• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

PADA SISWA KELAS XI IPA

Oleh

SULISTIANI PUSPITASARI

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 guru dari 10 SMA di Bandar Lampung diketahui bahwa pembelajaran menggunakan LKS telah dilakukan di SMA tersebut. Namun, LKS yang digunakan belum membimbing siswa untuk lebih memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan serta melatih kemandirian belajarnya. Oleh karena itu, dirancang pembelajaran dengan mengembangkan LKS kimia model inkuiri terpimpin.

(2)

Sulistiani Puspitasari

Penelitian pengembangan ini disusun berdasarkan model penelitian

pengembangan Borg and Gall dimodifikasi yang hanya dilakukan sampai revisi draft LKS kedua. Hasil dari penelitian ini adalah (1) LKS kimia model inkuiri terpimpin mempunyai nilai tingkat keterbacaan sebesar 67,6 dengan kriteria baik dan nilai tingkat keterlaksanaan sebesar 70,1 dengan kriteria baik, artinya

sebagian besar siswa mampu menyerap pesan dan melaksanakan LKS dengan baik ; (2) persentase kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa setelah

menggunakan LKS diperoleh persentase 72,15 % siswa yang memperoleh nilai ≥ 68, terjadi peningkatan persentase KKM siswa dari hasil sebelumnya; (3) LKS yang dikembangkan dapat membantu siswa melakukan percobaan, merumuskan kesimpulan dan membuat siswa lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Adapun kelemahannya diperlukan pengelolaan waktu yang efektif dan tepat agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

(3)

PENGEMBANGAN LKS MODELINKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS

XI IPA

Oleh

SULISTIANI PUSPITASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA

KELAS XI IPA

(Skripsi)

Oleh

SULISTIANI PUSPITASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 22

2. Nilai rata-rata angket keterbacaan LKS item pertanyaan 1-5 ... 34

3. Nilai rata-rata angket keterbacaan LKS item pertanyaan 6-10 ... 35

(6)

DAFTAR ISI

B. Model Pembelajaran guide inquiry ... 11

C. Lembar Kerja Siswa ... 13

D. Ketuntasan Belajar ... .. 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Rencana Pelaksanaan Penelitian ... 21

B. Alur Penelitian ... 21

C. Instrumen Penelitian... 27

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Data hasil analisis kebutuhan ... 31

(7)

iv

a. Data hasil uji ahli kesesuaiaan materi... 32

b. Data hasil uji desain... 33

3. Data angket keterbacan LKS guide inquiry ... 34

4. Data angket keterlaksanaan LKS guide inquiry………... 35

5. Data tanggapan guru dab siswa terhadap penggunaan LKS kimia Model guide inquiry ... 36

B. Pembahasan ... 57

1. Tingkat keterbacaan LKS kimia Model guide inquiry ... 39

2. Tingkat keterlaksanaan LKS kimia Model guide inquiry ... 42

3. keunggulan dan kelemahan LKS kimia model guide inquirí ... 43

10. Pedoman wawancara dengan siswa dan guru setelah pembelajaran ... 208

11.Soal postest ... 210

12.Kunci jawaban soal postest ... 222

13.Kisi-kisi soal postest……… ... 229

14.Kisi-kisi instrument uji keterbacaan dan keterlaksanaan LKS ... 239

15.Data hasil angket kesesuaian materi dan kemenarikan LKS ... 231

16.Data hasil angket keterbacaan LKS ... 242

17.Data hasil angket keterlaksanaan LKS ... 244

18.Data hasil ketuntasan belajar ... 250

19.Surat keterangan penelitian ... 253

20.Surat bukti penelitian dari tempat penelitian ... 254

(8)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis Angket Keterbacaan LKS 1 ... 233

2. Analisis Angket Keterbacaan LKS 2 ... 234

3. Analisis Angket Keterbacaan LKS 3 ... 235

4. Analisis Angket Keterbacaan LKS 4 ... 236

5. Analisis Angket Keterbacaan LKS 5 ... 237

6. Hasil Analisis angket keterbacaan LKS ... 238

7. Analisis Angket Keterlaksanaan LKS 1 ... 239

8. Analisis Angket Keterlaksanaan LKS 2 ... 239

9. Analisis Angket Keterlaksanaan LKS 3 ... 239

10.Analisis Angket Keterlaksanaan LKS 4 ... 240

11.Analisis Angket Keterlaksanaan LKS 5 ... 240

(9)

PENGEMBANGAN LKS MODEL INKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA

KELAS XI IPA

(Skripsi)

Oleh

SULISTIANI PUSPITASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(10)

PENGEMBANGAN LKS MODELINKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS

XI IPA

Oleh

SULISTIANI PUSPITASARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(11)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LKS MODELINKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA

Nama Mahasiswa : Sulistiani Puspitasari Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023048

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dr. Dwi Yulianti, M,Pd. NIP 19650717 1990032 001 NIP 196707221992032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(12)
(13)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ...

Sekretaris : Dr. Dwi Yulianti, M,Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(14)

MOTTO

Tuntutlah ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut

kepada ALLAH SWT. Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah,

mengulanginya dianggap membaca tasbih, meneliti itu setara dengan jihad,

mengajarkannya kepada orang yang membutuhkannya dihitung sebagai sedekah,

dan mendiskusikannya kepada para pakar dianggap sebagai bentuk kedekatan

kepada-Nya.

(Muadz bin Jabal. Ra)

Iman Tanpa Ilmu Akan Buta, Ilmu Tanpa Amal Akan Sia-Sia

(Al-Hadits)

Lakukan segala tindakan hanya karena Allah SWT, agar bahagia dunia dan

akhirat

(15)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati

kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Teristimewa untuk Ayahku dan Ibuku tercinta yang telah

membesarkanku, berjuang demi kuliahku dan menantikan keberhasilanku:.

Keponakanku (Fahri dan Rafif) tersayang,

Terima kasih atas keceriaan dan semangat yang telah kalian berikan.

Kakakku (Anton, Endri, Sigit) dan mbakku (Nani, Endang) yang

selalu berdoa dan menantikan keberhasilanku.

Seseorang yang dijanjikan Allah SWT untukku

(Insya Allah) disaat yang tepat, dengan cara yang bersih, untuk berdampingan denganku bersama meraih Surga.

(16)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LKS MODELINKUIRI TERPIMPIN MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN PADA SISWA KELAS XI IPA

Nama Mahasiswa : Sulistiani Puspitasari Nomor Pokok Mahasiswa : 0613023048

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dr. Dwi Yulianti, M,Pd. NIP 19650717 1990032 001 NIP 196707221992032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Senang pada tanggal 29 Januari 1989, anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Ramelan dan Ibu Ayem.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Tanjung Senang yang diselesaikan pada tahun 2000. Tahun 2000 diterima di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2003. Tahun 2003 masuk SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB.

