• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kepuasan konsumen terhadap produk roti “breadhouse” untuk menentukan strategi pengembangan usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kepuasan konsumen terhadap produk roti “breadhouse” untuk menentukan strategi pengembangan usaha"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK

ROTI “

BREADHOUSE

” UNTUK MENENTUKAN STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA

ERLITA HENDRIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul: “Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Produk Roti “Breadhouse” untuk Menentukan Strategi Pengembangan Usaha” merupakan hasil karya saya sendiri di bawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Februari 2010

Erlita Hendriyani F352060335

(3)

ABSTRACT

ERLITA HENDRIYANI, Customer Satisfaction Analysis Towards Formulate Strategic Development Product of “BreadHouse”, advised by ANI SURYANI as a head of the committee and MA’MUN SARMA as a member.

The development of bread industry in Indonesia grows rapidly due to highly demand of bread, therefore small bread industry has a good prospect for entrepreneur who involved in bread and cake industry. “BreadHouse” is a relatively new business which established in 2006. This corporate has a potential strength to be developed. The purposes of the research are : 1) to analyze customer satisfaction of “BreadHouse”; 2) to identify corporate internal and external factor subject to BreadHouse business development; 3) and to determine business development strategic. This research used primary and secondary data, while the process and data analysis were conducted through cartesius diagram and CSI, IFE-EFE matrix and SWOT analysis. There is an index of 70% of CSI means customer satisfy with “BreadHouse” product and services. There are five parameters to be improved by this corporate, i.e. price, life (expired) time, ingredient, ability (availability) to get the product and sales time.

Internal factor review shows that the corporate has five strength factors, i.e. good product in both quality and packaging, corporate service which concerned to the customer satisfaction, the product confirms to the market demand, employee’s high motivation (loyality) to the corporation, and the corporate does not engage with the bank loan. Besides, there are four internal factors as corporate weaknesses, i.e. less of promotion, simple financial booking, human resource with low quality level, production capacity which has not been optimal yet. External factor review shows that there are five opportunities factors, i.e. the change of consumer’s consumption pattern, good prospect of marketing in Depok, Bogor and Jakarta, highly development of information technology, appropriate human resources and raw materials availability. In addition, there are four threat factors, i.e. political issue, competitors especially the new comer, bergaining power of the big consumer and product expenditures. IFE value is 2.941 and EFE value is 2.892. It means the corporate is in growth condition and stable. Base on SWOT analysis result, several corporate development strategies can be established through marketing strategy which is based on its marketing mix, i.e. product, price, place and promotion.

(4)

RINGKASAN

ERLITA HENDRIYANI. Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Produk Roti “BreadHouse” untuk Menentukan Strategi Pengembangan Usaha. Dibimbing oleh

ANI SURYANI sebagi Ketua dan MA’MUN SARMA sebagai Anggota.

Perkembangan industri roti/kue di Indonesia cukup pesat, hal ini disebabkan tingginya permintaan terhadap konsumsi roti/kue, sehingga industri kecil roti/kue mempunyai prospek dan peluang yang sangat cerah bagi pengusaha untuk ikut terjun ke dalam industri roti/kue. Tingginya permintaan tersebut disebabkan perilaku/pola makan masyarakat Indonesia, di mana masyarakat kita dewasa ini yang cenderung lebih praktis dan efisien, makan pada pagi dan sore hari seringkali memerlukan makanan yang mudah di peroleh dan cukup mengandung nutrisi yang di perlukan tubuh. Makanan tersebut antara lain adalah roti dan kue.

BreadHouse” merupakan usaha bisnis roti yang masih relatif baru dan didirikan pada tahun 2006. Meskipun bisa dibilang pemain baru di bidang bisnis roti, tapi dilihat dari omzet/penjualaan per bulannya, maka industri rumah tangga ini relatif menjanjikan. Mengingat usaha roti "Breadhouse" tergolong baru maka diperlukan suatu komentar atau opini umpan balik (feedback) dari konsumen dan strategi yang cocok dan kuat untuk mendapatkan pangsa pasar dan bersaing dengan produk yang sejenis. Untuk dapat menang dalam bersaing dan mendapatkan pangsa pasar yang diinginkan pihak perusahaan dapat meneliti dari tingkat kepuasan konsumen sehingga dapat mengantisipasi persaingan dan perkembangan produk untuk dapat memperoleh target pasar yang diinginkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganilisis kepuasan konsumen yang menjadi pelanggan produk "BreadHouse" dan melakukan indentifikasi faktor internal dan faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi pengembangan usaha roti ”BreadHouse” dan selanjutnya melakukan penyusunan strategi pengembangan usahanya. Metode pengumpulan data dengan menggunakan data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik, karyawan dan konsumen. Konsumen yang dipilih sebagai sampel sebanyak 100 orang dengan lokasi Depok, Bekasi, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan sesuai dengan area keliling sales. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder melalui penelusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait. Metode analisis yang digunakan yaitu Importance Performance Analisys (IPA) melalui diagram Kartesius dan CSI, Matriks EFE-IFE dan analisis SWOT.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar konsumen adalah perempuan (72%) dan berada pada rentang usia 26-40 tahun (63%) dengan status ibu rumah tangga (43%) dan pegawai swasta (34%) dan dengan sebagian besar status menikah 83%. Responden sebagian besar berdomisi di Depok (52%) dengan tingkat pendidikan bervariasi dari SLTA (30%), Akademi (30%) dan Sarjana (35%). Sebagian besar responden mempunyai pengeluaran perbulan diatas Rp.1.500,000,-.

(5)

(Prioritas Utama) oleh pelanggan dianggap sebagai atribut yang penting namun pelaksanaannya tidak optimal dan belum sesuai dengan harapan adalah harga produk, daya tahan produk, informasi gizi, kemudahan memperoleh produk, dan waktu keliling sales.

Berdasarkan matriks IFE didapat nilai faktor internal sebesar 2,941, ada lima faktor internal yang merupakan kekuatan perusahaan yaitu : produk yang baik dalam mutu dan kemasan, pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan, produk yang dikembangkan sesuai permintaan permintaan pasar, loyalitas tinggi karyawan terhadap perusahaan, dan terakhir tidak terikatnya perusahaan dengan modal yang berbentuk hutang bank. Empat faktor internal yang merupakan kelemahan perusahaan adalah : kurangnya promosi, pencatatan keuangan yang masih sederhana, kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah dan terakhir kapasitas produksi yang belum optimal.

Berdasarkan matriks EFE didapat nilai faktor eksternal sebesar 2,892, ada lima faktor eksternal yang memberikan peluang untuk pengembangan perusahaan yaitu : perubahan pola konsumsi masyarakat, prospek pemasaran di Depok, Bogor, dan Jakarta yang cukup baik, perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, ketersediaan tenaga kerja dan ketersediaan bahan baku yang cukup. Empat faktor eksternal yang menjadi ancaman perusahaan yaitu kondisi politik dan keamanan, adanya pendatang baru dengan produk sejenis, kekuatan tawar menawar pembeli yang besar, dan kenaikan biaya produksi. Dari Matriks Internal dan Eksternal perusahaan “BreadHouse“ berada pada kuadran V yaitu, yaitu growth and stability, menunjukkan bahwa “BreadHouse“ merespon peluang dan ancaman secara serius dan berada pada kondisi internal yang kuat.

(6)

penambahan jumlah sales dan memperluas areal pemasaran ke wilayah yang saat ini belum terjangkau, 4. Strategi promosi yaitu dengan melakukan pemasangan iklan di surat kabar atau melakukan penyebaran brosur, memberikan pengetahuan kepada para sales tentang cara-cara pemasaran dan strategi pemasaran dan juga pembukaan gerai/outlet di tempat-tempat stategis yang mudah dijangkau dan tempat yang nyaman.

