SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH NILAI PERSEDIAAN TERHADAP VALUE OF FIRM DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI)
Oleh :
FEISAL YUSUF SIREGAR 110503159
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 05 Maret 2015 Yang membuat pernyataan,
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi dari tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas yang tinggi mampu memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The purposes of this study are to prove that the value of inventory has the effect on the value of firm and to prove that profitability affecting the relationship between the value of inventory and the value of firm. This study is the associative explanation study which the variables are causal. The samples of this study are manufacturing companies listed in BEI that chosen by purposive sampling method. The data used is panel data and obtained from the finanancial statement of pharmacy companies at the year of 2009-2013. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value. The result shows that the value of inventory variable has the significant positive effect on the value of firm. The high profitability variable is able to strengthen the relationship between the value of inventory and the value of firm.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ”
Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di
BEI”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan
dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan,
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA dan Bapak Drs.
Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E.,
M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas
4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku dosen penguji dan Bapak
Syahrurrahman, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak
memberikan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orangtua penulis, terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang
yang telah diberikan. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud
pengabdian yang tulus untuk Mama dan Buya, ketiga saudara penulis: kak
Fyma, bang Anra, dan Kak Ina terima kasih atas dukungan, perhatian, dan doa
yang telah diberikan.
7. Para sahabat, Agung, Anas, Evi, Garry, Lisbet, Sandey, Topan. Geng
Saboteur (Anita, Febrina, Gloria, Katrin, Moia, Monik, Sinar, Tanti, Yeni).
Teman Grup WhatsApp (Yudith, Friedrich, Nadia, Octa, Surya) dan
rekan-rekan mahasiswa S1 Akuntansi lainnya terimakasih atas kebersamaannya,
semoga dapat menyelesaikan studi dengan baik dan sukses di kemudian hari.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para
pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Tinjauan Teoritis ... 10
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10
2.1.2 Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information) ... 12
2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 13
2.1.4 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) ... 15
2.1.5 Nilai Persediaan ... 17
2.1.5.1 Hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak) ... 19
2.1.5.2 Political Cost ... 20
2.1.6 Nilai Perusahaan ... 23
2.1.7 Profitabilitas ... 25
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 31
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 31
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 32
2.3.2.1 Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Desain Penelitian ... 35
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35
3.3 Jenis Data ... 36
3.4 Teknik Pengumpul Data ... 37
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37
3.6 Metode Analisis ... 38
3.6.1 Statistik Deskriptif ... 39
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 39
3.6.2.1 Uji Normalitas ... 40
3.6.2.2 Uji Autokorelasi ... 41
3.6.2.3 Heteroskedastisitas ... 41
3.7 Analisis Regresi ... 42
3.8 Uji Hipotesis ... 44
3.8.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi ... 44
3.8.2 Uji-t ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Gambaran Umum ... 45
4.2 Statistik Deskriptif ... 45
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47
4.3.1 Uji Normalitas ... 47
4.3.2 Uji Autokorelasi ... 48
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49
4.4 Pengujian Hipotesis ... 50
4.4.1 Koefisien Determinasi ... 50
4.4.2 Uji-t ... 53
4.4.3 Analisis Regresi Persamaan 1 ... 54
4.4.3.1 Hasil Hipotesis Persamaan 1 ... 55
4.4.4. Analisis Regresi Persamaan 2 ... 56
4.4.4.1 Hasil Hipotesis Persamaan 2 ... 56
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Keterbatan Penelitian ... 59
5.3 Saran ... 60
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
3.2 Autokorelasi ... 41
4.1 Statistik Deskriptif ... 45
4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov` ... 48
4.3 Hasil Uji Durbin-Watson ... 48
4.4 Goodness of Fit Persamaan 1 ... 52
4.5 Goodness of Fit Persamaan 2 ... 52
4.6 Hasil Uji-t ... 53
4.7 Hasil Estimasi Analisis Regresi Sederhana ... 55
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi dari tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas yang tinggi mampu memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
ABSTRACT
The purposes of this study are to prove that the value of inventory has the effect on the value of firm and to prove that profitability affecting the relationship between the value of inventory and the value of firm. This study is the associative explanation study which the variables are causal. The samples of this study are manufacturing companies listed in BEI that chosen by purposive sampling method. The data used is panel data and obtained from the finanancial statement of pharmacy companies at the year of 2009-2013. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value. The result shows that the value of inventory variable has the significant positive effect on the value of firm. The high profitability variable is able to strengthen the relationship between the value of inventory and the value of firm.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan kompetisi pasar saat ini yang semakin berkembang menuntut
perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Hal itu dapat
dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi, dan perkembangan
arus informasi yang harus disampaikan oleh perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan informasi pengguna. Dengan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut
berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan
tujuan utama perusahaan.
Satu dari lainnya proses yang menyebabkan pergeseran pengertian nilai
perusahaan bagi invesor terjadi pada tahun 1970-an. Adanya fenomena besar
dalam studi akuntansi, dimana sudut pandang akuntansi berubah dari akuntansi
normatif menjadi akuntansi positif. Hal ini karena perkembangan perilaku
investor memandang perusahaan sudah berubah dengan berkembangnya zaman
sehingga teori normatif mulai runtuh yang digantikan dengan teori positif. Teori
normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan
dalam proses penyajian terhadap pemakainya. Sebaliknya tujuan pendekatan teori
positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi
keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi
akuntansi. Dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan
menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya
sekarang (Januarti, 2004)
Adanya perubahan cara pandang akuntansi terutama para investor
mengakibatkan iklim bisnis sebagai pengguna juga ikut berubah. Sewajarnya para
stockholder akan menginginkan peningkatan kekayaan pada perusahaan yang
mereka miliki untuk menunjukkan perusahaan dalam tahun-tahun yang baik.
Tujuan didirikan sebuah perusahaan adalah untuk menyejahterkan para pemegang
saham, dicerminkan dari kondisi kenaikan nilai harga saham di pasar yang secara
konsisten dan relevan. Usaha meningkatkan nilai perusahaan bisa dilakukan
melalui penunjukan manejer yang ikut dalam kepemilikan saham di perusahaan
tersebut. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai
perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai
kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula
(Christiawan dan Tarigan, 2007).
Martani, et al (2012) menuliskan kasus penyelewengan persediaan pada PT
Indofarma Tbk. Perusahaan Indofarma Tbk. adalah salah satu produsen
obat-obatan Indonesia. Bermula dari penelaahan Bapepam-LK (saat ini bernama OJK)
mengenai dugaan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang
dilakukan oleh PT Indofarma Tbk. untuk tahun buku 2001. Pada tanggal 8
november 2004, Bapepam-LK mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap PT
Indofarma Tbk. Hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa terdapat
menyebabkan adanya understatement beban pokok penjualan dan overstatement
laba neto sebesar nilai tersebut. Kesalahan penyajian nilai tersebut disebabkan
oleh lemahnya pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan.
Berdasarkan ringkasan laporan keuangan yang dipublikasikan di media massa,
perusahaan farmasi obat generik ini menderita kerugian Rp59,83 miliar, atau
meningkat dua kali lipat dari hasil laporan keuangan sebelum audit sebesar sekitar
Rp20 miliar. Padahal pada tahun buku 2001, perusahaan ini mencatatkan
keuntungan sebesar Rp122,5 miliar. Perubahan yang sedimikian drastis ini
ternyata disebabkan adanya overstatment nilai persediaan tersebut. Atas kejadian
ini, Bapepam-LK melakukan suspensi terhadap perdangangan saham INAF. Atas
hasil pemeriksaan Bapepam-LK diputuskan bahwa direksi yang menjabat pada
periode terbitnya Laporan Keuangan tahun periode 2001 diberikaan sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Selain
itu, Bapepam-LK juga meminta Direksi PT Indofarma Tbk. untuk : (i) segera
membenahi dan/atau menyusun sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi
perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan yang sama
dikemudian hari selambat-lambatnya pada akhir semester I tahun buku 2005; (ii)
menyampaikan laporan perkembangan atas pembenahan dan/atau penyusunan
sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan tersebut secara
berkala setiap akhir bulan kepada Bapepam-LK; (iii) menunjuk akuntan publik
yang terdaftar di Bapepam-LK untuk melakukan audit khusus guna melakukan
penilaian atas sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi tersebut apabila
pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan. Hasil audit khusus
tersebut wajib disampaikan ke Bapepam-LK.
Apabila dilihat dari kasus PT Indofarma maka memanajemen nilai
persediaan semakin terhubung pada nilai perusahaan. Berdasarkan pengumuman
dari Bapepam-LK adanya temuan laba neto PT Indofarma yang overstatment
diakibatkan dari penilaian PT Indofarma pada nilai persediaannya terlalu tinggi.
Pada perhitungan laba perusahaan, nilai persediaan merupakan akun yang ikut
dalam perhitungan secara tidak langsung karena nilai persediaan menentukan
besaran harga pokok penjualan perusahaan yang nantinya akan dikurangkan
kepada penjualan perusahaan. Nilai persediaan atau persediaan ini adalah barang
jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang
diproduksi perusahaan temasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan
dalam proses produksi (Sundjaja dan Berlian, 2002).
Pentingnya keputusan manajer dalam mengelola aset perusahaan dapat
berdampak serius bagi berjalannya operasional perusahaan dikemudian hari dan
akan memengaruhi tujuan jangka panjang perusahaan. Persediaan merupakan satu
dari lainnya aset yang berperan penting sebagai motorik majunya aktivitas
perusahaan dalam menjalankan tujuan utamanya yaitu memeroleh laba. Masalah
investasi dalam persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif. Bagi
perusahaan manufaktur persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan
dalam investasi persediaan ini akan menggangu kelancaran operasi perusahaan
(Daljono dan Puspitaningtyas, 2005). Manfaat memiliki persediaan bagi
kuantiti; (iii) mengurangi biaya persediaan; (iv) mencapai biaya produksi yang
efisien (Sundjaja dan Barlian, 2002). Hal ini menjadi Trade off perusahaan antara
untuk memilihan investasi pada persediaan dengan kesempatan investasi
perusahaan pada pemanfaatan arus kas ke aset lainnya. Semakin tinggi tingkat
persediaan perusahaan maka akan semakin besar peluang perusahaan kehilangan
penghasilan dari sumber lain. Secara umum semakin tinggi rata-rata persediaan
semakin besar investasi dan biaya yang dibutuhkan. Jadi dalam merencanakan
persediaan, manajer keuangan harus memikirkan biaya dan manfaat penyimpanan
persediaan.
Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Situmorang (2011) menemukan
hasil bahwa secara parsial nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dengan investasi yang dimiliki khususnya persediaan, investor dapat memilih nilai
persediaan sebagai tolak ukur. Penelitian serupa dilakukan oleh Somara (2013)
yang menemukan hasil secara parsial menunjukkan bahwa nilai persediaan dan
profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
kesamaan hasil yang diperoleh peneliti, yakni adanya pengaruh yang signifikan
antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti terdahulu
menggunakan market to book value of assets ratio (MTBVAR) untuk
pmengukuran nilai persusahaan, sedangkan dalam penelitian ini, penulis ingin
dengan pengukuran nilai perusahaan menggunakan Rasio Tobin’s Q atau rasio Q.
MTBVAR hanya menggunakan faktor ekuitas dalam pengukurannya sedangkan
Tobins’Q memerhitungkan sumber lain dari ekuitas yaitu hutang. Perusahaan
sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai
kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka
pendek maupun jangka panjang (Sukamulja, 2004). Berdasarkan adanya
perbedaan dalam hal pendekatan matematis dalam mengukur nilai perusahaan ini,
maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian.
Penelitian terdahulu berikutnya yang menyerupai dilakukan oleh Daljono
dan Puspitaningtyas (2005) menemukan bahwa ada pengaruh positif yang
signifikan antara nilai persediaan terhadap market value perusahaan. Penelitian
serupa dilakukan oleh Purwanto (2005) yang menemukan hasil bahwa nilai
persediaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap market value
perusahaan. Kesimpulan dari peneliti - peneliti sebelumnya memiliki kesamaan
hasil yakni, nilai persediaan berpengaruh signifikan terhadap market value
perusahaan.
Pengertian nilai perusahaan memiliki cakupan yang lebih luas jika
dibandingkan dengan pengertian market value. Nilai perusahaan dapat menjadi
pengertian tersendiri dari tiap-tiap investor. Seorang investor yang ingin
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar sebesar
nilai peusahaan yang diperhitungkan olehnya. Sewaktu investor ingin
menanamkan uangnya kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka
al 2005). Perusahaan yang berkeinginan melakukan penjualan saham perdana
akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui
Corporate Value Model atau Price Ratio Models agar harga saham per lembar
sesuai dengan kemampuan perusahaan sebenarnya (Mello, 2006).
Definisi nilai perusahaan menurut Christiawan dan Tarigan (2007) ialah
“memiliki beberapa konsep nilai yaitu: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik,
nilai buku, dan nilai likuidasi”. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara
formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca
perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering
disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham.
Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai
intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan
nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan
sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas
bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva
dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai
jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus
dipenuhi
Selanjutnya, yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah profitablitias digunakan sebagai variabel moderasi di penelitian ini karena
hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi
profitabillitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan nilai
persediaan dengan nilai perusahaan, atau apabila perusahaan mengalami
keuntungan maka hubungan nilai persediaan dengan nilai perusahaan semakin
kuat.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan
penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah nilai persediaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan,
antara lain:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah,
memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya
mengenai nilai persediaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan.
2. Bagi calon peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan sebagai bahan referensi dan bahan masukan untuk para
akademisi dan penelitian bagi pengembangan dan pengkajian konsep
hubungan antara nilai persediaan dan nilai perusahaan.
3. Bagi emiten, ini diharapkan dapat memberikan arti penting bagi
perusahaan agar lebih mempertimbangkan penyediaan nilai persediaan
yang nantinya akan memengaruhi naik turunnya laba perusahaan.
Perusahaan yang memiliki nilai persediaan tinggi bisa saja lebih banyak
menggunakan biaya untuk pengendalian internal persediaan tersebut,
namun apabila ada pergerakan permintaan yang tiba-tiba diluar dari jadwal
perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih cepat merespon
permintaan.
4. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai sumber informasi pertimbangan
investasi pada persediaan yang memiliki kelemahan dan kelebihan dalam
berjalannya operasional bisnis. Diharapkan investor juga mengetahui
dampak langsung bahwa nilai persediaan menjadi pengaruh penting
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
Terdapat beberapa teori yang dapat menginterpretasikan hubungan antara
nilai persediaan dengan nilai perusahaan.
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Tahun 1976 Jensen dan Meckling dalam penelitiannya yang berjudul Theory
of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure
menyebutkan hubungan Keagenan sebagai berikut:
“... agency relationship as a contract under which one or more persons (the
principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their
behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Hubungan agen terjadi ketika satu individu atau lebih sebagai pemilik
(principal) yang memberikan delegasi otoritas kepada individu lain (agent) untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan principal (Jensen dan
Meckling, 1976). Ketika pemilik perusahaan menunjuk manajer (orang yang
digaji oleh pemilik perusahaan) sebagai pengelola perusahaan maka saat itu pula
tindakan – tindakan manajemen bisa saja mengarah untuk kepentingannya sendiri.
Manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri
daripada kekayaan pemegang sahamnya sehingga mereka mendapat gaji lebih
(Brigham dan Houston, 2012). Para pemilik perusahaan dapat saja mencegah
manajemen. Namun hal itu sangat sulit dilakukan oleh pemilik perusahaan
sehingga dibutuhkan biaya (agency cost) untuk memaksa manajer agar mau
melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Lubis dan
Putra, 2012).
Ada 3 kategori dari agency cost antara lain (Lubis dan Putra, 2012) :
1. Biaya auditor untuk memonitor tindakan
manajer.
2. Biaya untuk menggaji manajer dari luar
sehubungan dengan biaya struktur organisasi.
3. Opportunity Cost, misalnya merupakan persyaratan agar pemegang saham terpaksa memilih isu tertentu, yang merupakan batasan dari manajer untuk mengambil tindakan yang ada hubungannya dengan harta pemegang saham.
