• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA PEMATANG SIANTAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA PEMATANG SIANTAR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KUALITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI, DAN

IKLIM ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SMA NEGERI DI KOTA PEMATANGSIANTAR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

LILY ERMINCE SARAGIH NIM: 8106132009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Lily Ermince Saragih. 8106132009. Pengaruh Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komunikasi Antar Pribadi, dan Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri di Kota Pematangsiantar. Tesis. Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui pengaruh langsung (1) Persepsi guru tentang kualitas kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di kota Pematangsiantar; (2) Komunikasi antar pribadi terhadap iklim organisasi SMA Negeri di kota Pematangsiantar; (3) Pengaruh persepsi guru tentang kualitas kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar; (4) Pengaruh komunikasi antar pribadi terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar; (5) Pengaruh iklim organisasi terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar.

Subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar dengan jumlah populasi 460 orang. Yang menjadi sampel penelitian 178 orang atau 39% dari populasi dengan menggunakan Teknik Cochran yaitu

Proportional Random Sampling. Alat ukur instrument yang digunakan dalam

pengambilan data Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan, Komunikasi Antar Pribadi, Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja Guru menggunakan angket berskala Likert.

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi dan koefisien jalur. Berdasarkan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh langsung dan berarti antara : (1) Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Iklim Organisasi dengan31= 0,40 dan thitung > ttabel (6,15 > 1,97), (2) Komunikasi Antar Pribadi

terhadap Iklim Organisasi dengan 32 = 0,43 dan thitung > ttabel (7,3 > 1,97), (3)

Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Guru dengan 41= 0,33 dan thitung > ttabel (6 > 1,97), (4) Komunikasi Antar Pribadi

terhadap Kepuasan Kerja Guru dengan 42 = 0,34 dan thitung > ttabel (6,7 > 1,97),

(5) Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Guru dengan 43 = 0,41 dan thitung >

ttabel (6,49 > 1,97).

(5)

ii

ABSTRACT

Lily Ermince Saragih. 8106132009. The Influence of Teacher’s Perceptions of The Principal’s Leadership Quality, Inter Personal Communication, and Organizational Climate on Theacher’s Job Satisfaction of Private Senior High School in Pematangsiantar. Educational Administration, 2013.

The purpose of this research was to determine the direct influence of: (1)

The teacher’s perception of principal’s leadership quality on Organizational

Climate, (2) Interpersonal Communication on Organizational Climate, (3) The

Teacher’s Perception of Principal’s Leadership Quality on Teacher’s Job

Satisfaction, (4) Interpersonal Communication on Teacher’s Job Satisfaction, and

(5) Organizational Climate on Teacher’s Job Satisfaction of Private Senior High

School in Pematangsiantar.

Subject of the research were teachers at Private Senior High School in Siantar City by the number of population of 460 teachers. The sample of the

research were 178 persons or 38% of the population by using Nomogram’s Harry

King Proportional Random Sampling.

Measuring instruments used in data retrieval on Teacher’s Perceptions of

The Principal’s Leadership Quality, Inter Personal Communication, and

Organizational Climate and Theacher’s Job Satisfaction was Likert’s Scale Questionnaire.

To test the hypothesis presented in this study, techniques of correlation and path coefficients were used. Based on the hypothesis examination result, we could conclude thet there was a direct and significant influence of : (1) Teacher’s

Perceptions of The Principal’s Leadership Quality on Organizational Climate with

31= 0,40 and tscore > ttable (6,15 > 1,97), (2) Inter Personal Communication on

Organizational Climate with 32 = 0,43 and tscore > ttable (7,3 > 1,97), (3) Teacher’s

Perception of The Principal’s Leadership Quality on Teacher’s Job Satisfaction

with 41 = 0,33 and thitung > ttable (6 > 1,97), (4) Inter Personal Communication on

Teacher’s Job Satisfaction with 42 = 0,34 and tscore > ttable (6,7 > 1,97), (5)

Organizational Climate on Teacher’s Job Satisfaction with 43 = 0,41 and tscore >

ttable (6,49> 1,97)

Hopefully, the result of the research on The Influence of Teacher’s

Perceptions of The Principal’s Leadership Quality, Inter Personal Communication, and Organizational Climate on Theacher’s Job Satisfaction of

Private Senior High School in Pematangsiantar, would be useful for the teachers, School Principals, the Super Intendants and District Office of Education in order

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh

karena berkat dan kasihNya akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis yang berjudul : “ Pengaruh Persepsi Guru Tentang Kualitas Kepemimpinan

Kepala Sekolah, Komunikasi Antar Pribadi, dan Iklim Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar”. Tesis ini ditulis

dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis sangat menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis berterimakasih

kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dalam menyelesaikan tesis ini.

Dengan rasa hormat penulis menyampaikan terimakasih kepada : Prof.

Parlindungan Pangaribuan, MA.,Ph.D., selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr.

Sumarno, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis untuk tetap proaktif dan tetap bersemangat selama

penyusunan tesis ini. Begitu juga rasa terimakasih penulis sampaikan kepada

Dr. Sukarman Purba, ST.,MPd.,sebagai narasumber dan validator, Prof. Dr. Harun

Sitompul, M.Pd., Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku narasumber. Tidak lupa

rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada : Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si

selaku Rektor Universitas Negeri Medan , Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd.

selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan , Prof. Dr. H.