(7)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

(8)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK ROTI

BREADHOUSE” UNTUK MENENTUKAN STRATEGI

PENGEMBANGAN USAHA

ERLITA HENDRIYANI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Judul Tugas Akhir : Analisis Kepuasan Konsumen terhadap Produk Roti “BreadHouse” untuk Menentukan Strategi Pengembangan Usaha

Nama Mahasiswa : Erlita Hendriyani Nomor Pokok : F352060335

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir. Ani Suryani, DEA Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Industri Kecil Menengah

Prof.Dr.Ir. Musa Hubeis MS, Dipl.Ing., DEA Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul: Analisis Kepuasan Konsumen Terhadap Produk Roti “BreadHouse” Untuk Menentukan Strategi Pengembangan Usaha. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan salah syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, berbagai pihak telah memberikan bantuan dan masukan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.Dr.Ir. Ani Suryani, DEA selaku pembimbing utama dan Dr.Ir. Ma’mun Sarma, MS, M.Ec selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengetahuan, serta bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan Tugas Akhir ini dan Prof.Dr.Ir. Fransiska R. Zakaria, MS selaku dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, suami, anak serta seluruh keluarga dan teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis menyampaikan banyak terima kasih dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2010

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 22 Oktober 1969 sebagai anak ke 4 dari 6 bersaudara pasangan Bapak H.Tumidjan Harnosupraptomo (Alm) dan Ibu Hj. Djuminten. Pada tahun 1998 penulis menikah dengan Didik Heru Untoro dan sekarang telah dianugerahi 3 orang anak yang bernama Maharani Ayuning Laksita, M. Adil Tangguh Pradana dan Naura Apta Ayu Sasikirana. Penulis diterima di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada dengan Program Sarjana (S1) pada tahun 1989 di Jurusan Geografi Manusia dan lulus pada bulan Agustus tahun 1995.

(12)

DAFTAR ISI A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan... 22

B. Struktur Organisasi Perusahaan... 23

C. Karakteristik Responden ”BreadHouse”... 25

D. Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap roti “BreadHouse”.... 29

E. Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan………... 52

F. Analisis Matriks I-E……….. 68

G. Analisis Matrik SWOT... 71

H. Strategi Pengembangan Usaha “BreadHouse”... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jumlah Produksi Roti dari Tahun 2001-2004... 1

2 Perkembangan volume penjualan roti ”Breadhouse” 2006-2008 2 3 Profil usaha di Indonesia...………... 4

4 Matriks IE/EFE... 12

5 Matriks SWOT……….……….. 14

6 Skor tingkat kepentingan………...…. 16

7 Skor tingkat pelaksanaan ... 16

8 Kriteria Indeks Kepuasan Pelanggan (CSI)... 21

9 Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia…..…. 25

10 Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin…...….. 26

11 Sebaran persentase respoden berdasarkan domisili………... 26

12 Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan….. …..….. 27

13 Sebaran persentase respoden berdasarkan status pernikahan…... 27

14 Sebaran persentase respoden berdasarkan tingkat pendidikan... 28 15 Sebaran persentase respoden berdasarkan tingkat pengeluaran…. 28 16 Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja

citarasa kelezatan ……….

30

17 Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma ………..

30

18 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut bentuk dan ukuran ……….

31

19 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keragaman dan variasi produk ………...………..

32

20 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut harga produk ………..

33

21 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemasan produk ……….

34

22 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kandungan gizi ………..

35

23 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut daya tahan produk ……….

36

(14)

kemudahan untuk memperoleh produk ……….

25 Respon konsumen terhadap penilaian atribut merek …………... 37 26 Respon konsumen terhadap penilaian atribut Halal …………... 38 27 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut

keramahan dan kesopanan sales ………

39

28 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam proses pembayaran ………..

40

29 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan menghubungi perusahaan ………..

41

30 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keliling sales ………...

42

31 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kecepatan pelayanan ……….

43

32 Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut usaha promosi ………

44

33 Respon konsumen terhadap penilaian atribut penyajian produk.... 45 34 Perhitungan rata-rata dan penilaian tingkat kepentingan dan

kinerja atribut kualitas roti ”Breadhouse” ………....

46

35 Perhitungan CSI ……… 52

36 Perkembangan harga jual per jenis roti tahun 2007 – 2009 …….. 58 37 Faktor penyusun harga jual produk ”Breadhouse” tahun 2009.… 59 38 Perkembangan volume penjualan roti ”Breadhouse” tahun 2006-

2009 ………...

60

39 Hasil perhitungan faktor internal dengan menggunakan Internal

Factor Evaluation ……….…

62

40 Hasil perhitungan faktor eksternal engan menggunakan Metode External Factor Evaluation...

68

41 Perumusan strategi usaha roti ”Breadhouse” dengan matriks SWOT ………

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Matriks IE... 14

2 Diagram Kartesius... 18

3 Struktur organisasi ”Breadhouse”... 24

4 Diagram kartesius kepuasan konsumen terhadap produk ... 47

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

A. Latar Belakang

Perkembangan industri roti/kue di Indonesia cukup pesat, hal ini disebabkan tingginya permintaan terhadap konsumsi roti/kue, sehingga industri kecil roti/kue mempunyai prospek dan peluang yang sangat cerah bagi pengusaha untuk ikut terjun kedalam industri roti/kue. Perilaku/pola kerja tersebut sangat berpengaruh terhadap pola makan, di mana masyarakat kita dewasa ini akan hidup lebih praktis dan efisien maka pada pagi dan sore hari seringkali memerlukan makanan yang mudah di peroleh dan cukup mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Makanan tersebut antara lain adalah roti & kue.

Roti dan kue sebenarnya sejak jaman penjajahan sudah menjadi alternatif makanan bagi sebagian kecil penduduk pribumi. Permintaan produk ini tampak mengalami peningkatan sejak 2-3 dasawarsa yang lalu terutama di daerah perkotaan di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa total produksi roti di Indonesia cukup mengalami kenaikan signifikan. Pada Tabel 1 terlihat bahwa Produksi roti dari tahun 2001-2004 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1. Jumlah Produksi Roti dari tahun 2001-2004

Tahun Jumlah produksi(Ton) Nilai Produksi (Ribu Rupiah)

2001 22.749 124.638,695

2002 24.547 125.487,235

2003 25.102 123.285,362

2004 26.263 128.554,148

Sumber : Badan Pusat Statistik (2004)

(18)

penyebaran 10 orang area Depok dan Jakarta Selatan, sedangkan 8 orang untuk area Bekasi dan Jakarta Timur dan 8 orang untuk area Bogor. Pada data yang terdapat pada Table 2, terlihat bahwa selama kurun waktu 2006-2008, industri roti tersebut selalu mengalami peningkatan nilai penjualan pada rata-rata tiap bulannya, dimana nilai penjualan optimum terjadi pada bulan November Tahun 2008.

Tabel 2. Perkembangan volume penjualan roti “BreadHouse” 2006 – 2008 Tahun Volume penjualan(Rp) Keterangan

2006 102.302.200 Nov-Des

2007 1.021.647.300 Jan - Des

2008 1.629.734.000 Jan - Des

Sumber : Data produksi “BreadHouse”

Berdasarkan data di atas, industri roti “BreadHouse” memiliki potensi untuk berkembang menjadi industri pembuatan roti berskala besar di Kota Depok. Terlepas dari segi bentuk dan ukuran roti, sebenarnya sejak dulu “BreadHouse” telah melakukan berbagai inovasi produk roti yang dititikberatkan kepada produk roti tawar dan roti manisnya yang hingga kini terdapat 39 jenis roti manis dan 7 jenis roti tawar yang dijual.

