• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa Dari Pisang Raja Dengan Kapasitas Produksi 3700 Ton/Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa Dari Pisang Raja Dengan Kapasitas Produksi 3700 Ton/Tahun"

Copied!
283
0
0

Teks penuh

(1)

PRA RANCANGAN PABRIK

PEMBUATAN SIRUP GLUKOSA DARI PISANG RAJA DENGAN

KAPASITAS PRODUKSI 3700 TON/TAHUN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Sarjana Teknik Kimia

OLEH :

JENNY V DAMANIK

NIM : 080405076

D E P A R T E M E N T E K N I K K I M I A

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat

dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa dari Pisang Dengan Kapasitas Produksi 3700 Ton/Tahun. Tugas Akhir ini dikerjakan sebagai syarat untuk kelulusan

dalam sidang sarjana.

Selama mengerjakan Tugas akhir ini penulis begitu banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Iriany, MSi sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan

selama menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Netti Herlina, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahan

selama menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Bapak Dr. Ir. Irvan, MSi sebagai Ketua Departemen Teknik Kimia FT USU.

4. Ibu Ir.Renita Manurung,MT, sebagai Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik

Kimia FT USU.

5. Seluruh Dosen Pengajar Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menjalani studi.

6. Para pegawai administrasi Departemen Teknik Kimia yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di Deparetemen Teknik

Kimia.

7. Dan yang paling istimewa Orang tua penulis yang saya sayangi (M. Damanik/M

Sidabutar) yang tidak pernah lupa memberikan motivasi dan semangat kepada

penulis.

8. Buat Abang (Baren, Harry), Kakak (Rany) dan Adek (Ady) yang memberikan

motivasi dan semangat buat penulis.

9. Teman seperjuangan Vindolina Padang sebagai partner penulis dalam penyelesaian

Tugas Akhir ini.

10.Para senior – senior ‘04, Teman-teman seperjuangan ’08 dan Adik-adik junior

(3)

11.Seluruh Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya yang juga turut

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan dan

ketidaksempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun demi kesempurnaan pada penulisan berikutnya. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011

Penulis,

(4)

INTISARI

Salah satu upaya peningkatan nilai tambah pada produk pisang adalah memanfaatkan pisang sebagai bahan baku pembuatan sirup glukosa, sirup glukosa banyak digunakan dalam pembuatan industri makanan dan minuman terutama dalam industri permen, selai, dan pembuatan buah kaleng. Proses pembuatan sirup glukosa dengan Hidrolisa secara enzimatis. Pabrik pembuatan Sirup Glukosa ini direncanakan berproduksi dengan kapasitas 3700 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kawasan Industri, Kabupaten Lubuk

Linggau, Propinsi Sumatera Selatan, dengan luas areal 7.000 m2. Tenaga kerja yang

dibutuhkan 90 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur dengan struktur organisasi sistem garis.

Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Sirup Glukosa ini ini adalah sebagai berikut:

• Total Modal Investasi : Rp 54,275,443,337.88

• Total Biaya Produksi : Rp 24,976,507,461

• Hasil Penjualan : Rp 59,969,061,504

• Laba Bersih : Rp 24,389,813,891

Profit Margin (PM) : 58,059 % Break Even Point (BEP) : 38,753 % Return on Investment (ROI) : 44,937% Pay Out Time (POT) : 2,225 tahun

Return on Network (RON) : 74,895 % Internal Rate of Return (IRR) : 62,098 %

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang ... I-1

1.2 Perumusan Masalah ... I-2

1.3 Tujuan Pra Rancangan Pabrik ... I-3

1.4 Manfaat Pra Rancangan Pabrik ... I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1

2.1 Sejarah Pisang ... II-2

2.2 Jenis-jenis Pisang ... II-2

2.3 Karakteristik Pisang Raja ... II-3

2.4 Gula-gula Karbohidrat ... II-4

2.5 Sirup Glukosa...II-7

2.6 Pembuatan Sirup Glukosa...II-8

BAB III NERACA MASSA ... III-1

3.1 Hammer Mill (HM) ... III-1

3.2 Reaktor 1 (R-1) ... III-1

3.3 Reaktor 2 (R-2) ... III-2

3.4 Filter Press (FP) ... III-3

3.5 Evaporator (EV) ... III-3

BAB IV NERACA PANAS ... IV-1

4.1 Hammer Mill (HM) ... IV-1

4.2 Reaktor 1 (R-1) ... IV-1

(6)

4.4 Reaktor 2 (R-2) ... IV-2

4.5 Filter Press (FP) ... IV-2

4.6 Evaporator (EV) ... IV-3

4.7 Cooler 2 (C-2) ... IV-3

BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1 BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1

6.1 Instrumentasi ... VI-1

6.2 Keselamatan Kerja Pabrik ... VI-3

BAB VII UTILITAS ... VII-1

7.1 Kebutuhan Air ... VII-1

7.2 Unit pengolahan Air ... VII-2

7.3 Kebutuhan Listrik ... VII-12

7.4 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-12

7.5 Unit Pengolahan Limbah ... VII-14

7.6 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-14

7.7 Spesifikasi Peralatan limbah ... VII-15

BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1

8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1

8.2 Tata Letak Pabrik... VIII-2

8.3 Perincian luas tanah ... VIII-3

BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1

9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1

9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3

9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-5

9.4 Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab... IX-6

9.5 Sistem Kerja ... IX-8

9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-9

9.7 Sistem Penggajian ... IX-11

9.8 Kesejahteraan Karyawan ... IX-12

(7)

10.1 Modal Investasi ... X-1

10.2 Biaya Produksi Total (BPT)/Total Cost (TC) ... X-4

10.3 Total Penjualan (Total Sales) ... X-5

10.4 Bonus Perusahaan ... X-5

10.5 Perkiraan Laba/Rugi Perusahaan,...X-5

10.6 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5

(8)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Pisang di Indonesia ... I-1

Tabel 1.2 Perkembangan Impor Sirup Gklukosa ... I-2

Tabel 2.1 Kompossisi Pisang raja ... II-3

Tabel 2.2 Syarat Mutu Sirup Glukosa ... II-7

Tabel 3.1 Neraca Massa pada Hammer Mill (HM) ... III-1

Tabel 3.2 Neraca Massa pada Reaktor 1 (R-1) ... III-1

Tabel 3.3 Neraca Massa pada Reaktor 2 (R-2) ... III-2

Tabel 3.4 Neraca Massa pada Filter Press (FP) ... III-3

Tabel 3.5 Neraca Massa pada Evaporator (EV) ... III-3

Tabel 4.1 Neraca Panas pada Hammer Mill (HM) ... IV-1

Tabel 4.2 Neraca Panas pada Reaktor 1 (R-1) ... IV-1

Tabel 4.3 Neraca Panas pada Cooler 1 (C-1) ... IV-1

Tabel 4.4 Neraca Panas pada Rektor 2 (R-2) ... IV-2

Tabel 4.5 Neraca Panas pada Filter Press (FP) ... IV-2

Tabel 4.6 Neraca Panas pada Evaporator (EV) ... IV-2

Tabel 6.1 Daftar Instrumentasi pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan

Sirup Gukosa dari Pisang ... VI-3

Tabel 7.1 Kebutuhan Uap (steam) ... VII-1

Tabel 7.2 Kebutuhan Air Pendingin pada Alat ... VII-2

Tabel 7.3 Kebutuhan air proses pada alat ... VII-3

Tabel 7.4 Pemakaian Air Untuk Berbagai Kebutuhan ... VII-4

Tabel 7.5 Kualitas Air Sungai Musi,Palembang ... VII-4

Tabel 7.6 Perincian Kebutuhan Listrik ... VII-12

Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-3

Tabel 9.1 Jadwal Kerja Karyawan Shift ... IX-8

Tabel 9.2 Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ... IX-9

Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ... IX-10

(9)

Tabel LA.2 Neraca Massa pada Reaktor 1 (R-1) ... LA-5

Tabel LA.3 Neraca Massa pada Reaktor 2 (R-2) ... LA-7

Tabel LA.4 Neraca Massa pada Filter Press (FP) ... ...LA-11

Tabel LA.5 Neraca Massa Pada Evaporator (EV) ... LA-13

Tabel LB.1 Neraca Panas pada Hammer Mill ... LB-4

Tabel LB.2 Neraca Panas Reaktor 1(R-1) ... LB-7

Tabel LB.3 Neraca Panas Cooler 1 (C-1) ... LB-9

Tabel LB.4 Neraca Panas pada Reaktor 2 (R-2) ... LB-11

Tabel LB.5 Neraca Panas Pada Filter Press (FP) ... LB-14

Tabel LB.6 Neraca Panas Evaporator (EV) ... LB-16

Tabel LB.7 Neraca Panas Cooler 2 (C-2) ... LB-18

Tabel LE.1 Perincian Harga Bangunan ... LE-2

Tabel LE.2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3

Tabel LE.3 Estimasi Harga Peralatan Proses ... LE-6

Tabel LE.4 Estimasi Harga Peralatan Utilitas dan Pengolahan Limbah ... LE-6

Tabel LE.5 Biaya Sarana Transportasi ... LE-10

Tabel LE.6 Perincian Gaji Pegawai ... LE-13

Tabel LE.7 Perincian Biaya Kas ... LE-16

Tabel LE.8 Perincian Modal Kerja ... LE-16

Tabel LE.9 Perkiraan Biaya Depresiasi ... LE-18

(10)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Struktur Fruktosa ... II-4