Salah satu dana perusahaan diperoleh dari investasi modal para pemegang
saham dan sudah sewajarnya para pemegang saham menginginkan pengembalian
setara dengan dana yang ditanamkannya. Pengambilan keputusan manajer untuk
dana yang diinvestasikan pada persediaan bisa menjadi jalan lintas para manajer
untuk mencapai keinginan-keinginan bersifat pribadi. Kebijakan perusahaan yang
memberikan intensif atau bonus kepada manajer berdasarkan persentasi dari
jumlah laba dapat menjadikan seorang manejer berkeinginan untuk meningkatkan
laba perusahaan. Berbagai cara dapat dilaksanakan seperti pengefisiensian biaya
serta peningkatan volume penjualan melalui diferensiasi produk. Namun, apabila
adanya ketidaksesuaian dari apa yang diharapkan manajer, hal ini dapat
menjadikan manajer mencari cara yang tidak sesuai dari pendelegasian pemilik
perusahaan yaitu mengatur jumlah nilai akhir persediaan. Apabila nilai persediaan
overstatment. Dalam hal ini, telah terjadi gap antara pemilik perusahaan sebagai
principal dengan manajer perusahaan selaku agency.
2.1.2 Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information)
Awal dekade 1960-an profesor Harvard University, Gordon Donaldson
mengajukan sebuah teori tentang informasi yang tidak simetris atau disebut
sebagai asymmetric information. Teori informasi tidak simetris adalah kondisi
dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain
(Atmaja, 1994). Dalam kaitannya terhadap informasi pada manajemen perusahaan
yang mengetahui lebih banyak tentang kondisi kemampuan perusahaan
dibandingkan dengan para investor di pasar modal. Pengertian lain tentang
informasi tidak simetris adalah yang dikemukakan oleh Boujelbene dan Besbes
(2012) yaitu informasi tidak simetris merupakan suatu kejadian atau kasus di
mana kelompok tertentu menyimpan informasi dan mereka tidak mengirimkan ke
kelompok lain.
Penyajian nilai persediaan tidak luput hubungannya dari teori informasi
tidak simetris. Sebagaimana terjadi pada nilai persediaan di suatu perusahaan,
pihak manajemen akan lebih memiliki informasi yang kompleks dan prediktif
hubungannya dengan mengatur persediaan perusahaan jika dibandingkan dengan
pihak investor. Sartono (1997) mengatakan bahwa manajer keuangan sangat
berkepentingan dengan persediaan sebagai bagian dari siklus aliran kas secara
keseluruhan. Apabila perusahaan dapat memeroleh kepercayaan dari investor
investor dalam memerediksi laporan keuangan investee. Hal ini sangat penting
karena jumlah investasi dalam persediaan biasanya merupakan aset lancar paling
besar dari perusahaan manufaktur dan ritel (Kieso et al, 2008).
Informasi tidak simetris dapat menjadi kendala potensial untuk
mengungkapkan nilai modal sebenarnya dalam perusahaan dan diatasi sesegera
mungkin agar pihak luar yang berkeinginan berinvestasi mengetahui kondisi
perusahaan investee. Informasi asimetris merupakan faktor potensial yang
membuat penyajian modal perusahaan terlihat bias di pasar keuangan domestik
dan internasional (Bellalah dan Aboura, 2006). Manfaat lainnya dari tidak adanya
ditemukan Asymmetric Information pada investee adalah investor juga mampu
menyerap tujuan sebenarnya dari perusahaan investee.
2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory)
Informasi yang diketahui oleh pihak manajemen perusahaan selalu lebih
baik dari pihak eksternal. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan
bertujuan untuk mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan
pihak eksternal perusahaan (Wolk, 2001 dalam Thiono, 2006). Adanya
information asymmetry ini menjadikan pihak manajemen perusahaan
mengeluarkan sinyal-sinyal terhadap para investor tentang pencapaian manajemen
selama ini dalam memenuhi kesejahteraan pemegang sahamnya melalui laporan
keuangan. Informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka
melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan (Ilat
Menurut Saerang dan Pontoh (2011) perusahaan dapat meningkatkan nilai
perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk
mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya dapat menurunkan
kekhawatiran investor mengenai prospek perusahaan dimasa akan datang. Teori
sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan
sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai
apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan
pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain
Pengungkapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap nilai
persediaannya bisa memberikan sinyal baik bagi investor. Jumlah nilai persediaan
yang sesuai akan mendukung validitas suatu penjualan pada tahun berjalan
perusahaan. Secara rasional investor akan memperhitungkan apabila nilai
persediaan yang melimpah namun perusahaan tetap mampu melakukan
peningkatan penjualan yang tajam bisa memberikan sinyal buruk kepada investor
tentang adanya penyelewengan tersembunyi dalam persediaan.
Informasi-informasi yang diungkapkan perusahaan melalui laporan keuangannya sangat
memengaruhi daya tarik pihak eksternal. Berdasarkan signaling theory, sinyal
positif yang ditangkap oleh investor tersebut bisa meningkatkan nilai perusahaan
(Setijawan, 2011).
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal
mempunyai nilai lebih/keunggulan kompetitif dari perusahaan lain (Purwanto,
2012). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pihak eksternal sebagai pengguna laporan
keuangan.
2.1.4 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Stakeholder Theory yang mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan
ditentukan oleh para stakeholders. (Yuliana et al, 2008). Berjalannya suatu
perusahaan tidak hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri, namun harus
memberikan manfaat bagi para stakeholder. Hubungan perusahaan terhadap para
stakeholder yang baik merupakan target utama manajemen yang harus dicapai.
