• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap perusahaan sangat

membutuhkan peranan Sumber Daya Manusia (SDM). Peranan SDM dalam hal

ini adalah sebagai input penting yang biasa disebut pegawai atau karyawan.

Dalam hal ini mengandung pengertian orang-orang yang terlibat langsung

ataupun tidak langsung dalam kegiatan operasional. Semakin berkembangnya

suatu perusahaan maka akan memerlukan lebih banyak karyawan. Untuk itu

diperlukan konsentrasi khusus dalam menangani masalah kepegawaian. Salah

satu masalah kepegawaian yang sangat penting adalah menyangkut sistem

pembayaran gaji pegawai. Pada pelaksanaan pembayaran gaji pegawai harus

dilaksanakan secara profesional dengan maksud agar terciptanya hubungan

timbal balik yang baik antara perusahaan dengan pegawainya. Hal ini

dimaksudkan agar dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dapat dijalankan

dengan selaras dan seimbang.

Biaya gaji merupakan biaya yang sangat penting dan menimbulkan

resiko kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan dan penyelewengan

yang menyebabkan besarnya kerugian pada perusahaan, untuk itu diperlukan

peranan sistem informasi akuntansi ( SIA ) yang didesain dan

diimplementasikan dengan baik agar menghasilkan informasi yang andal untuk

perusahaan. Sistem informasi akuntansi ini terdiri dari perangkat kumpulan

(2)

menjadi informasi. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi yang

semakin pesat diabad 21 ini, tentu membawa dampak pada bidang ekonomi.

Dimana sistem informasi akuntansi yang sebelumnya dijalankan secara manual

dirasakan tidak lagi mampu memberikan manfaat yang memadai dalam bidang

operasional.

Oleh karena itu banyak perusahaan yang mulai beralih kepada sistem

informasi akuntansi yang berbasis komputer. Pengolahan data akutansi secara

komputerisasi terbukti mampu memberikan informasi yang andal dan dapat

meningkatkan efektifitas dan efisiensi perusahaan.

Sistem informasi akuntansi penggajian dan dirancang manajemen

untuk menyajikan informasi keuangan bagi kepentingan perusahaan dan

pertanggung jawaban keuangan kepada pihak luar perusahaan. Yang pada

tujuan khususnya untuk masalah ini, sistem ini juga dirancang untuk menangani

transaksi-transaksi gaji dan pembayarannya, diantaranya sistem ini digunakan

perusahaan untuk mencatat daftar hadir, mencatat transaksi kedalam jurnal,

memposting kedalam buku besar serta menyiapkan laporan keuangan.

Rangkaian kegiatan ini terdiri dari proses pemasukan data, penyimpanan,

pengolahan, proses menghasilhan laporan, dan pengendalian.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat adalah suatu

organisasi pemerintah yang bergerak dalam bidang pengelolaan dan pelayanan

tanaman pangan untuk wilayah provinsi Jawa Barat. Walaupun pada uumumnya

(3)

3

operasionalnya, namun Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Baratmemiliki prosedur tersendiri dalam memberikan gaji pada pegawainya.

Organisasi ini menerapkan suatu Program Aplikasi yaitu Sistem Manajemen

Kepegawaian, tetapi pada kenyataannya Program aplikasi tersebut belum

sepenuhnya digunakan dalam proses pembayaran gaji. Hal ini dapat dilihat

masih digunakannya Microsof Excel pada prosedur pembayaran gaji. Jumlah

karyawan yang relatif banyak dari berbagai tingkatan yang terdiri dari pegawai

tetap dan honorer), mengakibatkan pengeluaran untuk gaji menjadi sangat

penting sehingga perlu mendapatkan suatu sistem informasi akuntansi yang baik

dalam pelaksanaan pembayaran gaji sehingga dapat memberikan informasi

kepada manajemen dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian terhadap penerapan sistem informasi akuntansi pada penggajian di

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat yang akan dituangkan

(4)

Pertanian anaman Pangan Provinsi Jawa Barat?

2. Apakah sistem informasi akuntansi penggajian yang diterapkan oleh

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat telah efektif?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis penerapan sistem informasi akuntansi penggajian pada

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa barat.

2. Menganalisis tingkat efektifitas sistem informasi akuntasi penggajian

yang ditetapkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

l. Bagi perusahaan/organisasi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi

masukan yang berarti.

2. Bagi masyarakat, penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji tingkat efektifitas sistem informasi

akuntansi indikator-indikator ada atau tidaknya unsur dan tujuan dari sistem

informasi akuntansi penggajian. Indikator-indikator yang digunakan

berdasarkan tinjauan pustaka dari sumber-sumber literatur.

(5)

II. PENDAHULUAN

2.1 Sistem Imformasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu kerangka

pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal,

and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekonomik menjadi keluaran

berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu

entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang

berkepentingan (Wilkinson, 1991).

Menurut Ronmey dkk, (1997) terdapat delapan unsur dari suatu sistem

informasi akuntansi, yaitu :

1. Tujuan

Sistem informasi akuntansi dirancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan

yang menggambarkan tenaga penggerak dibelakang sistem dan tujuannya.

2. Masukan

Data harus dikumpulkan dan dimasukan sebagai input ke dalam sistem.

Masukan yang umum dari suatu sistem informasi akuntansi adalah data

transaksi dan jurnal.

3. Keluaran

Informasi yang dihasilkan oleh sistem disebut keluaran. Keluaran yang umum

dari sistem informasi akuntansi adalah laporan keuangan dan laporan-laporan

internal seperti daftar piutang dagang, anggaran dan proyeksi cashflow.

4. Penyimpanan

Data disimpan dalam sistem informasi akuntansi untuk pemakaian berikutnya.

Data yang disimpan harus dimutakhirkan secara teratur.

5. Pengolahan

Data harus diolah untuk menghasilkan informasi. Sebagian perusahaan

(6)

6. Instruksi dan Prosedur

Sistem informasi akuntansi tidak dapat memproses data untuk menghasilkan

informasi tanpa instruksi dan prosedur yang terinci. Instruksi dan prosedur

untuk pemakai biasanya terdapat pada prosedur manual.

7. Pengguna

Orang-orang yang berhubungan dengan sistem dan pemakai informasi yang

dihasilkan disebut pengguna. Dalam perusahaan, pengguna meliputi semua

orang yang melaksanakan dan mencatat transaksi dan semua orang yang

mengatur dan mengendalikan sistem.

8. Pengendalian dan Pengukuran Keamanan

Informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem harus akurat, bebas dari

kesalahan dan dilindungi dari akses-akses yang tidak sah. Pengendalian dan

pengukuran keamanan dibuat dalam suatu sistem informasi akuntansi untuk

menjamin informasi yang akurat dan pengoperasian sistem secara tepat.

Sistem informasi akuntansi menurut Wilkinson (1991) memiliki tiga

tujuan utama : (1) menyajikan informasi guna mendukung pengambilan

keputusan, (2) menyajikan informasi guna mendukung operasi harian, dan (3)

menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan (stewardship). Dua

tujuan pertama menyangkut kepentingan pemakai internal dan eksternal,

sedangkan yang ketiga hanya untuk pihak eksternal. Hampir semua informasi

yang diperlukan oleh dua tujuan terakhir merupakan data transaksi yang telah

diolah, sedangkan untuk tujuan pertama hanya sebagian.

2.2Pengertian Gaji

Rivai (2004) membagi bentuk balas jasa yang diterima oleh

karyawan dalam empat kelompok yaitu : gaji, upah, tunjangan intensif,

kompensasi tidak langsung.

1. Gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan

sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang

(7)

7

sebagai bayaran tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya dalam

sebuah perusahaan.

2. Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada

karyawan berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau

banyaknya pelayanan yang diberikan. Jadi tidak seperti gaji yang jumlahnya

relative tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah tergantung pada keluaran

yang dihasilkan.

