SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK
INDONESIA
OLEH
LIDYA THERESIA BANGUN 100502070
PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY
OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK
EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”
Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta Irwan Petrus Bangun dan Lasniroha Sagala yang senantiasa mendoakan, mencukupi segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang
selalu menyertai perjalanan hidup penulis.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dra. Marhayanie, M.Si, selaku ketua dan
sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si,
selaku ketua dan sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi
4. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA, Ak., selaku Dosen Pembimbing
penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu Dra.Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang
banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.
6. Kakak dan adik-adikku tersayang (Citra Maria Bangun, Fransiska Nirmala
Bangun, Erika Valentine Bangun, Christa Bella Bangun, dan Meilan Sagala),
serta pamanku Rudy Markus Sagala yang telah memberikan dukungan moril
dan doa, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
7. Sahabat-sahabat terbaikku Nona Siswanto, Lidya Vie, Ristha, dan Masta.
Sahabat Onara (Abet hth, Afriani Desy, Agelina, Annie Maria, dan Ariyanti),
8. Saudara-saudari dalam KMK St.Ignatius Loyola, UKM KMK St. Albertus
Magnus, dan Selsiloam, dan teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan,
memberi semangat, dan menghibur selama ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.
Medan, Agustus 2014
Lidya Theresia Bangun
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
ABSTRACT ……….. ii
KATA PENGANTAR ………. iii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 7
1.3Tujuan Penelitian ... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Good Corporate Governance ... 9
2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 9
2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 11
2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 12
2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance ... 13
2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance ... 15
2.1.5.1 Komisaris Independen ... 15
2.1.5.2 Komite Audit ... 16
2.1.5.3 Kepemilikan Institusional ... 16
2.2 Profitabilitas ... 17
2.2.1 Pengertian Profitabilitas ... 17
2.2.2 RasioProfitabilitas ... 18
2.2.2.1 Return On Asset (ROA) ... 19
2.2.2.2 Return on Equity (ROE) ... 19
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ... 19
2.3 Leverage ... 20
2.4 Ukuran (Size) Perusahaan ... 21
2.5 Penelitian Terdahulu ... 22
2.6 Kerangka Konseptual ... 25
2.7 Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Batasan Operasional ... 28
3.4 Definisi Operasional ... 29
3.6 Jenis Data ... 33
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 34
3.8 Teknik Analisis Data ... 34
3.8.1 Analisis Deskriptif ... 34
3.8.2 Analisis Statistik Regresi Linear Berganda ... 34
3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 35
3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 38
3.8.4.1 Uji Serempak (Uji-F) ROA ... 39
3.8.4.2 Uji Serempak (Uji-F) ROE ... 40
3.8.4.3 Uji Parsial (Uji-t) ROA ... 41
3.8.4.4 Uji Parsial (Uji-t) ROE ... 42
3.9 Koefisien Determinasi (R2) ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 45
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan di Indonesia ……… 45
4.2 Hasil Penelitian……… 54
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 54
4.2.2 Analisis Statistik……… 56
4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ………. 56
4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ………. 69
4.2.2.3 Pengujian Hipotesis……… 70
4.3 Pembahasan ………. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 86
5.1 Kesimpulan……….. 86
5.2 Saran……… 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September
2013... 4
1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013... ... 4
1.3 Kinerja Keuangan dan GCG Beberapa Perusahaan Tambang ... 6
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 22
3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 32
3.2 Hubungan Antar Variabel... 44
4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 54
4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ROA ... 60
4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov ROE ... 60
4.4 Glejser Test ROA ... 61
4.5 Glejser Test ROE ... 61
4.6 Hasil Runs Test ROA... 63
4.7 Hasil Runs Test ROE ... 63
4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ROA ... 64
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ROE ... 65
4.10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROA) ... 66
4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (ROE) ... 68
4.12 Hasil Uji-F ROA... 70
4.13 Hasil Uji-F ROE ... 71
4.14 Hasil Uji-t ROA ... 73
4.15 Hasil Uji-t ROE ... 74
4.16 Variables Entered/Removed (ROA) ... 76
4.17 Variables Entered/Removed (ROE) ... 76
4.18 Hubungan Antarvariabel ... 77
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA ... 77
4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE ... 78
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ………. 27
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Perusahaan Pertambangan Terbuka yang Menjadi Sampel di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2012 ……….. 89
2 Data Profitabilitas dan GCG Perusahaan
Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012 ...……….... 78
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh Good Corporate Governance (komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset dan Return on Equity perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu, Leverage dan Ukuran Perusahaan. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA dan ROE) perusahaan. Secara parsial, variabel komisaris independen dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan, sementara komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE FIRM PROFITABILITY
OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK
EXCHANGE
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability (ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini, dalam era globalisasi dan pasar terbuka, perusahaan dituntut
untuk mampu menciptakan lingkungan organisasi yang kondusif agar dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap berbagai sektor bisnis yang ada di
Indonesia. Kepercayaan investor ini diperoleh dengan meyakinkan investor bahwa
dana yang diberikan investor tersebut digunakan secara tepat dan seefisien
mungkin serta memastikan manajemen bertindak yang terbaik untuk kepentingan
perusahaan.
