PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT TENURE, AND AUDITOR’S INDEPENDENCE TO INTEGRITY OF
FINANCIAL STATEMENTS
(Empirichal Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange in Year 2012-2015)
SKRIPSI
Oleh
LUSIANA DWI WAHYUNI 20130420031
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT TENURE, AND AUDITOR’S INDEPENDENCE TO INTEGRITY OF
FINANCIAL STATEMENTS
(Empirichal Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange in Year 2012-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
LUSIANA DWI WAHYUNI 20130420031
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ii SKRIPSI
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS
LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT TENURE, AND AUDITOR’S INDEPENDENCE TO INTEGRITY OF
FINANCIAL STATEMENTS
(Empirichal Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange in Year 2012-2015)
Diajukan oleh:
LUSIANA DWI WAHYUNI 20130420031
Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing
iii
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, AUDIT TENURE, AND AUDITOR’S INDEPENDENCE TO INTEGRITY OF
FINANCIAL STATEMENTS
(Empirichal Study on Manufacture Company Listed in Indonesia Stock Exchange in Year 2012-2015)
Diajukan oleh:
LUSIANA DWI WAHYUNI 20130420031
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di Depan
Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 16 Desember 2016 Yang terdiri dari
Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA Ketua Tim Penguji
Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CASigit Arie Wibowo, SE., M.Acc., Ak., CA Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Lusiana Dwi Wahyuni Nomor Mahasiswa : 20130420031
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 7 Desember 2016
v
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(Q.S. Al-Insyirah Ayat 6)
Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah nasib suatu kaum
sebelum mereka berusaha
merubahnya sendiri
(Q.S. Ar-
Ra’d Ayat 11)
)
FASTABIQUL
vi
Ku persembahkan karya skripsi ini teruntuk:
Mamah dan Bapak tercinta sebagai semangatku
Kakakku yang selalu menyayangiku
vii
melahirkanku, merawatku, membesarkanku, menyayangiku serta
tak hentinya memberikanku semangat belajar, nasihat untuk
terus menjalankan Shalat 5 waktu, terimakasih atas doa yang
telah mamah panjatkan untukku. I Love You, You are My
Everything.
Bapakku, Wagiran yang selalu memberikan semangat dan telah bekerja keras untuk berusaha mencari nafkah bagi keluarga
kami, memberikan segala bentuk dukungan spiritual, material,
serta selalu memanjatkan doa untuk kesuksesanku.
Kakakku, Aan Susanto terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya, makasih sudah mengajariku menyetir mobil. I Love
you.
Terimakasih saudara dan sepupuku semua. Yang selalu memberikan arahan, motivasi serta masukan yang baik bagi aku
untuk kedepannya. Mohon doanya.
Bapak Sigit Arie Wibowo,S.E.,M.Acc.,Akt. yang sudah banyak membantu saya dari pembuatan proposal hingga skripsi. Maaf ya
pak kalau sering ribut minta bimbingan hehehe.
Bapak dan Ibu Dosen dan Karyawan Prodi Akuntansi FEB
viii
Gigih Taufiq Ismail. Terimakasih untuk pernah menjadi semangat aku, teman curhat, teman berbagi ilmu, terimakasih
sering mengajakku berkeliling, bersepeda ke Parangtritis, ke
Kalasan. Tetap jaga silaturrahim. Sukses terus ya.
Teman-teman BEM FEB UMY Periode 2015-2016, khususnya Pengurus Harian, Bang Handan, Nisa Pratiwi, Nisa Diah, Ekta, dan Afiqa serta teman-teman struktural semua. Terimakasih telah memberikanku kesempatan untuk belajar memimpin,
mempercayaiku untuk menjalankan amanah sebagai Sekretaris
II, sukses kuliahnya, sukses skripsinya, dan tetap semangat
dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya ya. I Love You All.
Teman-teman IMM FEB UMY, terimakasih ilmu dan pengalamannya selama menjadi kader hingga saat ini. Tetap loyal
semua ya dalam pengabdiannya kepada organisasi
Muhammadiyah.
Teman-teman KSR PMI Unit IX UMY. Terimakasih atas segala ilmu Pertolongan Pertama, pengabdian kepada masyarakat,
pengalaman yang sangat berharga yang tidak akan aku lupakan.
Terimakasih dari Diklat hingga sekarang tetap jiwa korsa, terus
lanjutkan pengabdiannya, jiwa kemanusiaan untuk menolong
sesama.
Teman-temanku Akuntansi Kelas A, yang pernah berjuang bersama, 1 kelas selama 2 semester. Terimakasih doa, semangat,
ix
Teman-teman KKN 03. Terimakasih telah mengerti aku selama 1 bulan, maaf kalau jarang bantu-bantu di dapur. Dari kalian, aku
belajar menghargai satu sama lain, menerima kekurangan dan
kelebihan masing-masing dari kita, serta banyak pembelajaran
yang berharga meskipun hanya 1 bulan. Terimakasih Andi, Ida, Rara, Uut, Arini, Chandra, Riza, Mita, Anggi, Cigy, Desti, Agung, Shinta, Adit. I Miss You All.
Temanku, Deandra Fariska Damayanti, S.E. terimakasih udah mau terbuka, mau sharing, ngasih solusi dari pembuatan proposal
hingga skripsi, maaf banget ya sering merepotkan. Terus
semangat untuk S2nya, jangan lupa Shalat 5 waktu dan berdoa.
Kamu pasti BISA.
Sahabatku, Nur Efi Kurniyawati,S.Ftr. Terimakasih udah mau ngertiin aku, makasih ya udah sabar sama aku yang sering ribut
untuk bolang bareng. Sukses dan semangat ya kuliah profesinya.
Jangan lupa Shalat 5 waktu dan berdoa. Kita pasti BISA.
Teman-temanku SMA Muhammadiyah 2 Jogja. Terimakasih
Anisa Nurul, Dhita, Amirul, Dovi, dan semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu-satu. Jaga silaturrahim ya. Semangat
x
Teman-teman dekatku, Indita, Bunga, Shafa, Ulfa, Tyka, Dessy, Ida, Dewi. Makasih untuk pernah belajar bareng, ngerjain tugas bareng. Tetap semangat dan terus berusaha.
Adik-Adik, mba, dan teman-teman mentoring PAI 2016. Terimakasih Dek Ulfah, Dek Amel, Dek Dian, Dek Tiara, Dek Hanum, Dek Vita, Fiska, Clara dan Mba Nirma atas semangat dan dukungannya, semangat juga ya kuliah dan
organisasinya.
Temanku TK, Husna Nur Hakim. Terimakasih selalu memberikan masukan, semangat, saling jaga silaturraim ya teman krucilku
waktu TK hihihi. Semangat diet bareng hahaha. Sukses terus ya,
tetap semangat.
Temanku, Endah Purnamasari. Terimakasih doa dan semangatnya. Silaturrahim lagi ya di Jogjakarta.
Temanku, Rahmat Sahid Suraya, S.IP. Terimakasih sering ngajak jalan-jalan. Sukses dan semangat untuk S2nya di UGM.
Keponakan gemesh, Azka Aqila Marva. Terimakasih, semangatku. Azka yang rajin ya nak sekolahnya, gak boleh nakal,
patuh pada Bunda dan Ayah ya nak. I Miss You, Gondrong Boy.
Dedek bayi ndut, Langit Timur Kautsar Prada. Terimakasih, karena Langit ounty jadi semangat belajarnya, kamu gemesin
banget sih dek hehehehe. Sehat terus ya nak, besok jadi anak
yang pintar, semoga besok jadi pilot hihihi, jadi kebanggaan
xii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure, dan independensi auditor terhadap integritas laporan keuangan. Sampel dalam penelitian ini adalah 117 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2012-2015 sebagai sampel penelitian berdasarkan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur, dan referensi lain yang mendukung penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik: uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, audit tenure tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, independensi auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
xiii
statements. The sample in this research are 117 companies listed in the Indonesia Stock Exchange for four years from 2012-2015 as the sample is based on purposive sampling method. The data used in this research is a secondary form of financial statements of manufacturing companies, and other reference that support this research. Data were analyzed using classic assumption test: normality test, autocorrelation test, multicollienarity test, and heteroskedastisitas test. Hypothesis test using multiple regression analysis. The result showed that institutional ownership has no effect on integrity of financial statements, managerial ownership has no effect on integrity of financial statements, independent commissioner has no effect on integrity of financial statements, audit committee has no effect on integrity of financial statements, audit tenure has no effect on integrity of financial statements,
xiv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan kelancaran, kemudahan, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Hanya dengan izin dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Audit Tenure, dan
Independensi Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2015)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Akt., CA selaku Kepala Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
xv
5. Bapak dan Ibu Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
6. Orang tua tersayang yang selalu menjadi inspirasi, memberikan motivasi, semangat dan doa kepada penulis, kakak dan adik-adik tercinta serta keluarga besar yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
7. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa serta bantuan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi dengan baik. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan penelitian dimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yogyakarta, 7 Desember 2016
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………..ii
HALAMAN PENGESAHAN………iii
HALAMAN PERNYATAAN………iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...…..v
INTISARI………..xii
ABSTRACT………...xiii
KATA PENGANTAR………..xiv
DAFTAR ISI………...xvi
DAFTAR TABEL………...xix
DAFTAR GAMBAR……….xx
BAB I PENDAHULUAN………1
A. Latar Belakang………...1
B. Batasan Masalah………....9
C. Rumusan Masalah………10
D. Tujuan Penelitian……….10
E. Manfaat Penelitian………...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….13
A. Landasan Teori……….13
1. Teori Agensi (Agency Theory)………...13
2. Integritas Laporan Keuangan……….15
xvii
7. Komite Audit………..24
8. Audit Tenure………...26
9. Independensi Auditor……….27
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis………...28
1. Kepemilikan Institusional dan Integritas Laporan Keuangan...28
2. Kepemilikan Manajerial dan Integritas Laporan Keuangan...31
3. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan………....33
4. Komite Audit dan Integritas Laporan Keuangan………...35
5. Audit Tenure dan Integritas Laporan Keuangan………....37
6. Independensi Auditor dan Integritas Laporan Keuangan..39
C. Model Penelitian………..40
BAB III METODE PENELITIAN………...42
A. Objek Penelitian………...42
B. Jenis Data……….42
C. Populasi dan Sampling……….43
D. Metode Pengumpulan Data………..44
xviii
F. Uji Kualitas Data………..49
G. Uji Hipotesis dan Analisa Data………....52
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...56
A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….56
B. Metode Analisis Data………...57
1. Uji Statistik Deskriptif………..57
2. Hasil Uji Asumsi Klasik………59
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis)………...62
D. Pembahasan………..66
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN………76
A. Simpulan………..76
B. Saran………77
C. Keterbatasan ………...77 DAFTAR PUSTAKA
xix
4.2. Hasil Uji Analisis Deskriptif………...57
4.3. Hasil Uji Normalitas………...59
4.4. Hasil Uji Autokorelasi………60
4.5. Hasil Multikolinieritas………61
4.6. Hasil Uji Heteroskedastisitas………..62
4.7. Hasil Uji Koefisien Determinasi……….62
4.8. Hasil Uji Nilai F………..63
4.9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda………..64
xx
DAFTAR GAMBAR
xii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance, audit tenure, dan independensi auditor terhadap integritas laporan keuangan. Sampel dalam penelitian ini adalah 117 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 4 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2012-2015 sebagai sampel penelitian berdasarkan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur, dan referensi lain yang mendukung penelitian ini. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik: uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, komite audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, audit tenure tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, independensi auditor tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.
xiii
statements. The sample in this research are 117 companies listed in the Indonesia Stock Exchange for four years from 2012-2015 as the sample is based on purposive sampling method. The data used in this research is a secondary form of financial statements of manufacturing companies, and other reference that support this research. Data were analyzed using classic assumption test: normality test, autocorrelation test, multicollienarity test, and heteroskedastisitas test. Hypothesis test using multiple regression analysis. The result showed that institutional ownership has no effect on integrity of financial statements, managerial ownership has no effect on integrity of financial statements, independent commissioner has no effect on integrity of financial statements, audit committee has no effect on integrity of financial statements, audit tenure has no effect on integrity of financial statements,
auditor’s independence has no effect on integrity of financial statements.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali terjadi kasus manipulasi akuntansi yang
tentunya terlibat dalam kasus hukum, pada kenyataannya banyak
perusahaan yang membuat laporan keuangan tanpa menggunakan
integritas, yaitu informasi yang tersaji di dalam laporan keuangan tidak
menunjukkan kebenaran dan keadilan bagi banyak pihak termasuk
pengguna laporan keuangan. Beberapa perusahaan-perusahaan besar yang
ada di Amerika telah terlibat dalam kasus-kasus manipulasi akuntansi
tersebut, seperti perusahaan Enron, Xerox, Tyco, Global Crossing, dan
Worldcom, selain itu beberapa perusahaan yang ada di Indonesia juga
terlibat dalam kasus tersebut, seperti perusahaan Kimia Farma, Bank
Century dan Bank Lippo yang pernah memiliki kualitas audit yang tinggi
(Astria, 2011).
Salah satu contohnya pada kasus Bank Century, di mana Bank
Century ditetapkan sebagai Bank gagal yang berdampak sistemik pada
tanggal 20 November 2008. Bank Century mengalami gagal kliring atau
tidak dapat membayar dana atas permintaan nasabah. Salah satu dari
beberapa pilihan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
Bank Century ini adalah penutupan. Bank Century menyerahkan
menyelesaikan masalah kegagalan Bank Century. Salah satu tindakan yang
dilakukan LPS dalam penyelamatan Bank Century adalah dengan
menambah modal bank dengan bentuk penyertaan modal sementara.
Jumlah penambahan modal yang disetorkan kepada Bank Century yaitu
sebesar Rp 6,762 Trilyun, dengan rincian sebagai berikut :
No Tanggal Jumlah
(Rp)
Keterangan 1 23 November 2008 2,776 T BI: Untuk Capital Adequancy
Rasio (CAR-rasio kecukupan modal) 8% dibutuhkan Rp 2,655T. Peraturan LPS: LPS dapat
menambahkan modal sehingga CAR 10%, yaitu Rp 2,776T.
2 5 Desember 2008 2,201 T Untuk menutup kebutuhan
likuiditas sampai dengan periode tanggal 31 Desember 2008.
3 3 Februari 2009 1,155 T Untuk menutup kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assessment BI atas hasil perhitungan dari Direksi Bank Century.
4 21 Juli 2009 0,630 T Untuk menutup kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assessment dari BI atas hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP).
TOTAL 6,6762 T
Sumber : LPS
Kasus manipulasi keuntungan tersebut dilakukan karena pihak
perusahaan menginginkan agar sahamnya tetap diminati oleh investor.
Banyak pihak yang terlibat dalam kasus manipulasi tersebut termasuk
Chief Executive Officer (CEO), dewan komisaris, komite audit, auditor
internal, sampai dengan auditor eksternal yang melibatkan KAP big-five
3
luas. Hal tersebut memberikan bukti bahwa orang-orang dalam tersebut
banyak melakukan kecurangan terhadap pelaporan keuangan (Astria,
2011).
Kasus-kasus manipulasi laporan keuangan tersebut menyebabkan
banyak pihak termasuk pihak masyarakat yang mengajukan berbagai
pertanyaan terutama terhadap penerapan corporate governance atau tata
kelola perusahaan di mana direktur banyak menyalahkan otoritasnya
dalam kegiatan operasional perusahaan dikarenakan penerapan Good
Corporate Governance (GCG) yang masih rendah. Hal tersebut
dikarenakan adanya krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia
terutama di Negara Indonesia yang semakin menjadi perhatian besar
sehingga menimbulkan kasus-kasus yang melibatkan manipulasi laporan
keuangan.
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa
berbuat jujur, sebagaimana telah dijelaskan dalam Firman-Nya Q.S.
Al-Anfal ayat 58 yang artinya, “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu
kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berkhianat.”
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan dan menyajikan
informasi yang dapat bermanfaat bagi pihak pengguna laporan keuangan,
yang berkaitan dengan posisi keuangan, arus kas, kinerja, serta perubahan
keputusan ekonomi (SAK, 2004). Laporan keuangan juga harus mencakup
informasi yang memenuhi kriteria andal dan berkualitas yaitu, laporan
keuangan yang disajikan tidak mengandung unsur rekayasa, tidak terdapat
kesalahan material serta mengungkapkan informasi yang mengandung
integritas tinggi atau laporan keuangan yang menunjukkan informasi benar
dan jujur sesuai dengan fakta atau keadaan sebenarnya, sehingga dapat
menjadi kepentingan bagi banyak pihak termasuk bagi para pengguna
laporan keuangan (SAK, 2004). Oleh karena itu, laporan keuangan harus
disajikan dengan informasi yang memiliki integritas tinggi.
Mayangsari (2003) mendefinisikan integritas laporan keuangan
adalah laporan keuangan yang disajikan memiliki informasi yang benar
dan jujur. Sedangkan definisi integritas laporan keuangan menurut
Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No 2 menjelaskan
bahwa integritas laporan keuangan merupakan kualitas informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan disajikan secara wajar bebas, tidak bias
dan jujur dalam menyajikan informasi. Laporan keuangan yang
berintegritas memenuhi kualitas reliability yang terdiri dari 4 (empat)
komponen, yaitu verifiability, representational, faithfulness, dan neutrality
(Harrison Jr, dkk, 2011).
Faktor pertama yang mempengaruhi integritas laporan keuangan
adalah mekanisme corporate governance. Mekanisme corporate
governance menurut Forum for corporate Governance in Indonesia
5
pemegang saham, pengelola (pengurus) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
mereka atau dengan kata lain yang disebut suatu sistem yang
mengendalikan perusahaan (Citra, 2013). Apabila penerapan corporate
governance yang dilakukan di suatu perusahaan semakin baik maka
diharapkan dapat meminimalkan perilaku manajemen perusahaan yang
kurang baik atau mementingkan diri sendiri (opportunistic) dalam
mengantisipasi terjadinya kecurangan terhadap pelaporan keuangan,
sehingga informasi dalam laporan keuangan dapat disajikan lebih
berintegritas, yaitu laporan keuangan yang disajikan mengandung unsur
informasi yang benar dan jujur sesuai dengan fakta. (Astria, 2011).
Hasil dari pelaporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan
dapat dipengaruhi dari perusahaan yang menerapkan corporate
governance dengan baik, jika perusahaan semakin baik dalam melakukan
penerapan terhadap corporate governance, maka diharapkan manajemen
perusahaan akan mengalami kesulitan untuk melakukan kecurangan dalam
pelaporan keuangan, hal ini juga dikarenakan adanya dewan komisaris
yang melakukan pengawasan terhadap perilaku manajer di perusahaan
sehingga perusahaan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan fakta
yang sebenarnya dan memiliki integritas tinggi (Zuhdi dkk, 2015).
mekanisme, yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
komisaris independen, dan komite audit.
Faktor kedua yang mempengaruhi integritas laporan keuangan
adalah audit tenure. Audit tenure merupakan masa perikatan atau jangka
waktu penugasan antara auditor dengan klien terkait jasa audit yang
disepakati. Tenure menjadi perdebatan pada saat tenure audit yang
dilakukan dalam jangka waktu yang terlalu singkat dan tenure audit yang
dilakukan dalam jangka waktu yang lama (Fierdha dkk, 2015). Sinason, et
al. (2001) dalam Astria (2011) menemukan bahwa jenis perusahaan audit,
secara positif dapat mempengaruhi lamanya masa perikatan audit. Oleh
karena itu, perusahaan Big 4 yang memiliki audit yang besar akan
memiliki jangka waktu audit yang lebih lama dibandingkan perusahaan
non big 4 yang memiliki audit yang kecil.
Hubungan audit yang terlalu lama juga dapat menyebabkan
berkurangnya independensi karena akuntan publik tersebut cepat merasa
puas, kurang inovasi, serta kurang ketat dalam melaksanakan prosedur
auditnya (Aditama, 2015). Flint (1988) dalam Astria (2011) berpendapat
bahwa kemungkinan independensi akan berkurang apabila terlibat
hubungan pribadi antara auditor dengan klien, dalam hal ini berarti ada
kecenderungan bahwa opini dan sikap mental mereka telah dipengaruhi
oleh hal tersebut. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan berkurangnya
atau menurunnya independensi auditor yaitu masa atau jangka waktu
7
Faktor ketiga yang mempengaruhi integritas laporan keuangan
adalah independensi auditor. Independensi merupakan salah satu
komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik dalam
melaksanakan jasa profesionalnya. Independen berarti akuntan publik
tidak mudah dipengaruhi, karena ia melakukan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepada
siapapun (Aditama, 2015). Independensi auditor atau akuntan publik
merupakan kriteria keterbukaan dan objektivitas dalam memenuhi suatu
persoalan sentral. Dalam peraturan 101 Kode Perilaku Profesional
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) tentang
independensi mengatakan bahwa: “Sikap independen harus dilaksanakan oleh setiap anggota dalam praktik publik dalam melakukan jasa
profesionalnya seperti yang dibentuk oleh dewan dan ditentukan menurut
standar yang disusun oleh lembaga-lembaga.”
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhdi, dkk (2015),
menyatakan bahwa mekanisme corporate governance yang diukur melalui
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan, penelitian
tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin dan
Sabeni (2013). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Astria
(2011) menyatakan bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap integritas
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rozania (2013)
menyatakan bahwa komisaris independen memiliki pengaruh negatif yang
yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian yang
dilakukan oleh Rozania (2013) tidak sejalan dengan penelitian Astria
(2011) dan Zuhdi, dkk (2015) yang menyatakan bahwa komisaris
independen memiliki pengaruh positif yang yang signifikan terhadap
integritas laporan keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail
Zuhdi, dkk (2015) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin
(2013) dan Astria (2011) yang menyatakan bahwa komite audit memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Selain itu, penelitian dengan variabel audit tenure yang dilakukan
oleh Astria (2011) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nicolin
dan Sabeni (2013) yang menyatakan bahwa audit tenure tidak memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Penelitian dengan variabel independensi auditor yang dilakukan oleh
Hardiningsih (2010) yang menyatakan bahwa independensi auditor tidak
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap integritas laporan
keuangan.
Dari beberapa penelitian-penelitian tersebut terlihat bahwa terdapat
pertentangan temuan hasil penelitian sehingga menurut peneliti penelitian
ini masih perlu untuk dilakukan karena masih terdapat ketidakkonsistenan
atau keragu-raguan pada penelitian-penelitian tersebut. Penelitian ini
9
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan pertama
terletak pada penambahan variabel independen yaitu audit tenure dan
independensi auditor. Perbedaan kedua yaitu mengubah periode penelitian,
yaitu dari tahun 2011-2013 menjadi tahun 2012-2015.
Berdasarkan latar belakang tersebut serta berbagai pendapat dari
penelitian-penelitian sebelumnya maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul, “PENGARUH MEKANISME CORPORATE
GOVERNANCE, AUDIT TENURE, DAN INDEPENDENSI
AUDITOR TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini memiliki batasan
masalah yang diharapkan peneliti agar dapat terfokus. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini menggunakan variabel Corporate governance yang
dilihat menggunakan empat mekanisme yaitu kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan
komite audit.
2. Periode penelitian yang digunakan adalah tahun 2012-2015 dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
integritas laporan keuangan?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan?
3. Apakah komisaris independen berpengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan?
4. Apakah komite audit berpengaruh positif terhadap integritas laporan
keuangan?
5. Apakah audit tenure berpengaruh positif terhadap integritas laporan
keuangan?
6. Apakah independensi auditor berpengaruh positif terhadap integritas
laporan keuangan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji bukti empiris antara kepemilikan institusional terhadap
integritas laporan keuangan.
2. Untuk menguji bukti empiris antara kepemilikan manajerial terhadap
integritas laporan keuangan.
3. Untuk menguji bukti empiris antara komisaris independen terhadap
11
4. Untuk menguji bukti empiris antara komite audit terhadap integritas
laporan keuangan.
5. Untuk menguji bukti empiris antara audit tenure terhadap integritas
laporan keuangan.
6. Untuk menguji bukti empiris antara independensi auditor terhadap
integritas laporan keuangan.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan yang
terkait dengan pembelajaran audit dan keuangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan Manufaktur
Digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak perusahaan agar
dapat melakukan pengawasan yang lebih ketat mengenai sistem
atau mekanisme corporate governance perusahaan agar dapat
menekankan atau meminimalkan adanya manipulasi akuntansi
yang mungkin dilakukan agar perusahaan dapat menyajikan
laporan keuangan yang memiliki integritas yang tinggi.
b. Bagi Auditor
Digunakan sebagai bentuk dukungan bagi pihak auditor agar
senantiasa melakukan sikap independensi guna meningkatkan
menghasilkan pendapat laporan keuangan yang memiliki integritas
yang tinggi.
c. Bagi Perguruan Tinggi
Digunakan untuk memberikan tambahan mengenai ilmu
pengetahuan, referensi maupun pustaka serta dapat dijadikan
sebagai bahan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dalam
bidang yang sama.
d. Bagi Pengguna Laporan Keuangan
Digunakan sebagai bahan maupun tinjauan informasi yang dapat
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan serta dapat
mengetahui informasi lebih dalam mengenai integritas laporan
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Agency Theory atau yang biasa disebut teori agensi atau teori
keagenan menjelaskan mengenai hubungan antara dua pihak yaitu
pemilik (principal) dan manajemen (agen). Teori mengenai hubungan
keagenan ini digunakan dalam rangka untuk memahami lebih dalam
mengenai mekanisme Corporate Governance. Hubungan keagenan
merupakan hubungan antara satu orang atau lebih (principal) yang
melakukan suatu kontrak di mana pemilik (principal) memerintahkan
kepada orang lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa yang dimiliki
oleh principal serta agen diberikan wewenang dalam membuat
keputusan yang terbaik bagi principal (Zuhdi dkk, 2015). Menurut
Jensen dan Meckling (1976) dalam Astria (2011) menyatakan bahwa
bentuk hubungan keagenan ada dua macam, yaitu antara manajer
(agen) dan pemegang saham (stakeholders) dan antara manajer (agen)
dan pemberi pinjaman (bondholders).
Manajer sebagai pengelola perusahaan, tentu harus mengetahui
informasi lebih banyak dibandingkan dengan pemilik mengenai
keadaan internal perusahaan, selain itu manajer juga diharapkan dapat
yang akan datang. Manajer harus selalu memberikan sinyal dan
keputusan yang terbaik mengenai kondisi internal perusahaan kepada
pemilik dalam menentukan prospek perusahaan di masa depan,
misalnya melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti informasi
dalam laporan keuangan. Pentingnya laporan keuangan bagi para
pengguna eksternal, karena ketidakpastiannya dalam penyampaian
informasi berada di posisi yang paling besar (Ali, 2002). Asimetri
informasi (information asymmetry) dapat terjadi, karena di dalam
penugasan informasi yang dilaksanakan tidak menunjukkan
keseimbangan.
Faktor yang dapat memicu terjadinya asimetri informasi
(information asymmetry) yaitu penugasan informasi yang tidak
seimbang. Baik pemilik (principal) maupun manajer (agen) yang
semata-mata mementingkan diri sendiri serta dapat diasumsikan
mempunyai rasionalisasi ekonomi. Ada kecenderungan agen
melakukan manipulasi terhadap pelaporan keuangan, hal ini
dikarenakan apabila terdapat informasi yang kemungkinan tidak
diharapkan oleh pemilik (principal) sehingga menyebabkan agen akan
merasa takut untuk mengungkapkan informasi tersebut kepada pemilik
(principal). Berdasarkan asumsi tersebut, maka dalam hal ini
diperlukan pihak ketiga yang independen yaitu akuntan publik.
15
laporan keuangan yang dapat menghasilkan opini audit merupakan
salah satu tugas dari akuntan publik (auditor).
Dasar yang digunakan untuk memahami lebih dalam mengenai
penerapan atau sistem corporate governance yaitu perspektif
hubungan keagenan yang merupakan konsep dasar pada teori
keagenan, diharapkan konsep tersebut dapat berguna agar para investor
merasa yakin bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan berupa
return dari investasi dana yang telah mereka lakukan.
Menurut Shleifer dan Vishny (1997), Corporate Governance
berkaitan dengan bagaimana manajer dapat memberikan keyakinan
kepada para investor di mana para investor akan diberikan keuntungan
dari dana yang telah mereka investasikan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Corporate Governance yang diterapkan di perusahaan
diharapkan biaya agensi (agency cost) dapat lebih ditekankan atau
diturunkan, selain itu kualitas informasi laporan keuangan akan lebih
meningkat sehingga nilai suatu perusahaan dan harga sahamnya juga
akan meningkat.
2. Integritas Laporan Keuangan
Integritas didefinisikan sebagai prinsip moral yang
mengandung unsur kebenaran, jujur, tidak memihak, dan
menyampaikan sebuah fakta sesuai dengan kondisi apa adanya.
Dikatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut telah
akuntansi berterima umum. Realibility merupakan kualitas informasi
yang terdapat di laporan keuangan supaya dapat diandalkan oleh
penggunanya (SAK 2004).
Mulyadi (2004) mendefinisikan bahwa integritas adalah prinsip
moral yang tidak memihak, jujur, seseorang yang berintegritas tinggi
memandang fakta sesuai dengan kondisi apa adanya serta
mengemukakan fakta tersebut sesuai dengan kondisi apa adanya.
Integritas laporan keuangan merupakan laporan keuangan yang telah
memiliki kriteria realibility yaitu kondisi laporan keuangan yang
disajikan mempunyai kesamaan dengan laporan keuangan yang
dimiliki oleh entitas lain, serta harus disajikan sesuai dengan fakta
keadaasn yang sebenarnya, sehingga informasi yang terkandung di
laporan keuangan dapat terbebas dari pengaruh pihak manapun (Zuhdi
dkk, 2015).
Laporan keuangan merupakan hasil yang diperoleh dari proses
akuntansi yang dapat berguna sebagai sarana komunikasi antara
manajemen dengan pihak eksternal perusahaan mengenai data-data
yang berkaitan dengan keuangan maupun berbagai aktivitas
perusahaan tersebut selama periode waktu tertentu. Ikatan akuntansi
(IAI, 2004) dalam PSAK No. 1 mengemukakan bahwa laporan
keuangan memiliki tujuan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja perusahaan, perubahan posisi keuangan dan arus kas
17
pengguna laporan keuangan dalam rangka untuk membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen atas kepercayaannya terhadap pemakaian sumber-sumber
daya.
Informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan dapat
bermanfaat, yakni dapat digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi sebagai bahan pertimbangan oleh para pengguna laporan
keuangan apabila laporan keuangan telah menyajikan informasi
menunjukkan karakteristik kualitatif informasi akuntansi. Dalam
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 2 tentang
Qualitative Characteristic of Accounting Information, dua hal yang
termasuk dalam kualitas primer suatu laporan keuangan, yaitu
relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) (Kieso, 2002).
Relevansi merujuk pada kemampuan informasi akuntansi.
Relevansi dapat mempengaruhi keputusan pembaca laporan keuangan
dengan mengubah atau membantu dalam mengkonfirmasikan
mengenai suatu hasil maupun konsekuensi atas tindakan atau kejadian.
Relevansi informasi diukur berkaitan dengan maksud pengguna
informasi tersebut. Artinya, apabila dalam suatu informasi tidak
menunjukkan hasi yang relevan dengan kebutuhan pengambilan
keputusan, maka informasi akuntansi yang dapat diandalkan, yaitu
informasi akuntansi yang bebas dari kesalahan maupun penyimpangan
Reliability menurut SAK 2004 merupakan kualitas informasi
dalam laporan keuangan agar dapat diandalkan oleh pengguna laporan
keuangan. Laporan keuangan dikatakan memenuhi kualitas reliability
apabila memiliki 4 (empat) kualitas utama, yaitu Verifiability,
Representational, Faithfullness, dan Neutrality. Integritas laporan
keuangan berkaitan dengan dua karakteristik yang utama yang harus
dimiliki oleh suatu laporan keuangan yaitu relevan dan andal.
Apabila laporan keuangan menunjukkan informasi akuntansi
yang berintegritas tinggi, maka laporan keuangan tersebut dapat
dikatakan memenuhi kriteria yang andal karena laporan keuangan
tersebut menyajikan informasi yang jujur dan sesuai fakta sehingga
banyak pengguna laporan keuangan yang bergantung pada informasi
tersebut. Oleh karena itu apabila suatu informasi yang terkandung di
laporan keuangan berintegritas tinggi, maka dapat mempengaruhi
keputusan pembaca laporan keuangan untuk membantu dalam
pengambilan keputusan.
Secara intuitif, ukuran integritas laporan keuangan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan menggunakan
konservatisme serta keberadaan manipulasi laporan keuangan yang
biasanya dapat diukur dengan manajemen laba. Soewardjono (2010)
menyatakan implikasi konsep konservatisme terhadap prinsip
19
terjadi, akan tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang
akan datang meskipun besar kemungkinannya dapat terjadi.
Konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi
serta penundaan pengakuan pendapatan dan keuntungan.
Konservatisme dapat menyebabkan understatement terhadap laba pada
periode kini yang dapat mengarah pada overstatement terhadap laba
pada periode-periode berikutnya, hal ini sebagai akibat dari
understatement terhadap biaya pada periode tersebut (Wahyuningsih,
2014). Oleh karena itu, dapat digunakan dengan cara prinsip
konservatisme dan penggunaan earning management atau manajemen
laba agar laporan keuangan tersebut tidak overstate karena informasi
yang ada di dalam laporan keuangan tersebut akan lebih reliable
apabila laporan keuangan tersebut konservatif dan resikonya lebih
kecil sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat informasi dalam
laporan keuangan tersebut.
3. Corporate Governance
Corporate Governance atau dalam bahasa Indonesia yang biasa
disebut dengan tata kelola perusahaan, merupakan seperangkat aturan,
serangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, peraturan, dan institusi yang
mempengaruhi pengelolaan, pengarahan, serta pengontrolan di suatu
institusi atau korporasi. Tata kelola perusahaan melibatkan hubungan
antara para pemangku kepentingan (stakeholder) internal maupun
Beberapa pihak utama terhadap tata kelola perusahaan antara lain
pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Sedangkan yang
termasuk sebagai pemangku kepentingan lainnya antara lain karyawan,
pelanggan, pemasok, bank dan pihak kreditur lainnya, regulator,
lingkungan serta pihak masyarakat lainnya (Zuhdi dkk, 2015).
Prinsip-prinsip dasar penerapan good corporate governance
yang dikemukakan oleh Centre for Good Corporate Governance
Universitas Gadjah Mada (CGCG-UGM) dalam Purwani (2010)
adalah sebagai berikut: (1) accountability, (2) responsibility, (3)
transpararency, (4) fairness, dan (5) independency. Corporate
Governance juga menetapkan syarat yang berkaitan dengan adanya
suatu struktur perangkat, hal ini dapat berfungsi sebagai pencapaian
suatu tujuan atau dalam melakukan pengawasan suatu kinerja. Dewan
direksi dan manajemen akan diberikan rangsangan yang baik dari
korporat pemerintahan dalam mencapai tujuan yang berkaitan dengan
kepentingan perusahaan, selain itu pemegang saham juga diwajibkan
untuk memberikan fasilitas berupa pengawasan mengenai keefektifan
dan keefisiennya terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan.
Mekanisme peranan pihak internal dan eksternal corporate
governance, dapat membantu perusahaan dalam mengurangi
ekspektasi biaya yang dapat berpengaruh negatif terhadap nilai
21
maksimal cenderung mempunyai permasalahan yang besar terkait
dengan masalah keagenan. Oleh karena itu, perlu bagi perusahaan
untuk meningkatkan penerapan atau mekanisme corporate
governance, baik dari sisi internal maupun eksternal perusahaan.
Dari penelitian Fama dan Jensen (1983) dalam Linda (2012),
corporate governance menunjukkan peran penting yang dilakukan
oleh dewan direksi dalam melakukan monitoring yang optimal
terhadap pihak manajer perusahaan. Menurut Beiner et al (2004)
dalam Linda (2012) mekanisme corporate governance dapat efektif
apabila ditentukan oleh ukuran dan komposisi dewan, serta yang dapat
mengurangi biaya agensi. Susunan dewan yang lebih besar akan lebih
kuat, karena mereka akan saling meningkatkan koordinasi,
komunikasi, serta pengambilan keputusan yang lebih praktis
dibandingkan susunan dewan yang kecil. Menurut Frorackis dan
Ozkan (2004) dalam Linda (2012), keseimbangan proporsi non
eksekutif direktur dapat membatasi kebijakan manajer dalam
pengeksplotasian pengawasan dan melindungi reputasi atau pergantian
mereka sendiri sebagai pengambil keputusan yang independen.
Secara keseluruhan, tata kelola perusahaan (Corporate
Governance) yang baik dapat menjadi penengah untuk mengendalikan
perilaku manajemen yang opportunistik atau mementingkan diri
sendiri dan merupakan sebuah kontrol dalam pembagian kekayaan
seimbang. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini
dilihat melalui 4 (empat) dimensi variabel yang meliputi kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan
komite audit.
4. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan
saham yang dimiliki oleh suatu pihak institusional, seperti lembaga,
perusahaan, asuransi, bank atau institusi-institusi lainnya (Zuhdi dkk,
2015). Persentase saham institusi diperoleh dari penjumlahan atas
persentase saham yang dimiliki oleh suatu institusional yang dimiliki
oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam negeri maupun di luar
negeri (Susiana dan Herawaty, 2007).
Kepemilikan institusional yang semakin besar cenderung dapat
mengakibatkan kontrol eksternal yang lebih besar pula di dalam suatu
perusahaan. Dengan adanya tindakan pengawasan yang lebih optimal
yang dilakukan oleh investor institusioanal dapat mendorong manajer
untuk lebih memfokuskan diri terhadap kinerja perusahaan sehingga
dapat mengurangi atau meminimalkan perilaku manajer yang
mementingkan diri sendiri atau opportunistic.
Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam
mendeteksi kesalahan yang terjadi. Kepemilikan institusional diukur
sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemilik
23
2012). Widarjo, et al. (2010) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional merupakan kondisi yang menunjukkan di mana institusi
mempunyai kepemilikan saham dalam suatu perusahaan.
5. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kondisi yang menunjukkan
bahwa pihak manajer mempunyai proporsi kepemilikan saham dalam
suatu perusahaan dengan artian selain sebagai seorang manajer, juga
sekaligus sebagai pemegang saham di suatu perusahaan. Apabila di
dalam perusahaan terdapat kepemilikan manajerial, maka hal ini
merupakan salah satu bentuk upaya agar masalah keagenan dengan
manajer di perusahaan berkurang, selain itu agar perusahaan dapat
menyamakan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham
(Zuhdi dkk, 2015).
Menurut Padmawati (2015), kepemilikan manajerial dapat
berpengaruh dalam perusahaan karena kepemilikan dengan sebagian
saham di dalam perusahaan dapat menimbulkan kepentingan financial
yang mengakibatkan manajemen cenderung akan menerapkan
akuntansi yang lebih konservatif.
Manajer berhak mendapat kesempatan untuk terlibat dalam
kepemilikan saham dengan tujuan untuk mensetarakan dengan
pemegang saham agar kinerjanya dapat menjadi lebih baik. Penelitian
Jensen dan Mekling (1976) dalam Gunawan dan Halim (2012)
pemegang saham pada saat manajer memiliki saham perusahaan dalam
jumlah yang lebih besar.
6. Komisaris Independen
Berdasarkan ketentuan Bapepam No.Kep-29/PM/2004
komisaris independen didefinisikan sebagai anggota dewan komisaris
yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak memiliki
saham, baik langsung maupun tidak langsung melalui emiten atau
perusahaan publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama
emiten atau perusahaan publik serta tidak memiliki usaha, baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan
usaha emiten atau perusahaan publik.
Dewan komisaris dapat berfungsi apabila mempunyai
komposisi yang ideal, yaitu terdiri dari dewan komisaris yang berasal
dari luar emiten atau perusahaan publik yang disebut dengan komisaris
independen (Makhdalena, 2011). Komisaris independen yang
jumlahnya memadai menurut Bapepam (2004) adalah sebanding
dengan kepemilikan saham minoritas atau minimal 30% dari jumlah
anggota dewan komisaris.
7. Komite Audit
Menurut ketentuan No.Kep-29/PM/2004, definisi komite audit
adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka
membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Berdasarkan Komite
25
didefinisikan sebagai suatu komite yang memiliki satu atau lebih
anggota dewan komisaris serta dapat meminta dari kalangan luar
dengan berbagai macam keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang
diperlukan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai oleh
komite audit. Dewan komisaris membentuk komite dengan tujuan
untuk membantu dewan komisaris dalam melaksanakan fungsi dan
kinerjanya.
Dalam rangka menunaikan tugasnya, dewan komisaris dibantu
oleh komite audit. Sawyer, et al (2005) dalam Makhdalena (2011)
komite audit bertanggungjawab untuk membantu dewan komisaris
dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang berhubungan dengan
kebijakan akuntansi, internal control, dan praktik pelaporan keuangan
dari suatu organisasi.
Komite audit yang berfungsi membantu dewan komisaris harus
memenuhi kualitas tertentu (Makhdalena, 2011), yaitu komite audit
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Jumlah anggota komite audit minimal tiga orang.
2. Jumlah anggota komite audit yang berasal dari komisaris
independen minimal satu orang yang merangkat sebagai ketua.
3. Jumlah anggota komite audit yang memiliki keahlian di bidang
akuntansi dan keuangan minimal satu orang.
Boynton et al (2006) dalam Makhdalena (2011) menyatakan
earnings management. Faktor yang dapat memberikan pengaruh
terhadap efektivitas komite audit yaitu independensi komite audit dari
manajemen dan pengalaman keuangan dari anggota komite audit.
Komite audit hanya terdiri dari dewan yang berasal dari luar emiten
atau perusahaan publik dan pengalaman dari anggota dapat
memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pemenuhan tujuan
pelaporan keuangan di suatu perusahaan dengan melaksanakan
pemeriksaan terhadap kekeliruan, kesalahan maupun manipulasi
terhadap pelaporan keuangan. Hal ini dapat terjadi karena anggota
komite audit yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik yang
mempunyai keahlian di bidang akuntansi dan keuangan dapat lebih
profesional dan objektif dalam melakukan tugasnya karena mereka
tidak mempunyai kepentingan terhadap pihak manapun.
8. Audit Tenure
Audit tenure adalah masa perikatan atau jangka waktu antara
auditor dengan klien terkait jasa audit yang disepakati. Tenure menjadi
perdebatan pada saat tenure audit yang dilakukan dalam jangka waktu
yang singkat dan tenure audit yang dilakukan dalam jangka waktu
yang lama (Fierdha dkk, 2015).
Mansi et al (2004) dalam Chariri (2014) menemukan bukti
bahwa tenure yang semakin lama akan mengurangi atau memurunkan
tingkat konsevatisme dalam pelaporan keuangan, yaitu dengan kata
27
kualitas auditor. Semakin panjangnya tenure maka kualitas laporan
keuangan akan cenderung semakin rendah karena hubungan antara
manajemen dan auditor semakin dekat yang kemungkinan auditor juga
terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, sehingga manajemen
dapat lebih fleksibel dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan
keinginannya (Chariri, 2014).
9. Independensi Auditor
Menurut Aditama (2015), independensi merupakan salah satu
komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik dalam
melaksanakan jasa profesionalnya. Independen berarti akuntan publik
tidak mudah dipengaruhi, karena ia melakukan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan berbuat jujur
hanya terhadap pihak manajemen dan pemilik perusahaan, akan tetapi
juga terhadap pihak kreditur atau pihak lain yang memberikan
kepercayaan kepada akuntan publik atas pekerjaannya.
Penelitian yang telah dilakukan oleh AAA Financial
Accounting Standards Committee (2000) tentang independensi
menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan akuntan publik
cenderung dipengaruhi oleh dorongan untuk mempertahankan klien
auditnya, selain itu akuntan publik yang terlibat hubungan pribadi
dengan klien maupun pengaruh dari budaya masyarakat dan organisasi
terhadap pribadi akuntan publik juga dapat mempengaruhi
Menurut Hardiningsih (2015), independensi sangat penting
bagi profesi akuntan publik karena:
1. Independensi merupakan dasar bagi akuntan publik untuk
merumuskan dan menyatakan pendapat atas informasi dalam
laporan keuangan yang diperiksa. Laporan keuangan yang telah
diperiksa tersebut akan menambah kredibilitasnya dan dapat
diandalkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan atau bagi
penggunanya.
2. Profesi yang dimiliki oleh akuntan publik merupakan profesi yang
memegang kepercayaan banyak pihak seperti pihak masyarakat,
kreditur maupun pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas
pekerjaannya. Kepercayaan masyarakat akan menurun apabila
terbukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang atau
menurun dalam menilai kewajaran informasi laporan keuangan
yang disajikan oleh pihak manajemen.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Kepemilikan Institusional dan Integritas laporan Keuangan
Tingginya kepemilikan institusional akan membatasi manajer
perusahaan dalam melakukan pengelolaan laba sehingga integritas
laporan keuangan dapat meningkat. Dalam artian bahwa untuk
melakukan antisipasi terhadap perilaku manajer yang mungkin akan
29
institusional juga harus meningkatkan tindakan monitoring terhadap
manajer di perusahaan sehingga laporan keuangan disajikan dengan
integritas yang lebih tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astria (2011)
menyatakan bahwa persentase kepemilikan saham tertentu yang
dimiliki oleh suatu institusional dapat mempengaruhi proses
penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan
adanya akrualisasi yang disesuai dengan kepentingan pihak
manajemen. Tindakan dari pihak investor institusional dalam
melakukan pengawasan terhadap perusahaan dapat memberikan
manfaat, supaya perhatian manajer lebih fokus terhadap kinerja
perusahaan sehingga akan meminimalkan perilaku opportunistic atau
mementingkan diri sendiri yang mungkin dilakukan oleh manajer
Menurut Gunarsih (2004) dalam Astria (2011) tingkat
kepemilikan saham oleh manajerial yang cukup tinggi juga cenderung
berdampak buruk terhadap perusahaan. Hal ini disebabkan karena
manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan saham
yang tinggi, sehingga mereka memiliki posisi yang kuat untuk
melakukan kontrol terhadap perusahaan. Akibatnya pihak pemegang
saham eksternal akan mengalami kesulitan dalam mengendalikan
tindakan manajer.
Listyani (2003) mengatakan bahwa mekanisme atau sistem
Kepemilikan institusional di perusahaan berperan dalam melakukan
pengawasan terhadap perilaku manajer sehingga laporan keuangan
menunjukkan informasi dengan integritas yang lebih meningkat. Hal
ini dikarenakan terdapat pengawasan dari investor institusional maka
laporan keuangan cenderung disajikan dengan integritas yang tinggi
dan manajer akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih
(2010) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance yang
diukur melalui kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Hal tersebut
dikarenakan adanya pandangan atau konsep yang mengatakan bahwa
institusional adalah pemilik yang lebih memfokuskan pada current
earnings.
Sedangkan Astria (2011) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap integritas
laporan keuangan akan tetapi menunjukkan arah koefisien regresi
bertanda negatif. Hal ini berarti bahwa semakin besar keberadaan
saham institusional di perusahaan, maka integritas laporan keuangan
cenderung akan menurun. Selain itu, keberadaan investor institusional
diperusahaan dinilai kurang optimal di dalam melaksanakan tindakan
monitoring terhadap perilaku manajemen di perusahaan.
Dengan adanya tindakan monitoring yang dilaksanakan dengan
31
terjadinya tindakan yang kurang baik atau mementingkan diri-sendiri
(opportunistic) yang mungkin dapat dilakukan oleh manajer sehingga
manajer diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan. Berdasarkan kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu,
maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
2. Kepemilikan Manajerial dan Integritas Laporan keuangan
Kepemilikan manajerial jika diterapkan di perusahaan akan
berperan dalam membatasi manajer yang melakukan tindakan
menyimpang di perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan salah
satu mekanisme yang apabila diterapkan di perusahaan akan
meningkatkan integritas laporan keuangan (Astria, 2011). Menurut
Susiana dan Herawaty (2007), persentase atau proporsi saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen, baik kepemilikan secara pribadi
maupun kepemilikan oleh anak cabang perusahaan yang bersangkutan
beserta afiliasinya.
Tingginya kepemilikan saham di perusahaan, maka manajer
perusahaan dapat merasakan manfaat secara langsung dari keputusan
ekonomi yang telah mereka ambil dan mereka juga akan menanggung
konsekuensi dari keputusan atau kebijakan yang telah mereka ambil
(Nicolin, 2013). Berkaitan dengan hal tersebut, maka tanggungjawab
besar sehingga perusahaan cenderung menyajikan laporan keuangan
yang memiliki informasi benar dan jujur sesuai dengan fakta
sebenarnya.
Mekanisme kepemilikan manajerial jika diterapkan di suatu
perusahaan akan berdampak positif karena manajer akan merasa
sepenuhnya memiliki perusahaan seperti halnya pemilik perusahaan,
oleh karena itu, mereka akan termotivasi untuk melakukan yang
terbaik bagi perusahaannya termasuk dalam bertindak terhadap
kegiatan akuntansi karena mereka akan ikut menanggung konsekuensi
atas tindakannya sehingga kebijakan keputusan yang dilakukan dapat
meningkatkan integritas laporan keuangan.
Penelitian terdahulu yang mendukung hubungan variabel yang
diukur melalui kepemilikan manajemen terhadap integritas laporan
keuangan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astria (2011), bahwa
kepemilikan manajemen memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap integritas laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pihak manajemen yang memiliki kepemilikan
saham lebih besar di suatu perusahaan, maka laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan cenderung memiliki integritas yang rendah.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhdi,
dkk (2015) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas laporan
33
yaitu kepemilikan yang berada di bawah 10% sehingga manajemen
tidak berhak memiliki wewenang yang lebih berkaitan dengan
kebijakan yang telah dibuat oleh pihak perusahaan terutama dalam
integritas laporan keuangan di suatu perusahaan. Berdasarkan
kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu, maka hipotesis kedua
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.
3. Komisaris Independen dan Integritas Laporan Keuangan
Keberadaan komisaris independen di perusahaan berfungsi
sebagai penengah apabila terjadi perselisihan di antara manajer
internal, selain itu komisaris independen di perusahaan bertugas untuk
mengawasi tindakan manajer atas kebijakan-kebijakan yang telah
mereka sepakati. Keberadaan komisaris independen di suatu
perusahaan cenderung dapat memberikan pengaruh terhadap integritas
laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Apabila
komisaris independen diterapkan di perusahaan maka laporan
keuangan yang dihasilkan oleh manajemen cenderung disajikan lebih
berintegritas, karena komisaris independen tersebut sebagai badan
yang bertugas untuk mengawasi dan melindungi hak-hak di luar
perusahaan.
Beasley (1996) dalam Hardiningsih (2010) menyarankan