(18)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil „alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat Pencipta

dan Pemelihara alam yang telah memberikan kepada penulis Rahman dan Rohim-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan LKS Model Inkuiri Terpimpin Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa Kelas XI IPA” sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung 2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

dan pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran, dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(19)

5. Bapak Drs. Tasviri, M.S., selaku Pembimbing akademik dan pembahas atas segala masukan dan bimbingan, saran, dan nasehat yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

6. Seluruh Dosen dan staf di Jurusan PMIPA Universitas Lampung.

7. Ibu Dra. Mujiati, MM.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian dan Ibu Nawariyati, S.Pd. selaku guru mitra atas kerjasamanya.

8. Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, keponakan, kakak, dan mbakku untuk segala doa serta dukungan kalian untuk keberhasilanku.

9. Teman-teman angkatan 2006 (Hana, Yani, Dede, Ila, Sitta, Santi, ulai, vina, eva, Nuri, Nur, Diah, Dian, Rini, Desti.A, Desti. Y, Yuni, Bambang, Sabet, Sri, Ade, Rikky, Rohni, Amin, Devi. S, Devi. F, Rina, Ela, Ami, Vivid, Dadi, Romli, Mia, Rafa, Anita, Fitri, Jana, Nina) dan teman-teman kimia 2006 nonreguler, terimakasih buat kebersamaaan dan kekeluargaan selama ini. 10. Segenap anggota keluarga besar Pendidikan Kimia FKIP Unila.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Desember 2010 Penulis

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Psikimotor. Jakarta: Depdiknas.

Anonim. 2008. Panduam Pengembangan. Jakarta: Depdikbud.

Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Universiti Press.

Arikunto, S. 2002. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Jakarta: Bina Aksara. Arsyad, A. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Borg, W.R. and Meredith D. Gall. 2003. Educational Research. Allyn and Bacon. United States of America.

Djamarah, S.B dan Zain, A. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O . 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Maresty, R. 2009. Pengembangan LKS Kimia Berbasis Keterampilan Generik Sains pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 14 Bandar Lampung. (Skripsi). Bandar Lampung: FKIP Unila.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Pandoyo.1983. Lembar Kerja Diktat. Semarang : FMIPA IKIP Semarang. Priyanto dan Harnoko.1997. Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Rahmat, A. 2007. Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran

(Penelitian Berorientasi Peningkatan Kualitas Pembelajaran), Jakarta 25 Agustus 2007: Makalah pelatihan PIPS dan PPKP.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

(21)

34

Sidharta, A. 2005. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP.Bandung: Tesis UPI tidak diterbitkan.

Soehendro, B. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT. Tarsito.

Sukmadinata, N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suyanto, Eko. 2006. Penguasaan Teori dan Praktik Membuat Skenario Pembelajaran Mikro. Makalah Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Fisika. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Suyitno, A. 1997. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Depdiknas. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Tuntutan mendasar yang dialami dunia pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pembelajaran. Setiap lembaga pendidikan berusaha untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan cerdas sehingga menuntut orang-orang didalamnya bekerja secara optimal, penuh rasa tanggung jawab dan berdedikasi tinggi.

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pen-didikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan penpen-didikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami siswa selama

pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana belajar yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan belajar siswa.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan

(23)

2

penjelasan lisan (ceramah), siswa cenderung hanya menirukan apa yang dikatakan guru. Kedua, salah tafsir artinya dengan istilah atau kata yang sama diartikan berbeda oleh siswa. Hal ini terjadi karena biasanya guru hanya menjelaskan secara lisan dengan tanpa menggunakan media pembelajaran yang lain misalnya,

gambar, bagan, model, dan sebagainya. Ketiga, perhatian tidak berpusat hal ini dapat terjadi karena beberapa hal antara lain, gangguan fisik, ada hal lain yang lebih menarik mempengaruhi perhatian siswa, siswa melamun, cara mengajar guru membosankan, cara menyajikan bahan pelajaran tanpa variasi, kurang adanya pengawasan dan bimbingan guru. Keempat, tidak terjadinya pemahaman artinya kurang memiliki kebermaknaan logis dan psikologis. Apa yang diamati atau dilihat, dialami secara terpisah. Tidak terjadi proses berpikir yang logis mulai dari kesadaran hingga timbulnya konsep.

Dalam Proses pembelajaran terdapat keterpaduan yang memerlukan pengaturan dan perencanaan yang seksama sehingga menimbulkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa akan dapat tumbuh dan terpelihara apabila proses mengajar guru dilaksanakan secara bervariasi, antara lain dengan bantuan media pembelajaran seperti lembar kerja siswa (LKS). Pengembangan LKS hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran.

(24)

3

konsep-konsep ilmu pengetahuan saja, namun perlu penggabungan pengalaman melalui serangkaian kegiatan ilmiah sebagai langkah-langkah menuju pemahaman terhadap konsep. Dengan demikian dalam penanaman konsep siswa harus

disajikan dengan menggunakan sistem pembelajaran yang tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

Berdasarkan wawancara dengan 10 guru dari 10 SMA pada materi pokok

kelarutan dan hasil kali kelarutan diperoleh bahwa 50 % guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal, 30 % dengan menggunakan

metode demonstrasi dan 20 % dengan menggunakan metode eksperimen atau praktikum. Dari data tersebut menunjukkan bahwa 50 % siswa SMA belum diajak untuk berfikir menemukan suatu konsep, karena guru menjelaskan dan memberikan latihan soal-soal sehingga siswa hanya mengandalkan informasi dari guru. Sebesar 30 % siswa SMA diajarkan melalui demonstrasi dengan

menggunakan petunjuk demonstrasi, tetapi petunjuk demonstrasi yang digunakan hanya mengarahkan siswa untuk membuktikan konsep. Petunjuk yang digunakan hanya berisi langkah-langkah demonstrasi dan latihan soal sehingga siswa tidak diajak untuk menemukan konsep. Adapun sebagian kecil siswa SMA, yaitu 20 % diajarkan materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dengan metode eksperimen atau praktikum menggunakan LKS ekperimen tetapi LKS yang digunakan hanya berisi langkah-langkah percobaan untuk membuktikan konsep.

(25)

4

kali kelarutan. Kelarutan dan hasil kali kelarutan merupakan materi pembelajaran kimia yang kasat mata dan dapat dibuktikan melalui kegiatan praktikum.

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, agar pembelajaran khususnya materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan berlangsung efektif adalah dengan menggunakan secara optimal laboratorium untuk membimbing siswa menemukan konsep. Oleh sebab itu, dibutuhkan lembar kerja siswa (LKS) yang dapat

membantu guru dalam melakukan kegiatan praktikum yang mampu membimbing siswa menemukan konsep mereka sendiri.

LKS sangat baik dipakai untuk menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam strategi heuristik maupun startegi ekspositorik. Dalam strategi heuristic, LKS dipakai dalam penerapan metode terbimbing, sedangkan strategi ekspositorik, LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. LKS ini sebaiknya dirancang oleh guru sendiri sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran (Suyitno, 1997). Model pembelajaran yang dapat mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut dan mencapai tujuan yang diharapkan adalah model pembelajaran inkuiri terpimpin. Inkuiri terpimpin dapat diartikan sebagai proses yang ditempuh manusia untuk mendapatkan suatu informasi atau

(26)

5

antara bahan ajar dan model yang digunakan. Sejauh ini bahan ajar berupa LKS yang dikembangkan dengan metode inkuiri terpimpin sebagai penunjang

kurikulum tingkat satuan pendidikan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan belum tersedia.

Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka dipandang perlu dilakukan suatu penelitian yang berjudul ”Pengembangan LKS Model Inkuiri Terpimpin Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pada Siswa Kelas XI IPA”.

B. Fokus Pengembangan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka fokus pengembangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah tingkat keterbacaan (angket siswa) dan keterlaksanaan (angket guru) LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan?

2. Apakah terjadi peningkatan presentase ketercapaian kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa setelah penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan?

(27)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mem-buat LKS kimia model inkuiri terpimpin serta mengetahui:

1. Tingkat keterbacaan dan keterlaksanaan LKS kimia model inkuiri terpimpin pada meteri pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

2. Peningkatan presentase kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa setelah penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

3. Tanggapan siswa dan guru terhadap keunggulan dan kelemahan penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menghasilkan media pembelajaran LKS praktikum kimia yang dapat meningkatkan presentase kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa yang bermanfaat bagi:

1. Siswa

(28)

7

2. Guru

Penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin diharapkan dapat menjadi salah satu media alternatif bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran kimia di sekolah, agar proses pembelajaran berlangsung efektif, dan efisien.

3. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap istilah-istilah untuk membatasi rumusan masalah yang akan diteliti. Istilah-istilah yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan yang dimaksud adalah proses mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada meteri pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan berdasarkan model inkuiri terpimpin yang berisi pendahuluan, permasalahan, hipotesis, mengumpulkan data, interprestasi data, dan kesimpulan.

2. Model inkuiri terpimpin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tahapan pembelajaran inquiri terpimpin pada kegiatan pembelajaran di laboratorium yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa dalam melakukan eksperimen.

(29)

8

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan

Pengembangan diartikan sebagai proses atau cara perbuatan mengembangkan (Anonim,1991). Jika dibuat suatu pengertian, maka pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk mengembangkan sesuatu. Pengembangan senantiasa didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.

Menurut Sukmadinata (2009: 164) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungja-wabkan. Pengembangan senantiasa didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.

Menurut Arifin (1995: 23) pengembangan program pengajaran dengan pendekat-an sistem dalam bentuk satupendekat-an pelajarpendekat-an diharapkpendekat-an dapat mendukung perbaikpendekat-an antara lain dalam usaha untuk:

1. Mengubah cara mengajar secara tradisional yang umumnya menekankan

pada “bercerita” dan “mendengarkan” (komunikasi satu arah) menjadi

cara mengajar yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses belajar (belajar aktif).

(31)

Sastrawijaya (Maresty,2009) menyatakan bahwa: pengembangan sistem pembelajaran merupakan proses yang mempelajari masalah pengajaran secara sistem agar memperoleh pemecahan yang teruji kesahihannya serta dapat dilaksanakan secara praktis. Pengembangan berusaha mengubah kondisi dan lingkungan belajar sehingga diperoleh perubahan yang diharapkan.

Menurut Rohani (1997 : 32) dalam memilih dan mengembangkan sumber belajar harus memperhatikan beberapa hal berikut :

1) keekonomisan

2) kepraktisan dan kesederhanaan 3) kemudahan memperoleh 4) fleksibelitas

5) kesesuaian dengan kompetensi yang ingin dicapai

Menurut Slameto (2003 : 117-118), aktivitas pengembangan media meliputi langkah-langkah berikut ini :

1) pemilihan media yang diasumsikan akan dapat membantu guru mencapai tujuan-tujuan instruksional

2) pemikiran tentang kandungan pesannya, serta lambang yang akan dipergunakan untuk menyampaikan pesan tersebut

3) pembuatan/produksi program media 4) mengimplementasikan media 5) tindak lanjut

Prosedur pengembangan yang dilakukan Borg dan Gall (1983) (Tim Puslitjaknov, 2008) mengembangkan pembelajaran mini (mini course) melalui 10 langkah:

1. Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka, pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran, dan merangkum permasalahan 2. Melakukan perencanaan (identifikasi dan definisi keterampilan,

perumusan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement

3. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi. 4. Melakukan uji coba lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 1-3 sekolah

(32)

5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal

6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subyek. Tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran.

7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan utama.

8. Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subyek), data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.

9. Melakukan refisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan

10. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah,

bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan control kualitas.

B. Model Inkuiri Terpimpin

Menurut Arifin (1995,76) Inkuiri merupakan suatu proses dimana terdapat interaksi yang tinggi antara siswa, pengajar, alat/bahan, materi pelajaran dan lingkungannya. Menurut suatu kamus istilah inkuiri didefinisikan sebagai berikut :

Inkuiri adalah suatu proses dimana dalam suatu kegiatan siswa dan guru secara berkelanjutan menjadi seorang penanya, menjadi orang yang selalu ingin mencari, sebab dalam pikirannya terdapat pertanyaan.

Saya ingin tahu apa yang terjadi bila...

Menurut Gulo (Trianto, 2007:137-138) menyatakan bahwa inquiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bemula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

(33)

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain.

Tahapan pengajaran dengan model inkuri (Arifin, 1995) sebagai berikut: Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri

Tahapan Inkuiri Kemampuan yang dituntut 1. Identifikasi masalah a. Perhatian pada suatu obyek 2. Membuat jawaban

sementara atas permasalahan yang dapat diuji (hipotesis)

a. Merumuskan hipotesis yang dapat diteliti

b. Membimbing siswa untuk menguji hipotesis

3. Mengumpulkan data a. Mengumpulkan informasi b. Melakukan eksperimen c. Menyajikan data

4. Interprestasi data a. Membuat pernyataan yang

didukung oleh data yang diperoleh b. Menguji Hipotesis

5. Menarik Kesimpulan a. Mencari pola dan makna hubungan b. Membuat generalisasi

6. Membuat Replikasi a. Mendapat data baru

b. Merivisi kesimpulan terdahulu

Model Inkuiri ini memiliki keunggulan ( Roestiyah, 2008) sebagai berikut: 1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,

memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.

4. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi

yang kuat untuk belajar lebih giat.

6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

(34)

Sund and Trowbridge (Mulyasa, 2007 : 109) mengemukakan ada tiga macam metode inquiri sebagai berikut :

a. Inquiri terpimpin (guide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum berpengalaman, guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam pelaksanaannya sebagian besar perencaan dibuat guru dan peserta didik tidak merumuskan permasalahan.

b. Inquiri bebas (free inquiry), pada metode ini peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki.

c. Inquiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry) pada metode ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

C. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Sumber belajar juga dapat di bedakan berdasarkan cara pengembangannya yaitu learning resources by design dan learning resources by utilization. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) misalnya buku, brosur, ensiklopedi, tape, OHP, slides, film, video, dan CD interaktif sedangkan learning resources by utilization adalah sumber belajar yang dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala macam sumber belajar yang ada di sekaliling kita. Sumber belajar itu tidak dirancang untuk kepentingan tujuan suatu kegiatan belajar, misalnya informasi di surat kabar, internet, pasar, toko, museum, tokoh masyarakat, dan lain-lain.

