ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh
DEBI GUSMALISA
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperimen) yaitu metode yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat sebanyak 194, jumlah sampel sebanyak 64 siswa diperoleh teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji t.
Hasil analisis data diperoleh adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai gain pada kelas yang diberi perlakuan model discovery learning dan pada kelas yang diberi perlakuan metode ceramah, untuk nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen (discovery learning) lebih banyak yang memiliki nilai yang tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF DISCOVERY LEARNING MODEL APPLICATION TO STUDENTS’ LEARNING RESULTS IN GEOGRAPHY SUBJECT OF GRADE X IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 IN WEST MERAPI SUB
DISTRICT OF LAHAT DISTRICT IN SOUTH SUMATERA IN ACADEMIC YEAR 2014/2015
By
DEBI GUSMALISA
The objective of this research was to find out information about the influence of discovery learning model application to students’ learning results in geography subject of Grade X in State Senior High School 1 in West Merapi sub district of Lahat district in South Sumatera in academic year 2014/2015. This was a quasi-experiment research to compare influence of a treatment to a certain object (experiment group) and to find out the extent of the influence. Population was 194 Grade X students in State Senior High School 1 in West Merapi. 64 respondent samples were taken using simple random sampling. Data were analyzed using t-test analysis.
The results showed that there was a significant difference of average of gain values between classroom that received discovery learning model and classroom that received lecturing method. The experiment classroom had higher gain value than control classroom, because experiment classroom (with discovery learning) had more grade of learning accomplishment. The conclusion was that learning process by using discovery learning model influenced students’ learning method in geography subject.
PENGARUH PENERAPAN MODELDISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA
SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
DEBI GUSMALISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 25 Agustus 1993.
Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Ujang dan Ibu Kurti.
Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 51 Lahat pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Lahat pada tahun 2008,
dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Lahat.
Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur undangan.
Pada tahun 2014 bulan Juli-September penulis telah melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap 2 Lumbok Seminung dan
PERSEMBAHAN
Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:
Bapakku (Ujang) dan Ibuku (Kurti) yang telah membesarkanku dengan penuh ketulusan, kasih sayang, dan tak pernahbosan mendo’akan untuk keberhasilanku
Kakak dan adikku (Sasmiana, Darmawiansyah dan Yunita Gustiani) yang selalu setia menemaniku, memberikan motivasi, dukungan,
serta curahan kasih sayang.
Sahabat tercinta Mega Lestari, Winda Anggraini, Kyky Zeptiana, Endang Sasmita, Muji Slamet Lestari, Sahabat-sahabat KKN
yang selalu memberikan semangat untukku.
Teman-teman angkatan 2011 terimakasih atas segala kasih sayang dan dukungan untukku.
Dan seseorang yang semoga kelak Allah takdirkan untuk mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan
(Ardan Rahmat Senogala)
M ot o
Belajar dari hari kemarin, hidup untuk hari esok. Hal terpenting a
dalah tidak berhenti bertanya
(Albert Einstein)
Kita tidak akan pernah mendapatkan hasil dari
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya,
penulis masih diberi kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”, dapat diselesaikan dengan
segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Skripsi ini disusun berkat bimbingan Bapak Dr. Pargito, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan juga dosen pembimbing I dengan sabar membimbing penulis untuk memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi
ini. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi
dan semangat. Serta kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Pembahas yang sudah memberikan bimbingan serta petunjuk demi terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan
Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum.,
selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Baslini, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Merapi Barat dan Ibu
Astuti Ningsih, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu penulis
untuk melaksanakan penelitian.
7. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2011 di program studi S1
Pendidikan Geografi, Universitas Lampung.
