• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahan (Property) Di Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahan (Property) Di Jakarta"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERUMAHAN (PROPERTY) DI JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Shinta Rusmyati 109053000049

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Tabungan Negara Syariah Cabang Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahan (Property) di Jakarta & Sekitarnya, di bawah bimbingan Dr, Wahyu Prasetyawan, MA.

Kinerja keuangan pada suatu perbankan akan melihat pada laporan keuangan yang dimilikinya. Kinerja keuangan akan dilakukan analisis untuk mempelajari dan memahami perusahaan dalam menjalankan peraturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar, sehingga dapat diketahui kinerja keuangan perbankan yang baik akan dilihat dari bagaimana lembaga perbankan tersebut dalam membuat laporan keuangan. Sesuai dengan laporan keuangan yang telah memenuhi standard ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle).

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kinerja keuangan dalam sebuah lembaga keuangan syari’ah, yang berdasarkan laporan keuangan Bank BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kinerja keuangan dalam merealisasikan pembiayan perumahan (KPR & KPA) yang berada di Jakarta & sekitanya, serta dapat mempelajari kenaikan dan penurunan yang terjadi selama dua periode 2011-2012, yang melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Diketahui subjek yang utama adalah orang yang dapat memberikan informasi representative yang terdiri dari Supporting Deputy Branch Manager, Accounting Control Unit dan Housing & Commercial Financing Unit.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu sifat seperti apa yang ada di lapangan. Sebagaimana yang telah peneliti kemukakkan, untuk pengumpulan data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data-data terkumpul kemudian penulis melakukan analisis dan kemudian mengambil kesimpulan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa secara umum kinerja keuangan BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni dilihat dari pembiayaan perumahan selama dua periode 2011-2012 mengalami kenaikkan pada produk pembiayaan KPR Indesya BTN iB mencapai 10% dan Pembiayaan Yasagriya BTN iB mencapai 21%. Hal ini disebabkan daya beli masyakat dalam mennginginkan hunian sangat tinggi, sehingga pihak developer menginovasikan suatu hunian dengan sarana dan prasarana lengkap. Adapun kinerja keuangan yang mengalami penurunan diantaranya KPR FLPP, KPR BTN iB, KPR Swagriya BTN iB, dikarenakan faktor-faktor yang menghambat kinerja keuangan pada pembiayaan perumahan diantaranya harga tanah yang cukup tinggi, kebijakan pemerintah dalam mendukung pembangunan unruk masyarakat yang berpenghasilan rendah, uang muka yang kurang terjangkau, dan harga bahan baku pembangunan dalam tahunnya selalu meningkat.

(6)

Alhamdulillahi rabbil alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang Maha

Pengasih dan Maha Penyayang, hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada kekasih Allah SWT Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kedzaliman menuju zaman kebenaran yang sesungguhnya.

Penulis menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, pembahasan maupun tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik dan saran yang bertujuan untuk membangun merupakan masukan bagi penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini adalah buah ketulusan dan keikhlasan dari berbagai pihak. Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu, membimbing dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan ini penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UNI Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Cecep Castrawijaya MA,, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah. 3. H. Mulkannasir, BA, S.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah 4. Dr. Wahyu Prasetyawan, MA selaku pembimbing skripsi penulis yang telah

(7)

6. Seluruh Staff Perpustakan Utama dan Perpustakan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi. Yang mendukung penulis dalam mengkaji skripsi ini. 7. Almarhum Papa, Rusdi Putra walaupun beliau tidak berada di samping penulis

saat ini namun skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk beliau dan Ibunda, Dra. Mulyati Rusdi, yang telah melimpahkan kasih sayangnya tiada henti, yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis. Dan adikku, Siska Permatasari dan Indra Rusmana, semoga berhasil dalam menggapai cita-citanya.

8. Untuk teman seperjuangan satu bimbingan skripsi, yang akhirnya kami bareng-bareng menyelesaikan skripsi ini (Reza Zuwinda dan Aris Firdaus) 9. Untuk orang-orang paling istimewa yang telah mewarnai hari demi hari Rendy

Zulianda, Imroatus Sholati, M Fatih Farha Lubbi yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Seluruh Teman jurusan Manajemen Dakwah’09, Adhe Sholeha, Azmi Chujaipah yang mendukung dan memberi

semangat.

10.Seluruh Kepala Cabang, Karyawan Bank BTN Syari’ah Cabang Jakarta Harmoni.

11. Keluarga Besar Bumi Dinasty School, yang telah mendukung kegiatan dalam penulisan skripsi. Semoga kebaikan kalian dibalas Tuhan Yang Maha Esa. 12.Untuk guru-guru yang tidak bisa disebut satu persatu, terima kasih atas ilmu

yang kalian berikan, semoga Allat swt membalas-Nya. Amin

(8)

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL………..vii

DAFTAR GAMBAR………viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Identifikasi, Pembatasanan dan Perumusan Masalah…………..5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………6

D. Kerangka Teori………7

E. Metode Penelitian………8

F. Sistematika Penulisan………11

BAB I LANDASAN TEORI A. Konsep Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah 1. Arti Kinerja Terhadap BankSyari’ah……….……13

2. Tahap-tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan…………15

3. Tujuan Kinerja Keuangan……….….17

(9)

h………..

4. Pembiayaan Berdasarkan Akad Istishna………29

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BTN SYARIAH A. Sejarah Berdirinya BTN Unit Usaha Syariah………34

B. Visi dan Misi……….36

C. Struktur BTN Syariah………37

D. Produk – Produk Unit Usaha Syariah………40

BAB IV ANALISIS KINERJA BANK TABUNGAN NEGARACABANG JAKARTA HARMONI PADA PRODUK PEMBIAYAAN PERUMAHAN (PROPERTY) DI JAKARTA & SEKITARNYA A. Hasil Analisis Pencapaian Kinerja Keuangan BTN Syari’ah KCPS Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahaan (Property)……….……….. 44

B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penurunan dan Kenaikkan dalam Pencapaian Kinerja Keuangan Selama Dua Periode 2011-2012 Pada Realisasi Pembiayaan Perumahaan………. ..46

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………... ……66

(10)

Tabel Halaman

4.1Kinerja Keuangan Pada Realiasi Pembiayaan Bank BTN KCPS Jakarta

Harmoni……….………..……….... 45

(11)

2.1 Skema akad murabahah dalam Lembaga Keuangan syariah 2.2 Skema akad musyarakah dalam Lembaga Keuangan syariah 2.3 Skema akad istihna dalam Lembaga Keuangan syariah

……..……….21

……..………28

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank Islam atau disebut dengan Bank Syari’ah merupakan bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, dimana lembaga keuangan atau lembaga perbankan yang operasional produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qura’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.1 Bank syari’ah di Indonesia mendapatkan pijakan yang kokoh setelah adanya deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983, sejak saat itu diberikan keleluasan penentuan tingkat suku bunga, termasuk 0% atau peniadaan bunga sama sekali.

Kemudian posisi perbankan syari’ah semakin pasti setelah disahkan UU perbankan No. 7 tahun 1992, dari nasabah diberikan kebebasan untuk menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga ataupun keuntunga-keuntungan bagi hasil. Kini titik kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang membuka

kesempatan bagi siapa saja yang akan mendirikan bank syari’ah maupun yang

ingin mengkonversi dari sistem konvesional menjadi sistem syari’ah.

