• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat Psk Abg” Di Reportase Investigasi Trans Tv

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat Psk Abg” Di Reportase Investigasi Trans Tv"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

“GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

Umi Kulsum NIM: 1112051100003

KOSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Umi Kulsum

Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat PSK ABG” Di Reportase Investigasi Trans TV

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya

karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, agar penelitian dapat terarah, disusunlah rumusan masalahnya yaitu bagaimana konstruksi prostitusi remaja dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kasus tersebut? Dan bagaimana konteks sosial yang terjadi di masyarakat terkait kasus prostitusi remaja tersebut serta penerapan jurnalisme profetik ke dalam beritanya?

Untuk memahami wacana di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini menganalisis suatu wacana dilihat dari tiga level yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.

Metodologi dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan model deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah kritis. Data yang digunakan ialah teks pada episode “Geliat PSK ABG” dan wawancara pribadi dengan Theodorus Lintas Melawai sebagai produser yang memproduksi tayangan yang diteliti. Data yang terkumpul tersebut dianalisis kemudian disimpulkan.

Penelitian mengenai kasus prostitusi yang melibatkan remaja ini ditinjau dari segi teks yang dilihat dari tiga tingkatan struktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Penelitian kognisi sosial dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan produser pada tayangan tersebut. Sedangkan konteks sosial diteliti dengan melihat bagaimana isu berkembang di masyarakat.

(6)

ii

Bismillahirrohmanirrahim

Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang

punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah

Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau

kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang

tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan

puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya

bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah

album kehidupan yang lebih terarah.

BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta

salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman,

Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi

bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat

mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah

kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh

zaman.

Terima kasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut

membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung.

Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya

dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti

menghaturkan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar besarnya kepada:

(7)

iii

Suparto PhD, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah MA,Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suhaemi MA.

2. Ketua Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis

Ridho, M.Si dan Sekretaris Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.

3. Drs. Helmi Hidayat, MA, dosen pembimbing yang senantiasa selalu berbagi

ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak

mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.

4. Pihak Reportase Investigasi Trans TV, Gatot Triyanto sebagai Kepala Divisi

News dan Pemimpin Redaksi, Sudrajat (Eksekutif Produser), Didik Wiratno

(Produser), Theodorus Lintas Melawai (Produser), Siska Hasyim (Junior

Produser), Gresnia Arela Febriani (Asisten Produksi), Retno Noviyani

(Asisten Produksi) dan segenap tim Reportase Investigasi yang telah

membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.

5. Ayahanda tercinta Pujiono senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas

ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga

Ibunda terkasih Wasonah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan

tanpa akhir dan senyum ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat

(8)

iv

menunggu keberhasilan cucunya sampai akhir hayatnya, terima kasih ini akan

penulis persembahkan untuk nenek tersayang.

7. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan kasihnya kepada penulis,

Maewas Miftahul Fauzi S.EI, Ali Alatas, Thaha Rizieq Ramadhan dan Cahya

Halissa Fauzi.

8. Keluarga Besar Darmowiyoto yang telah memberikan perhatian dan kasih

sayangnya kepada penulis.

9. Kakak-kakak senior yang berteman baik dengan penulis, Kak Isye, Kak

Welda, Kak Ika, Kak Iim, Kak Syifa, Bang Imam, Bang Reza, Bang Ahmadi,

Bang Eko, Bang Dito, terima kasih telah menjadi kakak-kakak senior yang

hebat.

10.Sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menemani keluh kesah penulis

hingga menyelesaikan skripsi ini khususnya Nur Fajri Rahmawati dan

Maimunah Permata Hati Hasibuan.

11.Sahabat-sahabat seperjuangan Andre Anang P, Badruzzaman, Melky, Restu

Mayang, Atika Suri, Annisa Novianti, Nita Chairunnisa Uluwan, Devi

Yuliana, Devi Tri Puspita, Roisah yang sama-sama berjuang selama di bangku

perkuliahan.

12.Sahabat-sahabat semasa sekolah Saidah, Anisyah, Iis, Syahrina, Marina, Putri,

Cindy, Rika dan Vika.

13.Sahabat seperjuangan bimbingan Ricca Junia Ilprima yang menemani dan

(9)

v keluarga yang memberikan kenyamanan.

15.KKN Mahameru yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Roisah,

Devi, Fajri, Maimunah, Azis, Andre, Eka, Tara, Amrullah, Indri, Giyas, Irul,

Tomo dan Mugi. Serta Desa Cijeruk yang banyak memberikan pengalaman

dan pelajaran untuk penulis terutama Bapak Lurah, Ibu-ibu PKK, sahabat dan

murid murid.

16.Komunitas teristimewa DNK TV yang menjadi inspirasi penulis, terutama

General Manager Dedi Fahrudin M.IKom dan crew DNK TV yang senantiasa

bersama-sama mengembangkan DNK TV sehingga eksis sampai saat ini.

Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberi kelancaran kepada penulis. Semoga

Allah menambah karunia-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala

kekhilafan baik yang disengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 28 Juni 2016

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi dan Jenis Berita ... 16

B. Prinsip-Prinsip Jurnalistik ... 19

C. Jurnalisme Profetik... 21

D. Analisis Wacana ... 26

1. Pengertian Analisis Wacana ... 26

2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ... 28

E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia ………... 39

1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi ……… 39

2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta ... 45

B. Profil PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) ... 47

1. Profil dan Sejarah Trans TV ... 47

2. Logo, Visi dan Misi Trans TV ... 50

3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV ... 52

4. Struktur Direksi Trans TV ... 52

5. Program-Program Trans TV ... 52

C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi ... 55

D. Redaksi Reportase Investigasi... 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Sinopsis Geliat PSK ABG ... 58

(11)

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 93 B. Saran ... 95

(12)

viii

[image:12.595.105.515.191.608.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk ... 30

Tabel 2 Model Analisis Van Dijk ... 31

Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk ... 32

Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 52

Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 58

Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ... 66

(13)

ix

DAFTAR SKEMA

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reportase Investigasi merupakan ragam berita reportase yang

dimiliki oleh Trans TV. Program Reportase terdiri atas Reportase Pagi,

Reportase Sore, Reportase Malam dan Reportase Investigasi. Reportase

Investigasi adalah sebuah program yang mengungkap suatu kasus

penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi

kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung

boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan

sebagainya.1 Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature

yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai

kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program

Reportase Investigasi ditayangkan sejak 31 Desember 2005 dan

menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi.

Hadirnya program berita di layar kaca menimbulkan perbedaan

karya jurnalistik media televisi dengan media massa lainnya. Berita

televisi memiliki dua unsur penting yaitu audio dan visual. Unsur visual

memberikan berita lebih hidup, meyakinkan dan mendukung berita

tersebut sedangkan unsur audio mendukung untuk menginformasikan isi

berita kepada pemirsa. Televisi dengan tayangan berita sudah menjadi

bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Dengan sifatnya yang

1

(15)

immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Selain itu, televisi juga harus mampu

memberikan tayangan yang baik kepada penonton setianya. Maka dari itu

sebuah tayangan yang layak ditonton harus berpedoman pada Kode Etik

Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati

penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan

peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin

ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang

terdapat di masyarakat. Namun demikian, program jurnalistik ini justru

mendapat tiga kali teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),

di antaranya pada 12 Agustus 2012 (Pembuatan Bahan Bius Illegal), 8

Februari 2015 (Geliat PSK ABG) dan 7 Maret 2015 (Pencopet).

Pada episode Geliat PSK ABG, KPI memberikan teguran tertulis

kepada program Reportase Investigasi pada 27 Februari 2015. Pada

tayangan tersebut KPI menilai tayangan pada episode “Geliat PSK ABG”

tidak memenuhi kaidah penyiaran. Episode tersebut memberitakan tentang

prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang

merupakan Pekerja Seks Komersil (PSK) bawah umur tanpa sensor. KPI

menilai pemberitaan tersebut sangat vulgar dan tidak pantas untuk

ditayangkan dan dapat menimbulkan anggapan perilaku tersebut sebagai

(16)

jurnalistik Reportase Investigasi Trans TV telah melanggar Pedoman

Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012.

Dari teguran yang diberikan oleh KPI tersebut jelas bahwa masih

banyak tayangan televisi yang belum sesuai dengan Kode Etik Penyiaran.

Padahal televisi sebagai salah satu alat media massa selain memberikan

edukasi dan hiburan, seharusnya juga menyampaikan informasi yang baik

dan bermanfaat kepada pemirsanya. Informasi yang disampaikan kepada

penonton tentu harus sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran bertujuan untuk

menghasilkan kualitas siaran sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan UU tersebut terbentuklah Pedoman

Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) sebagai alat kontrol

pihak televisi untuk selalu menampilkan tayangan yang berkualitas sesuai

dengan aturan yang berlaku. Dengan adanya UU tersebut,

penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih

tertib. 2

Episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015

menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut

memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di

Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga

mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu,

pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan

simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini

2

(17)

menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang

digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.

