• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN, STATUS GIZI TERHADAP TINGKAT PRESTASI AKADEMIK SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI DI SMA N 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN, STATUS GIZI TERHADAP TINGKAT PRESTASI AKADEMIK SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI DI SMA N 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION OF ENERGY AND PROTEIN INTAKE, NUTRITIONAL STATE ON THE LEARNING ACHIEVEMENT ACCELERATION AND NON ACCELARATION CLASS IN SENIOR

HIGH SCHOOL 2 BANDAR LAMPUNG PERIOD 2011/2012

By

EDY TIMANTA TARIGAN

The balance food intake and nutrient requirement, especially energy and protein greatly affect the growth, development, intelligence, health, and child activity. The purpose of this research was to determine the correlation of energy and

protein , nutritional state with learning achievement acceleration and non acceleration class Senior High School 2 Bandar Lampung Period 2011/2012.

This research has been done by using observasional method with cross sectional

approach. The population in this research off all students grades XII natural science acceleration and non acceleration class, , that amounts to 227 students. The number of samples that used as many as 36 students with the sampling

(3)

non acceleration class. The data was analysed by univariate, bivariate,

multivariate.

Results of the research showed that from 18 samples acceleration class contained 1 (5,6%) students who had less energy and protein intake, 17

(94,4%) students with adequate energy and protein intake, 6 (33.37%) students who had not good nutritional state, 12 (66,63%) students with good nutritional

state, in non acceleration class 3 (16,7%) students who had less energy and protein intake, 15 (83,3%) students with adequate energy and protein intake, 5 (27,78%) students had not good nutritional state, 13 (72,22)students with good

nutritional state.

The Bivariate analysis showed that there was a significant relationship between energy and protein intake with learning achievement (p=0,043) in non

acceleration class. There wasn’ta significant relationship between nutritional state

with learning achievement (p=1,000).In an acceleration class can’t identify with statistic test

The Multivariate Can,t identify in acceleration class. The Multivariate

analysis showed that there was a significant effect between nutritional state, energy intake and protein intake on the learning achievement of acceleration

class.. Variabel Nutritional State was a significant effect on the learning achievement.

(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, ASUPAN PROTEIN, STATUS GIZI TERHADAP TINGKAT PRESTASI AKADEMIK SISWA AKSELERASI DAN NON AKSELERASI DI SMA N 2 BANDAR

LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh

EDY TIMANTA TARIGAN

Keseimbangan asupan makanan dengan status gizi khususnya energi dan protein sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan,

aktivitas anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asupan energi, asupan protein, dan status gizi terhadap prestasi belajar siswa akselerasi dan non

akselerasi di SMA N 2 Bandar Lampung T.A 2011/2012..

Penelitian ini dilakukan dengan metodeobservasionaldengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA

akselerasi dan non akselerasi yang berjumlah 227 orang. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 36 siswa dengan teknik pengambilan sampel secaratotal samplinguntuk siswa akselerasi danjudgemental samplinguntuk siswa non

(5)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 sampel penelitian kelas akselerasi

terdapat 1 (5,6%) siswa yang memiliki asupan energi dan protein kurang, 17 (94,4%) siswa dengan asupan energi dan protein, 6 (33,37%) siswa yang memiliki

status gizi tidak normal, 12 (66,67%) siswa dengan status gizi normal, pada kelas non akselerasi,3 (16,7%) siswa yang memiliki asupan energi dan protein

kurang,15 (83,3%) siswa memiliki asupan energi dan protein cukup, 5 (27,78%)

siswa dengan status gizi tidak normal,13 (72,22%) siswa yang memiliki status gizi normal.

Analisis Bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara asupan

energi dan asupan protein dengan prestasi belajar (p=0,043) pada kelas non akselerasi sedangkan pada status gizi tidak ada hubungan dengan prestasi belajar

(p=1,000). Pada kelas akselerasi tidak dapat diuji secara statistik hubungan asupan energi, asupan protein, status gizi dengan prestasi belajar.

Analisi Multivariat tidak dapat diuji pada kelas akselarasi sedangkan pada kelas non akselerasi variabel status gizi merupakan faktor yang paling kuat

hubungannya dengan prestasi belajar siswa non akselerasi, hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang lebih besar dibandingkan dengan koefisien variabel asupan protein dan asupan energi

(6)
(7)
(8)
(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gunung Sayang Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi,

Sumatera Utara pada tanggal 26 November 1989, sebagai anak terakhir dari lima bersaudara, pasangan Bapak R. Tarigan dan Ibu N br. Sinulingga.

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 030317 Gunung Sayang diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) diselesaikan di SLTPN 1

Tigalingga pada tahun 2004, dan dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Methodist Binjai pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis sempat berkuliah di FMIPA USU jurusan D3 Ilmu Komputer selama setahun.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(10)

MOTtO

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

(Amsal 1 : 7)

Work with no strings attached,do not expect rewards

Be willing to taste unpleasant, notice the small things

And do not pooh-pooh a bit be prepared to face any difficulties

Great difficulty, came from thing small. Like all things great, everything start small

Face all difficulties with a calm spirit

Matter how small the job should be done with full attention,

Because the things that little can lead to things that are great.

He is wise not to pursue a big thing, but he still is a great success

.

-Tidak ada yang tidak bisa dilakukan, kalau suatu hal orang lain hanya belajar sekali sudah bisa melakukannya kita pun bisa walau harus mencobanya 100 kali, dan kalau orang lain belajar 10 kali baru bisa belajarlah kita walau harus 1000 kali, pasti berhasil. Masalahnya adalah

(11)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan sebuah karya kecilku ini kepada...

Bapaku yang disurga, Bapak, Mamak, Bang Ruben, Kak Lisda, Kak

Dombat, Bang Ngajar, Kak Marta, Bang Lamhot, Kak yanti dan

Keponakanku Dio, Sasesu, Angel, Farel, Sindy, Amel yang selalu

mendukung, memberikan semangat dan senantiasa mendoakan

untuk kelancaran dan keberhasilanku.. Kalian adalah motivasi

terbesar yang membuat hidupku berarti, serta almamaterku tercinta

(12)

xii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan

anugerah-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Hubungan asupan energi, asupan protein, status gizi dengan

tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi di SMA N 2 Bandar

Lampung tahun ajaran 2011/2012”ini disusun sebagai salah satu persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto,M.Si selaku Rektor Universitas Lampung. 2. Dr. Sutyarso, M. Biomed, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

3. dr. Reni Zuraida, M.Si, sebagai Pembimbing I, atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bimbingan, bantuan, ide, saran, kritikan, serta

(13)

xiii

4. dr. Nurul Islamy, M. Kes, sebagai Pembimbing II, atas kesediaan dan

kesabarannya meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan saran, masukan, dan kritikan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

5. dr. Azelia Nusa Dewiarti, M. PH, selaku Pembahas, atas kesediaan

meluangkan waktu dan memberikan saran dan kritikan yang membangun serta bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, atas segala ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek, motivasi serta saran dan nasihat yang

telah diberikan selama penulis menempuh pendidikannya.