(35)

dioptimalkan sedemikian rupa agar mengantarkan belajar siswa lebih bermakna dan tidak hanya memberi beban bagi siswa. Menurut Sriyono (1992), LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, LKS menuntut siswa untuk mampu mengemukakan pendapat dan mampu mengambil keputusan. Melalui LKS, siswa dituntut untuk mampu mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran.

i) Tujuan dan Manfaat LKS

Manfaat dan tujuan LKS menurut Prianto dan Harnoko (1997) adalah a). mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar,

b). membantu siswa dalam mengembangkan konsep,

c). melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar,

d) membantu guru dalam menyusun pembelajaran,

e). sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran,

f). membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran,

g). membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Menurut Sudjana (Djamarah dan Zain, 2000), fungsi LKS adalah :

a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

(36)

c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian pengertian yang diberikan guru.

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada

siswa.

f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

ii) Langkah Kerja Menyiapkan LKS

Dalam menyiapkan lembar kerja siswa dapat dilakukan dengan langkah-langkah (Anonim, 2002) sebagai berikut :

1. Analisis kurikulum

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan indikator ketercapaian hasil belajarnya.

2. Menyusun peta kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuen LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.

3. Menentukan judul-judul LKS

(37)

telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Penentuan judul akan menjadi lebih mudah apabila pengalaman belajar siswa diuraikan terlebih dahulu. 4. Penulisan LKS

penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan analisis kurikulum. Langkah-langkah penulisan LKS adalah sebagai berikut : a. Perumusan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai

Rumusan kompetensi dasar pada suatu LKS langsung diturunkan dari buku Pedoman Khusus Pengembangan Silabus.

b. Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilainnya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan demikian guru dapat menilaiannya melalui proses dan hasil kerjanya.

c. Penyusunan materi

(38)

dapat melakukannnya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.

d. Struktur LKS

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut :

 Judul

 Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

 Kompetensi yang akan dicapai

 Informasi pendukung

 Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

iii) Validasi LKS

Validasi LKS yaitu produk pengembangan merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan. Validasi LKS bertujuan untuk mengetahui apakah LKS yang dibuat layak digunakan atau tidak. Kelayakan ini dilihat dari kesesuaian LKS dengan permasalahan dan/atau tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Rahmat (2005) dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran, validasi produk harus mengarah pada dua aspek berikut.

(a) Aspek produk, antara lain kejelasan petunjuk penggunaan, keterbacaan, sistematika materi, kualitas tampilan gambar dan animasi, komposisi warna, kualitas narasi, dan sebagainya.

(b) Aspek instruksional, antara lain kejelasan standar kompetensi yang akan dicapai, kejelasan petunjuk belajar, kemudahan memahami materi, keluasan dan kedalaman materi, ketepatan urutan penyajian, interaktivitas, ketepatan evaluasi, kejelasan umpan balik, dan sebagainya.

Menurut Rahmat (2005) validasi produk dapat dilakukan minimal melalui validasi ahli (expert judgement) dan uji lapangan (field testing).

1) Validasi ahli

(39)

untuk mereviu produk awal sehingga diperoleh masukan untuk perbaikan awal.

2) Uji Lapangan

Uji lapangan merupakan uji penggunaan produk yang dikembangkan terhadap subjek yang menjadi sasaran. Subjek uji lapangan perlu dipaparkan secara jelas. Uji lapangan hendaknya dilakukan secara bertahap seperti berikut:

(a) Uji Lapangan Awal dan Perbaikan (Preliminary Field Testing) Uji lapangan awal dimaksudkan untuk mencobakan dan

memperbaiki produk atas dasar hasil evaluasi kualitatif. Kegiatan ini berfungsi untuk melihat seberapa jauh produk ini telah

digunakan dengan cara yang benar oleh pihak pemakai dalam situasi nyata. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini disertai dengan observasi dari pengembang terhadap proses penggunaan produk oleh pemakai, evaluasinya lebih bersifat evaluasi proses.

(b) Uji Lapangan Utama dan Perbaikan (Main Field Testing)

Uji lapangan utama dimaksudkan untuk mencobakan dan melihat seberapa jauh tujuan-tujuan yang diharapkan melalui penggunaan produk tersebut telah tercapai. Desain eksperimen dengan pre dan posttest biasanya diterapkan dalam langkah ini. Agar data hasil tes membantu pengembang untuk mendeteksi bagian-bagian dari produk yang perlu diperbaiki, analisisnya perlu dilakukan bagian demi bagian/soal demi soal, bukan hanya nilai rata-rata dan simpangan baku.

(c) Uji Lapangan Operasional dan Perbaikan Akhir (Operational Field Testing)

Uji lapangan operasional pada dasarnya sama dengan uji lapangan utama dilihat dari tujuannya. Perbedaannya terletak pada

pelaksanaannya, di mana peran pengembang sangat minim

sehingga penerapan produk tersebut di lapangan hampir diserahkan sepenuhnya kepada pengguna. Sebagai hasil dari kegiatan ini dilakukan perbaikan akhir dari produk tersebut, termasuk perangkatperangkat pendukungnya sehingga produk ini dinilai sudah siap untuk digunakan di lapangan.

iv) Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelebihan dari penggunaan LKS (Pandoyo, 1983) adalah:

a) meningkatkan aktivitas belajar,

b) mendorong siswa mampu bekerja sendiri, dan

c) membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep.

Kekurangan dari penggunaan LKS (Pandoyo, 1983) adalah. a) Bisa disalahgunakan guru.

(40)

guru tidak bertanggungjawab atas proses belajar mengajar yang dipimpinnya.

b) Memerlukan biaya yang belum tentu dianggap murah

D. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar siswa untuk setiap mata pelajaran dirumuskan dalam suatu Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang ditentukan dengan

mempertimbangkan kompleksitas, essensial, intake siswa dan sarana prasarana yang tersedia (Soehendro, 2006). Dalam kurikulum KTSP setiap sekolah diberi wewenang untuk menetapkan batas atau standar ketuntasan belajar minimal di bawah nilai ketuntasan belajar maksimum (100), dengan catatan sekolah harus merencanakan target dalam waktu tertentu untuk mencapai nilai ketuntasan yang ideal. Nilai ketuntasan belajar minimum ditetapkan untuk setiap mata pelajaran oleh forum guru pada awal tahun pelajaran. Sesuai Pedoman Pembuatan Laporan Hasil Belajar Sekolah Menengah Atas (Soehendro, 2006) batas tuntas siswa

dalam mempelajari materi pelajaran adalah “nilai” 75. SKBM, yaitu nilai

minimum yang harus diperoleh peserta didik agar diyatakan tuntas dalam pencapaian indikator Hasil Belajar (HB), Kompetensi Dasar (KD), dan Standar Kompetensi (SK) dari suatu mata pelajaran pelajaran. Perhitungan SKBM mesti dilihat dari hasil perhitungan tiap indikator pada suatu Kompetensi Dasar.