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,
DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Ruang Lingkup Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengaruh ... 9
B. Pembelajaran... 9
C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme ... 10
D. Pembelajaran Geografi... 15
E. Pembelajaran Konvensional... 16
F. Belajar ... 17
G. Hasil Belajar... 19
H. ModelDiscovery Learning... 22
I. Penelitian yang Relevan... 30
J. Kerangka Pikir ... 31
K. Hipotesis ... 32
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34
C. Desain Penelitian ... 36
D. Variabel Penelitian... 38
E. Definisi Operasional Varibael... 39
F. Tahap Penelitian... 40
G. Instrumen Penelitian ... 41
H. Teknik Analisis Data... 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51
B. Pelaksanaan Penelitian... 54
C. Hasil Penelitian ... 55
D. Analisis Data ... 62
E. Pembahasan ... 75
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 83
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di Kelas X SMA
Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 3
2.1 Indikator Hasil Belajar ... 21
3.1 Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 35
3.2 Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 36
3.3 DesainPre-TestdanPost-TestEksperimen... 36
3.4 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 40
3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal ... 42
3.6 Kriteria Reliabilitas ... 44
3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 45
3.8 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal... 45
3.9 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 47
3.10 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Uji Coba Soal... 47
3.11 Interpretasi NilaiGain... 50
4.1 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat... 54
xv
4.3 Rangkuman Hasil Penelitian Kelompok ModelDiscovery Learning
dan Kelompok Kontrol... 55
4.4 NilaiPre-testdanPost-TestSiswa Kelompok ModelDiscovery Learning... 56
4.5 NilaiPre-TestdanPost-TestSiswa Kelompok Kontrol ... 58
4.6 NilaiGainKelompok ModelDiscovery Learning... 62
4.7 NilaiGainKelompok Kontrol ... 62
4.8 Rangkuman Output SPSS TabelOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 63
4.9 Rangkuman Output SPSS TabelTest of Homogeneity of Variances ... 64
4.10 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok ModelDiscovery Learning ... 65
4.11 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok ModelDiscovery Learning... 66
4.12 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 67
4.13 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok Kontrol ... 68
4.14 Output SPSS TabelGroup Statistics Pretest Kelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 69
4.15 Output SPSS TabelIndependent Samples Test PretestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 70
4.16 Output SPSS TabelGroup Statistics Post TestKelompok Model Discovery Learningdan Kelompok Kontro ... 71
4.17 Output SPSS TabelIndependent Samples Test Post-TestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 72
4.18 Output SPSS TabelGroup Statistics GainKelompok Model Discovery LearningDan Kelompok Kontrol ... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ... 88
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90
3. Lembar Kerja Kelompok ... 119
4. Soal Pretest dan Post Test Kelas X.1 dan X.2 ... 130
5. Validitas dan Reabilitas Soal ... 135
6. Daya Beda Soal... 137
7. Tingkat Kesukaran ... 139
8. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Discovery Learning... 141
9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Kontrol ... 142
10. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Pretest-Post Test Hasil Belajar Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Model Discovery Learning ... 143
xiii
12. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Peta Lokasi SMA Negeri 1 Merapi Barat ... 52 4.2 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok
Model Discovery Learning ... 56 4.3 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Kontrol ... 58 4.4 Diagram Batang Perbandingan HasilPre-TestKelompok
ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 60
4.5 Diagram Batang Perbandingan HasilPost-TestKelompok
ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 61 4.6 Diagram Batang PerbandinganGainKelompok
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
“Hamalik dalam Agus N. Cahyo (2013:17) mengatakan bahwa pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian melalui pendidikan anak didik akan mengetahui potensi-potensi yang ada didalam diri mereka”.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak di dorong
untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan
2
Masalah lain yang muncul pada pendidikan di Indonesia adalah terdapat
kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi belum
mampu mengaplikasikan ilmu tersebut untuk menigkatkan pengetahuannya.
Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari proses pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa
atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Sementara pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga dapat diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman
belajar.
Saat ini banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli
dan diharapkan mampu membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya model pembelajaran juga diharapkan dapat mengubah kondisi yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented yaitu guru merupakan pusat informasi menjadi student oriented,
siswa menjadi subjek aktif belajar.
Jika peserta didik mampu menjadi subjek aktif belajar dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode yang tepat
3
model pembelajaran yang dapat membuat siswa melakukan proses
pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat
merangsang keaktifan siswa. Untuk itu guru harus memiliki keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat, guna membuat situasi pembelajaran yang efektif sehingga tujuan-tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai.
Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa nilai siswa
pada mata pelajaran geografi masih rendah, guru masih berperan sepenuhnya dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan dan presentasi pada
siswanya. Siswa masih belum aktif dan mandiri untuk mengembangkan pengetahuan mereka dengan mencari bahan-bahan pendukung pendidikan mereka dengan sendiri.
Masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada
tabel, yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang belum tuntas dalam memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran geografi.
