• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Perekat Polipropilena Hasil Daur Ulang Sebagai Bahan Papan Partikel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Perekat Polipropilena Hasil Daur Ulang Sebagai Bahan Papan Partikel"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN

PEREKAT POLIPROPILENA HASIL DAUR ULANG

SEBAGAI BAHAN PAPAN PARTIKEL

TESIS

Oleh :

SAHAT HAMONANGAN PANGARIBUAN

097026028/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA HASIL DAUR ULANG

SEBAGAI BAHAN PAPAN PARTIKEL

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Sains dalam program studi

Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh :

SAHAT HAMONANGAN PANGARIBUAN

097026028/FIS

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

P E N G E S A H A N

Judul Tesis : PEMANFAATAN TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA HASIL DAUR ULANG SEBAGAI BAHAN PAPAN PARTIKEL

Nama : SAHAT HAMONANGAN PANGARIBUAN

NIM : 097026028

Program Studi : Magister Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc ( Ketua )

Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, Ph.D ( Anggota )

Ketua Program Studi, Dekan,

Dr. Nashruddin M.N., M.Eng. Sc. Dr. Sutarman, M.Sc

(4)

 

PERNYATAAN ORISINILITAS

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA HASIL DAUR ULANG

SEBAGAI BAHAN PAPAN PARTIKEL

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan , Juni 2011

SAHAT H PANGARIBUAN

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPANTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :SAHAT HAMONANGAN PANGARIBUAN

NIM : 097026028

Program Studi : Magister Ilmu Fisika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ( Non Exclisive Royalty Free Right ) atas tesis saya yang berjudul :

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN

PEREKAT POLIPROPILENA HASIL DAUR ULANG

SEBAGAI BAHAN PAPAN PARTIKEL

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan , Juni 2011

SAHAT H PANGARIBUAN

(6)

 

Telah diuji pada

Tanggal : 14 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc

Anggota : 1. Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, Ph.D

2. Dr. Kerista Sebayang, M.S

3. Dr. Anwar Darma Sembiring, M.S

4. Dr. Nasruddin M.N., M.Eng. Sc

(7)

7   

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap dan Gelar : Sahat Hamonangan Pangaribuan S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : P Siantar, 31 Januari 1971

Alamat Rumah : Jl. Kesatri lorong 29 No 20

Pematang Siantar

Telefon / HP : ( 0622 ) 7550803/08126527262

E - mail : psahathamonangan@yahoo.com

Instansi Tempat Bekerja : Pemerintah Kabupaten Simalungun

Alamat Kantor : Jl. Mahoni Raya Kabupaten Simalungun

Telefon : ( 0622 ) 755413

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 122373 P Siantar Tamat : 1983

SMP : SMP Negeri 1 P Siantar Tamat : 1986

SMA : SMA Sw Y USI P Siantar Tamat : 1989

Diploma – 3 : FPMIPA IKIP Negeri Medan Tamat : 1993

Strata -1 : FPMIPA UNIMED Medan Tamat : 2001

(8)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

kelimpahan rakhmad dan karunia-Nya yang dapat kami terima sehingga tesis ini dapat

diselesaikan.

Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah kami mengucapkan terimaksaih yang

sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),

Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Program Magister.

Dekan fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan

menjadi mahasiswa Program Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika Dr. Nasruddin M.N., M.Eng, Sc dan sekretaris

Program Studi Magister Fisika Dr. Anwar Darma Sembiring, M.S beserta seluruh staf pengajar

Program Studi Magister Fisika pada Progran Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Terimaksih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya kami ucapkan kepada

Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian

dan telah memberikan dorongan , bimbingan kepada kami, demikian juga kepada Prof. Eddy

Marlianto, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing kami yang telah menuntun dan membimbing kami

hingga selesainya penelitian ini.

Kepada Ibunda tercinta Tianur Siahaan yang selalu mendoakan kami selama studi terlebih

kepada istri tersayang Bonaria Damanik S.Pd serta anak-anakku terkasih Praja Pangaribuan dan

Kova Pangaribuan atas pengorbanan kalian baik berupa moril dan material serta waktu bersama

yang hilang selama studi, budi baik ini tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

(9)

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA

HASIL DAUR UALANG SEBAGAI

BAHAN PAPAN PARTIKEL

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit dengan perekat

polipropilena hasil daur ulang sebagai bahan papan partikel. Bentuk susunan tandan kososng

kelapa sawit adalah susunan acak. Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah limbah dari pabrik

kelapa sawit sedangkan plastik polipropilena daur ulang merupakan limbah rumah tangga berupa

botol kemasan air mineral yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dan

digunakan sebagai papan partikel komposit. Pembuatan papan partikel komposit dari serat Tandan

Kosong Kelapa Sawit dan plastik polipropilena hasil daur ulang dapat dijadikan usaha untuk

penggunaan produk alternatif pengganti bahan kayu yang ketersediaannya sangat terbatas. Sasaran

dari penelitian ini yaitu mengevaluasi sifat fisis ( Kerapatan, Kadar Air dan Pengembangan Tebal)

dan sifat mekanis (Kuat Lentur, Modulus Elastis, Kuat Rekat Internal dan Kuat Impak) dengan

perlakuan komposisi serat 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50, 60 : 40, 70 : 30 dengan menggunakan standar

SNI 03 – 2105 – 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sifat- fisis papan partikel

komposit yang dihasilkan memenuhi standar SNI 03 – 2105 – 2006 sedangkan sifat mekanis nilai

Modulus Elastis tidak memenuhi standar SNI 03 – 2105 – 2006. Secara keseluruhan perlakuan

komposisi 40 : 60 lebih baik dibandingkan dengan komposisi yang lain.

Kata kunci : Papan Partikel, Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit, polipropilena, sifat fisik dan

(10)

USING THE EMPTY FRUIT BUNCHES PALM OIL WITH RECYCLED POLYPROPYLENE BINDER AS PARTICLE BOARD MATERIAL

A B S T R A C T

The research on utilization of empty fruit bunches palm oil with recycled polypropylene binder as particle board material has been conducted. The structure of this empty fruit bunches palm oil’s fiber is organizet in random order. The fiber of empty fruit bunches palm oil is a disposal from the palm oil manufacture where as recycled polypropylene plastic is a waste obtained from household excess that is mostly in the form of mineral bottled water in which very potential to be used as composite particle board . The production of composite particle board from empty fruit bunches palm oil and polypropylene plastic recycled can be made as the alternative way to replace the utilization of limited wood material. The purpose of this research is to evaluate the physical traits (density, water content and development of thicness ) and the mechanical traits (flexsural strength, elastic modulus, internal adhesive strength and the strength of impact)with the treatment of fiber compositions of 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30 by using SNI 03-2015-2006 Standard while the mechanical traits of elastic modulus fail meet the SNI 03-2015-2006 standart. In conclusion the treatmen composition of 40:60 is better than other compositions.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

2.1.2 Penggunaan Polipropilena 6

2.2 Tandan Kososng Kelapa Sawit 7

2.3 Komposit 8

2.3.1 Klassifikasi Bahan Komposit 9

2.3.2 Tipe Komposit Serat 10

2.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Performa

(12)

v   

2.6.1 Pencampuran Polipropilena dengan Serat 14

2.6.2 Kompatibilitas Pencampuran Polipropilena dengan

serat

2.7 Karakteristik Papan Partikel

2.7.1 Pengujian Sifat fisik

2.7.2 Pengujian sifat Mekanik

15

3.3.2 Perlakuan pada Polipropilena 22

3.3.3 Pembuatan Coupling Agent 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 27

4.1.1 Hasil Pengujian Kerapatan 27

4.1.2 Hasil Pengujian Kadar Air 28

(13)

4.2 Sifat Mekanik Papan Partikel 31

4.2.1 Hasil Pengujian Kuat Lentur 31

4.2.2 Hasil Pengujian Modulus Elastisitas 32

4.2.3 Hasil Pengujian Kuat Impak 33

4.2.4 Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal 34

4.3 Hasil Perankingan Kualitas Papan Partikel 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 37

5.1 Kesimpulan 37

5.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel J u d u l Halaman

2.1 Sifat Fisik dan Morfologi Tandan Kosong Kelapa Sawit 7

2.2 Komposisi dan Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit 8

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar J u d u l Halaman

2.1 Polimerisasi Polipropilena 5

2.2 Struktur Isotaktik Polipropilen 5

2.3 Tandan Kosong Kelapa Sawit 7

2.4 Tipe Discontinuous fiber 10

2.5 Tipe Komposit Serat 11

2.6 Anhidrida Maleat 13

2.7 Alat Universal Testing Machine 18

2.8 Pemasangan Sampel 19

2.9 Alat Uji Kuat Impak Model Charpy 20

3.1 Ukuran sampel Uji Berdasarkan SNI 03-2105-2006 23

3.2 Diagram Alir Penyiapan PP Hasil Daur Ulang 24

3.3 Diagram Alir Penyiapan Tandan Kosong Kelapa Sawit 25

3.4 Diagram Alir Pembuatan Papan Partikel 26

4.1 Grafik Nilai Kerapatan 27

4.2 Grafik Nilai Kadar Air 29

4.3 Grafik Nilai Pengembangan Tebal 30

4.4 Grafik Nilai Kuat Lentur 31

4.5 Grafik Nilai Modulus Elastisitas 32

4.6 Grafik Nilai Kuat Impak 34

(16)

vii   

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran J u d u l Halaman

A Data Hasil Pengujian Kerapatan L-1

B Data Hasil Pengujian Kadar Air L-2

C Data Hasil Pengujian Pengembangan Tebal L-3

D Data Hasil Pengujian Kuat Lentur L-4

E Data Hasil Pengujian Modulus Elastisitas L-5

F Data Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal L-6

G Data Hasil Pengujian Kuat Impak L-7

H Kurva Tegangan – Regangan Pengujian Kuat Lentur L-8

I

J

Tabel Hasil Perankingan Kualitas Papan Partikel

Dokumentasi Penelitian

L-9

(17)

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

DENGAN PEREKAT POLIPROPILENA

HASIL DAUR UALANG SEBAGAI

BAHAN PAPAN PARTIKEL

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit dengan perekat

polipropilena hasil daur ulang sebagai bahan papan partikel. Bentuk susunan tandan kososng

kelapa sawit adalah susunan acak. Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit adalah limbah dari pabrik

kelapa sawit sedangkan plastik polipropilena daur ulang merupakan limbah rumah tangga berupa

botol kemasan air mineral yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dan

digunakan sebagai papan partikel komposit. Pembuatan papan partikel komposit dari serat Tandan

Kosong Kelapa Sawit dan plastik polipropilena hasil daur ulang dapat dijadikan usaha untuk

penggunaan produk alternatif pengganti bahan kayu yang ketersediaannya sangat terbatas. Sasaran

dari penelitian ini yaitu mengevaluasi sifat fisis ( Kerapatan, Kadar Air dan Pengembangan Tebal)

dan sifat mekanis (Kuat Lentur, Modulus Elastis, Kuat Rekat Internal dan Kuat Impak) dengan

perlakuan komposisi serat 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50, 60 : 40, 70 : 30 dengan menggunakan standar

SNI 03 – 2105 – 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sifat- fisis papan partikel

komposit yang dihasilkan memenuhi standar SNI 03 – 2105 – 2006 sedangkan sifat mekanis nilai

Modulus Elastis tidak memenuhi standar SNI 03 – 2105 – 2006. Secara keseluruhan perlakuan

komposisi 40 : 60 lebih baik dibandingkan dengan komposisi yang lain.

Kata kunci : Papan Partikel, Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit, polipropilena, sifat fisik dan

(18)

USING THE EMPTY FRUIT BUNCHES PALM OIL WITH RECYCLED POLYPROPYLENE BINDER AS PARTICLE BOARD MATERIAL

A B S T R A C T

The research on utilization of empty fruit bunches palm oil with recycled polypropylene binder as particle board material has been conducted. The structure of this empty fruit bunches palm oil’s fiber is organizet in random order. The fiber of empty fruit bunches palm oil is a disposal from the palm oil manufacture where as recycled polypropylene plastic is a waste obtained from household excess that is mostly in the form of mineral bottled water in which very potential to be used as composite particle board . The production of composite particle board from empty fruit bunches palm oil and polypropylene plastic recycled can be made as the alternative way to replace the utilization of limited wood material. The purpose of this research is to evaluate the physical traits (density, water content and development of thicness ) and the mechanical traits (flexsural strength, elastic modulus, internal adhesive strength and the strength of impact)with the treatment of fiber compositions of 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30 by using SNI 03-2015-2006 Standard while the mechanical traits of elastic modulus fail meet the SNI 03-2015-2006 standart. In conclusion the treatmen composition of 40:60 is better than other compositions.

(19)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan semakin menurunnya bahan baku kayu dari hutan alam

Indonesia, sebagai bahan baku industri, perlu diusahakan untuk mencari bahan

baku alternatif lain yang mempunyai potensi sebagai bahan baku industri produk

panel untuk menggantikan produk panel berbahan baku kayu. Salah satu sumber

bahan baku yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan papan partikel adalah

limbah kelapa sawit yang berlignosellulosa, antara lain tandan kosong, batang,

pelepah dan cangkang buahnya. Limbah kelapa sawit yang cukup berpotensi

untuk digunakan sebagai bahan baku papan partikel adalah Tandan Kosong

Kelapa Sawit ( TKKS) karena jumlahnya cukup banyak yaitu 1,9 juta ton berat

kering atau setara dengan 4 juta ton berat basah per tahun (Nuryanto, 2000) dan

sudah terkumpul di industri pengolahan minyak sawit. Pembuatan papan partikel

tersebut selain menghasilkan papan tiruan juga berguna untuk mengurangi limbah

dari industri kelapa sawit.

Limbah padat kelapa sawit yang berasal dari tandan kosong dari pabrik

pengolahan, pelepah dan batang di areal perkebunan khususnya di Sumatera

Utara, selama ini kurang dimanfaatkan atau hanya dibuang kembali kelahan

perkebunan. Dalam hal lain, kayu/limbah selulosa telah banyak digunakan sebagai

bahan pengisi matrik polimer, karena mudah, ringan dan tersedia dalam jumlah

banyak (Sain, 1994).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Feris Firdaus Fajriyanto, 2005 - 2006

menyatakan bahwa sampah plastik (thermoplastic) dan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan baku

(20)

tertinggi sebesar 5,538 Kgf/mm2 pada fraksi berat ijuk 40%. Rata – rata kekuatan tarik tertinggi 5,128 Kgf/mm2 fraksi berat ijuk 40%. Kekuatan impak komposit tertinggi sebesar 33,395 joule/mm2 dengan kekuatan impak rata-rata 11,132 joule/mm2 pada fraksi berat ijuk 40%.

Disisi lain, sebagian besar wilayah Indonesia adalah wilayah rawan banjir.

Frekwensi kebanjiran besar maupun kecil yang terjadi di Indonesia sangat besar.

Dengan kondisi riil di lapangan tersebut, maka akan menjadi masalah Nasional

bagaimana menyediakan sarana perabot rumah tangga yang ekonomis tidak

mudah busuk/lapuk karena terkena air dan terjangkau masyarakat Indonesia yang

tentu ramah lingkungan. Salah satu alternatif adalah menciptakan bahan komposit

sebagai papan partikel yang kuat dan tidak mudah lapuk karena terendam air.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

pembuatan komposit dari matri polipropilena dan serbuk Tandan Kosong Kelapa

Sawit (TKKS) sebagai papan partikel yang kuat dan tahan terhadap air dengan

memperhatikan karakteristik mekanik produk yang di hasilkan. Perlakuan yang

diberikan adalah memberi variasi fraksi volume antara serat Tandan Kosong

Kelapa Sawit (TKKS) dengan matrik polipropilena. Kemudian di tentukan

bagaimana pengaruh perlakuan terhadap Kerapatan, Kadar Air, Pengembangan

Tebal, Kuat Lentur, Modulus Elastis (MOE), Kuat Rekat Internal dan Kuat

Impak.

1.2PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang diteliti dalam

penelitian ini adalah:

Berapakah persentase berat serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan

sampah pelastik polipropilena hasil daur ulang yang menghasilkan sifat fisik dan

mekanik yang optimal?

(21)

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :

1. Papan partikel komposit yang dibuat menggunakan polipropilena hasil daur ulang dengan serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai

filler.

2. Susunan serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) berupa susunan acak.

3. Ukuran serat Tandan Kosong Kelapa Sawit ±0,5 cm.

4. Ukuran ketebalan papan partikel komposit yang dibuat 1 cm.

5. Variasi persentase berat serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di

dalam matrik adalah 30%, 40%, 50%, 60%, 70%.

6. Pengujian sifat fisik berupa uji kerapatan, uji kadar air dan uji

pengembangan tebal.

7. Pengujian sifat mekanik berupa uji kuat lentur (MOR) dan Modulus

Elastis (MOE), uji kuat impak dan uji kuat rekat internal.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui persentase berat campuran serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

(TKKS) dengan sampah plastik polipropilena daur ulang yang menghasilkan

papan partikel dengan sifat fisik dan mekanik yang optimal.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah :

1. Memberi informasi pengetahuan tentang pengaruh persentase berat serat

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan sampah plastik polipropilena

daur ulang yang menghasilkan papan partikel dengan sifat fisik dan mekanik

yang optimal.

2. Mendapatkan bahan pembuat papan partikel dari bahan komposit yang kuat,

tahan air dan ramah lingkungan.

3. Pemanfaatan nilai ekonomis serat Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai

(22)

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 POLIPROPILENA

Polipropilena adalah suatu polimer yang di bentuk melalui reaksi kimia

polimerisasi dari monomer yang merupakan senyawa vinil. Polipropilena

termasuk jenis plastik komoditi yaitu jenis plastik dengan volume yang tinggi dan

harganya murah. Plastik komoditas mewakili sekitar 90% dari seluruh produk

termoplastik (Malcom P. Stevens, 1998). Produk polipropilena mempunyai

konduktifitas panas yang rendah (0,12 W/m), tegangan permukaan rendah,

kekuatan benturan yang tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut

organik, bahan kimia anorganik dan mempunyai sifat isolator yang baik.

Polipropilena digunakan untuk bagian-bagian mobil, botol kemasan, wadah

margarine, tali, anyaman karpet dan film. Penggunaan polipropilena pada mobil

dan suku cadang otomotif sangat dipengaruhi oleh panas. Dalam waktu relatif

lama akan menimbulkan kerusakan dan kestabilan panasnya akan menurun

sehingga dengan demikian, pada proses pembuatan/pengolahan produk

polipropilena akan terdegrasi. Agar pemakaiannya dapat lama, pada proses

pembuatan/pengolahan produk polipropilena perlu ditambahkan stabilizer panas

sehingga kerusakan dan degradasi polimer dapat dicegah atau ditunda.

Polipropilena disusun oleh monomer-monomer yang merupakan senyawa

vinil jenuh dengan struktur (CH2=CH-CH3). Polipropilena yang dibentuk dengan monomer ini melalui proses polimerisasi adisi secara umum ditunjukkan pada

gambar (Rosen, 1982) Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai

linier berbentuk –A-A-A-A-A- dengan A adalah polipropolena yang merupakan

(23)

Gambar 2.1. Polimerisasi Polipropilena

Kristalinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer yang

menunjukkan susunan molekul yang lebih teratur. Sifat kristalinitas yang tinggi

menyebabkan regangannya tinggi dan kaku (Al-Malaika, 1983). Dalam

polipropilena, rantai polimer yang terbentuk dapat tersusun membentuk daerah

kristalin dan amorf yang mana atom-atom terikat secara tetrahedral dengan sudut

ikatan C-C sebesar 109,50 dan membentuk rantai zig-zag planar (Cowd, 1991). Struktur rantai zig-zag planar tiga dimensi dapat terjadi dalam struktur isotaktik

dan ataktik (Meyer, 1984). Polimer khas ruang (stereo spesifik) ini khususnya

disintesis isotaktik sehingga kekristalinnya tinggi. Karena keteraturan ruang ini

rantai dapat terjejal sehingga menghasilkan plastik yang kuat dan tahan panas.

(24)

2.1.1 Sifat-sifat Polipropilena

Polipropilena mempunyai kondiktifitas panas yang rendah (0,12 W/m),

tegangan permukaan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi, tahan terhadap

pelarut organik, bahan kimia anorganik, uap air, asam dan basa, isolator yang

tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat, mudah terbakar dengan nyala yang

lambat. Titik leleh 1700C dan suhu dekomposisi 3800C (Cowd, 1991).

Pada suhu kamar polipropilena nyaris tidak larut dalam toluene, dalam

silena larut dengan pemanasan, akan tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh

zat pengoksidasi seperti asam nitrat dan hydrogen peroksida (Al-Malaika, 1983).

Polipropilena isotaktik memiliki sifat kekakuan yang tinggi, daya rentang yang

baik, resistensi terhadap asam , alkali dan pelarut. Densiatas polipropilena

berkisar antara 0,90 – 0.91, titik leleh (Tm) dari 1650C – 1700C, dan dapat digunakan sampai 1200C.

2.1.2 Penggunaan Polipropilena

Polipropilena diproduksi sejak tahun 1985 dengan menggunakan katalis

Ziegler. Polimer khas ruang (stereo spesifik ) ini khususnya disintesis isotaktik

sehingga kekristalannya tinggi. Karena keteraturan ruang polimer ini rantai dapat

terjejal sehingga menghasilkan plastic yang kuat dan tahan panas. Sebagai jenis

plastik komoditas, polipropilena banyak digunakan untuk bagian dalam mesin

pencuci, komponen mobil dan suku cadang otomotif, botol kemasan, margin,

isolator listrik, kemasan makanan dan barang (Cowd, 1991). Juga dapat

digunakan untuk membuat tali, karpet, kursi, tangkai pegangan dan film.

Sedangkan polipropilena daur ulang dapat digunakan untuk membuat sikat gigi,

(25)

2.2 TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

Limbah berbentuk padatan dari pabrik kelapa sawit umumnya berbentuk

tandan kosong, cangkang dan serat buah. Dari berbagai jenis komponen limbah

pabrik kelapa sawit yang dihasilkan itu, tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

merupakan komponen yang paling banyak.

Gambar 2.3.Tandan Kosong Kelapa Sawi

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) banyak mengandung serat disamping zat-zat

lainnya. Bagian dari tandanan yang banyak mengandung serat atau selulosa

adalah bagian pangkal dan ujungnya yang runcing dan keras. Secara umum sifat

fisik dan morfologi serat tandan kosong kelapa sawit (TKKS) diperlihatkan pada

tabel berikut.

Tabel 2.1. Sifat Fisik dan Morfologi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Parameter

Bagian Pangkal Bagian ujung

Panjang Serat (mm) 1,20 0,76

Diameter Serat (µm) 15,00 114,34

Tebal dinding (µm) 3,49 3,68

Kadar serat (%) 72,67 62,47

Kadar non serat (%) 27,33 37,53

(26)

Sementara komposisi dan sifat kimia dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

(TKKS) seperti diperlihatkan tabel berikut.

Tabel 2.2. Komposisi dan Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit

Komponen Kimia Komposisi ( % )

Komposit adalah penggabungan dari dua atau lebih material yang berbeda sebagai

suatu kombinasi yang menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua

unsur, yaitu serat (fiber) sebagai pengisi dan bahan pengikat serat tersebut yang disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai

daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah untuk

menentukan karakteristik bahan komposit seperti : kekakuan, kekuatan dan

sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan

sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri

mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik

(27)

bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan

yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.

2.3.1 Klasifikasi Bahan Komposit

Klasifikasi komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan komposit

dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara umum klasifikasi komposit

yang sering digunakan antara lain :

1. Klasifikasi menurut kombinasi material utama, seperti metal-organic atau

metal anorganic.

2. Klasifikasi menurut karakteristik bulk-form, seperti sistem matrik atau

laminate.

3. Klasifikasi menurut distribusi unsur pokok, seperti continous dan

discontinous.

4. Klasifikasi menurut fungsinya, seperti elektrikal atau struktural (Schwartz,

1984).

Sedangkan klasifikasi untuk komposit serat (fiber-matrik composites) dibedakan menjadi beberapa macam antara lain :

1. Fiber composites (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik. 2. Flake composites adalah gabungan serpih rata dengan matrik.

3. Particulate composites adalah gabungan partikel dengan matrik.

4. Filled composites adalah gabungan matrik continous skeletal dengan matrik yang kedua.

5. Laminar composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina (Schwartz, 1984).

Secara umum bahan komposit terdiri dari dua macam, yaitu bahan komposit

partikel (particulate composite) dan bahan komposit serat (fiber composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel yang di ikat oleh matrik.

Bahan komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matrik yang saling

(28)

2.3.2 Tipe Komposit Serat

Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat menempatkan serat dengan

benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit

yaitu :

a. Continuous Fiber Composite

Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina

diantara matriknya. Jenis komposit ini paling sering digunakan. Tipe ini

mempunyai kelemahan pada pemisahan antar lapisan. Hal ini dikarenakan

kekuatan antar lapisan dipengaruhi oleh matriknya.

b. Woven Fiber Composite (bi-directional)

Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena

susunan seratnya juga mengikat antar lapisan. Akan tetapi susunan serat

memanjangnya yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan

kekakuan akan melemah.

c.Discontinuous Fiber Composite

Discontinuous Fiber Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek. Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 jenis (Gibson, 1994)

Gambar 2.

Gambar 2.4. Tipe Discontinuous fiber

d.Hybrid Fiber Composite

Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat lurus dengan serat acak. Tipe ini digunakan supaya dapat menganti

(29)

Gambar 2.5. Tipe Komposit Serat

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Performa Komposit

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi performa Fiber-Matrik Composites antara lain :

a. Faktor Serat

Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki sifat

dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi

bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.

1). Letak Serat

Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan

menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat

mempengaruhi kinerja komposit tersebut.

Menurut tata letak dan arah serat diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:

One dimensional reinforcement, mempunyai kekuatan dan modulus

maksimum pada arah axis serat.

Two dimensional reinforcement (planar), mempunyai kekuatan pada dua arah atau masing-masing orientasi serat.

(30)

2). Panjang Serat

Panjang serat dalam pembuatan komposit serat pada matrik sangat

berpengaruh terhadap kekuatan. Ada dua penggunaan serat dalam campuran

komposit yaitu serat pendek dan serat panjang. Ada serat alami dan ada juga

serat sintetis. Serat alami jika dibandingkan dengan serat sintetis mempunyai

panjang dan diameter yang tidak seragam pada setiap jenisnya. Oleh karena

itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun modulus

komposit. Panjang serat berbanding diameter serat sering disebut dengan

istilah aspect ratio. Serat pendek lebih mudah peletakannya dibanding serat panjang. Panjang serat mempengaruhi kemampuan proses dari komposit

serat. Pada umumnya, serat panjang lebih mudah penanganannya jika

dibandingkan dengan serat pendek. Sedangkan komposit serat pendek,

dengan orientasi yang benar, akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar

jika dibandingkan continous fiber. b. Faktor Matrik

Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi sebuah

unit struktur, yang melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau

memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga

matrik dan serat saling berhubungan. Bahan polimer yang sering digunakan

sebagai material matrik dalam komposit ada dua macam adalah termoplastik dan termoset. Termoplastik dan termoset ada banyak jenisnya yaitu:

1). Termoplastik, bahan-bahan yang tergolong diantaranya Polyamide (PI), Polysulfone (PS), Poluetheretherketone (PEEK), Polyhenylene Sulfide (PPS)Polypropylene (PP),Polyethylene (PE) dll.

2). Termoset, bahan-bahan yang tergolong diantaranya Epoksi, Polyester. Phenolic, Plenol, Resin Amino,Resin Furan dll.

c. Faktor Ikatan Fiber-Matrik

Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matrik yang memudahkan

terjadi antara dua fase (Schwartz, 1984). Selain itu komposit serat juga harus

mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan

(31)

Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik dan serat. Hal yang mempengaruhi

ikatan antara serat dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan

mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima

beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan komposit tersebut (Schwartz, 1984).

2.4 ANHIDRIDA MALEAT SEBAGAI ADITIF

Anhidrida Maleat (2-5-furandion; cis-butenedioik anhidrat) dengan rumus umum

C4H2O3 dengan berat molekul 98,06 dapat dibuat dengan mensublimasi asam

maleat dan P2O5 dengan menurunkan tekanan.

Gambar 2.6. Anhidrida Maleat

Secara tradisional anhidrida maleat dibuat dengan mengoksidasi benzena atau

senyawa aromatik. Karena harga benzena yang tinggi, sekarang pembuatan

anhidrida maleat dilakukan dengan menggunakan n-Butana dengan reaksi

seperti berikut:

CH3CH2CH2CH3 + 3,5 O2 CH2(CO)2O + 4 H2O

(32)

pembuatan resin-alkil dan bidang farmasi, bersifat sangat iritatif dan umumnya

senyawa dengan dua karbon ikatan rangkap dan karbon oksigen. Anhidrida maleat

dengan berat molekul 98,06 larut dalam air, meleleh pada temperatur 57oC sampai 60oC, mendidih pada temperatur 202oC dan specific grafity 1,5 (Gaylord, 1981).

2.5 BENZOIL PEROKSIDA SEBAGAI INISIATOR

Benzoil peroksida merupakan senyawa peroksida yang berfungsi sebagai

inisiator dalam proses polimerisasi dan dalam pembentukan ikatan silang dari

berbagai material polimer. Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai

pembentuk radikal bebas. Peroksida organik seperti benzoil peroksida diuraikan

dengan mudah untuk menghasilkan radikal bebas benzoil. Benzoil peroksida

memiliki waktu paruh 0,37 jam pada suhu 100oC. Penambahan sejumlah zat pembentuk radikal akan memberikan ikatan polimer (Al-Malaika, 1997).

2.6 PENCAMPURAN POLIMER

Proses pencampuran dalam pembuatan polimer secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :

1. Proses fisika, terjadi pencampuran secara fisik antara dua jenis polimer

atau lebih yang memiliki struktur yang berbeda, tidak membentuk ikatan

ekivalen antara komponen-komponennya.

2.Proses kimia, menghasilkan kopolimer yang ditandai dengan terjadinya

ikatan-ikatan kovalen antar polimer penyusunnya. Interaksi yang terjadi

didalam campuran ini berupa ikatan vander walls, ikatan hidrogen atau

interaksi dipol-dipol.

Pencampuran polimer komersial dapat dihasilkan dari polimer sintetik dengan

polimer alam. Pencampuran yang dihasilkan dapat berupa campuran homogen dan

campuran heterogen (Nurjana, 2007).

2.6.1 Pencampuran Polipropilena dengan Serat

(33)

distributif diantaranya pencampuran bahan aditif seperti antioksidan, pengisi,

pigmen atau penguat kedalam matriks polimer. Proses pencampuran ini

memerlukan bahan pendispersi dan bahan penghubung untuk mendapatkan hasil

campuran yang homogen. Bahan pengisi kayu dan serat (selulosa) yang ringan,

murah, dan tersedia dalam jumlah besar dapat diolah secara distributif dengan

matrik polimer.

2.6.2 Kompatibilitas Pencampuran Polipropilena dengan Serat

Polipropilena dan serat tandan kosong kelapa sawit merupakan dua bahan polimer

yang sukar bercampur homogen, karena sifat kopolarannya berbeda. Karena itu

proses pencampurannya adalah distributif. Untuk mendapatkan campuran yang

homogen, prosesnya tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional, yang hanya

melibatkan interaksi fisik antar komponen polimer. Campuran polimer yang

dihasilkan dengan metode campuran lelehan (melt- mixing ) lebih baik dari pada pencampuran dalam larutan. Buruknya interaksi antara bagian-bagian molekul

menyebabkan tingginya tegangan antar muka pada lelehan yang mengakibatkan

sulitnya mendispersikan komponen penyusun sebagaimana mestinya selama

pencampuran dan rendahnya adhesi antar muka dari komponen-komponen

tersebut. Gejala ini berakibat dininya kegagalan mekanik dan kerapuhan polimer.

Cara untuk mengatasi hal ini disebut kompatibilisasi (Al-Malaika, 1997).

2.7 KARAKTERISASI PAPAN PARTIKEL

Karakterisasi dari papan partikel dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis

campuran polimer dengan serat. Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan

standar SNI 03-2105-2006 yang meliputi sifat fisik seperti kerapatan, kadar air

dan pengembangan tebal serta sifat mekanis seperti kuat lentur, Modulus Elastisitas (MOE), kuat rekat internal dan kuat impak.

Karakteristik papan partikel komposit dari SNI 03-2105-2006 sebagai acuan

(34)

Tabel 2.3. Sifat Fisis dan Mekanis dari Papan Partikel

No. Sifat Fisik dan Mekanik SNI 03-2105-2006

1. Kerapatan (gr/cm3) 0,40 - 0,90

2. Kadar Air (%) < 14

3. Pengembangan Tebal (%) Maks 12

4. Kuat Lentur (kgf/cm2) Min 82

5. Modulus Elastisitas MOE (kgf/cm2) Min 20.400

6. Kuat Rekat Internal (kgf/cm2) Min 1,5

7. Kuat Impak -

(Sumber : Badan Standardisasi Nasional, 2006)

2.7.1 Pengujian Sifat Fisik

Untuk mengetahui sifat-sifat fisik papan partikel komposit dilakukan pengujian

kerapatan (ρ), kadar air (KA) dan pengembangan tebal (PT) seperti berikut :

a. Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi kering udara dan volome

kering udara, sampel uji berukuran 10cm x 10cm x 1cm ditimbang

massanya, lalu diukur rata-rata panjang, lebar dan tebalnya untuk

menentukan volumenya. Kerapatan sampel uji papan partikel komposit

dihitung dengan persamaan :

ρ = ( 2.1 )

Dimana :

ρ : kerapatan (gr/cm3) m : massa sampel uji (gr)

(35)

b. Kadar Air

Kadar air dihitung dari massa sampel uji sebelum dan sesudah di oven

dari sampel uji berukuran 5cm x 5cm x 1cm dengan persamaan :

KA = ( 2.2

)

Dimana :

KA : kadar air (%)

m1 : massa awal sampel uji (gr) m2 : massa akhir sampel uji (gr)

a. Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal dihitung atas tebal sebelum dan sesudah

perendaman dalam air selama 24 jam pada sampel uji berukuran 5cm x

5cm x 1cm, dengan persamaan :

PT = ( 2.3

)

Dimana :

PT : pengembangan tebal (%)

T1 : tebal sampel uji sebelum perendaman (cm) T2 : tebal sampel uji sesudah perendaman (cm)

2.7.2 Pengujian Sifat Mekanik

Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu bahan dilakukan beberapa

(36)

a. Pengujian Kuat Lentur.

Pengujian kuat lentur dilakukan dengan Universal Testing Machine (UTM) dengan menggunakan jarak antara batang penyangga (jarak sangga) 15 kali tebal sampel uji yaitu 15 cm, karena tebal sampel uji

adalah 1 cm. Nilai kuat lentur ( σ) dihitung dengan persamaan :

σ = ( 2.4 )

Dimana :

σ : kuat lentur (kgf/cm2) b : lebar sampel uji (cm)

P : berat beban maksimum (kgf) d : tebal sampel uji (cm)

L : jarak sangga (cm)

Gambar 2.7. Alat Universal Testing Machine

b. Pengujian Modulus Elastisitas (MOE).

Pengujian kuat lentur (Modulus of Elasticity) disebut juga Modulus Young pada lenturan ( Ef ) dilakukan bersama-sama dengan pengujian

(37)

Besarnya defleksi atau lenturan yang terjadi pada saat pengujian dicatat

pada setiap selang beban tertentu, nilai MOE dihitung dengan persamaan:

Ef = ( 2.5 )

Dimana :

Ef : Modulus of Elasticity (kgf/cm2) b : lebar sampel uji (cm)

d : tebal sampel uji (cm) P : berat beban sebelum batas

proporsi (kgf)

L : jarak sangga (cm) : lenturan pada beban (cm)

Sampel 

Beban

Gambar 2.8. Pemasangan Sampel

c. Pengujian Kuat Rekat Internal

Kuat rekat internal dilakukan untuk sampel uji berukuran 5cm x 5cm x

1cm direkatkan pada dua buah blok aluminium dengan perekat besi atau

logam dan dibiarkan sampai mengering. Kedua blok ditarik tegak lurus

terhadap permukaan sampel sampai beban maksimum, pengujian kuat

rekat internal dihitung dengan persamaan :

(38)

Dimana :

KRI : kuat rekat internal ( kgf /cm2) Pmaks : berat beban maksimum (kgf) A : luas permukaan sampel uji (cm2)

Penyiapan sampel atau contoh uji diperlihatkan seperti gambar berikut :

d. Pengujian Kuat Impak

Untuk pengujian kuat impak sampel uji berukuran 5cm x 10cm x 1cm.

Pengujian kuat impak dapat dilakukan dengan menggunakan alat

model Charpy.

(39)

 

BAB

III

METODOLOGI

PENELITIAN

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Polimer Departemen Kimia

FMIPA-USU dan Laboratorium Penelitian Fakultas MIPA-USU. Penelitian ini

dilaksanakan bulan Januari s/d Mei 2011.

3.2 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

3.2.1 Alat-alat yang digunakan :

 Set alat Hot- press Type: IL.70.110/220V

 Set alat uji kuat impak Wolpert Type:CPSA Cap: 4Joule

 Set alat ekstruder MIFOL BRS 896

Type: SC-2 DE,Cap. 2000kgf

 Set alat Universal Testing Machine

 Neraca Ohaus

Ketelitian : 0,05 mm  Jangka sorong

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

 Serat tandan kosong kelapa sawit PKS Bah Jambi, Kab. Simalungun  PP (aqua gelas bekas)

(40)

3.3 RANCANGAN PENELITIAN

3.3.1 Perlakuan pada Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit

Tandan kosong dipotong-potong atau dicacah hingga berbentuk serat pendek dan

ditimbang sebanyak 2,5 kg, kemudian direndam dengan detergen selama ± 6 jam

untuk menghilangkan kadar minyak. Kemudian serat dibasuh dan dikeringkan

dipanas matahari. Selanjutnya NaOH ditimbang 400 gr dan dilarutkan kedalam 5

liter aquades lalu diaduk sampai NaOH terlarut sempurna. Larutan NaOH 10 %

dituangkan ke serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) didalam bejana lalu

diaduk hingga terendam dengan sempurna dan dibiarkan selama 24 jam untuk

menghilangkan kadar karbohidrat pada serat, Setelah itu rendaman TKKS –

NaOH dicuci dengan air bersih beberapa kali sampai air cucian relatif jernih.

Kemudian TKKS dikeringkan dalam oven blower pada suhu 50oC sampai kering, selanjutnya TKKS siap digunakan.

3.3.2 Perlakuan pada Polipropilena

Aqua gelas bekas dibersihkan dengan menggunakan air dicampur detergen,

dibasuh dengan air lalu dikeringkan dibawah sinar matahari. Kemudian

polipropilena daur ulang yang telah bersih dipotong-potong dengan ukuran ±

0,5cm x 0,5cm.

3.3.3 Pembuatan Coupling Agent

Potongan polipropilena ditimbang sebanyak 135 gr, benzoil peroksida sebanyak

10 gr dan maleat anhidrida 51 gr. Benzoil peroksida dan maleat anhidrida

dilarutkan dalam 250 ml pelarut Xylena kemudian dicampur kedalam PP dan diaduk hingga rata. Lalu diuapkan pelarutnya dalam oven. Selanjutnya coupling agent siap digunakan

3.3.4 Pembuatan Papan Partikel

Sementara ekstruder diset suhunya pada suhu 170oC, Polipropilena dicampur dengan 315 gr TKKS kering didalam suatu wadah, kemudian diaduk agar

(41)

demi sedikit melalui corong plastik sampai hasil blending keluar melalui ujung laras ekstruder dan polyblend ditampung selanjutnya didinginkan pada suhu kamar. Selanjutnya polyblend diletakkan kedalam cetakan didalam bingkai yang terbuat dari baja dengan ukuran bagian dalam 20,0 cm x 15,0 cm x 1,0 cm

dimana plat baja telah dilapisi dengan aluminium foil. Sampel kemudian

diletakkan diantara dua pemanas dengan suhu 170oC selama ± 10 menit tanpa tekanan dari alat. Kemudian dilanjutkan dengan memberi tekanan sedikit demi

sedikit selama ± 20 menit. Setelah itu diberi tekanan maksimal (40 bar) selama ±

20 menit. Kemudian hot-press dimatikan dan dibiarkan dingin sampai suhu ± 90oC. Selanjutnya sampel dikeluarkan dari hot-press dan dimasukkan kedalam air dan dilepaskan dari cetakan, kemudian dibiarkan sampai mencapai suhu

kamar. Papan partikel siap untuk dipotong sesuai dengan kebutuhan.

3.3.5 Pembuatan Sampel

Pembuatan sampel dengan pemotongan bahan yang sudah jadi, mengacu pada

standar SNI 03-2105-2006 seperti terlihat pada gambar berikut.

2,5 cm 

(42)

Keterangan :

A : Sampel untuk uji kerapatan dan kadar air

B : Sampel untuk uji MOR dan MOE

C : Sampeluntuk uji pengembangan tebal

D : Sampel untuk uji kuat rekat internal

E : Sampel untuk uji kuat impak

3.4 VARIABEL PENELITIAN

3.4.1 Variabel Bebas

 Persen berat polipropilena (70%,60%,50%,40%,30%).

 Persen berat tandan kosong kelapa sawit (30%,40%,50%,60%,70%).

3.4.2 Variabel Terikat

 Kerapatan

 Kadar air

 Pengembangan tebal

 Kuat Lantur

 Modulus Elastisitas ( MOE )

 Kuat rekat internal

 Kuat impak

(43)

3.5.1 Penyiapan Polipropilena (PP) Hasil Daur Ulang

PP (aqua gelas bekas)

Dibersihkan dgn campuran air + detergen

Dipotong-potong ukuran ± (0,5cm x 0,5cm)

PP siap guna

Gambar 3.2. Diagram Alir Penyiapan PP Hasil Daur Ulang

3.5.2 Penyiapan Tandan Kosong Kelapa Sawit

Dibersihkan dari pasir, dll.

Direndam dengan air dan detergen selama ± 2 jam, kemudian diurai

Dicacah dengan ukuran ± 0,5 cm

Di saring dengan ayakan

Direndam dalam air bersih Selama 24 jam

Dijemur di bawah matahari sampai kering

T K K S NaOH 10%

Serat TKKS Kering

B b Mi k

(44)

3.5.3 Pembuatan Papan Partikel

Dipotong sesuai kebutuhan

Uji Sifat Mekanik:

Kuat Lentur

Modulus Elastisitas (MOE) Kuat Rekat Internal Kuat Impak

Dicetak dalam cetakan dengan hot press

Pengambilan Data

Hasil dan Pembahasan

Selesai Kesimpulan

(45)

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sifat- Fisis Papan Partikel

4.1.1 Hasil Pengujian Kerapatan

Kerapatan merupakan salah satu sifat fisis yang menunjukkan perbandingan

antara massa benda terhadap volumenya atau banyaknya massa zat per satuan

volume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan papan partikel

yang dihasilkan berkisar antara 0.797 gr/cm3 sampai dengan 0,906 gr/cm3, nilai kerapatan terendah pada komposisi 30:70 dan yang tertinggi pada komposisi

60:40. Data hasil pengujian kerapatan dapat dilihat pada LAMPIRAN A.

Gambar 4.1. Grafik Nilai Kerapatan

Kerapatan yang dihasilkan sudah mencapai kerapatan sasaran yang diinginkan

yaitu 0,40 gr/cm3 – 0,90 gr/cm3. Hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dengan Polipropilena daur ulang pada saat

(46)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan partikel yang dihasilkan termasuk

dalam kategori kerapatan sedang dan kerapatan tinggi. Untuk komposisi 30:70

dikategorikan kerapatan sedang dan komposisi 40:60, 50:50, 60:40, 70:30

dikategorikan kerapatan tinggi. Kategori ini disesuaikan dengan penggolongan

menurut Tsoumis (1991) yang membagi papan partikel menjadi papan partikel

dengan kerapatan rendah (0,25 gr/cm3 – 0,40 gr/cm3) kerapatan sedang (0,40gr/cm3 -0,80gr/cm3) dan kerapatan tinggi (0,80 gr/cm3 – 1,20 gr/cm3).

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 - 2105 – 2006, Papan Partikel,

mensyaratkan nilai kerapatan papan partikel sebesar (0,40 – 0,90) gr/cm3. Jadi semua papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan yang di

tetapakan. Dari hasil pengujian, hampir tidak ada perbedaan nilai kerapatan

setelah penambahan serat TKKS. Nilai kerapatan yang diperoleh setelah

penambahan TKKS lebih kecil dari 1,0 gr/cm3. Nilai kerapatan yang terbesar pada komposisi 60 : 40. Ini diduga karena pada komposisi 60 : 40 ikatan molekul -

molekul antar TKKS dengan PP lebih baik sehingga menghasilkan nilai kerapatan

yang lebih besar.

4.1.2 Hasil Pengujian Kadar Air

Kadar air menunjukkan besarnya kandungan air di dalam suatu benda yang

dinyatakan dalam persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air papan

partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,04% untuk komposisi 30 : 70 samapai

(47)

Gambar 4.2. Grafik Nilai Kadar Air

Data hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada LAMPIRAN B. Hasil

penelitian menunjukkan nilai kadar air rendah. Hal ini disebabkan plastik

polipropilena yang digunakan sebagai matrik bersifat hidropobik, sehingga

papan partikel tidak mudah menyerap uap air dari lingkungannya

Berdasarkan perlakuan komposisi bahan menunjukkan bahwa semakin

banyak serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) maka kadar air juga

semakain tinggi. Hal ini disebabkan oleh sifat serat TKKS sebagai salah satu

bahan berlegnisellulosa yang hidrofinik. Malloney (1993)

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 – 2105 – 2006, Papan Partikel,

mensyaratkan nilai kadar air papan partikel < 14%. Dari hasil pengujian

semua papan komposit yang dihasilkan tidak mencapai kadar air minimum

yang disyratkan. Rendahnya kadar air papan komposit yang dihasilkan

diduga disebabkan perlakuan panas pengempaan dengan menggunakan suhu

170 0C yang membuat kadar air pada papan komposit mengalami penguapan. Hasil tersebut sangat baik untuk penggunaan interior dan eksterior karena

(48)

4.1.3 Hasil Pengujian Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal adalah besaran yang menyatakan pertambahan tebal

contoh uji dalam persen terhadap tebal awalnya setelah contoh uji direndam

dalam air pada suhu kamar selama 24 jam. Hasil rata-rata pengembangan

tebal berfariasi antara 1,11% untuk komposisi 40 : 60 hingga 2,49% untuk

komposisi 70:30. Dari hasil pengamatan semakin banyak TKKS semakin

besar nilai pengembangan tebal. Hal ini diduga karena sifat TKKS yang

mudah menyerap air atau hidrofinik. Data hasil pengujian pengembangan

tebal selengkapnya dapat dilihat pada LAMPIRAN C.

Gambar 4.3. Grafik Nilai Pengembangan Tebal

Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 –2105 – 2006, Papan Partikel, nilai

pengembangan tebal yang di isyaratkan maksimum 12%. Sedangakan nilai

pengembangan tebal papan komposit yang dihasilkan dari pengujian dibawah

2,5%, sehingga papan partikel memenuhi standar yang di isyaratkan. Dengan

demikian papan partikel cenderung memiliki sifat hidrofobik sehingga lebih

(49)

4.2

SifatMekanik

PapanPartikel

4.2.1 Hasil Pengujian Kuat Lentur (MOR)

Pengujian ini menggunakan alat Universal Testing Macine Type SC-2DE

MFG. No 6079 Cap.2000kgf. Kuat lentur merupakan besaran dalam bidang

teknik yang menunjukkan beban maksimum yang dapat ditahan oleh material

(dalam hal ini papan komposit) persatuan luas sampai material itu patah. Dari

hasil penelitian ini kuat lentur (MOR) yang diperoleh cukup tinggi. Nilai

terendah pada komposisi 70:30 sebesar 123,642 Kgf/cm2 sedangkan yang

tertinggi pada komposisi 40 : 60 sebesar 215,83 Kgf/cm2. Data hasil pengujian kuat lentur dapat dilihat pada LAMPIRAN D.

Hasil penelitian menunjukkan semakin banyak kadar plastik maka

kelenturannya semakin tinggi, sebaliknya semakin banyak serat

kelenturannya semakin menurun. Ini karena kekuatan lentur polipropilena

sangat besar berkisar (4,2 – 5,6) Kgf/mm2. Surdia. T. dan Saito. (1999).

Gambar 4.4.Grafik Nilai Kuat Lentur

Standar Nasional Indinesia (SNI) 03 – 2105 – 2006, Papan Partikel,

mensyaratkan nilai kuat lentur (MOR) minimal 82 Kgf/cm2. Dengan

demikian papan komposit yang dihasilkan memenuhi standar yang di

tetapkan. Dengan demikian papan komposit yang dihasilkan berdasarkan

(50)

kuat lentur dari komposisi 50 : 50 ke komposisi 60 : 40. Ini diduga

pencampuran yang kurang homogen antara TKKS dengan PP yang

mengakibatkan kenaikan nilai kuat lentur pada penambahan serat TKKS.

4.2.2 Hasil Pengujian Modulus Elastis (MOE)

Pengujian ini menggunakan alat Universal Testing Macine Type SC-2DE

MFG.No 6079 Cap.2000 kgf. Modulus Elastis (MOE) merupakan besaran

dalam bidang teknik yang menunjukkan ukuran ketahanan material (dalam

hal ini papan partikel) menahan beban dalam batas proporsi (sebelum patah).

Hasil pengujian menunjukkan nilai MOE yang terendah pada komposisi

30:70 sebesar 6500,88 Kgf/cm2 sedangkan yang tertinggi pada komposisi 50:50 sebesar 9171,98 Kgf/cm2. Data hasil pengujian MOE dapat dilihat pada LAMPIRAN E. Hal ini diduga karena pencampuran serat dengan

polipropilena daur ulang yang sebanding sehingga menghasilkan MOE yang

paling besar.

(51)

Dari grafik dapat dilihat ada kenaikan yang sangat signifikan dari komposisi

40 : 60 sampai komposisi 50 : 50. Ini diduga pada komposisi 40 : 60 sampai

komposisi 50 : 50 partikel - partikel TKKS dan PP mulai membentuk ikatan

yang sangat kuat dan kembali menurun pada komposisi 60 : 40. Nilai MOE

papan partikel yang dihasilkan masih jauh berada dibawah standar. Standar

Nasional Indonesia (SNI) 03 -2105-2006, Papan Partikel, yang mensyaratkan

nilai MOE minimal 20.400 Kgf/cm2. Di duga hal ini disebabkan oleh

karakteristik polipropilena yang memiliki nilai MOE 1,10 X 104 – 1,36 X 104 Kgf/cm2 jauh dibawah standar SNI. Bost (1986) dalam Syarief et al (1999). Nilai MOE yang begitu rendah juga diakibatkan oleh pengaruh TKKS yang

memiliki nilai MOE yang relatif rendah sebagaimana hasil penelitian (Isroi,

2009) yang nilai MOE papan partikel yang terbuat dari TKKS dengan perekat

lateks, lem kanji dan polivinil aklirik hanya sebesar 1809,66 kgf/cm2 – 4131,17 kgf/cm2. Dengan demikian nilai MOE yang diperoleh belum memenuhi Standar SNI.

4.2.3 Hasil Pengujian Kuat Impak

Pengujian ini menggunakan alat Wolperts Type : CPSA Com.

No.8803104/0000 diberikan perlakuan dengan pemukul (godam) sebesar 4

Joule. Kekuatan Impak adalah suatu kriteria untuk mengetahui kegetasan

bahan. Hasil pengujian menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan

(52)

Gambar 4.6. Grafik Nilai Kuat Impak

Dari grafik kekuatan impak pada perlakuan komposisi 70:30 lebih kecil

sebesar 3,08 Joule/cm2 dan kekuatan impak komposisi 30 : 70 lebih besar sebesar 3,82 Joule/cm2. Ini diduga karena ikatan antar molekul setelah penambahan serat semakin lemah sehingga kekuatan impaknya semakin

kecil.

4.2.4 Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal

Pengujian ini menggunakan alat Universal Testing Macine Type SC – 2DE

MFG. No 6079 Cap. 2000 Kgf. Kuat rekat internal adalah salah satu besaran

teknik untuk menguji kekuatan perekat dalam papan partikel. Dalam

penelitian ini perekat yang digunakan adalah polipropilena daur ulang. Hasil

pengujian menunjukkan nilai kuat rekat internal pada komposisi 40:60 lebih

(53)

Gambar 4.7. Grafik Kuat Rekat Internal

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 – 2105 – 2006, Papan

Partikel, mensyaratkan nilai Kuat Rekat Internal minimum 1,5 Kgf/cm2.

Dengan demikian papan komposit yang dihasilkan memenuhi standar yang

ditetapkan karena nilai kuat rekat internalnya melampaui nilai minimum.

Dengan demikian kualitas papan partikel yang dihasilkan berdasarkan kuat

rekat internalnya sangat baik. Dari grafik terlihat bahwa semakin banyak serat

kuat rekat internalnya semakin menurun. Tetapi ada kenaikan nilai kuat rekat

internal pada penambahan serat TKKS dari komposisi 30 : 70 ke komposisi

40 : 60. Ini diduga pada komposisi 40 : 60 terjadi ikatan yang homogen antara

serat TKKS dengan PP sehingga nilai kuat rekat internalnya lebih baik

(54)

4.3 Hasil Perankingan Kualitas Papan Partikel

Papan partikel yang baik adalah papan partikel yang memenuhi standar yang telah

di tetapkan. Dari hasil pengujian sifat fisik seperti kerapatan, kadar air dan

pengembangan tebal, papan partikel ini sudah memenuhi standar. Pengujian sifat

mekanik yang telah dilakukan seperti kuat lentur, kuat impak, kuat rekat internal

juga sudah memenuhi standar. Tetapi dalam pengujian Modulus Elastis (MOE)

masih jauh dibawah standar.

Dari hasil perankingan papan partikel yang dihasilkan dapat diketahui

bahwa komposisi 30 : 70 memiliki sifat fisis yang lebih baik dibandingkan dengan

komposisi lain. Sedangkan untuk sifat mekanik berfariasi yaitu untuk kuat lentur

yang lebih baik pada komposisi 40 : 60, modulus elastis yang lebih baik pada

komposisi 50 : 50, kuat rekat internal yang lebih baik pada komposisi 40 : 60, dan

kuat impak pada komposisi 30 : 70. Jadi yang memiliki sifat mekanik yang lebih

baik pada komposisi 40 : 60. Akan tetapi untuk penggabungan nilai fisis dan

mekanik komposisi 40 : 60 menunjukkan nilai yang lebih baik jika dibanding

dengan komposisi yang lain. Data hasil perangkingan kualitas papan partikel

(55)

 

BAB

V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengujian terhadap sifat fisik dan mekanik papan

partikel, pembahasan dan interpretasi data hasil penelitian, maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Nilai kerapatan yang di peroleh dari hasil pengujian yang dilakukan

yaitu (0.797 – 0.906) gr/cm3. Nilai Kerapatan yang terbaik pada komposisi 30 : 70.

2. Nilai kadar air yang di peroleh dari hasil pengujian yang dilakukan

yaitu (0,03 – 0,68) %. Nilai kadar air terbesar pada komposisi 70 : 30.

3. Nilai pengembangan yang di peroleh dari hasil pengujian yang

dilakukan yaitu (1,11 – 2,49) % yang terbaik pada komposisi 40 : 60.

4. Nilai kuat lentur yang di peroleh dari hasil pengujian yang dilakukan

yaitu (123,64 – 215,83) Kgf/cm2. Nilai Kuat Lentur terbesar pada komposisi 40 : 60.

5. Nilai modulus elastis yang diperoleh dari hasil pengujian yaitu

berkisar (6500,88 – 9171,98) Kgf/cm2. Nilai modulus elastis ini masih jauh dibawah standar SNI 03 – 2105 – 2006.

6. Nilai kuat impak yang diperoleh dari hasil pengujian berkisar antara

(56)

7. Nilai kuat rekat internal yang di peroleh dari hasil pengujian yang

dilakukan yaitu (3,478 – 11,443) Kgf/cm2 dan yang terbaik pada komposisi 40 : 60.

8. Secara umum nilai sifat fisis dan mekanik dari hasil penelitian papan

komposit yang dihasilkan tergolong baik dan suadah memenuhi

standar yang ditetapkan SNI 03 – 2105 – 2006.

9. Dari hasil perankingan kualitas papan partikel yang lebih baik adalah

perlakuan pada komposisi 40 : 60.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan lagi penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dengan

mengembangkan variasi komposisi dan dengan jumlah sampel yang lebih

banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal.

2. Karena modulus elastisitas papan partikel belum memenuhi standar, maka

perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan

penambahan bahan aditif lain dengan tujuan menambah nilai modulus

elastisitas.

3. Berhubung karena material papan partikel ini sebagian terbuat dari

bahan polimer, maka untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan uji

nyala api, untuk mengetahui ketahanan papan partikel terhadap panas

(57)

 

DAFTAR PUSTAKA

Al-malaika, S. 1997. Reactive Modifiers Polymers, 1st edition. Aston University Press. Birmingham

Al-malaika, S, and G, Scot, 1983, “In Degrdation and Stabilisation of Polilefins”, App. Sci. Publ, Ltd. London.

Arbintarso, E.S. 2009. Tinjauan Kekuatan Lengkungan Papan Serat Sabut Kelapa Sebagai Bahan Teknik. Jurnal Teknologi vol.2 No.1 Juni 2009 hal.53-60.

Bil Meyer, W. F, 1994. Text Book of Polymer Science 3rd edition, Jhon Wiley & Sons, New York.

Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer ITB Press. Bandung.

Darnoko, et al. 1995. Pulping of Oil Palm Empty Fruit Bunches With Surfactant,

In : Oil Palm Trunk and Other Palmwood, p87-87

Febrianto, F. 1999. Preparation And Properties Enhancement Of Moldable Wood – Biodegradable Polymer Composites. [Disertasi]. Kyoto University, Division of Forestry and Bio-material Science. Faculty of Agriculture. Kyoto:

Firdaus F dan Fajriyanto, 2006. Karakteristik mekanik produk Fibarboard dari komposit sampah plastic (thermo plastic)-Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Jurnal TEKNOIN ISSN 0853-8697 (Terakreditasi) Edisi September 2006, Vol.11.No.3. Penelitian yang dibiayai dalam program Riset Unggulan Terpadu (RUT XII) 2005-2006 oleh Menristek RI.

(58)

Gibson, F. R. 1994. Principle Of Composite Material Mechanics. International Edition . Mc.Graw Hill. New York

Hartono, A.C.K. 1998. Daur Ulang Limbah Plastik dalam Pancaroba : Diplomasi Ekonomi dan Pendidikan. Dana Mitra Lingkungan. Jakarta.

Humaidi, 1998. Bahan Polimer Komposit. USU Press. Medan.

Iskandar, M. 2009.Proses Pembuatan Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor

Isroi, M. 2009. Seribu Manfaat Serat

Sawit. http://kafein4u.wordpress.com/2009/02/28/seribu-manfaat-serat-sawit/indeks.htm. Diakses 16 mei 2011

Maloney, T.M. 1993. Modern Particle Board and Dry Process Fiberboard Manufacturing. Miler Freeman, inc Sanfransisco.

Malcom, P. Steven, 1998. Kimia Polimer Terjemahan Paramita. Jakarta .

Nurmaulita, 2010. Pengaruh Orientasi Serat Sabut Kelapa dengan Resin Polyester dalam Pembuatan dan Karakteristik Papan Lembaran. [Tesis] Program Magister Fisika FMIPA USU. Medan

Nurjana, S. 2007. Komposisi Polietilena dengan Penguat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (Pembuatan KemasanbKomposit). Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

(59)

41   

Rosen L, 1982 “Fundamental Principles of Polymeric Materials”, John Willey and Sons, New York, USA.

Rowell,R.M. 1997. Paper and Composites from Agro-Base Resources. CRC Lewis Publisher. Florida.

Sain M.M, B.O, 1994. “PolyolefWood Filler Composite I, Performance at in-Phenylene Bismaionide modified wood fibre in Polypropilene Composite”, J Applied, polymer Sci. Citation,10,1545

Schwart, M.M 1984. Composit Material Hand Book. Mc. Graw-Hill Book Company, USA.

SNI, 2006. Mutu Papan Partikel SNI 03-2105-2006. Dewan Standarisasi Nasional (DSN). Jakarta

Surdia, T. dan Saito, S. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. PT. Pradnya Paramita. Pustaka Teknologi dan Informasi. Jakarta

Syarief, R Santausa, S dan Isyana, St. 1999. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan dan Gizi IPB, Bogor

Widodo B, 2008. Analisa Sifat Mekanik Komposit Epoksi dengan Pengaut Serat Pohon Aren (Ijuk) Model Lamina Berorientasi Sudut Acak (Random).

(60)

LAMPIRAN : A

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kerapatan

(61)

LAMPIRAN : B

Tabel 4.2. Data Hasil Pengujian Kadar Air

(62)

LAMPIRAN : C

Tabel 4.3 Data Hasil Pengujian Pengembangan Tebal

Persentase Sesudah Direndam

(63)
(64)

LAMPIRAN : E

Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Modulus Elastisitas

(65)

 

LAMPIRAN : F

Tabel 4.6. Data Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal

(66)

LAMPIRAN : G

Tabel 4.7.Data Hasil Pengujian Kuat Impak

(67)

LAMPIRAN : H

Kurva Tegangan – Regangan Pengujian Kuat Lentur

Persentase Berat TKKS

Sampel Uji

Ke: Gambar Kurva

Perhitungan Kuat Lentur ( σ )

(68)

2

Tegangan

Regangan

      

       Rumus  :   =

P = 96,8 kgf L = 15,01 cm b = 4,97 cm d = 0,98 cm

           ,  kgf/cm

Rumus : EF =

x

L = 15,01 cm

d = 0,98 cm

b = 4,97 cm

P/δ = 100/2,6 kgf/cm

(69)

Persentase Berat TKKS

Sampel Uji

Ke: Gambar Kurva

Perhitungan Kuat Lentur ( σ )

(70)

Regangan

Perhitungan Kuat Lentur ( σ )

Gambar

Gambar 2.1
Tabel Hasil Perankingan Kualitas Papan Partikel
Tabel 2.1. Sifat Fisik dan Morfologi Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tabel 2.2. Komposisi dan Sifat Kimia Tandan Kosong Kelapa Sawit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut pola hidup sehat pada masyarakat perlu ditingkatkan keberadaannya. Lebih-lebih pada negara berkembang dimana status kesehatan sangat dibutuhkan.

Wujud akhir dari produk yang dikembangkan setelah direvisi berupa modul praktikum yang dicetak untuk materi optik geometris kelas X semester 2 untuk kurikulum

[r]

Dalam bukunya Introduction to Management Accounting (1996) memberikan defenisi mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai suatu sistem yang merupakan pendekatan kalkulasi

Lubis (2010) mengkhususkan penelitian pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008 dan memperoleh hasil terdapat perbedaan bid-ask spread

[r]

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) latar belakang munculnya anak jalanan untuk berada di jalan karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu latar belakang

Visi Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi, menurut As’ari, sejalan dengan visi LPMP Provinsi Jambi, yakni ”Lem baga terdepan dalam penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah