“GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh :
Umi Kulsum NIM: 1112051100003
KOSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Umi Kulsum
Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat PSK ABG” Di Reportase Investigasi Trans TV
Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya
karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, agar penelitian dapat terarah, disusunlah rumusan masalahnya yaitu bagaimana konstruksi prostitusi remaja dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kasus tersebut? Dan bagaimana konteks sosial yang terjadi di masyarakat terkait kasus prostitusi remaja tersebut serta penerapan jurnalisme profetik ke dalam beritanya?
Untuk memahami wacana di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini menganalisis suatu wacana dilihat dari tiga level yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.
Metodologi dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan model deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah kritis. Data yang digunakan ialah teks pada episode “Geliat PSK ABG” dan wawancara pribadi dengan Theodorus Lintas Melawai sebagai produser yang memproduksi tayangan yang diteliti. Data yang terkumpul tersebut dianalisis kemudian disimpulkan.
Penelitian mengenai kasus prostitusi yang melibatkan remaja ini ditinjau dari segi teks yang dilihat dari tiga tingkatan struktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Penelitian kognisi sosial dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan produser pada tayangan tersebut. Sedangkan konteks sosial diteliti dengan melihat bagaimana isu berkembang di masyarakat.
ii
Bismillahirrohmanirrahim
Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang
punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah
Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau
kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang
tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan
puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya
bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah
album kehidupan yang lebih terarah.
BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta
salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman,
Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi
bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat
mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah
kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh
zaman.
Terima kasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut
membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung.
Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti
menghaturkan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar besarnya kepada:
iii
Suparto PhD, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah MA,Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suhaemi MA.
2. Ketua Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis
Ridho, M.Si dan Sekretaris Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.
3. Drs. Helmi Hidayat, MA, dosen pembimbing yang senantiasa selalu berbagi
ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak
mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.
4. Pihak Reportase Investigasi Trans TV, Gatot Triyanto sebagai Kepala Divisi
News dan Pemimpin Redaksi, Sudrajat (Eksekutif Produser), Didik Wiratno
(Produser), Theodorus Lintas Melawai (Produser), Siska Hasyim (Junior
Produser), Gresnia Arela Febriani (Asisten Produksi), Retno Noviyani
(Asisten Produksi) dan segenap tim Reportase Investigasi yang telah
membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.
5. Ayahanda tercinta Pujiono senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas
ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga
Ibunda terkasih Wasonah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan
tanpa akhir dan senyum ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat
iv
menunggu keberhasilan cucunya sampai akhir hayatnya, terima kasih ini akan
penulis persembahkan untuk nenek tersayang.
7. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan kasihnya kepada penulis,
Maewas Miftahul Fauzi S.EI, Ali Alatas, Thaha Rizieq Ramadhan dan Cahya
Halissa Fauzi.
8. Keluarga Besar Darmowiyoto yang telah memberikan perhatian dan kasih
sayangnya kepada penulis.
9. Kakak-kakak senior yang berteman baik dengan penulis, Kak Isye, Kak
Welda, Kak Ika, Kak Iim, Kak Syifa, Bang Imam, Bang Reza, Bang Ahmadi,
Bang Eko, Bang Dito, terima kasih telah menjadi kakak-kakak senior yang
hebat.
10.Sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menemani keluh kesah penulis
hingga menyelesaikan skripsi ini khususnya Nur Fajri Rahmawati dan
Maimunah Permata Hati Hasibuan.
11.Sahabat-sahabat seperjuangan Andre Anang P, Badruzzaman, Melky, Restu
Mayang, Atika Suri, Annisa Novianti, Nita Chairunnisa Uluwan, Devi
Yuliana, Devi Tri Puspita, Roisah yang sama-sama berjuang selama di bangku
perkuliahan.
12.Sahabat-sahabat semasa sekolah Saidah, Anisyah, Iis, Syahrina, Marina, Putri,
Cindy, Rika dan Vika.
13.Sahabat seperjuangan bimbingan Ricca Junia Ilprima yang menemani dan
v keluarga yang memberikan kenyamanan.
15.KKN Mahameru yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Roisah,
Devi, Fajri, Maimunah, Azis, Andre, Eka, Tara, Amrullah, Indri, Giyas, Irul,
Tomo dan Mugi. Serta Desa Cijeruk yang banyak memberikan pengalaman
dan pelajaran untuk penulis terutama Bapak Lurah, Ibu-ibu PKK, sahabat dan
murid murid.
