ABSTRAK
PENGARUH JUMLAH TANAMAN PER LUBANG TERHADAP VIGOR BENIH TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L].Moench) DIUJI
DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT (MPC)
Lidya Purnamasari
perlakuan pengusangan cepat dengan mengimbibisikannya pada kertas merang lembab etanol masing-masing pada konsentrasi etanol 0%, 8% dan 12%. Hasil penelitian menunjukan bahwa populasi 1 (satu) tanaman per lubang menghasilkan benih dengan vigor lebih tinggi daripada yang dipanen dari populasi lainnya. Vigor benih varietas Numbu yang dipanen dari populasi 1, 2, dan 3 tanaman per lubang tidak berbeda, sedangkan varietas Keller dan Wray tidak berbeda dari populasi 1, 2, 3, dan 4 tanaman per lubang yang terjadi pada pengusangan cepat dengan 8% etanol.
PENGARUH JUMLAH TANAMAN PER LUBANG TERHADAP VIGOR BENIH TIGA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L.]Moench) DIUJI
DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT (MPC)
(Skripsi)
Lidya Purnamasari
JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR ISI
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rangkuman Analisis Ragam ... 21
4.2. Pengaruh Varietas Terhadap Vigor Benih ... 24
4.4. Pengaruh interaksi antara genotipe dan Jumlah Tanam per
Lubang terhadap Vigor benih... 32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil analisis ragam penelitian pengaruh jumlah tanaman per
lubang dan varietas pada semua peubah pengamatan. ... 21 2. Perbandingan nilai tengah perlakuan varietas. ... 25
3. Perbandingan nilai tengah perlakuan jumlah tanam per lubang. ... 30 4. Interaksi varietas dan populasi pada kecepatan perkecambahan pada
pengusangan cepat menggunakan etanol konsentrasi 8%. ... 33 5. Interaksi varietas dan populasi pada kecambah normal total pada
pengusangan cepat menggunakan etanol konsentrasi 8%. ... 34 6. Interaksi varietas dan populasi pada benih mati pada pengusangan
cepat menggunakan etanol konsentrasi 8%. ... 36 7. Interaksi varietas dan populasi pada kecambah normal lemah pada
pengusangan cepat menggunakan etanol konsentrasi 8%. ... 38 8. Interaksi varietas dan populasi pada panjang kecambah normal pada
pengusangan cepat menggunakan etanol konsentrasi 8%. ... 40 9. Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 55 10. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 56 11.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
Perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 57 13.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 58 14.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal total
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 58 15.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 59 16.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 60 17.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 60 18.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 61 19.Data hasil transformasi pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 62 20.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 62 21.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal kuat
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 63 22.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol . ... 63 23.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol ... 64 24.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal lemah
25.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 65 26.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 66 27.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol. ... 66 28.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 67 29.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 68 30.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar primer
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 0% etanol ... 68 31.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah
normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 69 32.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang
kecambah normal setelah dilakukan pengusangan cepat
menggunakan 0% etanol. ... 70
33.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
0% etanol. ... 70 34.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat
menggunakan 8% etanol. ... 71 35.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 72 36.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
Perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
37.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 73 38.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 73 39.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 74 40.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal total
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 74 41.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 75 42.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 76 43.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 76 44.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 77 45.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 77 46.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 78 47.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal kuat
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 78 48.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 79 49.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
50.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 80 51.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 80 52.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 81 53.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 81 54.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 82 55.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. .... 82 56.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang akar primer
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 83 57.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 84 58.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar primer
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 8% etanol. ... 84 59.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah
normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 85 60.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang
kecambah normal setelah dilakukan pengusangan cepat
menggunakan 8% etanol. ... 86 61.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah
normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
8% etanol. ... 86 62.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
63.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 88 64.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecepatan
Perkecambahan setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 88 65.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 89 66.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal total setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 90 67.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal total
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 90 68.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 12% etanol. ... 91 69.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 12% etanol. .... 92 70.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap benih mati setelah
dilakukan pengusangan cepat menggunakan 12% etanol. ... 92 71.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 93 72.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 93 73.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah
normal kuat setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol ... 94 74.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal kuat
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 12% etanol ... 94 75.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
76.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 96 77.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap kecambah normal
lemah setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 96 78.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 97 79.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 97 80.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 98 81.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang tajuk
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 98 82.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 99 83.Data transformasi pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 99 84.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar
primer setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 100 85.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang akar primer
setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan 12% etanol. ... 100 86.Data pengamatan pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah
normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 101 87.Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang
kecambah normal setelah dilakukan pengusangan cepat
88.Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap panjang kecambah normal setelah dilakukan pengusangan cepat menggunakan
12% etanol. ... 102
89.Deskripsi varietas Numbu. ... 103
90.Deskripsi varietas Keller. ... 103
Moto
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
Semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
Aku Persembahkan karyaku ini kepada
Kedua orangtuaku
Bapakku Marudut Sinaga dan Mamaku Rospita Simarmata
yang mencurahkan doa, kasih sayang, motivasi, kesabaran, didikan dan nasehat selama ini.
Saudara kandungku
Kak Yuli, Adik Devi dan Gita
Terimakasih atas dukungan, perhatian dan kasih sayangnya sampai saat ini.
Sahabatku yang setia disaat suka maupun duka Terimakasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan doa
yang telah diberikan selama ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Baktirasa Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan Pada tanggal 27 september 1992 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marudut Sinaga dan Ibu Rospita Simarmata.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Utama Bakti Sragi pada tahun 1998. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 1 Baktirasa, Sragi Lampung Selatan. Penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Pertama di SMPN II Sragi Lampung Selatan pada tahun 2007. Pada tahun 2010, penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMAN I Kalianda
Lampung Selatan dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas
Lampung sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama di bangku kuliah, penulis tergabung sebagai anggota aktif POMPERTA (Persekutuan Oikumene Mahasiswa Pertanian) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKMK). Pada Tahun 2013, penulis pernah mengikuti Praktik Umum di PT.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku pembimbing pertama atas ide, motivasi, bimbingan, perhatian serta kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhamad Kamal, M.Sc., selaku pembimbing kedua atas saran, motivasi, bimbingan serta kesabaran yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai;
3. Bapak Dr. Agustiansyah, SP.,M.Si., selaku dosen penguji atas saran, kritik, pengarahan dan motivasi kepada penulis;
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Jamalam Lumban Raja, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas nasehat, perhatian serta motivasi yang diberikan kepada penulis; 5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Program Studi
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian atas segala bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan;
8. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membaca dan penulis berharap semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bandar Lampung, Desember 2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010) melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat 1,48 % sejak tahun 2000. Dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Usaha peningkatan produksi pangan terus dilakukan dan salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah pangan adalah dengan diversifikasi pangan.
Berkaitan dengan program diversifikasi pangan di Indonesia, sorgum merupakan serealia yang potensial untuk digunakan sebagai substitusi beras karena
kandungan gizinya setara (Sirrapa, 2003). Namun demikian di Indonesia, sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang pengembangannya tidak sebaik tanaman pangan lainnya seperti padi dan jagung. Padahal tanaman ini memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan secara komersial di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kondisi agroekologis yang mendukung serta ketersediaan lahan yang cukup luas.
Salah satu cara peningkatan produktivitas sorgum dapat ditempuh melalui
2
yang optimal dapat diperoleh dengan menentukan kerapatan tanam yang optimal. Pengaturan kerapatan tanam dilakukan dengan cara menanam dengan jarak tanam yang berbeda dan melalui manipulasi jumlah benih per lubang dengan jarak tanam tetap. Penentuan kerapatan tanam yang tepat umumnya bertujuan untuk
meningkatkan produksi sorgum. Sebetulnya, kerapatan yang tepat juga bisa mendapatkan benih yang bermutu karena produksi benih berlangsung pada tingkat kompetisi antar tanaman yang rendah.
Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil suatu tanaman, sehingga benih memiliki peranan yang sangat penting dalam proses produksi tanaman. Benih bermutu merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, seperti daya berkecambah, viabilitas, vigor dan daya simpan. Mutu benih terdiri dari mutu fisik, fisiologi dan genetik (Sadjad, 1993).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan vigor dan viabilitas benih adalah kondisi lingkungan selama perkembangan benih di lapangan. Faktor-faktor yang mencakup lingkungan tersebut antara lain ketersediaan unsur hara, cahaya, suhu dan air. Perbedaan kerapatan tanam secara langsung akan menyebabkan
persaingan tanaman dalam menggunakan faktor lingkungan yang ada tersebut. Hal ini juga akan mempengaruhi mutu benih yang akan dihasilkan oleh tanaman induk.
3
ini dapat terjadi karena sifat genetik dari setiap varietas berbeda sehingga dapat membedakan mutu dari setiap benih.
Metode pengusangan cepat kimiawi dengan etanol merupakan salah satu cara yang dapat mengungkapkan daya simpan dugaan dari suatu lot benih. Dengan metode pengusangan ini, benih diperlakukan dengan larutan etanol dengan konsentrasi yang berbeda sehingga benih akan mengalami kemunduran mutu dengan cepat seperti halnya kemunduran mutu benih oleh periode waktu alamiah yang relative lama.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah jumlah tanaman per lubang yang berbeda dapat mempengaruhi vigor benih tanaman sorgum ?
2. Apakah varietas yang berbeda memberikan pengaruh terhadap vigor benih tanaman sorgum ?
3. Apakah pengaruh dari jumlah tanaman per lubang yang berbeda terhadap vigor benih tanaman sorgum juga dipengaruhi oleh perbedaan varietas?
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh jumlah tanaman per lubang terhadap vigor benih sorgum yang dihasilkan,
4
3. Mengetahui pengaruh jumlah tanaman per lubang terhadap vigor benih dari setiap varietas sorgum.
1.3 Kerangka Pemikiran
Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum relatif tahan terhadap kekeringan. Namun demikian
pengembangan sorgum tidak sebaik tanaman pangan lainnya. Padahal kondisi lingkungan di Indonesia cukup sesuai untuk pengembangan tanaman sorgum. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman sorgum yaitu pola pertanamannya yang belum optimal (Sirrapa, 2003).
Kerapatan tanam bisa dimanipulasi dengan pengaturan jarak tanam dan atau jumlah tanaman per lubang. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman sorgum salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas. Menurut Irfan (1999), peningkatan tingkat kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanam dan juga bisa menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh antar tanaman yang terlalu tinggi.
5
lapangan. Mutu fisiologis merupakan salah satu kriteria mutu benih yang
mencakup viabilitas dan ketahanan simpan benih. Mutu fisiologis benih berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih yang didalamnya terdapat aktivitas enzim, reaksi-reaksi biokimia serta respirasi benih.
Salomao (2002) mengemukakan barfcddhwa mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta
kemurnian benih. Mutu benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih.
Penerapan teknologi budidaya tanaman yang tepat sangat membantu proses pemenuhan kebutuhan tanaman selama fase pertumbuhannya sehingga hasil tanaman selama fase pertumbuhannya sehingga hasil tanaman optimal dan benih yang dihasilkan bias bermutu. Pengaturan jarak tanam atau jumlah tanaman per lubang yang tepat bias mengurangi kompetisi antar tanaman sehingga tanaman bias memanfaatkan sumberdaya lingkungan (cahaya, air, unsur hara dan udara) sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, perbedaan jarak tanam dan populasi tanaman bias berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang selanjutnya bias berdampak pada kualitas benih yang dihasilkan (Gardner, dkk., 1991).
6
yang membedakan respon terhadap penyerapan unsur hara. Penggunaan tiga jenis varietas yang berbeda akan menunjukkan mutu benih yang berbeda.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Jumlah tanaman per lubang yang berbeda akan menyebabkan perbedaan vigor benih tanaman sorgum yang dihasilkan.
2. Varietas berbeda akan menyebabkan perbedaan vigor benih tanaman sorgum yang dihasilkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum
Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum, dan lain-lain. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sorgum dikenal dengan nama jagung cantel, sedangkan di Jawa Barat dikenal dengan nama jagung cantrik‘ dan batara tojeng
di Sulawesi Selatan (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).
Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor L Moench termasuk ke dalam:
Genus : Andropogon Ordo : Poales
Kelas : Monokotiledon Divisi : Spermatophyta Subdivisi : angiospermae Subkingdom : Tracheobionta Kingdom : Plantae
Tanaman sorgum setidaknya memiliki 30 spesies, namun yang sangat umum dibudidayakan meliputi tiga spesies, yaitu Sorghum helepense (L.) Pers., Sorghum propinquum (Kunth) Hitchc., dan Sorghum bicolor (L.) Moench. (House, 1985).
8
di dunia adalah S. bicolor (L.) Moench. Penyebaran spesies ini meliputi seluruh dunia yang dikembangkan sebagai tanaman pangan, pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri (House, 1985).
Bunga sorgum tersusun dalam bentuk malai dengan banyak bunga pada setiap malai sekitar 1500-4000 bunga. Bunga sorgum akan mekar teratur dari 7 cabang malai paling atas ke bawah. Malai sorgum memiliki tangkai yang tegak atau melengkung, berukuran panjang atau pendek dan berbentuk kompak sampai terbuka. Tanaman sorgum merupakan tanaman menyerbuk sendiri dengan peluang menyerbuk silang sekitar 6%. (Poehlman dan Sleper, 1995).
Biji sorgum berbentuk bulat, dengan ukuran 4-8 mm. Diantara kulit
(pericarp) dan endosperm dilapisi oleh lapisan testa dan aleuron. Lapisan testa termasuk pada bagian perikarp dan lapisan aleuron termasuk pada
bagian dari endosperm. Komposisi bagian biji sorgum terdiri atas kulit luar 8%, lembaga 10% dan endosperm 82%. Warna biji sorgum sangat bervariasi mulai dari putih, kuning, merah, coklat dan ungu. Warna biji dipengaruhi oleh warna dan ketebalan kulit (pericarp), terdapatnya testa serta tekstur dan warna
endosperm (Hahn dan Rooney, 1985).
2.2 Kerapatan Tanam
9
tanaman terlalu rapat atau populasi terlalu tinggi, kompetisi antar individu juga diikuti dengan penurunan hasil panen per hektar. Selanjutnya jika jarak tanaman terlalu renggang banyak ruang kosong diantara tajuk tanaman (Sugito, 1999).
Peningkatan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat kerapatan tanam. Untuk meningkatkan hasil biji tanaman salah satunya adalah dapat dilakukan dengan penambahan tingkat kerapatan tanaman per satuan luas. Peningkatan tingkat kerapatan tanam persatuan luas sampai suatu batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanaman akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh sehingga akan mengurangi jumlah biji pertanaman (Irfan, 1999).
Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relative kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum (Effendi, 1999).
10
penambahan kerapatan tanam maka meningkatkan persaingan antar tanaman (Farnham, 2001).
2.3 Varietas Tanaman Sorgum
Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu denganpenggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih intensif dan perhatian serius serta kondisi lahan yang optimal. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam
deskripsi maka perolehanvarietas unggul harus sesuai 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi,dan tepat harga). Varietas numbu, keller dan Wray merupakanvarietas sorgum manis (sweet sorghum). Jenis sorgum manis
merupakan sorgum yang dipanen biji-bijinya dan batangnya untuk pakan ternak dan pembuatan sirup (Gani, 2000).
2.4 Benih bermutu
11
berikutnya atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman (Sutopo, 2010).
Mutu benih meliputi mutu fisik,fisiologis, dan mutu genetik. Mutu fisik meliputi: (1) kebersihan benih dari kotoran fisik dan campuran biji-biji pecah atau biji tanaman lain, (2) penampilan benih (ukuran benih) dan warna kulit benih. Mutu fisiologis dilihat dari kemampuan benih untuk tumbuh normal dalam kondisi yang serba normal pula. Sedangkan mutu genetik yaitu benih yang jelas dan benar identitas genetiknya, serta tidak terdapat campuran varietas lain (Sadjad, 1993).
Benih bermutu dihasilkan oleh produsen melalui prosedur produksi benih yang berawal dari persiapan lahan yang menjamin bebas dari kontaminasi genetik, Penyediaan benih sumber yang dijamin mutunya (di lapangan dan pengujian laboratorium), sampai dengan pengolahan benih setelah dipanen, dan
penanganannya (handling) hingga di tangan konsumen (Sadjad 1994).
12
optimum. Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal (Sutopo, 2010).
Menurut Sutopo ( 2010), dalam mengetahui kemunduran dari suatu benih diperlukan uji tertentu yang bertujuan untuk mengetahui mutu dan kualitas dari suatu jenia atau kelompok benih. Sehingga dapat membantu dalam menentukan mutu fisik dan fisiologi suatu jenis atau kelompok benih.
Uji pengusangan dipercepat tergolong dalam metode uji vigor benih dengan lingkungan sub optimum, sebelum benih dikecambahkan. Pengusangan benih dengan alkohol dapat digunakan untuk menguji kemunduran benih akibat
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Waktu pelaksanaan pada bulan Mei hingga November 2013.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pupuk Urea, SP36, dan KCl, benih tiga varietas sorgum (Numbu, Keller, dan Wray) yang dipanen pada tanggal 21 September 2013, larutan Etanol 70%, akuades, kertas merang dan plastik.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat pengolah tanah, golok, sabit, carter, ember, gayung, alat penyedot air, selang, label sampel, gunting, millimeter blok, germinator, mistar, gelas ukur,karet gelang, timbangan elektrik, moisture tester, oven, dan alat tulis.
14
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (4x3) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah jumlah tanaman per lubang dan faktor kedua adalah varietas tanaman sorgum. Kerapatan tanam dibagi menjadi empat taraf, yaitu satu, dua, tiga, dan empat tanaman/ lubang tanam. Varietas yang digunakan ada tiga, yaitu Numbu, Keller, dan Wray.
Kombinasi perlakuan berjumlah 12 dan diulang 3 kali , kelompok sebagai ulangan, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Tiap satu satuan percobaan menggunakan lahan seluas 16 m2. Homogenitas ragam antarperlakuan diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data di uji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi ini terpenuhi, dilanjutkan dengan analisis ragam. Perbedaan nilai tengah
antarperlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 0,01.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini, benih diperoleh dari penelitian sebelumnya yang ditanam di lahan BPTP Unit Percobaan Natar Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Penanaman dimulai sejak bulan Mei – September 2013 dengan jarak tanam 80 x 20. Petak yang dibuat berukuran 4 m x 4 m dengan jarak antar petak satu meter sehingga percobaan ini terdiri dari 36 petak .
15
dalam tanah, agar tanaman tidak kekurangan air dan untuk membantu proses fotosintesis dan masa pembuahan.
Pemanenan dilakukan ketika biji tanaman sudah pada kondisi masak fisiologis. Pemanenan dilakukan pada tanggal 21 September 2013. Pemanenan dilakukan dengan memotong pada pangkal malai tanaman sorgum masing-masing
perlakuan. Dipilih benih yang terbaik dari masing-masing plot.
3.4.1 Pengujian Mutu Benih
1. Penyiapan Benih
Benih diperoleh dari hasil budidaya sorgum yang telah dipanen. Benih tersebut dipanen dari seluruh satuan percobaan pada bulan September dan setelah dipanen dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar air mencapai 11-12% selama 2 minggu.
2. Penyiapan Media Perkecambahan
Media tumbuh yang digunakan adalah kertas merang yang telah dilembabkan dengan air. Kertas merang yang dicelupkan dalam air lalu ditiriskan hingga air berhenti menetes. Setiap percobaan menggunakan 3 lembar kertas merang
dibawah dan 2 lembar untuk tutupnya berukuran 30 cm x 20 cm . Plastik lembaran ukuran 35 cm x 25 cm disiapkan untuk alas dari kertas merang tersebut.
3. Perlakuan Benih dengan Metode Pengusangan Cepat Menggunakan Larutan Etanol
16
Pembuatan larutan etanol digunakan untuk pengujian benih dengan metode pengusangan cepat dengan konsentrasi etanol yaitu 0%, 8% dan 12%. Penentuan konsentrasi etanol didasarkan oleh hasil dari pra penelitian yang dilakukan sebelum penelitian utama dilakukan. Penggunaan etanol 0% menggambarkan kondisi vigor awal benih yang tinggi dan belum melalui masa penyimpanan dan ditanam pada kondisi yang optimum, konsentrasi 8% etanol menggambarkan kondisi benih setelah melalui proses periode simpan dan konsentrasi 12% etanol menggambarkan kondisi benih yang dikecambahkan pada kondisi sub optimum dengan kondisi cadangan pada benih mulai menurun. Larutan etanol dibuat dengan cara mengencerkan etanol 70% dengan air dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
V1M1=V2M2 Keterangan:
V1 = Volume larutan etanol konsentrasi awal
V2 = Volume larutan etanol dengan konsentrasi akhir
M1 = Konsentrasi etanol awal
M2 = Konsentrasi etanol akhir
b. Penderaan benih dengan etanol
Penderaan benih dilakukan dengan cara mengimbibisikan benih dengan larutan etanol yaitu dengan meletakkan benih pada gulungan kertas merang lembab etanol selama 24 jam. Penderaan benih tanpa perlakuan pengusangan cepat dilakukan pada tanggal 26 Oktober 2013, penderaan benih dengan perlakuan etanol
17
c. Pengecambahan Benih
Benih sorgum yang telah didera dengan larutan etanol dikecambahkan pada kertas merang lembab air. Pengujian perkecambahan dilakukan dengan uji kecepatan perkecambahan (UKP) dan uji keserempakan perkecambahan (UksP).
3.5 Peubah Pengamatan
3.5.1 Uji Kecepatan Perkecambahan (UKP)
1. Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan diukur melalui UKP menggunakan metode UKDdp. Pengukuran dilakukan pada hari kedua sampai hari ketujuh. Kriteria benih yang berkecambah normal adalah tajuk sudah melebihi ukuran panjang benih atau sekitar 1 cm dan memiliki akar primer. Rumus menghitung kecepatan perkecambahan benih :
∑
keterangan : KP = Kec. Perkecambahan benih
Pi = Pertambahan persen perkecambahan dari hari ke i-1 sampai hari ke i
Ti = jumlah hari setelah tanam pada pengamatan hari ke i
18
Kecambah normal total adalah semua kecambah yang tumbuh sejak pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-7 dari Uji Kecepatan Perkecambahan. Persen kecambah normal total (KNT) adalah
∑
Keterangan: KNT = persen kecambah normal total
KNi = % kecambah normal yang diperoleh pada pengamatan hari ke-i setelah tanam
4 Benih Mati (BM)
Benih-benih yang tidak berkecambah setelah ditanam pada kertas merang dan benih yang busuk sebelum berkecambah merupakan benih mati. Persentase benih mati diukur melalui uji kecepatan perkecambahan (UKP) benih. Pengamatan dilakukan pada akhir periode pengamatan.
3.5.2 Uji Keserempakan Perkecambahan
1. Kecambah Normal Kuat (KNK)
Kecambah normal kuat dihitung sebagai persentase normal kuat dari seluruh benih yang ditanam pada uji keserempakan perkecambahan. Pengamatan dilakukan pada 6 x 24 jam setelah tanam. Kriteria KNK yaitu panjang tajuk kecambah kecambah kecambah normal dan panjang akar primer lebih dari 2 cm. Rumus persentase KNK adalah:
19
Keterangan:
KNK=Kecambah normal kuat
50 = Jumlah benih yang ditanam dikertas merang dalam 1 perlakuan
2. Kecambah Normal Lemah (KNL)
Kecambah normal lemah dihitung dari jumlah kecambah normal lemah yang muncul pada saat pengujian keserempakan dan dinyatakan dalam persen. Kriteria kecambah normal lemah adalah dengan panjang akar primer dan panjang tajuk kecambah kecambah kecambah normal kurang dari 2 cm.
3. Panjang Kecambah Normal (PKN)
Panjang kecambah normal diukur dengan menjumlahkan panjang akar dan panjang tajuk kecambah kecambah. Panjang kecambah normal adalah rata-rata panjang kecambah normal dari semua kecambah normal pada masing-masing ulangan.
4. Panjang tajuk kecambah (PTK)
20
5. Panjang Akar Primer (PAP)
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Populasi jumlah tanaman per lubang menyebabkan perbedaan vigor benih sorgum yang dihasilkan.
2. Perbedaan varietas juga menyebabkan perbedaan vigor benih sorgum.
3. Pengaruh interaksi jumlah tanaman per lubang dan varietas terhadap vigor benih sorgum terjadi pada pengusangan cepat dengan etanol 8%. Secara konsisten perbedaan vigor benih varietas Numbu, Keller dan Wray terjadi pada populasi 4 tanaman per lubang yang ditunjukan oleh persentase kecepatan perkecambahan, kecambah normal total dan benih mati.
5.2 Saran
49
50
PUSTAKA ACUAN
Alsabah, R. 2014. Akumulasi Bahan Kering Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk. Diakses dari www.sp2010.bps.go.id pada tanggal 01 November 2013
Effendi, S. 1997. Bercocok Tanam Jagung. CV Yasaguna, Jakarta. 95 hlm Farnhamm, D.E. 2001. Row Spacing, Plant Density, and Hybrid Effects on Corn
Grain Yield and Moisture. J. Agron. 93: 1049-1053
Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul. Lembar Informasi Pertanian (Liptan), Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Mataram.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Physiology ofof Crop Plant (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih Bahasa oleh HerawatiSusilo). Jakarta : University of Indonesia Press
Hahn, D. H., L. W. Rooney, dan C. F. Earp. 1984. Tannins and Phenols of Sorghum. Cereal Food World 29: 776-779.
House, L.R. 1985. A guide to Sorghum Breeding. 2nd Ed. International Crops Research Institute ffor Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206 p. Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pengolahan
Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. 115 hlm.
Justice, O.L,. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja Grafindo Persada . Jakarta. 446 hlm.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi benih : Pengolaan Benih dan tuntutan Praktikum. PT Rineka Cipta. Jakarta. 188 hlm
51
Mugnisjah, W,Q., A. Setiawan, Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Grafindo Persada. Jakarta. 204 hlm
Nurfaidah, 2012. Budidaya Sorgum .Masagena Press. Makasar. 88 hlm.
Pithaloka, S. A. 2014. Pengaruh Kerapatan Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench). Skripsi.Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Pian, Z. A. 1981. Pengaruh Uap Etil Alkohol Terhadap Viabilitas Benih Jagung (Zea mays L.) dan Pemanfaatan untuk Menduga Daya Simpan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. 222 hlm
Poehlman, J. M. and D. A. Sleper, 1995. Beerding Field Crops. Pamina Publishing Corporation. New Delhi.
Pramono, E. 2009. Daya Simpan Dugaan 90% (DSD-90) dari Intensitas Pengusangan Cepat Kimiawi dengan Uap Etanol (IPCKU) Pada Benih Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Unila. 7 hlm
Rambitan, V. M. M. 2003. Pertumbuhan dan hasil empat kultivar jagung semi (baby corn) dengan berbagai populasi tanaman pada Inceptisols Jatinangor. Jurnal Agroland (10): 100-120
Sadjad, S. 1993. Kuantitas Metabolisme Benih. Rasindo. Bogor. 145 hlm.
Sadjad, S.,E. Murniati, dan S. Ilyas. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. PT Grasindo Bekerja sama dengan PT Sang Hyang Seri. Jakarta. 286 hlm Saenong, S. 1986. Pengaruh Vigor Benih Terhadap Vigor Tanaman di Lapangan
dan Daya Simpan Benih Jagung Tesis. Institut Pertanian Bogor. 200 hlm
Salomao, A. N. 2002. Tropical Seeds Species Responces to Liquid Nitrogen Exposu- re. Braz J. Plant Physiol. 14 : 133 – 138
Sirappa, M. P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Selatan
Sadjad S. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT. Grasindo. Jakarta
52
Sugito,Yogi.1999.Ekologi Tanaman.Fak.Pertanian.Universitas.Brawijaya.Malang. Sutopo, Lita. 2010. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Raja Grafindo
Persada Jakarta