Perkembangan pesat yang terjadi dalam industri roti di Kota Depok menyebabkan munculnya berbagai inovasi pembuatan roti serta teknik-teknik promosi yang variatif dan kian menarik. Hal ini menyebabkan persepsi masyarakat terhadap roti itu sendiri ikut berpengaruh. Dulu, roti dikenal sebagai makanan yang disajikan ketika sarapan. Dari segi bentuk dan ukuran pun masih relatif kaku dan besar. Namun sekarang, orang tidak lagi mengenal roti sebatas menu sarapan, rotipun bisa beralih sebagai camilan dengan berbagai bentuk dan ukuran yang menarik.

(19)

dan opini dari konsumen sehingga produk yang dihasilkan dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

B. Perumusan Masalah

Mengingat usaha roti "Breadhouse" tergolong baru maka diperlukan suatu komentar atau opini umpan balik (feedback) dari konsumen dan strategi yang cocok dan kuat untuk mendapatkan pangsa pasar dan bersaing dengan produk yang sejenis. Untuk dapat menang dalam bersaing dan mendapatkan pangsa pasar yang diinginkan pihak perusahaan dapat meneliti dari tingkat kepuasan konsumen sehingga dapat mengantisipasi persaingan dan perkembangan produk untuk dapat memperoleh target pasar yang diinginkan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dilakukan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kepuasan konsumen terhadap produk roti "BreadHouse"?

2. Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha roti “BreadHouse” ?

3. Strategi apa saja yang harus dilakukan untuk mengembangkan usaha roti ”BreadHouse" ?

C. Tujuan Kajian

1. Menganalisis kepuasan konsumen yang menjadi pelanggan roti ”BreaHouse". 2. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan yang mempengaruhi

pengembangan usaha roti "Breadhouse"

3. Menyusun strategi pengembangan usaha roti "BreadHouse"

D. Kegunaan

1. Memberikan informasi dan masukan bagi pengusaha roti untuk meningkatkan kepuasan pelanggan pada produk yang dihasilkan dalam rangka mengembangkan usahanya, serta para investor dalam mengembangkan usahanya dan yang tertarik untuk berinvestasi dibidang tersebut

(20)

A. UKM

Saat ini, di Indonesia terdapat 41.301.263 (99,13%) usaha kecil (UK) dan 361.052 (0,86%) usaha menengah (UM). Kedua usaha tersebut atau dikenal sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM) meliputi 99,9% pelaku usaha dalam perekonomian nasional negeri ini atau sandaran utama mata pencaharian rakyat, karena memiliki kemampuan untuk mengatasi pengangguran sehingga UKM merupakan kekuatan riil yang perlu mendapat perhatian. Hal tersebut disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Profil Usaha di Indonesia

Skala Usaha Parameter

Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

Jumlah (unit/ %) 41.301.263/99,13 361.052/0,86 2.158/0,01

Kesempatan Kerja (%) 88,92 10,54 0,54

Nilai Tambah (% terhadap ekonomi)

43,52 15,42 44,94

Produktifitas Kecil Sedang Besar

Sumber : Hubeis (2006)

Menurut Hubeis (2006), Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagi berikut :

1. Kelebihan

a. Organisasi internal sederhana terutama pada Usaha Mikro dan Kecil (UMK), sedangkan pada usaha menengah cukup terstruktur

b. Mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya, dan berpeluang untuk mengisi pasar ekspor dan mensubstitusi impor

c. Relatif aman bagi perbankan dalam pemberian kredit d. Bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan e. Mampu memperpendek rantai distribusi

(21)

2. Kekurangan

a. Lemah dalam kewirausahaan dan manajerial b. Keterbatasan ketersediaan keuangan

c. Ketidakmampuan pemenuhan aspek pasar

d. Keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi e. Ketidakmampuan informasi

f. Tidak didukung kebijakan dan regulasi memadai g. Tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama h. Sering tidak memnuhi standar

Berdasarkan ciri-ciri umum diatas, dapat dilihat bahwa kelemahan utama UKM terletak pada lemahnya kemampuan manejerial, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pemasaran maupun akutansi.

B. Produk

1. Siklus Hidup Produk

Menurut Tjiptono (1999), produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk dibuat untuk menghasilkan nilai. Untuk mencapai hal tersebut produk harus memiliki 2 unsur, yaitu : a. Harus ada yang membeli produk tersebut

b. Produk harus memenuhi kebutuhan tertentu, artinya harus memberikan manfaat yang berharga bagi pelanggan.

Seperti halnya manusia, suatu produk juga memiliki siklus hidup. Menurut Evan dan Berman (1982), siklus hidup produk adalah konsep yang berusaha menggambarkan penjualan, keuntungan, konsumen, pesaing dan perhatian pemasaran sejak lahirnya sampai tergesernya produk dari pasar. Ada 4 tahap dalam siklus hidup produk, yaitu :

(22)

b. Tahap pertumbuhan, mempunyai ciri-ciri : melonjaknya tingkat penjualan, persaingan masih berkembang, peningkatan laba akibat turunnya biaya produksi, serta penambahan jalur distribusi

c. Tahap kedewasaan , mempunyai ciri-ciri : pertumbuhan penjualan makin berkurang, pasar jenuh, penuhnya jalur distribusi, konsumen mulai beralih ke produk subtitusi.

d. Tahap kemunduran, mempunyai ciri-ciri : penjualan makin menurun karena didorong perubahan selera pasar, produk subtitusi diterima konsumen dan perubahan teknologi.

2. Produk Baru

Dalam strategi produk baru terdapat 3 alternatif, yaitu penyempurnaan atau modifikasi produk, produk imitasi/tiruan dan inovasi produk. Menurut Booz et al di dalam Hiam dan Schewe (1994), kategori produk baru berdasarkan tingkat kebaruannya (newness) bagi perusahaan dan pasar adalah :

a. Produk yang benar-benar baru (baru bagi dunia)

Dalam hal ini, produk baru sebagai hasil dari inovasi yang menciptakan pasar baru

b. Lini produk baru

Produk baru yang memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar yang sebelumnya telah ada untuk pertama kali

c. Tambahan pada lini produk yang sudah ada

Produk baru yang melengkapi lini produk yang sudah ada (misalnya ukuran kemasan baru, rasa berbeda dan lain-lain)

d. Penyempurnaan sebagai revisi terhadap produk yang sudah ada. Penyempurnaan produk merupakan pengenalan versi baru atau model produk yang telah disempurnakan untuk menggantikan produk lama (Jain, 1990)

e. Repositioning

(23)

f. Pengurangan biaya

Produk baru yang menghasilkan unjuk kerja sama pada tingkat biaya yang lebih rendah.

Kotler (2002) menyebutkan 4 sukses dalam pengembangan produk, yaitu : a. Produk superior yang unik

Suatu produk yang memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri merupakan faktor yang penting dalam keberhasilan sutau produk. Produk tersebut harus unggul dalam bentuk, kemampuan inovatif, dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan baik dibanding pesaing b. Konsep produk yang didefinisikan dengan baik sebelum

pengembangan

Kelangsungan hidup suatu produk bergantung terhadap pembeli potensial. Oleh karena itu, pengertian yang lebih mendalam mengenai keadaan pasar bersamaan dengan usaha pemasaran yang efektif sangat penting bagi keberhasilan produk, dimana produk secara cermat menentukan dan menilai pasar sasaran

c. Sinergi teknologi pemasaran, mutu pelaksanaan dalam semua tahap Perusahaan yang memiliki kekuatan dan kesesuaian antara keahlian teknis dan sumberdaya produksi yang dimiliki merupakan suatu kunci sukses jika kedua kriteria telah dipenuhi.

d. Struktur organisasi yang efektif

Dalam hal ini faktor sumber daya manusia harus dikoordinasikan agar kegiatan pengembangan produk berjalan dengan lancar melalui struktur organisasi yang efektif.

