PERANAN PAJAKDAN RETRIBUSI DAERAH DALAM
PARIWISATA
(STUDI KASUS: PANTAI
Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
DAN RETRIBUSI DAERAH DALAMRANGKA PENGEMBANGAN
PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL
(STUDI KASUS: PANTAI WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : KHAIRUL AZIZ
NIM: 20120610206
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
PENGEMBANGAN
DAN TEPUS)
PERANAN PAJAKDAN RETRIBUSI DAERAH DALAM
PARIWISATA
(STUDI KASUS: PANTAI
Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
DAN RETRIBUSI DAERAH DALAMRANGKA PENGEMBANGAN
PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL
(STUDI KASUS: PANTAI WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
Nama : KHAIRUL AZIZ
NIM: 20120610206
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
PENGEMBANGAN
DAN TEPUS)
ii
HALAMAN MOTTO
“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam
kegembiraan besar dan saat rezeki berlimpah”
(Kahlil Gibran)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya
mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
“Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh ke ikhlasan, istiqomah dalam
menghadapi cobaan. Kuncinya yakin, ikhlas dan istiqomah”
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
Papaku Alm. Jamaluddin Sitompul, semua hasil ini berkat doa dan didikanmu.
Semoga engkau bangga di atas sana, walaupun aziz berharap engkau bisa
mendampingi keberhasilan ini tapi aziz yakin engkau bisa melihat betapa aziz
masih memegang tanggung jawab atas kepercayaanmu. Tenang disana pa, Love
You Forever.
Mamaku Yus Haidar, yang tidak henti berjuang untuk membiayai studi aziz
sampai sekarang. Doa dan support dari mama sangat mempengaruhi hasil dari
studi ini. Terima kasih mama masih percaya sama aziz, ini aziz persembahkan
untuk mama. Semoga mama bisa sedikit bangga dengan pencapaian ini.
Saudara kandungku Khairul Irfan Sitompul, terima kasih atas segala support yang
engkau berikan. Semoga kita bisa sama-sama bertanggung jawab atas
kebahagiaan mama.
Keluarga besar Hasyim Sitompul dan Syahbuddin, terima kasih atas seluruh doa
kalian.
Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat
kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga
mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI D
WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral
maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Dr. Trisno Rahar
Muhammadiyah Yogyakarta.
2.
Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I
3.
Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum II
iv
KATA PENGANTAR
ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat
kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar
ga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga
mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA
PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI DI GUNUNGKIDUL (STUDI KASUS
WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral
maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
Dr. Trisno Rahardjo, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakulas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I
Bapak Bagus Sarnawa, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum II
ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayahnya sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat terslesaikan walaupun terdapat
kekurangan. Tak lupa sholawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada baginda Nabi besar
ga, sahabat dan pengikut beliau yang tetap istiqamah dan semoga
mendapat syafa’at di hari kemudian kelak. Alhamdulillah, penulis telah menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “PERANAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA
(STUDI KASUS
WILAYAH TANJUNGSARI DAN TEPUS)” yang merupakan persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada program studi S1 di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
tidak dapat terselesaikan
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bersifat langsung maupun tidak langsung, baik moral
maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
selaku Dekan Fakulas Hukum Universitas
Bapak Nasrullah, S.H., S.Ag., MCL selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum I
v
4.
Suluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5.
Staff Tata Usaha (Pak Dirman dan Pak Moko) Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
6.
Staff Dekanat (Pak Maman) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
7.
Staff perpustakaan hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
8.
Staff perpustakaan Jurnal Universitas Muhammadyah Yogyakarta
9.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul
10. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Gunungkidul
11. Teman-teman seperjuangan dari semester I Diana, Fizal, Putri M, Putri S, Vita, Ayu,
Annisa, Yusma, Ila, Ping-ping, Bogy, Sigit, Ucup, Aviara, Ivan, Fidel, Firyal, Dhimas,
Nanda, Ucil.
12. Mak Pur dan Mbak Wanti, terimakasih atas segala nasehat dan wejangan.
13. Mio Soul BK 2456 SQ, terimakasih sudah menjadi teman kemanapun, sudah mengantar
kemanapun, sudah menemani selama 8 tahun dan terima kasih karena tidak rewel dan
semoga terus menjadi superior jalananku.
14. Kost Bagio an seisinya, terimakasih atas kenyamanan persinggahan selama 4 tahun.
Kostan Las Vegas dan bakal tetap teristimewa, mas Tyo, Azhar, Iman, Arif, Rico, Dimas,
Idha, Ari dan Agil.
15. Keluarga PARSEL (Parkir Selatan) terimakasih telah menjadi warna tersendiri dalam
persahabatan. Canda tawa, suka duka tidak akan pernah terlupakan. Solid terus brother
16. Keluarga kost siderejo tentrem abangda Yoga Pribadi, Fahmi Amri, Alva Berry, Varuq
Elhakim, Bobby Gondokusumo, Putra, Pohan, dan Dongan Ucok Sembiring, Raisa
vi
17. Masyarakat Desa Gilanghardjo, Dusun Ngaran, Kabupaten Bantul.
18. Keluarga Pak Saiman dan Bu Sumiyati
19. KKN 16 Dusun Ngaran, Fizal, Bogy, Rizky, Amin, Azhar, Zia dan Dina
20. HIMSU (Himpunan Mahasiswa Sumatra Utara)
21. IKPM LAMANDAU Kalimantan Tengah
22. Keluarga PARSEL (Parkir Selatan)
23. Satpam dan Petugas Karcis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
24. Warga Dusun Ngebel RT 03 RW 05 Tamantiro Kasihan Bantul
25. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya 2012
26. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun semangat, penulis harapkan untuk perbaikan kekurangan
yang ada. Akhirnya penulis berharap laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis, para pembaca, masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hukum
Administrasi Negara.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Yogyakarta, Februari 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….… ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
HALAMAN MOTTO...……….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...………..
v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI……….. ix
DAFTAR TABEL……….. xi
DAFTAR GAMBAR………. xii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. . LatarBelakang………... 1
B.
RumusanMasalah……… 7
C.
TujuanPenelitian……….. 7
D.
ManfaatPenelitian……… 8
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAERAH, RETRIBUSI
DAERAH, DAN PARIWISATA………... 9
A.