(7)

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. selaku

Sekretaris Program Studi Pascasarjana Prodi AP UNIMED dan Munzir, M.Si

selaku staf di program studi Administrasi Pendidikan yang telah membantu

penulis selama ini..

Ucapan terimakasihku buat para dosen di Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan penulis ilmu, pengalaman dan kematangan berpikir yang

dapat penulis gunakan untuk menyelesaikan tesis ini, para Kepala Sekolah dan guru –

guru SMA Negeri di kota Pematangsiantar yang telah memberikan bantuan pada penulis

dalam pengumpulan data di lapangan.

Rasa terimakasih yang tulus buat suami tercinta Pdt. K.Tomy Purba, S.Th., M.A.,

dan anak-anakku tersayang : Arly Getha Purba dan Edgar Yobelio Purba, yang senantiasa

memanjatkan doa , memberi motivasi kepada penulis selama mengikuti pendidikan dan

penulisan tesis ini, oangtua Bapak dan Ibu terkasih yang memberikan dorongan kepada

penulis selama mengikuti pendidikan, kakanda Ir. Jan Esson Saragih, MM., Ir. Eslida

Christy Anna Saragih dan Bang Jojo Purba, SE. , adinda Jan Wellson Saragih, SE.Ak.

dan dr. Lesly Dace Saragih yang memberikan semangat dan motivasi, rekan-rekan

mahasiswa Program Pascasarjana UNIMED Prodi AP angkatan XVIII B yang telah

banyak memberikan motivasi dalam perkuliahan dan penelitian ini.

Dalam penulisan dan penyusunannya tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam

upaya perbaikan karya-karya selanjutnya.Akhirnya, penulis berdoa kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa semoga kita semua mendapatkan Karunia dan Anugerah-Nya. Amin.

Medan, April 2013

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tugas guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar yang melakukan

transfer of knowledge, tetapi memiliki multi peran diantaranya sebagai

pembimbing yang mendorong potensi, mengembangkan alternatif, dan

memobilisasi siswa dalam belajar. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab

yang kompleks terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dimana guru juga

dituntut untuk menampilkan kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi

siswa.Dengan demikian dalam manajemen sekolah perlu ada upaya-upaya

untuk meningkatkan semangat guru dalam bekerja yang dapat ditingkatkan

melalui peningkatan kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung maupun tidak

langsung akan mempengaruhi produktivitas kerja.

Menurut As’ad (1999:105) bahwa semakin banyak aspek-aspek dalam

pekerjaan yang sesuai dengan keinginan pegawai, semakin tinggi tingkat

kepuasan yang dirasakannya.

Kepuasan kerja mendapatkan dorongan dari promosi, gaji, pekerjaan itu

sendiri, supervisi, teman kerja, keamanan kerja, kondisi kerja,

administrasi/kebijakan perusahaan, komunikasi, tanggung jawab, pengakuan,

(18)

2

Dalam industri jasa, perilaku dalam bekerja secara langsung maupun

tidak langsung akan mempengaruhi perilaku dalam memberikan pelayanan

terhadap konsumen, dimana pelayanan ini merupakan sumber penilaian

konsumen akan kualitas sebuah produk jasa yang akan menentukan loyalitas

konsumen serta akan menentukan loyalitas konsumen serta akan menentukan

kelangsungan hidup sekolah.

Dalam penelitian Greenberg dan Baron (1993) dikatakan bahwa

kepuasan kerja itu dipengaruhi oleh a) kondisi organisasi, seperti : unsur-unsur

dalam pekerjaan, sitem penggajian, promosi, pengakuan , kondisi lingkungan

kerja, desentralisasi kekuasaan, supervise rekan kerja dan bawahan, serta

kebijaksanaan perusahaan, b) kondisi personal diantaranya: demografis,

kepribadian, tingkat intelegensi, pengalaman kerja, penggunaan keterampilan,

dan tingkat jabatan. Mempertimbangkan hal ini penulis berpendapat bahwa

kualitas kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi antar pribadi, dan iklim

organisasi termasuk komponen pembentuk kepuasan kerja.

Para guru membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya mampu

menggerakkan, mengarahkan atau menyuruh, tetapi juga mampu menunjukkan

sikap keteladanan. Pengakuan dan penghargaan pimpinan atas prestasi dan

hasil kerja bawahan merupakan hal yang cukup penting dalam mewujudkan

kepuasan kerja bawahan. Guru yang sering datang terlambat ke sekolah, atau

mengajar hanya sekedar melaksanakan kewajiban bisa jadi merupakan

ungkapan rasa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Hal itu

juga bisa disebabkan karena iklim sekolah yang tidak menyenangkan hati para

(19)

3

Untuk mewujudkan sebuah sekolah yang berkualitas tidak mungkin

dapat diraih tanpa usaha dan kerjasama berbagai pihak, Kepala sekolah sebagai

pucuk pimpinan di sekolah mempunyai peran yang sangat strategis

menggerakkan dan mengarahkan para guru dalam upaya mewujudkan sekolah

yang berkualitas dan meningkatkan mutu pendidikan secara umum. Tetapi

bagaimana sikap pemimpin yang ditunjukkan oleh kepala sekolah kepada para

guru sebagai bawahan, seringkali dipersepsikan berbeda-beda oleh para guru

yang berakibat pada perbedaan kepuasan kerja mereka.

Iklim organisasi yang dirasakan oleh para guru seringkali juga menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari tumbuhnya kepuasan kerja guru. Suasana

kerja yang tidak menyenangkan, imbalan yang tidak sebanding dengan

besarnya tugas dan tanggung jawab, komunikasi yang kurang baik, serta

peraturan yang terlalu mengikat merupakan sebagian iklim sekolah yang

terdapat di beberapa SMA Negeri di Pematangsiantar dan dirasakan oleh para

guru.

Pengaruh kualitas kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi antar

pribadi, dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja merupakan masalah

penting yang sifatnya dinamis, senantiasa berubah dari waktu ke waktu

sehingga perlu diketahui dan mendapat perhatian yang cukup demi

pengembangan sekolah yang akhirnya bermuara pada peningkatan mutu

pendidikan.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa agar fungsi kepemimpinan kepala

sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai

(20)

4

kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman,

pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan

pengawasan. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan dalam menciptakan

suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat

melaksanakan pembelajaran dengan baik dan siswa dapat belajar dengan

tenang. Di samping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama

dengan bawahannya, dalam hal ini guru. Kepala sekolah mampu mengelola

dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya.

Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu,

maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah

dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap

positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kinerjanya.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk

itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang

dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting untuk

mendapatkan hasil kerja yang optimal. Menurut Siagian (2003: 297) kepuasan

kerja dapat memacu prestasi kerja (kinerja) yang lebih baik. Oleh karena itu

ketika seseorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya

semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk

menyelesaikan tugas pekerjaannya. Oleh karena itu seyogyanya kepala sekolah

berusaha untuk memahami para guru dan mengupayakan agar guru

(21)

5

kualitas kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja

guru di sekolah.

Menurut Winardi (1982:54) suatu organisasi perlu menciptakan iklim

yang baik untuk mencapai peningkatan kerja, berpengetahuan dan puas.

Gibson et.al (2004:213), iklim organisasi adalah serangkaian keadaan

lingkungan yang dirasakan secara langsung atau tidak langsung oleh karyawan,

diasumsikan merupakan kekuatan yang besar dalam mempengaruhi karyawan.

Pada kenyataannya kerja yang menjenuhkan, suasana lingkungan kerja

yang tidak kondusif seperti teman yang tidak saling mendukung, kebijakan

pimpinan yang kurang mendukung serta siswa yang tingkah lakunya

menjengkelkan. Di lain pihak ada dari mereka yang menurun semangatnya

dalam mengajar, merasa bosan, jenuh dengan pekerjaan. Iklim yang

menyenangkan bagi para pegawai/guru adalah apabila mereka melakukan

sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga, mendapatkan

tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil, didengarkan dan diperlukan

sebagai orang yang bernilai (Davis dan Newstrom, 2001: 24). Kekondusifan

iklim kerja suatu sekolah mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas

sekolah tersebut, khususnya pada pencapaian prestasi akademik siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa iklim

organisasi selalu berhubungan dengan (1) persepsi para anggota organisasi

yang bersangkutan. Dalam hal ini adalah sikap dan perasaan yang ditampilkan

oleh pegawai terhadap sifat-sifat atau karakteristik yang ada dalam organisasi;

(2) hasil interaksi seluruh komponen dalam organisasi, dan oleh karena itu

(22)

6

Temuan penelitian Tanjung (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Motivasi Kerja dan Kemampuan Manajemen Kepala Sekolah

dengan Kepuasan Kerja Guru”, hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat

hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan kemampuan

manajemen kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Sedangkan Tarihoran

(2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Perilaku Kepemimpinan

dan Motivasi Kerja Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru” menyatakan

terdapat hubungan positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan dan

motivasi kerja kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Subandriyo (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, dan Tingkat Penghasilan

Guru Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SD Segugus Majapahit Kecamatan

Kartasura” menyatakan terdapat hubungan positif dan signifikan antara

kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, dan tingkat penghasilan guru

terhadap kepuasan kerja guru.

Berdasarkan hasil analisis terhadap beberapa penelitian dan pendapat

para ahli tersebut ditemukan bahwa secara empiris terdapat beberapa variabel

yang mempengaruhi kepuasan kerja guru. Keadan ini menunjukkan bahwa

berbagai variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja guru, sehingga dalam

melakukan penelitian tentang kepuasan kerja guru, peneliti mendapatkan

peluang yang besar untuk menentukan variabel-variabel yang akan diuji,

terutama dalam menjelaskan, memprediksi dan menemukan alternatif dari

fenomena-fenomena permasalahan kepuasan kerja guru.

(23)

7

paling sedikit dua orang atau lebih yang mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat,

sikap, pikiran dan perilaku yang khas, dan berbeda-beda. Demikian juga Sopiah

(2008:147), mengatakan komunikasi antar pribadi adalah pertukaran informasi

yang terjadi antara dua orang. Ketika komunikasi antar pribadi berlangsung,

setiap orang memiliki cara tersendiri dalam berhubungan dengan orang lain.

