormal conditions that can be addressed.

Key words: children, infectious disease, Dengue Hemorrhagic Fever, fluid therapy

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting dalam menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi secara berkesinambungan yang melibatkan individu dalam program pengendalian pelayanan rumah sakit. Keperawatan sebagai pelayanan asuhan profesional bersifat humanistik menggunakan pendekatan holistik yang dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berorientasi kepada kebutuhan klien dengan mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama (Nursalam, 2002).

Pelayanan komprehensif merupakan pelayanan klien secara total dan pelayanan kesehatan holistik. Kesehatan holistik melibatkan individu secara total baik keseluruhan status kehidupannya dan kualitas hidupnya dalam berespon terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya sehingga perawat dapat memberikan pelayanan secara tepat dan efektif untuk membantu klien dalam beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di sekitarnya (Gillies, 1998).

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk melakukan perawatan pasien secara profesional dan komprehensif, mengaplikasikan komunikasi efektif selama melakukan asuhan keperawatan kepada pasien, mengaplikasikan penelitian untuk mengatasi masalah yang dialami pasien, melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain selama melakukan asuhan keperawatan komprehensif, dan mendokumentasikan asuhan

(12)

keperawatan. Kegiatan PBLK ini juga diharapkan secara langsung dapat memberikan masukan untuk peningkatan pelayanan keperawatan pada tempat yang menjadi lahan praktik.

PBLK dilaksanakan selama empat minggu dengan enam hari praktik dari hari Senin hingga Sabtu di tempat kegiatan PBLK berdasarkan bidang kepeminatan dengan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing. Berdasarkan hal ini praktikan memilih mata ajar Keperawatan Anak dan melakukan PBLK di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan kegiatan pertama yaitu penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi sesuai dengan penemuan fenomena kasus di ruangan. Kegiatan kedua yaitu melakukan manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efisien dalam pelayanan keperawatan dengan selalu meningkatkan pengelolaan pelayanan keperawatan sesuai dengan kasus kelolaan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012) mengatakan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah yang biasanya terjadi pada musim penghujan, namun sejak awal tahun 2011 ini sampai bulan Agustus 2011 tercatat jumlah kasus relative menurun sebagaimana tampak pada grafik di bawah. DBD pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya, dengan 48 penderita dan angka kematian (CFR) sebesar 41,3%. Dewasa ini DBD telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. angka kematian akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi di

(13)

atas target nasional 1 % antara lain Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu, Lampung, NTT, Jambi, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah.Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 % pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat 24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %). Namun, angka tersebut masih cukup tinggi. Data tersebut sejalan dengan data yang didapat dari ruang III / Melati I. Pasien anak di ruang tersebut dalam tiga bulan terakhir (Maret, April dan Mei 2012) berjumlah pasien sebanyak 253 orang, dengan jumlah pasien tertinggi adalah pasien infeksi dan

gastroenteritis. Berdasarkan perolehan jumlah pasien tersebut maka praktikan mengangkat salah satu kasus infeksi, yaitu DHF (Dengue Hemorrgic Fever).

B.Tujuan

1. Tujuan Umum

Selama mengikuti PBLK mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan.

2. Tujuan Khusus

Selama mengikuti PBLK di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Pirngadi Medan mahasiswa akan mampu:

(14)

a. Mengelola manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efesien dalam pelayanan keperawatan.

b. Memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap anak sakit dengan komunikasi yang efektif, memperhatikan aspek legal, memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien, memperhatikan kebijakan rumah sakit terhadap pasien, menjalin hubungan interpersonal baik dengan pasien maupun tim medis lainnya serta pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pasien sampai akhir hidupnya.

C.Manfaat

1. Mahasiswa Keperawatan

Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efisien.

2. Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Lahan Praktik

Sebagai sumber pengembangan ilmiah dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa dan menambah intervensi bagi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif.

(15)

BAB 2

PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

D.Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies, 1998).Menurut Huber (1996) manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial (Muninjaya,2004).

Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para staf untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan.Seluruh

(16)

aktifitas manajemen baik kognitif, efektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi-fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi-fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning (perencanaan), organizing

(pengorganisasian), staffing (kepegawaian), directing (pengarahan) dan

controlling (pengendalian/ evaluasi).

2.1Planning (Perencanaan)

Swansburg (1999) mengatakan bahwa perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya & memodifikasi rencana yang diperlukan. Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen bersama ( Robbin, 1997). Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena

(17)

perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam perencanaan ditentukan seberapa luas yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya (Swanburg, 2000).

Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1999). Adapun tujuan perencanaan adalah: (1) sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim, (2) mengurangi dampak perubahan, (3) memininimalkan hasil yang sia-sia, tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan, (4) menetapkan standar pengontrolan/ pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan, (5) menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan, (6) efektif dalam hal biaya.

2.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada

(18)

staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama (Swansburg, 2000).

Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (man, money, material, method, machine) akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Melalui pengorganisasian dapat diketahui: (1) pembagian tugas untuk perorangan atau kelompok, (2) hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah organisasi, (3) pendelegasian wewenang, dan (4) pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.

2.3 Actuating(Pengarahan)

Douglas dalam Swanburg (2000) mendefinisikan pengarahan sebagai pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif organisasi. Pengarahan merupakan hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian kerja yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien,

(19)

mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja serta membuat organisasi berkembang dan dinamis.

