PENGARUH UKURAN KAP, TIPE PERUSAHAAN DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014)
THE INFLUENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT SIZE, COMPANY TYPE, AND CHARACTERISTIC OF AUDIT COMMITTEE TOWARD AUDIT
REPORT LAG
(Empirical Study on Entire Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2012-2014)
Oleh
NIKI BELLA MASARI 20130420065
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH UKURAN KAP, TIPE PERUSAHAAN DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014)
THE INFLUENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT SIZE, COMPANY TYPE, AND CHARACTERISTIC OF AUDIT COMMITTEE TOWARD AUDIT
REPORT LAG
(Empirical Study on Entire Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2012-2014)
SKRIPSI
Dianjukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NIKI BELLA MASARI 20130420065
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
PENGARUH UKURAN KAP, TIPE PERUSAHAAN DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014)
THE INFLUENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT SIZE, COMPANY TYPE, AND CHARACTERISTIC OF AUDIT COMMITTEE TOWARD AUDIT
REPORT LAG
(Empirical Study on Entire Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2012-2014)
SKRIPSI
Dianjukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh
NIKI BELLA MASARI 20130420065
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iii
SKRIPSI
PENGARUH UKURAN KAP, TIPE PERUSAHAAN DAN
KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP AUDIT REPORT LAG (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2014)
THE INFLUENCE OF PUBLIC ACCOUNTANT SIZE, COMPANY TYPE, AND CHARACTERISTIC OF AUDIT COMMITTEE TOWARD AUDIT
REPORT LAG
(Empirical Study on Entire Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2012-2014)
Diajukan Oleh
NIKI BELLA MASARI 20130420065
Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan didepan Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
iv
v
MOTTO
Happiness is not something that you have to achieve. You can still be happy
during the process of achieving something. Something can be beautiful even though there’s something terrible.
(Kim Namjoon / 김남준 – BTS / 방탄소년단)
If you can’t fly, then run… If you can’t run, then walk… If you can’t walk, then crawl… But whatever you do, you have to keep moving forward
(Martin Luther King Jr)
If you’re walking down the right path and you’re willing to keep walking,
eventually you’ll make progress (Barack Obama)
What ever you do, do it well…
Do it so well that when people see you do it they will want to come back and see
you do it again and they will want to bring others and show them how well you
do what you do .
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan kepada :
1. Kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan
motivasi berupa materi dan do’a yang tak kenal putus sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kedua kakakku, mbak ajeng dan mbak lucky yang selalu memberikan
motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Seluruh keluarga besar di Yogyakarta yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis.
4. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
5. Pembimbing skripsi, Bapak Sigit Arie Wibowo. S.E., M. Acc., Ak., CA
yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan masukan dalam
membimbing penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.
6. Teman-temanku, ninis, dita, dan zarra yang selalu memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis agar tetap semangat dan tidak putus asa
vii
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran kap, tipe perusahaan, dan karakteristik komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Karakteristik komite audit terdiri dari kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat komite audit, dan independensi komite audit.
Penelitian ini menggunakan data dari 40 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana perusahaan-perusahaan ini mengalami audit report lag selama tahun 2012-2014, sehingga total data observasi adalah 55 data. Audit report lag menggambarkan bahwa laporan auditan dikeluarkan lebih dari 90 hari atau tiga bulan setelah tanggal tutup buku. Data mengenai informasi audit komite diperoleh dari laporan tahunan perusahaan, sedangkan data ukuran KAP dan tipe perusahaan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap audit report lag, sedangkan ukuran KAP dan seluruh karakteristik komite audit (kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat komite audit, dan independensi komite audit) tidak memiliki pengaruh terhadap
audit report lag.
viii
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of Public Accountant Size, Company Type, and Characteristics of Audit Committee toward Audit Report Lag on entire companies that listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2012-2014. Characteristics of the audit committee consists of competence of the audit committee, member of the audit committee, the audit committee meeting and independence of the audit committee.
This research used data from 40 companies that listed in the Indonesia Stock Exchange where these companies are experiencing audit report lag during 2012-2014, with the total observation data is 55 data. Audit report lag describe that audit report was report more than 90 days or three months after the closing periode. Data of audit committee information are taken from the company’s annual report, meanwhile information about public accountant size and company
type are taken from the company’s financial statement. Then, the data was
analyzed by using multiple regression linear analysis.
The result of this research showed that company type had negative influence toward audit report lag, while public accountant size and all of characteristics of Audit Committee (competence of the audit committee, member of the audit committee, the audit committee meeting and independence of the audit committee) had no influence toward audit report lag.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah
dan segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Ukuran Kap, Tipe Perusahaan, dan Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris pada Seluruh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
studi pada Program Sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat sesuai dengan yang diharapkan oleh penulis, walaupun skripsi ini masih
banyak kekurangan dan keterbatasan.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bimbingan dan perhatian dari
berbagai pihak yang bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan
indormasi serta semangat, tugas akhir skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan
dengan baik. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Dr. Nano Pratolo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, SE.,M.Si., Ak, selaku Kepala Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Sigit Arie Wibowo. S.E., M. Acc., Ak., CA selaku dosen pembimbing
x
waktu, arahan, masukan, dan bimbingan, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Seluruh dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu,
mendidik, dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menimba ilmu.
5. Bapak Ibu staf karyawan Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam
menyelesaikan masalah administrasi perkuliahan.
6. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan kepercayaan, dorongan dan
perhatian serta cinta dan kasihnya kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan studi dengan baik.
7. Kedua mbakku Ajeng Trias Sandiana, S.Farm., Apt dan Lucky Aura
Sandiana, S.Psi, yang telah menjadi penyemangat, memberikan dukungan dan
nasihat tak kenal putus. Untuk seluruh keluarga besar di Yogyakarta yang
dengan tangan terbuka memberikan doa, masukan dan semangat selama
penulis menjalani studi dan tinggal di Yogyakarta.
8. Sahabatku Ninis, yang selalu menemani dari semester 1 sampai dengan
semester 7, yang tidak sengaja dapat pembimbing, jadwal ujian proposal dan
ujian pendadaran sama. Terimakasih sudah selalu membantu, menemani,
menyemangati dan memotivasi ketika penulis mengalami kesulitan dan
hambatan dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku-sahabatku Dita dan Zarra, yang berjuang bersama-sama hingga
xi
masukan, serta bantuan yang kalian berikan ke penulis selama menempuh
perkuliahan dari semester 1 sampai dengan semester 7, hingga proses
penyelesaian tugas akhir ini.
10.Teman-teman seperjuangan Akuntansi angkatan 2013, terimakasih atas segala
kebersamaan, motivasi, keceriaan dan bantuan selama proses penulisan
skripsi ini.
11.Teman-teman KKN 08 Kalimundu, Bapak Ibu Iskandar, serta warga
Kalimundu, Sanden, yang telah memberikan doa dan semangat sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses
penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
Semoga budi baik Bapak/Ibu, saudara-saudari serta rekan-rekan
memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan penulis agar penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Yogyakarta, 18 Februari 2017
xii 1. Teori Agensi (Agency Theory) ………..
2. Teori Signal (Signalling Theory) ………...
xiii
B. Pengembangan Hipotesis …..……….
C. Model Penelitian ………
BAB III METODE PENELITIAN ………..
A. Obyek Penelitian ………
B. Jenis Data ……….………..
C. Teknik Pengambilan Sampel ………...…………...
D. Teknik Pengumpulan Data ………...………..
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………... F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ……….
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ……….. B. Statistik Deskriptif ……….. C. Uji Asumsi Klasik ……….. D. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ……….. E. Pembahasan (Interpretasi) ………..
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ……….
xiv
DAFTAR TABEL
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel ……….
4.2 Statistik Deskriptif ……….………..
4.3 Statistik Desktiptif Variabel Dummy ………... 4.4 Hajil Uji Normalitas ……….
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ………...
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………....……...
4.7 Hasil Uji Autokorelasi ………..………..………….
4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ………..
4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………..
4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Nilai F) ………..
4.11 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji Nilai t) ……….………….. 48
49
52
54
55
56
57
58
59
60
xv
DAFTAR GAMBAR
perusahaan, dan karakteristik komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Karakteristik komite audit terdiri dari kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat komite audit, dan independensi komite audit.
Penelitian ini menggunakan data dari 40 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana perusahaan-perusahaan ini mengalami audit report lag selama tahun 2012-2014, sehingga total data observasi adalah 55 data. Audit report lag menggambarkan bahwa laporan auditan dikeluarkan lebih dari 90 hari atau tiga bulan setelah tanggal tutup buku. Data mengenai informasi audit komite diperoleh dari laporan tahunan perusahaan, sedangkan data ukuran KAP dan tipe perusahaan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap audit report lag, sedangkan ukuran KAP dan seluruh karakteristik komite audit (kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat komite audit, dan independensi komite audit) tidak memiliki pengaruh terhadap
audit report lag.
ABSTRACT
This research aims to examine the influence of Public Accountant Size, Company Type, and Characteristics of Audit Committee toward Audit Report Lag on entire companies that listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2012-2014. Characteristics of the audit committee consists of competence of the audit committee, member of the audit committee, the audit committee meeting and independence of the audit committee.
This research used data from 40 companies that listed in the Indonesia Stock Exchange where these companies are experiencing audit report lag during 2012-2014, with the total observation data is 55 data. Audit report lag describe that audit report was report more than 90 days or three months after the closing periode. Data of audit committee information are taken from the company’s annual report, meanwhile information about public accountant size and company
type are taken from the company’s financial statement. Then, the data was
analyzed by using multiple regression linear analysis.
The result of this research showed that company type had negative influence toward audit report lag, while public accountant size and all of characteristics of Audit Committee (competence of the audit committee, member of the audit committee, the audit committee meeting and independence of the audit committee) had no influence toward audit report lag.
1
A. Latar Belakang Penelitian
Relevansi sebuah laporan keuangan dapat didukung oleh ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan (Kieso, Weygandt, dan Warfield,
2011). Berdasarkan peraturan BAPEPAM-LK Nomor: Kep-431/BL/2012
tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik
menyatakan bahwa laporan tahunan harus telah tersedia bagi pemegang saham
sebelum jangka waktu 4 bulan atau 120 hari sejak tahun tutup buku berakhir.
Pada dasarnya laporan tahunan merupakan sumber informasi penting bagi
pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi.
Laporan tahunan harus menyajikan informasi organisasi perusahaan serta
laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh auditor independen.
Sementara itu, laporan keuangan tahunan harus dipublikasi dengan jangka
waktu paling lambat 3 bulan setelah tahun tutup buku berakhir.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs www.ipotnews.com
(Indoprimier-IPOT NEWS) menyatakan bahwa sebanyak 63 emiten belum
menyampaikan laporan tahunan periode 2015 secara tepat waktu yaitu paling
lambat 4 bulan setelah tahun tutup buku berakhir. Emiten-emiten tersebut
kemudian diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu berupa
Peringatan Tertulis 1 karena tidak mematuhi kewajiban penyampaian laporan
Kabarbisnis (www.kabarbisnis.com) menyatakan bahwa pada Desember 2015
masih terdapat tiga emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan per
31 Desember 2014. Hal ini mengakibatkan ketiga emiten tersebut berstatus
diberhentikan sementara (suspense) di pasar regular dan pasar tunai. Fakta-fakta tersebut menunjukkan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum
disiplin dalam mempublikasikan laporan tahunan dan laporan keuangannya.
