ANALISIS KISAH KELAHIRAN NABI ISA PUTERA
MARYAM DALAM AL-QUR’AN
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
MARHAMAH RIZKI
0 5 0 7 0 4 0 2 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang ditulis diacu oleh naskah skripsi ini dan yang
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, …………. 2009
Penulis,
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab - Latin
Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا Alif - Tidak dilambangkan
ب bā` b -
ت
tā` t -ث
śā` ś S dengan titik di atasnyaﺗ
Jīm j -ﺘ
hā` h h dengan titik di bawahnyaخ
khā` kh -ﺚ
Dāl d -ﺛ
āl z z dengan titik di atasnyaﺜ
rā` r -ز
Zai z -س
sīn s -ﺟ
syīn sy -ﺠ
șād ș S dengan titik di bawahnyaض
ḍad ḍ d dengan titik di bawahnyaط
țā` ț t dengan titik di bawahnyaظ
zā` z z dengan titik di bawahnyaع
`ain ‘ Koma terbalikﺧ
fā` f -ﺨ
qāf q -ك
kāf k -ل
lām l -م
mīm m -ن
nūn n -و
wāwu w -ه
hā` h -ء
hamzah ` Apostrop, tetapi lambang initidak di pergunakan untuk
hamzah di awal kata
ي
yā` y -II. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.
ﺔ ﺪﲪأ
ditulis AhmadiyyahIII. Tā`marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat, dan sebagainya.
ﺔ ﺎﲨ
ditulis jamā’ah2. Bila dihidupkan ditulis t
ءﺎ وﻷﺒ
ﺔ ﺒﺮ
ditulis karāmatul-aliyā`
IV. Vokal Pendek
V. Vokal Panjang
A panjang ditulis ā, i pajang ditulis , dan u panjang ditulis ū, masing-masing
dengan tanda hubung (-) di atasnya.
I. Vokal Rangkap
Fathah + yā` tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wāwu mati
ditulis au.
VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata
Dipisah dengan apostrof (`)
أأ
ditulis a`antumﺆ
ditulis mu`annasVIII. Kata Sandang Alif + Lām
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
نآﺮ ﺒ
ditulis Al-Qur`an2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf l diganti dengan huruf syamsiah yang
mengikutinya.
ﺔ ﺒ
ditulis as-sy ’ahIX. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD
X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat
1. Ditulis kata per kata, atau
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.
يح لان ح لاهللا سب
KATA PENGANTARAlhamdulillah, rasa syukur yang tiada tara penulis ungkapkan kepada Allah
SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya serta limpahan kasih sayang-Nya kepada
penulis laksana ombak dahsyat yang memecahkan rasa lelah dan bosan dalam
merampungkan penulis skripsi ini sebagaimana yang di hadapan pembaca.
Salawat dan beriring salam kepada junjungan kita yang dimuliakan Allah SWT
akhlaknya, Muhammad al-mustafa serta keluarga dan sahabat beliau, semoga kita kelak
mendapat syafaat dan hidayahnya.
Skripsi ini berjudul Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam
Al-Qur`an, untuk memahami salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra
(S.S) pada program studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatere Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kesalahan, kekeliruan dan kekurangan yang disebabkan karena kurangnya pengalaman
penulis dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis dengan
sepenuh hati mohon saran dan kritik dari semua pihak atas tulisan ini.
Medan, Desember 2009
UCAPAN TERIMAKASIH
Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
ingin sekali mengucapkan terimakasih kepada:
1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta ayahnda Syamsuddin dan Ibunda
Jaimah yang begitu besar pengorbanannya dan menaburkan kasih sayang dan
tak jemu-jemunya memberikan dukungan moril maupun materil. Berkat do`a
keduanya penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Allāhummagfirl wa liwālidayya wa-irham humā kamā rabbayān sag ran.
2. Bapak Drs. Syafuddin, M.A. Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara. Bapak Drs. Aminullah. M.A. Ph.D selaku Pembantu Dekan I.
Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Drs.
Parlaungan Ritonga. M,Hum. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Khairawati, M.A, PhD selaku Ketua Jurusan Program Studi Bahasa
Arab dan Bapak Drs. Mahmud Khudri M.Hum selaku sekretaris Program
Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Khairawati, M.A. PhD selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nur
Aisyah Simamora Lc. M.A. Selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan bagi
penulis sehingga skripsi ini dapat penulis rampungkan.
5. Kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Bahasa Arab pada khususnya
dan staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara pada umumnya
yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa
perkuliahan.
6. Buat bang Andika selaku Staf Administrasi Jurusan Bahasa Arab yang sudah
7. Istimewa lagi buat Mak kul, pengganti orang tua penulis yang telah
menyayangi dan mengasihi penulis. Penulis tidak bisa membalas atas semua
kebaikannya. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, hidayah dn ampunan
kepada Beliau Aminn.
8. Dan tak lupa buat adek-adek penulis Rahmat dan Akim yang sangat
memberikan semangat penulis selama dalam menjalankan skripsi.
9. Buat saudara besar Serinen yang ada di Uning terima kasih banyak yang telah
memberikan motivasi penulis dalam menulis skripsi hingga selesai.
10.Kemudian buat saudara-saudara penulis yang ada di Nosar yang telah
memberikan semangat, serta motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga
penulis menjadi terpacu.
11.Buat teman-teman Stambuk 2005, Fitrie, Faisal, Ape, Yunita, Aqmalia,
Zubeir, Mukhlis, Tini, Reje, Kiky, Surya, Lia M, Putri,Hafni,Fitra,Boim,
Hafiz, Putra penulis akan selalu ingat dengan perjuangan selama perkuliahan
kita selama lebih kurang 4 tahun. Itu tak kan terlupakan.
12.Khususnya buat my best friend Kendy yang telah memberikan banyak
masukan dan menjadi saudara serta melindungi amah thanks ya, Lisa, Rudy,
Hery, Fitrie, Mila, Mahyana, Eva, n semua teman-teman MtSN Lampahan.
13.Dan temen-teman di Kw.Madu, MUQ Langsa, IMTA BEM, Pramuka USU,
K-LINK (ka ice, ka iin,Evi,Budi,Bang Ilal, Ka Dina, SEMANGAT!!!!! Pasti
Bisa, dan teman seperjuangan dari Tanoh Gayo tina dan wanita yang paling
tangguh Sari serta teman-teman yang ada di Asrama Putri USU.
14.Seluruh Mahasiswa Jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan
Mahasiswa Arab (IMBA)
15.Serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak terhingga
kapada penulis dan penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu tapi yang
pasti anda memberikan ruang memory tersendiri bagi penulis
Penulis tidak dapat membalas jasa yang telah diberikan, hanya kepada Allah
SWT penulis meminta semoga diberikan ganjaran dengan kebaikan yang berlipat ganda
pula. Amin!!!!.
Marhamah Rizki
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR SINGKATAN ... vii
ABSTRAK ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... .. 6
1.5 Metodelogi Penelitian ... .. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
صقلا
ص
نع
/‘anāsiru al-qi١١ati’/ ‘Unsur-Unsur Kisah’ ... 122.2
صقلا
ا نلا
/
anwa’u al-qișșati/ ‘Macam-Macam Kisah’ ... 122.3
آ قلا
ف
صقلا
ا نا
/’
anwā’u al-qișșati f al-qur`ān’ ... 122.4 Sosiologi Sastra ... 15
2.4.1 Pesan Moral ... 17
2.4.2 Pesan Kritik Sosial ... 18
2.4.3 Pesan Relegius ... 20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Narasi Kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an ... 22
3.2 Ayat-Ayat yang Menjelaskan Tentang Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam ... 26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ... 61
4.2 Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN
AS : ‘Alaihi Salam
IMTA BEM : Ikatan Mahasiswa Takengon dan Bener Meriah
IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab
K-LINK : Knowladge Link
MUQ : Madrasah Ulumul Qur`an
RI : Republik Indonesia
SAW : Salallahu ’alaihi Wassalam
SWT : Subhana Wata’ala
ABSTRAK
Marhamah Rizki, 2009. Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam
Al-Qur`an.
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam
dalam Al-Qur`an. Narasi Al-Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai
putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta
kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa
merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan),
Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Permasalahan yang diteliti adalah Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an
yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam dan pesan-pesan yang
terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera
Maryam dalam sosiologi sastra
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan
tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, serta mengetahui maksud yang
terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa putera Maryam.
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan
metode analisis deskriptif. Dan penulis mengambil data dari Al-Qur`an serta penelitian
ini penulis menggunakan teori Ibnu Katsir dan Khalafullah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur`an terdapat empat surat mengenai
kisah kelahiran Nabi Isa yaitu diantaranya Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59, Surat
Maryam ayat 16-35, Surat Al-Anbiya ayat 91, dan Surat At-Tahrim ayat 12. Seluruh ayat
yang menceritakan tentang kelahiran nabi Isa berjumlah 27 ayat di surat yang
berbeda-beda, dan memiliki keterkaitan antara surat yang satu dengan surat lainnya serta ayat
يدي ت
ص
يق
ح م
ي ك
يب علا
غ لا
مسق
.
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
او
صق
نع
لي ح لا
:
.
يل شلا
طم س
عم ب
ا أا
مث
.
مي م
س
ف
دلاو
اب
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
ﷲ
و
او
صق
نع
ثح ي
لي ح لا
ا ھ
ﷲ
ي ن
او
نعو
مث
ي ك
ھ فك
يحي
،
دحأ
كو
هت نل
يا
دلاو
اب
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
نيي نلا
نم
س لا
زعلا
لوا
نم
،
.
يب علا
غ لا
ف
حيس لاوأ
مي م
نبا
سيعب
ي س
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ياا
ف
علا
يھ
م
:
يھ
لي ح لا
ا ھ
ف
لئ س لا
كو
؟
مي م
نبا
،
يا
ف
ع جاا
م علا
ف
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
ھيف
د ن
يا
يا
و
س
.
؟ أا
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
يااو
سل ب
م علا
يھ
لي ح لا
ا ھ
فادھأ
نمو
.
اسلا
هي ع
سيع
ﷲ
ي ن
او
نع
نحض ت
لا
ياا
ديص قم
ف عمو
مي م
ح لا
ا ھو
ﷲ
ه ح
يثك
نبا
ء مدقلا
ني سف لا
ك
دحأ
ي ن
اد سا
عم
ي لا
سا دلا
ا ھ
لي
.
ص ع لا
ا اا
ء ع
دحا
ﷲ
ف خ
ي نو
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ا قلا
س
دع
أ
ع
دت
لي ح لا
ا ھ
نم
جئ نلاو
)
ا ع
ا
س
يھو
.
عب أ
اسلا
هي ع
–
(
،
)
و
)
مي م
س
(
-ء ي ناا
س
(
)
)
مي ح لا
س
(
ھنع
ياا
دعو
.(
س
نيب
قاعلا
عم
ق
لا
سلا
ف
يا
.
خأ
يا
عم
ياو
خأ
س
عم
ABSTRAK
Marhamah Rizki, 2009. Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam
Al-Qur`an.
Penelitian ini membahas tentang Analisis Kisah Kelahiran Nabi Isa Putera Maryam
dalam Al-Qur`an. Narasi Al-Qur’an tentang Isa dimulai dari kelahiran Maryam sebagai
putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta
kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa
merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan),
Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Permasalahan yang diteliti adalah Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an
yang menjelaskan tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam dan pesan-pesan yang
terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera
Maryam dalam sosiologi sastra
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan
tentang kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, serta mengetahui maksud yang
terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa putera Maryam.
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan
metode analisis deskriptif. Dan penulis mengambil data dari Al-Qur`an serta penelitian
ini penulis menggunakan teori Ibnu Katsir dan Khalafullah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Al-Qur`an terdapat empat surat mengenai
kisah kelahiran Nabi Isa yaitu diantaranya Surat Ali-‘Imran ayat 45-48, dan 59, Surat
Maryam ayat 16-35, Surat Al-Anbiya ayat 91, dan Surat At-Tahrim ayat 12. Seluruh ayat
yang menceritakan tentang kelahiran nabi Isa berjumlah 27 ayat di surat yang
berbeda-beda, dan memiliki keterkaitan antara surat yang satu dengan surat lainnya serta ayat
يدي ت
ص
يق
ح م
ي ك
يب علا
غ لا
مسق
.
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
او
صق
نع
لي ح لا
:
.
يل شلا
طم س
عم ب
ا أا
مث
.
مي م
س
ف
دلاو
اب
ا قلا
ف
مي م
نب
ا
سيع
ﷲ
و
او
صق
نع
ثح ي
لي ح لا
ا ھ
ﷲ
ي ن
او
نعو
مث
ي ك
ھ فك
يحي
،
دحأ
كو
هت نل
يا
دلاو
اب
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
نيي نلا
نم
س لا
زعلا
لوا
نم
،
.
يب علا
غ لا
ف
حيس لاوأ
مي م
نبا
سيعب
ي س
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ياا
ف
علا
يھ
م
:
يھ
لي ح لا
ا ھ
ف
لئ س لا
كو
؟
مي م
نبا
،
يا
ف
ع جاا
م علا
ف
مي م
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
ھيف
د ن
يا
يا
و
س
.
؟ أا
نبا
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
يااو
سل ب
م علا
يھ
لي ح لا
ا ھ
فادھأ
نمو
.
اسلا
هي ع
سيع
ﷲ
ي ن
او
نع
نحض ت
لا
ياا
ديص قم
ف عمو
مي م
ح لا
ا ھو
ﷲ
ه ح
يثك
نبا
ء مدقلا
ني سف لا
ك
دحأ
ي ن
اد سا
عم
ي لا
سا دلا
ا ھ
لي
.
ص ع لا
ا اا
ء ع
دحا
ﷲ
ف خ
ي نو
سيع
ﷲ
ي ن
او
صق
نع
دح ت
لا
ا قلا
س
دع
أ
ع
دت
لي ح لا
ا ھ
نم
جئ نلاو
)
ا ع
ا
س
يھو
.
عب أ
اسلا
هي ع
–
(
،
)
و
)
مي م
س
(
-ء ي ناا
س
(
)
)
مي ح لا
س
(
ھنع
ياا
دعو
.(
س
نيب
قاعلا
عم
ق
لا
سلا
ف
يا
.
خأ
يا
عم
ياو
خأ
س
عم
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan karya tulis yang dibutuhkan manusia dalam mengungkapkan
pikiran dan perasaannya. Sastra juga suatu bentuk kreatifitas imajiner, yang terkadang
dilakukan secara spontan, melalui pikiran ataupun tindakan. Sastra merupakan suatu
karya yang dihasilkan dengan memiliki nilai-nilai estetik yang terkandung di dalamnya
seperti nilai-nilai seni yang dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai penikmat sastra itu
sendiri.
Untuk mendefinisikan apakah sastra itu bukanlah suatu hal yang mudah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 1988, halaman 786 (dalam Pradotokusumo,2005:1) disebutkan bahwa sastra mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)
2. Kesustraan, karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya, drama, epik, dan lirik
3. Kitab suci (Hindu), (Kitab) ilmu pengetahuan
4. Pustaka, kitab primbon (berisi) ramalan, hitungan dan sebagainya 5. Tulisan, huruf
Menurut semi dalam Jamaluddin (2003:31), Sastra itu adalah suatu bentuk dan
hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan
menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Dalam bahasa Arab istilah sastra disebut dengan al-adab yang artinya
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman seperti yang dikemukakan oleh Wahba
bahwa pada zaman permulaan Islam, al-adab berarti pendidikan, pengajaran dan budi
pekerti. Pada zaman bani Umayyah, kata al-adab mempunyai arti pengajaran, sementara
pada masa baru Abbasyah, adab berarti pendidikan sekaligus pengajaran.
Kemudian makna dari al-adab berkembang menjadi sastra sejak masa bani
Abbasyiah hingga sekarang, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Abdul Aziz dalam
Muzakki (2006 : 32) sastra dalam bahasa Arab adalah:
ﻷﺒ
ﺮ
وأ
ﺮ
بﺚ
ﺔ ﺛﺮ ﺒ
ﺪ و
ﺔ ﻀ ﺒ
ﱃﺒ
ﻮ ﺪو
ﺒ
بﺬﻬ
و
ﺒ
ﺮﺆ
ﺄ
ﻮ
ﲨ
ب
/Al-adabu kullu syi‘rin aw naśrin yu`àśśiru f al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqa
wa yad‘ū ilā al-faḍlati wa yub‘idu ‘an al-rażĭlati bi uslūbin jam lin/. ‘Sastra adalah
setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan dan mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta akan menjauhi perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah’.
Secara umum sastra dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu: عش /al-syi‘ru/ ’puisi’ dan ثن /al-naśru/ ’prosa’. (Al-Hamid 1994 : 16).
Husein dalam (Muzakki, 2006 : 45) memberi pengertian syair sebagai berikut:
ﺄ
نزﻮ ﺒو
ﻰ ﻮ ﺒ
ﻰ
ﻈ
ﺪ
يﺬ ﺒ
م ﺒ
ﻮ
ﺮ ﺒ
أ
ﺎﻀ
ﺎﻬﻀ
ءﺒﺰ
ﺒو
ﺮﺼ ﺒو
لﻮﻄ ﺒ
ﺔ ﺮ
/Al- syi‘ru huwa al-kalāmu allaż ya’tamidu lafẓuhu ’alā al-mūsqa wa al-wazni
fayata׳allafu min ajzā ׳i yusybihu ba’ḍuhā ba’ḍan f al-ṭ ūli wa al-qașri wa
al-harakati/. ’Syair adalah ungkapan yang pengucapannya terikat dengan irama dan
pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harakat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harakat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi harakat panjang maupun pendek’.
Menurut Al-Iskandari dan Inani dalam (Muzakki, 2006 : 53) prosa adalah:
ﺔ ﺎ
و
نزﻮ
ﺎﻄ ﺮ
ﺎ
ﻮ
ﺮ ﺒ
/Al- naśru huwa mā laysa murtabitan biwaznin wa lā qāfiyatin. ‘Prosa adalah
ungkapan yang tidak terikat dengan wazan/pola irama, maupun dengan qafiyah/sajak’.
Menurut Dhaif dalam (Muzakki, 2006 : 54) secara umum prosa ada dua macam:
(1) Prosa biasa; prosa ini sering digunakan dalam bahasa komunikasi dan tidak memiliki
nilai sastra, kecuali matsal dan hikmah. (2) Prosa yang dicipta oleh para sastrawan; prosa
ini memiliki bahasa seni (estetik) dan mengandung unsur-unsur balaghah. Adapun
1. Pidato (
ﺔ ﺎﻄ
)/ ‘Khitābatun’2. Novel (
ﺔ ﺒوﺜ
)/ ‘Riwāyatun’ 3. Cerita (ﺔﺷﺼ
)/ ‘Qișșatun’4. Hikmah (
ﺔ ﺣ
)/ ‘Hikmatun’5. Matsal/ Perumpamaan ( )/ ‘Maśalun’
6. Mantra para Dukun (
نﺎﻬ ﺒ
)/ ‘Saj‘u al-kuhhān’Prosa adalah peristiwa-peristiwa yang diceritakan secara bebas. Macam-macam
prosa seperti pidato, novel, cerita, hikmah, matsal dan mantra para dukun merupakan
karya sastra yang pengungkapannya secara mendalam, mendetail, terperinci, dan meluas,
baik itu berupa unsur tokoh cerita, peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadiannya yang
diungkapkan dengan rinci. Tokoh cerita diungkapkan atau diceritakan secara mendetail,
bahkan sampai pada hal-hal kecil. Pengungkapan semua peristiwa secara jelas disebut
prosa.
Dalam penelitian ini jenis prosa yang akan penulis teliti adalah
ﺔﺷﺼ ﺒ
/al-qișșatu/‘kisah’, yang hal ini, Jaudah (1991 : 41) menambahkan istilah lain untuk kisah dalam
bahasa Arab disebut juga dengan
ﺪﺣ
/hadśun/ ‘cerita’.Al-Qur`an memiliki dimensi sastra dan keindahan gaya bahasa dalam
mengungkapkan kisah-kisah Al-Qur`an. Kata kisah berasal dari kata bahasa Arab /
ﺔﺼ ﺒ
/ ‘al-qișșatu’ jamaknya /ﺺﺼ ﺒ
/ ‘al-qișașu’ atau ‘al-qașașu’ yang berarti cerita atau hikayat, sedangkan menurut al-Layts dalam Khalafullah (2002:100) ‘al-qashsh(kisah) yaitu mengikuti jejek. Qashash Al-Qur`an adalah pemberitahuan Al-Qur`an
mengenai hal ihwal yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi (Chirzin,2003:118).
Al-Qur`an adalah sebuah Al-kitab yang diturunkan Allah SWT kepada Rasul-Nya
Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril. Mempelajari Al-Qur`an ibarat
semestinya diperhatikan agar perjalanan menuju pemahaman Al-Qur`an yang
mencerdaskan dan mengarifkan tercapai.
Narasi Al-Qur’an tentang kisah Isa as dimulai dari kelahiran Maryam sebagai
putri dari Imran, berlanjut dengan tumbuh kembangnya dalam asuhan Zakariya, serta
kelahiran Yahya, kemudian kelahiran Isa sebagai anak Maryam tanpa Ayah. Isa
merupakan seorang nabi yang mendapat gelar ulul azmi (nabi yang memiliki kelebihan),
Ia dipanggil dalam bahasa Arab Isa, Isa bin Maryam, atau Isa Almasih.
Menurut Mutholib (1995: 151) nabi Isa lahir tahun 622 sebelum hijriah. Tahun
Masehi dinisbahkan kepada namanya al-Masih, yang dalam bahasa Arabnya disebut
tahun Miladiyah. Isa adalah seorang nabi yang lahir tanpa ayah. Hal ini bukanlah
mustahil dalam kekuasaan Allah, karena Allah juga telah menciptakan Adam tanpa Ayah
dan ibu. Jadi sangatlah mudah bagi Allah untuk mewujudkan semua yang
dikehendaki-Nya tanpa terkecuali. Oleh karena itu, tidaklah benar jika ada yang menyatakan bahwa
Isa anak Tuhan. Isa adalah anak Maryam dan Maryam adalah anak Imran dan istrinya
yang bernama Hanna yang berasal dari sebuah keluarga baik-baik, mulia, terhormat, dan
terpandang.
Maryam hamil tanpa berhubungan dengan laki-laki, Al-Qur`an memperkenalkan
sosok Maryam sebagai simbol kesucian dari berbagai perbuatan buruk. Dalam surat Ali
‘Imran ayat 47 disebutkan:
/Qālat rabbi annā yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun qāla każāliki
‘Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin Aku mempunyai anak, padahal Aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah Hanya cukup Berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.’
Dalam Surat Ali ‘Imran ayat 42 dijelaskan juga
/Wa i qālati al-malā`ikatu yā maryamu inna Allāha iș
ṭ
āfāki wa ṭahharaki’alā nisā`i al-‘ ālam na/.’ Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai
Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).’
Begitu juga dalam Al-Qur`an surat Ali Imran: 45
/I qālati al-malā`ikatu ya Maryamu inna Allāh yubasysy ruki bikalimatin minhu
ismuhu al-masḥu ‘ sa ibnu maryama waj han f ad-dunya wa al-akhirati wa min
al-muqarrab na/.’ (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam,
Berdasarkan hal inilah, penulis sangat tertarik untuk menganalisis kisah kelahiran
nabi Isa putera Maryam dalam Al-Qur`an dengan menelaah ayat demi ayat yang
menjelaskan tentang kelahiran nabi Isa sesuai dengan tahapan-tahapan yang berlaku
dalam Al-Qur`an. Penulis akan mendeskripsikan kisah kelahiran nabi Isa putera Maryam
dalam Al-Qur`an sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur`an. Dari sini akan diketahui
benar-benar cara Al-Qur`an memformat suatu kejadian nyata yang pernah terjadi di atas
permukaan bumi ini dengan cara deskripsi yang sangat memukau dan mengagumkan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sehingga tidak
keluar dari topik sebagai berikut :
1. Pada surat dan ayat berapa sajakah dalam Al-Qur‘an yang menjelaskan
tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam?
2. Pesan-pesan apakah yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan tentang
kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam ditinjau dari sosiologi sastra?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini agar tidak keluar dari pemaparan yang sudah
dipaparkan adalah:
1. Untuk mengetahui surat dan ayat yang menjelaskan tentang kisah
kelahiran Nabi Isa putera Maryam.
2. Untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam ayat yang menjelaskan
tentang kelahiran Nabi Isa putera Maryam ditinjau dari sosiologi sastra.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah?
1. Untuk menambah referensi dan wawasan para pembaca pada umumnya
dan mahasiswa Sastra Arab khususnya mengenai kisah nabi Isa putera
Maryam.
1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah suatu metode dengan mengumpulkan data, menyusun atau
mengklasifikasi, dan menginterpretasikannya. Penelitian ini merupakan penelitian
kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari Al-Qur`an yang diperoleh
melalui CD Al-Qur`an dan Al-Qur`an terjemahan keluaran Departemen Agama RI
No:BD.III/TL.02.1/429/2004.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah kisah kelahiran
Nabi Isa putera Maryam dalam Al-Qur`an dan buku kisah para nabi karangan Ibnu
Katsir. Kemudian penulis juga menggunakan Teori Muhammad A. Khalafullah dalam
bukunya yang berjudul Al-Qur`an bukan kitab sejarah. Penulis menggunakan teori
Khalafullah karena buku ini menjelaskan tentang kisah-kisah dalam Al-Qur`an dengan
menggunakan sebuah pendekatan sastra. Adapun teori-teori lainnya yang mendukung
penelitian ini adalah data-data lain yang membahas kisah Nabi Isa yang terdapat dalam
buku-buku lainnya, internet atau majalah, yang dalam hal ini penulis jadikan sebagai data
sekunder sehingga membantu dan memudahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, penulis memakai sistem
transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Mentri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:
1. Mengumpulkan data-data dengan cara mencari dan memilih buku-buku yang
berkaitan dengan judul penelitian
2. Mempelajari dan mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dan referensi yang
ada
3. Menganalisis data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian tentang kisah nabi sudah pernah diteliti oleh Hotmaria Rahma (NIM:
040704011) yang berjudul ”Analisis Nilai-Nilai Historis Pada Kisah Nabi Ibrahim Alaihi
Salam Dalam Al-Qur`an Ditinjau Dari
ﺮ ﺒ
/Al-Naśru/ ’Prosa’. Dalam penelitian ini, kisah yang diteliti adalah kisah nabi Ibrahim mengenai unsur-unsur kisah yang ditinjaudari prosa sedangkan penulis ingin membahas kisah kelahiran Nabi Isa, dan lebih khusus
lagi pesan-pesan yang terkandung di dalamnya ditinjau dari sosiologi sastra yang
diceritakan dalam Al-Qur`an. Dengan ini, penulis menggunakan teori Khalafullah sebuah
teori yang menggunakan pendekatan sastra, dan teori lainnya untuk mendukung
penelitian penulis sesuai dengan judul yang dicantumkan sebelumnya.
Menurut Khalafullah (2002 : 19) penggunaan metode pendekatan sastra dalam
menafsirkan kisah-kisah Al-Qur`an masih tergolong baru. Melalui pendekatan
metodelogis semacam ini akan banyak terungkap dimensi seni dan sastra yang dimiliki
Al-Qur`an sebagai salah satu bukti kemukjizatannya.
Al-Qur`an telah menyebutkan kata qashas dalam beberapa konteks, pemakaian
dan tashrif (konjugasi) nya: dalam bentuk fi’il maḍi, fi’il muḍari’, fi’il amri, dan dalam bentuk mașdar. Menurut bahasa, kata qashas berarti kisah, cerita berita atau keadaan. Kisah sendiri berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak.
Menurut Hasbi dalam (http://www.darussholah.com/2008/09/20/Kisah-Kisah
Dalam Al-Qur’an/) menyatakan bahwa pengertian dari qashash adalah mencari bekasan
atau mengikuti bekasan (jejak). Lebih lanjut, beliau juga menerangkan bahwa lafadz
qashash adalah bentuk mashdar yang berarti mencari bekasan atau jejak, dengan
memperhatikan ayat-ayat berikut ini.
/
Qāla żālika mā kunnā nabgi fartaddā ‘alā `āśārihimā qașașan/ ’ Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S. Alkahfi: 64)
/Inna haża lahuwa al-qașașu al-ḥaqqu wa mā min ilahin illā Allāhu wa inna
allāha lahuwa al-‘az zu al-ḥak mu/ ’Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar,
dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS.Ali Imran: 62)
/Laqad kāna f qașașihim ’ibratun li ūl al-bābi mā kāna ḥadśan yuftarā
walākin tașd qa allaż baina yadayhi wa tafșla kulli syain wa hudan wa
raḥmatan li qaumin yu`minūna/ ‘Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.’(QS. Yusuf: 111)
Allah SWT berfirman dalam surat Yusuf ayat 111 bahwa pada cerita dan
kisah-kisah para Rasul yang dikisah-kisahkan dalam Al-Qur`an terdapat ibrah dan pengajaran bagi
orang-orang yang berakal dan mau menggunakan akalnya, mengenangkan kisah para
Rasul Allah yang diselamatkan dari tipu daya dan perbuatan jahat orang-orang kafir, dan
kisah orang-orang kafir yang menentang dan mendustakan para Rasul itu dibinasakan
Kisah ini bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi benar-benar firman Allah
yang diwahyukan kepada Muhammad untuk membenarkan kitab-kitab Allah yang
sebelumnya seperti kitab Injil, dan menghapus serta mengoreksi apa yang telah terjadi
dalam kitab-kitab itu berupa perubahan dan penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh tangan hamba-hamba Allah yang jahil. Di samping itu, Al-Qur`an juga
menjelaskan secara terang-terangan segala sesuatu mengenai perintah-perintah dan
larangan-larangan agama, apa-apa yang dihalalkan dan apa-apa yang diharamkan, serta
hal-hal yang gaib yang telah berlalu maupun yang akan datang, juga mengenai zat Allah
yang Maha Esa, sifat-sifat-Nya, hikmah kebijaksanaan qadha dan qadhar-Nya. Itulah
sebabnya Al-Qur`an disebut sebagai petunjuk ke jalan yang lurus, benar serta merupakan
rahmat dari sisi Allah bagi hamba-hamba-Nya yang mukminin, Way of the life.
Dari berbagai pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara global
pengertian dari qashash adalah pemberitahuan Al-Qur`an tentang ihwal umat yang telah
lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Di
samping itu, Al-Qur`an juga banyak mengandung keterangan-keterangan tentang
kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau
jejak setiap umat. Al-Qur`an juga menceritakan keadaan mereka dengan cara yang
menarik dan mempesona baik dalam pengkisahan atau dalam setiap lafaz yang
menceritakannya.
Kisah-kisah Al-Qur`an mengandung banyak tuntunan keagamaan yang pada
hakikatnya adalah substansi diturunkannya agama Islam kepada manusia.
Tuntunan-tuntunan tesebut pun banyak dimensi dan ragamnya, prinsip-prinsip akidah, moral,
perilaku, dan tuntunan ibadah. Semua tuntunan tersebut tidak sekedar diperlihatkan,
tetapi Al-Qur`an juga menunjukan hal-hal yang bertentangan dan melanggar
prinsip-prinsip ajaran Islam.
Dalam memaparkan kisah, Al-Qur`an menggunakan metode gaya bahasa
tersendiri. Hal ini terlihat dalam deskripsi kejadian dalam kisah Al-Qur`an yang
merupakan deskripsi sastra yang memiliki nuansa kejiwaan yang disusun di atas dasar
kekuatan perasaan yang mampu menggugah jiwa pendengarnya dan membuatnya
Secara etimologi kata
ﺔﺼ ﺒ
/
al-qișșatu/ berasal dari kata-
ﺷﺺ
-
ﺔﺼ
-ﺷﺺ
-ﺷﺠﺷ◌ﺷﺨ
/
qașșa-yaqușșu -qașșun - qișșatan/ yang artinya ‘kisah’. (Bisri dan Fatah, 1999: 600)Menurut Jaudah (1991 : 41) defenisi kisah menurut bahasa adalah:
ﺔﻐ ﺒ
ﺔﺼ ﺒ
ﺒ
/ Al-qișșatu fi al-lugati hiya al-tatabu’u. ‘Kisah menurut bahasa penelusuran.
Kisah disebut juga sebuah perkara (
ﺮ ﻷﺒ
) / ‘al-amru’/, ‘pembicaraan’/ (ﺪ ﺒ
) / ‘al-haḍsu’/ dan berita (ﱪ ﺒ
) / ‘al-khabaru’/.Adapun pengertian kisah menurut terminologi ilmu sastra modern adalah:
ﺎﻬ ﻮﻬ ﲟ
ﺔﺼ ﺒ
ﻷﺒ
و
ﺎ ﺒ
ﺎﻬ ﳛ
ثﺒﺪﺣﻷﺒ
ﺔ ﻮ ﳎ
ﺪ ﺒ
ثﺒﺪﺣ
سﺎ ﺒ
ةﺎ ﺣ
ﺎ ﺎ
ﻮﳓ
ﻰ
ﺎ ﺎ ﺣ
ﺎ أ
و
ﺎ ﺎﺮﺼ
ﺔ ﺎ
ﺔ ﳐ
ﺔ ﺎ ﺒ
تﺎ ﺼ
.
ضﺜ ﺒ
و
ﻰ
/Al-qișșatu bi mafhūmiha al-had si hiya majmū‘atun min al-aḥdāsi yuhk hā
al-kātibu wa tata‘allaqu tilka al-ahdāsu bisyakhsiyyātin insāniyyatin mukhtalifatin
mutabāyinatin fi tasurrufātihā wa asāl bi ḥayātihā ‘alā nahwi mā tatabāyanu
ḥayātu al-nāsi ‘alā wajhi al-`ardi/. ‘Kisah adalah kumpulan beberapa peristiwa
yang diceritakan oleh si penulis di mana peristiwa yang diceritakan tersebut saling terkait erat dengan kepribadian manusia itu yang beraneka ragam dalam sikap dan gaya hidup sebagaimana sikap dan gaya hidup manusia di atas bumi.’
2.1. /
صقلا
ص
نع
‘anāsiru al-qişşati’/ ‘Unsur-Unsur Kisah’Adapun unsur-unsur kisah dalam Al-Qur`an yaitu:
يص شلا
/
al-syakhșiyatu/ ‘Tokoh’
ث حلا
/al-ḥādisatu/ ‘peristiwa-peristiwa kisah’
سلا
/al-sardu/ ‘Dialog-dialog’
ب قلا
ص
/
șawtu al-qalbi/ ‘Suara hati’2.2
صقلا
ا نلا
/
anwa’u al-qișșati/ ‘Macam-Macam Kisah’Menurut Khalafullah (2002 : 101) ada 3 model dalam menganalisis kisah dalam
Al-Qur`an yang berlaku dalam dunia sastra yaitu:
1.
ي ي لا
صقلا
/al-qișșatu al-tārikhiyati ‘model sejarah’ yaitu suatu kisah yang menceritakan tokoh-tokoh sejarah tertentu seperti para nabi dan rasul danbeberapa kisah yang diyakini orang-orang terdahulu sebagai sebuah realitas
sejarah.
2.
ي ث لا
صقلا
/al-qișșatu al-masaliyati/ ‘Model Perumpamaan’ yaitu kisah-kisah yang menurut orang terdahulu, kejadiannya dimaksudkan untuk menerangkan danmenjelaskan suatu hal atau nilai-nilai.
3.
ي
طس
أا
صقلا
/al- qișșatual-usturiyati ‘Model Legenda atau Mitos’ yaitu kisahyang diambil dari mitos-mitos yang dikenal dan berlaku dalam sebuah komunitas
sosial.
2.3
آ قلا
ف
صقلا
ا نا
/’
anwā’u al-qișșati fī al-qur`ān’Kemudian, ada macam-macam isi kisah dalam Al-Qur`an. Secara garis besar,
kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur`an dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya
yaitu:
Kisah para nabi, kisah ini bercerita mengenai dakwah mereka kepada umat mereka, mu’jizat-mu’jizat yang diberikan Allah kepada mereka, sikap dan reaksi
orang yang menentang dakwah mereka, tahapan dakwah serta akibat-akibat yang
diterima orang-orang yang mempercayainya maupun menentangnya.
Kisah-kisah ini banyak diceritakan Qur`an seperti Kisah-kisah nabi Adam (QS.
Al-Baqarah: 30-39 dan QS. Al-A’raf: 11), kisah tentang nabi Nuh (QS. Hud: 25-49),
kisah tentang para nabi dan rasul yang lainnya.
Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi masa lalu, dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Di antaranya adalah kisah
Al-Kahf: 9-26), kisah tentang Thalut dan Jalut (QS. Al-Baqarah: 246-251) dan
kisah-kisah yang lain.
Kisah-kisah yang terjadi masa Rasulullah Muhammad SAW, seperti kisah tentang perang Badar dan perang uhud (QS. Ali Imran), kisah tentang Ababil
( QS. Al-Fil: 1-5), kisah tentang peristiwa hijrah (QS. Muhammad: 13).
Dari tiga macam isi kisah dalam Al-Qur`an di atas penulis akan membahas
mengenai kisah para nabi yaitu kelahiran nabi Isa as; seorang putera Maryam yang lahir
dengan kekuasaan Allah, hanya dengan perantara ibu, yaitu Maryam. Kelahiran Nabi Isa
merupakan suatu mikjizat karena dilahirkan tanpa ayah, tidak sebagaimana manusia
lazimnya yang berayah-ibu. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan dengan
wanita pada umumnya, para ulama banyak berbeda tentang hak ini, menurut Ibnu Abbas
dalam Ibnu Katsir (2008:631), bahwa Maryam mengandung Isa Puteranya selama
delapan bulan sedangkan menurut Ibnu Abbas dalam Ibnu Katsir (2008:631) Maryam
mengandung Isa hanya dalam waktu sekejap dan langsung melahirkan. Kemudian dari
sebagian ulama lainnya mengemukakan, bahwa Maryam binti Imran mengandung Isa
`alaihissalam selama sembilan jam, mereka mendasari pendapat mereka itu dengan
firman Allah Ta`ala sebagai berikut; dalam surat Maryam ayat 22.
/Fahamalathu fa `intabażat bihi makānan qașiyyan/’ Maka Maryam
mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri ke tempat yang jauh.’
Kemudian ada juga berpendapat bahwa Maryam mengandung puteranya Isa as
selama sembilan bulan, sebagaimana layaknya wanita yang mengandung anaknya, dan
melahirkan sesuai waktunya (Ibnu Katsir,2008:631). Hal ini bukan aneh dan asing bagi
Allah karena Allah juga telah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, menciptakan Hawa
dari tulang rusuk Adam, serta menciptakan Isa tanpa ayah karena Maryam melahirkannya
tanpa berhubungan dengan laki-laki. Hal ini perintah Allah SWT melalui malaikat Jibril,
/Wa maryama ibnata ‘imrāna allat aḥșanat farjahā fanafakhnā f hi min rūḥinā
wa șaddaqat bikalimati rabbihā wakutubihi wakānat mina al-qānit na/. ’dan
(ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, Maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan ia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.’
Menurut As-Sadi dalam Ibnu Katsir (2008:629), tiupan itu masuk ke dalam
rahimnya melalui farajnya bukan dari mulutnya. Maryam adalah wanita soleha yang
sehari-hari beribadah kepada Allah SWT di mihrabnya, di Bait al-Makdis. Tak seorang
pun yang mengetahui bahwa Maryam sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam
sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya.
Ketika ia merasa saatnya akan melahirkan, Maryam meninggalkan mihrabnya
dan mencari tempat yang sepi dan jauh dari keramaian. Ia berhenti di bawah pohon
kurma, lalu duduk dan beristirahat di bawah satu pohon kurma yang besar dan tinggi.
Maryam mulai merasakan sakit pada perutnya, Maryam menekankan tangannya dengan
keras ke pangkal pohon kurma itu sehingga seluruh tenaga dan emosinya tertumpu
padanya, sambil berteriak,
/Yālaitan mittu qabla hażā wa kuntu nasyan mansiyyan/
Menurut Al-Kasysyaf dalam Abdussalam (2005:94-95), Maryam mengucapkan
kalimat di atas dikarenakan rasa malu terhadap masyarakatnya, karena apa yang terjadi
pada Maryam adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan umum manusia, bukan karena ia
mengeluh dan membenci hukum Allah. Di samping itu, Maryam juga merasakan
beratnya beban yang akan ditanggungnya jika kaumnya menuduh dirinya melakukan
perbuatan keji yang tak pernah dilakukannya.
2.4.Sosiologi Sastra
Dalam karya sastra terdapat unsur-unsur yang begitu banyak. Setiap unsur bahkan
unsur yang terkecilpun menentukan kebenaran nilai karya sastra itu. Oleh karena itu,
menelaah karya sastra perlu dibantu dengan pendekatan dari luar karya sastra, seperti:
pendekatan sosiologis, psikologis, dan historis maupun budaya. Pendekatan ini sangatlah
bermanfaat untuk melengkapi penelitian terhadap sebuah karya sastra. Dari sekian
unsur-unsur sastra penulis akan memfokuskan tinjauan dan penjelasan mengenai sosiologi
sastra.
Kajian yang membicarakan tentang hubungan sastra dan masyarakat disebut
kajian sosiologi sastra. Sosiologi adalah ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evolusi)
masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar
manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.
Nyoman (2004:79) menyatakan bahwa :
Suatu proses kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat dengan manusia dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Pendekatan sosiologis sastra artinya menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman dari masyarakat ke individu. Pendekatan sosiologis menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat. Aspek sosial karya sastra kemungkinan yang sangat luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecenderungan yang tidak mungkin tercapai dalam kehidupan sehari-hari.
Teori sosiologi sastra sebenarnya sudah diketengahkan sejak sebelum Masehi.
Sudah sewajarnya apabila sastra, yang pada awal perkembangan tidak bisa dipisahkan
dari kegiatan sosial, dianggap sebagai unsur kebudayaan yang dapat mempengaruhi
Penulis memilih pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori Wellek
dan Werren (1989:111), mereka membuat tiga konsep untuk meneliti sastra secara
sosiologis sastra. Menurut mereka karya sastra dapat diteliti berdasarkan:
1. Sosiologi pengarang yang mempermasalahkan status sosial, ideologi,
politik, dan lain-lainnya yang menyangkut pengarang sebagai
penghasil sastra.
2. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra dalam karya
sastra itu sendiri; yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa
yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuan atau
pesan yang disampaikan.
3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh
sastra terhadap pembaca karya sastra.
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan ini mencoba melihat sisi masyarakat pada
karya sastra. Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra.
Masalah yang berkaitan di sisni adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang
sosial, status pengarang dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan
pengarang di luar karya sastra. Yang kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal
lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.
Yang ketiga adalah permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Sejauh mana
sastra mempengaruhi pembaca, menimbulkan perubahan dan perkembangan sosial.
Dalam menganalisis kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam, penulis berpedoman pada
pendekatan sosiologi sastra yang mempermasalahkan tujuan dari karya sastra maupun
pesan moralnya terhadap masyarakat.
Penulis menggunakan teori Wellek dan Werren pada bagian kedua, di mana
Wellek dan Werren melihat bahwa sosiologi sastra yang diteliti adalah nilai sosiologi
sastra apa saja yang tersirat dalam sebuah karya sastra dan apa yang menjadi tujuan dari
sebuah karya sastra.
Unsur-unsur yang akan diteliti adalah unsur yang tersirat yang mempengaruhi si
pembaca / masyarakat, dan hal-hal lain yang tersirat yang menggambarkan pola-pola
masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi nilai pesan moral, pesan relegius dan
1. Pesan Moral
Nilai moral tidak dapat didefenisikan karena merupakan pandangan hidup
seseorang yang bersifat tidak terbatas. Nilai moral yang terdapat dalam karya sastra akan
bergantung pada keyakinan, dan keinginan pengarang yang bersangkutan.
Secara umum moral menyarankan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi
pekerti, susila (KBBI,1995 dalam Nurgiyantoro, 1998:320).
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup “way of life”
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah
yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Menurut Kenny (1996:89) dalam (Nurgiyantoro, 1998:320) :
Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis “petunjuk” itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita.
Nurgiyantoro (1998:323) menegaskan bahwa:
Karya sastra, senantiasa menawarkan nilai sosiologis yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur pada hakikatnya bersifat universal, dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad. Nilai sosiologis sastra lebih memberatkan pada sifat kodrati manusia yang hakiki (yakni akhlak), bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan dihakimi oleh manusia. Bahkan, adakalanya ia tampak bertentangan dengan ajaran agama. Moral dalam karya sastra, atau hikmah yang diperoleh pembaca lewat sastra, selalu dalam pengertian baik.
Moral merupakan salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana, walaupun tidak
semua tema merupakan nilai. Moral dikatakan bersifat praktis karena “ajaran” yang
diberikan langsung ditunjukan secara konkret lewat sikap dan tingkah laku tokoh cerita.
Dalam suatu karya sastra banyak sekali jenis dan wujud pesan moral yang
disampaikan. Dalam karya sastra sering terdapat lebih dari satu pesan moral. Hal ini
belum lagi berdasarkan pertimbangan atau penafsiran dan pihak pembaca yang juga dapat
terdapat dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan, keinginan, dan interest
pengarang yang bersangkutan.
Dalam kisah kelahiran Nabi Isa putera Maryam dapat dilihat salah satu contoh
moral terhadap pembaca, yaitu bahwa manusia di atas permukaan bumi ini harus berbuat
baik dan selalu berusaha agar apa yang di cita-citakan tercapai.
/Wahuj ilaiki bijiż’i al-nakhlati tusāqiṭ
‘alaiki ru
ṭaban janiyyan/.
dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa kurma merupakan makanan yang sangat
baik bagi wanita yang sedang melahirkan dan setelah melahirkan masa nifas/ selesai
melahirkan, karena ia mudah dicerna, lezat lagi mengandung kalori yang tinggi.
Pada ayat di atas terlihat bagaimana Maryam as. yang dalam keadaan lemah itu
masih diperintahkan untuk melakukan kegiatan dalam bentuk menggerakan pohon guna
memperoleh rezeki, walaupun-boleh jadi- pohon itu tidak dapat bergerak karena
lemahnya fisik Maryam setelah melahirkan dan walaupun. Ini sebagai isyarat kepada
semua pihak untuk tidak berpangku tangan menanti datangnya rezeki, tetapi harus
berusaha sepanjang kemampuan yang dimiliki.
2.Pesan Kritik Sosial
Banyak karya sastra yang bernilai tinggi di dalamnya menampilkan pesan-pesan
kritik sosial, di mana wujud kehidupan sosial yang dikritik sangat beragam seluas lingkup
kehidupan sosial itu sendiri. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya sastra tersebut
menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi
semua intrinsiknya.
Pesan kritik sosial merupakan hubungan sosial manusia dengan lingkup sosial
dan alam. Karya sastra yang memiliki kritik sosial, biasanya lahir di tengah-tengah
Pesan kritik sosial akan ada pada karya sastra jika seseorang pengarang menjadi korban
ketidak baikan di sebuah lingkungan. (Nurgiyantoro, 1998:332).
Adapun contoh ayat pada kisah kelahiran nabi Isa yang menjelaskan pada pesan
kritik sosial adalah:
Surat ali ‘Imran Ayat 46
/Wa yukallimu al-nāsa f al-mahdi wa kahlan wa mina al-şālih na./
Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh."
Penjelasan:
Ayat yang terkandung di atas adalah, Nabi Isa telah berbicara ketika masih
dalam buaian.
Tidak dijelaskan oleh ayat ini pada usia berapa beliau berbicara, tatapi tidak
dapat disangkal bahwa hal tersebut terjadi pada usia buaian atau pada usia yang biasanya
anak belum dapat berbicara. Karena itu, sekelompok orang yang datang untuk mengecam
Maryam, karena ia melahirkan seorang bayi sedang dia belum bersuami. Dia tidak
menjawab, tetapi ia menunjukan ke arah bayinya sebagaimana hal ini dijelaskan dalam
surat Maryam ayat 29
Kemampuan berbicara itu bukan bukti ketuhanan Isa as. apalagi ucapan pertama
yang beliau ucapkan adalah: “sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah, Dia memberiku
kitab Injil dan Dia menjadikan aku seorang nabi”, sebagaimana hal ini ditegaskan dalam
surat Maryam ayat 30. Di sisi lain, penegasan bahwa beliau pun berbicara pada usia
dewasa menunjukkan bahwa beliau akan mencapai usia tersebut, dan demikian beliau
mengalami perubahan, sedangkan yang mengalami perubahan pastilah bukan Tuhan.
Jadi, bicaranya nabi Isa di waktu kecil merupakan mukjizat
Kata (اھ ) /kahlan/ yang diterjemahkan di atas dengan dewasa dipahami oleh
banyak ulama sebagai usia antara tiga puluh sampai empat puluh tahun, demikian
Pesan kritik sosial yang dapat diambil adalah, kalau dilihat zaman sekarang,
sangatlah langka adanya seorang bayi yang mampu berbicara sewaktu dalam buaian.
Tentu ada hikmah dan pesan yang harus dipetik dari peristiwa berbicaranya seorang bayi.
Peristiwa ini merupakan peringatan bagi umat manusia, untuk selalu taat pada Allah
karena Dia Maha segalanya. Mungkin saja, kondisi masyarakat saat itu memperhatinkan,
jauh dari ajaran agama.
3.Pesan Religius
Pesan Relegius menyatakan pesan keagamaan dari sesuatu sesuai dengan aturan
agama yang ada. Istilah relegius membawa konotasi pada makna agama. Agama lebih
menunjukan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang
resmi, sedangkan relegius bersifat lebih mendalam dan lebih luas dari agama yang
tampak formal dan resmi (Mangunwijaya, 1998:11-12).
Adapun pesan relegi/keagamaan yang dapat kita ambil dari kisah kelahiran Nabi
Isa putera Maryam adalah:
Dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 47
/Qālat rabbi annā yakūnu l waladun wa lam yamsasn basyarun qāla każāliki
Allahu yakhluqu mā yasyā`u iżā qaḍā amran fainnamā yaqūlu lahū kun
fayakūnu/.
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia.
Adapun pesan yang terkandung dalam ayat di atas adalah ternyata, ketika
malaikat Jibril menyampaikan kepada Maryam as. bahwa dia akan melahirkan seorang
anak yang bernama al-Masih Isa putera Maryam, ia sadar bahwa anak tersebut tidak
berbapak, karena namanya dinisbahkan kepada Maryam, bukan kepada seorang ayah,
sehingga Maryam bertanya: ”Tuhanku, aku percaya kepada-Mu, percaya juga
kekuasaan-Mu. Tetapi, bagaimana bisa aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh
oleh seorang laki-laki pun yang bukan mahramku, apalagi melakukan hubungan yang
mengakibatkan lahirnya anak.” Allah berfirman dengan perantaraan Jibril: “
Demikianlah, yakni memang engkau adalah wanita yang tidak pernah dan tidak ada
bersuami, tetapi Allah mampu menganugrahkan kepadamu seorang anak, karena Allah
mencipta apa yang dikehendaki-Nya. Yang demikian itu sangat mudah bagi-Nya, karena
apabila Dia menetapkan sesuatu, maka sedemikian mudah dah cepat kehendak-Nya
terlaksana, sehingga keadaannya hanya bagaikan Dia berfirman kepadanya: “jadilah”
maka jadilah ia.
Kata (نك) / kun/ dalam ayat ini digunakan sekedar untuk menggambarkan betapa
mudah Allah menciptakan sesuatu dan betapa cepat terciptanya sesuatu bila Dia
menghendaki. Cepat dan mudahnya itu diibaratkan dengan mengucapkan kata kun.
Walaupun sebenarnya Allah tidak perlu mengucapkannya karena Dia tidak memerlukan
suatu apa pun untuk mewujudkan apa yang dikehendaki-Nya. Sekali lagi, kata kun hanya
melukiskan buat manusia betapa Allah tidak membutuhkan sesuatu untuk mewujudkan
kehendak-Nya dan betapa cepat sesuatu dapat terwujud, bahkan lebih cepat jika Dia
menghendaki dari waktu yang digunakan manusia mengucapkan kata kun. Perlu dicatat
bahwa ini bukan berarti Isa as, lahir secara cepat, dan tanpa proses sebagaimana dialami
oleh para ibu ketika melahirkan. Kisah kelahiran ini dijelaskan dalam surat Maryam ayat
16-26 yang menjelaskan proses mulai dari kehamilan Maryam sampai detik-detik
menjelang kelahiran puteranya.
Pesan religinya adalah Allah ingin membuktikan kepada manusia akan keMaha
Kekuasaan-Nya. Jika Allah berkehendak terhadap sesuatu, dia tak butuh proses, tak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Narasi Kisah kelahiran Nabi Isa Putera Maryam dalam Al-Qur`an
Narasi Al-Qur`an tentang kisah Nabi Isa as dimulai dari kelahiran Maryam
sebagai putri Imran dan istrinya Hanna. Hanna adalah seorang anggota sebuah keluarga
yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT. Allah mengarunianya anak setelah ia
memasuki masa manopause, setelah puluhan tahun. Kerinduan terhadap anak tertanam
dalam dirinya sudah sekian lama. Ia adalah istri ’Imran, cucu Matan, salah seorang
keturunan Sulaiman as yang merupakan pemimpin bangsa Yahudi, para pendeta dan para
raja.
Allah SWT kemudian menerima doanya dan mengabulkan permintaannya,
sehingga ia pun hamil. Tetapi suaminya meninggal ketika ia sedang mengandung dan
belum melahirkan bayinya.
Setiap kali sang janin dirasakannya bergerak-gerak dalam perutnya, luapan rasa
bahagia tak terkira menguasai diri Hanna. Ia kemudian menghadap Allah SWT dengan
sepenuh hati dan perasaannya, sambil berkata;
/Iż qālati imra`atu ‘imrāna rabbi inn nażartu laka mā f batn muharraran
fataqabbal minn innaka anta al-sam ’u al’al mu/.
(ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu, terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".(Q.S.Ali ’Imran :35)I
Dengan nazarnya, di mana hal ini dibenarkan dalam agamanya saat itu, Hanna
dapat menggantikan posisi ayahnya sebagai pelayan di rumah Allah (Baitul Maqdis),
terbebas dari dunia dan segenap kesibukan dan problemnya, serta melakukan semua itu
secara ikhlas karena Allah dan demi Baitul Maqdis-Nya. Ternyata, Hanna melahirkan
bayi perempuan.
Hanna pun bingung menerima kenyataan yang dihadapinya. Dengan cara apa dia
harus menunaikan nazarnya? Sebab, seorang wanita tidak layak untuk urusan seperti ini
dalam bayangannya Ia kemudian menghadap kehadirat Allah SWT dengan perasaan
sedih dan menyesal sambil memohon ampun atas apa yang telah ia nazarkan. Ia berdoa,