Gambar 2.2 Struktur Maltosa ... II-5

Gambar 2.3 Struktur Selulosa ... II-5

Gambar 2.4 Struktur Amilosa ... II-6

Gambar 2.5 Struktur Amilopektin ... II-7

Gambar 2.6 Flowsheet Pembuatan Sirup Glukosa dari Pisang ... II-11

Gambar 7.1 Diagram Alir Pengolahan Air ... VII-19

Gambar 8.1 Tata Letak Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa .... VIII-5

Gambar 9.1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Pra Rancangan

Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa ... IX-14

Gambar LE.1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage)

... LE-5

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1

LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA PANAS ... LB-1

LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1

LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI ALAT UTILITAS ... LD-1

(12)

INTISARI

Salah satu upaya peningkatan nilai tambah pada produk pisang adalah memanfaatkan pisang sebagai bahan baku pembuatan sirup glukosa, sirup glukosa banyak digunakan dalam pembuatan industri makanan dan minuman terutama dalam industri permen, selai, dan pembuatan buah kaleng. Proses pembuatan sirup glukosa dengan Hidrolisa secara enzimatis. Pabrik pembuatan Sirup Glukosa ini direncanakan berproduksi dengan kapasitas 3700 ton/tahun dengan masa kerja 330 hari dalam satu tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kawasan Industri, Kabupaten Lubuk

Linggau, Propinsi Sumatera Selatan, dengan luas areal 7.000 m2. Tenaga kerja yang

dibutuhkan 90 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang Direktur dengan struktur organisasi sistem garis.

Hasil analisa ekonomi pabrik pembuatan Sirup Glukosa ini ini adalah sebagai berikut:

• Total Modal Investasi : Rp 54,275,443,337.88

• Total Biaya Produksi : Rp 24,976,507,461

• Hasil Penjualan : Rp 59,969,061,504

• Laba Bersih : Rp 24,389,813,891

Profit Margin (PM) : 58,059 % Break Even Point (BEP) : 38,753 % Return on Investment (ROI) : 44,937% Pay Out Time (POT) : 2,225 tahun

Return on Network (RON) : 74,895 % Internal Rate of Return (IRR) : 62,098 %

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan industri yang sedang dilaksanakan di Indonesia sebagai Negara

yang sedang berkembang merupakan usaha jangka panjang untuk merombak stuktur

perekonomian nasional. Sebagaimana pembangunan yang sedang berjalan saat ini,

Indonesia sudah seharusnya menuju era industrialisasi yang lebih menitik beratkan pada

sub sektor agrobisnis sesuai dengan kekayaan alam yang dimiliki.

Pembangunan agrobisnis ditingkatkan agar mampu menjamin pemanfaatan hasil

pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah tinggi melalui pengembangan

dan penguasaan teknologi pengolahan, melalui keterkaitan yang menguntungkan bagi

petani, produsen dengan pihak industri ( GBHN, 1993).

Salah satu produk pertanian yang melimpah di Indonesia adalah pisang. Pada

tahun 2005 produksinya sebesar 5.177.607 ton/tahun. Pada tahun 2006 produksi pisang

menurun, tetapi pada tahun 2007-2008 produksi pisang semakin meningkat seperti yang

ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Produksi Pisang di Indonesia

Tahun Produksi di Indonesia

2005

2006

2007

2008

5177607

5037472

5454226

6004615

Sumber : Biro Statistik dan Perdagangan Indonesia

Salah satu upaya peningkatan nilai tambah pada produk pisang adalah

(14)

banyak digunakan dalam pembuatan industri makanan dan minuman terutama dalam

industri permen, selai, dan pembuatan buah kaleng.

Selama ini pisang hanya diolah menjadi makanan sereal, gula alkohol, atau

makanan ringan lainnya, seperti pisang goreng dan keripik. Hal ini tentunya akan

menguntungkan pihak petani pisang karena akan mempermudah bagi pemasaran hasil

tanaman dan juga menguntungkan pihak industri.

Dari tahun ketahun perkembangan impor sirup glukosa semakin meningkat

seperti terlihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. Perkembangan Impor Sirup Glukosa (Glucose syrup) di Indonesia.

Tahun Impor ( ton/tahun )

2001 8248

2002 9751

2003 11105

2004 16140

2005 17357

2006 28809

Sumber : Biro Statistik dan Perdagangan Indonesia

Dari tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa, besar peluang untuk mendirikan pabrik

sirup glukosa, dengan pemanfaatan buah pisang raja sehingga dapat meningkatkan

perekonomian negara, khususnya petani pisang.

1.2Perumusan Masalah

Tanaman pisang sudah lama ditanam para petani hampir di semua daerah di

Indonesia yang selama ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Dengan kandungan

karbohidrat yang tinggi maka pisang raja dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan

sirup glukosa yang kebutuhannya semakin meningkat dari tahun ketahun. Oleh karena

itu perlu dilakukan perancangan pabrik pembuatan sirup glukosa. Usaha tersebut dapat

mengurangi ketergantungan impor dan membuka peluang bagi insvestor lainnya dalam

(15)

1.3Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan pabrik sirup glukosa dari pisang adalah untuk

mengaplikasikan ilmu yang didapat dari teknik kimia yang meliputi neraca massa, neraca

energi, spesifikasi peralatan, operasi teknik kimia, utilitas dan bagian ilmu teknik kimia

lainnya juga aspek ekonomi dalam pembiayaan pabrik sehingga memberikan gambaran

kelayakan pra rancangan pabrik sirup glukosa dari pisang.

1.4Manfaat Perancangan

Manfaat perancangan pabrik sirup glukosa adalah sebagai bahan acuan untuk

penelitian-penelitian dan perancangan selanjutnya tentang proses pembuatan sirup

glukosa dari pisang. Selain itu perancangan ini juga merupakan bahan aplikasi bagi

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pisang

Kata pisang berasal dari bahasa Arab. Menurut Linneus pisang dimasukkan ke

dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, yaitu

seorang dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang menganjurkan untuk

memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang disebut sebagai Musa

paradisiacal .

Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar

agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis.

Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya adalah: Brasilia, Filipina,

Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela,

dan Hawai. Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia. Di

Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50 persen produksi

pisang Asia berasal dari Indonesia. Sentra produksi pisang di Indonesia adalah: Jawa

Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati,

Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur

(Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung),

Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI,

OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali

dan Nusa Tenggara Barat (wikipedia, 2010).

Tanaman Serbaguna Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia,

terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai

upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu

melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi

(17)

Indonesia. Pisang tidak mengenal musim panen, dapat berbuah setiap saat. Hasilnya

dapat mencapai 1 - 17 sisir setiap tandan atau 4 - 40 Kg per tandan, tergantung jenisnya.

Dalam satu tandan pisang tanduk terdapat 1 - 7 sisir, sedangkan pada pisang

ambon 7 - 17 sisir. Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah terlebih dahulu. Pasar

pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat kita mengkonsumsi

pisang.

Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis

sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan

mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.

Pisang dapat dimanfaatkan unt

persendian, mengurangi gejala radang sendi. Pisang merupakan makanan kaya kalium,

penurun tekanan darah, mengurangi resiko terjadinya peningkatan tekanan darah dan

2.2 Jenis-jenis pisang

Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas

tiga macam, yaitu :

1. Pisang serat (noe. Musa texstiles)

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak diambil buahnya tetapi diambil

seratnya. Pada awal abad 16, pigatotta menerangkan bahwa penduduk asli daerah cebu,

Filipina, memanfaatkan serat pisang manila ini untuk bahan pakaian. Karenanya pisang

ini dinamakan musa tekstilis.

2. Pisang hias (heliconia indica lamek)

Pisang hias juga tidak diambil buahnya. Tumbuhan ini memang bagus sekali ditanam

dimuka rumah sebagai hiasan. Pisang ini diperbanyak dengan mengggunakan anaknya.