Pajak………. 9
B.
Pajak Daerah……… 13
C.
Retribusi Daerah……….. 21
D.
Kepariwisataan………. 27
BAB III METODE PENELITIAN………. 42
A.
JenisPenelitian………. 42
B.
LokasiPenelitian……….. 42
C.
Narasumber……….. 42
viii
E.
Sumber Data……… 43
F.
Analisis Data………... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 45
A.
GambaranUmum Wilayah Gunungkidul………..
45
B.
TujuhPantaidalam 1 Kawasan………... 46
C.
BentukPengembanganKepariwisataanKab. Gunungkidul…………..
54
D.
PeranPajakdanRetribusi Daerah dalamMendukungPengembangan
Pariwisata di Gunungkidul……….
57
E.
IdentifikasiFaktor-faktor yang MenjadiPenghambatPerkembangan
PariwisataPantai di Gunungkidul
………. 64
BAB V PENUTUP……….. 68
A.
Kesimpulan………... 68
B.
Saran………. 69
DAFTAR PUSTAKA………. 70
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Nama Obyek Wisata Pantai yang Telah Berkembang di Gunung Kidul ... 4
1.2 Jumlah Wisatawan dan PAD Kab. Gunung Kidul ... 5
4.1 Penerimaan Retribusi Pantai Tahun 2012-2014 ... 54
4.2 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunung Kidul 2013... 61
x
DAFTAR GAMBAR
4.1 Gambar Pantai Baron ... 47
4.2 Gambar Pantai Kukup ... 48
4.3 Gambar Pantai Sepanjang ... 49
4.4 Gambar Pantai Pok Tunggal ... 50
4.5 Gambar Pantai Indrayanti ... 51
4.6 Gambar Pantai Sili dan Ngandong... .. 52
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan Pariwisata di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman
dulu atau lebih tepatnya pada zaman kerajaan. Para pejabat kerajaan
diketahui sangat gemar berpetualang walaupun daerah yang bisa
dikunjungi terbatas disebabkan terbatasnya sarana dan prasarana. Setelah
Indonesia Merdeka pariwisata Indonesia dihidupkan kembali dengan
tujuan untuk meningkatkan perekonomian negara.Pemerintah mendukung
sepenuhnya kegiatan pariwisata dengan mendirikan organisasi-organisasi
yang bergerak disektor kepariwisataan.1Pariwisata di Indonesia merupakan
sektor ekonomi penting. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan
ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi
serta minyak kelapa sawit.2
Indonesia mulai menetapkan otonomi daerah pada tanggal 1
Januari 2001. Dengan adanya otonomi daerah dipacu untuk dapat
berkreasi mencari sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung
pembiayaan pengeluaran daerah. Dari berbagai alternatif sumber
penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah, Undang-Undang tentang
Pemerintahan Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah
1Monacool, “Sejarah Pariwisata Indonesia”,
http://www.forum.republika.co.id/forum/gaya-hidup/22370./sejarah-pariwisata-indonesia.,
diakses pada 14 Oktober 2015 jam. 15:00 WIB
2Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, “Ranking Devisa Pariwisata Tahun
2004-2009”, https://id.m.wikipedia.org/wiki/pariwisata-. di-indonesia. diakses pada 14 Oktober 2015
menjadi salah satu sumber penerimaan yang berasal dari dalam daerah dan
dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah.3
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentangPemerintahan Daerah, pajak dan retribusi daerah merupakan
sumber pendapatan daerah agar daerah dapat melaksanakan
otonominya.Berdasarkan Undang-Undang tersebut diharapkan pemerintah
dapat mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Selain
penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat berupa subsidi/ bantuan
serta bagi hasil pajak dan bukan pajak. Sumber pendapatan daerah tersebut
diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan daerah untuk meningkatkan serta meratakan
kesejahteraan masyarakat secara umum.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (UU PDRD), menetapkan ketentuan-ketentuan pokok
yang memberikan pedoman kebijaksanaan dan arahan bagi daerah dalam
pelaksanaan pemungutan pajak dan retribusi, sekaligus menetapkan
pengaturan yang cukup rinci untuk menjamin penetapan prosedur umum
perpajakan daerah dan retribusi daerah.
Pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah merupakan penarikan
sumber daya ekonomi (secara umum dalam bentuk uang) oleh pemerintah
kepada masyarakat, guna membiayai pengeluaran yang dilakukan
pemerintah untuk melakukan tugas pemerintahan atau melayani
3
Marihot P.Siahaan, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta, Raja Grafindo
kepentingan masyarakat. Pengaturan pajak diatur dalam Pasal 23A UUD
1945. Dalam Pasal tersebut menjelaskan bahwa pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah kepada masyarakatnya harus memenuhi syarat, yaitu
harus ditetapkan dengan Undang-Undang atau peraturan lainnya.4
Sejalan dengan Undang-Undang yang berlaku, maka pemerintah
daerah Kabupaten Gunung Kidulberusaha keras untuk menata dan
mengelola aspek-aspek yang berhubungan dengan pajak daerah dan
retribusi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah dapat dihasilkan dari
sumber daya yang dimiliki pada Kabupaten Gunungkidul, yang
mempunyai potensi pada pariwisata khususnya sektor pantai.
Kabupaten Gunungkidul memiliki obyek wisata yang cukup
potensial dan beragam, mulai dari kekayaan alam pantai, gua, bukit dan
pegunungan maupun potensi seni budaya serta peninggalan sejarah.
Potensi ini sangat berarti sejalan keberadaan Kabupaten Gunungkidul
sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan daerah
tujuan wisata kedua di Indonesia setelah propinsi Bali.
Garis pantai sepanjang lebih dari 70 km yang dimiliki oleh
Kabupaten Gunungkidul merupakan potensi yang besar untuk
dikembangkan dalam sektor pariwisata alam pantai. Saat ini Kabupaten
Gunungkidul memiliki 46 pantai yang tersebar disepanjang garis Pantai
Selatan. Selain itu hanya 14 yang telah ditetapkan oleh Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Gunungkidul sebagai obyek wisata yang telah menarik
wisatawan dan dikenal masyarakat umum. Berikut merupakan tabel 1.1
obyek wisata pantai yang telah di tetapkan tersebut.
