• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP VIRUS

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RENY PUJIATI

1110016100040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Based Learning) terhadap Pengetahuan Metakognitif Biologi Siswa Kelas X

pada Konsep Virus”. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan

Ilmu Pengetahuan alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran (PBL)

Problem Based Learning

terhadap pengetahuan metakognitif Biologi siswa kelas

X pada konsep virus. Penelitian ini diadakan di SMA Negeri Jakarta dimulai

tanggal 17 September 2014 sampai tanggal 1 Oktober 2014. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif sepuluh pilihan ganda dengan

lima pilihan jawaban disertai dengan tiga soal untuk masing-masing nomor tes

objektif sebagai tes pengetahuan metakognitif siswa. Penelitian menunjukkan

penggunaan model PBL berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan

metakognitif siswa (t

hitung

= 0,0005 , t

tabel

= 0,05) dan pembelajaran model PBL

(

Problem Based Learning

) sama baiknya dengan pendekatan pembelajaran

saintifik terhadap hasil belajar kognitif siswa.

(6)

ii

Biology Metacognitive Knowledge in Grade Tenth Students with Virus Concept.

Undegraduate Thesis, Biology Education of Science Department, Faculty of

Tarbiyah and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah

Jakarta.

This research due to the implementation of

Problem Based Learning

(PBL)

towards the biology metacognitive knowledge biology in grade tenth students

with virus concept. This study was done at SMAN Jakarta on September 17

th

in

2014 to on October 1

st

in 2014. This study used the quasi experiment method. We

used objective test within ten multiple choice types with five options and three

essay for every objective test as metacognitive knowledge’s test. The findings of

this research showed that the using PBL (

Problem Based Learning

) has

significantly influenced in the metacognitive knowledge students (t

account

= 0,0005

, t

tabel

= 0,005) and PBL (

Problem Based Learning

) model as good as the scientific

approachment on control class in the cognitive students achievement.

(7)

iii

Puji dan syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan karuniaNya dengan semua

kemuliaanNya dan keagunganNya telah mempermudah langkah penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini banyak hal yang dapat

dijadikan sebagai pengalaman sekaligus pelajaran yang penulis peroleh baik saat

mengalami kesulitan, kebingunan, kelelahan, dan menghadapi tantangan. Namun

atas bimbinganNya dan kesempatan lewat terkabulnya doa-doa yang dilantunkan

dan dukungan serta motivasi dari berbagai pihak yang selalu menyayangi tanpa

henti. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dan kesempurnaan merupakan

sebuah proses yang harus dilalui. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah berjasa

dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1.

Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selau Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus Dosen Pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan

dalam membimbing penulis selama ini.

4.

Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang penuh

kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini.

(8)

iv

melakukan penelitian skripsi.

7.

Ibu Sri Hartuti, S.Pd., selaku guru bidang studi Biologi Kelas X SMA

Negeri 32 Jakarta yang telah memberikan arahan, pandangan, dan bantuan

selama pelaksanaan penelitian skripsi.

8.

Ayahanda dan Ibunda tercinta, alm. Suparno dan Suparti yang telah

memberikan doa, nasihat, semangat, dan motivasi yang tiada henti.

9.

Kedua kakak terhebatku, Eko Purnomo dan Djoko Suranto yang selalu

menguatkan dan memberikan semangat serta doa yang tanpa henti.

10.

Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi khususnya BIOBHE

angkatan 2010 yang telah berjuang bersama penulis selama mengikuti

perkuliahan.

11.

Seluruh guru, staff TU, mahasiswa PPL UHAMKA serta siswa-siswi SMA

Negeri 32 Jakarta yang bersedia membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian skripsi ini.

12.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan

laporan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun

kajiannya hal ini dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan penulis. Namun,

penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan bagi khazanah ilmu pengetahuan umum.

Ciputat, 31 Desember 2014

(9)

v

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang... 1

B.

Identifikasi Masalah... 5

C.

Pembatasan Masalah... 5

D.

Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 6

F.

Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A.

Kajian Teori... 7

1.

Belajar dan Pembelajaran... 7

a.

Pengertian Belajar... 7

b.

Pengertian Pembelajaran...

c.

Pilar Pembelajaran...

8

9

d.

Hasil Belajar Kognitif...

e.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Belajar...

9

11

2.

Paradigma Kontruktivisme...

3.

PBL (

Problem Based Learning

)...

12

13

a.

Pengertian Pembelajaran Model PBL (

Problem Based

Learning

)...

13

(10)

vi

(

Problem Based Learning

)...

19

4.

Metakognitif... 21

a.

Pengetahuan Metakognitif... 24

B. Konsep Virus... 25

C. Hasil Penelitian yang Relevan... 26

D. Kerangka Berpikir... 28

E. Hipotesis Penelitian... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian... 31

B. Metode Penelitian... 33

C. Variabel Penelitian... 34

D. Populasi dan Sampel... 34

1.

Populasi... 34

2.

Sampel... 35

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F.

Instrumen Penelitian... 35

1.

Tes... 35

2.

Lembar Observasi... 37

G. Prosedur Penelitian... 37

1.

Tahap Perencanaan/Persiapan... 37

2.

Tahap Pelaksanaan... 38

3.

Tahap Akhir... 38

H. Kalibrasi Instrumen... 38

1.

Tes... 38

a.

Uji Validitas... 39

b.

Uji Reliabilitas... 40

(11)

vii

1.

Data Kualitatif... 43

a.

Teknik Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan

Pembelajaran...

43

2.

Data Kuantitatif... 43

a.

Uji Normalitas... 43

b.

Uji Beda... 46

c.

Uji N-Gain... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 48

1.

Data Hasil Belajar (Pengetahuan Metakognitif dan Kognitif)

Biologi

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol...

48

2.

Data Uji N-Gain Pengetahuan Metakognitif dan Kognitif

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kontrol...

53

B. Analisis Data Tes Hasil Belajar... 55

1.

Uji Normalitas... 55

2.

Uji Beda (Uji Mann Whitney U)... 57

C. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran (LO)... 57

D. Pembahasan... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA... 65

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran Model PBL (

Problem Based Learning)

... 18

Tabel 3.1

Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian... 31

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 32

Tabel 3.3

Desain Penelitian... 33

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Konsep Virus Soal Pilihan Ganda... 36

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Tabel 3.8

Soal Pengetahuan Metakognitif

Essay

...

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Kognitif...

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen...

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen...

36

40

41

41

Tabel 4.1

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil

Belajar (Pengetahuan Metakognitif)...

48

Tabel 4.2

Hasil Ketercapaian Belajar (Pengetahuan Metakognitif)

Sub-Konsep

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol...

49

Tabel 4.3

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil

Belajar (Kognitif)...

50

Tabel 4.4

Hasil Ketercapaian Belajar (Kognitif) Sub-Konsep

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...

51

Tabel 4.5

Data Rata-Rata N-Gain Pengetahuan Metakognitif dan Kognitif

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...

53

Tabel 4.6

Hasil N-Gain (Pengetahuan Metakognitif) Sub-Konsep Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol...

54

Tabel 4.7

Hasil N-Gain (Kognitif) Sub-Konsep Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol...

54

(13)

ix

Tabel 4.9

Uji Normalitas Kognitif Biologi Siswa

Pretest

dan

Posttest

Kelompok Eksperimen dan Kontrol...

56

Tabel 4.10

Uji Beda berdasarkan Gain (Mann Whitney U) Hasil Belajar

(14)

x

(15)

xi

Eksperimen...

68

Lampiran 2

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas

Kontrol...

87

Lampiran 3

Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen... 103

Lampiran 4

Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol... 118

Lampiran 5

Lembar Review Bentuk Soal Pengetahuan Metakognitif

oleh Dosen Ahli...

132

Lampiran 6

Rekapitulasi Hasil Anates Soal Uji Coa Instrumen... 133

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Kisi-Kisi Soal Instrumen yang Digunakan...

Lembar Observasi Guru...

Lembar Observasi Murid...

139

157

166

Lampiran 10 Tabel Kenaikan Hasil Belajar (N-Gain) per Sub Indikator.. 175

Lampiran 11 Data Hasil

Pretest

dan

Posttest

Metakognitif... 176

Lampiran 12 Data Hasil

Pretest

dan

Posttest

Kognitif... 178

Lampiran 13 Distribusi Data

Pretest

dan

Posttest

Hasil Belajar

Pengetahuan Metakognitif...

180

Lampiran 14 Distribusi Data

Pretest

dan

Posttest

Hasil Belajar Kognitif 186

Lampiran 15 Perhitungan Ketercapaian per Sub-Konsep (Metakognitif). 192

Lampiran 16 Perhitungan Ketercapaian per Sub-Konsep (Kognitif)... 196

Lampiran 17 Perhitungan Ketercapaian per Sub-Konsep (N-Gain)... 200

Lampiran 18 Uji Normalitas

Pretest

dan

Posttest

Kelas Eksperimen dan

Kontrol...

204

Lampiran 19 Perhitungan Uji Beda Mann Whitney-U... 216

Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi... 217

Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian... 219

Lampiran 22 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian... 220

Lampiran 23 Uji Referensi... 221

(16)

1

A.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan membentuk manusia

yang baik.

1

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

2

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung

jawab.

3

Dalam rangka mencapai peningkatan mutu pribadi peserta didik diperlukan

standar nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Standar nasional bertujuan menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat. Penerapan standar-standar yang dicapai

meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga

1

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 3, h. 60.

2

Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

3

(17)

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

4

Pengertian standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan pembelajaran pada

satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

5

Standar

proses dikembangkan mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi.

Proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa dalam upaya pengembangan

potensi anak didik bukan hanya memaksa siswa agar dapat menghafal fakta dan

data. Pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta

pengembangan keterampilan anak yang sesuai kebutuhan dapat terbentuk melalui

proses pendidikan.

6

Sesuai dengan standar proses, perilaku guru adalah mengajar

dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar terkait

dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta

didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa.

7

Menurut standar proses kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran yang sesuai

dengan standar isi dan standar kompetensi kelulusan yang mencakup

pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi

untuk setiap pendidikan adalah kegiatan pembelajaran kontruktivisme.

8

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme dimungkinkan dapat meningkatkan

hasil pembelajaran. Pembelajaran konstruktivisme bercirikan pembelajaran

bercirikan siswanya secara aktif membangun pengetahuannya sendiri, siswa

benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan dengan

memecahkan masalah dan menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri.

9

4

E. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 2, h. 24.

5

Ibid., h. 28.

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7, h. 2.

7

Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), h. 6.

8

Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

9

(18)

Dalam

paradigma

kontruktivistik,

pembelajaran

lebih

mengutamakan

penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi, dan algoritma

ketimbang menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu

jawaban yang benar.

10

Dengan proses pembelajaran tersebut, diharapkan

pengetahuan konsep yang dimiliki siswa bisa bertahan lebih lama.

Adapun model-model pembelajaran yang berlandaskan paradigma

konstruktivistik diantaranya adalah pendekatan ilmiah/saintifik, tematik terpadu,

teamatik berbasis penelitian (

discovery/inquiry learning

), dan

Problem/Project

Based Learning

(PBL/PjBL).

11

Diantara pendekatan yang terdapat pada standar

proses, menarik untuk diteliti lebih lanjut adalah model pembelajaran

Problem

Based Learning

(PBL). Model pembelajaran ini memiliki ciri diantaranya adalah

orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar,

membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan

menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Model pembelajaran ini bertumpu pada penyelesaian masalah atau

strategi pembelajaran berbasis masalah. PBL (

Problem Based Learnig

) tidak

hanya mengharapkan siswa sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian

menghafal materi pelajaran akan tetapi dengan model pembelajaran PBL

(

Problem Based Learnig

) terdiri atas serangkaian aktivitas pembelajaran

diantaranya siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan

menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.

Pemecahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir

secara ilmiah melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai dengan data dan fakta yang

jelas.

12

Standar isi yang perlu diperhatikan pada pendidikan di Indonesia adalah

Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Pada SKL tingkat SMA terdapat tiga

dimensi yang diharapkan dapat dicapai yaitu dimensi sikap, dimensi pengetahuan,

dan dimensi keterampilan. Dalam dimensi sikap, peserta didik diharapkan

10

Rusman dkk, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), Cet. III, h. 37.

11

Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

12

(19)

mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosial. Dalam

dimensi pengetahuan, peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif dan dalam dimensi keterampilan, peserta

didik diharapkan memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif.

Diantara dimensi pengetahuan dalam kurikulum 2013 seperti yang dijelaskan

tersebut, jenis pengetahuan metakognitif menarik untuk diteliti.

Metakognisi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara umum

yang mencakup kemampuan dalam memilih dan menerapkan teori, teknik, atau

prosedur pembelajaran.

