• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

OPINI REMAJA TERHADAP PESTA RONDANG BITTANG

(Studi Deskriptif Komparatif Mengenai Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA

Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DINI HANISYAHFITRI S 050904110

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

A

BSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat, rahmat

dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “opini

remaja terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai

opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1

Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar,

Kabupaten Simalungun), guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana

dari Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sumatera Utara.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada

kedua orang tua peneliti, D. Sinaga, BA (Ayah) dan A. Nirwana (Ibu) yang selalu

menjaga, mendoakan, memberi nasehat, semangat serta dukungan moral dan

materi. Sungguh tiada kata yang dapat tergambarkan betapa berharganya kedua

orang tua bagi peneliti. Lalu peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih buat

adik-adik peneliti (Herdi, Wanda dan Dina) yang selalu memberikan semangat

dan dukungan bagi peneliti.

Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi,

(4)

3. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu

Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing serta

memberi masukan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si selaku dosen wali peneliti.

6. Terima kasih buat para dosen Departemen Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan ilmu kepada peneliti. Terima kasih buat semangat, nasehat,

motivasi dan arahannya selama proses belajar mengajar.

7. Kak Icut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam proses

administrasi.

8. Sahabat-sahabat terbaikku WINTER, Loren, Tasya, Wulan, Asri, Edy, dan

Natal (terimakasih atas semua kenangan indah, suka dan duka yang Kita

lalui bersama, “Friendship’s never die”).

9. Buat rekan-rekan seperjuangan di PostCity (sungguh membanggakan

punya kawan-kawan yang rela berkorban tanpa pamrih seperti kalian).

10. Buat para penghuni Kos Dr. Mansyur 21 (Kak Ratna, Tika, Dani, Lusi,

Devi), terimakasih atas supportnya.

11. Buat teman-teman peneliti angkatan 2005 Ilmu Komunikasi FISIP USU,

Widya, Nanda, Tari, Yori, Hanita, Dona, Suryansyah, Mesdi, Mamet, Ade,

(5)

12. Buat para pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Simalungun, terimakasih atas informasi yang telah diberikan sehingga

membantu penyelesaian skripsi ini.

13. Buat para guru di sekolah tempat penelitian (SMA Negeri 1 Kecamatan

Siantar dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten

Simalungun), terima kasih telah membantu untuk menyebarkan kuesioner

kepada para siswa dan kepada para siswa yang menjadi responden terima

kasih telah meluangkan waktunya untuk menjawab kuesioner yang

diberikan peneliti.

14. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu,

peneliti mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Peneliti, Maret 2010

(6)

DAFTAR ISI

I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgement Theory) ... 13

I.5.4. Kebudayaan ... 16

III.1.1.2.Struktur Organisasi Sekolah ... 59

III.1.2. SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar ... 60

III.1.2.1 Visi dan Misi ... 61

III.1.2.2 Struktur Organisasi Sekolah ... 62

(7)

III.1.3.1.Lambang Kabupaten Simalungun ………. 62

III.1.3.2.Letak dan Luas Wilayah ………. ... . 64

III.1.3.3.Iklim dan Penduduk ………. ... 66

III.1.3.4.Visi dan Misi ………. ... 66

III.1.3.5.Tujuan dan Sasaran Pembangunan……… 67

III.2. Metode Penelitian ………. ... 68

III.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ………. .... 69

III.3. Populasi dan Sampel ... 70

III.3.1. Populasi ... 70

III.3.2. Sampel ... 72

III.4. Teknik Penarikan Sampel ... 72

III.4.1. Stratifikasi Disproporsional (disproportional stratified sampling) 72 III.4.2. Purposive Sampling ... 75

III.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76

III.6. Teknik Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 77

IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Di Lapangan ... 77

IV.1.1. Tahap Persiapan ... 77

IV.1.2. Tahap Pengumpulan Data ... 78

IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 79

IV.3. Analisis Tabel Tunggal ... 80

IV.3.1. Karakteristik Responden (Pembahasan) ... 81

IV.3.2. Opini Remaja (Pembahasan) ... 85

IV.3.3. Pesta Rondang Bittang (Pembahasan) ... 91

BAB V PENUTUP ... 127

V.1. Kesimpulan ... 127

V.2. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 1 Proses Pembentukan Opini Publik ... 12

Gambar 2 Model Teoritis ... 21

Gambar 3 Proses Pembentukan Opini Publik ... 44

Gambar 4 Unsur-unsur Kebudayaan ... 55

Gambar 5 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... 59

Gambar 6 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar 62

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Operasional Variabel ... . 22

Tabel 2 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar ... . 71

Tabel 3 Data Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar ... . 71

Tabel 4 Sampel Stratifikasi Disproporsional ... 73

Tabel 5 Jenis Kelamin ... . 81

Tabel 6 Suku ... . 82

Tabel 7 Agama yang Dianut ... . 83

Tabel 8 Apakah Pernah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang 84 Tabel 9 Reaksi Saat Pertama Kali Mengetahui Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 85

Tabel 10 Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang .. 86

Tabel 11 Besarnya Keinginan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 87

Tabel 12 Faktor yang Menyebabkan Ingin Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ... 88

Tabel 13 Apakah Setelah Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Muncul Keinginan Untuk Mengenal dan Melestarikan Kebudayaan Daerah Simalungun ... 90

Tabel 14 Darimana Pertama Kali Mengetahui tentang Adanya Penyelenggaraan Pesta Rondang Bittang ... 91

Tabel 15 Apakah Pesta Rondang Bittang Termasuk Kegiatan yang Sering Dihadiri dan Disaksikan ……….... 93

Tabel 16 Apakah Mengetahui Siapa yang Menyelenggarakan Pesta Rondang Bittang ……….. 94

Tabel 17 Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ... 95

Tabel 18 Persentase Tingkat Pengetahuan tentang Acara yang Terdapat di dalam Pesta Rondang Bittang ……… 96

Tabel 19 Frekuensi Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 109 Tabel 20 Persentase Acara yang Pernah Diikuti dalam Pesta Rondang Bittang 110 Tabel 21 Apakah Mendapat Informasi dengan Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang ……… 119

Tabel 22 Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang Membuat Lebih Menghargai dan Mencintai Kebudayaan Daerah ……… 120

Tabel 23 Apakah Benar Setelah Sekali Menghadiri dan Menyaksikan Pesta Rondang Bittang, Berkeinginan Menghadiri dan Menyaksikannya Lagi ……… 122

Tabel 24 Tingkat Kemenarikan Pesta Rondang Bittang ……… 124

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Tabel Foltron Cobol

3. Tabel Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pesta Rondang Bittang

4. Kebudayaan Simalungun di dalam Pesta Rondang Bittang

5. Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

7. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

(11)

A

BSTRAKSI

Skripsi ini berjudul “Opini Remaja Terhadap Pesta Rondang Bittang (studi deskriptif komparatif mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar Jalan Mahoni Raya No.4 Perumnas Batu Anam Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, dan SMA Negeri 1 kecamatan Dolok Batunanggar Jalan Sisingamangaraja No.1 Serbelawan. Dimana penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2009.

Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory), dan Kebudayaan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 545 orang dengan menggunakan rumus Arikunto didapatkan sampel sebanyak 82 orang. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel ini menggunakan Disproportional Stratified Sampling dan Purposive Sampling. Lalu peneliti melakukan pengumpulan data di lapangan dan kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perbandingan opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki beragam kebudayaan dengan corak

yang khas. Tiap kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat yang dapat

berwujud sebagai komunitas desa, komunitas kota, kelompok kekerabatan, atau

kelompok adat yang lain, dapat menampilkan suatu corak khas yang terutama

terlihat orang luar yang bukan warga masyarakat bersangkutan. Sebaliknya,

terhadap kebudayaan tetangganya, ia dapat melihat corak khasnya, terutama

unsur-unsur yang berbeda dengan kebudayaannya sendiri. Pola khas tersebut

berupa wujud sistem sosial dan sistem kebendaan. Pola khas dari suatu

kebudayaan bisa tampil karena kebudayaan itu menghasilkan suatu unsur yang

kecil berupa suatu unsur kebudayaan fisik dengan bentuk khusus yang tidak

terdapat pada kebudayaan lain.

Kebudayaan Indonesia terdiri dari beragam kebudayaan daerah yang

tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera

Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan

dari etnis

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatera Utara, yaitu :

yang berdomisili di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat

(Pesisir Timur)

(13)

Tapanuli Tengah, Kota Sibolga;

Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal;

di Kabupaten Simalungun

Barat;

Barat)

Suku Batak terdiri dari beberapa sub-suku yang berdomisili di wilayah

da

suku Batak terdiri dari

Salah satu bagian dari etnis Batak adalah Suku Simalungun yang

berdomisili di daerah Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan :

Kabupaten Serdang Bedagai di sebelah utara, Kabupaten Samosir di sebelah

selatan, Kabupaten Asahan di sebelah Timur dan Kabupaten Karo di sebelah

Barat. Sama seperti suku lainnya di Indonesia, suku Simalungun juga memiliki

kekayaan seni budaya tradisional tersendiri, yang pada hakikatnya turut

memperkaya Kebudayaan Nasional. Dalam pasal 32 UUD 1945 dinyatakan,

“Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi-daya

rakyat Indonesia seluruhnya”. Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai

puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung

sebagai Kebudayaan Bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan

(14)

kebudayaan asing yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan

bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Namun, pada akhir-akhir ini kebudayaan daerah terasa cenderung menuju

kepunahan. Akibat semakin meningkatnya pola pikir masyarakat, pesatnya

perkembangan pembangunan di segala bidang, majunya teknologi, dan besarnya

pengaruh budaya luar terlebih pada kota-kota besar, telah mengakibatkan seni

budaya tradisional semakin terdesak.

Gejala-gejala yang terlihat dewasa ini memperlihatkan mulai diabaikannya

ciri-ciri khas kebudayaan oleh suatu masyarakat di daerah itu sendiri. Khususnya

remaja, perhatian dan kepedulian mereka terhadap kebudayaan daerah sangatlah

minim. Hal ini terlihat dari kurangnya pengetahuan mereka tentang kebudayaan

daerah. Apalagi ditambah dengan semakin berkembangnya budaya populer di

Indonesia, menyebabkan semakin ditinggalkannya kebudayaan daerah. Para

remaja lebih tertarik mempelajari budaya asing dan mengikuti tren yang

cenderung kebarat-baratan. Dilihat dari berbagai segi kehidupan gejala-gejala ini

akan merugikan daerah tersebut, terlebih dalam rangka pembinaan dan

pengembangan Kebudayaan Nasional.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka Pemerintah Daerah Tingkat II

Kabupaten Simalungun, sejak tahun 1981 telah menyelenggarakan Pesta Rondang

Bittang yang diadakan setiap tahun dengan lokasi berada di daerah Kabupaten

Simalungun dengan tuan rumah tiap daerah kecamatan yang diadakan secara

bergiliran. Pesta rakyat ini dimeriahkan oleh masyarakat Simalungun dari seluruh

kecamatan yang ada di kabupaten Simalungun (sekarang ada 31 kecamatan).

(15)

Rondang Bittang adalah merupakan suatu kegiatan yang bersifat massal

serta tradisional pada suku Simalungun yang pada mulanya berupa kegiatan pesta

yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat untuk mengungkapkan rasa

kegembiraan setelah selesai panen, pada saat bulan purnama dimana

bintang-bintang turut menambah keindahan terang bulan tersebut. Acara yang ditampilkan

ada berbagai macam seperti menari (manortor), menyanyi ( taur-taur), berbalas

pantun (maruppasa) dengan diiringi musik tradisional seperti Gual, Sulim,

Sordam, Tulila dan sebagainya dan bahkan juga ada kegiatan olahraga

ketangkasan tradisional.

Pesta Rondang Bittang merupakan penyampaian rasa syukur dan

terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala keberhasilan hidup dalam

satu tahun penuh, mempererat rasa kekeluargaan, melestarikan seni budaya

bangsa sebagai peninggalan para leluhur, kesempatan bersuka ria di antara seluruh

warga masyarakat, dan pewarisan serta kesempatan mempelajari seni budaya bagi

generasi muda dan remaja.

Pesta Rondang Bittang yang baru-baru ini berlangsung yaitu Pesta

Rondang Bittang XXIV, yang diadakan pada bulan Agustus 2009 di Balai Karya

Murni Perdagangan, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun. Acara ini

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Simalungun

melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Partuha Maujana

Simalungun (pemuka adat), Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Pendidikan dan

Pengajaran, Seniman dan Budayawan serta Organisasi yang peduli dengan budaya

(16)

Kegiatan perlombaan seni dan budaya Simalungun yang diadakan dalam

Pesta Rondang Bittang, yaitu : festival manggual (memukul gong), marsarunei

(meniup seruling) dan tor-tor Sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan

seruling bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi,

sordam, tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan

inggou turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu

marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop, dan sappak hotang.

Pesta Rondang Bittang pada masa sekarang ini menjadi lebih beragam

yaitu dengan adanya kegiatan pendukung. Sebagai kegiatan pendukung pada acara

ini antara lain : konser musik, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu

gantung, atraksi marching band dan lomba cipta lagu Simalungun.

(www.simalungunkab.go.id)

Peserta perlombaan/ pertandingan dan partisipan dalam Pesta Rondang

Bittang merupakan masyarakat dari seluruh kecamatan di Kabupaten Simalungun,

termasuk para siswa dari berbagai sekolah di daerah tersebut. Masing-masing

kecamatan melalui pihak sekolah mengirimkan siswanya untuk mengikuti setiap

perlombaan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh pihak penyelenggara/

panitia. Menurut keterangan dari pihak penyelenggara dalam hal ini adalah Dinas

Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Simalungun, salah satu sekolah yang

selalu berperan aktif dalam acara ini adalah SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan

SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun. Hal

tersebut ditandai dengan banyaknya siswa dari kedua sekolah tersebut yang ikut

(17)

Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan studi deskriptif komparatif

mengenai opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa SMA Negeri 1

Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar,

Kabupaten Simalungun.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut :

”Bagaimanakah opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada siswa

SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok

Batunanggar, Kabupaten Simalungun?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat

mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif, yang hanya memaparkan

suatu situasi atau peristiwa secara sistematis dan membandingkannya,

tidak mencari tahu atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis

atau membuat prediksi.

2. Objek penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA

Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

3. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XII yang pernah menghadiri dan

(18)

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui opini remaja terhadap Pesta Rondang Bittang pada

siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan

Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

2. Untuk mengetahui tanggapan pro atau kontra terhadap Pesta Rondang

Bittang pada siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1

Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama

menjadi mahasiswa Ilmu komunikasi FISIP USU, serta menambah

cakrawala pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap kebudayaan

daerah, khususnya kebudayaan daerah Simalungun di mana peneliti

berasal dari sana.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

penelitian di bidang Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, data yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi

masukan yang berarti bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan

masyarakat Simalungun pada khususnya, dalam mengenal dan

melestarikan kebudayaan daerah Simalungun seperti masyarakat dapat

mengetahui acara yang ditampilkan, kegiatan perlombaan seni dan budaya

(19)

Rondang Bittang, generasi muda mengetahui bahasa daerah, pakaian

tradisional, makanan khas daerah Simalungun, dan sebagainya.

I.5. Kerangka Teori

Fungsi teori dalam suatu penelitian adalah membantu peneliti

menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat

perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi

yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan

relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut

(Kriyantono, 2006:45).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini antara lain:

I.5.1. Komunikasi

Dewasa ini ilmu komunikasi dianggap penting dalam kehidupan

bermasyarakat sebab sebagaimana diketahui bahwa manusia tidak dapat hidup

sendirian di muka bumi ini. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang

tidak dapat dipisahkan apa lagi ditinggalkan dari kehidupan kita, baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tidak ada manusia yang tidak akan

terlibat dalam komunikasi. Berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh

langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat.

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai

tidur kembali, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya

komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).

Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu

(20)

(social interaction) dan terjadinya interaksi sosial disebabkan oleh

interkomunikasi (intercommunication) (Effendy, 2002:3).

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari

bahasa Latin : Communicatio dan bersumber dari kata Communis yang berarti

sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2002:9).

Menurut Fisher, komunikasi menyentuh semua aspek kehidupan

masyarakat atau sebaliknya semua aspek kehidupan masyarakat menyentuh

komunikasi. Oleh karena itu orang melukiskan komunikasi sebagai ubiquitos atau

serba hadir, artinya komunikasi berada dimanapun dan kapanpun juga (Arifin,

2003:20).

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Mulyana, 2002:136).

Selain itu, pengertian komunikasi secara paradigmatis adalah komunikasi yang

mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau

melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, film, maupun

media non massa seperti surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan

sebagainya. Secara paradigmatis komunikasi merupakan proses penyampaian

pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah

sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior), baik langsung

secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4) dan

salah satu cara dalam menyampaikan pesan tersebut adalah melalui

(21)

Menurut Harold Lasswell, cara yang baik untuk menggambarkan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : who

(siapa), says what (mengatakan apa), in which channel (dengan saluran apa), to

whom (kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana) (Mulyana,

2002:62).

Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu

pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu

pada komunikan (Effendy, 2002:6). Dalam komunikasi, umpan balik dapat

diartikan sebagai respon ; yakni pesan yang dikirim kembali dari penerima ke

sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima.

I.5.2. Opini Publik

Istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk kepada

pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang (Olii, 2007:20). Dapat digunakan untuk

menandakan suatu pengumpulan pendapat yang dikemukakan oleh

individu-individu atau pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah orang dari kumpulan

tertentu dan bukan dalam pengertian semua orang tanpa batas dan ketentuan

khusus pula. Menurut Cutlip dan Center, opini merupakan suatu ekspresi tentang

sikap mengenai suatu masalah yang kontroversial yang menimbulkan pendapat

yang berbeda-beda (Olii, 2007:33).

Opini atau pendapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan

2. Merupakan kesatuan dari banyak pendapat

(22)

Berdasarkan ciri-ciri di atas maka dapat disimpulkan bahwa opini

memiliki sifat terbuka dan merupakan satu kesatuan dari pendapat umum serta

mempunyai jumlah pendukung yang besar. Opini dapat juga dinyatakan secara

aktif maupun pasif dan verbal secara terbuka melalui pilihan kata-kata yang

tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai konatif.

Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai

rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan

adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling

mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul

melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan,

pikiran dan kesediannya terhadap sesuatu yang terjadi. Abelson menyebutkan

unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief (kepercayaan tentang

sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang), dan perception

(persepsi) (Kasali, 1994:20).

Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah

proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan

menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan

mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang

budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang

berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak

seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli

tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk

(23)

Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa

yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang

masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang

mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan

maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau

situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal

sebagai cognition (pengertian), affect (perasaan/emosi), dan behaviour (perilaku).

Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh,

simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu

yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).

Secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini.

Gambar 1

Proses Pembentukan Opini Publik Faktor Penentu

- Latar belakang budaya

- Pengalaman masa lalu Persepsi Opini Konsensus Opini Publik - Nilai-nilai yang dianut

- Berita yang berkembang - Cognation Sikap - Affect

- Behaviour

Sumber : (Ruslan, 1997:56)

Opini publik merupakan pendapat yang ditimbulkan oleh adanya 4 unsur

sebagai berikut :

1. Adanya suatu masalah atau situasi yang bersifat kontroversial.

2. Adanya publik yang secara spontan tertarik kepada masalah tersebut,

melibatkan diri ke dalamnya, dan berusaha untuk memberikan

(24)

3. Adanya kesempatan untuk bertukar pikiran atau berdebat mengenai

masalah yang kontroversial oleh suatu publik.

4. Adanya interaksi dari individu-individu dalam publik yang menghasilkan

suatu pendapat yang bersifat kolektif untuk diekspresikan (Sastropoetro,

1990:54).