Komunikasi antar pribadi akan efektif jika setiap individu yang berkomunikasi

mengetahui informasi secara jelas dan lengkap. Selain itu komunikasi

interpersonal juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan menerima di

antara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

Seperti studi pendahuluan yang dilakukan melalui kunjungan di bulan

bulan Agustus 2012, ditemukan sejumlah fakta lewat pengamatan di lapangan

dan wawancara dengan beberapa orang guru ditemukan beberapa masalah

penting yang berkaitan dengan kepuasan kerja guru, yaitu kurangnya minat

guru dalam meningkatkan mutu mengajar,masih banyak didapati guru yang

tidak memiliki perangkat pembelajaran(±15%), ditemukan pula adanya guru

yang kurang bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru dengan adanya

kelas yang tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar karena guru yang

tidak hadir tanpa alasan yang jelas sementara ada guru hanya duduk-duduk dan

bercerita di kantin dengan meninggalkan kelas hingga bel berbunyi.

Kepuasan kerja guru yang semakin anjlok dapat dilihat dari uji

kompetensi guru di Sumatera Utara yang masih di bawah rata-rata nasional.

Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Awal (UKA) 2012 , nilai rata-rata Sumatera

Utara hanya 37,4 sementara rata-rata nasional mencapai 42,25. Kondisi ini

(24)

8

(http://www.hariansumutpos.com/2012/03/29082/peringkat-guru-disumut-jeblok.htm).

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah sangat perlu menaruh perhatian

terhadap keaktifan guru berperan di sekolah karena dapat memberikan

dukungan pada pencapaian kompetensi guru.

Inilah yang menjadi pertanyaan peneliti, sejauh mana gambaran

kepuasan kerja guru dan faktor-faktor yang mempengaruhi, khususnya

guru-guru di SMA Negeri Pematangsiantar. Memahami fenomena di SMA Negeri

Pematangsiantar dapat dilakukan ekspl terhadap beberapa variabel, yang

mempengaruhi kepuasan kerja guru, sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

diduga ketiga variabel yaitu : kualitas kepemimpinan , komunikasi antar

pribadi, iklim organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru. Beranjak

dari pemikiran ini maka direncanakan suatu penelitian yang berjudul :

"Pengaruh Persepsi Guru tentang Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah , Komunikasi Antarpribadi, dan Iklim Organisasi terhadap

Kepuasan Kerja Guru SMA Negeri di Kota Pematangsiantar”.

B. Identifikasi Masalah

Banyak variabel yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru. Dari latar

belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang

berhubungan dengan kepuasan kerja guru, antara lain :Apakah persepsi guru

tentang kualitas kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan dengan

terciptanya kepuasan kerja guru? Sebab kepala sekolah adalah seorang yang

(25)

9

terjadi di sekolah juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru? Bisa saja

cara kepala sekolah dalam menyampaikan tugas tidak dengan komunikasi yang

baik. Apakah kepuasan kerja dipengaruhi oleh iklim organisasi? Bagaimana

dengan dukungan masyarakat atau pemangku kepentingan (stakeholders)?

Bukankah kebijakan pemerintah juga mempengaruhi setiap keputusan kepala

sekolah, lalu apakah keputusan yang dibuat kepala sekolah mempengaruhi

kepuasan kerja guru? Dan bagaimana dengan kesempatan promosi atau

bayaran, apakah juga akan mempengaruhi kepuasan kerja guru?Apakah

promosi jabatan atau pembayaran mempengaruhi kepuasan kerja guru?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih

mengarah dan terfokus, maka dibatasi pada persoalan Pengaruh Persepsi

Guru tentang Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah, Komunikasi Antar

Pribadi, dan Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja guru SMA Negeri di

kota Pematangsiantar.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas,

maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh langsung persepsi guru tentang kualitas

kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi ?

2. Apakah ada pengaruh langsung komunikasi antarpribadi terhadap iklim

(26)

10

3. Apakah ada pengaruh langsung persepsi guru tentang kualitas

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru?

4. Apakah ada pengaruh langsung komunikasi antar pribadi terhadap

kepuasan kerja guru ?

5. Apakah ada pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kepuasan kerja

guru ?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

tujuan penelitian adalah ingin mengetahui:

1. Pengaruh langsung persepsi guru tentang kualitas kepemimpinan kepala

sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di kota Pematangsiantar.

2. Pengaruh langsung komunikasi antar pribadi terhadap iklim organisasi SMA

Negeri di kota Pematangsiantar

3. Pengaruh langsung persepsi guru tentang kualitas kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri di kota

Pematangsiantar.

4. Pengaruh langsung komunikasi antar pribadi terhadap kepuasan kerja guru

SMA Negeri di kota Pematangsiantar.

5. Pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kepuasan kerja guru SMA

Negeri di kota Pematangsiantar..