Ada 12 aktivitas teknis atau obyektif yang berhubungan dengan fungsi pengarahan pada manajemen tingkat pertama atau rendah (Douglas dalam Swanburg, 2000). Aktivitas-aktivitas ini adalah bagian dari fungsi pengarahan manajer perawat yang mencakup: (1) merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk klinik kesehatan pasien dan personal perawatan, (2) memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, (3) melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang, (4) mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf perawatan, (5) memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan, (6) mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, (7) memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi, (8) mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati, (9) menginterpretasikan protokol untuk berespon terhadap hal-hal insidental, (10) menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan darurat, (11) memberikan laporan ringkas dan jelas, (12) menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja individu dan kelompok kerja staf perawatan.

(20)

2.4 Controlling (Pengawasan)

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati (Fayol, 1998).

Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkansebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002). Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan dapat diketahui : (1) apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja, (2) adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya, (3) apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar, (4) staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan.

(21)

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

a. Standar I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.Komponen pengkajian keperawatan meliputi:

1) Pengumpulan data, kriteria: (a) menggunakan format yang baku, (b) sistematis, (c) diisi sesuai item yang tersedia, (d) aktual, (e) valid

2) Pengelompokan data, kriteria: (a) data biologis, (b) data psikologis, (c) data sosial, (d) data spiritual

3) Perumusan Masalah, kriteria: (a) kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, (b) perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

b. Standar II: Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : (1) diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, (2) dibuat sesuai dengan wewenang perawat, (3) komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala/ (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE), (4) bersifat aktual apabila masalah kesehatan

(22)

pasien sudah nyata terjadi, (5) bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, (6) dapat ditanggulangi oleh perawat.

c. Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi:

1) Prioritas masalah, kriteria: (a) masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama, (b) masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, (c) masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.

2) Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: (a) spesifik, (b) bisa diukur, (c) bisa dicapai, (d) realistik, (e) ada batas waktu.

3) Rencana tindakan, kriteria: (a) disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, (b) melibatkan pasien/keluarga, (c) mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien/ keluarga, (d) menentukan alternatif tindakan yang tepat, (e) mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, (f) menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, (g) kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti.

d. Standar IV: Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : (1) dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, (2) menyangkut keadaan

(23)

psiko-sosio spiritual pasien, (3) menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien/keluarga, (4) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, (5) menggunakan sumber daya yang ada, (6) menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, (7) menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien, (8) melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, (9) merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, (10) mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, (11) merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, (12) melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

e. Standar V: Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: (1) setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, (2) evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, (3) hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, (4) evaluasi melibatkan pasien,keluarga dan tim kesehatan, (5) evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.

f. Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: (1) dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, (2) dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, (3) dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, (4) menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, (5) sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, (6) setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama

(24)

perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, (7) menggunakan formulir yang baku, (8) disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus (Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995).

4.1Metode Kasus

Disebut juga sebagai perawatan total (total care) yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru.

4.2Metode Fungsional

Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas (job description), prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta

(25)

mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan.

Skema 1: Sistem pemberian asuhan keperawatan fungsional

4.3 Metode Tim

Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional (registered nursing), perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar (Nursalam, 2002).

Hal pokok yang harus diketahui adalah konferensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang

Kepala

Pasie / kli

Peraw at: Injeksi Perawat:

Merawa

Perawat: Perawa

t:

(26)

berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan (Gillies, 1998).

Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim

4.4 Metode Primer

Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari/ minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan

Kepala R

Ket

Staf

Pasie

Ket

Staf

Pasie

Ket

Staf

Pasie

(27)

keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya.

Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing”

4.5 Sistem Manajemen Kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus (case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti :

1) Dengan dokter dan pasien tertentu

2) Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit D

k

Kepala Sar

/ RS

Perawa t primer

PP i

P P

PP l

(28)

3) Dengan mengadakan diagnosa

Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.

Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan manajemen kasus

4.6 Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)

MPKP yaitu suatu sistem (struktur proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan (Hoffart dan Woods, 1996). Lima Komponen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional menurut Hoffart dan Woods (1996): (a) nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model praktek keperawatan profesional (MPKP), (b) hubungan antar profesional, (c) metode pemberian asuhan keperawatan, (d) pendekatan manejemen dalam perubahan pengambilan keputusan, (e) sistem kompetensi dan penghargaan.

Kepala Ruangan

Staf

Pasi

Staf Staf

Pasi Pasi

(29)

B. Analisis Ruang Rawat

Dalam bagian ini akan dibahas aspek manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen pelayanan keperawatan ruangan di Ruang III/ Melati I RSUD DR. Pirngadi Medan yaitu pengkajian fungsi manajemen yang meliputi elemen man, method, money, dan material.Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Mei - 15 Juni 2012 melalui wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, observasi dilakukan mahasiswa pada shift pagi, meliputi observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner kepada beberapa pasien pada tanggal 14 Juni 2012 tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan penyebaran kuesioner kepada seluruh perawat tentang kepemimpinan dan kepuasan perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan pada tanggal 15 Juni 2012.