Salah satu tujuan penting perusahaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham melalui peningkatan nilai
perusahaan (Bringham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan dapat
dicapai dengan menciptakan keunggulan bersaing secara berkesinambungan
sehingga nantinya dapat mencapai laba yang ditargetkan. Laba tersebut akan
dibagikan kepada investor/pemegang saham sehingga tujuan tadi tercapai. Salah
satu cara yang dapat perusahaan pakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan menerapkan Good Corporate Governance (GCG). (Steger dan amann,
2008: 24)
Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola
perusahaan yang baik merupakan alternatif terbaik yang dapat perusahaan lakukan
untuk menciptakan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan kinerja
menguntungkan diri sendiri, dan yang utama penerapan GCG dapat meningkatkan
kepercayaan investor. GCG penting untuk memperbaiki citra perusahaan,
khususnya bagi perusahaan publik di Indonesia yang dikenal praktik korupsinya
masih sangat tinggi. Tingginya tingkat korupsi yang terjadi ini merupakan
indikasi bahwa penerapan GCG masih lemah di Indonesia. Ini membuktikan
bahwa pengabaian terhadap GCG tidak hanya berakibat negatif pada kinerja
perusahaan tetapi juga perekonomian nasional.
Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder (Steger dan Amann, 2008: 4).
Dalam Good Corporate Governance (GCG) terkandung empat prinsip
positif bagi pengelolaan perusahaan, yaitu: transparansi (transparency),
akuntanbilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan
kewajaran (fairness). Dengan prinsip yang terkandung tersebut membuat GCG
menjadi salah satu faktor penting bagi investor dalam hal berinvestasi di suatu
perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk
memberikan kemajuan terhadap kinerja perusahaan, salah satunya adalah
laporan keuangan perusahaan sebelum melakukan investasi, terutama melihat
profitabilitas perusahaan. (Sutedi, 2012: 4)
Secara umum, profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Profitabilitas dapat
diukur (Sinuraya, 1999:30) melalui kemampuan perusahaan mempertahankan
kebijakan dividen yang stabil sementara pada saat yang sama dapat
mempertahankan kenaikan kekayaan pemilik (pemegang saham) dalam
perusahaan.
Profitabilitas dapat dianalisis dengan beberapa metode perhitungan rasio,
yakni Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dapat dihitung
dengan membandingkan laba bersih dan total aset. Semakin tinggi rasio ini,
berarti berarti perusahaan semakin efektif menggunakan aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba (Van Horne dan Wachowicz, 2005: 224). ROE dapat
dihitung dengan membandingkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham. ROE
yang tinggi sering kali mencerminkan penerimaan perusahaan atas peluang
investasi yang baik dan manajemen yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan
telah memilih untuk menerapkan tingkat upah yang tinggi berdasarkan standar
industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan
yang berlebihan. (Van Horne dan Wachowicz, 2005:226).
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) tahun
2002, menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCG adalah
kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG
menjadi komitmen perusahaan, dan implementasi GCG berhubungan dengan
peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan
mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.
Perusahaan tambang merupakan salah satu industri yang paling diminati
investor untuk menginvestasikan modalnya. Data dari Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sektor pertambangan masih menjadi
sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan
realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1
Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar)
No Sektor Industri Realisasi Investasi
1 2 3 4 5 Makanan
Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Listrik, Gas, dan Air
Pertambangan
Tanaman Pangan dan Perkebunan
48.421,42 41.445,53 38.236,21
31.750,02
31.458,20
catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:
Tabel 1.2
Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta)
No Sektor Industri Realisasi Investasi
1 2 3 4 5 Pertambangan
Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Kimia dan Farmasi
Logam, Mesin, dan Elektronik Listrik, Gas, dan Air
14.891,57
13.129,08 8.172,86 8.142,00 7.029,87
catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman
tabel realisasi investasi dalam negeri dapat dilihat bahwa sektor pertambangan
berada di posisi keempat dengan total investasi sebesar Rp 31.750,02 miliar,
sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di
posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini
menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling
diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun
terakhir, khususnya para pemilik modal asing.