13

Metakognisi juga dapat berarti pengetahuan tentang

kognisi itu sendiri dan pengontrolan, pemonitoran serta pengaturan proses-proses

kognitif.

14

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognitif secara

umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang, kognisi diri sendiri.

15

Pengetahuan metakognitif dapat mendorong mereka (peserta didik) untuk dapat

mengubah pendekatan mereka dalam merampungkan tugas dan dapat

memengaruhi cara mempersiapkan diri dalam menghadapi tes.

16

Sehingga antara

kognitif dan metakognitif memiliki kesinambungan diantara keduanya.

Pengetahuan metakognitif hanya bisa diperoleh jika sudah ada pengetahuan

kognitif di dalamnya. Hubungan antara kognitif dan metakognitif dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran konstrukstivisme yang sesuai dengan

kurikulum 2013 sangat menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul

“P

engaruh Penggunaan Model PBL (Problem Based

Learning)

terhadap Pengetahuan Metakognitif Biologi Siswa Kelas X pada Konsep

Virus”.

13

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 2, h. 89.

14

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds), Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terj. Agung Prihantoro, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 64.

15

Ibid., h. 82.

16

(20)

B.

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, timbul

beberapa masalah-masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1.

Kegiatan pembelajaran yang ada belum meningkatkan kualitas pendidikan

yang sesuai dengan kurikulum 2013.

2.

Pengetahuan metakognitif hal yang baru bagi guru dan siswa sehingga baik

siswa maupun guru belum mengetahui pengetahuan metakognitif dengan

baik.

3.

Proses pembelajaran yang ada belum sesuai dengan kegiatan pembelajaran

yang disarankan dalam Kurikulum 2013 untuk mengembangkan pengetahuan

metakognitif siswa.

4.

Penilaian yang ada untuk pengetahuan metakognitif masih sedikit

5.

Model pembelajaran yang ada belum sesuai dengan materi pembelajaran

sehingga belum dapat melatih dan mengembangkan pengetahuan

metakognitif siswa.

C.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, efektif dan menghindari kesalahpahaman

makna, maka ruang lingkup masalah penelitian hanya dibatasi pada:

1.

Model pembelajaran

Problem Based Learning

(

PBL

) adalah model

pembelajaran yang menerapkan lima kegiatan pokok menurut Sugiyanto,

diantaranya orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa dalam

belajar,

membimbing

penyelidikan

individu

maupun

kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah.

2.

Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan deklaratif, pengetahuan

prosedural, dan pengetahuan kondisional.

(21)

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut, maka dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah :

“Adakah

Pengaruh Model PBL

(

Problem Based Learning

) terhadap Pengetahuan Metakognitif Biologi Siswa

Kelas X pada Konsep Virus

?”

E.

Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk:

1.

Untuk menguji pengaruh model PBL (

Problem Based Learning

) terhadap

pengetahuan metakognitif Biologi siswa kelas X pada konsep Virus.

2.

Untuk menguji pengaruh model PBL (

Problem Based Learning

) terhadap

pengetahuan kognitif Biologi siswa kelas X pada konsep Virus.

F.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna tidak hanya bagi peneliti pribadi, tetapi

juga berguna untuk semua pihak terkait yang terlibat dalam dunia pendidikan

antara lain:

1.

Bagi Guru

a.

Menambah wawasan guru mengenai model-model pembelajaran inovatif

lainnya.

b.

Menambah

pengetahuan

dan

wawasan

mengenai

pengetahuan

metakognitif.

c.

Memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang dapat

meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa.

2.

Bagi Peneliti

a.

Sebagai suatu kajian ilmiah yang dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan.

(22)

7

A.

Kajian Teori

1.

Belajar dan Pembelajaran

a.

Pengertian Belajar

Belajar menurut Burton seperti dikutip Moh. Uzer Usman,

Pembelajaran adalah proses perubahan yang terjadi akibat interaksi

seseorang dengan lingkungannya

”.

1

Belajar merupakan suatu proses

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah

laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2

Belajar menurut Sudjana

dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses

berbuat melalui berbagai pengalaman dan belajar juga merupakan proses

melihat, mengamati, dan memahami sesuatu sehingga siswa menerima

pengalaman belajar sebagai hasil belajar.

3

Menurut Surya seperti dikutip

Rusman dkk, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan

oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

4

Belajar dihasilkan dari pengalaman

dengan lingkungan, yang di dalamnya terjadi hubungan-hubungan antara

stimulus-stimulus dan respons-respons.

5

1

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 24, h. 5.

2

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, (Jakarta: Prestasi Pustakakarya, 2013), h. 24.

3

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. XV, h. 22.

4

Rusman dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), cet. 3, h. 7.

5

(23)

Berdasarkan penjelasan tersebut, belajar adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu yang didalamnya

terdapat proses melihat, memahami, dan mengamati sesuatu yang diarahkan

kepada tujuan melalui pengalaman.

b.

Pengertian Pembelajaran

Menurut Hamalik pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai

tujuan dari pembelajaran itu sendiri.

6

Pembelajaran menurut Sudjana dapat

diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk

menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi

educatif

antara dua pihak, yaitu

antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang

melakukan kegiatan membelajarkan.

7

Pembelajaran menunjukkan pada

usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru.

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

8

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik

yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa.

9

Berdasarkan penjelasan tersebut pembelajaran

merupakan proses dasar dari pendidikan dan merupakan suatu proses

menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar

mengajar antara guru, siswa, dan komponen pembelajaran lainnya untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan dalam

kegiatan pembelajaran terdapat beberapa komponen yang harus

6

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 54.

7

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Teknologi pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007),h.57.

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), cet. 10, h.104.

9

(24)

dikembangkan guru, yaitu: tujuan, materi, strategi, dan evaluasi

pembelajaran.

c.

Pilar Pembelajaran

Menurut UNESCO seperti dikutip Rusman dkk, hasil belajar dapat

dituangkan dalam empat pilar pembelajaran, yaitu:

10

1)

Belajar Mengetahui (

Learning to Know

)

Belajar

mengetahui

merupakan

kegiatan

untuk

memperoleh,

memperdalam, dan memanfaatkan pengetahuan, melalui membaca,

mengakses internet, bertanya, dan mengikuti kuliah. Pengetahuan

dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan, memperluas wawasan,

meningkatkan kemampuan, memecahkan masalah, dan belajar lebih

lanjut.

2)

Belajar Berbuat/Berkarya (

Learning to Do

)

Belajar berkarya adalah belajar atau berlatih menguasai keterampilan dan

kompetensi kerja.