Pisang hias dibagi 2 yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Disebut pisang kipas karena

(18)

berasal dari daerah madagaskar). Sedang pisang-pisangan berbatang semu yang

kecil-kecil dan tumbuh berumpun indah ditanam dimuka rumah karena bentuknya kecil-kecil

3. Pisang buah (musa paradisiacal L.)

Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi bagi kita karena banyak ditemui. Pisang

buah dapat dibedakan menjadi 4 golongan. Golongan pertama adalah yang dapat dimakan

langsung setelah masak, misalnya pisang kepok, pisang jus susu, pisang hijau, pisang

emas, pisang raja, dan sebagainya. Golongan kedua dapat dimakan setelah diolah terlebih

dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang oli, pisang kapas, pisang bangkahulu, dan

sebagainya. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak

maupun diolah dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja. Sedangkan golongan

keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah. Pisang ini adalah

pisang kelutuk (pisang batu) biasanya pisang ini dibuat rujak sewaktu masih muda.

2.3 Karakteristik pisang Raja

Pisang jenis ini tangkai buahnya terdiri atas 6 sisir yang masing-masing terdiri 15

buah. Berat 1 buah pisang sekitar 92 g dengan panjang 12-18 cm dan diameter 3,2 cm.

bentuk buahnya melengkung dengan bagian pangkal bulat. Warna daging buahnya

kuning kemerahan tanpa biji. Empulur buahnya nyata dengan tekstul kasar. Rasanya

manis. Lama tanaman berbunga sejak anakan adalah 14 bulan.

Komposisi pisang raja dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 komposisi pisang raja

Komponen % berat

Karbohidrat

Protein

Kadar air

Lemak

Vitamin

31,8%

1,2%

65,8%

0,2%

(19)

Sumber : Direktorat Gizi Depertemen Kesehatan RI, 1979

2.4 Gula- gula karbohidrat

Pada umunya gula karbohidrat dibagi 3 kelompok:

1. Monosakarida

2. Disakarida

3. Polisakarida

1. Monosakarida(C6H12O6)

Monosakarida merupaka

digolongkan berdasarkan jumlah atom

Ini kemudian bergabung, menjadi misalnya aldoheksosa dan ketotriosa (wikipedia, 2010).

Selanjutnya, tiap atom karbon yang mengikat gugus hidroksil (kecuali pada kedua

ujungnya) bersifat

berlainan meskipun struktur dasarnya sama. disusun berlainan. Monosakarida meliputi

glukosa, galaktosa, fruktosa, manosa, dan lain-lain.

Gambar 2.1 Fruktosa, salah satu jenis monosakarida

2. Disakarida (C12H22O11)

Disakarida adalah karbohidrat yang tersusun dari 2 molekul monosakarida, yang

dihubungkan oleh ikatan glikosida. Ikatan glikosida terbentuk antara atom C suatu

(20)

akan menghasilkan 2 mol monosakarida. Berikut ini beberapa disakarida yang banyak

terdapat di alam. Disakarida melipu

Gambar 2.2 Struktur maltosa

3. Polisakarida (C12H22O11)

Polisakarida merupakan polimer monosakarida, mengandung banyak satuan

monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosida. Hidrolisis lengkap dari

polisakarida akan menghasilkan monosakarida. Glikogen dan amilum merupakan polimer

glukosa. Berikut beberapa polisakarida terpenting.

1.Selulosa

Selulosa merupakan polisakarida yang banyak dijumpai dalam dinding sel

pelindung seperti batang, dahan, daun dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa merupakan

polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa

merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4%

(21)

Gambar 2.3 Struktur selulosa

Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat memecahkan ikatan

α-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk memecahkan ikatan β-glikosida yang terdapat dalam selulosa sehingga manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam sistem

pencernaan hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim β-glikosida

sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa.

2.Pati Amilum

Pati terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan polimer dari

glukosa. Pati terdapat dalam umbi-umbian sebagai cadangan makanan pada tumbuhan.

Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat dipisahkan menjadi dua fraksi utama, yaitu

amilosa dan amilopektin. Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.

Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan

1,4-α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa

membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji

(22)

2.4 Struktur amilosa

Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai

utama mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4'-α. Tiap molekul

glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6'-α.

Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan enzim

tertentu akan menghasilkan dextrin dan maltosa (wikipedia, 2010).

2.5 Struktur amilopektin

2.5 Sirup Glukosa

Sirup glukosa adalah yang paling layak menggantikan gula. Sirup ini adalah

larutan cair sakarida nutritif yang telah dimurnikan dan dipekatkan dan larutan ini terdiri

(23)

Indonesia, sirup glukosa didefinisikan sebagai cairan jernih dan kental yang komponen

utamanya glukosa yang diperoleh dari hidrolisa pati.

Spesifikasi utama sirup glukosa yang diberikan oleh WHO, yaitu mempunyai

padatan kering minimal 70 %, dekstosa ekuivalen minimum 20 % dan 40 % sulfur

dioksida. Syarat mutu sirup glukosa dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Syarat mutu sirup glukosa

Komponen Spesifikasi

Air

Abu (dasar kering)

Gula reduksi dihitung sebagai D-glukosa

Pati

Logam berbahaya (Pb,Cn, Zn)

Sulfurdioksida

Pemanis buatan

Maksimal 20 %

Maksimal 1 %

Minimum 30%

Tidak nyata

Negatif

Untuk kembang gula manis 400 ppm,

yang lainnya 40ppm

Negatif

(Sumber : SII 0418-81, BPOM medan)

Sampai saat ini peran gula sebagai pemanis masih didominasi oleh gula pasir

(sukrosa). Berdasarkan kenyataan tersebut, harus diusahakan alternatif bahan pemanis

selain sukrosa. Dewasa ini telah digunakan berbagai macam bahan pemanis alami dan

sintesis baik itu yang berkalori, rendah kalori, dan non kalori yang dijadikan alternatif

pengganti sukrosa seperti siklamat, aspartam, stevia, dan gula hasil hidrolisis pati. Contoh

gula hasil hidrolisis pati adalah sirup glukosa, fruktosa, dan maltosa.

Industri makanan dan minuman saat ini memiliki kecenderungan untuk

menggunakan sirup glukosa. Hal ini didasari oleh beberapa kelebihan sirup glukosa

dibandingkan sukrosa diantaranya sirup glukosa tidak mengkristal seperti halnya sukrosa

jika dilakukan pemasakan pada suhu tinggi, inti kristal tidak terbentuk sampai larutan

sirup glukosa mencapai kejenuhan 75% (Sa’id, 1987).

Sirup glukosa banyak digunakan dalam pembuatan industri makanan dan

(24)

2.5Pembuatan sirup glukosa 2.5.1 Deskripsi proses

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sirup glukosa adalah pisang raja.

Dari gudang Bahan Baku (GB) dengan bantuan Belt conveyor (BC) buah pisang

diangkut kedalam Hammer Mill (HM) untuk menghaluskan pisang jadi bubur dengan

suhu 30oC, pada penghalusan ditambahkan air kedalam hammer mill dengan

perbandingan antara air dan bahan baku pisang sebanyak 1:1. Selanjutnya bubur pisang

di masukkan dalam Reaktor Hidrolisa (RH) dengan suhu reaksi 95oC dan tekanan 1 atm.

Dengan penambahan CaCl2 dan enzim Takatherm tujuannya adalah untuk memberi

kesempatan semua molekul pati agar dapat terhidrolisa secara optimal. Pada reaktor

hidrolisa terjadi reaksi dengan konversi 98 %.

Larutan pati dialirkan ke cooler (C-1) dengan suhu 60 oC untuk proses

pendinginan. Kemudian dipompakan ke reaktor kedua dengan suhu tangki 60 oC dengan

penambahan enzim Diazyme dan clarex, setelah itu dialirkan ke Filter Press (FP) dengan

suhu 60oC untuk memisahkan sirup glukosa dengan ampasnya, dan dialirkan ke

Evaporator (EV) untuk proses pemekatan dengan suhu 100oC , kemudian dipompakan

lagi ke Cooler kedua (C-2) untuk proses pendinginan dengan suhu 60 oC Selanjutnya

sirup glukosa pekat di masukkan dalam Tangki Produk (TP )

2.7 Sifat-sifat bahan

1. Pisang Raja

Komposisi :

1. Protein : 1 %

2. Air : 70%

3. Karbohidrat : 27-30 %

4. Lemak : 0.2-0.3 %

5. Warna pisang : kuning

2. Aquadest (H2O)

(25)

1. Berat molekul : 18,016 g/gmol

2. Titik lebur : 0 °C

3. Titik didih : 100 °C

4. Densitas (4°C) : 1 gr/ml

5. Spesifik graviti (4°C) : 1

6. Indeks bias : 1,33320°C

7. Merupakan zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

(Perry, 1999)

B. Sifat-sifat Kimia:

1. Terbentuk dari reaksi H2 dan O2.

2 H2 + O2 → 2 H2O

2. Pada fasa cair, setiap molekul terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen.

3. Merupakan zat cair polar dan pelarut yang baik untuk berbagai senyawa

polar, tetapi partikel-partikelnya dapat berdisosiasi membentuk ion.

4. Merupakan elektrolit lemah, dapat terionisasi membentuk H3O+ dan OH-.

2 H2O → H3O+ + OH

-5. Mampu menguraikan suatu garam menjadi asam dan basa pembentuknya.

NaCl + H2O → NaOH + HCl

6. Bukan merupakan zat pengoksidasi yang kuat, namun dapat mengoksidasi.

3 Fe + 4H2O → Fe3O4 + 4 H2

7. Merupakan zat pereduksi lemah. Zat yang paling cepat direduksi adalah

fluorin, Klorin direduksi dengan sangat lambat dalam keadaan dingin.

2 Cl2 + 2 H2O → O2 + 4H+ + 4Cl

(Fessenden& Fessenden, 1992 )

3. Sirup glukosa

Komposisi:

1. Berat molekul : 180,16 gr/mol

2. Spesifik grafity : 1,544 gr/mol

3. boiling point : 146 0C

4. Berasa manis

(26)

6. Termasuk monosakarida

(27)

BAB III

NERACA MASSA

Hasil perhitungan neraca massa pada proses pembuatan Sirup Glukosa dengan

kapasitas produksi 3700 ton/tahun adalah sebagai berikut :

Basis perhitungan : 1 jam operasi

Waktu kerja pertahun : 330 hari

Satuan operasi : kg/jam

Kapasitas per jam : 1262,62 kg/jam

3.1 Hammer Mill (HM)

Fungsi : untuk menghancurkan dan menghaluskan pisang jadi bubur

Tabel 3.1 Neraca Massa pada Hammer Mill (HM-01)

Komponen

Alur masuk Alur keluar

Alur 1 (kg/jam) Alur 2 (kg/jam) Alur 3 (kg/jam)

Pati 401,5131 - 401,5131

Air 830,8039 1262,62 2093,4239

Protein 15,1514 - 15,1514

Lemak 2,5252 - 2,5252

Vitamin 12,6262 - 12,6262

KOH - 2,3568 2,3568

Sub total 1262,6198 1264,9768 2527,5966

(28)

3.2 Reaktor 1 (R-01)

Fungsi : Memberi kesempatan semua molekul pati dapat terhidrolisa menjadi dekstrin

Tabel 3.2 Neraca Massa Reaktor Hidrolisa

Komponen Alur masuk Alur keluar

Alur 3 (kg/jam) Alur 4 (kg/jam) Alur 5 (kg/jam) Alur 6 (kg/jam)

Pati 401,5131 - - 8,0675

Air 2093,4239 - - 2071,566

Protein 15,1514 - - 15,1514

Lemak 2,5252 - - 2,5252

Vitamin 12,6262 - - 12,6262

KOH 2,3568 - - 2,3568

Takatherm - 2,8058 - 2,8058

CaCl2 - - 2,8058 2,8058

Dekstrin - - - 415,2465

SubTotal 2527,5966 2,8058 2,8058 2533,1512

Total 2533,1512 2533,1512

3.3 Reaktor 2 (R-02)

Fungsi : Memberi kesempatan semua molekul dekstrin dapat terhidrolisa menjadi sirup

glukosa

Tabel 3.3 Neraca Massa Tangki Berpengaduk

Komponen Alur masuk Alur keluar

Alur 6 (kg/jam) Alur 7 (kg/jam) Alur 8 (kg/jam) Alur 9 (kg/jam)

Pati 8,0676 - - 8,0676

Air 2071,566 - - 2050,1478

Protein 15,1514 - - 15,1514

Lemak 2,5252 - - 2,5252

(29)

KOH 2,3568 - - 2,3568

Takatherm 2,8058 - - 2,8058

Diazyme - 0,7014 - 0,7014

Clarex - - 1,4029 1,4029

CaCl2 2,8058 - - 2,8058

Dekstrin 415,2735 - - 8,3277

Glukosa - - 428,364

Sub Total 2533,1512 0,7014 1,4029 2535,2826

Total 2535,2826 2535,2826

3.4 Filter Press (FP-01)

Fungsi : Memisahkan komponen padat dari campuran sirup glukosa

Tabel 3.4 Neraca Massa Filter Fress

Komponen Alur masuk Alur Keluar

Alur 9 (kg/jam) Alur 10 (kg/jam) Alur 11 (kg/jam)

Pati 8,0676 7,9062 0,1613

Air 2050,1478 41,0029 2009,1448

Protein 15,1514 14,8483 0,3030

Lemak 2,5252 2,4746 0,0505

Vitamin 12,6262 0,2524 12,3736

KOH 2,3568 2,3096 0,0471

Takatherm 2,8058 2,7496 0,0561

Diazyme 0,7014 0,6873 0,0140

Clarex 1,4029 1,3748 0,0280

CaCl2 2,8058 2,7496 0,0561

Dekstrin 8,3277 8,1611 0,1665

Glukosa 428,364 8,5673 419,8016

Sub Total 2535,2826 93,08 2442,2026

(30)

3.5 Evaporator (EV-101)

Fungsi : Tempat Memekatkan sirup Glukosa

Tabel 3.5 Neraca Massa Evaporator

Komponen Alur masuk Alur Keluar

Alur 11 (kg/jam) Alur 12 (kg/jam) Alur 13 (kg/jam)

Pati 0,1613 - 0,1613

Air 2009,1448 1968,9619 40,1829

Protein 0,3030 - 0,3030

Lemak 0,0505 - 0,0505

Vitamin 12,3736 - 12,3736

KOH 0,0471 - 0,0471

Takatherm 0,0561 - 0,0561

Diazyme 0,0140 - 0,0140

Clarex 0,0280 - 0,0280

CaCl2 0,0561 - 0,0561

Dekstrin 0,1665 - 0,1665

Glukosa 419,8016 - 419,8016

Sub Total 2442,2026 1968,9619 473,2407

(31)

BAB IV

NERACA ENERGI

Basis Perhitungan : 1 jam operasi

Satuan operasi : kJ/jam

Temperatur basis : 30 oC

[image:31.612.87.528.268.352.2]

4.1 Hammer Mill (HM)

Tabel 4.1 Neraca Panas Pada Hammer Mill

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (Kj/jam)

Alur 1 18193,3199 Alur 3 44575,8372

Alur 2 26382,5173

Total 44575,8372 44575,8372

4.2 Reaktor 1 (R-1)

Tabel 4.2 Neraca panas Reaktor Hidrolisa

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)

Alur 3 44575,8372 Alur 6 611340,3223

Alur 4 28,1634

Alur 5 0,00054

Steam 613033,9012

P. Reaksi - 46297,58

[image:31.612.81.531.449.598.2]
(32)
[image:32.612.89.525.123.208.2]

4.3 COOLER (C-1)

Tabel 4.3 Neraca panas pada Cooler

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)

Alur 6 611340,3223 Alur 7 305332,08

P. Pendingin - 306008,2423

Total 611340,3223 611340,3223

[image:32.612.85.525.271.426.2]

4.4 Reaktor 2 (R-2)

Tabel 4.4 Neraca panas pada Reaktor 2

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)

Alur 7 305332,08 Alur 10 302526,1956

Alur8 7,0403

Alur 9 14,0817

Steam 41757,998

P. Reaksi - 44585,0801

Total 347111,2 347111,2

4.5 Filter Press (FP)

Tabel 4.5 Neraca panas pada Filter Press

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)

Alur 10 302526,1956 Alur 11 7598,4997

Alur 12 294927,6959

[image:32.612.85.525.503.590.2]
(33)
[image:33.612.89.523.120.229.2]

4.6 Evaporator (EV)

Tabel 4.6 Neraca Panas Pada Evaporator

Alur masuk (kJ/jam) Alur keluar (kJ/jam)

Alur 12 302526,1956 Alur 13 619420,1067

Alur 14 13456,7806

Steam 330350,6917

Total 632876,8873 632876,8873

4.7 COOLER (C-2)

Tabel 4.7 Neraca panas pada Cooler

Masuk (kJ / jam) Keluar (kJ/ jam)

Alur 14 13456,7806 Alur 15 6667,5208

P.Pendingin 6789,2598

[image:33.612.85.530.311.396.2]
(34)

BAB V

SPESIFIKASI PERALATAN

5.1 Gudang Penyimpanan Bahan Baku (GB)

Fungsi : Menyimpan bahan baku pisang sebelum diproses

Bentuk Bangunan : Gedung berbentuk persegi panjang ditutup atap

Bahan Konstruksi : Dinding : Batu Bata

: Lantai : Beton

: Atap : Asbes

-Jumlah : 1 Unit

Kondisi ruangan : Temperatur : 30oC

: Tekanan : 1 atm

Kondisi fisik :

-Panjang gudang = 2,6 m

-Lebar = 12 m

-Tinggi = 6 m

5.2 Belt Conveyer (BC)

Fungsi : Untuk mengangkut buah pisang ke Hammer Mill (HM)

Bahan kontruksi : Karet

Kapasitas yang diangkut : 1262,62 kg /jam

Lebar Belt : 3 ft = 1,05 m

Panjang Belt : 15 ft = 4,5 m

Tinggi Belt : 3,8 ft = 1,14 m

Horse Power : 0,1567 Hp

Hp motor : 0,1959

5.3 Hammer Mill (HM-01)

Fungsi : Untuk menghancurkan dan menghaluskan pisang jadi bubur

Laju bahan baku : 3030,288 kg/jam

(35)

Panjang : 11,6 ft = 3,5 m

Daya Bersih E : 34,47 Hp

5.4 Reaktor (R-01)

Fungsi : Untuk memberi kesempatan semua molekul pati dapat

terhidrolisa

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi

Temperatur : 95oC

Tekanan : 1 atm

Laju alir : 5685,3882 kg/jam

Volume Reaktor : 11,2336 m3 9,3614 m3

Kondisi fisik :

- Diameter Tangki : 2,1208 m

- Tinggi Tangki : 3,358 m

- Tebal : 1/4 in

Jenis pengaduk : Propeller

Untuk propeller standar (Geankoplis,1997), diperoleh :

Da/Dt = 1/3 ; Da = 1/3 x 2,1208 m = 0,7006 m

C/Dt = 1/3 ; C = 1/3 x 2,1208 m = 0,7006 m

L/Da = 1/4 ; L = 1/4 x 0,7006 m = 0,1751 m

W/Da = 1/5 ; W = 1/5 x 0,7006 m = 0,1401 m

J/Dt = 1/10 ; J = 1/10 x 2,1208 m = 0,2120

Digunakan motor penggerak dengan daya, 0,1502 Hp = ¼ hp

5.5 Cooler (E-101)

Fungsi : Menurunkan temperatur campuran sebelum dialirkan ke filter press

Jumlah : 1 unit

(36)

Diameter luar : ¾ in

BWG : 18

Pitch : 15/16 triangular pitch

Panjang tube : 20 ft

Jumlah tube : 65,0296 buah

Diameter shell : 12 in

5.6 Reaktor (R-02)

Fungsi : Untuk memberi kesempatan semua molekul pati dapat

terhidrolisa

Bentuk : silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal

Jumlah : 4 unit

Jenis : Reaktor alir tangki berpengaduk

Kondisi operasi :

Temperatur : 60oC

Tekanan : 1 atm

Volume Reaktor : 225,2488 m3

Kondisi fisik :

-Diameter Tangki : 5,3482 m

-Tinggi Tangki : 7,1309 m

Jenis pengaduk : Propeller

Untuk propeller standar (Geankoplis,1997), diperoleh :

Da/Dt = 1/3 ; Da = 1/3 x 5,3482 m = 1,7827 m

C/Dt = 1/3 ; C = 1/3 x 5,3482 m = 1,7827 m

L/Da = 1/4 ; L = 1/4 x 1,7827 m = 0,4456 m

W/Da = 1/5 ; W = 1/5 x 1,7827 m = 0,3565 m

J/Dt = 1/10 ; J = 1/10 x 5,3482 m = 0,5348 m

(37)

5.7 Filter Press (FP-01)

Fungsi : Memisahkan komponen padat dari campuran hasil reaksi

Jenis : silinder vertikal dengan tutup ellipsoidal

Material : kanvas

Jumlah : 2 unit

Kondisi fisik :

Volume tangki : 4,9297 m3

Diameter tangki : 1,7739 m

Tinggi tangki : 5,3217 m

Tebal shell tangki : 0,1905 in

5.8 Evaporator (EV-101)

Fungsi : Tempat memekatkan larutan

Jenis : 1 – 2 shell and tube

Jumlah : 1

Kondisi fisik :

Laju umpan masuk : 2442,2026 kg/jam

Volume tangki : 21,7084 m3

Diameter tangki : 2,6417 m

Tinggi tangki : 3,5222 m

Tebal tutup : 0,2003 in

Tinggi tutup : 0, 6604 m

5.9 Tangki Penyimpanan Sirup Glukosa (TP)

Fungsi : Untuk menyimpan sirup glukosa

Bentuk : Silinder vertikal dengan tutup ellipsoidal

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi

Temperatur : 60oC

Tekanan : 1 atm

(38)

Volume Tangki : 63,6278 m3

Diameter : 3,7806 m

Tinggi Tangki : 5,0408 m

Tebal tutup atas yang digunakan = ½ in

5.10 Cooler (E-102) temperatur campuran sebelum dialirkan ke Tangki Produk

Jumlah : 1 unit

Jenis : 1-2 Shell and tube

Diameter luar : 1 1/4 in

BWG : 18

Pitch : 19/16 triangular pitch

Panjang tube : 20 ft

Jumlah tube : 105,22 buah

Diameter shell : 12 in

5.11 Pompa 1 (P-101)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari hammer mill ke tangki hidrolisa

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

Temperatur : 30 0C

Daya motor = 1/4 hp

5.12 Pompa 2 (P-102)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari Reaktor 1 ke Cooler

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

(39)

Daya motor = 1/4 hp

5.13 Pompa 3 (P-103)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari Cooler ke Reaktor 2

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

Temperatur : 60 0C

Daya motor = 1/4 hp

5.14 Pompa 4 (P-104)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari Reaktor 2 ke Filter Press

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

Temperatur : 60 0C

Daya motor = 1/4 hp

5.15 Pompa 5(P-105)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari Filter Press ke Evaporator

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

Temperatur : 60 0C

(40)

5.16 Pompa 6 (P-106)

Fungsi : Memompakan bubur pati dari Evaporator ke Cooler

Jenis : Centrifugal pump

Jumlah : 1 unit

Bahan Konstruksi : commercial steel

Kondisi operasi :

Temperatur : 100 0C

Daya motor = 1/4 hp

(41)

BAB VI

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

6.1 Instrumentasi

Instrumen adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk

mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam

suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan suatu hal yang sangat penting

karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka operasi semua peralatan yang

ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol dengan cermat, mudah dan efisien,

sehingga kondisi operasi selalu berada dalam kondisi yang diharapkan. Namun pada

dasarnya, tujuan pengendalian tersebut adalah agar kondisi proses di pabrik mencapai

tingkat kesalahan (error) yang paling minimum sehingga produk dapat dihasilkan secara

optimal (Perry, 1999).

Fungsi instrumen adalah sebagai pengontrol, penunjuk (indicator), pencatat

(recorder), dan pemberi tanda bahaya (alarm). Instrumen bekerja dengan tenaga mekanik

atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis.

Instrumen digunakan dalam industri kimia untuk mengukur variabel-variabel proses

seperti temperatur, tekanan, densitas, viskositas, panas spesifik, konduktifitas, pH,

kelembaman, titik embun, tinggi cairan (liquid level), laju alir, komposisi, dan moisture

content. Instrumen-instrumen tersebut mempunyai tingkat batasan operasi sesuai dengan

kebutuhan pengolahan (Timmerhaus, 2004).

Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol/diukur oleh instrumen adalah

(Considine,1985):

1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.

2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH,

humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel

lainnya.

Secara umum, kerja dari alat-alat instrumen dapat dibagi dalam dua bagian yaitu

operasi secara manual dan operasi secara otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu

peralatan proses bergantung pada pertimbangan ekonomis dari sistem peralatan itu

(42)

dipasang pada peralatan proses (manual control) atau disatukan dalam suatu ruang

kontrol yang dihubungkan dengan bagian peralatan (automatic control). (Perry,1999).

Menurut sifatnya konsep dasar pengendalian proses ada dua jenis, yaitu:

 Pengendalian secara manual

Tindakan pengendalian yang dilakukan oleh manusia. Sistem pengendalian ini

merupakan sistem yang ekonomis karena tidak membutuhkan begitu banyak

instrumentasi dan instalasi. Namun pengendalian ini berpotensi tidak praktis dan tidak

aman karena sebagai pengendalinya adalah manusia yang tidak lepas dari kesalahan.

 Pengendalian secara otomatis

Berbeda dengan pengendalian secara manual, pengendalian secara otomatis

menggunakan instrumentasi sebagai pengendali proses, namun manusia masih terlibat

sebagai otak pengendali. Banyak pekerjaan manusia dalam pengendalian secara

manual diambil alih oleh instrumentasi sehingga membuat sistem pengendalian ini

sangat praktis dan menguntungkan.

Hal-hal yang diharapkan dari pemakaian alat-alat instrumentasi adalah:

 Kualitas produk dapat diperoleh sesuai dengan yang diinginkan

 Pengoperasian sistem peralatan lebih mudah

 Sistem kerja lebih efisien

 Penyimpangan yang mungkin terjadi dapat diketahui dengan cepat

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah

(Timmerhaus,2004):

1. Range yang diperlukan untuk pengukuran

2. Level instrumentasi

3. Ketelitian yang dibutuhkan

4. Bahan konstruksi instrumen, dan

5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses

6.2 Tujuan Pengendalian

Tujuan perancangan sistem pengendalian dari pabrik pembuatan Sirup Glukosa

dengan proses Hidrolisis Pati demi keamanan operasi pabrik yang mencakup:

• Mempertahankan variabel-variabel proses seperti temperatur dan tekanan tetap

(43)

• Mendeteksi situasi berbahaya kemungkinan terjadinya kebocoran alat, karena beberap zat yang digunakan pada pabrik pembuatan Sirup ini berbahaya bagi

manusia. Pendeteksian dilakukan dengan menyediakan alarm dan sistem

penghentian operasi secara otomatis (automatic shut down systems).

• Mengontrol setiap penyimpangan operasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja

maupun kerusakan pada alat proses.

Instrumentasi yang umum digunakan pada pabrik adalah:

• Temperature Controller (TC)

• Level Controller (LC)

• Flow Controller (FC)

• Pressure Controller (PC)

Pada pabrik pembuatan pabrik sirup glukosa dari pisang inntrumen yang

digunakan :

• Pengontrol temperatur, digunakan pada evaporator dan cooler.

• Pengontrol tinggi cairan, digunakan pada tangki.

• Pengontrol laju alir yang digunakan pada pompa.

[image:43.612.82.531.493.666.2]

• Pengontrol tekanan digunakan pada evaporator

Tabel 6.1 Daftar instrumentasi pada pra rancangan pabrik pembuatan sirup glukosa dari

Pisang Raja

No Nama Alat Jenis Intrumentasi

1 Tangki Produk Level Controller (LC)

2 Pompa Flow Controller (FC)

3 Evaporator Temperature Controller (TC)

Pressure Controller (PC)

4 Reaktor Temperature Controller (TC)

Presure Controller (PC)

(44)

6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Pembuatan Sirup Glukosa Dari Pisang

Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh

karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk itu perlu

diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik pada saat

perancangan dan saat pabrik beroperasi.

Segala pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja, Pemerintah

Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja pada

tanggal 12 Januari 1970. Makin tingi tingkat keselamatan kerja dari suatu pabrik maka

makin meningkat pula aktivitas kerja pada karyawan. Hal ini disebabkan oleh

keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan.

Untuk mencapai hal tersebut menjadi tanggung jawab dan kewajiban perancang

pabrik untuk merencanakanya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan

pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

• Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik.

• Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin.

• Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin.

• Jarak antar mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas.

• Setiap mesin dan peralatan lainya harus dilengkapi alat pencegah.

kebakaran

• Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang

berbahaya.

• Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.

Dalam rancangan pabrik pembuatan sirup glukosa dari pisang, usaha-usaha

pencegahan terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi, hal-hal yang perlu dilakukan

adalah :

6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan

• Alarm dipasang pada tempat yang penting dan strategis, di laboratorium

(45)

Peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat man hole dan hand hole yang cukup untuk pemeriksaan.

• Sietem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara,

saluran steam, dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak menggangu

gerakan karyawan.

Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat

dalam keadaan siaga.

• Bahan- bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam

tempat yang aman dan dikontrol secara teratur.

6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri

• Pakaian dan perlengkapan perlindungan.

• Sepatu pengaman.

• Pelindung mata.

• Masker udara.

• Sarung tangan.

6.3.3 Keselamatan kerja terhadap listrik

• Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian

sekring atau pemutus arus listrik otomatis lainya.

• Sistem perkabelan listrik harus dirancang terpadu dengan tata letak pabrik

untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan

perbaikan.

• Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh menggangu

lalu lintas pekerja.

• Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan

tinggi.

• Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.

• Setiap peralatan yang menjulang tinggi harus dilengkapi dengan alat

(46)

• Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja pada suhu tinggi harus diisolasi secara khusus.

6.3.4 Pencegahan terhadap gangguan Kesehatan

• Setiap karyawan diwajibkan memakai pakaian kerja selama berada di

dalam lokasi pabrik.

• Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya, karyawan

diharuskan memakai sarung tangan karet serta panutup hidung dan mulut.

• Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengelolaan, pengangkutan,

penyimpanan dan penggunanya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran,

korosi maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara

cermat.

• Poliklinik yang memadai disediakan di lokasi pabrik.

6.3.5 Pencegahan terhadap Bahaya Mekanis

• Alat-alat dipasang dengan penahan alat yang cukup berat untuk mencegah

kemungkinan terguling atau terjatuh.

• Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat

kegiatan karyawan.

• Jalur perpipaan sebaiknya berada diatas permukaan tanah atau 3,5 m bila

diluar gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.

• Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja

dengan tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau

pembongkaran.

• Pada alat-alat yang bergerak atau berputar harus diberi tutup pelindung

(47)

BAB VII

UTILITAS

Utilitas merupakan unit penunjang kelancaran suatu proses produksi pabrik. Oleh

karena itu, unit-unit harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin

kelangsungan operasi suatu pabrik.

Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pabrik Sirup Glukosa diklasifikasikan sebagai berikut

:

1. Kebutuhan Air

Kebutuhan air ini terdiri dari:

 Kebutuhan air proses

Kebutuhan uap (steam)

 Kebutuhan air pendingin

 Air untuk berbagai kebutuhan

2. Kebutuhan Bahan Kimia untuk utilitas

3. Kebutuhan Tenaga Listrik

4. Kebutuhan Bahan Bakar

5. Unit Pengolahan Limbah

7.1 Kebutuhan Air

Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan

proses maupun kebutuhan domestik. Kebutuhan air suatu pabrik meliputi air proses, uap

(steam), air pendingin, dan air untuk berbagai kebutuhan. Kebutuhan air pada pabrik

(48)

• Kebutuhan Air Proses

Perhitungan kebutuhan air proses pada pabrik Sirup glukosa yang diperoleh dari

[image:48.612.103.458.156.227.2]

lampiran A dapat dilihat pada Tabel 7.1 di bawah ini :

Tabel 7.1 Kebutuhan air proses pada berbagai alat

No. Nama Alat Kode Alat Kebutuhan (kg/jam)

1. Hammer mill HM-01 1262,62

Total 1262,62

Tambahan untuk faktor keamanan diambil sebesar 30 % (Perry, 1999) maka

Total air yang dibutuhkan = (1 + faktor keamanan) x Kebutuhan air proses

= (1,3) x 1262,62 kg/jam = 1641,406 kg/j am.

Kebutuhan Uap (Steam)

Uap digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas alat-alat perpindahan panas.

Steam diproduksi dalam ketel. Perhitungan kebutuhan steam pada pabrik pembuaatn

Sirup glukosa yang diperoleh dari LB.2, LB.4, LB.6 dapat dilihat pada Tabel 7.2 di

bawah ini :

Tabel 7.2 Kebutuhan Uap sebagai media pemanas pada berbagai alat

No. Nama Alat Kode Alat Kebutuhan (kg/jam)

1.

2.

3.

Tangki Reaktor Hidrolisa

Tangki Reaktor Berpengaduk

Evaporator

R – 01

R – 02

EV – 101

260,069

17,7145

140,1412

Total 417,9247

Tambahan untuk faktor keamanan diambil sebesar 30 % (Perry, 1999) maka :

Total steam yang dibutuhkan = (1 + faktor keamanan) x Kebutuhan uap

= (1,3) x 417,9247 kg/jam = 543,3021 kg/j am.

Diperkirakan 80% kondensat dapat digunakan kembali (Evans,1978), sehingga:

Kondensat yang digunakan kembali = 80% × 543,3021 kg/jam

= 434,6412 kg/jam

Kebutuhan air tambahan untuk ketel = 20% × 543,3021 kg/jam

(49)

• Kebutuhan Air Pendingin

Perhitungan kebutuhan air pendingin pada pabrik sirup glukosa dari pisang yang

[image:49.612.106.482.155.247.2]

diperoleh dari LB.3, LB.7 dapat dilihat pada Tabel 7.3 di bawah ini :

Tabel 7.3 kebutuhan Air Pendingin pada Berbagai Alat

No. Nama Alat Kode Alat Kebutuhan (kg/jam)

1.

2.

Cooler I

Cooler II

E – 101

E – 102

3011,8921

66,8234

Total 3078,7155

Air pendingin bekas digunakan kembali setelah didinginkan dalam menara

pendingin air. Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses sirkulasi, maka

air tambahan yang diperlukan adalah jumlah air yang hilang karena penguapan, drift loss,

dan blowdown (Perry, 1999).

Air yang hilang karena penguapan dapat dihitung dengan persamaan ;

We = 0,00085 Wc (Pers.12-10, Perry, 1999)

Dimana :

Wc = Jumlah air pendingin yang diperlukan =

3078,7155 kg/jam

T1 = Temperatur air pendingin masuk = 30 oC = 86 oF

T2 = Temperatur air pendingin keluar = 55 oC = 131 oF

Maka :

We = 0,00085 x 3078,7155 x (55-30) = 65,4227 kg/jam

Air yang hilang karena drift loss biasanya 0,1 – 0,2 % dari air pendingin yang masuk ke

menara air (Perry, 1999). Diperkirakan drift loss 0,2 %, maka :

Wd = 0,002 x 65,4227 = 0,1308 kg/jam

Air yang hilang blowdown bergantung pada jumlah siklus sirkulasi air pendingin,

biasanya antara 3 – 5 siklus (Perry, 1999). Diperkirakan 5 siklus, maka :

Wb = 65,4227 16, 3556 /

1 5 1

e

W

kg jam

(50)

Sehingga air tambahan yang diperlukan = We + Wd + Wb

= 65,4227 kg/jam + 0,1308 +16, 3556 kg/jam

= 81,9091 kg/jam

• Air untuk berbagai kebutuhan

a. Kebutuhan air domestik

Kebutuhan air domestik untuk tiap orang/shift adalah 40–100 ltr/hari

(Metcalf, 1991). Diambil 80 liter/hari = 3,33 liter/jam

ρair pada 30oC = 995,68 kg/m3 ; Jumlah karyawan = 100 orang

Maka total air domestik = 3,33 liter/jam × 100

= 333 ltr/jam × 0,99568 kg/liter = 331,56 kg/jam

b. Kebutuhan air laboratorium

Kebutuhan air untuk laboratorium adalah 1000 – 1800 ltr/hari

(Metcalf dan Eddy, 1991), Maka diambil 1500 ltr/hari = 62,230 kg/jam.

c. Kebutuhan air kantin dan tempat ibadah

Kebutuhan air untuk kantin dan rumah ibadah adalah 40 – 120 liter/hari

(Metcalf dan Eddy, 1991), Maka diambil 120 liter/hari = 5 liter/jam

ρair pada 30oC= 995,68 kg/m3 ; Pengunjung rata – rata = 70 orang.

Maka total kebutuhan airnya = 5 × 70 = 350 ltr/jam × 0,99568 kg/liter

= 348,488 kg/jam

d. Kebutuhan air poliklinik

Kebutuhan air untuk poliklinik adalah 400 – 600 ltr/hari.

(Metcalf dan Eddy, 1991), Maka diambil 400 ltr/hari = 24,892 kg/liter

Tabel 7.4 Pemakaian Air Untuk Berbagai Kebutuhan

Tempat Jumlah (kg/jam)

Domestik 331,56

Laboratorium 62,230

Kantin dan tempat ibadah 348,4880

Poliklinik 24,892

(51)

Maka total kebutuhan air yang diperlukan pada pengolahan awal tiap jamnya

adalah :

= air tambahan proses + air tambahan pendingin + air tambahan ketel + air untuk

berbagai kebutuhan

= 1641,406 + 81,9091 + 108,6604 + 767,1784 = 2599,1539 kg/jam.

Sumber air untuk pabrik sirup glukosa dari pisang ini adalah dari Sungai Musi,

Propinsi Sumatera Selatan dengan debit air 5,421 m3/detik. Adapun kualitas air Sungai

[image:51.612.92.512.255.591.2]

Musi dapat dilihat pada tabel 7.4 sebagai berikut.

Tabel 7.4 Kualitas Air Sungai Musi, Sumatera Selatan

Parameter Satuan Kadar

Suhu Kekeruhan pH Ammonium Aluminum Besi terlarut Kesadahan : Kalsium Magnesium Seng Timbal Mangan Timah Sianida Bikarbonat Karbonat Klorida Nitrat Nitrit Pospat Sulfat CO2 bebas

°C NTU

mg/L mg/L mg/L

mg/L CaCO3

mg/L CaCO3

mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L ± 28 146 7,7 0,34 0,4 0,79 93,5 55,8 0,1 - 0,6 0,005 0,008 370,1 - 20,5 0,11 0,03 0,4 6 32,1

(Sumber: data hasil rata-rata tahunan pemantauan kualitas air [BPSDA-Propinsi

(52)

7.2 Unit Pengolahan Air

Kebutuhan air untuk pabrik Sirup glukosa dari pisang diperoleh dari sungai Musi

yang terletak di kawasan pabrik. Untuk menjamin kelangsungan penyediaan air, maka di

lokasi pengambilan air dibangun fasilitas penampungan air (water reservoar) yang juga

merupakan tempat pengolahan awal air sungai. Pengolahan ini meliputi penyaringan

sampah dan kotoran yang terbawa bersama air. Selanjutnya air dipompakan ke lokasi

pabrik untuk diolah dan digunakan sesuai dengan keperluannya. Pengolahan air di pabrik

terdiri dari beberapa tahap, yaitu (Degremont, 1991) :

1. Screening

2. Sedimentasi

3. Koagulasi dan flokulasi

4. Filtrasi

5. Demineralisasi

6. Deaerasi

7.2.1 Screening

Tahap screening merupakan tahap awal dari pengolahan air. Adapun tujuan

screening adalah (Degremont, 1991):

- Menjaga struktur alur dalam utilitas terhadap objek besar yang mungkin merusak

fasilitas unit utilitas.

- Memudahkan pemisahan dan menyingkirkan partikel-partikel padat yang besar yang

terbawa dalam air sungai.

Pada tahap ini, partikel yang besar akan tersaring tanpa bantuan

bahan kimia. Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan terikut bersama air

menuju unit pengolahan selanjutnya.

7.2.2 Sedimentasi

Setelah air disaring pada tahap screening, di dalam air tersebut masih terdapat

partikel-partikel padatan kecil yang tidak tersaring pada screening. Untuk menghilangkan

padatan-padatan tersebut, maka air yang sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam bak

(53)

7.2.3 Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses penghilangan kekeruhan di dalam air

dengan cara mencampurkannya dengan larutan Al2(SO4)3 dan Na2CO3 (soda abu).

Larutan Al2(SO4)3 berfungsi sebagai koagulan utama dan larutan Na2CO3 sebagai bahan

koagulan tambahan yaitu berfungsi sebagai bahan pambantu untuk mempercepat

pengendapan dan penetralan pH. Pada bak clarifier, akan terjadi proses koagulasi dan

flokulasi. Tahap ini bertujuan menyingkirkan Suspended Solid (SS) dan koloid

(Degremont, 1991) :

Koagulan yang biasa dipakai adalah alum. Reaksi hidrolisis akan terjadi menurut

reaksi :

M3+ + 3H2O M(OH)3 + 3 H+

Dalam hal ini, pH menjadi faktor yang penting dalam penyingkiran koloid. Kondisi

pH yang optimum penting untuk terjadinya koagulasi dan terbentuknya flok-flok

(flokulasi). Koagulan yang biasa dipakai adalah larutan alum Al2(SO4)3. Sedangkan

pengatur pH dipakai larutan soda abu Na2CO3 yang berfungsi sebagai bahan pembantu

untuk mempercepat pengendapan dan penetralan pH. Dua jenis reaksi yang akan terjadi

adalah (Degremont, 1991) :

Al2(SO4)3 + 6 Na2CO3 + 6H2O 2Al(OH)3↓ + 12Na+ + 6HCO3- + 3SO43-

2Al2(SO4)3 + 6 Na2CO3 + 6H2O 4Al(OH)3↓ + 12Na+ + 6CO2 + 6SO4

3-Reaksi koagulasi yang terjadi :

Al2(SO4)3 + 3H2O + 3Na2CO3 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 3CO2

Selain penetralan pH, soda abu juga digunakan untuk menyingkirkan kesadahan

permanent menurut proses soda dingin menurut reaksi (Degremont, 1991)

(54)

CaCl2 + Na2CO3 2NaCl + CaCO3

Selanjutnya flok-flok yang akan mengendap ke dasar clarifier karena gaya

gravitasi, sedangkan air jernih akan keluar melimpah (overflow) yang selanjutnya akan

masuk ke penyaring pasir (sand filter) untuk penyaringan.

Pemakaian larutan alum umumnya hingga 50 ppm terhadap jumlah air yang akan

diolah, sedangkan perbandingan pemakaian alum dan abu soda = 1 : 0,54 (Crities, 2004).

Perhitungan alum dan abu soda yang diperlukan :

Total kebutuhan air = 2599,1539 kg/jam

Pemakaian larutan alum = 50 ppm

Pemakaian larutan soda abu = 0,54 × 50 = 27 ppm

Larutan alum Al2(SO4)3 yang dibutuhkan = 50.10-6 × 2599,1539 = 0,12 kg/jam

Larutan abu soda Na2CO3 yang dibutuhkan = 27.10-6 × 2599,1539 = 0,070 kg/jam

7.2.4 Filtrasi

Filtrasi dalam pemurnian air merupakan operasi yang sangat umum dengan tujuan

menyingkirkan Suspended Solid (SS), termasuk partikulat BOD dalam air (Metcalf &

Eddy, 1991).

Material yang digunakan dalam medium filtrasi dapat bermacam-macam : pasir,

antrasit (crushed anthracite coal), karbon aktif granular (Granular Carbon Active atau

GAC), karbon aktif serbuk (Powdered Carbon Active atau PAC) dan batu garnet.

Penggunaan yang paling umum dipakai di Afrika dan Asia adalah pasir dan gravel

sebagai bahan filter utama, menimbang tipe lain cukup mahal (Kawamura, 1991).

Unit filtrasi dalam pabrik pembuatan Sirup Glukosa menggunakan media filtrasi

granular (Granular Medium Filtration) sebagai berikut :

1. Lapisan atas terdiri dari pasir hijau (green sand). Lapisan ini bertujuan memisahkan

flok dan koagulan yang masih terikut bersama air. Lapisan yang digunakan setinggi

20 in (50,8 cm).

2. Untuk menghasilkan penyaringan yang efektif, perlu digunakan medium berpori

misalnya atrasit atau marmer. Untuk beberapa pengolahan dua tahap atau tiga tahap

pada pengolahan effluent pabrik, perlu menggunakan bahan dengan luar permukaan

(55)

ataupun Granular Active Carbon/GAC) (Degremont, 1991). Pada pabrik ini,

digunakan antrasit setinggi 10 in (25,4 cm).

3. Lapisan bawah menggunakan batu kerikil/gravel setinggi 16 in (40,64 cm) (Metcalf

& Eddy, 1991).

Bagian bawah alat penyaring dilengkapi dengan strainer sebagai penahan. Selama

pemakaian, daya saring sand filter akan menurun. Untuk itu diperlukan regenerasi secara

berkala dengan cara pencucian balik (back washing). Dari sand filter, air dipompakan ke

Bak Penampungan sebelum didistribusikan untuk berbagai kebutuhan.

Untuk air domestik, laboratorium, kantin, dan tempat ibadah, serta poliklinik,

dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air dengan klor untuk membunuh

kuman-kuman di dalam air. Klor yang digunakan biasanya berupa kaporit, Ca(ClO)2.

Perhitungan kebutuhan kaporit, Ca(ClO)2 :

Total kebutuhan air yang memerlukan proses klorinasi = 767,1784 kg/jam

Kaporit yang digunakan direncanakan mengandung klorin 70 %

Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air

Total kebutuhan kaporit = (2.10-6 × 767,1784)/0,7 = 0,0022 kg/jam

7.2.5 Demineralisasi

Air untuk umpan ketel dan proses harus murni dan bebas dari garam-garam

terlarut. Untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi, dimana alat demineralisasi

dibagi atas :

a. Penukar kation

Berfungsi untuk mengikat logam – logam alkali dan mengurangi kesadahan air yang

digunakan. Proses yang terjadi adalah pertukaran antara kation Ca, Mg, dan Mn yang

larut dalam air dengan kation hidrogen dan resin. Resin yang digunakan bertipe gel

dengan merek IR–22 (Lorch, 1981).

Reaksi yang terjadi :

2H+R + Ca2+ Ca2+R + 2H+

2H+R + Mg2+ Mg2+R + 2H+

(56)

Untuk regenerasi dipakai H2SO4 dengan reaksi :

Ca2+R + H2SO4 CaSO4 + 2H+R

Mg2+R + H2SO4 MgSO4 + 2H+R

Mn2+R + H2SO4 MnSO4 + 2H+R

Perhitungan kesadahan kation :

Air Sungai Musi mengandung kation Fe2+, NH4+, Al3+, Zn2+, Mn2+, Pb2+, Ca2+, dan Mg2+

masing-masing 0,79 mg/L, 0,34 mg/L, 0,4 mg/L, 0,1 mg/L, 0,6 mg/L, 0 mg/L, 93,5

mg/L, dan 55,8 mg/L (Tabel 7.4).

Total kesadahan kation = (0,79 + 0,34 + 0,4 + 0,1 + 0,6 + 0+ 93,5 + 55,8) mg/L

= 151,53 mg/L = 0,15153 g/L

Jumlah air yang diolah = 108,6604 kg/jam

= 3

3 108,6604 kg/jam

1000 L/m

995,5 kg/m × = 108,7147 L/jam

Kesadahan air = 0,15153 gr/L ×108,7147 L/jam × 24 jam/hari × 10-3 kg/gr

= 0,3953 kg/hari

Ukuran Cation Exchanger

Jumlah air yang diolah = 108,6604 kg/jam

Dari Tabel 12.4, The Nalco Water Handbook, 1988 diperoleh :

- Diameter penukar kation = 2 ft – 0 in

- Luas penampang penukar kation = 3,14 ft2

- Jumlah penukar kation = 1 unit

Volume resin yang diperlukan

Total kesadahan air = 0,3953 kg/hari

Dari Tabel 12.2, Nalco, 1988, diperoleh :

- Kapasitas resin = 20 kgr/ft3

- Kebutuhan regenerant = 6 lb H2SO4/ft3 resin

Kebutuhan resin =

3

0,3953 kg/hari

20 kg/ft = 0,01976 ft 3

/hari

Tinggi resin = 0,01976

3,14

(57)

Tinggi minimum resin 30 in = 2,5 ft (Tabel 12.4, Nalco, 1988)

Sehingga volume resin yang dibutuhkan = 2,5 ft × 3,14 ft2 = 7,85 ft3

Waktu regenerasi =

3 3

7,85 ft 20 kg/ft 0,3953 kg/hari

× = 397,16 hari

Kebutuhan regenerant H2SO4 = 0,3953 kg/hari ×

3 3

kgr/ft 20

lb/ft 6

= 0,1185 lb/hari = 0,0022 kg/jam

Perhitungan kesadahan anion :

Perhitungan Kesadahan Anion

Air Sungai Musi, mengandung Anion : nitrat, nitrit, pospat, Cl-, SO42-, CN-, CO32-,

masing-masing 0,11 mg/L, 0,03 mg/L, 0,4 mg/L, 20,5 mg/L, 6 mg/L, 0,008 mg/L, dan

370,1 mg/L (Tabel 7.4).

Total kesadahan anion = (0,11 + 0,03 + 0,4 + 20,5 + 6 + 0,008 + 370,1) mg/L

= 397,148 mg/L = 0,397148 gr/L

Jumlah air yang diolah = 108,6604 kg/jam

= 3

3 108,9975 kg/jam

1000 L/m

996,24 kg/m × = 108,7147 L/jam

Kesadahan air = 0,397148 gr/L × 108,7141 L/jam × 24 jam/hari × 10-3 kg/gr

=1,0362 kg/hari

Ukuran Anion Exchanger

Jumlah air yang diolah =1513,8514 kg/jam

Gambar

Tabel 2.1 komposisi pisang raja
Gambar 2.2 Struktur maltosa
Gambar 2.3 Struktur selulosa
Tabel 3.1 Neraca Massa pada Hammer Mill (HM-01)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Catatan : Pada reaktor sakarifikasi awal terjadi pembentukan glukosa dari maltosa dan dextrin dengan bantuan enzim Amylase, untuk itu bahan-bahan yang tidak terlibat dalam

rancangan pabrik glukosa monohidrat dari tepung sagu diharapkan dapat menjadi.. solusi yang tepat untuk memenuhi kriteria tersebut, selain

Dengan pertimbangan kebutuhan sirup glukosa didalam negeri dan kapasitas pabrik yang sudah ada, maka ditetapkan kapasitas rancangan pabrik sirup glukosa yang

Daun pisang yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan sirup adalah.. dari jenis pisang kepok

Berdasarkan peluang pendirian pabrik yang sudah dihitung maka direncanakan pada tahap awal kapasitas produksi sirup glukosa yaitu sebesar 35.000 ton/tahun atau

T-butanol merupakan bahan baku yang digunakan sebagai Co-solvent untuk industri pembuatan cat, denaturalisasi etanol, penghilang cat ( thinner ), dan dapat berfungsi

Dari hasil perbandingan proses hidrolisa dengan katalis asam dan proses hidrolisa dengan katalis enzim, maka Pra Rancangan Pabrik pembuatan glukosa dari bahan baku sabut kelapa

Hidroksi metil furfural terbentuk beberapa saat setelah reaksi terjadi yang berasal dari 1% glukosa yang terbentuk. Terbentuknya HMF menyebabkan perubahan warna