Undang-undang No. 10 tahun 1998 ini sekaligus menghapus pasal 6 pada PP No. 72/1992 yang melarang dual system. Dengan tegas pasal 6 UU No. 10

(13)

tahun 1998 membolehkan bank umum yang melakukkan kegiatan secara konvesional dapat juga melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip

syari’ah melalui:2

a. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau

b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan kegiatan usaha secara konvesional menjadi kantor yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari’ah.

Sepuluh tahun sejak diundangkannya pada lembaga Negara, Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan Bagi Hasil, yang direvisi

dengan UU No. 10 tahun 1998, bank syari’ah dan lembaga keuangan Non Bank

secara kuantitatif tumbuh dengan pesat. Pertumbuhan yang pesat secara kuantitatif tanpa diikuti dengan peningkatan kualitas ternyata telah menimbulkan dampak negatif yang tidak kecil. Di sana-sini ada saja keluhan

tentang pelayanan yang tidak memuaskan dari lembaga keuangan syari’ah,

bahkan sudah mulai banyak Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah yang menghadapi kesulitan.

Menghadapi kenyataan ini ada sebagian ummat Islam yang mulai goyah

keyakinannya akan kebenaran konsep lembaga keuangan syari’ah. Untuk

memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan yang memiliki kualitas yang baik maka ada dua penilian yang paling dominan, dimana dapat dijadikan acuan untuk melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik. Penilian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan

(14)

(non financial performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang memiliki oleh perusahan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi yang diperoleh pada balancesheet (neraca), incomestatment (laporan laba rugi), cash flow statement (laporan arus kas) serta

hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilian financial performance tersebut.

Penilian kinerja keuangan dalam suatu perusahaan berbeda-beda tergantung pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Pada perusahaan dengan sektor keuangan salah satunya lembaga perbankan, dimana memiliki ruang lingkup bisnis berbeda dengan ruang lingkup bisnis lainnya, karena perbankan merupakan mediasi yang menghubungkan mereka yang memiliki kelebihan dana (surplus financial), dengan mereka yang memiliki kekurangan dana (deficit financial), dan bank berfungsi untuk menjembatani keduannya.

Kinerja keuangan pada suatu perbankan akan melihat pada laporan keuangan yang dimilikinya. Kinerja keuangan akan dilakukan analisis untuk menilai perusahaan dalam menjalankan peraturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar, sehingga dapat diketahui kinerja keuangan perbankan yang baik akan dilihat dari bagaimana lembaga perbankan tersebut dalam membuat laporan keuangan. Apakah dalam laporan keuangan telah memenuhi standard ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle) atau tidak. Apabila kinerja keuangan dalam

(15)

Dari kinerja keuangan dapat diketahui permasalahan yang ada di lembaga tersebut khususnya perbankan.

Lembaga bank merupakan lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang yang berfungsi sebagai alat pelancaran sehingga terjadinya perdagangan yang utama. Adanya Bank Islam diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Islam. Melalui pembiayaan ini Bank Islam dapat menjalin kerja sama dengan nasabah, sehingga hubungan bank Islam dengan nasabah tidak lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi kemitraan.

Peranan Bank Islam adalah memurnikan operasional perbankan syari’ah sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat, meningkatkan kesadaran

syari’ah umat Islam sehingga dapat memperluas segmen pangsa pasar

perbankan syari’ah, dan menjalin kerja sama dengan para ulama karena bagaimana pun peran ulama khusunya di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat Islam.3

Perbankan tidak akan terpisahkan dari nasabah, karena dari nasabah dapat diketahui kepuasan mereka dalam menerima produk-produk syari’ah yang

diterbitkan oleh bank syari’ah tersebut. Dari sinilah kinerja suatu perbankan

akan dinilai dalam menjalankan manajemen yang berkaitan dengan kualitas kinerjanya. Tidak hanya kinerja sumber daya manusianya tetapi kinerja

keuangannya dalam merealisasikan produk syari’ahnya khususnya pembiayaan

perumahan dalam suatu bank syari’ah.

(16)

Pembiayan perumahan di mana produk yang meningkat dalam dua periode ini, karena perumahan merupakan kebutuhan papan bagi kehidupan manusia. Berbagai macam perumahan yang ditawarkan dalam suatu produk perbankan

syari’ah, sehingga pemahaman masyarkat harus lebih ditingkat, karena

kebanyakkan masyarakat hanya terpaku pada suatu pembiayaan perumahan tanpa harus lebih meneliti produk-produk perumahan apa saja yang diterbitkan oleh bank syari’ah.

Berdasarkan data Lembaga Keuangan Perbankan Syari’ah yang

melakukan evaluasi kinerja keuangan dalam merealisasikan pembiayaan perumahan di Bank BTN KCPS Jakarta Harmoni. Berangkat dari latar belakang akhirnya penulis membuat judul skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahan (Property) di Jakarta & Sekitarnya”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Kinerja keuangan perbankan akan memiliki kualitas yang sangat baik, apabila perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang telah memenuhi standard ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle). Dalam pengelola kinerja keuangan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Lembaga Keuangan Syari’ah (Bank

Tabungan Negara Syari’ah Cabang Jakarta Harmoni) merupakan lembaga

(17)

Syari’ah memiliki nama yang cukup besar dan memiliki jaringan kerja

sama yang luas.

Dari kinerja keuangan BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni dapat dianalisis yang mengidentifikasi masalah pada penelitiaan pencapaian kinerja keuangan selama dua periode 2011-2012 pada realisasi pembiayaan, sehingga dapat dianalisis bahwa selama dua periode ini terjadi peningkatan dan penurunan dari masing-masing pembiayaan salah satunya pembiayaan perumahan yang mejadi tolak ukur kinerja keuangan BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni.

2. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema persoalan, maka peneliti membatasi pada bahasan mengenai kinerja

keuangan BTN Syari’ah cabang Jakarta Haromoni pada pembiayaan

perumahan berdasarkan akad murabahah, musyarakah dan akad istihna, dengan tolak ukur keberhasilan dalam mebuat laporan keuangan dan pengelolaan dalam manajemen kinerja keuangan.

3. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang ada maka rumusan masalah sebagai berikut :

(18)

b. Fakor-foktor yang menyebabkan terjadinya penurunan dan kenaikkan dalam pencapaian kinerja selama dua periode 2011-2012 pada realisasi pembiayaan perumahan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan :

a. Untuk menganalisa bagaimana pencapaian kinerja keuangan Bank

BTN Syari’ah dalam merealisasikan pembiayaan perumahaan

selama dua periode 2011-2012

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kenaikkan dan penurunan dalam pencapaian kinerja keuangan dalam merealisasikan pembiayaan perumahan selama dua periode 2011-2012.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitan ini mengenai kinerja keuangan Bank

BTN Syarai’ah Cab. Jakarta Harmoni pada pembiayaan perumahanan,

diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun praktis. a. Kegunaan Akademis

Secara akademis diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan, tentang Kkinerja keuangan pada

Bank Syari’ah

b. Kegunaan Praktis

(19)

dalam melaksanakan kinerja keuangan yang melihat pada laporan keuangan.

D. Kerangka Teori

Kinerja dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.4

Kinerja keuangan merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.5

Bank syari’ah yang beroperasi sesuai prinsip syari’ah Islam adalah

bank yang operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam, khususnya yang menyakut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat agar dijauhi praktik-pratik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.6

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut

4 Indra Bastian, 2001, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Badan Penerbit Fakultas

Ekonomi UGM, Yogyakarta. hlm 329

5 Irham Fahmi, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Bandung: Alfabeta, Cet Ke- 2, hlm

239

6Karnean Perwataatmadja dan M. Syafe’I Antonio, 1997, Apa dan Bagaimana Bank

(20)

beberapa prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Sumber Data

Adapun data yang dipakai pada penelitian ini adalaha : a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan informasi secara langsung, serta sumber data memiliki hubungan dengan masalah pokok penelitian sebagai bahan informasi yang dicari.7 Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil sebagai sumber data pertama berupa dari hasil wawancara secara langsung dengan Karyawan BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni yang terkait tentang pencapaian kinerja keuangan pada konsilidasi selama dua periode 2011-2012. Sedangkan data yang menjadi objek informan adalah seluruh data yang ada di BTN Syariah Cab. Jakarta Harmoni baik tertulis maupun dokumen-dokumen.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber-sumber yang menjadi bahan penunjang dan melengkapi analisis, selanjutnya data ini juga data tidak langsung.8 Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari data dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kinerja keuangan bank syariah pada pembiyaan perumahan berdasarkan akad-akad pada pembiayaan di Bank Syari’ah, seperti buku yang relevan. Serta sumber berupa hasil laporan penelitian yang masih ada hubungan dengan tema

(21)

yang dibahas sebagai pelengkap yang dapat dikoreksi dengan data primer. Data tersebut adalah bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat dibagi atas sumber majalah ilmiah dan situs media massa.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah: a. Wawancara

Dari hasil peneliti mengharapkan mendapatkan informasi yang akurat dari salah satu karyawan BTN Syari’ah Cab. Jakarta Harmoni secara langsung. Adapun wawancara yang dilakukan untuk memenuhi kelengkapan data-data yang diharapkan peneliti diantaranya data kinerja keuangan, data mengenai pembiayaan perumahan.

b. Observasi

Metode observasi yang digunakan oleh peneliti ingin mengetahui secara empiris tentang fenomena yang diamati sebagai objek penelitian.

c. Dokumnetasi

Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan dokumentasi dari brosur pembiayaan perumahaan BTN Syariah, dokumen dari pegawai

Bank BTN Syari’ah.

3. Metode Analisa Data

(22)

Selanjutnya peneliti mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam menganalisis, selanjutnya data yang diperoleh di klasifikasikan kembali apakah data yang di dapat berhubungan dengan judul peneliti. Setelah tahap pengkategorian dan klasifikasi maka dibandingkan data tersebut, peneliti mencoba mendeskripsikan perilaku perubahan dengan menggunakan beberapa teori.

4. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan dari 11 Maret sampai 11 April 2013 di Bank BTN Cab. Jakarta Harmoni, Jl. Suryo Pranoto No. 9 B-D, Kelurahan Petojo Selatan, Kecematan Gambir, Jakarta Pusat 10130.

F. Teknik Penulisan

Dalam penelitian ini disusun sebuah sistematika pembahasan penulisan agar dengan mudah diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh, maka secara global dapat ditulis sebagai berikut:

Bab I: PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup pembahasan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab II: LANDASAN TEORI, merupakan kajian teori yang memuat tentang kinerja keuanganpada bank syari’ah, pelaksanaan pembiayaan perumahan berdasarkan akad-akad dalam pembiayaan (murabahah, musyarakah, dan istishna) dan aplikasi -akad dalam pembiayaan

(23)

Bab III: GAMBARAN UMUM TENTANG BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) SYARI’AH , pada bab ini penulis menerangkan sejarah dan profil BTN Syariah, visi dan misi

BTN Syari’ah, produk-produk pendanaan dan penyaluran BTN

Syari’ah.

Bab IV: ANALISIS KINERJA KEUANGAN BTN SYARI’AH CAB, JAKARTA HARMONI PADA PRODUK PEMBIAYAAN PERUMAHAN di JAKARTA & SEKITANYA, dalam bab ini berisi tentang penyajian data hasil penelitian yang didapatkan dari lapangan serta analisis.

(24)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Pada Pembiayaan Perumahan (Property)

1. Arti Kinerja Keuangan Terhadap Bank Syari’ah

Istilah kinerja berasal dari kata prerstasi kerja (Job Perfomance) atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang (Actual Performance). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996:503) menerangkan bahwa kinerja mengandung arti, yaitu :9

a. Sesuatu yang dicapai b. Prestasi yang diperhatikan

c. Kemampuan kerja

Arti kinerja lainnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu organisasi baik organisasi bersifat profit oriented atau non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu.

Menurut Amstron dan Baron mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Amstrong dan Baron, 1998:15).10 Sedangkan menurut Indra Bastian yang menyatakan mengenai kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

9http://riansyahefran-punyakoe.blogspot.com/2012/02/kinerja.html, pada tanggal 27

Februari 2014 pukul 16:43 wib

10 Michel Armstrong, 2004, Permoance Managmement, Tugu Publisher. Nyutran.

(25)

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) dari suatu organisasi.11

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hubungan antara pengertian kinerja dengan pengertian kinerja menurut para ahli yang sangat nyata dan saling berkaitan satu sama lain, yaitu bahwa pencapaian dari suatu lembaga perusahaan atau organisasi yang digambarkan dari sebuah hasil prestasi kemampuan kerja dari sumber daya manusia yang telah berkerja sama dalam mewujudkan kebijaksanaan untuk memberikan kontribusi pada suatu lembaga perusahaan atau organisasi tersebut.

Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk meilhat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.12 Adapun pengertian kineja keuangan adalah gambaran dari setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh suatu perusahaan, perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.13

11 Indra Bastian, 2001, Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Yogyakarta : Badan

Penerbit Fakultas Ekonomi UGM, hlm 329.

12 Irham Fahmi, 2011, Manajemen Kinerja Teori dan Praktik , Bandung: Alfabeta, Cet Ke-

2, hlm 142

13http://www.referensimakalah.com/2013/02/pengertian-kinerja-keuangan.html, pada

(26)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah hasil yang dicapai dari suatu perusahaan, perbankan atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam mengelola dan memperdayagunakan sumber keuangan dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standard ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accounting Principle).

2. Tahap-Tahap dalam Menganalisis Kinerja Keuangan

Penilian kinerja setiap perusahaan adalah berbeda-beda karena itu tergantung dalam ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Perbankan merupakan mediasi yang menghubungkan mereka yang memiliki kelebihan dana (surplus financial) dengan mereka yang memiliki kekurangan dana (deficit financial), dan bank bertugasuntuk menjembatani keduannya. Ada lima tahap dalam menganalisis kinerja keuangan dalam suatu perusahaan secara umum, yaitu:14

a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review ini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

b. Melakukan perhitungan

Penerapan yang dilakukan dalam metode perhitungan yang disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang

14 Irham Fahmi, 2011, Manajemen Kinerja Teori dan Praktik , Bandung: Alfabeta, Cet

(27)

dilakukan sehingga hasil dari perhitungan, sehingga memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

c. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan

Dalam tahap analisis ini melihat kinerja keuangan perusahaan yang dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perbankan tersebut.

d. Melakukan perbandingan terhadap hasil perhitungan yang telah diperoleh

Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada yaitu :15 Time series analysis, yaitu membandingkan secara antara waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik. e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap

berbagai permasalahan yang ditemukan

Tahap analisis ini akan menemukan berbagai permasalahan yang dihadapi, sehingga akan dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat diselesaikan.

15 Irham Fahmi, 2011, Manajemen Kinerja Teori dan Praktik , Bandung: Alfabeta, Cet

(28)

Dengan demikian bahwa dalam mempelajari kinerja keuangan sangat diperlukan untuk suatu perusahaan dan lembaga keuangan perbankan, karena dengan adanya penilian yang dilakukan akan menemukan permasalahan yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dari suatu perusahan dan perbankan, apabila dalam kinerja keuangan mengalami kesulitan sehingga ada persiapan dalam perbaikkan untuk meningkatkan kinerja keuangan yang dicapai sesuai kebijaksanaan dari perusahaan tersebut.

5. Tujuan Kinerja Keuangan

Menurut Mardiasmo ( 2002:122) secara umum, tujuan pengukuran kinerja adalah:16

a. Untuk mengkomunikasikan strategis secara lebih baik,

b. Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manager level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

Dengan demikian, tujuan kinerja keuangan dalam suatu perusahaan tersebut akan dievaluasi kembali dari laporan keuangannya, sehingga

16

(29)

perusahaan atau perbankan akan mengetahui seberapa pentingnya penilian kinerja keuangan dilakukan.

B. Anlisis Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan Berdasarkan Akad Murabahah dan Akad Musyarakah Konsep Dasar Bank Syariah

1. Arti Pembiayaan Perumahaan

Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.17 Dalam kaitannya

dengan pembiayaan pada pembiayaan pada perbank syari’ah atau istilah

teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Dalam pelaksanaan

pembiayaan, bank syari’ah harus memilih :

a. Aspek Syari’ah

Dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para nasabah, bank

syari’ah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain

tidak mengandung unsur maisir, gharar, dan riba serta bidang usahanya harus halal)

b. Aspek Ekonomi

Mempertimbangkan hal-hal syari’ah bank syari’ah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syari’ah maupun bagi nasabah bank syariah.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pembiayaan

merupakan realisasi pendanaan yang difasilitaskan kepada bank syari’ah

17 Muhammad, 2005, Manajemen Pembiayaan BANK SYARI’AH, Yogyakarta : UPP

(30)

sebagai pendanaan yang dikeluarkan untuk rencana investasi dalam

memperoleh keuntungan bank syari’ah.

Sedangkan perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyedian air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan permukiman berfungsi sebagaimana mestinya.

Dapat dikatakan bahwa perumahan adalah tempat yang paling pokok bagi manusia untuk memenuhi salah satu kebutuhan hidupnya, dimana manusia melindungi dirinya dari terik matahari dapat dikatakan sebagai pelindung dan kenyamanan hidup.

Pembiayaan perumahan dalam suatu perusahaan atau Lembaga

Keuangan Syari’ah adalah suatu perusahaan yang dibentuk untuk membeli

suatu kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank kreditur yang kemudian tagihannya dibentuk dalam suatu efek hutang yang kemudian dijual kepada investor. Umumnya pembiayaan dilakukan dengan menggunakan suatu perusahaan khususnya perseoran terbatas yang ditunjuk oleh lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan pembiayaam perumahan.18

2. Pembiayaan berdasarkan Akad Murabahah

Kata murabahah berasal dari kata (Arab) rabaha, yurabihu, murabahatan, yang berarti untung atau menguntungkan, seperti ungkapan

18http://id.wikipedia.org/wiki/Pembiayaan_sekunder_perumahan, diakses pada tanggal 20

(31)

tijaratun rabihah, wabaa’u asy-syai murabahatan” artinya perdangangan

yang menguntungkan, dan menjual sesuatu barang yang memberi keuntungan.19

Menurut Yusuf al-Qardhawi, yang perlu dipahami, yaitu adanya wa’ad (janji) artinya janji untuk membelikan barang yang diminta

pembeli dan janji penjual untuk meminta keuntungan dari barang tersebut. Kesepakatan pembeli dan penjual bahwa janji ini bersifat mengikat (iltizam) yang kemudian akan dilakukan pembayaran dengan cara ditangguhkan (muajjal).20

Dari berbagai pengertian mengenai murabahah secara istilah dan menurut para ahli saling berkaitan, yaitu bahwa pembiayaan yang berdasarkan kepercayaan antara pembeli dan penjual atas kesepakatan terlebih dahulu, sehingga penjual akan menginformasikan harga jual kepada pembeli. Apabila harga jual telah disepakati oleh pembeli maka penjual akan menyerahkan barang tersebut

a. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun murabahah adalah sama dengan rukun jual beli pada umumnya, yaitu adanya penjual (al-bai’), pembeli (al-musytari’), barang yang dibeli (al-mabi), harga (al-tsaman), dan shighat (ijab-qabul).

b. Dasar Hukum Murabahah

Landasan hukum akad murabahah ini adalah:

19 Asy-syihab al-Jundi, Al-‘aqdu al-Murabahah baina al-Fiqh al islami wa al-Ta’amuli al

-Masharafi, ( Saudi Arabia: Dar al-Nadhah al-‘Arabiyah,1986), hlm. 15.

20 Yusuf al-Qardhawi, Bai’ al-Murabahah li amir Bisysyira Kama Tajriyatul Mushrif

(32)

1. Al-Quran

Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah firman Allah:

َأ ََلَََلُ ل ْب َََْْوَأحَرَمُ َرْمََ

Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275). Ayat ini menunjukkan bolehnya

melakukan transaksi jual beli dan murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

2. Hadits

Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:

َمْلَسَأ هلََلَع ل ْب ْلَص ْب للولسَر َلحَق للولقَي ْ رلدلخلُ دَعَس حَرَو لتلعمَس َلحَق هَرَو لنَع

ض َمَت لنَع لَلَََلُ حَمْنإ

)

(حَحص : ينحَُأ قَقحت ،ةجحم نر ننس

Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW

bersabda,"Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama

suka."( HR. Ibnu Majah)

c. Murabahah dalam Aplikasi Perbankan

Penerapan murabahah di Lembaga Keuangan Syari’ah didasarkan pada asumsi bahwa nasabah membutuhkan barang atau objek tertentu, tetapi kemampuan finansial tidak cukup untuk melakukan pembayaran secara tunai. Untuk itulah nasabah berhubungan dengan Lembaga

Keuangan Syari’ah. Lembaga Keuangan Syariah pada umunya tidak

(33)

atas barang yang diinginkan nasabah kepada pihak laiinya seperti supplier atau pemasok, deadler, developer, atau penyedia barang lainnya.

Dengan demikian, Lembaga Keuangan Syari’ah bertindak selaku

penjual disatu sisi, dan disisi lain bertindak selaku pembeli, yang kemudian akan menjualnya kembali kepada nasabah pemesan dengan harga jual yang disepakati.

Gambar 2.1 Skema akad murabahah dalam Lembaga Keuangan syariah21

Keterangan dari gambar 1 skema akad murabahah di atas :

Lembaga Keuangan Syari’ah (Bank) bertindak selaku penjual dan

bertindak selaku pembeli. Nasabah mendatangi pihak bank untuk memesan barang atau objek yang diinginkan. Maka pihak bank melakukan pembelian atas barang atau objek yang diinginkan nasabah kepada pihak ke-3 yaitu supplier, dealer, developer. Kemudian harga

21 Fathurraman Djamil, 2012, Penerapan Huklum Perjanjian dalam Transaksi di

(34)

yang disepakati adalah harga jual, yaitu harga beli margin dan biaya-biaya yang timbul dari proses pembelian barang tersebut. Apabila harga pembelian dari supplier atau pemasok yang dibeli oleh bank mendapatkan potongan harga atau diskon, maka potongan harga atau diskon tersebut merupakan hak nasabah, sehingga harga jual adalah harga setelah diskon. Akan tetapi, apabila potongan harga itu terjadi setelah akad dilakukan, maka pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad antara bank dan nasabah.22

Sebelum melakukan pembelian barang terhadap supplier, bank dapat meminta urbun sebagai uang muka pembelian kepada nasabah apabila kedua belah pihak bersepakat. Apabila akad murabahah dilaksanakan, urbun tersebut menjadi bagian pembayaran piutamg murabahah. Apabila batal, yaitu tidak terjadi transaksi murabahah,

maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian yang ditanggung oleh bank. Jika urbun itu lebih kecil dari kerugian bank, maka bank dapat meminta tambahan dari nasabah.23

Pada saat harga jual disepakati, maka pihak bank menyerahkan barang yang dipesan tersebut sesuai dengan kuantitas, kualitas, tempat dan waktu yang disepakati. Apabila barang yang telah dibeli oleh bank (sebagai penjual) mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban bank,dan bank mengganti barang tersebut atau mengurangi nilai jual

(35)

sesuai dengan kesepakatan, sehingga yang diserahkan tersebut benar-benar sesuai permintaan nasabah.

Pada saat terjadi serah terima barang antara bank dan nasabah, maka kewajiban nasabah adalah melakukan pembayaran sesuai kesepakatan, baik secara angsuran atau diakhir secara lumpsum. Manakah nasabah ingin mempercepat cicilan atau ingin mempercepat cicilan atau ingin melunasi piutangnya sebelum jatuh tempo, maka boleh saja nasabah mengajukan kepada bank, atas tindakan nasabah melakukan pembayaran lebih cepat dari waktu yang disepakati.

Bank dapat memberikan potongan pelunasan dari kewajiban pembayaran sesuai kebijakan dan pertimbangannnya.24 Diserahkan kepada kebijakan dan pertimbangan bank, maka berkaitan dengan potongan pelunasan dalam murabahah tidak perlu dimasukan dalam akad.25 Dengan memperhatikan mekanisme murabahah tersebut, jelas sekali bahwa bank sebagai penjual harus memiliki barang dan diserahkan barang tersebut kepada pembeli. Manakala hal ini tidak dilakukan, maka secara konsepsional transaksi tersebut tidak sesuai dengan kretaria dari transaksi murabahah.

3. Pembiayaan Berdasarkan Akad Musyarakah

Musyarakah atau dikenal dengan sebutan syirkah secara bahasa berarti percampuran (ikhtilath), yaitu percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk dibedakan. Secara termonologi, para ahli fiqh memberikan definisi yang beragam, tetapi secara subtansi memiliki kesamaan, yaitu kerja sama

(36)

usaha antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditnaggung bersamasesuai dengan kesepakatan.26

Dengan berbagai pengertian yang saling berhubungan dan terkait, bahwa suatu kerja sama antara dua belah pihak atau lebih, dimana salah satu pihak berkontribusi dalam menjalankan usaha sehingga ada kesepakatan diantara kedua belah pihak atas keuntungan dan kerugian sesuai kesepakatan.

a. Rukun dan Syarat Musyarakah

Rukun musyarakah menurut mayoritas ulama fiqh adalah adanya pra pihak yang bekerja sama (asy-syuraka), modal (ra’sul maal), usaha atau proyek (al-masyru), dan pernyataan kesepakatan (ijab-qabul).

b. Dasar Hukum Musyarakah

Landasan hukum akad Musyarakah ini adalah: 1) Al-Qur’an

QS. Shad ayat 24:

"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian

lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan

amat sedikitlah mereka ini…."

26 Fathurrahman Djamil, 2012, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transksi di

(37)

2) Hadits

Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin

kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan

syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang

halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi)

c. Musyarakah dalam Aplikasi Perbankan

Musyarakah atau syirkah ini dapat digunakan oleh Lembaga

Keuangan Syari’ah antara lain dalam pembiayaan proyek dan modal

ventura. Dalam pembiayaan proyek nasabah dan bank sama-sama menyediakan suatu proyek tertentu. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasilnya yang telah

disepakati dengan pihak Lembaga Keuangan Syari’ah. Sementara

dalam modal ventura, penanam modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi, baik secara singkat atau bertahap.

(38)

kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian (skill) , kepemilikan (property), peralatan (equipment) , atau intangible asset (seperti hak paten atau goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana usaha. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan usaha musyarakah tidak boleh melakukan tindakan seperti:

1) Menggabungkan dana usaha dengan harta pribadi

2) Menjalankan usaha musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya

3) Memberi pinjaman kepada pihak lain.

Pada pembiayaan musyarakah ini setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak lain. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:

1) Menarik diri dari perserikatan 2) Meninggal dunia

3) Menjadi tidak cakap hukum

(39)

Gambar 2.2 Skema akad musyarakah dalam Lembaga Keuangan syariah27

Keterangan dari gambar 2 skema akad musyarakah :

Calon nasabah mempunyai kontrak kerja, diantaranya pengadaan alat tulis kantor dari suatu intitusi. Kemudian calon nasabah berkunjung ke Bank Syariah dengan maksud untuk mengajukan Pembiayaan Modal Kerja untuk proyek pengadaan barang dilengkapi dengan persyaratan yang ditentukan. Bank melakukan analisa kelayakan pembiayaan. Jika dinilai layak untuk dibiayai maka bank memberikan persetujuan prinsip pembiayaan kepada calon nasabah (surat penawaran).

Setelah terjadinya negosiasi dan kesepakatan, kedua belah pihak melakukan perjanjian pembiayaan dengan prinsip musyarakah. Kemudian bank membiayai sebagian kebutuhan proyek pengadaan

27 Fathurrahman Djamil, 2012, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transksi di

(40)

ATK. Sebagian lagi dibiayai nasabah. Nasabah sendiri sebagai kontraktor (pengelola proyek) dan pemilik dana (mitra). Pengembalian modal dan distribusi keuntungan dapat dilakukan secara angsuran atau tempo.

Distribusi tingkat keuntungan bank sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad dan distribusi tingkat keuntungan untuk nasabah sebesar nisbah yang telah ditentukan pada akad. Pengembalian modal bank dibayar pada saat jatuh tempo pembiayaan. Pengembalian pokok dapat dilakukan secara bertahap sesuai cash flow nasabah.

4. Pembiayaan berdasarkan Akad Istishna’

Istishna' (عان ص ت س ا) adalah bentuk ism mashdar dari kata dasar istashna'a-yastashni'u (عن ص تا - عن ص ت س ي). Artinya meminta orang lain untuk membuatkan sesuatu untuknya.28 Dikatakan : istashna'a fulan baitan, meminta seseorang untuk membuatkan rumah

untuknya.Istishna’ berarti minta dibuatkan atau dipesan. Akad yang mengandung tuntutan agar tukang atau ahli (shani) membuatkan suatu pesanan dengan ciri-ciri khusus. Dengan demikian, istihna adalah jual beli antara pemesan dan penerima pesanan, di mana spesifikasi dan harga barang disepakati diawal, sedangkan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan.

Istishna’ dapat diterapkan dengan melakukan pemesanan barang

dari pabrik, baik dalam skala besar ataupun kecil. Dengan demikian,

28http://hukumzone.blogspot.com/2012/03/istishna-dalam-fiqh-muamalah.html, pada

(41)

dalam istishna’ bahan dan tenaga dari produsen, sedangkan konsumen hanya memesan sesuai dengan kehendaknya.

a. Dasar Hukum Istishna’

Landasan Hukum Akad Istishna’ sebagai berikut : 1) Al-Quran

حَرَمُ َرْمَََأ ََلَََلُ ل ْب َََْْوَأ

“…Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.

(Qs. Al Baqarah: 275)

Berdasarkan ayat ini dan lainnya para ulama' menyatakan bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan shahih.

2) Hadits

Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat

kepada raja non-Arab, lalu dikabarkan kepada beliau bahwa

raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang tidak distempel.

Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari

bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku

dapat menyaksikan kemilau putih di tangan beliau." (HR. Muslim).

c. Rukun dan Syarat Akad Istishna’

(42)

d. Aplikasi Akad Istishna’ dalam Perbankan

Dalam pratik perbankan, prinsip Akad Istishna’ ini dapat dilakukan dengan cara di mana pihak bank melakukan pesanan barang kepada produsen sesuai kebutuhan nasabah. Barang tersebut harus secara jelas diketahui karateristiknya, baik berupa jenis, spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Apabila barang yang dipesan tersebut ada kecacatan atau salah maka pihak produsen atau penjual bertanggungjawab atas kelalaiannya. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna’ .

Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (subkontarktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini sering disebut istishna’ bertingkat (al-muza’).

Cara ini dibenarkan selama akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir, akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. 29

Adapun dalam pratik pembiayaan istishna’ di perbankan adalah : 1. Nasabah memerlukan proyek dan meminta bantuan bank 2. Bank mengecek atau menganalisa kesanggupan produsen atau

kontraktor untuk menyelesaikan proyek

3. Produsen atau kontraktor menyelesaikan proyek sesuai pesanan bank

4. Bank menjual proyek kepada nasabah

(43)

Gambar 2.3 Skema akad istishna dalam Lembaga Keuangan syariah30

Keterangan skema akad istishna di atas :

Calon nasabah datang ke Bank untuk mengajukan pembiayaan untuk pembanguan atau kontruksi rumah tinggal. Bank akan meminta calon nasabah melengkapi persyaratan permohonan pembiayaan. Jika pembiayaan telah lengkap, selanjutnya bank melakukan kelayakan pembiayaan. Jika calon nasabah layak, maka bank akan mengeluarkan Surat Persetujuan kepada calon nasabah (syrat oenawaran). Calon nasabah melakukan negoisasi dengan bank. Jika terjadi kesepakatan, calon nasabah menandatangani surat penawaran dan berjanji (wa’ad) untuk melakuakn transaksi istishna’ dengan bank.

Calon nasabah dan bank melakukan perjanjian pembiayaan berdasarkan prinsip istishna’ dalam rangka pembangunan atau

30 Fathurrahman Djamil, 2012, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transksi di

(44)

kontruksi rumah nasabah. Bank akan menunjuk kontraktor atau pemborong bangunan berdasarkan kontrak kerja atau perjanjian pembanguan rumah (akad fiqh istishna’ paralel) untuk membangun rumah nasabah sesuai spesifikasi yang ditentukan. Bank dalam hal ini dapat mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk menunjuk kontraktor sesuai pilihan nasabah.

(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM BTN SYARI’AH A. Sejarah Berdirinya BTN Unit Usaha Syari’ah

BTN Syari’ah merupakan Strategic Bussiness Unit (SBU) dari Bank BTN yang menjalankan bisnis dengan prinsip syariah, mulai beroperasi pada tanggal 14 Februari 2005 melalui pembukaan Kantor Cabang Syari’ah pertama di Jakarta. Pembukaan SBU ini guna melayani tingginya minat masyarakat dalam memanfaatkan jasa keuangan Syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip Perbankan Syari’ah, adanya Fatwa MUI tentang bunga bank, serta melaksanakan hasil RUPS tahun 2004.

Dalam prakteknya ternyata Bank Syari’ah bukan hanya diminati oleh kalangan umat muslim, tetapi juga dimanfaatkan oleh kalangan non muslim, baik dalam kapasitasnya sebagai nasabah, karyawaan maupun pemilik. Hal ini menunjukan bahwa Bank Syari’ah merupakan Bank yang universal dan tidak semata-mata dimanfatkan atas pertimbangan agama, tetapi juga pertimbangan ekonomis dan manfaatnya.

(46)

Bank BTN Unit Usaha Syari’ah disebut “ BTN Syari’ah “ dengan motto “

Maju dan Sejahtera Bersama “.31

Dalam pelaksanaannya, Unit Usaha Syari’ah didampingi oleh Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yaitu badan independent yang ditempatkan oleh Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) pada Bank yang bertugas sebagai pengawas, penasehat dan pemberi saran kepada Direksi, Pimpinan Divisi Syari’ah dan Pemimpinan Kantor Cabang Syari’ah mengenai hal-hal yang terkait dengan prinsip Syari’ah.

Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan oleh Dewan Syari’ah Nasional (DSN) pada bank. Anggota DPS harus terdiri dari para pakar di bidang syari’ah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum bidang perbankan. Persyaratan anggota DPS diatur dan ditetapkan oleh DSN. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syari’ah.

Adapun jajaran Dewan Pengawas Syari’ah pada Bank Tabungan Syari’ah yaitu : 32

Ketua : Drs. H. Ahmad Nazri Adlani

Anggota : a. Drs. H. Mohammad Hidayat MBA, MH b. Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS. QIP

Pada tahun 2006, dalam operasional Bank Tabungan Negara (BTN) Syari’ah telah didukung oleh 9 (sembilan) Kantor Cabang Syari’ah dan 27

(47)

(dua puluh tujuh) Kantor Layanan Cabang Konvesional (Office Channeling) pada kantor-kantor cabang dan kantor cabang konvesional.

Adapun kantor cabang syari’ah telah tersebar di berbagai kota, diantaranya Jakarta, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Batam dan Medan.33

BTN Syari’ah yang baru beroperasi kurang dari dua tahun membukukan laba pada tahun 2006 sebesar Rp.1,65 miliar dengan asset Rp.413,03 ,iliar dan pembiayaan Rp.256,89 miliar serta berhasil mendapatkan beberapa penghargaan Award yang telah diterima oleh BTN Syari’ah34

B. Visi dan Misi BTN Unit Usaha Syari’ah

Visi dan Misi Bank BTN Syari’ah sejalan dengan Visi Bank BTN yang merupakan Strategic Business Unit dengan peran untuk meningkatkan pelayanan dan pangsa pasar sehingga Bank BTN tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. BTN Syari’ah juga sebagai pelengkap dari bisnis perbankan di mana secara konvensional tidak dapat terlayani.35

1) Visi Bank BTN Syari’ah

" Menjadi Strategic Business Unit BTN yang sehat dan terkemuka dalam penyediaan jasa keuangan syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama."