3)

Belajar Hidup Bersama (

Learning to Live Together

)

Belajar hidup bersama adalah belajar atau berlatih hidup bersama agar

mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama, dan hidup bersama

antarkelompok.

4)

Belajar menjadi Diri Sendiri (

Learning to Be

)

Belajar menjadi diri sendiri adalah belajar atau berlatih menjadi individu

yang berkembang secara optimal dan seimbang sesuai dengan perubahan

dan tuntutan zaman.

d.

Hasil Belajar Kognitif

Menurut Nana Sudjana, “Hasil belajar ialah kemampuan

-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

11

Menurut

Ngalim Purwanto, “Hasil belajar adalah hasil

-hasil pelajaran yang diberikan

10

Rusman dkk, loc. cit.

11

(25)

oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu.”

12

Sedangkan

pengertian hasil belajar lainnya adalah hasil proses pembelajaran yang

diperoleh berdasarkan tindakan guru sebagai suatu upaya pencapaian tujuan

pengajaran.

13

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui

serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan.

Dalam sistem pendidikan nasional, hasil belajar dari Benyamin Bloom

terbagi atas tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik. Hasil belajar ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual berdasarkan revisi taksonomi Bloom terdiri dari:

14

1)

Mengingat adalah jenis pengetahuan yang yang dibutuhkan dari memori

jangka panjang. Jenis pengetahuan ini penting sebagai bekal untuk

belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah guna mengerjakan

soal yang kompleks. Kategori dan proses kognitif dari jenis pengetahuan

ini adalah mengidentifikasi dan mengingat kembali

2)

Memahami adalah jenis pengetahuan yang menumbuhkan kemampuan

transfer sehingga siswa dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan

pembelajaran. Kategori dan proses kognitif dari jenis pengetahuan ini

adalah menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,

membandingkan, dan menjelaskan

3)

Mengaplikasikan adalah jenis pengetahuan yang melibatkan penggunaan

prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau

menyelesaikan masalah. Kategori dan proses kognitif dari jenis

pengetahuan ini adalah melaksanakan dan menggunakan

4)

Menganalisis adalah jenis pengetahuan yang proses belajarnya

menentukan potongan-potongan informasi yang relevan yang penting

atau menentukan hubungan antar bagian informasi atau pengetahuan

12

Ngalim purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,” (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 12, h. 33.

13

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 2006), h. 17.

14

(26)

yang penting. Kategori dan proses kognitif dari jenis pengetahuan ini

adalah membedakan dan mengorganisasi

5)

Mengevaluasi adalah jenis pengetahuan yang proses belajarnya membuat

keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Kategori dan proses kognitif

dari jenis pengetahuan ini adalah mengoordinasi dan menilai

6)

Mencipta adalah jenis pengetahuan yang proses belajarnya meminta

siswa untuk membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah atau

elemen menjadi pola atau struktur yang baru. Kategori dan proses

kognitif dari jenis pengetahuan ini adalah merumuskan, merencanakan,

dan memproduksi.

e.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Ada dua faktor menurut yang mempengaruhi belajar yaitu :

15

1)

Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri individu yang

sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat

tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kelelahan).

2)

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar individu yang sedang

belajar. Faktor eksternal meliputi :

a)

Faktor Keluarga

Antara lain : cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

latar belakang kebudayaan.

b)

Faktor Sekolah

Antara lain : metode mengajar, kurikulum, relasi antara guru dan

siswa, relasi antar siswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu, standar

pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

15
(27)

c)

Faktor Masyarakat

Antara lain : kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul,

bentuk kehidupan dalam masyarakat, media massa.

2.

Paradigma Konstrukstivisme

Kontrukstivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah konstruksi (bentukan) dari diri sendiri.

Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan yang diperoleh merupakan

konstruksi dari kemampuan dalam mengetahui sesuatu.

16

Menurut Battencourt

seperti dikutip Sardiman, konstrukstivisme tidak bertujuan mengerti hakikat

realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang

sesuatu.

17

Teori belajar konstruktivisme dipelopori oleh Piaget dan Vygotsky.

Belajar menurut pandangan konstruktivistik berarti membangun dengan cara

siswa mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif

dalam pembelajarannya. Perolehan tersebut melalui informasi dalam struktur

kognitif yang telah ada dari hasil perolehan sebelumnya yang tersimpan dalam

memori dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru.

18

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan yang didapatkan

oleh seseorang tidak sekali jadi, tetapi melalui proses perkembangan yang terus

menerus. Dalam perkembangan tersebut, ada yang mengalami perubahan besar

dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang hanya

mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi.

19

Dari penjelasan di atas, teori konstruktivisme adalah teori yang menyatakan

bahwa kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif dimana peserta didikk

membangun sendiri pengetahuannya dan peserta didik mencari sendiri makna dari

sesuatu yang mereka pelajari. Terdapat lima model pembelajaran yang memiliki

kecenderungan berlandaskan paradigma konstruktivisme yaitu model

reasoning

16

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), cet. 11, h. 37.

17

Ibid.

18

Zulfiani dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lemlit UIN Jakarta, 2009), h. 119.

19

(28)

and problem solving

, model

inquiry training

, model

problem-based instruction

,

model pembelajaran perubahan konseptual, dan model

group investigation

.

20

3.

PBL (Problem Based Learning)

a.

Pengertian Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning)

Menurut Barell dan Sagor seperti dikutip Diann Musial,

PBL

merupakan

pendekatan

pembelajaran

yang

dikembangkan

untuk

memberikan pembelajaran dan penilaian yang menuntut siswa untuk

melakukan lebih dari sekedar fokus dalam menjawab pertanyaan. Siswa

diminta untuk memahami masalah yang terstruktur secara kompleks

.

21

Model

pembelajaran

berdasarkan

masalah

dilandasi

oleh

teori

konstruktivisme yang dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang

penyelesaiannya membutuhkan kerja sama diantara siswa-siswa.

22

Menurut

Arends dalam Trianto, pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu

pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang

autentik

dengan

maksud

untuk

menyusun

pengetahuan

sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,

mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.

23

Problem Based Learning

(PBL) adalah salah satu alternatif model

pembelajaran yang memungkinkan mengembangkan keterampilan berpikir

siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah.

Menurut Boud dan Feletti, PBL adalah inovasi model pembelajaran yang

paling signifikan dalam pendidikan. Dan Margetson mengemukakan bahwa

kurikulum

PBL

membantu

untuk

meningkatkan

perkembangan

keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola berpikir yang terbuka,

reflektif, kritis, dan belajar aktif.