Menurut Clarkson (1994) dalam Octavia (2012) mendefinisikan stakeholder
menjadi stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah
pihak-pihak yang memiliki peranan sangat penting bagi organisasi sehingga
apabila tidak ada partisipasi pihak tersebut, maka keberlanjutan organisasi tidak
akan bertahan. Contoh dari stakeholder primer yaitu investor, pekerja, pelanggan,
dan pemasok. Sedangkan stakeholder sekunder didefinisikan sebagai pihak yang
memengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat
dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu berarti untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Contoh dari stakeholder sekunder yaitu pemerintah dan media
massa. Manajer berperan penting untuk menjaga dukungan dari semua kelompok
ini, menyelaraskan kepentingan mereka agar organisasi tempat di mana para
pemangku kepentingan dapat dimaksimalkan dari waktu ke waktu (Freeman dan
Fokus utama dalam teori ini yaitu bagaimana perusahaan memonitor dan
merespon kebutuhan para stakeholders-nya. Perusahaan juga harus memahami
kelemahan dan kebaikan dari stakeholder agar menjadikan perusahaan tanggap
dalam kendala-kendala yang ditemui dari stakeholdernya (Yuliana, et al, 2008)
Ketika entitas perusahaan menginginkan sejumlah persediaan untuk
memenuhi kegiatan operasionalnya maka perusahaan akan membutuhkan partner
yang bersedia mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang bukan dari
entitas perusahaan, yakni perusahaan pemasok. Apabila perusahaan memiliki
hubungan yang tidak baik terhadap pemasok sebagai stakeholder maka
penyediaan persediaan akan terlambat. Keterlambatan ini karena perusahaan
membutuhkan waktu untuk pemecahan solusi berupa, pengalihan ke pemasok lain
atau tetap memerbaiki hubungan terhadap pemasok yang saat ini. Kendala ini
akan menjadikan operasional perusahaan terhambat sehingga akan
memungkinkan pengiriman barang ke konsumen yang terlambat pula. Efek
domino ini akan membuat hubungan perusahaan terhadap pelanggan (stakeholder)
yang sebelumnya tidak bermasalah terhadap perusahaan, menjadi bermasalah,
dikarenakan hubungan perusahaan terhadappemasok (stakholder) yang buruk.
Penurunan laba perusahaan akan dapat terjadi apabila perusahaan
bermasalah dengan para stakeholdernya. Laba perusahaan yang turun dapat
berakibat ekspektasi investor berkurang keyakinannya terhadap perusahaan
sehingga nilai perusahaan juga akan mengalami penurunan melalui penurunan
harga saham di pasar. Ide sentral dari kesuksesan organisasi tergantung pada
seperti pelanggan, pemasok, karyawan, pemodal, dan lain-lain yang dapat
memengaruhi realisasi tujuan suatu perusahaan (Freeman dan Phillips, 2002).
2.1.5 Nilai Persediaan
Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar
dari perusahaan dagang dan manufaktur (kieso et al, 2008). Jumlah yang sangat
material apabila perusahaan keliru dalam penilaiannya. Persediaan membutuhkan
prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang
sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan. Menurut Brigham (2006)
seeperti halnya piutang usahan, tingkat persediaan pun sangat tergantung pada
penjualan. Dengan demikian, sesuai dengan pendapat Brigham maka hubungan
penjualan terhadap persediaan saling terkait.
Terdapat berbagai pandangan mengenai istilah persediaan. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan
berikut, Kieso, et al (2008) mengatakan bahwa “persediaan (inventory) adalah
pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang
yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan
dijual”. Warren, et al (2008) menyatakan bahwa persediaan adalah “barang
dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan,
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan
tersebut meliputi barang dagang, bahan baku, barang dalam proses danbarang
jadi. Ada perbedaan dari jenis persediaan antara perusahaan dagang dengan
perusahaan manufaktur jika dilihat dari persediaan yang digunakan. Di dalam
perusahaan dagang hanya terdapat barang jadi saja dan tidak merubah wujud dari
barang itu dan fungsinya, sedangkan di dalam perusahaan manufaktur meliputi
bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi. Pada
persediaan perusahaan manufaktur adanya ditemukan proses metamorphosis,
yaitu perubahan bahan baku menjadi bahan dalam proses, lalu diproses lagi
menjadi barang jadi yang siap dijual. Persediaan bahan pembantu sebagai
persediaan untuk kelancaran proses produksi. Pendapat yang lebih terperinci
disebutkan oleh Munandar (1996) bahwa persediaan adalah semua persediaan
barang-barang yang dipergunakan untuk menjalankan usaha (operasi) perusahaan.
Untuk perusahaan perdagangan yang usahanya membeli dan kemudian menjual
barang-barang tanpa mengadakan perubahan-perubahan yang prinsipal terhadap
barang-barang yang diperjualbelikan tersebut (misalnya tanpa mengubah bentuk
atau sifat barang-barang tersebut secara prinsipil, sehingga barang yang dibeli
tetap sama dengan yang dijual), maka persediaan barang-barang untuk
menjalankan usahanya berupa Inventory of merchendise (persediaan barang
dagang). Bagi perusahaan industri (Manufacturing) yang mengadakan
perubahan-perubahan prinsipiil terhadap barang-barang yang dibeli (proses produksi),
sebelum nantinya dijual kembali, maka persediaan barang-barang untuk
1) Inventory of Direct Materials (persediaan bahan baku)
Persediaan dari bahan-bahan yang langsung (direct) dikerjakan dalam proses produksi akhir sesudah selesai diproses dalam proses produksi. (misalnya: kapas sebagai direct material dari perusahaan pemintalan benang; mori sebagai direct material dari perusahaan batik, dan sebagainya)
2) Inventory of Indirect Material (Persediaan Bahan Pembantu)
Persediaan dari bahan-bahan yang tidak langsung (indirect) dikerjakan dalam proses produksi, tetapi hanya bersifat membantu kelancaran jalannya proses produksi tersebut. Misalnya: bahan bakar, minyak pelumas dan sebagainya).