Tabel 1.1. Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015
No Interval Frekuensi Persentase
1 ≥ 75 (tuntas) 38 38,8
< 75 (tidak tuntas) 60 61,2
Jumlah 98 100
4
Dari data di atas diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Merapi Barat menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran geografi adalah 75. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa mencapai nilai 75 atau
lebih. Berdasarkan hasil nilai MID semester pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa hasil belajar geografi siswa belum semuanya tuntas, karena dari 98 siswa sebanyak 60 atau 61,2% siswa belum
mencapai standar (KKM). Siswa yang memiliki nilai lebih dari (KKM) sebanyak 38 siswa dari 98 siswa atau 38,8%.
Berdasarkan perolehan data di atas diketahui bahwa hasil belajar geografi
rendah. Belum optimalnya hasil pembelajaran tersebut diduga kurang tepat model pembelajaran yang digunakan. Selama ini proses pembelajaran yang
terjadi di SMA Negeri 1 Merapi Barat guru masih sering menggunakan metode ceramah sebagai alternatif pembelajaran di kelas. Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya,
sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru. Metode ceramah bila selalu digunakan dapat membuat bosan. Hal ini membuat siswa hanya
mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru perlu mengadakan perbaikan dalam
5
dengan menggunakan model discovery learning, mengingat model ini
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Menurut Agus N. Cahyo (2013:101) pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri,
dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher orientedyaitu guru menjadi pusat informasi menjadistudent oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Metode ini juga mengubah dari modus expository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru.
Menurut Sardiman (1990:96) mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar di
kelas, aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri sebab dalam belajar siswa diharuskan untuk berpikir dan berbuat karena setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, karena tanpa adanya
aktivitas maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi. Di dalam hasil belajar terdapat tiga indikator ketuntasan hasil belajar diantaranya mencakup
6
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian
mengenai model discovery learning di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat tahun pelajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan.
2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih berperan sepenuhnya
dalam pembelajaran.
4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, sehingga
siswa kurang termotivasi dalam belajar
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Model Pembelajaran Discovery
7
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang: Ada atau Tidaknya Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat
Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi guru, yaitu model pembelajaran discovery learning sebagai
alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran geografi.
2. Bagi siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning dan dapat memberikan informasi yang kongkrit mengenai pengaruh model
discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu adanya batasan ruang lingkup
penelitian sebagai berikut:
8
2. Objek yang diteliti adalah pengaruh model pembelajaran discovery
learningterhadap hasil belajar kognitif siswa.
3. Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi
Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Sehingga pengaruh dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang muncul dari benda atau orang yang dapat
memberikan perubahan. Perubahan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar (Purwanto, 2013:67). Untuk melihat perubahan (gain) evaluasi hasil belajar dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan.
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, sehingga adanya perubahan dari kondisi tidak mengerti menjadi mengerti atau dari kondisi tidak tahu menjadi
tahu. Sebab berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Wina Sanjaya (2009:26), berpendapat bahwa “pembelajaran adalah proses
10
sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa”. Sedangkan menurut
Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), mendefinisikan “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber balajar”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan
pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku
siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme
Teori pembelajaran terus mengalami perbaikan dan pengembangan seiring permasalahan didalam dunia pendidikan. Saat ini kita mengenal teori pembelajaran kontemporer. Menurut Rifa’i dan Catharina dalam Agus N
Cahyo (2013:31) pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran yang mengacu dan dikembangkan pada teori belajar konstruktivisme. Sehingga
teori belajar konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kontemporer yang saat ini sedang dipraktikan oleh dunia pendidikan.
11
siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Dengan menerapkan
pembelajaran student centered learning strategies, maka pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini
berlangsung yang cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered” dilaksanakan
melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learningdanproblem based learning.
Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita
sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.
Menurut Hill dalam Agus N Cahyo (2013:34), teori konstruktivisme
didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan
12
Teori konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi
aktif siswa. Menurut teori konstruktivisme ini, bila seseorang tidak mengonstruksikan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua
pengetahuan yang dimilikinya tidak akan berkembang.
Dalam teori ini, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu
menjadi orang yang kritis menganalisi sesuatu hal, karena mereka berpikir bukan hanya meniru.
Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa karakter yang dapat dilihat dari proses pembelajarannya. Karakteristik pendekatan konstruktivisme
menurut Hanafiah dan Suhana dalam (Imas dan Berlin, 2014:39) adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.
3. Pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.
4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.
5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang alami.