7. Staf Tata Usaha di Fakultas Kedokteran atas bantuannya sehingga memberikan kemudahan kepada penulis.

8. Kepala Sekolah, para guru, serta adik-adik kelas XII IPA akselerasi dan non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung, tempat penelitian dilaksanakan. 9. Bapak dan Mamak tersayang, terima kasih untuk kesabarannya selama ini,

untuk setiap doa, perhatian, motivasi, dukungan, kiriman paket istimewa, dan terlebih kepercayaan kalau penulis bisa menyelesaikan ini.

10. Abang dan kakak-kakaku tersayang, Bang Ruben,Kak Lisda, Kak Dombat, Bang Ngajar, Kak Marta, Bang Lamhot, Kak Yanti terima kasih buat setiap doa, motivasi, semangat, dukungan, sms motivasi yang selalu menguatkanku

disaat jenuh dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Keponakan-keponakanku tercinta, Dio,Sasesu,Angel,Farel,Sindy,Amel yang

(14)

xiv

12. Bapak Bp Melvin Tarigan dan mamak, serta adik-adikku

Melvin,chris,Ade,Bayu,dan Eba terima kasih sudah menjadi bagian dalam perjalanan kuliahku dan selalu memotivasiku dalam menjalani perkuliahan

dengan baik.

13. Terima kasih kepada kak Yeni Marlina Nababan yang dengan sabar

mengajariku skripsi ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,

semoga suatu saat kita akan menjadi dokter yang profesional.

14. Permako Medis keluarga kecilku, wadahku bertumbuh mengenalNya. Terima

kasih atas doa-doa, motivasi dukungan, 2 tahun menjadi pengurus membuatku lebih mengerti tujuan menjadi dokter yang takut akan Tuhan.

15. Guru-guru sekolah minggu yang gokil-gokil dan rada gila, terima kasih atas

keceriaan yang selalu mewarnai aktivitasku sehari-hari, terima kasih buat setiap doa dan motivasi, Norman,Ina,Yeni, Bg Alpan, Hans, Hema, Misi,Cici, sikembar Eta dan Eti yang super gila dan rada gag nyambung, kak sona

emaknya guru sekolah minggu, si suara merdu Kak Mey dan Marsel, Kak Desy, Una, Arda, Eko, Kak Nelly, Kak Lisa, Ricky, Rani, Neas, dan

semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Permata GBKP Bandar Lampung yang selalu membawa keceriaan dimanapun berada, terima kasih buat doa, sms motivasi, dan kejutan ulang tahun yang

tidak bisa dilupain.

17. Terima kasih kepada teman-teman sekostan ”Abang Adek”, walaupun sepi

(15)

xv

18. Sahabat-sahabat terbaikku, Eky, John, Rara, Mutia, Mayang, Pahala, Sandri,

Fauziah, Danisa, Arum, Ricky, Nicky terima kasih atas motivasi kalian, betapa beruntungnya saya memiliki sahabat yang lucu-lucu seperti kalian.

19. Teman-temanku FK 08 yang selalu mendorongku dan memotivasi untuk belajar Ayu Maha Putri, Suheil, Elfi, Linda, Lina,Idhar, Okta,

Ama,Mega,Karin, Gali, Shinta, Tomi, Indah, Heru, dan teman-teman lainnya

yang selalu bersama dalam suka duka kuliah FK 08.

20. Terima kasih teman–temanFacebook, twitter, Blackberry Massangeryang

selalu mendukung melalui komentar-komentar yang diberikan, sukses selalu walau didunia maya.

21. Teman-teman galau skripsi Bang Adi, Bang Roy, Kak Juli, terima kasih buat

dukungan dan motivasi serta doa yang diberikan.

22. Markas penulis selama 3 tahun, kamar no 2 Wisma Abang Adek.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi yang membacanya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi dan

menyertai kita semua.

Bandar Lampung, 27 Januari 2012

Penulis

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia telah lama diakui

keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan didunia menyadarai bahwa arti makanan lebih luas dari sekedar untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja. Kecukupan gizi dan pangan

merupakan salah satu faktor terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, hal mana merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Dalam hal ini gizi ternyata sangat berpengaruh

terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dilakukan dengan baik, semua

aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosio-budaya, dan pengaruh konsumsi makanan terhadap status gizi (Almatsier, 2003).

Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan

makanan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi

(23)

2

memerlukan lebih banyak asupan makanan sesuai untuk menunjang prestasi

mereka dibangku sekolah (Suhardjo, 2003).

Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan semua zat

gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu terhadap yang lain. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan

tubuh, baik dari sudut kualitas maupun kuantitas, maka tubuh akan

mendapatkan kondisi kesehatan gizi yang sebaik–baiknya (Sediaoetama, 1996).

Keadaan gizi juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam mengikuti

pelajaran di sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Penelitian kaitan indeks prestasi dengan status gizi anak : studi kasus anak di Kabupaten Nabire oleh Wilma (2006) menemukan bahwa semakin rendah status gizi

siswa semakin rendah pula nilai prestasi mereka. Penelitian Huwae (2005) menyatakan terdapat hubungan yang erat antara status gizi dengan prestasi

belajar siswa sekolah dasar yaitu semakin tinggi status gizi siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar mereka

Kekurangan gizi berakibat meningkatnya angka kesakitan dan menurunnya

produktivitas kerja manusia. Hal ini berarti akan menambah beban pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan, kekurangan gizi

berakibat menurunnya kualitas kecerdasan manusia muda yang pandai yang

(24)

3

produktivitas kerja manusia. Gizi kurang pada anak di usia muda membawa

dampak anak mudah menderita kelainan mental, sukar berkonsentrasi, dan prestasi belajar menjadi rendah. Berbagai penelitian telah membuktikan

bahwa gizi buruk dapat menyebabkan pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu disamping itu gizi kurang pada anak juga dapat

membuat anak menjadi kurus, pertumbuhan terhambat. Hal ini terjadi karena

kurangnya produksi protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan (Moehji, 2003). Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat

digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001).