16.Komunitas teristimewa DNK TV yang menjadi inspirasi penulis, terutama
General Manager Dedi Fahrudin M.IKom dan crew DNK TV yang senantiasa
bersama-sama mengembangkan DNK TV sehingga eksis sampai saat ini.
Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan memberi kelancaran kepada penulis. Semoga
Allah menambah karunia-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala
kekhilafan baik yang disengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 28 Juni 2016
vi
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SKEMA ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi dan Jenis Berita ... 16
B. Prinsip-Prinsip Jurnalistik ... 19
C. Jurnalisme Profetik... 21
D. Analisis Wacana ... 26
1. Pengertian Analisis Wacana ... 26
2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 28
E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia ... 37
BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia ………... 39
1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi ……… 39
2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta ... 45
B. Profil PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) ... 47
1. Profil dan Sejarah Trans TV ... 47
2. Logo, Visi dan Misi Trans TV ... 50
3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV ... 52
4. Struktur Direksi Trans TV ... 52
5. Program-Program Trans TV ... 52
C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi ... 55
D. Redaksi Reportase Investigasi... 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Sinopsis Geliat PSK ABG ... 58
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 95
viii
[image:12.595.105.515.191.608.2]DAFTAR TABEL
Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk ... 30
Tabel 2 Model Analisis Van Dijk ... 31
Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk ... 32
Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 52
Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 58
Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 66
ix
DAFTAR SKEMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reportase Investigasi merupakan ragam berita reportase yang
dimiliki oleh Trans TV. Program Reportase terdiri atas Reportase Pagi,
Reportase Sore, Reportase Malam dan Reportase Investigasi. Reportase
Investigasi adalah sebuah program yang mengungkap suatu kasus
penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi
kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung
boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan
sebagainya.1 Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature
yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai
kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program
Reportase Investigasi ditayangkan sejak 31 Desember 2005 dan
menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi.
Hadirnya program berita di layar kaca menimbulkan perbedaan
karya jurnalistik media televisi dengan media massa lainnya. Berita
televisi memiliki dua unsur penting yaitu audio dan visual. Unsur visual
memberikan berita lebih hidup, meyakinkan dan mendukung berita
tersebut sedangkan unsur audio mendukung untuk menginformasikan isi
berita kepada pemirsa. Televisi dengan tayangan berita sudah menjadi
bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Dengan sifatnya yang
1
immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Selain itu, televisi juga harus mampu
memberikan tayangan yang baik kepada penonton setianya. Maka dari itu
sebuah tayangan yang layak ditonton harus berpedoman pada Kode Etik
Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati
penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan
peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin
ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang
terdapat di masyarakat. Namun demikian, program jurnalistik ini justru
mendapat tiga kali teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),
di antaranya pada 12 Agustus 2012 (Pembuatan Bahan Bius Illegal), 8
Februari 2015 (Geliat PSK ABG) dan 7 Maret 2015 (Pencopet).
Pada episode Geliat PSK ABG, KPI memberikan teguran tertulis
kepada program Reportase Investigasi pada 27 Februari 2015. Pada
tayangan tersebut KPI menilai tayangan pada episode “Geliat PSK ABG”
tidak memenuhi kaidah penyiaran. Episode tersebut memberitakan tentang
prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang
merupakan Pekerja Seks Komersil (PSK) bawah umur tanpa sensor. KPI
menilai pemberitaan tersebut sangat vulgar dan tidak pantas untuk
ditayangkan dan dapat menimbulkan anggapan perilaku tersebut sebagai
jurnalistik Reportase Investigasi Trans TV telah melanggar Pedoman
Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012.
Dari teguran yang diberikan oleh KPI tersebut jelas bahwa masih
banyak tayangan televisi yang belum sesuai dengan Kode Etik Penyiaran.
Padahal televisi sebagai salah satu alat media massa selain memberikan
edukasi dan hiburan, seharusnya juga menyampaikan informasi yang baik
dan bermanfaat kepada pemirsanya. Informasi yang disampaikan kepada
penonton tentu harus sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Dikeluarkannya
Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran bertujuan untuk
menghasilkan kualitas siaran sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan UU tersebut terbentuklah Pedoman
Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) sebagai alat kontrol
pihak televisi untuk selalu menampilkan tayangan yang berkualitas sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dengan adanya UU tersebut,
penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih
tertib. 2
Episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015
menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut
memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di
Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga
mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu,
pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan
simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini
2
menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang
digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.