C. Kepuasan Konsumen

(24)

Kepuasan merupakan tingkat perasaan konsumen yang diperoleh setelah konsumen melakukan/menikmati sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara yang diharapkan konsumen (nilai harapan) dengan situasi yang diberikan perusahaan di dalam usaha memenuhi harapan konsumen.

Supranto (1997) mengemukakan bahwa : 1. Nilai harapan = nilai persepsi konsumen puas.

2. Nilai harapan < nilai persepsi maka konsumen sangat puas. 3. Nilai harapan > nilai persepsi maka konsumen tidak puas.

Nilai harapan dibentuk melalui pengalaman masa lalu, komentar atau saran dari pengguna dan informasi dari pesaing. Adapun nilai persepsi adalah kemampuan perusahaan di dalam melayani memuaskan konsumen. Engel (1994) ada tiga harapan mengenai suatu produk atau jasa yang diidentifikasi oleh beberapa peneliti yaitu :

1. Kenerja yang wajar 2. Kinerja yang ideal 3. Kinerja yang diharapkan

Kinerja yang diharapkan adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian karena logis dalam proses evaluasi alternatif yang dibahas. Ketidakpuasan konsumen terhadap suatu jasa pelayanan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan jasa pelayanan tersebut .

D. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

Syaukat (2002) mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil dan menengah tergantung pada beberapa faktor, antara lain :

1. Kemampuan usaha kecil, menengah dan koperasi dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan endogenous resources di Kota/Kabupaten.

(25)

3. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor).

4. Berbasis bahan baku domestik. 5. Substitusi impor.

Syaukat (2002) mengatakan bahwa langkah-langkah operasional pengembangan usaha kecil dan menengah adalah :

1. Tahap pertama :

a. Penumbuhan iklim usaha kondusif.

b. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar.

c. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi usaha kecil, menengah, dan koperasi untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.

d. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan.

2. Tahap kedua :

1. Dukungan penguatan.

2. Peningkatan kualitas SDM usaha kecil, menengah dan koperasi. 3. Peningkatan penguasaan teknologi.

4. Peningkatan penguasaan informasi. 5. Peningkatan penguasaan modal. 6. Peningkatan penguasaan pasar. 7. Perbaikan organisasi dan manajemen. 8. Pencadangan tempat usaha.

E. Aplikasi Manejeman Strategi Pengembangan Usaha Kecil Roti

(26)

proaktif, memperhatikan kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam menghadapi setiap ancaman dan peluang yang ada. Pengalaman membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perencanaan strategi berpeluang besar mencapai kesuksesan, jika dibandingkan dengan yang tidak melakukannya.

Penerapan manajemen strategi dalam usaha kecil khususnya roti untuk melakukan pengembangan usaha, sehingga dapat melakukan efisiensi dan efektifitas yang dapat meningkatkan keuntungan (profit), serta selain itu penerapan manajemen strategi akan memberikan dampak bagi terbukanya peluang pasar baru dan kontinuitas produk roti.

Menurut David (1997), teknik perumusan strategi yang digunakan untuk membantu menganalisa, mengevaluasi dan memilih strategi terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Tahap mengumpulkan data yang meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

2. Tahap pencocokan, berfokus pada strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor eksternal dan internal.

(27)

A. Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan, dan konsumen. Data primer diperoleh dari 100 responden dengan alat bantu kuesioner (Lampiran 1). Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 100 respoden tersebut dengan komposisi : Depok sebanyak 52 responden, 20 responden di Bekasi, 10 responden di Jakarta Selatan, Bogor sebanyak 9 respoden, dan 9 responden di Jakarta Timur. Kuesioner dibawa oleh sales pada saat menjual roti, sehingga komposisi populasi sesuai dengan area keliling sales. Pengumpulan data sekunder melalui penulusuran pustaka, dokumen dan laporan instansi terkait.

B. Metode Analisis

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Deskriptif, yaitu pengumpulan data mengenai informasi potensi bahan

baku, prospek pasar dan keuangan yang berkaitan dengan pasokan bahan baku yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Data lain yang dibutuhkan adalah permintaan pasar dan pesaing strategis secara makro di bidang industri roti ini.

2. Matriks EFE (Internal Factor Evaluation) dan IFE (Internal Factor Evaluation).

Matriks EFE membantu pengambil keputusan untuk meringkas dan mengevaluasi informasi lingkungan eksternal, yaitu ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi, dan sebagainya. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama yang dihadapi perusahaan (David, 1997).

(28)

a. Daftar faktor-faktor eksternal dan internal, termasuk peluang, ancaman, kelemahan, dan kekuatan, yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industrinya. Daftar yang disusun harus diusahakan seteliti mungkin. b. Berikan pembobotan untuk setiap faktor yang menunjukkan

kepentingan relatif setiap faktor. Pembobotan berkisar antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting).

c. Tentukan rating setiap faktor untuk menunjukkan keefektifan strategi perusahaan dalam merespon faktor-faktor tersebut. Rating tersebut adalah 1 (lemah), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata) dan 4 (superior). d. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk setiap

variabelnya.

e. Skor yang diperoleh dijumlahkan, sehingga diperoleh total skor organisasi. Total skor berkisar antara 1,0–4,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor 4,0 menunjukkan organisasi merespon peluang maupun ancaman yang dihadapinya dengan sangat baik. Sedangkan total skor 1,0 menunjukkan organisasi tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.

Tabel 4. Matriks IFE/EFE

Faktor Internal Bobot (a)

Rating (b)

Total Skor (axb) Kekuatan

1. 2.

Kelemahan 1.

2.

Faktor Eksternal Peluang

1. 2. Ancaman 1. 2.

(29)

3. Matriks Internal dan Eksternal (Internal dan Eksternal Matriks/IE Matriks)

Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mengumpulkan infromasi yang akan digunakan pada tahap pemaduan. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor IFE dibagi tiga kategori, yaitu 1,0 – 1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah, 2,0-2,99 menunjukkan kondisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisi eksternal yang kuat. Matriks IE bisa dilihat pada Gambar 1.

Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda. Tiga daerah utama tersebut adalah :

a. Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk dan strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal.

b. Daerah II meliputi sel III, V, atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and maintain. Yang termasuk dalam strategi ini misalnya adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. c. Daerah III, meliputi sel VI, VIII, atau IX adalah daerah harvest dan

divest.

4. Matriks SWOT

(30)
(31)

a. Strategi SO, dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST, dibuat berdasarkan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO, diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT, dibuat berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman.

Setelah memperoleh gambaran yang jelas mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan, maka selanjutnya dapat dipilih alternatif strategi yang akan diterapkan perusahaan dalam mengembangkan produknya. Dengan pilihan strategi yang tepat, perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan kekuatan dan peluangnya untuk mengurangi kelemahan dan menghadapi ancaman yang ada. Melalui matrik SWOT didapat alternatif strategi untuk menentukan critical decision, agar perusahaan dapat menerapkan strategi yang tepat.

5. Importance Performance Analysis

Metode yang digunakan untuk menganalisis respon konsumen terhadap produk roti "BreadHouse" adalah deskriptif kuantitatif (Umar, 2003). Respon konsumen dapat dilihat dari penilaian yang diberikan konsumen terhadap karakteristik produk.

(32)

Data skala interval diberi skor secara kuantitatif untuk dipakai dalam perhitungan-perhitungan (Tabel 6).

Tabel 6. Skor tingkat kepentingan.

Kriteria Jawaban Skor (Nilai)

Tidak penting 1

Kurang penting 2

Cukup penting 3

Penting 4

Sangat penting 5

Sumber : Umar, 2003.

Untuk tingkat pelaksanaan/kinerja adalah kinerja aktual dari kinerja yang telah diberikan oleh produk roti "BreadHouse" dirasakan oleh pelanggannya. Untuk tingkat pelaksanaan setiap kriteria jawaban memiliki skor tertentu berdasarkan skala interval (Tabel 7).

Tabel 7. Skor Tingkat Pelaksanaan.

Kriteria jawaban Skor (Nilai)

Tidak baik 1

Kurang baik 2

Cukup baik 3

Baik 4

Sangat baik 5

Sumber : Umar, 2003.

(33)

Adapun rumus yang digunakan berdasarkan Supranto (1997) adalah :

Xi

Tki = x 100% Yi

Keterangan:

Tki = Tingkat kesesuaian responden.

Xi = Rataan skor penilaian kinerja perusahaan. Yi = Rataan skor penilaian harapan konsumen.

Jika bobot tingkat pelaksanaan/kinerja lebih besar atau sama dengan bobot tingkat kepentingan (harapan), berarti kinerja toko telah memenuhi harapan konsumen. Jika bobot kinerja lebih kecil dari bobot tingkat harapan, berarti kinerja masih di bawah harapan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan konsumen belum tercapai.

Bobot penilaian kinerja perusahaan dan bobot penilaian kepentingan konsumen dirata-ratakan dan diformulasikan ke dalam diagram Kartesius. Masing-masing dimensi diposisikan dalam sebuah diagram, dimana skor rataan penilaian terhadap tingkat pelaksanaan (kinerja) (X) menunjukkan posisi suatu dimensi pada sumbu X, sementara posisi dimensi pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rataan tingkat kepentingan (harapan) konsumen terhadap atribut (Y).

∑Xi ∑Yi X = Y=

n n

Keterangan:

(34)

Diagram Kartesius yang dimaksud adalah diagram yang terdiri atas empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y).

∑Xi ∑Yi X = Y =

K K

Keterangan:

X = Rata-rata dari rataan bobot tingkat kinerja perusahaan. Y = Rata-rata dari rataan bobot tingkat harapan perusahaan. K = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen.

Hasil dari perhitungan nilai X dan Y digunakan sebagai pasangan koordinat titik-titik dimensi yang memposisikan suatu dimensi pada diagram Kartesius (Gambar 2)

Y = Tingkat Kepentingan

Prioritas utama A

Pertahankan posisi B

Prioritas rendah C

Berlebihan D

Gambar 2. Diagram Kartesius, (Umar 2003)

Setiap hasil akan menempati salah satu kuadran dalam diagram Kartesius yang terdiri atas

(35)

a. Kuadran A (Prioritas Utama)

Kinerja suatu dimensi adalah lebih rendah dari keinginan konsumen, sehingga pihak "BreadHouse" harus meningkatkan kinerjanya agar optimal.

b. Kuadran B (Pertahankan Prestasi)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga pihak "BreadHouse" cukup mempertahankan kinerja dimensi tersebut.

c. Kuadran C (Prioritas Rendah)

Kinerja dan keinginan konsumen pada suatu dimensi berada pada tingkat rendah, sehingga pihak "BreadHouse" belum perlu melakukan perbaikan.

d. Kuadran D (Berlebihan)

Kinerja perusahaan berada pada tingkat tinggi tetapi keinginan konsumen akan kinerja dari dimensi tersebut rendah, sehingga pihak "BreadHouse" tidak perlu lagi meningkatkan kinerja karakteristik ini, sehingga sumber daya perusahaan dapat dialokasikan untuk melaksanakan prioritas utama.

Menurut Handi (2002) bahwa kelebihan dengan menggunakan metode ini adalah lebih efisien, Peneliti kepuasan pelanggan, tidak hanya mendapatkan indeks kepuasan pelanggan, tetapi sekaligus memperoleh informasi yang berhubungan dengan dimensi atau atribut yang perlu diperbaiki. Hal ini dimungkinkan karena skor dari setiap dimensi atau skordari setiap atribut dapat diperoleh.

6. Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (Index Kepuasan Pelanggan) diperlukan untuk mengetahui tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-etribut produk/jasa tersebut.

(36)

a. Weighting Factors (WF) adalah fungsi dari mean importance score (MIS-i) masing-masing atribut dalam bentuk persen (%) dari total importance score (MIS-t) untuk seluruh atribut yang diuji :

WF = MIS – i

___ x 100 % Total MIS

dimana, I = atribut ke-i

b. Weighted Score (WS) adalah fungsi dari mean satisfaction score (MSS) dikali weighted factors (WF).

WS = MSS x WF

c. Weighted Score (WS) adalah fungsi dari total weighted score (WS) atribut-1 (a-1) hingga atribut -20 (a-20).

WAT = Wsa-1 + Wsa-2+ … + Wsa – 18

d. Customer Satisfaction Index (CSI) adalah fungsi dari weighted average (WA) dibagi highest scale (HS/skala maksimum yang dipakai dalam riset ini (skala 5) dikalikan 100%.

CSI = WA x 100 % HS

Kriteria indeks kepuasan menggunakan kisaran 0,00 hingga 1,00 (tidak puas hingga puas), yang dapat dilihat pada Tabel 8.

(37)

Tabel 8. Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan (CSI).

Nilai IKP Kriteria

0,00-0,34 Tidak Puas

0,35-0,50 Kurang Puas

0,51-0,65 Cukup Puas

0,66-0,80 Puas

0,81-1,00 Sangat Puas

(38)

A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

“BreadHouse” merupakan perusahaan yang memproduksi aneka roti manis dan roti tawar dan menjual langsung produknya dengan menggunakan sales sepeda motor keliling. Usaha ini dimulai pada akhir tahun 2006 yang dipegang sendiri oleh si pemilik yaitu Bapak Aris Susanto. Berdasarkan modal sebesar 150 juta rupiah milik sendiri, mulailah Bapak Aris membeli perangkat dapur pembuat roti seperti oven, mixer, meja, stimer, serta 4 sepeda motor. Pada saat itu perusahaan baru memiliki 3 tenaga produksi dan 4 sales, sedangkan kendali perusahaan belum dipegang langsung oleh si pemilik, akan tetapi diserahkan kepada seorang operasional manager. Melihat usaha yang tidak berkembang maka pada awal tahun 2007 pemilik mengambilalih tanggung jawab pengelolaan perusahaan.

Semakin lama produksi roti yang dilakukan oleh “BreadHouse” makin meningkat di mana semula penjualan awal sebesar Rp.37.000.000,- per bulan meningkat menjadi lebih dari Rp.100.000.000,- per bulan. Variasi jenis roti yang dijual semakin banyak dan area pemasaran juga semakin luas. Saat ini ada 39 jenis roti manis dan 7 jenis roti tawar dengan area penjualan Depok, Bekasi, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Bogor. Pada mulanya “BreadHouse” berlokasi menjadi satu dengan rumah pemiliknya yaitu Perumahan Permata Arcadia Cimanggis Depok Blok B2 No.48, dengan semakin besar produksi roti serta semakin banyak karyawan baik sales maupun karyawan produksi maka membutuhkan tempat produksi yang lebih luas dan dapat menampung peralatan produksi roti.

(39)

ini jumlah karyawan bagian produksi berjumlah 11 orang dan semuanya tinggal di areal tersebut.

Perkembangan perusahaan juga ditandai dengan meluasnya jangkauan pasar “BreadHouse” melalui sales yang memasarkan produknya. Saat ini “BreadHouse” memiliki 26 orang sales dengan komposisi sales sesuai dengan area pemasarannya, yaitu wilayah Depok dan Jakarta Selatan dengan 10 orang sales, Bekasi dan Jakarta Timur 8 orang dan sisanya 8 orang untuk wilayah Bogor.

Berbagai macam roti mulai diluncurkan, dan banyak dilakukan inovasi sesuai dengan permintaan dan selera konsumen, seperti untuk roti rasa manis ada berbagai macam rasa seperti : roti pisang coklat, roti keju susu, roti boy, roti rasa strawbery, roti coklat, roti rasa pizza, dan masih banyak rasa serta macam dan bentuk yang bervariasi. Perusahaan makanan ini juga telah mendapat ijin dari Dinas Kesehatan dengan No. Dinkes P-IRT No. 206327601163

B. Struktur Organisasi Perusahaan

(40)

Gambar 3. Struktur organisasi “BreadHouse”

Perusahaan “BreadHouse” ini dipimpin oleh pemilik perusahaan. Tugas dan wewenang yang dimiliki oleh pimpinan antara lain menetapkan kebijaksanaan seluruh aktivitas perusahaan, menetapkan harga jual produk, dna menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan. Pimpinan perusahaan juga turut melakukan pengawasan bagi mutu produk dan menerima setoran langsung dari para sales.

Pimpinan perusahaan dibantu oleh koordinator/kepala produksi dalam melakukan kegiatan pengawasan. Kepala produksi merupakan karyawan yang ditunjuk oleh pimpinan perusahaan untuk bertanggung jawab mengawasi kegiatan produksi.

Kepala produksi bertugas melakukan supervisi/pengawasan pada saat proses pembuatan roti. Pengawasan yang dilakukan mencakup banyaknya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi serta pengawasan rasa adonan roti yang selesai dibuat. Dalam pengambilan keputusan perusahaan, pimpinan perusahaan sering melakukan diskusi dengan kepala produksi seperti mengenai penambahan karyawan, penambahan produksi karena menerima order tertentu, dan lain sebagainya. Penerapan struktur organisasi pada perusahaan “BreadHouse” ini belum optimal, dimana pengaruh pimpinan masih mendominasi terutama dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan usaha.

Pemilik

Kepala Produksi

Pekerja Produksi

Sales :

(41)

C. Karakteristik Responden “BreadHouse”

Karakteristik umum responden yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karakteristik demografi yang mencakup usia, jenis kelamin, alamat, pekerjaan status pernikahan, pendidikan terakhir dan tingkat pengeluaran per bulan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia.

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan terhadap selera dan kesukaan terhadap produk yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang ada. Seseorang yang berusia relatif muda, lebih cepat menerima sesuatu yang baru sehingga cukup kritis untuk memberikan pendapat terhadap kepuasaan produk dan layanan yang sudah dinikmati.

Tabel 9. Sebaran persentase responden berdasarkan kelompok usia Variabel (tahun) Jumlah Persentase (%)

≤ 18 – 25 15 15

26 – 40 63 63

42 - 55 18 18

≥ 55 4 4

Total 100 100

Berdasarkan hasil penelitian, usia sebagian besar responden berada pada usia antara 26–40 tahun dengan persentase sebesar 63%, hal ini berarti sebagian besar responden “BreadHouse” tergolong responden yang relatif muda yang selalu mempertimbangkan citarasa, keragaman bentuk, kepraktisan, selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan menyukai makanan selingan (jajanan).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

(42)

Tabel 10. Sebaran persentase responden berdasarkan jenis kelamin Variabel Frekuensi Persentase (%)

Laki – laki

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden “BreadHouse” adalah perempuan dengan persentase sebesar 72%. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan perempuan lebih dominan dalam melakukan kegiatan belanja makanan dibandingkan laki-laki, selain itu perempuan cenderung memiliki peran dalam pengambilan keputusan pembelian untuk kebutuhan rumah tangga.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat/Domisili

Salah satu faktor demografi yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen adalah variabel alamat tempat tinggal atau domisili, yang merupakan wilayah dimana responden menetap saat ini. Area ini disesuaikan dengan area keliling sales.Lokasi keliling sales saat ini masih sekitar wilayah Depok, Bogor, Pondok Gede-Bekasi, Cibubur- Jakarta Timur serta Pasar Minggu-Jakarta Timur Responden “BreadHouse” berasal dari berbagai daerah, namun sebagian besar responden berdomisili di Depok 52 %, Pondok Gede- Bekasi 20 %, dan sisanya tersebar di daerah Bogor, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Sebagian besar responden mengaku membeli “BreadHouse” sebagai sarapan pagi dengan presentase sebesar 76 % sedangkan sisanya sebagai makanan selingan dan sekedar mencoba

Tabel 11. Sebaran persentase responden berdasarkan domisili

Variabel Frekuensi Persentase (%)

(43)

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pada penelitian ini pekerjaan responden didominasi oleh ibu rumah tangga sebesar 43%, dan juga pegawai swasta sebesar 34%. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga merupakan pengambil keputusan pembelian untuk kebutuhan rumha tangga, dimana dengan pertimbangan kemudahan atau kepraktisan, harga serta nilai gizi yang cukup untuk mengkonsumsi suatu produk menjadi hal yang sangat dipertimbangkan oleh mereka, sedangkan untuk pegawai swasta dimana mengharuskan mereka harus bangun lebih pagi dan dengan waktu yang sangat sempit sehingga mereka tidak mempedulikan sarapan di rumah. Roti menjadi sebuah makanan alternatif yang cukup mengenyangkan dan dapat dikonsumsi di sepanjang perjalanan menuju ke tempat kerja(tidak selalu harus di meja makan)

Tabel 12. Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Mahasiswa/Pelajar

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan.

Status pernikahan dibedakan menjadi menikah dan belum menikah. Dalam penelitian ini, sebagian besar responden “BreadHouse” berstatus menikah yaitu sebesar 83%, dan kebanyakan dari responden membeli roti untuk keluarganya.

Tabel 13. Sebaran persentase responden berdasarkan status pernikahan.

Variabel Frekuensi Persentase (%)

(44)

f. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Latar Belakang pendidikan terakhir responden “BreadHouse” pada penelitian ini didominasi oleh tingkat sarjana yaitu sebesar 35%, serta SLTA dan akademi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi tersebut mempengaruhi pengetahuan responden terhadap produk yang dikonsumsinya. Sebagian besar responden menyatakan bahwa “BreadHouse” cukup berkualitas baik dari segi rasa maupun kandungan gizinya.

Tabel 14. Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Variabel Frekuensi Persentase (%)

SD

g. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, 68% responden mempunyai pengeluaran individu per bulan diatas Rp.1.500.000.

Tabel 15. Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pengeluaran

Variabel Frekuensi Persentase (%)

(45)

D. Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap roti “BreadHouse

a. Tingkat Kepentingan dan Kinerja Terhadap Atribut “BreadHouse” Atribut yang dianalisis meliputi komponen atribut kualitas produk yaitu barang dan jasa yang berjumlah 18 atribut dan dinilai oleh 100 responden. Atribut-atribut tersebut adalah sebagai berikut:

1) Citarasa Kelezatan

Citarasa kelezatan produk berkaitan dengan kualitas bahan baku yang digunakan, jenis tepung terigu dan rasa roti, serta metode pengolahan sehingga dapat menghasilkan produk roti yang lezat dan enak. Citrarasa merupakan faktor yang penting dan utama yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan roti untuk menciptakan citra yang baik bagi perusahaan roti. Konsumen dapat menjadi loyal pada suatu produk makanan karena kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan tidak mengecewakan. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 16, responden menyatakan bahwa citarasa kelezatan produk “BreadHouse” adalah sangat penting. Selain beralasan bahwa kualitas makanan adalah hal utama yang diperhatikan, responden juga beralasan makanan yang bersih penting untuk menjaga kesehatan dan menjamin gizi yang terkandung didalamnya. Total skor kepentingan terhadap atribut citarasa kelezatan sebesar 452.

(46)

bahwa citarasa “BreadHouse” itu tidak baik ataupun kurang baik. Adapun total skor kinerja adalah 362.

Tabel 16. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja citarasa kelezatan

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

Kualitas produk “BreadHouse” juga ditentukan oleh aromanya yaitu wangi atau keharuman khas yang tercium dari roti tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden yaitu 50% mengatakan bahwa atribut dari aroma roti yang dihidangkan adalah penting. Aroma yang harum akan menarik perhatian konsumen dan menimbulkan keinginan konsumen untuk mencobanya. Total nilai kepentingan adalah 385.

Aroma roti “BreadHouse” dinilai baik oleh sebagian besar responden yaitu sebesar 55% dari keseluruhan responden seperti yang terlihat pada tabel 17, skor kinerja yang diperoleh adalah sebesar 354. Tabel 17. Penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja aroma.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

(47)

pembelian dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi keuangan. Saat ini roti “BreadHouse” memproduksi 39 jenis roti manis dan 7 jenis roti tawar. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 53%, responden menganggap bahwa atribut bentuk dan ukuran roti penting karena dengan bervariasinya roti dengan berbagai ukuran membuat konsumen lebih variatif untuk memilih roti sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan, dan 21% hanya menganggap cukup penting. Skor total kepentingan adalah 381.

Sebesar 54% responden menyatakan bahwa bentuk dan ukuran roti “BreadHouse” sudah cukup baik kinerjanya sehingga mampu memenuhi selera konsumen dan dapat membantu konsumen dalam memilih roti yang sesuai dengan jumlah keuangan dan kebutuhannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18, secara keseluruhan perolehan skor kinerja adalah 354.

Tabel 18. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut bentuk dan ukuran

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

4) Keragaman dan Variasi Produk

(48)

tersedia adalah penting, karena bervariasinya jenis roti yang tersedia membuat konsumen lebih variatif untuk memilih roti sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, baik untuk dinikmati sendiri, sebagai buah tangan, ataupun untuk konsumsi acara-acara tertentu. Skor kepentingan total terhadap atribut ini sebesar 393.

Berdasarkan penilaian terhadap tingkat kinerja sebesar 46% responden mengatakan bahwa keragaman dan variasi produk sudah cukup baik. Dari hasil survei didapatkan bahwa 89% dari 100 responden merasa puas setelah membeli roti “BreadHouse” dan sebesar 95% responden menyatakan akan membeli produk “BreadHouse” kembali setelah melakukan pembelian terhadap roti “BreadHouse”. Tetapi tidak ada yang menyatakan tidak baik terhadap atribut variasi produk. Skor total kinerja keseluruhan adalah sebesar 344. Hasil penilaian responden terhadap keragaman dan variasi produk dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keragaman dan variasi produk.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

(49)

perusahaan harus tepat, sebab strategi harga produk memiliki pengaruh langsung terhadap volume penjualan. Harga yang ditawarkan “BreadHouse” relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa bakery lain. Namun harga yang relatif tinggi ini diikuti oleh mutu yang tinggi pula sehingga memberikan dampak kepuasan bagi konsumen. Daftar harga roti “BreadHouse” dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 52% responden menyatakan bahwa atribut harga produk sangat penting, hal tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa harga suatu barang mencerminkan kualitas dari barang tersebut dan konsumen biasanya lebih mengutamakan harga yang bersaing. Mereka juga meralasan bahwa harga adalah faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam membeli suatu produk. Sedangkan untuk tingkat kinerja dari atribut ini dianggap cukup baik oleh 57% responden dengan alasan harga roti cukup murah, tetapi sekitar 35% responden menyatakan kurang baik karena harganya relatif mahal apabila dibandingkan dengan roti lain dengan merk yang berbeda, mereka juga menyarankan agar “BreadHouse” memberikan potongan harga untuk pembelian tertentu. Skor total kepentingan sebesar 444 dan skor total kinerja sebesar 267.

Tabel 20. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut harga produk.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

(50)

sebesar 43% responden menyatakan penting untuk diperhatikan oleh perusahaan, sedangkan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam penyediaan kemasan dianggap baik oleh responden (48%), hal ini dikarenakan kemasan terbilang cukup sederhana dan menarik, berupa plastik tidak terlalu tebal dengan merek “BreadHouse” berwarna merah dengan alamat serta nomor telepon. Penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemasan produk.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP yang diperlukan konsumen. Konsumen tidak hanya membeli produk berdasarkan kuantitasnya, melainkan juga memperhatikan kualitas produk tersebut, seperti kelengkapan zat gizi berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan sebagainya.

(51)

Tabel 22. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut informasi gizi.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

Daya tahan produk merupakan suatu indikasi awet atau tidaknya suatu produk, biasanya untuk produk kue daya tahan produk tidaklah lama. Produk yang tidak menggunakan bahan pengawet maksimal boleh dikonsumsi maksimal 3 hari. “BreadHouse” dibuat tanpa bahan pengawet buatan sehingga daya tahan produk hanya bisa bertahan sekitar tiga hari saja, selain karena tidak adanya pengawet daya tahan, selain karena tidak adanya pengawet daya tahan produk relatif pendek karena faktor roti dijual di dalam box yang pengaruh suhu serta udara sangat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48% responden menganggap daya tahan produk sangat penting, sementara 40% responden bahkan menganggap daya tahan produk roti adalah penting. Adapun perolehan total skor kepentingan responden terhadap atribut ini sebesar 430.

(52)

Tabel 23. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut daya tahan produk

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

9) Kemudahan untuk memperoleh produk

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesetiaan seseorang terhadap suatu produk adalah kemudahan dalam memperoleh produk. Seseorang yang loyal terhadap suatu produk tertentu akan melakukan pembelian ulang terhadap produk yang bersangkutan, namun ketika usaha untuk memperoleh produk tersebut tidak sebanding dengan manfaat yang dirasakan maka kesetiaan tersebut dapat memudar dan beralih ke produk yang lebih mudah diperoleh bagi konsumen.

(53)

Tabel 24. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan untuk memperoleh produk.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

Merek merupakan nama atau istilah yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek juga merupakan kesatuan kompleks yang meliputi citra dan pengalaman yang ada di dalam pikiran konsumen sebagai hasil komunikasi mengenai produk dan manfaat yang dijanjikan oleh produsen. Merek “BreadHouse” adalah nama yang digunakan oleh perusahaan untuk produk roti yang dihasilkannya. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 38% responden menganggap penting atribut merek, dengan total skor kepentingan sebesar 348.

Penilaian tingkat kinerja dari atribut merek telah dinilai baik dan cukup baik oleh konsumen masing-masing sebesar 48% responden, karena kualitas dari roti “BreadHouse” dinilai baik dan memiliki predikat yang cukup baik. Adapaun penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut merek dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Respon konsumen terhadap penilaian atribut Merek

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

(54)

11) Halal

Kehalalan suatu produk mengisyaratkan bahwa produk tersebut aman untuk dikonsumsi oleh konsumen, khususnya bagi kaum muslim. Apabila suatu produk memang benar-benar halal, maka sebaiknya pada setiap kemasan produk dicantumkan label halal, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dalam benak konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 91% responden menyatakan sangat penting bagi perusahaan untuk menjamin produknya halal atau tidak.

Penilaian responden terhadap tingkat kinerja menunjukkan bahwa sebanyak 56% responden menyatakan bahwa roti “BreadHouse” halal. Dalam proses penilaiannya terdapat sebagian responden yang ragu-ragu menjawab 8% karena mereka tidak mengetahui secara pasti kehalalalan produk, karena pada kemasan produk “BreadHouse” belum mencantumkan logo Halal yang telah mendapat sertifikasi dari LP POM MUI. Saat ini “BreadHouse” sedang dalam proses pengajuan untuk mendapatkan Sertifikasi Halal.

Tabel 26. Respon konsumen terhadap penilaian atribut Halal

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

12) Keramahan dan kesopanan Sales

(55)

Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 56% responden menyatakan sangat penting bagi pihak perusahaan untuk menjaga kesopanan dan keramahan sales. Hal tersebut didasarkan karena sikap sales yang ramah dan sopan akan memberikan citra positif bagi perusahaan tersebut, memberikan kenyamanan bagi konsumen dalam berbelanja dan sales yang tidak sopan dan tidak ramah menjadikan konsumen malas untuk berbelanja walaupun harga produk tersebut murah

Sedangkan dalam pelaksanaannya sebagian besar responden (41%) menyatakan bahwa kinerja perusahaan dalam hal penyediaan sales yang ramah dan sopan, dianggap sudah baik, dan sebanyak 29% menilai sangat baik karena sikap sales sopan dan ramah kepada setiap konsumen yang ingin membeli roti. Bahkan sales juga dinilai oleh responden berusaha untuk menjalin hubungan yang akrab dengan konsumen dan melakukan pendekatan yang komunikatif, sampai dari hasil survai konsumen mengenal betul sales di wilayah mereka. Namun ada sebanyak 4 persen responden yang menyatakan sikap sales roti “BreadHouse” kurang baik dengan alasan terkadang sales tidak pernah menyapa konsumen pada saat membeli produk roti “BreadHouse” tersebut. Penilaian responden terhadap atribut ini dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut keramahan dan kesopanan sales.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

13) Kemudahan dalam Proses Pembayaran

(56)

meliputi proses penghitungan harga barang dan pengembalian sisa uang. Berdasarkan hasil penelitan, sebesar 50% responden menyatakan bahwa tingkat kepentingan terhadap atribut kemudahan dalam proses pembayaran adalah penting. Skor total tingkat kepentingan dari atribut ini adalah sebesar 405

Responden yang menilai bahwa kinerja perusahaan dalam melayani proses pembayaran adalah baik sebesar 46%, bahkan 26% menjawab sangat baik terhadap layanan tersebut. Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa mereka mendapatkan kemudahan dalam proses pembayaran, tidak terlalu lama menunggu sales menghitung pembelian serta selalu tersedia uang kembalian. Mereka mendapat layanan sangat baik karena bagi konsumen yang langganan sales tinggal mengantar ke konsumen dan pembayaran dapat dilakukan hari berikutnya setelah konsumen tersebut berada di tempat.

Tabel 28. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan dalam proses pembayaran.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

(57)

Berdasarkan Tabel 29, dapat dilihat bahwa sebesar 44% responden menyatakan faktor kemudahan dalam menghubungi perusahaan adalah penting, sehingga keluhan atau saran-saran terhadap perusahaan dapat disampaikan oleh konsumen kapan saja. Selain itu kemudahan menghubungi perusahaan ditujukan bagi konsumen yang ingin melakukan pemesanan produk dalam jumlah tertentu dan tidak mengharuskan konsumen untuk menunggu sales datang ke tempat mereka.

Penilaian terhadap tingkat kinerja diketahui bahwa sebesar 35% responden mengaku cukup mudah dalam menghubungi perusahaan, karena nomor telepon perusahaan tertera dengan jelas pada kemasannya, akan tetapi yang perlu diperhatikan ada sebanyak 15% responden mengatakan bahwa sangat susah menghubungi perusahaan, karena responden belum pernah menghubungi perusahaan dan juga pernah menghubungi tapi tidak tahu dengan siapa mereka harus melakukan pemesanan, konsumen lebih percaya dengan melakukan pemesanan langsung ke sales yang biasa mereka kenal setiap kali mereka membeli roti. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemudahan menghubungi perusahaan.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

(58)

mendapatkan produk pada saat mereka membutuhkan dengan cepat. Penilaian responden terhadap kesesuaian waktu keliling sales dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut waktu keliling sales.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

(59)

Tabel 31. Penilaian responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut kecepatan pelayanan.

Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

Uraian SP

Promosi merupakan salah satu variabel strategi pemasaran yang digunakan untuk memperkenalkan atau menginformasikan keberadaan produk maupun jasa kepada para konsumennya. Dari hasil survei didapatkan data bahwa 45% dari 100 responden mengusulkan agar sarana promosi dilakukan dengan cara agar perusahaan memberikan potongan harga untuk pembelian tertentu ataupun bonus pembelian, sedangkan 32% responden menginginkan agar perusahaan selalu membuat rasa baru roti untuk salah sasatu sarana promosinya. Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 45% responden menyatakan bahwa atribut promosi adalah penting untuk diperhatikan maupun dilaksanakan oleh pihak perusahaan. Sebesar 27% responden menyatakan atribut ini sangat penting, dengan alasan promosi dapat untuk memberikan service lebih kepada langganan yang setiap hari melakukan pembelian roti tersebut. Penggunaan promosi dikatakan tidak penting oleh 4% responden dengan alasan manfaat yang dihasilkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan karena rata- rata mereka sudah langganan tetap dari produk tersebut, jadi ada tidak promosi mereka tetap akan membeli.

Gambar

Tabel 5.  Matriks SWOT
Tabel  7.  Skor Tingkat Pelaksanaan.
Gambar 2.  Diagram Kartesius,  (Umar 2003)
Tabel  8.  Kriteria nilai indeks kepuasan pelanggan (CSI).
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dengan telah ditetapkannya RPJP Nasional maka Provinsi Kepulauan Riau memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

Hasil menunjukan bahwa ekstrak etanol buah kecombrang memiliki potensi sebagai imunomodulator pada dosis 300 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB dengan efektivitas yang tidak berbeda

Selain itu Human Resource Scorecard juga diartikan sebagai suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang akhirnya

“ Jika seni dipahami sebagai wahana ekspresi diri, dan filsafat seni (estetika) berarti penilaian ( evaluation, judgment ) tentang baik dan buruknya, tinggi dan

Berdasarkan tinjauan dari peta geologi, peta jenis tanah, peta abrasi, peta DAS, dan peta tata guna lahan dalam RTRW Kabupaten Demak tahun 2011-2031 maka pembuatan

Pengetahuan akuntansi dan pengalaman dalam informasi akuntansi merupakan faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri pengusaha mikro, kecil dan menengah yang

dan Kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada

Alasan penggunaan metode kualitatif karena peneliti berusaha mengkaji perilaku aparatur pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pada Biro Pembangunan