2) Misi Bank BTN Syari’ah

a) Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN.

33 Ibid, Hal 86

(48)

b) Memberikan pelayanan jasa keuangan Syari’ah yang unggul dalam pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan Syari’ah terkait sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh pangsa pasar yang diharapkan.

c) Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip Syari’ah sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam menghadapi perubahan lingkungan usaha serta meningkatkan shareholders value.

d) Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap

stakeholders serta memberikan ketentraman pada karyawan dan

nasabah.

C. Struktur Organisasi BTN Unit Usaha Syari’ah

Berdasarkan Struktur Organisasi Kantor Cabang BTN Syari’ah mengacu pada Keputusan Direksi No. 15/DIR/DSYA/2004, tanggal 4 November 2004, tentang : Struktur Organisasi Kantor Cabang BTN Syariah. Konsep Dasar dan Metodologi Struktur Organisasi Kantor Cabang BTN Syariah, yaitu :

1. Susunan Core Unit di Struktur Organisasi Kantor Cabang adalah suatu unit kerja yang harus ada di suatu kantor cabang sebagai berikut :

(49)

d. Financing Recorvey (Pembinaan dan Penyelamatan Pembiayaan)

2. Di bawah Core Unit Kerja Retail Service (teller service, customer servive, financing service) dan Operation (transaction processing,

financing administration, general branch administration) maksimal

dijabat oleh Assistant Manager atau Supervisor (Penyelia) yang akan disesuaikan dengan jumlah rasio supervise terhadap jumlah staffing atau cabang tumbuh.

3. Branch Manager (Kepala Cabang)

Mempunyai Tanggung Jawab sebagai berikut :

a. Memberikan kontribusi laba yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan Divisi Syariah.

b. Menjaga tingkat efesiensi operasinal Kantor Cabang BTN Syariah. c. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah Bank Syariah.

Tanggung Jawab yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan otorisasi sesuai kewenangan. b. Bertanggung jawab atas pengelolaan risiko bisnis, baik yang

dilakukan oleh cabang syariah maupun kantor kas syariah,

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang menyangkut operasional Bank, baik ketentuan intern maupun ekstern.

(50)

Misi :

1. Mencapai standar pelayan prima yang berbasis kepada customer focus.

2. Meningkatkan pangsa pasar baik dana, pembiayaan, feebased yang berbasis kepada customer focus.

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah b. Bertanggung jawab atas perencanaan dan penetapan strategi bisnis

di unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya sesuai kebijakan Bank.

5. Operational

Misi :

a. Memproses transaksi non tunai secara efesien dan akurat

b. Menyediakan pelayan administrasi pembiayaan dan umum yang tepat waktu dan efesiensi kepada cabang.

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan operasional barian cabang untuk menjamin efektivitas dan efesiensi

(51)

D. Produk – Produk Unit Usaha Syari’ah

1. Produk Pendanaan BTN Syari’ah (Funcing Product) a. Giro BTN iB

Sebagai sarana pendukung bisnis terpercaya, dengan menawarkan transaksi perbankan yang menguntungkan melalui Giro Batara iB. Simpanan dana Perorangan atau Korporasi untuk memperlancar aktivitas bisnis dan penarikan dana dapat dilakukan dengan cek atau bilyet giro atau sarana pemindah bukuan lainnya. Menggunakan akad sesuai syari’ah yaitu Wadi’ah, bank tidak menjanjikan bagi hasil tetapi boleh memberikan bonus yang menguntungkan bagi nasabah.

b. Giro BTN Investa iB

Giro BTN Investa iB adalah Giro yang bersifat investasi atau berjangka dengan akad Mudharabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu dengan imbalan bagi hasil yang disepakati.

c. Tabungan BTN Batara iB

Produk Tabungan sebagai media penyimpanan dana dalam rupiah dengan menggunakan akad sesuai syari’ah yaitu Wadi’ah, bank tidak menjanjikan bagi hasil tetapi dapat memberikan bonus yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah.

d. Tabungan BTN Prima iB

(52)

(Investasi), bank menjanjikan bagi hasil yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah atas simpanannya.

e. Tabungan BTN Haji iB

Produk tabungan sebagai media penyimpanan dana dalam rupiah untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan menggunakan akad sesuai syariah yaitu Mudharabah (Investasi), bank menjanjikan bagi hasil yang menguntungkan dan bersaing bagi nasabah atas simpanannya.

f. Deposito BTN iB

Produk penyimpanan dana dalam bentuk simpanan deposito dengan jangka waktu tertentu sesuai pilihan/keinginan nasabah dan menggunakan akad sesuai syariah yaitu Mudharabah (Investasi), bank memberikan bagi hasil yang bersaing bagi nasabah atas simpanan depositonya.

g. TabunganKu iB

TabunganKu iB adalah produk tabungan perorangan dengan syarat yang mudah dan ringan yang diterbitkan secara bersama-sama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Produk Pembiayaan (Financing Product) a. Pembiayaan KPR BTN iB

(53)

b. Pembiayaan KPR Indensya BTN iB

Produk pembiayaan dalam rangka pembelian rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen secara indent (atas dasar pesanan), bagi nasabah perorangan dengan menggunakan prinsip akad Istishna’ (Jual Beli atas dasar pesanan), dengan pengembalian secara tangguh (cicilan bulanan) dalam jangka waktu tertentu.

c. Pembiayaan Kendaraan Bermotor BTN iB

Produk pembiayaan dalam rangka pembelian kendaraan bermotor (mobil dan sepeda motor) bagi nasabah perorangan dengan menggunakan prinsip akad Murabahah (Jual Beli).

d. Pembiayaan Modal Kerja BTN iB

Produk pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal kerja nasabah lembaga atau perusahaan dengan menggunakan prinsip akad Mudharabah (Bagi Hasil), dengan rencana pengembalian berdasarkan proyeksi kemampuan cashflow nasabah. e. Pembiayaan Yasa Griya BTN iB

Produk pembiayaan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal kerja pengembang perumahan untuk membangun proyek perumahan dengan menggunakan prinsip akad Musyarakah (Bagi Hasil), dengan rencana pengembalian berdasarkan proyeksi

kemampuan cashflow nasabah. f. Pembiayaan Investasi BTN iB

(54)

dengan menggunakan prinsip akad Murabahah (Jual Beli) atau Musyarakah (Bagi Hasil), dengan rencana pengembalian berdasarkan proyeksi kemampuan cashflow nasabah.

g. Gadai BTN iB

Pembiayaan Gadai BTN iB adalah pinjaman kepada nasabah berdasarkan Prinsip Qardh yang diberikan oleh Bank kepada nasabah berdasarkan kesepakatan, yang disertakan dengan Surat Gadai sebagai penyerahan Marhun (Barang Jaminan) untuk jaminan pengembalian seluruh atau sebagian hutang nasabah kepada Bank.

h. Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB

(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Pencapaian Kinerja Keuangan BTN Syari’ah Cab. Jakarta Harmoni Pada Produk Pembiayaan Perumahaan (Property)

Kinerja keuangan adalah analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.36 Dimana gambaran tersebut dilihat dari kondisi kinerja keuangan suatu lembaga Bank maupun Non Bank dalam periode tertentu baik mencakup aspek perhimpunan dana maupun penyaluran dana. Tidak hanya itu kinerja keuangan dapat menunjukan suatu hubungan antara kekuatan dan kelemahan dari perusahaan tersebut. Sehingga dari kekuatan tersebut harus dipelajari agar dapat dimanfaatkan lebih baik dan kelemahan dapat diketahui penyebabnya supaya lembaga perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk perbaikinya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Bank BTN Syari’ah Jakarta Harmoni selama dua periode terakhir 2011-2012, data tersebut murni diperoleh dari Bank BTN Syari’ah Cab. Jakarta Harmoni. Analisis kinerja keuangan dilakukan terhadap Bank BTN Syari’ah Jakarta Harmoni yang bertujuan mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari Bank Syari’ah yang meliputi realisasi pembiayaan terhadap pembiayaan perumahan (property).

(56)

Realisasi pembiayaan dimana kegiatan operasional Bank BTN Syari’ah secara real yang menyediakan fasilitas dana untuk memenuhi pihak-pihak (deficit unit) berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan dan bagi hasil (Nisbah).

Pada studi ini menjelaskan mekanisme pencapaian kinerja keuangan Bank BTN Syari’ah Cab. Jakarta Harmoni terhadap realisasi pembiayaan (funding) terhadap pembiayaan perumahan selama dua periode tahun 2011-2012.

Tabel 4.1 Kinerja Keuangan Pada Realiasi Pembiayaan Bank BTN Cab. Jakarta Harmoni37

No Keterangan Pencapaian Kinerja 2011

Pencapaian Kinerja 2012

%

1 KPR FLPP/ Subsidi Rp. 8.384.000.000 Rp. 1.319.000.000 -71%

2 KPR BTN iB Rp. 8.861.000.000 Rp. 4.480.000.000 -44%

3 KPR Indesya BTN iB Rp. 1.289.000.000 Rp. 2.311.000.000 10%

4 KPR Swagriya BTN iB Rp. 823.000.000 Rp. 440.000.000 -4%

5 Yasagriya BTN iB Rp. 5.920.000.000 Rp. 14.667.000.000 87%

Total Rp. 25.277.000.000 Rp. 23.217.000.000 -21%

37Data diperoleh dari penelitian berupa software “konsilidasi kinerja keuangan BTN

(57)

B. Fakor-Foktor Yang Menyebabkan Terjadinya Penurunan dan Kenaikkan dalam Pencapaian Kinerja Selama Dua Periode 2011-2012 Pada Realisasi Pembiayaan Perumahan

1. KPR FLPP

KPR FLPP/ Subsidi merupakan pembiayaan perumahan untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah, dimana dana FLPP akan disatukan dengan dana pihak Bank dalam menyalurkan kredit perumahan bersubsidi, sehingga dapat menghasilkan margin yang murah dan stabil selama jangka waktu tertentu. KPR FLPP kerja sama antara Kementrian Perumahan Rakyat (Kemenpera) dengan Bank BTN Syariah dalam melaksanakan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahaan (FLLP) untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan menengah. Kesepakatan ini tertuang dalam MOU yang ditanda tangani kedua belah pihak yaitu BTN Syari’ah dan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Dari hasil analisis tabel 1 Realisasi Pembiayaan pada produk KPR FLPP/Subsidi terjadi penurunan mencapai -70% selama dua periode 2011-2012. Hal ini disebabkan antara lain :

a. Kurang Mencapai Target

(58)

merasa keberatan karena dapat mengganggu daya beli masyarakat terhadap perumahan ini.

b. Kebijakan Pemerintah Dalam Memfasilitaskan KPR FLPP

Kebijakankan pemerintah sendiri dalam melaksanakan program KPR FLPP sekitar 60% dalam merealisasi kredit perumahan bersubsidi. Dana tersebut akan dikelola untuk program KPR FLPP, dana yang baru diterima sebesar Rp.2,45 triliun. Bagi Bank BTN Syari’ah target pemerintah dalam mengelola dana KPR FLPP ini sebesar Rp.7,09 triliun. Sehingga BTN Syari’ah harus menutupi dana KPR FLPP mencapai Rp.4,64 triliun. Pemerintah dalam kesepakatan untuk mendanai program KPR FLPP ini sekitar 60% yang diberikan Bank BTN Syariah, sedangkan pihak Bank BTN Syariah mendanai program ini sekitar 40%.

(59)

Untuk kelancaran pelaksanaan program ini baik pihak Bank BTN Syariah dan Pihak Kementerian Kredit Perumahan Rakyat (Kemenpera) secara bersama-sama memonitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan pengadaan perumahan melalui kredit pembiayaan pemilikan rumah sejahtera.

c. Uang Muka atau Uang DP Yang Tinggi

Uang muka atau uang DP saat mengajukan kredit KPR FLPP merupakan jaminan bahwa calon nasabah akan mengambil salah satu produk yang ada di Bank BTN Syari’ah. Bagi masyarakat hunian yang layak merupakan kebutuhan yang paling utama bagi kehidupannya. Hunian yang layak dapat dikatakan idaman bagi seluruh masyarakat diantaranya terbebas dari bencana alam (banjir). Adapun faktor masyarakat sulit dalam mengajukan kredit salah satunya uang muka atau uang DP, untuk mengambil kredit perumahan di lembaga Bank yaitu BTN Syari’ah dengan memfasilitaskan nasabahanya dalam mengajukan kredit perumahan.

Gambar

Tabel
Gambar
gambaran mengenai tingkat
Gambar 2.1 Skema akad murabahah dalam Lembaga Keuangan
+6

Referensi

Dokumen terkait

prosedur yang digunakan Bank BTN Syariah Solo kepada nasabah Untuk. Pembiayaan Kendaraan Bermotor, bagaimana penerapan prinsip

agunan, pertumbuhan agunan, daya tarik agunan, dan jangka waktu likuiditas. Bagi nasabah yang telah pembiayaannya diterima kemudian pada saat pembayaran KPR Syariah

Risiko kredit muncul akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi liabilitas kepada bank syariah sesuai kontrak. Risiko ini disebut juga risiko gagal

Dimisalkan Bapak Mahfud Hudlory selaku salah satu nasabah calon haji yang ingin melakukan pembiayaan dana talangan haji pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk cabang

Tabungan BTN Batara Haji dan umroh iB Produk Tabungan Haji BTN Syariah, sebagai sarana penyimpanan dana untuk Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) calon Jemaah

Penentuan tempat merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pemasaran. Ini merupakan salah satu strategi, suatu produk akan berhasil dipasarkan jika pemasaran

Bank dan nasabah sama-sama berkontribusi dalam dana usaha yang akan dijalankan. Pengembalian hasil usaha tergantung pada nisbah bagi hasil dan pencapaian kinerja

Bank dalam prinsip syariah memperoleh keuntungan dari bagi hasil, dan untuk penentuanharganya didasarkan pada kesepakatan antara pihak bank dan pihak nasabah penyimpan