Maka dapat disimpulkan bahwa opini publik adalah kesatuan pendapat

yang muncul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan,

membicarakan isu yang kontroversial, mendiskusikannya dan berusaha untuk

mengatasinya.

Munculnya opini pada seseorang atau sejumlah orang disebabkan ia atau

mereka menerima suatu pesan dari komunikator. ”Proses pembentukan opini”

digambarkan mulai dari persepsi seseorang hingga terbentuknya suatu opini

publik, yakni berakar dari latar belakang budaya, pengalaman-pengalaman masa

lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Dari proses inilah

yang akan melahirkan suatu interpretasi atau pendirian seseorang, dan pada

akhirnya akan terbentuk suatu opini publik, apakah nantinya bersifat mendukung,

dan menentang atau berlawanan.

I.5.3. Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory)

Teori ini dikembangkan oleh Muzafer Sherif, seorang psikolog dari

Oklahoma University AS (Barker, 1987). Secara ringkas teori ini menyatakan

bahwa perubahan sikap seseorang terhadap objek sosial dan isu tertentu

merupakan hasil proses pertimbangan (judgement) yang terjadi dalam diri orang

(25)

Proses ”mempertimbangkan” isu atau objek sosial tersebut menurut Sherif

berpedoman pada kerangka rujukan (reference points) yang dimiliki seseorang.

Kerangka rujukan inilah untuk menentukan bagaimana seseorang memposisikan

suatu pesan persuasif yang diterimanya. Lebih jauh Sherif menegaskan bahwa

tindakan memposisikan dan menyeleksi pesan yang dilakukan oleh alam bawah

sadar kita terjadi sesaat setelah proses persepsi.

Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali

atau pendefinisian kembali terhadap objek. Sikap dijelaskan sebagai suatu daerah

posisi dalam suatu skala, yang mencakup :

a. Ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance).

Adalah rangkaian posisi sikap diterima atau ditolerir oleh individu.

b. Ruang gerak penolakan (latitude of rejection).

Adalah rangkaian posisi sikap yang tidak dapat diterima oleh individu.

c. Ruang gerak tidak pasti (latitude of non-commitment)

Adalah posisi-posisi yang tidak termasuk dalam dua ruang tersebut.

Jadi individu tidak menerima, tetapi juga tidak menolak.

Interaksi antara ruang gerak inilah yang akan menentukan sikap individu

terhadap pernyataan-pernyataan tertentu dalam situasi tertentu. Kalau pernyataan

itu jatuh pada ruang gerak penerimaan, maka individu akan setuju dengan

pernyataan itu. Jika pernyataan itu jatuh ke ruang gerak penolakan, individu

tersebut akan tidak menyetujuinya

Perubahan sikap menurut teori ini terjadi jika informasi pembujukan jatuh

di dalam atau berdekatan dengan ruang gerak penerimaan seseorang. Sikap akan

(26)

ditawarkan dalam informasi pembujukan terserap (assimilated) ke dalam posisi

penerima sendiri. Sebaliknya, jika informasi pembujukan jatuh dalam ruang gerak

penolakan, sikap penerima tidak akan berubah atau berubah berlawanan arah dari

isi informasi yang disampaikan. Posisi yang ditawarkan bertentangan (contrasted)

dengan sikap dan posisi penerima.

Proses perubahan sikap bergantung kepada keteguhan individu dalam

berpegang pada suatu nilai atau pandangan. Apabila individu berpegangan pada

pandangan yang ekstrim dalam suatu hal, maka ruang gerak penerimaannya

adalah sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap bagi

individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya, individu yang tidak ekstrim

berpegang pada suatu pandangan, memiliki ruang gerak penerimaan yang luas

pula. Semakin luas ruang gerak penerimaan seseorang, semakin besar pula

kemungkinan terjadi perubahan sikap pada individu yang bersangkutan.

Menurut Goldstein (1980), teori pertimbangan sosial bermanfaat dalam

mengkaji kesan ketidakcocokan antara posisi yang ditawarkan dan posisi awal

dari penerima. Menurut beliau, teori ini sebenarnya lebih banyak menjelaskan

tentang penyimpangan-penyimpangan dari posisi yang ditawarkan daripada

tentang perubahan sikap.

Teori ini memprediksikan argumen-argumen yang akan diterima serta

ditolak oleh khalayak. Manusia selalu membandingkan sesuatu yang dianjurkan

dalam sebuah pesan dengan sikap awal sebagai titik pedoman dalam menilai

sesuatu yang kemudian akan menentukan apakah anjuran tersebut diterima atau

(27)

Untuk menentukan pilihan pro atau kontra masyarakat selalu melewati

tahapan pertimbangan. Dalam menyeleksi sebuah pesan atau informasi yang

masuk, masyarakat mempertimbangkannya terlebih dahulu untuk mengeluarkan

pendapatnya untuk menerima atau menolak informasi tersebut.

I.5.4. Kebudayaan

Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya

yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan

miliknya dengan belajar (Koentjaraningrat, 2003:72).

Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang

merupakan kata jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal (Koentjaraningrat,

2003:73). Culture mempunyai kesamaan arti dengan kebudayaan yang berasal

dari kata lain colere yang artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah

tanah atau bertani. Culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia

untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 2003:74).

Dalam pengertian sehari-hari, istilah kebudayaan sering diartikan sama

dengan kesenian, terutama seni suara dan seni tari. Akan tetapi apabila istilah

kebudayaan diartikan menurut ilmu-ilmu sosial, maka kesenian merupakan salah

satu bagian saja dari kebudayaan. Kebudayaan itu sangat kompleks, yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup

semua hal yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota

(28)

perilaku yang normatif. Artinya, mencakup segala cara-cara atau pola-pola

berpikir, merasakan dan bertindak (Soekanto, 2004:172-173).

Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan

jenis-jenisnya, yaitu :

− Hidup-kebatinan manusia, yaitu yang menimbulkan tertib damainya hidup masyarakat dengan adat-istiadatnya yang halus dan indah; tertib damainya

pemerintahan negeri; tertib damainya agama atau ilmu kebatinan dan

kesusilaan.

− Angan-angan manusia, yaitu yang dapat menimbulkan keluhuran bahasa, kesusasteraan dan kesusilaan.

− Kepandaian manusia, yaitu yang menimbulkan macam-macam kepandaian tentang perusahaan tanah, perniagaan, kerajinan, pelayaran, hubungan

lalu-lintas, kesenian yang berjenis-jenis; semuanya bersifat indah.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, kebudayaan adalah

sebagai semua hasil karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat.

a. Karya, masyarakat menghasilkan material culture seperti teknologi dan

karya-karya kebendaan atau budaya materi yang diperlukan oleh manusia

untuk menguasai dan menundukkan alam sekitarnya, sehingga produk dari

budaya materi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

b. Rasa adalah spiritual culture, meliputi unsur mental dan kejiwaan

manusia. Rasa menghasilkan kaidah-kaidah, nilai-nilai sosial, hukum, dan

norma sosial atau yang disebut dengan pranata sosial. Apa yang dihasilkan

(29)

c. Cipta merupakan immaterial culture, yaitu bukan budaya spiritual culture

yang menghasilkan pranata sosial namun cipta yang menghasilkan

gagasan, berbagai teori, wawasan, dan semacamnya yang bermanfaat bagi

masyarakat.

d. Karsa adalah kemampuan untuk menempatkan karya, rasa dan cipta, pada

tempatnya agar sesuai dengan kegunaan dan kepentingannya bagi seluruh

masyarakat (Bungin, 2006:52).

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga,

yaitu :

1) IDEAS (gagasan) merupakan wujud ideal kebudayaan, adalah kebudayaan

yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,

peraturan, dan sebagainya yang sifatny

disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam

pemikiran

gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan

ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis

warga masyarakat tersebut.

2) ACTIVITIES (aktivitas/tindakan), adalah wujud kebudayaan sebagai suatu

tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula

disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari

aktivitas-aktivitas manusia yang sali

bergaul denga

berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya

(30)

3) ARTIFACTS (Artefak/karya), wujud kebudayaa

dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat

berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan

didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud

kebudayaan (Koentjaraningrat, 2003:74).

I.6. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 2004:12). Bungin mengartikan

konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat

dipakai untuk menggambarkan semua fenomena yang sama (Kriyantono,

2006:17).

Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus

dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Opini Remaja Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA

Negeri 1 Kecamatan Dolok Batunanggar, Kabupaten Simalungun, dengan

menggunakan karakteristik responden.

Faktor penentu dalam proses pembentukan opini publik adalah latar

belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita yang

berkembang. Unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini, yaitu belief

(kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya dirasakan

(31)

menyebabkan munculnya sikap dari masyarakat berupa cognation (pengertian),

affect (pengaruh), dan behaviour (perilaku) (Ruslan, 1997:56).

2. Pesta Rondang Bittang.

Wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu Ideas (gagasan),

activities (tindakan), dan artifacts (karya) (Koentjaraningrat, 2003:74).

Pesta Rondang Bittang merupakan kegiatan kebudayaan yang terdiri dari

berbagai gagasan, tindakan, dan karya masyarakat Simalungun. Hal

tersebut meliputi :

a. Acara Ritual (mamuhun dan maranggir)

b. Kegiatan Kesenian Tradisional, yaitu : hagualon, vokal grup, festival

seruling, festival ilah, tor-tor improfisasi, festival sordam, festival tulila,

festival busana pengantin Simalungun, festival permainan anak, dan

festival inggou turi-turian.

c. Kegiatan Olahraga Tradisional, seperti : marjalekkat, marsaleper ganjang,

margalah, marultop, dan sappak hotang.

d. Kegiatan Penunjang, seperti : parade kontingen, konser musik tradisional,

pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung, dan lomba cipta

lagu Simalungun.

Rangkaian kegiatan Pesta Rondang Bittang dapat dijelaskan sebagai

berikut. Sebelum memulai acara Pesta Rondang Bittang, Panitia pelaksana

melaksanakan acara adat yaitu mamuhun dan maranggir untuk memohon ijin

kepada penduduk yang memulai merintis dan mendiami huta (desa) serta untuk

membersihkan seluruh tubuh, hati dan pikiran. Selanjutnya panitia bersama

(32)

diawali dengan barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat)

se-Kabupaten Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis

yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan muda

mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada di wilayahnya.

Setelah itu dilanjutkan dengan berbagai kegiatan perlombaan seni dan budaya

Simalungun, seperti : festival manggual (memukul gong), marsarunei (meniup

seruling) dan tor-tor sombah, perlombaan vokal grup, perlombaan seruling

bambu/sulim buluh dan taur-taur simbandar, ilah, tor-tor improfisasi, sordam,

tulila, festival busana pengantin Simalungun, permainan anak, dan inggou

turi-turian. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan olahraga tradisional yaitu

marjalekkat, marsaleper ganjang, margalah, marultop dan sappak hotang.

Seiring perkembangan zaman, acara Pesta Rondang Bittang sekarang ini menjadi

lebih beragam yaitu dengan adanya kegiatan pendukung, seperti konser musik

tradisional, pagelaran sendra tari (fraghment) legenda batu gantung, atraksi

marching band dan lomba cipta lagu Simalungun. (www.simalungunkab.go.id)

I.7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan

dibentuk menjadi satu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 2. Model Teoritis

I.8. Operasionalisasi Variabel

Variabel

Opini Remaja Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Dolok

Batunanggar, Kabupaten

Variabel

(33)

I.8. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di

atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan

kesesuaian penelitian ini, yaitu :

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Opini Remaja Pada Siswa SMA

Negeri 1 Kecamatan Siantar dan

SMA Negeri 1 Kecamatan

Dolok Batunanggar, Kabupaten

Simalungun

1. Opini Publik :

a. Belief

b. Attitude

c.Perception : Cognation, Affect,

dan Behaviour

(Kasali, 1994:20) & (Ruslan, 1997:56)

2. Karakteristik responden :

a. Jenis kelamin

b. Suku

c. Agama

Pesta Rondang Bittang

a. Acara Ritual, meliputi :

- Mamuhun

- Maranggir

b. Kegiatan Kesenian Tradisional,

meliputi :

- Hagualon

(34)

- Festival Seruling

- Festival Ilah

- Tor-tor improfisasi

- Festival Sordam

- Festival Tulila

- Festival busana pengantin

Simalungun

- Festival permainan anak

- Festival Inggou Turi-turian

c. Kegiatan Olahraga Tradisional,

meliputi :

- Marjalekkat

- Marsaleper ganjang

- Margalah

- Marultop

- Sappak hotang

d. Kegiatan Penunjang, meliputi :

- Parade kontingen

- Konser musik tradisional

- Pagelaran sendra tari (fragment)

legenda batu gantung

(35)

I.9. Definisi Operasional

Definisi operasional ialah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini definisi

operasional berfungsi untuk memperjelas pengertian variabel-variabel. Berikut

adalah definisi operasional dalam penelitian ini :

1. Variabel Opini Remaja di Kalangan Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan

Siantar dan SMA Negeri 1 Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun,

meliputi :

1. Opini Publik :

a. Belief, yaitu kepercayaan tentang sesuatu.

b. Attitude, yaitu apa yang sebenarnya dirasakan seseorang.

c. Perception, yaitu persepsi yang kemudian akan menyebabkan munculnya

sikap berupa :

- Cognation (pengertian), komponen kognasi ini berkaitan dengan penalaran

seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan, fakta, dan pengertian yang

berkaitan dengan pendiriannya. Komponen ini menghasilkan penilaian

atau pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan

penalarannya. Artinya kognatif tersebut merupakan aspek kemampuan

intelektualitas seseorang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

- Affect (pengaruh), yaitu rasa suka, senang sebagai akibat setelah

merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkan kemudian

komponen afektif tersebut merupakan evaluasi berdasarkan perasaan

seseorang yang secara emotif (aspek emosional) untuk menghasilkan

(36)

- Behaviour (perilaku), komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau

perilaku seseorang. Merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang

secara aktif (action element) untuk melakukan “tindakan atau berperilaku

atas suatu reaksi yang sedang dihadapinya”.

2. Karakteristik responden ialah nilai-nilai khusus yang dimiliki responden,

yang membedakan responden tersebut dengan responden lainnya dimana

dapat menjadi wakil dari unsur-unsur penelitian yang ada.

Terdiri dari :

a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel.

b. Suku, yaitu suku responden.

c. Agama, yaitu agama yang dianut oleh responden.

2. Variabel Pesta Rondang Bittang, meliputi :

a. Acara Ritual, meliputi :

- Mamuhun adalah upacara mohon ijin atau wujud penghormatan kepada

penduduk yang mulai merintis dan mendiami desa. Pelaksanaan acara ini

diramu sedemikian rupa sehingga benar-benar sakral.

- Maranggir adalah upacara adat untuk membersihkan seluruh tubuh, hati,

dan pikiran dengan menggunakan jeruk purut dan ramuan lainnya di

pancuran atau tempat pemandian raja atau partuanon terdekat di lokasi

pesta, sehingga semua pihak yang terlibat dalam Pesta Rondang Bittang

sudah siap baik secara fisik maupun secara mental. Dalam acara ini

Muda-mudi yang sudah berumur tetapi belum menemukan jodoh merupakan

(37)

b. Kegiatan Kesenian Tradisional, meliputi :

- Hagualon adalah musik tradisional Simalungun.

- Vokal grup.

- Festival Seruling bambu/Sulim buluh dan Taur-taur Simbandar.

- Festival Ilah adalah menampilkan lagu dengan gerak tanpa diiringi musik.

- Tor-tor improfisasi adalah sebuah tarian yang menggambarkan kehidupan

sehari-hari, diiringi gual Simalungun.

- Festival Sordam adalah perlombaan memainkan alat musik tiup.

- Festival Tulila adalah perlombaan memainkan alat musik tiup.

- Festival busana pengantin Simalungun yakni menampilkan pasangan

muda-mudi dengan pakaian Simalungun beserta aksesorisnya.

- Festival permainan anak yakni menampilkan permainan anak yang

diiringi dengan lagu dan gerak.

- Festival Inggou Turi-turian adalah menampilkan cerita yang dinyanyikan.

c. Kegiatan Olahraga Tradisional :

- Marjalekkat adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan

menggunakan bambu dengan tinggi jalekkat 230 cm, tinggi pijakan dari

tanah 40-50 cm. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama

“Enggrang”.

- Marsaleper ganjang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun

dengan menggunakan kayu, panjang saleper 120-130 cm (seperti

terompah panjang).

- Margalah adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang

(38)

orang pemain inti ditambah dua orang pemain cadangan. Pemain yang

berhasil disentuh (ditangkap) oleh kelompok lawan dianggap gugur.

- Marultop adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun dengan cara

meniup biji-bijian dengan menggunakan sejenis bambu yang telah

dibentuk sedemikian rupa, ditiup sejauh-jauhnya ke arah yang telah

ditentukan. Pemenang dalam pertandingan adalah yang terbanyak

mengumpulkan nilai.

- Sappak hotang adalah olahraga tradisional kebudayaan Simalungun yang

terdiri dari 3 orang pemain inti dan satu pemain cadangan. Dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan nama “sepak takraw”.

d. Kegiatan Penunjang :

- Parade kontingen, yaitu parade kontingen peserta yang diawali dengan

barisan Partuha Maujana Simalungun (Pengetua Adat) se-Kabupaten

Simalungun, disusul dengan barisan pemuda Simalungun, barisan etnis

yang ada di Kabupaten Simalungun yang digambarkan dengan pasangan

muda mudi sambil membawa siluah (oleh-oleh) dari hasil bumi yang ada

di wilayahnya.

- Konser musik tradisional

- Pagelaran sendra tari (fragment) legenda batu gantung

(39)

I.10. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang baik diperlukan agar lebih mudah dalam

memahami keseluruhan penelitian. Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab,

secara berturut-turut yaitu : pendahuluan, uraian teoritis, metodologi penelitian,

hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran.

Pendahuluan, bab yang membahas latar belakang masalah, perumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori

(teori-teori yang dipakai secara garis besar), kerangka konsep, model teoritis,

operasional variabel, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

Uraian teoritis, bab yang membahas teori-teori secara jelas, yaitu

Komunikasi, Opini Publik, Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory),

dan Kebudayaan. Penjelasan dalam bab ini banyak berasal dari pendapat para ahli.

Metodologi penelitian, bab yang membahas deskripsi lokasi penelitian,

metode penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik

penarikan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Hasil dan pembahasan, bab ini membahas proses pengumpulan data,

proses pengolahan data, penyajian tabel tunggal dan interpretasi, diskusi dan

pembahasan. Bab ini yang menunjukkan hasil penelitian secara gamblang yang

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

II.1.1. Pengertian Komunikasi

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari hubungan

satu sama lain, baik terhadap sesama maupun lingkungan di sekitarnya. Manusia

ingin mengetahui apa yang terjadi di lingkungannya dan menunjukkan saling

keterikatan. Hal ini memaksa manusia perlu berkomunikasi yang menentukan

kelangsungan dan mencapai tujuan hidupnya.

Komunikasi adalah hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia,

tetapi juga paling komplit dan rumit. Bagaimana tidak, komunikasi sudah

berlangsung sejak manusia lahir, dilakukan secara wajar dan leluasa seperti halnya

bernafas, namun ketika harus membujuk, membuat tulisan, mengemukakan

pikiran dan menginginkan orang lain bertindak sesuai dengan harapan kita,

barulah disadari bahwa komunikasi adalah sesuatu yang sulit dan berbelit-belit.

Dalam mendefinisikan atau menafsirkan komunikasi juga terjadi kesulitan.

Kesulitan ini muncul karena konsep komunikasi itu sendiri adalah sesuatu yang

abstrak dan mempunyai berbagai makna. Kesulitan lainnya karena makna

komunikasi yang digunakan sehari-hari berbeda-beda dengan penggunaan

komunikasi yang dimaksud oleh para ahli komunikasi untuk kepentingan

ilmuwan.

Sejak tahun empat puluhan atau tepatnya era 1930-1960, definisi-definisi

(41)

Serikat mulai merasakan kebutuhan akan “Science of Communication” di

antaranya adalah Carl I hovland, seorang sarjana psikologi yang menaruh

perhatian pada perubahan sikap. Menurutnya, ilmu komunikasi adalah suatu usaha

yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas-azas

tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap (a systematic

attempt to formulate in rigorous fashion the principles by which information is

transmitted and opinions and attitudes are formed). Adapun mengenai

komunikasinya sendiri, Hovland merumuskan sebagai “proses dimana seseorang

(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya

lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain

(komunikan).

Sedangkan Wilbur Schramm, seorang ahli Linguistik, mengatakan

communication berasal dari kata Latin communis yang artinya common atau sama.

Jadi menurut Schramm jika kita mengadakan komunikasi dengan suatu pihak,

maka kita menyatakan gagasan kita untuk memperoleh commones dengan pihak

lain mengenai suatu objek tertentu (Purba, 2006:29).

Everett M Rogers mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Definisi kemudian dikembangkan

oleh Rogers bersama D Lawrence Kincaid, sehingga melahirkan suatu definisi

baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang

atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama

lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam

(42)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi merupakan proses penyampaian pesan berupa lambang-lambang

dengan satu pihak dalam membentuk serta merubah perilaku pihak lain sehingga

mencapai saling pengertian yang dikehendaki.

II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi

Mempelajari dan menelaah komunikasi sangatlah luas ruang lingkup dan

dimensinya. Oleh karena itu klasifikasi atau jenis-jenis komunikasi dapat dilihat

berdasarkan konteksnya sebagai berikut :

Komponen Komunikasi

1. Komunikator (communicator)

2. Pesan (message)

3. Media (media)

4. Komunikan (communicant)

5. Efek (effect)

Proses Komunikasi

1. Komunikasi secara primer yang berlangsung secara tatap muka atau langsung

antara komunikator dan komunikan, adalah proses penyampaian pikiran dan

atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

lambang/simbol (bahasa, isyarat, gambar, warna, gesture) sebagai media.

2. Komunikasi secara sekunder atau disebut juga komunikasi tidak langsung,

biasanya melalui media seperti telepon, surat, telefax, radio, tv dan media

lainnya.

Bentuk/Tatanan Komunikasi

(43)

1. Komunikasi Pribadi (personal communication)

− Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)

Komunikasi antar pribadi adalah proses komunikasi yang berlangsung

antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

Komunikasi intra pribadi (intrapersonal communication)

Komunikasi dengan diri sendiri merupakan proses komunikasi yang terjadi

dalam diri individu. Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya

seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu obyek yang diamatinya.

Obyek dalam hal ini bisa saja berbentu bentuk, kejadian, alam, pengalaman

atau peristiwa, yang terjadi di luar dalam diri seseorang.

2. Komunikasi Kelompok (group communication)

Komunikasi kelompok kecil (small group communication) a. Ceramah (lecture)

b. Forum

c. Simposium

d. Diskusi panel

e. Seminar

f. Curah saran (brainstorming)

Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi massa (mass communication)

Komunikasi massa cetak (printed mass communication)

a. Surat kabar c. Buku, dll.

(44)

Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)

a. Radio c. Film, dll.

b. Televisi

Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Komunikasi verbal (verbal communication)

a. Komunikasi lisan (oral communication)

b. Komunikasi tulisan (written communication)

2. Komunikasi nonverbal (nonverbal communication)

a. Komunikasi kial (gestural/body communication)

b. Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka (face to face communication)

4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

Tujuan Komunikasi

Berdasarkan tujuannya, komunikasi terbagi empat, yaitu :

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

3. Untuk mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society)

Fungsi Komunikasi

(45)

2. Mendidik (to educated)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence)

Metode Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, artinya rangkaian yang

sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang

meliputi :

1. Komunikasi informatif (informative communication)

2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

3. Komunikasi pervasif (perpasive communication)

4. Komunikasi koersif (coersive communication)

5. Komunikasi instruktif (instructive communication)

6. Hubungan manusiawi (human relations)

Model Komunikasi

1. Komunikasi satu tahap (one step communication)

2. Komunikasi dua tahap (two step communication)

(46)

Bidang Komunikasi

Berdasarkan bidangnya komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Komunikasi sosial (social communication)

2. Komunikasi organisasional/manajemen (organizational/management

communication).

3. Komunikasi bisnis (business communication)

4. Komunikasi politik (political communication)

5. Komunikasi internasional (international communication)

6. Komunikasi antarbudaya (intercultural communication)

7. Komunikasi pembangunan (development communication)

8. Komunikasi tradisional (traditional communication)

9. Komunikasi lingkungan (environmental communication)

Teknik Komunikasi

Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa Yunani, yang berarti

keterampilan. Berdasarkan keterampilan komunikasi maka teknik komunikasi

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relations)

3. Periklanan (advertising)

4. Propaganda

(47)

Efek komunikasi

Ada beberapa efek komunikasi, yaitu :

1. Menciptakan persepsi tentang dunia di sekitar kita

Persepsi dunia kita berhubungan dengan dunia luar dan gambaran di

kepala kita yang mendeskripsikan hubungan antara situasi (scene) dan tindakan

(orang, tempat, tindakan dan seluruh fenomena yang mungkin ada), persepsi

terhadap situasi tindakan dan respon berdasarkan persepsi.

2. Menentukan agenda

Diambil dari ide Walter Lippman tentang dampak media yang menyangkut

apa yang kita pikirkan tentang sesuatu (apa yang kita ketahui tentang sesuatu) dan

apa yang kita pikirkan (opini dan perasaan kita) sehingga ada dua konsep dalam

penentuan agenda dalam Public Relations yaitu :

a). Issue salience (keutamaan dan penetrasi isu terhadap audien atau seberapa

baikkah isu itu beresonansi dengan masing-masing publik.

b). Cognitive priming (pengalaman personal dan hubungan seseorang dengan isu)

3. Penyebaran informasi dan inovasi

Teori penyebaran informasi dan teori inovasi menyangkut ide-ide atau

inovasi, lebih mudah diadopsi oleh audiens apabila lebih menguntungkan

daripada situasi sekarang, kompatibel dengan pengalaman sebelumnya dan aspek

situasi lainnya, sederhana, mudah dicoba, dan mudah diamati melalui hasil yang

kelihatan.

4. Mendefinisikan dukungan sosial.

Dukungan sosial sesuai dengan teori spiral keheningan (Spiral of Silence)

(48)

dalam banyak kasus mereka membantu menciptakan fiksi yang kemudian mereka

tanggapi.

II.1.3. Komunikasi Model Lasswell

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan

secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang

dikemukakan pada tahun 1948 oleh Harold D Lasswell yaitu dengan menjawab

pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What in Which Channel to Whom With

What Effect?”.

Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell

ini merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :

1. Who (Siapa): Komunikator; orang yang menyampaikan pesan.

2. Says What (Mengatakan Apa): Pesan; informasi yang dikirimkan dengan

didukung lambang-lambang.

3. In Which Channel (Melalui Apa): Media; alat atau sarana yang digunakan

untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.

4. To Whom (Kepada Siapa): Komunikan; orang yang menerima pesan.

5. With What Effect (Apa Akibatnya): Efek yang ditimbulkan untuk mengetahui

berhasil tidaknya komunikasi yang diinginkan.

Dengan berpolakan paradigma Laswell itu, komunikasi didefinisikan

sebagai “proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

suatu media yang menimbulkan efek” (Effendy, 2002:54). Laswell

mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu: pertama, pengawasan

(49)

lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang

merespon lingkungan; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke

generasi lainnya. Selain itu, Laswell mengakui bahwa tidak semua komunikasi

bersifat dua arah, dengan suatu aliran yang lancar dan umpan balik yang terjadi

antara pengirim dan penerima. Dalam suatu masyarakat yang kompleks, banyak

informasi disaring oleh pengendali pesan-editor, penyensor atau propagandis,

yang menerima informasi dan menyampaikannya kepada publik dengan beberapa

perubahan atau penyimpangan (Mulyana, 2002:136).

II.2. Opini Publik

Pengertian opini di kalangan ahli komunikasi belum didapati adanya

kesepakatan yang pasti. Orang lebih mudah untuk mengamati efek dan bentuk

yang ditimbulkannya daripada mendefinisikannya.

Opini berasal dari bahasa Latin, yaitu opinari yang berarti berpikir atau

menduga. Opinion sendiri mengandung akar kata onis yang berarti harapan.

Dalam bahasa Inggris, opinion berhubungan erat dengan kata option dan hope

yang berasal dari bahasa Latin optio yang artinya pilihan atau harapan (Kasali,

1994:16).

Menurut Albig, opini berupa reaksi pertama di mana orang mempunyai

rasa ragu-ragu dengan sesuatu, yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokkan, dan

adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling

mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31).

Latar belakang seseorang seperti agama, ekonomi, pendidikan,

(50)

berpikir seseorang dan opini yang akan dinyatakannya tidak akan terlepas juga

dari hal tersebut. Karena pembentukan opini ada yang berdasarkan fakta, emosi,

sentimen, harapan, keyakinan, pengalaman, agama dan latar belakang budaya,

maka opini publik tidak selalu rasional dan sering kali bersifat subjektif.

Abelson menyebutkan unsur-unsur yang merupakan molekul dari opini,

yaitu belief (kepercayaan tentang sesuatu), attitude (apa yang sebenarnya

dirasakan seseorang), dan perception (persepsi) (Kasali, 1994:20).

Akar dari opini sebenarnya tidak lain adalah persepsi. Persepsi adalah

proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan

menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut akan

mempengaruhi perilaku kita. Persepsi ditentukan oleh faktor-faktor latar belakang

budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang

berkembang. Komponen ini sepertinya memberikan suatu rekaman di benak

seseorang dan siap diputar di kemudian hari bila ia berhadapan dengan stimuli

tertentu. Stimuli yang masuk akan dicocokkan dengan rekaman yang ada untuk

memberi suatu interpretasi.

Interpretasi ini melahirkan pendirian/sikap (attitude) seseorang yaitu apa

yang sebenarnya dirasakan oleh seseorang. Sikap juga merupakan opini yang

masih tersembunyi di dalam hati seseorang. Sikap adalah suatu hal yang

mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan

maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau

situasi. Sikap mempunyai 3 komponen pembentuk yang secara sederhana dikenal

(51)

Sikap yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh,

simbol, raut wajah, ekspresi, warna pakaian yang dipakai, ruangan, dan waktu

yang disediakan untuk bertemu), disebut opini (Kasali, 1994:23).

Nimmo (1978) mengemukakan bahwa opini adalah suatu respon yang

aktif terhadap suatu stimulus, di mana respon yang dikonstruksikan melalui

interpretasi pribadi yang berkembang daripada menyumbang image (Nasution,

1990:91). Setiap opini mencerminkan suatu kumpulan yang lengkap yang terdiri

dari tiga komponen yaitu keyakinan, nilai-nilai dan ekspetasi.

Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada

komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan. Selama

opini merupakan opini seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan

permasalahan. Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini publik,

menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak.

Opini itu sendiri tidak memiliki tingkatan atau strata, namun mempunyai

arah), antara lain:

1. Opini positif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit

mendukung obyek opini (individu memberikan pernyataan setuju).

2. Opini netral, apabila opini yang ditampilkan tidak memihak atau jika

individu memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Opini negatif, jika opini yang ditampilkan secara eksplisit dan implisit

menolak atau mencela obyek opini (individu memberikan pernyataan tidak

Gambar

Tabel 1 Operasional Variabel
Gambar 3 Proses Pembentukan Opini Publik
Gambar 4 Unsur-unsur Kebudayaan
Gambar 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rinehart.Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Menggunakan Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy Terhadap Kecemasan Berbicara Siswa SMA Negeri 1 Siantar

ini adalah untuk mengungkapkan implementasi Perencanaan Rintisan Sekolah Kategori Mandiri di SMA Negeri I Dolok Batu Nanggar Kabupatcn Simalungun.. Riset ini menerapkan

Diantara sekian banyak sekolah SMA Negeri 1 Porsea sebagai salah satu institusi pendidikan yang ada di Kecamatan Porsea terdapat kegaitan pembelajaran ekstrakurikuler

Hasil penelitian Pengaruh Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan, Komunikasi Antar Pribadi, dan Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri di Kota

Berdasarkan hasil observasi awal penelitian di SMA Negeri 4 Wira Bangsa dan di SMA Negeri 3 Meulaboh, kepala sekolah di kedua sekolah tersebut memiliki kemampuan

Oleh karena itu, penulis mencoba suatu sistem on line yaitu web dinamis bagi SMA Negeri 1 Pematang Siantar untuk dapat mempublikasikan segala sesuatu tentang perkembangan sekolah

dan Partisipasi Pengelolaan Alokasi dana desa terhadap Kesejahteraan Masyarakat Nagori Negeri Dolok, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, untuk melakukan pembahasan

Hasil penelitian persepsi siswa SMA/MA Negeri di Kecamatan Tanah Grogot tentang kurikulum merdeka diketahui bahwa secara keseluruhan persepsi siswa di SMA/MA Negeri Kecamatan Tanah