3) Inventory of Work in Process (Persediaan Barang Dalam Proses)
Persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga menjadi “barang jadi” yang siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Persediaan barang setengah jadi”
4) Inventory of Finished Goods (Persediaan Barang Jadi)
Persediaan barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prouksi, dan siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Inventory of Final Goods”.
Persediaaan perlu untuk dimanajemen untuk mendapatkan hasil yang
optimal bagi perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan
merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan
sebelum sampai ke tangan pihak lain (distributor/agen atau konsumen) atau jika
dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan”
sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas (Sitanggang, 2012).
Pengaturan persediaan didasari pada berbagai pendekatan dan teori, yakni
hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak) dan Political cost.
2.1.5.1 Hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak)
Classical Ricardian menyatakan bahwa manejer bertujuan tunggal
untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya pajak
serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan kesempatan produksi
pada asumsi bahwa faktor yang paling memengaruhi perusahaan adalah
peraturan perpajakan, dengan disajikannya nilai persediaan akhir yang
sedikit membuat biaya pajak lebih kecil. Perubahan nilai persediaan
diakibatkan dari pemilihan metode akuntansi persediaan karena metode
yang berbeda akan menghasilkan pelaporan persediaan, laba dan harga
pokok penjualan yang berbeda (Mukhlasin, 2001). Apabila perusahaan
menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang
lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata sehingga
perusahaan tidak dapat melakukan penghematan pajak. Sebaliknya, apabila
perusahaan menggunakan metode rata-rata, maka perusahaan akan
menghasilkan laba yang lebih kecil dan dapat melakukan penghematan
biaya pajak.
Pertimbangan memilih metode akuntansi persediaan didasarakan pada
alasan yang rasional bahwa manajer dituntut untuk dapat menghasilkan laba
yang besar dan meningkatakan nilai perusahaan (kieso, 2008). Lee dan
Hsieh dalam Mukhlasin (2001) berkesimpulan bahwa nilai persediaan akhir
dalam sebuah perusahaan tidak sama dan variatif sekali, variasi ini
menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik
persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri.
2.1.5.2 Political cost
Bahwa semua orang sama, biaya politik yang lebih besar dihadapai
oleh manajer lebih menyukai memilih prosedur (metode) akuntansi yang
akan datang (Mukhlasin, 2001). Perbedaan jumlah akuntansi dari perbedaan
metode akuntansi akan memicu tindakan politik. Dengan demikian dalam
kaitannya dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, manajemen akan
memilih metode yang memberikan political cost yang rendah. Apabila
Profitabilitas perusahaan tinggi maka akan menarik perhatian media dan
konsumen sehingga political costnya menjadi besar. Political cost
mengurangi dana perusahaan dalam hal investasi, namun dapat pula menjadi
insentif bagi perusahaan karena memberikan sinyal bahwa perusahaan
berkemampuan tinggi dan kemudian meningkatkan profiatbilitas perusahaan
(Bonfigliolo dan Gancia 2010).
1. Pengukuran Persediaan
Exopure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (Revisi Tahun
2008) tentang persediaan paragraf ke 8 menyatakan bahwa (ED PSAK 14 par,
IAI, 2009).
“Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah.”
Dalam PSAK No.14 (Revisi tahun 2008) disebutkan pula bahwa ada beberapa
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan tersebut. Biaya tersebut
meliputi biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya Pembelian
dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.
Biaya Lain-lain
Biaya yang terjadi hingga persediaan siap digunakan. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari harga pokok persediaan ( IAS 23) Metode biaya standar ( standard cost method ) atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out (FIFO).
2. Penilaian Persediaan
Roberts, et al (2005) menyebutkan bahwa key issues dari IAS 2 adalah
penilaian persediaan merupakan aspek penting dalam menentukan sebuah laba
bersih sebuah perusahaan. Standar menyatakan bahwa laba akan diakui pada saat
terbentuknya (earned) yaitu pada saat persediaan dijual. Harga perolehan
persediaan adalah semua biaya yang terjadi hingga persediaan tersebut siap dijual.
IAS 2 berisi aturan untuk penilaian persediaan.
1. persediaan diukur dengan nilai terendah lower of antara nilai realisasi bersih (net realizable value) dan harga pokoknya.
2. harga pokok meliputi harga beli, biaya konversi, biaya kirim dan biaya-biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap dijual.
3. Harga pokok termasuk biaya yang dialokasikan secara sistematis dari biaya overhead tetap dan variabel yang didasarkan pada kapasitas normal dari fasilitas pabrik yang ada; biaya overhead biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap untuk digunakan.
5. Metode biaya standar ( standard cost method ) atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan.
6. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out (FIFO)
3. Pengakuan sebagai Beban
Exosure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (Revisi
Tahun 2008) tentang persediaan paragraf ke 32 menyatakan bahwa (ED PSAK 14
par, IAI, 2009)
“Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.
2.1.6 Nilai Perusahaan
Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai
perusahaan (Gunawan dan Utami, 2008). Nilai perussahaan pada penelitian ini
didefinisikan sebagai nilai pasar. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin
besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham. Bagi perushaan
yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di
bursa merupakan indikator nilai perusahaan.
Pengertian nilai perusahaan sendiri berbeda-beda dalam penilaiannya yaitu :
Menurut Christiawan dan Tarigan (2007) definisi dari nilai perusahaan memiliki lebih dari satu konsep, yakni :
1. Nilai nominal
2. Nilai pasar
Nilai pasar, dapat disebut juga kurs. Nilai ini diperoleh dari harga tawar-menawar pasar sehingga nilai pasar dapat diperoleh apabila perusahaan menjual saham kepublik.