Bahasa atau wacana dari sebuah media tidak dapat dianggap

sepele. Ada maksud tersembunyi dari setiap struktur wacana yang

digunakan. Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas

tertentu kepada khalayak. Dapat ditemukan adanya kekuasaan dominan

yang mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengendalikan

dan menguasai media, bahkan adanya kekuatan-kekuatan berbeda dalam

masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi.

Fungsi media massa sebagai alat untuk menyampaikan informasi

mempunyai kemampuan yang dapat membentuk opini publik. Media

menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi

cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media

merupakan realitas yang telah dikonstruksi dalam bentuk yang bermakna.

Berdasarkan hal itulah penelitian wacana pada episode Geliat PSK

ABG dianggap penting oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses

penyampaian pesan dalam program tersebut. Penelitian ini bermaksud

menemukan makna-makna yang tersembunyi dalam wacana di episode itu.

Hal itu karena sebuah wacana dapat membentuk kognisi seseorang dan

dapat menciptakan opini kepada khalayak. Melalui sebuah wacana, media

dapat mengangkat bahkan menjatuhkan seseorang. Itulah mengapa

pentingnya pemilihan kata atau struktur wacana dalam sebuah tayangan

(18)

Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul

ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada

pemberitaan investigasi episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan

oleh Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul

16.00-16.30 WIB. Penelitian ini dibatasi hanya pada seputar naskah

dan wacana yang ditampilkan pada episode tersebut.

2. Rumusan Masalah

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya

adalah:

a. Bagaimana konstruksi wacana prostitusi remaja ditinjau dari

struktur teks “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans

TV?

b. Bagaimana kognisi sosial produser atau wartawan dalam

memahami kasus prostitusi remaja pada episode “Geliat PSK

ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?

c. Bagimana konteks sosial prostitusi remaja dan penerapan

jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi

wacana pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial serta

penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” dalam

program Reportase Investigasi di Trans TV.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis: penelitian ini diharapkan memberi

sumbangsih terhadap keilmuan jurnalistik, terutama mengenai

analisis wacana pada program jurnalistik di televisi.

b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan menjadi awal informasi bagi penelitian serupa dan

memberikan gambaran tentang bagaimana sebenarnya suatu

wacana pemberitaan dikonstruksikan oleh media massa. Penelitian

ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi program Reportase

Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan

prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang

kontroversial di masyarakat. Serta diharapkan menjadi bahan

masukan untuk KPI agar lebih cermat lagi terhadap pelanggaran

program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran

P3SPS, prinsip-prinsip jurnalistik dan diharapkan juga menjadi

bahan perhatian masyarakat atau penonton agar lebih aktif lagi

terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran dan

(20)

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis.

Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi

kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa

menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena

sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada

dalam masyarakat. 3

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak

di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami

sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,

tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya.

Karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada

dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi

wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. 4

Analisis Wacana Kritis (AWK) ini dimaksudkan untuk mengetahui

maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam penelitian ini ingin

mengetahui lebih jauh dari wacana yang terbentuk dalam pemberitaan

“Geliat PSK ABG” tersebut.

3

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 6. 4

(21)

2. Metode Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan

metode penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif desain deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang

dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan

dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa

berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok.5

Data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.6 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif

penulis menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang

dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana didefinisikan

sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang

subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis

wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan

pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada

“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. 7 Model Analisis

Wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teun A. Van Dijk

yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu

pernyataan, pertanyaan, tuduhan dan ancaman.

5

Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2012), cet ke-11, h.1-2.

6

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), cet ke-23, h.4.

7

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

(22)

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemberitaan investigasi pada episode

“Geliat PSK ABG” yang ditayangkan Reportase Investigasi Trans TV

pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung

mulai 26 Februari 2016 sampai dengan 25 April 2016. Penelitian ini

dilakukan di Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean Kav.12-14A

Jakarta 12790, lantai 3 Divisi News.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan

mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.8 Peneliti

melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang

diperlukan. Dalam metode ilmiah observasi adalah suatu cara bagi

peneliti untuk memperoleh data dengan pengamatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Observasi yang

dilakukan peneliti merupakan observasi tayangan pada episode

“Geliat PSK ABG” di program Reportase Investigasi Trans TV.

8

Haris Herdiansyah, MetodologiPenelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.131.

9

(23)

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan dari pihak yang bersangkutan dan

dianggap memahami masalah atau suatu peristiwa dan femonema

tertentu untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.10 Dalam hal ini

wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap sebagai alat untuk

melengkapi informasi yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Theodorus

Lintas Melawai selaku produser program Reportase Investigasi

yang memproduksi dan pihak terkait yang membantu melengkapi

data yang akan dianalisis. Theo selaku produser terlibat langsung

dalam kasus “Geliat PSK ABG” ini baik perencanaan, survey

maupun terjun langsung ke lapangan untuk meliput kasus tersebut.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen

10

[image:23.595.102.514.243.582.2]
(24)

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.11

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,

buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip lain yang terkait

dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut,

nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan

mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis

dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan

penelitian.

Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah

dokumen yang dimiliki program Reportase Investigasi baik berupa

video, grafik, arsip, gambar atau foto dan lain sebagainya. Ada

juga data yang bersumber dari buku, internet berupa artikel yang

terkait relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya

dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti.

b. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menyusun data secara

sistematis lalu mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis

sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian untuk kemudian

menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis,

peneliti menggunakan teknik analisis data metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada tahap ini,

11

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:

(25)

penulis menganalisis teks, video dan percakapan pada tayangan

“Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV kemudian

ditafsirkan oleh peneliti disesuaikan dengan teori Analisis Wacana

model Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan

mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial

dan konteks sosial. Inti dari analisis ini adalah menggabungkan

ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

Pada dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan

strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema

tertentu. Pada kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita

yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek

ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam

masyarakat dalam suatu masalah. Kemudian setelah data

terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian

untuk dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara

mengklasifikasikannya dengan kerangka teori kemudian

disimpulkan.

c. Pedoman Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan

tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya

(26)

for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan

metode analisis wacana, banyak ditemukan oleh peneliti menjadi

contoh dan pegangan dalam melakukan penelitian. Penelitian

sebelumnya yang berjudul Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

pada Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian

Umum Republika oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik

tahun 2013 dirasa lebih cocok menjadi contoh dan pegangan

peneliti. Skripsi oleh Afini Nur Fitria, Jurusan Jurnalistik tahun

2014 yang berjudul Analisis Wacana Pelanggaran Penyiaran

Khazanah Trans 7 pada Pemberitaan Republika Online juga

menjadi pegangan penulis dalam melihat UU Penyiaran di televisi.

Adapun persamaan yang ditemukan adalah pembahasan

mengenai kasus prostitusi dalam dunia jurnalistik, UU Penyiaran

atau P3SPS dengan menggunakan Jurnalisme Investigasi dan

model analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Kemudian perbedaannya dengan penelitian sebelumnya

terletak pada objek dan media penelitiannya. Objek penelitian ini

ialah pada teks “Geliat PSK ABG” di media televisi sedangkan

penelitian oleh Adjri pada teks “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik

(27)

perbedaannya terletak pada teks pelanggaran berita di media

online. Selanjutnya, penelitian ini dibantu oleh berbagai referensi

seperti jurnal dan artikel-artikel serta sumber-sumber yang terkait

dengan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian

ini, peneliti membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI membahas mengenai definisi dan jenis berita, prinsip-prinsip jurnalisti,

jurnalisme profetik, analisis wacana

model Teun A.Van Dijk dan

undang-undang penyiaran di Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM memaparkan mengenai profil dan sejarah berdirinya Trans TV, Visi

dan Misi Trans TV, penghargaan

(28)

program Reportase Investigasi,

redaksi program Reportase

Investigasi.

BAB VI TEMUAN DAN HASIL memaparkan analisa penulis meliputi: sinopsis episode Geliat

PSK ABG, analisis teks, analisis

kognisi sosial dan analisis konteks

sosial dan penerapan jurnalisme

profetik mengenai pemberitaan

investigasi di program Reportase

Investigasi pada tayangan yang

berjudul “Geliat PSK ABG”.

(29)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi dan Jenis Berita

Berita adalah laporan suatu peristiwa atau fakta, pendapat atau opini yang

aktual, menarik dan akurat serta penting bagi sebagian besar pembaca,

pendengar maupun penonton.1 Apabila suatu berita terdapat fakta namun tidak

dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka belum

bisa diangkat sebagai bahan berita. Atau sebaliknya, apabila redaktur tetap

menyajikan suatu berita tanpa memenuhi unsur-unsur di atas maka tidak akan

memberikan daya tarik bagi para pembaca atau pendengar maupun

penontonnya. 2

Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang

memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.3

News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.4 Mengutip Charnley dan James M. Neal,

Haris Sumadiria mengungkapkan, berita adalah laporan tentang suatu

peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting,

menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.5 Sehingga dapat

1

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h.21.

2

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2,

h.21. 3

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis

Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 4

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis

Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.

5

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis

(30)

disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide

terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak,

melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online

internet.

“Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit, melainkan juga pada radio, televisi, film dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita, pada awalnya, memang

hanya “milik” surat kabar. Tetapi, sekarang berita telah juga menjadi “darah

-daging” radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia.”6

Jenis-jenis berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian

yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporan penyelidikan).7 Perbedaan terhadap kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. Hard News

(berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi

masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita

tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru

pemerintah. Hal ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga

orang ingin mengetahuinya. Karena itu, hard news harus segera langsung disampaikan kepada publik. Sementara itu, soft news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature, berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.8 Berbeda dengan hard news, softnews

bisa dipublikasikan kapan saja dan tidak terikat waktu. Selain memberikan

6

AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis

Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 7

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40. 8

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h.

(31)

informasi, soft news juga bertujuan untuk menghibur penonton. Feature juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga menimbulkan

simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang

dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di

kebun binatang, anjing menggit majikannya atau masyarakat kecil

mendapatkan lotere milyaran rupiah. Sedangkan, investigative reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang

ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan

berdasarkan penyelidikan. Data dan fakta yang disajikan ke pemirsa, harus

akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,

penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama karena

membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mengumpulkan data. 9

Mengutip Steve Weinberg, Budayatna berpendapat bahwa apa yang

disebut Reportase Investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan

hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam

banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang

berada dalam penyelidikan tetapi tidak tersingkap”. 10

Tujuan kegiatan Jurnalisme Investigatif adalah bukan suatu pekerjaan

membuka aib orang atau memburuk-burukan oknum atau institusi yang

terlibat dalam sebuah kasus namun memberi tahu kepada masyarakat adanya

pihak-pihak yang telah berbohong menutup-nutupi kebenaran. Liputan

investigasi memberitahukan jalannya peristiwa secara mendalam sampai

9

Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40

10

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik

(32)

penyelesaian kasus tersebut tanpa ada kepentingan tertentu. Masyarakat

diharapkan menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. 11

Pekerjaan Jurnalisme Investigatif tertuju untuk mengungkapkan dan

mendapatkan sebuah berita yang penting dan menjaga masyarakat untuk

memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah

kehidupan mereka. Pekerjaan ini juga membutuhkan kejelian dan keuletan

dalam mencari data maupun mengejar narasumber. Karena itu, data dan fakta

yang disajikan kepada pemirsa ataupun pembaca harus akurat, lengkap dan

dapat dipertanggungjawabkan. 12

B. Prinsip-prinsip Jurnalistik

Terkait dengan pemberitaan atas informasi yang disiarkan stasiun televisi,

Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) menyatakan

bahwa media penyiaran dalam menanyangkan informasi harus senantiasa

mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, di antaranya:13

a. Akurasi; dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab

menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah

fakta dan harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi

siaran. Dalam hal ini program berita harus mempertanggungjawabkan

jika fakta yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

11

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2008), cet ke-2, h.28.

12

Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004)

cet ke-2, h.136.

13

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(33)

b. Adil; lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang

tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan

potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari

program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil

serta tidak serta merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek

pemberitaan dan bila sebuah program memuat potongan gambar dan

atau potongan suara dari acara lain, stasiun televisi wajib menjelaskan

waktu pengambilan potongan tersebut.14

c. Imparsialitas; pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang

menyangkut kepentingan publik, lembaga penyiaran harus menyajikan

berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini

pimpinan redaksi berita televisi harus memiliki idependensi untuk

menyajikan berita dengan objektif tanpa memperoleh tekanan dari

pihak pimpinan, pemodal atau pemilik stasiun penyiaran. Lembaga

penyiaran juga tidak boleh menyajikan berita yang bersifat menghasut

dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi,

tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku,

agama, ras dan antargolongan serta tidak membuat berita bohong,

fitnah dan cabul. Dalam program acara yang mendiskusikan isu

kontroversial atau isu yang melibatkan dua atau lebih pihak yang

berbeda pendapat, maka moderator, pemandu acara dan atau

pewawancara harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber

14

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(34)

dapat mengekspresikan pandangannya serta tidak boleh memiliki

kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak. 15

C. Jurnalisme Profetik

Jurnalisme profetik adalah suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya

melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur serta aktual,

namun juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,

transformasi berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Jurnalisme profetik

ialah menjadi jurnalis yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat

kandungan, nilai-nilai dan cita Islam. 16

Jurnalisme profetik merupakan upaya dakwah islamiyah yang

memiliki visi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, ciri khasnya ialah menyebarluaskan

informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Jurnalisme profetik

memberikan pesan untuk berusaha keras memengaruhi komunikan (khalayak,

massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 17

Jurnalisme Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun

ungkapan-ungkapan pornografi, menjauhkan promosi kemaksiatan atau

hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbalikkan

fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran dan sebagainya. 18 Jurnalisme

Islam harus mampu memengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan,

perilaku destruktif dan menawarkan solusi Islam atas setiap masalah. Cek dan

15

Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2010), cet ke-2, h.251.

