• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA

PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK

INDONESIA

OLEH

LIDYA THERESIA BANGUN 100502070

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai

dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”

Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta Irwan Petrus Bangun dan Lasniroha Sagala yang senantiasa mendoakan, mencukupi segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang

selalu menyertai perjalanan hidup penulis.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dra. Marhayanie, M.Si, selaku ketua dan

sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si,

selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi

(5)

4. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak., selaku Dosen Pembimbing

penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Ibu Dra.Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang

banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Kakak dan adik-adikku tersayang (Citra Maria Bangun, Fransiska Nirmala

Bangun, Erika Valentine Bangun, Christa Bella Bangun, dan Meilan Sagala),

serta pamanku Rudy Markus Sagala yang telah memberikan dukungan moril

dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

7. Sahabat-sahabat terbaikku Nona Siswanto, Lidya Vie, Ristha, dan Masta.

Sahabat Onara (Abet hth, Afriani Desy, Agelina, Annie Maria, dan Ariyanti),

8. Saudara-saudari dalam KMK St.Ignatius Loyola, UKM KMK St. Albertus

Magnus, dan Selsiloam, dan teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan,

memberi semangat, dan menghibur selama ini.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan

mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, Agustus 2014

Lidya Theresia Bangun

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Good Corporate Governance ... 9

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 9

2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 11

2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 12

2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance ... 13

2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance ... 15

2.1.5.1 Komisaris Independen ... 15

2.1.5.2 Komite Audit ... 16

2.1.5.3 Kepemilikan Institusional ... 16

2.2 Profitabilitas ... 17

2.2.1 Pengertian Profitabilitas ... 17

2.2.2 RasioProfitabilitas ... 18

2.2.2.1 Return On Asset (ROA) ... 19

2.2.2.2 Return on Equity (ROE) ... 19

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ... 19

2.3 Leverage ... 20

2.4 Ukuran (Size) Perusahaan ... 21

2.5 Penelitian Terdahulu ... 22

2.6 Kerangka Konseptual ... 25

2.7 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.3 Batasan Operasional ... 28

3.4 Definisi Operasional ... 29

(7)

3.6 Jenis Data ... 33

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.8 Teknik Analisis Data ... 34

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.8.2 Analisis Statistik Regresi Linear Berganda ... 34

3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 38

3.8.4.1 Uji Serempak (Uji-F) ROA ... 39

3.8.4.2 Uji Serempak (Uji-F) ROE ... 40

3.8.4.3 Uji Parsial (Uji-t) ROA ... 41

3.8.4.4 Uji Parsial (Uji-t) ROE ... 42

3.9 Koefisien Determinasi (R2) ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 45

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan di Indonesia ……… 45

4.2 Hasil Penelitian……… 54

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 54

4.2.2 Analisis Statistik……… 56

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ………. 56

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ………. 69

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis……… 70

4.3 Pembahasan ………. 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86

5.1 Kesimpulan……….. 86

5.2 Saran……… 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(8)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September

2013... 4

1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013... ... 4

1.3 Kinerja Keuangan dan GCG Beberapa Perusahaan Tambang ... 6

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 22

3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 32

3.2 Hubungan Antar Variabel... 44

4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 54

4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ROA ... 60

4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ROE ... 60

4.4 Glejser Test ROA ... 61

4.5 Glejser Test ROE ... 61

4.6 Hasil Runs Test ROA... 63

4.7 Hasil Runs Test ROE ... 63

4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ROA ... 64

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ROE ... 65

4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROA) ... 66

4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROE) ... 68

4.12 Hasil Uji-F ROA... 70

4.13 Hasil Uji-F ROE ... 71

4.14 Hasil Uji-t ROA ... 73

4.15 Hasil Uji-t ROE ... 74

4.16 Variables Entered/Removed (ROA) ... 76

4.17 Variables Entered/Removed (ROE) ... 76

4.18 Hubungan Antarvariabel ... 77

4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA ... 77

4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE ... 78

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ………. 27

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Perusahaan Pertambangan Terbuka yang Menjadi Sampel di Bursa Efek Indonesia Periode

2010-2012 ……….. 89

2 Data Profitabilitas dan GCG Perusahaan

Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

Periode 2008-2012 ...……….... 78

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK

EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini, dalam era globalisasi dan pasar terbuka, perusahaan dituntut

untuk mampu menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif agar dapat

meningkatkan kepercayaan investor terhadap berbagai sektor bisnis yang ada di

Indonesia. Kepercayaan investor ini diperoleh dengan meyakinkan investor bahwa

dana yang diberikan investor tersebut digunakan secara tepat dan seefisien

mungkin serta memastikan manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan

perusahaan.

Salah satu tujuan penting perusahaan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham melalui peningkatan nilai

perusahaan (Bringham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan dapat

dicapai dengan menciptakan keunggulan bersaing secara berkesinambungan

sehingga nantinya dapat mencapai laba yang ditargetkan. Laba tersebut akan

dibagikan kepada investor/pemegang saham sehingga tujuan tadi tercapai. Salah

satu cara yang dapat perusahaan pakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah

dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). (Steger dan amann,

2008: 24)

Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola

perusahaan yang baik merupakan alternatif terbaik yang dapat perusahaan lakukan

untuk menciptakan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja

(14)

menguntungkan diri sendiri, dan yang utama penerapan GCG dapat meningkatkan

kepercayaan investor. GCG penting untuk memperbaiki citra perusahaan,

khususnya bagi perusahaan publik di Indonesia yang dikenal praktik korupsinya

masih sangat tinggi. Tingginya tingkat korupsi yang terjadi ini merupakan

indikasi bahwa penerapan GCG masih lemah di Indonesia. Ini membuktikan

bahwa pengabaian terhadap GCG tidak hanya berakibat negatif pada kinerja

perusahaan tetapi juga perekonomian nasional.

Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem

yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah

(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam

konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh

informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban

perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat

waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan,

kepemilikan, dan stakeholder (Steger dan Amann, 2008: 4).

Dalam Good Corporate Governance (GCG) terkandung empat prinsip

positif bagi pengelolaan perusahaan, yaitu: transparansi (transparency),

akuntanbilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan

kewajaran (fairness). Dengan prinsip yang terkandung tersebut membuat GCG

menjadi salah satu faktor penting bagi investor dalam hal berinvestasi di suatu

perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk

memberikan kemajuan terhadap kinerja perusahaan, salah satunya adalah

(15)

laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi, terutama melihat

profitabilitas perusahaan. (Sutedi, 2012: 4)

Secara umum, profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan

perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Profitabilitas dapat

diukur (Sinuraya, 1999:30) melalui kemampuan perusahaan mempertahankan

kebijakan dividen yang stabil sementara pada saat yang sama dapat

mempertahankan kenaikan kekayaan pemilik (pemegang saham) dalam

perusahaan.

Profitabilitas dapat dianalisis dengan beberapa metode perhitungan rasio,

yakni Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dapat dihitung

dengan membandingkan laba bersih dan total aset. Semakin tinggi rasio ini,

berarti berarti perusahaan semakin efektif menggunakan aktiva yang dimilikinya

untuk menghasilkan laba (Van Horne dan Wachowicz, 2005: 224). ROE dapat

dihitung dengan membandingkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham. ROE

yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang

investasi yang baik dan manajemen yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan

telah memilih untuk menerapkan tingkat upah yang tinggi berdasarkan standar

industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan

yang berlebihan. (Van Horne dan Wachowicz, 2005:226).

Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun

2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah

kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG

(16)

menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan

peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan

mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.

Perusahaan tambang merupakan salah satu industri yang paling diminati

investor untuk menginvestasikan modalnya. Data dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sektor pertambangan masih menjadi

sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan

realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5 Makanan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Listrik, Gas, dan Air

Pertambangan

Tanaman Pangan dan Perkebunan

48.421,42 41.445,53 38.236,21

31.750,02

31.458,20

catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:

Tabel 1.2

Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5 Pertambangan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Kimia dan Farmasi

Logam, Mesin, dan Elektronik Listrik, Gas, dan Air

14.891,57

13.129,08 8.172,86 8.142,00 7.029,87

catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:

Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman

(17)

tabel realisasi investasi dalam negeri dapat dilihat bahwa sektor pertambangan

berada di posisi keempat dengan total investasi sebesar Rp 31.750,02 miliar,

sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di

posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini

menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling

diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun

terakhir, khususnya para pemilik modal asing.

Dari tabel tersebut kita ketahui bahwa industri ini memerlukan investasi

yang besar sehingga diperlukan pengelolaan yang baik yang dapat meningkatkan

nilai maupun kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan mudah untuk

menarik investor menanamkan modalnya di perusahaan. Pada periode 2010

sampai 2012 terdapat beberapa perusahaan dalam industri ini yang mengalami

fluktuasi kinerja yang diproksikan dengan menggunakan indikator rasio keuangan

Return on Asset (ROA). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kinerja dan GCG

pada beberapa perusahaan tambang.