3. Tunjangan intensif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan

kepada karyawan karena kinerjanya melebihi standart yang ditentukan.

Insentif merupakan bentuk lain dari upah langsung diluar upah dan gaji yang

merupakan kompensasi tetap.

4. Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi tambahan yang

diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan

sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan.

2.3Sistem Informasi Akuntansi Penggajian

Sistem informasi akuntansi penggajian untuk kebanyakan

perusahaan/organisasi yaitu suatu sistem, prosedur dan catatan atau formulir

yang digunakan untuk menetapkan secara tepat dan akurat berapa gaji yang harus

diterima oleh setiap pegawainya, berapa gaji yang harus dipotong, misalnya

untuk pajak penghasilan pegawai, pinjaman pegawai pada perusahaan serta gaji

serta sisa gaji yang benar-benar dibayarkan kepada pegawai (Wilkinson, 1991).

Pengertian lain sistem informasi akuntansi penggajian adalah sistem pembayaran

atas jasa yang diserahkan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau

kepada karyawan yang gaji dibayarkan bulanan, tidak tergantung dari jumlah jam

atau hari kerja atau jumlah produk yang dihasilkan (Mulyadi, 2001).

Pada Gambar 1. menyajikan diagram konteks sistem penggajian yang bagian

kepegawaian memberikan informasi mengenai pengangkatan tenaga kerja,

pemberhentian, dan perubahan tingkat gaji karena adanya kenaikan

(8)

contohnya kontribusi untuk rencana pensiun. Sementara itu berbagai

departemen memberikan data mengenai kehadiran. Lembaga pemerintah

menyediakan tarif pajak dan intruksi untuk memenuhi persyaratan tertentu.

Dalam cara yang sama perusahaan asuransi dan perusahaan lainnya

memberikan intruksi menghitung memotong berbagai tarif yang ditetapkan.

Gambar 1. Siklus Penggajian

Sumber : Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart, Sistem Informasi

Akuntansi, 2005.

Pada dasarnya siklus penggajian memiliki tujuh aktifitas dasar yang

dilakukan dalam siklus penggajian. Gambar 1. menunjukkan tujuh aktifitas

dasar yang dilakukan dalam siklus penggajian. Ketujuh aktifitas siklus

Penggajian yaitu sebagai berikut :

1. Perbarui file induk pegawai

Aktivitas ini melibatkan pembaruan file induk penggajian untuk

mencerminkan berbagai jenis perubahan penggajian : memperkerjakan orang

baru, pemberhentian, perubahan tingkat gaji, atau perubahan dalam

pengurangan diskresi (lingkaran 1.0 dalam Gambar 1). Bagian Kepegawaian

(9)

9

validitas atas nomor pegawai dan uji kewajaran atas perubahan yang

dilakukan, berlaku untuk semua transaksi perubahan penggajian.

2. Perbarui tarif dan pemotongan pajak

Aktivitas kedua dalam siklus penggajian adalah memperbarui informasi

mengenai tarif dan pemotongan pajak lainnya (lingkaran 2.0 dalam Gambar

1). Bagian penggajian membuat perubahan-perubahan ini, tetapi

perubahan jarang terjadi. Perubahan tersebut terjadi ketika bagian

penggajian menerim pembaruan mengenai perubahan dalam tarif pajak dan

potongan gaji lainnya dari berbagai unit pemerintah dan perusahaan

asuransi.

3. Validasi data kehadiran dan waktu

Langkah ini memvalidasi setiap data waktu dan kehadiran pegawai

(lingkaran 3.0 dalam Gambar 1). Informasi ini datang dalam berbagia

bentuk, bergantung pada status pembayaran pegawai. Bagi para pegawai

yang dibayar per jam, banyak perusahaan menggunakan kartu waktu

untuk mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar, untuk setiap

giliran kerja. Para pegawai yang mendapatkan gaji tetap jarang mencatat

pekerjaan mereka ke dalam kartu waktu. Sebagai gantinya, para supervisor

mereka secara informal akan mengawasi kehadiaran mereka dalam suatu

pekerjaan

4. Siapkan penggajian

Langkah ini mempersiapkan penggajian (lingkaran 4.0 dalam Gambar

1). Tempat pegawai bekerja akan memberikan data mengenai jam yang

dihabiskan dan seorang supervisor biasanya akan mengkonfirmasi data

tersebut. Informasi tingkat gaji didapat dari file induk penggajian. Prosedur

penggajian yang pertama yaitu file transaksi penggajian diurut berdasarkan

nomor pegawai, agar berada dalam urutan ayang sama dengan yang berada

dalam file induk penggajian. Apabila organisasi tersebut memproses

penggajian dari beberapa divisi, file transaksi penggajian setiap divisi harus

(10)

membuat cek gaji pegawai. Bagi setiap pegawai, catatan file induk

penggajian data catatan transaksi terkait akan dibaca dan gaji kotor akan

dihitung. Bagian para pegawai yang dibayar per jam, jumlah jamyang

dihabiskan akan dikali dengan tingkat upah dan kemudian tambahan untuk

lembur atau bonus akan ditambahkan. Bagi para pegawai yang menerima

gaji bulanan, gaji kotor adalah pecahan dari gaji tahunan, yang

mencerminkan lamanya periode pembayaran. Selanjutnya, semua

potongan penggajian akan dijumlah dan totalnya dikurangkan dari gaji kotor

untuk mendapatkan gaji bersih. Potongan gaji berada dalam dua kategori

umum : potongan untuk pajak penghasilan dan potongan sukarela. Potongan

untuk pajak penghasilan mencakup pajak federal, negara bagian, dan lokal,

serta pajak jaminan sosial. Potongan sukarela mencakup kontribusi

rencana pensiun ; premi asuransi jiwa, kesehatan, dan cacat ; iuran serikat

pekerja ; dan kontribusi untuk berbagai amal. Terakhir, daftar prnggajian

dan cek gaji pegawai dicetak. Daftar penggajian adalah laporan yang

mendaftar gaji kotor setiap pegawai, p o t o n g a n g a j i dan gaji bersih

dalam format multikolom. Daftar ini sering kali disertai dengan daftar

potongan terpisah, yang mendaftar berbagai potongan sukarela untuk setiap

pegawai. Daftar penggajian juga digunakan untuk mengesahkan transfer

dana ke rekening bank perusahaan untuk penggajian. Cek gaji pegawai juga

umumnya melampirkan slip gaji, yang mencantumkan jumlah gaji kotor,

potongan, dan gaji bersih untuk periode saat ini, dan total hingga tahun ini,

untuk setiap kategori.

5. Keluarkan dana penggajian

Langkah selanjutnya adalah pembayaran yang sesungguhnya atas cek

gaji ke pegawai (lingkaran 5.0 dalam Gambar 1). Sebagian besar

pegawai dibayar dengan menggunakancek atau dengan penyimpanan

langsung gaji bersih ke rekening bank probadi mereka. Setoran

langsung adalah salah satu untuk meningkatkan efisiensi dan

(11)

11

melalui setoran langsung biasanya akan menerima sebu ah kopi cek gaji

yang menunjukkan jumlah yang disimpan bersama dengan slip gaji.

Setiap penggajian tersebut harus menghasilkan serangkaian file simpanan

gaji, satu untuk setiap bank tempat setoran gaji dilakukan. Setiap file berisi

sebuah catatan unutk setiap pegawai yang rekeningnya ada di bank

tertentu. Setiap catatan mencakup nama pegawai, nomor jaminan sosial,

nomor rekening bank, dan jumlah gaji bersih. Dana tersebut kemudian

akan dikirim secara elektronis dari rekening bank perusahaan ke

rekening pegawai. Jadi, setoran langsung meniadakan perlunya kasir

menandatangani setiap cek gaji. Akan tetapi, kasir tetap harus mensahkan

transfer dana dari rekening giro reguler organisasi tersebut.

