HARMONISASI SOSIAL MASYARAKAT MULTIETNIK
(ETNIK BATAK MANDAILING, BATAK TOBA, JAWA, DAN SUNDA)(Studi Deskriptif Masyarakat Desa Transmigrasi Teluk Panji II, Kecamatan
Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana DISUSUN OLEH
AHMAD ALAUDIN SIREGAR 100901006
Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Harmonisasi Masyarakat Multi Etnis (Etnis Btak Toba, Mandailing, Jawa dan Sunda)” (Studi Deskriptif Masyarakat di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana keharmonisan yang terjadi antar masyarakat multi etnis di desa Taeluk Panji II.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Almarhum Ayahanda Ismail Siregar dan Ibunda Nurhasanah Rambe yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti ananda.
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan dengan
kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi serta selaku dosen pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini. Serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Dr. Sismudjito, M.Si, yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini, memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan, dan nasehat serta pengarahan yang telah diberikan sebagai penguji seminar proposal dan penguji pada ujian sidang meja hijau penulis. 3. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.
4. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima
kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua
penulis, Almarhum ayahanda dan Ibundaku tercinta yang telah
membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga
dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan
mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.
5. Secara khusus dan istimewa buat abang sulung saya Mahyuddin Siregar, abang satu-satunya dalam hidup saya serta kakak-kakak saya dan adik
Ernila Wati Siregar, Kak Lisma Susanti Siregar dan Adik saya Hairani
Siregar yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan
masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan
menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat penulis sayangi, terutama buat Syarifah, yang selalu bersama-sama selama perkuliahan dan sampai saat ini dan akan datang. Terima kasih banyak untuk dua sahabat saya Hilal Thantowi Tagor Lubis dan Murdani Barat, semoga “ugirincie” menjadi sahabat abadi sepanjang masa. Terima kasih juga kepada Syahid Ismail S.Sos, Kak Nela Harizona S.Sos, dan Nasriati serta buat saudari-saudari saya dirumah 62 Komplek Kejaksaan, Kak Nina, Kak Yanti, Kak Sumi dan Kak Ana dan bibi yang berada di Kenanga Raya No 26. Terimakasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.
7. Secara khusus terima kasih saya ucapkan kepada keluarga Ir. Fahrul Rozi
Lubis yang baik hati dan sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kepada saya untuk motivasi dan materinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Bapak Henri Sitorus M. Sc
9. Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2010 yang solid. Terima kasih atas
kebersamaan dan segala dukungannya selama menuntut ilmu di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu.
10.Kawan-kawan anak mhusolah yang kreatif. Terimakasih atas kebersamaan dan segala dukungan selama berorganisasi di UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam) dan menjadi teman seperjuangan dalam menyiarkan ilmu. 11.Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang
sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terutama kepada Bapak Aminuddin sebagai kepala desa Teluk Panji II yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini. Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.
Medan, Januari 2015 (Penulis)
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Harmonisasi Sosial Masyarakat Multi Etnis” (Studi Deskriptif Masyarakat Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), berawal dari ketertarikan penulis terhadap adanya kemajemukan yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu yang unik yang tidak dimiliki oleh semua negara. Salah satunya adalah Kota Medan yang berada di Provinsi Sumatera Utara sejak jaman Haru 1258 sudah menjadi tempat pertemuan berbagai kultur bahkan ras, seperti Karo, Melayu, India, Mandailing dan Simalungun yang merupakan kota yang dihuni masyarakat multi etnis hingga sekarang kota medan masyarakatnya hidup harmonis dan relatif aman dari kerusuhan antar etnis. Kondisi harmonis ini juga terlihat di beberapa daerah di Sumatera Utara tepatnya di Desa Teluk Panji II.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah warga yang beretnis Batak toba, Mandailing, Jawa dan sunda, tokoh adat dan tokoh agama yang merupakan warga desa Teluk Panji II. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara mendalam, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan di mana Desa Teluk Panji II yang di huni masyarakat majemuk (multi etnis) namun mereka hidup harmonis, tentram, damai, rukun, dan tidak pernah terjadi konflik antar etnis. Jika salah satu etnis mengadakan pesta maka semua etnis yang berada di Teluk Panji II turut di undang. Masyarakat Teluk Panji II sudah memahami dan mengerti unsur-unsur apa yang seharusnya di bangun untuk menciptakan suatu kehidupan yang harmonis dan mewujudkan masyarakat yang bertoleran. Misalnya ketika Etnis Batak Toba mengadakan pesta maka hidangan makanan terbagi menjadi dua bagian, dimana para tamu undangan yang ber Etnis Jawa, Sunda dan Mandailing (muslim) di tempatkan pada tetangga yang beragama islam dan untuk para undangan Etnis Batak Toba mereka langsung kerumah yang mengadakan pesta. Mereka hidup saling bantu membantu, saling bekerjasama, bertukar informasi, saling menghargai dan menghormati.
Selain itu, kemampuan berbagai etnis yang ada di desa ini menguasai bahasa etnis lain merupakan hasil dari keharmonisan yang sudah lama terjalin. Seperti Etnis Sunda, Mandailing dan Batak toba yang mampu bahkan sangat lancar berbahasa Jawa. Begitu juga sebaliknya Etnis Jawa yang sedikit memahami bahasa Batak Toba, Mandailing dan Sunda. Kedekatan seperti ini akhirnya menjulur pada terjadinya perkawinan campuran (amalgamasi) antara Etnis Jawa dengan Sunda, Mandailing dengan Jawa, dan Sunda dengan Mandailing. Para orang tua tidak pernah melarang anak-anaknya untuk menikah dengan etnis apa saja asalkan satu akidah.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penulisan ... 7
1.4 Manfaat Penulisan ... 8
1.5 Defenisi Konsep ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Interaksi Sosial ... 12
2.1.1 Bentuk-bentuk Interaksi Saling Menguntungkan . 14 2.1.2 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Merugikan ... 16
2.2 Multikuturalisme ... 18
2.3 Masyarakat Majemuk Indonesia ... 20
2.4 Nilai dan Norma Sosial ... 23
2.4.1 Nilai Sosial ... 23
2.4.2 Norma Sosial ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Jenis Penelitian ... 25
3.3 Unit Analisis dan Informan ... 26
3.3.1 Unit Analisis ... 26
3.3.2 Informan ... 27
3.3.3 Karakteristik Informan ... 27
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 27
3.5 Interpretasi Data ... 29
3.6 Jadwal Pelaksanaan ... 29
3.7 Keterbatasan Penelitian ... 30
BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA ... 31
4.1 Sejarah Lokasi Penelitian ... 31
4.2 Letak Geografis ... 36
4.3 Fasilitas Kelurahan ... 37
4.3.1 Fasilitas Pendidikan ... 38
4.3.2 Fasilitas Kesehatan. ... 40
4.3.3 Fasilitas Sarana Ibadah ... 42
4.3.4 Fasilitas Hiburan dan Komunikasi ... 43
4.3.5 Fasilitas Perdagangan ... 44
4.3.6 Fasilitas Transportasi ... 45
4.4 Karakteristik Penduduk ... 47
4.4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut ... 47
4.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok
Etnik ... 50
4.4.4 Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, Datang dan
Pergi ... 50
4.4.5 Persentase Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut
Status Pendidikan ... 52
4.4.6 Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut
Status Pendidikan ... 53
4.4.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas
Menurut Status Pekerjaan ... 54
4.5 Profil Informan ... 55