1. Pengkajian a. Man

Di Ruang III/ Melati I terdapat 20 orang perawat yang terdiri dari terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang wakil kepala ruangan dengan pendidikan S1 Keperawatan, 3 orang ketua tim dengan pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 2 orang dan S1 sebanyak 1 orang (yang merangkap sebagai wakil kepala ruangan), 1 orang sebagai kepala ruangan, perawat pelaksana yang terdiri dari 4 orang berpendidikan D3 Kebidanan, 8 orang berpendidikan D3 Keperawatan, dan 3 orang tenaga non keperawatan dengan rincian yaitu 1 orang bagian keuangan, 1 orang bagian PRT, dan 1 orang bagian gizi.Proses perekrutan tenaga perawat dilakukan melalui seleksi

(30)

ujian penerimaan PNS oleh Pemko Medan. Pegawai yang diterima, diorientasikan selama 2 bulan yang kinerjanya dinilai oleh kepala ruangan disampaikan kepada Kepala kelompok kerja (Kapokja) Instalasi diteruskan ke KepalaBidang (Kabid) Keperawatan, setelah ditempatkan di ruangan, pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan di bagian tersebut. Perekrutan tenaga honor dilakukan langsung oleh Direktur Rumah Sakit yang kemudian ditempatkan diruangan tertentu dan diorientasikan terlebih dahulu selama 3 bulan.

Rumah sakit memberi kesempatan izin belajar pada tenaga perawat untuk meningkatkan pendidikannya, dengan persyaratan yaitu mengambil pendidikan yang berhubungan dengan pelayanan rumah sakit dan meningkatkan pelayanan rumah sakit namun tidak meninggalkan pelayanan di rumah sakit. Kesempatan ini berupa kelonggaran jadwal dinas yang disesuaikan kepalaruangan dengan jadwal kuliah tenaga perawat yang meningkatkan jenjang pendidikannya.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Ruang III/ Melati I terdapat mahasiswa praktik belajar dari berbagai institusi baik yang ada di daerah Medan maupun di luar Medan.

Kepala ruangan juga selalu melakukan pertemuan dengan staf perawat setiap pagi sekitar 15 menit sebelum operan dari pasien ke pasien, membacakan rawatan pada pagi hari dan tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Perawat akan mendampingi pasien pada saat visitedokter.

Jumlah pasien saat pengkajian yaitu pada tanggal 11 Juni2012 sebanyak 22 orang dengan tingkat ketergantungan perawatan minimal 16 orang , perawatan parsial 5 dan 1 orang dengan perawatan total.Berdasarkan data

(31)

tersebut dapat diketahui jumlah kebutuhan tenaga kerja di Ruang III/Melati I berdasarkan Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I

Tingkat ketergantungan pasien

Pagi Sore Malam

Minimal Care Partial Care Total Care

16 x 0.17

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah tenaga perawat/ bidan yang dibutuhkan untuk dinas pagi, sore dan malam adalah 4.43 + 3.29 + 2.15 = 9.87 (10 orang). Faktor libur dan cuti = 25% x 10 orang = 2.5 (3 orang). Maka jumlah perawat untuk satu ruangan akan didapat dari perhitungan dinas pagi + dinas sore + dinas malam + faktor libur/ cuti + 1 kepala ruangan = 10 orang + 3 orang + 1 orang kepala ruangan = 14 orang.Berdasarkan perhitungan di atas dapat di simpulkan menurut rumus Douglass, perawat/ bidan yang dibutuhkan dengan jumlah pasien seperti diatas (22 orang) adalah sebanyak 14 orang, dalam hal ini tenaga perawat/ bidan berlebih 6 orang.

Hasil penyebaran kuesioner mengenai kepuasan pasien, kepuasan perawat dan gaya kepemimpinan, diperoleh data mengenai kepuasan pasien yakni 33,33% menyatakan puas terhadap pelayanan perawat, 66,67% menyatakan kurang puas dengan pelayanan, prosedur tindakan, dan komunikasi perawat di Ruang III / Melati I dalam hal memperkenalkan diri kepada pasien dan penjelasan prosedur sebelum dilakukan tindakan keperawatan. Sedangkan untuk kuesioner kepuasan perawat diperoleh data

(32)

sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I. Dari hasil kuesioner mengenai gaya kepemimpinan kepala ruangan di ruangan, didapatkan kesimpulan bahwa Kepala ruangan menggunakan gaya kepemimpinan demokratis (91,67%).

b. Method

RSUD Dr. Pirngadi Medan merupakan Rumah Sakit Umum Daerah Tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat dan merupakan rumah sakit rujukan terbesar kedua di Sumatera Utara juga sebagai rumah sakit pendidikan. Adapun visi dan misi RSUD Dr. Pirngadi Medan adalah:

1. Visi RSUD Dr. Pirngadi Medan

“Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Mantap tahun 2010 ( Mandiri, Tanggap dan Profesional)”.

Mandiri: Dalam pendanaan dan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat Tanggap: Terhadap tuntutan Masyarakat , perubahan pola penyakit dan

kemajuan (IPTEK, di bidang tertentu).