Komponen-komponen yang terkait dalam penentuan SKBM untuk masing-masing indikator tersebut adalah:

1. Urgensi/ essensial

urgensi/ essensial adalah seberapa penting materi harus dikuasai siswa, semakin

(41)

2. Kompleksitas

kompleksitas adalah seberapa sulit materi tersebut dipelajari, hal ini berkaitan

dengan tingkat kesulitan materi, semakin sulit materi tersebut semakin ’rendah’

nilainya,

3. Daya dukung pembelajaran

daya dukung pembelajaran adalah seberapa banyak daya dukung pembelajaran yang digunakan unutk mempelajari materi ajar, semakin lengkap daya dukung

pembelajaran yang dimiliki maka nilainya semakin ’tinggi’,

4. Intake/ kemampuan siswa

intake siswa adalah kemampuan siswa dalam mempelajari materi, semakin

tinggi intake siswa maka nilainya semakin ’tinggi’,

5. Sumber daya guru

guru yang menguasai materi dan metode pembelajaran yang baik memiliki peluang yang tinggi untuk membawa keberhasilan siswa dalam mempelajari materi ajar.

SMA Negeri 1 Natar menggunakan kurikulum KTSP dan telah menentukan presentase ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran kimia pokok bahasan

(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Rencana Pelaksanaan Penelitian

Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk SMA. Sasaran pengembangan adalah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Subjek uji coba terdiri atas ahli bidang isi atau materi, dan uji coba terbatas. Penelitian ini diawali dengan melaksanakan wawancara sebagai analisis kebutuhan terhadap model praktikum, LKS, kemudian merancang praktikum, membuat LKS, dan membuat instrumen-instrumen pendukung, uji ahli materi pada LKS yang dibuat, uji coba terbatas LKS model inkuiri terpimpin, pos-tes, dan pengisisan angket. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi untuk mengevaluasi isi materi pada LKS model inkuiri terpimpin. Uji coba terbatas dilakukan pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Natar untuk mendapatkan

informasi tentang keterbacaan dan keterlaksanaan LKS model inkuiri terpimpin.

B. Alur Penelitian

(43)

Batas Penelitian

Gambar 1. Alur Penelitian Borg and Gall (modifikasi)

Analisis Kebutuhan (Identifikasi masalah)

Penyusunan Draft LKS Kimia model guide

Uji Ahli

Temuan dan Analisis Data Keterbacaan dan Keterlaksanaan LKS, dan data ketuntasan belajar

Revisi Draft LKS Kimia pertama

Uji Coba Terbatas

(Uji coba Draft LKS, angket siswa, postes, pedoman wawancara,)

Produk akhir

Revisi Draft LKS Kimia kedua

Uji Coba Utama

(5-10 sekolah, tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudahproses

pembelajaran)

Revisi Draft LKS ketiga

Uji Coba Operasional

(10-30 sekolah, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner)

Desiminasi dan Implementasi Produk

(melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi produk

(44)

Berdasarkan uraian tersebut model penelitian pengembangan Borg and Gall (2003) hanya dilakukan sampai revisi draft LKS kimia kedua tetapi seharusnya setelah dilakukan revisi draft LKS kedua maka tahap selanjutnya adalah

implementasi (uji coba utama) menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen lalu dilanjutkan dengan tahap diseminasi. Namun, untuk penelitian

pengembangan skala kecil cukup hanya sampai pada revisi draft LKS kedua.

Tahapan penelitian pengembangan yang dilakukan yaitu : 1. Analisis Kebutuhan (Identifikasi masalah)

Analisis kebutuhan dan analisis kurikulum. Analisis kebutuhan yang dimaksud adalah analisis kebutuhan belajar siswa berupa sumber belajar terkait sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Analisis ini dilakukan di beberapa SMA untuk mengidentifikasi bahwa sekolah membutuhkan suatu bahan ajar yang berupa LKS kimia. Analisis ini dilakukan melalui wawancara terhadap guru bidang studi khususnya kimia untuk mengetahui media yang digunakan yang mendukung proses

pembelajaran. Selanjutnya analisis kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mendapatkan analisis materi pelajaran.

2. Penyusunan Draft LKS kimia model inkuiri terpimpin

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan LKS ini sebagai berikut: 1) Penentuan topik dan perumusan tujuan

2) Penulisan materi berdasarkan susunan pengalaman belajar.

(45)

3. Uji Ahli

Melakukan uji ahli yang bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan. Juga untuk mengevaluasi kualitas produk, kemenarikan, dan efektivitas visual siswa atau pembaca. Uji ahli ini dilakukan oleh 1 orang dosen (1 orang dosen diluar pembimbing) dan 1 orang guru kimia SMA Negeri 1 Natar.

Langkah-langkah dalam uji ahli materi adalah sebagai berikut :

1. Menentukan indikator penilaian untuk validitas LKS kimia model inkuiri terpimpin.

2. Membuat instrumen uji ahli yang berupa angket uji kemenarikan dan uji kesesuaian materi LKS.

3. Melaksanakan uji ahli.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.

5. Melakukan perbaikan berdasarkan analisis hasil uji ahli. 6. Mengkonsultasikan hasil perbaikan.

4. Revisi Draft LKS Kimia pertama

Setelah melakukan uji ahli, maka akan mendapat saran-saran perbaikan dari materi dan desain LKS. Berdasarkan masukan-masukan dilakukan

penyempurnaan sehingga dihasilkan Revisi draft kimia pertama. 5. Uji Coba Terbatas

(46)

a. Uji coba draft LKS kimia model inkuiri terpimpin disesuaikan dengan jadwal penyajian materi pokok dan dilaksanakan dalam rentang waktu yang telah ditentukan. Draft kimia diujicobakan pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Natar dengan menggunakan prosedur sebagai

berikut:

1. Melakukan uji keterbacaan dan keterlaksanaan draft menggunakan angket siswa yang telah disusun.

2. Menganalisis hasil uji keterbacaan dan keterlaksanaan untuk mem- peroleh desain draft LKS pembelajaran yang lebih baik.

3. Melakukan perbaikan berdasarkan hasil uji keterbacaan dan keterlaksanaan.

4. Mengkonsultasikan hasil yang telah diperbaiki.

Hasil evaluasi menggunakan angket siswa ini digunakan untuk merevisi draft LKS yang ada yang merupakan produk akhir pengembangan.

b. Pelaksanaan posttes untuk menjaring kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa setelah diterapkannya darft LKS kimia model inkuiri terpimpin. c. Wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap

penggunaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin dalam pembelajaran dilaksanakan kepada guru dan siswa setelah penerapan pembelajaran kimia menggunakan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin. 6. Temuan dan Analisis Data Keterbacaan dan Keterlaksanaan Draft, KKM

Kegiatan dalam tahap analisis data meliputi:

(47)

b. Mengolah data post-tes siswa

Data yang diolah yaitu data yang diperoleh pada tahap post-tes yaitu data kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa terhadap pokok bahasa kelarutan dan hasilkali kelarutan setelah pembelajaran menggunakan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ditetapkan.