4.6 Keharmonisasi Interaksi Sosial Antar Etnik Batak Toba,
Mandailing, Jawa dan Sunda di Desa Teluk Panji II ... 77
4.6.1. Pola Komunikasi Masyarakat Multi Etnis Di
Desa Teluk Panji II ... 81
4.6.2. Keharmonisan Masyarakat Multi Etnis dalam
Mensukseskan Acara-Acara Resmi di Desa
Teluk Panji II ... 86
4.6.3. Amalgamasi Merupakan Bentuk Keharmonisan
Mayarakat Multi Etnis di Desa Teluk Panji II ... 89
4.7 Bentuk-Bentuk Keharmonisan Yang Ada di Dalam
Masyarakat Mutlietnis Desa Teluk Panji II ... 98
4.8 Nilai dan Norma Yang Mendukung Hidup Harmonis
BAB V PENUTUP ... 119 5.1 Kesimpulan ... 119
5.2 Saran ... 119
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis ... 4
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 29
Tabel 4.1 Luas Lahan Menurut Penggunanya... 37
Tabel 4.2 Fasilitas Pendidikan ... 39
Tabel 4.3 Fasilitas Kesehatan ... 41
Tabel 4.4 Fasilitas Sarana Ibadah... 42
Tabel 4.5 Fasilitas Perdagangan ... 44
Tabel 4.6 Fasilitas Transportasi ... 46
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah Agama Yang dianut 48 Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 49
Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik ... 50
Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Yang Lahir, Mati, dan Pergi ... 51
Tabel 4.11 Persentase Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Status Pendidikan ... 52
Tabel 4.12 Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Status Pendidikan ... 53
DAFTAR BAGAN
ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Harmonisasi Sosial Masyarakat Multi Etnis” (Studi Deskriptif Masyarakat Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan), berawal dari ketertarikan penulis terhadap adanya kemajemukan yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu yang unik yang tidak dimiliki oleh semua negara. Salah satunya adalah Kota Medan yang berada di Provinsi Sumatera Utara sejak jaman Haru 1258 sudah menjadi tempat pertemuan berbagai kultur bahkan ras, seperti Karo, Melayu, India, Mandailing dan Simalungun yang merupakan kota yang dihuni masyarakat multi etnis hingga sekarang kota medan masyarakatnya hidup harmonis dan relatif aman dari kerusuhan antar etnis. Kondisi harmonis ini juga terlihat di beberapa daerah di Sumatera Utara tepatnya di Desa Teluk Panji II.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah warga yang beretnis Batak toba, Mandailing, Jawa dan sunda, tokoh adat dan tokoh agama yang merupakan warga desa Teluk Panji II. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara mendalam, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan di mana Desa Teluk Panji II yang di huni masyarakat majemuk (multi etnis) namun mereka hidup harmonis, tentram, damai, rukun, dan tidak pernah terjadi konflik antar etnis. Jika salah satu etnis mengadakan pesta maka semua etnis yang berada di Teluk Panji II turut di undang. Masyarakat Teluk Panji II sudah memahami dan mengerti unsur-unsur apa yang seharusnya di bangun untuk menciptakan suatu kehidupan yang harmonis dan mewujudkan masyarakat yang bertoleran. Misalnya ketika Etnis Batak Toba mengadakan pesta maka hidangan makanan terbagi menjadi dua bagian, dimana para tamu undangan yang ber Etnis Jawa, Sunda dan Mandailing (muslim) di tempatkan pada tetangga yang beragama islam dan untuk para undangan Etnis Batak Toba mereka langsung kerumah yang mengadakan pesta. Mereka hidup saling bantu membantu, saling bekerjasama, bertukar informasi, saling menghargai dan menghormati.
Selain itu, kemampuan berbagai etnis yang ada di desa ini menguasai bahasa etnis lain merupakan hasil dari keharmonisan yang sudah lama terjalin. Seperti Etnis Sunda, Mandailing dan Batak toba yang mampu bahkan sangat lancar berbahasa Jawa. Begitu juga sebaliknya Etnis Jawa yang sedikit memahami bahasa Batak Toba, Mandailing dan Sunda. Kedekatan seperti ini akhirnya menjulur pada terjadinya perkawinan campuran (amalgamasi) antara Etnis Jawa dengan Sunda, Mandailing dengan Jawa, dan Sunda dengan Mandailing. Para orang tua tidak pernah melarang anak-anaknya untuk menikah dengan etnis apa saja asalkan satu akidah.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan
etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.Kemajemukan merupakan kekayaan
bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua
negara. Kemajemukan apabila dikelola dengan baik, merupakan kekuatan yang
tidak dimiliki oleh bangsa lain. Namun ini sekaligus kelemahan, karena sangat
rawan dan rentan terhadap konflik, apabila tidak dikelola secara jujur dan tegas.
Secara positif harus disyukuri, karena hal itu merupakan anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa yang harus disyukuri, mengingat 68 tahun kemerdekaan itu sudah
kita raih, dengan membangun persatuan menuju kesatuan Indonesia yang padu,
bersatu berdasarkan pancasila dan UUD 1945 (Sujanto, 2007:72).
Keberagaman atau kemajemukan masyarakat Indonesia bersifat alamiah
dan merupakan sumber kekayaan budaya bangsa yang sudah ada sejak nenek
moyang kita.Dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, berbagai
perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras atau golongan (SARA), merupakan
realita yang seharusnya dipahami dan didayagunakan untuk memajukan bangsa
dan negara ini.Persinggungan unsur-unsur SARA secara positif diharapkan justru
dapat meningkatkan mutu kehidupan masing-masing unsur, bermanfaat bagi
masing pihak, baik secara individu maupun kelompok. Selain itu,
masing-masing pihak memiliki keunggulan dalam hal tertentu dari pihak yang lain,
Produk budaya suatu bangsa yang satu dapat digemari pula oleh suku bangsa lain,
yang bukan produk budayanya sendiri (Sujanto, 2007:2).
Menurut Sujanto (2007:5) Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku
(lebih dari 500 etnis) yang memiliki beranekaragam adat istiadat, bahasa, budaya,
agama, keyakinan dan kepercayaan.Berikut ini adalah profil beberapa Etnis
dengan populasi jumlah penduduk yang besar di Indonesia: Pertama, Etnis Jawa
merupakan Etnis dengan populasi penduduk terbesar di Indonesia, diperkirakan
populasinya mencapai 100 juta jiwa. Sebagian besar populasi Etnis ini berdiam di
Pulau Jawa, utamanya Jawa bagian tengah dan timur. Penduduk Etnis Jawa
terbesar di hampir seluruh wilayah Indonesia, namun tidak hanya mendiami
wilayah Indonesia, penyebaran populasi Etnis ini sudah hampir ke luar negeri,
Malaysia, Suriname, dan Belandaadalah beberapa negara di dunia yang
penduduknya terdapat populasi Etnis Jawa.Kedua, Etnis Sunda merupakan Etnis
kedua yang memiliki populasi penduduk kedua terbesar di Indonesia. Sebagian
besar penduduk Etnis Sunda mendiami Pulau Jawa bagian Barat.Ketiga, Etnis
Melayu sebagian besar penduduk Etnis Melayu mendiami Pulau Sumatera dan
sebagian Kalimantan bagian Barat.Keempat, Etnis Bugis dan Makassar sebagian
besar mendiami wilayah selatan Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Sulawesi
Selatan. Namun penduduk Etnis Bugis dan Makassar sudah tersebar di hampir
seluruh wilayah Indonesia, bahkan mancanegara seperti Malaysia dan Afrika
Selatan.Kelima, Etnis Bataksebagian besar penduduk etnis ini berdiam di Provinsi
Sumatera Utara.Keenam, Etnis Madura mendiami wilayah Pulau Madura dan
Setiap kelompok masyarakat memiliki pola perilaku dan budaya yang
sedikit banyak berbeda. Bukan itu saja, kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia
juga didiami oleh para pendatang yang berasal dari berbagai ras dan suku bangsa
yang berbeda dari berbagai penjuru dunia. Kehadiran mereka dengan berbagai
macam budayanya telah menghasilkan bentuk realitas sosial dan budaya yang
beragam.
Kota Medan sejak zaman Kerajaan Haru tahun 1258 sudah menjadi tempat
pertemuan berbagai kultur bahkan ras seperti: Karo, Melayu (Islam), India,
Mandailing, dan Simalungun. Sebagaimana terlihat dalam keadaan Kota Medan
sekarang yang dihuni oleh berbagai suku, agama, ras, dan budaya tetapi
kondisinya sampai sekarang relatif aman. Sejak zaman Haru hingga sampai tahun
2013 sekarang, Kota Medan yang berarti tempat berkumpul berbagai etnis, masih
menjadi tempat berkumpul berbagai ras dan multi etnis yang berbeda-beda.
Mengingat pengalamannya yang panjang sebagai melting pot, tidak heran jika
hingga saat ini Kota Medan masih dikenal sebagai daerah yang relatif aman dari
berbagai kerusuhan antaretnis. Kota Medan tidak sama dengan daerah lain, Kota
Medan ini dibangun dengan beragam suku, budaya dan agama yang didasarkan
oleh rasa toleransi yang tinggi yang merupakan miniaturnya Indonesia.
Keharmonisan yang ditunjukkan oleh Kota Medan tak luput dari peran
masyarakatnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai solidaritas, nilai-nilai
kebersamaan yang mereka miliki.
Kondisi harmonis ini terlihat juga dibeberapa daerah di Sumatera Utara
khususnya DesaTeluk Panji II yang berada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan
desayang harmonis yang di huni berbagai macam agama dan etnis namun mereka
selalu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi sehingga sampai saat ini desa
tersebut masih sangat jauh dari konflik antaretnis. Hal ini dapat di lihat pada acara
pesta perkawinan yang dilakukan di daerah tersebut dimana jika salah satu etnis
melaksanakan pesta maka etnis laindi undang untuk membantu serta aktif
mensukseskan acara pesta tesebut. Begitu juga ketika salah seorang warga yang
terkena musibah, mereka tidak memandang etnis apa yang terkena musibah, tetapi
mereka langsung membantu apa yang bisa di bantu. Desa Teluk Panji II di huni
oleh masyarakat pendatang namun komposisi terbesar adalah Etnis Jawa dan
dapat di lihat pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
Nama Etnis Persentase (%) Frekuensi
Etnis Jawa
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2012
Berdasarkan data tabel 1.1, terlihat bahwa terdapat satu etnis besar atau
mayoritas di Desa Teluk panji II yaitu Etnis Jawa. Sedangkan etnis lainnya seperti
Etnis Mandailing, Sunda dan Batak Toba berada di bawahnya. Pada tahun 1989
transmigrasi berasal dari Pulau Jawa sedangkan 10% untuk masyarakat lokal yang
berada di Sumatera Utara.
Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat yang berasal dari Pulau
Jawa di tuntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan yang
baru. Namun kenyataannya masyarakat yang berasal dari Pulau Jawa gagal
beradaptasi di Desa Teluk Panji II di karenakan kondisi pemukiman yang masih
semak dan rawa-rawa, infrastruktur jalan yang sangat rusak serta kondisi tanah
gambut yang membuat masyarakat kesulitan mencari air bersih. Di tambah lagi
mereka sudah terbiasa hidup dikeramaian, mandi dengan air bersih dan lain-lain.
Hal ini yang mengakibatkan masyarakat yang berasal dari Pulua Jawa
sebanyak 27% memutuskan untuk kembali kedaerah asal dan menjual lahan
mereka kepada penduduk lokal yang ber Etnis Mandailing, Batak Toba dan Etnis
lainnya. Sedangkan masyarakat Pulau Jawa yang bertahan di Desa Teluk Panji II
sebanyak 63% sampai saat ini.
Masyarakat Teluk Panji II pada saat initerdiri dari banyak suku bangsa
yaitu masyarakat yang majemuk (multietnis). Demikian pula dengan adanya
semboyan dalam lambang negara Republik Indonesia ”Bhineka Tunggal Ika”
(berbeda-beda namun satu juga) yang menunjukan bahwa sejak dulu masyarakat
Indonesia telah dikenal sebagai masyarakat majemuk (multietnis), yang ditandai
oleh adanya berbagai ciri perbedaan yang khas, baik yang bersifat horizontal
maupun vertikal. Multietnis menuntut masyarakat Teluk Panji II untuk hidup
penuh toleransi, hidup harmonis, saling pengertian antaretnis dan antar bangsa
dalam membina suatu dunia baru, seperti yang diwujudkan masyarakat Desa
Setiap etnis memiliki perbedaan karakter masing-masing yang belum tentu
masyarakat yang lain dapat menerimanya. Seperti Etnis Jawa yang sifatnya
tergolong lamban dalam arti orang jawa tidak menyukai serba tergesa-gesa dalam
melakukan pekerjaan, dengan sikap lamban keluarlah ungkapan yang hampir
sama yaitu alon-alon asal kelakon adalah suatu pekerjaan dilaksanakan dengan
waton artinya aturan dan ketentuan yang berlaku. Begitu juga dengan Etnis Sunda
yang tergolong bersifat lemah-lembut, ramah, disiplin, periang, sopan, optimis,
dan jujur. Sedangkan Etnis Batak Toba dan Mandailing memiliki sikap yang agak
ceroboh, pemberani, kuat, kasar, dan kerja keras namun Etnis Mandailing
mempunyai perbedaan logat bahasa yang sedikit berbeda dengan Etnis Toba yaitu
tidak terlalu totok bahasanya. Dari perbedaan karakter-karakter masing-masing
etnis tersebut, masyarakat Teluk Panji II mampu mewujudkan keharmonisan
antaretnis di tengah-tengah perbedaan yang ada serta mampu menyatukan
perbedaan-perdaan yang ada dan memberikan pembeda antara desa yang satu
dengan desa yang lainnya. Didesa ini masyarakat yang beragam etnis duduk
bersama, saling menghargai, saling membantu, bertoleransi dan tidak memandang
apakah suatu kelompok masyarakat merupakan kelompok mayoritas atau
minoritas sehingga tidak terjadi dominasi mayoritas dan tirani minoritas.
Masyarakat multietnis sangat rentan terjadi konflik vertikal dan horizontal
yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut seperti konflik yang terjadi di
Ambon, Poso dan Sampit merupakan pertanda rendahnya saling percaya dan
tiadanya harmoni didalam masyarakat. Namun kondisi di Desa Teluk Panji II
kemajemukan (multietnis) mereka mampu menjalin hubungan yang harmonis
antar etnis yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti Desa
Transmigrasi Teluk Panji II karena desa tersebut memiliki berbagai macam etnik
yang hidup harmonis dan dalam proses interaksi sosial dikatakan menarik bila
lingkungan suatu masyarakat dihuni oleh berbagai kelompok etnis yang heterogen
sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti unsur-unsur apa yang
seharusnya di bangun untuk menciptakan suatu hubungan yang baik dan
mewujudkan masyarakat yang bertoleran.
1.2Rumusan Masalah
Melalui pemaparan latar belakang diatas maka penulis
mengindentifikasikan perumusan masalah yang dijadikan sarana penelitian
adalah:
1. Mengapa terwujud keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak
Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II?
2. Bagaimana bentuk keharmonisan antar etnis Batak Mandailing, Batak
Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk Panji II?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah
1. Untuk mengetahui Mengapa terwujud keharmonisan antar etnis Batak
Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk
Panji II.
2. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk keharmonisan antar etnis Batak
Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda di Desa Transmigrasi Teluk
Panji II.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan yang dapat diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
1. Hasilpenelitian diharapkandapat meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, pada umumnya untuk ilmu
sosiologi pada khususnya sosiologi Hubungan Antar Kelompok
dan kajian mengenai hubungan sosial.
2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan
sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasisiwa sosiologi
selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.
b. Manfaat Praktis
1. Menjadi sumbangan pemikiran kepada masyarakat agar mampu
menjaga keharmonisan yang telah ada saat ini.
2. Menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah daerah
pemerataan aktivitas-aktivitas. Seperti aktivitas keagamaan, sosial
dan budaya guna tercapainya masyarakat Bhinneka Tunggal Ika.
3. Untuk memberikan masukan-masukan kepada pihak-pihak atau
lembaga-lembaga yang membutuhkannya, terutama bagi para
tokoh adat dan tokoh agama.