Tabel 1.1
Nama Obyek Wisata Pantai Yang Telah Berkembang Di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012
No Nama Obyek
1. Pantai Indrayanti
2. Pantai Ngobaran
3. Pantai Pok Tunggal
4. Pantai Baron
5. Pantai Kukup
6. Pantai Sepanjang
7. Pantai Drini
8. Pantai Krakal
9. Pantai Slili/Ngandong
10. Pantai Sundak
11. Pantai Siung
12. Pantai Wediombo
13. Pantai Sadeng
14. Pantai Ngrenehan
Sumber data : DinasPariwisata dan Budaya Gunungkidul Pengembangan pariwisata harus dapat merubah suatu obyek
lingkungan menjadi obyek yang lebih menarik. Pengembangan dan
mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan domestik maupun
internasional untuk berkunjung. Diharapkan nantinya dapat meningkatkan
perolehan Pendapatan Asli Daerah dan pendukung dalam upaya
pembangunan daerah di Kabupaten Gunungkidul.
Pengembangan dan pembangunan obyek wisata dan sarana
pendukungnya harus dilakukan secara kontinyu sebagi upaya untuk
meningkatkan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke obyek
wisata yang ada di Gunungkidul. Pariwisatadi Gunungkidul merupakan
industri yang prospektif dan kompetitif, keadaan ini ditandai oleh
perkembangannya yang cukup pesat pada tiga tahun terakhir. Sebagaimana
tergambar pada tabel 1.2 di bawah ini:
Tabel 1.2
Jumlah Wisatawandan PAD Kabupaten Gunungkidul
No Tahun Jumlah
Wisatawan(orang) PAD (Rp)
1. 2012 905.285 3.932.090.845
2. 2013 1.377.438 6.118.706.600
3. 2014 1.955.817 15.420.470.427
Sumber: Dinas Budaya Pariwisata Gunungkidul 2015
Menurut Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Disbudpar
Gunungkidul, Hary Sukmono, berdasarkan tabel diatas kunjungan
pengunjungyang berwisata ke pantai.5 Penghitungan jumlah wisatawan
yang berkunjung berdasarkan pada pos penarikan retribusi yang telah
ditentukan pemerintah pada setiap titik. Seperti Pos baron yang berada
pada wilayah kecamatan Tanjung sari dan Pos Tepus pada wilayah
kecamatan Tepus, meliputi pantai baron, pantai indrayanti, pantai pok
tunggal, pantai kukup, pantai sepanjang, pantai sili/ ngandong dan pantai
sundak.Ketujuh pantai tersebut yang saat ini sangat populer di masyarakat
umum.
Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul berperan penting dalam
pengembangan dan pembangunan pariwisata alam pantai, maka perlu
melakukan strategi yang baik mengingat persaingan pariwisata dunia
semakin kompetitif untuk diperhitungkan. Sebagai perwujudan dalam
pengembangan dan pembangunan obyek wisata pantai, pemerintah
Kabupaten Gunungkidul terus melakukan pungutan pajak daerah dan
retribusi daerah pada seluruh obyek wisata yang ada di Kabupaten
Gunungkidul terutama pada sektor pantai.
Hasil dari pungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut,
akan dimanfaatkan pemerintah dalam perbaikan pada obyek wisata pantai
di Gunungkidul. Seperti sarana prasarana, infrastruktur, perbaikan jalan,
pelebaran jalan, memberikan penerangan jalan dan rambu-rambu
5Wijaya Kusuma, “Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Gunungkidul”,
keselamatan,agar obyek wisata tersebut mempunyai daya tarik tersendiri
selain dari fenomena alam pantai tersebut.
Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas, maka peneliti ingin
meneliti tentang bagaimana peran pajak dan retribusi daerah dalam
mendukung pengembangan pariwisata pantai di Gunungkidul dan
faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat perkembangan pariwisata pantai
di Gunungkidul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulismerumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanaperan pajak dan retribusi daerah dalam mendukung
pengembangan pariwisata pantai di Gunungkidul?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat perkembangan
pariwisata pantai di Gunungkidul?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran pajak dan retribusi daerah dalam
mendukung pengembangan pariwisata di Gunungkidul.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis: Untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
bagi seluruh generasi bangsa Indonesia tentang pentingnya pajak
dan retribusi untuk pembangunan yang berkelanjutan.
2. Manfaat praktis: Untuk memberikan masukan bagi aparatur negara
khususnya di Kabupaten Gunungkidul untuk lebih antusias dalam
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH
DAN PARIWISATA
A. Pajak
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa
atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber
dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama.
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung
dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Dalam pengertian secara umum, pajak merupakan iuran wajib rakyat
kepada negara.1
Definisi lain juga diungkapkan oleh Prof. Dr. P.J.A Adriani,
pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak dapat prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
1
menyelenggarakan pemerintahan.2Dari pengertian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa pajak sebagai:
a. Iuran dari masyarakat kepada pemerintah.
b. Pajak dipungut oleh pemerintah, berdasarkan Undang-Undang
serta aturan-aturan yang berlaku.
c. Tidak ada timbal balik secara langsung dari pemerintah kepada
wajib pajak.
d. Sifatnya yang dapat dipaksakan.
e. Pajak digunakan sebagai pembiayaan pengeluaran daerah.
Disamping pajak, ada beberapa pungutan lain yang mirip tetapi
mempunyai perlakuan dan sifat yang berbeda yang dilakukan oleh
negara terhadap rakyatnya. Pungutan-pungutan tersebut antara lain:
1) Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen
dengan menggunakan benda materai ataupun alat lainnya.
2) Bea masuk dan bea keluar, bea masuk adalah pungutan atas
barang-barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean
berdasarkan harga/nilai barang itu atau berdasarkan tarif yang
sudah ditentukan (tarif spesifik). Sedangkan bea keluar adalah
pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan dari
daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi
masing-masing golongan barang. Bea keluar ini di Indonesia
juga dikenal dengan nama Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor
Tambahan.
3) Cukai merupakan pungutan dikenakan atas barang-barang
tertentu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis
barang tertentu. Misalnya tembakau, gula, bensin, minuman
keras, dan lain-lain.
4) Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan
dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh
pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar.
Misalnya parkir, pasar, jalan tol.
5) Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan
sesuatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara
langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar.
6) Lain-lain pungutan yang sah/legal berupa sumbangan wajib3
2. Fungsi Pajak
Menurut Prof. Dr. Muhammad Djafar Saidi, S.H., M.H pajak
mempunyai tiga fungsi yaitu mengisi kas negara atau daerah, mengatur
dan investasi. Pelaksanaan 3 fungsi tersebut tidak mutlak harus
beriringan, bergantung pada kemauan politik pemerintah pada saat itu.
Dalam arti bahwa kehendak politik pemerintah untuk menekan tidak
terjadi kejahatan dalam masyarakat. Dalam hal tersebut, fungsi yang
digunakan adalah fungsi mengatur dengan cara meningkatkan tarif
pajak sehingga masyarakat tidak dapat membelinya. Jika penghasilan
negara maupun daerah hendak ditingkatkan, fungsi anggaran yang
diterapkan dengan cara menjaring sebanyak-banyaknya wajib pajak.
Selanjutnya dalam meningkatkan pembangunan, fungsi investasi yang
diterapkan dengan cara menempatkan tarif pajak pada tahap
serendah-rendahnya agar wajib pajak dapat membayar pajak.
Dalam praktik bernegara, ketiga fungsi pajak dapat diterapkan
secara bersamaan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD
1945. Hal ini bergantung pada kesiapan pejabat pajak untuk memberi
kebijakan dengan tidak bertentangan dengan hukum pajak. Sebenarnya
kebijakan selalu berada dalam koridor hukum yang berlaku sebagai
konsekuensi negara yang menganut negara hukum.4
B. Pajak Daerah
Berdasarkan kewenangan pemungutannya, di Indonesia pajak
dapat dibagi menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak daerah
merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, baik Provinsi
maupun Kabupaten atau kota yang berguna untuk menunjang penerimaan
pendapatan asli daerah dan hasil penerimaan tersebut masuk dalam
APBD.5
4
Muhammad Djafar Saidi, 2007, Pembaharuan Hukum Pajak, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 30.
5
1. Pengertian Pajak Daerah
Pajak daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
2. Jenis Pajak Daerah
Menurut Marihot Siahaan pajak kabupaten atau kota yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 (PDRD) adalah
sebagai berikut:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan serta Perkotaan
i. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan6
Dalam UU PDRD tersebut ada sebuah ketentuan terkait dengan
jenis pungutan yang dapat diberlakukan disetiap daerah. Pemerintah
6
daerah Kabupaten atau kota hanya dapat melakukan pungutan pada
masyarakat, apabila jenisnya telah tecantum dalam UU PDRD.
Pembatasan jumlah pungutan ini yang dikenal dengan istilah close list
(daftar tertutup). Adapun penjelasan dari jenis pajak Kabupaten atau
kota sebagai berikut:
a. Pajak Hotel
Pajak hotel menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Pasal 1 angka 20 adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Sedangkan dalam pasal 1 angka 21 Undang-Undang tersebut
juga menjelaskan yang dimaksud dengan hotel ialah fasilitas
penyedia jasa penginapan atau peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran. Pengertian diatas mencakup juga
motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan,
rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah
kamar lebih dari sepuluh.
b. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh restoran. Sedangkan yang dimaksud dengan restoran adalah
fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan dipungut
bayaran. Pengertian diatas mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga atau
catering.
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Sedangkan yang dimaksud dengan hiburan adalah semua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau keramaian yang
dinikmati dengan dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Sedangkan yang dimaksud dengan reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang
untuk tujuan komersial. Reklame digunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk
menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan.
Reklame tersebut dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan
atau dinikmati oleh masyarakat umum.
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan
tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
sumber lain. Penerangan jalan adalah penggunaan tenaga listrik
untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah.
f. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, Pajak Mineral bukan
galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir
diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan yang
dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu
kendaraan yang tidak bersifat sementara.
h. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Pekotaan
adalah Pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan. Yang dimaksud dengan bumi
adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan
pedalaman serta laut wilayah Kabupaten atau kota. Sedangkan
yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang
ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan
pedalaman dan atau laut. PBB Perdesaan dan Perkotaan merupakan
jenis pajak Kabupaten atau kota yang baru diterapkan berdasarkan
PBB Perdesaan dan Perkotaan dewasa ini pada dasarnya
merupakan suatu jenis pajak pusat, yang dipungut oleh pemerintah
pusat melalui Direktorat Jendral Pajak, Kementerian Keuangan,
dimana hasilnya sebagian besar diserahkan kepada daerah.
Walaupun telah ditetapkan menjadi salah satu jenis pajak
Kabupaten atau kota, tetapi tentang PBB Perdesaan dan Perkotaan
pemungutan PBB tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat
sampai dengan tahun 2013. Ketentuan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Pasal 180 ayat 5 membuat pemungutan PBB
Perdesaan dan Perkotaan pada setiap Kabupaten atau kota di
Indonesia mungkin saja tidak serempak, tergantung kesiapan
pemerintah Kabupaten atau kota untuk menetapkan peraturan
daerah yang berkaitan. Hanya saja diharapkan paling lambat 1
Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan telah menjadi pajak
daerah pada suatu Kabupaten atau kota
i. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah
pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Yang
dimaksud dengan perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
adalah perbuatan atau peristiwa hukum uang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi
Adapun yang dimaksud dengan hak atas tanah dan atau
bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengolahan, beserta
bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang di bidang pertanahan dan bangunan. BPHTB merupakan
jenis pajak Kabupaten atau kota yang baru diterapkan bedasarkan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
Sebagaimana halnya PBB Perdesaan dan Perkotaan, BPHTB
dewasa ini pada dasarnya merupakan suatu jenis pajak pusat, yang
dipungut oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jendral Pajak,
Kementerian Keuangan, dimana hasilnya sebagian besar
diserahkan kepada daerah. Walaupun telah ditetapkan menjadi
salah satu jenis pajak Kabupaten atau kota, tetapi sepanjang pada
suatu Kabupaten atau kota belum ada peraturan daerah tentang
BPHTB, pemungutan BPHTB tetap menjadi kewenangan
pemerintah pusat sampai dengan tahun 2010.