6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
13
a. Kelebihan Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh teori pembelajaran lain. Menurut Agus N cahyo (2013:69)
diantara beberapa kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik menurut konstruktivisme adalah peserta didik yang aktif mengonstruksi
pengetahuan yang ia dapat.
2. Siswa lebih aktif dan kreatif. Sebagai akibat konstruksi mandiri
siswa terhadap sesuatu, siswa dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu baru yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan
yang diharapkan.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa mendapatkan ilmunya tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan gurunya,
tetapi juga dengan mengaitkan pengalaman pribadi mereka dengan informasi baru yang mereka dapat.
4. Siswa memiliki kebebasan belajar. Siswa dapat dengan bebas mngonstruksi ilmu baru itu sesuai pengalamannya sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang diinginkan.
5. Perbedaan individu terukur dan dihargai. 6. Membina sikap produktif dan percaya diri.
14
8. Guru berpikir proses membina pengetahuan baru, siswa berpikir
untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan. 9. Siswa menjadi lebih paham.
10. Mudah ingat karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
11. Kemahiran sosial yang diperoleh apabila berinteraksi dengan teman
dan guru dalam membina pengetahuan baru.
b. Kelemahan Teori Konstruktivisme
Adapun kekurangan dari teori konstruktivisme menurut Agus N Cahyo
(2013:71) adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses
belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya.
2. Belajar merupakan suatu proses pembentukan siswa. Namun, yang paling menentukan adalah niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
15
5. Evaluasi. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai
pandangan dan interpretasi terhadap pengetahuan dan aktivitas yang didasarkan pada pengalaman.
D. Pembelajaran Geografi
Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi (2003:4), geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. Sedangkan menurut Bintarto dalam Sumadi (2003:4), geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan klausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut
mahluk hidup berserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan.
Pakar-pakar geografi pada seminar Lokakarya Peningkatan Kualitas
Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988 telah merumuskan konsep geografi yaitu, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
kewilayahannya dalam konteks keruangan.
Konsep geografi di atas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya
16
E. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada guru. Menurut Wina Sanjaya
(2009:177) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara
verbal dari seseorang guru kepada kelompok, siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Menurut Wina Sanjaya (2009:177) terdapat beberapa karakteristik pembelajaran konvensional diantaranya:
1. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara ilmu merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini, oleh karena itu sering orang
mengindetikannya dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran
yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dan dapat mengungkapkan kembali
17
F. Belajar
Slameto (2003:2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Skinner dalam Dimyanti dan Mudjiono (2009:9) mendefinisikan “belajar adalah suatu perilaku yang
membuat seseorang menjadi lebih baik.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Menurut Suparno dalam Sardiman (2012:38), ada beberapa ciri atau prinsip
dalam belajar yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
b. Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Menurut Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) ranah kognitif
18
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan model dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. 6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
Ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:27) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:
1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.
4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai pedoman dan pegangan hidup.
5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.
Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:29) ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku.
1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.
4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
19
6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Menurut Gagne dalam Wina Sanjaya (2009:66) bahwa belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau
datang dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Kondisi internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
G. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar ini tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan siswa.
Hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini dibatasi hanya menyangkut aspek kognitif saja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini instrumen tes yang digunakan berupa soal untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan
20
Terdapat dua istilah penting sebagai hasil belajar yaitu behavior (tingkah
laku) dan performance (penampilan) yaitu dua istilah yang menunjukkan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain. Hasil belajar seseorang dapat
berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap. Pengetahuan memang sifatnya abstrak sehingga tidak secara nyata dapat diamati, akan tetapi manifestasi pemilikan pengetahuan dapat diketahui apabila diukur dengan cara yang
tepat.
Hasil belajar yang berupa keterampilan, menunjuk pada sesuatu yang dapat diamati karena memberikan gambaran tentang bergeraknya organ tubuh. Di
dalam pengertian modern dikenal dengan istilah keterampilan kognitif yaitu jenis keterampilan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan
kreativitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah dan lain-lain bentuk yang merupakan unjuk nyata dari ketinggian kemampuan seseorang dalam aspek kognitif.
Berbeda dengan hasil belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan
yang dapat diukur dan diketahui pencapaiannya, hasil belajar yang berupa sikap yang ditampilkan oleh siswa tidak dapat dengan cepat dipandang oleh guru sebagai hasil upaya mereka di sekolah. Banyak sekali faktor luar yang
berpengaruh terhadap perkembangan sikap seseorang.