1.5 Defenisi Konsep
Adapun defenisi konsep dalam penlelitian ini adalah:
a. Interaksi sosial merupakan suatu proses sosial yang mencakup suatu
hubungan antara individu dengan individu, individu dangan kelompok dan
kelompok dengan kelompok yang terdiri dari beragam etnis. Biasanya
interaksi yang seperti ini di temukan di pasar, jalan, warung, pesta
perkawinan dan kemalangan sebagaimana kondisi ini terlihat di Desa
Teluk Panji II.
b. Kelompok sosial atau social groupadalah himpunan atau kesatuan manusia
yang hidup bersama di Desa teluk Panji II dan masyarakatnya mempunyai
kebiasaan saling membantu, tukar menukar gagasan, mengirim dan
menerima informasi, membagi pengalaman, bekerjasama dengan
antarkelompok sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan yang telah ada
di Desa Teluk Panji II.
c. Akulturasimerupakan suatu proses dimana masyarakat Desa teluk Panji II
yang merupakan adat dari Mandailing, begitu juga dengan Etnis
Mandailing yang menggunakan hiburan Jarkep ketika mengadakan suatu
acara yang mana kita ketahui bahwa Jarkep itu kebudayaan Etnis Jawa.
Bukan hanya Etnis Jawa dan Mandailing saja yang menggunakan hal ini
tapi rata-rata etnis yang ada di Desa Teluk Panji II seperti Etnis Batak
Toba dan Etnis Sunda sudah menggunakan hal ini juga. Walaupun begitu
masyarakat Teluk Panji II tidak melupakan budaya yang mereka miliki
masing-masing.
d. Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan
atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayan
yang dianut bersama. Hal seperti ini dapat dilihat di Desa teluk Panji II
dimana pada saat salah seorang warga terkena musibah, mengalami
kesulitan ekonomi, maka timbul rasa simpati dari kelompok masyarakat
lain. Hal ini dilakukan masyarakat Teluk Paanji II karena timbulnya rasa
senasip sepenanggungan.
e. Masyarakat Majemuk menurut Furnivall (Sunarto, 2004:161) menyatakan
bahwa masyarakat majemuk ialah suatu masyarakat yang di dalamnya
kelompok berbeda tercampur tetapi tidak berbaur.
f. Kerjasama yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
dengan memanfaatkan keberagamaan etnis, bekerjasama mensukseskan
acara pesta pernikahan yang diadakan salah seorang warga, begitu juga
dengan berotong royong secara bersama-sama agar tercipta desa yang
bersih dan nyaman. Dalam hal musibah juga bekerjasama meringankan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Interaksi Sosial
Menurut Soejono Soekanto, interaksi Sosial merupakan bentuk proses
sosial karena interaksi sosial merupakan utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus
interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan
kelompok, maupun perorangan dengan kelompok.(Soekanto, 2007:55)
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
berkaitan dengan orang perorangan, kelompok perkelompok, maupun perorangan
terhadap perkelompok ataupun sebaliknya. (Elly dan Usman, 2011:63)
Dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang
terjadi jika dua orang atau lebih saling berinteraksi dan berkomunikasi, hubungan
tersebut terjadi secara timbal balik. Interaksi dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Interaksi secara langsung dapat terjadi jika dua orang atau lebih
bertemu dan saling bertegur sapa, sedangkan interaksi secara tidak langsung
seperti ada perasaan, bau keringat, suara berjalan dan sebagainya.
Interaksi sosial dapat bersifat assosiatif dan dissosiatif, interaksi yang
bersifat assosiatif dapat menciptakan suatu hubungan yang harmonis didalam
masyarakat, sedangkan interaksi yang bersifat dissosiatif dapat mengakibatkan
terjadinya konflik. Di dalam masyarakat yang terdiri dari beragam etnis tidak
masyarakat memiliki kesadaran pentingnya menciptakan suatu hubungan
harmonis demi tercapainya masyarakat yang berintegrasi
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Leis Yigi Balom (2013)yang
berjudul “Peranan Interaksi Anggota Keluarga Dalam Upaya Mempertahankan
Harmonisasi Kehidupan Keluarga Di Dea Kumuluk Kecamatan Kiom Kabupaten
Lanny Jaya” diketahui bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat manusia telah
diberikan predikat sebagai makhluk sosial, karena dengan predikatnya itu manusia
dituntuk untuk melakukan hubungan atau interaksi sosial antara sesama anggota
keluarga, anggota masyarakat, dan juga antar kelompok dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.Interaksi sosial itu merupakan salah aspek dalam kehidupan
keluarga/kelompok yang wajib dilaksanakan oleh setiap individu, karena mereka
menyadari bahwa kehadirannya dalam sebuah keluarga/kelompok terdapat
individu lainnya.
Sehubungan dengan hal itu manusia menyadari betapa pentingnya
kehadiran orang lain di sekitarnya, di mana mereka saling berbuat, mengakui,
mengenal, dan saling berinteraksi dalam upaya menciptakan suasana kehidupan
yang harmonis dan saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Dalam
konteks kehidupan bermasyarakat yang didalamnya terdiri dari beragam etnis,
interaksi memiliki peran yang sangat penting dalam mempertahankan
keharmonisan bermasyarakat, namun hal itu tentu tidaklah semudah dengan apa
yang kita pikirkan, akan tetapi perlu adanya kemampuan untuk mengendalikan
faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan, misalnya
faktor situasi sosial, faktor nilai sosial-budaya, faktor tujuan masing-masing
kehidupan masyarakat yang berada di Desa Teluk Panji II Kecamatan Kampung
Rakyat, Kabupaten Labuhan batu Selatan.
2.1.1 Bentuk-bentuk Interaksi Saling Menguntungkan
Adapun bentuk-bentuk interaksi Saling Menguntungkan yaitu:
1. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antar individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama timbul apabila seseorang menyadari
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, serta menyadari bahwa hal tersebut
bermanfaat bagi dirinya atau orang lain. Kerja sama timbul karena orientasi
individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi individu terhadap
kelompok lainnya (out group).
Bentuk kerja sama yang terjadi didalam masyarakat Teluk Panji II seperti
gotong royong, bakti sosial, bahu-mebahu memperbaiki jalan, membersihkan parit
serta ketika pemilihan kepala desa semua etnis yang ada Desa Teluk Panji II
beramai-ramai menyumbangkan suara nya untuk mensukseskan pemilihan
tersebut. Hal seperti ini merupakan bentuk kebiasaan kerjasama yang
menguntungkan di Desa Teluk Panji II yang sampai saat ini kondisinya masih
berjalan lancar walaupun sedang diterpa oleh perkembangan globalisasi dan
modernisasi yang sedang berjalan.
Didalam masyarakat multietnis, kerjasama merupakan faktor yang
mendorong masyarakat untuk saling membantu, menimbulkan rasa saling
memiliki yang pada akhirnya akan menciptakan hubungan harmonis didalam
masyarakat multietnis. Kerjasama yang baik dapat tercipta jika masyarakat yang
hubungan dan interaksi yang baik. Interaksi yang baik tersebutlah yang akan
menciptakan hubungan yang harmonis.
2. Toleransi
Kemampuan masyarakat Teluk Panji II tidak diragukan lagi dalam
bertoleransi. Hal ini terlihatdari cara mereka bersikap, bersifat dan berperilaku
membiarkan atau membolehkan, sabar, memiliki daya tahan yang tinggi baik
psikis maupun fisik terhadap berbagai tekanan. Mereka jugadapat menerima
perbedaan, baik itu perbedaan pendapat, sikap, sifat dan perilaku orang lain, serta
lapang dada atau pemaaf terhadap kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan
oleh orang lain terhadap standar nilai-nilai yang dia anut untuk menjaga
kedamaian, keamanan dan hubungan yangbaik dengan orang lain, karena hal itu
dilakukan dalam konteks keberadaan orang lain, maka kemampuan untuk
bertoleransi terhadap orang lain dikatakan sebagai toleransi sosial, karena sikap
dan perilaku tersebut sering dilakukan berkali-kali ketika berinteraksi sosial
dengan orang lain, akhirnya menjadi sifat orang tersebut.
3. Akomodasi (accomodation)
Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekanto, (1987:63) akomodasi adalah
suatu pengertian yang dipergunakan untuk menggambarkan suatu proses yang
sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaption) yang dipergunakan oleh
ahli-ahli biologi untuk menunjukkan pada suatu proses di sekitarnya.
