Ai Mintarsih, 2013
KONTRIBUSI KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
DAN MOTIVASI KERJA GURU
TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN KELAS
SMP NEGERI DI WILAYAH I KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT
T E S I S
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh: AI MINTARSIH
1009599
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
Ai Mintarsih, 2013
Kontribusi Kemampuan Profesional
Guru dan Motivasi Guru
Terhadap Efektivitas Manajemen Kelas
SMP Negeri di Wilayah 1
Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Oleh Ai Mintarsih, SS. UPI Bandung, 2013
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana
© Ai Mintarsih 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Ai Mintarsih, 2013
Kontribusi Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas Manajemen
KONTRIBUSI KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
DAN MOTIVASI KERJA GURU
TERHADAP EFEKTIVITAS MANAJEMEN KELAS
SMP NEGERI DI WILAYAH I KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT
ABSTRAK
Efektivitas manajemen kelas dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah peranan penting dari guru. Guru bertugas menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi siswa sebagai peserta didik, sehingga tumbuh iklim belajar yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Guru dalam praktik sehari-harinya masih merasa kesulitan menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna, bahkan proses pembelajaran cenderung satu arah (teacher-centered).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru tehadap efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang Jawa Barat.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, melalui teknik analisis data korelasional dan regresi dengan menggunakan statistik parametrik. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru yang sudah berstatus PNS, sudah bekerja lebih dari 5 tahun, dan pernah menjadi wali kelas pada SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang yang berjumlah 595 orang, dengan sampel penelitian berjumlah 87 orang.
Dari hasil analisis data ditemukan kemampuan profesional guru SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang berada pada kategori tinggi, motivasi kerja guru SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang juga tinggi, dan efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang berkategori baik. Terdapat kontribusi positif dan signifikan dari kemampuan profesional guru terhadap efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang yang kuat, Terdapat kontribusi positif dan signifikan dari motivasi kerja guru terhadap efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang yang kuat, dan Terdapat kontribusi positif dan signifikan dari kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru terhadap efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang yang kuat.
Ai Mintarsih, 2013
Kontribusi Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas Manajemen
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Identifikasi Masalah dan Prumusan Masalah ... 7
1. Identifikasi Masalah ………... 7
2. Perumusan Masalah ………... 9
C.Tujuan Penelitian ... 10
D.Manfaat Penelitian ... 11
E. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN TEORI ... 13
A.Kajian Pustaka ………... 13
a. Konsep Efektivitas ... 13
b. Manajemen Kelas... 15
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen kelas …. 17 d. Tujuan Manajemen kelas ... 21
e. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ..……….. 22
f. Efektivitas Manajemen Kelas …..……….….24
2. Kemampuan Profesional Guru………....30
a. Pengertian Kemampuan (Kompetensi)…….………….….30
b. Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guru………... 33
c. Kompetensi Profesional Guru………...…… 33
3. Motivasi Kerja Guru………..39
a. Pengertian Motivasi ... ………..39
b. Teori Motivasi ... …40
c. Unsur-Unsur Penggerak Motivasi ... 44
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 45
e. Motivasi Kerja Guru ... 45
f. Dimensi dan Indikator-indikator Motivasi Kerja Guru.….46 B.Kerangka Pemikiran... 50
C.Hipotesis Penelitian ... 53
BAB III METODOLOGI ... 54
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 54
1. Lokasi Penelitian ……….….. 54
2. Populasi ... 54
3. Sampel ... 56
B.Metode Penelitian ... 58
2. Metode Deskriptif ... 59
3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi) ... 60
C.Definisi Operasional ... 60
1. Kemampuan Profesional Guru ... 60
2. Motivasi Kerja Guru ... 60
3. Efektivitas Manajemen Kelas ... 60
D.Instrumen Penelitian ... 61
1. Skala Pengukuran ... 61
2. Penyusunan Instrumen ... 61
3. Uji Coba Instrumen ... 64
E. Teknik Pengumpulan Data ... 72
1. Studi Dokumentasi ... 72
2. Teknik Kuesioner ... 73
F. Teknik Analisis Data ... 73
1. Analisis Data Deskriptif ... 73
2. Pengujian Persyaratan Analisis ... 74
3. Menguji Hipotesis Penelitian ... 75
4. Alat Bantu ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
A.Hasil Penelitian ... 80
1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 80
a. Kemampuan Profesional Guru ... 80
b. Motivasi Kerja Guru ... 81
c. Efektivitas Manajemen Kelas ... 81
a. Uji Normalitas ... 82
b. Uji Linieritas ... 83
3. Pengujian Hipotesis ... 84
a. Analisis Korelasi ... 84
1) Kemampuan profesional guru (X1) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y) ... 84
2) Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y)... 85
3) Kemampuan profesional guru (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y) ... 86
b. Analisis Regresi ... 88
1) Kemampuan profesional guru (X1) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y) ... 88
2) Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y)... 89
3) Kemampuan profesional guru (X1) dan Motivasi Kerja Guru (X2) terhadap Efektivitas Manajemen Kelas (Y) ... 90
4. Interpretasi Hasil Analisis ... 94
B.Pembahasan ... 94
1. Kemampuan Profesional Guru ... 95
2. Motivasi Kerja Guru ... 104
3. Efektivitas Manajemen Kelas ... 109
4. Kontribusi Kemampuan Profesional Guru terhadap Efektivitas Manajemen Kelas ... 117
Kerja Guru terhadap Efektivitas Manajemen Kelas ... 121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
A.Kesimpulan ... 123
B.Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
Ai Mintarsih, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Pendidikan nasional harus mampu meningkatkan mutu pendidikan dan
relevansi serta efesiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah
hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses
pendidikan dilakukan, mempunyai system yang dinamis dan kompleks. Kegiatan
sekolah bukan hanya sebagai berkumpulnya murid dengan guru, akan tetapi kegiata
tersebut ada dalam lingkup suatu system yang saling berhubungan, pola manajemen
yang teratur dan terkait satu sama lainnya. Oleh karena itu sekolah sebagai suatu
organisasi memerlukan pengelolaan yang harus didukung oleh semua unsur dari mulai
SDM, sarana prasarana , dan sebagainya.