24

Problem Based Learning

(PBL)

20

Rusman dkk., op. cit., h. 39.

21

Diann Musial dkk., Foundations of Meaningful Educational Assessment, (New York: McGraw-Hill, 2009), p. 212.

22

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), cet. 3, h. 92.

23

Ibid.

24

(29)

mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritis yang fokusnya

tidak hanya sekedar apa yang dikerjakan siswa tetapi juga pada pada apa

yang siswa pikirkan selama siswa mengerjakan tugasnya.

25

Belajar tidak hanya sekedar “mengingat (menghafal), meniru, dan

mencontoh” namun pembelajaran sebenarnya adalah pembelajaran yang

mengutamakan proses sehingga hasil belajar pada siswa tampak nyata dan

sangat berpengaruh pada retensi siswa. Sehingga dibutuhkan model

pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan aktif dalam prosesnya. Model

pembelajaran yang cocok dengan peningkatan kemampuan siswa adalah

model pembelajaran PBL. Dalam PBL dibutuhkan keterampilan dalam

meringkas dan meninjau ulang hasil diskusi yang akan digunakan dalam

presentasi kelompok maupun dalam bentuk paper ataupun makalah. Melalui

PBL, diharapkan dapat membangun kecakapan hidup (

life skill

) siswa, siswa

terbiasa dalam pembelajaran mandiri dengan kemampuan mengatur dirinya

sendiri (

self directed

), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan

tindakannya), dan mampu berkomunikasi secara berkelompok.

Problem Based Learning

(PBL) tidak mengharapkan siswa hanya

sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,

akan tetapi siswa juga aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah

data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas model PBL diarahkan untuk

menyelesaikan masalah yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan

berpikir secara ilmiah.

26

Masalah dalam PBL adalah masalah yang terbuka

karena jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap guru maupun

siswa dapat mengembangkan kemungkinan jawaban dan siswa mampu

mengeksplorasi, mengumpulkan, dan menganalisis data secara lengkap

untuk memecahkan masalahnya.

27

Perbedaan model PBL dengan model

lainnya yaitu informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum

kelas dimulai kemudian fokusnya adalah bagaimana pembelajar

25

Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), cet. 2, h. 129.

26

Wina Sanjaya, op. cit., h. 214.

27

(30)

mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah

dan materi dan konsep ditentukan oleh pembelajar sendiri.

28

Kurikulum PBL memfasilitasi keberhasilan dalam memecahkan

masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal

dengan lebih baik dibandingkan dengan pendekatan atau strategi

pembelajaran yang lain.

Problem Based Learning

(PBL) adalah salah satu

alternatif model pembelajaran yang memungkinkan mengembangkan

keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam

memecahkan masalah. Menurut Boud dan Feletti, PBL adalah inovasi

model pembelajaran yang paling signifikan dalam pendidikan. Margetson

dalam Rusman mengemukakan bahwa kurikulum PBL membantu untuk

meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam

pola berpikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.

29

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam PBL

dibutuhkan keterampilan dalam meringkas dan meninjau ulang hasil diskusi

yang akan digunakan dalam presentasi kelompok maupun dalam bentuk

paper ataupun makalah. Melalui PBL, diharapkan dapat membangun

kecakapan hidup (

life skill

) siswa, siswa terbiasa dalam pembelajaran

mandiri dengan kemampuan mengatur dirinya sendiri (

self directed

),

berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), dan

mampu berkomunikasi secara berkelompok.

Problem Based Learning

(PBL) termasuk jenis metode instruksional yang menantang siswa agar

“belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi

bagi masalah yang nyata. Masalah yang digunakan bertujuan untuk

mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan

inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir

kritis dan analitis dan untuk mencari serta menggunakan sumber

pembelajaran yang sesuai.

28

M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), cet. 2, h. 23.

29

(31)

b.

Karakteristik Pembelajaran Model PBL (Problem Based

Learning)

Karakteristik PBL menurut Tan seperti dikutip M. Taufiq Amir dan

Rusman ada sembilan.

30

Penjelasan mengenai karakteristik model PBL

adalah sebagai berikut :

1)

Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran,

2)

Masalah yang diangkat adalah masalah yang dekat dengan kehidupan

nyata yang disajikan secara mengambang/tidak terstruktur (

ill

structured

),

3)

Masalahnya menuntut siswa untuk menggunakan dan mendapatkan

konsep dari beberapa pengetahuan sebelumnya sebagai solusi masalah

tersebut,

4)

Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di

ranah pembelajaran yang baru,

5)

Sangat mengutamakan belajar mandiri (

self directed learning

),

6)

Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi tidak hanya

mengacu pada satu sumber saja,

7)

Pembelajarannya bersifat “kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif”.

Pembelajaran

dilakukan

dengan

belajar

secara

berkelompok,

berinteraksi, saling mengajarkan (

peer teaching

) dan melakukan

presentasi,

8)

Keterbukaan proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari

sebuah proses belajar,

9)

PBL melibatkan evaluasi dan

review

pengalaman siswa dan proses

belajar.

Berdasarkan penjelasan karakteristik PBL, dapat disimpulkan bahwa

model PBL memiliki karakteristik yaitu pembelajaran yang diawali dengan

permasalahan kehidupan tidak terstruktur dan siswa dapat membentuk

pemahaman dan pengetahuan dari hasil analisis masalah yang diberikan

oleh guru. Dalam menganalisis permasalahan tersebut siswa mampu

30

(32)

meningkatkan kemampuannya dalam mengumpulkan data, menganalisis

data, menyusun fakta, mengonstruksi argumentasi mengenai pemecahan

masalah, dan mampu bekerja secara individual maupun kelompok dalam

memecahkan masalahnya.

c.

Sintaks Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning)

Langkah pembelajara model PBL (

Problem Based Learning

) meliputi

penyajian masalah, menggerakkan

inqury

, langkah-langkah PBL yang berisi

analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, literasi kemandirian dan

kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi

dan evaluasi. PBL merupakan formulasi pembelajaran yang melibatkan

siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari inti pembelajaran

dalam sebuah masalah yang realistis.

31

John Dewey seperti dikutip Wina Sanjaya menyebutkan enam tahapan

dalam PBL yaitu:

32

1)

Merumuskan masalah,

2)

Menganalisis masalah,

3)

Merumuskan hipotesis,

4)

Mengumpulkan data,

5)

Pengujian hipotesis,

6)

Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Adapun tahapan PBL lainnya menurut Johnson & Johnson seperti

dikutip Wina Sanjaya yaitu:

33

1)

Mendefinisikan masalah,

2)

Mendiagnosis masalah,

3)

Merumuskan alternatif strategi,

4)

Menentukan dan menerapkan strategi pilihan,

5)

Melakukan evaluasi.

