OPINI REMAJA TERHADAP PESTA RONDANG BITTANG
(Studi Deskriptif Komparatif Mengenai Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMANegeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DINI HANISYAHFITRI S 050904110
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
A
BSTRAKSISkripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.
Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “opini
remaja terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai
opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1
Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar,
Kabupaten Simalungun), guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara.
Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada
kedua orang tua peneliti, D. Sinaga, BA (Ayah) dan A. Nirwana (Ibu) yang selalu
menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan
materi. Sungguh tiada kata yang dapat tergambarkan betapa berharganya kedua
orang tua bagi peneliti. Lalu peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih buat
adik-adik peneliti (Herdi, Wanda dan Dina) yang selalu memberikan semangat
dan dukungan bagi peneliti.
Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi,
3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera
Utara.
4. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A selaku dosen pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing serta
memberi masukan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si selaku dosen wali peneliti.
6. Terima kasih buat para dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu kepada peneliti. Terima kasih buat semangat, nasehat,
motivasi dan arahannya selama proses belajar mengajar.
7. Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses
administrasi.
8. Sahabat-sahabat terbaikku WINTER, Loren, Tasya, Wulan, Asri, Edy, dan
Natal (terimakasih atas semua kenangan indah, suka dan duka yang Kita
lalui bersama, “Friendship’s never die”).
9. Buat rekan-rekan seperjuangan di PostCity (sungguh membanggakan
punya kawan-kawan yang rela berkorban tanpa pamrih seperti kalian).
10. Buat para penghuni Kos Dr. Mansyur 21 (Kak Ratna, Tika, Dani, Lusi,
Devi), terimakasih atas supportnya.
11. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU,
Widya, Nanda, Tari, Yori, Hanita, Dona, Suryansyah, Mesdi, Mamet, Ade,
12. Buat para pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Simalungun, terimakasih atas informasi yang telah diberikan sehingga
membantu penyelesaian skripsi ini.
13. Buat para guru di sekolah tempat penelitian (SMA Negeri 1 Kecamatan
Siantar dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten
Simalungun), terima kasih telah membantu untuk menyebarkan kuesioner
kepada para siswa dan kepada para siswa yang menjadi responden terima
kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang
diberikan peneliti.
14. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu,
peneliti mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Peneliti, Maret 2010
DAFTAR ISI
I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory) ... 13
I.5.4. Kebudayaan ... 16
III.1.1.2.Struktur Organisasi Sekolah ... 59
III.1.2. SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar ... 60
III.1.2.1 Visi dan Misi ... 61
III.1.2.2 Struktur Organisasi Sekolah ... 62
III.1.3.1.Lambang Kabupaten Simalungun ………. 62
III.1.3.2.Letak dan Luas Wilayah ………. ... . 64
III.1.3.3.Iklim dan Penduduk ………. ... 66
III.1.3.4.Visi dan Misi ………. ... 66
III.1.3.5.Tujuan dan Sasaran Pembangunan……… 67
III.2. Metode Penelitian ………. ... 68
III.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. .... 69
III.3. Populasi dan Sampel ... 70
III.3.1. Populasi ... 70
III.3.2. Sampel ... 72
III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 72
III.4.1. Stratifikasi Disproporsional (disproportional stratified sampling) 72 III.4.2. Purposive Sampling ... 75
III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76
III.6. Teknik Analisis Data ... 76
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77
IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan ... 77
IV.1.1. Tahap Persiapan ... 77
IV.1.2. Tahap Pengumpulan Data ... 78
IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 79
IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 80
IV.3.1. Karakteristik Responden (Pembahasan) ... 81
IV.3.2. Opini Remaja (Pembahasan) ... 85
IV.3.3. Pesta Rondang Bittang (Pembahasan) ... 91
BAB V PENUTUP ... 127
V.1. Kesimpulan ... 127
V.2. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 1 Proses Pembentukan Opini Publik ... 12
Gambar 2 Model Teoritis ... 21
Gambar 3 Proses Pembentukan Opini Publik ... 44
Gambar 4 Unsur-unsur Kebudayaan ... 55
Gambar 5 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... 59
Gambar 6 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar 62
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Operasional Variabel ... . 22
Tabel 2 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... . 71
Tabel 3 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar ... . 71
Tabel 4 Sampel Stratifikasi Disproporsional ... 73
Tabel 5 Jenis Kelamin ... . 81
Tabel 6 Suku ... . 82
Tabel 7 Agama yang Dianut ... . 83
Tabel 8 Apakah Pernah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang 84 Tabel 9 Reaksi Saat Pertama Kali Mengetahui Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 85
Tabel 10 Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang .. 86
Tabel 11 Besarnya Keinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 87
Tabel 12 Faktor yang Menyebabkan Ingin Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 88
Tabel 13 Apakah Setelah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Muncul Keinginan Untuk Mengenal dan Melestarikan Kebudayaan Daerah Simalungun ... 90
Tabel 14 Darimana Pertama Kali Mengetahui tentang Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 91
Tabel 15 Apakah Pesta Rondang Bittang Termasuk Kegiatan yang Sering Dihadiri dan Disaksikan ……….... 93
Tabel 16 Apakah Mengetahui Siapa yang Menyelenggarakan Pesta Rondang Bittang ……….. 94
Tabel 17 Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ... 95
Tabel 18 Persentase Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ……… 96
Tabel 19 Frekuensi Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 109 Tabel 20 Persentase Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 110 Tabel 21 Apakah Mendapat Informasi dengan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ……… 119
Tabel 22 Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Membuat Lebih Menghargai dan Mencintai Kebudayaan Daerah ……… 120
Tabel 23 Apakah Benar Setelah Sekali Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang, Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikannya Lagi ……… 122
Tabel 24 Tingkat Kemenarikan Pesta Rondang Bittang ……… 124
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Tabel Foltron Cobol
3. Tabel Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pesta Rondang Bittang
4. Kebudayaan Simalungun di dalam Pesta Rondang Bittang
5. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
7. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi
A
BSTRAKSISkripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.
Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan dengan corak
yang khas. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat
berwujud sebagai komunitas desa, komunitas kota, kelompok kekerabatan, atau
kelompok adat yang lain, dapat menampilkan suatu corak khas yang terutama
terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya,
terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama
unsur-unsur yang berbeda dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut
berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu
kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang
kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus yang tidak
terdapat pada kebudayaan lain.
Kebudayaan Indonesia terdiri dari beragam kebudayaan daerah yang
tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera
Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan
dari etnis
Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, yaitu :
yang berdomisili di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
(Pesisir Timur)
Tapanuli Tengah, Kota Sibolga;
Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal;
di Kabupaten Simalungun
Barat;
Barat)
Suku Batak terdiri dari beberapa sub-suku yang berdomisili di wilayah
da
suku Batak terdiri dari
Salah satu bagian dari etnis Batak adalah Suku Simalungun yang
berdomisili di daerah Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan :
Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah utara, Kabupaten Samosir di sebelah
selatan, Kabupaten Asahan di sebelah Timur dan Kabupaten Karo di sebelah
Barat. Sama seperti suku lainnya di Indonesia, suku Simalungun juga memiliki
kekayaan seni budaya tradisional tersendiri, yang pada hakikatnya turut
memperkaya Kebudayaan Nasional. Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan,
“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya
rakyat Indonesia seluruhnya”. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung
sebagai Kebudayaan Bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan
kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan
bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
Namun, pada akhir-akhir ini kebudayaan daerah terasa cenderung menuju
kepunahan. Akibat semakin meningkatnya pola pikir masyarakat, pesatnya
perkembangan pembangunan di segala bidang, majunya teknologi, dan besarnya
pengaruh budaya luar terlebih pada kota-kota besar, telah mengakibatkan seni
budaya tradisional semakin terdesak.
Gejala-gejala yang terlihat dewasa ini memperlihatkan mulai diabaikannya
ciri-ciri khas kebudayaan oleh suatu masyarakat di daerah itu sendiri. Khususnya
remaja, perhatian dan kepedulian mereka terhadap kebudayaan daerah sangatlah
minim. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan mereka tentang kebudayaan
daerah. Apalagi ditambah dengan semakin berkembangnya budaya populer di
Indonesia, menyebabkan semakin ditinggalkannya kebudayaan daerah. Para
remaja lebih tertarik mempelajari budaya asing dan mengikuti tren yang
cenderung kebarat-baratan. Dilihat dari berbagai segi kehidupan gejala-gejala ini
akan merugikan daerah tersebut, terlebih dalam rangka pembinaan dan
pengembangan Kebudayaan Nasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Pemerintah Daerah Tingkat II
Kabupaten Simalungun, sejak tahun 1981 telah menyelenggarakan Pesta Rondang
Bittang yang diadakan setiap tahun dengan lokasi berada di daerah Kabupaten
Simalungun dengan tuan rumah tiap daerah kecamatan yang diadakan secara
bergiliran. Pesta rakyat ini dimeriahkan oleh masyarakat Simalungun dari seluruh
kecamatan yang ada di kabupaten Simalungun (sekarang ada 31 kecamatan).
Rondang Bittang adalah merupakan suatu kegiatan yang bersifat massal
serta tradisional pada suku Simalungun yang pada mulanya berupa kegiatan pesta
yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk mengungkapkan rasa
kegembiraan setelah selesai panen, pada saat bulan purnama dimana
bintang-bintang turut menambah keindahan terang bulan tersebut. Acara yang ditampilkan
ada berbagai macam seperti menari (manortor), menyanyi ( taur-taur), berbalas
pantun (maruppasa) dengan diiringi musik tradisional seperti Gual, Sulim,
Sordam, Tulila dan sebagainya dan bahkan juga ada kegiatan olahraga
ketangkasan tradisional.
Pesta Rondang Bittang merupakan penyampaian rasa syukur dan
terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberhasilan hidup dalam
satu tahun penuh, mempererat rasa kekeluargaan, melestarikan seni budaya
bangsa sebagai peninggalan para leluhur, kesempatan bersuka ria di antara seluruh
warga masyarakat, dan pewarisan serta kesempatan mempelajari seni budaya bagi
generasi muda dan remaja.
Pesta Rondang Bittang yang baru-baru ini berlangsung yaitu Pesta
Rondang Bittang XXIV, yang diadakan pada bulan Agustus 2009 di Balai Karya
Murni Perdagangan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun. Acara ini
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Partuha Maujana
Simalungun (pemuka adat), Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Pendidikan dan
Pengajaran, Seniman dan Budayawan serta Organisasi yang peduli dengan budaya
Kegiatan perlombaan seni dan budaya Simalungun yang diadakan dalam
Pesta Rondang Bittang, yaitu : festival manggual (memukul gong), marsarunei
(meniup seruling) dan tor-tor Sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan
seruling bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi,
sordam, tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan
inggou turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu
marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop, dan sappak hotang.
Pesta Rondang Bittang pada masa sekarang ini menjadi lebih beragam
yaitu dengan adanya kegiatan pendukung. Sebagai kegiatan pendukung pada acara
ini antara lain : konser musik, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu
gantung, atraksi marching band dan lomba cipta lagu Simalungun.
(www.simalungunkab.go.id)
Peserta perlombaan/ pertandingan dan partisipan dalam Pesta Rondang
Bittang merupakan masyarakat dari seluruh kecamatan di Kabupaten Simalungun,
termasuk para siswa dari berbagai sekolah di daerah tersebut. Masing-masing
kecamatan melalui pihak sekolah mengirimkan siswanya untuk mengikuti setiap
perlombaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara/
panitia. Menurut keterangan dari pihak penyelenggara dalam hal ini adalah Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Simalungun, salah satu sekolah yang
selalu berperan aktif dalam acara ini adalah SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan
SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Hal
tersebut ditandai dengan banyaknya siswa dari kedua sekolah tersebut yang ikut
Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan studi deskriptif komparatif
mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1
Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar,
Kabupaten Simalungun.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :
”Bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa
SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok
Batunanggar, Kabupaten Simalungun?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif, yang hanya memaparkan
suatu situasi atau peristiwa secara sistematis dan membandingkannya,
tidak mencari tahu atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
atau membuat prediksi.
2. Objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA
Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.
3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XII yang pernah menghadiri dan
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada
siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan
Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.
2. Untuk mengetahui tanggapan pro atau kontra terhadap Pesta Rondang
Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1
Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.
I.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama
menjadi mahasiswa Ilmu komunikasi FISIP USU, serta menambah
cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap kebudayaan
daerah, khususnya kebudayaan daerah Simalungun di mana peneliti
berasal dari sana.
2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian di bidang Ilmu Komunikasi.
3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi
masukan yang berarti bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan
masyarakat Simalungun pada khususnya, dalam mengenal dan
melestarikan kebudayaan daerah Simalungun seperti masyarakat dapat
mengetahui acara yang ditampilkan, kegiatan perlombaan seni dan budaya
Rondang Bittang, generasi muda mengetahui bahasa daerah, pakaian
tradisional, makanan khas daerah Simalungun, dan sebagainya.
I.5. Kerangka Teori
Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah membantu peneliti
menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi
yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan
relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut
(Kriyantono, 2006:45).
Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain:
I.5.1. Komunikasi
Dewasa ini ilmu komunikasi dianggap penting dalam kehidupan
bermasyarakat sebab sebagaimana diketahui bahwa manusia tidak dapat hidup
sendirian di muka bumi ini. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang
tidak dapat dipisahkan apa lagi ditinggalkan dari kehidupan kita, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tidak ada manusia yang tidak akan
terlibat dalam komunikasi. Berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh
langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat.
Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai
tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).
Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu
(social interaction) dan terjadinya interaksi sosial disebabkan oleh
interkomunikasi (intercommunication) (Effendy, 2002:3).
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari
bahasa Latin : Communicatio dan bersumber dari kata Communis yang berarti
sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2002:9).
Menurut Fisher, komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan
masyarakat atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh
komunikasi. Oleh karena itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau
serba hadir, artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga (Arifin,
2003:20).
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2002:136).
Selain itu, pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah komunikasi yang
mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau
melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, maupun
media non massa seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan
sebagainya. Secara paradigmatis komunikasi merupakan proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah
sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior), baik langsung
secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4) dan
salah satu cara dalam menyampaikan pesan tersebut adalah melalui
Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan
komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : who
(siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (dengan saluran apa), to
whom (kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana) (Mulyana,
2002:62).
Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu
pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu
pada komunikan (Effendy, 2002:6). Dalam komunikasi, umpan balik dapat
diartikan sebagai respon ; yakni pesan yang dikirim kembali dari penerima ke
sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima.
I.5.2. Opini Publik
Istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada
pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang (Olii, 2007:20). Dapat digunakan untuk
menandakan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh
individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan
tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan
khusus pula. Menurut Cutlip dan Center, opini merupakan suatu ekspresi tentang
sikap mengenai suatu masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat
yang berbeda-beda (Olii, 2007:33).
Opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan
2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat
Berdasarkan ciri-ciri di atas maka dapat disimpulkan bahwa opini
memiliki sifat terbuka dan merupakan satu kesatuan dari pendapat umum serta
mempunyai jumlah pendukung yang besar. Opini dapat juga dinyatakan secara
aktif maupun pasif dan verbal secara terbuka melalui pilihan kata-kata yang
tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai konatif.
Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai
rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan
adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling
mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).
Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul
melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan,
pikiran dan kesediannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan
unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang
sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception
(persepsi) (Kasali, 1994:20).
Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah
proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan
mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang
budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang
berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak
seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli
tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk
Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa
yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang
masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang
mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan
maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau
situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal
sebagai cognition (pengertian), affect (perasaan/emosi), dan behaviour (perilaku).
Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh,
simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu
yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).
Secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini.
Gambar 1
Proses Pembentukan Opini Publik Faktor Penentu
- Latar belakang budaya
- Pengalaman masa lalu Persepsi Opini Konsensus Opini Publik - Nilai-nilai yang dianut
- Berita yang berkembang - Cognation Sikap - Affect
- Behaviour
Sumber : (Ruslan, 1997:56)
Opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur
sebagai berikut :
1. Adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat kontroversial.
2. Adanya publik yang secara spontan tertarik kepada masalah tersebut,
melibatkan diri ke dalamnya, dan berusaha untuk memberikan
3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai
masalah yang kontroversial oleh suatu publik.
4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan
suatu pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro,
1990:54).
Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik adalah kesatuan pendapat
yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan,
membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk
mengatasinya.
Munculnya opini pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia atau
mereka menerima suatu pesan dari komunikator. ”Proses pembentukan opini”
digambarkan mulai dari persepsi seseorang hingga terbentuknya suatu opini
publik, yakni berakar dari latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa
lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Dari proses inilah
yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada
akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakah nantinya bersifat mendukung,
dan menentang atau berlawanan.
I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog dari
Oklahoma University AS (Barker, 1987). Secara ringkas teori ini menyatakan
bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu
merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang
Proses ”mempertimbangkan” isu atau objek sosial tersebut menurut Sherif
berpedoman pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang.
Kerangka rujukan inilah untuk menentukan bagaimana seseorang memposisikan
suatu pesan persuasif yang diterimanya. Lebih jauh Sherif menegaskan bahwa
tindakan memposisikan dan menyeleksi pesan yang dilakukan oleh alam bawah
sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi.
Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali
atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap dijelaskan sebagai suatu daerah
posisi dalam suatu skala, yang mencakup :
a. Ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance).
Adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh individu.
b. Ruang gerak penolakan (latitude of rejection).
Adalah rangkaian posisi sikap yang tidak dapat diterima oleh individu.
c. Ruang gerak tidak pasti (latitude of non-commitment)
Adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua ruang tersebut.
Jadi individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolak.
Interaksi antara ruang gerak inilah yang akan menentukan sikap individu
terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan
itu jatuh pada ruang gerak penerimaan, maka individu akan setuju dengan
pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke ruang gerak penolakan, individu
tersebut akan tidak menyetujuinya
Perubahan sikap menurut teori ini terjadi jika informasi pembujukan jatuh
di dalam atau berdekatan dengan ruang gerak penerimaan seseorang. Sikap akan
ditawarkan dalam informasi pembujukan terserap (assimilated) ke dalam posisi
penerima sendiri. Sebaliknya, jika informasi pembujukan jatuh dalam ruang gerak
penolakan, sikap penerima tidak akan berubah atau berubah berlawanan arah dari
isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan bertentangan (contrasted)
dengan sikap dan posisi penerima.
Proses perubahan sikap bergantung kepada keteguhan individu dalam
berpegang pada suatu nilai atau pandangan. Apabila individu berpegangan pada
pandangan yang ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya
adalah sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi
individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya, individu yang tidak ekstrim
berpegang pada suatu pandangan, memiliki ruang gerak penerimaan yang luas
pula. Semakin luas ruang gerak penerimaan seseorang, semakin besar pula
kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.
Menurut Goldstein (1980), teori pertimbangan sosial bermanfaat dalam
mengkaji kesan ketidakcocokan antara posisi yang ditawarkan dan posisi awal
dari penerima. Menurut beliau, teori ini sebenarnya lebih banyak menjelaskan
tentang penyimpangan-penyimpangan dari posisi yang ditawarkan daripada
tentang perubahan sikap.
Teori ini memprediksikan argumen-argumen yang akan diterima serta
ditolak oleh khalayak. Manusia selalu membandingkan sesuatu yang dianjurkan
dalam sebuah pesan dengan sikap awal sebagai titik pedoman dalam menilai
sesuatu yang kemudian akan menentukan apakah anjuran tersebut diterima atau
Untuk menentukan pilihan pro atau kontra masyarakat selalu melewati
tahapan pertimbangan. Dalam menyeleksi sebuah pesan atau informasi yang
masuk, masyarakat mempertimbangkannya terlebih dahulu untuk mengeluarkan
pendapatnya untuk menerima atau menolak informasi tersebut.
I.5.4. Kebudayaan
Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2003:72).
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang
merupakan kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat,
2003:73). Culture mempunyai kesamaan arti dengan kebudayaan yang berasal
dari kata lain colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah
tanah atau bertani. Culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia
untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 2003:74).
Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama
dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah
kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah
satu bagian saja dari kebudayaan. Kebudayaan itu sangat kompleks, yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup
semua hal yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola
berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2004:172-173).
Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan
jenis-jenisnya, yaitu :
− Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya
pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan
kesusilaan.
− Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.
− Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan
lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah
sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat.
a. Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan
karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh manusia
untuk menguasai dan menundukkan alam sekitarnya, sehingga produk dari
budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Rasa adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan
manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan
norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan
c. Cipta merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual culture
yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang menghasilkan
gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya yang bermanfaat bagi
masyarakat.
d. Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa dan cipta, pada
tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya bagi seluruh
masyarakat (Bungin, 2006:52).
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1) IDEAS (gagasan) merupakan wujud ideal kebudayaan, adalah kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,
peraturan, dan sebagainya yang sifatny
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.
2) ACTIVITIES (aktivitas/tindakan), adalah wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula
disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang sali
bergaul denga
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
3) ARTIFACTS (Artefak/karya), wujud kebudayaa
dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2003:74).
I.6. Kerangka Konsep
Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Bungin mengartikan
konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat
dipakai untuk menggambarkan semua fenomena yang sama (Kriyantono,
2006:17).
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Opini Remaja Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA
Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun, dengan
menggunakan karakteristik responden.
Faktor penentu dalam proses pembentukan opini publik adalah latar
belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita yang
berkembang. Unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief
(kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan
menyebabkan munculnya sikap dari masyarakat berupa cognation (pengertian),
affect (pengaruh), dan behaviour (perilaku) (Ruslan, 1997:56).
2. Pesta Rondang Bittang.
Wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu Ideas (gagasan),
activities (tindakan), dan artifacts (karya) (Koentjaraningrat, 2003:74).
Pesta Rondang Bittang merupakan kegiatan kebudayaan yang terdiri dari
berbagai gagasan, tindakan, dan karya masyarakat Simalungun. Hal
tersebut meliputi :
a. Acara Ritual (mamuhun dan maranggir)
b. Kegiatan Kesenian Tradisional, yaitu : hagualon, vokal grup, festival
seruling, festival ilah, tor-tor improfisasi, festival sordam, festival tulila,
festival busana pengantin Simalungun, festival permainan anak, dan
festival inggou turi-turian.
c. Kegiatan Olahraga Tradisional, seperti : marjalekkat, marsaleper ganjang,
margalah, marultop, dan sappak hotang.
d. Kegiatan Penunjang, seperti : parade kontingen, konser musik tradisional,
pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung, dan lomba cipta
lagu Simalungun.
Rangkaian kegiatan Pesta Rondang Bittang dapat dijelaskan sebagai
berikut. Sebelum memulai acara Pesta Rondang Bittang, Panitia pelaksana
melaksanakan acara adat yaitu mamuhun dan maranggir untuk memohon ijin
kepada penduduk yang memulai merintis dan mendiami huta (desa) serta untuk
membersihkan seluruh tubuh, hati dan pikiran. Selanjutnya panitia bersama
diawali dengan barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat)
se-Kabupaten Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis
yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan muda
mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada di wilayahnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan berbagai kegiatan perlombaan seni dan budaya
Simalungun, seperti : festival manggual (memukul gong), marsarunei (meniup
seruling) dan tor-tor sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan seruling
bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi, sordam,
tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan inggou
turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu
marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop dan sappak hotang.
Seiring perkembangan zaman, acara Pesta Rondang Bittang sekarang ini menjadi
lebih beragam yaitu dengan adanya kegiatan pendukung, seperti konser musik
tradisional, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu gantung, atraksi
marching band dan lomba cipta lagu Simalungun. (www.simalungunkab.go.id)
I.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut :
Gambar 2. Model Teoritis
I.8. Operasionalisasi Variabel
Variabel
Opini Remaja Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok
Batunanggar, Kabupaten
Variabel
I.8. Operasionalisasi Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di
atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan
kesesuaian penelitian ini, yaitu :
Tabel 1
Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Opini Remaja Pada Siswa SMA
Negeri 1 Kecamatan Siantar dan
SMA Negeri 1 Kecamatan
Dolok Batunanggar, Kabupaten
Simalungun
1. Opini Publik :
a. Belief
b. Attitude
c.Perception : Cognation, Affect,
dan Behaviour
(Kasali, 1994:20) & (Ruslan, 1997:56)
2. Karakteristik responden :
a. Jenis kelamin
b. Suku
c. Agama
Pesta Rondang Bittang
a. Acara Ritual, meliputi :- Mamuhun
- Maranggir
b. Kegiatan Kesenian Tradisional,
meliputi :
- Hagualon
- Festival Seruling
- Festival Ilah
- Tor-tor improfisasi
- Festival Sordam
- Festival Tulila
- Festival busana pengantin
Simalungun
- Festival permainan anak
- Festival Inggou Turi-turian
c. Kegiatan Olahraga Tradisional,
meliputi :
- Marjalekkat
- Marsaleper ganjang
- Margalah
- Marultop
- Sappak hotang
d. Kegiatan Penunjang, meliputi :
- Parade kontingen
- Konser musik tradisional
- Pagelaran sendra tari (fragment)
legenda batu gantung
I.9. Definisi Operasional
Definisi operasional ialah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini definisi
operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Berikut
adalah definisi operasional dalam penelitian ini :
1. Variabel Opini Remaja di Kalangan Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan
Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun,
meliputi :
1. Opini Publik :
a. Belief, yaitu kepercayaan tentang sesuatu.
b. Attitude, yaitu apa yang sebenarnya dirasakan seseorang.
c. Perception, yaitu persepsi yang kemudian akan menyebabkan munculnya
sikap berupa :
- Cognation (pengertian), komponen kognasi ini berkaitan dengan penalaran
seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta, dan pengertian yang
berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian
atau pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan
penalarannya. Artinya kognatif tersebut merupakan aspek kemampuan
intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
- Affect (pengaruh), yaitu rasa suka, senang sebagai akibat setelah
merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkan kemudian
komponen afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan
seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan
- Behaviour (perilaku), komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau
perilaku seseorang. Merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang
secara aktif (action element) untuk melakukan “tindakan atau berperilaku
atas suatu reaksi yang sedang dihadapinya”.
2. Karakteristik responden ialah nilai-nilai khusus yang dimiliki responden,
yang membedakan responden tersebut dengan responden lainnya dimana
dapat menjadi wakil dari unsur-unsur penelitian yang ada.
Terdiri dari :
a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel.
b. Suku, yaitu suku responden.
c. Agama, yaitu agama yang dianut oleh responden.
2. Variabel Pesta Rondang Bittang, meliputi :
a. Acara Ritual, meliputi :
- Mamuhun adalah upacara mohon ijin atau wujud penghormatan kepada
penduduk yang mulai merintis dan mendiami desa. Pelaksanaan acara ini
diramu sedemikian rupa sehingga benar-benar sakral.
- Maranggir adalah upacara adat untuk membersihkan seluruh tubuh, hati,
dan pikiran dengan menggunakan jeruk purut dan ramuan lainnya di
pancuran atau tempat pemandian raja atau partuanon terdekat di lokasi
pesta, sehingga semua pihak yang terlibat dalam Pesta Rondang Bittang
sudah siap baik secara fisik maupun secara mental. Dalam acara ini
Muda-mudi yang sudah berumur tetapi belum menemukan jodoh merupakan
b. Kegiatan Kesenian Tradisional, meliputi :
- Hagualon adalah musik tradisional Simalungun.
- Vokal grup.
- Festival Seruling bambu/Sulim buluh dan Taur-taur Simbandar.
- Festival Ilah adalah menampilkan lagu dengan gerak tanpa diiringi musik.
- Tor-tor improfisasi adalah sebuah tarian yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari, diiringi gual Simalungun.
- Festival Sordam adalah perlombaan memainkan alat musik tiup.
- Festival Tulila adalah perlombaan memainkan alat musik tiup.
- Festival busana pengantin Simalungun yakni menampilkan pasangan
muda-mudi dengan pakaian Simalungun beserta aksesorisnya.
- Festival permainan anak yakni menampilkan permainan anak yang
diiringi dengan lagu dan gerak.
- Festival Inggou Turi-turian adalah menampilkan cerita yang dinyanyikan.
c. Kegiatan Olahraga Tradisional :
- Marjalekkat adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan
menggunakan bambu dengan tinggi jalekkat 230 cm, tinggi pijakan dari
tanah 40-50 cm. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama
“Enggrang”.
- Marsaleper ganjang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun
dengan menggunakan kayu, panjang saleper 120-130 cm (seperti
terompah panjang).
- Margalah adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang
orang pemain inti ditambah dua orang pemain cadangan. Pemain yang
berhasil disentuh (ditangkap) oleh kelompok lawan dianggap gugur.
- Marultop adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan cara
meniup biji-bijian dengan menggunakan sejenis bambu yang telah
dibentuk sedemikian rupa, ditiup sejauh-jauhnya ke arah yang telah
ditentukan. Pemenang dalam pertandingan adalah yang terbanyak
mengumpulkan nilai.
- Sappak hotang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang
terdiri dari 3 orang pemain inti dan satu pemain cadangan. Dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan nama “sepak takraw”.
d. Kegiatan Penunjang :
- Parade kontingen, yaitu parade kontingen peserta yang diawali dengan
barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat) se-Kabupaten
Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis
yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan
muda mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada
di wilayahnya.
- Konser musik tradisional
- Pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung
I.10. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang baik diperlukan agar lebih mudah dalam
memahami keseluruhan penelitian. Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab,
secara berturut-turut yaitu : pendahuluan, uraian teoritis, metodologi penelitian,
hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran.
Pendahuluan, bab yang membahas latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori
(teori-teori yang dipakai secara garis besar), kerangka konsep, model teoritis,
operasional variabel, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.
Uraian teoritis, bab yang membahas teori-teori secara jelas, yaitu
Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory),
dan Kebudayaan. Penjelasan dalam bab ini banyak berasal dari pendapat para ahli.
Metodologi penelitian, bab yang membahas deskripsi lokasi penelitian,
metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik
penarikan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Hasil dan pembahasan, bab ini membahas proses pengumpulan data,
proses pengolahan data, penyajian tabel tunggal dan interpretasi, diskusi dan
pembahasan. Bab ini yang menunjukkan hasil penelitian secara gamblang yang
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Komunikasi
II.1.1. Pengertian Komunikasi
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan
satu sama lain, baik terhadap sesama maupun lingkungan di sekitarnya. Manusia
ingin mengetahui apa yang terjadi di lingkungannya dan menunjukkan saling
keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan
kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya.
Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia,
tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah
berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya
bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan
pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita,
barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.
Dalam mendefinisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan.
Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang
abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya karena makna
komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda-beda dengan penggunaan
komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan
ilmuwan.
Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, definisi-definisi
Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication” di
antaranya adalah Carl I hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh
perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah suatu usaha
yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas
tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic
attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is
transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai
komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan).
Sedangkan Wilbur Schramm, seorang ahli Linguistik, mengatakan
communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama.
Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak,
maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak
lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006:29).
Everett M Rogers mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi kemudian dikembangkan
oleh Rogers bersama D Lawrence Kincaid, sehingga melahirkan suatu definisi
baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa lambang-lambang
dengan satu pihak dalam membentuk serta merubah perilaku pihak lain sehingga
mencapai saling pengertian yang dikehendaki.
II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi
Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan
dimensinya. Oleh karena itu klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat
berdasarkan konteksnya sebagai berikut :
Komponen Komunikasi
1. Komunikator (communicator)
2. Pesan (message)
3. Media (media)
4. Komunikan (communicant)
5. Efek (effect)
Proses Komunikasi
1. Komunikasi secara primer yang berlangsung secara tatap muka atau langsung
antara komunikator dan komunikan, adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang/simbol (bahasa, isyarat, gambar, warna, gesture) sebagai media.
2. Komunikasi secara sekunder atau disebut juga komunikasi tidak langsung,
biasanya melalui media seperti telepon, surat, telefax, radio, tv dan media
lainnya.
Bentuk/Tatanan Komunikasi
1. Komunikasi Pribadi (personal communication)
− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung
antara dua orang atau lebih secara tatap muka.
− Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)
Komunikasi dengan diri sendiri merupakan proses komunikasi yang terjadi
dalam diri individu. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya
seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu obyek yang diamatinya.
Obyek dalam hal ini bisa saja berbentu bentuk, kejadian, alam, pengalaman
atau peristiwa, yang terjadi di luar dalam diri seseorang.
2. Komunikasi Kelompok (group communication)
− Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a. Ceramah (lecture)
b. Forum
c. Simposium
d. Diskusi panel
e. Seminar
f. Curah saran (brainstorming)
− Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)
4. Komunikasi massa (mass communication)
− Komunikasi massa cetak (printed mass communication)
a. Surat kabar c. Buku, dll.
− Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)
a. Radio c. Film, dll.
b. Televisi
Sifat Komunikasi
Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Komunikasi verbal (verbal communication)
a. Komunikasi lisan (oral communication)
b. Komunikasi tulisan (written communication)
2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)
a. Komunikasi kial (gestural/body communication)
b. Komunikasi gambar (pictorial communication)
3. Komunikasi tatap muka (face to face communication)
4. Komunikasi bermedia (mediated communication)
Tujuan Komunikasi
Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat, yaitu :
1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)
2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)
3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)
Fungsi Komunikasi
2. Mendidik (to educated)
3. Menghibur (to entertain)
4. Mempengaruhi (to influence)
Metode Komunikasi
Kata metode berasal dari bahasa Inggris, artinya rangkaian yang
sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang
meliputi :
1. Komunikasi informatif (informative communication)
2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
3. Komunikasi pervasif (perpasive communication)
4. Komunikasi koersif (coersive communication)
5. Komunikasi instruktif (instructive communication)
6. Hubungan manusiawi (human relations)
Model Komunikasi
1. Komunikasi satu tahap (one step communication)
2. Komunikasi dua tahap (two step communication)
Bidang Komunikasi
Berdasarkan bidangnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Komunikasi sosial (social communication)
2. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management
communication).
3. Komunikasi bisnis (business communication)
4. Komunikasi politik (political communication)
5. Komunikasi internasional (international communication)
6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)
7. Komunikasi pembangunan (development communication)
8. Komunikasi tradisional (traditional communication)
9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)
Teknik Komunikasi
Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa Yunani, yang berarti
keterampilan. Berdasarkan keterampilan komunikasi maka teknik komunikasi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jurnalistik (journalism)
2. Hubungan masyarakat (public relations)
3. Periklanan (advertising)
4. Propaganda
Efek komunikasi
Ada beberapa efek komunikasi, yaitu :
1. Menciptakan persepsi tentang dunia di sekitar kita
Persepsi dunia kita berhubungan dengan dunia luar dan gambaran di
kepala kita yang mendeskripsikan hubungan antara situasi (scene) dan tindakan
(orang, tempat, tindakan dan seluruh fenomena yang mungkin ada), persepsi
terhadap situasi tindakan dan respon berdasarkan persepsi.
2. Menentukan agenda
Diambil dari ide Walter Lippman tentang dampak media yang menyangkut
apa yang kita pikirkan tentang sesuatu (apa yang kita ketahui tentang sesuatu) dan
apa yang kita pikirkan (opini dan perasaan kita) sehingga ada dua konsep dalam
penentuan agenda dalam Public Relations yaitu :
a). Issue salience (keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien atau seberapa
baikkah isu itu beresonansi dengan masing-masing publik.
b). Cognitive priming (pengalaman personal dan hubungan seseorang dengan isu)
3. Penyebaran informasi dan inovasi
Teori penyebaran informasi dan teori inovasi menyangkut ide-ide atau
inovasi, lebih mudah diadopsi oleh audiens apabila lebih menguntungkan
daripada situasi sekarang, kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek
situasi lainnya, sederhana, mudah dicoba, dan mudah diamati melalui hasil yang
kelihatan.
4. Mendefinisikan dukungan sosial.
Dukungan sosial sesuai dengan teori spiral keheningan (Spiral of Silence)
dalam banyak kasus mereka membantu menciptakan fiksi yang kemudian mereka
tanggapi.
II.1.3. Komunikasi Model Lasswell
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan
secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang
dikemukakan pada tahun 1948 oleh Harold D Lasswell yaitu dengan menjawab
pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What in Which Channel to Whom With
What Effect?”.
Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell
ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :
1. Who (Siapa): Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.
2. Says What (Mengatakan Apa): Pesan; informasi yang dikirimkan dengan
didukung lambang-lambang.
3. In Which Channel (Melalui Apa): Media; alat atau sarana yang digunakan
untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
4. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan; orang yang menerima pesan.
5. With What Effect (Apa Akibatnya): Efek yang ditimbulkan untuk mengetahui
berhasil tidaknya komunikasi yang diinginkan.
Dengan berpolakan paradigma Laswell itu, komunikasi didefinisikan
sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
suatu media yang menimbulkan efek” (Effendy, 2002:54). Laswell
mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pertama, pengawasan
lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang
merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke
generasi lainnya. Selain itu, Laswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi
bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi
antara pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak
informasi disaring oleh pengendali pesan-editor, penyensor atau propagandis,
yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa
perubahan atau penyimpangan (Mulyana, 2002:136).
II.2. Opini Publik
Pengertian opini di kalangan ahli komunikasi belum didapati adanya
kesepakatan yang pasti. Orang lebih mudah untuk mengamati efek dan bentuk
yang ditimbulkannya daripada mendefinisikannya.
Opini berasal dari bahasa Latin, yaitu opinari yang berarti berpikir atau
menduga. Opinion sendiri mengandung akar kata onis yang berarti harapan.
Dalam bahasa Inggris, opinion berhubungan erat dengan kata option dan hope
yang berasal dari bahasa Latin optio yang artinya pilihan atau harapan (Kasali,
1994:16).
Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai
rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan
adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling
mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).
Latar belakang seseorang seperti agama, ekonomi, pendidikan,
berpikir seseorang dan opini yang akan dinyatakannya tidak akan terlepas juga
dari hal tersebut. Karena pembentukan opini ada yang berdasarkan fakta, emosi,
sentimen, harapan, keyakinan, pengalaman, agama dan latar belakang budaya,
maka opini publik tidak selalu rasional dan sering kali bersifat subjektif.
Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini,
yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya
dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).
Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah
proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan
mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang
budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang
berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak
seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli
tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk
memberi suatu interpretasi.
Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa
yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang
masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang
mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan
maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau
situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal
Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh,
simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu
yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).
Nimmo (1978) mengemukakan bahwa opini adalah suatu respon yang
aktif terhadap suatu stimulus, di mana respon yang dikonstruksikan melalui
interpretasi pribadi yang berkembang daripada menyumbang image (Nasution,
1990:91). Setiap opini mencerminkan suatu kumpulan yang lengkap yang terdiri
dari tiga komponen yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspetasi.
Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada
komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan. Selama
opini merupakan opini seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan
permasalahan. Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik,
menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
Opini itu sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata, namun mempunyai
arah), antara lain:
1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit
mendukung obyek opini (individu memberikan pernyataan setuju).
2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika
individu memberikan pernyataan ragu-ragu.
3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit
menolak atau mencela obyek opini (individu memberikan pernyataan tidak