6. Hitung kompensasi dan pajak yang dibayarkan oleh perusahaan

Perusahaan membayar beberapa pajak penghasilan dan kompensasi pegawai

secara langsung (lingkaran 6.0 dalam Gambar 1 ). Contohnya,

perusahaan harus membayar pajak jaminan sosial, sebagai tambahan dari

jumlah yang ditahan dari cek gaji pegawai. Hukum federal dan Negara

bagian juga mensyaratkan perusahaan untuk memberikan kontribusi dalam

persentase tertentu ke setiap gaji kotor pegawai, hingga ke batas maksimal

tahunan, untuk dana asuransi kompensasi pengangguran federal dan negara

bagian. Sebagai tambahan, perusahaan sering kali memberikan kontribusi

atau menanggung keseluruhan pembayaran permi asuransi kesehatan,

cacat, dan jiwa untuk para pegawai.

7. Pengeluaran dana pajak penghasilan dan potongan lain-lain

Aktivitas terakhir dalam proses penggajian adalah membayar kewajiban

pajak penghasilan dan potongan sukarela lainnya dari setiap pegawai

(lingkaran 7.0 dalam Gambar 1 ). Organisasi harus secara periodik membuat

cek atau menggunakan transfer dana secara elektronis untuk membayar

berbagai kewajiban pajak yang terjadi. Lembaga pemerintahan terkait

menspesifikasikan waktu untuk pembayaran ini. Sebagai tambahan, dana

(12)

kompensasi, seperti rencana tabungan gaji, harus dibayarkan

keorganisasi terkait.

Sistem informasi akuntansi penggajian dirancang manajemen untuk menyajikan

informasi keuangan bagi kepentingan perusahaan dan pertanggung jawaban

keuangan kepada pihak luar perusahaan (investor, kreditor, dan kantor

pelayanan pajak). Yang pada tujuan khususnya untuk masalah ini, sistem ini

juga dirancang untuk menangani transaksi-transaksi gaji dan pembayarannya

diantaranya sistem ini digunakan perusahaan untuk mencatat daftar hadir,

mencatat transaksi kedalam jurnal, memposting kedalam buku besar serta

menyiapkan laporan keuangan. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari proses

pemasukan data, penyimpanan, pengolahan, proses menghasilhan laporan, dan

pengendalian.

Dokumen yang digunakan dalam siklus penggajian dan pengupahan

seperti dikemukakan oleh Mulyadi ( 2001 : 374 ) yaitu :

1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah

2. Kartu Jam Hadir

3. Kartu jam kerja.

4. Daftar gaji dan upah.

5. Rekap daftar gaji dan rekap daftar upah.

6. Surat pernyataan gaji dan upah.

7. Amplop gaji dan upah.

8. Bukti kas keluar.

Adapun catatan akuntansi yang digunakan dalam pencatatan transaksi

yang berhubungan dengan siklus penggajian dan pengupahan adalah :

1. Jurnal umum.

Jurnal umum digunakan untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja ke

dalam setipa departemen dalam perusahaan. Dokumen sumber untuk

pencatatan ke dalam jurnal adalah bukti kas keluar.

2. Kartu harga pokok produk

(13)

13

tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.

Dokumen sumber untuk pencatatan kedalam buku pembantu ini adalah

rekap daftar upah.

3. Catatan biaya.

Catatan ini merupakan buku pembantu yang dipakai untuk mencatat biaya

tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja non produk setiap

departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan ini

adalah jurnal umum atau rekap daftar gaji dan upah.

4. Kartu penghasilan karyawan

Catatan mengenai penghasilan karyawan dan berbagai potongan yang

diterima oleh setiap karyawan. Ini dipakai sebagai dasar penghitungan PPh

pasal 21 yang menjadi beban setiap karyawan.

2.4 Prosedur yang Membentuk Sistem Penggajian

Sistem dan Prosedur Akuntansi Penggajian menurut (Mulyadi, 2001),

terdiri dari beberapa prosedur yang saling berhubungan. Prosedur adalah suatu

urutan kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen

atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Sistem akuntansi penggajian terdiri dari

prosedur penerimaan dan penempatan karyawan, pencatatan waktu, prosedur

pembuatan daftar gaji dan prosedur pembayaran gaji (Mulyadi, 2001).

1. Prosedur Penerimaan dan Penempatan Karyawan

Prosedur penerimaan dan penempatan karyawan menuerut (Mulyadi,

2001) merupakan prosedur yang sangat penting dalam pemilihan sumber daya

manusia yang berkualitas dan penempatan sumber daya tersebut pada posisi

yang sesuai (the right man in the right place) sehingga sasaran organisasi dapat dicapai. Karena faktor sumber daya manusia merupakan faktor yang

sangat penting yang harus dikelola secara hati-hati dalam melakukan prosedur

(14)

kecakapan orang yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pekerjaan

dengan baik. Tahapan prosedur penerimaan dan penempatan karyawan adalah

sebagai berikut :

Tahap I

Prosedur pengaturan permintaan karyawan dalam jumlah tertentu dan bagian

lain yang memerlukan kepada bagian personalia. Atas permintaan tersebut,

maka bagian personalia mencatat data karyawan dalam berkas.

1) Sumber dari dalam perusahaan

(1) Pemilihan diantara karyawan yang ada sekarang, dengan cara :

a. Karyawan yang sudah ada dipromosikan ke dalam kedudukan

yang diminta.

b. Karyawan tersebut diberikan pendidikan lanjutan sampai tercapai

sesuai dengan apa yang diinginkan.

(2) Pemilihan dari berkas pegawai yang diberhentikan sementara (lard off).

(3) Pemilihan dengan mencari karyawan diantara para pelamar yang

dahulunya belum diterima dan sekarang baru dibutuhkan.

2) Sumber dari luar perusahaan

Pemilihan karyawan dari sumber luar perusahaan dilakukan melalui

lamaran pekerjaan. Apabila cara-cara di atas telah dilakukan dan masih

belum ditentukan adanya karyawan yang memiliki kualifikasi yang

dibutuhkan dalam job specification

(1) Menghubungi sumber-sumber yang menyediakan tenaga kerja.

maka penarikan karyawan dilakukan

secara lebih meluas lagi, dengan cara:

(2) Memasang iklan dalam surat kabar, dan lain-lain.

Tahap II

Setelah dilakukan pemilihan karyawan, maka tahap selanjutnya dilakukan

seleksi karyawan. Seleksi karyawan ini dilakukan dengan cara memanggil

calon karyawan tersebut untuk diuji kemampuan dan potensi dari calon

(15)

15

Tahap III

Karyawan yang telah lulus seleksi akan dipanggil kembali untuk

diwawancara. Tahap ini merupakan tahap penentuan keputusan apakah

karyawan tersebut diterima atau tidak.

Tahap IV

Setelah karyawan dinyatakan diterima karena telah berhasil melalui

tahap--tahap sebelumnya. Perusahaan khususnya bagian personalia mengeluarkan

surat keputusan pengangkatan atau surat perjanjian kerja atau biasa juga

disebut dengan surat kontrak. Karyawan tersebut akan mengalami masa

percobaan selama 3 bulan, pada tahap percobaan karyawan belum dapat

dinyatakan sebagai pegawai tetap.

TahapV

Tahap terakhir adalah tahap penempatan. Dalam tahap penempatan bagian

personalia membuat kartu induk karyawan yang isinya memuat semua

informasi mengenai karyawan tersebut. Setelah melalui masa percobaan

selama 3 bulan, maka barulah karyawan tersebut dapat dinyatakan sebagai

karyawan tetap.

2. Prosedur Pencatatan Waktu

Prosedur pencatatan waktu menurut (Mulyadi, 2001) merupakan

aktivitas dalam mencatat waktu hadir di perusahaan. Prosedur pencatatan

waktu ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Pencatatan waktu hadir (attendance time keeping), yaitu pencatatan jumlah jam kerja karyawan selama satu periode dengan cara menggunakan kartu

hadir (clock card). Dimana setiap kali memulai kerja, kartu ini dimasukkan ke dalam mesin pencatat waktu (time clock), begitupun sehabis pulang kerja sehingga akan tercatat jam masuk dan jam keluar setiap karyawan

yang diawasi oleh pencatat waktu.

2. Pencatat waktu kerja (shop time keeping), yaitu pencatatan jumlah jam

(16)

untuk mengecek kebenaran kehadiran, mengecek hasil pekerjaan dan

menghitung harga pokok. Cara lain dapat dilakukan dengan cara

menggunakan daftar hadir dimana setiap hari pegawai membubuhi paraf

atau tandatangan sebagai bukti kehadiran. Sedangkan laporan waktu kerja

diperoleh dari :

a. Daftar waktu (time sheet)

b. Kartu atau tiket kerja (Job card/job tickets) yang diisi oleh petugas

pencatat waktu.

c. Kombinasi catatan waktu hadir dan waktu kerja, pada tiap-tiap

karyawan yang bekerja diberikan daftar tersebut setiap hari.

3. Prosedur Perhitungan Gaji

Prosedur pembuatan daftar gaji dilakukan oleh bagian pembuat daftar gaji

(Mulyadi, 2001). Daftar gaji dibuat untuk menghitung gaji yang harus

dibayarkan kepada masing-masing karyawan. Adapun perincian kegiatan

penetapan gaji adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan catatan waktu kehadiran dari masing-masing karyawan dari kartu jam kehadiran. Waktu yang diperoleh terdiri dari dua bagian,

yaitu:

1) Waktu kerja biasa (straight time)

2) Waktu kerja lembur (over time)

2. Menyusun daftar gaji dengan mencatumkan nama karyawan pangkat dan bagian, susunan keluarga dan gaji pokok.

3. Mengumpulkan data untuk pembayaran berdasarkan insentif. Umumnya didasarkan pada data produksi tentang banyaknya prestasi yang telah

dihasilkan sesudah itu dihitung tunjangan, tunjangan antara lain:

1) Tunjangan perusahaan

2) Tunjangan kesehatan

3) Tunjangan istri dan anak

(17)

17

5) Tunjangan - tunjangan lainnya.

4. Menghitung semua pajak penghasilan, semua pengurangan untuk with holding fax, pinjaman pegawai, asuransi, kemudian dicatat dalam daftar gaji.

4. Prosedur Pembayaran Gaji

Prosedur pembayaran gaji dilaksanakan setelah prosedur pembuatan

daftar gaji dijalankan sesuai dengan proses diatas, kemudian dilanjutkan

dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan pembayaran gaji,

membuat formulir dan laporan yang ditetapkan dalam peraturan perusahaan,

membuat catatan (journal entry) dan berbagai formulir dan laporan dilaksanakan dengan tahap sebagai berikut :

1. Membuat daftar gaji.

2. Membuat daftar check pembayaran atau amplop pembayaran gaji atau cek gaji. Jika pembayaran dilaksanakan secara tunai, maka disusun kebutuhan

bermacam-macam uang logam dan pecahan uang kertas yang akan

dimasukkan ke dalam amplop gaji.

3. Membuat daftar earning statement yaitu suatu penjelasan tentang perhitungan gaji yang diberikan pada masing-masing karyawan yaitu

setelah dihitung gaji kotor, allowance, dan potongan-potongan.

4. Membuat employee's earning record yaitu daftar gaji pada suatu masa yang dibayarkan pada pegawai tersebut.

5. Membuat formulir-formulir yang diperlukan untuk berbagai keperluan

sesuai dengan ketentuan.

6. Membuat statistik tentang gaji.

5. Prosedur Pencatatan Gaji dan Pelaporan

Menurut Midjan (1993) laporan gaji yang diperlukan oleh pihak internal

maupun pihak eksternal dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

(18)

adalah daftar potongan, laporan status karyawan serta untuk keperluan

perpajakan.

Demand report, merupakan laporan yang sifatnya tidak rutin yang diterbitkan pada saat diminta oleh pihak yang membutuhkan. Bentuk dan isi laporan ini tergantung permintaan.

2.5 Fungsi-fungsi yang Terkait

Dalam sistem penggajian dan pengupahan ada beberapa fungsi yang

saling terkait satu dengan yang lainnya. Fungsi-fungsi yang saling terkait

dengan sistem penggajian dan pengupahan antara lain :

1.FungsiPersonalia/Kepegawaian

Tanggung jawabnya dalam pengangkatan karyawan, penetapan jabatan,

penetapan, tarif gaji dan upah, promosi dan penurunan pangkat, mutasi

karyawan, penghentian karyawan dari pekerjaannya, dan penetapan

berbagai tunjangan kesejahteraan karyawan serta perhitungan gaji dan upah

karyawan

2. Fungsi keuangan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan

upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian

dimasukkan ke dalam amplop gaji dan uaph setiap karyawan, untuk

selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.

3. Fungsi akuntansi

Dalam sistem akuntansi penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi

bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam

hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan ( misalnya

utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana pensiun ).

Fungsi akuntansi yang menangani sistem akuntansi penggajian dan

pengupahan terdiri dari :

1) Bagian utang

(19)

19

akuntansi penggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk

memproses pembayaran gaji dan upah seperti yang tercantum dalam

daftar gaji dan upah. Bagian ini menerbitkan bukti kas keluar yang

memberi otorisasi kepada fungsi pembayaran gaji dan upah untuk

membayarkan gaji dan upah kepada karyawan seprti yang tercantum

dalam daftar gaji dan upah tersebut

2) Bagian Kartu Biaya

Bagian ini memegang fungsi akuntansi biaya yang dalam sistem

akuntansi panggajian dan pengupahan bertanggung jawab untuk

mancatat distribusi biaya ke dalam kartu harga pokok produk dan

kartu biaya berdasarkan rekap daftar gaji dan upah dan kartu jam

kerja ( untuk tenaga kerja langsung pabrik ).

3) Bagian jurnal

Bagian ini memegang fungsi pencatat jurnal yang bertanggung jawab

untuk mencatat biaya gaji dan upah dalam jurnal umum.

4. Fungsi pencatat waktu

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir

bagi semua k a r ya w a n perusahaan. Sistem pengendalian intern yang baik

mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh

dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan

upah.

5. Fungsi pembuat daftar gaji dan upah

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat daftar gaji dan upah yang

berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang

menjadi beban setiap karyawan selama jangka waktu pembayaran gaji dan

upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan

upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai

sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah karyawan.

(20)

2.6 Pengendalian Internal

Pengendalian internal mencakup lima kategori pengendalian yang

dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan

yang layak bahwa tujuan pengendalian oleh manajemen akan terpenuhi. Menurut

Arens dan Loebbecke (1997), terdapat 5 (lima) komponen dari pengendalian

internal, yaitu : (1) Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment), (2)

Penetapan Risiko (Risk Assesment), (3) Aktivitas Pengendalian (Control Activities), (4) Sistem Informasi dan Komunikasi Akuntansi (Information &

Communication System), (5) Pemantauan (Monitoring).

1. Lingkungan Pengendalian

Terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan sikap

menyeluruh manajemen puncak, direktur dan pemilik suatu satuan usaha

terhadap pengendalian yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Nilai etika dan integritas (integrity and ethical value)

Nilai etika dan integritas adalah produk dari standar etika dan bagaimana

standar tersebut dikomunikasikan dan dijalankan dalam praktik. lni

meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi

insentif pegawai yang bertindak tidak jujur, melanggar hukum, termasuk

juga komunikasi standar nilai dari perilaku perusahaan kepada pegawai

melalui pernyataan kebijakan dan aturan pelaksanaan dan melalui

contoh-contoh.