3. Perluasan Objek Pajak Daerah
Dalam Pasal 2 ayat (4) UU Pajak Daerah dijelaskan bahwa
dengan peraturan daerah dapat ditetapkan jenis pajak Kabupaten atau
kota selain yang telah ditetapkan. Ketentuan tersebut dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah Kabupaten atau kota
dalam mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan
perkembangan potensi pajak dengan tetap memperhatikan
kesederhanaan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.
Untuk membuat jenis pajak Kabupaten atau kota selain yang
telah ditetapkan harus memenuhi kriteria berikut:
a. Bersifat pajak bukan retribusi
Pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian pajak,
sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian pajak dalam Pasal 1
angka 6 dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten
atau kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup
rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
Kabupaten atau kota yang bersangkutan.
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
Artinya bahwa pajak dimaksudkan untuk kepentingan bersama
yang lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan
memperhatikanaspek ketenteraman dan kestabilan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
d. Objek pajak yang bukan merupakan objek pajak Provinsi dan atau
objek pajak pusat
Kriteria ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih
pusat sehingga dengan ketentuan ini tidak akan terjadi pengenaan
pajak berganda.
e. Potensi memadai
Kriteria ini berarti bahwa hasil pajak yang dipungut cukup besar
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju
pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi daerah.
f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif
Kriteria ini berarti bahwa pajak yang dipungut tidak mengganggu
alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien dan tidak
merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun
kegiatan ekspor-impor.
g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
Kriteria aspek keadilan berarti objek dan subjek pajak harus jelas
sehingga dapat dilakukan pengawasan dalam pemungutan
pajaknya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tarif pajak ditetapkan dengan
memperhatikan keadaan wajib pajak. Kriteria kemampuan
masyarakat, berarti memperhatikan kemampuan subjek pajak untuk
memikul tambahan beban pajak.
h. Menjaga kelestarian lingkungan
Kriteria ini berarti bahwa pajak yang bersifat netral terhadap
kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak
lingkungan, yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan
masyarakat.
C. Retribusi Daerah
Penerimaan pemerintah daerah selain dari pajak daerah dan bagi
hasil pajak pusat yang diperuntukkan ke pemerintah daerah berasal dari
retribusi daerah. Akan tetapi, untuk retribusi tiap daerah memiliki potensi
yang berbeda satu sama lain, untuk itu pemerintahan daerah harus dapat
melihat peluang apa saja yang dapat dilakukan dalam menggali
penerimaan dari retribusi untuk menunjang penerimaan.
1. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Indra Bastian, retribusi adalah pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah daerah atas pelayanan dan penggunaan
fasilitas-fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah daerah bagi
kepentingan masyarakat, sesuai dengan Peraturan Daerah yang
berlaku.7
Definisi lain juga diungkapkan oleh Mursyidi, yaitu retribusi
dipungut oleh pemerintah daerah karena pemberian izin atau jasa
kepada orang pribadi atau badan.8 Menurut Marihot Siahaan, retribusi
adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adanya
7
Indra Bastian, 2001, Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta, BPFE, hlm. 156.
8
jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara
perorangan.9
Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini
dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan
Undang-Undang dan Peraturan Daerah yang berlaku.
b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.
c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontraprestasi (balas
jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang
dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara
ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan
memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
2. Jenis Retribusi Daerah
Menurut Marihot Siahaan, penggolongan jenis retribusi
dimaksudkan guna menetapkankebijakan umum tentang prinsip dan
sasaran dalam penetapan tarif retribusi daerah. Sesuai Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 108 ayat 2-4, retribusi daerah dibagi atas
tiga golongan, sebagaimana disebut dibawah ini:
a. Retribusi Jasa Umum
9
b. Retribusi Jasa Usaha
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 149 ayat 2-4
menjelaskan bahwasanya penetapan jenis retribusi jasa umum dan
retribusi perizinan tertentu untuk daerah Provinsi dan daerah
Kabupaten atau kota disesuaikan dengan kewenangan daerah
masing-masing sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Hal
yang sama juga berlaku untuk penetapan jenis retribusi jasa usaha
untuk daerah Provinsi dan Kabupaten atau kota, dilakukan sesuai
dengan jasa atau pelayanan yang diberikan oleh daerah
masing-masing. Rincian jenis objek dari setiap retribusi jasa umum, retribusi
jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu diatur dalam peraturan
daerah yang bersangkutan.
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah, untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi jasa umum saat ini
diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal
110-124, sebagaimana dibawah ini:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan
Akta Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus
11) Retribusi Pengolahan Limbah Air
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta. Pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial meliputi:
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan
daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal
2) Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum memadai
Jenis-jenis Retribusi jasa usaha saat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 127-138,
sebagaimana dibawah ini:
a) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
b) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan
c) Retribusi Tempat Pelelangan
d) Retribusi Terminal
e) Retribusi Tempat Khusus Parkir
f) Retribusi Tempat Penginapan/Villa
g) Retribusi Rumah Potong Hewan
h) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
i) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
j) Retribusi Penyeberangan di Air
k) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Dearah
c. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan
tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan. Dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 141-146 sebagaimana tertulis
dibawah ini:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.10
D. Kepariwisataan
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, dengan
maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna
bertamasya dan rekreasi atau untuk menemukan keinginan yang beraneka
ragam.11
Menurut Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor:
KEP.012/MPK/IV/2001 tentang Pedoman Umum Perizinan Usaha
Pariwisata, yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata.
Dengan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan.
10
Ibid, hlm. 438.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1990 pariwisata
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk obyek
dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang ini. Ruang
lingkup kegiatan pariwisata mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang berhubungan dengan angkutan dan tempat asal
wisatawan sampai ketempat tujuan, selama ditempat tujuan dan kembali
ketempat asal.
2. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan pengelola atraksi,
sarana dan prasarana.
3. Kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan jasa atau pelayanan
tentang atraksi, sarana dan prasarana serta segala sesuatu yang
diperlukan wisatawan.
Menurut Gamal Suwantoro, yang dimaksud wisatawan adalah
pengunjung yang tinggal sementara, yang tinggal sekurang-kurangnya
24 jam disuatu Negara.12 Setiap orang yang melaksanakan suatu
perjalanan, biasanya mempunyai alasan atau keperluan tertentu. Sama
halnya dengan wisatawan, menurut Gamal Suwantoro secara garis besar
alasan dan keperluan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi
b) Kebutuhan pendidikan dan penelitian
c) Kebutuhan keagamaan
d) Kebutuhan kesehatan
e) Dorongan atau minat terhadap kebudayaan dan kesenian
f) Kepentingan keamanan
g) Kepentingan hubungan keluarga
h) Kepentingan politik13
1. Bentuk dan Jenis Pariwisata
Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal,
istilah ini umum sifatnya yang menggambarkan beberapa bentuk
perjalanan dan penginapan sesuai dengan motivasi yang mendasari
kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan untuk
memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan macam-macam
keinginan. Sebenarnya pariwisata sebagai suatu gejala, terwujud
dalam beberapa bentuk. Menurut Nyoman S Pendit
mengemukakan bahwa bentuk pariwisata dapat dibagi menurut
kategori adalah menurut asal wisatawan, menurut akibatnya
terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut
jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang dipergunakan.14
Adapun uraian singkat mengenai bentuk pariwisata tersebut
antara lain dibawah ini:
a. Menurut asal wisatawan
1) Dari dalam negeri disebut juga pariwisata domestik atau
pariwisata nusantara.
13
Ibid, hlm. 17.
2) Dari luar negeri disebut pariwisata internasional atau
pariwisata mancanegara.
b. Menurut jangka waktu
1) Pariwisata jangka pendek, apabila wisatawan yang
berkunjung ke suatu daerah tujuan hanya beberapa hari
saja.
2) Pariwisata jangka panjang, apabila wisatawan berkunjung
ke suatu daerah tujuan wisata waktunya sampai
berbulan-bulan.
c. Menurut jumlah wisatawan
1) Disebut pariwisata tunggal, apabila wisatawan berpergian
hanya seseorang atau satu keluarga.
2) Disebut pariwisata rombongan, apabila wisatawan
berpergian satu kelompok atau satu rombongan yang
berjumlah 15-20 orang atau lebih.
d. Menurut alat angkut yang digunakan
Menurut kategori ini pariwisata dapat dibagi:
1) Pariwisata udara
2) Pariwisata laut
3) Pariwisata kereta
4) Pariwisata Mobil15
Berdasarkan keperluan perencanaan dan pembangunan
kepariwisataan itu sendiri, perlu dibedakan antar pariwisata dengan
jenis pariwisata lainnya, karena dengan demikian akan dapat
ditentukan kebijaksanaan apa perlu mendukung, sehingga jenis dan
macam pariwisata yang dikembangkan dapat berwujud seperti yang
diharapkan dari kepariwisataan itu.
Ditinjau dari segi ekonomi, pemberian klasifikasi tentang
jenis pariwisata itu dianggap penting, karena dengan cara itu akan
dapat menentukan beberapa penghasilan devisa yang diterima dari
suatu macam pariwisata yang dikembangkan disuatu tempat atau
daerah tertentu. Dilain pihak kepentingannya juga sangat berguna
untuk menyusun statistik kepariwisataan atau untuk mendapatkan
data penelitian yang diperlukan dalam perencanaan selanjutnya
masa yang akan datang. Ada beberapa macam jenis pariwisata
antara lain:
a) Wisata Budaya
Seseorang yang melakukan perjalanan dengan
tujuan untuk mempelajari adat istiadat, budaya, tatacara
kehidupan masyarakat dan kebiasaan yang terdapat
didaerah atau negara yang dikunjungi. Termasuk dalam
jenis pariwisata ini mengikuti misi kesenian diluar negeri
atau untuk me-nyaksikan festival seni dan kegiatan budaya
b) Wisata Kesehatan
Wisata kesehetan disebut juga wisata pulih
sembuh. Artinya seseorang melakukan perjalanan untuk
memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Obyek
wisata kesehatan adalah tempat peristirahatan, sumber
air panas, sumber air mineral, dan fasilitas lain yang
memungkinkan seseorang wisatawan dapat beristirahat
sambil berwisata.
c) Wisata Olahraga
Seseorang yang melakukan perjalanan dengan
tujuan mengikuti kegiatan olahraga misalnya olimpiade,
Thomas cup dan sea games.
d) Wisata Komersial
Istiliah lainnya adalah wisata bisnis. Wisatawan
yang termasuk kedalam wisata ini adalah mereka yang
melakukan perjalanan untuk tujuan yang bersifat
komersial atau dagang, misalnya mengunjungi pameran
dagang, pameran industri, pekan raya, dan pameran
hasil kerajinan.
e) Wisata Industri
Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar
atau mahasiswa untuk berkunjung kesuatu industri yang
misalnya rombongan pelajar dan mahasiswa yang
berkunjung ke IPTN untuk melihat industri pesawat
terbang.
f) Wisata Politik
Seseorang yang berkunjung kesuatu negara untuk
tujuan aktif dalam kegiatan politik, misalnya kunjungan
kenegaraan, menghadiri penobatan kaisar Jepang,
Penobatan ratu Inggris, juga konferensi politik atau
kunjungan kenegaraan yang dilanjutkan dengan
berdarmawisata mengunjungi obyek-obyek wisata dan
atraksi wisata.
g) Wisata Konvensi
Seseorang yang melakukan perjalanan dan
berkunjung kesuatu daerah atau negara dengan tujuan
untuk mengikuti konvensi atau konverensi misalnya,
KTT Non Blok yang diselenggarakan di Jakarta. Wisata
konvensi ini erat hubungannya dengan wisata politik.
Disamping disediakannya tempat-tempat untuk
konvensi biasanya juga ada post converensi tour, yakni
acara berdarmawisata seusai konferensi dengan
mengunjungi obyek dan atraksi wisata.
Kegiatan wisata sosial ini adalah kegiatan wisata
yang diselenggarakan dengan tujuan non profit atau
tidak mencari keuntungan. Perjalanan wisata ini
diperuntukan bagi remaja, atau golongan masyarakat
ekonomi lemah maupun pelajar.
i) Wisata Pertanian
Pengorganisasian perjalanan yang dilakukan dengan
mengunjungi pertanian, perkebunan untuk tujuan studi,
riset atau studi banding, misalnya petani dari Jawa
Timur dikirim ke Jepang untuk mempelajari teknologi
pertanian di Negara tersebut.
j) Wisata Maritim (Marina) atau Bahari
Wisata bahari ini sering dikaitkan dengan olahraga
air, spertinya berselancar, menyelam, berenang dan
sebagainya. Pantai, laut, danau, sungai, kepulauan,
termasuk taman laut, karena kegiatannya diair, wisata
ini disebut juga wisata tirta.16
2. Industri Pariwisata
Menurut R.S. Damardjati bahwa industri pariwisata
merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha secara
bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa atau
layanan-layanan yang nantinya baik secara langsung maupun tidak
langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama
perlawatannya.
Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita
mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan
yang diharapkan oleh wisatawan bilamana ia dalam perjalanan atau
perlawatan. Dengan cara ini akan terlihat tahap-tahap dimana
wisatawan sebagai konsumen melakukan pelayanan (service)
tertentu. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk dari industri
pariwisata adalah semua jasa yang diberikan oleh macam-macam
perusahaan, semenjak seorang wisatawan meninggalkan tempat
kediamannya sampai didaerah tujuan wisata yang telah menjadi
pilihannya, hingga sampai kerumah dimana ia biasanya tinggal.
Usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata sesuai dengan
UU RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan dan PP No. 67
Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan. Usaha
kepariwisataan digolongkan kedalam:
a. Usaha jasa pariwisata yang terdiri dari:
1) Jasa biro perjalanan wisata, mmeripakan kegiatan usaha
yang menyelenggarakan pelayanan bagi seseorang atau
sekelompok orang untuk melakukan perjalanan dengan
tujuan utama untuk berwisata.
2) Jasa agen perjalanan wisata, merupakan kegiatan usaha
sebagai perantara dari dalam menjual dan atau mengurus
jasa untuk melakukan perjalanan.
3) Usaha jasa pramuwisata, merupakan kegiatan usaha yang
bersifat komersial yang mengatur, mengkoordinir dan
menyediakan pramuwisata untuk memberikan pelayanan
bagi seseorang atau kelompok orang yang melakukan
perjalanan wisata.
4) Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran,
merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberikan jasa
pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang
(negarawan, usahawan, cendikiawan, dsb) untuk membahas
masalah-masalah yang terkait dengan kepentingan bersama.
5) Jasa impresariat, merupakan kegiatan kepengurusan
penyelenggaraan hiburan, baik yang merupakan
mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan,
serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan.
6) Jasa konsultan pariwisata, merupakan kegiatan usaha yang
memberikan jasa berupa saran dan nasehat untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, mulai
penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya yang disusun
secara sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui,
disampaikan secara lisan, tertulis maupun gambar oleh
7) Jasa informasi pariwisata, merupakan usaha penyelesaian
informasi penyebaran dan pemanfaatan informasi
kepariwisataan
b. Pengusaha Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya, terdiri dari:
1) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata budaya, merupakan
usaha pemanfaatan sumber daya manusia dan tata
lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan
daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.
2) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata budaya,merupakan
usaha pemanfaatan seni dan budaya bangsa untuk dijadikan
sasaran wisata.
3) Pengusaha obyek dan daya tarik wisata minat khusus,
merupakan usaha pemnfaatan sumber daya alam atau
potensi seni budaya bangsa untuk menimbulkan daya tarik
dan minat khusus bagi sasaran wisata.
c. Usaha Sarana Pariwisata
1) Usaha penyediaan akomodasi, merupakan penyediaan
kamar dan fasilitas lain serta pelayanan yang diperlukan.
2) Usaha penyediaan makanan dan minuman, merupakan
usaha pengelolaan penyediaan dan pelayanan makanan dan
minuman yang dapat dilakukan sebagai bagian dari
penyediaan akomodasi ataupun sebagai usaha yang berdiri
3) Usaha penyediaan angkutan wisata,merupakan usaha
khusus atau sebagian dan usaha dalam penyediaan angkutan
pada umumnya yaitu angkutan khusus wisata angkutan
umum yang menyediakan angkutan wisata.
4) Usaha penyediaan sarana wisata tirta, merupakan usaha
penyediaan dan mengelola sarana dan prasarana serta jasa
yang berkaitan dengan kegiatan wisata tirta (dapat
dilakukan dilaut, sungai, rawa, dan waduk), dermaga serta
fasilitas olahraga air untuk kepentingan olahraga ski air,
selancar angin, berlayar, menyelam dan memancing.
5) Usaha kawasan pariwisata, merupakan usaha yang kegiatan
membangun atau mengelola kawasan dengan luas tertentu
untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
d. Produk Industri Pariwisata
Menurut Burkat dan Medlik bahwa produk industri
pariwisata merupakan suatu susunan produk yang terpadu yang
terdiri dari obyek wisata, atraksi wisata, transportasi
(angkutan), akomodasi dan hiburan, dimana tiap unsur
dipersiapkan oleh setiap perusahaan dan ditawarkan secara
terpisah.17
Dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka tidak
hanya satu macam jasa saja yang diperlukan serangkaian jasa
yang merupakan produk dari industri pariwisata. Itu pulalah
sebabnya dalam kalangan pariwisata dikenal dengan istilah
paket wisata (package tour) yang berarti suatu rencana
perjalanan wisata yang disusun secara tetap dengan biaya
tertentu dimana didalamnya telah termasuk biaya menginap,
angkutan, makan, sightseeing, tour, transfer, dan lain-lainnya
yang semuanya digambarkan dalam “package intineraries”
yang dibuatkan khusus untuk itu. Karena itu produk industri
wisata tidak dapat dibagi-bagi, hasil itu haruslah merupakan
satu kesatuan yang bulat, sehingga hasil itu dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Ada beberapa ciri hasil atau produk industi pariwisata
yang terpenting diantaranya adalah:
1) Hasil atau produk pariwisata itu tidak dapat dipindahkan.
2) Peranan perantara (middlemen) tidak diperlukan kecuali
Travel Agent atau Tour Operator.
3) Hasil atau produk industri pariwisata tidak dapat ditimbun.
4) Permintaan (demand) terhadap hasil atau produk industri
tidak tetap sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non
ekomomis.
5) Calon konsumen tidakk dapat mencicipi produk yang akan
6) Hasil atau produk industri pariwisata tidak mempunyai
standar atau ukuran yang obyektif.
7) Hasil atau produk industri pariwisata banyak tergantung
pada tenaga manusia.
8) Segi pemilikan usaha, penyedian produk industri
pariwisata memerlukan biaya besar, resiko tinggi, dan
elastis permintaan sangat peka.18
3. Asas dan Tujuan Pariwisata
Penyelenggaraan kepariwisataan dilakukan berdasarkan
asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata,
perikehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri
sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan untuk :
a. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan
mengingkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata.
b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan
antar bangsa.
c. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan
kerja.
d. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
e. Mendorong pendayagunaan produk nasional.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat Empiris Kualitatif, yaitu data diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan (field research) melalui pengamatan, observasi dan wawancara.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan disektor pariwisata pantai selatan wilayah Tanjungsari dan Tepus Kabupaten Gunung Kidul.
C. Narasumber
Sebagai narasumber adalah:
a. Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Gunung Kidul atau yang mewakili.
D. Teknik (contoh: wawancara atau observasi)
Metode yang digunakan untuk memperoleh data yang mempunyai hubungan dengan obyek penelitian, dilakukan dengan menggunakan: 1.Metode interview atau wawancara dengan mengadakan interview atau
tanya jawab kepada narasumber dari pihak pemerintahan dalam interview bebas terpimpin.
3.Kepustakaan, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari buku-buku literatur, tulisan para ahli dan peraturan perundang-undangan.
E. Sumber data
Mengenai sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu dengan menggunakan:
1.Sumber data primer, yaitu data serta keterangan yang diperoleh dari penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
2.Sumber data sekunder, yaitu berupa data atau hal-hal yang mendukung sumber data primer. Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa teori dan literatur yang
berkaitan dengan permasalahan.
F. Analisis Data
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Wilayah Gunungkidul
Kabupaten Gunungkidul yang terletak diujung Tenggara Kota Yogyakarta sejauh 39 Km, memiliki luas wilayah 1,485,36 Km2 atau 46,63 % dari luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Gunungkidul secara geografis merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit serta berbatasan sebelah Barat dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Utara dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa, berdasarkan topografis dan keadaan tanahnya, secara garis besar dibedakan menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu:
a. Wilayah Pengembangan Utara (Zona Batur Agung) Luas wilayah ± 42,283 Ha dan ketinggian 200-700 m diatas permukaan air laut meliputi kecamatan Patuk, Nglipar, Gedang sari, Ngawen, Semin dan Ponjong bagian tengah Utara, dan Ponjong bagian tengah berpotensi sebagai obyek Ekowisata hutan dan alam pegunungan.
Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Semanu bagian Utara dan Ponjong bagian tengah berpotensi untuk agrowisata pertanian.
c. Wilayah Pengembangan Selatan (Zona Pegunungan Seribu) Luas wilayah ± 78,344 Ha dan ketinggian 100-300 terdiri dari daerah Tepus, Tanjungsari, Panggang, Purwosari, Paliyan, Saptosari, bagian Selatan ini berpotensi untuk wisata pantai, goa, pegunungan karst budaya sejarah.
B. Tujuh Pantai Dalam Satu Kawasan
Kabupaten Gunungkidul, memiliki obyek wisata unggulan yaitu obyek wisata alam pantai. Ada sekitar 46 pantai yang terbentang sejauh 70 Km di wilayah Selatan Kabupaten Gunungkidul mulai dari ujung Barat ke ujung Timur. Salah satunya adalah suatu kawasan yang terdiri dari tujuh pantai dan letaknya saling berdekatan. Ketujuh pantai tersebut terletak di Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Tepus sejauh 23 Km. Jarak tempuh dari Kota Wonosari( Ibukota Kabupaten Gunungkidul) menuju pantai tersebut ± 45 menit.
a. Pantai Baron
Gambar 4.1
Pantai Baron merupakan pintu gerbang masuk kawasan Obyek Wisata Pantai. Pantai ini dikelilingi bukit-bukit kapur yang diatasnya terdapat jalan setapak dimana wisatawan dapat menikmati keindahan laut yang luas dan khas. Disebelah Barat, terdapat muara air sungai bawah tanah (ait tawar) sehingga ada suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Ciri khas Pantai Baron adalah banyaknya aneka ikan laut dalam bentuk segar maupun siap saji (dimasak goreng, bakar, kukus) termasuk menu utama Baron yaitu Sup Kakap dengan harga yang bervariasi.
Makan, Kios-Kios untuk pedagang cendramata, juga ada panggung terbuka untuk atraksi wisata pada pertunjukkan-pertunjukkan tertentu, sebuah gedung pertemuan terbuka berbentuk joglo serta gedung tempat pelelangan ikan (TPI).
b. Pantai Kukup
Gambar 4.2
[image:59.595.210.519.234.451.2]Sedekah Laut dalam waktu yang bersamaan seperti halnya masyarakat nelayan di Pantai Baron.
[image:60.595.210.515.182.404.2]c. Pantai Sepanjang
Gambar 4.3
d. Pantai Pok Tunggal
Gambar 4.4
sumber air bagi penduduk setempat. Fasilitas yang ada adalah warung makan maupun tempat istirahat seperti gazebo.
[image:62.595.211.517.182.397.2]e. Pantai Indrayanti
Gambar 4.5
b. Pantai Sili dan Ngandong
Gambar 4.6
Pantai Sili dan Ngandong merupakan dua pantai yang sangat berdekatan bahkan bisa dikatakan dua pantai yang menyatu, dan tak jauh dari situ ± 500 m ke arah Timur kita jumpai Pantai Sundak. Pantai Sili atau sering orang menyebutnya “Waktu Lawang” karena disana ada pulau kecil yang dibawahnya terdapat lorong yang menyerupai pintu (lawang- Bhs Jawa). Sedangkan Pantai Ngandong juga memiliki keindahan tersendiri, selain suasana pantai yang masih alami, para wisatawan yang berkunjung kesana bisa melakukan aktifitas seperti: Memancing ataupun Tracking dari Pantai Sili ke Pantai Sundak serta melihat para petani dan nelayan yang mencari rumput laut disekitar Pantai Sili ke Pantai Sundak. Fasilitas yang tersedia antara lain: Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ada sebuah cottage