• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS HIDUP LANSIA YANG BERKUNJUNG KE POSYANDU

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANGMATINGGI

DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

SKRIPSI

OLEH

RETNA AULIA RITONGA 111121046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian yang berjudul “Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan”.

Skripsi penelitian ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat

dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi penelitian

ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun,

berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga

skripsi penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS selaku pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

4. Bapak Ismayadi, S.Kep. Ns selaku penguji 1 dan Ibu Evi Karota S.Kp. MNS

selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan dan arahan dalam

(4)

5. Teristimewa kepada Suamiku tercinta Edi Syahputra H. Harahap yang selalu

memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang dan menemani baik suka

maupun duka dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, dan keluarga besar

atas doa yang tak terhingga kepada saya dan selalu memberikan dukungan

agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Drg.Hj. Doriah Hafni Lubis, M.Kes selaku Kepala Dinas Daerah Kota

Padangsidimpuan dan dr. Pajariah selaku kepala Puskesmas Padangmatinggi

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Teman-teman yang selalu membantu dalam memberikan saran selama

berdiskusi setiap adanya kendala selama penulisan penelitian ini.

Teman-teman sejawat kak hafni, kak supi, ayu rahayu, junita, nova yang selalu

menjadi teman diskusi tentang penelitian ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah

SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan

rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Medan, Februari 2013

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Prakata ... iii

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Abstrak ... xi

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 3

1.3Pertanyaan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Bagi Praktik Keperawatan ... 3

1.4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan ... 4

1.4.3 Bagi Puskesmas Padangmatinggi ... 4

1.4.4 Penelitian Selanjutnya ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Lansia ... 5

2.1.1 Definisi Lansia ... 5

2.1.2 Klasifikasi Lansia ... 5

2.1.3 Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia ... 6

2.1.3.1 Perubahan Fisik ... 6

2.1.3.2 Perubahan Mental ... 9

2.1.3.3 Perubahan Psikososial ... 10

2.2 Kualitas Hidup ... 10

(6)

2.3 Posyandu Lansia ... 20

2.3.1 Definisi Posyandu Lansia ... 20

2.3.2 Tujuan Posyandu Lansia ... 20

2.3.3 Sasaran Posyandu Lansia... 21

2.3.4 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia ... 21

2.3.5 Mekanisme Pelayanan Kegiatan Posyandu Lansia ... 22

2.3.6 Peran Serta Lansia ... 23

Bab 3. Kerangka Penelitian ... 24

3.1 Kerangka Konseptual ... 24

3.2 Definisi Konseptual ... 25

3.3 Definisi Operasional ... 25

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 26

4.1 Desain Penelitian ... 26

4.2 Populasi, Sampel, Sampling ... 26

4.2.1 Populasi ... 26

4.2.2 Sampel ... 26

4.2.3 Sampling ... 27

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

4.4 Pertimbangan Etik ... 27

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.6 Uji Validitas ... 29

4.7 Reliabilitas ... 30

4.8 Pengumpulan Data ... 30

4.9 Analisa Data ... 31

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan 5.1. Hasil Penelitian ... 32

5.1.1. Data Demografi Responden ... 32

(7)

5.1.3. Domain Fisik ... 35

5.1.4. Domain Psikologis ... 36

5.1.5. Domain Hubungan Sosial ... 38

5.1.6. Domain Lingkungan... 39

5.1.7. Persepsi lansia terhadap kualitas hidup dan kesehatan secara umum ... 40

5.2. Pembahasan ... 41

5.2.1.Kualitas Hidup Lansia yang Berkunjung ke Posyandu ... 41

5.2.2.Domain Fisik ... 42

5.2.3. Domain Psikologis ... 44

5.2.4. Domain Hubungan Sosial ... 46

5.2.5. Domain Lingkungan... 47

Bab VI. Kesimpulan dan Saran ... 50

6.1. Kesimpulan ... 50

6.2. Saran ... 51

6.2.1. Bagi Posyandu ... 51

6.2.2. Bagi Praktek Keperawatan ... 51

6.2.3. Bagi Pendidikan Keperawatan ... 52

6.2.4. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 52

Daftar Pustaka ... 53

Lampiran

Inform Consent

Instrumen Penelitian

Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Padangmatinggi

Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Padangmatinggi

Jadwal Tentatif Penelitian

Taksasi Dana

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

Judul

Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan

Retna Aulia Ritonga 111121046

2012/ 2013

ABSTRAK

Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan posyandu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel diambil dari tiga posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi sebanyak 65 orang dengan teknik total sampling. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji cronbach alpha dengan hasil 0.753. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore dari kuesioner kualitas hidup dengan skore maximum 104 dan skore minimum 59 dengan mean 78.54 dan mean kualitas hidup pada empat domain adalah domain fisik = 20.81, domain psikologis = 18.66, domain hubungan sosial = 9.05 dan domain lingkungan = 24.77. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik 11 responden (16.9%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam tehadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi.

Kata kunci: Kualitas hidup, lansia, posyandu

(10)

Judul

Quality of Life of Elderly who visited to posyandu in the social Health Center territory of Padangmatinggi area in Padangsidimpuan

Retna Aulia Ritonga 111121046

2012/ 2013

ABSTRACT

Advanced age is a natural process that can not be avoided, running constantly and continuously. This process will lead to changes in anatomical, physiological to the body so that it will influence the quality of life of the elderly. the quality of life is an individual's perception of life in terms of four domains including physical domain, psychological domain, the domain of social relationships and environment domains. One of the government's efforts in providing health facilities and the implementation of health measures, among others, by organizing neighborhood health center or posyandu. This study aims to identify the quality of life of elderly people who visit health centers working in the area of posyandu Padangmatinggi Urban Padangsidimpuan using descriptive design. Samples were taken from three health centers in the region of posyandu Padangmatinggi as many as 65 people with a total sampling technique. The test results reliabelitas WHOQOL questionnaire using Cronbach alpha test with the result 0,753. Based on the results obtained from the questionnaire of quality of life scores with a maximum score of 104 and a minimum score of 59 with a mean of 78,54 and a mean quality of life in four domains are physical domain = 20,81, psychological domain = 18.66, social relationships domain = 9,05 and environmental domains = 24,77. Meanwhile based on their own perception of the elderly on the quality of life 28 respondents (43,1%) declare: mediocre, poorly answered by 26 respondents (40,0%) and 11 respondents who answered well (16.9%). For further research related to the title of this research to be a more in-depth study of the four domains that affect quality of life and further studies are expected to be can develop by method of correlation.

Keywords: Quality of life, the elderly, posyandu

(11)

Judul

Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan

Retna Aulia Ritonga 111121046

2012/ 2013

ABSTRAK

Lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan. Proses ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam hidup ditinjau dari empat domain yang meliputi domain fisik, domain psikologis, domain hubungan sosial dan domain lingkungan. Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan posyandu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan dengan menggunakan desain deskriptif. Sampel diambil dari tiga posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi sebanyak 65 orang dengan teknik total sampling. Hasil uji reliabilitas kuesioner WHOQOL menggunakan uji cronbach alpha dengan hasil 0.753. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan skore dari kuesioner kualitas hidup dengan skore maximum 104 dan skore minimum 59 dengan mean 78.54 dan mean kualitas hidup pada empat domain adalah domain fisik = 20.81, domain psikologis = 18.66, domain hubungan sosial = 9.05 dan domain lingkungan = 24.77. Sedangkan berdasarkan persepsi lansia sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik 11 responden (16.9%). Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini perlu kajian yang lebih mendalam tehadap empat domain yang mempengaruhi kualitas hidup dan penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan dengan metode korelasi.

Kata kunci: Kualitas hidup, lansia, posyandu

(12)

Judul

Quality of Life of Elderly who visited to posyandu in the social Health Center territory of Padangmatinggi area in Padangsidimpuan

Retna Aulia Ritonga 111121046

2012/ 2013

ABSTRACT

Advanced age is a natural process that can not be avoided, running constantly and continuously. This process will lead to changes in anatomical, physiological to the body so that it will influence the quality of life of the elderly. the quality of life is an individual's perception of life in terms of four domains including physical domain, psychological domain, the domain of social relationships and environment domains. One of the government's efforts in providing health facilities and the implementation of health measures, among others, by organizing neighborhood health center or posyandu. This study aims to identify the quality of life of elderly people who visit health centers working in the area of posyandu Padangmatinggi Urban Padangsidimpuan using descriptive design. Samples were taken from three health centers in the region of posyandu Padangmatinggi as many as 65 people with a total sampling technique. The test results reliabelitas WHOQOL questionnaire using Cronbach alpha test with the result 0,753. Based on the results obtained from the questionnaire of quality of life scores with a maximum score of 104 and a minimum score of 59 with a mean of 78,54 and a mean quality of life in four domains are physical domain = 20,81, psychological domain = 18.66, social relationships domain = 9,05 and environmental domains = 24,77. Meanwhile based on their own perception of the elderly on the quality of life 28 respondents (43,1%) declare: mediocre, poorly answered by 26 respondents (40,0%) and 11 respondents who answered well (16.9%). For further research related to the title of this research to be a more in-depth study of the four domains that affect quality of life and further studies are expected to be can develop by method of correlation.

Keywords: Quality of life, the elderly, posyandu

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menurut WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraaan lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun keatas adalah usia

permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar

tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008).

Menurut hasil SUSENAS tahun 2000, jumlah lanjut usia 14,4 juta jiwa

atau 7,18% dari total jumlah penduduk. Sedangkan yang berusia diatas 65 tahun

mencapai 4,6% dari jumlah penduduk Indonesia (10 juta orang). Pada tahun 2010

diperkirakan meningkat menjadi 24 juta jiwa atau 9,77%, dan tahun 2020

diperkirakan menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,134% dari total jumlah penduduk

(Depkes, 2010).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun

2011 jumlah lansia yang berusia 60 tahun keatas adalah 504.805 jiwa yang terdiri

dari 210.467 jiwa lansia laki-laki dan 294.338 jiwa lansia perempuan dan terdapat

2.313 Posyandu. Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan

pada tahun 2011 yang berusia 60 tahun ke atas adalah 8.219 jiwa yang terdiri dari

3.009 jiwa lansia laki-laki dan 5.200 jiwa lansia perempuan dan terdapat 64

(14)

tahun 2011 jumlah lansia sebanyak 1.667 jiwa yang terdiri dari 475 jiwa lansia

laki-laki dan 1.192 jiwa lansia perempuan yang terdapat 7 posyandu lansia.

Dengan meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan berbagai

permasalahan yang kompleks bagi lanjut usia sehingga membuat mereka

memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang sekelilingnya. Perlu diingat bahwa

semakin lanjut usia seseorang, kualitas hidupnya semakin menurun yang

mengakibatkan lansia mengalami kemunduran fisik, mental, perubahan peran

sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut

memperburuk kondisi mereka.

Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas kesehatan dan

penyelenggaraan upaya kesehatan antara lain adalah dengan mengadakan

posyandu. Posyandu lansia adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan

terhadap lansia di tingkat desa / kelurahan dalam masing-masing di wilayah kerja

puskesmas. Keterpaduan dalam posyandu lansia berupa keterpaduan pada

pelayanan yang datang di latar belakangi oleh kriteria lansia yang memiliki

berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan posyandu adalah untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat terutama lansia

(Departemen Kesehatan 2010).

Dari survey awal yang diperoleh peneliti dengan wawancara dengan

petugas kesehatan yang bertugas diposyandu pada tanggal 24 mei 2012 terdapat

10 lansia yang berkunjung ke posyandu diwilayah kerja Puskesmas

Padangmatinggi diantaranya mengeluhkan sakitnya seperti rematik, hipertensi,

(15)

meninggalkan rumah untuk bekerja, anak-anak yang telah dewasa dan membentuk

keluarga sendiri, keterbatasan aktifitas karena pengaruh kelemahan fisiknya.

Dari data diatas menerangkan bahwa masih banyak yang harus

diidentifikasi dari komponen kualitas hidup lansia yang terdiri dari empat

doamain yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia yang berkunjung ke

posyandu setiap bulan di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi.

1.2.Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu

wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.

1.3.Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu wilayah

kerja Puskesmas Padangmatinggi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Praktik Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat

gerontik dalam praktek keperawatan untuk dapat membantu meningkatkan

(16)

1.4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi informasi yang berguna

untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan

gerontik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia yang berkunjung ke

posyandu wilayah kerja Pukesmas Padangmatinggi.

1.4.3. Bagi Puskesmas Padangmatinggi

Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan perawat yang

ada di posyandu wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi dan dapat

meningkatkan kinerja dari perawat tersebut untuk lebih rajin dan memperhatikan

kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi.

1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang

kualitas hidup para lanjut usia di komunitas khususnya keperawatan gerontik

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

2.1.1. Defenisi Lansia

Undang-undang no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut Usia,

menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh yang berakhir dengan kematian ( Nugroho, 2008 ),

selain itu lansia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

perubahan anatomis, fisiologis pada tubuh pada tubuh sehingga akan

mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam dkk,

2008).

2.1.2. Klasifikasi Lansia

Batasan Lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (middle age)

antara 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60-74 tahun dan usia lanjut tua

(Old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

( Nugroho, 2008 ). Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun ( prasenilis ),

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( lansia ), seseorang yang berusia 70

(18)

dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa (lansia Potensial ),

lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain atau lansia tidak potensial ( Maryam dkk, 2008 ).

2.1.3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental,

psikologi (Nugroho, 2008).

2.1.3.1. Perubahan- perubahan fisik

a. Sel

Sel menjadi berkurang jumlahnya/lebih sedikit, ukuran sel lebih besar,

jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak,

otot, ginjal, darah, dan hati menurun, jumlah sel otak menurun, mekanisme

perbaikan sel terganggu, otak menjadi atropi, beratnya berkurang hingga 5-10%

(Nugroho, 2008).

b. Sistem Persyarafan

Sistem panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat

dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.

Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan

berkurangnya respon motorik dan reflek (Nugroho, 2008).

c. Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran, membran timpani menjadi artropi menyebabkan

otosklerosis, terjadi pengumpalan serumen, fungsi pendengaran semakin

(19)

d. Sistem Penglihatan

Spingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar menghilang,

kornea lebih berbentuk speris (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa),

menjadi katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, penurunan /

hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat

dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang pandang menurun,

daya membedakan warna menurun (Nugroho, 2008).

e. Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta

menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun, curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan pendarahan, tekanan

darah meningkat akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat (Nugroho,

2008).

f. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Yang sering ditemui antara lain temperature tubuh menurun (hipotermia)

secara fisiologis lebih kurang ± 35ºC ini akibat metabolism yang

menurun,keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak seningga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).

g. Sistem Pernapasan

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atropi, kehilangan

(20)

ukuran alveoli melebar, berkurangnya elastisitas bronkus, oksigen pada arteri

menurun menjadi 75 mmHg, karbon dioksida pada arteri tidak berganti, reflek dan

kemampuan untuk batuk berkurang, sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia

menurun, sering terjadi emfisema senilis (Nugroho, 2008).

h. Sistem pencernaan

Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendi

yang kronis, atropi indra pengecap (+80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap

di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap

terhadap rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa lapar menurun,

peristaltik lemah, fungsi absorbsi melemah, hati semangkin mengecil dan tempat

menurun, aliran darah berkurang (Nugroho, 2008).

i..Sistem reproduksi

Pada wanita terjadi penciutan ovary, uterus, payudara, vulva mengalami

atropi, selput lender vagina menurun sedangkan pada pria testis masih dapat

memproduksi spermatozoa meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur

(Nugroho, 2008).

j. Sistem genitourinaria

Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,penyaringan di

glomerulus menurun,dan fungsi tubulusmenurun sehingga kemampuan

mengonsentrasi urine ikut menurun (Nugroho, 2008).

k. Sistem integument

Kulit mengerut atau keriput,permukaan kulit cendrung kusam, kasar dan

(21)

respon terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala

dan rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga

menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi,

pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan

fungsi kelenjar keringat berkurang (Nugroho, 2008).

l. Sistem musculoskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, permukaan sendi

tulang penyangga rusak dan aus, gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan

terbatas,gangguan gaya berjalan, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis (Nugroho, 2008).

2.1.3.2. Perubahan Mental

Pada Lansia perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik,

mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu, mengharapkan

tetap diberi peranan dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan hartanya,

serta ingin tetap berwibawa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah Perubahan

fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan,

lingkungan.

Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarang terjadi lebih

sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

(22)

2.1.3.3. Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial pada Lansia meliputi short term memory, frustasi,

kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan

keinginan, depresi dan kecemasan ( Maryam dkk, 2008 ). Sedangkan menurut

Nugroho (2008). Pada Lansia sering diukur memalui produktivitasnya dan

identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, bila mengalami pensiun

(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan financial, status, teman,

pekerjaan.

2.2. Kualitas Hidup

2.2.1. Defenisi Kualitas Hidup

Menurut unit penelitian kualitas hidup universitas toronto, kualitas hidup

adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi

dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan

dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan

kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan

dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

Hays (1992) menyatakan bahwa kualitas hidup dapat disimpulkan dua

bagian yaitu pertama kesehatan fisik terdiri dari fungsi fisik, keterbatasan peran

fisik, nyeri pada tubuh, dan persepsi kesehatan secara umum, kedua kesehatan

mental terdiri dari vitalitas, fungsi sosial, keterbatasan peran emosional dan

(23)

Kualitas Hidup berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti

hidup dengan kehidupan yang berkualitas tinggi (Ventegodt, Merriek, Andersen,

2003). Hal ini digambarkan pada kebahagiaan, pemenuhan kebutuhan, fungsi

dalam konteks sosial, dan lain-lain.

Menurut WHO (1994), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi

individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya

dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup,

harapan, kesenangan dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan,

terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.

2.2.2. Komponen Kualitas Hidup

Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan

kedalam beberapa komponen yaitu :

University of Toronto (2004), Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup

dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu internal individu, kepemilikan (hubungan

individu dengan lingkungan), dan harapan(prestasi dan aspirasi individu).

a. Internal individu

Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik,

psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik yang terdiri

dari kesehatan fisik, personal higienis, nutrisi, olohraga, pakaian dan penampilan

fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian

psikologis, kesadaran, perasaan, harga diri, konsep diri dan kontrol diri. Secara

(24)

b. Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas

hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah,

tempat kerja/sekolah, secara sosial terdiri dari tetangga/lingkungan dan

masyarakat, keluarga, teman/rekan kerja, lingkungan dan masyarakat.

c. Harapan

Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas dapat dibagi dua

yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga,

pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial.

Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta

adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan

reduksi stress.

Sedangkan World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)

membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat

kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan

seseorang (WHO, 1998).

1. Domain I – fisik

WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu:

a. Nyeri dan ketidaknyamanan

Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang

dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan

mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan

(25)

gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun

tidak ada alasan medis yang membuktikannya (WHO, 1998).

b. Tenaga dan lelah

Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk

selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi.

Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk

merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal

seperti sakit, depresi atau pekerjaan yang terlalu berat (WHO, 1998).

c. Tidur dan istirahat

Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur

termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari

dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari (WHO,

1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian dan penampilan fisik (Universitas

Toronto, 2004).

2. Domain II – Psikologis

WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:

a. Perasaan positif

Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu

(26)

kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu dan perasaan pada

masa depan merupakan bagian penting dari segi ini (WHO, 1998).

b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi

Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran,

pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat

keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan

gagasan (WHO, 1998).

c. Harga diri

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.

Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang

ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai

individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari

kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri (WHO, 1998).

d. Gambaran diri dan penampilan

Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah

penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu

dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini

termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa

dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan

dan sebagainya (WHO, 1998).

e.Perasaan negatif

Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif

(27)

kegelisahan, kecemasan dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk

pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada

fungsi keseharian individu (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan dan perhatian pada evaluasi diri

dan kontrol diri (Universitas Toronto, 2004).

3. Domain III – Tingkat kebebasan

WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:

a. Pergerakan

Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di

sekitar tempat kerja (WHO, 1998).

b. Aktivitas hidup sehari-hari

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada

kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk

membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas

hidupnya (WHO, 1998).

c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan

Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan

alternatif (seperti akupuntur dan obat herba) untuk mendukung fisik dan

(28)

negatif pada kualitas hidup individu (seperti efek samping dari kemoterapi) di saat

yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu (seperti pasien

kanker yang menggunakan pembunuh nyeri) (WHO, 1998).

d. Kapasitas pekerjaan

Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja

didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar

termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk

masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga

(WHO, 1998).

4. Domain IV – Hubungan sosial

WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu:

a. Hubungan perorangan

Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan,

cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini

termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih

dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu

merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang

yang dicintai. (WHO, 1998).

b. Dukungan sosial

Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,

dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada

(29)

faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit

(WHO, 1998).

c. Aktivitas seksual

Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan

dimana individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang

tepat (WHO, 1998).

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja,

dan tetangga serta masyarakat (Universitas Toronto, 2004).

5. Domain V – Lingkungan

WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:

a. Keamanan fisik dan keamanan

Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.

Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang

lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan

individu (WHO, 1998).

b. Lingkungan rumah

Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal

(tempat berlindung dan menjaga barang-barang). Kualitas sebuah rumah dapat

(30)

c. Sumber penghasilan

Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan

(dan sumber penghasilan dari tempat lain). Fokusnya pada apakah individu dapat

mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup (WHO, 1998).

d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas

Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian

sosial di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan

untuk mendapatkan bantuan (WHO, 1998).

e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan

Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk

mempelajari keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru dan peka pada

apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang

dewasa atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri (WHO,

1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan (Universitas Toronto, 2004).

f. Patisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang

Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan

untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi (WHO, 1998).

Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan

(31)

kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan

(Universitas Toronto, 2004).

g. Lingkungan fisik (polusi/ keributan/ kemacetan/ iklim)

Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini

mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini

dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup (WHO, 1998).

h. Transportasi

Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk

menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi (WHO, 1998).

6. Domain VI – Spiritual/ agama/ kepercayaan seseorang

Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada

kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan

hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu

dengan perbedaan agama (Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam), sebaik individu

dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan

orientasi agama (WHO, 1998)

Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto

mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan

(32)

2.3. Posyandu Lansia

2.3.1. Defenisi Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

Usia lanjut atau lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih, Yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya (Depkes

RI, 2005).

2.3.2. Tujuan

Menurut Ismawati (2010) Tujuan pembentukan posyandu lansia ini

adalah:

1. Tujuan Umum :

a. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia

lanjut di masyarakat,untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya

guna bagi keluarga.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi

(33)

2. Tujuan Khusus Pembentukan posyandu adalah meningkatkan kesadaran pada

lansia, membina kesehatan dirinya sendiri, meningkatkan mutu kesehatan

lansia.

2.3.3. Sasaran

Sasaran posyandu lansia, terbagi 2 yaitu (1). Sasaran langsung, yang

meliputi pralanjut usia ( 45 – 59 tahun), usia lanjut (60 tahun keatas), usia lanjut

resiko tinggi (70 tahun keatas), (2). Sasaran tidak langsung, yang meliputi

keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat dilingkungan usia lanjut,

organisasi sosial yang peduli terhadapa pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas

kesehatan yang melayani kesehat usia lanjut, petugas lain yang menangani

kelompok usia lanjut dan masyarakat luas (Ismawati, 2010).

2.3.4. Pelayanan kesehatan di posyandu lansia

Pelayanan kesehatan di posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan

fisik dan mental emosional.Kartu Menuju Sehat ( KMS ),lansia sebagai alat

pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita

(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat

perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) lansia

atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan dipuskesmas.

Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di

posyandu adalah sebagai berikut: Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari

(Activity of daily living), Pemeriksaan status mental, Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada

(34)

menggunakan tensimeter dan steteskop serta perhitungan denyut nadi,

pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat,

Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit

gula (diabetes mellitus), pemeriksaan adanya zat putih telur (protein)dalam air

seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal, rujukan ke puskesmas bilamana

ada keluarga dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 sampai 7,

penyuluhan bias dilakukan didalam maupun diluar kelompok dalam rangka

kunjungan rumah dan konseling kesehatan, pemberikan makanan tambahan

(PMT), kegiatan olahraga seperti senam lansia, gerak jalan, program kunjungan

lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan sekali atau sesuai dengan

program pelayanan kesehatan puskesmas setempat (Ismawati, 2010).

2.3.5. Mekanisme pelayanan posyandu lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia tentu saja berbeda dengan

posyandu balita pada umumnya mekanisme pelayanan ini tergantung pada

mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara

ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan system 5 meja seperti

posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja yaitu :

1. Meja pertama : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan

dan atau tinggi badan

2. Meja kedua : melakukan berat badan, tinggi badan dan index massa tubuh

(IMT) ; juga pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan

(35)

3. Meja ketiga : melakukan kegiatan konseling atau penyuluhan, dapat juga

dilakukan pelayanan pojok gizi (Ismawati, 2010)

2.3.6. Peran serta lansia

Para lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatan

dengan cara: berperan akti dalam kegiatan penyuluhan, olah raga secara teratur

sesuai kemampuan, mejalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, menjalani

pengobatan, meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi

(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup

lansia yang berkunjung ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi,

dapat diketahui berdasarkan empat domain yaitu domain fisik, domain psikologis,

domain hubungan sosial, dan domain lingkungan.

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: berhubungan Kualitas hidup

Domain fisik

Domain psikologis

Domain hubungan sosial

Lansia yang berkunjung ke posyandu wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi Kualitas hidup

Domain fisik

Domain psikologis

Domain hubungan sosial

(37)

3.2.Defenisi konseptual Kualitas hidup

Kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal

penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya (Universitas Toronto, 2004).

3.3.Defenisi Operasional

Kualitas hidup lansia adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal

penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya ditinjau dari empat domain yang

meliputi :

1. Domain fisik yang terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, tenaga dan lelah,

tidur dan istirahat.

2. Domain psikologis yang terdiri dari perasaan positif, berfikir, belajar, ingatan

dan konsentrasi, harga diri, gambaran diri dan penampilan, perasaan negatif.

3. Domain hubungan sosial yang terdiri dari hubungan perorangan, dukungan

sosial, aktivitas seksual.

4. Domain lingkungan yang terdiri dari keamanan fisik, lingkungan rumah,

sumber penghasilan, kesehatan dan perhatian sosial, kesempatan untuk

memperoleh informasi baru, partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif

melalui metode ini peneliti ingin mengidentifikasi kualitas hidup lansia yang

berkunjung ke posyandu di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi daearah

Kota Padangsidimpuan.

4.2.Populasi, Sampel dan Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi Penelitian ini adalah para lansia yang berkunjung ke tiga

Posyandu yaitu Posyandu Aek tampang, Posyandu Padangmatinggi dan

Posyandu Silandit yang berjumlah 65 orang.

4.2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua populasi, maka sampel yang akan

diteliti sebanyak 65 orang.

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Usia lansia 60 tahun keatas lansia yang tidak mengalami disorientasi orang, tidak

mengalami disorientasi orang, tempat dan waktu serta tidak mengalami gangguan

kognitif, seperti pikun, dapat mendengar, dapat berkomunikasi dan berbahasa

(39)

4.2.3. Sampling

Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah Total Sampling, dimana sampelnya semua dari jumlah populasi yang ada yaitu 65 orang

4.3.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas

Padangmatinggi Daerah kota Padangsidimpuan. Adapun alasan peneliti memilih

di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi daerah kota Padangsidimpuan

karena peneliti ingin melihat kualitas hidup lansia yang berkunjung ke Posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Padangmatinggi, selain itu peneliti sudah mengenal

tempat ini, tempatnya mudah di jangkau sehingga peneliti mudah mendapatkan

subjek untuk diteliti. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember

sampai bulan Desember selama 2 minggu.

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari tiga posyandu lansia

di wilayah kerja puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan.

Peran serta dalam penelitian ini bersifat sukarela. Dalam penelitian ini juga

disertakan sebuah surat persetujuan penelitian (Informed Consent) yang diberikan kepada kepala Puskesmas Padangmatinggi daerah Kota Padangsidimpuan, sebagai

perwakilan dari objek penelitian, untuk dibaca dan dapat membantu mengambil

(40)

Kepala Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan memberi

persetujuan pengadaan penelitian di tempat tersebut.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang akan

ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini

responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Semua responden

akan dilindungi dari kerugian materi, nama baik dan resiko yang timbul akan

penelitian ini. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar instrument. Kerahasian informasi

responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner yang diadopsi dari Word Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF. Pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi lansia yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,

pendidikan terakhir, pekerjaan sebelumnya, status perkawinan, dan masalah

kesehatan yang dialami.

Instrumen kedua berisi kuesioner kualitas hidup dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) – BREF. Kuesioner ini merupakan rangkuman dari World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL) –100

(41)

berasal dari kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, dan

satu bagian yang terdiri dari 24 pertanyaan yang berasal dari (WHOQOL) –100.

Untuk menilai (WHOQOL) – BREF, maka ada empat domain yang digabungkan yaitu domain fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.

Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) yang fokus pada

intensitas, kapasitas, frekuensi dan evaluasi. Skala respon intensitas mengacu

kepada tingkatan dimana status atau situasi yang dialami individu. Skala respon

kapasitas mengacu pada kepasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala

respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi atau kecepatan dari situasi atau

tingkah laku.

Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara

menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1 – Fisik ada pada pertanyaan

nomor 3,4,10,15,16,17 dan 18. Domain 2 – Psikologi ada pada pertanyaan nomor

5,6,7,11,19 dan 26. Domain 3 – Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor

20,21 dan 22. Domain 4 – Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8,9,12,13,14,

23,24 dan 25, semakin tinggi nilainya semakin baik kualitas hidupnya dan nilai

mean dari keempat domain menunjukan persepsi individu pada kualitas hidup

masing-masing.

4.6Uji Validitas

Penyusunan kuisioner diadopsi dari WHOQOL (World Health

Organization Quality Of Life) bagian kualitas hidup dan telah diperiksa oleh

(42)

4.7 Uji Reliabilitas

Instrumen kualitas hidup telah dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan uji cronbach α. Uji statistic ini dapat digunakan untuk mengukur

item yang berbentuk sifat (Polit & Beck, 2008). Uji reliabilitas dilakukan terhadap

20 orang responden sebelum pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Suatu

instrumen dapat dikatakan reliabel jika reliabilitasnya diatas 0.70, hasil uji

reabilitas kusioner untuk kualitas hidup lansia adalah 0.753 (Polit & Hugler,

1999). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner kualitas hidup lansia

yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel dan telah dihitung dengan

menggunakan komputerisasi.

4.6.Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menyebarkan

kuesioner. Penyebaran data dimulai setelah peneliti menerima surat izin

pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala

Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan. Posyandu yang

digunakan peneliti adalah Posyandu Aek Tampang, Posyandu Padangmatinggi,

dan Posyandu Silandit. Pada hari pertama, peneliti mendatangi Posyandu Aek

Tampang dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, prosedur

penelitian, dan cara pengisian kuesioner penelitian. Selanjutnya peneliti

menjelaskan kepada calon responden tersebut diminta untuk menandatangani

(43)

Didalam pemberian kuesioner pada responden, peneliti mendampingi responden

saat mengisi kuesioner, jika ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden

peneliti bisa memberi penjelasan agar responden mengerti. Hal yang sama juga

dilakukan oleh peneliti pada hari kedua yang melakukan penelitian di Posyandu

Padangmatinggi, begitu juga pada hari ketiga yang penelitian dilakukan di

Posyandu Silandit. Setelah data yang dibutuhkan sudah dikumpulkan, maka

peneliti mengumpulkan seluruh data untuk dianalisa.

4.7.Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah data kuesioner dikumpulkan oleh peneliti

dengan cara Peneliti mengumpulkan semua data lalu memeriksanya apakah

jumlah kuesioner telah lengkap. Peneliti melakukan entry data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau database komputer, yaitu dengan

menggunakan sistem komputerisasi. Peneliti memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehingga memudahkan peneliti

dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Setelah semua data dimasukan, lalu

data tersebut dianalisa dengan system komputerisasi .

Hasil analisa data baik data demografi maupun kuesioner akan disajikan

(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini di dapat dari pengambilan data yang dilakukan

selama 2 minggu yaitu dari yaitu dari tanggal 20 Nopember 2012 sampai dengan

tanggal 7 Desember 2012 dengan jumlah responden sebanyak 65 orang. Penyajian

analisa data dalam penelitian ini di uraikan berdasarkan data demografi dan data

kualitas hidup (fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) di Posyandu

Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan.

5.1.1. Data Demografi Responden

Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan (n =65).

Data Demografi Frekuensi Persentase

(45)

Tabel 1 (Lanjutan)

Data Demografi Frekuensi Persentase

Suku Masalah Kesehatan yang dialami

Hipertensi

Tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas usia responden berada pada

kelompok umur 60-65 tahun sebanyak 27 orang (41.5%). Responden yang

berjenis kelamin yang mayoritas adalah perempuan sebanyak 47 orang (72.3%).

Berdasarkan agama responden yang mayoritas adalah agama islam sebanyak 61

(46)

dengan jumlah responden sebanyak 56 orang (86.2%). Berdasarkan tingkat

pendidikan terakhir responden yang berpendidikan SD sebanyak 37 orang

(56.9%). Berdasarkan pekerjaaan responen sebelumnya, responden mayoritas

bekerja sebagai petani paling banyak yaitu 32 orang (49.2%). Berdasarka

perkawinan, responden yang paling banyak adalah menikah 35 orang (53.8%).

Berdasarkan masalah kesehatan yang di alami responden, Rematik adalah masalah

kesehatan yang paling banyak sekitar 25 orang (38.5%).

5.1.2. Domain Kualitas Hidup Lansia Yang Berkunjung Ke Posyandu di

Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi

Distribusi mean berdasarkan kualitas hidup lansia pada empat domain.

Tabel 2 menunjukan bahwa domain fisik yaitu 20.81 (SD = 3.67), dilanjutkan

dengan domain psikologis dengan mean 18.66 (SD= 2.88), domain hubungan

sosial dengan mean 9.05 (SD= 1.16), dan domain lingkungan dengan mean 24.77

(SD= 3.37).

Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain

Domain Mean Standar deviasi

Domain fisik 20.81 3.67

Skore Maximum = 29 (1.5%)

Skore Minimum = 15 (3.0%)

Domain psikologis 18.66 2.88

Skore Maximum = 26 (1.5%)

Skore Minimum = 11 (1.5%)

Domain hubungan social 9.05 1.16

Skore Maximum =13 (1.5%)

Skore Minimum = 8 (38.4%)

Domain lingkungan 24.77 3.37

Skore Maximum = 32 (6.1%)

(47)

1.2.1. Domain Fisik

Hasil penelitian domain fisik yang terdiri dari 7 pertanyaan didapatkan

gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan nomor 15,

seberapa baik kemampuan Bapak/ Ibu dalam bergaul, sebanyak 44 responden

(67.7%) menjawab baik. Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan

nomor 18, seberapa puaskah Bapak/Ibu dengan kemampuan Bapak/Ibu untuk

bekerja, sebanyak 44.6% lansia menjawab tidak memuaskan.

Tabel 3 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)

Seberapa jauh rasa sakit Bapak/ Ibu mencegah Bapak/ Ibu dalam beraktifitas sesuai kebutuhan Bapak/ Ibu?

Seberapa sering Bapak/Ibu membutuhkan terapi medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari- hari ?

2

Tabel 4 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65) 10 Apakah bapak/ Ibu memiliki

(48)

Tabel 5 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

15 Seberapa baik kemampuan

Bapak/ Ibu dalam bergaul

-

Tabel 6 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain fisik (n =65)

Seberapa puaskah bapak ibu dengan tidur bapak ibu?

Seberapa puaskah bapak/ ibu dengan kemampuan bapak ibu untuk menampilkan aktifitas kehidupan bapak/ ibu sehari- hari?

Seberapuaskah bapak/ ibu dengan kemampuan bapak/ ibu untuk bekerja

5.1.4. Domain Psikologi

Hasil Distribusi Frekuensi Domain Psikologi yang terdiri dari 6

pertanyaan didapatkan gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari

pertanyaan nomor 5 seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati hidup, sebanyak 40

responden (61.5%) menjawab dalam jumlah sedang dan. Sedangkan frekuensi

terendah didapat dari pertanyaan nomor 6, seberapa jauh Bapak/Ibu merasa hidup

(49)

Tabel 7 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)

No Pertanyaan TSS

Seberapa jauh Bapak/ Ibu menikmati hidup Bapak/ Ibu? Seberapa jauh Bapak/Ibu merasa hidup Bapak/ Ibu berarti ?

Seberapa jauh Bapak/ Ibu mampu berkonsentrasi ?

-

Tabel 8 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)

No Pertanyaan TSS

11 Apakah Bapak/ Ibu dapat

menerima penampilan tubuh Bapak/ Ibu?

Tabel 9 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)

No Pertanyaan STM 19 Seberapa puaskah Bapak/ Ibu

terhadap diri Bapak/ Ibu?

(50)

Tabel 10 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain psikologi (n =65)

No Pertanyaan TP 26 Seberapa sering Bapak/ Ibu

memiliki perasaan negatif seperti feeling blue( kesepian), putus asa, dan depresi

7

5.1.5. Domain Hubungan Sosial

Hasil penelitian Domain Hubungan Sosial yang terdiri dari 3

pertanyaan didapatkan gambaran bahwas frekuensi tertinggi didapat dari

pertanyaan nomor 20, seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan hubungan

personal/sosialnya. Sebanyak 48 responden (73.8%) menjawab biasa-biasa saja.

Sedangkan frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 21, seberapa

puaskah Bapak/Ibu dengan kehidupan seksualnya, sebanyak 58.5% lansia

menjawab tidak memuaskan.

Tabel 11 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain hubungan sosial (n =65)

No Pertanyaan STM

Seberapa puaskah bBpak/ Ibu dengan hubungan personal/ sosial Bapak / Ibu?

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan kehidupan seksual Bapak/ Ibu?

(51)

5.1.6. Domain Lingkungan

Hasil penelitian Domain lingkungan terdiri dari 8 pertanyaan

didapatkan gambaran bahwasanya frekuensi tertinggi didapat dari pertanyaan

nomor 8.secara umum seberapa aman Bapak / Ibu rasakan dalam kehidupan

sehari-hari. Sebanyak 43 responden (66.2) menjawab dalam jumlah sedang.

Sedangkan frekuensi terendah didapat pada pertanyaan nomor 14, seberapa sering

Bapak/Ibu mmemiliki kesempatan bersenang-senang/ rekreasi, sebanyak 49.2%

lansia menjawab sedang.

Tabel 12 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)

No Pertanyaan TSS

Secara umum, seberapa aman Bapak/ Ibu rasakan dalam kehidupan Bapak Ibu sehari- hari?

Seberapa sehat lingkungan dimana Bapak/ Ibu tinggal (berkaitan dengan sarana dan prasarana.

Tabel 13 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)

No Pertanyaan TSS

Apakah Bapak/ Ibu memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan Bapak/ Ibu?

Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan Bapak / Ibu miliki?

Seberapa sering bBpak / Ibu memiliki kesempatan untuk bersenang- senang/ rekreasi?

(52)

Tabel 14 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)

No Pertanyaan STM

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan kondisi tempat Bapak / Ibu tinggal saat ini ?

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan akses Bapak/ Ibu pada layanan kesehatan ?

Seberapa puaskah Bapak/ Ibu dengan transportasi yang anda gunakan ?

5.1.7. Persepsi lansia terhadap kulitas hidup dan kesehatan secara umum

Hasil Penelitian Tabel 15 menunjukan bahwa persepsi lansia terhadap

kualitas hidup sebanyak 28 responden (43.1%) adalah biasa-basa saja, dan

sebanyak 26 responden (40.0%) menjawab buruk, dan sebanyak 11 responden

(16.9) menjawab baik, dan lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya

sebanyak 39 responden (60.0) adalah tidak memuaskan.

Tabel 15 : Distribusi frekuensi dan persentase persepsi kualitas hidup

No Pertanyaan SB 1 Bagaiman menurut Bapak/ Ibu

kualitas hidup Bapak/ Ibu?

(53)

Tabel 16 : Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan domain lingkungan (n =65)

No Pertanyaan STM

2 Seberapuaskah Bapak/ Ibu

terhadap kesehatan Bapak/ Ibu?

-

5.1.1. Kualitas hidup lansia yang berkunjung ke posyandu

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan

gambaran bahwa skore maksimum adalah 104. Hal ini didukung oleh usia

responden yang berkunjung ke posyandu tersebut mayoritas 60-65 tahun sebanyak

41.5% sehingga lansia masih bisa melakukan aktivitas sosial di lingkungannya.

Jenis kelamin perempuan yang paling dominan sebanyak 47 responden (72.3%).

Menurut hasil penelitian Bain,dkk (2003) menemukan adanya perbedaan antara

kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas laki-laki cendrung

lebih baik kualitas hidup perempuan. Hal ini bertentangan dengan penelitian Bain,

Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan bahwa kualitas

hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Status perkawinan

menikah yang paling dominan sebanyak 35 responden (53.8%). Menurut

penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukan bahwa individu yang

menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak

menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal (Campbell,

(54)

dalam Lee, 1998). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl,

Rustoen, Hanestad, Lerdal, & Moum (2004) menemukan bahwa baik pada pria

maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas

hidup yang lebih tinggi. Dan masalah kesehatan yang dialami adalah rematik 25

responden (38.5%) Hal ini berkaitan dengan semakin tinggi usia maka banyak

masalah kesehatan yang dialami, penyakit kronis mempengaruhi kualitas hidup

karena terjadi kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, permukaan sendi

tulang penyangga rusak dan aus dan menjadi kaku, tendon mengerut dan

mengalami sklerosis (Nugroho,2008) Sedangkan berdasarkan persepsi lansia

sendiri terhadap kualitas hidupnya 28 responden (43,1%) menjawab biasa-biasa

saja, menjawab buruk sebanyak 26 responden (40.0%) dan yang menjawab baik

11 responden (16.9%). Lansia yang merasa puas terhadap kesehatannya sebanyak

39 responden (60.0) adalah tidak memuaskan.

5.2.2.Domain Fisik

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapat mean

sebesar 20.81. Frekuensi tertinggi didapatkan dari pertanyaan nomor 5 terkait

dengan lansia yang memiliki kemampuan dalam bergaul, sebanyak 67.7%

menjawab baik. Sesuai dengan penelitian Suhartini (2008) yang menemukan

bahwa lansia yang beragama islam aktif dalam perkumpulan keagamaan, seperti

yasinan yang dilakukan tiap minggu dan pengajian setiap bulan. Kegiatan ini

didukung teori pertukaran sosial dimana mereka melakukan kegiatan yang cara

(55)

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kondisi penting yang menunjang kebahagian bagi

orang lanjut usia adalah menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat

keluarga dan teman-teman (Hurlock,1994).

Frekuensi terendah didapat dari pertanyaan nomor 18 seberapa puas

lansia dalam kemampuannya bekerja, sebanyak 44.6% menjawab tidak

memuaskan. Menurut Suhartini (2008) Pendidikan menentukan pekerjaan

responden. Sebagian besar responden tidak berpendidikan atau pendidikannya

sangat rendah. Pada umumnya mereka bekerja di sektor pertanian. Mereka

mengerjakan lahan pertanian milik orang lain. Setelah usia lanjut mereka berhenti

bekerja karena kondisi fisik mereka tidak memungkinkan, mengingat

pekerjaan-pekerjaan pertanian membutuhkan fisik yang kuat, sehingga di hari tua mereka

tidak memperoleh pekerjaan dan tidak menghasilkan pendapatan.

Untuk pertanyaan nomor 3, seberapa jauh rasa sakit fisik lansia

mencegah lansia dalam beraktivitas sesuai kebutuhan. Sebanyak (55.4%) lansia

menjawab sangat sering. Dari hasil penelitian Ilyas (1997) yang menemukan

bahwa lansia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan

antara lain diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma

sehingga menyebabkan aktivitas bekerja terganggu.

Untuk pertanyaan nomor 4, seberapa sering lansia membutuhkan terapi

medis untuk dapat beraktivitas, sebanyak 49.2% lansia menjawab sedikit.

Untuk pertanyaan nomor 10 kecukupan tenaga lansia untuk beraktivitas,

sebanyak 47.7 % menjawab baik. Hal ini sesuai dengan papalia (2001) yang

(56)

mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik masa

muda dulu.

Untuk pertanyaan nomor 16, seberapa puaskah lansia dengan tidurnya,

sebanyak 49.2% menjawab tidak memuaskan. Menurut Nugroho (2000) pada

lansia telah terjadi gangguan perkemihan, salah satunya otot-otot vesika urinaria

menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat yang menyebabkan lansia

harus sering terbangun di malam hari dan mengganggu tidurnya.

Untuk pertanyaan nomor 17 seberapa puas lansia dalam beraktivitas,

sebanyak 56.9% menjawab biasa-biasa saja. Seperti yang dikatakan Kuntjoro

(2002) perubahan dalam peran sosial dimasyarakat, lansia sebaiknya selalu diajak

untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan dimasyarakat, selama yang

bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena

jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan

orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah

menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain.

5.2.3. Domain Psikologis

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden didapatkan

mean 18.66. Frekuensi tertinggi didapatkan dari pertanyaan nomor 5, seberapa

jauh lansia menikmati hidupnya, sebanyak 61.5% lansia menjawab dalam jumlah

sedang dan frekuensi terendah untuk pertanyaan nomor 6 seberapa jauh lansia

merasa hidupnya berarti, sebanyak 46.2% lansia menjawab dalm jumlah sedang.

Untuk pertanyaan nomor 7 seberapa jauh lansia mampu berkonsentrasi,

Gambar

Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Daerah Kota Padangsidimpuan (n =65)
Tabel 1 (Lanjutan)
Tabel 2. Mean dan Standar deviasi 4 domain
Tabel 3 :
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan posyandu lansia memiliki rata-rata 74,93% dengan kualitas pelayanan paling tinggi berada pada posyandu

Hubungan Domain Kepercayaan Diri dalam Berinteraksi dengan Kualitas Hidup Pasien Pascastroke di Wilayah Puskesmas Pisangan. Nilai signifikansi antara domain kepercayaan

Jadi, seiring dengan peningkatan prevalensi DM tipe 2 di Indonesia peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara DM tipe 2 dengan kualitas hidup yang

Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.. Journal Program Studi

Hubungan Antara Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Kualitas Hidup di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Medan Amplas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kualitas hidup lansia ditinjau kondisi fisik lansia di wilayah kerja Puskesmas Karangmalang Sragen sebagian besar memiliki kondisi fisik

Berdasarkan latar belakang tesebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia di Posyandu Gumulan wilayah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kualitas hidup lansia ditinjau kondisi fisik lansia di wilayah kerja Puskesmas Karangmalang Sragen sebagian besar memiliki