2) Komitmen terhadap kompetensi (Commitment to competence)

Komitmen terhadap kompetensi termasuk pertimbangan manajemen akan

kecakapan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu dan

bagaimana tingkat kecakapannya diterjemahkan dalam keahlian dan

pengetahuan yang dibutuhkan.

3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit (board of director or audit

committee participation)

Suatu pengendalian dipengaruhi oleh dewan komisaris dan oleh komite

(21)

21

yang merupakan pemilik perusahaan dan manajemen yang

mengoperasikan perusahaan. Sedangkan Komite Audit terdiri dan

anggota dewan komisaris dan para ahli yang memahami masalah

pengendalian internal. Pemegang saham mempercayakan pengendalian

atas manajemen melalui dewan komisaris dan komite audit. Komite Audit

yang independen dibebani tanggung jawab untuk mengawasi proses

pelaporan keuangan, yang mencakup pengendalian internal dan ketaatan

terhadap peraturan dan hukum yang telah ditetapkan agar menjadi efektif.

Komite audit harus memelihara komunikasi yang baik dan

berkesinambungan dengan auditor ekstern. Komite audit memiliki

kedudukan di atas dewan komisaris.

4) Filosofi manajemen dan gaya operasi (management's philosophy and

operating style)

Pengendalian yang efektif dalam suatu organisasi dimulai dan diakhiri

dengan filosofi manajemen. Jika manajemen percaya bahwa pengendalian

itu penting, maka mereka akan melihat apakah kebijakan dan prosedur

pengendalian yang efektif telah ditetapkan. Perilaku mengenai

pengendalian ini akan dikomunikasikan kepada para bawahan melalui

gaya operasional manajemen.

5) Struktur organisasi (organizational structure)

Struktur organisasi diidentifikasikan sebagai otoritas dan

pertanggungjawaban yang terdapat dalam perusahaan serta menunjukkan

pola komunikasi di dalam organisasi.

6) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (assignment of authority and

responsibility)

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dimasukkan agar

mempermudah proses operasi, proses pelaporan dan memperjelas tingkat

kepemimpinan dalam perusahaan. Pelimpahan wewenang dan tanggung

jawab mencakup cara-cara seperti memo dari manajemen tentang

(22)

pengendalian, organisasi formal dan rencana operasi, deskripsi tugas

pegawai dan kebijakan terkait.

7) Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia (human resources policies

and practices)

Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia berhubungan dengan

proses penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, konseling, promosi,

penggantian dan tindakan perbaikan.

2. Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko merupakan identifikasi dan analisis oleh manajemen

terhadap risiko-risiko yang berhubungan dengan penyajian laporan keuangan

yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Terdapat beberapa risiko yang harus dipertimbangkan yang dapat

mempengaruhi kemampuan entitas usaha untuk mencatat, memproses,

mengikhtisar dan pelaporan keuangan data, keuangan secara tepat, yaitu :

1) Perubahan dalam lingkungan operasi perusahaan (Changes in operating

environment). Perubahan dalam lingkungan operasi dapat mengakibatkan perubahan dalam risiko yang mungkin timbul secara signifikan.

2) Karyawan baru (New personel). Karyawan baru mungkin memiliki

pandangan atau pengertian yang berbeda atas pengendalian intern yang

sedang diterapkan dalarn perusahaan.

3) Sistem informasi baru (New information system). Perubahan pesat dalam

sistem informasi dapat mengubah risiko yang berhubungan dengan

pengendalian intern.

4) Pertambuhan yang pesat (Rapid growth). Pertumbuhan pesat operasi perusahaan dapat meningkatkan risiko akibat pengendalian yang sudah

tidak berfungsi secara memadai.

5) Teknologi baru (New technology). Teknologi baru yang diterapkan pada sistem informasi dapat merubah risiko yang sebelumnya telah

(23)

23

6) Lingkup, produk atau kegiatan baru (new line, product or activities).

Bidang usaha atau transaksi yang diketahui secara samar oleh perusahaan

akan menimbulkan risiko baru yang sebelumnya tidak diperkirakan pada

pengendalian internal.

7) Operasi perusahaan secara internasional (foreign operation). Perluasan

wilayah usaha dapat menimbulkan risiko-resiko baru yang menimbulkan

dampak terhadap pengendalian internal.

8) Keputusan akuntansi (accounting pronouncements). Penerapan atau

perubahan prinsip-prinsip akuntansi dapat menimbulkan risiko dalam

mempersiapkan laporan keuangan. Sistem pengendalian internal dalam

perusahaan yang menggunakan sistem manual dalam akuntansinya lebih

dititikberatkan kepada orang yang melaksanakan sistem tersebut (tipe

oriented system), dan jika komputer digunakan sebagai alat bantu dalam mengelola data akan terjadi pergeseran dari sistem yang berorientasi pada

orang ke sistem yang berorientasi kepada komputer (computer oriented

system).

3. Aktivitas Pengendalian(ControI Activies)

Komponen ketiga dari pengendalian internal adalah terdiri dari

bermacarn-macam kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan manajemen

bahwa tindakan-tindakan yang penting telah diambil untuk mengurangi risiko

di dalam mencapai tujuan perusahaan. Kebijakan dan prosedur ini terdiri dari :

1) Pemisahan tugas yang cukup

(1) Pemisahan pemegang aktiva dari akuntansi.

(2) Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang

bersangkutan.

(3) Pemisahan tanggungjawab operasional dari tanggungjawab

pembukuan.

2) Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas. Setiap transaksi dan

(24)

memuaskan. Bila setiap orang dalam organisasi dapat menggunakan aktiva

dengan sekehendak hati tanpa otorisasi oleh pihak yang berwenang, maka

kekacauan akan terjadi. Kebijakan otorisasi dibuat oleh manajemen

puncak.

3) Dokumen dan catatan yang memadai. Dokumen dan catatan berfungsi

sebagai penghantar informasi keseluruh bagian organisasi perusahaan.

Dokumen dan catatan harus memadai untuk memberikan keyakinan yang

layak bahwa seluruh aktiva dikendalikan dengan pantas dan seluruh

transaksi dicatat dengan benar.

4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan. Dilakukan perlindungan

terhadap aktiva dan catatan dengan tindakan pencegahan secara fisik.

Misalnya penggunaan gudang persediaan yang dijaga oleh pegawai untuk

mencegah pencurian.

5) Pengecekan independen atas pelaksanaan. Kebutuhan pengecekan

independen meningkat karena pengendalian intenal cenderung untuk

berubah setiap saat. Pengecekan ini harus dilakukan oleh orang yang

terjamin keindepedensiannya dari tanggung jawab menyiapkan data.

4. Sistem informasi dan komunikasi

Sistem informasi dan komunikasi terdiri atas metode-metode dan

catatan-catatan yang diadakan untuk mencatat, memproses, meringkas dan

melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara

akuntabilitas dari aktivaaktiva hutang-hutang terkait, agar efektif, sistem

informasi dan komunikasi harus memenuhi tujuan-tujuan berikut atas

transaksi-transaksinya, yaitu :

1) Mengindentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.

2) Menggambarkan secara periodik transaksi yang terperinci dalam

klasifikasi yang layak dalam laporan keuangan.

3) Mengukur nilainya secara tepat.

(25)

25

5) Melakukan penyajian dan pengungkapan secara memadai.

6) Mengkomunikasikan tanggung jawab kepada karyawan.