Pada masa usia remaja biasanya membutuhkan kalori yang cukup tinggi

karena pada umumnya aktivitas diluar rumah padat. Selain dengan setumpuk kegiatan yang ada disekolah, pada umumnya juga para remaja usia sekolah aktif diluar kegiatan sekolah seperti olah raga, mengikuti kursus-kursus, dan

mungkin sebagian kecil bekerja. Menurut penelitian Intan (2005) biasanya para remaja usia 15–17 senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan cepat saji,soft drink, mie instant sehingga menimbulkan

efek yang kurang bagus terhadap kesehatan mereka. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti pola makan remaja terutama yang sedang duduk

dibangku SMA yang rata-rata berusia 16-17.

Salah satu cara menilai kualitas seorang siswa adalah dengan melihat prestasi

belajarnya di sekolah. Prestasi yang dicapai oleh seorang siswa dapat

(25)

4

mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah

diajarkan atau dipelajari. Hasil prestasi belajar ini biasanya bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai rapor. Proses belajar yang

dilakukan seseorang merupakan suatu proses yang sangat komplek yang dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari diri sendiri maupun dari luar diri manusia tersebut (Soemantri, 1978).

Kehadiran program akselerasi dilatarbelakangi oleh realitas hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang, Depdiknas. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan pada 20 SMA unggulan di Indonesia, didadapatkan hasil siswa yang tergolong berkemampuan dan berkecerdasan luar biasa sebesar 19,7% dan lebih dari 70% berkemampuan baik (Depdiknas:2001). Dengan

alasan tersebut, sehingga Mendiknas meluncurkan Program Percepatan Belajar (PPB) atau lebih dikenal dengan sebutan program akselerasi pada SD,

SMP, dan SMA. Program akselerasi kini telah berjalan beberapa tahun pada sekolah yang menyelenggarakannya dan telah tersedia beberapa penelitian dalam berbagai jenis untuk diungkapkan.

SMA N 2 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah terbaik dengan

menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan berastatus sebagai SMA RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional) dengan nilai

akreditasi 96 (www.ban-sm.or.id). SMA N 2 Bandar Lampung mempunyai kelas akselerasi dan non akselerasi. Sama dengan sekolah lain, kelas non akselerasi ditempuh selama tiga tahun sedangkan non akselerasi ditempuh

(26)

5

Bandar Lampung. Tidak sembarang orang yang bisa masuk kedalam kelas

akselerasi, harus melalui seleksi yang ketat. Pada umumnya kelas akselerasi mempunyai jadwal yang padat setiap harinya,, karena materi pelajaran tiga

tahun harus diselesaikan selama dua tahun, oleh sebab itu siswa kelas akselerasi membutuhan asupan nutrisi yang baik untuk menunjang aktivitas mereka. Dengan alasan inilah sehingga penulis tertarik untuk melihat

hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siwa akselerasi dan non akselerasi dan mengambil lokasi

penelitian di SMA N 2 Bandar Lampung.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor gizi sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Keseimbangan antara asupan

makanan dan kebutuhan zat gizi, khususnya energi dan protein sangat

mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

(27)

6

B. Rumusan Masalah

Pola makan yang baik akan berdampak pada status gizi yang baik juga. Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan gizi harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi buruk pada anak usia dini membawa dampak anak

sukar berkonsentrasi, prestasi belajar menjadi rendah, pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan terganggu, hal ini disebabkan karena kurangnya produksi

protein dan kurangnya energi yang diperoleh dari makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wilma (2006) di Kabupaten Nabire mengenai kaitan indeks prestasi dengan status gizi anak menemukan bahwa semakin

rendah status gizi siswa semakin rendah pula nila prestasi mereka. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak adalah dengan melihat prestasi belajarnya

di sekolah, dimana prestasi yang dicapai oleh seorang anak dapat

menunjukkan hasil dari proses belajar dan dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat menguasai pelajaran yang sudah

diajarkan atau dipelajari, dan hasil prestasi belajar yang diperoleh dinyatakan dengan nilai rapor.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah“Apakah ada Hubungan antara asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi

(28)

7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi terhadap prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi di SMA N

2 Bandar Lampung.

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis hubungan asupan energi dengan tingkat prestasi

akademik siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. 2. Menganalisis hubungan asupan energi dengan tingkat prestasi

akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

3. Menganalisis hubungan asupan protein dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

4. Menganalisis hubungan asupan protein dengan tingkat prestasi

akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

5. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat prestasi akademik

siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

6. Menganalisis hubungan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

7. Menganalisis pengaruh asupan energi, asupan protein, status gizi terhadap tingkat prestasi siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung.

(29)

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Mendapatkan pengalaman langsung dalam merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan menyusun hasil penelitian mengenai

hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi terhadap tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi tahun ajaran

2011/2012.

2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan tambahan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan asupan energi, asupan protein, dan status gizi dengan tingkat prestasi akademik siswa akselerasi dan non akselerasi.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para orang tua akan pentingnya mengatur pola makan dan gizi yang seimbang

seorang anak untuk mendukung kecerdasan anak.

4. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi

pendidikan yang bersangkutan, staf pendidik dan pengajar untuk

(30)

9

E. Kerangka Penelitian 1. Kerangka Teori

(Soematri, 1978).

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian. Prestasi Belajar

5. Faktor Fisik dan Psikis - Status Gizi

• Pola Makan (Asupan Energi dan Asupan orang tua, didikan orang tua) 2. Lingkungan Sekolah

(31)

10

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

dapat dipengaruhi oleh dua bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal . Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam

individu itu sendiri.Faktor internal meliputi intelegensi yang merupakan tingkat kecerdasan dasar yang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar seseorang, kemauan yang merupakan motor penggerak

utama yag menentukan keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya, Bakat yang merupakan faktor penunjang keberhasilan

seseorang dalam bidang tertentu, daya ingat yaitu sebagai kemampuan untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan kembali suatu kesan, dan faktor keadaan fisik dan psikis yag berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan stabilitas mental siswa.