Salah satu penyebab terjadinya keterlambatan penyampaian laporan
keuangan tahunan emiten adalah belum terselesaikannya proses audit laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor independen. Dampak yang akan
ditimbulkan apabila terjadi keterlambatan dalam penyampaian laporan
tahunan dan laporan keuangan tahunan yaitu akan membuat informasi yang
disajikan menjadi kurang akurat. Nilai informasi dalam laporan keuangan
akan bernilai apabila disajikan dengan tepat waktu dan akurat (Puspitasari &
Sari, 2012). Selain itu, keterlambatan penyampaian laporan tahunan
khususnya laporan keuangannya akan mengindikasi terdapat masalah di
dalamnya (Aditya & Anisykulillah, 2014). Laporan keuangan berfungsi
sebagai pusat informasi bagi para pihak berkepentingan, yaitu investor,
kreditor, calon investor, dan calon kreditor.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan bahwa laporan
keuangan harus bersifat mudah dimengerti, relevan, dipercaya/keandalan, dan
dapat dibandingkan. Hal ini agar dapat digunakan secara efektif dan efisien
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Penyampaian atau pempublikasian
manajemen perusahaan kepada para investor sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan sebelum menginvestasikan dananya (Mulyadi,
2002).
Laporan keuangan menggambarkan kondisi perusahaan yang berkaitan
dengan posisi keuangan, kegiatan usaha perusahaan, serta perubahan posisi
keuangan perusahaan (Wardhani & Raharja, 2013). Apabila sebuah
perusahaan tidak menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu maka
akan berdampak pada berkurangnya nilai informasi dari laporan keuangan
tersebut (Dabor, A.O & Mohammed, F, 2015). Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ketidaktepatan penyampaian laporan keuangan adalah lamanya
penyelesaian proses audit yang dilakukan oleh auditor independen atau biasa
disebut audit report lag (Trianto, Satriawan, & Anisma, 2014). Untuk menghasilkan laporan audit yang tepat dan berkualitas, auditor independen
harus bekerja penuh ketelitian dan kehati-hatian untuk meminimalisir
terjadinya kesalahan. Seperti di sebutkan dalam surat Al Hujarat ayat 6 yang
berbunyi
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujarat, 49:6)
Ayat di atas menerangkan bahwa dalam menerima sebuah informasi
hendaknya berhati-hati dan teliti terlebih dahulu sebelum disampaikan ke
pihak lain. Hal ini agar informasi tersebut tidak merugikan pihak lain. Dalam
hal ini, auditor independen harus memeriksa laporan keuangan perusahaan
informasi yang valid sehingga dapat digunakan dengan baik oleh pihak
kepentingan untuk pengambilan keputusannya. Auditor independen berperan
untuk menjamin bahwa laporan keuangan perusahaan telah di audit dengan
benar dan tidak terdapat kesalahan di dalamnya. Namun tentunya dalam
melaksanakan tugasnya, auditor independen terkadang menemui kerumitan
dan hambatan sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan proses auditnya.
Auditor independen dalam melakukan proses audit diharuskan untuk
mengikuti standar prosedur audit yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi
akuntan publik (Mulyadi, 2002). Hal ini juga menjadi salah satu faktor yang
berdampak pada semakin lamanya waktu yang dibutuhkan auditor independen
dalam menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, semakin cepat auditor
independen menyelesaikan proses auditnya terhadap laporan keuangan
perusahaan, maka semakin cepat pula laporan keuangan tahunan perusahaan
akan dipublikasikan kepada masyarakat (Aditya & Anisykurlillah, 2014).
Audit report lag juga dapat disebabkan apabila terjadi konflik kepentingan antara auditor independen dengan pihak manajemen perusahaan.
Hal ini dikarenakan pihak manejemen perusahaan akan berusaha menutupi
kelemahan kinerja perusahaan sementara auditor independen berusaha untuk
bekerja sesuai dengan kode etik profesinya (Rianti & Sari, 2014). Untuk
mencegah terjadinya konflik kepentingan tersebut maka dari itu Pemerintah
program ini adalah dibentuknya sebuah komite audit. Komite audit akan
bertugas untuk membantu dewan komisaris dan sebagai penghubung antara
auditor independen dengan pihak manajemen perusahaan, sehingga konflik
kepentingan dapat berkurang (Wijaya, 2012).
Komite audit berperan dalam membantu dewan komisaris untuk
mengawasi dan memastikan bahwa laporan keuangan telah tersaji dengan
wajar dan transparan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
(Anggiani, 2011). Hal ini di tegaskan dalam firman Allah SWT dalam Surah
an-Nisa ayat 135 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah yang maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (Q.S an-Nisa 4:135)
Ayat di atas menerangkan bahwa menegakkan keadilan dan kebenaran
adalah wajib bagi orang-orang beriman. Dalam hal ini, komite audit berperan
sebagai pengawas untuk menegakkan kebenaran terhadap laporan keuangan
perusahaan. Komite audit juga berfungsi sebagai media komunikasi bagi
auditor independen dengan dewan komisaris apabila terdapat
kesalahan-kesalahan atau hambatan dalam proses audit. Dengan kata lain, secara tidak
langsung komite audit membantu auditor independen melakukan tugasnya
menjadi lebih efisien dan efektif, sehingga audit report lag dapat berkurang. Rianti & Sari (2014) melakukan penelitian terkait pengaruh
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Variabel independen yang
digunakan antara lain kompetensi anggota komite audit, jumlah anggota
komite audit, jumlah rapat komite audit, gender komite audit, dan independensi komite audit. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
kompetensi komite audit, jumlah anggota komite audit, dan gender komite audit mempunyai pengaruh negatif pada audit report lag sedangkan jumlah rapat komite audit dan independensi komite audit tidak mempengaruhi audit report lag.
Peneliti lain yaitu Wijaya (2012) melakukan penelitian mengenai
pengaruh karakteristik komite audit terhadap audit report lag pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2010. Variabel independen yang digunakan antara lain independensi komite
audit, rapat komite audit, kompetensi anggota komite audit, dan jumlah
anggota komite audit. Berdasarkan hasil penelitiannya dinyatakan bahwa
independensi dan jumlah rapat komite audit tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit report lag. Sementara, kompetensi dan jumlah anggota komite audit memiliki pengaruh negatif terhadap audit report lag.
Sementara itu, Kumara (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh
good corporate governance (GCG) terhadap audit report lag pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013. Penelitian ini
menggunakan variabel independen yaitu ukuran komite audit, rapat komite
audit, independensi komite audit, ukuran dewan, dan komisaris independen.
komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap audit report lag, sementara independensi komite audit memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag
dan ukuran dewan serta komisaris independen memiliki pengaruh negatif
terhadap audit report lag.
Wardhani & Raharja (2013) melakukan penelitian terkait pengaruh
Good Corporate Governance (GCG) terhadap audit report lag pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2010-2011. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu ukuran
komite audit, independensi komite audit, rapat komite audit, kompetensi
anggota komite audit, ukuran dewan, dan komisaris independen. Hasil dari
penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ukuran dan jumlah rapat
komite audit, serta komisaris independen tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Sementara itu, independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Kompetensi komite audit dan ukuran dewan juga dinyatakan memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag, sedangkan kompetensi anggota komite audit memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag.
Selain komite audit, audit report lag juga dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor lain yang dapat menyebabkan audit report lag antara lain profitabilitas, ukuran Kantor Akuntan Publik, ukuran perusahaan, umur
penelitian terhadap faktor-faktor tersebut antara lain: Apriayanti & Santosa
(2014); Estrini & Laksito (2013); Ayemere, I. L (2015); Trianto, Satriawan, &
Anisma (2014), Wardhani & Raharja (2013), dan Kumara (2015).
Apriayanti & Santosa (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh
atribut perusahaan dan faktor audit terhadap audit report lag. Penelitian ini memberikan hasil yaitu ukuran perusahaan, rasio debt to equity, profitabilitas, subsidiary dari perusahaan multinasional, ukuran kantor audit, audit fees, klasifikasi industri, umur perusahaan, dan opini audit memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit report lag. Sementara tahun tutup buku perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.
Estrini & Laksito (2013) melakukan penelitian terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011 mengenai pengaruh
profitabilitas, ukuran perusahaan, gender auditor, dan reputasi kantor akuntan publik. Hasil dari penelitin ini membuktikan bahwa profitabilitas, gender
auditor, dan reputasi kantor akuntan publik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit report lag, sementara ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.
Ayemere, I. L (2015) melakukan penelitian pada seluruh perusahaan
yang terdaftar di Nigerian Stock Exchange tahun 2005-2012. Variabel yang
Sedangkan, ratio on equity, tipe perusahaan, dan jumlah cabang perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit report lag.
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa terdapat
banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit report lag. Peneliti yang berbeda tentunya akan memberikan hasil yang berbeda-beda pula sehingga
menimbulkan ketidakkonsistenan hasil penelitian dari masing-masing variabel
yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti memiliki motivasi untuk melakukan
penelitian kembali untuk menguji pengaruh beberapa variabel yang telah
diteliti oleh peneliti sebelumnya terhadap audit report lag.
Penelitian ini akan berfokus pada pengaruh ukuran Kantor Akuntan
Publik (KAP), tipe perusahaan, dan karakteristik komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014. Karakteristik komite audit yang digunakan oleh
peneliti terdiri dari kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat
komite audit, dan independensi komite audit. Sementara itu, ukuran KAP akan
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu KAP big four dan KAP non-big four, sedangkan tipe perusahaan dibedakan menjadi perusahaan keuangan dan
perusahaan non-keuangan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari Rianti & Sari (2014) yang
meneliti pengaruh karakteristik komite audit terhadap audit report lag di seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012.
Perbedaan penelitian ini dengan Rianti & Sari (2014) terletak pada tahun
menghapus variabel gender dan mengantinya dengan dua variabel independen lain yaitu ukuran KAP dan tipe perusahaan. Adapun kontribusi yang
diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat memberikan bukti empiris terkait
pengaruh ukuran KAP, tipe perusahaan, dan karakteristik komite audit
terhadap audit report lag sehingga dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya,
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh
Ukuran KAP, Tipe Perusahaan, dan Karakteristik Komite Audit terhadap
Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Seluruh Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah kompetensi komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag?
2. Apakah anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag?
3. Apakah rapat komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag? 4. Apakah independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap audit
report lag?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh kompetensi
komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
2. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh anggota
komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
3. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh rapat komite
audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
4. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh independensi
komite audit terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
5. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh ukuran KAP
terhadap audit report lag pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2014.
6. Untuk memberikan bukti empiris dan menganalisis pengaruh tipe
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat di bidang teoritis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pemahaman mengenai pengaruh
ukuran KAP, tipe perusahaan, dan karakteristik komite audit terhadap
audit report lag. b. Bagi Akademis
Penelitian ini memberikan informasi, bukti empiris dan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang audit
mengenai pengaruh ukuran KAP, tipe perusahaan, dan karakteristik
komite audit terhadap audit report lag.
c. Bagi Penulis Mendatang
Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi bagi penelitian
selanjutnya dibidang audit.
2. Manfaat di bidang praktik
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebuah masukan bagi perusahaan
untuk lebih meningkatkan kualitas komite audit. Hal ini agar komite
audit dapat berperan aktif dalam membantu perusahaan menghasilkan
laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip berlaku umum,
sehingga tingkat salah saji didalamnya dapat diminimalisir. Dengan
kata lain, auditor independen dapat melakukan proses auditnya
dikurangi dan laporan keuangan tahunan perusahaan dapat
dipublikasikan dengan tepat waktu.
b. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi auditor
untuk bekerja lebih optimal dengan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses audit sehingga dapat menyelesaikan laporan auditnya
dengan tepat waktu.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
14
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk menerapkan corporate governance. Teori ini menjelaskan hubungan kontrak antara dua pihak yaitu pemilik atau
pemegang saham sebagai principal dengan pihak manajemen sebagai
agent. Kontrak ini mengharuskan pihak agent untuk memberikan suatu jasa dan medelegasikan wewenang pengambilan keputusan atas nama
pemilik (Jensen& Meckling, 1976). Teori ini juga menjelaskan tentang
hubungan antara principal dan agent dimana agent bertindak atas nama dan untuk kepentingan principal dengan diberikan sebuah imbalan (Suwardjono, 2005).
Para pemilik atau pemegang saham akan mempercayakan Dewan
Komisaris untuk menunjuk manajemen sebagai agent untuk menjalankan bisnis perusahaan (Purwati, 2006). Dengan kata lain, pihak manajemen
memiliki informasi yang lebih banyak terkait kondisi perusahaan
dibandingkan pihak pemegang saham. Kondisi inilah yang membuat
pihak manajemen sangat memungkinkan untuk melakukan kecurangan
karena ingin mensejahterakan pihaknya sendiri daripada para pemegang
saham (Purwati, 2006). Hal inilah yang memicu terjadinya konflik
Menurut Tjager, Alijoyo, & Sembodo (2003) dalam Purwati (2006)
menyatakan bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang menganalisis dan mencari solusi atas dua permasalahan yang timbul
dalam hubungan “principal” dan “agent”yaitu:
a. Agency problem : masalah yang timbul ketika (1) terjadi konflik antara harapan atau tujuan pemegang saham dan para dewan direksi
(top management) dan (2) para pemilik mengalami kesulitan untuk menverifikasi kegiatan manajemen, dan
b. Risk sharing problem : masalah yang timbul ketika pemegang saham dan direksi memiliki sikap yang berbeda untuk menghadapi resiko.
Perbedaan informasi yang dimiliki antara pihak manajemen dan
pemegang saham disebut asimetri informasi (Jensen dan Meckling,
1976). Asimetri informasi menyebabkan para pemegang saham untuk
mencari informasi secara individual yang menyebabkan para pemegang
saham tidak mempunyai informasi yang sama. Akibat adanya perbedaan
informasi atau asimetri informasi juga dapat menyebabkan pihak
principal tidak bisa melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan yang dilakukan oleh agent (Pratama, 2015). Informasi yang tidak sepenuhnya diungkapkan ke publikakan menyebabkan pasar menjadi
tidak efisien. Manajemen cenderung menutupi atau enggan untuk
mengungkapkan informasi yang dapat meningkatkan kemampuannya
untuk memenuhi kepentingan pribadinya dengan mengorbankan
Oleh sebab itu, di bentuklah komite audit untuk mencegah
terjadinya kecurangan yang dilakukan pihak manajemen. Komite audit
diharapkan dapat mencegah dan mengawasi pihak manajemen dalam
menyusun laporan keuangan perusahaan. Hal ini bertujuan agar laporan
keuangan yang dihasilkan perusahaan adalah laporan keuangan yang
wajar dan sesuai fakta sehingga dapat digunakan dengan baik oleh
investor dalam pengambilan keputusan (Wijaya, 2012).
2. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori signaling menyatakan bahwa terdapat perbedaan informasi antara pihak manajeman dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
informasi perusahaan atau disebut asimetri informasi. Teori ini secara
lebih luas menjelaskan bahwa pihak manjemen memiliki informasi yang
lebih banyak dibandingkan pihak investor terkait internal perusahaan dan
prospek perusahaan kedepannya (Febrianty, 2011). Oleh karena itu,
pihak manajemen berkewajiban untuk memberikan signal kepada pihak
investor atau stakeholder mengenai kondisi perusahaan. Pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi
antara perusahaan dengan pihak eksternal.
Pemberian signal kepada pihak eksternal dapat dilakukan dengan
cara mempublikasi laporan keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan
laporan keuangan dijadikan sebuah informasi yang terpercaya mengenai
prospek perusahaan pada masa yang akan datang bagi para pengguna
signal bagi investor guna pengambilan keputusan investasi (Jogiyanto,
2000). Manajer akan memberikan informasi terkait laba perusahaan yang
akan diterjemahkan sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal jelek (bad news) oleh investor.
Signal baik (good news) digambarkan apabila laba perusahaan mengalami peningkatan karena mengindikasikan kondisi perusahaan
yang baik. Lain halnya apabila laba perusahaan mengalami penurunan,
maka hal ini dikatagorikan sebagai signal buruk (bad news) karena mengindikasi kondisi perusahaan sedang tidak baik. Secara umum, signal
baik yang diberikan oleh perusahaan akan mempengaruhi harga saham
perusahaan karena investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham
(Estrini & Laksito, 2013). Signal ini dapat menandakan bahwa
manajemen ingin menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan
kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan (Suwardjono, 2005).
Teori signalling memberikan manfaat terhadap akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik yang digunakan
sebagai sebuah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang
bermanfaat dalam kebutuhan untuk pengambilan keputusan dari investor
(Wijaya, 2012). Lamanya audit report lag di interpretasikan sebagai sinyal negatif karena tidak segera mempublikasikan laporan keuangan
3. Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan sebuah pertanggung jawaban
pengelola perusahaan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya
(Eka, 2014). Laporan Keuangan berfungsi sebagai pusat informasi yang
digunakan oleh pihak berkepentingan yaitu investor, kreditor, calon
investor, dan calon kreditor (Horngren, Thomas, & Suwardy, 2011).
Informasi tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan sebelum menginvestasikan dana ke sebuah
perusahaan (Mulyadi, 2002). Laporan keuangan menggambarkan
informasi penting terkait kondisi perusahaan.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) mengenai
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan menyatakan bahwa tujuan
pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi keuangan
tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor saat ini dan investor
potensial, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam membuat
keputusan tentang penyediaan sumber daya kepada entitas. Laporan
keuangan menyediakan informasi mengenai posisi keuangan entitas
pelapor mengenai sumber daya ekonomi entitas dan klaim terhadap
entitas pelapor. Informasi tersebut nantinya dijadikan sebagai masukan
yang berguna untuk pengambilan keputusan mengenai penyediaan
sumber daya kepada entitas.
Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan selama suatu
saham telah manambah atau mengurangi sumber daya ekonomi dan
klaim. Kegunaan informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi
tersebut terbanding (comparable), terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) juga menyebutkan
karakteristik-karakteristik laporan keuangan yaitu:
a. Keterbandingan (comparable)
Informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan informasi serupa dengan perusahaan lain
dan dengan informasi serupa tentang perusahaan yang sama untuk
periode dan tanggal lainnya.
b. Keterverifikasi (verifiable)
Keterverifikasi (verifiable) berarti bahwa pengamat independen dengan memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dapat mencapai
konsensus. Verifikasi dapat terjadi secara langsung ataupun tidak
langsung
c. Ketepatwaktuan (timely)
Ketepatwaktuan (timely) diartikan sebagai tersedianya informasi bagi pembuat keputusan pada waktu yang tepat sehingga tidak
mempengaruhi keputusan mereka. Semakin lawas suatu informasi
d. Keterpahaman (understandable)
Keterpahaman (understandable) berarti informasi dalam laporan keuangan telah disajikan secara jelas dan ringkas sihingga dapat
membuat informasi tersebut mudah dipahami oleh pihak pembuat
keputusan.
Menurut Kartika (2011), laporan keuangan memiliki 6 manfaat
yang digunakan untuk pihak-pihak berkepentingan yaitu antara lain:
a. Membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi
perusahaan.
b. Sebagai gambaran bagi para pemegang saham terkait informasi
harga saham dan transaksi perusahaan lainnya guna pengambilan
keputusahan yang dapat menstabilkan harga saham.
c. Sebagai pedoman bagi manajer untuk memegang kendali tentang
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh manajer.
d. Dapat digunakan sebagai penyemangat bagi para karyawan untuk
bekerja lebih baik guna mencapai tujuan perusahaan.
e. Digunakan pemerintah untuk menetapkan kebijakan pajak dan dasar
untuk menyusun statistik pendapatan nasional.
f. Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang perkembangan
4. Audit report lag
Audit report lag merupakan istilah yang termasuk dalam bagian dari auditing. Audit report lag adalah lamanya waktu yang dibutuhkan auditor independen dalam menyelesaikan tugas auditnya. Audit report lag diukur dari tanggal tahun tutup buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit (Halim, 2000). Audit report lag dapat disebabkan oleh in-efisiensi atau hambatan selama proses audit. Selain itu, audit report lag
dapat mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang akan diambil
oleh para investor (Kartika, 2011).
Audit report lag dapat mencerminkan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ketepatan Waktu Laporan Keuangan (timeliness) mengharuskan informasi harus dibuat tersedia untuk pengguna laporan
keuangan secepat mungkin dan itu menjadi kondisi yang penting jika
laporan keuangan berguna (Turel, 2010). Secara singkatnya, ketepatan
waktu pelaporan keuangan dimaksudkan bahwa informasi tersedia pada
saat dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan.
Ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi nilai
suatu laporan keuangan. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan
akan mengakibatkan informasi yang disajikan menjadi kurang akurat
(Estrini & Laksito, 2013). Hal ini dikarenakan laporan keuangan
perusahaan. Keterlambatan penyampaian laporan keuangan juga akan
mengindikasi adanya masalah di dalamnya.
5. Komite Audit
Menurut Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 yang
diterbitkan pada 7 Desember 2012 menyatakan bahwa Komite Audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan
Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris.
Pada bulan Juni 2000, Komite Audit secara resmi disahkan
keberadaannya pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. Peresmian
ini ditandai dengan keluarnya Keputusan Direksi Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia) No: Ke-315/BEJ/06/2000 tentang:
Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A: Tentang Ketentuan Umum
Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa. Menurut Keputusan Direksi
tersebut definisi komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan
komisaris perusahaan, yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
dewan komisaris, yang bertugas untuk membantu melakukan
pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan
fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan. Selain itu, didalamnya juga
Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) harus memiliki Komisaris
Independen, Komite Audit, dan Sekretaris Perusahaan.
Komite Audit memiliki struktur dan keanggotaan yang diatur
dalam Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit antara lain sebagai berikut:
a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang
berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau
Perusahaan Publik.
b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.
c. Komisaris Independen wajib memenuhi persyaratan yaitu:
1) Bukan merupakan orang yang berkerja atau mempunyai
wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan,
memimpin, mengendalikan, atau mengawasi kegiatan Emiten
atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhit;
2) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada Emiten atau Perusahaan Publik tersebut;
3) Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi,
atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik
4) Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau
Perusahaan Publik tersebut.
Pembentukan komite audit dimaksudkan untuk mengawasi segala
aspek dalam proses pelaporan keuangan, termasuk persiapan dan
pengarsipan laporan keuangan, internal control terhadap laporan keuangan, dan segala hal terkait risiko (Rittenberg, Johnstone, &
Gramling, 2012). Sementara itu, Komite Audit memiliki tugas dan
tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik kepada pihak dan/atau
pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan
lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik;
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan kegiatan Emiten atau
Perusahaan Publik;
c. Memberikan pendapat independen dalam hal terjadi perbedaan
pendapat antara manajemen dan Akuntan atas jasa yang diberikan;
d. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai
penunjukkan Akuntan yang didasarkan pada independensi, ruang
e. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas
temuan auditor internal;
f. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen
risiko yang dilakukan oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan
Publik tidak memiliki fungsi pemantau risiko di bawah Dewan
Komisaris;
g. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan
pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik;
h. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris terkait
dengan adanya potensi benturan kepentingan Emiten atau
Perusahaan Publik; dan
i. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan informasi Emiten atau
Perusahaan Publik.
B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh kompetensi komite audit terhadap audit report lag
Dalam Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran
Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 yang
diterbitkan pada 7 Desember 2012 menyatakan bahwa salah satu syarat
menjadi keanggotaan Komite Audit ialah wajib memiliki paling kurang
akuntansi dan keuangan. Hal ini bertujuan agar anggota komite audit
dapat memahami laporan keuangan dengan baik sehingga dapat
mempermudah komite audit dalam melakukan proses audit, serta dapat
meningkatkan kualitas laporan audit dan laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rianti & Sari (2014)
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Penelitian ini didukung oleh Purwati (2006) dan Wijaya (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kompetensi komite audit
terhadap audit report lag. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak anggota komite audit yang memiliki keahlian dalam hal akuntansi dan
keuangan akan membuat tingkat salah saji dalam laporan keuangan
perusahaan menjadi berkurang, sehingga berdampak pada berkurangnya
audit report lag.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
komite audit yang memiliki kompetensi yang tinggi akan menambah
kualitas laporan keuangan perusahaan, sehingga dapat mempermudah
auditor independen dalam melakukan tugas auditnya menjadi lebih cepat
danaudit report lag akan berkurang. Sebaliknya, komite audit yang memiliki kompetensi rendah akan menurunkan kualitas laporan keuangan
perusahaan sehingga dapat membuat auditor independen membutuhkan
Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H1 = Kompetensi anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap
audit report lag.
2. Pengaruh anggota komite audit terhadap audit report lag
Dalam Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 yang diterbitkan pada 7
Desember 2012 dalam Struktur dan Keanggotaan Komite Audit
menyatakan bahwa Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar
Emiten atau Perusahaan Publik. Semakin banyaknya anggota audit, maka
semakin cepat pula proses audit terselesaikan. Hal ini juga berdampak
pada kualitas laporan yang lebih akurat sehingga dapat mengurangi
terjadinya salah saji (Rianti & Sari, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Rianti & Sari (2014), Apadore &
Noor (2013), Arifa (2013), dan Mumpuni (2011) memberikan hasil
bahwa jumlah komite audit berpengaruh negatif pada audit report lag. Hasil penelitian ini didukung oleh Wijaya (2012) bahwa jumlah anggota
komite audit memiliki pengaruh signifikan terhadap audit report lag. Sementara, hasil penelitian yang dilakukan oleh Widosari & Rahardja
menyatakan bahwa jumlah komite audit tidak memiliki pengaruh
terhadap audit report lag.
Menurut Purwati (2006), semakin banyak anggota komite audit
justru akan menurunkan kinerja komite audit. Semakin banyak jumlah
anggota komite audit juga akanmengakibatkan kurang maksimalnya
komite audit dalam melaksanakan fungsinya, yaitu mengawasi dan
mengkoreksi penyusunan laporan keuangan perusahaan. Perbedaan hasil
penelitian-penelitian di atas menunjukkan bahwa masih terdapat
ketidakkonsistenan hasil dari uji pengaruh antara jumlah anggota komite
audit dan audit report lag.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak anggota komite audit akan semakin besar kontribusi
komite audit dalam melakukan pengawasan dan evaluasi dalam
penyusunan laporan keuangan dimana secara langsung dapat
meningkatkan kualitas laporan. Hal ini berdampak pada semakin cepat
auditor independen dalam melakukan tugas auditnya dan audit report lag
dapat dipersingkat.Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H2 = Anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap audit report
lag.
3. Pengaruh rapat komite audit terhadap audit report lag
Dalam Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang Pembentukan
Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 yang diterbitkan pada 7
Desember 2012 disebutkan bahwa Komite Audit mengadakan rapat
secara berkala paling kurang satu kali dalam 3 (tiga) bulan. Maka, dalam
satu tahun komite audit dapat melakukan rapat komite audit sebanyak 3
atau empat kali. Rapat Komite Audit dilakukan untuk membahas hal-hal
yang kemungkinan akan mengganggu kegiatan perusahaan dan
penyusunan laporan keuangan perusahaan. Komite audit wajib
menyampaikan hal-hal tersebut kepada dewan komisaris perusahaan
selambat-lambatnya sepuluh hari (Wijaya, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Aljaaidi et al (2015) dan Noor et
al (2010) menyatakan bahwa rapat komite audit memiliki pengaruh
terhadap audit report lag. Dalam setiap pertemuan rutin, komite audit akan mengevaluasi hasil audit informasi keuangan perusahaan yang
terdiri dari laporan keuangan tahun berjalan, proyeksi keuangan, serta
memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan dilaporakan dengan
benar seuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pada
pertemuan rutin tersebut juga akan dibahas masalah-masalah yang terkait
dengan laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi
tingkat pertemuan atau rapat komite audit maka secara langsung akan
berkontribusi pada meningkatnya kualitas laporan keuangan dimana akan
berdampak pada berkurangnya audit report lag.
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya
bahwa rapat komite audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap audit report lag. Hal ini disebabkan tidak terdapat perbedaan terkait audit report lag antara komite audit yang sering malakukan rapat dan komite audit yang hanya melakukan rapat beberapa kali saja.
Perbedaan hasil penelitian tersebut mengindikasi bahwa terdapat
ketidakkonsistenan terkait variabel rapat anggota dengan audit report lag.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa
semakin sering diadakan rapat komite audit maka akan semakin membuat
kualitas pelaporan keuangan menjadi lebih baik sehingga audit report lag
dapat berkurang. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H3 = Rapat anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap audit
report lag.
4. Pengaruh independensi komite audit terhadap audit report lag
Dalam Peraturan BAPEPAM-LK no. IX.I.5 tentang Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 yang diterbitkan pada 7
Desember 2012 dalam Struktur dan Keanggotaan Komite Audit
menyatakan bahwa Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang
anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar
Emiten atau Perusahaan Publik. Anggota komite audit yang memiliki
Apabila terdapat dua anggota komisaris independen yang menjadi
anggota komite audit maka salah satunya akan menjabat sebagai ketua
komite audit.
Independensi Komite Audit diperlukan untuk mengawasi
penyusunan laporan keuangan perusahaan agar tersaji sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum sehingga dapat mempermudah auditor
independen dalam melakukan proses audit. Dengan kata lain, komite
audit membantu auditor independen mengurangi audit report lag dan salah saji pada laporan keuangan yang diperiksa. Independensi komite
audit memiliki kontribusi terhadap kualitas dan transparansi pelaporan
keuangan. Semakin banyak anggota komite audit yang berasal dari pihak
independen, maka akan semakin sedikit pihak-pihak yang tidak memiliki
kepentingan apapun didalam perusahaan dan mencegah adanya intervensi
terhadap penyusunan laporan keuangan perusahaan (Kumara, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apadore & Noor (2013)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara independensi komite
audit dengan audit report lag. Independensi komite audit akan meningkatkan kualitas laporan keuangan sehingga dapat berdampak pada
berkurangnya audit report lag. Namun, terdapat hasil penelitian yang membantah bahwa independensi komite audit berpengaruh terhadap
audit report lag. Penelitian yang dilakukan oleh Rianti & Sari (2014) dan Aljaaidi et al (2015) yang menyatakan bahwa independensi tidak
(2012) menyatakan bahwa independensi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap audit report lag. Hal ini kemungkinan disebabkan bahwa independensi komite audit masih diragukan.
Dari pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
banyak anggota komite audit yang berasal dari pihak independen maka
akan membuat kinerja komite audit menjadi lebih baik dalam
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan, sehingga tingkat
salah saji pada laporan keuangan perusahaan akan berkurang dan akan
memudahkan auditor independen untuk melakukan proses audit dengan
efektif dan efisien, sehingga audit report lag akan berkurang. Oleh karena itu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 = Independensi komite audit berpengaruh negatif terhadap audit
report lag.
5. Pengaruh ukuran KAP terhadap audit report lag
Ukuran KAP diklasifikasikan dalam dua karagori, yaitu KAP big four dan non-big four. KAP big four merupakan empat jaringan professional dalam bidang akuntansi dan layanan lainnya seperti
perpajakan dan audit. KAP yang termasuk dalam The Big Four, yaitu PricewaterhouseCoopers (PwC), Deloitte Touche Tohmatsu Limited
(Deloitte), Ernst & Young (EY), dan KPMG. KAP intenasional seperti
dibandingkan dengan KAP non-big four. Hal ini dikarenakan baik sistem, sumber daya manusia, dan fasilitas yang dimiliki oleh KAP big four sudah lebih baik dibandingkan KAP non-big four.
Apriayanti & Santosa (2014) yang menyatakan bahwa ukuran
KAP berpengaruh signifikan terhadap keterlambatan audit (audit report lag). Hal ini dikarenakan perusahaan audit yang lebih besar seperti big four memiliki sumber daya manusia yang lebih banyak dan lebih handal dalam bidang audit dibandingkan perusahaan audit yang kecil. Penelitian
ini diperkuat oleh Estrini, D. H (2013) menyatakan bahwa
reputasi/ukuran KAP berpengaruh terhadap terjadinya audit report lag. Sementara, Pramaharjan & Cahyonowati (2015) dan Arifa (2013)
menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit report lag. KAP the big four memiliki sumber daya yang lebih besar, dan fasilitas serta keahlian yang lebih memadai dibandingkan dengan KAP
non-big four. Aditya & Anisykulillah (2014) dan Trianto, Satriawan, & Anisma (2014) menyatakan bahwa ukuran KAP tidak memiliki pengaruh
terhadap audit report lag. Alasannya adalah ukuran KAP tidak menjamin terjadinya audit report lag karena jika pengendalian internal perusahaan sudah sangat baik maka ukuran KAP tidak menjadi permasalahan
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat diberikan kesimpulan
bahwa KAP big four akan melakukan proses auditnya tepat waktu sehingga audit report lag akan berkurang. Sementara KAP non-big four
audit report lag akan bertambah. Oleh karena itu, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H5 : Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
6. Pengaruh tipe perusahaan terhadap audit report lag
Penelitian ini mengklasifikasikan tipe perusahaan menjadi dua
kelompok yaitu perusahaan keuangan dan perusahaan non-keuangan.
Perbedaan karakteristik perusahaan menyebabkan terdapat pula
perbedaan dalam penyelesaian proses audit. Hal ini dikarenakan
perbedaan akun/pos pada laporan keuangan kedua jenis perusahaan
tersebut. Perusahaan keuangan cenderuang akan mengalami audit report
lag lebih singkat dibandingkan perusahaan non-keuangan (Ashton,
Willingham, & Elliott, 1987). Perusahaan keuangan memiliki sedikit atau
tidak memiliki saldo persediaan fisik dimana material errors sering ditemukan, sehingga auditor independen dapat menghilangkan atau
mengurangi proses audit pada bagian tersebut (Indriani, 2014).
Sedangkan, pada perusahaan non-keuangan terdapat beberapa perusahaan
yang tentunya memiliki kompleksitas operasional yang cukup tinggi dan
juga saldo persediaan yang membutuhkan waktu audit yang lebih lama
karena sering terjadi kesalahan materil.
Penelitian Apriayanti & Santosa (2014), Modugu, Eragbhe, &
Ikhatua (2012) dan Aljaaidi et al (2015) membuktikan bahwa terdapat
dibandingkan dengan perusahaan non-keuangan. Namun, pada penelitian
yang dilakukan oleh Pourali et al (2013) dan Lianto & Kusuma (2010)
menyatakan bahwa tipe perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap
audit report lag.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
perusahaan keuangan membutuhkan waktu audit atau audit report lag
yang lebih singkat dibandingkan dengan perusahaan keuangan. Oleh
karena itu, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
H6 = Tipe perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
C. Model Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat dibuat model penelitian yang
menggambarkan rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut:
36
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang terdaftar dan aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2012-2014, menerbitkan laporan tahuanan (annual report) dan laporan keuangan auditan (financial statement) tahun 2012-2014 dan dipublikasikan di Indonesia Stock Exchange (IDX) atau Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu sumber data yang telah tersedia atau sumber data secara tidak langsung
diberikan pada pengumpul data (Sugiyono, 2014). Data sekunder biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau dokumen penelitian terdahulu (Nazaruddin
& Basuki, 2015). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data laporan keuangan tahuan (annual report). Data tersebut menyajikan informasi terkait variabel independen yang digunakan pada penelitian ini
yaitu kompetensi komite audit, anggota komite audit, rapat komite audit,
independensi, ukuran KAP, dan tipe perusahaan.
Data sekunder dipilih karena beberapa pertimbangan yaitu data berupa