Dari tabel tersebut kita ketahui bahwa industri ini memerlukan investasi
yang besar sehingga diperlukan pengelolaan yang baik yang dapat meningkatkan
nilai maupun kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan mudah untuk
menarik investor menanamkan modalnya di perusahaan. Pada periode 2010
sampai 2012 terdapat beberapa perusahaan dalam industri ini yang mengalami
fluktuasi kinerja yang diproksikan dengan menggunakan indikator rasio keuangan
Return on Asset (ROA). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kinerja dan GCG
pada beberapa perusahaan tambang.
Tabel 1.3
Kinerja Keuangan dan Mekanisme Good Corporate Governance Beberapa Perusahaan Pertambangan Terbuka
Sumber(Data Diolah)
Tabel 1.3 memperlihatkan bagaimana profitabilitas dan pengelolaan
perusahaan (GCG) beberapa perusahaan tambang. Pada tabel tersebut kita lihat
bahwa profitabilitas yang diproksikan oleh ROA mengalami fluktuasi baik
penurunan maupun peningkatan. Misalnya pada perusahaan Bumi Resources
Tbk., terdapat penurunan ROA dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yaitu sebesar
3,55% pada tahun 2010, 2,88% pada tahun 2011, dan -9,59 pada tahun 2012.
Padahal bila kita lihat dari jumlah keanggotaan komite audit sudah dapat
dikatakan baik, sesuai dengan Surat Edaran BEJ SE-008/BEJ/12-2001. Dalam
Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari
sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite.
No. Nama Perusahaan Tahun ROA (%)
Good Corporate Governance (GCG) Komisaris Independen (%) Komite Audit (Orang) Kepemilikan Institusional (%)
1. Bumi Resources Tbk. 2010 3,55 25 4 5,16
2011 2,88 25 3 29,18
2012 -9,59 25 3 29,18
2. Darma Henwa Tbk. 2010 0,13 50 3 47,33
2011 -5,92 50 3 47,33
2012 -9,43 33 3 39,29
3. Delta Dunia Makmur Tbk.
2010 -2,08 20 3 40,05
2011 -0,81 23 3 40,05
2012 -1,32 36 3 39,96
4. Medco Energi Internasional Tbk.
2010 3,65 22 5 50,88
2011 3,62 18 5 58,19
2012 0,23 18 5 57,50
5. MYOH Technology Tbk.
2010 11,49 28 3 83,39
2011 -0,78 22 3 69,48
2012 2,80 25 3 78,14
6. Cita Mineral Investindo
2010 6,99 50 3 96,53
2011 14,89 33 3 96,53
Pada perusahaan MYOH Technology Tbk., pada tahun 2010 sampai 2011
terjadi penurunan ROA yang drastis, yaitu dari 0,13% menjadi -5,92. Hal ini
dipengaruhi oleh penurunan komisaris independen dari 28% menjadi 22%, yang
berarti bahwa pengawasan di perusahaan berkurang. Dan juga penurunan dari
kepemilikan institusional dari 83,39% menjadi 69,48%, yang berarti bahwa
institusi yang menanamkan investasi di perusahaan berkurang persentasinya.
Fenomena yang terjadi di perusahaan ini sesuai dengan teori yang telah
dikemukakan sebalumnya tentang GCG yang mempengaruhi profitabilitas
perusahaan.
Profitabilitas yang buruk pada perusahaan tambang ini juga menarik untuk
diperhatikan mengingat bahwa perusahaan pada industri tambang mengeruk
kekayaan alam Indonesia yang telah tersedia. Hal ini mungkin disebabkan karena
masih lemahnya partisipasi pelaku industri pertambangan dalam
mentransparansikan pembayaran setoran penerimaannya kepada negara. Di mana
salah satu hasil laporan menyatakan bahwa Pemerintah mencatat penerimaan
pajak penghasilan Rp 2,93 trilyun lebih dari apa yang dilaporkan dibayar oleh
perusahaan pertambangan. Penyebab perbedaan ini yang terbesar adalah berasal
dari dua perusahaan batubara besar di Indonesia yang merupakan anak usaha
Bumi Resources. (Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif,
www.pwyp-indonesia .org)
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibuktikan apakah penerapan GCG
dapat meningkatkan profitabilitas keuangan. Sehingga penulis tertarik untuk
Governance terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Tambang di Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti
merumuskan masalah, yaitu: “apakah ada pengaruh antara mekanisme Good
Corporate Governance (GCG) terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi
pada ROA dan ROE?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah
ada pengaruh mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Profitabilitas (ROA dan ROE).
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai pengaruh penerapan
GCG terhadap profitabilitas serta sebagai sarana pengaplikasian ilmu yang
telah diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam hal penelitian.
2. Bagi Perusahaan-perusahaan di Indonesia
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi para pemangku
seberapa besar pengaruhnya terhadap profitabilitas sehingga mampu
meningkatkan nilai perusahaannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan untuk mengembangkan
penelitian yang berkenaan dengan pengaruh penerapan GCG terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance (GCG)
2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)
Dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002) tentang
Good Corporate Governance, ditetapkan, yang dimaksud dengan Corporate
Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN
untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna
mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika. Organ adalah Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), komisaris dan Direksi untuk Perusahaan Perseroan (PERSERO), dan
Pemilik Modal, Dewan Pengawas dan Direksi untuk Perusahaan Umum
(PERUM) dan Perusahaan Jawatan (PERJAN). BUMN wajib menerapkan GCG
secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya.
Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang
dimaksud dengan Corporate Governance adalah serangkaian mekanisme yang
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan
berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Pengertian Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur, sistem, dan
proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebgai upaya untuk memberi
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika,
budaya dan aturan berlaku lainnya.
Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate
Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai
keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Adapun Center for
European Policy Study (CEPS), memformlasikan GCG adalah seluruh sistem
yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di
dalam maupun di luar manajemen perusahaan, dengan catatan bahwa hak di sini
adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu
stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult, mendefinisikan
GCG adalah menjalankan dan mengembangkan perusahaan dengan bersih, patuh
pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi
nilai-nilai sosial budaya yang tinggi. (Sutedi, 2012:1)
Sementara itu, OECD (Organization for Economic Co-Operation and
Development) memberikan pengertian GCG sebagai suatu bentuk hubungan
antara manajemen suatu perusahaan, board of directors, pemegang saham, dan
stakeholder lainnya. Hubungan ini meliputi berbagai aturan dan insentif
terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang pasti, dan cara mencapai tujuan
serta pengawasan kinerja perusahaan. Corporate Governance yang efektif
menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian
perusahaan, sehingga dapat ditekan seminimal mungkin peluang-peluang
terjadinya korupsi, penyalahgunaan wewenang masing-masing organ perusahaan,
penggunaan aset dan sumber daya lainnya, sehingga dicapai hasil uasaha yang
maksimal. (Sutedi, 2012:30)
2.1.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Sutedi (2012:4), unsur-unsur GCG secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak para pemegang saham dan
menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.
2. Transparancy (transparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan
perusahaan.
3. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen
dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
4. Responsibility (pertanggungjawaban), memastikan dipatuhinya
peraturan-peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya nilai-nilai
sosial.
Sementara dalam Keputusan Menteri BUMN (KEP-117/M-MBU/2002)
tentang Good Corporate Governance, prinsip-prinsip GCG adalah:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;
pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
4. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3 Manfaat Good Corporate Governance (GCG)
Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI), penerapan
GCG dalam rangka pemenuhan kepatuhan, atau karena kebutuhan, maupun
memanfaatkan pembelajaran yang ada, dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan antara lain:
a. Mempertahankan going concern perusahaan
b. Meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan pasar
c. Mengurangi agency cost dan cost of capital
d. Meningkatkan kinerja, efisiensi dan pelayanan kepada stakeholders
e. Melindungi organ dari intervensi politik dan tuntutan hukum, dan
Penerapan GCG juga memberikan manfaat kepada organ dan anggota
perusahaan dalam mendukung pencapaian kinerja perusahaan, pemenuhan
akuntabilitas, mengurangi agency cost, menjaga independensi dan
profesionalisme organ dan anggota perusahaan, memenuhi kepatuhan, mengelola
risiko dan hal-hal yang berdampak pada kesinambungan perusahaan, serta
mewujudkan hubungan kerja yang beretika, adil dan bermartabat. (IICG: 2013)
Bagi mitra bisnis dan para pihak yang berkepentingan lainnya
(stakeholders), mendapatkan manfaat dari perusahaan yang telah menerapkan
GCG yaitu jaminan produk dan layanan yang berkualitas, komitmen dalam
praktik bisnis yang beretika dan memenuhi tingkat kepatuhan yang baik,
komitmen dalam ketepatan dan kewajaran pemenuhan perjanjian bisnis/kerja dan
proses pengadaan, keterbukaan informasi dan menerima keluhan serta saran dan
masukan dari stakeholders.
Komitmen para pengelola terhadap penerapan GCG dan bisnis yang
beretika dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya dunia bisnis yang
terpercaya dan bermartabat sehingga mampu mendorong pertumbuhan industri
secara khusus dan perekonomian nasional.
2.1.4 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan
terhadap perusahaan sebagai berikut (Surya, 2008:68):
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing;
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan;
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholder terhadap
perusahaan;
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder
secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing dalam suatu
perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
Sementara tujuan GCG menurut Keputusan Menteri nomor 11 tahun 2002
tentang Good Corporate Governance, yaitu:
1. Penerapan GCG pada BUMN, bertujuan untuk; memaksimalkan nilai BUMN
dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat
dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing
yang kuat, baik secara nasional maupun internasional;
2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ;
3. Mendorong agar Organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN;
4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
6. Mensukseskan program privatisasi.
2.1.5 Implementasi Good Corporate Governance 2.1.5.1 Komisaris Independen
Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang
berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas
dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Di Indonesia,
dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat
menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau
sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering
kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi
masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila
perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang
mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan
dapat merugikan kepentingan pemegang saham (minoritas) serta para stakeholder
lainnya. (Sutedi, 2012:134-135)
Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral
terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan
perusahaan yang sahamnya tercatat di BEJ untuk memiliki komisaris independen
sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih
dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai
2.1.5.2 Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan
prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi
direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas
penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki
kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan.
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan
komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk
membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu,
pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. (Sutedi, 2012:142)
2.1.5.3. Kepemilikan Institusional
Kebanyakan pemegang saham perorangan kurang mempedulikan hak-hak
mereka seperti menggunakan hak suara dan mengawasi kegiatan board of director
dan manajemen perusahaan, ini dikarenakan jumlah saham yang mereka miliki
relatif kecil, hal ini berbeda dengan institusional ownership yang memiliki jumlah
saham yang relatif besar. Oleh karena itu, peran institusional ownership dalam
perwujudan CG semakin meningkat karena dapat mengurangi agency problem
dengan cara melakukan pengawasan yang lebih efektif. (Bathala et al. dalam
2.2 Profitabilitas
2.2.1 Pengertian Profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196), profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu, sebab untuk
dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan
yang menguntungkan/profitable. Oleh karena itulah, para pemilik maupun pihak
manajemen akan berusaha meningkatkan keuntungan ini karena mereka
menyadari betul pentingnya keuntungan ini bagi masa depan perusahaan. Dari
kemampuan ini dapat juga digambarkan bagaimana efektivitas manajemen
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasinya.
Sumber daya yang ada dalam perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya diberdayakan
sedemikian rupa untuk menghasilkan laba (profit) bagi perusahaan. Sehingga
dapat dikatakan bahwa profitabilitas itu merupakan perbandingan antara laba
dengan modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba merupakan bagian dari
kinerja perusahaan. Menurut Brigham dalam bukunya “Managerial Finance”
menyebutkan, profitability is the result of a large number of policies and
decision. Profitabilitas menjadi sebuah indikator dalam kinerja keuangan
perusahaan jangka panjang. Dan kinerja keuangan ini nantinya dapat dilihat
melalui analisis laporan keuangan.
Profitabilitas suatu perusahaan juga menjadi dasar dalam pembagian
mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang ditanamkannya dalam
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menarik hati para investor untuk
menanamkan sejumlah dana untuk memperluas usaha, sebaliknya profitabilitas
yang rendah menyebabkan para investor bisa saja menarik dananya dari
perusahaan.
Profitabilitas yang tinggi juga akan menunjukkan apakah perusahaan
tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Karena itu,
perusahaan berusaha meningkatkan profitabilitasnya agar kelangsungan hidup
perusahaannya terjamin. Sehingga berdasarkan gambaran di atas, dapat kita
simpulkan bahwa profitabilitas berbicara tentang tingkat kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan
sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan,
jumlah aktiva, maupun modal sendiri.
2.2.2 Rasio Profitabilitas
Oleh karena profitabilitas dipandang sebagai salah satu dasar penilaian
kondisi perusahaan, maka dibutuhkan alat analisis untuk dapat menilainya. Rasio
profitabilitas merupakan alat analisis untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas
manajemen dalam mengelola perusahaannya. Hasil pengukuran ini dijadikan alat
untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah telah berjalan secara efektif atau
tidak. Jika pada akhirnya didapati kegagalan dalam mencapai target, maka harus
diselidiki di mana letak kesalahannya untuk dijadikan acuan dalam merencanakan
kegiatan fungsional manajemen, seperti keuangan, pemasaran, sumberdaya
manusia, dan operasional.
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas
menurut Kasmir (2008), yaitu:
2.2.2.1 Return On Asset (ROA)
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih
cepat berputar dan meraih laba.
2.2.2.2 Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) ini mengukur kemampuan perusahaan
menyediakan pendapatan bagi para pemilik saham atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan. ROE menunjukkan rentabilitas suatu usaha.
Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula
tingkat penghasilan yang diperoleh para pemegang saham.
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi
pihak luar perusahaan (Kasmir, 2008 :197), antara lain:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri.
7. dan tujuan lainnya.
Manfaat yang diperoleh adalah :
1. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode
2. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4. mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri
6. manfaat lainnya.
2.3 Leverage
Leverage keuangan dapat didefinisikan sebagai penggunaan potensial
biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba
sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan
(Warsono, 2003: 217). Leverage (Sadalia, 2010 : 128) digunakan untuk
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana
yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti bahwa tingkat
saat yang sama hal tersebut juga dapat memperbesar return yang diperoleh.
Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta
semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.
Salah satu rasio yang digunakan dalam menghitung leverage perusahaan
adalah Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan seluruh hutang perusahaan dengan seluruh
ekuitasnya. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan sebagai
jaminan utang. Bagi bank (kreditur) semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan.
Namun bagi perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin baik.
Sebaliknya dengan rasio yang rendah, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini
juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan
perusahaan.
2.4 Ukuran (Size) Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar
digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa
besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,
dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam
masyarakat. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan
total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan
dan kapitalisasi pasar.
[image:35.595.115.512.354.759.2]2.5 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
N o. Peneliti (tahun) Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Renny Nur’ainy et al. (2013)
Implementation of Good Corporate Governance and
Its Impact on Corporate Performance: The Mediation Role of Firm Size (Empirical Study from Indonesia) Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Perantara: Firm size Variabel Dependen: Kinerja Perusahaan (EVA) Path Analysis Penerapan GCG mempengaruhi secara langsung kinerja perusahaan, dan juga kinerja perusahaan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
2. Duc Vo dan Thuy Phan (2013) Corporate Governance And Firm Performance: Empirical Evidence From Vietnam Variabel Independen: Corporate Governance (ukuran komisaris, komisaris wanita, dualitas CEO, tingkat pendidikan komisaris, kepemilikan komisaris) Variabel
perusahaan (ROA) 3. Diah
Nurriza et al. (2012)
Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Variabel Independen: Penerapan GCG Variabel Dependen: Kinerja keuangan dengan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, aktivitas, dan pasar. Teknis regresi linear sederhana dan uji-t Hasil penelitian menunjukkan penerapan GCG memberikan pengaruh signifikan pada kinerja keuangan yang diukur dengan rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan pasar. Tetapi pada rasio profitabilitas, GCG tidak memberikan pengaruh signifikan. 4. Elvi
Rahmayant i (2012) Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Earnings Management Dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2011) Variabel Independen: corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, kualitas auditor, ukuran perusahaan) Variabel Dependen: manajemen laba yang diukur dengan absolute discretionary accrualsdan kinerja perusahaan (reported performance and
unmanaged performance) Regresi berganda Pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengaruh mekanisme
corporate
governance terhadap manajemen laba bahwa institutional ownership dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif. Tetapi ukuran dewan komisaris dan kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. 5. Dian
Prasinta (2012)
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Variabel
Independen: Good Corporate Governance (skor CGPI)
Variabel Dependen: Kinerja Keuangan (return on assets
(ROA), return on equity (ROE) dan
Regresi Berganda
Tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate
Governance dengan return on assets, namun terdapat hubungan positif antara Good Corporate
Tobin’s Q) return on equity, dan tidak terdapat hubungan positif antara Good Corporate
Governance dengan tobin’s Q.
6. Maringan Hutagalun g (2012)
Pengaruh
Corporate Governance dan
Market Competition Terhadap Produktivitas Perusahaan Variabel Independen: CG (insider ownership, institutional ownership, number of director, non executive director) dan
Market Competition Variabel Dependen: Produktivitas Regresi Berganda Produktivitas dipengaruhi oleh Corporate Governance, khususnya untuk pengukuran insider ownership dan
institutional ownership yang berhubungan positif, dan non executive
berhubungan negatif.
7. Dani Riandi dan Hasan Sakti Siregar (2011) Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance
terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan Earning Per
Share Pada Perusahaan yang Terdaftar
di Corporate Governance Perception Index Variabel Independen: Good Corporate Governance (GCG) Variabel
Dependen: Return on Assets (ROA),
Net Profit Margin
(NPM), dan
Earning Per Share (EPS)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana. GCG tidak berpengaruh secara Parsial terhadap ROA, tetapi berpengaruh terhadap NPM dan EPS secara parsial. ROA tidak dapat dijelaskan oleh GCG, sementara NPM dan EPS dapat dijelaskan.
8. Okky Andriyan dan Supatmi (2010) Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Variabel Independen: Corporate Governance (kepemilikan manajerial, proporsi outside directors, dan jumlah board of directors (BOD)) Variabel kontrol: ukuran BPR dan umur BPR Variabel
Dependen: kinerja keuangan (rasio NPL, KPMM, LDR, dan ROA)
Analisis regresi berganda Mekanisme CG secara simultan berpengaruh terhadap rasio NPL, KPMM, dan ROA. Secara parsial, kepemilikan manajerial dan proporsi outside directors
menunjukkan pengaruh negatif terhadap rasio NPL dan ROA, sedangkan jumlah BOD
9. Endang Kemalasari (2009)
Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: GCG (dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan komite audit) Variabel Dependen: Kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO)
Teknis regresi linear berganda.
Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa secara simultan dan parsial GCG (dewan komisaris,
kepemilikan institusional, dan komite audit) tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA, NPM, ROE, dan BOPO), bahkan komite audit
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap NPM serta kepemilikan institusional terhadap ROE. 10 . Rob Bauery, Nadja Gäunsterz, dan Roger Otten (2003) Empirical Evidence on Corporate Governance in Europe (The Effect on Stock Returns, Firm Value and
Performance) Variabel Independen: Corporate Governance Variabel Dependen: kinerja keuangan (NPM dan ROE) Regresi Berganda Corporate Governance berpengaruh negatif terhadap NPM dan ROE
2.6 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka, dapat
diketahui bahwa GCG merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana
organisasi dioperasikan dan dijalankan dengan baik karena GCG sebagai sarana
interaksi yang mengatur antar struktur dan mekanisme yang menjamin adanya
kontrol, namun tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan. Sebuah
perusahaan akan mengalami peningkatan kinerja jika menerapkan GCG.
Dengan adanya Good Corporate Governance di mana digambarkan
dengan komisaris independen, komite audit, dan kepemilikan institusional,
independen memegang peranan penting dalam implementasi Good Corporate
Governance karena merupakan inti dari Good Corporate Governance yang
bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Dewan komisaris juga
bertanggung jawab atas kualitas laporan yang disajikan.
Komite audit yang bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan
menciptakan kedisiplinan dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan
terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. Kepemilikan
institusional yang tinggi menunjukkan semakin meningkat pengawasan pihak
eksternal terhadap perusahaan. Jadi semakin besar persentase proporsi komisaris
independen dan kepemilikan institusional serta dengan adanya komite audit, maka
akan lebih meningkatkan pengawasan terhadap operasional perusahaan, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan (Kemalasari, 2009: 53). Bentuk
[image:39.595.117.507.483.706.2]kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Good Corporate Governance (GCG):
Komisaris Independen (X1) Komite Audit (X2)
Kepemilikan Institusional (X3)
Profitabilitas:
Return on Asset (Y1) Return on Equity (Y2)
Variabel Kontrol:
• Leverage (Debt to Equity Ratio-DER)
2.7 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatif asosiatif, karena
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara GCG terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian eksplanatif asosiatif
adalah penelitian di mana hubungan antar variabel tersebut dirumuskan dalam
hipotesis penelitian, yang akan diuji kebenarannya (Sugiyono, 2007:11).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melaui media internet dengan
situs
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan bulan
Agustus 2014.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independent variabel), variabel kontol, dan variabel terikat (dependent
variabel). Variabel bebasnya adalah Good Corporate Governance (GCG)
yang diproksikan dengan komisaris independen, komite audit, kepemilikan
institusional. Variabel bebas terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return
Leverage yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran
perusahaan.
b. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
keuangan dan laporan tahunan pada tahun 2010-2012 yang dipublikasikan
melalui website resmi Bursa Efek Indonesi
perusahaan yang bersangkutan.
3.4 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada
variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable
dari penelitian ini dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvi
Rahmayanti (2012) dan Maringan Hutagalung (2012) adalah Good
Corporate Governance (GCG) yang diproksikan dengan:
1. Komisaris Independen
Secara sederhana, komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan
anggota manajemen yang tidak berhubungan dengan suatu perusahaan yang
mengawasi pengelolaan perusahaan. Keberadaan komisaris independen
diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh
direksi. Komisaris independen diukur dari persentase komisaris independen
Komisaris Independen = ∑Komisaris Independen ∑Anggota dewan komisaris
2. Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang dibentuk oleh komisaris independen
untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian terhadap pelaksanaan fungsi direksi
dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting
berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki
kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit diukur
dengan melihat jumlah anggota komite audit (Siallagan dan Machfoedz, 2006):
Komite Audit= �anggota komite audit
3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merepresentasikan kepemilikan perusahaan (dalam
penelitian ini sektor tambang) oleh institusi-institusi. Penggunaan kepemilikan
institusional sebagai salah satu komponen GCG telah digunakan dalam berbagai
penelitian seperti pada penelitian Hutagalung (2012) dan Kemalasari (2009). Nilai
dari kepemilikan institusional didapat dari persentase kepemilikan institusi atau
perusahaan lain pada suatu perusahaan sampel yang tertulis dalam Laporan
Tahunan perusahaan.
b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya
tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang
digunakan adalah rasio profitabilitas perusahaan dengan diwakilkan dengan
1. Return on Asset (ROA)
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
ROA = Laba bersih
Total Aset (Horne, 2004)
2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal
pemilik. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
ROE = Laba bersih
Total Ekuitas(Horne, 2004)
c. Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan untuk melengkapi atau
mengkontrol hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk didapatkan model
empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Jogiyanto, 2004: 157). Dalam
penelitian ini digunakan variabel kontrol yaitu leverage yang diproksikan
dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE). Debt
Equity Ratio (DER) menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik
dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
DER = Total Debt
Total Equity (Horne, 2004)
Sementara ukuran perusahaan adalah besar (ukuran) yang dinyatakan dalam
total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Penelitian ini menggunakan
total aktiva sebagai ukuran perusahaan. Total aktiva yang besar akan
meningkatkan efisiensi perusahaan dan memberikan prospek pertumbuhan
SIZE = Ln (total asset)
3.5 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2007: 72), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar (listing)
di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012, yaitu sebanyak 31
perusahaan. Sementara yang menjadi populasi sasaran adalah perusahaan yang
memenuhi kriteria:
1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode Januari 2010-Desember 2012 dan tidak mengalami delisting selama
periode penelitian.
2) Tersedianya data laporan keuangan lengkap dan laporan GCG serta kinerja
perusahaan yang mendukung penelitian selama tahun 2010-2012.
Berdasarkan kriteria, didapat polpulasi sasaran sebanyak 20 perusahaan dan
secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel (sampel jenuh). (Sugiyono, 2007:
[image:45.595.133.486.600.752.2]78)
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan dan Kode
No. Emiten Kode
1. ATPK Resources ATPK
2. Bayan Resources BYAN
3. Benakat Petroleum Energy BIPI
4. Bumi Resources BUMI
5. Cita Mineral Investindo CITA
7. Darma Henwa DEWA
8. Elnusa ELSA
9. Energy Mega Perkasa ENRG
10. Garda Tujuh Buana GTB
11. Harum Energy HRUM
12. Indo Tambangraya Megah ITMG
13. Medco Energy International MEDC
14. Mitra Investindo MITI
15. MYOH Technology MYOH
16. J Resources Asia Pasifik PSAB
17. Tambang Batubara Bukit Asam PTBA
18. Petrosea PTRO
19. Radiant Utama Interisco RUIS
20. Vale Indonesia INCO
3.6 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data
emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan topik bahasan penelitian.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data pendukung dari literatur, jurnal, dan buku-buku referensi
untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data
sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
3.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan
metode analisis statistik sebagai berikut:
3.8.1 Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang
dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif
sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.
3.8.2 Metode Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan GCG (komisaris
independen, komite audit, kepemilikan institusional) terhadap ROA dan ROE
pada perusahaan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun
persamaan regresi yang digunakan, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + c1Z1 + c2Z2 + e
Keterangan:
Y = Variabel terikat rasio profitabilitas (Y1 = ROA dan Y2 = ROE)
a = Konstanta
X1 = Komisaris Independen
X2 = Komite Audit
X3 = Kepemilikan Institusional
Z1 = Debt to Equity Ratio (DER)
Z2 = Ukuran Perusahaan (SIZE)
b 1 = Koefisien regresi variabel X1
b 2 = Koefisien regresi variabel X2
b3 = Koefisien regresi variabel X3
C1 = Koefisien regresi variabel Z1
C2 = Koefisien regresi variabel Z2
3.8.3 Uji Asumsi Klasik
Penulis menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows
(Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan
analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan
pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan
hasil penelitian yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimation). Adapun syarat
Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut
dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka
residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara
nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara
simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi
normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual. Walaupun normalitas suatu
variabel tidak selalu diperlikan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan
lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2006:27). Uji ini
juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:
a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 = data residual berdistribusi normal
Dengan menggunakan tingkat signifikan (�) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2
tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi
normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0
diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. (Ghozali, 2006: 31)
b. Pendekatan Histogram
Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva
normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah
mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak
kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau
“kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat
bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).
c. Pendekatan Grafik
PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan
nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya
berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa
residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung
plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari
garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan meguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105). Uji ini dapat dilakukan dengan metode
informal yakni metode grafik dan metode formal seperti Park Test, Glejser Test,
Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld-Quandt Test, Breusch-Pagan-Godfrey
Test, White’s General Heteroscedasticity Test dan Koenker-Basset Test.
3. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear
berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan
menggunakan Runs Test. (Ghozali, 2006: 96)
4. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006: 91). Pengujian terhadap ada
tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan
Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:
a. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinieritas b. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas
3.8.4 Pengujian Hipotesis
3.8