7. Revisi Draft LKS Kimia kedua

Berdasarkan dari hasil analisis data keterbacaan dan keterlaksanaan draft, dan dari proses wawancara untuk menjaring data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin, maka akan mendapat saran-saran perbaikan dari materi dan desain draft LKS.

Berdasarkan masukan-masukan tersebut dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan Revisi Draft LKS Kimia Kedua.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2002). Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun 5 jenis instrumen sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara dan angket terhadap guru dan siswa untuk mengidentifikasi kebutuhan LKS.

(48)

3. Instrumen uji keterbacaan dan keterlaksanaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin, berupa angket uji keterbacaan pada siswa, dan angket uji

keterlaksanaan pada guru.

4. Soal post-tes untuk menjaring kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa sesudah penerapan LKS kimia model inkuiri terpimpin.

5. Pedoman wawancara terhadap guru dan siswa untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan pembelajaran menggunakan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin.

D. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 1. Data Kualitatif

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan pembelajaran adalah

a. Teknik angket dilakukan untuk mendapatkan data kualitatif mengenai: 1.Aspek keterbacaan LKS yang diisi oleh siswa.

2.Aspek keterlaksanaan LKS yang diisi oleh guru. 2. Data Kuantitatif

(49)

E. Metode Analisis Data

Setelah melakukan uji ahli, dan uji coba terbatas, sehingga data penelitian di-dapatkan, dan selanjutnya dilakukan analisis data untuk mengetahui tingkat kesesuaian, keterbacaan dan keterlaksanaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin, presentase kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa pada materi pokok kelarutan dan hasilkali kelarutan

1. Data Kualitatif

a. Analisis angket uji keterbacaan (angket siswa) dan keterlaksanaan (angket guru) draft LKS model inkuiri terpimpin

i. Menghitung skor jawaban tiap item soal angket pada tiap draft LKS model inkuiri terpimpin dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

100

ii. Menghitung rata-rata skor jawaban tiap item soal angket untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan tingkat keterlaksanaan terhadap draft LKS kimia model inkuiri terpimpin dengan rumus sebagai berikut:

(50)

iii. Menafsirkan data, skor jawaban angket keterbacaan dan keterlaksanaan yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert 1-4. Skor perolehan setiap item diubah dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Skala Likert 1- 4

Kegiatan dalam tahap analisis data kuantitatif meliputi:

Mengolah data post-tes siswa yaitu data tentang kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa terhadap pokok bahasan kelarutan dan hasilkali kelarutan setelah pembelajaran menggunakan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang ditetapkan maka pengolahan data dilakukan dengan cara menggunakan rumus yang dijelaskan dalam Sudjana (2002) sebagai berikut :

Persentase tercapainya standar ketuntasan dapat dihitung menggunakan rumus:

% = Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 68

Sk = Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 68

(51)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data hasil analisis kebutuhan

Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di peroleh informasi sebagai berikut banyak guru yang hanya memiliki 2 buku pegangan saja, dan kebanyakan siswa tidak memiliki buku pegangan dikarenakan harga buku yang mahal, tapi semua siswa memiliki lembar kerja siswa (LKS), dan tidak ada media lain selain buku dan LKS.

(52)

2. Data hasil uji ahli

a. Data hasil uji kesesuaian materi pada draft LKS kimia

Uji ahli materi dilakukan oleh seorang dosen Pendidikan Kimia Universitas Lampung, yaitu Emmawaty Sofya, S.Si. M.

Berdasarkan hasil uji kesesuaian materi terdapat beberapa hal yang direkomendasikan untuk diperbaiki, seperti penyajian ke pembelajaran inkuiri terpimpin, kejelasan bahasa yang digunakan. catatan lebih lengkap mengenai rekomendasi perbaikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Data Rekomendasi Perbaikan dari Uji Kesesuaian Materi

No Aspek Penilaian Rekomendasi Perbaikan Hasil Perbaikan 1. Kejelasan bahasa

yang digunakan untuk konsep dalam menggambarkan contoh konkret (yang dapat dijumpai oleh peserta didik) sampai yang lugas dan mudah dimengerti siswa

2. Pengarahan metode dan pendekatan

(53)

b. Data hasil uji kemenarikan draft LKS kimia

Selain uji ahli materi peneliti melakukan uji kemenarikan yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian desain LKS model inkuiri terpimpin dengan materi

pembelajaran, kemenarikan desain sebagai sarana belajar dan relevansinya terhadap sasaran belajar. Untuk uji desain dilakukan oleh seorang guru kimia SMA Negri 1 Natar yaitu, Nawariyati, S.Pd.

Berdasarkan hasil uji kesesuaian materi terdapat beberapa hal yang direkomendasikan untuk diperbaiki, seperti penyajian ke pembelajaran guide inquiry, kejelasan bahasa yng digunakan. catatan lebih lengkap mengenai rekomendasi perbaikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Rekomendasi Perbaikan dari Uji Kemenarikan LKS

No Aspek Penilaian Rekomendasi Perbaikan Hasil Perbaikan 1.

Apakah gambar yang tersaji menarik?

Gambar yang tersaji yang bukan untuk keperluan

Gambar yang tidak perlu baiknya dihapus

Gambar yang bukan untuk konsep atau tidak perlu telah dihapus.

Angket uji ahli desain terdiri dari 10 item pertanyaan yang meliputi jenis huruf (font), ukuran huruf, warna huruf, spasi, tata letak gambar dan komponen, daya tarik LKS model inkuiri terpimpin.

(54)

elektronik ini terdapat pada lampiran 2. semua saran perbaikan yang diberikan oleh penguji kesesuaian materi sudah diwujudkan pada draft LKS 2.

3. Data tingkat keterbacaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin

Data tingkat keterbacaan draft LKS kimia memberikan informasi tentang kemampuan siswa dalam membaca atau menyerap isi atau pesan yang terkandung dalam draft LKS kimia serta melaksanakan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin.