16

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 35.

17

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36. 18

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(35)

ricek sebagai salah satu “pedoman” jurnalistik umum, namun tentu saja harus

ditaati oleh jurnalisme Islami. 19

“Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia), membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi”. 20

Tanggung jawab profetik Islam ialah mengupayakan agar ajaran Islam

tetap ada dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Sebagai jurnalis

muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia

yang digelutinya, misalnya menyaksikan adanya pencitraan negatif tentang

Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umat di media massa. 21

Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran, jurnalis muslim

seperti “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Jurnalis muslim

berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai “ideologi” dalam

profesinya. Karena itu, ia dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.22 Parni Hadi berpendapat bahwa Jurnalisme Islami adalah jurnalisme yang meneladani empat kode etik Rasulullah SAW

yang ternyata sesuai dengan fungsi media, yakni: shiddiq (menyampaikan, to inform), amanah (mendidik, to educate). Tabligh (menghibur, to entertain) dan fathanah (dengan penuh kearifan). 23 Shiddiq (benar); jurnalisme Islami bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan

19

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.

20

Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa

Rekatama Media, 2007), cet ke-1, h. 129-130. 21

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 38. 22

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

cet ke-1, h. 38.

23

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet

(36)

mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata

maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya

seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput

kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka

mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang

menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya,

nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk

mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah

lembut dan penuh hikmah. 24Amanah; inilah kode etik mulia yang pasti harus dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai

misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi

Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125,

143, 162 dan 178). yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya aku adalah

seorang rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”25 Al-Amin,

maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah. Para nabi dan rasul

senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta

memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai

dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang

atas ajaran Allah SWT. 26

Begitu pula mestinya Jurnalisme Islami bekerja dengan penuh amanah,

sehingga menjadi lembaga kepercayaan dan dihormati publik. Seorang jurnalis

24

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 113-114.

25

QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178.

26

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet

(37)

mukmin yang amanah akan melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh

dan penuh tanggung jawab. Dia tidak akan khianat, culas dan curang. Dia

merasa harus bertanggung jawab di hadapan Allah SWT jika di dunia

mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tabligh; inilah kode etik yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan

risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad

menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf

ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian

dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”27 Lalu Allah

berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap

berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya kewajiban yang

dibebankan kepadamu (hai Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat

Allah dengan terang.”28 Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa adalah tanggung jawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya

agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk

maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah

tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang

menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang

yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya”

(HR Muslim). Fathanah; inilah kode etik penting yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas.

Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung dengan narasumber,

mengajukan pertanyaan dalam wawancara serta melaporkan hasil liputannya

27

QS Al-A‟raaf (7) ayat 68.

28

(38)

kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang

memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan yang bijak dan penuh hikmah. 29

“Tak jarang para jurnalis muda yang penuh semangat menyampaikan Islam dengan cara yang keras dan kurang hikmah sehingga menyebabkan orang bukan Islam menganggap Islam itu ekstrim dan agama yang tidak toleran. Sebagian mereka suka menyerang pribadi-pribadi tertentu dalam liputannya yang disajikan ke publik. Padahal, Nabi Muhammad SAW dengan kecerdasannya tak pernah mebeberkan aib seseorang di muka umum. Beliau biasa berdakwah dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh hikmah”. 30

Keempat akhlak Rasulullah itu bersifat universal. Karena itu

Jurnalisme Islami juga bersifat universal, tidak tergantung agama apa yang

dianut. Artinya termaktub dalam ajaran para nabi, ulama, pendeta,

orang-orang suci, filosof dan para guru kebajikan dari agama dan ideologi apapun.31

Istilah “Dakwah Bil Qalam” (DBQ) mungkin terasa asing di telinga

banyak orang, tidak seperti istilah Dakwah Bil Lisan” dan “Dakwah Bil Hal”.

Penggunaan nama “Qalam” merujuk kepada firman Allah SWT, maka DBQ

sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yakni dengan menulis di media

massa. 32

Pada era informasi sekarang ini yang ditandai dengan maraknya media

massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, para

mubalig, aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya harus mampu

memanfaatkan media massa untuk DBQ, baik melalui rubrik kolom opini

yang terdapat pada surat kabar, mingguan, majalah atau bulletin masjid. Tentu

29

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet

Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116. 30

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 116-117.