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu itu

sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga yang merupakan faktor lingkungan utama yang menentukan perkembangan pendidikan seorang anak, faktor lingkungan sekolah yang merupakan

penunjang didalam belajar serta tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten, dan faktor waktu untuk menyeimbangkan

(32)

11

2. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

Secara umum banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dalam

penelitian ini, peneliti hanya meneliti faktor fisik dan psikis, khususnya mengenai status gizi dan konsumsi pangan yaitu pola makan terutama dalam asupan energi dan protein saja yang mempengaruhi prestasi belajar,

padahal tidak tertutup kemungkinan terdapat beberapa faktor yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang anak, misalnya Intelegensi

(IQ), bakat, dan lingkungan keluarga. Faktor ini tidak diteliti karena

keterbatasan peneliti dan kesulitan memperoleh data karena sifatnya sangat subyektif tiap individu dan juga memerlukan beberapa tes dan bantuan

psikolog untuk menentukan kecerdasan (IQ) seorang anak. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, meliputi

guru,materi,dan alat-alat pelajaran,sarana dan fasilitas sekolah adalah sama untuk masing-masing kelas.

Variabel Terikat Variabel Bebas

Status Gizi Siswa

Asupan Energi

Asupan Protein

(33)

12

F. Hipotesis

Hipotesis Penelitian ini:

1. Terdapat pengaruh antara status gizi, asupan energi dan protein terhadap

prestasi belajar siswa di SMA N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012.

- Ada hubungan antara status gizi, asupan energi, asupan protein

terhadap prestasi belajar siswa akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. - Ada hubungan antara status gizi, asupan energi, asupan protein

(34)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Makan

a. Pengertian Pola Makan

Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan :

makanan pokok, sumber protein, sayur, buah, dan berdasarkan frekuensi: harian, mingguan, pernah, dan tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu makan manusia dipengaruhi oleh usia,

selera pribadi, kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2002).

Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.

Selain karena faktor kekurangan nutrisi, akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola makan seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang

timbul karena pola makan yang salah / tidak sehat belakanan ini cenderung meningkat. Penyakit akibat pola makan yang kurang sehat tersebut

(35)

14

Untuk menghindari penyakit-penyakit akibat pola makan yang kurang

sehat, diperlukan suatu pedoman bagi individu, keluarga, atau masyarakat tentang pola makan yang sehat. Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pola

makan itu dibentuk sejak masa kanak-kanak yang akan terbawa hingga dewasa. Oleh karena itu, untuk membentuk pola makan yang baik sebaiknya dilakukan sejak masa kanak-kanak. Namun sebagai orang tua

harus mengetahui bagaimana kebiasaan dan karakteristik anaknya.( Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997))

b. Pola Makan Sehat

Pola makan sehat dalam penelitian yang akan saya lakukan mengandung pengertian sebagai suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan

jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Dalam

pola makan sehari-hari seseorang harus menjaga dan berhubungan dengan kebiasaan kesehariannya.

Agar pola makan anak dapat terbentuk dengan baik, berikut ini

disampaikan tips membentuk dan menjaga pola makan yang sehat, (dikutip dari tabloid Ibu dan Anak) :

1. Jangan memberikan makanan lain sebelum anak makan makanan utama (pagi, siang, sore/malam);

2. Jangan mulai membiasakan anak mengkonsumsi makanan

(36)

15

3. Mengusahakan anak mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna

tiap hari;

4. Membiasakan menu bervariasi, sehingga anak terbiasa dengan

bermacam cita rasa;

5. Membiasakan anak makan pada tempat yang semestinya (ruang makan atau duduk di kursi makan);

6. Jangan membiasakan anak makan sambil digendong, berjalan-jalan di depan rumah, dan sebagainya;

7. Memberi contoh positif dengan menghentikan kebiasaan jajan orang tua;

8. Membiasakan anak makan pagi agar dapat menghindarkan

kebiasaan jajan;

9. Jangan mulai menuruti semua permintaan anak terhadap makanan kecil;

10. Kalau tidak terpaksa, jangan membiasakan anak makan makanan siap saji karena gizi makanan ini kurang seimbang (terlalu banyak

lemak dan kalori);

11. Mengembangkan sikap tegas, terbuka, dan logis ketika menolak permintaan anak dengan mencoba memberikan alternatif;

12. Membiasakan menanyakan pendapat anak seperti menanyakan mau makan apa hari ini. Ini merupakan awal proses pendidikan

(37)

16

13. Menyediakan wadah makan yang menarik sesuai ketertarikan anak,

misalnya dunia binatang, boneka, bunga, robot, pesawat terbang dan lain-lain;

14. Mengusahakan agar siapa saja yang menemani anak makan mempunyai koleksi cerita-cerita menarik yang bisa memikat anak

c. Pedoman pola makan sehat

Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang sering

digunakan adalah pedoman Empat Sehat Lima Sempurna, Makanan Triguna, dan pedoman yang paling akhir diperkenalkan adalah 13 Pesan

dasar Gizi Seimbang. Pengertian makanan triguna adalah bahwa makanan atau diet sehari-hari harus mengandung: 1) karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga; 2) protein sebagai zat pembangun; 3) vitamin dan mineral

sebagai zat pengatur.(Dirjen Binkesmas Depkes RI (1997))

Pedoman 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang menyampaikan pesan-pesan

untuk mencegah masalah gizi ganda dan mencapai gizi seimbang guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang andal. Garis besar pesan-pesan tersebut seperti dijelaskan oleh Dirjen Binkesmas Depkes RI

(1997) antara lain:

1. Makanlah makanan yang beraneka ragam. Makanan yang beraneka

(38)

17

(bayi, balita, anak, remaja, ibu hamil dan menyusui, orang dewasa

dan lansia).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi. Energi dan

tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber karbohidrat, lemak serta protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh)

dan untuk aktivitas sehari-hari seperti belajar, bekerja serta berolah raga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas, sementara

kekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi seperti marasmus.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan

energi. Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya dikonsumsi dengan memperhatikan azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah. Makanan ini sebaiknya dimakan

pada siang hari ketika kita akan atau sedang melakukan aktivitas dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari.

Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan sumber unsur gizi lain seperti protein,

lemak/minyak, vitamin dan mineral. Seyogyanya 50-60% dari

kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari

(39)

18

kecenderungan ke arah tersebut. Dislipidemia atau kenaikan kadar

lemak (kolesterol atau trigliserida) dalam darah merupakan faktor untuk terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi

lemak/minyak dianjurkan tidak melebihi 20% dari total kaori dan perlu diingat bahwa unsur gizi ini juga memiliki peran tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga membantu

penyerapan beberapa vitamin yang larut dalam lemak.