Menurut Firth dalam Taneko (1990:125) menyatakan bahwa perselisihan
tua, atau kepada seorang teman atau teman sesuku yang disegani, telah menjadi
kebiasaan bagi rakyat Nyakusa. Bentuk penyelesaian dengan model seperti ini
dapat pula ditemui pada masyarakat Teluk Panji IIdan bahkan telah melembaga,
dan bagi masyarakat Teluk Panji II terdapat suatu pola penyelesaian perselisihan
melalui suatu lembaga, yang dimaksud disini adalah lembaga musyawarah.
4. Akulturasi (acculturation)
Akulturasimerupakan suatu proses dimana masyarakat Desa teluk Panji II
yang ber Etnis Jawa ketika pesta pernikahan menggunakan adat upah-upah yang
merupakan adat dari Mandailing, begitu juga dengan Etnis Mandailing yang
menggunakan hiburan Jarkep ketika mengadakan suatu acara yang mana kita
ketahui bahwa Jarkep itu kebudayaan Etnis Jawa. Bukan hanya Etnis Jawa dan
Mandailing saja yang menggunakan hal ini tapi rata-rata etnis yang ada di Desa
Teluk Panji II seperti Etnis Batak Toba dan Etnis Sunda sudah menggunakan hal
ini juga. Walaupun begitu masyarakat Teluk Panji II tidak melupakan budaya
yang mereka miliki masing-masing.
2.1.2 Bentuk-bentuk Interaksi yang Merugikan
a. Persaingan (competition)
Persaingan adalah suatu perjuangan (struggle) dari pihak-pihak untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.Suatu ciri dari persaingan adalah perjuangan
menyingkirkan pihak lawan itu dilakukan secara damai atau secara fair Play,
artinya selalu menjunjung tinggi batas-batas yang diharuskan.Persaingan dapat
kekuasaan, bidang percintaan, dan sebagainya.Persaingan dalam mana meliputi
beberapa pihak yang melakukan persaingan, pihak-pihak yang berkompetisi
(bersaing) disebut saingan (rivalry) Taneko (1990:121).
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi berasal dari kata Latin, conta dan venire, yang berarti
menghalangi atau menantang. Dalam kontravensi dikandung usaha untuk
merintangi pihak lain mencapai tujuan. Yang diutamakan dalam kontravensi
adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Hal ini didasari oleh rasa
tidak senang karena keberhasilan pihak lain yang dirasakan merugikan, walaupun
demikian tidak terdapat maksud untuk menghancurkan pihak lain. Narwoko dan
Suyanto (2010:70).
c. Pertentangan atau Konflik (conflict)
Konflik adalah suatu proses sosial yang berlangsung dengan melibatkan
orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menantang dengan ancaman
kekerasan. Narwoko dan Suyanto (2010:68).Konflik terjadi karena adanya
perbedaan pendapat, perasaan individu, kebudayaan, kepentingan, baik
kepentingan individu maupun kelompok, dan terjadi perubahan-perubahan sosial
yang cepat yang menimbulkan disorganisasi sosial. Perbedaan-perbedaan ini akan
memuncak menjadi pertentangan karena keinginan-keinginan individu tidak dapat
diakomodasikan.
Sejarah multikulturalisme adalah sejarah masyarakat majemuk.Amerika,
Kanada, Australia adalah dari sekian negara yang sangat serius mengembangkan
konsep dan teori-teori mulikulturalisme dan juga pendidikan multikultur. Ini
dikarenakan mereka adalah masyarakat imigran dan tidak bisa menutup peluang
bagi imigran lain untuk masuk dan bergabung di dalamnya. Akan tetapi,
negara-negara tersebut merupakan contoh negara-negara yang berhasil mengembangkan
masyarakat multikultur dan mereka dapat membangun identitas kebangsaannya,
dengan atau tanpa menghilangkan identitas kultur mereka sebelumnya, atau kultur
nenek moyangnya.
Dalam sejarahnya,multikulturalisme diawali dengan teori melting pot yang
sering diwacanakan oleh J Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam
teorinya Hector menekankan penyatuan budaya dan melelehkan budaya asal,
sehingga seluruh imigran Amerika hanya memiliki satu budaya baru yakni budaya
Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur mereka itu lebih diwarnai oleh
kulturWhite Anglo Saxon Protestant (WASP) sebagai kultur imigran kulit putih
berasal Eropa.
Kemudian, ketika komposisi etnik Amerika semakin beragam dan budaya
mereka semakin majemuk, maka teori melting pot kemudian dikritik dan muncul
teori baru yang populer dengan namasalad bowl sebagai sebuah teori alternatif
dipopulerkan oleh Horace Kallen. Berbeda dengan melting pot yang melelehkan
budaya asal dalam membangun budaya baru yang dibangun dalam keragaman,
Teori salad bowl atau teori gado-gado tidak menghilangkan budaya asal, tapi
sebaliknya kultur-kultur lain di luar WASP diakomodir dengan baik dan
sebuah budaya nasional. Pada akhirnya, interaksi kultural antar berbagai etnik
tetap masing-masing memerlukan ruang gerak yang leluasa, sehingga
dikembangkan teori Cultural Pluralism, yang membagi ruang pergerakan budaya
menjadi dua, yakni ruang publik untuk seluruh etnik mengartikulasikan budaya
politik dan mengekspresikan partisipasi sosial politik mereka. Dalam konteks ini,
mereka homogen dalam sebuah tatanan budaya Amerika.Akan tetapi, mereka juga
memiliki ruang privat, yang di dalamnya mereka mengekspresikan budaya
etnisitasnya secara leluasa.
Dengan berbagai teori di atas, bangsa Amerika berupaya memperkuat
bangsanya, membangun kesatuan dan persatuan, mengembangkan kebanggaan
sebagai orang Amerika. Namun pada dekade 1960-an masih ada sebagian
masyarakat yang merasa hak-hak sipilnya belum terpenuhi. Kelompok Amerika
hitam, atau imigran Amerika latin atau etnik minoritas lainnya merasa belum
terlindungi hak-hak sipilnya.
Masyarakat Teluk Panji II mengembangkan multiculturalism, yang
menekankan penghargaan dan penghormatan terhadap hak-hak minoritas, baik
dilihat dari segi etnik, agama, ras atau warna kulit. Multikulturalisme pada
akhirnya di jadikan sebuah konsep akhir untuk membangun kekuatan harmonisasi
yang terdiri dari berbagai latar belakang etnik, agama, ras, budaya dan bahasa,
dengan menghargai dan menghormati hak-hak sipil antaretnis, termasuk hak-hak
kelompok minoritas. Sikap apresiatif yang ada di Teluk Panji II tersebut
akandapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun sebuah
keharmonisasian.
Furnivall dalam Arief, Brahmana, dan Pardamean, (2003:81) melihat
masyarakat majemuk terpecah-pecah ke dalam kelompok-kelompok orang yang
terisolasi, dan perpecahan kehendak sosial tercermin di dalam perpecahan
permintaan sosial.Di dalam agama dan musik, dalam soal kebaikan dan
keindahan, tidak ada standar bersama untuk seluruh seksi-seksi dalam komunitas,
dan standarnya menurun ke dalam suatu tingkat tertentu ketika persetujuan
bersama dicapai. Peradaban merupakan proses belajar bersama dalam kehidupan
sosial bersama, tetapi dalam masyarakat majemuk, manusia mengalami penurunan
peradaban. Furnivall melihat bahwa ciri dasar pokok masyarakat majemuk adalah:
1. Adanya keanekaragaman dewan/kelompok sosial yang membuat
masyarakat sulit membentuk kesatuan hidup bersama secara sosial dan
politik.
2. Tidak ditemukan adanya kehendak bersama (common will) atau
menurut istilah teknis Furnivall “permintaan sosial yang sama”
(common social demand).