Tabel 1.3

Kinerja Keuangan dan Mekanisme Good Corporate Governance Beberapa Perusahaan Pertambangan Terbuka

(18)

Sumber(Data Diolah)

Tabel 1.3 memperlihatkan bagaimana profitabilitas dan pengelolaan

perusahaan (GCG) beberapa perusahaan tambang. Pada tabel tersebut kita lihat

bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA mengalami fluktuasi baik

penurunan maupun peningkatan. Misalnya pada perusahaan Bumi Resources

Tbk., terdapat penurunan ROA dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yaitu sebesar

3,55% pada tahun 2010, 2,88% pada tahun 2011, dan -9,59 pada tahun 2012.

Padahal bila kita lihat dari jumlah keanggotaan komite audit sudah dapat

dikatakan baik, sesuai dengan Surat Edaran BEJ SE-008/BEJ/12-2001. Dalam

Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari

sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite.

No. Nama Perusahaan Tahun ROA (%)

Good Corporate Governance (GCG) Komisaris Independen (%) Komite Audit (Orang) Kepemilikan Institusional (%)

1. Bumi Resources Tbk. 2010 3,55 25 4 5,16

2011 2,88 25 3 29,18

2012 -9,59 25 3 29,18

2. Darma Henwa Tbk. 2010 0,13 50 3 47,33

2011 -5,92 50 3 47,33

2012 -9,43 33 3 39,29

3. Delta Dunia Makmur Tbk.

2010 -2,08 20 3 40,05

2011 -0,81 23 3 40,05

2012 -1,32 36 3 39,96

4. Medco Energi Internasional Tbk.

2010 3,65 22 5 50,88

2011 3,62 18 5 58,19

2012 0,23 18 5 57,50

5. MYOH Technology Tbk.

2010 11,49 28 3 83,39

2011 -0,78 22 3 69,48

2012 2,80 25 3 78,14

6. Cita Mineral Investindo

2010 6,99 50 3 96,53

2011 14,89 33 3 96,53

(19)

Pada perusahaan MYOH Technology Tbk., pada tahun 2010 sampai 2011

terjadi penurunan ROA yang drastis, yaitu dari 0,13% menjadi -5,92. Hal ini

dipengaruhi oleh penurunan komisaris independen dari 28% menjadi 22%, yang

berarti bahwa pengawasan di perusahaan berkurang. Dan juga penurunan dari

kepemilikan institusional dari 83,39% menjadi 69,48%, yang berarti bahwa

institusi yang menanamkan investasi di perusahaan berkurang persentasinya.

Fenomena yang terjadi di perusahaan ini sesuai dengan teori yang telah

dikemukakan sebalumnya tentang GCG yang mempengaruhi profitabilitas

perusahaan.

Profitabilitas yang buruk pada perusahaan tambang ini juga menarik untuk

diperhatikan mengingat bahwa perusahaan pada industri tambang mengeruk

kekayaan alam Indonesia yang telah tersedia. Hal ini mungkin disebabkan karena

masih lemahnya partisipasi pelaku industri pertambangan dalam

mentransparansikan pembayaran setoran penerimaannya kepada negara. Di mana

salah satu hasil laporan menyatakan bahwa Pemerintah mencatat penerimaan

pajak penghasilan Rp 2,93 trilyun lebih dari apa yang dilaporkan dibayar oleh

perusahaan pertambangan. Penyebab perbedaan ini yang terbesar adalah berasal

dari dua perusahaan batubara besar di Indonesia yang merupakan anak usaha

Bumi Resources. (Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif,

www.pwyp-indonesia .org)

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibuktikan apakah penerapan GCG

dapat meningkatkan profitabilitas keuangan. Sehingga penulis tertarik untuk

(20)

Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tambang di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti

merumuskan masalah, yaitu: “apakah ada pengaruh antara mekanisme Good

Corporate Governance (GCG) terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi

pada ROA dan ROE?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah

ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap

Profitabilitas (ROA dan ROE).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan

GCG terhadap profitabilitas serta sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang

telah diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam hal penelitian.

2. Bagi Perusahaan-perusahaan di Indonesia

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi para pemangku

(21)

seberapa besar pengaruhnya terhadap profitabilitas sehingga mampu

meningkatkan nilai perusahaannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan untuk mengembangkan

penelitian yang berkenaan dengan pengaruh penerapan GCG terhadap

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance (GCG)

2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang

Good Corporate Governance, ditetapkan, yang dimaksud dengan Corporate

Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN

untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan nilai-nilai etika. Organ adalah Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), komisaris dan Direksi untuk Perusahaan Perseroan (PERSERO), dan

Pemilik Modal, Dewan Pengawas dan Direksi untuk Perusahaan Umum

(PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN). BUMN wajib menerapkan GCG

secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.

Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang

dimaksud dengan Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme yang

mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan

berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Pengertian Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur, sistem, dan

proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebgai upaya untuk memberi

(23)

tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika,

budaya dan aturan berlaku lainnya.

Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate

Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai

keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Adapun Center for

European Policy Study (CEPS), memformlasikan GCG adalah seluruh sistem

yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di

dalam maupun di luar manajemen perusahaan, dengan catatan bahwa hak di sini

adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu

stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult, mendefinisikan

GCG adalah menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh

pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi

nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. (Sutedi, 2012:1)

Sementara itu, OECD (Organization for Economic Co-Operation and

Development) memberikan pengertian GCG sebagai suatu bentuk hubungan

antara manajemen suatu perusahaan, board of directors, pemegang saham, dan

stakeholder lainnya. Hubungan ini meliputi berbagai aturan dan insentif

terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang pasti, dan cara mencapai tujuan

serta pengawasan kinerja perusahaan. Corporate Governance yang efektif

menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian

perusahaan, sehingga dapat ditekan seminimal mungkin peluang-peluang

terjadinya korupsi, penyalahgunaan wewenang masing-masing organ perusahaan,

(24)

penggunaan aset dan sumber daya lainnya, sehingga dicapai hasil uasaha yang

maksimal. (Sutedi, 2012:30)

2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Sutedi (2012:4), unsur-unsur GCG secara umum adalah sebagai

berikut:

1. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan

menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

2. Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang

terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang

menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan

perusahaan.

3. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta

mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen

dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya

peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai

sosial.

Sementara dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002)

tentang Good Corporate Governance, prinsip-prinsip GCG adalah:

1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan

(25)

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban

Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;

pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

korporasi yang sehat;

4. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi

hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance (GCG)

Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI), penerapan

GCG dalam rangka pemenuhan kepatuhan, atau karena kebutuhan, maupun

memanfaatkan pembelajaran yang ada, dapat memberikan manfaat bagi

perusahaan antara lain:

a. Mempertahankan going concern perusahaan

b. Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar

c. Mengurangi agency cost dan cost of capital

d. Meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders

e. Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum, dan

(26)

Penerapan GCG juga memberikan manfaat kepada organ dan anggota

perusahaan dalam mendukung pencapaian kinerja perusahaan, pemenuhan

akuntabilitas, mengurangi agency cost, menjaga independensi dan

profesionalisme organ dan anggota perusahaan, memenuhi kepatuhan, mengelola

risiko dan hal-hal yang berdampak pada kesinambungan perusahaan, serta

mewujudkan hubungan kerja yang beretika, adil dan bermartabat. (IICG: 2013)

Bagi mitra bisnis dan para pihak yang berkepentingan lainnya

(stakeholders), mendapatkan manfaat dari perusahaan yang telah menerapkan

GCG yaitu jaminan produk dan layanan yang berkualitas, komitmen dalam

praktik bisnis yang beretika dan memenuhi tingkat kepatuhan yang baik,

komitmen dalam ketepatan dan kewajaran pemenuhan perjanjian bisnis/kerja dan

proses pengadaan, keterbukaan informasi dan menerima keluhan serta saran dan

masukan dari stakeholders.

Komitmen para pengelola terhadap penerapan GCG dan bisnis yang

beretika dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya dunia bisnis yang

terpercaya dan bermartabat sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri

secara khusus dan perekonomian nasional.

2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan

terhadap perusahaan sebagai berikut (Surya, 2008:68):

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing;

(27)

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi

perusahaan;

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap

perusahaan;

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder

secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu

perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.

Sementara tujuan GCG menurut Keputusan Menteri nomor 11 tahun 2002

tentang Good Corporate Governance, yaitu:

1. Penerapan GCG pada BUMN, bertujuan untuk; memaksimalkan nilai BUMN

dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat

dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing

yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,

serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ;

3. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan

dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial

BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar

BUMN;

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;

(28)

6. Mensukseskan program privatisasi.

2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance 2.1.5.1 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota

manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang

berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas

dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Di Indonesia,

dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat

menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau

sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering

kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi

masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila

perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang

mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan

dapat merugikan kepentingan pemegang saham (minoritas) serta para stakeholder

lainnya. (Sutedi, 2012:134-135)

Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral

terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan

perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk memiliki komisaris independen

sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih

dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai

(29)

2.1.5.2 Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan

prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan

pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi

direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas

penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki

kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.

Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan

komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk

membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu,

pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. (Sutedi, 2012:142)

2.1.5.3. Kepemilikan Institusional

Kebanyakan pemegang saham perorangan kurang mempedulikan hak-hak

mereka seperti menggunakan hak suara dan mengawasi kegiatan board of director

dan manajemen perusahaan, ini dikarenakan jumlah saham yang mereka miliki

relatif kecil, hal ini berbeda dengan institusional ownership yang memiliki jumlah

saham yang relatif besar. Oleh karena itu, peran institusional ownership dalam

perwujudan CG semakin meningkat karena dapat mengurangi agency problem

dengan cara melakukan pengawasan yang lebih efektif. (Bathala et al. dalam

(30)

2.2 Profitabilitas

2.2.1 Pengertian Profitabilitas

Menurut Kasmir (2008:196), profitabilitas merupakan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu, sebab untuk

dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan

yang menguntungkan/profitable. Oleh karena itulah, para pemilik maupun pihak

manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena mereka

menyadari betul pentingnya keuntungan ini bagi masa depan perusahaan. Dari

kemampuan ini dapat juga digambarkan bagaimana efektivitas manajemen

perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya.

Sumber daya yang ada dalam perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya diberdayakan

sedemikian rupa untuk menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa profitabilitas itu merupakan perbandingan antara laba

dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.

Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari

kinerja perusahaan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance

menyebutkan, profitability is the result of a large number of policies and

decision. Profitabilitas menjadi sebuah indikator dalam kinerja keuangan

perusahaan jangka panjang. Dan kinerja keuangan ini nantinya dapat dilihat

melalui analisis laporan keuangan.

Profitabilitas suatu perusahaan juga menjadi dasar dalam pembagian

(31)

mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang ditanamkannya dalam

perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menarik hati para investor untuk

menanamkan sejumlah dana untuk memperluas usaha, sebaliknya profitabilitas

yang rendah menyebabkan para investor bisa saja menarik dananya dari

perusahaan.

Profitabilitas yang tinggi juga akan menunjukkan apakah perusahaan

tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Karena itu,

perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup

perusahaannya terjamin. Sehingga berdasarkan gambaran di atas, dapat kita

simpulkan bahwa profitabilitas berbicara tentang tingkat kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan

sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan,

jumlah aktiva, maupun modal sendiri.

2.2.2 Rasio Profitabilitas

Oleh karena profitabilitas dipandang sebagai salah satu dasar penilaian

kondisi perusahaan, maka dibutuhkan alat analisis untuk dapat menilainya. Rasio

profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas

manajemen dalam mengelola perusahaannya. Hasil pengukuran ini dijadikan alat

untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah telah berjalan secara efektif atau

tidak. Jika pada akhirnya didapati kegagalan dalam mencapai target, maka harus

diselidiki di mana letak kesalahannya untuk dijadikan acuan dalam merencanakan

(32)

kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya

manusia, dan operasional.

Ada beberapa rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas

menurut Kasmir (2008), yaitu:

2.2.2.1 Return On Asset (ROA)

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.

Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih

cepat berputar dan meraih laba.

2.2.2.2 Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) ini mengukur kemampuan perusahaan

menyediakan pendapatan bagi para pemilik saham atas modal yang mereka

investasikan di dalam perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas suatu usaha.

Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula

tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang saham.

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi

pihak luar perusahaan (Kasmir, 2008 :197), antara lain:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

(33)

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal sendiri.

7. dan tujuan lainnya.

Manfaat yang diperoleh adalah :

1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode

2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang

3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu

4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri

5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri

6. manfaat lainnya.

2.3 Leverage

Leverage keuangan dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial

biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba

sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan

(Warsono, 2003: 217). Leverage (Sadalia, 2010 : 128) digunakan untuk

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana

yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi

pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat

(34)

saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh.

Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta

semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.

Salah satu rasio yang digunakan dalam menghitung leverage perusahaan

adalah Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini

dicari dengan cara membandingkan seluruh hutang perusahaan dengan seluruh

ekuitasnya. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan sebagai

jaminan utang. Bagi bank (kreditur) semakin besar rasio ini, akan semakin tidak

menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan

yang mungkin terjadi di perusahaan.

Namun bagi perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin baik.

Sebaliknya dengan rasio yang rendah, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat

pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi

peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini

juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan

perusahaan.

2.4 Ukuran (Size) Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan

kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar

(35)

digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa

besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal

yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,

dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam

masyarakat. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan

total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan

dan kapitalisasi pasar.

[image:35.595.115.512.354.759.2]

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N o. Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1. Renny Nur’ainy et al. (2013)

Implementation of Good Corporate Governance and

Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of Firm Size (Empirical Study from Indonesia) Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Perantara: Firm size Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan (EVA) Path Analysis Penerapan GCG mempengaruhi secara langsung kinerja perusahaan, dan juga kinerja perusahaan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

2. Duc Vo dan Thuy Phan (2013) Corporate Governance And Firm Performance: Empirical Evidence From Vietnam Variabel Independen: Corporate Governance (ukuran komisaris, komisaris wanita, dualitas CEO, tingkat pendidikan komisaris, kepemilikan komisaris) Variabel

(36)

perusahaan (ROA) 3. Diah

Nurriza et al. (2012)

Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Dependen: Kinerja keuangan dengan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas, dan pasar. Teknis regresi linear sederhana dan uji-t Hasil penelitian menunjukkan penerapan GCG memberikan pengaruh signifikan pada kinerja keuangan yang diukur dengan rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan pasar. Tetapi pada rasio profitabilitas, GCG tidak memberikan pengaruh signifikan. 4. Elvi

Rahmayant i (2012) Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011) Variabel Independen: corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, kualitas auditor, ukuran perusahaan) Variabel Dependen: manajemen laba yang diukur dengan absolute discretionary accrualsdan kinerja perusahaan (reported performance and

unmanaged performance) Regresi berganda Pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengaruh mekanisme

corporate

governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 5. Dian

Prasinta (2012)

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Variabel

Independen: Good Corporate Governance (skor CGPI)

Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (return on assets

(ROA), return on equity (ROE) dan

Regresi Berganda

Tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate

Governance dengan return on assets, namun terdapat hubungan positif antara Good Corporate

(37)

Tobin’s Q) return on equity, dan tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate

Governance dengan tobin’s Q.

6. Maringan Hutagalun g (2012)

Pengaruh

Corporate Governance dan

Market Competition Terhadap Produktivitas Perusahaan Variabel Independen: CG (insider ownership, institutional ownership, number of director, non executive director) dan

Market Competition Variabel Dependen: Produktivitas Regresi Berganda Produktivitas dipengaruhi oleh Corporate Governance, khususnya untuk pengukuran insider ownership dan

institutional ownership yang berhubungan positif, dan non executive

berhubungan negatif.

7. Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar (2011) Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance

terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per

Share Pada Perusahaan yang Terdaftar

di Corporate Governance Perception Index Variabel Independen: Good Corporate Governance (GCG) Variabel

Dependen: Return on Assets (ROA),

Net Profit Margin

(NPM), dan

Earning Per Share (EPS)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana. GCG tidak berpengaruh secara Parsial terhadap ROA, tetapi berpengaruh terhadap NPM dan EPS secara parsial. ROA tidak dapat dijelaskan oleh GCG, sementara NPM dan EPS dapat dijelaskan.

8. Okky Andriyan dan Supatmi (2010) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Variabel Independen: Corporate Governance (kepemilikan manajerial, proporsi outside directors, dan jumlah board of directors (BOD)) Variabel kontrol: ukuran BPR dan umur BPR Variabel

Dependen: kinerja keuangan (rasio NPL, KPMM, LDR, dan ROA)

Analisis regresi berganda Mekanisme CG secara simultan berpengaruh terhadap rasio NPL, KPMM, dan ROA. Secara parsial, kepemilikan manajerial dan proporsi outside directors

menunjukkan pengaruh negatif terhadap rasio NPL dan ROA, sedangkan jumlah BOD

(38)

9. Endang Kemalasari (2009)

Pengaruh Penerapan Good

Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: GCG (dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan komite audit) Variabel Dependen: Kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO)

Teknis regresi linear berganda.

Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukan bahwa secara simultan dan parsial GCG (dewan komisaris,

kepemilikan institusional, dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO), bahkan komite audit

mempunyai pengaruh yang negatif terhadap NPM serta kepemilikan institusional terhadap ROE. 10 . Rob Bauery, Nadja Gäunsterz, dan Roger Otten (2003) Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe (The Effect on Stock Returns, Firm Value and

Performance) Variabel Independen: Corporate Governance Variabel Dependen: kinerja keuangan (NPM dan ROE) Regresi Berganda Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap NPM dan ROE

2.6 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka, dapat

diketahui bahwa GCG merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana

organisasi dioperasikan dan dijalankan dengan baik karena GCG sebagai sarana

interaksi yang mengatur antar struktur dan mekanisme yang menjamin adanya

kontrol, namun tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan. Sebuah

perusahaan akan mengalami peningkatan kinerja jika menerapkan GCG.

Dengan adanya Good Corporate Governance di mana digambarkan

dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional,

(39)

independen memegang peranan penting dalam implementasi Good Corporate

Governance karena merupakan inti dari Good Corporate Governance yang

bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Dewan komisaris juga

bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.

Komite audit yang bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan

menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan

terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. Kepemilikan

institusional yang tinggi menunjukkan semakin meningkat pengawasan pihak

eksternal terhadap perusahaan. Jadi semakin besar persentase proporsi komisaris

independen dan kepemilikan institusional serta dengan adanya komite audit, maka

akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap operasional perusahaan, yang pada

akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Kemalasari, 2009: 53). Bentuk

[image:39.595.117.507.483.706.2]

kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Good Corporate Governance (GCG):

 Komisaris Independen (X1)  Komite Audit (X2)

 Kepemilikan Institusional (X3)

Profitabilitas:

Return on Asset (Y1)  Return on Equity (Y2)

Variabel Kontrol:

Leverage (Debt to Equity Ratio-DER)

(40)

2.7 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatif asosiatif, karena

penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara GCG terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian eksplanatif asosiatif

adalah penelitian di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam

hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:11).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet dengan

situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan bulan

Agustus 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(independent variabel), variabel kontol, dan variabel terikat (dependent

variabel). Variabel bebasnya adalah Good Corporate Governance (GCG)

yang diproksikan dengan komisaris independen, komite audit, kepemilikan

institusional. Variabel bebas terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return

(42)

Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran

perusahaan.

b. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan

keuangan dan laporan tahunan pada tahun 2010-2012 yang dipublikasikan

melalui website resmi Bursa Efek Indonesi

perusahaan yang bersangkutan.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada

variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable

dari penelitian ini dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvi

Rahmayanti (2012) dan Maringan Hutagalung (2012) adalah Good

Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan:

1. Komisaris Independen

Secara sederhana, komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan

anggota manajemen yang tidak berhubungan dengan suatu perusahaan yang

mengawasi pengelolaan perusahaan. Keberadaan komisaris independen

diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh

direksi. Komisaris independen diukur dari persentase komisaris independen

(43)

Komisaris Independen = ∑Komisaris Independen ∑Anggota dewan komisaris

2. Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang dibentuk oleh komisaris independen

untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian terhadap pelaksanaan fungsi direksi

dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting

berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki

kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit diukur

dengan melihat jumlah anggota komite audit (Siallagan dan Machfoedz, 2006):

Komite Audit= anggota komite audit

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merepresentasikan kepemilikan perusahaan (dalam

penelitian ini sektor tambang) oleh institusi-institusi. Penggunaan kepemilikan

institusional sebagai salah satu komponen GCG telah digunakan dalam berbagai

penelitian seperti pada penelitian Hutagalung (2012) dan Kemalasari (2009). Nilai

dari kepemilikan institusional didapat dari persentase kepemilikan institusi atau

perusahaan lain pada suatu perusahaan sampel yang tertulis dalam Laporan

Tahunan perusahaan.

b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya

tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang

digunakan adalah rasio profitabilitas perusahaan dengan diwakilkan dengan

(44)

1. Return on Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

ROA = Laba bersih

Total Aset (Horne, 2004)

2. Return on Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal

pemilik. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

ROE = Laba bersih

Total Ekuitas(Horne, 2004)

c. Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan untuk melengkapi atau

mengkontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk didapatkan model

empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Jogiyanto, 2004: 157). Dalam

penelitian ini digunakan variabel kontrol yaitu leverage yang diproksikan

dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE). Debt

Equity Ratio (DER) menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik

dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini

semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:

DER = Total Debt

Total Equity (Horne, 2004)

Sementara ukuran perusahaan adalah besar (ukuran) yang dinyatakan dalam

total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Penelitian ini menggunakan

total aktiva sebagai ukuran perusahaan. Total aktiva yang besar akan

meningkatkan efisiensi perusahaan dan memberikan prospek pertumbuhan

(45)

SIZE = Ln (total asset)

3.5 Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2007: 72), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar (listing)

di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012, yaitu sebanyak 31

perusahaan. Sementara yang menjadi populasi sasaran adalah perusahaan yang

memenuhi kriteria:

1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode Januari 2010-Desember 2012 dan tidak mengalami delisting selama

periode penelitian.

2) Tersedianya data laporan keuangan lengkap dan laporan GCG serta kinerja

perusahaan yang mendukung penelitian selama tahun 2010-2012.

Berdasarkan kriteria, didapat polpulasi sasaran sebanyak 20 perusahaan dan

secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel (sampel jenuh). (Sugiyono, 2007:

[image:45.595.133.486.600.752.2]

78)

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan dan Kode

No. Emiten Kode

1. ATPK Resources ATPK

2. Bayan Resources BYAN

3. Benakat Petroleum Energy BIPI

4. Bumi Resources BUMI

5. Cita Mineral Investindo CITA

(46)

7. Darma Henwa DEWA

8. Elnusa ELSA

9. Energy Mega Perkasa ENRG

10. Garda Tujuh Buana GTB

11. Harum Energy HRUM

12. Indo Tambangraya Megah ITMG

13. Medco Energy International MEDC

14. Mitra Investindo MITI

15. MYOH Technology MYOH

16. J Resources Asia Pasifik PSAB

17. Tambang Batubara Bukit Asam PTBA

18. Petrosea PTRO

19. Radiant Utama Interisco RUIS

20. Vale Indonesia INCO

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data

emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang

berkaitan dengan topik bahasan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan

mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi

untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data

sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek

(47)

3.8 Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan

metode analisis statistik sebagai berikut:

3.8.1 Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang

dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif

sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

3.8.2 Metode Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear

berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan GCG (komisaris

independen, komite audit, kepemilikan institusional) terhadap ROA dan ROE

pada perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun

persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c1Z1 + c2Z2 + e

Keterangan:

Y = Variabel terikat rasio profitabilitas (Y1 = ROA dan Y2 = ROE)

a = Konstanta

X1 = Komisaris Independen

X2 = Komite Audit

X3 = Kepemilikan Institusional

Z1 = Debt to Equity Ratio (DER)

Z2 = Ukuran Perusahaan (SIZE)

b 1 = Koefisien regresi variabel X1

b 2 = Koefisien regresi variabel X2

b3 = Koefisien regresi variabel X3

C1 = Koefisien regresi variabel Z1

C2 = Koefisien regresi variabel Z2

(48)

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Penulis menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows

(Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan

analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan

pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan

hasil penelitian yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimation). Adapun syarat

Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut

dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka

residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara

nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara

simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi

normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual. Walaupun normalitas suatu

variabel tidak selalu diperlikan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan

lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2006:27). Uji ini

juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis

diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data residual berdistribusi normal

(49)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2

tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi

normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0

diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. (Ghozali, 2006: 31)

b. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva

normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah

mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak

kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau

“kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat

bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan

nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya

berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa

residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung

plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari

garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan meguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

(50)

regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105). Uji ini dapat dilakukan dengan metode

informal yakni metode grafik dan metode formal seperti Park Test, Glejser Test,

Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld-Quandt Test, Breusch-Pagan-Godfrey

Test, White’s General Heteroscedasticity Test dan Koenker-Basset Test.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear

berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan

menggunakan Runs Test. (Ghozali, 2006: 96)

4. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006: 91). Pengujian terhadap ada

tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan

Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinieritas b. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

(51)

3.8.4 Pengujian Hipotesis

3.8

Gambar

Tabel 1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri
Tabel 1.3 memperlihatkan bagaimana profitabilitas dan pengelolaan
Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tarkasteltaessa koko aineiston ultraäänimittoj .en korrelaatoita teu- rasominaisuuksiin (taulukko 18) todetaan, että ominaisuudet ovat kes- kenään varsin hyvin

seluruh dokumen, data, informasi, dan/atau keterangan yang saya sampaikan, berikan, kirimkan, dan/atau isikan untuk memenuhi persyaratan sebagai mahasiswa

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah yang telah dilimpahkan oleh-Nya sehingga penulis dapakrit menyelesaikan Tugas

Pengadaan dengan Harga katalog LKPP Harga satuan Rp 5 jutaPenyedia tidak bisa memenuhi.Sehingga dilakukan dengan penyedia setempat dengan harga setempat Rp 5.6

Berdasarkan langkah-langkah dari pemecahan masalah di atas, maka langkah-langkah pemecahan masalah dapat dilakukan dengan cara menuliskan informasi yang terdapat

Berdasarkan UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang dikeluarkan oleh

Namun, hasil tes kemampuan peme- cahan masalah matematis menunjukkan bah- wa 97,06% siswa tidak dapat menyelesaikan soal, sehingga dapat dikatakan bahwa mes- kipun

Also known as endpoints with H.225 and H.245 signaling, systems control units, media transmission, audio codec (video), and the packet-based network