Profesional: Dalam pelaksanaan pelayanan sesuai standar dan etika 2. Misi RSUD Dr. Pirngadi Medan

a) Meningkatkan Upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat secara merata dan terjangkau sesuai dengan tugas pokok, fungsi, serta peraturan yang berlaku

b) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bersifat yang bersifat spesialistik dan subspesialistik yang bermutu

(33)

c) Meningkatkan upaya pelayanan kesehatan secara profesional dan etis agar timbul kepercayaan dan harapan serta aman dan kenyamanan bagi penderita

d) Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pengembangan IPTEK di bidang kesehatan.

3. Falsafah RSUD Dr.Pirngadi Medan

”Badan pelayanan kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan menyelenggarakan upaya kesehatan paripurna yang bermutu, terpadu dan berkesinambungan dengan mengindahkan kebutuhan bio-sosial, spritual dan hak penderita dengan dilandasi oleh nilai, norma, dan moral Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945”

4. Motto RSUDDr. Pirngadi Medan

Aegroti Salus Lex Suprema” (Kepentingan Penderita adalah yang Utama) 5. Fungsi RSUDDr. Pirngadi Medan

a) Menyelenggarakan Pelayanan Medis b) Menyelenggarakan Pelayanan Non Medis

c) Menyelenggarakan Pelayanann Asuhan Keperawatan d) Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan

e) Menyelenggarakan Penelitian dan Pengembangan f) Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan

(34)

6. Tujuan RSUD Dr. Pirngadi Medan a) Tujuan Umum:

1) Terwujudnya peningkatan penyelenggaraan upaya kesehatan paripurna kepada semua golongan masyarakat, terjangkau sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peraturan yang berlaku

2) Terciptanya peningkatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bersifat spesialistik dan subspesialistik, bermutu, profesional dan etis.

b) Tujuan Khusus:

Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan, pengembangan IPTEK di bidang Kesehatan.

7. Norma RSUD Dr. Pirngadi Medan

Sebagai Pedoman dan batasan berperilaku dan bertindak dalam bertugas dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, kami seluruh staf dan karyawan RSUD Dr. Pirngadi Medan akan melaksanakannya sesuai dengan norma: Iman dan taqwa, kemanusiaan dan kepedulian, ramah dan berbudi luhur, disiplin dan bertanggung jawab, bersih dan sehat, setia dan taat, terampil dan berprestasi, kebersamaan dan persaudaraan.

Ruang III/Melati I memiliki visi dan misi yang mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr. Pirngadi tetapi belum memiliki visi misi ruangan tersendiri. Ruang III/Melati I belum memilikiStandar Asuhan Keperawatan (SAK) yang menjadi dasar pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan tindakan keperawatan. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan

(35)

keperawatan di Ruang III belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).

Ruang III/Melati I memiliki metode penugasan dalam bentuk metode tim terdiri dari kepala tim I, II, III dan perawat pelaksana. Kepala tim I bertanggungjawab terhadap pasien gastroenteritis, hematologi, dan neurologi; kepala tim IIbertanggungjawab terhadap pasien pulmo (paru), kardiologi (jantung, dan gizi buruk; dan kepala tim III bertanggungjawab terhadap pasien infeksi, DHF, dan nefrotik syndrome. Jika kepala ruangan berhalangan hadir maka kepala ruangan mendelegasikan tugasnya kepada wakil kepala ruangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan Wakil kepala ruangan bahwa seluruh perawat pelaksana termasuk kepala ruangan dan wakil kepala ruangan belum pernah mengikuti pelatihan / workshoptentang keperawatan anak guna mendukung pemberian pelayanan keperawatan kepada pasien anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan, jam dinas pegawai di Ruang III/Melati I disusun oleh kepala ruangan. Jumlah jam kerja perawat pelaksana sekitar 56 jam perminggu (shift pagi 2 hari, shift sore 2 hari,

shift malam 2 hari, libur 1hari). Pembagian jadwal dinas dilakukan secara adil oleh Kepala ruangan. Jumlah pegawai yang dinas pagi 11 orang, 3 orang dinas sore, 3 orang dinas malam. Gaya kepemimpinan kepala Ruang III/Melati I bersifat demokratis dan telah dijalankan dengan baik. Kebijakan maupun hasil rapat yang harus disosialisasikan kepada perawat pelaksana akan disosialisasikan oleh kepala ruangan secara lisan kepada perawat pada saat operan.

(36)

Supervisi dilakukan oleh bidang keperawatan, kepala instalasi dan kepala ruangan. Supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan tidak ditentukan waktunya secara teratur, meliputi kepuasan pasien terhadap pelayanan ruangan seperti penyebaran angket pada pasien, pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan, pemantauan peralatan yang ada. Kepala ruangan3/Melati I menerapkan sistem operan dengan pegawainya setiap pergantian shift. Operan pagi yang dilakukan kepala ruangan biasanya dengan mengumpulkan pegawai setiap paginya untuk membaca buku rawatan lalu melakukan operan dari pasien ke pasien. Operan shift sore dan malam biasanya pegawai yang akan bertugas terlebih dahulu membaca buku rawatan kemudian operan dari pasien ke pasien

Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana diperoleh bahwa pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga belum dilakukan secara terstruktur oleh perawat ruangan. Selama ini perawat hanya memberikan pendidikan kesehatan secara lisan dan langsung tanpa terlebih dahulu ada preplanning dan catatan dokumentasi pada akhir pendidikan kesehatan.

Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit dan hak/kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.