Menurut Furnivall dalam Nasikun, (2000:29) masyarakat majemuk adalah
masyarakat yang hidup berdampingan satu sama lain, namun tidak
terikat/tergabung dalam satu kesatuan unit politik. Hal ini sajalan dengan kondisi
yang terjadi di Desa telukPanji II dimana masyarakaytnya hidup bersama bahu
membahu tetapi mereka tidak terikat dalam kesatuan unit politik. Sedangkan
menurut Nasikun, (2000:28) beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia
sebagai masyarakat yang majemuk, yaitu: Struktur masyarakat Indonesia ditandai
oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ditandai oleh kenyataan
Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan yang cukup tajam seperti di Desa Teluk Pani II masyarakatnya memliki
perbedaan bahasa, adat, karakter namun perbedaan-perbedaan yang mereka miliki
tidak menjadi penghalang mereka untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya
bahkan mereka hidup harmonis dan saling bertoleran. Perbedaan-perbedaan suku
bangsa, perbedaan agama, adat dan kedaerahan sering kali disebut sebagai ciri
masyarakat yang bersifat majemuk tetapi dengan kemajemukan itu Desa Teluk
Panji II merupakan desa yang unik yang tidak di miliki semua desa lain.
Nasikun, (2000:35) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menimbulkan terjadinya kemajemukan masyarakat Indonesia, yaitu antara lain:
1. Keadaan/geografis yang membagi wilayah Indonesia atas kurang
lebih3000 pulau yang terletak di suatu daerah skuator sepanjang kurang
lebih 3000 mil dari Utara ke Selatan. Faktor ini merupakan yang sangat
besar pengaruhnya terhadap terciptanya pluralitas suku bangsa.
2.Kenyataan bahwa Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan
Samudera Pasifik, kenyataan yang demikian sangat mempengaruhi
terciptanya pluralitas agama di dalam masyarakat Indonesia, melalui
pengaruh kebudayaan bangsa lain yang menyentuh masyarakat Indonesia.
3.Iklim yang berbeda dan struktur tanah yang tidak sama diantara berbagai
daerah di Kepulauan Nusantara ini, merupakan faktor yang menciptakan
pluralitas regional Indonesia. Perbedaan curah hujan dan kesuburan tanah
merupakan kondisi yang menciptakan lingkungan ekologis yang berbeda
di Indonesia, yakni daerah pertanian sawah (wet rice cultivation).
antara Jawa dan luar Jawa di dalam lingkungan kependudukan, ekonomi
dan sosial budaya.
Kemajemukan suatu masyarakat dapat kita lihat secara horizontal maupun
secara vertikal muncul dalam bentuk perbedaan suku, agama, kedaerahan,
perbedaan tingkat pendidikan dan perbedaan latar belakang agama. Hal seperti ini
terdapat di beberapa wilayah Indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Labuhanbatu Selatan tepat nya di Desa Teluk Panji II. Menurut Liddle
dalam Arief, Brahmana, dan Pardamean, (2003:117) integrasi nasional mencakup
dua dimensi, yaitu:
1. Dimensi Horizontal, yaitu berupa masalah oleh karena adanya perbedaan
suku, ras, agama. Dimensi ini sering pula disebut sebagai masalah yang
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh ikatan primordial, yang ada dan hidup
dalam sebuah masyarakat yang bisa membahayakan kelangsungan proses
integrasi nasional bilamana ia sampai menjelma menjadi perasaan loyalitas
yang lebih tinggi terhadap kelompok-kelompok sub-nasional semacam itu
dari pada kepada kesatuan bangsa itu sendiri.
2. Dimensi Vertikal, berupa masalah yang ditimbulkan oleh muncul dan
berkembangnya semacam jurang pemisah (gap) antara golongan elit.
Namun peneliti tidak menemukan hal-hal yang bersifat (gap) dilingkungan
masyarakat Teluk Panji II. Namun pada kenyataannya masyarakat Teluk
Panji II tidak ada membeda-bedakan golongan orang elit dengan
masyarakat biasa. Mereka duduk bersama, bekerjasama, hidup harmonis
dan berdampingan. Kemajemukan masyarakat Teluk Panji IImerupakan
hak yang sama untuk tinggal menetap di wilayah yang sama,
kemajemukan masyarakat di Indonesia khususnya di Desa Transmigrasi
Teluk Panji II, berwujud pada perbedaan tempat tinggal, suku, agama, adat
istiadat. Perbedaan latar belakang kehidupan pada suatu masyarakat dapat
menyebabkan konflik atau sebaliknya integrasi. Tetapi peneliti tidak
menemukan konflik di Desa tersebut bahkan sebaliknya peneliti
menemukan harmonisasi sosial multi etnis yang bersifat kekeluargaan.
2.4 Nilai dan Norma Sosial 2.4.1 Nilai Sosial
Menurut Narwoko dan Suyanto (2010: 55) nilai adalah suatu bagian
penting dari kebudayaan.Suatu tindakan dianggap sah, artinya secara moral dapat
diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh
masyarakat di mana tindakan itu dilakukan. Ketika nilai yang berlaku di Teluk
Panji II menyatakan bahwa kesholehan beribadah merupakan sesuatu yang harus
dijunjung tinggi, maka bila ada orang yang malas beribadah tentu akan menjadi
bahan pergunjingan. Sebaliknya, bila ada orang yang dengan ikhlas rela
menyumbangkan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah atau rajin amal dan
semacamnya, maka ia akan dinilai sebagai orang yang pantas dihormati dan
diteladani.
2.4.2 Norma Sosial
Harjono berpendapat dalam Taneko (1990:129) bahwa koperasi antara
1. Bahwa manusia individual atau kelompok berusaha sekerasnya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat jaminan keamanan
dan jika mungkin mencapai suatu tingkat kemakmuran yang diinginkan.
2. Bahwa untuk mendapatkan kondisi yang esensial bagi kelangsungan hidup
dan keamanan diperlukan adanya ketertiban sosial dalam derajat yang
tinggi.
3. Bahwa untuk mencapai derajat ketertiban sosial yang tinggi diperlukan
adanya suatu pengaturan sosial kultural serta mekanisme yang dapat
dipergunakan bagi pelaksanaan pengaturan itu.
Taneko (1990:129) mengatakan apabila berbicara dalam konteks
norma-norma, hal ini berarti membicarakan salah satu dari unsur struktur sosial.Dengan
demikian, uraian di atas telah melukiskan suatu korelasi antara interaksi sosial
dengan struktur sosial yang dinamakan norma-norma.Taneko (1990:129) juga
menyatakan bahwa norma-norma itu dapat dipandang sebagai suatu standard atau
skala yang terdiri dari berbagai kategori perilaku yang berisikan suatu keharusan,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan, memahami, dan
menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
serta menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya (Moleong, 2006:46).
Untuk memperoleh informasi dan data yang sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian, perlu suatu desain/rencana menyeluruh tentang
urutan kerja penelitian dalam bentuk rumusan operasional suatu metode ilmiah,
rincian garis-garis besar keputusan sebagai suatu pilihan, serta dasar atau
alasan-alasan ilmiah.
Data yang hendak dikumpulkan adalah harmonisasi masyarakat multi etnis
di Desa Teluk Panji II. Melihat fenomena seperti itu, jelas bahwa yang
dikehendaki adalah suatu informasi dalam bentuk deskripsi, artinya konsep
tersebut lebih menghendaki makna yang berada dibalik deskripsi data, sehingga
penelitian seperti ini lebih tepat bila menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mendeskrifsikan mengapa terwujud harmonisasi masyarakat multi etnis(etnik
Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda) di Desa Transmigrasi Teluk
Panji II dan bagaimanabentuk keharmonisan antar etnik Batak Mandailing, Batak
Dan penelitian ini lebih mempunyai perspektif empirik, maksudnya
bahwa data yang terkumpulkan diupayakan untuk dideskripsikan berdasarkan
ungkapan, bahasa,caraberpikir, dan pandangan subjek penelitian.
3.2. Lokasi Penelitian
Desa Transmigrasi Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan merupakan lokasi yang dipilih peneliti sebagai objek
penelitian, dengan pertimbangan peneliti berasal dari desa tersebut dan kondisi
desa tersebut relatif aman dari konfik antaretnis walaupun masyarakatnya dihuni
beragam etnis.
Desa Transmigrasi Teluk Panji berbatasan dengan Provinsi Riau dan
terbagi menjadi 4 desa yaitu: Desa Transmigrasi Teluk Panji I, Teluk Panji II,
Teluk Panji III, dan Teluk Panji IV. Namun, peneliti hanya meneliti di Desa Teluk
Panji II karena masyarakat yang tinggal di Desa Teluk Panji II mempunyai
beragam etnis dan model tempat tinggal yang membaur, serta mempunyai
hubungan dan interaksi sosial yang harmonis.
3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian
keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007:51-52). Unit
analisis data penelitian ini, yang pertama adalah individu, sebagai warga
masyarakatdengan ketentuan adalah warga masyarakat Desa Teluk Panji II.
pemasalahan etnis di desa tersebut serta seluruh masyarakat yang beretnis Batak
Mandailing, Batak Toba, Jawa dan Sunda yang ada di Desa Transmigrasi Teluk
Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.3.2. Informan
Informan merupakan subjek yang memahami permasalahan peneliti
sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin,
2007:76). Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1.Tokoh Adat
2. Masyarakat Etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Sunda
3.3.3 Karakteristik Informan
1) Mempunyai hubungan kerja
2) Minimal sudah tinggal di Desa Teluk Panji II selama 10 tahun
3) Menjadi sumber data bagi peneliti
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi penelitian, keterangan-keterangan
atau fakta-fakta yang diperlukan. Dalam proses pengumpulan data peneliti
akanmenggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar mendapat kesesuaian
dengan fokus dan kebutuhan peneliti dalam mengolah data dan informasi yang
diperoleh nantinya. Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
A. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
informan yang ditemukan dilapangan. Adapun langkah-langkah dalam
pengumpulan data primer ini adalah dengan cara:
1. Observasi, observasi dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta melalui dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution, 1988:56).
Dengan observasi peneliti dapat melihat langsung bagaimana interaksi
masyarakat multietnis (Etnis Batak Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan
Sunda) di Desa Teluk Panji II, Kecamatan Kampung Rakyat,
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2. Wawancara mendalam dengan masyarakat Desa Transmigrasi Teluk
Panji II, untuk memperoleh data yang berhubungan dengan pendapat
dari sumber data. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang
menyatakan bahwa dengan melakukan wawancara kita dapat
memasuki dunia pikiran dan perasaan responden (Nasution, 1988:69).
B. Data Sekunder
1. Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini
dilakukan dengan penelitian perpustakaan dan pencatatan dokumen,
yaitu menghimpun berbagai informasi dari buku-buku referensi,jurnal,
3.5. Interpretasi Data
Data diperoleh dari penelitian di edit, kategorisasi kemudian dipaparkan
secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian. Seiring dengan deskrifsi temuan
penelitian dilakukan interpretasi data dengan merujuk pada kajian perspektif
sosiologi yang digunakan.
3.6 Jadwal Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dimulai dari April 2014 sampai Agustus 2014.
Secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan penelitian
NO Jadwal Kegiatan
Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 Acc Judul √
3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √
4 Seminar Proposalpenelitian √
5 Revisi Proposal Penelitian √ √
6 Operasional Penelitian √
7 Pengumpulan dan Analisis Data √ √
8 Bimbingan Skripsi √ √ √
9 Penulisan Laporan Penelitian √ √ √
10 Sidang Meja Hijau √
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari masih terdapat
keterbatasan-keterbatsan dalam penelitian. Untuk itu bagi para akademisi yang menggunakan
hasil penelitian ini sebagai dasar kajian ilmiah maupun bagi praktisi yang
menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar pengambilan keputusan
diharapkan memperhatikan keterbatasan peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini hanya membahas harmonisasi sosial antar masyarakat multi
etnis. Padahal masih banyak hal-hal lain yang berhubungan dengan
penelitian ini misalnya aspek sosial ekonomi masyarakatdan sebagainya.
2. Ruang waktu dalam penelitian ini hanya sekitar empat bulan untuk
pencarian data di lapangan dengan observasi lapangan dan wawancara
dengan para informan. Penelitian ini sebaiknya dilakukan dalam waktu
yang relatif lebih lama supaya data-data lapangan dapat terkumpul lebih
mendalam lagi.
BAB IV
TEMUAN DATADAN INTERPRETASI DATA
4.1 Sejarah Lokasi Penelitian
Desa Teluk Panji II merupakan salah satu bagian dari Kecamatan
Kampung Rakyat Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yang merupakan bagian dari
berdasarkan Undang-undang nomor 23 tahun 2008. Desa Teluk Panji II jauh dari
perkotaan, apabila ingin bepergian maka menempuh jarak sekitar 45 KM ke Ibu
Kota Kabupaten.Sebelum menjadi desa daerah ini merupakan hutan dan
rawa-rawa. Namun pada tahun 1991 melalui program pemerintah berupa transmigrasi
yang bekerjasama dengan PT ABM membangun desa transmigrasi yang sampai
sekarang menjelma menjadi sebuahDesa Teluk Panji yang terdiri dari desa Teluk
Panji I, II, III dan IV. Melalui program transmigrasi tersebut banyak penduduk
yang berdatangan, sebagian besar penduduk yang datang berasal dari Pulau Jawa,
Lampung dan sekitarnya.Namun dikarenakan kondisi jalan yang berlumpur ketika
musim hujan, belum masuknya PLN, sulitnya mendapatkan air bersih serta masih
ada binatang buas seperti harimau menyebabkan banyak warga tidak mampu
bertahan. Sebagian transmigran kembali kedaerah asal sedangkan yang tetap
bertahan itulah yang menjadi warga di Desa Teluk Panji II yang terdiri dari Etnis
Mandailing, Batak Toba, Jawa dan Sunda.
Pada tahun 1995 melalui pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu
memberikan bibit kepada masyarakat transmigran serta mengadakan pelatihan
untuk menanam pohon sawit di desa tersebut.Ditambah lagi dengan di bangunnya
pabrik kelapa sawit di desa tersebut turut membantu warga yang berprofesi
sebagai petani sawit untuk meningkatkan pendapatan mereka.Seiring berjalannya
waktu banyak pendatang yang juga ikut menetap di desa ini.Hal ini beriringan
dengan perbaikan infrastruktur baik oleh pemerintah maupun pihak
swasta.Sampai saat ini Desa Teluk Panji II telah mengalami kemajuan cukup
pesat yang juga merupakan dampak dari pembangunan di desa ini. Etnis yang
dan Mandailing. Desa Teluk Panji II merupakan desa perkebunan karena desa
tersebut di kelilingi oleh kebun kelapa sawit.
Desa Transmigrasi Teluk Panji II terbagi menjadi beberapa dusun, dimana
setiap dusun di pimpin oleh Kepala Lingkungan untuk memajukan dan
mengembangkan Desa Teluk Panji II. Dusun yang terdapat di Desa Teluk Panji II
ini adalah yang pertama Dusun I, Dusun II, dan Dusun III.Dusun I Kepala
Lingkungannya bernama Ali Hasan, Dusun II di pimpin oleh Wardiono, dan
Dusun III di pimpin oleh Saliyadi. Dengan Kepala Desa Teluk Panji II yang di
pimpin oleh Bapak Aminuddin. Pak Aminuddin menjabat sebagai Kepala Desa
tahun 2002. Awal masuknya Pak Aminuddin ke Desa Teluk Panji II yaitu pada
tanggal 20 februari 1995 bersama rombongannya yaitu keluarga Pak Sarno yang
saat ini menjabat sebagai sekretaris Desa Teluk Panji II. Setelah sebelas hari
berada di Desa Teluk Panji II pihak transmigrasi mengadakan pemilihan
koordinator untuk menjadi pemimpin didesa itu. Ada beberapa warga yang
mencalonkan seperti Pak Aminuddin dengan lambang ubi, Pak Guntur dengan
lambang padi, sedangkan Pak Sarjono berlambangkan jagung.Mereka bertiga ini
merupakan masyarakat pendatang dari Jawa dan belum saling mengenal.
Setiap calon koordinator desa di beri kesempatan untuk memperkenalkan
diri dan menceritakan sejarah hidupnya.Pak Aminuddin mendapat kesempatan
pertama untuk memperkenalkan diri. Pak Aminuddin menceritakan di depan
masyarakat bahwa dirinya pernah menjabat sebagai kepala sekolah SD (Sekolah
Dasar), dan pernah menjabat sebagai juru kampanye partai golkar.
Pak Guntur merupakan calon kedua dan calon ke tiga Pak Sarjono, ia
calon memperkenalkan dirinya pihak transmigrasi menunjuk Pak Aminuddin yang
berlambangkan ubi sebagai koordinator desa.Koordinator desa bertugas mengatur
dan memimpin desa karena pada saat itu belum ada kepala desa.Pak Aminuddin
menjabat sebagai koordinator desa sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2002.
Pada tahun 2002 istilah koordinator desa tidak diberlakukan lagi tetapi
sudah menggunakan istilah kepala desa (Kades). Pemilihan kepala desa yang
pertama kali di lakukan yaitu pada tahun 2002 sejak berganti nama dari
koordinator desa menjadi kepala desa. Di tahun pertama pemilihan Kepala Desa
Pak Aminuddin mendaftar sebagai calon kepala desa dan merupakan calon
tunggal hingga ia menjadi kepala desa Teluk Panji II hingga 2008. Semasa habis
jabatan menjadi kepala desa ditahun 2008, Pak Aminuddin mencalonkan kembali
menjadi kepala desa diperiode ke II dan kembali meraih kemenangan dan berhak
memimpin Desa Teluk Panji II dari tahun 2008 hingga 2014 sekarang.
Masyarakat Desa Teluk Panji II yang berbeda etnis cenderung tinggal
membaur, akan tetapi mereka tetap bersatu mempunyai hubungan sosial yang
harmonis, dimana pada saat hari jum’at dan hari senin semua etnik Batak Toba,
Mandailing, Jawa dan Sunda berbelanja di pajak yang terletak di kawasan Etnik
Jawa, di pajak inilah mereka saling berinteraksi satu sama lainnya. Walaupun
berbeda etnis mereka tetap menjunjung tingggi nilai-nilai toleransi dan
mempunyai hubungan sosial yang harmonis antar agama dan etnik.Bukan hanya
pada saat berbelanja ke pajak saja tetapi pada saat pesta pernikahan, saat
bergotong royong dan saat bermusyawarah semua etnis Batak Toba, Batak
Mandailing, Jawa dan Sunda berkumpul dan berinteraksi.Banyak perubahan yang
Pada saat ini Desa Teluk Panji II mempunyai fasilitas-fasilitas yang dapat
digunakan masyarakat setempat.Seperti adanya perbaikan jalan, bertambahnya
fasilitas pendidikan seperti sekolah.Mata pencaharian masyarakat Desa Teluk
Panji II bergantung pada pertanian. Namun tidak semuanya bergantung pada
pertanian, seperti Etnik Batak Toba yang juga mencari nafkah dengan mendirikan
kedai-kedai di samping atau di depan rumahnya. Mereka menjual kebutuhan
masyarakat seperti menjual rokok, sayur-sayuran, isi ulang air minum, serta
jajanan-jajanan pasar.Bagi mereka hasil pertanian belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan anak-anak mereka dan keluarganya. Etnik Jawa merupakan etnik yang
sering berbelanja ke kedai dan tak jarang juga etnik lain berbelanja ke kedai
seperti Mandailing dan Sunda.
Lain halnya dengan Etnis Batak Toba apabila ingin mengadakan pesta
maka mereka meminta bantuan kepada Etnis Jawa atau sunda untuk memasak,
karena apabila Etnis Batak Toba mengadakan pesta, maka etnis lainnya juga akan
di undang, selain itu ketika ada salah seorang warga Desa Teluk Panji II dari etnis
manapun baik Etnis Jawa, Sunda, Batak Mandailing maupun Batak Toba tertimpa
musibah dan kemalangan maka semua turut hadir dan membantu, sehingga
terjalin suatu hubungan yang baik antar etnis di Desa Teluk Panji II.
Lingkungan tempat tinggal di Desa Teluk Panji II semuanya berbaur, tidak
adanya pengelompokkan tempat tinggal, semua etnis berbaur, misalnya di Desa
Teluk Panji II jalur I, terdapat pembauran etnis, baik Etnis Batak Toba, Jawa,
Sunda dan Batak Mandiling, begitu juga untuk masyarakat Desa Teluk Panji II
yang berada di jalur II dan seterusnya, mereka tinggal berbaur tanpa adanya
Teluk Panji II, misalnya ketika Etnis Jawa, Sunda dan Batak Mandailing
melaksanakan ibadah, maka Etnis Batak Toba menghargai dan tidak mengganggu,
begitu juga ketika etnis Batak Toba melaksanakan ibadah, maka Etnis Jawa,
Sunda dan Batak Mandailing juga menghargai dan tidak mengganggu. Hal ini lah
yang menimbulkan sikap toleransi dan sikap saling menghargai di antara etnis
yang berbeda. Seperti hal nya dengan Entik Batak Toba yang setiap rumah hampir
mempunyai peliharaan anjing tetapi ini bukan suatu masalah bagi etik lain.
Semuanya saling menghargai dan saling bertoleransi antar umat dan antar etnik
dan hidup harmonis.
Bagan 4.1
STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA TELUK PANJI II KEC. KAMPUNG
RAKYAT, KAB. LABUHANBATU SELATAN
Kepala Desa Aminuddin
BPD Arifin
ib
Sumber: Kantor Kepala Desa Teluk Panji II, 2008
4.2 Letak Geografis
Kecamatan Kampung Rakyat merupakan salah satu Kecamatan yang ada
di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sedangkan Desa Teluk panji II merupakan
salah satu desa yang ada di Kecamatan tersebut. Ibu kota Kecamatan kampung
Rakyat terletak di daerah Tanjung Medan, sedangkan kantor lurah di Teluk Panji
II terletak di Dusun 2, jarak Ibu Kota Kecamatan Kampung Rakyat dengan Ibu
Kota Kabupaten Labuhanbatu Selatan 25 KM dengan luas wilayah 70.915 Ha
sedangkan luas wilyah Desa Teluk Panji II adalah seluas 1021 Ha.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Teluk Panji II adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Teluk Panji III
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Panji I
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Perkebunan PT SMA (Supra
Keseluruhan luas lahan kelurahan ini menurut penggunaannya dapat di
lihat sebagai berikut:
Tabel 4.1: Luas Lahan Menurut Penggunanya
Penggunaannnya Luas (Ha)
Tanah sawah
Tanah kering
Bangunan/pekarangan
Lainnya
-
827
172
22
Jumlah 1021
Sumber: Kantor Kepala DesaTeluk Panji II, 2012
4.3 Fasilitas Kelurahan
Fasilitas desa merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat.Fasilitas desa merupakan fasilitas umum yang
digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari,
khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Teluk Panji II
ada beberapa sarana umum yang digunakam warga untuk memenuhi kebutuhan
rohani dan jasmaninya yakni:
4.3.1 Fasilitas Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia.Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya
pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Keberadaan pendidikan di zaman ini sebagai salah satu bagian untuk
mengadaptasikan manusia yang mampu mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui
pendidikan, manusia diharapkan memiliki wawasan masa depan yang memberikan
jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh
potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.
Peningkatan sumber daya manusia (SDM) adalah hal yang harus
dilakukan oleh setiap masyarakat agar dapat mengembangkan potensi dan prestasi
sehingga mampu bersaing di masa depan. Hal ini tentunya menuntut penguasaan
ilmu pengetahuan dan peningkatan wawasan secara terus menerus. Meskipun
demikian sarana pendidikan di Desa Teluk Panji II masih sedikit. Hal ini dapat di
lihat di tabel 2 yakni sebagai berikut:
Tabel 4.2 :Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pendidikan Negeri Swasta