Hasil dari uji keterbacaan siswa pada Draft LKS Kimia model inkuiri terpimpin dapat dilihat pada grafik berikut:

81,9

Gambar 2. Nilai rata-rata angket keterbacaan dari draft LKS kimia model inkuiri terpimpin untuk item pertanyaan 1-5

Keterangan:

1. Keterbacaan tulisan dalam draft LKS 2. Kemenarikan tulisan dalam draft LKS

3. Kemenarikan draft LKS tanpa kombinasi warna tulisan 4. Kejelasan bahasa yang digunakan dalam draft LKS 5. Kemenarikan draft LKS tanpa adanya gambar pendukung

Kriteria:

(55)

75 78,1 78,6 76,8 78,2

Gambar 3. Nilai rata-rata angket keterbacaan dari draft LKS kimia model inkuiri terpimpin untuk item pertanyaan 6-10

Keterangan:

6. Kejelasan petunjuk penggunaan dalam draft LKS 7. Kemudahan dalam pengoperasian LKS

8. Kemenarikan urutan penyajian materi dalam draft LKS

9. Kemenarikan draft LKS ini untuk diskusi antar anggota kelompok 10.Kemenarikan draft LKS ini untuk digunakan sebagai sumber belajar

4. Data angket keterlaksanaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin

Analisis angket keterlaksanaan LKS bertujuan untuk mengevaluasi keterlaksanaan mengenai kelengkapan materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi dalam proses pembelajaran, dapat dilihat pada tabel berikut:

Kriteria:

(56)

Gambar 4. Rata-rata nilai angket keterlaksanaan LKS inkuiri terpimpin Keterangan:

1. Tujuan pembelajaran khusus 2. Materi pokok

3. Pendahuluan

4. Permasalahan dan Hipotesis 5. Mengumpulkan Data

6. Interpretasi data 7. Kesimpulan 8. Evaluasi

4. Data tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan draft LKS kimia model inkuiri terpimpin

Untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan draft kimia model inkuiri terpimpin ini dilakukan wawancara. Dari hasil wawancara dengan guru mengenai penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin diperoleh informasi bahwa LKS tersebut membuat siswa sangat antusias dalam belajar, terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran, dan aktif melakukan percobaan untuk menemukan

kesimpulan. Dari hasil wawancara dengan siswa mengenai penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin diperoleh informasi bahwa LKS tersebut membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kriteria:

Nilai 0 – 25 : kurang baik Nilai 26-50 : cukup baik Nilai 51-75 : baik Nilai 76-100 : sangat baik

(57)

B. Pembahasan

Dalam pengembangan draft kimia model inkuiri terpimpin ini disusun berdasarkan model penelitian pengembangan Borg and Gall (2003), yang hanya dilakukan sampai revisi draft LKS kimia kedua. Seharusnya setelah dilakukan revisi draft LKS kedua maka tahap selanjutnya adalah implementasi (uji coba utama) menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen lalu dilanjutkan dengan tahap diseminasi. Namun, untuk penelitian pengembangan skala kecil seperti yang dilakukan cukup hanya sampai pada revisi draft LKS kimia kedua.

Dalam penelitian pengembangan ini dilakukan 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Pada tahap persiapan dilakukan analisis akademis dan non akademis. Selanjutnya, menentukan topik yaitu materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan, kemudian menentukan kompetensi dasar yang dapat diukur dan diamati sebagai hasil belajar. Selanjutnya merancang model praktikum, menyusun LKS model inkuiri terpimpin, membuat instrumen penelitian dan melakukan uji ahli. Uji ahli pada LKS kimia model inkuiri terpimpin yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian materi, kebenaran materi, sistematika materi, dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi seperti contoh-contoh dan fenomena serta pengembangan soal-soal latihan serta mengevaluasi kualitas LKS yang telah dibuat

(58)

Berdasarkan hasil uji kesesuaian materi diperoleh skor akhir pengujian yaitu sebesar 68, dan memperoleh kriteria baik. Hasil uji kemenarikan diperoleh skor akhir

pengujian yaitu sebesar 67,5 dan memperoleh kriteria baik. Menurut Suyanto (2009), jika uji ahli desain dan materi dikatakan baik, maka uji ahli desain dan materi

dikatakan lulus tetapi harus ada perbaikan desain dan materi dengan mempertimbangkan saran yang diberikan oleh penguji.

Berdasarkan evaluasi angket dan saran yang ada, LKS direvisi sesuai saran dan masukan yang diberikan oleh ahli. Setelah LKS direvisi, lalu dilakukan uji coba LKS kimia model inkuiri terpimpin pada anak kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 1 Natar, dan pelaksanaan posttest pada kelas tersebut. Berdasarkan uji coba LKS kimia model inkuiri terpimpin diperoleh data mengenai keterbacaan dan keterlaksanaan LKS, peningkatan presentase ketuntasan belajar siswa, tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan LKS kimia model inkuiri terpimpin serta keunggulan dan kelemahan LKS yang dikembangkan.

Hasil yang diperoleh pada post test mengacu pada KKM sekolah (SMAN 1 Natar) untuk pelajaran kimia kelas XI semester 1 materi pokok kelarutan dan hasil kelarutan yaitu 100% siswa mendapatkan nilai 68.

Dari hasil rata-rata post test diperoleh nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah 57 serta ada 72,15% siswa yang memperoleh nilai ≥ 68, sedangkan pada tahun pelajaran 2008/2009 hanya 54 % siswa yang mendapatkan nilai ≥ 68, dan yang mendapatkan

(59)

Angket Keterbacaan Siswa

Keterbacaan tulisan yang disajikan dalam LKS dimaksudkan untuk mengetahui mudah atau tidaknya siswa dalam membaca dengan jelas, bentuk dan ukuran huruf yang disajikan dalam LKS kimia model inkuiri terpimpin. Ukuran huruf yang digunakan dalam LKS menggunakan ukuran huruf 12 poin. Berdasarkan ukuran tulisan yang digunakan diperoleh nilai rata-rata dari kelima LKS yaitu sebesar 81,9 yang berkriteria sangat baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (2007:86) bahwa pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan dan lingkungannya, ukuran huruf biasanya dinyatakan dalam poin per inci, ukuran huruf yang baik untuk teks adalah 12 poin. Faktor ukuran huruf ini relatif bagi setiap orang, namun untuk mata normal ukuran huruf yang disajikan terbukti sudah cukup terbaca, berarti ukuran tulisan yang ada di LKS sudah baik dan tidak perlu diubah.

Kemudian ditinjau dari kemenarikan tulisan dalam LKS diperoleh nilai rata-rata dari kelima LKS yaitu sebesar 50,5 yang berarti cukup baik. Dengan demikian satu jenis huruf yaitu times new roman yang digunakan pada LKS kimia model inkuiri

terpimpin ini perlu direvisi, yaitu dengan menambahkan lebih dari satu jenis huruf yang digunakan.

(60)

informasi-informasi penting, misalnya kata kunci dapat diberi tekanan dengan cetakan warna merah.

Ditinjau dari kejelasan bahasa yang digunakan dalam memahami bahasa yang digunakan dalam kelima LKS diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,0 yang berarti sangat baik. Pemilihan kata dan penyusunan kalimat sangat penting dalam suatu media pembelajaran berbasis cetakan termasuk LKS, hal ini sesuai dengan pernyataan

Arsyad (2007:87) yaitu ”susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah

diperoleh”.

Kemenarikan LKS tanpa adanya gambar pendukung dimaksudkan untuk mengetahui apakah tanpa adanya gambar pada kelima LKS kimia model inkuiri terpimpin sudah menarik. Pada item tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 42,8 yang berarti kurang menarik. Dengan demikian perlu dilakukan revisi pada LKS dengan menambahkan gambar pada LKS model inkuiri terpimpin. Menurut Suleiman (1988 : 27) gambar merupakan alat visual yang penting, dan mudah didapat. Dikatakan penting karena adanya gambar pada kelima LKS kimia model inkuiri terpimpin sangat diperlukan untuk menarik perhatian siswa, dan membantu siswa memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Kejelasan petunjuk penggunaan dalam LKS dimaksudkan untuk mengetahui bahwa petunjuk penggunaan yang disajikan dalam kelima LKS kimia model inkuiri

(61)

Pada item kemudahan dalam pengoperasian LKS ini untuk digunakan sebagai sumber belajar diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,1 yang berarti sangat baik. Hal

menunjukkan bahwa LKS ini sangat mudah untuk digunakan sebagai sumber belajar yang baru buat siswa.