(37)

Skema 5. Struktur organisasi Ruang III/Melati I

c. Money

Ruang III/Melati I memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh Rumah Sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan. Ruang III/Melati I hanya memiliki pendanaan dari institusi untuk renovasi ruangan, Perbaikan dan kelengkapan alat dengan cara membuat surat permintaan kepada institusi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau jasa medik sesuai dengan golongan/jabatan masing-masing.

Kepala Ruangan (Ns. Nelly Bangun,

S K )

Wakil Kepala Ruangan 4. Ratna Dewi, AmKeb 5. Indah Lestari, AmKeb 6. Dewi Maya, AmKeb 7. Rukiah Zendrato, AmK

Keuangan : Nita Berutu, S.Kep

Anggota: 1. Sartika

2. Rumintan, AmK 3. Rukiah, AmK

Anggota: 1. Hermina

2. Sri Amah, AmK 3. B.Idalimi Purba, AmK 4. Desy A. Purba, AmKeb 5. Sondang Sinambela 6. Listeria, S.Kep

(38)

d. Machine/Material

Pengelolaan logistik di ruangan dikelola secara sentralisasi, yaitu kepala ruangan membuat daftar obat yang ingin diajukan kepada sarana medis (di bawah wakil direktur). Pengajuan logistik sarana maupun prasarana ruangan ini dilakukan secara periodik misalnya pertahun sekali. Untuk pengajuan logistik bahan habis pakai seperti plester, alkohol, bethadine dan sebagainya dilakukan dengan membuat permohonan amprahan ke apotik rumah sakit saat barang-barang tersebut diperlukan. Pengelolaan machine dan material di Ruang III/Melati I sebagai berikut :

1) Penggunaan alat tenun, seperti laken, selimut, sarung dan bantal disediakan oleh rumah sakit. Penggantian alat-alat tenun dilakukan setiap hari pada shift pagi/ dikondisikan. Pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di ruang loundry, ruangan hanya mengantar alat tenun yang kotor. Penyimpanan alat tenun dilakukan secara baik, yaitu disimpan dalam lemari.

2) Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan.

3) Perawatan untuk alat rumah tangga seperti tempat tidur dilakukan dengan perbaikan bila terjadi kerusakan, sedangkan untuk bantal, tilam dan lainnya disimpan di gudang.

4) Alat pencatatan dan pelaporan seperti buku rawatan, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi, buku operan alat

(39)

dan operan oksigen, jadwal dinas dan status pasien telah dikelola dengan baik.

5) Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah infeksi nosokomial.

6) Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi pasien anak

7) Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi. 8) Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang

menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.

(40)

2. Analisa SWOT a. Man

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Perawat diberi izin oleh pihak RS

untuk belajar dan melanjutkan pendidikan lebih tinggi

b. Rekrutmen perawat melalui ujian penerimaan PNS dan dari

kebijakan pihak rumah sakit serta seleksi dari Pemko dan tenaga honorer.

c. Orientasi pegawai baru dilakukan satu bulan pada dinas pagi agar dapat dinilai langsung oleh kepalaruangan

d. Kepalaruangan melakukan operan dari pasien ke pasien dengan perawat pada saat shift pagi e. Pegawai mendampingi pasien

pada saat visite dokter

f. Berdasarkan hasil perhitungan ketenagaan menurut Douglas diperoleh bahwa jumlah

perawat/bidan di ruangan berlebih sebanyak 6 orang.

a. Perawat belum melakukan penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan secara optimal

b. Perawat tidak pernah mendapat

pelatihan/seminar tentang keeperawatan anak guna meningkatkan pengetahuan terbaru tentang perawatan anak.

c. Berdasarkan kuesioner kepuasan perawat diperoleh data sebanyak 15% perawat puas dan 85% perawat merasa tidak puas akan gaya kepemimpinan Kepala ruangan, gaji dan hubungan antar teman sejawat di Ruang III / Melati I.

a. Adanya mahasiswa Fakultas Kedokteran, Fakultas Keperawatan, Stikes, Akbid dan Akper yang praktek di ruangan. b.Rekruitmen pegawai

melalui ujian pegawai negeri sesuai dengan usulan rumah sakit dan perekrutan tenaga honorer dan magang melalui direktur rumah sakit yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing ruangan

a. Anggapan masyarakat bahwa rumah sakit Dr.Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktik. b. Adanya asumsi

masyarakat bahwa rumah sakit swasta jauh lebih baik bila dibandingkan dengan rumah sakit

pemerintah

(41)

b. Method

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity

(Kesempatan)

Threatened (ancaman) a. Ruangan memiliki

struktur organisasi yang jelas

b. Ruanganmemiliki alur pendelegasian tugas dengan metode tim. c. Jadwal dinas pegawai

disusun langsung oleh kepala ruangan

d. Ruangan memiliki batasan jam kerja dalam setiap

shift dan ada penanggung jawab dalam setiap shift. e. Kepala ruangan

melakukan supervisi terhadap pegawai dan pasien setiap hari f. Adanya kolaborasi dan

koordinasi yang baik dengan tim kesehatan lain.

a. Belum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien/keluarga secara rutin dan terstruktur b. Belum ada jobdesc secara tertulis

c. Ruangan belum memiliki visi misi tersendiri, masih mengacu pada visi misi Rumah Sakit Dr.Pirngadi. d. Ruangan belum memiliki SAK (Standar Asuhan

Keperawatan) yang baku yang dapat dijadikan pedoman untuk menerapkan implementasi keperawatan anak.

e. Ruangan belum memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan tindakan keperawatan.

f. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit belum dilaksanakan secara optimal.Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien bahwa perawat tidak pernah memberitahu segala informasi peraturan Rumah Sakit secara lengkap dan ruangan tampak padat dengan kunjungan keluarga yang tidak sesuai dengan jam besuk.