5. Gunakan garam beryodium. Penggunaan garam beryodium dapat

mencegah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Namun, penggunaan garam yang berlebihan juga tidak dianjurkan karena garam mengandung natrium yang bisa meningkatkan

tekanan darah. Sebaiknya konsumsi garam tidak melebihi 6 gram atau 1 sendok teh per hari.

6. Makanlah makanan sumber zat besi. Makanan seperti sayuran

hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging banyak mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk

mencegah anemia gizi.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 4 bulan. Untuk dapat memberikan ASI dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan

jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui. Makanan Pendamping ASI (PASI) hanya boleh diberikan setelah

usia bayi lebih dari 4 bulan dan pemberiannya harus

(40)

19

8. Biasakan makan pagi. Makan pagi dengan makanan yang beraneka

ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja.

Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan.

9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air minum harus

bersih dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai 2 liter per hari sehingga metabolisme tubuh kita bisa berjalan lancar

mengingat air sangat dibutuhkan sebagai pelarut unsur gizi bagi keperluan metabolisme tersebut. konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi dan akan menurunkan resiko infeksi serta

batu ginjal.

10. Lakukan kegiatan fisik atau olah raga yang teratur. Kegiatan itu akan membantu mempertahankan berat badan normal disamping

meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah dan mencegah osteoporosis khususnya pada lansia.

11. Hindari minum minuman beralkohol. Alkohol bersama-sama rokok dan obat-obatan terlarang lainnya harus dihindari karena dapat membawa risiko untuk terjadinya berbagai penyakit degeneratif,

vaskuler dan kanker.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang

(41)

20

dengan baik sehingga unsur gizi serta cita rasanya tidak rusak,

merupakan makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas. Label pada makanan

kemasan harus berisikan tanggal kadaluwarsa, kandungan gizi dan bahan aktif yang digunakan. Konsumen yang berhati-hati dan memperhatikan label tersebut akan terhindar dari makanan rusak,

tidak bergizi dan makanan berbahaya. Selain itu, konsumen dapat menilai halal tidaknya makanan tersebut (Dirjen Binkesmas

Depkes RI, 1997).

d. Pola Makan Remaja

Pada masa usia remaja biasanya membutuhkan kalori yang cukup tinggi

karena pada umumnya aktivitas diluar rumah padat. Biasanya para remaja usia 15–17 senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya

makanan cepat saji,soft drink, mie instant sehingga menimbulkan efek yang kurang bagus terhadap kesehatan mereka. Tetapi sebagian remaja juga yang mempunyai aktivitas padat di luar rumahseringkali melupakan

waktu untuk makan sehingga menimbulkan rasa sakit.Oleh sebab itu perlu ada pengawasan dari orang tua mengenai pola makan anak remaja

(42)

21

B. Status Gizi

a. Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan

zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri (Suhardjo, 1990). Sedangkan menurut

Almatsier, (2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.

Status gizi juga dapat diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi

dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa status gizi merupakan suatu ukuran keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi yang

diindikasikan oleh variabel tertentu (Supariasa, 2001).

Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan, sedangkan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis

(43)

22

Dengan demikian, asupan zat gizi mempengaruhi status gizi seseorang.

Selain asupan zat gizi, infeksi juga ikut mempengaruhi status gizi. Masalah kurangnya asupan zat gizi dan adanya penyakit infeksi biasanya

merupakan penyebab utama (Supariasa, 2001).

b. Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak

langsung.

1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian, yaitu: Antropometri, Klinis, Biokimia Dan Biofisik. Pengukuran status gizi bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran dimana masalah gizi

terjadi dan dianalisa faktor-faktor ekologi yang langsung atau tidak langsung sehingga dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan (Suhardjo,

1990).

a. Antropometri

Secara umum pengertian antropometri yaitu ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

(44)

23

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001). Dalam prakteknya ukuran yang sering digunakan untuk

mengidentifikasi masalah (Kurang Energi Protein) KEP

diantaranya yang sudah dikenal adalah Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), Lingkar Kepala (LK),

Lingkar Dada (LD), dan Lapis Lemak Bawah Kulit (LLBK). Diantara beberapa macam antropometri tersebut yang paling sering digunakan adalah Umur, Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB).

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan, yaitu :

a). Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau

menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal,

(45)

24

normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks

berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Indeks BB/U lebih menggambarkan

status gizi seseorang saat ini (Supariasa, 2001).

Kelebihan indeks BB/U:

a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum.

b) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis. c) Dapat mendeteksi kegemukan(Over Weight).

d) Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil.

Kekurangan indeks BB/U:

a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites.

b) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun.

c) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa, 2001).

Tabel 1. Status Gizi dengan Indikator BB/U Menurut Baku WHO

National Centre for Health Statistics(NCHS)

Z-Score Kategori

> 2,0 SD Status gizi lebih -2,0 SD s/d +2,0 SD Status gizi baik

(46)

25

b). Tinggi badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

Pertumbuhan tingi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status

gizi masa lalu.

Kelebihan indeks TB/U:

a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah

dibawa.

Kekurangan indeks TB/U:

a) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.

b) Pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk

(47)

26

Tabel 2. Status Gizi dengan Indikator TB/U Menurut Baku WHO NCHS

Z-Score Kategori

≥-2,0 SD Normal

< -2,0 SD Pendek / shunted

c). Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran antropometri yang baik adalah menggunakan indikator BB/TB, karena ukuran ini dapat menggambarkan

status gizi saat ini dengan lebih sensitif. Artinya mereka yang

BB/TB kurang dikategorikan sebagai “kurus” atau “wasted”.

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan

akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal

akan proporsional dengan tinggi badannya. Oleh karena itu indikator BB/TB merupakan indikator terhadap umur.

Kelebihan indeks TB/BB:

a) Tidak memerlukan data umur.

(48)

27

Kekurangan indeks TB/BB:

a) Tidak memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut

umurnya, karena faktor umur tidak dipertimbangkan.

b) Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada

kelompok balita.

c) Membutuhkan dua macam alat ukur.

d) Pengukuran relative lebih lama.

e) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, 2001).