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(27)

11

perilaku organisasi dan manajemen. Kajian ini merupakan sumbangan

pada materi Persepsi guru tentang kualitas kepemimpinan Kepala

Sekolah, komunikasi antar pribadi, iklim organisasi, dan kepuasan kerja

guru tentang ada tidaknya korelasi dan kontribusi di antara keempat

variabel tersebut.

b. Kajian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai wacana akademik bagi

dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu dan profesionalitas

guru.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada

Sekolah Menengah Atas diutamakan bagi pimpinan (kepala sekolah)

sebagai bahan evaluasi kinerjanya.

b. Masukan bagi guru-guru sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerjanya

baik sebagai individu maupun sebagai kelompok sehingga secara

bersama-sama dapat merencanakan langkah yang konkrit untuk

meningkatkan kinerja di masa-masa selanjutnya.

c. Adanya hasil penelitian dimana persepsi guru tentang kualitas

kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi antar pribadi, dan iklim

organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja, guru dapat dilakukan

dengan memperbaiki kualitas kepemimpinan kepala sekolah, iklim

organisasi dan meningkatkan komunikasi antar pribadi guru.

d. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai pelanggan

dan pengguna sekolah, sebagai masukan agar lebih berperan aktif dalam

(28)

117 BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka simpulan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama, Terdapat pengaruh langsung persepsi guru mengenai kualitas

kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

Siantar dengan koefisien jalur ρ = 0.40, hal ini menandakan semakin tinggi

persepsi guru mengenai kualitas kepemimpinan kepala sekolah maka semakin

tinggi pula iklim organisasi SMA Negeri di Pematang Siantar.

Kedua, Terdapat pengaruh langsung komunikasi antar pribadi terhadap iklim

organisasi SMA Negeri di Pematang Siantar dengan koefisien jalur ρ = 0.43, hal

ini menandakan semakin tinggi komunikasi antar pribadi, maka semakin tinggi

pula iklim organisasi SMA Negeri di Pematang Siantar.

Ketiga, Terdapat pengaruh langsung persepsi guru terhadap kualitas

kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru SMA Negeri di

Pematang Siantar dengan koefisien jalur ρ = 0.33, hal ini menandakan semakin

baik dan tinggi persepsi guru terhadap kualitas kepemimpinan kepala sekolah,

maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru SMA Negeri di Pematang Siantar.

Keempat, Terdapat pengaruh langsung komunikasi antar pribadi terhadap

kepuasan kerja guru SMA Negeri di Pematang Siantar dengan koefisien jalur ρ =

0.34, hal ini menandakan semakin tinggi iklim organisasi, maka semakin tinggi

(29)

118

Kelima, Terdapat pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kepuasan kerja

guru SMA Negeri di Pematang Siantar dengan koefisien jalur ρ = 0.41, hal ini

menandakan semakin tinggi iklim organisasi, maka semakin tinggi pula kepuasan

kerja guru SMA Negeri di Pematang Siantar.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan penelitian, maka upaya-upaya

yang diberikan sebagai implikasi penelitian adalah berikut:

1) Upaya Peningkatan Iklim Organisasi Melalui Persepsi Guru Mengenai Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dengan diterimanya hipotesis pertama yang diajukan, maka upaya

peningkatan iklim organisasi adalah dengan menciptakan persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah sehingga dalam perilakunya di sekolah, kepala

sekolah harus menunjukkan kewibawaannya, kemampuannya, serta sosialitasnya

terhadap sekolah. Karena salah satu upaya untuk menciptakan iklim yang

menyenangkan adalah: (1) Kualitas kepemimpinan; (2) Kadar kepercayaan; (3)

Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat; (4) Kesempatan; (5)

Pengendalian; struktur, dan birokrasi yang nalar. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan agar persepsi guru baik mengenai kualitas kepemimpinan kepala

sekolah adalah dengan meningkatkan:

1. Kepala sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang hangat dengan

menunjukkan sikap yang terbuka kepada seluruh warga sekolah misalnya

kepala sekolah jangan membuat blok-blok siapa saja yang yang boleh

berbicara dengannya, namun hendaknya kepala sekolah memberikan

(30)

119

kepadanya. Selain itu, hendaknya kepala sekolah bersikap yang ramah kepada

semua guru, menunjukkan sikap kasih sayang kepada anggotanya.

2. Kepala sekolah hendaknya memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai

pendidikan termasuk mengenal baik semua guru dan warga sekolah lainnya.

Kepala sekolah juga harus memiliki kemampuan dalam memimpin sekolah.

Kepala sekolah harus gemar membaca buku, koran, referensi mengenai

pendidikan, peka terhadap informasi dari media elektronik dan internet

terutama dalam bidang pendidikan sehingga kepala sekolah memperoleh

pengetahuan yang baik dan mengetahui perkembangan terbaru seputar

pendidikan. Kepala sekolah juga jangan malu untuk berdiskusi dengan

anggotanya sehingga kepala sekolah juga memiliki hubungan kedekatan yang

baik dengan semua guru.

3. Apabila kepala sekolah memiliki pemahaman visi dan misi sekolahnya dan

tahu bagaimana strategi dan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan visi

dan misi sekolah, tentu saja persepsi guru terhadap kepala sekolah tersebut

baik karena guru menganggap kepala sekolahnya mampu menjalankan roda

pemerintahan sekolah, mampu mengontrol keadaan, dan bijaksana. Oleh

karena itu, kepala sekolah harus benar-benar menanamkan mindset dalam

dirinya tentang visi dan misi sekolah.

4. Guru akan berpersepsi baik jika kepala sekolah mampu mengambil keputusan

yang efektif karena keputusan kepala sekolah merupakan hal yang sangat

penting bagi jalannya program dan kegiatan di sekolah. Oleh karena itu,

(31)

120

keputusan dengan rajin membaca buku tentang pengambilan keputusan, tidak

malu untuk berdiskusi, menjalin hubungan yang baik dengan siapa saja.

5. Kepala sekolah yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan semua guru

akan menimbulkan persepsi yang positif bagi guru karena mereka

menganggap kepala sekolah tersebut dapat saling mengerti dan memahami

kondisi guru dan begitu sebaliknya karena setiap pesan dan arahan kepala

sekolah juga dapat dipahami baik oleh guru. Kepala sekolah harus memiliki

keterbukaan, keikhlasan, dan mau berbaur dengan guru. Kepala sekolah harus

dapat memberikan motivasi yang baik kepada guru, bertutur bahasa yang

sopan, tidak menunjukkan kewibawaan yang berlebihan, memberikan

kesempatan yang sama kepada guru, dan melibatkan atau merangkul semua

guru untuk saling bekerja sama dengan baik.

2) Upaya Peningkatan Iklim Organisasi Melalui Komunikasi Antar Pribadi

Dengan diterimanya hipotesis kedua yang diajukan, maka upaya

peningkatan iklim organisasi adalah dengan menciptakan komunikasi antar

pribadi yang efektif, oleh karena itu perlu ditingkatkan pelaksanaannya. Adapun

upaya yang dapat dilakukan yakni:

1. Dalam berkomunikasi antar pribadi, kesamaan arti atau informasi yang

dipertukarkan sangat penting, karena itu guru juga perlu saling memahami

dengan guru lainnya, berbicara dengan intonasi yang jelas dan tidak

berbelit-belit, serta sama-sama memiliki kesamaan topik pembicaraan.

2. Sesama guru harus saling memberikan semangat dan kata-kata positif apabila

(32)

121

mengandung kata-kata yang menyakitkan. Bahasa dan kata-kata yang

menguatkan akan muncul apabila guru tersebut memiliki kasih sayang kepada

sesama rekannya dan tidak berprasangka buruk dengan lainnya.

3. Dalam komunikasi guru perlu mengupayakan untuk memberikan informasi

yang berguna untuk sesama guru dan warga sekolah lainnya, mengurangi

komunikasi yang tidak memberikan dampak dan informasi yang berguna

seperti bergosip ataupun memburuk-burukkan teman, maupun komunikasi

yang tidak informatif.

4. Guru jangan menutup diri ataupun memiliki pikiran yang negatif kepada guru

lainnya, saling menguatkan dan terbuka satu sama lain sangat penting agar

komunikasi antar pribadi dapat berlangsung efektif.

5. Makin baik komunikasi antarpribadi makin terbuka ungkapan perasaan, makin

cenderung memiliki perasaan secara mendalam dan cenderung mendengarkan

dengan penuh perhatian sehingga situasi ini akan menciptakan iklim

organisasi yang kondusif. Komunikasi verbal dan nonverbal secara efektif,

keterbukan dalam menyampaikan pendapat, kemampuan menyampaikan

pesan atau gagasan dengan jelas, pengetahuan terhadap pendapat dan perasaan

sesama guru akan memengaruhi iklim organisasi yang menyenangkan bagi

guru.

6. Kepala sekolah perlu mengikutsertakan guru dalam proses pengambilan

keputusan. Hal ini akan mendorong guru untuk turut bertanggung jawab

dalam mencapai tujuan sekolah. Kepala sekolah juga perlu membangun

komunikasi yang baik dengan seluruh guru, sebab dengan komunikasi seluruh

(33)

122

3) Upaya Peningkatan Kepuasan Kerja Guru Melalui Persepsi Guru Mengenai Kualitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, maka upaya

peningkatan kepuasan kerja guru adalah dengan mewujudkan persepsi guru

mengenai kualitas kepemimpinan kepala sekolah. Beberapa upaya yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Kepala sekolah perlu meningkatkan kepribadian, pengetahuan tentang tenaga

pendidik, pemahaman visi dan misi sekolah, mampu mengambil keputusan

dengan efektif, dan mampu untuk berkomunikasi dengan seluruh warga

sekolah maupun masyarakat.

2. Kepala sekolah harus membina komunikasi yang lancar, dan berusaha

menciptakan hubungan yang kondusif dapat dibangun. kepala sekolah perlu

memperhatikan perilakunya dan memanajemen emosi dan karakternya

sehingga dapat membangun pencitraan yang positif dan kerjasama yang baik

yang dapat meningkatkan atau membuat guru akan lebih puas dengan

pekerjaannya dalam organisasinya.

3. Sebagai pemimpin, kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

harus mampu memotivasi dirinya secara maksimal sehingga akan memiliki

dorongan untuk mengoptimalkan kemampuan dalam menjalankan tugasnya.

4) Upaya Peningkatan Kepuasan Kerja Guru Melalui Komunikasi Antar Pribadi

Dengan diterimanya hipotesis ketiga yang diajukan, maka upaya

peningkatan kepuasan kerja guru adalah dengan menciptakan komunikasi antar

(34)

123

komunikasi dalam sekolah tidak berlangsung dengan baik maka mengakibatkan

tujuan yang diharapkan tidak tercapai sehingga guru merasa tidak nyaman dan

mengganggap bahwasannya keberadaaanya di sekolah tidak dihargai.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja yakni:

1. Komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para guru untuk

berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah, dengan guru lain maupun

dengan kepala sekolah.

2. Pemberian ruang dan kesempatan bagi guru untuk berpendapat juga

mendorong guru untuk dilibatkan dalam setiap usaha memajukan sekolah, dan

hal tersebut memberikan rasa senang guru dalam bertugas.

3. Guru hendaknya menjalin hubungan yang baik dan berfikiran positif satu

sama lain sehingga terwujud hubungan yang saling mendukung, menguatkan,

dan terbuka sehingga setiap komunikasi yang terjalin memberikan informasi

yang memiliki kesamaan arti dan berguna bagi sesama guru. Hal tersebut

memengaruhin kenyamanan dalam bekerja karena semua guru bersedia untuk

bekerja sama dengan baik demi kemajuan sekolah.

4. Kepala sekolah juga tidak boleh apatis terhadap guru, bersedia mendengar

keluh kesah guru dan berusaha memberikan solusi yang terbaik. Selain itu,

memberikan penghargaan berupa pujian dan kata-kata yang memotivasi

sangat penting bagi guru sehingga guru merasa dihargai dan diperhatikan.

Kepala sekolah juga memberikan umpan balik terhadap pekerjaan guru

dengan memberikan arahan dan bimbingan yang tepat dan dapat dipahami

(35)

124

5) Upaya Peningkatan Kepuasan Kerja Guru Melalui Iklim Organisasi

Dengan diterimanya hipotesis keempat yang diajukan, maka upaya

peningkatan kepuasan kerja guru adalah dengan mewujudkan iklim organisasi

yang terbuka, kondusif, dinamis, dan berpihak pada guru sehingga dengan adanya

hal ini guru merasa dihormati dan dihargai dalam perannya sebagai pendidik.

Dengan demikian kepuasan kerja akan meningkat dan dampak selanjutnya adalah

dapat memengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan sekolah, untuk itu

sekolah perlu memahami apa yang harus dilakukan dalam menciptakan kepuasan

kerja guru, misalnya :

1. Adanya interaksi dengan rekan kerja dan atasan, mentaati peraturan dan

kebijakan organisasi yang berlaku, memenuhi standar kinerja, loyal terhadap

pemimpin, serta harus mempunyai tekad melakukan yang terbaik terhadap

sekolah.

2. Kepala sekolah juga perlu membuat program dan langkah-langkah yang jelas

mengenai suatu pekerjaan yang akan dikerjakan bersama dengan guru

sehingga guru juga dapat memahami baik mengenai program tersebut dan tahu

apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

3. Keterbukaan, keterlibatan, dan kepedulian, serta mempertimbangkan aspirasi

guru yang disesuaikan dengan kondisi di sekolah, sangat perlu diperhatikan

demi mewujudkan iklim organisasi yang dapat memengaruhi kepuasan kerja

guru.

4. Kepuasan kerja guru bisa terjadi jika guru merasa memperoleh perasan

keadilan di dalam melakukan pekerjaan. Adanya iklim organisasi yang dirasa

(36)

125

C. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, maka disarankan:

1. Sebaiknya dinas pendidikan dalam mengangkat kepala sekolah terlebih dahulu

mengadakan seleksi dengan mengukur kualitas calon kepala sekolah tersebut,

agar nantinya setelah calon kepala sekolah terpilih menjadi kepala sekolah

benar-benar dalam menjalankan tugasnya harus memiliki kepribadian,

pengetahuan tentang tenaga pendidik, pemahaman tentang visi dan misi

sekolah, kemampuan mengambil keputusan, serta kemampuan berkomunikasi.

sehingga akan memberikan kontribusi terhadap pencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2. Sebaiknya dinas pendidikan memberikan kepuasan terhadap kepala sekolah

dengan memperhatikan kesejahteraan guru melalui peningkatan penghasilan

dan memberikan fasilitas yang memadai terhadap pembelajaran di sekolah

agar guru puas dan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik. Memberikan

reward kepada guru yang berprestasi, sebagai motivasi bagi guru yang

bersangkutan dan bagi guru yang lain. Memberikan kesempatan dan dukungan

bagi guru untuk melanjutkan pendidikan, tanpa membedakan kelompok

keilmuan, misalnya eksakt atau non eksakta.

3. Kepala sekolah sebaiknya dalam pengambilan keputusan juga

mengikutsertakan guru, karena proses pengambilan keputusan mempunyai

peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan

perubahan organisasi. Jika guru terlibat, maka guru merasa dihargai

(37)

126

4. Sebaiknya kepala sekolah menerapkan kepempinan yang efektif dalam

melaksanakan tugas, sebab sangat berguna jika terkendali karena hal tersebut

mutlak diperlukan untuk mengendalikan jalannya program sekolah. Keala

sekolah perlu senantiasa memberi nasehat, pengarahan atau dalam pemberian

tugas yang adil kepada guru. Kepemimpinan kepala sekolah bukan berarti

menguasai, melainkan seni meyakinkan orang lain untuk bekerja keras menuju

sasaran bersama yaitu tercapainya tujuan pendidikan di ekolah yang

dipimpinnya.

5. Sebaiknya kepala sekolah membuat guru merasa puas dalam melaksanakan

tugasnya, menjadi mitra kerja bagi guru yanag selalu ada untuk membantu

guru dalam mengatasi kendala atau kesulitan yang dihadapi guru dalam

melaksanakan pekerjaannya. Dampak dari perilaku kepuasan dan

ketidakpuasan kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas guru dan

pegawai. Hal ini dapat diwujudkan kepala sekolah misalnya dengan

memberikan kesempatan untuk maju, keamanan kerja; insentif, umpan balik,

pengawasan maupun komunikasi yang baik.