Adanya kesempatan untuk mendapatkan pendelegasian tugas

Adanya tuntutan akan pelayanan keperawatan yang lebih baik dan profesional.

(42)

c. Money

Strenght (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Kesempatan) Threatened (Ancaman) a. Ruang III/Melati I memiliki sistem

budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk penggajian pegawai ruangan.

b. Adanya jasa pelayanan di luar gaji yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit setiap bulan dan diberikan kepada perawat

- Adanya bantuan/jaminan

pembayaran bagi masyarakat miskin melalui JAMKESMAS (jaminan kesehatan msyarakat), bantuan dari PEMPROVSU dan ASKES sosial.

-

(43)

d. Material/ Machine

Strenght (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

Opportunity (Kesempatan)

Threatened (Ancaman) a. Kepala ruangan mengadakan

supervisi terhadap keadaan logistik di ruanganRuang III/Melati I.

b. Ruangan sudah memiliki pembuangan sampah medis dan non medis.

c. Ruangan memiliki sarana komunikasi tidak langsung seperti papan pengumuman yang dapat dimanfaatkan.

a. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan.

b. Ruangan belum memiliki wastafel bagi perawat untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan guna mencegah infeksi nosokomial.

c. Suasana Ruang III juga belum ditata dengan baik sesuai dengan ruangan bernuansa anak sehingga menimbulkan suasana yang tidak nyaman bagi pasien anak

d. Ruangan juga belum memiliki fasilitas ruangan khusus untuk terapi bermain anak yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dan menghindari stres psikologis yang dialami anak karena hospitalisasi.

e. Ruangan belum memiliki tempat untuk pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi. Semua pasien digabung dalam satu ruangan.

1.Adanya kebutuhan dana/ anggaran dari pemerintah

bekerjasama dengan perusahaan dari luar yang memasok dan mensubsidi peralatan di rumah sakit. 2.Rumah sakit RSU

Dr.Pirngadi Medan memiliki fasilitas pemeriksaan yang lengkap dan canggih

Adanya persaingan mutu pelayanan antar rumah sakit terkait dengan kelengkapan logistik

(44)

3. Perumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi/kondisi yang terjadi dengan situasi/kondisi yang diharapkan.Masalah juga dapat dirumuskan dalam bentuk hambatan kerja, dan kendala yang dihadapi staf dalam pelaksanaan kegiatan program (Muninjaya,2004). Berdasarkan analisa situasi (SWOT) maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Seluruh perawat ruangan belum pernah mengikuti pelatihan/

workshop tentang keperawatan anak dan rendahnya tingkat pendidikan tenaga perawat di ruangan

b. Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

c. Perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

d. Sosialisasi tentang peraturan Rumah Sakit, hak dan kewajiban pasien/keluarga belum dilaksanakan secara optimal.

e. Perawatan untuk alat/ istrumen seperti pinset, gunting, klem dan lain-lain tidak dicuci dan tidak disterilkan setiap akan digunakan dan selesai digunakan serta tidak memiliki wastafel untuk mencuci tangan. f. Ruang IIIbelum memiliki fasilitas khusus sebagai ruang rawat inap

anak seperti ruang terapi bermain anak dan belum ada pemisahan pasien anak yang menderita penyakit infeksi atau non infeksi.

(45)

4. Rencana Penyelesaian Masalah

No Masalah Tujuan Rencana Tindakan Wakt

u

Kurangnya upaya promosi kesehatan kepada pasien dan keluarga

Ruang III/Melati I belum memiliki Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang baku yang dapat dijadikan pedoman dalam menerapkan implementasi keperawatan pada pasien di ruangan

Papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I belum diperbaharui

Belum tersedianya bunga di ruang III/ Melati I untuk

menambah keindahan ruang anak

Meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit anak sehingga

pasien/keluarga pasien mampu melakukan perawatan yang tepat selama masa sakit.

Tersedianya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di ruang III/ Melati I

Tersedianya struktur organisasi di ruang III/ Melati I yang ter-up date

Tersedianya bunga di ruang III/ Melati I

Memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien secara terjadwal

Menyusun dan menyediakan format Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 penyakit terbesar di ruang III/ Melati I

Mengganti nama-nama perawat di papan struktur organisasi di ruang III/ Melati I

Menyediakan bunga bunga di ruang III/ Melati I

20 Juni 2012- 22 Juni 2012

28 Juni 2012

23 Juni 2012

5 Juli 2012

Betty, Waslifour, Delima, Yoga

Betty, Delima, Waslifour, Yoga

Betty, Delima, Waslifour, Yoga

Betty,Delima, Waslifour,Yoga

(46)

5. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang disusun untuk mengatasi masalah yang ditemukan di Ruang III/Melati I maka praktikan melakukan:

a. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima.

b. Memperbaiki papan struktur organisasi ruangan pada tanggal 25 Juni 2012

c. Membuat rancangan format asuhan keperawatan di Ruang III/Melati Ipada tanggal 2 Juli 2012 berdasarkan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) / (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.

d. Menyediakan sebuah bunga untuk menambah keindahan ruangan dan membuat suasana yang nyaman dan asri pada tanggal 2 Juli 2012.

6. Evaluasi

Setiap kegiatan yang direncanakan oleh praktikan dapat berjalan dengan baik. Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan lancar. Peserta penyuluhan tampak antusias dengan materi penyuluhan yang disampaikan dan 80% peserta penyuluhan memahami materi penyuluhan yang disampaikan. Hal ini tampak

(47)

dengan peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh praktikan pada akhir penyuluhan. Kepala ruangan mengatakan setuju dengan jadwal dan materi penyuluhan yang telah dibuat praktikan dan akan menerapkannya di ruangan agar penyuluhan kesehatan berlangsung dengan optimal di ruangan.

Kepala ruangan juga setuju dengan adanya Standar Asuhan Keperawatan (SAK) berdasarkan NIC/NOC yang telah disusun oleh praktikan dan akan menggunakannya di ruangan sebagai pedoman dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.Perawat ruangan dan pasien serta keluarga menyatakan senang dengan adanya bunga yang diletakkan di tengah ruangan sehingga ruangan tampak indah.

(48)

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan olehpraktikan di Ruang III/Melati I pada tanggal 11 Juni – 16 Juni 2012 ada beberapa masalah yang dijumpai diantaranya: pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK), perawat kurang optimal dalam pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga, suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, kelompok menyusun rencana tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan kelompok. Rencana tindakan tersebut telah dilaksanakan dan dievaluasi dan kemudian dbandingkan dengan teori yang ada.

1)Pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat diperlukan karena memiliki aspeklegalitas dan menjadi aspek hukum untuk melindungi setiap tindakan keperawatan, bila sesuatu hal tidak diinginkan terjadi. Pendokumentasian asuhan keperawatan juga sebagai bukti otentik telah dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien (Capernito, 1999).Dalam kasus hukum, dokumentasi keperawatan menjadi landasan berbagai kasus gugatan atau sebagai alat pembela diri perawat, dokter atau fasilitas (Iyer & Camp, 2004).Dokumentasi keperawatan juga bermanfaat dalam penentuan akreditasi. Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat

(49)

sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada pasien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut.

Untuk mengatasi masalah pendokumentasian tersebut, kelompok membantu membuat rancangan format asuhan keperawatan dan Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan 10 penyakit terbesar di ruangan anak dengan pendekatan NIC / NOC (Nursing Interventions Classification ) /

(Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode check list yang diharapkan dapat membantu mempermudah perawat dalam melakukan pendokumentasian keperawatan.

2) Pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga kurang optimal

Menurut WHO (1954) dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, memperthankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Menurut Mach Foed (2005), pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut mencakup antara lain pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui proses pendidikan kesehatan.

(50)

Untuk membantu perawat dalam melakukan penyuluhan maka praktikan memberikan penyuluhan kesehatan secara terjadwal tentang perawatan anak dengan diare pada tanggal 20 Juni 2012 oleh M. Isa Syahputra Yoga, pencegahan DBD dan perawatan anak yang menderita DBD pada tanggal 21 Juni 2012 oleh Waslifour Glorya Daeli, nutrisi yang baik pada anak dengan anemia 22 Juni 2012 oleh Betty Manurung, latihan ROM pada tanggal 22 Juni 2012 oleh Delima Siahaan.

3) Suasana ruangan yang tidak nyaman bagi pasien anak

Menurut Supartini (2004) bahwa ruangan anak idealnya dimodifikasi bernuansa anak sehingga dapat meningkatkan keceriaan, perasaaan aman, dan nyaman bagi pasien anak. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan memiliki dekorasi bernuansa anak dengan adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna ceria, dan dinding ruangan yang berwarna-warni.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kelompok menyediakan sebuah bunga yang indah di tengah ruangan untuk mendukung suasana ruangan anak yang nyaman dan asri.

(51)

BAB 3

PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Landasan Teori

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam berdarah dengue/dengue hemorrhagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue Shock Syndrome (DSS). Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok Flavivirus dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi sebanyak 4 kali seumur hidupnya.Dengue adalah penyakit daerah tropis dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari.Faktor resiko penting pada DHF adalah serotipe virus, dan faktor penderita seperti umur, status imunitas, dan predisposisi genetis. Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai sindroma virus nonspesifik sampai perdarahan yang fatal.

(52)

1. Anatomi dan Fisiologi Darah

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk sum-sum tulang dan nodus limfa. Darah merupakan organ berbentuk cairan homogen yang tampak seperti sirup yang berwarna gelap. Warna darah ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah. Volume darah manusia adalah 7-10% / berat badan normal atau sekitar 5 liter.

Komposisi darah:

a. Partikel tersuspensi/komponen sel-sel darah merah, sel darah putih, trombosit, platelet → 45%

b. Partikel pensuspensi: plasma darah → 55% adalah hematokrit ( prosentase volume total darah yang ditempati oleh eritrosit).

Fungsi Darah:

1) Transportasi internal, pada metabolisme:

- Respirasi:O2 dan CO2 dibawa oleh molekul Hb dalam eritrosis dan plasing

- Nutrisi: Nutrisi diserap dari usus, dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh lainnya.

- Ekskresi: Sisa metabolisme dibawa plasma ke hati dan jaringan tubuh lain.

- Keseimbangan air, elektrolit dan asam basa melalui pertukaran zat-zat dalam jaringan.

- Pengaturan metabolisme: Hormon dan enzim yang berperan dalam metabolisme dibawa oleh plasma.

(53)

2) Pertahanan/perlawanan terhadap infeksi : sel darah putih. 3) Perlindungan terhadap pendarahan.

4) Mempertahankan suhu tubuh normal: darah membawa panas dan beredar sampai perifer tubuh yang memungkinkan pertukaran pada tubuh dan lingkungan.

Plasma Darah:

- Cairan berwarna bening pucat 55% dari volume total darah (2,5 s/d 3 liter pada orang dewasa).

- Komposisinya:

90% : air 0,9% : ion anorganik 8% : protein 1,1% : substansi organik - Membentuk 20% cairan ekstrase tubuh yang mengandung zat-zat sama

dengan cairan intertisial.

- Cairan bening dari darah dan plasma beku disebut serum, isi serum sama dengan isi plasma kecuali faktor pembekuan.

- Protein yang ada dalam plasma adalah:

Albumia : Berfungsi mempertahankan tekanan osmotik darah dan mengatur keseimbangan air dalam tubuh.

Filobulin : Berfungsi dalam pertahanan tubuh melawan infeksi dan transportasi lipid, stroid dan hormon.

Fibrinogen : Blood dothing

- Ion anorganik disebut elektrolit: sodium (Na+), portasium (K+), kalsium (Ca++), clorida (Cl-), Hydrocarbonat (HCO3).

(54)

- Zat organik : glukosa, urea, asam urat.

Hematopoesis:

Trauma terjadi di sumsum tulang

1) Sumsum tulang : 4-5% dari berat badan normal.

Merah : Penghasil terbanyak, hampir semua sel-sel darah

Kuning : Terdiri dari lemak jika diperlukan dapat berubah menjadi jaringan hemopotetik.

2) Kelenjar limfe dan jaringan limfoid dalam usus halus dan kelenjar timus menghasilkan limfosit.

Kelenjar limfe terdapat juga di leher, ketiak lengan bagian atas dalam, thorak abdomen, lipatan paha dan poplitea.

3) Hati dan limfe merusak sel darah yang sudah tua. Hati juga mensintesa protein plasma dan berapa faktor pembekuan.

Sel Darah Merah:

- Merupakan sel yang gampang yang bagian tengahnya cekung/lempeng bikonkaf : efisiensi pengangkutan O2 dan peningkatan permukaan bagi digusi O2, diameter 8 mikron, tebal 2-1 mikron.

- Jumlah : 5 juta/mm3 - Usia : 120 hari

- Ciri khas : bentuknya mudah berubah/kelenturan/fleksibilitas tidak berhenti, organel/ribosom.

(55)

- Enzim yang ada pada sel darah merah: enzim glikdirik dan enzim karbonat anhidrase.

- Hemoglobulin: merupakan pigmen protein berwarna merah yang terdapat dalam sel darah merah.

Berfungsi:

a. Pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan. b. Sistesa Hb pada saat eritropoesis.

c. Membentuk struktur molekul (hameoglobulin).

- Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 unit O2 tiap gram Hb dapat mengikat 1,3 ml O2 atau 50 ml O2 tiap 100 ml darah.

- Pengaturan eritropoesis: distimulasi oleh penurunan pengiriman oksigen ke ginjal yang merangsang ginjal mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalam darah. Eritropoetin merangsang eritropoesis dengan merangsang proliperans dan pematangan sel darah merah. - Zat yang diperlukan untuk proses eritropoesis:

Vitamin B12 : Sintesa DNA Asam folat : Pembentukan DNA

Zat besi : Pembentukan haemoglobin.

Leukosit

- Unit-unit yang dapat bergerak dalam sistem pertahanan tubuh. - Setiap sel darah putih dikelilingi oleh 700-1000 sel darah merah.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja di Ruang III/Melati I
TABEL PERENCANAAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN KOMPREHENSIF (PBLK)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Surat yang memberi perintah pada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak penerima pembayaran

1.. orang yang sudah mendapat nilai amat baik dan 3 orang mendaat nilai baik, sehingga tidak ada lagi yang mendapat nilai cukup. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak- sud dalam huruf a dan sesuai ketentuan Pasal 34 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Persaingan antara beberapa surat kabar kerap terjadi pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959), diantaranya seperti Harian Rakjat dengan Pedoman, Abadi dengan Suluh Indonesia,

SKPD Kabupaten Belitung Timur bidang kepariwisataan - Kementerian Pariwisata - SKPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bidang kepariwisataan - Asosiasi-asosiasi

Tugas pokok Dlreksi adalah melaksanakan seluruh kegiatan pengelolaan Perusda Taman satwa Taru Jurug Surakarta menurut kebijakan yang telah dltentukan oleh Walikota dan atau