3. Nilai intrinsik
Konsep nilai intrinsik mengandung sifat yang lebih kaku dari lainnya karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai buku
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5. Nilai likuidasi
Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.
Pengertian lainnya dari nilai perusahaan, apabila seorang investor yang
ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar
sebesar nilai perusahaan yang diperhitungkan olehnya. Penelitian Assih, et al
(2005) mengungkapkan bahwa sewaktu investor ingin menanamkan uangnya
kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka nilai perusahaan
dihitung saat IPO dan pada akhir tahun terjadinya IPO.
Berbeda pula apabila dilihat dari sudut pandang investee ketika ingin
menentukan nilai perusahaan. Perusahaan yang berkeinginan melakukan
penjualan saham perdana akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai
perusahaannya baik melalui corporate Value Model atau Price Ratio Models agar
harga saham per lembar yang dijual sesuai dengan kinerja perusahaan (Mello,
2006)
Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya
memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang
semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan,
maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang
lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai Tobin’s q
yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat,
sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s q yang rendah umumnya
berada pada industry yang sangat kompetitif atau industri yang mulai melemah.
Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market-to-book-ratio, namun
menurut Sukamulja (2004), Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara
lain:
1. Replacement Cost vs Book Value Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai denominator, sedangkan market-to-book-ratio menggunakan book value to total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari asset yang sebenarnya di masa kini, salah satu factor tersebut misalnya inflasi.
2. Total Assets vs Total Equity Market-to-book-ratio hanya menggunakan factor ekuitas (saham biasa dan saham preferen) dalam pengukuran. Penggunaan factor ekuitas ini menunjukkan bahwa market-to-book-ratio hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Sedangkan Tobins’Q memberikan wawasan yang lebih luas terhadap investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2.1.7 Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan
tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan (Sitanggang, 2012).
modal, seperti modal usaha/opersional seperti modal utang, modal sendiri, atau
modal keseluruhan yang membuat rasio dengan laba dan modal harus disesuaikan
dengan darimana laba dan untuk apa modal tersebut ditujukan. Menurut Shaw
(2003) dalam Bukit (2012) laba yang tinggi memberikan indikasi prospek
perusahaan yang baik sehingga dapat mendorong investor untuk meningkatkan
permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai
perusahaan meningkat. Berdasarkan pembahasan diatas profitabilitas juga
memengaruhi nilai perusahaan (Bukit, 2012).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai hubungan
antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Daljono dan Puspitaningtyas
(2005) melakukan pengujian untuk melihat pengaruh metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan gros margin terhadap Market Value. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta dengan perioda penelitian tahun 2001 sampai dengan tahun 2002,
berjumlah 152 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda
purposive sampling berjumlah 97 perusahaan. Teknik pengujian data adalah
dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan
regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi
alpha 5%. Hasil penelitian membuktikan bahwa Nilai persediaan berpengaruh
signifikan positif terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya
Secara simultan membuktikan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan
profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value.
Purwanto (2007) menguji pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan, dan gross profit margin terhadap Market Value pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan perioda penelitian tahun 2007. Sampel dipilih dengan menggunakan
metoda purposive sampling berjumlah 33 perusahaan. Teknik pengujian data
adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial
dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat
signifikansi alpha 5%. Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
market value perusahaan. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan gross
profit margin tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai
persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.
Situmorang (2011) memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan
bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan
adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan
dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan
food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2007-2009. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive
sampling dengan pertimbangan (judgement sampling). Jumlah 14 perusahaan food
kriteria-kriteria purposive sampling, dari populasi tersebut didapatkan 109 emiten yang
memenuhi syarat-syarat sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara
parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Somara (2011) memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa
pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah.
Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan
profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2009-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive
sampling dengan pertimbangan (judgement sampling. Jumlah 11 perusahaan
berdasarkan kriteria-kriteria purposive sampling. Secara simultan, tidak ada
pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan
profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan metode
arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama
Penelitian
Judul Penelitian Variabel penelitian
Hasil Penelitian 1. Daljono dan
Puspitaningt yas (2005) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin terhadap Market Value Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah market value
Secara simultan Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin
berpengaruh signifikan terhadap market value.
Secara parsial metode arus biaya
persediaan dan Profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap market value.
Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value. 2. Purwanto (2007) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Gros Profit Margin Terhadap Market Value
Perusahaan(Studi Empiris : Perusahaan Aneka Industri Di
Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin.
Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap market value perusahaan.
Variabel dependen adalah market value. berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan
memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.
(Lanjutan)
Ringkasan Penelitian Terdahulu 3 . Situmorang (2011) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah nilai perusahaan.
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.
Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 4 . Somara (2013) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Barang Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan dan profit margin.
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dependen adalah nilai perusahaan
persediaan dan profit margin menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan, metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitan 2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini tertera seperti gambar 2.3 berikut :
H1 (+)
[image:45.595.107.536.111.255.2]H2 (+)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan selain untuk mengetahui
pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap nilai perusahaan, juga untuk
menguji apakah profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat memperkuat
hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan pada saat profitabilitas
perusahaan tinggi. Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan sebelumnya Nilai Perusahaan
(Y) Nilai Persediaan
(X1)
Profitabilitas
dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini
dapat dirumuskan melalui satu kerangka konseptual tersebut.
