IMPLEMENTATION OF GOVERNMENT REGULATION NUMBER 46 YEAR 2013 ON INCOME TAX (CASE STUDY ON UMKM LISTED IN OFFICE TAX PRATAMA CAPE
CORAL Bandar Lampung)
In Indonesia, UMKM play a role as a safety valve of the national economy, as well as being dinamisator economic growth. The fact that makes government gives space for UMKM to thrive. Therefore, was issued Law No. 20 of 2008 on Micro, Small and Medium Enterprises. Later that same year issued Law governing Income Tax, Law No. 36 Year 2008. In Article 31e of Law No. 36 of 2008 mentioned that the corporate taxpayer UMKM get the provision of facilities such as the reduction of tariffs by 25%.
In July of 2013 the government issued new regulations which PP 46 of 2013 on Income Tax for certain gross as the revision of Law No.36 of 2008, thus providing facilities to Article 31e of Law 36 does not apply anymore. PP46 is aimed at providing ease of administration for taxpayers UMKM, because tax rates are final, ie 1% of gross turnover particular.
Bandar Lampung is one town that does not escape from PP46 policy goals, but until now there are supporting theories. This type of research is descriptive qualitative approach.
In the study found that implementation of the PP46 in Bandar Lampung not running optimally due to socialization by the KPP Cape Coral has not been consistent and equitable to all UMKM registered in the KPP Tanjung Karang. In addition they found several obstacles, namely the lack of HR to implement the policy, there has been no specific SOP governing the implementation of the PP46 and the existence of some UMKM that refuse to implement the PP46. For that needed improvement and wider dissemination so that more UMKM are aware of the policies and their benefits PP46 so willing to carry out the implementation of the PP46 and PP46 inhibiting factor in Bandar Lampung can be minimized.
ABSTRAK
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN (STUDI KASUS PADA UMKM YANG TERDAFTAR DI KANTOR PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG BANDAR
LAMPUNG)
Di Indonesia UMKM memainkan peran sebagai katup pengaman perekonomian nasional, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi. Kenyataan tersebut membuat Pemerintah memberi ruang bagi UMKM untuk berkembang. Maka dari itu, diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kemudian pada tahun yang sama dikeluarkan Undang-Undang yang mengatur Pajak Penghasilan, yaitu UU No. 36 Tahun 2008. Pada Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008 disebutkan bahwa Wajib Pajak badan UMKM mendapatkan pemberian fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 25%.
Pada bulan Juli tahun 2013 pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu PP No.46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas bruto tertentu sebagai revisi dari UU No.36 Tahun 2008, dengan demikian pemberian fasilitas pada pasal 31E UU No.36 tidak diberlakukan lagi. PP46 ini bertujuan memberikan kemudahan pengadministrasian bagi Wajib Pajak UMKM, karena tarif pajak bersifat final, yaitu 1% dari peredaran bruto tertentu.
Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang tidak luput dari sasaran kebijakan PP46, namun sampai saat ini masih banyak UMKM yang tidak tahu akan adanya peraturan baru tersebut. Padahal PP46 banyak memberikan kemudahan bagi para wajib pajak UMKM.
Penelitian ini menitik beratkan pada permasalahan implementasi PP46 dalam upaya memberikan kemudahan pengadministrasian bagi Wajib Pajak UMKM di Kota Bandar Lampung. Dalam mengungkapkan permasalahan ini, peneliti menggunakan model implementasi yang dikembangkan oleh George Edward III dan beberapa teori penunjang lainnya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ditemukan bahwa implementasi PP46 di Kota Bandar Lampung belum berjalan maksimal karena sosialisasi yang dilakukan oleh pihak KPP Tanjung Karang belum konsisten dan merata ke seluruh UMKM yang terdaftar di KPP Tanjung Karang. Selain itu masih ditemukan beberapa hambatan, yaitu masih kurangnya jumlah SDM untuk melaksanakan kebijakan, belum ada SOP khusus yang mengatur pelaksanaan PP46 serta adanya beberapa pelaku UMKM yang menolak untuk melaksanakan PP46. Untuk itu diperlukan perbaikan dan sosialisasi yang lebih luas lagi agar semakin banyak UMKM yang mengetahui tentang Kebijakan PP46 beserta manfaatnya sehingga mau melaksanakan PP46 serta faktor penghambat implementasi PP46 di Kota Bandar Lampung dapat diminimalisir.
TANJUNG KARANG BANDAR LAMPUNG)
Oleh
Farah Mardhatila
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis bernama lengkap Farah Mardhatila lahir di Bandar
Lampung tanggal 10 November 1993. Penulis merupakan anak
pertama dari ke empat bersaudara dari pasangan Bapak
Thoharuddin, S.H dan Ibu Siti Fatimah.
Pendidikan yang telah penulis tempuh adalah Taman
Kanak-kanak Kautsar Bandar lampung pada tahun 1998-1999, Sekolah Dasar
Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 1999-2005, SMP Al-Al-Kautsar Bandar
lampung pada tahun 2005-2008 dan aktif di kegiatan OSIS dan Pramuka, SMA
Al-Kautsar Bandar lampung pada tahun 2008-2011 dan aktif di kegiatan OSIS
dan Basket. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswi jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
melalui jalur Mandiri.
Penulis pada tahun 2011 tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Administrasi
Negara (Himagara). Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata
Dengan menyebut nama Allah SWT
Dengan segala kerendahan hati kuucapkan syukur
atas karunia Mu kepadaku
Penulis dedikasihkan karya kecil ini untuk :
Kedua Orang Tua serta adik-adikku tercinta yang
selalu memberikan yang terbaik untukku, terima
kasih atas segala cinta, pengorbanan, kesabaran,
motivasi,keikhlasan dan do a yang tiada henti dalam
menanti keberhasilanku
Seluruh keluarga besarku, Sahabat ,
Temen-temenku, dan adik tingkat yang selalu
mendukungku.
Banyak KEGAGALAN dalamhidupinidikarenakan orang-orang
tidakmenyadaribetapadekatnyamerekadengankeberhasilansaatmerekamenyera
h.
(Thomas Alva Edison)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan di
lempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah
(Abu Bakar Sibli)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau telah berhasil melakukannya dengan baik.
Alhamdulillahirrabil’alamin segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala kehendak dan kuasa Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Implementasi
Kebijakan Perpajakan pada UMKM di Bandar Lampung (studi kasus Peraturan Pemerintah Nomor 46 (PP46) tahun 2013)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Pada kesempatan
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
antara lain :
1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Fery Triatmojo, S.A.N, M.PA. selaku dosen pembimbing kedua
penulis. Terimakasih bapak atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran
dan bimbingannya yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos. M.AP selaku dosen pembahas. Terima
kasih bapak atas arahan, saran, masukan, waktu, kesabaran yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos, M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik. Terimakasih ibu atas saran dan masukannya yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Nur selaku Staf Administrasi yang banyak membantu kelancaran
adminstrasi skripsi ini
8. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu
yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat
menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti ke depannya.
9. Pihak Kantor Wilayah DJP Bengkulu dan Lampung yang telah
memberikan izin melakukan penelitian.
10. Kantor Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung yang telah
memberikan izin dan meluangkan waktu kepada penulis untuk
diwawancarai. Trimakasih kepada Bapak Mokh. Solikhun, Bapak
11. Kepada UMKM-UMKM yang telah bersedia menjadi informan peneliti.
12. Keluargaku tercinta yang selalu mendoakan dan mendukungku. Bapak
dan Ibu yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat, motivasi dan
kerja kerasnya untuk membiayai anaknya agar menjadi lebih baik.
Makasih ibu yang selalu jadi penyemangat dan inspirasi dalam hidup ku
dan selalu mengingatkan untuk selalu dekat dengan Allah SWT dengan
rajin shalat, mengaji dan berdoa. Doakan slalu anakmu, insya allah saya
akan sukses dan dapat dibanggakan. Farras Mardathila, Afif Alwan dan
Dinda Mardhatila juga mba Prisyanti Winda Eka Lestari canda tawa kalian
membuatku semakin semangat miss you. Makasih ibu dan bapak sudah
menjadi orangtua yang baik dan menyayangiku serta mendoakan ku untuk
selalu lebih baik.
13. Rizky Anugerah Virgiawan terimakasih atas dukungan, saran, dan
semangatnya yang membantu penulis menyelesaikan skripsi.
14. Terimakasih untuk keluarga besarku spesial Mutiara Langit Pertiwi dan
semuanya yang tidak bisa disebutkan satu-satu.
15. Terima Kasih untuk Ridha Rachmatika yang selalu memberikan semangat
kepada penulis agar cepat menyelesaikan skripsi.
16. Terimakasih untuk sahabat-sahabat Cikole Dhia, Ditha, Tanty, Poppy
17. Terimakasih untuk temen terbaik penulis Renita, Danisa Inna Putrisia,
19. Semua angkatan ANE 011 faizal, Ria Eridanita Yasa, Riza Armelia, Lisa
Sagita, Sylvia, Okta, Octa , Ahmed, Akbar, Andi, Astri, Kartika, Hesty,
Seza, Eka, Deo, Ibnu, Kristi, Tiwi, Rendy, Ciko, Rinanda, Iid, Ade, Laras,
Cindy, Lili, Leni, Watik, Raras, Farah Anisa, Ririn, Ninda, Wulan, Nisa,
Tria, Iis, Bulan, Rio, Iksan, Widi, David, Devin, Menceng, Frendy, Fredy,
Kiyo, Leli, Juzna, Ayu, Fatma, Mut, Fitri, Manda, Popo, panggo, Rosyid,
Wahyu, Sigit, Novi Nurkholis, Toto, Esa, Rano, Yori, Novilia, Dayat,
Ellse, Doni, Filardis makasih atas motivasi dan dukungannya.
20. Terimakasih untuk temen-temen 2009 bang Adi Purnomo, bang
Agusetiawan, bang Dede, mba Widya, bang Fahmi, bang Guruh
21. temen-temen 2010 mba Lica, mba Erisa, mba Sari, mba Astria, mba Riska,
bang Fadri, mba Yulia, mba Ratna, mba Rahma, mba Bunga Mayang Sari,
mba Bunga Janati, mba Nurul, mba Putri, bang Ardiansyah, bang Woro,
bang begg, bang uyung, bang Ali, bang Satria, bang Aden, bang loy, mba
Nona, Mba Karina, bang Desmon.
22. temen-temen 2012 Bery Decky Saputra, Maya, Anisa Rachmawati, Umai,
Silvi, Rifki Cibi, Nyum, Endry, Firdaus, Akbar, Nadiril, Johansyah,
Ahmad Hamdani, Andre, Lianse, kiki Alfiansyah, Ramadanu, Rizky Uda,
Sherly, Suci, Iyaji, Erna, Yogi, Lena, Novi, Bayu, Bagus, Alga, Ali,
Dwini, Dewi, Stefani, Ikhwan, Dian, Ria, saiful, imam syafei, imam koi ,
Karina, mba Nana, kak Ade, kak Imam, Gusti, kak Fery, kak Nina, kak
Banda, kak Pandu, atu Sophie, eyang Masteguh, kanjeng Dila, om Yopie,
kak Ardika, kak Rara, kak Rully, kak Ucup, kak Nanda, kak Adam, mba
Eka, Kak Hendra, kak Erik, kak Derry, kak Yoga dan semua yang tidak
bisa di sebutkan satu- satu, makasih dukungannya.
24. Sahabatku Ratih Retno Murti dan Feby Amalia Saputri makasih dukungan
dan bantuannya.
25. Umaimah, Galuh Ajeng, Wahyu, Ricko, abang Ajin, Khumaira, Poppy,
Audi, Gita, Belle, Ratu, Fidya, Eva, Oyen, Dewa, Ena, Rina, Fajri, Rizal,
Ramanda makasih atas dukungan dan doanya
26. Keluarga Kantin Uye Andrean, Theo, Reza, Randy, Farid, Himawan,
Hendra, Bang Santos, Mba Ellse, adik Putri makasih atas doa dan
dukungannya
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin
Daftar Tabel
B. Tinjauan Implementasi Kebijakan publik ... 10
1. Konsep Implementasi Kebijakan... 10
2. Model Implementasi Kebijakan... 12
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan ... 17
C. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 ... 19
1. kriteria PP46 ... 19
D. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)... 20
1. Karakteristik UMKM ... 22
III. Metode Penelitian ... 24
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 24
B. Profil KPP Tanjung Karang Bandar Lampung ... 39
1. sejarah berdirinya KPP Tanjung Karang ... 39
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi hasil penelitian pelaksanaan kebijakan perpajakan pada UMKM di Bandar Lampung (studi kasus Peraturan Pemerintah Nomor 46(PP46) Tahun 2013) ... 54
1. Standar Operasional Procedure (SOP) ... 76
2. Fragmentasi ... 79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 80
a. Kesimpulan... 80
b. Saran... 82
Halaman
Halaman
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kerja KPP Tanjung Karang ... .. ... 44
Gambar 4.2 Peta Monografi Kerja KPP Tanjung Karang... ... 45
Gambar 5.1 Sosialisasi yang dilakukan KPP Tanjung Karang ... ... ... 58
Halaman
Tabel 4.1 Nama-nama Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung
dan Periode Jabatan ...38
Tabel 4.2 Data kecamatan per 31 Desember 2012 ... 46
Tabel 4.3 Distribusi Pegawai Berdasarkan Pendidikan ... 51
Tabel 4.4 Distribusi Pegawai Berdasarkan Pangkat/Golongan ... 51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu Negara dapat dikatakan mandiri jika membiayai pembangunannya sendiri.
Dalam hal ini pemerintah lah yang berperan untuk menghimpun pemasukan
Negara. Pemerintah terus berusaha melakukan kegiatan pembangunan nasional
secara bertahap yang bertujuan untuk mensejahterakan rakyat. Pembangunan
nasional yang dilakukan dapat berupa perbaikan sarana dan prasarana serta
infrastruktur publik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sumber dana
dalam negeri yang digunakan untuk membiayai pembangunan nasional berasal
dari sektor perpajakan. Waluyo (2011:2) menyatakan bahwa pajak merupakan
salah satu sumber pembiayaan Negara untuk membiayai pembangunan nasional
demi kepentingan bersama.
Pajak merupakan alat bagi pemeintah didalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari
masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban
warga negara berupa pengabdian serta peran aktif warga negara berupa
Peraturan-Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara. (Wiratni
Ahmadi,2006 : 10 ).
Jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia diantaranya adalah Pajak Penghasilan,
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Hiburan, Pajak
Hadiah dan lain-lain. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak penghasilan atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila
menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan disebut Wajib Pajak (WP). Salah satu WP yang
memberikan kontribusi dalam bidang perpajakan adalah Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM). Di Indonesia UMKM terbukti memainkan peran sebagai
katup pengaman perekonomian nasional pada masa krisis, serta menjadi
dinamisator pertumbuhan ekonomi pada masa pasca krisis.
Kenyataan tersebut membuat Pemerintah perlu memberi ruang bagi UMKM
untuk berkembang. Maka dari itu, diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Kemudian pada tahun
yang sama dikeluarkan Undang-Undang yang mengatur Pajak Penghasilan, yaitu
UU No. 36 Tahun 2008. Pada Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008 disebutkan
bahwa Wajib Pajak badan UMKM mendapatkan pemberian fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 25%.
Namun pada bulan Juli tahun 2013 pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu
PP No.46 tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas bruto tertentu, dengan
demikian pemberian fasilitas pada pasal 31E UU No.36 tidak diberlakukan lagi.
PP46 ini bertujuan memberikan kemudahan pengadministrasian bagi Wajib Pajak
UMKM, karena tarif pajak bersifat final, yaitu 1% dari peredaran bruto tertentu.
Peraturan Perpajakan yang baru ini memiliki kelebihan yaitu tarif yang dianut
lebih kecil dari tarif yang sebelumnya yaitu 1% dari omset. PP46 Tahun 2013
berlaku untuk Wajib Pajak orang pribadi atau Badan yang memiliki penghasilan
yang kurang dari 4,8 M terbatas pada penghasilan dari usaha. pemberlakuan
kebijakan ini tidak semata-mata untuk meningkatkan penerimaan negara. Namun,
juga untuk membantu UMKM. Sebab, pelaku UMKM yang dipungut pajak
nantinya mendapat nomor pokok wajib pajak (NPWP). NPWP inilah yang
selanjutnya bisa dimanfaatkan UMKM untuk mengakses permodalan melalui
kredit perbankan.
Sumber:http://www.pandupajak.org/pokok-pokok-aturan-pajak-penghasilan-dari-usaha-yang-memiliki-peredaran-bruto-tertentu/ (di akses pada 22
april 2014 pukul 11.40 )
Untuk lebih mengoptimalkan penerapan PP46 Tahun 2013 Direktorat Jendral
Pajak menjelaskan bahwa penyampaian pajak juga akan di permudah dengan
bantaun mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bekerja sama dengan bank-bank
yang ada seperti BRI, Bank Mandiri, ataupun BTN untuk mempermulus proses
pembayaran pajak. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan usaha terbaiknya
untuk meningkatkan jumlah penerimaan kas negara. Biaya yang rendah dan
memiliki NPWP maupun yang belum memiliki NPWP untuk segera
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Seperti pada kebanyakan kasus adanya perubahan juga menimbulkan pro dan
kontra. Niat baik pemerintah untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan
aturan perpajakan serta memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi
dalam penyelenggaraan negara sepertinya tidak disambut dengan baik oleh
masyarakat khususnya UMKM. Pemerintah berpendapat, bahwa adanya
perubahan tarif dan dasar perhitungan seharusnya sangat menguntungkan bagi
WP UMKM karena dapat memberi kemudahan dan penyederhanaan cara
pembayaran pajak. Pada kenyataan di lapangan, Wajib Pajak UMKM justru
memeberikan respon negatif, karena pajak yang dibayarkan lebih besar
dibandingkan pajak yang dibayar dengan mengikuti peraturan lama yang terdapat
pada UU PPh No. 36 Tahun 2008. Apalagi dengan tidak adanya pembayaran
kerugian, untung rugi tetap dikenakan pajak 1% dari omset. Sehingga beberapa
pelaku UMKM menolak atau bahkan pura-pura tidak tahu akan adanya peraturan
baru tersebut. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (DJP) berharap
dengan dikeluarkan PP46 ini akan ada perluasan paertisipasi pembayaran pajak,
meningkatkan kepatuhan sukarela bagi Wajib Pajak UMKM, dengan demikian
penerimaan pajak akan meningkat dan diikuti dengan kesejahteraan rakyat.
Sumber : http://kabarpajak.blogspot.com/2013/07/pajak-umkm.html (di akses
Tabel 1.1 Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Tanjung Karang Bandar
Sumber : KPP Tanjung Karang Bandar Lampung 2015
Dari permasalahan diatas , peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan pemilik UMKM dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Lokasi penelitian adalah kota Bandar lampung.
Selain untuk memberi batasan pada penelitian ini, kota Bandar lampung juga
merupakan tempat yang dirasa strategis karena peneliti bertempat tinggal di
Bandar Lampung, serta memiliki jumlah UMKM yang cukup banyak yaitu sekitar
3.618 yang terdaftar di KPP Tanjung Karang, dan akan menuangkannya dalam
bentuk skiripsi dengan judul Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46
(PP46) tahun 2013 tentang pajak penghasilan (studi kasus pada UMKM yang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut diatas, maka peneliti berusaha
merumuskan permasalahan yaitu Bagaimana Pelaksanaan Kebijakan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 (PP46) pada UMKM yang terdaftar di KPP Tanjung
Karang Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 pada UMKM yang tterdaftar di KPP Tanjung Karang Bandar Lampung
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, informasi,dan pengetahuan bagi studi Ilmu Administrasi Negara
mengenai fenomena yang terjadi dalam salah satu ruang lingkup administrasi
negara, khususnya Administrasi Perpajakan dan Retribusi.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi penilaian bagi
pelaksanaan Kebijakan Perpajakan pada UMKM di Bandar Lampung (studi
kasus Peraturan Pemerintah Nomor 46 (PP46) tahun 2013) dilihat dari
ketepatan pelaksanaan, target, dan hasil kebijakan, dan sumbangan refererensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Tentang Kebijakan Publik
1. Konsep Kebijakan Publik
Terdapat banyak definisi mengenai apa yang maksud dengan kebijakan publik
dalam literatur-literatur politik. Masing-masing definisi memberi penekanan yang
berbeda-beda. Perbedaan ini timbul karena masing-masing para ahli mempunyai
latar belakang yang berbeda-beda, walaupun pendekatan dan model yang
digunakan oleh para ahli pada akhirnya juga akan dapat menentukan bagaimana
kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan.
Laswell dan Kaplan dalam Nugroho (2008:53) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu,
nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu .Sedangkan James Anderson dalam
Islamy (2001;19) mengemukakan kebijakan publik sebagai kebijaksanaan –
kebijaksanaan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
Sementara itu William N Dunn dalam Pasolong (2010:39), mengatakan kebijakan
publik sebagai suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang
dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang
menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perekonomian dan lain-lain.
Kemudian, secara lebih singkat, Thomas R. Dye dalam Santosa (2008: 27)
merumuskan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk bertindak atau tidak
bertindak.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
merupakan serangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh pemerintah (instansi
publik) yang mempunyai tujuan untuk mengatur kepentingan seluruh anggota
masyarakat.
2. Tahap – Tahap Kebijakan Publik
Menurut William N. Dunn (2003:22), proses kebijakan adalah serangkaian
aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya
bersifat politis, aktivitas politis tersebut divisualisasikan sebagai serangkaian
tahap yang saling tergantung yang diatur menurut urutan waktu.
Sementara Winarno (2012:35) mengemukakan bahwa proses pembuatan
kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak
publik tersebut dibagi kedalam beberapa tahapan. Tahapan-tahapan kebijakan
publik adalah sebagai berikut:
A.Tahap Penyusunan Agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk
ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda
kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak
disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus
pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasan tertentu ditunda untuk
waktu yang lama.
B.Tahap Formulasi Kebijakan
Masalah telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat
kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau
pilihan kebijakan (policy alternatives / policy options) yang ada. Sama halnya
dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam
tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
C.Tahap Adopsi Kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.
D.Tahap Implementasi Kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program
tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan
yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus
diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun
agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksana-
kan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan
manusia.
E. Tahap Evaluasi Kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.
Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.
B.Tinjauan Tentang Implementasi Kebijakan
1. Konsep Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan
publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai
dampak atau dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Studi implementasi
merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses
Menurut Udoji dalam Agustino (2008:140) mengatakan bahwa :pelaksanaan
kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan mungkin jauh lebih penting dari
pada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan.
Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:149) mendefinisikan
implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu
atau kelompok pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan
sebelumnya”.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses
dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu tercapai atau tidaknya
tujuan-tujuan yang ingin diraih.Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan
Grindle dalam Agustino (2008:139) bahwa pengukuran keberhasilan
implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah
pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada
action program dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program
tersebut tercapai.
2. Model Implementasi Kebijakan
Model banyak digunakan untuk memudahkan para pemerhati atau pembelajar
pemilihan jenis model implementasi kebijakan publik yaitu implementasi
kebijakan publik yang berpola dari atas ke bawah (top-bottmer) dan dari bawah ke
atas (bottom-topper), serta pemilihan implementasi kebijakan publik yang berpola
paksa (command-and-control) dan pola pasar (economic incentive).
Agustino (2008;140) pendekatan model “top down”, merupakan pendekatan
implementasi kebijakan publik yang dilakukan tersentralisir dan dimulai dari
aktor tingkat pusat, dan keputusannya pun diambil dari tingkat pusat. Pendekatan
top down bertitik tolak dari perspektif bahwa keputusan-keputusan politik
(kebijakan) yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan harus dilaksanakan oleh
administrator-administrator atau birokrat-birokrat pada level bawahnya,
sedangkan pendekatan model “bottom up” bermakna meski kebijakan dibuat oleh
pemerintah, namun pelaksanaannya oleh rakyat. Model yang digunakan oleh
peneliti yaitu :
A. Model Implementasi Kebijakan George C.Edward III
Menurut George C.Edward III, studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi
public administration dan public policy.Implementasi kebijakan adalah salah satu
tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-
konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu
kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan
sasaran dari kebijakan, maka model implementasi kebijakan publik yang
berperspektif top down dikembangkan oleh George C.Edward III.Pendekatan
menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu (1) komunikasi, (2)
sumber daya, (3) disposisi dan (4) struktur birokrasi.Keempat variabel dalam
model yang dibangun oleh Edward III tersebut memiliki keterkaitan satu dengan
yang lain dalam mencapai tujuan dan sasaran program/kebijakan.Semuanya saling
bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu variabel akan sangat mempengaruhi
variabel yang lain.
Kempat variabel diatas dalam model yang dibangun oleh Edward III memiliki
keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dan sasaran
program/kebijakan. Sementara itu, model yang dikemukan Edwards III dalam
Agustino (2012:149) implementasi atau pelaksanaan kebijakan dipengaruhi oleh
empat variabel, yaitu :
A.Komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari pelaksanaan atau implementasi suatu program/kebijakan.
Komunikasi menyangkut proses penyampaian informasi atau transmisi, kejelasan
informasi tersebut serta konsistensi informasi yang disampaikan. Pengetahuan
atas apa yang mereka kerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan
baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan. Ada tiga indikator yang
dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi ini, yaitu :
A.Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan
suatu hasil implementasi atau pelaksanaan yang baik pula. Seringkali yang
karena komunikasi pelaksanaan tersebut telah melalui beberapa tingkatan
birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.
B.Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh
pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan
informasi kebijakan tidak selalu menghalangi pelaksanaan kebijakan atau
program, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan
fleksibilitas dalam melaksanakan program, tetapi pada tataran yang lain
makahal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai
oleh kebijakan yang telah ditetapkan.
C.Konsistensi informasi yang disampaikan, yaitu perintah ataupun informasi
yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah jelas dan
konsisten untuk dapat diterapkan dan dijalankan. Apabila perintah yang
diberikan seringkali berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan
bagi pelaksana di lapangan.
D.Sumberdaya
Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan
tetapi pelaksana atau implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan, maka implementasi tidak akan berjalan secara efektif. Sumber daya
adalah faktor penting untuk pelaksanaan program agar efektif, dimana tanpa
sumberdaya maka program atau kebijakan hanya sekedar kertas dokumen.
Edward III dalam Agustino (2012:152) menyatakan bahwa hal ini meliputi empat
A.Staf, sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan
yang seiring terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebagiankan
oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di
bidangnya.
B.Informasi dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk,
yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan
kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan
disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi
mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi
pemerintah yangtelah tetapkan.
C.Wewenang, pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah
dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para
pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik.
D.Fasilitas, merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.
implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa yang harus
dilakukannya dan tanpa adanya fasilitas pendukung maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan berhasil
E. Disposisi atau attitudes
Disposisi adalah sikap dan komitmen aparat pelaksana terhadap program,
dalam hal ini teruutama adalah aparatur birokrasi. Apabila implementor memiliki
disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti
yang diinginkan oleh pembuat kebijakan atau program, sedangkan apabila
implementor atau pelaksana memiliki sikap yangberbeda dengan pembuat
kebijakan, maka proses implementasi atau pelaksanaan program juga menjadi
tidak efektif.
a. Interpretasi terhadap ditetapkannya kebijakan PP46 pada UMKM di Kota
Bandar Lampung.
a. Motivasi dalam menjalankan kebijakan PP46 pada UMKM di Kota Bandar
Lampung.
F. Struktur Organisasi
Menurut Edward III dalam Nugroho (2011:636), menjelaskan bahwa struktur
birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi
penyelenggara implentasi kebijakan publik. Tantangannya adalah bagaimana agar
tidak terjadi bureaucratic fragmentation karena struktur ini menjadikan proses
implementasi menjadi jauh dari efektif. Di Indonesia sering terjadi inefektivitas
implementasi kebijakan karena kurangnya koordinasi dan kerjasama diantara
lembaga-lembaga Negara dan/atau pemerintah.
Menurut Edward III dalam Agustino (2012:153), dua karakteristik yang dapat
mendongkrak kinerja struktur birokrasi/organisasi kea rah yang lebih baik adalah :
melakukan Standar Operating Procedure (SOP) dan pelaksanaan fragmentasi.
SOP adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau
kegiatan-kegiatannya pada setiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggung jawab
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.
Berdasarkan penjelasan berbagai ahli mengenai model implementasi, peneliti
menggunakan model implementasi dari Edward III, karena Peraturan Pemerintah
Nomor 46 (PP46) tahun 2013 mempunyai karakteristik top down yang sesuai
dengan tipe Edward III. Variabel ataupun indikator yang dikemukakan oleh
Edward III merupakan variabel yang bisa menjelaskan secara komprehensif
tentang kinerja implementasi dan dapat lebih konkret dalam menjelaskan proses
implementasi yang sebenarnya.
G.Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan
Salah satu pendapat yang sangat singkat dan tegas tentang keberhasilan atau
kegagalan dari implementasi kebijakan disampaikan oleh D.L. Weimer dan Aidan
R.Vining (1999;398) dalam Pasolong (2010;59).Menurut mereka ada tiga faktor
umum yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu:
A.Logika yang digunakan oleh suatu kebijakan, yaitu sampai seberapa benar teori
yang menjadi landasan kebijakan atau seberapa jauh hubungan logis antara
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan.
B.Hakikat kerja sama yang dibutuhkan, yaitu apakah semua pihak yang terlibat
C.Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, komitmen
untuk mengelola pelaksanaanya.
Implementasi kebijakan mempunyai berbagai hambatan yang mempengaruhi
pelaksanaan suatu kebijakan publik.Gow dan Morss dalam Pasolong (2010;59)
mengungkapkan hambatan-hambatan tersebut antara lain: (1) hambatan politik,
ekonomi dan lingkungan; (2) kelemahan institusi; (3) ketidakmampuan SDM di
bidang teknis dan administratif; (4) kekurangan dalam bantuan teknis; (5)
kurangnya desentralisasi dan partisipasi, (6) pengaturan waktu (timing); (7) sistem
informasi yang kurang mendukung; (8) perbedaan agenda tujuan antara aktor; dan
(9) dukungan yang berkesinambungan.