31

Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 117.

32

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(39)

saja, DBQ dapat berjalan seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama:

dakwah bil lisan (ceramah, tablig, khotbah) dan dakwah bil hal

(pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku).33

Keunggulan DBQ dibandingkan format dakwah bentuk lain ialah sifat

objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan DBQ dapat diterima

oleh jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. DBQ juga

merupakan senjata dalam melawan serbuan pemikiran pihak-pihak yang

hendak merusak akidah, pemikiran dan perilaku Islami umat Islam melalui

media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini

publik atau umum bahkan memengaruhi orang secara kuat. 34

D. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai ilmu pengetahuan mulai

dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan

sebagainya. Namun demikian, secara spesifik definisi dan batasan istilah

wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan

disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. 35

“Wacana sendiri ditemukan berbagai definisi. Wacana dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-ke mari (yang diturunkan dari dis-„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currere„lari‟), yaitu komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek

33

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 22.

34

Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21-23.

35

Aris Badara, Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana

(40)

studi atau pokok telaah, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah”.36

Alex Sobur berpendapat, Ismail Murahimin mengartikan wacana

sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan

yang teratur dan semestinya” dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan

maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.37

Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau

ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan

pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa wacana adalah sebuah cara mengomunikasikan pikiran

dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan

bahasa yang besar dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada

khalayak.

Seperti dikutip Eriyanto, Hikam membagi tiga pandangan mengenai

analisis wacana. Masing-masing yaitu pandangan positivisme-empiris,

pandangan konstruktivis dan pandangan kritis. Pandangan

positivisme-empiris, menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan

kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan

kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan sematik (titik perhatian

didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Sementara itu

konstruktivisme adalah pandangan yang menempatkan analisis wacana

sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna

36

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.1-2. 37

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

(41)

tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari

sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan

dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran

mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 38

“Pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan”.39

Dalam menganalisis teks media, terdapat beberapa analisis yang dapat

digunakan. Di antaranya adalah analisis isi, analisis semiotika, analisis

framing dan analisis wacana. Melalui discourse analysis (analisis wacana),

semiotic analysis (analisis semiotik) atau framing analysis (analisis framing/bingkai), kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media

dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu

sendiri. 40

2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Fokus penelitian ini adalah wacana model Teun A. Van Dijk. Dari

sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang

38

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 4-6. 39

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.

40

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

(42)

paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana

sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.41

Model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”,

nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian

atas wacana tidak cukup hanya didasarkan atas analisis teks saja, karena teks

hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati, tetapi juga

melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada

dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang

membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 42

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua

elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung

satu sama lainnya.43 Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk

[image:42.595.118.487.565.649.2]

dapat digambarkan seperti berikut:44

Tabel 1

ELEMEN WACANA VAN DIJK

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro TEMATIK

(Apa yang dikatakan?)

Topik

41

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 221.

42

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.73. 43

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 226. 44

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

(43)

Superstruktur SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun

dan dirangkai)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

(Makna yang ingin ditekankan dalam

teks berita)

Latar, detail, maksud,

praanggapan, nominalisasi.

Struktur Mikro SINTAKSIS

(Bagaimana pendapat disampaikan?)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.

Struktur Mikro STILISTIK

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS

(Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan?)

[image:43.595.167.486.81.466.2]

Grafis, Metafora, Ekspresi.

Tabel 2

Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai

berikut: 45

45

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 225. Konteks

(44)

Dari gambar model analisis wacana Van Dijk di atas dapat

diuraikan penjelasannyasebagai berikut:

a. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur

atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung.

Teks menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai

untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.

Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan

atau memarjinalkan kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.

[image:44.595.194.521.386.666.2]

Struktur teks dapat digambarkan sebagai berikut:46

Tabel 3

Struktur Teks Wacana Van Dijk

Struktur Makro

Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari

topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur

Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup

dan kesimpulan.

Struktur Mikro

Makna lokal dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata,

kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

46

(45)

Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk, di

antaranya yaitu: pertama, tematik; elemen tematik menunjuk pada

gambaran umum dari suatu teks. Topik berita baru bisa disimpulkan

setelah tuntas membaca, mendengar atau menonton berita tersebut.47

Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan

umum. Teks tidak hanya didefinisikan tetapi mencerminkan suatu

pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang

koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian dalam teks menunjuk pada satu titik gagasan umum dan bagian-bagian tersebut saling mendukung satu sama

lain untuk menggambarkan opini tersebut. 48

Kedua, skematik; menurut Van Dijk, arti penting dari skematik

adalah strategi wartawan untuk mendukung teori tertentu yang ingin

disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

Skematik memberikan tekanan bagaimana yang didahulukan dan

bagaimana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi menyembunyikan

informasi penting. Teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema

atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan

bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk

kesatuan arti. 49

47

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 229.

