I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap perusahaan sangat
membutuhkan peranan Sumber Daya Manusia (SDM). Peranan SDM dalam hal
ini adalah sebagai input penting yang biasa disebut pegawai atau karyawan.
Dalam hal ini mengandung pengertian orang-orang yang terlibat langsung
ataupun tidak langsung dalam kegiatan operasional. Semakin berkembangnya
suatu perusahaan maka akan memerlukan lebih banyak karyawan. Untuk itu
diperlukan konsentrasi khusus dalam menangani masalah kepegawaian. Salah
satu masalah kepegawaian yang sangat penting adalah menyangkut sistem
pembayaran gaji pegawai. Pada pelaksanaan pembayaran gaji pegawai harus
dilaksanakan secara profesional dengan maksud agar terciptanya hubungan
timbal balik yang baik antara perusahaan dengan pegawainya. Hal ini
dimaksudkan agar dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dapat dijalankan
dengan selaras dan seimbang.
Biaya gaji merupakan biaya yang sangat penting dan menimbulkan
resiko kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan dan penyelewengan
yang menyebabkan besarnya kerugian pada perusahaan, untuk itu diperlukan
peranan sistem informasi akuntansi ( SIA ) yang didesain dan
diimplementasikan dengan baik agar menghasilkan informasi yang andal untuk
perusahaan. Sistem informasi akuntansi ini terdiri dari perangkat kumpulan
menjadi informasi. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi yang
semakin pesat diabad 21 ini, tentu membawa dampak pada bidang ekonomi.
Dimana sistem informasi akuntansi yang sebelumnya dijalankan secara manual
dirasakan tidak lagi mampu memberikan manfaat yang memadai dalam bidang
operasional.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang mulai beralih kepada sistem
informasi akuntansi yang berbasis komputer. Pengolahan data akutansi secara
komputerisasi terbukti mampu memberikan informasi yang andal dan dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.
Sistem informasi akuntansi penggajian dan dirancang manajemen
untuk menyajikan informasi keuangan bagi kepentingan perusahaan dan
pertanggung jawaban keuangan kepada pihak luar perusahaan. Yang pada
tujuan khususnya untuk masalah ini, sistem ini juga dirancang untuk menangani
transaksi-transaksi gaji dan pembayarannya, diantaranya sistem ini digunakan
perusahaan untuk mencatat daftar hadir, mencatat transaksi kedalam jurnal,
memposting kedalam buku besar serta menyiapkan laporan keuangan.
Rangkaian kegiatan ini terdiri dari proses pemasukan data, penyimpanan,
pengolahan, proses menghasilhan laporan, dan pengendalian.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat adalah suatu
organisasi pemerintah yang bergerak dalam bidang pengelolaan dan pelayanan
tanaman pangan untuk wilayah provinsi Jawa Barat. Walaupun pada uumumnya
3
operasionalnya, namun Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Baratmemiliki prosedur tersendiri dalam memberikan gaji pada pegawainya.
Organisasi ini menerapkan suatu Program Aplikasi yaitu Sistem Manajemen
Kepegawaian, tetapi pada kenyataannya Program aplikasi tersebut belum
sepenuhnya digunakan dalam proses pembayaran gaji. Hal ini dapat dilihat
masih digunakannya Microsof Excel pada prosedur pembayaran gaji. Jumlah
karyawan yang relatif banyak dari berbagai tingkatan yang terdiri dari pegawai
tetap dan honorer), mengakibatkan pengeluaran untuk gaji menjadi sangat
penting sehingga perlu mendapatkan suatu sistem informasi akuntansi yang baik
dalam pelaksanaan pembayaran gaji sehingga dapat memberikan informasi
kepada manajemen dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian terhadap penerapan sistem informasi akuntansi pada penggajian di
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang akan dituangkan
Pertanian anaman Pangan Provinsi Jawa Barat?
2. Apakah sistem informasi akuntansi penggajian yang diterapkan oleh
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat telah efektif?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis penerapan sistem informasi akuntansi penggajian pada
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa barat.
2. Menganalisis tingkat efektifitas sistem informasi akuntasi penggajian
yang ditetapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
l. Bagi perusahaan/organisasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
masukan yang berarti.
2. Bagi masyarakat, penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tingkat efektifitas sistem informasi
akuntansi indikator-indikator ada atau tidaknya unsur dan tujuan dari sistem
informasi akuntansi penggajian. Indikator-indikator yang digunakan
berdasarkan tinjauan pustaka dari sumber-sumber literatur.
II. PENDAHULUAN
2.1 Sistem Imformasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka
pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal,
and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran
berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu
entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (Wilkinson, 1991).
Menurut Ronmey dkk, (1997) terdapat delapan unsur dari suatu sistem
informasi akuntansi, yaitu :
1. Tujuan
Sistem informasi akuntansi dirancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan
yang menggambarkan tenaga penggerak dibelakang sistem dan tujuannya.
2. Masukan
Data harus dikumpulkan dan dimasukan sebagai input ke dalam sistem.
Masukan yang umum dari suatu sistem informasi akuntansi adalah data
transaksi dan jurnal.
3. Keluaran
Informasi yang dihasilkan oleh sistem disebut keluaran. Keluaran yang umum
dari sistem informasi akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan-laporan
internal seperti daftar piutang dagang, anggaran dan proyeksi cashflow.
4. Penyimpanan
Data disimpan dalam sistem informasi akuntansi untuk pemakaian berikutnya.
Data yang disimpan harus dimutakhirkan secara teratur.
5. Pengolahan
Data harus diolah untuk menghasilkan informasi. Sebagian perusahaan
6. Instruksi dan Prosedur
Sistem informasi akuntansi tidak dapat memproses data untuk menghasilkan
informasi tanpa instruksi dan prosedur yang terinci. Instruksi dan prosedur
untuk pemakai biasanya terdapat pada prosedur manual.
7. Pengguna
Orang-orang yang berhubungan dengan sistem dan pemakai informasi yang
dihasilkan disebut pengguna. Dalam perusahaan, pengguna meliputi semua
orang yang melaksanakan dan mencatat transaksi dan semua orang yang
mengatur dan mengendalikan sistem.
8. Pengendalian dan Pengukuran Keamanan
Informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem harus akurat, bebas dari
kesalahan dan dilindungi dari akses-akses yang tidak sah. Pengendalian dan
pengukuran keamanan dibuat dalam suatu sistem informasi akuntansi untuk
menjamin informasi yang akurat dan pengoperasian sistem secara tepat.
Sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson (1991) memiliki tiga
tujuan utama : (1) menyajikan informasi guna mendukung pengambilan
keputusan, (2) menyajikan informasi guna mendukung operasi harian, dan (3)
menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan (stewardship). Dua
tujuan pertama menyangkut kepentingan pemakai internal dan eksternal,
sedangkan yang ketiga hanya untuk pihak eksternal. Hampir semua informasi
yang diperlukan oleh dua tujuan terakhir merupakan data transaksi yang telah
diolah, sedangkan untuk tujuan pertama hanya sebagian.
2.2Pengertian Gaji
Rivai (2004) membagi bentuk balas jasa yang diterima oleh
karyawan dalam empat kelompok yaitu : gaji, upah, tunjangan intensif,
kompensasi tidak langsung.
1. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan
sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang
7
sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya dalam
sebuah perusahaan.
2. Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada
karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau
banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya
relative tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran
yang dihasilkan.
3. Tunjangan intensif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan
kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standart yang ditentukan.
Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar upah dan gaji yang
merupakan kompensasi tetap.
4. Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan
sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan.
2.3Sistem Informasi Akuntansi Penggajian
Sistem informasi akuntansi penggajian untuk kebanyakan
perusahaan/organisasi yaitu suatu sistem, prosedur dan catatan atau formulir
yang digunakan untuk menetapkan secara tepat dan akurat berapa gaji yang harus
diterima oleh setiap pegawainya, berapa gaji yang harus dipotong, misalnya
untuk pajak penghasilan pegawai, pinjaman pegawai pada perusahaan serta gaji
serta sisa gaji yang benar-benar dibayarkan kepada pegawai (Wilkinson, 1991).
Pengertian lain sistem informasi akuntansi penggajian adalah sistem pembayaran
atas jasa yang diserahkan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau
kepada karyawan yang gaji dibayarkan bulanan, tidak tergantung dari jumlah jam
atau hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan (Mulyadi, 2001).
Pada Gambar 1. menyajikan diagram konteks sistem penggajian yang bagian
kepegawaian memberikan informasi mengenai pengangkatan tenaga kerja,
pemberhentian, dan perubahan tingkat gaji karena adanya kenaikan
contohnya kontribusi untuk rencana pensiun. Sementara itu berbagai
departemen memberikan data mengenai kehadiran. Lembaga pemerintah
menyediakan tarif pajak dan intruksi untuk memenuhi persyaratan tertentu.
Dalam cara yang sama perusahaan asuransi dan perusahaan lainnya
memberikan intruksi menghitung memotong berbagai tarif yang ditetapkan.
Gambar 1. Siklus Penggajian
Sumber : Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart, Sistem Informasi
Akuntansi, 2005.
Pada dasarnya siklus penggajian memiliki tujuh aktifitas dasar yang
dilakukan dalam siklus penggajian. Gambar 1. menunjukkan tujuh aktifitas
dasar yang dilakukan dalam siklus penggajian. Ketujuh aktifitas siklus
Penggajian yaitu sebagai berikut :
1. Perbarui file induk pegawai
Aktivitas ini melibatkan pembaruan file induk penggajian untuk
mencerminkan berbagai jenis perubahan penggajian : memperkerjakan orang
baru, pemberhentian, perubahan tingkat gaji, atau perubahan dalam
pengurangan diskresi (lingkaran 1.0 dalam Gambar 1). Bagian Kepegawaian
9
validitas atas nomor pegawai dan uji kewajaran atas perubahan yang
dilakukan, berlaku untuk semua transaksi perubahan penggajian.
2. Perbarui tarif dan pemotongan pajak
Aktivitas kedua dalam siklus penggajian adalah memperbarui informasi
mengenai tarif dan pemotongan pajak lainnya (lingkaran 2.0 dalam Gambar
1). Bagian penggajian membuat perubahan-perubahan ini, tetapi
perubahan jarang terjadi. Perubahan tersebut terjadi ketika bagian
penggajian menerim pembaruan mengenai perubahan dalam tarif pajak dan
potongan gaji lainnya dari berbagai unit pemerintah dan perusahaan
asuransi.
3. Validasi data kehadiran dan waktu
Langkah ini memvalidasi setiap data waktu dan kehadiran pegawai
(lingkaran 3.0 dalam Gambar 1). Informasi ini datang dalam berbagia
bentuk, bergantung pada status pembayaran pegawai. Bagi para pegawai
yang dibayar per jam, banyak perusahaan menggunakan kartu waktu
untuk mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar, untuk setiap
giliran kerja. Para pegawai yang mendapatkan gaji tetap jarang mencatat
pekerjaan mereka ke dalam kartu waktu. Sebagai gantinya, para supervisor
mereka secara informal akan mengawasi kehadiaran mereka dalam suatu
pekerjaan
4. Siapkan penggajian
Langkah ini mempersiapkan penggajian (lingkaran 4.0 dalam Gambar
1). Tempat pegawai bekerja akan memberikan data mengenai jam yang
dihabiskan dan seorang supervisor biasanya akan mengkonfirmasi data
tersebut. Informasi tingkat gaji didapat dari file induk penggajian. Prosedur
penggajian yang pertama yaitu file transaksi penggajian diurut berdasarkan
nomor pegawai, agar berada dalam urutan ayang sama dengan yang berada
dalam file induk penggajian. Apabila organisasi tersebut memproses
penggajian dari beberapa divisi, file transaksi penggajian setiap divisi harus
membuat cek gaji pegawai. Bagi setiap pegawai, catatan file induk
penggajian data catatan transaksi terkait akan dibaca dan gaji kotor akan
dihitung. Bagian para pegawai yang dibayar per jam, jumlah jamyang
dihabiskan akan dikali dengan tingkat upah dan kemudian tambahan untuk
lembur atau bonus akan ditambahkan. Bagi para pegawai yang menerima
gaji bulanan, gaji kotor adalah pecahan dari gaji tahunan, yang
mencerminkan lamanya periode pembayaran. Selanjutnya, semua
potongan penggajian akan dijumlah dan totalnya dikurangkan dari gaji kotor
untuk mendapatkan gaji bersih. Potongan gaji berada dalam dua kategori
umum : potongan untuk pajak penghasilan dan potongan sukarela. Potongan
untuk pajak penghasilan mencakup pajak federal, negara bagian, dan lokal,
serta pajak jaminan sosial. Potongan sukarela mencakup kontribusi
rencana pensiun ; premi asuransi jiwa, kesehatan, dan cacat ; iuran serikat
pekerja ; dan kontribusi untuk berbagai amal. Terakhir, daftar prnggajian
dan cek gaji pegawai dicetak. Daftar penggajian adalah laporan yang
mendaftar gaji kotor setiap pegawai, p o t o n g a n g a j i dan gaji bersih
dalam format multikolom. Daftar ini sering kali disertai dengan daftar
potongan terpisah, yang mendaftar berbagai potongan sukarela untuk setiap
pegawai. Daftar penggajian juga digunakan untuk mengesahkan transfer
dana ke rekening bank perusahaan untuk penggajian. Cek gaji pegawai juga
umumnya melampirkan slip gaji, yang mencantumkan jumlah gaji kotor,
potongan, dan gaji bersih untuk periode saat ini, dan total hingga tahun ini,
untuk setiap kategori.
5. Keluarkan dana penggajian
Langkah selanjutnya adalah pembayaran yang sesungguhnya atas cek
gaji ke pegawai (lingkaran 5.0 dalam Gambar 1). Sebagian besar
pegawai dibayar dengan menggunakancek atau dengan penyimpanan
langsung gaji bersih ke rekening bank probadi mereka. Setoran
langsung adalah salah satu untuk meningkatkan efisiensi dan
11
melalui setoran langsung biasanya akan menerima sebu ah kopi cek gaji
yang menunjukkan jumlah yang disimpan bersama dengan slip gaji.
Setiap penggajian tersebut harus menghasilkan serangkaian file simpanan
gaji, satu untuk setiap bank tempat setoran gaji dilakukan. Setiap file berisi
sebuah catatan unutk setiap pegawai yang rekeningnya ada di bank
tertentu. Setiap catatan mencakup nama pegawai, nomor jaminan sosial,
nomor rekening bank, dan jumlah gaji bersih. Dana tersebut kemudian
akan dikirim secara elektronis dari rekening bank perusahaan ke
rekening pegawai. Jadi, setoran langsung meniadakan perlunya kasir
menandatangani setiap cek gaji. Akan tetapi, kasir tetap harus mensahkan
transfer dana dari rekening giro reguler organisasi tersebut.
6. Hitung kompensasi dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
Perusahaan membayar beberapa pajak penghasilan dan kompensasi pegawai
secara langsung (lingkaran 6.0 dalam Gambar 1 ). Contohnya,
perusahaan harus membayar pajak jaminan sosial, sebagai tambahan dari
jumlah yang ditahan dari cek gaji pegawai. Hukum federal dan Negara
bagian juga mensyaratkan perusahaan untuk memberikan kontribusi dalam
persentase tertentu ke setiap gaji kotor pegawai, hingga ke batas maksimal
tahunan, untuk dana asuransi kompensasi pengangguran federal dan negara
bagian. Sebagai tambahan, perusahaan sering kali memberikan kontribusi
atau menanggung keseluruhan pembayaran permi asuransi kesehatan,
cacat, dan jiwa untuk para pegawai.
7. Pengeluaran dana pajak penghasilan dan potongan lain-lain
Aktivitas terakhir dalam proses penggajian adalah membayar kewajiban
pajak penghasilan dan potongan sukarela lainnya dari setiap pegawai
(lingkaran 7.0 dalam Gambar 1 ). Organisasi harus secara periodik membuat
cek atau menggunakan transfer dana secara elektronis untuk membayar
berbagai kewajiban pajak yang terjadi. Lembaga pemerintahan terkait
menspesifikasikan waktu untuk pembayaran ini. Sebagai tambahan, dana
kompensasi, seperti rencana tabungan gaji, harus dibayarkan
keorganisasi terkait.
Sistem informasi akuntansi penggajian dirancang manajemen untuk menyajikan
informasi keuangan bagi kepentingan perusahaan dan pertanggung jawaban
keuangan kepada pihak luar perusahaan (investor, kreditor, dan kantor
pelayanan pajak). Yang pada tujuan khususnya untuk masalah ini, sistem ini
juga dirancang untuk menangani transaksi-transaksi gaji dan pembayarannya
diantaranya sistem ini digunakan perusahaan untuk mencatat daftar hadir,
mencatat transaksi kedalam jurnal, memposting kedalam buku besar serta
menyiapkan laporan keuangan. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari proses
pemasukan data, penyimpanan, pengolahan, proses menghasilhan laporan, dan
pengendalian.
Dokumen yang digunakan dalam siklus penggajian dan pengupahan
seperti dikemukakan oleh Mulyadi ( 2001 : 374 ) yaitu :
1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah
2. Kartu Jam Hadir
3. Kartu jam kerja.
4. Daftar gaji dan upah.
5. Rekap daftar gaji dan rekap daftar upah.
6. Surat pernyataan gaji dan upah.
7. Amplop gaji dan upah.
8. Bukti kas keluar.
Adapun catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan transaksi
yang berhubungan dengan siklus penggajian dan pengupahan adalah :
1. Jurnal umum.
Jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja ke
dalam setipa departemen dalam perusahaan. Dokumen sumber untuk
pencatatan ke dalam jurnal adalah bukti kas keluar.
2. Kartu harga pokok produk
13
tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.
Dokumen sumber untuk pencatatan kedalam buku pembantu ini adalah
rekap daftar upah.
3. Catatan biaya.
Catatan ini merupakan buku pembantu yang dipakai untuk mencatat biaya
tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja non produk setiap
departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan ini
adalah jurnal umum atau rekap daftar gaji dan upah.
4. Kartu penghasilan karyawan
Catatan mengenai penghasilan karyawan dan berbagai potongan yang
diterima oleh setiap karyawan. Ini dipakai sebagai dasar penghitungan PPh
pasal 21 yang menjadi beban setiap karyawan.
2.4 Prosedur yang Membentuk Sistem Penggajian
Sistem dan Prosedur Akuntansi Penggajian menurut (Mulyadi, 2001),
terdiri dari beberapa prosedur yang saling berhubungan. Prosedur adalah suatu
urutan kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen
atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Sistem akuntansi penggajian terdiri dari
prosedur penerimaan dan penempatan karyawan, pencatatan waktu, prosedur
pembuatan daftar gaji dan prosedur pembayaran gaji (Mulyadi, 2001).
1. Prosedur Penerimaan dan Penempatan Karyawan
Prosedur penerimaan dan penempatan karyawan menuerut (Mulyadi,
2001) merupakan prosedur yang sangat penting dalam pemilihan sumber daya
manusia yang berkualitas dan penempatan sumber daya tersebut pada posisi
yang sesuai (the right man in the right place) sehingga sasaran organisasi dapat dicapai. Karena faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang
sangat penting yang harus dikelola secara hati-hati dalam melakukan prosedur
kecakapan orang yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
dengan baik. Tahapan prosedur penerimaan dan penempatan karyawan adalah
sebagai berikut :
Tahap I
Prosedur pengaturan permintaan karyawan dalam jumlah tertentu dan bagian
lain yang memerlukan kepada bagian personalia. Atas permintaan tersebut,
maka bagian personalia mencatat data karyawan dalam berkas.
1) Sumber dari dalam perusahaan
(1) Pemilihan diantara karyawan yang ada sekarang, dengan cara :
a. Karyawan yang sudah ada dipromosikan ke dalam kedudukan
yang diminta.
b. Karyawan tersebut diberikan pendidikan lanjutan sampai tercapai
sesuai dengan apa yang diinginkan.
(2) Pemilihan dari berkas pegawai yang diberhentikan sementara (lard off).
(3) Pemilihan dengan mencari karyawan diantara para pelamar yang
dahulunya belum diterima dan sekarang baru dibutuhkan.
2) Sumber dari luar perusahaan
Pemilihan karyawan dari sumber luar perusahaan dilakukan melalui
lamaran pekerjaan. Apabila cara-cara di atas telah dilakukan dan masih
belum ditentukan adanya karyawan yang memiliki kualifikasi yang
dibutuhkan dalam job specification
(1) Menghubungi sumber-sumber yang menyediakan tenaga kerja.
maka penarikan karyawan dilakukan
secara lebih meluas lagi, dengan cara:
(2) Memasang iklan dalam surat kabar, dan lain-lain.
Tahap II
Setelah dilakukan pemilihan karyawan, maka tahap selanjutnya dilakukan
seleksi karyawan. Seleksi karyawan ini dilakukan dengan cara memanggil
calon karyawan tersebut untuk diuji kemampuan dan potensi dari calon
15
Tahap III
Karyawan yang telah lulus seleksi akan dipanggil kembali untuk
diwawancara. Tahap ini merupakan tahap penentuan keputusan apakah
karyawan tersebut diterima atau tidak.
Tahap IV
Setelah karyawan dinyatakan diterima karena telah berhasil melalui
tahap--tahap sebelumnya. Perusahaan khususnya bagian personalia mengeluarkan
surat keputusan pengangkatan atau surat perjanjian kerja atau biasa juga
disebut dengan surat kontrak. Karyawan tersebut akan mengalami masa
percobaan selama 3 bulan, pada tahap percobaan karyawan belum dapat
dinyatakan sebagai pegawai tetap.
TahapV
Tahap terakhir adalah tahap penempatan. Dalam tahap penempatan bagian
personalia membuat kartu induk karyawan yang isinya memuat semua
informasi mengenai karyawan tersebut. Setelah melalui masa percobaan
selama 3 bulan, maka barulah karyawan tersebut dapat dinyatakan sebagai
karyawan tetap.
2. Prosedur Pencatatan Waktu
Prosedur pencatatan waktu menurut (Mulyadi, 2001) merupakan
aktivitas dalam mencatat waktu hadir di perusahaan. Prosedur pencatatan
waktu ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Pencatatan waktu hadir (attendance time keeping), yaitu pencatatan jumlah jam kerja karyawan selama satu periode dengan cara menggunakan kartu
hadir (clock card). Dimana setiap kali memulai kerja, kartu ini dimasukkan ke dalam mesin pencatat waktu (time clock), begitupun sehabis pulang kerja sehingga akan tercatat jam masuk dan jam keluar setiap karyawan
yang diawasi oleh pencatat waktu.
2. Pencatat waktu kerja (shop time keeping), yaitu pencatatan jumlah jam
untuk mengecek kebenaran kehadiran, mengecek hasil pekerjaan dan
menghitung harga pokok. Cara lain dapat dilakukan dengan cara
menggunakan daftar hadir dimana setiap hari pegawai membubuhi paraf
atau tandatangan sebagai bukti kehadiran. Sedangkan laporan waktu kerja
diperoleh dari :
a. Daftar waktu (time sheet)
b. Kartu atau tiket kerja (Job card/job tickets) yang diisi oleh petugas
pencatat waktu.
c. Kombinasi catatan waktu hadir dan waktu kerja, pada tiap-tiap
karyawan yang bekerja diberikan daftar tersebut setiap hari.
3. Prosedur Perhitungan Gaji
Prosedur pembuatan daftar gaji dilakukan oleh bagian pembuat daftar gaji
(Mulyadi, 2001). Daftar gaji dibuat untuk menghitung gaji yang harus
dibayarkan kepada masing-masing karyawan. Adapun perincian kegiatan
penetapan gaji adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan catatan waktu kehadiran dari masing-masing karyawan dari kartu jam kehadiran. Waktu yang diperoleh terdiri dari dua bagian,
yaitu:
1) Waktu kerja biasa (straight time)
2) Waktu kerja lembur (over time)
2. Menyusun daftar gaji dengan mencatumkan nama karyawan pangkat dan bagian, susunan keluarga dan gaji pokok.
3. Mengumpulkan data untuk pembayaran berdasarkan insentif. Umumnya didasarkan pada data produksi tentang banyaknya prestasi yang telah
dihasilkan sesudah itu dihitung tunjangan, tunjangan antara lain:
1) Tunjangan perusahaan
2) Tunjangan kesehatan
3) Tunjangan istri dan anak
17
5) Tunjangan - tunjangan lainnya.
4. Menghitung semua pajak penghasilan, semua pengurangan untuk with holding fax, pinjaman pegawai, asuransi, kemudian dicatat dalam daftar gaji.
4. Prosedur Pembayaran Gaji
Prosedur pembayaran gaji dilaksanakan setelah prosedur pembuatan
daftar gaji dijalankan sesuai dengan proses diatas, kemudian dilanjutkan
dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pembayaran gaji,
membuat formulir dan laporan yang ditetapkan dalam peraturan perusahaan,
membuat catatan (journal entry) dan berbagai formulir dan laporan dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut :
1. Membuat daftar gaji.
2. Membuat daftar check pembayaran atau amplop pembayaran gaji atau cek gaji. Jika pembayaran dilaksanakan secara tunai, maka disusun kebutuhan
bermacam-macam uang logam dan pecahan uang kertas yang akan
dimasukkan ke dalam amplop gaji.
3. Membuat daftar earning statement yaitu suatu penjelasan tentang perhitungan gaji yang diberikan pada masing-masing karyawan yaitu
setelah dihitung gaji kotor, allowance, dan potongan-potongan.
4. Membuat employee's earning record yaitu daftar gaji pada suatu masa yang dibayarkan pada pegawai tersebut.
5. Membuat formulir-formulir yang diperlukan untuk berbagai keperluan
sesuai dengan ketentuan.
6. Membuat statistik tentang gaji.
5. Prosedur Pencatatan Gaji dan Pelaporan
Menurut Midjan (1993) laporan gaji yang diperlukan oleh pihak internal
maupun pihak eksternal dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
adalah daftar potongan, laporan status karyawan serta untuk keperluan
perpajakan.
Demand report, merupakan laporan yang sifatnya tidak rutin yang diterbitkan pada saat diminta oleh pihak yang membutuhkan. Bentuk dan isi laporan ini tergantung permintaan.
2.5 Fungsi-fungsi yang Terkait
Dalam sistem penggajian dan pengupahan ada beberapa fungsi yang
saling terkait satu dengan yang lainnya. Fungsi-fungsi yang saling terkait
dengan sistem penggajian dan pengupahan antara lain :
1.FungsiPersonalia/Kepegawaian
Tanggung jawabnya dalam pengangkatan karyawan, penetapan jabatan,
penetapan, tarif gaji dan upah, promosi dan penurunan pangkat, mutasi
karyawan, penghentian karyawan dari pekerjaannya, dan penetapan
berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan serta perhitungan gaji dan upah
karyawan
2. Fungsi keuangan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan
upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam amplop gaji dan uaph setiap karyawan, untuk
selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.
3. Fungsi akuntansi
Dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi
bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam
hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan ( misalnya
utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana pensiun ).
Fungsi akuntansi yang menangani sistem akuntansi penggajian dan
pengupahan terdiri dari :
1) Bagian utang
19
akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
memproses pembayaran gaji dan upah seperti yang tercantum dalam
daftar gaji dan upah. Bagian ini menerbitkan bukti kas keluar yang
memberi otorisasi kepada fungsi pembayaran gaji dan upah untuk
membayarkan gaji dan upah kepada karyawan seprti yang tercantum
dalam daftar gaji dan upah tersebut
2) Bagian Kartu Biaya
Bagian ini memegang fungsi akuntansi biaya yang dalam sistem
akuntansi panggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk
mancatat distribusi biaya ke dalam kartu harga pokok produk dan
kartu biaya berdasarkan rekap daftar gaji dan upah dan kartu jam
kerja ( untuk tenaga kerja langsung pabrik ).
3) Bagian jurnal
Bagian ini memegang fungsi pencatat jurnal yang bertanggung jawab
untuk mencatat biaya gaji dan upah dalam jurnal umum.
4. Fungsi pencatat waktu
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir
bagi semua k a r ya w a n perusahaan. Sistem pengendalian intern yang baik
mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh
dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan
upah.
5. Fungsi pembuat daftar gaji dan upah
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji dan upah yang
berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang
menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji dan
upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan
upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai
sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah karyawan.
2.6 Pengendalian Internal
Pengendalian internal mencakup lima kategori pengendalian yang
dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan
yang layak bahwa tujuan pengendalian oleh manajemen akan terpenuhi. Menurut
Arens dan Loebbecke (1997), terdapat 5 (lima) komponen dari pengendalian
internal, yaitu : (1) Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment), (2)
Penetapan Risiko (Risk Assesment), (3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities), (4) Sistem Informasi dan Komunikasi Akuntansi (Information &
Communication System), (5) Pemantauan (Monitoring).
1. Lingkungan Pengendalian
Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap
menyeluruh manajemen puncak, direktur dan pemilik suatu satuan usaha
terhadap pengendalian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1) Nilai etika dan integritas (integrity and ethical value)
Nilai etika dan integritas adalah produk dari standar etika dan bagaimana
standar tersebut dikomunikasikan dan dijalankan dalam praktik. lni
meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi
insentif pegawai yang bertindak tidak jujur, melanggar hukum, termasuk
juga komunikasi standar nilai dari perilaku perusahaan kepada pegawai
melalui pernyataan kebijakan dan aturan pelaksanaan dan melalui
contoh-contoh.
2) Komitmen terhadap kompetensi (Commitment to competence)
Komitmen terhadap kompetensi termasuk pertimbangan manajemen akan
kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan
bagaimana tingkat kecakapannya diterjemahkan dalam keahlian dan
pengetahuan yang dibutuhkan.
3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit (board of director or audit
committee participation)
Suatu pengendalian dipengaruhi oleh dewan komisaris dan oleh komite
21
yang merupakan pemilik perusahaan dan manajemen yang
mengoperasikan perusahaan. Sedangkan Komite Audit terdiri dan
anggota dewan komisaris dan para ahli yang memahami masalah
pengendalian internal. Pemegang saham mempercayakan pengendalian
atas manajemen melalui dewan komisaris dan komite audit. Komite Audit
yang independen dibebani tanggung jawab untuk mengawasi proses
pelaporan keuangan, yang mencakup pengendalian internal dan ketaatan
terhadap peraturan dan hukum yang telah ditetapkan agar menjadi efektif.
Komite audit harus memelihara komunikasi yang baik dan
berkesinambungan dengan auditor ekstern. Komite audit memiliki
kedudukan di atas dewan komisaris.
4) Filosofi manajemen dan gaya operasi (management's philosophy and
operating style)
Pengendalian yang efektif dalam suatu organisasi dimulai dan diakhiri
dengan filosofi manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian
itu penting, maka mereka akan melihat apakah kebijakan dan prosedur
pengendalian yang efektif telah ditetapkan. Perilaku mengenai
pengendalian ini akan dikomunikasikan kepada para bawahan melalui
gaya operasional manajemen.
5) Struktur organisasi (organizational structure)
Struktur organisasi diidentifikasikan sebagai otoritas dan
pertanggungjawaban yang terdapat dalam perusahaan serta menunjukkan
pola komunikasi di dalam organisasi.
6) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (assignment of authority and
responsibility)
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dimasukkan agar
mempermudah proses operasi, proses pelaporan dan memperjelas tingkat
kepemimpinan dalam perusahaan. Pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab mencakup cara-cara seperti memo dari manajemen tentang
pengendalian, organisasi formal dan rencana operasi, deskripsi tugas
pegawai dan kebijakan terkait.
7) Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia (human resources policies
and practices)
Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia berhubungan dengan
proses penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, konseling, promosi,
penggantian dan tindakan perbaikan.
2. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko merupakan identifikasi dan analisis oleh manajemen
terhadap risiko-risiko yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Terdapat beberapa risiko yang harus dipertimbangkan yang dapat
mempengaruhi kemampuan entitas usaha untuk mencatat, memproses,
mengikhtisar dan pelaporan keuangan data, keuangan secara tepat, yaitu :
1) Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan (Changes in operating
environment). Perubahan dalam lingkungan operasi dapat mengakibatkan perubahan dalam risiko yang mungkin timbul secara signifikan.
2) Karyawan baru (New personel). Karyawan baru mungkin memiliki
pandangan atau pengertian yang berbeda atas pengendalian intern yang
sedang diterapkan dalarn perusahaan.
3) Sistem informasi baru (New information system). Perubahan pesat dalam
sistem informasi dapat mengubah risiko yang berhubungan dengan
pengendalian intern.
4) Pertambuhan yang pesat (Rapid growth). Pertumbuhan pesat operasi perusahaan dapat meningkatkan risiko akibat pengendalian yang sudah
tidak berfungsi secara memadai.
5) Teknologi baru (New technology). Teknologi baru yang diterapkan pada sistem informasi dapat merubah risiko yang sebelumnya telah
23
6) Lingkup, produk atau kegiatan baru (new line, product or activities).
Bidang usaha atau transaksi yang diketahui secara samar oleh perusahaan
akan menimbulkan risiko baru yang sebelumnya tidak diperkirakan pada
pengendalian internal.
7) Operasi perusahaan secara internasional (foreign operation). Perluasan
wilayah usaha dapat menimbulkan risiko-resiko baru yang menimbulkan
dampak terhadap pengendalian internal.
8) Keputusan akuntansi (accounting pronouncements). Penerapan atau
perubahan prinsip-prinsip akuntansi dapat menimbulkan risiko dalam
mempersiapkan laporan keuangan. Sistem pengendalian internal dalam
perusahaan yang menggunakan sistem manual dalam akuntansinya lebih
dititikberatkan kepada orang yang melaksanakan sistem tersebut (tipe
oriented system), dan jika komputer digunakan sebagai alat bantu dalam mengelola data akan terjadi pergeseran dari sistem yang berorientasi pada
orang ke sistem yang berorientasi kepada komputer (computer oriented
system).
3. Aktivitas Pengendalian(ControI Activies)
Komponen ketiga dari pengendalian internal adalah terdiri dari
bermacarn-macam kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan manajemen
bahwa tindakan-tindakan yang penting telah diambil untuk mengurangi risiko
di dalam mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan dan prosedur ini terdiri dari :
1) Pemisahan tugas yang cukup
(1) Pemisahan pemegang aktiva dari akuntansi.
(2) Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang
bersangkutan.
(3) Pemisahan tanggungjawab operasional dari tanggungjawab
pembukuan.
2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas. Setiap transaksi dan
memuaskan. Bila setiap orang dalam organisasi dapat menggunakan aktiva
dengan sekehendak hati tanpa otorisasi oleh pihak yang berwenang, maka
kekacauan akan terjadi. Kebijakan otorisasi dibuat oleh manajemen
puncak.
3) Dokumen dan catatan yang memadai. Dokumen dan catatan berfungsi
sebagai penghantar informasi keseluruh bagian organisasi perusahaan.
Dokumen dan catatan harus memadai untuk memberikan keyakinan yang
layak bahwa seluruh aktiva dikendalikan dengan pantas dan seluruh
transaksi dicatat dengan benar.
4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan. Dilakukan perlindungan
terhadap aktiva dan catatan dengan tindakan pencegahan secara fisik.
Misalnya penggunaan gudang persediaan yang dijaga oleh pegawai untuk
mencegah pencurian.
5) Pengecekan independen atas pelaksanaan. Kebutuhan pengecekan
independen meningkat karena pengendalian intenal cenderung untuk
berubah setiap saat. Pengecekan ini harus dilakukan oleh orang yang
terjamin keindepedensiannya dari tanggung jawab menyiapkan data.
4. Sistem informasi dan komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi terdiri atas metode-metode dan
catatan-catatan yang diadakan untuk mencatat, memproses, meringkas dan
melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara
akuntabilitas dari aktivaaktiva hutang-hutang terkait, agar efektif, sistem
informasi dan komunikasi harus memenuhi tujuan-tujuan berikut atas
transaksi-transaksinya, yaitu :
1) Mengindentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.
2) Menggambarkan secara periodik transaksi yang terperinci dalam
klasifikasi yang layak dalam laporan keuangan.
3) Mengukur nilainya secara tepat.
25
5) Melakukan penyajian dan pengungkapan secara memadai.
6) Mengkomunikasikan tanggung jawab kepada karyawan.
5. Pemantauan (Monitoring)
Salah satu tanggung jawab manajemen adalah menetapkan dan memelihara
pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian berdasarkan
pemikiran apakah pengendalian telah beroperasi secara memadai atau belum
dan manajemen menyesuaikan pengendalian internal sesuai dengan perubahan
yang terjadi. Aktivitas pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus,
evaluasi secara terpisah atau kombinasi dari keduanya.
Aktivitas pemantauan yang terus menerus dirancang untuk aktivitas yang
berulang seperti penjualan dan pembelian. Evaluasi terpisah kadang dilakukan
oleh internal auditor atau personal yang lain atau kadang-kadang mencakup
komunikasi mengenai informasi tentang kekuatan dan kelemahan serta
rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal. Aktivitas pemantauan
dapat pula dilakukan oleh pihak eksternal.
2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
TABEL 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Linda S
Malau (2004)
Sistem akuntansi penggajian dan
pengupahan sebagai alat bantu
manajemen dalam mendukung
pengendalian intern Gaji dan
Upah pada kantor besar
PT.Socfin Indonesia Medan
Sistem penggajian dan pengupahan
yang cukup efektif sehingga dapat
digunakan sebagai alat bantu
manajemen dalam mendukung
pengendalian intern gaji dan upah.
Obed G
Damanik
(2006)
Sistem akuntansi
penggajian dan pengupahan
sebagai alat pengawasan
interngaji dan upah pada
PT.Tolan Tiga Indonesia
Sistem akuntansi Penggajian dan
pengupahan cukup efektif sebagai
alat pengawasan intern gaji dan
III. METODE PENELITIAN
3.1Kerangka Pemikiran
Aktivitas operasi perusahaan/organisasi sangat bergantung pada
sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan/organisasi. Tidak
terkecuali lembaga pemerintahan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat. Agar dapat bertahan dan semakin berkembang,
maka diperlukan tenaga kerja yang berkualitas dengan tingkat gaji yang
berbeda sesuai dengan prestasi yang disumbangkan pada
perusahaan/organisasi. Karena aktivitas gaji bersifat berulang-ulang dan
rutin, maka diperlukan adanya suatu sistem informasi akuntansi
penggajian agar dalam pelaksanaannya dapat terkoordinir dengan baik.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai
salah satu lembaga pemerintahan daerah telah menerapkan sistem
informasi akuntansi dalam mendukung sistem penggajiannya. Dengan
adanya suatu sistem informasi akuntansi penggajian yang baik dalam
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, maka
diharapkan akan diperoleh suatu informasi akuntansi yang tepat
mengenai gaji.. Alur berfikir secara lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
Sistem Informasi Akuntansi Penggajian
Prosedur Sistem Akuntansi Penggajian
Dokumen
Fungsi-fungsi yang Terkait
Pencatatan Akuntansi
Pengendali an Internal
Efektif
28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang peranan sistem informasi akuntansi terhadap
efektifitas pengendalian internal penggajian ini dilakukan di Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Jl. Surapati no.71
Bandung. Proses pengambilan data hingga pengolahan data penelitian
ini dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2010.
3.3Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
menguraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari objek
penelitian.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer, merupakan data yang didapat dari sumber
pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut
dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis,
seperti hasil wawancara.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan
sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi
diperusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi, tugas dan fungsi bagian dalam struktur organisasi dan
data yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi
akuntansi pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan beberapa cara
sebagai berikut:
1. Teknik Observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung
terhadap objek penelitian, dalam hal ini Sistem informasi akuntansi
penggajian yang digunakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
2. Teknik Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi
secara langsung dengan beberapa pihak yang berkompeten dan
berwewenang dalam memberikan data yang dibutuhkan, seperti
pihak bagian keuangan.
3. Teknik Studi Literatur, yaitu mengumpulkan data-data dengan
membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur – literatur
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
4. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan dan
pengcopyan atas d a t a - d a t a sekunder untuk mendapatkan data
yang mendukung penelitian ini.
3.6Metode Penganalisa Data
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan
menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi
keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang
dihadapi. Sedangkan untuk menganalisis efektifitas penerapan sistem
informasi akuntansi penggajian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Jawa Barat penulis memberikan kuesioner kepada seluruh
pegawai bagian keuangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat. Dengan menggunakan penentuan sampel metode sensus
yang berjumlah 30 pegawai. .
3.7 Variabel dan Skala Pengukuran
Skala pengukuran variabel yang diambil adalah skala ordinal
dengan model pertanyaan kepada responden berikut 2 (dua) pilihan
jawaban, yaitu dengan bentuk atau model jawaban "Ya" dan "Tidak".
Variabel, indikator variabel, sub indikator, skala pengukuran dan
30
TABEL 2. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator
Variabel
Sub Indikator Skala
Pengukuran Instrumen Sistem lnformasi Akuntansi Unsur-unsur Sistem Informasi: Tujuan Sistem lnformasi Akuntansi:
l. Tujuan
2. Masukan 3. Keluaran
4. Penyimpanan data 5. Pengolahan
6. Instruksi dan prosedur 7. Penggunan
8. Pengendalian dan pengukuran keamanan
1. Mendukung operasi
sehari-hari
2. Mendukung pengambilan keputusan
3. Memenuhi kewajiban berkenaan dengan pengamanan Ordinal Ordinal Kuesioner Kuesioner
3.8 Pengujian Instrumen Penelitian
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik ( Arikunto, 2002). Pada penelitian ini untuk
mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Spearman-Brown,
karena instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan dengan
alternative jawaban hanya dua, yaitu Ya dan tidak.
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran
terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama
(Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan pula
Rumus Spearman –Brown
(
1/21/2)
2 / 21 / 1 11 1 2 r xr r +
= ……… (1)
dengan keterangan:
r11 :
r
reliabilitas instrumen
1/21/2 : rxy
Uji Validitas
yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara
dua belahan instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,
2002). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah
dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat
kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk
mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis
butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan
dengan menggunakan Rumus korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, (2002) sebagai berikut:
rxy
{
}{
}
( )
(
)
∑ − ∑ ∑ − ∑ − =∑
∑
∑
N N N y x xyy
y
x
x
2 2 2 2………(2)
dengan pengertian
rxy : koefisien korelasi antara x dan y r
N : Jumlah Subyek
xy
32
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items ∑Y : Jumlah skor total ∑X2 :
∑Y
Jumlah kuadrat skor item
2 :
(Arikunto, 2002)
Jumlah kuadrat skor total
Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan
dengan menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel
harga regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau
sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid
dan jika rxy
3.9 Pengujian Hipotesis
lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen
tersebut tidak valid.
Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel yang diteliti
adalah skala ordinal, dimana setiap variabel dijabarkan dalam
indikator-indikator secara berurutan dan saling berhubungan. Setiap item dari
indikator-indikator dari variabel di atas dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan dalam kuesioner yang kemudian disebarkan kepada
responden dari perusahaan yang diteliti.
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas
sistem informasi akuntansi penggajian yaitu menggunakan perhitungan
persentase metode Champion. Penggunaan rumus Champion, yaitu dengan menghitung jumlah jawaban “Ya”, kemudian dilakukan
perhitungan dengan cara sebagai berikut:
Jumlah jawaban "Ya"
x 100% ………..(4) Jumlah seluruh jawaban responden
Hasil jawaban yang diperoleh dengan cara perhitungan berupa skor
berguna untuk pengambilan simpulan seperti yang telah dikemukakan
a. 0% - 25% = no association or low association
b. 26% - 50% = moderately low association
c. 51% - 75% = moderately high association
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan
1. Jaman Penjajahan Belanda (Landbouw Voorlicttings Dienst)
Pada masa penjajahan Belanda, Lembaga yang
menyelenggarakan pembinaan pertanian di Jawa Barat adalah
Provinciale Landbouw Voorlichtings diens (LVD) yang dikepalai
oleh seorang Inspektur berkebangsaan Belanda yang disebut
Landbouw Inspecteur. Lembaga ini dipekirakan telah berdiri sejak
tahun 1912.
Fungsi lembaga ini adalah untuk memberikan pembinaan
terhadap para petani pribumi untuk mempertinggi produksi,
sedangkan alih teknologi diberikan dalam batas-batas tertentu karena
atas dasar pertimbangan politis.
Kelembagaan LVD terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
1) Bagian Tanaman Rakyat (Indlandsche landbouw), yang bidang
pengelolaannya meliputi tanaman padi, palawija, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
2) Bagian tanaman keras, yang bidang pengelolaannya meliputi
tanaman-tanaman perkebunan seperti kopi, karet, kapuk, kina dan
the. Bidang perikanan darat belum ditangani secara khusus oleh
suatu unit kerja tertentu, sedangkan kegiatannya belum berupa
kegiatan teknis karena masih terbatas pada pengumpulan
data-statistik usaha perikanan darat di empang-empang yang dikelola
oleh pribumi. Kegiatan pengumpulan data tersebut dilaksanakan
oleh mantri statistik yang merupakan petugas LVD.
Satuan organisasi LVD secara organik berada di bawah
departemen Van Landbouw Nijverheid Jandel (Departemen
Pertanian Perindustrian dan Perdagangan) yang berkedudukan di
Batavia.
1) Tingkat Provinsi dipimpin oleh Inspektur LVD yang
berkebangsaan Belanda.
2) Tingkat Karesidenan dikepalai oleh Landbouwconsulenten yang
berkebangsaan Belanda.
3) Tingkat kabupaten dipimpin oleh Adjunctlandbouwconsulenten
yang pada umumnya dijabat oleh pribumi.
4) Tingkat Kawedanan dipimpin oleh landbouw Opzichtera, yang
dijabat oleh pribumi
5) Tingkat Kecamatan dipimpin oleh mantri Landbouw, yang dijabat
oleh pribumi.
2.Jaman Pendudukan Jepang (Norinka)
Pada jaman pendudukan Jepang, penyelenggaraan pembinaan
pertanian dilaksanakan oleh Norinka yang bernaung di bawah
pemerintahan penjajahan Jepang. Kebijaksanaan, program maupun
sistem pembinaan pertanian yang diterapkan tidak berbeda dengan
penjajahan Belanda, yaitu memberikan pembinaan kepada para
petani untuk mempertinggi produksi, akan tetapi tujuannya diperluas
dengan sasaran utama untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan
untuk mensuplai keperluan perang bagi bala tentara Jepang.
3. Jaman Kemerdekaan
1) Periode tahun 1945 - 1949
Setelah Indonesia merdeka, maka pada tahun 1945
didirikan Jawatan Pertanian Republik Indonesia yang merupakan
Lembaga di bawah Departemen Kemakmuran. Kebijaksanaan
maupun programnya adalah untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan petani, sedangkan bidang yang ditanganinya
mencakup segala aspek yang menyangkut kemakmuran rakyat,
meliputi pertanian rakyat, perkebunan, perikanan, kehewanan dan
36
2) Periode tahun 1950 – 1974 (Jawatan Pertanian Republik
Indonesia)
Pada tahun 1950 lahir Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat yang dibentuk dengan undang-undang Nomor 11 tahun
1950. Undang-undang tersebut memberikan beberapa urusan yang
menjadi kewenangan pangkal daerah, diantaranya adalah urusan
pertanian. Selanjutnya terbit pula beberapa peraturan yang juga
melatar-belakangi pembentukan Jawatan Pertanian Rakyat
Provinsi daerah Tingkat I Jawa Barat, perkembangan hingga
perubahan namanya menjadi Dinas Pertanian tanaman Pangan
Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
3) Periode Tahun 1975 sampai dengan sekarang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat
(1) Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Barat Nomor 197/A.V/18/SK/1975 tanggal 12
april 1975 tentang Perubahan Sebutan/Istilah Jawatan
menjadi Dinas, maka nama Jawatan Pertanian Rakyat diubah
menjadi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.
(2) Sehubungan dengan dikeluarkannya Surat keputusan Menteri
pertanian Nomor 2110/706/Kpts/1983 tanggal 27 September
1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Pertanian Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan,
maka pemerintah Propinsi daerah Tingkat I Jawa Barat
menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat Nomor 12 tahun 1983 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dengan demikian
Dinas Pertanian Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat diubah
namanya menjadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
(3) Berdasarkan Peraturan daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor 22 tahun1984, dibentuk cabang Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang
berkedudukan di 6 daerah Tingkat II yaitu : Serang, Bogor,
Cirebon, Purwakarta, Bandung dan Ciamis.
(4) Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor 5 Tahun 1986 tentang Perubahan yang Pertama
Peraturan daerah Nomor 22 tahun 1984 tentang Pembentukan
Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat, maka pada Dinas Pertanian Tanaman
Pangan diadakan penambahan 2 (dua) seksi yaitu Seksi
Perumusan Program dan Proyek dan Seksi Bimbingan dan
Latihan. Selain itu diadakan perubahan nama/istilah
seksi-seksi pada Sub Dinas Penyuluhan.
(5) Dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Barat Nomor 060/kep.256-ORTAK/1988
perihal Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi pada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat, maka semakin jelas tugas, fungsi dan peranan tiap-tiap
Sub Bagian dan Seksi pada Dinas Pertanian Tanman pangan.
(6) Pada tahun 1990 ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat nomor 12 tahun 1990 tentang
Pencabutan Peraturan daerah Nomor 22 Tahun 1984 Tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja cabang
Dinas Pertanian Tanaman pangan Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat.
Penetapan Peraturan Daerah tersebut merupakan tindak lanjut
pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur negara Nomor 90/MENPAN/1989 dan Surat
Menteri Dalam Negeri Nomor 061.1/2374/PUOD/ tanggal 30
Juni 1987, yang antara lain mengemukakan bahwa dengan
38
Dinas Tingkat I. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Wilayah
perlu dihapus untuk tidak mengurangi kewenangan dari
Daerah Tingkat II. Peraturan daerah Nomor 12 tahun 1990 ini
telah diajukan kepada Menteri Dalam Negeri untuk
dimintakan pengesahannya.
(7) Selain daripada itu telah ditetapkan pula Peraturan daerah
Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 13 Tahun 1990
tentang perubahan yang kedua Peraturan daerah Nomor 12
tahun 1983 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pertanian Tanaman Pangan.
4.2Tugas Pokok Masing-masing Bagian
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
perumusan, penetapan, memimpin, megkoordinasikan dan
mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok Dinas serta
mengkoordinasikan dan membina UPTD (Unit Pelaksana Teknis
Dinas). Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud, Kepala Dinas mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan teknis pertanian tanaman
pangan yang meliputi sumber daya, produksi tanaman pangan,
produksi tanaman hortikultura dan bina usaha
2) Penyelenggaraan fasilitasi dan pengendalian pelakasanaan
tuga-tugas pertanian tanaman pangan
3) Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dalam rangka tugas
pokok dan fungsi Dinas
4) Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
perencanaan dan program, pengelolaan keuangan, kepegawaian dan
umum. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program Dinas
2) Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program
Sekretariat
3) Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian dan
umum
3. Sub Bagian Perencanaan dan Program
Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai tugas
pokok melaksanakan koordinasi perencanaan dan penyusunan
program Dinas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok yang
dimaksud, Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan penyusunan bahan perencanan dan program
sekretariat
2) Pelaksanaan kompilasi bahan penyelenggaraan koordinasi
perencanaan dan program dinas yang meliputi sumber daya,
produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina
usaha
3) Pelaksanaan penyusunan bahan hasil koordinasi perencanaan dan
program Dinas yang meliputi sumber daya, produksi tanaman
pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha
4) Pelaksanaan koordinasi perencanaan dan program UPTD serta
sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman
hortikultura dan bina usaha
4. Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok
melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan
Dinas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok yang dimaksud, Sub
40
1) Pelaksanaan penyusunan bahan rencana anggaran belanja
langsung dan tidak langsung Dinas
2) Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknis administasi
keuangan
3) Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan keuangan pada
UPTD
5. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
Sub Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas
pokok melaksanakan pengelolaan administasi kepegawaian,
ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan mutasi,
pengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin pegawai, dan
pengelolaan administrasi kepegawaian lainnya
2) Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan pembinaan
kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah tangga
3) Pelaksanaan administrasi, dokumentasi perundang-undangan,
kearsipan dan perpustakaan
4) Pelaksanaan tugas kehumasan Dinas
5) Pelaksanaan pegelolaan perlengkapan Dinas
6. Bidang Sumber Daya
Bidang Sumber Daya mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
sumber daya pertanian. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Bidang Sumber daya mempunyai fungsi :
1) Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional sumber
daya pertanian
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi sumber daya
pertanian
7. Seksi Sarana dan Permodalan
Seksi Sarana dan Permodalan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
sarana dan akses permodalan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Seksi Sarana dan Permodalan mempunyai
fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis fasilitasi sarana
dan akses permodalan
2) Pelaksanaan penyusuan dan pengolahan data sarana dan akses
permodalan
8. Seksi Kelembagaan Pertanian
Seksi Kelembagaan Pertanian mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
kelembagaan pertanian. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Seksi Kelembagaan Pertanian mempunyai
fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
kelembagaan pertanian
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kelembagaan
pertanian
9. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air
Seksi Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pengelolaan lahan dan air. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Seksi Pengelolaan Lahan dan Air
mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pengelolaan lahan dan air
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengelolaan lahan
42
10.Bidang Produksi Tanaman Pangan
Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi tanaman pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Bidang Produksi Tanam Pangan mempunyai
fungsi :
1) Penyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis produksi
tanaman pangan
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman
pangan
3) Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman pangan
11.Seksi Serealia
Seksi Serealia mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi serealia.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Seksi Serealia mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi serealia
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi serealia
12.Seksi Palawija
Seksi Palawija mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi palawija.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Seksi Palawija mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi palawija
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi palawija
13.Seksi Pengendalian OPT (Organisme Penganggu Tanaman) Pangan
Seksi Pengendalian OPT Pangan mempunyai tugas pokok
pengendalian OPT pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Seksi penegendalian OPT pangan
mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pengendalian OPT Pangan
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengendalian
OPT pangan
14.Bidang Produksi Tanaman Hortikultura
Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi produksi tanaman hortikultura. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Produksi Tanaman
Hortikulturaa mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi tanaman hortikultura
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman
hortikultura
3) Penyelenggaraan fasilitasi produksi tanaman hortikultura
15.Seksi Sayuran dan Biofarmaka
Seksi Sayuran dan Biofarmaka mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi sayuran dan biofarmaka. Dalam menyelenggarakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Sayuran dan Biofarmaka
mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi sayuran dan biofarmaka
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi sayuran
dan biofarmaka
16.Seksi Buah dan Tanaman Hias
Seksi Buah dan Tanaman Hias mempunyai tugas pokok
44
produksi buah-buahan dan tanaman hias. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Buah dan Tanaman Hias
mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
produksi buah dan tanaman hias
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi buah
dan tanaman hias
17.Seksi Pengendalian OPT Hortikultura
Seksi Pengendalian OPT Hortikultura mempunyai tugas
pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan
fasilitasi pengendalian OPT hortikultura. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengendalian OPT
Hortikultura mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
pengendalian OPT hortikultura
2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengendalian
OPT hortikultura
18.Bidang Bina Usaha
Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi bina usaha. Dalam
menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Bina
Usaha mempunyai fungsi:
1) Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis bina usaha
2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi bina usaha
3) Penyelenggaraan fasilitasi bina usaha
19.Seksi Penanganan Mutu Hasil
Seksi Penanganan Mutu Hasil mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi
penanganan mutu hasil. Dalam menyelenggarakan tugas pokok
sebagaimana dimaksud, Seksi Penanganan Mutu Hasil mempunyai