Kemenarikan urutan penyajian materi dalam LKS dimaksudkan untuk mengetahui bahwa urutan penyajian dalam kelima LKS kimia model inkuiri terpimpin mampu menarik minat siswa untuk mempelajari materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada item tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,6 yang berarti sangat menarik. Hal ini menunjukkan bahwa urutan penyajian materi yang disajikan menarik.

Kemenarikan materi untuk dipelajari dimaksudkan untuk mengetahui bahwa siswa semakin tertarik untuk mempelajari materi kelartutan dan hasil kali kelarutan yang disajikan dalam dalam kelima LKS kimia model inkuiri terpimpin. Pada item tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 79 yang berarti sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa materi sangat menarik untuk dipelajari, karena pada kelima LKS kimia model inkuiri terpimpin mengarahkan siswa untuk melakukan praktikum, sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

(62)

Berdasarkan uraian diatas, secara keseluruhan diperoleh nilai sebesar 67,6 yang dapat dikatakan bahwa LKS kimia model model inkuiri terpimpin yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam penelitian ini memiliki tingkat keterbacaan yang baik.

Angket keterlaksanaanGuru

Menurut Arsyad (2007:15) menyatakan dalam suatu proses belajar belajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Tersedianya media pembelajaran merupakan hal yang harus

diupayakan agar inkuiri terpimpin berlangsung kontruktivistik. Salah satu kegiatan awal dalam meningkatkan pembelajaran adalah merancang bahan ajar yang mengacu pada suatu model pengembangan agar memudahkan belajar (Degeng, 1989).

Oleh karena itu, dikembangkan LKS model inkuiri terpimpin yang di dalamnya terdapat tahap-tahap pembelajaran inkuiri terpimpin. Dengan demikian, adanya LKS tersebut dapat membantu kelancaran berlangsungnya proses pembelajaran yang kontruktivistik sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(63)

terdiri dari 2 komponen diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,8 yang berarti baik. Pada aspek kesimpulan yang terdiri dari 2 komponen diperoleh nilai sebesar 50 yang berarti cukup baik dan aspek evaluasi yang terdiri dari 2 komponen diperoleh nilai sebesar 62,5 yang berarti baik.

Berdasarkan uraian diatas, secara keseluruhan diperoleh nilai 67,3 yang dapat

dikatakan bahwa LKS kimia model model inkuiri terpimpin yang dikembangkan dan dilaksanakan dalam penelitian ini memiliki tingkat keterlaksanaan yang baik.

Keunggulan dan kelemahan LKS kimia model inkuiri terpimpin

Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru didapatkan keunggulan LKS yang dikembangkan yaitu:

1. Siswa dapat terlibat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mempelajari konsep-konsep dengan cara diskusi dan melalui percobaan. 2. Siswa lebih mudah melakukan percobaan karena LKS tersusun secara

sistematis, sehingga siswa dapat belajar mandiri.

3. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun mengikuti pembelajaran inkuiri

terpimpin mampu memotivasi dan membantu siswa merumuskan kesimpulan dari suatu konsep pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Dari hasil wawancara dengan siswa dan guru didapatkan kelemahan LKS yang dikembangkan yaitu:

(64)

percobaannya diperlukan neraca digital yang disekolah-sekolah masih jarang keberadaannaya

2. Menurut siswa, di dalam LKS terdapat pertanyaan yang bisa dijawab hanya setelah melakukan percobaan saja. Namun, pada LKS seperti yang

dikembangkan mengikuti pembelajaran inkuiri terpimpin maksud dari pertanyaan tersebut adalah agar siswa dapat berlatih untuk membuat kesimpulan-kesimpulan atas hasil kegiatan percobaan yang dilakukannya.

(65)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diambil simpulan sebagai berikut: 1. LKS kimia model inkuiri terpimpin mempunyai nilai tingkat keterbacaan

sebesar 67,6 dengan kriteria baik dan nilai tingkat keterlaksanaan 70,1 dengan kriteria baik, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS kimia yang telah diterapkan dan mampu melaksanakan pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan dengan baik.

2. Presentase kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa setelah menggunakan LKS kimia model inkuiri terpimpin lebih tinggi dari presentase KKM siswa tahun lalu yang tidak menggunakan LKS tersebut. Dimana persentase KKM siswa setelah menggunakan LKS kimia model inkuiri terpimpin diperoleh persentase 72,15 % siswa yang memperoleh nilai ≥ 68, sedangkan persentase

KKM siswa tahun lalu hanya 54 % siswa yang mendapatkan nilai ≥ 68.

(66)

79 kelemahannya yaitu penggunaan LKS yang telah dikembangkan memerlukan pengelolaan waktu yang efektif dan tepat sehingga pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik.

B. Saran

1. Bagi guru bidang studi kimia yang tertarik untuk menggunakan LKS kimia model inkuiri terpimpin pada proses pembelajaran dan calon peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan LKS inkuiri terpimpin sebaiknya lebih memvariasikan warna tulisan, dan variasi jenis huruf.

2. Pada proses pembelajaran menggunakan LKS ini sebaiknya mengelola alokasi waktu, karena proses pembelajaran menggunakan LKS ini membutuhkan waktu yang efisien pada tahap percobaannya.

3. Produk penelitian dan pengembangan berupa bahan ajar ini perlu dilakukan ujicoba lapangan utama dan uji coba operasional terhadap subjek siswa SMA kelas XI yang lebih besar, selanjutnya dilakukan tahap diseminasi dan

Gambar

Tabel 1. Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Gambar 1.  Alur Penelitian Borg and Gall (modifikasi)
Tabel 2. Skala Likert 1- 4
Tabel 3. Data Rekomendasi Perbaikan dari Uji Kesesuaian Materi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari

(1) Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah dan Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam

High Gain Active Microstrip Antena for 60-GHz.

“Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi, Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi, Kepercayaan Atas Sistem Informasi Akuntansi, dan Kesesuaian Tugas pada Kinerja

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat diketahui bahwa dalam melakukan pengendalian atas biaya overheadnya, PT ”X” belum menggunakan standar

keranjang menjadi hidangan wajib yang harus ada saat sembahyang tahun baru Imlek... Dalam persembahyangan itu kue keranjang disajikan

Biaya Peralatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak : Pompa Air (Metode Garis Lurus)... Jumlah Biaya Penyusutan Alat Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Padang Bolak

2) Belanja modal perusahaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap instrumen hutang jangka panjang.. 3) Perubahan modal berjalan perusahaan mempunyai pengaruh yang negatif