Tabel 3. Status Gizi dengan Indikator BB/TB Menurut Baku WHO NCHS

Z-Score Kategori

> 2,0 SD Gemuk

-2,0 SD s/d +2,0 SD Normal < -2,0 SD Kurus / wasted < -3,0 SD Sangat kurus

d) Indeks Masa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi.

(49)

28

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan

indeks antropometri dan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) anak sekolah.

Rumus IMT:

Keterangan: IMT : Indeks Masa Tubuh BB : Berat Badan (Kg)

TB : Tinggi Badan (m)

b. Klinis

Pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti

kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Susilowati,

2008).

Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Untuk

mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Susilowati, 2008).

(50)

29

c. Biokimia

Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan

tubuh seperti hati dan otot (Susilowati, 2008).

Pemeriksaan ini digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak

gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Susilowati, 2008).

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Metode ini secara umum digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja

(51)

30

2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung a. Survei Konsumsi Makanan

Yaitu metode penilaian status gizi dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Survei ini dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi. Metode penelitian asupan makanan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu metode

kuantitatif meliputi food recall,estimated food recorddan metode penimbangan makanan(food weighing)dan metode kualitatif yaitu

dietary historydan metode frekuensi makanan(food frequency).

1. Metodefood recall24 jam

Prinsip dari metode ini, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.

Kelebihan metodefood recall24 jam:

a) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani

reponden

b) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara

c) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden d) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

(52)

31

Kekurangan metodefood recall24 jam:

a) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukanrecallsatu hari

b) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada

anak usia di bawah 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau orang yang

pelupa.

c) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi

responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih

banyak(over estimate)dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit(under estimated)

d) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang

tujuan dari penelitian

e) Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari

food recalljangan dilakukan pada saat panen, selamatan, dan lain-lain

2. Metodeestimated food record

Metode ini disebut jugafood recordataudiary record, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia

(53)

32

(gram), dalam periode tertentu termasuk cara persiapan dan

pengolahan makanan tersebut.

Kelebihan metodeestimated food record

a) Metode ini relatif murah dan cepat

b) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar c) Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari

d) Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan metodeestimated food record

a) Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden merubah kebiasaan makananya

b) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf c) Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan

responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah

konsumsi.

3. Metode penimbangan makanan (food weighing) Pada metode ini, responden atau petugas menimbang dan

mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung

beberapa hari tergantung dari tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia. Perlu diperhatikan disini adalah, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga

(54)

33

4. Metodedietary history

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang

yang cukup lama (bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun).

Kelebihan metodedietary history

a) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang

panjang secara kualitatif dan kuantitatif b) Biaya relatif murah

c) Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi

masalah kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien

Kekurangan metodedietary history

a) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden b) Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang

sangat terlatih

c) Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar

d) Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif e) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus,

sedangkan variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.

5. Metode frekuensi makanan (food frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau

(55)

34

Kelebihan metode frekuensi makanan (food frequency)

a) Relatif murah dan sederhana

b) Dapat dilakukan sendiri oleh responden

c) Tidak membutuhkan latihan khusus

d) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan.

Kekurangan metode frekuensi makanan (food frequency) a) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari b) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

c) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

b. Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, kematian

akibat penyebab tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Penilaian Variabel Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah

(56)

35

C. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar” prestasi berarti hasil

yang telah dicapai. Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah “penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimkan ditujukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh

guru”.

Menurut Syah (2001) Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif

(kemampuan berpikir dan analisis), prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah laku). Namun dari tiga spek tersebut aspek kognitiflah

yang menjadi tujuan utama dalam suatu system pendidikan tanpa mengesampingkan aspek yang lain.

a.aFaktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar :

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu (Soematri, 1978).

1. Faktor internal a) Intelegensi

Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh

(57)

36

mempunyai intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan

untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam proses belajar.

b) Kemauan

Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan motor penggerak utama yang menentukan

keberhasilan seseorang dalam setiap segi kehidupannya.

Bagaimanapun baiknya proses belajar yang dilakukan seseorang

hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.

c) Bakat

Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu.

Kegagalan dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan

bakat justru disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam suatu bidang.

d) Daya ingat

Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Daya ingat dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan.

e) Faktor keadaan fisik dan psikis

(58)

37

Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas atau labilitas

mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

2. Faktor eksternal

Merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor ini meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor

lingkungan masyarakat dan faktor waktu.

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan yang utama dalam menentukan perkembangan pendidikan

seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan

keberhasilan belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis diantara sesama anggota keluarga, dan adanya perhatian yang

besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya.

b) Faktor lingkungan sekolah

Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen

dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru dalam jumlah yang cukup dan

memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi

(59)

38

teman yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua

teman-teman di sekolah.

c) Faktor waktu

Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar yang maksimal, siswa dan mahasiswa tidak dihinggapi

kejenuhan dan kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan.

D. Kelas Akselerasi

Program percepatan belajar atau akselerasi, merupakan bagian kebijakan pendidikan jalur formal pada program layanan khusus peserta didik yang

memiliki potensi kecerdasan dan keberbakatan akademik istimewa. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi peserta didik dalam percepatan

waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Program akselerasi dilaksanakan sebagai wujud layanan pendidikan kepada para siswa yang

memiliki keunggulan-keunggulan komparatif agar dapat berkembang secara maksimal. Colangelo yang dikutip Hawadi (2004) menyebutkan bahwa istilah

akselerasi merujuk pada layanan yang disajikan (service delivery) dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai layanan, akselerasi pada setiap tahap pendidikan berarti loncatan kelas/tingkat yang

lebih tinggi dari masa studi normal. Dan sebagai kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang biasa disampaikan kepada kelas regular

(60)

39

belajar dalam waktu yang sedikit. Adapun keuntungan yang diperoleh para

akseleran melalui program ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar, memberikan penghargaan atas kemampuannya yang tinggi,

menghemat waktu dan biaya, mempercepat untuk berkarir di dunia kerja, dan mereduksiunderachievement.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen,

Depdiknas menggulirkan program layanan khusus yaitu program percepatan belajar dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Tujuan diselenggarakannya program

adalah memberikan layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara optimal. Adapun tujuan khususnya adalah: (a) Memberikan penghargaan kepada peserta didik untuk

dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai

potensinya, (b) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran

peserta didik, (c) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, dan (d) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual,

intelektual dan emosional secara seimbang.Terdapat tiga model praktik penyelenggaraan program percepatan belajar yang dikenalkan oleh Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa Ditjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas (2003), yaitu:

1. Model kelas reguler denganclusterdan ataupull out,

2. Model kelas khusus, dan

(61)

40

Pada sekolah-sekolah di Indonesia yang telah diberikan izin membuka

layanan program akselerasi, pada umumnya lebih banyak menggunakan model kelas khusus yakni pengelompokkan akseleran pada kelas tersendiri

yang terpisah dengan kelas regular. Mekanisme penyelenggaraan bagi sekolah yang telah diberikan izin adalah dimulai dengan rekrutmen siswa berdasarkan kriteria-kriteria informasi objektif maupun subjektif.

Informasi objektif diperoleh melalui hasil nilai rapor dan ujian nasional pada pendidikan sebelumnya, tes potensi akademik, dan tes psikologi.

Sedangkan informasi subjektif bersumber pada keinginan peserta didik, nominasi dari teman sebaya, orang tua, dan guru. Kurikulum akselerasi adalah kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan

pada materi esensial. Kurikulum akselerasi berdiferensiasi dengan

memperhatikan empat dimensi yaitu dimensi umum, dimensi diferensiasi, dimensi nonakademis, dan dimensi suasana belajar.Struktur program sama

dengan kelas reguler. Perbedaan terletak pada waktu penyelesaian yang lebih cepat.

Guru akselerasi adalah guru yang terbaik berdasarkan kriteria tertentu seperti pengalaman mengajar, prestasi, tingkat pendidikan yang

dipersyaratkan,dan telah dipersiapkan untuk mengajar siswa akselerasi. Adapun tipologi guru berdasarkan buku pedoman (Depdiknas: 2003) adalah guru yang berkarakter sebagai berikut, yaitu:

1. Adil dan tidak memihak,

(62)

41

3. Fleksibel,

4. Memiliki rasa humor,

5. Menerapkan penghargaan dan pujian,

6. Minat yang luas,

7. Memberi perhatian pada masalah siswa, dan

8. Penampilan dan sikap menarik.

Sarana dan prasaran belajar program akselerasi dirancang untuk mampu memenuhi kebutuhan siswa berbakat akademik tinggi dalam kerangka mengembangkan potensinya.

Sarana dan prasarana tersebut meliputi sarana fisik bangunan beserta Instrumennya maupun sarana dan sumber belajar yang berbasis teknologi

tinggi (multimedia). Proses pembelajaran siswa akselerasi sama dengan siswa regular. Jika peserta didik akselerasi dikumpulkan dalam satu kelas tersendiri maka guru dan siswa dapat menerapkan berbagai strategi

belajar.Ciri dominan proses belajar yang khas pada siswa akselerasi adalah pembelajaran individual atau mandiri lebih kontras dilaksanakan daripada

siswa regular. Komponen belajar yang juga penting adalah sistem evaluasi. Pada dasarnya sistem evaluasi program akselerasi sama dengan program regular yang terdiri atas ulangan harian, ulangan tengah semester (blok),

ulangan semester dan Ujian Nasional/Sekolah. Perbedaan terletak pada tes-tes pilihan materi-materi yang bereskalasi sehingga butir-butir soal

(63)

42

memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan yang meliputi bidang

akademis, kepribadian, dan bimbingan karir. (Depdiknas, 2003)

Standar kualifikasi (output) yang diharapkan dapat dihasilkan melalui PPB

atau akselerasi (Depdiknas, 2003) adalah siswa yang memiliki kemampuan-kemampuan unggul, yaitu:

a. kualifikasi perilaku kognitif: daya tangkap cepat, mudah dan

cepat memecahkan masalah, dan kritis;

b. kualifikasi perilaku kreatif: rasa ingin tahu, imaginatif,

tertantang, berani ambil resiko;

c. kualifikasi perilaku keterikatan pada tugas: tekun, bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, keteguhan, dan daya juang;

d. kualifikasi perilaku kecerdasan emosi: pemahaman diri sendiri, pemahaman terhadap orang lain, pengendalian diri, penyesuaian diri,

harkat diri, dan berbudi pekerti luhur; dan

e. kualifikasi perilaku kecerdasan spiritual: pemahaman apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kebahagiaan bagi diri dan orang lain.

Tujuan program akselerasi adalah memaksimalkan potensi peserta didik

agar terlayani dengan baik dan tidak mengalami “underachievement.”

(64)

43

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan

cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan protein, status gizi dan tingkat prestasi akademik yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Sastroasmoro, 2008).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2011.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA N 2 Bandar Lampung

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Notoadmodjo (2002) adalah keseluruhan objek

(65)

44

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA Kelas akselerasi

dan non akselerasi SMA N 2 Bandar Lampung. Jumlah populasi untuk akselerasi adalah 18 dan non akselerasi sebesar 227 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoadmodjo (2002) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi .

Besar sampel diperoleh dengan rumus :

n =

( )

Keterangan :

n = Ukuran Sampel.

N = Ukuran Populasi.

d = Tingkat ketepatan. (Notoatmojo, 2003).

n =

( )

n =

( , )

n =

,

n = 144,8

(66)

45

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel 145 siswa tetapi karena

jumlah siswa akselerasi hanya 18 orang dengan menggunakan total sampling, maka untuk mendapatkan hasil yang valid dan seimbang maka

siwa non akselerasi juga harus 18 orang dengan menggunakan tekhnik sampling judgemental sampling atau purposive sehingga sampel yang akan diteliti pada penelitian ini berjumlah 36 orang (Sastroasmoro,2008).

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a. Siswa kelas XII IPA SMA N 2 Bandar Lampung kelas akselerasi dan non akselerasi

b. Siswa yang bersedia mengisi kuisionerfood recall2 X 24 jam.

2. Kriteria Eksklusi

a. Siswa yang sedang mengidap penyakit kronis (lebih dari 2 minggu

mengidap suatu penyakit) dan akut (kurang dari 2 minggu mengidap suatu penyakit) pada saat penelitian dilaksanakan.

b. Siswa yang tidak hadir ketika penelitian dilakukan.

E. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan energi, asupan protein,

dan status gizi..

2. Variabel Terikat

(67)

46

F. Definisi Operasional

Tabel 4. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

(68)

47

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Status

(69)

48

G. Pengumpulan Data

1. Jenis Data a. Data Primer

Status Gizi diukur dengan menimbang berat badan dengan

menggunakan timbangan injak yang mempunyai tingkat ketelitian 0,5

kg dan mengukur tinggi badan dengan menggunakanmicrotoiseyang mempunyai ketelitian 0,1 cm, sedangkan untuk mengetahui konsumsi

makanan siswa kelas akselerasi dan non akselerasi diperoleh dengan menggunakan kuesionerfood recall24 jam yang dilengkapi dengan kuesioner identitas siswa SMA N 2 Bandar Lampung.

b. Data Sekunder

Prestasi belajar yang diperoleh dengan mengumpulkan data nilai hasil ujian, dengan melihat rata-rata nilai akhir semester genap yang tertulis

didalam rapor siswa.

2. Alat dan Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: (a) Timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,5 cm

(b) Microtoisedengan ketelitian 0,1 cm

(70)

49

3. Cara Pengambilan Data

Cara mengukur: a) Berat Badan

(1) Meletakkan timbangan injak di lantai yang rata.

(2) Posisi jarum harus berada pada angka 0 sebelum digunakan.

(3) Siswa ditimbang dengan tanpa menggunakan sepatu, dan benda-benda yang dibawa seperti handphone dan mainan diletakkan

terlebih dahulu.

(4) Siswa dalam posisi tegak lurus, pandangan lurus kedepan, kedua kaki diatas timbangan dimana betis bersentuhan dengan dinding.

(5) Peneliti membaca angka pada jarum timbangan dengan posisi didepan timbangan.

b) Tinggi Badan

(1) Terlebih dahulu menempelkan microtoise di dinding yang rata

setinggi 2 m.

(2) Siswa diukur dengan melepaskan sepatu dan topi.

(3) Siswa berdiri tegak, kaki lurus, tumit, pantat, punggung dan

kepala harus menempel pada dinding dan pandangan lurus kedepan.

(71)

50

c) Umur Siswa

Umur siswa diukur dengan mengurangi tanggal pada saat

pengambilan data dengan tanggal lahir siswa. Bila jumlah hari kurang dari 15 dibulatkan ke bawah dan bila lebih dari 15 dibulatkan ke atas.

d) Asupan Energi dan Protein

Data asupan energi dan protein diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner food recall24 jam.

e) Prestasi belajar

Prestasi belajar diperoleh dari catatan atau buku rapor siswa yang meliputi nilai rata-rata semester genap.

H.APengolahan dan Analisis Data

. 1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah kedalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program

SPSS 17 for Windows.

Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

(72)

51

b. Data entry,memasukkan data ke dalam komputer.

c. Verifikasi, melakukan pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke komputer.

d. Outputkomputer, hasil analisis yang telah dilakukan komputer kemudian dicetak.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 for Windows.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Analisis Data Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Varibel yang dianalisis yaitu status gizi, asupan energi, asupan protein siswa akselerasi dan non

akselerasi sebagai variabel bebas, dan variabel terikat yaitu prestasi siswa SMA N 2 Bandar Lampung.

2. Analisis Bivariat

Analisis hubungan atau perbedaan prevalens antara

kelompok-kelompok yang diobservasi dilakukan setelah validasi dan

pengelompokan data penelitian yang diperoleh. Analisis ini dapat

(73)

52

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan

membuktikan hipotesis dua variabel. Uji statistik yang digunakan adalah ujiChi square.

3. Analisis Multivariat

Regresi ganda (multiple regression) adalah suatu perluasan dari teknik

regresi apabila terdapat lebih dari satu variabel bebas untuk mengadakan prediksi terhadap variabel terikat. Analisis regresi

logistik digunakan untuk mengetahui pengaruh status gizi, asupan energi dan protein terhadap prestasi belajar, dengan menggunakan model regresi sebagai berikut :

Log Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3

Keterangan

Log Y = Nilai prediksi dependen (Prestasi Belajar)

a = Konstanta; besarnya sama dengan Log Y jika X1, X2, dan X3sama dengan nol

b1b2 = Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan

variabel Log Y yang didasarkan variabel X1, X2dan X3 X1 = Variabel Independen (Asupan Energi)

(74)

8

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anonim 1995. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta : Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Mastarakat , Depkes

Arsad.R.A. 2006.Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006, FKM-UNHAS, Makassar.

Christine, A. 2005.Perbedaan Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Negeri Daerah Pantai dan Daerah Pegunungan Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2004/2005.

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/113.pdf. Diakses tanggal 26 September 2011.

Evinaria, A. 2004. PolaKonsumsi Pangan, Hubungannya Dengan Status Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Pelajar SD Di Daerah Endemik Gaki Desa Kuta Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

http://www.pdfwindows.com/goto?=http://library.usu.ac.id/download/f km/fkmgizi-evawany2.pdf. Diakses tanggal 27 September 2011. Huwae. 2005. Hubunganantara Status Gizi dan Kadar Hb dengan Prestasi

Belajar Murid SD di Daerah Endemis Malaria (tesis yang tidak dipublikasikan), Program Pasca Sarjana UGM.

Isdaryanti, C. 2007.Asupan Energi Protein, Status Gizi, Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan.

http://muslimpinang.files.wordpress.com/2010/10/christien-publikasi.pdf. Diakses tanggal 26 September 2011.

Mambo. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian.
Gambar 2. Kerangka Konsep
Tabel 4. Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Dari rangkaian pembahasan di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa pemikiran Ibnu Khaldun dalam konsep keuangan publik berintikan pada sektor perpajakan menjadi landasan

Modifikasi model juga dilakukan dengan menambahkan asumsi bahwa manusia pada kelas rentan ( ℎ ) dapat berpindah ke kelas pulih ℎ karena adanya vaksinasi dengan

Skripsi: Pengaruh Model Belajar Kooperatif Tipe Tutor Sebaya (Peer Teaching) pada Mata Pelajaran Gambar Teknik terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Siswa Kelas X.TGB.1

Analisis beban kerja hanya dapat diterapkan pada volume pekerjaan atau unit pekerjaan yang mempunyai standar fisik, seperti per potong, per waktu, per meter, per kilo dan per

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap abnormal return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) tahun

Berdasarkan analisa kemampuan dan kemauan pelanggan terhadap tarif resmi air bersih yang berlaku, kemampuan masyarakat dalam membayar tarif dengan pendekatan pendapatan rumah

Dengan metode yang akhirnya dicontoh oleh masyarakat sekitar / akhirnya dimusim kamarau seperti saat inipun / wilayahnya tidak kekurangan air dan kelihatan lebih hijau

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan angket atau kuesioner yaitu cara yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau