HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SISWI KELAS 5 SD YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH
MEDAN
Oleh:
MUKHAMAD FARIED 110100351
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SISWI KELAS 5 SD YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH
MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH Oleh:
MUKHAMAD FARIED 110100351
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Asupan nutrisi yang tidak memadai telah diakui sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi di sekolah. Terutama pada negara – negara berkembang masalah gizi dan prestasi belajar telah menjadi masalah yang tetap terjadi setiap tahunnya. Hubungan nutrisi dengan kerja otak juga telah diakui berkaitan sangat erat.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik pada siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan subjek penelitian sebanyak 67 orang responden. Responden diambil dengan menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh siswa dan siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Berdasarkan data yang diperoleh keseluruhan responden yang mendapat nilai cukup sebanyak 25 orang (37,3%), 8 orang (11,9%) dengan status gizi normal dan 17 orang (25,4%) malnutrisi. Responden yang mendapat nilai baik berjumlah 32 orang, 14 orang (20,9%) dengan status gizi baik, 28 orang (41,8%) malnutrisi.
Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai p = 0,911 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik pada siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
ABSTRACT
Nutrition, or the lack of it, has been recognized as an important factor that cause poor school achievement. Especially in the developing country, the problem about nutrition and school achievement has become a problem that happen frequently every year. Relation between nutrition and cognitive also has been recognized have a very tight connection.
The aim of this study is to find relation between nutritional status and academic achievement in 5 grade elementary student Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
This is a decript – analytic study with the subject that consist of 67 subject. Subject has been choosen with total sampling method, that consist all the students at 5 grade elementary school Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
According to the data obtained, the subject that have poor school achievement is 25 person (37,3%), 8 person (11,9%) with normal nutritional status and 17 person (25,4%) malnutrition. Subject that having a good school achievement is 32 person, 14 person (20,9%) with good nutritional status, and 28 person (41,8%) malnutrition.
The result of this study is with p = 0,911, so it can be conclude that there is no relation between nutritional status and academic achievement in the student of 5 grade elementary shool Yayasan Pendidikan Shafiyatul Amaliyyah Medan.
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling tepat untuk diucapkan selain puji dan syukur kehadirat Allah swt. Karena dengan rahmat, taufik, dan karunia-Nyalah penulis telah dapat menyelesaikan penelitian ini. Kemudian, selawat dan salam diucapkan kepada Nabi Besar Muhammad saw yang telah membawa umat-Nya dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan.
Karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Siswi Kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan” penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian ini dapat terwujud karena adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, terutama dr. Hendri Wijaya, M.Ked(Ped), SpA. selaku pembimbing dan juga dr. T. Ibnu Alferally, Sp.PA serta dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI selaku dosen penguji. Oleh karena itu, sewajarnyalah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih. Demikian pula halnya kepada Dekan Fakultas Kedokteran USU dan semua dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. Ucapan terima kasih teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda H. Afiffuddin Ibrahim, SE, MM., ibunda Hj. Elli Zuhaida, Spd, Mpd., dan Kepada kakak Elfithasari SE, Msi., Rizkiansyah ST, dan dr. Redha Dian Akbar, serta teman – teman yang telah memberikan doa, bantuan, dan motivasi baik berupa material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaian penelitian ini dengan baik.
Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca Amin.
Medan, 27 November 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... I ABSTRAK ... II ABSTRACT ... III KATA PENGANTAR ... IV DAFTAR ISI ... V DAFTAR TABEL ... VIII DAFTAR SINGKATAN ... IX DAFTAR LAMPIRAN ... X
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Gizi ... 4
2.1.1. Definisi Gizi ... 4
2.1.2. Klasifikasi Status Nutrisi ... 5
2.1.3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 6
2.1.4. Masalah Gizi Pada Anak Usia Sekolah ... 7
2.1.5. Pemeriksaan Antropometri ... 8
2.2. Belajar ... 10
2.2.1. Definisi Belajar ... 10
2.2.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFISINI OPERASIONAL ... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 17
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 17
3.3. Hipotesa ... 20
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1. Rancangan Penelitian ... 21
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4.1.1. Lokasi Penelitian ... 21
4.1.2. Waktu Penelitian ... 21
4.3. Populasi dan Sampel ... 21
4.3.1. Populasi ... 21
4.3.2. Sampel ... 22
4.3.3. Kriteria Inklusi ... 22
4.3.4. Kriteria Ekslusi ... 22
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 22
4.4.1. Data Primer ... 22
4.4.2. Data Sekunder ... 23
4.4.3. Instrumen Penelitian ... 23
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 23
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2. Karakteristik Individu ... 24
5.1.3. Hasil Pengukuran Antropometri ... 25
5.1.4. Prestasi Belajar ... 26
5.2. Pembahasan ... 5
5.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
6.1. Kesimpulan ... 31
6.2. Saran ... 31
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks.
5
Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin dan Umur. 24
Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Status Gizi.. 25
Tabel 5.3. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur. 25
Tabel 5.4. Distribusi Prestasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin.
26
Tabel 5.5. Distribusi Prestasi Belajar Berdasarkan Umur 27 Tabel 5.6. Hubungan status gizi dengan prestasi belajar
.
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat badan
CDC : Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion
cm : Centimeter
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Kg : Kilogram
LILA : Lingkar Lengan Atas
NCHS :National Center for Health Statistics
PB : Panjang Badan
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
TB : Tinggi Badan
UNICEF : United Nation Emergency Children’s Fund
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian
Lampiran 4. Data Induk
Lampiran 5. Hasil Ouput SPSS
ABSTRAK
Asupan nutrisi yang tidak memadai telah diakui sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi di sekolah. Terutama pada negara – negara berkembang masalah gizi dan prestasi belajar telah menjadi masalah yang tetap terjadi setiap tahunnya. Hubungan nutrisi dengan kerja otak juga telah diakui berkaitan sangat erat.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik pada siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan subjek penelitian sebanyak 67 orang responden. Responden diambil dengan menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh siswa dan siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Berdasarkan data yang diperoleh keseluruhan responden yang mendapat nilai cukup sebanyak 25 orang (37,3%), 8 orang (11,9%) dengan status gizi normal dan 17 orang (25,4%) malnutrisi. Responden yang mendapat nilai baik berjumlah 32 orang, 14 orang (20,9%) dengan status gizi baik, 28 orang (41,8%) malnutrisi.
Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai p = 0,911 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi akademik pada siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
ABSTRACT
Nutrition, or the lack of it, has been recognized as an important factor that cause poor school achievement. Especially in the developing country, the problem about nutrition and school achievement has become a problem that happen frequently every year. Relation between nutrition and cognitive also has been recognized have a very tight connection.
The aim of this study is to find relation between nutritional status and academic achievement in 5 grade elementary student Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
This is a decript – analytic study with the subject that consist of 67 subject. Subject has been choosen with total sampling method, that consist all the students at 5 grade elementary school Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
According to the data obtained, the subject that have poor school achievement is 25 person (37,3%), 8 person (11,9%) with normal nutritional status and 17 person (25,4%) malnutrition. Subject that having a good school achievement is 32 person, 14 person (20,9%) with good nutritional status, and 28 person (41,8%) malnutrition.
The result of this study is with p = 0,911, so it can be conclude that there is no relation between nutritional status and academic achievement in the student of 5 grade elementary shool Yayasan Pendidikan Shafiyatul Amaliyyah Medan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar, karena berpengaruh terhadap eksistensi dan kelangsungan hidup manusia. Manusia membutuhkan energi untuk keberlangsungan hidupnya. Energi ini diperoleh dari metabolisme nutrisi yang terdapat didalam bahan makanan. Tidak hanya menyediakan sumber energi, nutrisi juga dapat meningkatkan ketahanan tubuh dalam menghadapi penyakit (Cakrawati, 2012). Komunitas kesehatan dunia juga telah mengakui pentingnya makanan dan nutrisi dalam menjaga kesehatan tubuh (Raiten et al, 2011).
Gizi adalah asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan diet tubuh. Gizi baik adalah keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas fisik. Kurang gizi dapat menyebabkan berkurangnya kekebalan tubuh, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, serta mengurangi produktivitas (WHO, 2013).
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh UNICEF tahun 2013, Indonesia masih termasuk dalam 10 negara yang memiliki masalah gizi buruk pada anak. Dan menurut laporan dari RISKESDAS pada tahun 2013 Sumatera Utara memiliki prevalensi status gizi anak umur 5 – 12 tahun dimana sangat kurus sebanyak 3,6%, kurus 5,7%, normal 69,5%, lebih 12,1%, dan obesitas 9,1% (RISKESDAS, 2013).
Prestasi sekolah yang tidak memuaskan saat ini telah menjadi masalah global yang terjadi di negara – negara berkembang. Banyak hal menjadi penyebab prestasi yang tidak memuaskan di sekolah, termasuk didalamnya rendahnya kualitas tenaga pengajar, tidak tersedianya buku – buku teks pelajaran, rendahnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya pendidikan formal, dan tingkat kehadiran di sekolah yang rendah (Acham, 2012).
Asupan nutrisi yang tidak memadai baru – baru ini juga telah diakui sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi di sekolah. Pada anak dengan defisiensi yodium misalnya, memiliki intelegensia yang lebih buruk dari pada anak yang mendapat asupan nutrisi yang memadai. Anak – anak dengan defisiensi besi juga mengalami penurunan pada beberapa aspek dari kemampuan mereka untuk belajar. Pada sebuah program pemberian sarapan di Kenya, didapatkan bahwa pada sekolah yang ikut berpartisipasi pada program kehadiran siswanya 35,9%, sedangkan pada sekolah yang tidak berpartisipasi kehadirannya hanya 27,4% (Acham, 2012). 1.2Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar dari siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
1.3Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar dari siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui status gizi dari siswa siswi kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
3. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar dari siswi kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini berguna untuk: 1. Bagi pemerintah Kota Medan
Mengetahui status gizi dan prestasi belajar pada siswa siswi kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Medan
Mengetahui dan meningkatkan prestasi belajar dari siswa siswi kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
3. Bagi orang tua
Menjaga pola asuh anak untuk meningkatkan status gizi dan prestasi dari siswa siswi kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
4. Bagi masyarakat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gizi
2.1.1. Definisi Gizi
Gizi adalah asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan diet tubuh. Gizi baik adalah keseimbangan antara asupan makanan dan aktivitas fisik. Kurang gizi dapat menyebabkan kekebalan tubuh berkurang, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, serta mengurangi produktivitas (WHO, 2013).
Gizi kurang didefinisikan sebagai asupan makanan yang tidak mencukupi dan menyebabkan terjadinya penyakit infeksi yang berulang. Dalam hal ini termasuk kurus untuk usia seseorang, terlalu pendek, dan kekurangan vitamin dan mineral (UNICEF, 2006).
Gizi lebih didefinisikan sebagai asupan nutrisi yang berlebihan atau makanan yang berlebihan dimana akhirnya mempengaruhi kesehatan yang dapat berkembang menjadi obesitas, yang meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang serius, termasuk penyakit jantung, hipertensi, kanker dan diabetes tipe 2 (UNITE FOR SIGHT, 2012).
2.1.2. Klasifikasi status nutrisi
Menurut DEPKES RI tahun 2010 kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori
Status gizi
Ambang Batas (z-score)
Berat Badan menurut Umur
(BB/U) 0 – 60 Bulan
Gizi Buruk < -3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih > 2SD
Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) 0 – 60
Bulan
Sangat Pendek < -3 SD
Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi > 2SD
Berat Badan menurut Panjang
Badan (BB/PB) atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB) Umur 0 – 60 Bulan
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) 0 – 60 Bulan
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) 5 – 18 Tahun
Sangat Kurus < -3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gemuk >1 sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber: Depkes RI 2013
2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi A. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan status gizi baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang hidup keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu – ibu akan mempunyai pengaruh terhadap keluarga (Markum, 1991).
4) Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).
B. Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain: 1) Usia
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin sepertinya mempengaruhi status nutrisi dari segi genetik (Felix, 2010).
3) Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesadaran mereka yang buruk. Bayi dan anak – anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
4) Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
2.1.4. Masalah gizi anak usia sekolah
Ada beberapa masalah gizi yang terjadi pada anak usia sekolah dalam buku Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan tahun 2012, antara lain:
1. Anemia defisiensi besi
Keadaan ini terjadi, karena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi terutama pada anak yang sering jajan sehingga mengendurkan keinginan untuk menyantap makanan lain (Adriani, 2012) 2. Penyakit Defisiensi Yodium
Salah satu gambaran penyakit kekurangan yodium adalah pembesaran kelenjer gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama ilmiahnya struma simpleks (Adriani, 2012).
Karies gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang terjadi pada gigi sulung memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya terus berlangsung sampai anak menjadi dewasa. Gigi yang berlubang akan menyerang gigi yang permanen bahkan sebelum gigi tersebut menembus gusi (Adriani, 2012).
4. Berat badan berlebih (Obesitas)
Jika tidak teratasi, berat badan berlebih akan berlanjut sampai remaja dan dewasa. Sama seperti pada orang dewasa, kelebihan berat badan terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Berbeda dengan dewasa, berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan berat selayaknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat badan terhadap tinggi badan kembali normal. Perlambatan ini dicapai dengan cara mengurangi makan dan memperbanyak olahraga (Adriani, 2012).
5. Berat Badan Kurang
Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan yang buruk. Sama seperti masalah kelebihan berat, langkah penanganan harus didasarkan kepada penyebab serta kemungkinan pemecahannya (Adriani, 2012).
2.1.5. Pemeriksaan antropometri
Ada beberapa dasar pengukuran tinggi dan berat badan, berdasarkan buku Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik tahun 2011, ukuran – ukuran yang lazim digunakan dalam menilai tumbuh kembang anak, antara lain:
1. Tinggi badan
Panjang badan diukur dengan menggunakan papan pengukur panjang untuk anak dibawah 2 tahun atau PB kurang dari 85 cm. Pengukuran panjang badan dilakukan oleh 2 orang pemeriksa. Pemeriksa pertama memposisikan sang bayi agar lurus dipapan pengukur sehingga kepala sang bayi agar lurus di papan pengukur sehingga kepala sang bayi menyentuh papan penahan kepala dalam posisi bidang datar. Pemeriksa kedua menahan agar lutut dan tumit sang bayi menempel dengan papan penahan kaki (Hendarto, 2011).
Untuk anak yang dapat berdiri tanpa bantuan dan kooperatif, tinggi badan diukur dengan menggunakan stadiometer, yang memiliki penahan kepala yang bersudut 90 terhadap stadiometer yang dapat digerakkan. Sang anak diukur dengan telanjang kaki atau dengan kaus kaki tipis dan dengan pakaian minimal agar pengukur dapat memeriksa apakah posisi anak tersebut sudah benar. Saat pengukuran sang anak harus berdiri tegak, kedua kaki menempel, tumit, bokong, dan belakang kepala menyentuh stadiometer, dan menatap kedepan pada bidang datar (Hendarto, 2011).
2. Berat badan
3. Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur dengan menggunakan pita pengukur fleksibel yang tidak dapat diregangkan. Panjang lingkar sebaiknya diambil dari lingkar maksimum dari kepala, yaitu diatas tonjolan supraorbital dan melingkari oksiput. Saat pengukuran harus diperhatikan agar pita pengukur tetap datar pada permukaan kepala dan paralel di kedua sisi. Pengukuran dicatat dengan ketelitian sampai 0,1 cm (Hendarto, 2011).
4. Lingkar lengan atas (LILA)
Untuk pengukuran LILA, anak harus berdiri tegak lurus dengan lengan dilemaskan disisi tubuh. Pita ukur yang fleksibel dan tidak dapat diregangkan diletakkan tegak lurus dengan aksis panjang dari lengan, dirapatkan melingkari lengan, dan dicatat dengan ketelitian sampai ke 0,1 cm. sebaiknya dilakukan 3 kali dan diambil nilai rata – ratanya (Hendarto, 2011).
5. Tebal lipatan kulit triseps (TLK)
Dalam mengukur TLK, seorang anak harus dalam posisi tegak dengan lengan disisi tubuh. TLK diukur di pertengahan lengan atas, tepat ditengah otot triseps di lengan bagian belakang (diukur dan diberi tanda sebelumnya). Pengukur mencubit lemak dengan ibu jari dan jari telunjuk, sekitar 1 cm diatas titik tengah yang telah ditandai, dan dengan menempatkan caliper pada titik yang telah ditandai. Empat detik kemudian, caliper dilepaskan, hasil pengukuran diambil lalu caliper dilepaskan. Pengukuran sebaiknya dilakukan 3 kali, lalu diambil rata – ratanya (Hendarto, 2011).
2.2. Belajar
2.2.1. Definisi Belajar
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003).
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman,1999). Dalam kegiatan pembelajaran, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut A.J. Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam – macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance) (Abdurrahman, 1999).
Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap – sikap baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik, 2005).
2.2.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Secara garis besar, Suryabrata (1989) menyatakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor – faktor yang berasal dari dalam diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor – faktor fisiologis
(b) faktor – faktor psikologis.
2. Faktor – faktor yang berasal dari luar diri pembelajar, yang meliputi: (a) faktor – faktor sosial
(b) faktor – faktor non sosial.
Faktor – faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar mencakup dua hal, yaitu:
1. Keadaan jasmani pada umumnya. Keadaan jasmani yang segar akan siap dan aktif dalam belajarnya, sebaliknya orang yang keadaan jasmaninya lesu dan lemas akan mengalami kesulitan untuk menyiapkan diri dalam melakukan aktifitas belajar.
Faktor – faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain mencakup: 1. Minat, adanya minat terhadap objek yang dipelajari akan mendorong
orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Karena minat merupakan komponen psikis yang berperan mendorong seseorarng untuk meraih tujuan yang diinginkan, sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati.
2. Motivasi, motivasi belajar seseorang akan menentukan hasil belajar yang dicapainya. Bahkan dua orang yang sama, namun memiliki motivasi belajar yang berbeda. Maslow (dalam Frandsen, 1961) mengemukakan motif – motif belajar itu ialah:
a. Adanya kebutuhan fisik
b. Adanya kebutuhan akan rasa aman
c. Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dari orang lain d. Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan
e. Adanya kebutuhan untuk aktualisasi diri
3. Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktivitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Orang berintelegensi rendah tidak akan mungkin mencapai hasil belajar yang melebihi orang yang berintelegensi tinggi.
4. Memori, kemampuan untuk merekam, menyimpan, dan mengungkapkan kembali apa yang telah dipelajari akan sangat membantu dalam proses belajar dan mencapai hasil belajar yang baik.
Faktor – faktor sosial yang mempengaruhi belajar merupakan faktor manusia baik manusia itu hadir secara langsung maupun tidak. Faktor ini mencakup:
1. Orang tua, diakui bahwa orang tua, fasilitas belajar yang disediakan, perhatian, dan motivasi merupakan dukungan belajar yang harus diberikan orang tua untuk kesuksesan belajar anak.
2. Guru, terutama kompetensi pribadi dan profesional guru sangat berpengaruh pada proses dan hasil belajar yang dicapai anak didik.
3. Teman – teman atau orang – orang di sekitar lingkungan belajar, kehadiran orang lain secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh buruk atau baik pada belajar seseorang.
Faktor – faktor non-sosial yang memengaruhi belajar merupakan faktor – faktor luar yang bukan faktor manusia yang memengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:
1. Keadan udara, suhu, dan cuaca. Keadaan udara dan suhu yang terlalu panas dapat membuat seseorang menjadi tidak nyaman belajar sehingga juga tidak mencapai hasil belajar yang maksimal.
2. Waktu. Sebagian besar orang lebih mudah memahami pelajaran di pagi hari dibanding siang dan sore hari.
3. Tempat. Seseorang biasanya sulit belajar ditempat yang ramai dan bising. 4. Alat – alat atau perlengkapan belajar. Dalam pembelajaran tertentu yang
memerlukan alat, belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika tanpa alat tersebut.
2.3. Nutrisi dan Kognitif
dalam hubungannya dengan gizi. Growden dan Wurtman (1980) mengemukakan bahwa otak tidak bisa lagi dipandang sebagai organ otonom, bebas dari proses metabolisme lainnya di dalam tubuh; sebaliknya, otak perlu dipengaruhi oleh asupan nutrisi, konsentrasi asam amino dan kolin (dalam darah) yang merangsang otak untuk membentuk banyak neurotransmiter seperti serotonin, asetilkolin, dopamin, dan norepinefrin. Asupan nutrisi sangat penting untuk otak, yang fungsinya untuk membentuk asam amino dan kolin dalam jumlah yang tepat. Asam amino dan kolin merupakan dua molekul prekursor yang diperoleh dari darah yang dibutuhkan bagi otak untuk berfungsi secara normal. Hal ini tidak mengherankan jika apa yang kita makan langsung mempengaruhi otak (Colby-Morley,1981).
Wood didalam Kretsch et al. (2001) menunjukkan kemungkinan lebih lanjut bahwa nutrisi memiliki peran dalam mempengaruhi fungsi kognitif. Penelitian telah dilakukan pada anak usia sekolah untuk melihat korelasi langsung antara gizi buruk dan prestasi sekolah yang menurun. Zat besi memainkan peranan penting dalam fungsi otak. Kretsch et al. mengutip hasil penelitian yang dilakukan pada pria berusia 27-47 dan terbukti bahwa zat besi mempengaruhi konsentrasi. Skor yang rendah pada tes konsentrasi sejalan dengan rendahnya zat besi yang ada dalam tubuh. Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara zat besi dengan konsentrasi anak; anak-anak dengan anemia defisiensi besi terbukti memiliki konsentrasi yang rendah. Kretsch et al. juga menemukan bahwa zinc adalah zat nutrisi lain yang ikut berperan dalam fungsi kognitif, khususnya memori. Dalam tes fungsi mental, peneliti menemukan bahwa kemampuan responden untuk mengingat kata - kata sehari - hari melambat secara signifikan setelah tiga minggu mengurangi konsumsi zinc (Wood, 2001).
tubuh, termasuk neurotransmitter pembawa pesan kimia yang membawa informasi dari satu sel otak ke sel-sel otak lainnya. Kurangnya protein, menyebabkan performa sekolah yang buruk dan menyebabkan anak-anak menjadi lesu, dan pasif, yang semuanya membantu mempengaruhi perkembangan sosial dan emosi anak.
Karbohidrat biasanya ditemukan dalam biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran. Karbohidrat dipecah menjadi glukosa (gula) sehingga dapat digunakan otak sebagai sumber energi. Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan seseorang merasa lebih tenang dan santai karena zat kimia otak yang disebut serotonin. Serotonin dibuat dalam otak melalui penyerapan dan konversi triptofan. Tryptophan diserap dalam darah dan penyerapan ini ditingkatkan dengan karbohidrat (Erickson, 2006).
Erickson juga menyebutkan bahwa lemak membentuk lebih dari 60% dari bagian otak dan bertindak sebagai kontrol aspek parsial contohnya suasana hati. Asam lemak omega-3 sangat penting untuk meningkatkan kinerja otak dan kurangnya lemak ini dapat menyebabkan depresi, memori lemah, IQ rendah, ketidakmampuan belajar, dan disleksia. Makanan penting untuk memastikan asupan asam lemak
Omega-3 adalah ikan tertentu dan kacang-kacangan (Erickson,2006). Erickson (2006) menyebut vitamin dan mineral sebagai zat penting untuk
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini tentang hubungan status gizi dengan prestasi belajar siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan ini diuraikan berdasarkan variabel yaitu hasil dari pengukuran antropometri dalam bentuk status gizi dan dihubungkan dengan prestasi belajar dari siswa siswi kelas 5 SD di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional 1. Berat badan
• Definisi: Berat badan adalah massa tubuh seseorang yang diukur dalam keadaan menggunakan pakaian seminimal mungkin yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
• Alat ukur: Timbangan berat badan merek SECA
• Pengukuran: Sebelumnya timbangan diatur terlebih dahulu sehingga menunjuk ke angka 0. Selanjutnya responden menggunakan pakaian seminal mungkin. Aksesoris dan benda yang ada di saku dikeluarkan terlebih dahulu
sebelum naik ke atas timbangan. Lalu pemeriksa melihat angka yang ditunjukkan oleh timbangan dan mencatatnya.
• Hasil ukur: Hasil ukur dicatat dengan ketelitian mencapai 0,1 dalam satuan Kilogram (kg).
• Skala ukur: skala ukur yang digunakan adalah skala rasio. 2. Tinggi Badan
• Definisi: Panjang tubuh seseorang yang diukur dari telapak kaki sampai puncak kepala pada posisi berdiri yang diukur dalam centimeter (cm).
• Alat ukur: Meteran tinggi badan yang terdapat pada timbangan merek SECA • Cara ukur: Responden diukur dengan telanjang kaki atau dengan kaus kaki
tipis dan dengan pakaian minimal agar pengukur dapat memeriksa apakah posisi anak tersebut sudah benar. Saat pengukuran anak harus berdiri tegak, kedua kaki menempel satu sama lain, dan menghadap kedepan. Lalu pemeriksa melihat angka yang ditunjuk oleh meteran.
• Hasil ukur: Hasil ukur dicatat dengan ketelitian mencapai 0,1 dalam satuan centimeter (cm).
• Skala ukur: Skala ukur yang digunakan adalah skala rasio. 3. Status Nutrisi
• Definisi: Keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan aktivitas
• Alat ukur: Grafik Pertumbuhan CDC-NCHS 2000 • Cara ukur:
1. Plot hasil penimbangan berat badan pada grafik CDC-NCHS 2000 sesuai jenis kelamin dan usia anak.
2. Plot hasil pengukuran tinggi badan sesuai jenis kelamin dan usia anak.
3. Proyeksikan titik tinggi badan aktual ke persentil 50 tinggi badan pada kurva 4. Proyeksikan titik persentil 50 tinggi badan ke grafik berat badan sehingga
5. Cari persentase dari berat badan aktual terhadap berat badan ideal.
6. Tentukan status gizi berdasarkan ketentuan dan berikan informasi/saran kepada orang tua.
• Hasil ukur:
Status nutrisi ditentukan dengan ketentuan eid index dari BB /TB : • Normal (gizi baik) : > 90 – 110 %
• Malnutrisi ringan : > 80 – 90 % • Malnutrisi sedang : > 70 – 80 % • Malnutrisi berat : < 70 %
• Overweight : >110 – 120 % • Obesitas : > 120 %
• Skala ukur: Skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal. 4. Prestasi Belajar
• Definisi: Hasil yang didapatkan setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama 6 bulan atau 1 semester. Pada penelitian ini dilihat nilai rata – rata yang diperoleh siswa pada semester 2 kelas 5 SD.
• Alat ukur: Rapor siswa
• Cara ukur: Melihat hasil belajar siswa pada semester 2 dan mengambil nilai rata – ratanya.
• Hasil ukur:
Penilaian Hasil Belajar Sangat Baik : 91 – 100 Baik : 75 – 90 Cukup : 60 – 74 Kurang : 40 – 59 Sangat Kurang : < 40
3.3. Hipotesa
Ho : Tidak ada pengaruh antara status gizi dengan prestasi belajar siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain penelitian
cross sectional.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, Sumatera Utara.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan. Akan dimulai pada bulan Juli – Desember 2014.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini dipilih secara total sampling dari kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan, sehingga didapatkan 76 sampel penelitian.
4.3.3. Kriteria Inklusi
1. Seluruh siswa dan siswa di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah kelas 5.
2. Aktif sebagai siswa siswi SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah. 4.3.4. Kriteria Eksklusi
1. Tidak adanya data mengenai anak tersebut. 2. Tidak bersedia sebagai responden.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pengukuran antropometri yaitu dengan menggukur tinggi badan dan berat badan lalu di proyeksikan ke tabel CDC-NCHS 2000. Setelah itu rapor prestasi belajar siswa diambil dari karu rapor siswa tersebut masing – masing.
4.4.1. Data Primer
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain, laporan suatu RS, sekolah, instansi, dll. Pengumpulan data dengan cara mengambil nilai rata – rata dari kartu rapor masing – masing siswa kelas 5 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
4.4.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah berat badan, tinggi badan, dan kurva CDC-NCHS 2000 di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah di Kota Medan. 4.5. Metode Analisa Data
4.5.1. Pengolahan data dan analisa
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, yang terletak di Jalan Setia Budi no. 191, Kecamatan Medan Sunggal, Medan.
5.1.2. Karakteristik Individu
[image:38.612.115.511.431.603.2]Penelitian dilakukan pada 67 orang siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Karakteristik yang diamati pada responden adalah jenis kelamin, umur, status gizi, dan prestasi belajar.
Tabel 5.1. Distribusi Jenis Kelamin dan Umur
n %
Jenis Kelamin
Laki – laki 39 58,2
Perempuan 28 41,8
Umur
10 tahun 8 11.9
11 tahun 55 82.1
12 tahun 4 6.0
Pada tabel 5.1 diatas dapat dijumpai sebagian besar responden didominasi oleh responden berumur 11 tahun yang berjumlah 55 orang (82,1%) dari jumlah keseluruhan data. Sedangkan umur 10 tahun berjumlah 8 orang (11,9%) dan umur 12 tahun berjumlah 4 orang (6 %) dari keseluruhan data.
[image:39.612.111.514.270.405.2]5.1.3. Hasil Pengukuran Antropometri
Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Terhadap Status Gizi. Status Gizi, n(%)
Malnutrisi berat Malnutrisi sedang Malnutrisi ringan
Normal Overweight Obesitas
Laki – laki 0 1 (1,5%) 3 (4,5%) 12 (17,9%) 6 (9%) 17 (25,4%)
Perempuan 0 0 3 (4,5%) 10 (14,9%) 4 (6%) 11 (16,4%)
Total 0 1 (1,5%) 6 (9%) 22 (32,8%) 10 (14,9%) 28 (41,8%)
Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dijumpai responden berjenis kelamin laki – laki yang memiliki status gizi malnutrisi sedang sebanyak 1 orang (1,5%), malnutrisi ringan 3 orang (4,5%), gizi normal 12 orang (17,9%), overweight 6 orang (9%), obesitas 17 orang (25,4%). Responden laki – laki yang memiliki status gizi malnutrisi berat tidak dijumpai, sedangkan pada responden perempuan dijumpai yang memiliki status gizi malnutrisi ringan sebanyak 3 orang (4,5%), gizi normal 10 orang (14,9%),
overweight 4 orang (6%), obesitas 11 orang (16,4%). Pada responden perempuan tidak dijumpai status gizi malnutrisi sedang dan malnutrisi berat.
Tabel 5.3. Distribusi Status Gizi Berdasarkan Umur Status Gizi, n(%)
Malnutrisi berat Malnutrisi sedang Malnutrisi ringan Gizi normal
Overweight Obesitas
[image:39.612.116.523.631.706.2]11 0 1 (1,5%) 5 (7,5%) 16(23,9%) 7 (10,4%) 26(38,8%)
12 0 0 1 (1,5%) 2 (3%) 1 (1,5%) 0
Total 0 1 (1,5%) 6 (9%) 22 (32,8%) 10 (14,9%) 28(41,8%)
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden dengan umur 10 tahun ditemukan sebanyak 4 orang (6%) memiliki status gizi normal, 2 orang (3%)
overweight, 2 orang (3%) obesitas. Pada responden umur 11 tahun ditemukan 1 orang (1,5%) dengan malnutrisi sedang, 5 orang (7,5%) malnutrisi ringan, 16 orang (23,9%) gizi normal, 7 orang (10,4%) overwight, 26 orang (38,8%) obesitas. Sedangkan pada responden dengan umur 12 tahun dijumpai 1 orang (1,5%) malnutrisi ringan, 2 orang (3%) gizi normal, 1 orang (1,5%) overweight.
[image:40.612.109.534.396.503.2]5.1.4. Prestasi Belajar
Tabel 5.4. Distribusi Prestasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Prestasi Belajar, n(%)
Sangat
Kurang
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Laki – laki 0 0 16 (23,9%) 20 (29,9%) 3 (4,5%)
Perempuan 0 0 9 (13,4%) 17 (25,4%) 2 (3%)
Total 0 0 25 (37,3%) 37 (55,2%) 5 (7,5%)
Tabel 5.5. Distribusi Prestasi Belajar Berdasarkan Umur Prestasi Belajar, n(%) Sangat
Kurang
Kurang Cukup Baik Sangat Baik
10 0 0 4 (6%) 4 (6%) 0
11 0 0 19 (28,4%) 31 (46,3%) 5 (7,5%)
12 0 0 2 (3%) 2 (3%) 0
Total 0 0 25 (37,3%) 37 (55,2%) 5 (7,5%)
Dari tabel 5.6 dijumpai pada kelompok responden berumur 10 tahun 4 orang (6%) memiliki nilai cukup, 4 orang (6%) nilai baik. Pada kelompok responden 11 tahun dijumpai 19 orang (28,4%) dengan nilai cukup, 31 orang (46,3%) dengan nilai baik, dan 5 orang (7,5%) dengan nilai sangat baik. Dan pada kelompok responden berumr 12 tahun dijumpai 2 orang (3%) dengan nilai cukup, 2 orang (3%) dengan nilai baik.
Tabel 5.6 Distribusi Prestasi Belajar berdasarkan Status Gizi Prestasi Belajar
Total
Cukup Baik Sangat Baik
Malnutrisi Berat 0 0 0 0
Malnutrisi Sedang 1 (1,5%) 0 0 1(1,5%)
Malnutrisi Ringan 2 (3%) 4 (6%) 0 6 (9%)
Normal 7 (10,4%) 13 (19,3%) 1 (1,5%) 21 (31,3%)
Overweight 5 (7,5%) 4 (6%) 2 (3%) 11 (16,4%)
[image:41.612.112.516.466.701.2]Total 25 (37,3%) 37 (55,2%) 5 (7,5%) 67 (100%)
Dari tabel 5.6 dapat dijumpai responden dengan status gizi malnutrisi sedang yang mendapat nilai prestasi cukup sebanyak 1 orang (1,5%). Pada responden dengan malnutrisi ringan dijumpai 2 orang (3%) dengan prestasi cukup dan 4 orang (6%) dengan prestasi baik. Responden dengan status gizi normal didapat 7 orang (10,4%) dengan prestasi cukup, 13 orang (19,3%) dengan prestasi baik, dan 1 orang (1,5%) dengan berprestasi sangat baik. Responden dengan status gizi overweight didapat 5 orang (7,5%) dengan prestasi cukup, 4 orang (6%) dengan prestasi baik, 2 orang (3%) dengan prestasi sangat baik. Pada responden dengan status gizi Obesitas didapat 10 orang (14,9%) berprestasi cukup, 16 orang (23,9%) berprestasi baik, 2 orang (3%) berprestasi sangat baik.
[image:42.612.109.528.422.691.2]5.1.5. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Tabel 5.7 Hubungan status gizi dengan prestasi belajar
Prestasi Belajar
*P
Cukup Baik Sangat Baik
n % N % n %
0,714
Malnutrisi Sedang 1 1,5 0 0 0 0
Malnutrisi Ringan 2 3 4 6 0 0
Normal 7 10,4 13 19,3 1 1,5
Overweight 5 7,5 4 6 2 3
Obesitas 10 14,9 16 23,9 2 3
Total 25 37,3 37 55,2 5 7,5
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan dari tabel 5.7 diatas, keseluruhan responden yang mendapat nilai cukup sebanyak 25 orang (37,3%), 1 orang (1,5%) dengan malnutrisi sedang, 2 orang (3%) dengan malnutrisi ringan, 7 orang (10,4%) dengan gizi normal, 5 orang (7,5%) dengan overweight, dan 10 orang (14,9%) dengan obesitas. Responden yang mendapat nilai baik berjumlah 37 orang, 4 orang (6%) dengan malnutrisi ringan, 13 orang (19,3%) dengan status gizi normal, 4 orang (6%) dengan overweight, 16 orang (23,9%) dengan Obesitas. Sedangkan responden yang mendapatkan nilai sangat baik berjumlah 5 orang, 1 orang (1,5%) dengan status gizi normal, 2 orang (3%) dengan overweight, 2 orang (3%) dengan obesitas.
Dengan menggunakan data dari tabel 5.7 diatas yang berupa status gizi dan prestasi belajar, dilakukan uji terhadap kedua data tersebut dengan menggunakan uji
chi-square. Hasil dari uji yang dilakukan didapatkan nilai p sebesar 0,714 dimana nilai ini melebihi nilai batas kemaknaan yang ditentukan yaitu sebesar p < 0,05. Sehingga, menyebabkan hipotesa nol diterima, yaitu tidak terdapat pengaruh antara status gizi dengan prestasi belajar siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Gizi adalah asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan diet tubuh (WHO,2013). Sedangkan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya (Cakrawati, 2012).
gizi malnutrisi ringan sebanyak 3 orang (4,5%), gizi normal 10 orang (14,9%),
overweight 4 orang (6%), obesitas 11 orang (16,4%).
Prestasi Belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman dalam Khodijah, 2014). Dalam proses belajar guru biasanya menetapkan hasil belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Pada penelitian ini didapat responden laki – laki yang memiliki nilai cukup berjumlah 16 orang (23,9%), 20 orang (29,9%) baik, dan 3 orang (4,5%) memiliki nilai sangat baik, Sedangkan pada responden perempuan didapatkan sebanyak 9 orang (13,4%) memiliki nilai cukup, 17 orang (25,4%) baik, dan 2 orang (3%) dengan nilai sangat baik. Dari data diatas dapat dijumpai total keseluruhan responden yang mendapat nilai cukup berjumlah 25 orang (37,3%), nilai baik berjumlah 37 orang (55,2%), dan sangat baik berjumlah 5 orang (7,5%).
Pada penelitian ini dijumpai responden dengan status gizi malnutrisi sedang yang mendapat nilai prestasi cukup sebanyak 1 orang (1,5%). Pada responden dengan malnutrisi ringan dijumpai 2 orang (3%) dengan prestasi cukup dan 4 orang (6%) dengan prestasi baik. Responden dengan status gizi normal didapat 7 orang (10,4%) dengan prestasi cukup, 13 orang (19,3%) dengan prestasi baik, dan 1 orang (1,5%) dengan prestasi sangat baik. Responden dengan status gizi overweight didapat 5 orang (7,5%) dengan prestasi cukup, 4 orang (6%) dengan prestasi baik, dan 2 orang (3%) dengan prestasi sangat baik. Pada responden dengan status gizi Obesitas didapat 10 orang (14,9%) berprestasi cukup, 16 orang (23,9%) berprestasi baik, 2 orang (3%) dengan prestasi sangat baik. Dengan menggunakan data tersebut kemudian dilakukan uji Chi-Square.
terdapat pengaruh antara status gizi dengan prestasi belajar siswa siswi kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian “hubungan status gizi dan jenis kelamin dengan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri 56 Kota Lubuk Linggau tahun 2013” oleh Yeni Elviani, “the role of adequate nutrition on academic performance of college students in North Tripura”
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Pada penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Siswi Kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan” didapat hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar.
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abudayya. A. et al. 2009. Diet, Nutritional Status and School Performance Among
Adolescents in Gaza Strip. Available from:
nutritional_status_and_school_performance_among_adolescents_in_gaza_stri p/links/0fcfd50f862e30c291000000 .
Acham, H. et al, 2012. Breakfast, Midday Meals and Academic Achievement in Rural Primary Schools in Uganda: implications for education and School health
policy. Coaction Publishing. Available from:
[Accessed 3 Desember 2014]
2014]
Adriani, M. dan Wirjatmadi, B., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Prenada Media Group.
Cakrawati, D. dan Mustika, N.H., 2012 Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan. Bandung: ALFABETA, cv.
Centers of Disease Control and Prevention, 2000. Growth Chart. Available from: May 2014]
Dahlan, M.S., 2012. Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.
Felix, M., 2010. Determinants of Child Nutritional Status in Zambia: An Analysis of
a National Survey.Available from
[Accessed 7 may 2014]
Goon, D.T. et al., 2011. Anthropometrically Determined Nutritional Status of Urban Primary School Children in Makurdi, Nigeria. Available from: Jihad, A. dan Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Solusindo. Khodijah, N., 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kuniasih, dedeh, dkk, 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Gramedia.
Mukhtar, Z., Haryuna, T.S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty, Zahara, D. 2011.
Desain Penelitian Klinis dan Statiska Kedokteran. Medan: Usu Press
Puryatni, A. dkk, 2011. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Raiten, D.J., 2011. Executive summary—Biomarkers of Nutrition for Development:
Building a Consensus. Available from:
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Status Gizi. Dinas Kesehatan Indonesia. Available from: Ross, A., 2010. Nutrition and Its Effects on Academic Performance, How Can Our
School Improve?. Available from:
[
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2011. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Sagung Seto. Accessed 25 June 2014]
Srivastava, A., Mahmood, S.M., Srivastava, P.M., Shrotriya, V.P., Kumar, B., 2012.
Nutritional Status of School-age Children – A Scenario of Urban Slums in
India. Available from:
http://www.archpublichealth.com/content/70/1/8
Unite for Sight, 2012. Hunger. Unite for Sight. Available from:
.[Accesed 5 May 2014]
United Nation Emergency Children’s Fund, 2013. Improving Child Nutrition, United Nation Emergency Children’s Fund. Availablefrom:
CURRICULUM VITAE
Nama : Mukhamad Faried
Tempar / Tanggal Lahir : Langsa / 25 September 1993
Agama : Islam
Alamat : Komplek TASBI blok MM no. 20
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al Azhar 1998-1999 2. SD N 1 Langsa 1999-2005 3. SMP N 1 Langsa 2005-2008
4. SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah 2008 - 2011
5. Universitas Sumatera Utara Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran 2011-Sekarang
Riwayat Pelatihan : -
LEMBAR PENJELASAN
Kepada Yth Bapak/Ibu,
Orang tua dari : ………..
Saya, Mukhamad Faried, adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Siswi Kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah ”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research Programme.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan prestasi belajar pada siswa siswi kelas 5 SD Shafiyyatul Amaliyyah Medan. Dimana responden akan terlebih dahulu diukur tinggi badan dan berat badannya, kemudian dilihat nilai rapor yang didapatkan pada semester 2 kelas 5 SD. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Jika Saudara/i bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelawan saudara.
Identitas pribadi sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, saudara dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya mengucapakan terima kasih
Medan, 25 Juni 2014 Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Umur :
Orang Tua dari :
Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Siswi Kelas 5 SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah ”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 25 Juni 2014 Hormat Saya,