31

Jose A. Amador dkk., The Practice of Problem Based Learning, (Bolton: Anker Publishing Company, 2006), p. 10.

32

Wina Sanjaya, op. cit., h. 217.

33

(33)

Selain kedua tahapan PBL di atas, tahapan PBL lainnya adalah:

34

1)

Menemukan masalah,

2)

Mendefinisikan masalah,

3)

Mengumpulkan fakta,

4)

Menyusun hipotesis,

5)

Melakukan penyelidikan,

6)

Menyempurnakan permasalahan yang didefinisikan,

7)

Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif,

8)

Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.

[image:33.595.113.507.125.718.2]

Selain kelima tahapan PBL di atas, terdapat lima langkah utama dalam

pembelajaran dengan model PBL (

Problem Based Learning

) lainnya

menurut Ibrahim dalam Sugiyanto. Kelima langkah tersebut dijelaskan

berdasarkan langkah-langkah pada Tabel 2.1.

35

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning)

Tahap

Kegiatan Guru

Tahap 1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru membahas tujuan pelajaran,

mendeskripsikan

dan

memotivasi

siswa untuk terlibat dalam kegiatan

mengatasi masalah

Tahap 2

Mengorganisasi siswa

dalam belajar

Guru

membantu

siswa

untuk

mendefinisikan

dan

mengorganisasikan

tugas-tugas

belajar

yang

terkait

dengan

permasalahannya

Tahap 3

Membimbing penyelidikan

individu maupun kelompok

Guru

mendorong

siswa

mengumpulkan informasi yang tepat,

melaksanakan

eksperimen,

dan

mencari penjelasan dan solusi

34

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), cet. 6, h. 94-95.

35

(34)

Tahap

Kegiatan Guru

Tahap 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru

membantu

siswa

dalam

merencanakan dan menyiapkan

hasil-hasil yang tepat, seperti laporan,

rekaman video, dan model-model dan

membantu

mereka

untuk

menyampaikan kepada orang lain

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru

membantu

siswa

untuk

melakukan

refleksi

terhadap

investigasinya

dan

proses-proses

yang mereka gunakan

d.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Model PBL (Problem

Based Learning)

PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan

meminta siswa untuk berpikir tentang masalah yang diberikan dan

menganalisa data untuk mendapat solusi. PBL juga berguna untuk

mengkonstruks berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa sebagai upaya

pengembangan pengetahuan dan pengetahuan dan kemampuan metakognitif

siswa.

36

PBL dapat merangsang motivasi belajar siswa dengan memberikan

siswa skenario masalah otentik yang terhubung langsung dengan kehidupan

mereka melalui strategi kognitif dan metakognitif belajar siswa sehingga

mengembangkan kemampuan dan pengetahuan metakognitif siswa.

37

Berikut ini ada keunggulan dan kelemahan PBL. Penjelasan mengenai

keunggulan PBL adalah sebagai berikut:

38

1)

Teknik yang baik untuk memahami isi pelajaran,

2)

Menantang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru,

36

Behiye Akçay, “Problem-Based Learning in Science Eduacation”, Journal of Turkish Science Education, Vol. 6, 1 April 2009.

37 Yasemin Tas dan Semra Sungur, “The Effect of Problem

-Based Learning on Self-Regulated Learning”, Croation Journal of Education Vol. 14, 29 Maret 2012, h. 533-560.

38

(35)

3)

Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,

4)

Membantu siswa mengembangkan kemampuan mereka untuk

memahami masalah dalam kehidupan nyata,

5)

Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan baru dan

bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran,

6)

Meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar siswa,

7)

Memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang siswa miliki kedalam dunia nyata,

8)

Mengembangkan berpikir kritis siswa.

Kelebihan lainnya dari model PBL adalah sebagai berikut:

39

1)

Realistis dengan kehidupan siswa,

2)

Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,

3)

Memupuk sifat inquiry siswa,

4)

Retensi konsep jadi kuat,

5)

Memupuk kemampuan

Problem Solving.

Adapun penjelasan mengenai kelemahan model PBL adalah sebagai

berikut:

40

1)

Saat siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka siswa

akan merasa enggan dan bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

2)

Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan waktu

yang cukup panjang untuk persiapan dan pelaksanaannya,

3)

Tanpa pemahaman yang cukup, siswa tidak akan mendapati

pengalaman belajar bermakna seperti yang diharapkan.

Kekurangan lainnya dari model PBL ini adalah sebagai berikut:

41

1)

Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks,

2)

Sulitnya mecari prolem yang relevan,

3)

Sering terjadi

miss conception,

39

Trianto, op. cit., h. 96.

40

Ibid.

41

(36)

4)

Konsumsi waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan sehingga

terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.

Dari penjelasan diatas, pembelajaran PBL diharapkan dapat

membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang berbasis pengetahuan

akademik (pengetahuan deklaratif/faktual dalam pengetahuan metakognitif),

pengetahuan yang dibutuhkan untuk profesi (pengetahuan prosedural dalam

kemampuan metakognitif), dan konteks untuk memecahkan masalah

(pengetahuan kondisional dalam kemampuan metakognitif).

42

Pada

kesadaran metakognitif siswa terutama pada tingkat pengetahuan deklaratif,

pengetahuan prosedural, pengetahuan kondisional, perencanaan, monitoring,

dan evaluasi pada diri siswa. Dalam beberapa penelitian, PBL mampu

meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan metakognitif di

tingkat dasar. Penelitian juga membuktikan bahwa para siswa jauh lebih

tertarik pada solusi yang dibutuhkan dan hasil akhir permasalahan yang

diangkat bukan pada kesesuaian prosedur langkah kerja dalam mencari

solusi dan jawaban dari permasalahan yang diangkat.

43

4.

Metakognitif

Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi, atau

pengetahuan tentang pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif merupakan suatu

proses menggugah rasa ingin tahu karena metakognitif menggunakan proses

kognitif yang dimiliki untuk merenungkan proses kognitif tersebut.

44

Sedangkan

menurut John Flavell dalam Desmita, metakognitif berarti

knowing about

knowing

” (pen

getahuan tentang pengetahuan) dan menurut McDevitt dan Ormrod

dalam Desmita,

Metakognitif merupakan pengetahuan yang berisi mengenai

42 Kevin Downing, “Problem

-Based Learning and Metacognition”, As, J, Education & Learning Vol. 1(2), 2010, h. 75-96.