Bahasa atau wacana dari sebuah media tidak dapat dianggap
sepele. Ada maksud tersembunyi dari setiap struktur wacana yang
digunakan. Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas
tertentu kepada khalayak. Dapat ditemukan adanya kekuasaan dominan
yang mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengendalikan
dan menguasai media, bahkan adanya kekuatan-kekuatan berbeda dalam
masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi.
Fungsi media massa sebagai alat untuk menyampaikan informasi
mempunyai kemampuan yang dapat membentuk opini publik. Media
menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi
cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media
merupakan realitas yang telah dikonstruksi dalam bentuk yang bermakna.
Berdasarkan hal itulah penelitian wacana pada episode Geliat PSK
ABG dianggap penting oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses
penyampaian pesan dalam program tersebut. Penelitian ini bermaksud
menemukan makna-makna yang tersembunyi dalam wacana di episode itu.
Hal itu karena sebuah wacana dapat membentuk kognisi seseorang dan
dapat menciptakan opini kepada khalayak. Melalui sebuah wacana, media
dapat mengangkat bahkan menjatuhkan seseorang. Itulah mengapa
pentingnya pemilihan kata atau struktur wacana dalam sebuah tayangan
Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul
ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada
pemberitaan investigasi episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan
oleh Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul
16.00-16.30 WIB. Penelitian ini dibatasi hanya pada seputar naskah
dan wacana yang ditampilkan pada episode tersebut.
2. Rumusan Masalah
Mengacu pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya
adalah:
a. Bagaimana konstruksi wacana prostitusi remaja ditinjau dari
struktur teks “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans
TV?
b. Bagaimana kognisi sosial produser atau wartawan dalam
memahami kasus prostitusi remaja pada episode “Geliat PSK
ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?
c. Bagimana konteks sosial prostitusi remaja dan penerapan
jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi
wacana pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial serta
penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” dalam
program Reportase Investigasi di Trans TV.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis: penelitian ini diharapkan memberi
sumbangsih terhadap keilmuan jurnalistik, terutama mengenai
analisis wacana pada program jurnalistik di televisi.
b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan menjadi awal informasi bagi penelitian serupa dan
memberikan gambaran tentang bagaimana sebenarnya suatu
wacana pemberitaan dikonstruksikan oleh media massa. Penelitian
ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi program Reportase
Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan
prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang
kontroversial di masyarakat. Serta diharapkan menjadi bahan
masukan untuk KPI agar lebih cermat lagi terhadap pelanggaran
program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran
P3SPS, prinsip-prinsip jurnalistik dan diharapkan juga menjadi
bahan perhatian masyarakat atau penonton agar lebih aktif lagi
terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran dan
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis.
Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena
sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada
dalam masyarakat. 3
Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak
di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,
tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya.
Karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada
dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi
wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. 4
Analisis Wacana Kritis (AWK) ini dimaksudkan untuk mengetahui
maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam penelitian ini ingin
mengetahui lebih jauh dari wacana yang terbentuk dalam pemberitaan
“Geliat PSK ABG” tersebut.
3
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 6. 4
2. Metode Penelitian
Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif desain deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang
dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan
dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa
berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok.5
Data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.6 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif
penulis menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang
dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana didefinisikan
sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang
subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis
wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan
pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada
“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. 7 Model Analisis
Wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teun A. Van Dijk
yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu
pernyataan, pertanyaan, tuduhan dan ancaman.
5
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2012), cet ke-11, h.1-2.
6
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet ke-23, h.4.
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pemberitaan investigasi pada episode
“Geliat PSK ABG” yang ditayangkan Reportase Investigasi Trans TV
pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung
mulai 26 Februari 2016 sampai dengan 25 April 2016. Penelitian ini
dilakukan di Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean Kav.12-14A
Jakarta 12790, lantai 3 Divisi News.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan
mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati
dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.8 Peneliti
melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang
diperlukan. Dalam metode ilmiah observasi adalah suatu cara bagi
peneliti untuk memperoleh data dengan pengamatan secara
sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Observasi yang
dilakukan peneliti merupakan observasi tayangan pada episode
“Geliat PSK ABG” di program Reportase Investigasi Trans TV.
8
Haris Herdiansyah, MetodologiPenelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.131.
9
a. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan dari pihak yang bersangkutan dan
dianggap memahami masalah atau suatu peristiwa dan femonema
tertentu untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.10 Dalam hal ini
wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap sebagai alat untuk
melengkapi informasi yang telah diperoleh.
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Theodorus
Lintas Melawai selaku produser program Reportase Investigasi
yang memproduksi dan pihak terkait yang membantu melengkapi
data yang akan dianalisis. Theo selaku produser terlibat langsung
dalam kasus “Geliat PSK ABG” ini baik perencanaan, survey
maupun terjun langsung ke lapangan untuk meliput kasus tersebut.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen
yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan
gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen
10
[image:23.595.102.514.243.582.2]lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan.11
Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,
buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip lain yang terkait
dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut,
nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan
mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis
dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan
penelitian.
Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah
dokumen yang dimiliki program Reportase Investigasi baik berupa
video, grafik, arsip, gambar atau foto dan lain sebagainya. Ada
juga data yang bersumber dari buku, internet berupa artikel yang
terkait relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya
dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti.
b. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menyusun data secara
sistematis lalu mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis
sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian untuk kemudian
menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis,
peneliti menggunakan teknik analisis data metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada tahap ini,
11
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
penulis menganalisis teks, video dan percakapan pada tayangan
“Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV kemudian
ditafsirkan oleh peneliti disesuaikan dengan teori Analisis Wacana
model Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan
mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial
dan konteks sosial. Inti dari analisis ini adalah menggabungkan
ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.
Pada dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan
strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema
tertentu. Pada kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita
yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek
ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat dalam suatu masalah. Kemudian setelah data
terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian
untuk dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara
mengklasifikasikannya dengan kerangka teori kemudian
disimpulkan.
c. Pedoman Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan
tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya
for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan
metode analisis wacana, banyak ditemukan oleh peneliti menjadi
contoh dan pegangan dalam melakukan penelitian. Penelitian
sebelumnya yang berjudul Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
pada Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian
Umum Republika oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik
tahun 2013 dirasa lebih cocok menjadi contoh dan pegangan
peneliti. Skripsi oleh Afini Nur Fitria, Jurusan Jurnalistik tahun
2014 yang berjudul Analisis Wacana Pelanggaran Penyiaran
Khazanah Trans 7 pada Pemberitaan Republika Online juga
menjadi pegangan penulis dalam melihat UU Penyiaran di televisi.
Adapun persamaan yang ditemukan adalah pembahasan
mengenai kasus prostitusi dalam dunia jurnalistik, UU Penyiaran
atau P3SPS dengan menggunakan Jurnalisme Investigasi dan
model analisis wacana Teun A. Van Dijk.
Kemudian perbedaannya dengan penelitian sebelumnya
terletak pada objek dan media penelitiannya. Objek penelitian ini
ialah pada teks “Geliat PSK ABG” di media televisi sedangkan
penelitian oleh Adjri pada teks “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik
perbedaannya terletak pada teks pelanggaran berita di media
online. Selanjutnya, penelitian ini dibantu oleh berbagai referensi
seperti jurnal dan artikel-artikel serta sumber-sumber yang terkait
dengan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian
ini, peneliti membagi dalam lima bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI membahas mengenai definisi dan jenis berita, prinsip-prinsip jurnalisti,
jurnalisme profetik, analisis wacana
model Teun A.Van Dijk dan
undang-undang penyiaran di Indonesia.
BAB III GAMBARAN UMUM memaparkan mengenai profil dan sejarah berdirinya Trans TV, Visi
dan Misi Trans TV, penghargaan
program Reportase Investigasi,
redaksi program Reportase
Investigasi.
BAB VI TEMUAN DAN HASIL memaparkan analisa penulis meliputi: sinopsis episode Geliat
PSK ABG, analisis teks, analisis
kognisi sosial dan analisis konteks
sosial dan penerapan jurnalisme
profetik mengenai pemberitaan
investigasi di program Reportase
Investigasi pada tayangan yang
berjudul “Geliat PSK ABG”.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi dan Jenis Berita
Berita adalah laporan suatu peristiwa atau fakta, pendapat atau opini yang
aktual, menarik dan akurat serta penting bagi sebagian besar pembaca,
pendengar maupun penonton.1 Apabila suatu berita terdapat fakta namun tidak
dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka belum
bisa diangkat sebagai bahan berita. Atau sebaliknya, apabila redaktur tetap
menyajikan suatu berita tanpa memenuhi unsur-unsur di atas maka tidak akan
memberikan daya tarik bagi para pembaca atau pendengar maupun
penontonnya. 2
Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang
memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.3
News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.4 Mengutip Charnley dan James M. Neal,
Haris Sumadiria mengungkapkan, berita adalah laporan tentang suatu
peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting,
menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.5 Sehingga dapat
1
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h.21.