Semua hambatan ini dapat dengan mudah dibedakan atas hambatan dari dalam
(faktor internal) dan dari luar (faktor eksternal). Dalam Pasolong (2010;59),
hambatan dari dalam atau yang sering disebut dengan faktor internal dapat dilihat
dari ketersediaan dan kualitas input yang digunakan seperti sumber daya manusia,
dana, struktur organisasi, informasi, sarana dan fasilitas yang dimiliki, serta
aturan-aturan, sistem dan prosedur yang harus digunakan.Sedangkan hambatan
dari luar atau sering disebut sebagai factor eksternal dapat dibedakan atas semua
kekuatan yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung kepada proses
implementasi kebijakan pemerintah, kelompok sasaran, kecenderungan ekonomi,
politik, kondisi social budaya dan sebagainya.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 (PP46) ini adalah peraturan baru yang dikeluarkan
oleh pemerintah untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak orang pribadi dan
wajib pajak badan yang memiliki penghasilan bruto tertentu. PP46 Tahun 2013
ditetapkan pada 1 juli 2013. Pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final
tersebut ditetapkan berdasarkan pada pertimbangan perlunya kesederhanaan dalam
pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi baik bagi wajib pajak maupun
Direkorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan
moneter. Tujuan peraturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada wajib
pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki
peredaran bruto tertentu, untuk melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
Pajak Penghasilan yang terutang.
Kriteria Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Dalam hal ini atas pengahsilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
final. Berikut ini adalah Wajib Pajak yang dimaksud, antara lain :
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha
tetap, dan
2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi
Rp 4,8 M dalam 1 tahun.
Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
A.Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang
menetap maupun tidak menetap.
B.Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
Dalam PP46 menjelaskan tidak semua Wajib Pajak badan yang memiliki usaha dan
memperoleh penghasilan bruto tertentu terkena tarif 1% ini. Berikut ini adalah Wajib
Pajak yang tidak temasuk dalam kriteriamantara lain :
A.Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial.
B.Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara
komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp 4,8 M.
C.Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
UMKM merupakan usaha yang memiliki peran yang cukup tinggi terutama di
Indonesia yang yang masih tergolong negara berkembang. Dengan banyaknya
jumlah UMKM maka akan semakin banyak penciptaan kesempatan kerja bagi
para penangguran. Selain itu UMKM dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan
khususnya di daerah pedesaan dan rumah tangga berpendapatan rendah.
Peran UMKM tidak dapat diragukan lagi dalam mendukung peningkatan
pendapatan masyarakat tetapi pengertian dari UMKM tersebut masih beragam.
Makna dari UMKM sendiri berbeda-beda. Definisi yang berkaitan dengan
A.Ketentuan undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dan
kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah nomor 44
tahun 1997 tentang kemitraan, dimana pengertian UMKM adalah sebagaimana
diatur undang-undang No.2 tahun 2008 UMKM adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang yang
dimiliki,dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
B.Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2003 mendefiisikan UMKM menurut 2
kategori yaitu :
1. Menurut omset. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai aset tetap kurang
dari Rp. 200.000.000 dan omset pertahun Rp.1.000.000.000.
2. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang mempunyai
tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang tenaga kerja. Industri rumah tangga
adalah industri yang mempekerjakan kurang dari 5 orang. UMKM adalah
usaha yang mempunyai modal awal yang kecil atau nilai kekayaan (aset) yang
kecil dan jumlah pekerja yang kecil (terbatas), nilai modal (aset) atau jumlah
pekerjaannya sesuai definisi yang diberikan oleh pemerintah atau intitusi
dengan tujuan tertentu. Sukirno (2004 : 365)
3. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah
industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan
peralatan sebesar Rp. 70.000.000 kebawah dan usahanya dimiliki oleh Warga
Negara Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil dan Menengah
angka 8 menyatakan pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan
Pemerintah,Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis
dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri.
Karakteristik UMKM
Kriteria UMKM dalam ketentuan Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 :
A.Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk
tanah dan bangunan usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
B.Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan lebih dari Rp.50.000.000,sampai dengan paling banyak
Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan banguanan tempat usaha.
paling banyak Rp.2.500.000.000,00
C.Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian ini menurut Bugdon dan
Taylor dalam Moleong (2007:4) berupaya menggambarkan kejadian atau
fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, di mana data yang
dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Data yang dikumpulkan tersebut berupa kata-kata hasil wawancara,
gambar, catatan di lapangan, foto, dokumen pribadi. Dengan kata lain metode
deskriptif menggambarkan suatu fenomena yang ada dengan jalan memaparkan
data secara kata-kata, dan gambar. Maksud penulis menggunakan metode tersebut
untuk mendeskripsikan dan memperoleh pemahaman menyeluruh dan mendalam
tentang implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tentang pajak penghasilan
B. Fokus Penelitan
Untuk mempertajam penelitian maka dalam penelitian kualitatif perlu menetapkan
fokus. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih
didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial
(lapangan). Fokus penelitian pada dasarnya merupakan masalah pokok yang
bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya
melalui kepustakaan ilmiah ataupun kepustakaan lainnya. Fokus penelitian sangar
diperlukan dalam sebuah penelitian karena dapat memberikan batasan dalam studi
dan pengumpulan data, sehingga peneliti dapat lebih fokus memahami
masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian dan data yang diperoleh akan lebih
spesifik. Penelitian ini di fokuskan pada Implementasi kebijakan dengan variabel
yang terdapat dalam Model George Edwards III yang antara lain meliputi:
1. Komunikasi
Berkenaan dengan bagaimana kebijakan dkominikasikan pada organisas
dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap
dan tanggapan dari pihak yang terlibat, dan struktur organisasi pelaksana
kebijakan. Secara umum tiga hal yang penting dalam indikator ini yaitu :
2. Sumber daya
Sumber Daya kebijakan Perpajakan PP46 di Kota Bandar Lampung Berkenaan
dengan
a. Sumber Daya Manusia : Apakah relatif cukup jumlahnya dan mempunyai
keahlian dan keterampilan untuk melaksanakan kebijakan Perpajakan PP46
pada UMKM di Bandar Lampung
b. Informasi : Apakah memadai atau relevan untuk keperluan implementasi.
c. Wewenang : Apakah kewenangan yang dimiliki implementor tepat untuk
melaksanakan kebijakan PP46 di Kota Bandar Lampung.
d. Fasilitas : Apakah fasilitas yang dimiliki implementor dapat menyukseskan
kebijakan PP46 di Kota Bandar Lampung.
3. Disposisi
a. Interpretasi terhadap ditetapkannya kebijakan PP46 pada UMKM di Kota
Bandar Lampung.
b. Motivasi dalam menjalankan kebijakan PP46 pada UMKM di Kota Bandar
4. Struktur birokasi yang berkenaan dengan :
a. Penggunaan Prosedur Pengoperasian Standar (SOP) dalam menjalankan
kebijakan PP46 di Kota Bandar Lampung.
b. Koordinasi antar pelaksana kebijakan PP46 di Kota Bandar Lampung.
C. Lokasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:216) Purposive adalah lokasi penelitian dipilih
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan diambil berdasarkan tujuan
penelitian. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kantor Pajak Pratama
Tanjung Karang Bandar Lampung dan beberapa UMKM yang terdaftar PP46 di
Bandar Lampung. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Kantor Pajak Pratama
Tanjung Karang merupakan salah satu instansi yang mengetahui tentang
kebijakan PP46, sementara untuk memperoleh informasi yang lebih kuat maka
peneliti memilih beberapa UMKM yang terdaftar di Bandar lampung karena
beberapa UMKM tersebut merupakan tempat pengimplementasian Kebijakan
PP46.
D. Jenis dan Sumber Data
Menurut Loftland dan Loftland dalam Moleong (2011:157), sumber data utama
pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti data tertulis, foto, statistik. Adapun sumber data dalam
a. Sumber Lisan/Kata–kata
Perkataan orang yang diwawancarai merupakan sumber data utama, sumber data
dapat ditulis atau direkam. Dalam hal ini yang diwawancarai oleh peneliti
berkaitan dengan penelitian ini adalah:
a. Kepala Seksi PDI Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung yaitu
Bapak Mokh.Solikhun
b. Kepala Subbagian Umum Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung
yaitu Bapak Fahrurrozi
c. Pegawai bagian Ekstensifikasi Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar
Lampung yaitu Bapak Adimas Rizky Surya dan Bapak Rasyid
d. Pegawai bagian pengawasan dan konsultasi Pajak Pratama Tanjung Karang
Bandar Lampung Bapak Pandu Satyo Wicaksono
e. Pegawai bagian pelayanan Pajak Pratama Tanjung Karang Bandar Lampung
yaitu Bapak Agung Prayogo
f. beberapa UMKM yang terdaftar PP46 di KPP Tanjung Karang Bandar
Lampung
Teknik pemilihan orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive.Alasan
pemakaian teknik purposive disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri
yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan dari
pelaksanaan penelitian ini (jabaran pihak–pihak yang akan diwawancarai). Secara
orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menerapkan
kebijakan yang dimaksud.
g. Sumber Tertulis
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber
data kedua, jelas hal ini tidak dapat diabaikan.Dilihat dari segi sumber tertulis
dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi. Adapun yang menjadi sumber tertulis
dalam penelitian yaitu berupa surat keputusan/Instruksi. Datayang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Kantor Pajak Pratama
Tanjung Karang, serta data sekunder yang diperoleh juga bedasarkan penelusuran
kepustakaan, internet dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Proses Memasuki Lokasi Penelitian
Peneliti mendatangi lokasi utama penelitian yang berhubungan dengan
penelitian yaitu KPP Tanjung Karang Kota Bandar Lampung untuk
memperoleh berbagai informasi dan gambaran tentang Implementasi
2. Ketika Berada di Lokasi Penelitian (Getting Along)
Peneliti berusaha melakukan hubungan secara pribadi yang akrab dengan
subjek penelitian, mencari informasi dan berbagai sumber data yang lengkap
dan berusaha menangkap makna inti dari berbagai informasi yang diterima
serta fenomena yang diamati.
3. Pengumpulan Data (Logging In Data)
Peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah ditetapkan
berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Pengamatan (observasi)
Pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang berupa deskripsi faktual,
cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi
sosial, serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi dan berhubungan
dengan fokus penelitian. Adapun observasi yang peneliti lakukan yaitu
mengamati secara langsung kegiatan dan perilaku stakeholder yang terlibat
dalam implementasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 di Kota
Bandar Lampung.
b. Wawancara mendalam (indepht interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) atau informan yang memberikan
primer yang berkaitan dengan fokus penelitian. Wawancara dilakukan secara
terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Pada
penelitian ini informan yang diwawancarai adalah para stakeholder yang
terlibat dalam implementasi peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013 di
Kota Bandar Lampung yaitu UMKM.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mempelajari
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini
digunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi
tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen tertulis seperti
surat-menyurat, notulensi rapat, berita acara, dan dokumen yang berupa foto-foto.
Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas
mengenai pokok penelitian dan dapat dijadikan bahan triangulasi untuk
mengecek kesesuaian data.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2010:244). Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, gambar, foto dan sebagainya dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, kemudian membuat kesimpulan yang mudah dipahami oleh
a. Reduksi Data (reduction data).
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemisahan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Data yang diperoleh di lokasi penelitian
kemudian dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terinci.
Laporan lapangan selanjutnya direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,
difokuskan padahal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya.
b. Penyajian Data (Data Display).
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang berguna untuk
memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan atau bagian
tertentu dari penelitian. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut.Batasan yang diberikan dalam penyajian data adalah
sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian ini, penyajian
data diwujudkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, bagan, foto atau
gambar dan sejenisnya.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang
proses penelitian berlangsung, yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan
mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, yang
kemudian dituangkan dalam kesimpulan.
Gambar 3.1 Analisis Data Model Interaktif
Sumber: Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2010:247)
G. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang diperoleh. Menurut
Moleong (2007:324) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data
dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam
pemeriksaan data dan menggunakan kriteria:
a. Teknik Pemeriksaan Kredibilitas Data
Kriteria ini berfungsi : pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehigga
tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai. Kedua, mempertunjukkan
derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataanya ganda yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan
diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan, yaitu:
Penyajian Data Pengumpulan Data
1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain (Moleong, 2007:330). Triangulasi berupaya untuk mengecek
kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber
lainya. Menurut Denzin dalam Moleong (2007:330) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yamg memanfaatkan penggunaan yaitu,
triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi metode meliputi
pengecekan beberapa tekhnik pengumpulan data, dan sumber data dengan metode
yang sama. Triangulasi penyidik, dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lain.