43 Cemal Tosun dan Erdal Senocak, “The Effects of Problem

-Based Learning on Metacognitive Awareness and Attitudes Toward Chemistry of Prospective Teachers with Different

Academic Backgrounds”, Australian Journal of Teacher Education Vol. 38, 3 Maret 2013.

44

(37)

kognitif maupun proses kognitif itu sendiri guna meningkatkan hasil pembelajaran

dan memori

”.

45

Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa

yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana

untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan

mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Metakognitif

berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang cara berpikir mereka sendiri dan

kemampuan mereka menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan tepat.

46

Sementara itu, Bouffard dkk dalam Desmita menyatakan,

Metakognitif

merupakan pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan kognitif juga penilaian diri

sebagai bentuk latihan ketika menerapkan kognitif yang diperoleh

.

47

Menurut

Gagne seperti dikutip Dewi menyatakan bahwa metakognitif berarti kemampuan

seseorang untuk mengatur alur berpikir, memutuskan, memilah, memilih, bahkan

untuk melakukan introspeksi demi perbaikan pola pikir itu sendiri dan merupakan

bagian dari pengetahuan strategi kognitif.

48

Menurut Hartman seperti dikutip

Debra McGregor,

Metakognisi sangat penting karena dapat mempengaruhi

pemahaman, retensi, dan penerapan apa yang dipelajari selain memengaruhi

efisiensi belajar, bepikir kritis, dan memecahkan masalah

.

49

Metakognitif tidak sama dengan kognitif atau proses berpikir (seperti

membuat perbandingan, ramalan, menilai, membuat sintesis atau menganalisis).

Sebaliknya, metakognitif merupakan suatu kemampuan dimana individu mencoba

untuk memahami cara ia berpikir atau memahami proses kognitif yang

dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan (

functional

planning

), pengontrolan (

self monitoring

), dan evaluasi (

self evaluation

).

50

45

Ibid.

46

Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 149.

47

Desmita, loc. cit.

48

Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. 2, h. 89.

49

Debra McGregor, Developing Thinking Developing Learning A Guide to Thinking Skills in Education, (New York: McGraw Hill, 2007), pp. 211.

50

(38)

Sasaran metakognitif mengacu kepada seorang siswa dalam mengembangkan

potensi dirinya, sehingga siswa harus:

51

a.

Mampu mengarahkan diri untuk memulai proses belajar,

b.

Mampu merefleksikan diri dengan mereview sasaran, tujuan, dan luaran

(outcome) pembelajaran yang baru,

c.

Mampu mengevaluasi diri dengan menilai pertanyaan dan memecahkan

masalah yang dihadapinya.

Hasil belajar kognitif hanya sebatas pada hasil belajar yang berkaitan

dengan kemampuan siswa terhadap suatu materi pembelajaran. Hasil belajar

kognitif versi Bloom yang terbaru terdiri atas enam ranah yaitu mengingat,

memahami, menerapkan, menganalisis, sintesis, dan evaluasi.

52

Sedangkan hasil

belajar dari pengetahuan metakognitif berkaitan dengan hasil belajar terhadap

berbagai pengetahuan akan tugas kognitf dengan harapan siswa dapat mengalami

peningkatan akan hasil belajar kognitif. Hasil belajar pengetahuan metakognitif

terdiri atas tiga ranah yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan

pengetahuan kondisional.

53

Oleh karena itu, antara hasil belajar kognitif dengan

hasil belajar pengetahuan metakognitif memiliki kesinambungan antara keduanya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa metakognitif adalah

pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau pengetahuan tentang

pikiran dan cara kerjanya. Metakognitif merupakan suatu proses menggugah rasa

ingin tahu karena metakognitif menggunakan proses kognitif untuk merenungkan

proses kognitif. Metakognitif dapat memandu siswa dalam menata suasana dan

menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif di masa mendatang.

Metakognitif sendiri terdiri atas pengetahuan metakognitif dan aktivitas

metakognitif. Pengetahuan metakognitif meliputi usaha monitoring dan refleksi

atas pikiran-pikiran saat ini. Refleksi tersebut membutuhkan pengetahuan faktual

tentang tugas, pengetahuan strategis, dan tujuan dari pengetahuan strategis dan

51

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, op. cit., h. 151. 52

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl (eds), op.cit., h. 100. 53

(39)

pengetahuan faktual yang berisi mengenai bagaimana dan kapan menggunakan

prosedur tertentu untuk memecahkan masalah. Sedangkan aktivitas metakognitif

meliputi penggunaan

self awareness

dalam menata dan menyesuaikan strategi

yang digunakan selama berpikir memecahkan masalah.

Menurut Veenman, Van Hout-Wolters, dan Afflerbach dalam Patcharee

Rompayom metakognitif berkaitan dengan kesadaran metakognitif, pengetahuan

metakognitif, percobaan metakognitif, metamemori, kemampuan metakognitif,

metakomponen, strategi pembelajaran, pengamatan komprehensif, kemampuan

berpikir tingkat tinggi, dan kemampuan regulasi.

54

a.

Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif melibatkan tiga macam pengetahuan,

diantaranya:

55

1)

Pengetahuan Deklaratif

Pengetahuan deklaratif berkenaan dengan pengetahuan kepada

pembelajar untuk mencari informasi/sumber informasi yang

dibutuhkan sebagai usaha dari tugas yang diberikan. Pengetahuan

tersebut mengenai:

a)

Maksud dari tugas tersebut (tujuan/sasaran kecakapan seperti

apa yang diinginkan dari tugas yang telah diberikan.

b)

Mengenai tuntutan tugas (sumber informasi-informasi apa saja

dan tindakan apa saja yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu

masalah).

c)

Mengenai dasar dari tugas (berkaitan dengan hal apa saja tugas

tersebut).

2)

Pengetahuan Prosedural

Berkenaan dengan pengetahuan/keyakinan mengenai pendapat pribadi

terhadap tugas yang diberikan. Sebuah tanggapan/pendapat pribadi

siswa sebagai salah satu kecakapan siswa untuk mengungkap

54

Ibid., pp. 1.

55

(40)

bagaimana melakukan suatu hal agar memperoleh pengetahuan yang

relevan.

3)

Pengetahuan Kondisional

Berkenaan dengan pengetahuan mengenai kapan dan mengapa

menggunakan strategi tersebut untuk memecahkan suatu masalah.

Pengetahuan dalam situasi ini biasanya menggunakan kemampuan

yang spesifik seperti teknik dan metode tertentu.

Pengetahuan metakognitif lainnya menurut Lorin W. Anderson

adalah:

56

1)

Pengetahuan Strategi

Pengetahuan strategi adalah cara berpikir seseorang dalam

menentukan langkah, strategi, atau memilih teknik dan teori dalam

mengatasi suatu masalah. Pengetahuan strategi berkaitan dengan

mengingat, menyusun inti sari bacaan, membaca buku teks, dan

sebagainya.

2)

Pengetahuan Tugas Kognitif

Pengetahuan tugas kognitif kemungkinan bisa lebih mudah atau lebih

sulit dari pengetahuan strategi. Pengetahuan tugas kognitif berkenaan

dengan mengingat dan menentukan suatu tugas. Pemilihan dan

penyesuaian pengetahuan tugas kognitif sering kali memerlukan

penyesuaian seseorang terkait dengan kondisi, situasi, lokasi, atau

keadaan sesuatu yang berbeda.

3)

Pengetahuan Diri

Pengetahuan untuk mengukur kekuatan dan kemampuan dirinya untuk

mengatasi kelemahan dirinya. Pengetahuan diri ini tidak hanya

menyangkut diri sendiri, tetapi seseorang dapat mengenali orang lain,

sekelompok atau masyarakat tertentu untuk dikaji sebagai

pengetahuan.

56
(41)

B.

Konsep Virus

Konsep Virus adalah konsep yang dipelajari di kelas X SMA pada semester

ganjil (1). Dalam buku panduan kurikulum 2013, konsep ini masuk dalam

kompetensi inti mengenai pemahaman prinsip-prinsip pengelompokkan mahluk

hidup. Sedangkan kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan

peran virus bagi kehidupan, membuat usulan tindakan preventif untuk

meminimalisir dampak infeksi virus dan menjelaskan peran virus dalam rekayasa

genetika, dan merancang model dan menyajikan replikasi virus.

57

Virus lebih kecil dan lebih sederhana dari bakteri. Tanpa struktur dan

mekanisme metabolisme yang ditemukan dalam sel, sebagian esar virus tidak leih

kecil dari gen-gen yang dikemas dalam selubung protein. Pada awalnya, virus

dianggap sebagai zat kimiawi biologis. Virus disebut juga sebagai racun karena

virus mampu menyebabkan berbagai macam penyakit dan dapat menyebar di

antara organisme, para peneliti pada akhir 1800-an menganggap ada kesamaan

dengan bakteri dan mengajukan virus sebagai bentuk kehidupan yang paling

sederhana. Akan tetapi, virus tidak dapat bereproduksi atau melaksanakan

aktivitas metabolisme di luar sel inang. Sehingga para peneliti hingga saat ini

menyetujui bahwa virus tidak hidup, namun berada di wilayah abu-abu antara

bentuk kehidupan dan zat kimiawi.

58

Virus adalah genom asam nukleat yang berukuran kecil yang terbungkus

dalam kapsid protein dan terkadang amplop bermembran yang mengandung

protein-protein virus yang membantu virus memasuki sel-sel. Genom mungkin

berupa DNA atau RNA beruntai tunggal atau beruntai ganda.

59

Virus dapat

memperbanyak jumlahnya dengan cara replikasi virus. Replikasi virus dibagi

menjadi dua cara yakni daur litik dan daur lisogenik.

60

Virus dapat menyebabkan

penyakit pada hampir seluruh mahluk hidup. Namun virus juga dapat digunakan

sebagai bahan penelitian mengenai mekanisme molekular proses-proses

57

Pedoman Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia.

58

Neil A. Campbell dan Jane B. Reece, Biology I, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 412.

59

Ibid., h. 426.

60

(42)

fundamental replikasi, transkripsi, dan translasi DNA. Virus juga digunakan

sebagai penelitian mengenai perkembangan teknik manipulasi dan teknik

mentransfer gen dari satu organisme ke organisme lain.

61

C.

Hasil Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zaenudin menyimpulkan bahwa

kemampuan metakognitif siswa MA Manaratul Islam Jakarta dapat dikembangkan

melalui pembelajaran Metode

Problem Solving

.

62

Penelitian berikutnya yang

dilakukan oleh Eka Sastrawati dkk menyimpulkan bahwa penggunaan model PBL

dan strategi metakognisi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Tungkal Ulu Tebing

Tinggi memberi pengaruh terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

Dan dari hasil penelitian ini menyebutkan bahwa keunggulan penggunaan model

PBL dalam pembelajaran dipengaruhi oleh variabel strategi metakognisi.

63

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kevin Downing menyimpulkan

bahwa perubahan yang signifikan terhadap kemampuan dan keterampilan

metakognitif mahasiswa Hong Kong University dengan penerapan model

pembelajaran PBL yang menggunakan berbagai jenis isu sosial sebagai pokok

permasalahannya. Dengan menggunakan model pembelajaran PBL mahasiswa

juga diajarkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam

dirinya. Selain itu juga model pembelajaran PBL mampu meningkatkan minat dan

motivasi mahasiswa karena jenis persoalan yang coba diangkat saat penerapan

PBL sangat menarik dan dekat dengan kehidupan nyata.

64

Penelitian

selanjutnya

yang

dilakukan

oleh

I

Gambar

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning)
Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 3.3 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan 61% lainnya masih belum meme- nuhi KKM. Nilai terendah pada tes awal adalah sebesar 48, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Berdasarkan

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu guru sebagai pihak yang diajar. Dari suatu proses belajar mengajar iniakan memperoleh

Dari hasil penilaian diperoleh data motivasi belajar siswa setelah diberi perakuan nilai tertinggi adalah 80 dan terendah 70 dan dapat diambil kesimpulan bahwa

sedangkan 61% lainnya masih belum meme- nuhi KKM. Nilai terendah pada tes awal adalah sebesar 48, sedangkan nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90. Berdasarkan

Setelah pelaksanaan tindakan siklus I, pembelajaran dilaksanakan dengan meng- gunakan model Problem Based Learning (PBL) menunjukkan adanya peningkatan pe- mahaman

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemahaman konsep matematis tes akhir siswa dalam penerapan strategi pembelajaran

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning disertai media video pada ranah kognitif dapat meningkatkan

Setelah dilakukan postes, hasil pemberian postes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung = 5,428 sedangkan ttabel = 1,671, karena thitung > ttabel, dan menggunakan