2
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2,
h.21. 3
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 4
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.
5
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide
terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak,
melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online
internet.
“Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit, melainkan juga pada radio, televisi, film dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita, pada awalnya, memang
hanya “milik” surat kabar. Tetapi, sekarang berita telah juga menjadi “darah
-daging” radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia.”6
Jenis-jenis berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian
yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporan penyelidikan).7 Perbedaan terhadap kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. Hard News
(berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi
masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita
tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru
pemerintah. Hal ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga
orang ingin mengetahuinya. Karena itu, hard news harus segera langsung disampaikan kepada publik. Sementara itu, soft news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature, berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.8 Berbeda dengan hard news, softnews
bisa dipublikasikan kapan saja dan tidak terikat waktu. Selain memberikan
6
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 7
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40. 8
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h.
informasi, soft news juga bertujuan untuk menghibur penonton. Feature juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga menimbulkan
simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang
dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di
kebun binatang, anjing menggit majikannya atau masyarakat kecil
mendapatkan lotere milyaran rupiah. Sedangkan, investigative reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang
ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan
berdasarkan penyelidikan. Data dan fakta yang disajikan ke pemirsa, harus
akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,
penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama karena
membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mengumpulkan data. 9
Mengutip Steve Weinberg, Budayatna berpendapat bahwa apa yang
disebut Reportase Investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan
hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam
banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang
berada dalam penyelidikan tetapi tidak tersingkap”. 10
Tujuan kegiatan Jurnalisme Investigatif adalah bukan suatu pekerjaan
membuka aib orang atau memburuk-burukan oknum atau institusi yang
terlibat dalam sebuah kasus namun memberi tahu kepada masyarakat adanya
pihak-pihak yang telah berbohong menutup-nutupi kebenaran. Liputan
investigasi memberitahukan jalannya peristiwa secara mendalam sampai
9
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40
10
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik
penyelesaian kasus tersebut tanpa ada kepentingan tertentu. Masyarakat
diharapkan menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. 11
Pekerjaan Jurnalisme Investigatif tertuju untuk mengungkapkan dan
mendapatkan sebuah berita yang penting dan menjaga masyarakat untuk
memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah
kehidupan mereka. Pekerjaan ini juga membutuhkan kejelian dan keuletan
dalam mencari data maupun mengejar narasumber. Karena itu, data dan fakta
yang disajikan kepada pemirsa ataupun pembaca harus akurat, lengkap dan
dapat dipertanggungjawabkan. 12
B. Prinsip-prinsip Jurnalistik
Terkait dengan pemberitaan atas informasi yang disiarkan stasiun televisi,
Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) menyatakan
bahwa media penyiaran dalam menanyangkan informasi harus senantiasa
mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, di antaranya:13
a. Akurasi; dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab
menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah
fakta dan harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi
siaran. Dalam hal ini program berita harus mempertanggungjawabkan
jika fakta yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
11
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), cet ke-2, h.28.
12
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004)
cet ke-2, h.136.