Indikator Hasil Belajar
Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk
21
pelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat
perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.
Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Indikator
hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang mencakup aspek kognitif saja dengan kompetensi pengetahuan, pemahaman dan analisis.
Tabel 2.1. Indikator hasil Belajar
No Aspek Kompetensi Indikator Hasil Belajjar
1 2 3 4
1 Kognitif Pengetahuan Mengidentifikasi dan
mendefinisikan.
2 Afektif Penerimaan Mempercayai, mengikuti dan
22
1 2 3 4
3 Psikomot
orik
Pengamatan Mengamati proses dan memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan.
Peniruan Melatih, mengubah, dan
menggunakan sebuah model Pembiasaan Membiasakan perilaku yang sudah
dibentukknya dan mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten Penyesuaian Menyesuaikan model,
mengembangkan model, dan menerapkan model.
Sumber: Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009).
H. ModelDiscovery Learning
Menurut Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281) discovery learningadalah model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktik contoh pengalaman.
Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah
model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo, 2013:100).
Model discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sehingga, anak harus berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif
anak dalam belajar ini diterapkan dengan cara melalui cara penemuan. Discovery juga merupakan proses mental dimana siswa mampu
23
antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
final melainkan melalui proses yang aktif. Dalam hal ini, siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui
dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisir atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Siswa secara aktif merekonstruksikan pengalamannya dengan
menghubungkan pengetahuan baru dengan internal modal atau struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang
teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar.
Aplikasi dalam modeldiscovery learningdilakukan dengan dua tahap.
1. Tahap Persiapan
Dalam mengaplikasikan model discovery learning di dalam kelas,
24
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, dan gaya belajar)
3) Memilih materi pelajaran
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (contoh-contoh generalisasi)
5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas untuk dipelajari siswa.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2. Tahap aplikasidiscovery learning
Menurut Syah dalam Agus N. Cahyo (2013:249), dalam mengaplikasikan
model discovery learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilakukan dalam belajar mengajar antara lain:
1. Stimulasi atau pemberian rangsangan
Siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Pada tahap ini guru bertanya
25
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2. Pernyataan atau identifikasi masalah
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar. Kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Pengumpulan data
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian, anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi
26
konsep dan generalisasi. Dengan generalisasi tersebut, siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Pembuktian
Menurut Bruner, pembuktian bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6. Menarik kesimpulan atau generalisasi
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, tentu saja dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Dengan kata lain, tahap ini berdasarkan hasil verifikasi tadi anak didik belajar menarik
kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya, siswa dapat merumuskan suatu kesimpulan dengan kata-kata atau tulisan tentang prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
Dalam hubungan antara guru dan siswa, Dahar dalam Agus N. Cahyo (2013:113) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
27
2. Menyajikan meteri pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah.
3. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconic,
dansymbolic.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.
5. Menilai hasil belajar siswa merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Untuk menunjang proses belajar, lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin
tahu siswa pada tahap eksplorasi. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hal ini sama dengan pendapat Bruner bahwa memanipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami)
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan
symbolic.
1. Tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
28
2. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan.
3. Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar
melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.
a. KelebihanDiscovery Learning
Menurut Bruner dalam Agus N. Cahyo (2013:116) pendekatandiscovery
mempunyai empat keuntungan yaitu kode-kode generik memfasilitasi transfer dan retensi. Discovery juga memfasilitasi transfer dan memori.
Kemudian keuntungan lainnya berkaitan dengan pemecahan masalah dan motivasi. Bruner menandaskan bahwa makin sering digunakan model-model discovery makin membawa seorang pelajar untuk menguasai
keterampilan dalam pemecahan masalah.
Selain keuntungan yang dijelaskan Bruner, Imas dan Berlin (2014:66) juga mengemukakan keuntungan-keuntungan dari penerapan model discovery.
1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
29
6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
8. Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
11. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
12. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
b. KelemahanDiscovery Learning
Menurut Ausubel, menurutnya hanya sedikit sekolah-sekolah yang mengembangkan belajar discovery pada siswa. Hal ini karena bukan hanya membutuhkan waktu yang lama, melainkan siswa-siswa kurang
memiliki kemampuan dalam mengikuti model discovery yang justru membutuhkan penguasaan informasi yang lebih cepat, dan tidak diberikan dalam bentuk final.