Dalam konteks manajemen sumber daya manusia, pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk
Ai Mintarsih, 2013
pendidikan nasional. Dan guru menjadi aktor utama dalam menciptakan kondisi yang
diharapkan akan efektif dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan sebagaimana menurut Widodo (2010:356) bahwa “pembelajaran sebagai inti proses pendidikan”. Proses pembelajaran akan selalu berlagsung dalam suatu adegan di sekolah, jelasnya adalah adegan kelas. Adegan itu perlu diciptakan dan dikembangkan
menjadi wahana bagi keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. Hal ini berarti
diperlukan manajemen tersendiri untuk mengembangkan dan memelihara adegan itu,
dan manajemen yang dimaksud adalah manajemen kelas. (Koswara, 2008:103)
Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas tentang manajemen
kelas. Yang aplikasinya dimana setiap kegiatan belajar mengajar mengisyaratkan
tercapainya tujuan, baik tujuan instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak
dapat dipungkiri keadaan di kelas seringkali tidak berjalan sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karena itu guru bertugas menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas yang menguntungkan bagi siswa sebagai peserta didik, sehingga tumbuh iklim
belajar yang berkualitas dalam upaya tujuan pembelajaran.
Usaha preventif dan kuratif perlu dilaksanakan dalam upaya penciptaan
kondisi kelas yang diharapkan. Usaha preventif yaitu tercipta dan dapat dipertahankan
kondisi kelas yang kondusif harus dirancang dan diusahakan oleh guru secara sengaja
agar hal-hal yang merugikan dapat dihindari. Sedangkan upaya kuratif yaitu upaya
mengembalikan kepada kondisi yang optimal apabila terjadi hal-hal yang merusak
disebabkan oleh tingkah laku siswa sebagai peserta didik di dalam kelas.
Sementara itu pemerintahpun sudah mengisyaratkan bagaimana pengelolaan
pembelajaran yang efektif, seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 19
Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 bahwa:
Ai Mintarsih, 2013
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dan pada pasal 3 menyatakan bahwa:
Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pemberdayaan peserta didik akan berhasil dengan baik jika ditunjang
dengan proses pembelajaran yang baik pula. Proses pembelajaran yang baik menuntut
kemampuan guru yang optimal karena peran dan kualitas guru sangat penting bagi
keberhasilan proses pembelajaran di kelas dan kesuksesan peserta didik. Guru
merupakan salah satu faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu, tingkat kemampuan guru di suatu sekolah dapat dijadikan
barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekolah.
Untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan
tentunya tak lepas dari kemampuan guru mendisain dan melaksanakan pembelajaran.
Namun kenyataan dilapangan guru dalam praktik sehari-harinya masih merasa
kesulitan menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna, bahkan proses
pembelajaran cenderung satu arah (teacher-centered). Menurut Mulyasa (2008:19) bahwa “dalam praktik pendidikan sehari-hari, masih banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan tugas dan fungsinya”, Sedangkan Tim Ahli
JICA (2008) menyatakan bahwa banyak guru Indonesia masih kurang memiliki
kemampuan dasar untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang baik. Dan
berdasarkan penelitian Sato (2008) tentang kelemahan guru dilapangan menyatakan
bahwa:
Ai Mintarsih, 2013
pengetahuannya lagi. Masalah ini tidak hanya semata-mata disebabkan oleh kesalahan guru saja, tetapi kurangnya kesempatan dan tempat untuk belajar juga menjadi alasan untuk tidak bisa belajar, meskipun sebenarnya para guru tersebut memiliki keinginan untuk belajar.
Dari berbagai ungkapan di atas ternyata kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran cukup memprihatinkan, masih banyak kelemahan-kelemahan guru
dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Guru dalam melakukan tugas mengajar di
suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana
yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar peserta
didik serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi
untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar
mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat
tercapai.
Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan masalah yang muncul
berkaitan dengan masalah di kelas, yaitu:
1. Guru kurang pemahaman terhadap masalah pengelolaan dan pengajaran.
2. Guru kurang memahami pendekatan dalam manajemen kelas.
3. Guru kurang terampil dalam memilih pendekatan untuk memecahkan masalah
manajemen kelas.
4. Guru kurang memiliki inovasi dalam melakukan pembelajaran. Artinya guru
sebagian besar masih konvensional atau driil.
5. Guru kurang memiliki motivasi untuk menggali wawasan yang dapat memberikan
kontribusi untuk menjalankan tugasnya, terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran.
6. Peranan guru dalam pembelajaran masih dominan, kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi belajar.
7. Kurangnya upaya dari guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang
Ai Mintarsih, 2013
8. Guru kurang terampil dalam menilai efektifitas mengajar.
9. Guru kurang berupaya mengembangkan materi maupun cara mengajar.
Masih rendahnya tingkat kemampuan guru saat ini disebabkan oleh
faktor-faktor yang berasal dari internal guru itu sendiri dan faktor-faktor lainnya yang berasal dari
luar. Faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Penghasilan yang diperoleh guru belum mampu memenuhi kebutuhan hidup
harian keluarga secara mencukupi. Oleh karena itu, upaya untuk menambah
pengetahuan dan informasi menjadi terhambat karena dana untuk membeli buku,
berlangganan koran, internet tidak tersedia. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan
dapur harus juga melakukan kerja sampingan lainnya. Tidak jarang seorang guru yang “jujur”, pulang mengajar setelah itu mereka menjadi tukang ojek bahkan menjadi tukang becak.
2. Kurangnya minat guru untuk menambah wawasan sebagai upaya meningkatkan
kompetensinya.
3. Meledaknya jumlah lulusan sekolah guru dari tahun ke tahun. Hal itu merupakan
akibat dari mudahnya pemerintah memberikan ijin pendirian LPTK (Lembaga
Pendidikan Tinggi Keguruan).
4. Jumlah murid dalam satu kelas cukup banyak dan beban guru yang cukup besar
dalam satu minggu.
5. Kompetensi guru yang belum terbangun. Seyogyanya setiap guru perlu
memperlihatkan sikap kompeten sebagai seorang pendidik, bukan hanya sebagai
pengajar. Hanya melalui karya nyata dan sikap keseharian yang diperlihatkan
seorang gurulah yang mampu mengangkat harkat dan martabatnya serta diakui
kompetensinya oleh masyarakat.
6. Rendahnya minat guru terhadap dunia tulis menulis. (Dzamal Z, 2005:33-35)
Pengelolaan kelas akan menjadi sederhana untuk dilakukan apabila guru
Ai Mintarsih, 2013
melakukan tugas mengajarnya. Pengelolaan kelas tidak dapat terlepas dari motivasi kerja
guru, karena dengan motivasi kerja guru ini akan terlihat sejauhmana motivasi guru
untuk melakukan pengelolaan kelas.
Selain kemampuan profesional guru yang dapat mempengaruhi efektivitas
manajemen kelas, motivasi kerja guru pun dapat menjadi faktor dalam menunjang
terwujudnya efektivitas manajemen kelas. Motivasi yang baik akan mempengaruhi
kinerja guru dengan baik sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat. Motivasi
menurut Kenneth N. Wexley dan Gary A. Yukl (2005:98) adalah proses dimana perilaku diberikan energy dan diarahkan. Motivasi kerja adalah : “Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” (Wahjosumidjo, 2004 : 177). Motivasi kerja adalah keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka
mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis (Siagian, 2004 : 106).
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi kerja
guru adalah keseluruhan proses pemberian motif atau dorongan kerja pada para
bawahan terutama para guru sebagai agen pendidikan dan pengajaran, agar tujuan
pendidikan dan pengajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Untuk mencapai kinerja dari guru yang tinggi diperlukan adanya motivasi dari
guru untuk meningkatkan kinerjanya secara utuh. Seorang guru harus menunjukkan
perilaku yang kuat yang diarahkan untuk menuju satu tujuan tertentu. Akan tetapi
pada perkembangannya motivasi guru mendapatkan tantangan yang sangat krusial,
diantaranya aspek penghargaan terhadap guru yang tidak sesuai dengan tuntutan dan
peran guru sebagai tenaga professional.
Ai Mintarsih, 2013
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa (1) kompetensi profesional secara langsung
berkontribusi dengan signifikan terhadap efektivitas proses pembelajaran sebesar
34,6%. (2) motivasi kerja secara langsung berkontribusi dan signifikan terhadap
efektivitas proses pembelajaran sebesar 61,94%. (3) secara simultan kompetensi
profesional dan motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap efektivitas
proses pembelajaran sebesar 90%. 10% sisanya merupakan pengaruh yang datang dari
faktor-faktor lain. Misalnya : kepemimpinan, iklim organisasi, etos kerja, budaya
organisasi, kompensasi, kepuasan, loyalitas, pelayanan, negosiasi, mutu,
produktivitas, bauran pemasaran, dan lain-lain.
Selain itu Andyarto Surjana (2002) pun melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Motivasi Guru dan Gaya Kepemimpinan Guru terhadap Efektivitas Pengelolaan Kelas”. Penelitian ini bermaksud untuk melihat apakah ada hubungan antara motivasi guru dan gaya kepemimpinan guru terhadap efektivitas pengelolaan
kelas secara sendiri-sendiri atau secara bersama. Hasil peneltiain korelasional yang
dilakukan di SMU Kristen BPK PENABUR Jakarta ini menyimpulkan terdapat
hubungan positif dan berarti antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kontribusi motivasi kerja guru terhadap efektivitas pengelolaan kelas, yaitu
mengkondisikan kelas dengan pendekatan memodifikasi perilaku, memfasilitasi iklim
sosio-emosional, dan memfasilitasi proses dinamika, masih belum optimal, hanya
37,70 %. Kontribusi gaya kepemimpinan guru terhadap efektivitas pengelolaan kelas,
juga masih belum optimal (43,10 %), meskipun sedikit lebih tinggi dari kontribusi
motivasi kerja. Secara bersama-sama kontribusi motivasi kerja dan gaya
kepemimpinan guru-guru SMU Kristen BPK Penabur di Jakarta juga masih belum
optimal (42,80 %).
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut diatas, untuk membuktikan
Ai Mintarsih, 2013
positif dalam efektivitas manajemen kelas, karenanya penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan mengambil judul Kontribusi Kemampuan
Profesional Guru dan Motivasi Kerja Guru terhadap Efektivitas Manajemen
Kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengidentifikasi beberapa variabel yang akan diteliti. Efektivitas Manajemen kelas
sebagai subsistem dari kualitas pendidikan mempunyai permasalahan yang sangat
kompleks mengingat kualitas belajar siswa merupakan muara dari seluruh komponen
yang tergabung dalam system pembelajaran di sekolah. Akan tetapi faktor yang
mempengaruhi efektivitas manajemen kelas tidak hanya satu faktor. Banyak faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya lingkungan, bahan ajar, media pembelajaran,
manusia (guru & siswa), dan metode pembelajaran ( Asssociation for Educational and
Communication Technologi) (Susilana, 2007: 543) dalam Apriliya (2007:8).
Gambar 1.1
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Manajemen kelas
Dari semua faktor yang mempengaruhi efektivitas manajemen kelas, gurulah
Ai Mintarsih, 2013
belajar mengajar dan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan. Efektivitas manajemen kelas tergantung kepada profesionalisme guru,
strategi dan pendekatan yang digunakannya. Banyak pendekatan dan model
pembelajaran yang telah diuji cobakan dan dihasilkan dengan tujuan untuk
meningkatkan efektivitas manajemen kelas .
Praktik-praktik pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi
kegagalan siswa belajar. Praktik-praktik pembelajaran hanya dapat diubah melalui
pengujian terhadap cara-cara guru mengemas dan melaksanakan pembelajaran.
Upaya dalam mengantisipasi peranan guru yang semakin luas, guru harus
memiliki kompetensi mengajar dan memiliki kreativitas dalam menciptakan iklim
pembelajaran lebih efektif dan kondusif. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik
harus memiliki kemampuan profesional seperti yang dinyatakan dalam PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3), yang diperoleh
melalui pendidikan, pelatihan dan pengembangan diri yang baik; kemauan dan
kemampuan untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran; serta
kemauan dan kemampuan lain yang terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai guru.
Akan tetapi yang terjadi di SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang
guru dalam praktik sehari-harinya masih merasa kesulitan menciptakan pembelajaran
yang efektif dan bermakna, bahkan proses pembelajaran cenderung satu arah
(teacher-centered).
Selain faktor kompetensi guru, motivasi kerja guru terasa begitu signifikan
untuk menciptakan input, proses, dan output peserta didik yang bermutu tinggi,
dengan melalui kinerja mengajar yang baik. Melahirkan motivasi kerja positif di
lingkungan kerja para guru penting, namun acap terhalangi kendala seperti
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim lingkungan kerja yang tidak membangkitkan
motivasi kerja agar lebih baik, lebih adil, lebih jujur serta bersungguh-sungguh
Ai Mintarsih, 2013
Setelah melakukan identifikasi masalah di atas secara gamblang, peneliti dapat
simpulkan sebagai berikut:
a. Kemampuan profesional guru belum optimal, hal itu ditunjukkan dengan :
1) Kurangnya kesadaran akan upaya untuk mempersiapkan rencana pembelajaran
dengan baik.
2) Kurangnya upaya guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif.
3) Kurang memiliki inovasi dalam melakukan pembelajaran.
b. Tidak adanya motivasi dan semangat dalam mendorong keberhasilan belajar
siswa.
Oleh sebab itu, dengan melalui kontribusi kemampuan profesional guru dan
motivasi kerja guru diharapkan mampu meningkatkan efektivitas manajemen kelas,
dengan demikian akan terwujud pendidikan yang berkualitas.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kemampuan profesional guru di SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten
Sumedang.
2. Bagaiman motivasi kerja guru pada SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten
Sumedang.
3. Bagaimana efektivitas manajemen kelas pada SMP Negeri di Wilayah 1
Kabupaten Sumedang.
4. Seberapa besar kontribusi kemampuan profesional guru terhadap efektivitas
Ai Mintarsih, 2013
5. Seberapa besar kontribusi motivasi kerja guru terhadap efektivitas manajemen
kelas pada SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
6. Seberapa besar Kontribusi kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru
terhadap efektivitas manajemen kelas pada SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten
Sumedang.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pegangan atau pedoman bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitiannya, sehubungan hal ini Arikunto (1997:4) menyatakan bahwa: “Tujuan penelitian yaitu rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian dilakukan selesai.” Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan profesional guru di SMP
Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang motivasi kerja guru pada SMP Negeri di
Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas manajemen kelas pada SMP
Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
4. Untuk memperoleh gambaran tentang seberapa besar kontribusi kemampuan
profesional guru terhadap efektivitas manajemen kelas SMP Negeri di Wilayah 1
Kabupaten Sumedang.
5. Untuk memperoleh gambaran tentang seberapa besar kontribusi motivasi kerja
guru terhadap efektivitas manajemen kelas pada SMP Negeri di Wilayah 1
Kabupaten Sumedang.
6. Untuk memperoleh gambaran tentang seberapa besar kontribusi kemampuan
profesional guru dan motivasi kerja guru terhadap efektivitas manajemen kelas
pada SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
D. Manfaat Penelitian
Ai Mintarsih, 2013
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat atau
memperkaya pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan
dengan :
a. Manajemen kelas dari segi efektivitas
b. Aspek-aspek yang berkaitan dengan profesionalisme guru
c. Motivasi kerja guru
Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khasanah akademik
baru dalam bidang administrasi pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai
pihak dalam rangka pengembangan kemampuan profesional guru dan motivasi kerja
guru dalam meningkatkan efektivitas manajemen kelas. Lebih lanjut penelitian ini
dapat dijadikan input dalam upaya:
a. Sebagai evaluasi bagi kepala sekolah dalam pengembangan kemampuan
profesional guru dan motivasi kerja guru dalam meningkatkan efektivitas
manajemen kelas di sekolah yang dikelolanya.
b. Sebagai bahan rujukan dalam merumuskan kebijakan pendidikan di sekolah dalam
pengembangan kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru dalam
meningkatkan efektivitas manajemen kelas.
c. Sebagai masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang dalam
pengembangan kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru dalam
meningkatkan efektivitas manajemen kelas sehingga akhirnya mampu
menciptakan output yang baik.
E. Struktur Organisasi Tesis
Penelitian ini terdiri dari 5 bab ditambah dengan beberapa lampiran, dengan
Ai Mintarsih, 2013
1. Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi
penelitian, dan struktur organisasi tesis.
2. Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis. Pada bagian ini
memaparkan landasan teori berupa uraian mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah yang kemudian
dijadikan kerangka pikir penilitian untuk selanjutnya diperoleh hipotesis
penelitian.
3. Bab III: Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek
populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
4. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini berisi keseluruhan data dari
hasil observasi dan kuesioner. Memaparkan hasil pengolahan data berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan serta memaparkan hasil analisis data yang
dilakukan. Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan
permasalahan penelitian.
5. Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil temuan penelitian, implikasi . Saran atau rekomendasi yang
dihasilkan ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti
BAB III
METODOLOGI
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Wilayah 1 Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Dalam penelitian ini, lokasi dipilih
secara keseluruhan berdasarkan informasi dari Kantor Sub Rayon 1 Tanjungsari
Kabupaten Sumedang, yaitu berjumlah 16 SMPN.
2. Populasi Penelitian
Menurut McMillan dan Schumacher (2002:246-247) populasi adalah
sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek, atau peristiwa yang
berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target
generalisasi dari hasil penelitian kita. Sedangakan menurut Gay dan Diehl dalam
Satori dan Komariah (2011:46) The population is the grup of interest to the
researcher, the group to the with she or he would like to generalize the results of the
study.
Menurut Arikunto (2002: 115) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002: 117).
Sedangakan menurut Nazir (2003: 15) populasi adalah totalitas semua nilai yang
mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif
dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang
ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sementara menurut Sugiyono (2011: 57) mengemukakan bahwa populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
Memperhatikan pendapat di atas, maka faktor yang perlu diperhatikan dalam
populasi adalah elemen atau unsur yang dapat diamati. Oleh sebab itu, penentuan
karakteristik populasi yang tepat merupakan faktor penting dalam suatu penelitian,
karena sejatinya suatu permasalahan itu baru akan memiliki makna apabila dikaitkan
dengan populasi yang relevan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya jumlah yang ada pada
obyek-obyek yang dipelajari, namun meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu.
Untuk mendapatkan data yang representatif peneliti mengambil populasi guru
SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang. Berdasarkan prasurvey diseluruh SMPN
di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang tersebut diperoleh jumlah populasi sebanyak 595
guru yang tersebar pada 16 SMPN. Gambaran penyebaran populasi dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.1 :
Jumlah Guru SMP Negeri di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang
No Sekolah Jumlah Guru
1 SMPN 1 Jatinangor 60
2 SMPN 2 Jatinangor 53
3 SMPN 3 Jatinangor 24
4 SMPN 1 Tanjungsari 55
5 SMPN 2 Tanjungsari 46
6 SMPN 3 Tanjungsari 27
7 SMPN 1 Sukasari 30
8 SMPN 1 Rancakalong 39
9 SMPN 2 Rancakalong 45
10 SMPN 3 Rancakalong 25
12 SMPN 2 Cimanggung 32
13 SMPN 1 Pamulihan 39
14 SMPN 2 Pamulihan 25
15 SMPN 3 Pamulihan 22
16 SMPN 4 Pamulihan 15
JUMLAH 595
Sumber : Sub Rayon 1 Wilayah Tanjungsari Kabupaten Sumedang
3. Sampel Penelitian
Arikunto (2002:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari
populasi.” Sample penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh popoulasi. Berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel Nazir (2003:18) bahwa:”mutu penelitian tidak selalu ditentukan
oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain
penelitianya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengelolahanya.”
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2002:120) mengemukakan
bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-30% atau
lebih.
Memperhatikan pernyataan tersebut, maka jumlah populasi lebih dari 100
orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak
(Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus
Keterangan: n = jumlah sampel N = Jumlah populasi
d2 = Presesi atau penyimpangan terhadap populasi
Dalam penelitian sosial besarnya presesi biasanya antara 5% sampai dengan
10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presesi 10% sehingga diperoleh nilai n
sebagai berikut:
Jadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 86 orang (dibulatkan), jumlah ini
menjadi responden penelitian. Dengan batasan sampel sebagai berikut :
1. Guru yang sudah PNS
2. Guru yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun
3. Guru yang pernah menjadi wali kelas
Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan adalah 86/595 x 100% = 14,45.
Penentuan anggota sampel adalah sebesar 14,45% dari populasi. Contoh penyebaran
sampel pada tiap sekolah berikut ini:
SMPN 1 Jatinangor:
Setelah dihitung secara keseluruhan didapat data sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Penyebaran Sampel
No Sekolah Populasi Sampel
(14,45 %)
Jumlah
Sampel
1 SMPN 1 Jatinangor 60 8,67 9
3 SMPN 3 Jatinangor 24 3,47 3
4 SMPN 1 Tanjungsari 55 7,95 8
5 SMPN 2 Tanjungsari 46 6,65 7
6 SMPN 3 Tanjungsari 27 3,90 4
7 SMPN 1 Sukasari 30 4,34 4
8 SMPN 1 Rancakalong 39 5,64 6
9 SMPN 2 Rancakalong 45 6,51 7
10 SMPN 3 Rancakalong 25 3,61 4
11 SMPN 1 Cimanggung 58 8,38 8
12 SMPN 2 Cimanggung 32 4,63 5
13 SMPN 1 Pamulihan 39 5,64 6
14 SMPN 2 Pamulihan 25 3,61 4
15 SMPN 3 Pamulihan 22 3,18 3
16 SMPN 4 Pamulihan 15 2,17 2
595 87
Karena adanya proses dan hasil pembulatan maka sampel ditambah 1 sehingga
setelah ditambah, sampel pada penelitian ini berjumlah 87 orang.
B.Metode Penelitian
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana
gambaran umum kontribusi kemampuan profesional guru dan motivasi kerja guru
terhadap efektivitas manajemen kelas di wilayah 1 Kabupaten Sumedang. Oleh
karena itu, penulis berusaha mengambil metode yang sesuai dengan permasalahan
yang diteliti. Sebagaimana bahwa sebuah penelitian tidak akan mencapai kriteria
penelitian sesungguhnya apabila tidak menggunakan sebuah metode penelitian yang
akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian pun ada sebagai suatu cara
untuk mengumpulkan dan menyusun data, serta menganalisis mengenai arti data yang
telah diteliti menjadi suatu kesimpulan.
Berikut merupakan metode yang digunakan penulis dalam melaksanakan
penelitian ini:
1. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat
diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian (Arikunto, 2002: 86).
Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana
dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis
terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam
kerangka pembuktian hipotesis secara empiris. Pendekatan kuantitatif merupakan
upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian (variabel X1, X2 dan
variabel Y) untuk kemudian dicari hubungan antar variabel-variabel tersebut.
2. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan metode yang ditujukan untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Arikunto (2002: 86) bahwa: “Metode deskriptif adalah metode penelitian yang
digunakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau
masa sekarang.” Metode deskriptif pun diartikan sebagai perolehan informasi atau data yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep
atau teori yang dikemukakan oleh para ahli.
Metode deskriptif dalam penelitian ini sesuai untuk digunakan karena masalah
yang diambil terpusat pada masalah aktual dan berada pada saat penelitian
dilaksanakan dengan melalui prosedur pengumpulan data, mengklasifikasi data
3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi)
Studi Bibliografi sering disebut juga studi kepustakaan, digunakan untuk
melengkapi metode deskriptif. Studi bibliografi merupakan proses penelusuran
sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal, dan
sejenisnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Melalui studi bibliografi ini, penulis akan memperoleh tambahan informasi
dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan landasan berfikir
dalam mengkaji, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diteliti.
C.Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan makna variabel yang
sedang diteliti. Singarimbun dan Effendi (2003:46-47) memberikan pengertian
tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara
mengukur satu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam
petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu variabel. Berikut ini definisi
operasional dari penelitian ini:
1. Kemampuan Profesional (X1)
Kemampuan profesional adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah
akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar
sehingga kemampuan ini dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar. Yang dimaksud dengan kemampuan profesional guru di sini adalah
kemampuan dalam perencanaan dan persiapan, menciptakan suasana kelas, instruksi,
dan tanggung jawab profesional.
2. Motivasi Kerja Guru (X2)
Motivasi kerja guru adalah daya dorong yang berpengaruh, membangkitkan,
mengarahkan dan memelihara perilaku seseorang guru untuk melakukan tugasnya
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Adapun motivasi kerja guru
yang dimaksudkan adalah mengenai motif, harapan, dan insentif.
3. Efektivitas Manajemen Kelas (Y)
Efektivitas pengelolaan kelas adalah tingkat tercapainya tujuan dari
pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang
dilakukan guru dalam upaya menciptakan kondisi kelas agar proses belajar mengajar
dapat berjalan sesuai dengan tujuannya. Efektivitas manajemen kelas yang
dimaksudkan adalah manajemen kelas preventatif, menangani perilaku yang tidak
semestinyadan mengganggu (disruptif), serta self management dan caring classroom
D.Instrumen Penelitian
1. Skala Pengukuran
Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Skala digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2008:93). Jadi dengan skala ini peneliti ingin
mengetahui bagaimana kemampuan profesional guru, motivasi kerja guru, dan
efektivitas manajemen kelas di SMPN wilayah 1 Kabupaten Sumedang.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian
ini adalah skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot
masing-masing kontinum atau berturut-turut, untuk pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3
– 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator
masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui
pendefinisian dan studi kepustakaan.
Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah
butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis
rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun
angket dari aspek yang diukur. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian
untuk dijadikan landasan dalam menyusun butir pernyataan:
Tabel 3.3:
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Efektvitas Manajemen Kelas
Variabel Subvariabel Indikator No Item Efektivitas
Manajemen Kelas (Y)
Manajemen kelas preventatif
Menetapkan aturan dan
prosedur 1, 2, 3 kelas selama periode yang tidak stabil
incidence dengan cepat 15, 16
Self Management
hubungan autentik yang bebas kekuasaan dan
Membatasi struktur dan
prosedur 29, 30
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kemampuan Profesional Guru
Variabel Suvariabel Indikator No Item Kompetensi
Memilih tujuan instruksi 6, 7 Menunjukkan
pengetahuan tentang sumber (resource)
8, 9, 10
Mendesain instruksi yang
logis 11, 12
Suasana Kelas Menciptakan lingkungan dengan saling menghargai dan hubungan baik
13, 14
untuk belajar
Menangani prosedur
kelas 17, 18
Menangani perilaku siswa 19, 20
Menata ruang fisik 21, 22, 23
Instruksi Berkomunikasi secara
jelas dan akurat 24, 25
Menggunakan teknik
bertanya dan diskusi 26, 27, 28 Melibatkan siswa dalam
belajar 29, 30, 31
Memberikan umpan balik
bagi siswa 32, 33
Menunjukkan fleksibilitas
dan responsiveness 34, 35
Tanggung Jawab Profesional
Merenungkan pengajaran 36, 37 Membuat catatan yang
akurat 38
Berkomunikasi dengan
keluarga 39, 40
Memberikan konstribusi
pada sekolah dan distrik 41, 42 Tumbuh dan berkembang
secara professional 43, 44
Tabel 3.5:
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Kerja Guru
Variabel Sub Variabel Indikator No Item Motivasi Kerja
Guru (X2)
Motif Kesempatan untuk
maju 1, 2, 3
Pengakuan atas
prestasi 13, 14
Harapan Kondisi kerja yang
baik, 15, 16
Jaminan pekerjaan. 28, 29
Insentif Upah yang adil dan
layak 30, 31
Jaminan kesehatan 32, 33
Pemberian bonus 34, 35
Jaminan hari tua 36
1. Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Jumlah responden uji coba sebanyak 10
(sepuluh) orang guru SMPN di Kabupaten Sumedang Jawa Barat di luar populasi dan
sampel yang ditentukan. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk diuji
coba. Uji coba instrumen dilakukan dengan langkah-langkah: (a) membagikan angket
pada guru, (b) memberikan keterangan tentang cara pengisian angket, (c) para guru
melakukan pengisian angket, dan (d) setelah guru selesai mengisi angket, segera
dikumpulkan kembali.
Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item pernyataan angket, baik dalam hal
tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis terhadap instrumen sehingga diketahui
sumbangan butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada
masing-masing variabel. Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan pada valid
dan reliabel dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X
dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiyono, (2008:95):
√[ ]
Keterangan:
n = Jumlah responden
XY = Jumlah perkalian X dan Y X = Jumlah skor tiap butir Y = Jumlah skor total
X2 = Jumlah skor X dikuadratkan Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan
Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji ini adalah untuk
menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variable Y. Uji signifikasi
ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh sugiyono, dalam Akdon
(2008:144) yaitu:
√
√
Keterangan:
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan keputusan, jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti tidak
valid.
1) Variabel Kemampuan Profesional Guru (X1)
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel
Kemampuan Profesional Guru (X1), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan
rtabel. Jika nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Uji Validitas Variabel Kemampuan Profesional Guru (X2)
22 0,6283 > 0,632 Valid dipahami oleh guru yang dijadikan sampel.
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel motivasi
kerja guru (X2), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika nilai rhitung
lebih besar daripada nilai r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja Guru (X1)
Item Pernyataan r hitung r tabel α = 0,05 n = 10
Keputusan
1 0,1133 < 0,632 Tidak Valid
2 0,8115 > 0,632 Valid
3 0,7598 > 0,632 Valid
4 -0,0333 < 0,632 Tidak Valid
5 0,7773 > 0,632 Valid
6 0,8722 > 0,632 Valid
7 0,7800 > 0,632 Valid
8 0,9279 > 0,632 Valid
9 0,7137 > 0,632 Valid
10 0,7333 > 0,632 Valid
11 0,8905 > 0,632 Valid
12 0,6335 > 0,632 Valid
13 0,6959 > 0,632 Valid
14 0,8963 > 0,632 Valid
15 0,6342 > 0,632 Valid
16 0,3427 < 0,632 Tidak Valid
17 0,6896 > 0,632 Valid
18 0,6589 > 0,632 Valid
19 0,6880 > 0,632 Valid
20 0,8470 > 0,632 Valid
22 0,9152 > 0,632 Valid dipahami oleh guru yang dijadikan sampel.
3) Variabel Efektivitas Manajemen Kelas (Y)
Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel Efektivitas
Manajemen Kelas (Y), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika
nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan
valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Uji Validitas Variabel Efektivitas Manajemen Kelas (Y)
merubah redaksi atau penyusunan kata yang dipakai agar lebih mudah dipahami oleh guru yang dijadikan sampel.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Mengacu pada pendapat Arikunto (2002: 170) yang menyatakan bahwa:
“Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah cukup baik.” Maksud dapat “dipercaya” disini bahwa data yang dihasilkan harus memiliki tingkat
kepercayaan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, langkah-langah pengujian reliabilitas angket dilakukan
dengan bantuan SPSS. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah: jika r hitung > r
tabel maka instrumen reliabel, dan jika rhitung < rtabel maka instrumen tidak reliabel.
Sedangkan uji reliabilitas tiap variabel adalah sebagai berikut:
1) Variabel Kemampuan Profesional Guru (X1)
Tabel 3.9
Uji Reliabilitas Variabel Kemampuan Profesional Guru (X2) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Part 1 Value ,951
N of Items 22a
Part 2 Value ,977
N of Items 22b
Correlation Between Forms ,867
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,949
Unequal Length ,949
Guttman Split-Half Coefficient ,973
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10, q11, q12, q13, q14, q15, q16, q17, q18, q19, q20.q21, q22.
b. The items are:, q23, q24, q25, q26, q27, q28, q29, q30, q31, q32, q33, q34, q35, q36, q37, q38, q39, q40, q41, q42, q43, q44.
Pengujian reliabilitas pada variabel kemampuan profesional guru ini dengan
melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,973. Korelasi
berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632 maka rhitung
lebih besar daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item
pernyataan pada variabel kemampuan profesional guru (X2) reliabel.
2) Variabel Motivasi Kerja Guru (X2)
Tabel 3.10
Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Kerja Guru (X2) Reliability Statistics
Correlation Between Forms ,921
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,969
Unequal Length ,969
Guttman Split-Half Coefficient ,986
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10, q11, q12, q13, q14, q15, q16, q17, q18.
b. The items are: q19, q20, q21, q22, q23, q24, q26, q27, q28, q29, q30, q31, q32, q33, q34, q35, q36
Pengujian reliabilitas pada variabel motivasi kerja guru ini dengan melihat
nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,986. Korelasi berada pada
daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pernyataan pada
variabel motivasi kerja guru (X2) reliabel.
3) Variabel Efektivitas Manajemen Kelas (Y)
Tabel 3.11
Uji Reliabilitas Variabel Efektivitas Manajemen Kelas (Y) Reliability Statistics
Correlation Between Forms ,939
Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,928
Unequal Length ,928
Guttman Split-Half Coefficient ,988
a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10, q11, q12, q13, q14, q15, q16, b. The items are: q17, q18, q19, q20, q21, q22, q23, q24, q25, q26, q27, q28, q29, q30, q31, q32.
Pengujian reliabilitas pada variabel efektivitas manajemen kelas ini dengan
melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,988. Korelasi
berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632 maka rhitung
lebih besar daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item
pernyataan pada variabel efektivitas manajemen kelas (Y) reliabel.
E.Teknik Pengumpulan Data
Nazir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan
alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian. Data yang
dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan
beragam fakta yang berhubungan dengan focus penelitian yang diteliti. Maka dalam
penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi
dan teknik angket.
Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan
sebagai cara pengumpulan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang
dianggap penting. Studi Dokumentasi diajukan untuk memperoleh data langsung dari
instansi atau lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan yang releven (Sugiyono,
2008:98).
2. Teknik Angket / Kuesioner
Kuesioner/angket secara umum sering disebut sebagai daftar pertanyaan.
Menurut McMillan dan Schumacher (2003:357) kuesioner adalah teknik yang
digunakan secara luas untuk memperoleh informasi dari subjek. Kuesioner relatif
ekonomis, memuat pertanyaan yang sama bagi seluruh subjek dan dapat memastikan
kerahasiaan subjek. Kuesioner dapat menggunakan pertanyaan dan pernyataan tetapi
dalam banyak kasus subjek merespon pada sesuatu yang ditulis secara khusus.
Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 87 responden.
Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden
memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan,
(b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas
pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan
jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari
banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Indikator-indikator yang merupakan
jabaran dari kemampuan professional guru dan motivasi kerja guru terhadap
efektivitas manajemen kelas merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah
pernyataan didalam angket.
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Data Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi
masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh skor rata-rata
yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan
rumus:
Keterangan:
= skor rata-rata yang dicari
X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)
N = jumlah responden
Hasil kali perhitungan dikonsultasikan dengan tabel 5 kriteria dan penafsiran
seperti dibawah ini:
Tabel 3.12 : Kriteria dan Penafsiran
Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria
4,01 – 5,00 Selalu Sangat tinggi
3,01 – 4,00 Sering Tinggi
2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup
1,01 – 2,00 Jarang Rendah
0,01 – 1,00 Tidak pernah Sangat rendah
2. Pengujian Persyaratan Analisis
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik
regresi linier sederhana maupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah syarat
normalitas dan syarat kelinieran regresi Y atas X.
a. Uji Normalitas Distribusi Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan analisis
dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan parametrik atau non
berdistribusi normal, sedangkan pengolahan data non parametrik data yang dianalisis
berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk apakah ketiga variabel
penelitian tersebut memiliki penyebaran data yang normal atau tidak. Uji normalitas
data dapat dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16, atau
dapat pula menggunakan rumus Chi Kuadrat:
Keterangan:
X2 = Chi Kuadrat yang dicari O1 = Frekuensi hasil penelitian
E1 = Frekuensi
b. Uji Linieritas Data
Uji linieritas dapat dilihat dari signifikasi dari deviation of linierity untuk X1
terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikasi < 0,05 dapat disimpulkan
bahwa hubungannya bersifat linier.
3. Menguji Hipotesis Penelitian
Teknik yang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah:
a. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi
sederhana.
b. Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda.
a. Analisis Korelasi
1) Analisis Korelasi Sederhana
Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara
variabel X dan variable Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat
hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
terdapat pengaruh yang positif.
2) Analisis Korelasi Ganda
Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu
variabel dependen. Berikut ini merupakan rumus korelasi ganda (Sugiyono, 2011:
233):
RyX1X2 =
Keterangan :
Ryx1x2 : Korelasi antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y
ryx1 : Korelasi Product Moment Y dengan X1
ryx2 : Korelasi Product Moment Y dengan X2
rx1x2 : Korelasi Product Meoment X1 dengan X2
Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien korelasi,
menurut Sugiyono (2011:231) sebagai berikut:
0,80 – 1,000 Sangat kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,40 – 0,599 Sedang
0,20 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
3) Uji Signifikansi
Uji signifikasi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah ((Field, 2000: 46):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
4) Uji Koefisien Determinasi
Mencari derajat hubungan berdasarkan Koefisien Determinasi (KD) dengan
maksud sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi yang dicari r2 = Koefisien Korelasi
b. Analisis Regresi
1) Analisi Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Berikut ini merupakan rumus persamaan umum analisis regresi linier sederhana
(Sugiyono, 2011:261):
̂
̂ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari regresi a = Konstanta, apabila harga X = 0
b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan yang terjadi pada X
X = Harga variabel X
- Uji t
Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen, karena itu maka dilakukan analisis regresi
linier sederhana dengan melakukan uji t. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat
signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Uji t pada regresi ini menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Akdon (2008:144), yaitu:
√
√
Keterangan: t = nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga thitung dengan
ttabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n – 2. Koefisien dikatakan
signifikan atau memiliki arti apabila harga thitung > ttabel.
- Uji Signifikansi
Uji signifikansi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah (Sugiyono, 2011):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
2) Analisis Regresi Ganda
Analisis regresi ganda adalah alat peramalan pengaruh dua variabel bebas atau
lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi
kausal antara dua variabel bebas atau lebih dengan variabel terikat. Analisis regresi
berganda menggunakan rumus:
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
yang dikontrol oleh variabel bebas lainnya, atau secara bersama-sama digunakan
rumus analisis regresi ganda sebagai berikut:
̂
Keterangan:
̂ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari persamaan regresi a = Nilai konstanta
b1 = Nilai koefisien regresi X1
b2 = Nilai koefisien regresi X2
X1 = variabel bebas
X2 = Nilai koefisien regresi X2
E = Prediktor (pengganggu)
- Uji t
Uji t atau uji koefesien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen, karena itu maka dilakukan analisis regresi linier ganda
dengan melakukan uji t. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
dan 2 sisi. Uji t pada regresi ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon
(2008:144), yaitu:
√
Keterangan: t = nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga thitung dengan
ttabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n – 2. Koefisien dikatakan
signifikan atau memiliki arti apabila harga thitung > ttabel.
- Uji Signifikansi
Uji signifikansi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut
signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah (Sugiyono, 2011):
Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
- Uji f
Sedangkan untuk mencari signifikansi pada uji f digunakan rumus fhitung yang
kemudian dibandingkan dengan ftabel. Untuk mencari kesimpulan, jika fhitung ≥ ftabel
maka Ho ditolak, artinya signifikan, sebaliknya jika fhitung ≤ ftabel maka Ho diterima,
artinya tidak signifikan.
4. Alat Bantu
Untuk membantu analisis data, kegiatan penghitungan statistik menggunakan
program SPSS (Statistical Package of Social Science) sehingga dapat diperoleh
perhitungan statistik deskriptif seperti mean, deviasi standar, skor minimum, skor
123
Ai Mintarsih, 2013
Kontribusi Kemampuan Profesional Guru Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kemampuan profesional guru SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang
secara keseluruhan berada pada kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari tiga
dimensi kemampuan profesional guru yang meliputi: perencanaan dan
persiapan, penciptaan suasana kelas, instruksi, dan tanggung jawab
profesional. Semua aspek berada dalam kategori baik kecuali tanggung jawab
profesional berada jauh di bawah aspek yang lain.
2. Motivasi kerja guru SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang secara
keseluruhan berada pada kategori baik. Hal ini berdasarkan terlaksananya
dengan baik dimensi motivasi kerja guru yaitu: motif, harapan, dan insentif.
Semua aspek berada dalam kategori baik.
3. Efektivitas manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kaupaten Sumedang. secara
keseluruhan berada pada kategori baik. Hal ini tercermin dari empat dimensi
efektivitas manajemen kelas yaitu: manajemen kelas preventatif, menangani
perilaku yang tidak semestinya dan mengganggu (disruptif), serta self
manajemen dan caring classroom. Aspek manajemen preventatif serta self
manajemen dan caring classroom berada pada kategori yang hampir sangat
baik. Hanya aspek menangani perilaku yang tidak semestinya dan mengganggu
(disruptif) yang berada jauh di bawah aspek yang lainnya walaupun masih
berada pada kategori baik.
4. Terdapat kontribusi kemampuan profesional guru terhadap efektivitas
manajemen kelas SMPN di Wilayah 1 Kabupaten Sumedang, berdasarkan