2. Kecukupan referensial
Kecukupan referensial adalah mengumpulkan berbagai bahan-bahan,
catatan-catatan, atau rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan
patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
b. Teknik Pemeriksaan Keteralihan Data
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan “uraian rinci”, yaitu dengan
melaporkan hasil penelitian seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan
konteks tempat penelitian diselenggarakan. Derajat keteralihan dapat dicapai
lewat uraian yang cermat, rinci, tebal, atau mendalam serta adanya kesamaan
c. Teknik Pemeriksaan Kebergantungan
Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang
nonkualitatif. Uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini
perlu diuji dependabilitynya, dan untuk mengecek apakah hasil penelitian ini
benar atau tidak, maka peneliti selalu mendiskusikannya dengan pembimbing.
d. Kepastian
Menguji kepastian (comfirmability) berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan
dengan proses yang ada dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi
hasilnya ada. Derajat ini dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang
cermat terhadap seluruh komponen dan proses. penelitian serta hasil
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil
penelitian akan disajikan berdasarkan yang peneliti temukan di lapangan saat
penelitian berlangsung serta diadakannya pembahasan mengenai hasil penelitian
tersebut yaitu mengenai Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 46 tentang
pajak penghasilan (studi pada UMKM yang terdaftar di Kantor Pajak
Pratama(KPP) Tanjung Karang Bandar Lampung).
Sebagai langkah dalam penyajian data, maka peneliti pada tahap ini akan
menguraikan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan pada saat penelitian
berlangsung, selanjutnya hasil temuan di lapangan akan disesuaikan dengan
rumusan masalah dan fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti akan
memfokuskan pada pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013
Tentang Pajak Penghasilan (studi pada UMKM yang terdaftar di Kantor Pajak
Pratama (KPP) Tanjung Karang Bandar Lampung) yang dideskripsikan sebagai
A. Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan (studi pada UMKM yang terdaftar di Kantor Pajak Pratama (KPP) Tanjung Karang Bandar Lampung
Seperti yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka implementasi program
dalam penelitian ini, menggunakan Model Implementasi George Edward III yang
mengukur implementasi kebijakan dengan 4 faktor yaitu komunikasi, sumber
daya, disposisi dan stuktur birokrasi.
a. Komunikasi
Salah satu unsur yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah
kebijakan menurut Edward III dalam Agustino (2012:150) adalah komunikasi.
Komunikasi dalam konteks penelitian ini digunakan agar pelaksanaan kenijakan
PP46 ini dapat berjalan dengan baik. Komunikasi ini dilakukan oleh pihak KPP
Tanjung Karang untuk melakukan sosialisasi kepada UMKM tentang adanya
peraturan perpajakan yang baru yaitu PP46 agar UMKM dapat berkomunikasi
langsung terhadap pelaksana PP46 ini.
Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting
yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan
konsistensi informasi (consistency). Dimensi tranformasi menghendaki agar
informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada
kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar
informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan
interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang
terkait dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi
menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak
terkait.
Dimensi komunikasi dalam Implementasi PP46 amat ditentukan dari beberapa
unsur yang terdapat dalam komunikasi, seperti penyampai pesan, isi pesan, media
yang digunakan, serta sasaran penerima pesan. Mengenai bagaimana dimensi
komunikasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
1) Transmisi
Transmisi merupakan faktor utama dalam hal komunikasi pelaksana kebijakan.
Menurut Edward III dalam Agustino (2012:150), penyaluran komunikasi yang
baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Transmisi
dalam implementasi kebijakan perpajakan pada UMKM di Kota Bandar Lampung
berupa penyampaian atau pengiriman informasi dari pemerintah kepada instansi
pelaksana kebijakan kemudian diteruskan kepada masyarakat. Transmisi pada
PP46 dilakukan oleh Kantor Pajak Pratama Tanjung Karang Kota Bandar
Lampung.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada sumber data yaitu pelaksana
kebijakan PP46 dan UMKM, dapat diketahui bahwa dari tranmisi atau
Bapak Mokh. Solikhun (selaku Kepala Seksi PDI KPP Tanjung Karang Kota
Bandar Lampung), menjelaskan bahwa :
“pemberian informasi kebijakan PP46 dilakukan dengan cara sosialisasi langsung dan tidak langsung seperti leaflet, hal ini dilakukan agar masyarakat khususnya UMKM dapat mengetahui kebijakan perpajakan ini, untuk sosialisasi langsung ditujukan agar masyarakat secara langsung berkomunikasi dengan pelaksana kebijakan PP46, pertemuan dengan masyarakat terjadwal dan atas kesepakatan antara Kepala KPP Tanjung Karang Kota Bandar Lampung melalui Kepala Subbagian Umum dan Kepala Seksi PDI KPP Tanjung Karang Kota Bandar Lampung setelah waktu disepakati maka pegawai bagian Ekstensifikasi dari KPP Kota Bandar Lampung memberikan penjelasan mengenai prosedur, syarat syarat serta hal lain yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan PP46, sosialisasi ini sampai sekarang konsisten dilaksanakan karena setiap WP
yang baru terdaftar pasti diberikan sosialisasi tentang PP46” (wawancara tanggal 7 Februari 2015)
Membenarkan pernyataan Pak Solikhun, Bapak Pandu Satyo Wicaksono (selaku
Pegawai Bagian Pengawasan dan Konsultan KPP Tanjung Karang Kota Bandar
Lampung), beliau mengatakan bahwa :
“Sosialisasi dilakukan dengan cara pertemuan secara langsung agar
pemberian informasi dapat diterima secara jelas kepada masyarakat khususnya UMKM. sosialisasi sangat penting dilakukan agar masyarakat khususnya UMKM mengerti peraturan pajak terbaru baik mengenai
pelaporan atau pembayarannya” (wawancara tanggal 7 Februari 2015)
Bapak Agung Prayogo (selaku Pegawai KPP Tanjung Karang bagian Pelayanan),
mengatakan bahwa :
“Untuk memberitahu adanya peraturan yang baru PP46 ini kami mendatangi langsung ke masyarakat untuk bersosialisasi khususnya UMKM atau bisa WP yang diundang ke kantor untuk diberi penjelasan mengenai PP46 (wawancara tanggal 17 Februari 2015)
Ibu Heny (pemilik toko baju yang berada di Simpur lantai 2), beliau menjelaskan
bahwa :
“pihak KPP Tanjung Karang memang pernah melakukan sosialisasi
tentang peraturan perpajakan yang baru yaitu PP46 dengan mendatangi
toko milik saya, namun sosialisasi ini tidak begitu sering