• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Administrasi Kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Administrasi Kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Tangerang Selatan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh S A K I N A H NIM 207018200102

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

Implementasi Administrasi Kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal.

Penelitian ini bertujuan untilk mendeskripsikan pelaksanaan administrasi kurikulum SMP Islam Plus Baitul Maal. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Plus Baitul Maal pada bulan Mei 2012 sampai bulan Juni 2012. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala SMP, wakasek kurikulum dan guru. Data tentang pelaksanaan administrasi kurikulum diperoleh dari hasil wawancara dan observasi peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Dari hasil wawancara dan observasi dengan metode kualitatif tersebut, menunjukkan bahwa administrasi kurikulum SMP Islam Plus Baitul Maal terlaksana dengan baik.

(7)

vi

Bismillaahirrahmaanirrahini

Puji dan syukur penulis .panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akademis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta guna mencapai gelar sarjana pendidikan. Selama proses penyusunan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, dukungan, bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Rifat Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Drs. Rusydi Zakaria, M. Phil., Ketua Jurusan Kependidikan Islam.

3. Drs. H. Muarif SAM., M. Pd. Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan ketulusan, keikhlasan, kesabaran dalam memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, saran, masukan, sehingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal soleh yang tiada akan pernah putus.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya jurusan Manajemen Pendidikan, semoga berbagai ilmu yang di berikan membawa manfaat kepada saya khususnya dan kebaikan bagi semua.

(8)

vii pendidikan.

7. Bu Endang Retnosari, S.Pd.I, koordinator kurikulum, serta dewan Guru SMP Islam Plus Baitul Maal yang telah membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. Dengan sudi menjadi responden bagi penelitian yang saya lakukan.

8. Kedua orangtua tercinta, ayahanda H. Muslim Djaya dan ibunda Hj. Siti Muriyah dalam setiap hari-hariku kau ajarkan aku kejujuran, kesabaran dan ketulusan, kaulah sebaik-baik pengajar di dunia ini. Ayah yang begitu bijak, baik dan sabar dalam mendidik. Kalian pula yang telah memberikan semangat kepadaku baik berupa materi maupun non materi. Tiada putus kau berikan yang terbaik untuk anakmu. Hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan ini. Kecup sayang dari anakmu.

9. Kakak-kakak, Maswah dan Agus Winarjo, Sri Mulyati dan Muhammad Rendi, Syahroni Ahmad dan Cici, Abdul Muluk dan Imi, Fajariyah dan Zainal Abidin, Ahmad Sugiri, serta adikku Ahmad Buhori Muslim, terimakasih atas semua doa dan dukungannya, semoga kalian dimudahkan segala urusannya dalam menjalani hidup ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan dan keridhoan-Nya kepada kita, amiin.

10. Rekan-rekan guru PAUD Rumah Ceria, bu Tati, bu Tri, bu Resmi, bu Uci, bu Darwati, bu Rini, serta wali murid PAUD Rumah Ceria. Terimakasih atas kesempatan, doa dan dukungan yang diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Guru ngaji tercinta umi Siti Faria Ulfa, serta teman-teman ngaji ku Lika Sembiring, Muji, Siti, Tania, Eri, Ramlah, Ayu, Yani, Sari, Weni, Nuri, Vani, Yuli terimakasih atas semangat dan doa yang kalian berikan, semoga ukhuwah kita tetap terjaga.

12. Saudara/i di LDK Syahid.

(9)

viii

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh dan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.

(10)

ix

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPS ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

UJI REFERENSI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Administrasi kurikulum ... 9

1. Pengertian administrasi kurikulum ... 9

2. Kegiatan-kegiatan admnistrasi kurikulum ... 18

3. Fungsi umum administrasi kurikulum ... 20

B. Implementasi administrasi kurikulum di sekolah ... 26

1. Pengertian implementasi administrasi kurikulum ... 26

2. Proses implementasi kurikulum ... 28

(11)

x

C. Sumber Data ... 40 D. Teknik Pengumpulan Data ... 40 E. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum objek penelitian ... 43 B. Analisis dan interpretasi data ... 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 67

(12)

xi

[image:12.595.153.443.271.557.2]
(13)

xii

Lampiran 2 : Data Tenaga Kependidikan SMP Islam Plus Baitul Maal Lampiran 3 : Foto Visi, Misi, Tujuan SMP Islam Plus Baitul Maal Lampiran 4 : SILABUS

Lampiran 5 : PROTA dan PROSEM SMP Islam Plus Baitul Maal Lampiran 6 : RPP

Lampiran 7 : Surat Pengajuan Judul Skripsi Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan nasional, karena pada dasarnya proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan nasional itu sendiri. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, serta sektor sektor lainnya yang saling berkaitan dan berlangsung secara bersamaan.

Dalam Undang-undang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 “pendidikan adalah usai sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajar, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1 Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu: pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan berkesinambungan. Sedangkan

1

(15)

pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat.

Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah disebut pendidikan formal. Disebut pendidikan formal karena ada unsur kesengajaan, diniati, direncanakan, diatur sedemikiah rupa melalui tata cara dan mekanisme sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku atau diberlakukan untuk itu. Dengan demikian dalam pendidikan formal ada ketentuan dalam bentuk peraturan yang mengikat. Aturan dan keterikatan diwujudkan dalam satu sistem pendidikan sebagai suatu sistem dari kehidupan sosial pada umumnya. Sistem adalah seperangkat objek atau konsepsi yang memiliki sejumlah komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan. Tujuan umum pendidikan diperlukan sebagai arah dari sistem dan pelaksana pendidikan. Sedangkan komponen pendidikan adalah unsur-unsur yang dapat menyangga tercapainya tujuan pendidikan.

Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang akan melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar, sedangkan output merupakan hasil dari proses yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan hasil didik yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan di era globalisasi dewasa ini.2

Proses pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan dengan upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia, sedangkan manusia yang berkualitas itu, dilihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional.

Suatu lembaga pendidikan, terutama pendidikan formal, sebenarnya dibentangkan harapan tentang tingkat dan jenis perubahan tingkah laku sasaran pendidikan, antara lain perubahan pengetahuan, sikap, dan kemampuan mereka. Tentu bukan sembarang perubahan tingkah laku, sebagai akibat dari berlangsungnya proses pendidikan. Demikian pula bukan setiap perubahan

2

(16)

tingkah laku dapat dipakai sebagai ukuran berhasilnya proses pendidikan. Itulah sebabnya maka harapan perubahan tingkah laku tersebut perlu dirumuskan dahulu dalam suatu pendidikan. Dengan kata-lain tujuan pendidikan adalah rumusan pada tingkah laku dan jenis tingkah laku, yang lazimnya dirumuskan dalam kategori pengetahuan, kecerdasan, sikap' keterampilan yang diharapkan untuk dimiliki oleh sasaran pendidikan setelah menyelesaikan program pendidikan.3 Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya mengembangkan kemampuan/potensi individu agar dapat hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya.

Salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem pendidikan formal adalah kurikulum. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas.

Kurikulum merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya. Dalam menggunakan kurikulum, guru sebagai pendidik disamping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum di dalamnya, juga dapat memilih dan menambah materi-materi, sumber-sumber ataupun metode-metode pelaksanaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat lingkungan sekolah dan menambah apa yang dianggapnya sebagai kebutuhan siswa yang bermanfaat dalam kehidupannya di masyarakat. Itulah sebabnya maka pelaksanaan kurikulum perlu mendapatkan perhatian. Pembinaan kurikulum harus diusahakan dan dijalankan sebaik mungkin.

Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman belajar, yang disusun sesuai dengan perkembangan siswa. Kurikulum akan mempunyai arti dan fungsi untuk mengubah siswa apabila dilaksanakan dan ditransformasikan oleh

3

(17)

guru terhadap siswa dalam suatu kegiatan yang disebut proses belajar mengajar. Dengan kata lain, proses belajar mengajar adalah operasionalisasi dari kurikulum.

Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan dan teknologi, serta kebudayaan dan kesenian sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara sentralistik, dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh tanah air Indonesia. Kurikulum adalah niat dan rencana, proses belajar mengajar adalah pelaksananya. Dalam proses tersebut ada dua subyek yang terlibat, yakni guru dan siswa. Siswa adalah subjek yang dibina dan guru adalah subjek yang membina. Keduanya terlibat dalam satu proses untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berbicara masalah kurikulum, peran administrasi sangat dibutuhkan. 'I‟anpa adanya administrasi pendidikan atau administrasi sekolah yang baik maka kemungkinan besar segala upaya peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan tidak berhasil, karena administrasi pendidikan memiliki peran yang penting dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik sebagai sarana maupun alat penataan bagi komponen pendidikan lainnya.

Zulkifli dalam bukunya mengutip pendapat Siagian “bahwa administrasi didefinisikan sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.4

Dari sini dapat dikatakan bahwa proses administrasi adalah suatu keseluruhan yang terpadu. Di dalam keseluruhan itu terdapat sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Mengacu kepada perspektif jasa pelayanan sebagai produk suatu lembaga, administrasi diartikan sebagai kegiatan yang mengenai angka dan benda atau

4

(18)

surat-menyurat. Dalam studi administrasi hal tersebut dikonsepsikan sebagai administrasi dalam arti sempit.

Jika administrasi hanya dipandang dari satu aspek atau pengertian sempitnya saja, maka pelaksanaan administrasi pendidikan tidak dapat menjawab permasalahan yang terjadi sepiitar pendidikan diantaranya siswa malas belajar, ketidaksiapan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan baik, serta terhambatnya perkembangan kemampuan dan potensi siswa.

Administrasi sebagai salah satu cabang Ilmu Sosial, definisinya tidak terbatas hanya sekedar pekerjaan surat menyurat (korespondensi). Administrasi dalam arti luas mencakup keseluruhan proses aktivitas kerjasama sejumlah manusia di dalam organisasi untuk mencapai satu atau sejumlah tujuan yang telah disepakati sebelumnya.

Administrasi kurikulum yang mencakup sistem penyampaian, media dan bimbingan diperlukan faktor petimbangan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Administrasi kurikulum (dalam arti sempit) merupakan kegiatan-kegiatan administratif yang bersifat teknis memberikan dukungan yang cukup besar dalam proses manajemen kurikulum, sebagaimana halnya dengan administrasi perkantoran bersama dengan berbagai instrumen yang memadai.5 Selain itu, administrasi dalam arti sempit mempunyai makna yaitu kegiatan catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengketik. dan sebagainya. Sehingga tata usaha merupakan sebagian kecil kegiatan darai administrasi.

Adanya suatu pengelolaan administrasi kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam rangka perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, serta menilai proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan kualitas belajar melalui pembelajaran yang aktif.

Namun untuk mencapai tujuan administrasi kurikulum tidak hanya berdiri sendiri, administrasi kurikulum memiliki hubungan yang erat dengan bidang

5

(19)

bidang lainnya, diantaranya administrasi kesiswaan, administrasi guru, administrasi keuangan, administrasi sarana dan prasarana, dan lain-lain.

Administrasi pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas yang memungkinkan terlaksananya kurikulum. Dalam administrasi pelaksanaan kurikulum ini, tujuan administrasi tersebut adalah agar kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik. Administrasi bertugas menyediakan/mempersiapkan fasilitas material, personal dan kondisi-kondisi agar kurikulum dapat dilaksanakan.6 Untuk itu perlu adanya kerjasama yang baik diantara bidang-bidang administrasi lainnya, karena perlu adanya keterkaitan antara satu dengan yang lainnya agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban memberikan pelayanan kepeda peserta didik dari berbagai segi baik dalam hal pelaksanaan kegiatan belajar maupun lainnya.

Dengan demikian, administrasi kurikulum sangatlah diperlukan karena memegang peranan penting dalam pengembangan pembelajaran yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan.

SMP Islam Plus Baitul Maal sebagai sebuah lembaga pendidikan formal juga sedang berusaha melaksanakan kurikulum dengan baik agar proses pendidikan dapat mencapai target yang telah ditentukan. Namun usaha tersebut belum sepenuhnya berhasil. Dari sekian guru di SMP Islam Plus Baitul Maal, hanya sebagian kecil guru yang sudah sesuai dalam penyusunan kurikulum dengan baik. Baik dalam hal ini yakni selesai tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang diharapkan.7 Dengan kata lain, sebagian besar guru SMP Islam Plus Baitul Maal masih belum sesuai dalam menyusun kurikulum, baik itu dalam penyusunan PROTA (PROgram Tahunan), PROSEM (PROgram SEMester), silabus, serta RPP. Kurikulum yang dilaksanakan kurang maksimal karena waktu yang tersedia dianggap sebagian guru kurang serta adanya kegiatan-kegiatan luar yang memang harus dilaksanakan menyebabkan proses pembelajaran terganggu. Selain itu juga, masih terbatasnya sarana dan prasarana di SMP Islam Plus Baitul

6

Ibid

7

(20)

Maal, khususnya lab, sehingga guru belum maksimal/belum mencapai tujuan dalam melaksanakan kurikulum yang telah direncanakan/disusun.

Berdasarkan latar belakang di. atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi administrasi kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal yang dijadikan penulis sebagai obyek penelitian. Maka dalam penulisan skripsi ini penulis memberi judul “Implementasi Administrasi Kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Kurikulum belum sepenuhnya dirancang dengan baik.

2. Masih terdapat guru yang tidak tepat waktu dalam menyusun kurikulum. 3. Terbatasnya sarana & prasarana khususnya laboratorium.\

4. Adanya kegiatan luar guru sehingga kurikulum kurang terimplementasi secara baik.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki penulis, maka penelitian ini perlu ditetapkan pembatasan masalah agar tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan pada: kegiatan implementasi administrasi kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal.

D. Perumusan Masalah

(21)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara . komprehensif implementasi administrasi kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat pada implementasi administrasi kurikulum di SMP Islam Plus Baitul Maal.

3. Untuk mendeskripsikan solusi dalam menghadapi kendala yang ada dalam implementasi administrasi kurikulum.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pengembang Kurikulum

a. Sebagai masukan agar dapat menjadikan kurikulum sebagai rencana pembelajaran yang efektif.

b. Sebagai masukan agar dapat berperan aktif dalam melakukan pengawasan dalam pelaksanaan kurikulum.

c. Sebagai masukan dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas dari sebuah kurikulum.

2. Bagi Sekolah

a. Sebagai masukan dalam mengembangkan program administrasi kurikulum, dengan mengasah sumber daya yang ada.

b. Sebagai bahan evaluasi terhadap implementasi administrasi kurikulum.

c. Sebagai masukan dalam mengambil keputusan yang berkenaan dengan peningkatan dan perbaikan administrasi sekolah, khususnya dalam administrasi kurikulum.

3. Bagi Guru

(22)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Administrasi Kurikulum

1. Pengertian Administrasi Kurikulum

Administrasi kurikulum terdiri dari 2 (dua) kata yakni administrasi dan kurikulum, sehingga terlebih dahulu dapat dijelaskan mengenai:

a. Konsep Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa.

„istilah “kurikulum” berasal dari bahasa Latin, yakni curriculum

awalnya mempunyai pengertian a running course, dan dalam bahasa Perancis yakni courier berarti to run = berlari”.1 Secara terminologis dari beberapa ahli mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di bawah bimbingan sekolah baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

Hal tersebut serupa dengan apa yang diungkapkan Syafruddin Nurdin bahwa kurikulum diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih luas daripada itu, yakni merupakan

1

(23)

aktivitasapa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan.2

Wina Sanjaya mengartikan kurikulum sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yartg harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.3

Dari pendapat tersebut nampaklah jelas bahwa kurikulum sangatlah penting. Karena dengan kurikulum, pendidik dapat melaksanakan pengajaran secara maksimal dengan perencanaan yang dipersiapkan secara baik, karena mulai dari perencanaan sampai evaluasi dirancang secara baik pula.

Mengutip pendapat Nana Syaodih, bahwa dalam kaitannya dengan kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum:4

1. Kurikulum merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum berisi perencanaan kegiatan belajar serta tujuan yang akan di capai.

2. Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan, dan bahkan sistem masyarakat. Dalam hal ini tercakup tata laksana perencanaan kurikulum, pelaksanaan, evaluasi serta penyempurnaan kurikulum.

3. Kurikulum sebagai suatu studi yang di kaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam kaitan ini, para ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di bidang kurikulum.

2

Syafruddin Nurdin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum

(.Jakarta:Ciputat Pers. 2002), Cet ke-1 h. 34.

3

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan

KTSP) (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). cet. ke-1 h.11.

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum (Teori dan Praktek)

(24)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk rhencapai tujuan pendidikan tertentu.5 Batasan menurut undang-undang tersebut tampak jelas, bahwa kurikulum memiliki dua aspek pertama sebagai rencana (as a plari) yang harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru dan yang kedua pengaturan isi dan cara pelaksanaan rencana itu yang keduanya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Selain itu, sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal.

Dari beberapa definisi kurikulum di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa kurikulum adalah suatu rancangan dari seluruh kegiatan pendidikan dan sebagai alat pembina pengembangan siswa untuk menjadi manusia yang berilmu, bermoral dan terampil sesuai dengan fungsinya untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Komponen Kurikulum

Untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum memiliki komponen- komponen penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Kurikulum terbentuk oleh 4 komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Untuk memudahkan mengingat, komponen-komponen tersebut

5

(25)

dapat dirumuskan pada kata “TIME” yaitu tujuan, isi, metode, dan evaluasi.6

1) Komponen Tujuan.

Kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Dleh karena itu, perumusan tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kurikulum.

Pertama, tujuan erat kaitannya dengan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap upaya pendidikan. Kurikulum merupakan alatuntuk mencapai tujuan pendidikan, dengan demikian perumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam sebuah kurikulum. Kedua, melalui tujuan yang jelas, maka dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mendesain model kurikulum yang dapat digunakan bahkan akan membantu guru dalam mendesain sistem pebelajaran. Artinya dengan tujuan yang jelas dapat memebrikan arahan kepada guru dalam menentukan bahan atau materi yang harus dipelajari, menentukan metode dan strategi pembelajaran, menentukan alat, media, dan sumber pembelajaran, serta merancang alat evaluasi untuk menetukan keberhasilan belajar siswa. Ketiga, tujuan kurikulum yang jelas dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, para pengembang kurikulum termasuk guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah memperoleh kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.

Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah:7

6

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran ... et. ke-1 h. 100.

7

Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan

Kurikulum (Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan) (Jakarta: P']‟. Bumi

(26)

a) Tujuan Yang Ingin Dicapai Sekolah Secara Keseluruhan

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan serta sikap yang diharapkan dimiliki murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

Tujuan dari sekolah tersebut dinamakan sebagai tujuan institusional atau tujuan lembaga, misalnya tujuan SD, SMP dan seterusnya.

b) Tujuan Yang Ingin Dicapai Dalam Setiap Bidang Studi

Disamping tujuan institusional yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan, setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.

Dengan demikian, tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam proses pendidikan, yakni hal yang ingin dicapai secara keseluruhan, yang meliputi tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan kognitif adalah tujuan yang diinginkan yang mengarah pada pengembangan akal, intelektual anak didik, tujuan afektif merupakan tujuan yang ingin dicapai terhadap pengembangan rohani anak didik, dan tujuan psikomotor adalah tujuan yang ingin dicapai yang mengarah pada pengembangan keterampilan jasmani anak didik.

2) Komponen Isi

(27)

bidang-bidang studi. Kemudian bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang dan jalur pendidikan yang ada.

Menurut Nana Sudjana ada tiga pengetahuan dasar manusia, yaitu: “pertama pengetahuan benar-salah (logika), kedua pengetahuan baik-buruk (etika), dan yang ketiga pengetahuan yang berkenaan dengan indah-jelek (estetika).” Dari ketiga ilmu ilmiah berkembang demikian pesat sehingga melahirkan berbagai ilmu pengetahuan.8

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah.9 Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 36 Ayat 3 mengatakan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan negara kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a. peningkatan iman dan taqwa; b. peningkatan akhlak mulia;

c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

e. tuntutan dan pembangunan daerah dan nasional; f. tuntutan dunia kerja;

g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; h. agama;

i. dinamika perkembangan global; dan

8

Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1996), h.28.

9

(28)

j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.10

Selain itu, Qemar Hamalik menyebutkan 7 kriteria isi kurikulum, yaitu sebagai berikut:

a. Isi kurikulum harus sesuai dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan baru.

b. Isi kurikulum memberikan kemudahan untuk memahami prinsip-prinsip, konsep, fakta, prosedur dalam ruang lingkup pengetahuan tertentu.

c. Isi kurikulum memberikan sumbangan tertentu untuk memperoleh keterampilan intelektual, keterampilan psikomotorik, keterampilan reaktif dan interaktif.

d. Isi kurikulum memberikan sumbangan tertentu terhadap perkembangan moral khususnya yang berkenaan dengan penggunaan pengetahuan.

e. Isi kurikulum hendaknya mendorong siswa/peserta untuk belajar secara berkelanjutan serta sesuai dengan tingkat kematangan dan pengalaman peserta.

f. Isi kurikulum memberikan sumbangan terhadap perkembangan siswa/peserta secara menyeluruh dan seimbang.

g. Isi kurikulum mengarahkan siswa/peserta kepada tindakan- tindakan sehari-hari, terhadap pelajaran dan pengalaman selanjutnya.11

Dari rumusan tersebut isi kurikulum mencakup pengetahuan- pengetahuan baik pengetahuan yang berupa keterampilan intelektual, keterampilan psikomotorik, keterampilan reaktif dan interaktif.

3) Komponen Strategi

Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik atau guru perlu memahami suatu strategi. Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan. Strategi yang diterapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa biasa dinamakan student centered, sedangkan strategi yang berpusat pada guru dinamakan teacher centered.

10

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 25.

11

(29)

Dengan menggunakan strategi yang tepat, maka diharapkan hasil yang diperoleh dalam proses belajar mengajar dapat memuaskan baik bagi pendidik maupun anak didik, namun penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tingkat kompetensi pendidik.

4) Komponen Evaluasi

Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan.

Menurut Nana Sudjana: “evaluasi diajukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran, dan untuk mengetahui keefektifitasan proses belajar mengajar yang telah dilakukan oleh12 guru

Untuk melihat sejauhmana keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum maka diperlukan evaluasi. Cara penilaian atau evaluasi akan menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan, dan proses belajar mengajar.

Dalam mengevaluasi biasanya seorang pendidik akan mengevaluasi anak didik dengan materi atau bahan yang telah diajarkan. Hal ini sangat penting, mengingat hasil penilaian atau hasil yang dimiliki anak didik tidak jarang menjadi barometer atau keberhasilan proses pengajaran pada suatu sekolah dan berkaitan erat dengan masa depan anak didik.

12

(30)

c. Pengertian Administrasi Kurikulum

Dalam rangka melaksanakan kurikulum, dibutuhkan adanya administrasi kurikulum disekolah, agar dalam pelaksanaannya tersebut dapat berjalan dengan baik.

“Administrasi” bersal dari bahasa latin yang terdiri dari kata “ad' dan “ministrare” kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to

dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada” dan “ministrare

sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti “melayani”, “membantu”, atau mengarahkan dalam bahasa Inggris admninister berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after) dan “mengarahkan”13

.

Dari pengertian di atas, administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan.

Terdapat tiga pengertian substansial yang terkandung dalam sejumlah definisi konsep administrasi, yaitu:

a. Bahwa administrasi dapat dipandang sebagai seni. Keberhasilan penerapannya memerlukan kiat-kiat tertentu yang bersifat sangat situasional dan kondisional.

b. Bahwa di dalam konsep administrasi terdapat unsur-unsur adanya dua orang manusia atau lebih, adanya tujuan yang hendak dicapai, adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya perlengkapan dan peralatan untuk melaksanakan tugas, dan adanya pertimbangan rasionalitas dalam merumuskan dan menyediakan setiap unsur tersebut

c. Bahwa administrasi sebagai suatu proses kerjasama bukan merupakan konsep yang baru.14

Rumusan tersebut menjelaskan konsep administrasi yang menitikkan pada kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk mencapai suatu tujuan.

13

Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Remaja Karya. 1988) cet. ke-2 h. 1-2.

14

(31)

Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi -membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa administrasi merupakan proses kegiatan atau usaha bersama dalam menyelenggarakan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian administrasi kurikulum merupakan suatu proses kegiatan yang direncanakan dan dirancang secara terprogram serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.15

Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan berkewajiban memberikan pelayanan kepeda peserta didik dari berbagai segi baik dalam hal pelaksanaan kegiatan belajar maupun lainnya.

Administrasi kurikulum mencakup di dalamnya penyusunan kurikulum, pembinaan kurikulum, pelaksanaaan kurikulum, yang meliputi: kegiatan administrasi sebelum pelaksanaan KBM, kegiatan administrasi pada saat pelaksanaan dan kegiatan administrasi pada akhir pelaksanaan.

2. Kegiatan-Kegiatan Administrasi Kurikulum

Kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian dikembangkan, sehingga dalam

15

Ary M. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro).

(32)

pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan sebuah instrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula.

Secara operasional kegiatan administrasi kurikulum dapat meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru, peserta didik, dan seluruh civitas akademika atau warga sekolah/lembaga pendidikan.16

Kegiatan administrasi kurikulum ini menitikkan pada kegiatan dalam mengelola seluruh proses kegiatan pendidikan di sekolah.

Kegiatan administrasi kurikulum dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar-mengajar di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya.

Kegiatan administrasi kurikulum yang terpenting saat disebutkan dua hal, yakni:17

1. Kegiatan yang amat erat kaitannya dengan tugas guru kegiatan yang dimaksud ini meliputi:

1) Pembagian tugas mengajar.

2) Pembagian tugas/tanggungjawab dalam membina ekstrakurikuler. 3) Koordinasi penyusunan persiapan mengajar.

2. Kegiatan yang serta kaitannya dengan proses belajar mengajar Kegiatan ini meliputi:

1) Penyusunan jadwal pelajaran.

2) Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu 3) Pengisian daftar kemajuan murid.

4) Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar. 5) Laporan hasil evaluasi.

16

Ary. II. Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro)

(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996) Cet Ke-1 h.80.

17

(33)

6) Kegiatan bimbingan penyuluhan.

Adapun menurut Oemar Hamalik kegiatan-kegiatan dalam administrasi kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Menyusun rencana kegiatan tahunan

b. Menyusun rencana pelaksanaan program/unit c. Menyusun jadw.al pelaksanaan kegiatan

d. Melaksanakan kegiatan proses kegiatan belajar mengajar e. Mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi f. Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler g. Melaksanakan evaluasi belajar tahap akhir h. Mengatur alat perlengkapan pendidikan

i. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan j. Merencanakan usaha-usaha peningkatan mutu guru18

Jadi, administrasi kurikulum adalah suatu proses pencapaian tujuan pendidikan agar lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Administrasi kurikulum ada yang menyebut administrasi akademik dan ada pula yang menyebut dengan administrasi pengajaran.

3. Fungsi Umum Administrasi Kurikulum

Menurut Oteng Sutisna, administrasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan proses (seperti pengambilan keputusan, perencanaan, organisasi, koordinasi, komunikasi, pengawasan, penilaian) yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manajerial dengan maksud melayani kepentingan anak didik.19

Hal tersebut nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakn di sekolah/lembaga pendidikan diarahakan pada suksesnya PBM (Proses Belajar Mengajar).

Dengan demikian, tujuan utama dari administrasi ialah mengorganisasikan dan mengoperasikan tugas sekolah sehingga pengajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks administrasi kurikulum di sekolah perlu dimulai dari tinjauan

18

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010),cet ke-4 h. 172.

19

(34)

tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan .oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya administrasi ini dimaksudkan.untuk pencapaian tujuan pendidikan. Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha, mulai dari perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha tersebut.

Senada dengan rumusan di atas, fungsi dari administrasi kurikulum yaitu:20

a. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan ada beberapa tahap, 1). identifikasi masalah, b), perumusan masalah, c), penetapan tujuan, d), identifikasi alternatif, e), pemilihan alternatif, dan f) elaborasi alternatif.

Perencanaan kurikulum adalah proses komprehensif ketika pihak yang terkait merumuskan tujuan dari pendidikan, bagaimana tujuan tersebut dilakukan melalui situasi belajar mengajar, dengan mempertimbangkan kepantasan dan keefektifan tujuan (ends) dan alat

(means) belajar (Baine, 1986). Tanpa perencanaan kurikulum yang

sistematis, berbagai pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan kurang mempunyai tujuan. Perencanaan kurikulum yang baik diperlukan untuk mengembangkan pengalaman pendidikan secara kontinyu, untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.21

Dari definisi perencanaan di atas menekankan bagaimana pentingnya dari sebuah perencanaan, perencanaan yang di rancang dengan baik serta didukung dengan kegiatan yang dilaksanakan dengan baik maka tujuan akan tercapai sesuai yang, diharapkan,

20

http://dramigo.blogspot.com/2008/12/administi'asi-pendidikan-dalam-profesi.html

21

(35)

b. Pengorganisasian Kurikulum

Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah.

Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbedaakan mengakibatkan isi dan cara penyampaianpelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, Hal.80).

Pola-pola pengorganisasian kurikulum, yaitu:22 a. Separated Subject Curriculum

Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain.

Subject atau mata pelajaran yang dimaksud adalah hasil pengalaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh umat manusia sejak dulu kala. Bahan ini lalu disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak-anak di sekolah sebagai mata pelajaran setelah disesuaikan dengan usia dan kematangan murid-murid. Dalam subjecl curriculum ini, anak-anak dipaksakan mempelajari pengalaman umat manusia yang lampau, yang tidak selalu bertalian erat dengan pengalaman anak itu sendiri. Curriculum yang subject- centered ini

22

(36)

terutama ditujukan kepada pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan pribadi anak sebagai keseluruhan.23

Manfaat separate-subject curriculum menurut Dr. S. Nasution adalah sebagai berikut:

1) Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis

2) Organisasi kurikulum ini sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan

3) Kurikulum ini mudah dinilai

4) Kurikulum ini juga dipakai di pendidikan tinggi

5) Kurikulum ini telah dipaai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi

6) Kurikulum ini memudahkan guru 7) Kurikulum ini mudah dirubah

8) Organisasi kurikulum ini esensial untuk menafsirkan pengalaman24

Adapun kelemahan dari separate-subject curriculum menurut S. Nasution adalah:

1. Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.

2. Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalamkehidupannya sehari-hari.

3. Kurikulumini menyampaikan pengalaman manusia yang lampau dalam bentuk yang sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi minat dan perkembangan anak. 4. Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas.

5. Kurikulum ini kurang menegmbangkan kemampuan berpikir. 6. Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman25

b. Correlated Curriculum

Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (icorrelated), walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain masih dipertahankan.

Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara:

23

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. ke-2 h. 178.

24

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, h. 181-184.

25

(37)

1) Antara dua mata pelajaran diadakan hubungan secara insidental. 2) Memperbincangkan masalah-masalah tertentu dalam berbagai

macam pelajaran.

3) Mempersatukan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas masing-masing.

Adapun ciri-ciri dari kurikulum korelasi ini menurut Zainal Arifin, antara lain:

(a) adanya korelasi antar mata pelajaran, (b) adanya upaya untuk menyesuaikan mata pelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari, termasuk kebutuhan dan minat peserta didik, (c) tujuan kurikulum adalah untuk menguasai pengetahuan, (d) pelayanan perbedaan individual masih sangat terbatas, (e) dalam proses pembelajaran, guru banyak berperan aktif, (f) peran peserta didik mulai diaktifkan, dan (g) penilaian lebih difokuskan kepada domain cognitive, kendatipun domain lain sudah mulai dikembangkan.26

Selain itu, beberapa keutungan dari correlated curriculum

menurut S. Nasution adalah:

1. Korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid- murid. 2. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata

pelajaran-mata pelajaran

3. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam 4. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas

5. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih fungsional

6. Korelasi antara mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.27

Sedangkan kekurangan dari correlated kurikulum adalah:

1. Kurikulum ini tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid- murid dalam kehidupannya sehari-hari

2. Kurikulum ini tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai berbagai mata pelajaran

3. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter disiplin.28

26

Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet ke-1 h. 99.

27

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum ….h. 194

28

(38)

c. Integrated Curriculum

Integrated curriculum meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Dengan kebulatan bahan pelajaran diharapkan mampu membentuk kepribadian murid yang integral, selaras dengan kehidupan sekitarnya, apa yang diajarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah.

Manfaat dari integrated curriculum ini adalah:

1. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat

2. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar

3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat

4. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi

5. Kurikulum im mudah disesuaikan dengan minat murid.29

Adapun kelemahan dari integrated curriculum ini adalah;

1. Guru-guru tidak di didik untuk menjalankan kurikulum seperti ini 2. Kurikulum ini memberatkan tugas guru

3. Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum

4. Anak-anak dianggap tidak sanggup menentukan kurikulum 5. Alat-alat sangat kurang untuk menjalankan kurikulum ini.30

d. Pengarahan Kurikulum

Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, sferta pertimbangan dan bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.

e. Pengkoordinasian Kurikulum

Pengkoordinasian diartikan sebagai usaha untuk menyatukan kegiatan dari berbagai individu atau unit sekolah agar kegiatan mereka

29

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum ….h. 205

30

(39)

berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.

f. Evaluasi Kurikulum

Pada umumnya guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk: a), memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja tersebut berhasil, b), menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, c), memperoleh fakta-fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang dapat merusak, serta d), memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa administrasi pelaksanaan kurikulum berkenaan dengan semua perilaku yang bertalian dengan semua tugas yang memungkinkan terlaksananya kurikulum. Dalam administrasi pelaksanaan kurikulum ini, tujuan administrasi tersebut adalah agar kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik.

B. Implementasi Administrasi Kurikulum di Sekolah 1. Pengertian Implementasi Administrasi Kurikulum

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis, sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan perfgetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner‟s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah "pul something into effect atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.31

Hal tersebut juga senada dengan pendapat Syafrudin Nurdin dan Basyiruddin Usman yang mengatakan bahwa esensinya “implementasi

31

(40)

adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program, atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum disain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan disain tersebut32.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written curriculum) dalam bentuk pembelajaran yang sudah direncanakan.

Dari pendapat di atas, Oemar Hamalik menekankan dengan pendapatnya yang mengatakan bahwa:

Implementasi kurikulum merupakan penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional serta fisiknya.33

Sedangkan pengertian administrasi menurut George R. Terry yang dikutip oleh Uhar Saputra, “administrasi merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengewasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemnafaatan sumberdaya manusia serta sumber-sumber lain34.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan implementasi administrasi kurikulum adalah pelaksanaan dari seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara kontinyu terhadap situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

32

Syalruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum

(Jakarla:Ciputal Pers, 2002) cet ke-1 h. 73.

33

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, h. 238

34

(41)

2. Proses Implementasi Kurikulum

Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan kurikulum di sekolah melalui empat tahap yaitu:35

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini perlu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran. Guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar di kelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode yang tepat yang akan digunakan, media dan alat yang mendukung pembelajaran, buku sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan.

Menurut Arich Lewyyang dikutip oleh Zainal Arifin dalam menyusun perencanaan kurikulum, dimulai dari perencanaan umum (silabus) sampai dengan perencanaan khusus (RPP) dalam berbagai kegiatan (intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler) sesuai dengan organisasi kurikulum yang diinginkan.36

Selain silabus dan RPP, yang diperlukan dalam perencanaan kurikulum yakni adanya perencanaan dalam menyusun PROTA (Program Tahunan) dan PROSEM (Program Semester).

2) Tahap Pengorganisasian

Pada tahap pengofganisasian dan koordinasi ini merupakan tahap yang perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh kepala sekolah beserta tim yang dibentuk untuk memudahkan pembagian tugas sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

35

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta. 2010), cet. ke-3. h. 196-199.

36

(42)

Pada tahap pengorganisasian ini mencakup pembahasan tentang metode dan teknik yang dipakai, dan juga berkaitan erat dengan sarana dan prasarana, media belajar, cara mengorganisasikan kelas, siswa, waktu belajar dan materi.

3) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah sekolah di bawah kepemimpinan kepala sekolah dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Perencanaan, pengorganisasian dan koordinasi yang telah disusun akan dibuktikan keberhasilannya dalam tahap pelaksanaan ini. Salah satu pembahasan pada tahap pelaksanaan ini ialah proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Proses belajar mengajar akan berjalan secara efektif apabila guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.

Adapun cara yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran yakni dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada kepala sekolah dan guru-guru secara bertahap dan kontinyu, dan selanjutnya kurikulum dapat dilaksanakan.37 Dengan demikian guru dapat meningkatkan mutu dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.

4) Tahap Evaluasi dan Pengendalian

Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting dilakukan secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru perlu menetapkan jenis evaluasi apa yang digunakan dan hasil evaluasi diharapkan akan memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan mutu

37

(43)

pembelajaran selanjutnya. Evaluasi yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab dan objektif dapat mengukur kemampuan siswa akan berdampak pada peningkatan mutu yang berkelanjutan.

3. Rencana dan Program Implementasi Kurikulum

Rencana ialah gambaran awal dari apa yang akan dilaksanakan. Kaitannya dengan program implementasi kurikulum, perencanaan kurikulum dapat digunakan urituk mengdentifikasi kesulitan-kesulitan yang potensial serta untuk menghadapi persoalan-persoalan yang mungkin timbul. Adapun program implementasi kurikulum merupakan rencana pelaksanaan dari kurikulum tertentu.

Menurut Oemar Hamalik terdapat tujuh komponen utama dalam rencana implementasi kurikulum yaitu sebagai berikut:

1) Studi Program Baru

Perencanaan awal dari implementasi menentukan kajian terhadap program-program baru. Kajian ini dapat dilakukan di tingkat kabupaten yang dipandu oleh panitia perencana. Faktor yang perlu diperhatikan ialah apakah usulan program berasal dari dalam atau luar sistem sekolah.

2) Identifikasi Sumber daya

Identifikasi sumber dapat dilakukan pada tiga bidang, yakni: (1) sumber tercetak dan dari pandang-dengar, sebagai misal: buku-buku teks, bahan-bahan mengajar, (2) manusia sumber, sebagal misal: para konsultan, dan (3) sumber keuangan.

3) Penetapan Peran

Penetapan peran perlu dilakukan agar tidak terjadi tumpang-tindih tugas pada satu orang.

4) Pengembangan Profesional

Orientasi program mengindikasikan dasar darin pengembanagn profesional yang diperlukan.

5) Penjadwalan

Penjadwalan dipirlukan untuk menetapkan kapan kemajuan implementasi dapat dinilai.

6) Sistem Komunikasi

Arus informasi dan pertemuan atau kontak yang dibangun melalui system komunikasi dapat membantu mengurangi perasaan terasing dan pihak-pihak terkait selama implementasi.

(44)

Tujuan dari monitoring ialah untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan implementasi dan menggunakan informasi itu untuk memfasilitasi dan membantu upaya guru.38

Rumusan mengenai komponen dalam rencana implementasi kurikulum di atas memberikan gambaran bahwa setiap kegiatan harus menentukan segala perencanaan sampai dengan monitoring atau evaluasi.

4. Peran Personil Sekolah Dalam Implementasi Kurikulum 1) Kepala Sekolah dan Implementasi Kurikulum

Kualitas proses belajar mengajar merupakan kondisi yang mengarah pada keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya ditujukan pada ketercapaian tujuan pendidikan. Ketercapaian tujuan pendidikan pada suatu lembaga sekolah hanyadapat dilakukan apabilakepala sekolah memiliki kemampuan di dalam mengembangkan kurikulum di sekolahnya. Kepala sekolah sebagai penanggungjawab proses pendidikan di sekolah, hendaknya memiliki kemampuan di dalam mengembangkan kurikulum disekolahyang meliputi: “(1) kemampuan merumuskan visi dan misi sekolah; (2) kemampuan merumuskan program kurikulum dan kegiatan pendidikan; (3) kemampuan dalam mengembangkan sarana pendidikan; (4) kemampuan mengevaluasi keberhasilan pendidikan yang telah dilakukannya39.

Seorang kepala sekolah hendaknya memahami apa yang menjadi tugas dan perannya di sekolah. Jika kepala sekolah mampu memahami tugas dan peran sebagai seorang kepala sekolah, ia akan mudah menjalankan tugasnya, terutama berkenaan dengan kurikulum sekolah yang dijalankan.

Tugas dan peran kepala sekolah yang harus dimiliki berkenaan dengan administrasi kurikulum, yang berhubungan dengan kompetensi kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai sistem yang harus dipimpin dan dikelola dengan baik, diantaranya adalah pengetahuan tentang kurikulum itu sendiri.

38

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-3 h. 245-248.

39

(45)

Kepala sekolah harus mampu memahami kinerja sebagai seorang kepala sekolah dalam hal mengidentifikasi dan mengembangkan jenis- jenis input sekolah, mengembangkan proses sekolah (proses belajar mengajar, pengkoordinasian, pengambilan keputusan, pemberdayaan, pemotivasian, pemantauan, penyupervisian, pengevaluasian). Selain itu kepala sekolah juga harus mampu memahami bahwa dirinya harus mampu menunjukkan upaya dalam meningkatkan output sekolah (kualitas, produktifitas, efisiensi, efektivitas, dan inovasi).40

Kemampuan yang mendukung subkompetensi mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah ini bisa diwujudkan oleh seorang kepala sekolah secara utuh jika memperoleh dukungan dari sistem yang sudah ia kembangkan bersama dengan komponen sekolah lainnya. Dengan demikian, seorang kepala sekolah dapat menilai kinerjanya sendiri melalui revieuw dokumen termasuk sistem administrasi sekolah.

Tugas dan peran kepala sekolah dalam mewujudkan sub kompetensi kurikulum ini dapat direfleksi oleh dirinya dari isi program kurikulum yang didesain/dirancang dan dikembangkan mulai dari tingkat perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kurikulum itu sendiri, misalnya dalam bentuk evaluasi hasil pembelajaran dan evaluasi terhadap sekolah secara keseluruhan.

Selain itu, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah dalam implementasi kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Kalender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan yang akan berlangsung di sekolah selama satu tahun ke depan. Penyusunan kalender akademik memberikan arah yang jelas tentang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah selama satu tahun ke depan. Kalender akademik yang disusunberdasarkan kebutuhan dan hasil pemikiran bersama antara kepala sekolah dan guru akan memberikan kejelasan dalam merealisasikan program kegiatan sekolah. Kalender akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada seluruh guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Dengan mengetahui kalender akademik diharapkan akan

40

(46)

terjadi sinergi dalam mewujudkan program kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah.

b. Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban mengajar guru 5 hari/minggu. Jadwal pelajaran di susun berdasarkan hasil musyawarah bersama, antara kepala sekolah dan guru. Dengan demikian guru akan bertanggung jawab dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan dalam MGMP.

c. Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan, keadilan dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas dan kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan minat guru tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada beban tugas minimal dan keahliannya. Dengan demikian pada setiap guru diharapkan akan tumbuh motivasi untuk berprestasi, kebersamaan dalam merealisasikan program sekolah, sinerjik antara pimpinan, guru, staf tu dan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu sekolah. d. Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan kebutuhan nyata untuk

meningkatkan, mengembangkan dan memajukan sekolah. Program kegiatan sekolah disusun berdasarkan visi, misi dan tujuan yang akan diwujudkan dalam kepemimpinan kepala sekolah bersama-sama seluruh komponen sekolah. Program kegiatan sekolah meliputi program internal sekolah dan program eksternal yang akan dilaksanakan sekolah. Program yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan profesionalisme guru dan staf tu, program penataan kurikulum, program pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan keuangan sekolah, program pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat. Berbagai program kegiatan sekolah 1 tahun .sampai dengan 5 tahun ke depan perlu diorganisir dan dikoordinasikan secara cermat dan transparan41.

2) Guru dan Implementasi Kurikulum

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah42.

“Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar- mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi

41

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, h. 197.

42

(47)

guru”43

. Dikarenakan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di kelasnya. Ini merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, di samping sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.

Untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sangat dibutuhkan partsipasi guru terutama dalam pengembangan kurikulum. Partisipasi tersebut ditunjukkan oleh keterlibatan guru baik secara mental, fisik dalam berbagai aktivitas pendidikan khususnya dalam proses pengambangan kurikulum.

“Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat bergantung pada guru dan kepala sekolah, karena dua figur tersebut merupakan kunci- yang menentukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain”44. Beberapa peran guru dalam pengembangan kurikulum, yakni sebagai berikut :

a) Pengelolaan Administratif

Pengelolaan administratif adalah pengelolaan secara tercatat, teratur, dan tertib sebagai penunjang jalannya pendidikan yang lancar. b) Pengelolaan Konseling

Pengelolaan layanan bimbingan konseling dan pengembangan kurikulum merupakan hal yang mendesak dan diperlukan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

c) Guru sebagai Tenaga Profesi Kependidikan

Guru tidak hanya berperan sebagai guru di dalam kelas, ia juga seorang komunikator, pendorong kegiatan belajar, pengembang alat-alat belajar, penyusun organisasi, manajer pengajaran, dan pembimbing, baik di sekolah maupun di masyarakat.

d) Berpartisipasi Dalam Pengembangan Kurikulum

Guru diharapkan berperan aktif dalam kepanitiaan atau tim pengembang kurikulum, bersama dengan guru lainnya dan orang tua. e) Meningkatkan Keberhasilan Sistem Instruksional Keberhasilan mengajar bergantung pada tiga faktor, yaitu kepribadian, pengetahuan, dan keahlian guru. Kepribadian guru ditandai dengan sikap antusias, dan kecintaan terhadap sisvva. Sebagai pelaksana kurikulum, guru pula yang menciptakan kegiatan belajar mengajar

43

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, h. 232

44

(48)

bagi murid-muridnya. Dengan keahlian, keterampilan dan kemampuan seninya dalam mengajar, guru mampu menciptakan situasi belajar vang aktif dan mampu mendorong kreatifitas anak. f) Pendekatan Kurikulum

Guru yang bijaksana senantiasa berupaya mengembangkan kurikulum sekolah berdasarkan kepentingan masyarakat, kebutuhan siswa, serta ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Upaya pengembangan ini disertai dengan tindakan yang nyata di kelas. g) Meningkatkan Pemahaman Konsep Diri

Guru dapat mengembangkan kurikulum dengan cara mempelajari lebih banyak tentang dirinya sendiri. Keberhasilan guru terletak pada pengetahuan tentang diri (self-knowledge) dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan pribadi, serta bagaimana mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.

h) Memupuk Hubungan Timbal Balik Yang Harmonis Dengan Siswa Tujuan utama guru adalah mengubah pola tingkah laku siswa menjadi lebih baik. Peningkatan kegiatan belajar siswa lebih banyak ditentukan oleh besarnya harapan guru tentang tingkah laku yang diinginkan45.

Rumusan di atas menekankan bahwa guru sangatlah berperan penting baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pengembangan kurikulum. Guru sebagai tenaga pendidik salah satu yang menjalankan kurikulum dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadilah proses pengembangan kurikulum yang berkesinambungan dengan siswa dan orang tua siswa.

Guru dalam pengemban

Gambar

Tabel Sarana dan Prasarana SMP Islam Plus Baitul Maal ................
Tabel 3.1
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMP Islam Plus Baitul Maal
Tabel 4.2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder pada penelitian antara lain adalah Peta Penggunaan Lahan, Peta dan Data Kependudukan, Peta Administrasi, Peta Pola Sungai, Peta Jaringan Jalan, Peta Ket- inggian, Peta

Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga

a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa > 120 mg/dl

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000/26 Dzulhijah 1420 H, telah menetapkan bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

Dalam mengkonsumsi kentang dianjurka untuk tidak mengelupas kulit kentangnya, karena di bawah kulit kentang memiliki kandungan gizi yang penting dan bermanfaat bagi tubuh sehingga

Berdasarkan tingkat pelapukan yang telah diuji secara mekanika batuan bahwa semakin bawah lapisan tanah residual (lapisan 1) maka nilai kuat tekan batuannya semakin tinggi

Rencana ini membahas semua persiapan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengembalikan proses pada sistem-sistem sehingga aplikasi yang berpartisipasi