13
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
b. Adil; lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang
tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan
potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari
program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil
serta tidak serta merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek
pemberitaan dan bila sebuah program memuat potongan gambar dan
atau potongan suara dari acara lain, stasiun televisi wajib menjelaskan
waktu pengambilan potongan tersebut.14
c. Imparsialitas; pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang
menyangkut kepentingan publik, lembaga penyiaran harus menyajikan
berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini
pimpinan redaksi berita televisi harus memiliki idependensi untuk
menyajikan berita dengan objektif tanpa memperoleh tekanan dari
pihak pimpinan, pemodal atau pemilik stasiun penyiaran. Lembaga
penyiaran juga tidak boleh menyajikan berita yang bersifat menghasut
dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi,
tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku,
agama, ras dan antargolongan serta tidak membuat berita bohong,
fitnah dan cabul. Dalam program acara yang mendiskusikan isu
kontroversial atau isu yang melibatkan dua atau lebih pihak yang
berbeda pendapat, maka moderator, pemandu acara dan atau
pewawancara harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber
14
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
dapat mengekspresikan pandangannya serta tidak boleh memiliki
kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak. 15
C. Jurnalisme Profetik
Jurnalisme profetik adalah suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya
melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur serta aktual,
namun juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,
transformasi berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Jurnalisme profetik
ialah menjadi jurnalis yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat
kandungan, nilai-nilai dan cita Islam. 16
Jurnalisme profetik merupakan upaya dakwah islamiyah yang
memiliki visi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, ciri khasnya ialah menyebarluaskan
informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Jurnalisme profetik
memberikan pesan untuk berusaha keras memengaruhi komunikan (khalayak,
massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 17
Jurnalisme Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun
ungkapan-ungkapan pornografi, menjauhkan promosi kemaksiatan atau
hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbalikkan
fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran dan sebagainya. 18 Jurnalisme
Islam harus mampu memengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan,
perilaku destruktif dan menawarkan solusi Islam atas setiap masalah. Cek dan
15
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), cet ke-2, h.251.
16
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 35.
17
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36. 18
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
ricek sebagai salah satu “pedoman” jurnalistik umum, namun tentu saja harus
ditaati oleh jurnalisme Islami. 19
“Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia), membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi”. 20
Tanggung jawab profetik Islam ialah mengupayakan agar ajaran Islam
tetap ada dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Sebagai jurnalis
muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia
yang digelutinya, misalnya menyaksikan adanya pencitraan negatif tentang
Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umat di media massa. 21
Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran, jurnalis muslim
seperti “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Jurnalis muslim
berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai “ideologi” dalam
profesinya. Karena itu, ia dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.22 Parni Hadi berpendapat bahwa Jurnalisme Islami adalah jurnalisme yang meneladani empat kode etik Rasulullah SAW
yang ternyata sesuai dengan fungsi media, yakni: shiddiq (menyampaikan, to inform), amanah (mendidik, to educate). Tabligh (menghibur, to entertain) dan fathanah (dengan penuh kearifan). 23 Shiddiq (benar); jurnalisme Islami bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan
19
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.
20
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), cet ke-1, h. 129-130. 21
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 38. 22
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
cet ke-1, h. 38.
23
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata
maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya
seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput
kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka
mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang
menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya,
nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk
mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah
lembut dan penuh hikmah. 24Amanah; inilah kode etik mulia yang pasti harus dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai
misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi
Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125,
143, 162 dan 178). yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”25 Al-Amin,
maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah. Para nabi dan rasul
senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta
memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai
dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang
atas ajaran Allah SWT. 26
Begitu pula mestinya Jurnalisme Islami bekerja dengan penuh amanah,
sehingga menjadi lembaga kepercayaan dan dihormati publik. Seorang jurnalis
24
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 113-114.
25
QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178.
26
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
mukmin yang amanah akan melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh
dan penuh tanggung jawab. Dia tidak akan khianat, culas dan curang. Dia
merasa harus bertanggung jawab di hadapan Allah SWT jika di dunia
mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tabligh; inilah kode etik yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan
risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad
menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf
ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian
dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”27 Lalu Allah
berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap
berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya kewajiban yang
dibebankan kepadamu (hai Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat
Allah dengan terang.”28 Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa adalah tanggung jawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya
agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk
maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah
tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang
menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang
yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya”
(HR Muslim). Fathanah; inilah kode etik penting yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas.
Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung dengan narasumber,
mengajukan pertanyaan dalam wawancara serta melaporkan hasil liputannya
27
QS Al-A‟raaf (7) ayat 68.