Menurut Imas dan Berlin (2014:67) kelemahan model pembelajaran discovery learning yaitu metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Harapan-harapan yang terkandung dalam
metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Metode ini tidak efisien
utnuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Serta tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
30
I. Penelitian yang Relevan
Kajian tentang penelitian terdahulu dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh: Fajar Astuti (2014) Judul Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Tema Menghargai Jasa Pahlawan
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tegorejo”. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa guru SD Negeri 1 Tegorejo masih
merasa kesulitan dalam proses pembelajaran meski sudah melakukan berbagai usaha dengan model tanya jawab, diskusi dan mengikuti beberapa penelitian. Kesulitan tersebut dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang
tidak mendukung, buku pegangan guru mengenai buku tematik relatif sedikit, buku siswa yang ada pada Kurikulum 2013 tidak bersifat fleksibel dengan
lingkungan daerah dan siswa terkadang membuat kegaduhan di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif dan proses pembelajaran menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model discovery.
Data penelitian berupa penerapan model pembelajaran discovery dan hasil belajar. Hasil belajar siswa meningkat dilihat dari persentase rata-rata pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas ekperimen
nilai pretes 76 meningkat menjadi 85. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai pretes rata-rata siswa adalah 75 meningkat menjadi 83.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu dan relevan, maka dapat
31
hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi
Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pengaruh Model Discovery Learning terhadap
Hasil Belajar Kognitif siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester Genap”.
J. Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan keaktifan siswa dalam proses belajar yang dilakukan siswa akan
berdampak pada berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Penerapan model yang tepat dan yang dapat membuat siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar
siswa.
Dalam proses pembelajaran di kelas pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat, peneliti melihat masih rendahnya nilai siswa pada mata
pelajaran geografi, siswa kurang berpartisipasi secara aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari adanya siswa yang hanya
mendengarkan saja, duduk diam dan mengobrol sesama teman sebangku.
32
pembelajaran penemuan ini, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.
Diharapkan dengan penggunaan model discovery learning, siswa dapat belajar dengan aktif dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai. Jika siswa sudah
mulai aktif dalam mengikuti proses pembelajaran maka akan berpengaruh dengan hasil belajar siswa juga akan baik.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pengaruh modeldiscovery learningsedangkan variabel
terikat adalah hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif.
K. Hipotesis
Menurut Sukardi (2008:41), hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Sedangkan menurut Margono (2010:67),
hipotesis adalah jawaban sementara masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya. Hipotesis
33
Berdasarkan landasan teori dan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap
hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat. Ha : Ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil
34
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan
pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu
serta teknologi. Sedangkan menurut Subagyo (2006:2) “metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan”.
Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian data dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen
yaitu dengan mengadakan percobaan atau eksperimen untuk menguji hipotesis. Metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
35
menurut Sugiyono (2013:80), populasi merupakan wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat, seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.
No Kelas Siswa Jumlah
Menurut Sugiyono (2010:121) sampel adalah sebagai bagian dari
populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut Prasetyo dan Jannah (2012:119), sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.
36
populasi itu (Sugiyono, 2010:120). Sampel siswa dalam penelitian ini
dipilih dari kelas X.1 sampai X.6 dan di acak sehingga kelas yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Dari data pemilihan sampel, maka kelas yang akan menjadi sampel
penelitian adalah kelas X.1 dan X.2. Jumlah siswa dari kedua kelas tersebut adalah 64 orang yang akan dibagi menjadi kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Tabel 3.2. Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kelas Kelompok Siswa Jumlah
Total
L P
X.1 Eksperimen 6 26 32
X.2 Kontrol 6 26 32
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.
C. Desain Penelitian
Terdapat beberapa jenis desain dalam penelitian eksperimen. Peneliti dapat
menentukan dengan menggunakan satu kelompok atau dua kelompok, yaitu kelompok eksperimental-kelompok yang diberikan stimulus dan kelompok
pembanding-kelompok yang tidak diberikan stimulus. Dalam penelitian ini menggunakan desain Pre-Test dan Post-Test Eksperimen. Desain tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. DesainPre-TestdanPost-TestEkperimen
Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test
Kelas Eksperimen O1 X1 O2
Kelas Kontrol O1 X2 O2
37
Keterangan :
X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
X2 : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Tes kemampuan awal (pre-test) yaitu tes yang dilakukan sebelum
diberikan perlakuan
O2 : Tes akhir (post-test) yaitu tes yang dilakukan setelah diberikan
perlakuan
Pada penelitian ini terdapat dua kelas yang menjadi sampel penelitian. Kedua
kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen, pertemuan pertama sebelum diberikan
perlakuan dengan menggunakan model discovery learning siswa diberikan soal pilihan ganda objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test)siswa di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Setelah dilakukan pre-test kemudian memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan
menerapkan model discovery learning. Penerapan model discovery learning ini dilakukan dengan tiga kali pertemuan. Setelah siswa pada kelas
eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model discovery learning, kemudian dilakukan post-testatau kemampuan akhir siswa dengan
memberikan soal pilihan ganda objektif untuk melihat hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan modeldiscovery learning.
38
objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test)
siswa. Setelah dilakukanpre-testkemudian memberikan perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Setelah siswa pada kelas
kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah kemudian dilakukan post-test atau kemampuan akhir siswa untuk melihat hasil belajar kognitif siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek peneliti atau apa saja yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Model
pembelajarandiscovery learning. 2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini hasil belajar siswa. Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah hanya aspek kognitif saja, sedangkan
39
E. Definisi Operasional Variabel
1. Model PembelajaranDiscovery Learning
Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga
anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo,
2013:100).
Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat
informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
2. Hasil belajar
Hasil belajar secara normatif merupakan hasil penilaian terhadap kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa
dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau angka. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini
40
Tabel 3.4. Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015 Sumber: Data SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015.
F. Tahap Penelitian
1. Tahap Prapenelitian
a. Membuat surat izin penelitian ke bagian akademik untuk melakukan
penelitian ke sekolah.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana pembelajaran yang akan diterapkan pada waktu pembelajaran di kelas
b. Membuat instrumen evaluasi kognitif yaitu: soal tes awal dan tes
akhir berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal.
3. Tahap Pelaksanaan
41
tiga kali pertemuan, dilakukan pre test sebelum diberikan perlakuan dan
post test setelah diberikan perlakuan.
G. Instrumen Penelitian
Menurut (Margono, 2010:155), instrumen adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Tujuan test ini adalah untuk mengukur hasil
belajar kognitif siswa sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning.
1. Instrumen tes
Dalam penelitian ini, instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda objektif yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa di awal dan akhir pembelajaran yang berupa data kuantitatif. Instrumen tes
menggunakan 20 soal tes pilihan ganda dengan pemberian skor untuk setiap soal diberi nilai 5 sehingga siswa yang menjawab benar seluruh soal akan mendapat nilai 100.
Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka
instrumen yang digunakan perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen tersebut. Uji coba
42
a. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009:72). Setelah data
didapat dan ditabulasi maka pengujian validitas konstruksi(Construct) dilakukam dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus korelasi product moment
adalah :
r
X.Y=
∑ . (∑ )(∑ )
{ ∑ ( ) }{ ( ) }
keterangan :
rx.y : Koefesien korelasi
n : Jumlah sampel
X : Skor variabel X
Y : Skor variabel Y
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑X2
: jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2
: jumlah kuadrat skor variabel Y
Hasil uji validitas tes dapat dilihat pada tabel di bwah ini. Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal.
No Kriteria No soal Jumlah
Soal
43
Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor
total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =
32, maka didapat r tabel sebesar 0,349.
Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 3, 5, 14, 21 dan 24 nilai kurang dari 0,349. Karena koefisien korelasi pada item
3, 5, 14, 21 dan 24 nilainya kurang dari 0, 349 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan
atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0, 349 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.
b. Reliabilitas
Dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha sebagai berikut:
=
1 1
keterangan:
: reliabilitas yang dicari
n : banyaknya butir soal
: jumlah varians skor tiap-tiap item
44
Berikut interpretasi koefisien reabilitas seperti yang terlihat dalam
Tabel berikut:
Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteria
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah
0,00 < r11≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber : Arikunto (2006: 75).
Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,893. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan
jumlah data (n) = 32, di dapat sebesar 0, 349. Karena nilainya lebih dari 0, 349, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel.
c. Daya Pembeda
Dalam penyusunan instrumen tes, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu test dapat diketahui melalui analisis daya pembeda soal
maupun tingkat kesukaran soal. Menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus menurut Sudijono sebagai berikut:
D =
Dimana:
Keterangan:
D : indeks diskriminasi satu butir soal