48

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 229.

49

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

(46)

Ketiga, semantik; semantik atau makna yang ingin ditekankan

dalam teks dapat dilihat dari beberapa hal seperti latar, detil, maksud dan

praanggapan. Latar, detil dan maksud berhubungan dengan informasi

mana yang ditekankan dan mendapatkan porsi lebih banyak. Sementara

itu, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk

mendukung makna suatu teks.50

Keempat, sintaksis; secara etimologis, kata sintaksis berasal dari

kata Yunani (sun = „dengan‟ + tattein = „menempatkan‟). Jadi sintaksis

berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau

kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang

membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. 51 Sintaksis

berhubungan dengan bagaimana kalimat yang dipilih. Sintaksis dapat

dilihat dari koherensi, pengingkaran, bentuk kalimat dan kata ganti.52

Kelima, stilistik; pusat perhatian stilistik adalah style, yakni cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan

maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan

demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. 53 Stilistik berhubungan dengan bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks

berita. Elemen stilistik dikenal dengan leksikon. Pada dasarnya leksikon

50

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 235

51

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.

52

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 242.

53

Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis

(47)

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian

banyak pilihan yang ada. 54

Keenam, retoris; retoris berhubungan dengan bagaimana dan

dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris dapat dilihat dari

penggunaan grafis, metafora serta ekspresi. Grafis melihat penggunaan

grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan.

Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol

perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu

informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan

atau difokuskan.55

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial melihat bagaimana suatu teks diproduksi. Kognisi

sosial berkaitan dengan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks

tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya

pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau

menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar

bagaimana makna tersembunyi dari teks, membutuhkan suatu analisis

kognisi dan konteks sosial. Wartawan tidak dianggap sebagai individu

yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman

dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.56

54

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 255.

55

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 258.

56

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

(48)

Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa dipahami dan dimengerti

berdasarkan skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di

mana di dalamnya tercakup bagaimana kita memandang manusia, peranan

sosial dan peristiwa. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat

digambarkan berikut ini:57 pertama, skema person; bagaimana seseorang

menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang

wartawan Islam, misalnya, memandang dan memahami orang Kristen

yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan

ditulis.

Kedua, skema diri; berhubungan dengan bagaimana diri sendiri

dipandang, dipahami dan digambarkan oleh seseorang. Ketiga, skema

peran; berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan

menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam

masyarakat. Keempat, skema peristiwa; skema ini barangkali paling

banyak dipakai. Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam

skema tertentu. Biasanya, skema inilah yang paling banyak dipakai oleh

wartawan. 58

c. Konteks Sosial

Konteks sosial ialah bagian dari wacana yang berkembang dalam

masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis

intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal

57

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 259-262.

58

Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS

(49)

diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. 59 Titik penting dari

analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati

bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan

legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini,

ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pertama, praktik

kekuasaan; Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai

kepemilikan yang dimilki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) yang

mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada

kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status dan

pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, tetapi

juga bertindak persuasif dengan ja

Gambar

Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk  .................................................................
gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen
Tabel 1
Tabel 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Profitabilitas, Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2015-2017 )”

Beny Yusrial adalah salah satu kontestan dalam pemilu legislatif DPRD Kota Bukittinggi yang telah di laksanakan, Beny Yusrial yang baru bergabung dengan Partai

ngat bahwa masalah lingkungan hidup terkait crat dengan masa.lah ekonomi, dan bahkan dial<ui baiwa salalr satu ciri dari politik lingkungan internasional adalah

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik wujud bahasa yang digunakan dalam iklan kampanya pada Partai Gerindra dibedakan menjadi tiga yaitu (1)

[r]

29. Pada kegiatan kedua, kami diajak Ibu Gilang untuk mengunjungi berbagai divisi dan ruangan yang ada di stasiun radio tersebut, yakni dari studio, dapur rekaman,

pembelajaran di dalam kelas, siswa cenderung pasif, aktivitas belajar siswa di dalam kelas kurang maksimal, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal,

Kelompok Tani Organik "Pada Liang" yang terletak di Dusun Penyabangan, Desa Kerta karena kegiatannya memanfaatkan energi yang ramah lingkungan, melestarikan lingkungan