5. Pemantauan (Monitoring)

Salah satu tanggung jawab manajemen adalah menetapkan dan memelihara

pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian berdasarkan

pemikiran apakah pengendalian telah beroperasi secara memadai atau belum

dan manajemen menyesuaikan pengendalian internal sesuai dengan perubahan

yang terjadi. Aktivitas pemantauan dapat dilakukan secara terus menerus,

evaluasi secara terpisah atau kombinasi dari keduanya.

Aktivitas pemantauan yang terus menerus dirancang untuk aktivitas yang

berulang seperti penjualan dan pembelian. Evaluasi terpisah kadang dilakukan

oleh internal auditor atau personal yang lain atau kadang-kadang mencakup

komunikasi mengenai informasi tentang kekuatan dan kelemahan serta

rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal. Aktivitas pemantauan

dapat pula dilakukan oleh pihak eksternal.

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

TABEL 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

Linda S

Malau (2004)

Sistem akuntansi penggajian dan

pengupahan sebagai alat bantu

manajemen dalam mendukung

pengendalian intern Gaji dan

Upah pada kantor besar

PT.Socfin Indonesia Medan

Sistem penggajian dan pengupahan

yang cukup efektif sehingga dapat

digunakan sebagai alat bantu

manajemen dalam mendukung

pengendalian intern gaji dan upah.

Obed G

Damanik

(2006)

Sistem akuntansi

penggajian dan pengupahan

sebagai alat pengawasan

interngaji dan upah pada

PT.Tolan Tiga Indonesia

Sistem akuntansi Penggajian dan

pengupahan cukup efektif sebagai

alat pengawasan intern gaji dan

(26)
(27)

III. METODE PENELITIAN

3.1Kerangka Pemikiran

Aktivitas operasi perusahaan/organisasi sangat bergantung pada

sumber daya manusia yang bekerja di perusahaan/organisasi. Tidak

terkecuali lembaga pemerintahan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Jawa Barat. Agar dapat bertahan dan semakin berkembang,

maka diperlukan tenaga kerja yang berkualitas dengan tingkat gaji yang

berbeda sesuai dengan prestasi yang disumbangkan pada

perusahaan/organisasi. Karena aktivitas gaji bersifat berulang-ulang dan

rutin, maka diperlukan adanya suatu sistem informasi akuntansi

penggajian agar dalam pelaksanaannya dapat terkoordinir dengan baik.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai

salah satu lembaga pemerintahan daerah telah menerapkan sistem

informasi akuntansi dalam mendukung sistem penggajiannya. Dengan

adanya suatu sistem informasi akuntansi penggajian yang baik dalam

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, maka

diharapkan akan diperoleh suatu informasi akuntansi yang tepat

mengenai gaji.. Alur berfikir secara lebih jelasnya dapat dilihat pada

(28)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat

Sistem Informasi Akuntansi Penggajian

Prosedur Sistem Akuntansi Penggajian

Dokumen

Fungsi-fungsi yang Terkait

Pencatatan Akuntansi

Pengendali an Internal

Efektif

(29)

28

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang peranan sistem informasi akuntansi terhadap

efektifitas pengendalian internal penggajian ini dilakukan di Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat Jl. Surapati no.71

Bandung. Proses pengambilan data hingga pengolahan data penelitian

ini dilakukan selama bulan Juli hingga Agustus 2010.

3.3Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

menguraikan sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari objek

penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer, merupakan data yang didapat dari sumber

pertama yang masih memerlukan pengolahan lebih lanjut

dan dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis,

seperti hasil wawancara.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan

sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi

diperusahaan, misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur

organisasi, tugas dan fungsi bagian dalam struktur organisasi dan

data yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi

akuntansi pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa

Barat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan beberapa cara

sebagai berikut:

1. Teknik Observasi, yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung

terhadap objek penelitian, dalam hal ini Sistem informasi akuntansi

penggajian yang digunakan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

(30)

2. Teknik Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi

secara langsung dengan beberapa pihak yang berkompeten dan

berwewenang dalam memberikan data yang dibutuhkan, seperti

pihak bagian keuangan.

3. Teknik Studi Literatur, yaitu mengumpulkan data-data dengan

membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur – literatur

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

4. Teknik Dokumentasi, yaitu melakukan pencatatan dan

pengcopyan atas d a t a - d a t a sekunder untuk mendapatkan data

yang mendukung penelitian ini.

3.6Metode Penganalisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode

deskriptif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan

menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi

keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang

dihadapi. Sedangkan untuk menganalisis efektifitas penerapan sistem

informasi akuntansi penggajian pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Jawa Barat penulis memberikan kuesioner kepada seluruh

pegawai bagian keuangan di Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

Jawa Barat. Dengan menggunakan penentuan sampel metode sensus

yang berjumlah 30 pegawai. .

3.7 Variabel dan Skala Pengukuran

Skala pengukuran variabel yang diambil adalah skala ordinal

dengan model pertanyaan kepada responden berikut 2 (dua) pilihan

jawaban, yaitu dengan bentuk atau model jawaban "Ya" dan "Tidak".

Variabel, indikator variabel, sub indikator, skala pengukuran dan

(31)

30

TABEL 2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator

Variabel

Sub Indikator Skala

Pengukuran Instrumen Sistem lnformasi Akuntansi Unsur-unsur Sistem Informasi: Tujuan Sistem lnformasi Akuntansi:

l. Tujuan

2. Masukan 3. Keluaran

4. Penyimpanan data 5. Pengolahan

6. Instruksi dan prosedur 7. Penggunan

8. Pengendalian dan pengukuran keamanan

1. Mendukung operasi

sehari-hari

2. Mendukung pengambilan keputusan

3. Memenuhi kewajiban berkenaan dengan pengamanan Ordinal Ordinal Kuesioner Kuesioner

3.8 Pengujian Instrumen Penelitian

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik ( Arikunto, 2002). Pada penelitian ini untuk

mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Spearman-Brown,

karena instrumen dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan dengan

alternative jawaban hanya dua, yaitu Ya dan tidak.

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama

(Azwar, 2000). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan pula

(32)

Rumus Spearman –Brown

(

1/21/2

)

2 / 21 / 1 11 1 2 r xr r +

= ……… (1)

dengan keterangan:

r11 :

r

reliabilitas instrumen

1/21/2 : rxy

Uji Validitas

yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara

dua belahan instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto,

2002). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya validitas instrumen

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Cara yang dipakai dalam menguji tingkat validitas adalah

dengan variabel internal, yaitu menguji apakah terdapat

kesesuaian antara bagian instrumen secara keseluruhan. Untuk

mengukurnya menggunakan analisis butir. Pengukuran pada analisis

butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan

dengan menggunakan Rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, (2002) sebagai berikut:

rxy

{

}{

}

( )

(

)

                    − =

N N N y x xy

y

y

x

x

2 2 2 2

………(2)

dengan pengertian

rxy : koefisien korelasi antara x dan y r

N : Jumlah Subyek

xy

(33)

32

Y : Skor total

∑X : Jumlah skor items ∑Y : Jumlah skor total ∑X2 :

∑Y

Jumlah kuadrat skor item

2 :

(Arikunto, 2002)

Jumlah kuadrat skor total

Kesesuaian harga rxy diperoleh dari perhitungan

dengan menggunakan rumus diatas dikonsultasikan dengan tabel

harga regresi moment dengan korelasi harga rxy lebih besar atau

sama dengan regresi tabel, maka butir instrumen tersebut valid

dan jika rxy

3.9 Pengujian Hipotesis

lebih kecil dari regresi tabel maka butir instrumen

tersebut tidak valid.

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel yang diteliti

adalah skala ordinal, dimana setiap variabel dijabarkan dalam

indikator-indikator secara berurutan dan saling berhubungan. Setiap item dari

indikator-indikator dari variabel di atas dijabarkan dalam bentuk

pertanyaan dalam kuesioner yang kemudian disebarkan kepada

responden dari perusahaan yang diteliti.

Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas

sistem informasi akuntansi penggajian yaitu menggunakan perhitungan

persentase metode Champion. Penggunaan rumus Champion, yaitu dengan menghitung jumlah jawaban “Ya”, kemudian dilakukan

perhitungan dengan cara sebagai berikut:

Jumlah jawaban "Ya"

x 100% ………..(4) Jumlah seluruh jawaban responden

Hasil jawaban yang diperoleh dengan cara perhitungan berupa skor

berguna untuk pengambilan simpulan seperti yang telah dikemukakan

(34)

a. 0% - 25% = no association or low association

b. 26% - 50% = moderately low association

c. 51% - 75% = moderately high association

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Singkat Perusahaan

1. Jaman Penjajahan Belanda (Landbouw Voorlicttings Dienst)

Pada masa penjajahan Belanda, Lembaga yang

menyelenggarakan pembinaan pertanian di Jawa Barat adalah

Provinciale Landbouw Voorlichtings diens (LVD) yang dikepalai

oleh seorang Inspektur berkebangsaan Belanda yang disebut

Landbouw Inspecteur. Lembaga ini dipekirakan telah berdiri sejak

tahun 1912.

Fungsi lembaga ini adalah untuk memberikan pembinaan

terhadap para petani pribumi untuk mempertinggi produksi,

sedangkan alih teknologi diberikan dalam batas-batas tertentu karena

atas dasar pertimbangan politis.

Kelembagaan LVD terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :

1) Bagian Tanaman Rakyat (Indlandsche landbouw), yang bidang

pengelolaannya meliputi tanaman padi, palawija, sayur-sayuran

dan buah-buahan.

2) Bagian tanaman keras, yang bidang pengelolaannya meliputi

tanaman-tanaman perkebunan seperti kopi, karet, kapuk, kina dan

the. Bidang perikanan darat belum ditangani secara khusus oleh

suatu unit kerja tertentu, sedangkan kegiatannya belum berupa

kegiatan teknis karena masih terbatas pada pengumpulan

data-statistik usaha perikanan darat di empang-empang yang dikelola

oleh pribumi. Kegiatan pengumpulan data tersebut dilaksanakan

oleh mantri statistik yang merupakan petugas LVD.

Satuan organisasi LVD secara organik berada di bawah

departemen Van Landbouw Nijverheid Jandel (Departemen

Pertanian Perindustrian dan Perdagangan) yang berkedudukan di

Batavia.

(36)

1) Tingkat Provinsi dipimpin oleh Inspektur LVD yang

berkebangsaan Belanda.

2) Tingkat Karesidenan dikepalai oleh Landbouwconsulenten yang

berkebangsaan Belanda.

3) Tingkat kabupaten dipimpin oleh Adjunctlandbouwconsulenten

yang pada umumnya dijabat oleh pribumi.

4) Tingkat Kawedanan dipimpin oleh landbouw Opzichtera, yang

dijabat oleh pribumi

5) Tingkat Kecamatan dipimpin oleh mantri Landbouw, yang dijabat

oleh pribumi.

2.Jaman Pendudukan Jepang (Norinka)

Pada jaman pendudukan Jepang, penyelenggaraan pembinaan

pertanian dilaksanakan oleh Norinka yang bernaung di bawah

pemerintahan penjajahan Jepang. Kebijaksanaan, program maupun

sistem pembinaan pertanian yang diterapkan tidak berbeda dengan

penjajahan Belanda, yaitu memberikan pembinaan kepada para

petani untuk mempertinggi produksi, akan tetapi tujuannya diperluas

dengan sasaran utama untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan

untuk mensuplai keperluan perang bagi bala tentara Jepang.

3. Jaman Kemerdekaan

1) Periode tahun 1945 - 1949

Setelah Indonesia merdeka, maka pada tahun 1945

didirikan Jawatan Pertanian Republik Indonesia yang merupakan

Lembaga di bawah Departemen Kemakmuran. Kebijaksanaan

maupun programnya adalah untuk meningkatkan produksi dan

pendapatan petani, sedangkan bidang yang ditanganinya

mencakup segala aspek yang menyangkut kemakmuran rakyat,

meliputi pertanian rakyat, perkebunan, perikanan, kehewanan dan

(37)

36

2) Periode tahun 1950 – 1974 (Jawatan Pertanian Republik

Indonesia)

Pada tahun 1950 lahir Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat yang dibentuk dengan undang-undang Nomor 11 tahun

1950. Undang-undang tersebut memberikan beberapa urusan yang

menjadi kewenangan pangkal daerah, diantaranya adalah urusan

pertanian. Selanjutnya terbit pula beberapa peraturan yang juga

melatar-belakangi pembentukan Jawatan Pertanian Rakyat

Provinsi daerah Tingkat I Jawa Barat, perkembangan hingga

perubahan namanya menjadi Dinas Pertanian tanaman Pangan

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

3) Periode Tahun 1975 sampai dengan sekarang

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat

(1) Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Barat Nomor 197/A.V/18/SK/1975 tanggal 12

april 1975 tentang Perubahan Sebutan/Istilah Jawatan

menjadi Dinas, maka nama Jawatan Pertanian Rakyat diubah

menjadi Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat.

(2) Sehubungan dengan dikeluarkannya Surat keputusan Menteri

pertanian Nomor 2110/706/Kpts/1983 tanggal 27 September

1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Pertanian Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan,

maka pemerintah Propinsi daerah Tingkat I Jawa Barat

menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat Nomor 12 tahun 1983 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dengan demikian

Dinas Pertanian Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat diubah

namanya menjadi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

(38)

(3) Berdasarkan Peraturan daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat Nomor 22 tahun1984, dibentuk cabang Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang

berkedudukan di 6 daerah Tingkat II yaitu : Serang, Bogor,

Cirebon, Purwakarta, Bandung dan Ciamis.

(4) Berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat Nomor 5 Tahun 1986 tentang Perubahan yang Pertama

Peraturan daerah Nomor 22 tahun 1984 tentang Pembentukan

Cabang Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat, maka pada Dinas Pertanian Tanaman

Pangan diadakan penambahan 2 (dua) seksi yaitu Seksi

Perumusan Program dan Proyek dan Seksi Bimbingan dan

Latihan. Selain itu diadakan perubahan nama/istilah

seksi-seksi pada Sub Dinas Penyuluhan.

(5) Dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Tingkat I Jawa Barat Nomor 060/kep.256-ORTAK/1988

perihal Uraian Tugas Sub Bagian dan Seksi pada Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat, maka semakin jelas tugas, fungsi dan peranan tiap-tiap

Sub Bagian dan Seksi pada Dinas Pertanian Tanman pangan.

(6) Pada tahun 1990 ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat nomor 12 tahun 1990 tentang

Pencabutan Peraturan daerah Nomor 22 Tahun 1984 Tentang

Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja cabang

Dinas Pertanian Tanaman pangan Provinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat.

Penetapan Peraturan Daerah tersebut merupakan tindak lanjut

pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur negara Nomor 90/MENPAN/1989 dan Surat

Menteri Dalam Negeri Nomor 061.1/2374/PUOD/ tanggal 30

Juni 1987, yang antara lain mengemukakan bahwa dengan

(39)

38

Dinas Tingkat I. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Wilayah

perlu dihapus untuk tidak mengurangi kewenangan dari

Daerah Tingkat II. Peraturan daerah Nomor 12 tahun 1990 ini

telah diajukan kepada Menteri Dalam Negeri untuk

dimintakan pengesahannya.

(7) Selain daripada itu telah ditetapkan pula Peraturan daerah

Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 13 Tahun 1990

tentang perubahan yang kedua Peraturan daerah Nomor 12

tahun 1983 tentang Susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas

Pertanian Tanaman Pangan.

4.2Tugas Pokok Masing-masing Bagian

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

perumusan, penetapan, memimpin, megkoordinasikan dan

mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokok Dinas serta

mengkoordinasikan dan membina UPTD (Unit Pelaksana Teknis

Dinas). Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud, Kepala Dinas mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan

koordinasi pelaksanaan kebijakan teknis pertanian tanaman

pangan yang meliputi sumber daya, produksi tanaman pangan,

produksi tanaman hortikultura dan bina usaha

2) Penyelenggaraan fasilitasi dan pengendalian pelakasanaan

tuga-tugas pertanian tanaman pangan

3) Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dalam rangka tugas

pokok dan fungsi Dinas

4) Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

(40)

perencanaan dan program, pengelolaan keuangan, kepegawaian dan

umum. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana

dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program Dinas

2) Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program

Sekretariat

3) Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian dan

umum

3. Sub Bagian Perencanaan dan Program

Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai tugas

pokok melaksanakan koordinasi perencanaan dan penyusunan

program Dinas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok yang

dimaksud, Sub Bagian Perencanaan dan Program mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan penyusunan bahan perencanan dan program

sekretariat

2) Pelaksanaan kompilasi bahan penyelenggaraan koordinasi

perencanaan dan program dinas yang meliputi sumber daya,

produksi tanaman pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina

usaha

3) Pelaksanaan penyusunan bahan hasil koordinasi perencanaan dan

program Dinas yang meliputi sumber daya, produksi tanaman

pangan, produksi tanaman hortikultura dan bina usaha

4) Pelaksanaan koordinasi perencanaan dan program UPTD serta

sumber daya, produksi tanaman pangan, produksi tanaman

hortikultura dan bina usaha

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok

melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan

Dinas. Dalam menyelenggarakan tugas pokok yang dimaksud, Sub

(41)

40

1) Pelaksanaan penyusunan bahan rencana anggaran belanja

langsung dan tidak langsung Dinas

2) Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan teknis administasi

keuangan

3) Pelaksanaan koordinasi pengelolaan keuangan keuangan pada

UPTD

5. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum

Sub Bagian Kepegawaian dan Umum mempunyai tugas

pokok melaksanakan pengelolaan administasi kepegawaian,

ketatalaksanaan, umum dan perlengkapan. Dalam menyelenggarakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Kepegawaian dan

Umum mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan mutasi,

pengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin pegawai, dan

pengelolaan administrasi kepegawaian lainnya

2) Pelaksanaan penyusunan bahan penyelenggaraan pembinaan

kelembagaan, ketatalaksanaan dan rumah tangga

3) Pelaksanaan administrasi, dokumentasi perundang-undangan,

kearsipan dan perpustakaan

4) Pelaksanaan tugas kehumasan Dinas

5) Pelaksanaan pegelolaan perlengkapan Dinas

6. Bidang Sumber Daya

Bidang Sumber Daya mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

sumber daya pertanian. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Bidang Sumber daya mempunyai fungsi :

1) Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan operasional sumber

daya pertanian

2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi sumber daya

pertanian

(42)

7. Seksi Sarana dan Permodalan

Seksi Sarana dan Permodalan mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

sarana dan akses permodalan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Seksi Sarana dan Permodalan mempunyai

fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis fasilitasi sarana

dan akses permodalan

2) Pelaksanaan penyusuan dan pengolahan data sarana dan akses

permodalan

8. Seksi Kelembagaan Pertanian

Seksi Kelembagaan Pertanian mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

kelembagaan pertanian. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Seksi Kelembagaan Pertanian mempunyai

fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

kelembagaan pertanian

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data kelembagaan

pertanian

9. Seksi Pengelolaan Lahan dan Air

Seksi Pengelolaan Lahan dan Air mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

pengelolaan lahan dan air. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Seksi Pengelolaan Lahan dan Air

mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

pengelolaan lahan dan air

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengelolaan lahan

(43)

42

10.Bidang Produksi Tanaman Pangan

Bidang Produksi Tanaman Pangan mempunyai tugas pokok

menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi tanaman pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Bidang Produksi Tanam Pangan mempunyai

fungsi :

1) Penyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis produksi

tanaman pangan

2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman

pangan

3) Penyelenggaraan fasilitasi bidang produksi tanaman pangan

11.Seksi Serealia

Seksi Serealia mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi serealia.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,

Seksi Serealia mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi serealia

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi serealia

12.Seksi Palawija

Seksi Palawija mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi produksi palawija.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,

Seksi Palawija mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi palawija

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi palawija

13.Seksi Pengendalian OPT (Organisme Penganggu Tanaman) Pangan

Seksi Pengendalian OPT Pangan mempunyai tugas pokok

(44)

pengendalian OPT pangan. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Seksi penegendalian OPT pangan

mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

pengendalian OPT Pangan

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengendalian

OPT pangan

14.Bidang Produksi Tanaman Hortikultura

Bidang Produksi Tanaman Hortikultura mempunyai tugas

pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan

fasilitasi produksi tanaman hortikultura. Dalam menyelenggarakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud, Bidang Produksi Tanaman

Hortikulturaa mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi tanaman hortikultura

2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi produksi tanaman

hortikultura

3) Penyelenggaraan fasilitasi produksi tanaman hortikultura

15.Seksi Sayuran dan Biofarmaka

Seksi Sayuran dan Biofarmaka mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi sayuran dan biofarmaka. Dalam menyelenggarakan tugas

pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Sayuran dan Biofarmaka

mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi sayuran dan biofarmaka

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi sayuran

dan biofarmaka

16.Seksi Buah dan Tanaman Hias

Seksi Buah dan Tanaman Hias mempunyai tugas pokok

(45)

44

produksi buah-buahan dan tanaman hias. Dalam menyelenggarakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Buah dan Tanaman Hias

mempunyai fungsi:

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

produksi buah dan tanaman hias

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data produksi buah

dan tanaman hias

17.Seksi Pengendalian OPT Hortikultura

Seksi Pengendalian OPT Hortikultura mempunyai tugas

pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan

fasilitasi pengendalian OPT hortikultura. Dalam menyelenggarakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Pengendalian OPT

Hortikultura mempunyai fungsi :

1) Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

pengendalian OPT hortikultura

2) Pelaksanaan penyusunan dan pengolahan data pengendalian

OPT hortikultura

18.Bidang Bina Usaha

Bidang Bina Usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi bina usaha. Dalam

menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Seksi Bina

Usaha mempunyai fungsi:

1) Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis bina usaha

2) Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi bina usaha

3) Penyelenggaraan fasilitasi bina usaha

19.Seksi Penanganan Mutu Hasil

Seksi Penanganan Mutu Hasil mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitasi

penanganan mutu hasil. Dalam menyelenggarakan tugas pokok

sebagaimana dimaksud, Seksi Penanganan Mutu Hasil mempunyai

Gambar

Gambar  1. Siklus Penggajian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 3. Bagan Alir Prosedur Sistem Penggajian
Gambar  1. Siklus Penggajian
+3

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN PEGAWAI PADA DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA...

71 adalah salah satu dinas atau organisasi yang bertanggung jawab kepada Gubernur terhadap penyajian data dan informasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang

pada Kegiatan Fasilitasi Sarana Prasarana Pasca Panen Tanaman Pangan dan Hortikultura APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2014 pada Dinas Pertanian Tanaman

Dengan diselesaikannya Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat 2016 – 2021, maka pelaksanaan pembangunan di Sektor

JUDUL TUGAS AKHIR : SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SUMATERA UTARA..

Sumber : BPS Provinsi Jawa Bara, Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, Dinas Permukiman dan

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH... SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN

Masalah yang kedua berkaitan dengan sumber daya manusia, UPTD Balai Pengembangan Benih Padi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat sangat membutuhkan