28
kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang
memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan yang bijak dan penuh hikmah. 29
“Tak jarang para jurnalis muda yang penuh semangat menyampaikan Islam dengan cara yang keras dan kurang hikmah sehingga menyebabkan orang bukan Islam menganggap Islam itu ekstrim dan agama yang tidak toleran. Sebagian mereka suka menyerang pribadi-pribadi tertentu dalam liputannya yang disajikan ke publik. Padahal, Nabi Muhammad SAW dengan kecerdasannya tak pernah mebeberkan aib seseorang di muka umum. Beliau biasa berdakwah dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh hikmah”. 30
Keempat akhlak Rasulullah itu bersifat universal. Karena itu
Jurnalisme Islami juga bersifat universal, tidak tergantung agama apa yang
dianut. Artinya termaktub dalam ajaran para nabi, ulama, pendeta,
orang-orang suci, filosof dan para guru kebajikan dari agama dan ideologi apapun.31
Istilah “Dakwah Bil Qalam” (DBQ) mungkin terasa asing di telinga
banyak orang, tidak seperti istilah Dakwah Bil Lisan” dan “Dakwah Bil Hal”.
Penggunaan nama “Qalam” merujuk kepada firman Allah SWT, maka DBQ
sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yakni dengan menulis di media
massa. 32
Pada era informasi sekarang ini yang ditandai dengan maraknya media
massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, para
mubalig, aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya harus mampu
memanfaatkan media massa untuk DBQ, baik melalui rubrik kolom opini
yang terdapat pada surat kabar, mingguan, majalah atau bulletin masjid. Tentu
29
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116. 30
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 116-117.
31
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 117.
32
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
saja, DBQ dapat berjalan seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama:
dakwah bil lisan (ceramah, tablig, khotbah) dan dakwah bil hal
(pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku).33
Keunggulan DBQ dibandingkan format dakwah bentuk lain ialah sifat
objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan DBQ dapat diterima
oleh jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. DBQ juga
merupakan senjata dalam melawan serbuan pemikiran pihak-pihak yang
hendak merusak akidah, pemikiran dan perilaku Islami umat Islam melalui
media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini
publik atau umum bahkan memengaruhi orang secara kuat. 34
D. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai ilmu pengetahuan mulai
dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan
sebagainya. Namun demikian, secara spesifik definisi dan batasan istilah
wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan
disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. 35
“Wacana sendiri ditemukan berbagai definisi. Wacana dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-ke mari (yang diturunkan dari dis-„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currere„lari‟), yaitu komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek
33
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 22.
34
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21-23.
35
Aris Badara, Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana
studi atau pokok telaah, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah”.36
Alex Sobur berpendapat, Ismail Murahimin mengartikan wacana
sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan
yang teratur dan semestinya” dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.37
Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau
ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan
pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa wacana adalah sebuah cara mengomunikasikan pikiran
dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan
bahasa yang besar dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada
khalayak.
Seperti dikutip Eriyanto, Hikam membagi tiga pandangan mengenai
analisis wacana. Masing-masing yaitu pandangan positivisme-empiris,
pandangan konstruktivis dan pandangan kritis. Pandangan
positivisme-empiris, menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan
kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan
kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan sematik (titik perhatian
didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Sementara itu
konstruktivisme adalah pandangan yang menempatkan analisis wacana
sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna
36
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.1-2. 37
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari
sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan
dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran
mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 38
“Pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan”.39
Dalam menganalisis teks media, terdapat beberapa analisis yang dapat
digunakan. Di antaranya adalah analisis isi, analisis semiotika, analisis
framing dan analisis wacana. Melalui discourse analysis (analisis wacana),
semiotic analysis (analisis semiotik) atau framing analysis (analisis framing/bingkai), kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu
sendiri. 40
2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Fokus penelitian ini adalah wacana model Teun A. Van Dijk. Dari
sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang
38
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 4-6. 39
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.
40
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana
sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.41
Model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”,
nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian
atas wacana tidak cukup hanya didasarkan atas analisis teks saja, karena teks
hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati, tetapi juga
melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada
dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang
membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 42
Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan
menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua
elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung
satu sama lainnya.43 Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk
[image:42.595.118.487.565.649.2]dapat digambarkan seperti berikut:44
Tabel 1
ELEMEN WACANA VAN DIJK
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro TEMATIK
(Apa yang dikatakan?)
Topik
41
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 221.
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.73. 43
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 226. 44
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun
dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro SEMANTIK
(Makna yang ingin ditekankan dalam
teks berita)
Latar, detail, maksud,
praanggapan, nominalisasi.
Struktur Mikro SINTAKSIS
(Bagaimana pendapat disampaikan?)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.
Struktur Mikro STILISTIK
(Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro RETORIS
(Bagaimana dan dengan cara apa
penekanan dilakukan?)
[image:43.595.167.486.81.466.2]Grafis, Metafora, Ekspresi.
Tabel 2
Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai
berikut: 45
45
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 225. Konteks
Dari gambar model analisis wacana Van Dijk di atas dapat
diuraikan penjelasannyasebagai berikut:
a. Teks
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur
atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung.
Teks menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai
untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan
atau memarjinalkan kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.
[image:44.595.194.521.386.666.2]Struktur teks dapat digambarkan sebagai berikut:46
Tabel 3
Struktur Teks Wacana Van Dijk
Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari
topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup
dan kesimpulan.
Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
46
Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk, di
antaranya yaitu: pertama, tematik; elemen tematik menunjuk pada
gambaran umum dari suatu teks. Topik berita baru bisa disimpulkan
setelah tuntas membaca, mendengar atau menonton berita tersebut.47
Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan
umum. Teks tidak hanya didefinisikan tetapi mencerminkan suatu
pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang
koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian dalam teks menunjuk pada satu titik gagasan umum dan bagian-bagian tersebut saling mendukung satu sama
lain untuk menggambarkan opini tersebut. 48
Kedua, skematik; menurut Van Dijk, arti penting dari skematik
adalah strategi wartawan untuk mendukung teori tertentu yang ingin
disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.
Skematik memberikan tekanan bagaimana yang didahulukan dan
bagaimana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi menyembunyikan
informasi penting. Teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema
atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan
bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk
kesatuan arti. 49
47
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 229.
48
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 229.
49
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Ketiga, semantik; semantik atau makna yang ingin ditekankan
dalam teks dapat dilihat dari beberapa hal seperti latar, detil, maksud dan
praanggapan. Latar, detil dan maksud berhubungan dengan informasi
mana yang ditekankan dan mendapatkan porsi lebih banyak. Sementara
itu, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks.50
Keempat, sintaksis; secara etimologis, kata sintaksis berasal dari
kata Yunani (sun = „dengan‟ + tattein = „menempatkan‟). Jadi sintaksis
berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau
kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. 51 Sintaksis
berhubungan dengan bagaimana kalimat yang dipilih. Sintaksis dapat
dilihat dari koherensi, pengingkaran, bentuk kalimat dan kata ganti.52
Kelima, stilistik; pusat perhatian stilistik adalah style, yakni cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan
maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan
demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. 53 Stilistik berhubungan dengan bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks
berita. Elemen stilistik dikenal dengan leksikon. Pada dasarnya leksikon
50
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 235
51
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.
52
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 242.
53
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian
banyak pilihan yang ada. 54
Keenam, retoris; retoris berhubungan dengan bagaimana dan
dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris dapat dilihat dari
penggunaan grafis, metafora serta ekspresi. Grafis melihat penggunaan
grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan.
Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol
perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu
informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan
atau difokuskan.55
b. Kognisi Sosial
Kognisi sosial melihat bagaimana suatu teks diproduksi. Kognisi
sosial berkaitan dengan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks
tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya
pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau
menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar
bagaimana makna tersembunyi dari teks, membutuhkan suatu analisis
kognisi dan konteks sosial. Wartawan tidak dianggap sebagai individu
yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman
dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.56
54
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 255.
55
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 258.
56
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa dipahami dan dimengerti
berdasarkan skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di
mana di dalamnya tercakup bagaimana kita memandang manusia, peranan
sosial dan peristiwa. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat
digambarkan berikut ini:57 pertama, skema person; bagaimana seseorang
menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang
wartawan Islam, misalnya, memandang dan memahami orang Kristen
yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan
ditulis.
Kedua, skema diri; berhubungan dengan bagaimana diri sendiri
dipandang, dipahami dan digambarkan oleh seseorang. Ketiga, skema
peran; berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan
menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam
masyarakat. Keempat, skema peristiwa; skema ini barangkali paling
banyak dipakai. Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam
skema tertentu. Biasanya, skema inilah yang paling banyak dipakai oleh
wartawan. 58
c. Konteks Sosial
Konteks sosial ialah bagian dari wacana yang berkembang dalam
masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis
intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
57
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 259-262.
58
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. 59 Titik penting dari
analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati
bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan
legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini,
ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pertama, praktik
kekuasaan; Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai
kepemilikan yang dimilki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) yang
mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada
kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status dan
pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, tetapi
juga bertindak persuasif dengan ja