6. Kepala sekolah dalam setiap pengambilan harus memiliki keterampilan

berkomunikasi yang baik serta mampu mengambil keputusan secara cepat,

tepat, efektif, dan efisien, karena dalam setiap pengambilan keputusan

diperhitungkan dampak internal dan eksternal sekolah. Kepala sekolah

sebaiknya perlu membangun iklim yang penuh dengan kekeluargaan dan rasa

persahabatan yang kuat sehingga tujuan sekolah dapat dicapai

7. Guru sebaiknya perlu secara bersama-sama membangun iklim organisasi yang

(38)

127

semangat kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan tanggung jawab

yang diterima, berkomunikasi yang baik, menjaga rasa persahabatan, saling

menghargai, memberikan masukan dan pendapat yang konstruktif, dan yang

lainnya.

8. Guru senantiasa aktif menambah wawasan atau pengetahuan mengenai hal-hal

yang mendukung pelaksanaan pekerjaan guru, misalnya melalui media

elektronik maupun media massa, dan buku, dan mengikuti berbagai pelatihan

untuk guru (kalau ada). Membangun empati dan solidaritas dengan sesama

guru. Saling membagi pengalaman dan informasi baru mengenai hal-hal yang

mendukung kegiatan PBM.

9. Peneliti lain yaitu supaya dapat menjadi bahan pertimbangan baginya dalam

mengembangkan penelitian tentang bagaimana meningkatkan kepuasan kerja

guru diluar variabel persepsi guru mengenai kualitas kepemimpinan kepala

(39)

128

DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri, 2003. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktis, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Baron, R. A & Greenberg, J. 1989. Behavior in Organization : Understanding

The Human Side of Work (third edition), Allyn & Bacon, USA.

Birky, Shelton and Headly. 2006. An Administrator ‘s Challenge: Encouraging

teachers to be leaders. NASSP Bulletin, Vol. 90 p. 87. National

Association of Secondary School Principals.

Burhanuddin, Imron, Ali, Maisyaroh. 200. Manajemen Pendidikan. Wacana,

Proses dan Aplikasinya di Sekolah. Malang : Universits Negeri Malang.

Cochran, William. 1999. Teknik Penarikan Sampel. Jakarta: UL-Press.

Colquitt, Jason A., Jeffrery A. Lepine, Michael J. Wesson. 2009. Organization

Behavior : Improving Performance and Commitment in The Workplace,

New York: Mc Graw Hill.

Daniel, Yvette. 2008. Principal Leadrship in New Teacher Induction: Becominmg

Agent of Change. International Journal of Education Policy &

Leadership, Vol 3 p. 3

Davis, Keith & Newstrom, John W. 2001. Perilaku dalam Organisasi. Penerjemah Agus Dhanna, Edisi kedua. Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gibson, James L., et. Al. 1996. Organisasi dan Manajemen. Alih Bahasa Djoerban Wahid, Edisi Keempat. Jakarta:Erlangga.

Hoy, W.K., & Miskel, C. G. 2000. Educational Administration : Theory,research

and practice (Ed. 7). New York: McGraw Hill.

Kerlinger, F.N. and Pedhazur, E.J. 1982. Multiple Regression in Behavioral

Research, New York: Holt Rinehart and Winston, Inc.

(40)

129

Mathis, Robert L. Dan Jackson, John H. 2001. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi dan

Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pedhazur Elazar J. 1982. Multiply Regression in Behavioral Research,

Explanation and Prediction, Second Edition. New York CBS College

Publishing

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rakhmad Jalauddin. 2005.Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Siagiaan, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Singarimbun, M. dan Sofian, E. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Slocum, Hellriegel. 2007. Principles Behaviour : South Western.

Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi

Stringer, Robert. (1984). Efektifitas Organisasi. LP3S: Jakarta.

Sudjana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfebeta.

SumutPos. 17 Maret 2012. Nilai Uji Kompetensi Awal 2012 : Posisi 25 dari 33

Provinsi : Peringkat Guru di Sumut Jeblok.

http://www.hariansumutpos.com/2012/03/29082/peringkat-guru-di-sumut-jeblok.htm (diakses 23 mret 2012)

Sutarto Wijono. 2007. Motivasi Kerja. Salatiga: Widya Sari

Syafaruddin. 2005. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Konsep, Startegi dan Aplikasinya. Jakarta: Grasindo.

Terry, George R.,Leslie W. Rue. 2000. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Bumi Aksara.

(41)

130

Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Winardi. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

_______.2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Densitas Latihan Kecepatan 3x, 4x dan 5x dalam Satu Minggu Terhadap

In this study, the writer describes the teaching learning process of English at the second year in SMP Al Islam Surakarta.The object of this research is teaching

Skenario fungsi melihat detail permainan yang disarankan bertujuan agar pengguna dapat memainkan permainan yang sesuai dengan usia anak dan perkembangan anak

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman vegetatif, tinggi tanaman generatif, tinggi runduk, jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, diameter batang, panjang ruas

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini Universitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengaiihnediakan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database),

Persoalan yang sering muncul dalam pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta & Kabupaten Sleman) adalah dalam

No.KK No.KK No.KK No.KK NIK NIK NIK NIK NAMA NAMA NAMA NAMA TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TEMPAT LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR TANGGAL LAHIR UMUR UMUR