Profitabilitas dalam penelitian ini diduga sebagai variabel moderasi
yang memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
Pada saat profitabilitas tinggi maka hubungan antara nilai persediaan pada nilai
perusahaan semakin kuat. Profitabilitas dipilih sebagai variabel moderasi karena
profitabilitas (kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba) merupakan
indikator yang paling mudah dan cepat untuk mengukur keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Investor dan kreditor menggunakan laba untuk
mengukur prediksi laba dimasa yang akan datang dan kinerja manajemen.
Sehingga calon investor dan kreditor dapat dengan mudah melihat kondisi
perusahaan dari laba yang dihasilkan perusahaan. Penanaman modal khususnya
dalam penelitian ini adalah investor, akan tertarik apabila perusahaan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan laba karena investor melakukan investasi
diperusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Investor tidak akan
tertarik melakukan investasi di perusahaan apabila mereka tidak mendapatkan
keuntungan meskipun kinerja dan menajemen persediaaan tepat. Dengan adanya
profitabilitas yang tinggi, maka investor akan tertarik menenamkan modalnya
dalam bentuk pembelian saham. Permintaan saham yang tinggi akan menaikkan
harga saham yang berarti juga naiknya nilai perusahaan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan
merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara
persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain (distributor/agen atau
konsumen) atau jika dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi
aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas
(Sitanggang, 2012). Tersedianya persediaan pada waktu jumlah, jenis, dan
kualitas yang sesuai akan berdampak pada kegiatan produksi atau kegiatan
penjualan. Jika manajemen persediaan tidak akurat dibentuk, maka efek
negatifnya berdampak pada keberlangsungan aktivitas perusahaan karena
penyediaan persediaan yang terlalu besar akan mengarah pada kenaikan
biaya dan pengurangan arus kas dan pada bagian lainnya akan menurukan
penjualan perusahaan (Burja dan Burja, 2010). Sebaliknya jumlah
persediaan yang terlalu kecil karena pemesanan dalam jumlah yang kecil,
meskipun dapat mengurangi biaya penyimpanan, tetapi akan berdampak
pada penambahan biaya pemesanan, tidak terpenuhinya permintaan
konsumen atau terganggunya proses lanjut produksi (Sitanggang, 2012).
Perusahaan yang membuat kebijakan persediaan level minimum dapat
membuat operasional perusahaan berjalan lancar, dengan ketentuan, hal
tersebut jangan sampai mengganggu ketepatan waktu penerimaan bahan
(Heinaman, 1955).
Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi dalam Hubungan antara Nilai Persediaan dengan Nilai Perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba
perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan
(Sitanggang, 2012). ROA menunujukan kinerja perusahaan dan dapat
sebagai acuan dari para pihak eksternal yaitu investor berupa sinyal untuk
arus kas masa depan perusahaan, karena ROA diperoleh dari net profit
after tax, yang dapat menjadi dasar dari kalkulasi arus kas bersih
(Alghifari, et al, 2013). Profitabilitas diduga memiliki pengaruh sebagai
variabel moderasi (dapat memperkuat) hubungan antara nilai persediaan
dengan nilai perusahaan. Nilai persediaan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan apabila profitabilitas perusahaan tinggi (perusahaan mampu
menghasilkan keuntungan). Dengan kata lain, nilai perusahaan tidak akan
mengalami peningkatan apabila profitabilitas rendah (perusahaan tidak
dapat menghasilkan keuntungan) meskipun nilai persediaan yang
dilakukan oleh perusahaan baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H2 : Hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan semakin
kuat pada saat pofitabilitas tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain kausal adalah penelitian
yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)
(Sugiyono, 2011:30)
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:72). Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI yang terdiri dari 10 perusahaan.
Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling.
Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah
(quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan sampel listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013
2. Perusahaan sampel memiliki data-data yang lengkap terkait dengan semua
3. Perusahaan tersebut tidak keluar (delisting) dari BEI selama tahun
2009-2013
4. Perusahaan memeroleh laba selama masa periode 2009-2013. Peneliti
memilih perusahaan yang memperoleh laba selama periode pengamatan
karena pada penelitian ini, variabel moderasi yang digunakan adalah
profitabilitas, oleh karena itu peneliti menggunakan objek penelitian yang
[image:51.595.125.501.337.575.2]selama periode pengamatan memperoleh laba.
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel Penelitian
NO Kode
Perusahaan Populasi
Kriteria Sampel Sampel
1 2 3 4
1 DVLA 1 √ √ √ √ √
2 INAF 2 √ √ √ − −
3 KAEF 3 √ √ √ √ √
4 KLBF 4 √ √ √ √ √
5 MERK 5 √ √ √ √ √
6 PYFA 6 √ √ √ √ √
7 SCPI 7 − √ − − −
8 SIDO 8 − √ − − −
9 SQBB 9 √ √ √ √ √
10 TSPC 10 √ √ √ √ √
Jumlah 10 7
Sumber: Hasil Pemilihan Sampel Penulis
Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel
penelitian sebanyak 7 perusahaan dan diamati selama periode 5 tahun yang
termasuk sebagai data pooling.
3.3 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan
perusahaan. Penelitian ini menggunakan jenis data panel, yakni gabungan antara
data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Data sekunder
diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan
setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam
www.idx.co.id.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data eksternal. Pengumpulan data dilakukan
dengan mendownload dari www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai
laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau
memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya
variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen,
variabel moderasi, dan variabel dependen.
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,2011:3).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai persediaan.
Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari
perusahaan dagang dan manufaktur (kieso et al, 2008). Jumlah yang sangat
prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang
sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan.
Nilai Persediaan = Ln Nilai persediaan akhir
2. Variabel Moderasi
Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini,
disimbolkan dengan (X ). Profitabilitas adalah Return on Assets (ROA) yang
didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan far