• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh

DEBI GUSMALISA

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar siswa kelas X SMAN 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan tahun pelajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperimen) yaitu metode yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat sebanyak 194, jumlah sampel sebanyak 64 siswa diperoleh teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan tes. Analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil analisis data diperoleh adanya perbedaan yang signifikan rata-rata nilai gain pada kelas yang diberi perlakuan model discovery learning dan pada kelas yang diberi perlakuan metode ceramah, untuk nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen (discovery learning) lebih banyak yang memiliki nilai yang tuntas belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF DISCOVERY LEARNING MODEL APPLICATION TO STUDENTS’ LEARNING RESULTS IN GEOGRAPHY SUBJECT OF GRADE X IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 IN WEST MERAPI SUB

DISTRICT OF LAHAT DISTRICT IN SOUTH SUMATERA IN ACADEMIC YEAR 2014/2015

By

DEBI GUSMALISA

The objective of this research was to find out information about the influence of discovery learning model application to students’ learning results in geography subject of Grade X in State Senior High School 1 in West Merapi sub district of Lahat district in South Sumatera in academic year 2014/2015. This was a quasi-experiment research to compare influence of a treatment to a certain object (experiment group) and to find out the extent of the influence. Population was 194 Grade X students in State Senior High School 1 in West Merapi. 64 respondent samples were taken using simple random sampling. Data were analyzed using t-test analysis.

The results showed that there was a significant difference of average of gain values between classroom that received discovery learning model and classroom that received lecturing method. The experiment classroom had higher gain value than control classroom, because experiment classroom (with discovery learning) had more grade of learning accomplishment. The conclusion was that learning process by using discovery learning model influenced students’ learning method in geography subject.

(3)

PENGARUH PENERAPAN MODELDISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERAPI BARAT KECAMATAN MERAPI BARAT KABUPATEN LAHAT SUMATERA

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

DEBI GUSMALISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang, pada tanggal 25 Agustus 1993.

Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Ujang dan Ibu Kurti.

Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Dasar di SD Negeri 51 Lahat pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Lahat pada tahun 2008,

dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 4 Lahat.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur undangan.

Pada tahun 2014 bulan Juli-September penulis telah melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap 2 Lumbok Seminung dan

(8)

PERSEMBAHAN

Terucap syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Bapakku (Ujang) dan Ibuku (Kurti) yang telah membesarkanku dengan penuh ketulusan, kasih sayang, dan tak pernahbosan mendo’akan untuk keberhasilanku

Kakak dan adikku (Sasmiana, Darmawiansyah dan Yunita Gustiani) yang selalu setia menemaniku, memberikan motivasi, dukungan,

serta curahan kasih sayang.

Sahabat tercinta Mega Lestari, Winda Anggraini, Kyky Zeptiana, Endang Sasmita, Muji Slamet Lestari, Sahabat-sahabat KKN

yang selalu memberikan semangat untukku.

Teman-teman angkatan 2011 terimakasih atas segala kasih sayang dan dukungan untukku.

Dan seseorang yang semoga kelak Allah takdirkan untuk mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan

(Ardan Rahmat Senogala)

(9)

M ot o

Belajar dari hari kemarin, hidup untuk hari esok. Hal terpenting a

dalah tidak berhenti bertanya

(Albert Einstein)

Kita tidak akan pernah mendapatkan hasil dari

(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya,

penulis masih diberi kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Model Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015”, dapat diselesaikan dengan

segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.

Skripsi ini disusun berkat bimbingan Bapak Dr. Pargito, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan juga dosen pembimbing I dengan sabar membimbing penulis untuk memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi

ini. Bapak Dedy Miswar, S.Si., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi

dan semangat. Serta kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Pembahas yang sudah memberikan bimbingan serta petunjuk demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

(11)

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan

Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum.,

selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Baslini, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Merapi Barat dan Ibu

Astuti Ningsih, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu penulis

untuk melaksanakan penelitian.

7. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2011 di program studi S1

Pendidikan Geografi, Universitas Lampung.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,

(12)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pengaruh ... 9

B. Pembelajaran... 9

C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme ... 10

D. Pembelajaran Geografi... 15

E. Pembelajaran Konvensional... 16

F. Belajar ... 17

G. Hasil Belajar... 19

H. ModelDiscovery Learning... 22

I. Penelitian yang Relevan... 30

J. Kerangka Pikir ... 31

K. Hipotesis ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 34

(13)

C. Desain Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian... 38

E. Definisi Operasional Varibael... 39

F. Tahap Penelitian... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Teknik Analisis Data... 47

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

B. Pelaksanaan Penelitian... 54

C. Hasil Penelitian ... 55

D. Analisis Data ... 62

E. Pembahasan ... 75

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 83

B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di Kelas X SMA

Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 3

2.1 Indikator Hasil Belajar ... 21

3.1 Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 35

3.2 Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 36

3.3 DesainPre-TestdanPost-TestEksperimen... 36

3.4 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 40

3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal ... 42

3.6 Kriteria Reliabilitas ... 44

3.7 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 45

3.8 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda Soal... 45

3.9 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 47

3.10 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Uji Coba Soal... 47

3.11 Interpretasi NilaiGain... 50

4.1 Jumlah Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat... 54

(15)

xv

4.3 Rangkuman Hasil Penelitian Kelompok ModelDiscovery Learning

dan Kelompok Kontrol... 55

4.4 NilaiPre-testdanPost-TestSiswa Kelompok ModelDiscovery Learning... 56

4.5 NilaiPre-TestdanPost-TestSiswa Kelompok Kontrol ... 58

4.6 NilaiGainKelompok ModelDiscovery Learning... 62

4.7 NilaiGainKelompok Kontrol ... 62

4.8 Rangkuman Output SPSS TabelOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 63

4.9 Rangkuman Output SPSS TabelTest of Homogeneity of Variances ... 64

4.10 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok ModelDiscovery Learning ... 65

4.11 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok ModelDiscovery Learning... 66

4.12 Output SPSS TabelPaired Samples Statistics Kelompok Kontrol ... 67

4.13 Output SPSS TabelPaired Samples Test Kelompok Kontrol ... 68

4.14 Output SPSS TabelGroup Statistics Pretest Kelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 69

4.15 Output SPSS TabelIndependent Samples Test PretestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 70

4.16 Output SPSS TabelGroup Statistics Post TestKelompok Model Discovery Learningdan Kelompok Kontro ... 71

4.17 Output SPSS TabelIndependent Samples Test Post-TestKelompok ModelDiscovery Learningdan Kelompok Kontrol ... 72

4.18 Output SPSS TabelGroup Statistics GainKelompok Model Discovery LearningDan Kelompok Kontrol ... 73

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 88

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 90

3. Lembar Kerja Kelompok ... 119

4. Soal Pretest dan Post Test Kelas X.1 dan X.2 ... 130

5. Validitas dan Reabilitas Soal ... 135

6. Daya Beda Soal... 137

7. Tingkat Kesukaran ... 139

8. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Discovery Learning... 141

9. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Kontrol ... 142

10. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Pretest-Post Test Hasil Belajar Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi siswa Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelompok Model Discovery Learning ... 143

(17)

xiii

12. Deskripsi Data dan Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas X SMA N 1 Merapi Barat

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Peta Lokasi SMA Negeri 1 Merapi Barat ... 52 4.2 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok

Model Discovery Learning ... 56 4.3 Diagram Batang Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok Kontrol ... 58 4.4 Diagram Batang Perbandingan HasilPre-TestKelompok

ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 60

4.5 Diagram Batang Perbandingan HasilPost-TestKelompok

ModelDiscovery Learningdan kelompok Kontrol ... 61 4.6 Diagram Batang PerbandinganGainKelompok

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

“Hamalik dalam Agus N. Cahyo (2013:17) mengatakan bahwa pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian melalui pendidikan anak didik akan mengetahui potensi-potensi yang ada didalam diri mereka”.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak di dorong

untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan

(20)

2

Masalah lain yang muncul pada pendidikan di Indonesia adalah terdapat

kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan sikap dan perilakunya. Banyak siswa yang tahu atau hafal materi pelajaran, tetapi belum

mampu mengaplikasikan ilmu tersebut untuk menigkatkan pengetahuannya.

Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari proses pengajaran dan pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa

atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Sementara pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga dapat diartikan

sebagai suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman

belajar.

Saat ini banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para ahli

dan diharapkan mampu membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. Dengan

adanya model pembelajaran juga diharapkan dapat mengubah kondisi yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented yaitu guru merupakan pusat informasi menjadi student oriented,

siswa menjadi subjek aktif belajar.

Jika peserta didik mampu menjadi subjek aktif belajar dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode yang tepat

(21)

3

model pembelajaran yang dapat membuat siswa melakukan proses

pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat

merangsang keaktifan siswa. Untuk itu guru harus memiliki keterampilan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat, guna membuat situasi pembelajaran yang efektif sehingga tujuan-tujuan pembelajaran yang

diharapkan dapat tercapai.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa nilai siswa

pada mata pelajaran geografi masih rendah, guru masih berperan sepenuhnya dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan dan presentasi pada

siswanya. Siswa masih belum aktif dan mandiri untuk mengembangkan pengetahuan mereka dengan mencari bahan-bahan pendukung pendidikan mereka dengan sendiri.

Masih rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran geografi dapat dilihat pada

tabel, yang menunjukkan masih banyaknya siswa yang belum tuntas dalam memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran geografi.

Tabel 1.1. Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015

No Interval Frekuensi Persentase

1 ≥ 75 (tuntas) 38 38,8

< 75 (tidak tuntas) 60 61,2

Jumlah 98 100

(22)

4

Dari data di atas diketahui bahwa di SMA Negeri 1 Merapi Barat menetapkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran geografi adalah 75. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila siswa mencapai nilai 75 atau

lebih. Berdasarkan hasil nilai MID semester pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat diketahui bahwa hasil belajar geografi siswa belum semuanya tuntas, karena dari 98 siswa sebanyak 60 atau 61,2% siswa belum

mencapai standar (KKM). Siswa yang memiliki nilai lebih dari (KKM) sebanyak 38 siswa dari 98 siswa atau 38,8%.

Berdasarkan perolehan data di atas diketahui bahwa hasil belajar geografi

rendah. Belum optimalnya hasil pembelajaran tersebut diduga kurang tepat model pembelajaran yang digunakan. Selama ini proses pembelajaran yang

terjadi di SMA Negeri 1 Merapi Barat guru masih sering menggunakan metode ceramah sebagai alternatif pembelajaran di kelas. Metode ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya,

sedangkan peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru. Metode ceramah bila selalu digunakan dapat membuat bosan. Hal ini membuat siswa hanya

mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru perlu mengadakan perbaikan dalam

(23)

5

dengan menggunakan model discovery learning, mengingat model ini

menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan dengan penerapan model discovery learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Menurut Agus N. Cahyo (2013:101) pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri,

dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang

teacher orientedyaitu guru menjadi pusat informasi menjadistudent oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Metode ini juga mengubah dari modus expository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke

modus discovery yang menuntut siswa secara aktif menemukan informasi sendiri melalui bimbingan guru.

Menurut Sardiman (1990:96) mengatakan bahwa dalam kegiatan belajar di

kelas, aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri sebab dalam belajar siswa diharuskan untuk berpikir dan berbuat karena setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, karena tanpa adanya

aktivitas maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi. Di dalam hasil belajar terdapat tiga indikator ketuntasan hasil belajar diantaranya mencakup

(24)

6

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian

mengenai model discovery learning di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat tahun pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten

Lahat Sumatera Selatan.

2. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih berperan sepenuhnya

dalam pembelajaran.

4. Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah, sehingga

siswa kurang termotivasi dalam belajar

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Model Pembelajaran Discovery

(25)

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang: Ada atau Tidaknya Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat

Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi guru, yaitu model pembelajaran discovery learning sebagai

alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran geografi.

2. Bagi siswa, yaitu memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar.

3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam menggunakan model pembelajaran discovery learning dan dapat memberikan informasi yang kongkrit mengenai pengaruh model

discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu adanya batasan ruang lingkup

penelitian sebagai berikut:

(26)

8

2. Objek yang diteliti adalah pengaruh model pembelajaran discovery

learningterhadap hasil belajar kognitif siswa.

3. Tempat penelitian di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi

Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.

4. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

(27)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengaruh

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Pengaruh adalah daya yang ada

atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang”. Sehingga pengaruh dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang muncul dari benda atau orang yang dapat

memberikan perubahan. Perubahan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar (Purwanto, 2013:67). Untuk melihat perubahan (gain) evaluasi hasil belajar dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan.

B. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan seorang guru untuk membantu siswa dalam proses belajar, sehingga adanya perubahan dari kondisi tidak mengerti menjadi mengerti atau dari kondisi tidak tahu menjadi

tahu. Sebab berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar ditentukan oleh proses pembelajaran yang dilakukan guru.

Wina Sanjaya (2009:26), berpendapat bahwa “pembelajaran adalah proses

(28)

10

sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa”. Sedangkan menurut

Dimyanti dan Mudjiono (2009:297), mendefinisikan “pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat

siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber balajar”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran bertujuan membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan

pengalaman itu tingkah laku siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku

siswa menjadi bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.

C. Pembelajaran Teori Konstruktivisme

Teori pembelajaran terus mengalami perbaikan dan pengembangan seiring permasalahan didalam dunia pendidikan. Saat ini kita mengenal teori pembelajaran kontemporer. Menurut Rifa’i dan Catharina dalam Agus N

Cahyo (2013:31) pembelajaran teori kontemporer adalah pembelajaran yang mengacu dan dikembangkan pada teori belajar konstruktivisme. Sehingga

teori belajar konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kontemporer yang saat ini sedang dipraktikan oleh dunia pendidikan.

(29)

11

siswa dalam menyeleksi informasi yang dibutuhkan. Dengan menerapkan

pembelajaran student centered learning strategies, maka pembelajaran konstruktivisme mengkritisi konsep pembelajaran yang selama ini

berlangsung yang cenderung berpusat pada subjek belajar. Pengajar dan siswa sama-sama aktif, siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pengajar sebagai fasilitator. Bentuk pembelajaran “student-centered” dilaksanakan

melalui belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative learningdanproblem based learning.

Teori belajar konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan

yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah buatan kita

sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut.

Menurut Hill dalam Agus N Cahyo (2013:34), teori konstruktivisme

didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan

pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan

(30)

12

Teori konstruktivisme lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruksi

aktif siswa. Menurut teori konstruktivisme ini, bila seseorang tidak mengonstruksikan pengetahuan secara aktif, meskipun ia berumur tua

pengetahuan yang dimilikinya tidak akan berkembang.

Dalam teori ini, kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu

menjadi orang yang kritis menganalisi sesuatu hal, karena mereka berpikir bukan hanya meniru.

Pendekatan konstruktivisme memiliki beberapa karakter yang dapat dilihat dari proses pembelajarannya. Karakteristik pendekatan konstruktivisme

menurut Hanafiah dan Suhana dalam (Imas dan Berlin, 2014:39) adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik.

3. Pandangan yang berbeda diantara peserta didik dihargai sebagai tradisi dalam proses pembelajaran.

4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi.

5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian yang alami.

6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif di kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

(31)

13

a. Kelebihan Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh teori pembelajaran lain. Menurut Agus N cahyo (2013:69)

diantara beberapa kelebihan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik menurut konstruktivisme adalah peserta didik yang aktif mengonstruksi

pengetahuan yang ia dapat.

2. Siswa lebih aktif dan kreatif. Sebagai akibat konstruksi mandiri

siswa terhadap sesuatu, siswa dituntut aktif dan kreatif untuk mengaitkan ilmu baru yang mereka dapat dengan pengalaman mereka sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang sesuai dengan

yang diharapkan.

3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Siswa mendapatkan ilmunya tidak hanya dengan mendengarkan penjelasan gurunya,

tetapi juga dengan mengaitkan pengalaman pribadi mereka dengan informasi baru yang mereka dapat.

4. Siswa memiliki kebebasan belajar. Siswa dapat dengan bebas mngonstruksi ilmu baru itu sesuai pengalamannya sebelumnya, sehingga tercipta konsep yang diinginkan.

5. Perbedaan individu terukur dan dihargai. 6. Membina sikap produktif dan percaya diri.

(32)

14

8. Guru berpikir proses membina pengetahuan baru, siswa berpikir

untuk menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan. 9. Siswa menjadi lebih paham.

10. Mudah ingat karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

11. Kemahiran sosial yang diperoleh apabila berinteraksi dengan teman

dan guru dalam membina pengetahuan baru.

b. Kelemahan Teori Konstruktivisme

Adapun kekurangan dari teori konstruktivisme menurut Agus N Cahyo

(2013:71) adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses

belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang

bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya.

2. Belajar merupakan suatu proses pembentukan siswa. Namun, yang paling menentukan adalah niat belajar siswa itu sendiri.

3. Peranan guru hanya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.

(33)

15

5. Evaluasi. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai

pandangan dan interpretasi terhadap pengetahuan dan aktivitas yang didasarkan pada pengalaman.

D. Pembelajaran Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Sumadi (2003:4), geografi

adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks

keruangan. Sedangkan menurut Bintarto dalam Sumadi (2003:4), geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan klausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut

mahluk hidup berserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan.

Pakar-pakar geografi pada seminar Lokakarya Peningkatan Kualitas

Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988 telah merumuskan konsep geografi yaitu, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

kewilayahannya dalam konteks keruangan.

Konsep geografi di atas menegaskan bahwa yang menjadi objek studi geografi tidak lain adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya

(34)

16

E. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada guru. Menurut Wina Sanjaya

(2009:177) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara

verbal dari seseorang guru kepada kelompok, siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Menurut Wina Sanjaya (2009:177) terdapat beberapa karakteristik pembelajaran konvensional diantaranya:

1. Proses pembelajaran dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara ilmu merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini, oleh karena itu sering orang

mengindetikannya dengan ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran

yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu

sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dan dapat mengungkapkan kembali

(35)

17

F. Belajar

Slameto (2003:2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Skinner dalam Dimyanti dan Mudjiono (2009:9) mendefinisikan “belajar adalah suatu perilaku yang

membuat seseorang menjadi lebih baik.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku

seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Menurut Suparno dalam Sardiman (2012:38), ada beberapa ciri atau prinsip

dalam belajar yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang memengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Menurut Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:26) ranah kognitif

(36)

18

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan model dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. 6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Ranah afektif menurut Krathwohl dan Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:27) terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:

1. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

2. Partisipasi, yang mencakup kerelaan, kesedian memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap.

4. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai pedoman dan pegangan hidup.

5. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:29) ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis perilaku.

1. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskripsikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

2. Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.

(37)

19

6. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

7. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Menurut Gagne dalam Wina Sanjaya (2009:66) bahwa belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau

datang dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor

eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Kondisi internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.

G. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran. Dimyati dan Mudjiono (2009:3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar ini tidak terlepas dari tindak guru, pencapaian tujuan pengajaran pada bagian ini merupakan peningkatan kemampuan siswa.

Hasil belajar yang digunakan pada penelitian ini dibatasi hanya menyangkut aspek kognitif saja. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini instrumen tes yang digunakan berupa soal untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum dan

(38)

20

Terdapat dua istilah penting sebagai hasil belajar yaitu behavior (tingkah

laku) dan performance (penampilan) yaitu dua istilah yang menunjukkan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain. Hasil belajar seseorang dapat

berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap. Pengetahuan memang sifatnya abstrak sehingga tidak secara nyata dapat diamati, akan tetapi manifestasi pemilikan pengetahuan dapat diketahui apabila diukur dengan cara yang

tepat.

Hasil belajar yang berupa keterampilan, menunjuk pada sesuatu yang dapat diamati karena memberikan gambaran tentang bergeraknya organ tubuh. Di

dalam pengertian modern dikenal dengan istilah keterampilan kognitif yaitu jenis keterampilan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan

kreativitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah dan lain-lain bentuk yang merupakan unjuk nyata dari ketinggian kemampuan seseorang dalam aspek kognitif.

Berbeda dengan hasil belajar yang berupa pengetahuan dan keterampilan

yang dapat diukur dan diketahui pencapaiannya, hasil belajar yang berupa sikap yang ditampilkan oleh siswa tidak dapat dengan cepat dipandang oleh guru sebagai hasil upaya mereka di sekolah. Banyak sekali faktor luar yang

berpengaruh terhadap perkembangan sikap seseorang.

Indikator Hasil Belajar

Indikator adalah perilaku yang dapat diukur atau diobservasi untuk

(39)

21

pelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.

Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk indikator hasil belajar, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Indikator

hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang mencakup aspek kognitif saja dengan kompetensi pengetahuan, pemahaman dan analisis.

Tabel 2.1. Indikator hasil Belajar

No Aspek Kompetensi Indikator Hasil Belajjar

1 2 3 4

1 Kognitif Pengetahuan Mengidentifikasi dan

mendefinisikan.

2 Afektif Penerimaan Mempercayai, mengikuti dan

(40)

22

1 2 3 4

3 Psikomot

orik

Pengamatan Mengamati proses dan memberi perhatian pada tahap-tahap sebuah perbuatan.

Peniruan Melatih, mengubah, dan

menggunakan sebuah model Pembiasaan Membiasakan perilaku yang sudah

dibentukknya dan mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten Penyesuaian Menyesuaikan model,

mengembangkan model, dan menerapkan model.

Sumber: Bloom, dkk dalam Dimyati dan Mudjiono (2009).

H. ModelDiscovery Learning

Menurut Jerome Bruner dalam Hosnan (2014:281) discovery learningadalah model belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktik contoh pengalaman.

Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah

model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo, 2013:100).

Model discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sehingga, anak harus berperan aktif di dalam belajar. Peran aktif

anak dalam belajar ini diterapkan dengan cara melalui cara penemuan. Discovery juga merupakan proses mental dimana siswa mampu

(41)

23

antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat

dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Prinsip belajar yang tampak jelas dari model pembelajaran ini adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk

final melainkan melalui proses yang aktif. Dalam hal ini, siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui

dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisir atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Siswa secara aktif merekonstruksikan pengalamannya dengan

menghubungkan pengetahuan baru dengan internal modal atau struktur kognitif yang telah dimilikinya.

Pada intinya, model pembelajaran discovery learning ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang

teacher oriented dimana guru menjadi pusat informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar.

Aplikasi dalam modeldiscovery learningdilakukan dengan dua tahap.

1. Tahap Persiapan

Dalam mengaplikasikan model discovery learning di dalam kelas,

(42)

24

1) Menentukan tujuan pembelajaran

2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, dan gaya belajar)

3) Memilih materi pelajaran

4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (contoh-contoh generalisasi)

5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas untuk dipelajari siswa.

6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

2. Tahap aplikasidiscovery learning

Menurut Syah dalam Agus N. Cahyo (2013:249), dalam mengaplikasikan

model discovery learning di dalam kelas, tahapan atau prosedur yang harus dilakukan dalam belajar mengajar antara lain:

1. Stimulasi atau pemberian rangsangan

Siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan,

kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Pada tahap ini guru bertanya

(43)

25

yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

2. Pernyataan atau identifikasi masalah

Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan ajar. Kemudian

salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Pengumpulan data

Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Dengan demikian, anak didik diberi kesempatan untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi

(44)

26

konsep dan generalisasi. Dengan generalisasi tersebut, siswa akan

mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5. Pembuktian

Menurut Bruner, pembuktian bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

6. Menarik kesimpulan atau generalisasi

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, tentu saja dengan

memperhatikan hasil verifikasi. Dengan kata lain, tahap ini berdasarkan hasil verifikasi tadi anak didik belajar menarik

kesimpulan atau generalisasi tertentu. Akhirnya, siswa dapat merumuskan suatu kesimpulan dengan kata-kata atau tulisan tentang prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

Dalam hubungan antara guru dan siswa, Dahar dalam Agus N. Cahyo (2013:113) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:

(45)

27

2. Menyajikan meteri pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para

siswa untuk memecahkan masalah.

3. Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enactive, iconic,

dansymbolic.

4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor.

5. Menilai hasil belajar siswa merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.

Untuk menunjang proses belajar, lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin

tahu siswa pada tahap eksplorasi. Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai

dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Hal ini sama dengan pendapat Bruner bahwa memanipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami)

sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan

symbolic.

1. Tahap enactive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya

(46)

28

2. Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar dan visualisasi verbal. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan.

3. Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar

melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya.

a. KelebihanDiscovery Learning

Menurut Bruner dalam Agus N. Cahyo (2013:116) pendekatandiscovery

mempunyai empat keuntungan yaitu kode-kode generik memfasilitasi transfer dan retensi. Discovery juga memfasilitasi transfer dan memori.

Kemudian keuntungan lainnya berkaitan dengan pemecahan masalah dan motivasi. Bruner menandaskan bahwa makin sering digunakan model-model discovery makin membawa seorang pelajar untuk menguasai

keterampilan dalam pemecahan masalah.

Selain keuntungan yang dijelaskan Bruner, Imas dan Berlin (2014:66) juga mengemukakan keuntungan-keuntungan dari penerapan model discovery.

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil.

4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

(47)

29

6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

8. Membantu siswa menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

11. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

12. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

b. KelemahanDiscovery Learning

Menurut Ausubel, menurutnya hanya sedikit sekolah-sekolah yang mengembangkan belajar discovery pada siswa. Hal ini karena bukan hanya membutuhkan waktu yang lama, melainkan siswa-siswa kurang

memiliki kemampuan dalam mengikuti model discovery yang justru membutuhkan penguasaan informasi yang lebih cepat, dan tidak diberikan dalam bentuk final.

Menurut Imas dan Berlin (2014:67) kelemahan model pembelajaran discovery learning yaitu metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Harapan-harapan yang terkandung dalam

metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. Metode ini tidak efisien

utnuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. Serta tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk

(48)

30

I. Penelitian yang Relevan

Kajian tentang penelitian terdahulu dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh: Fajar Astuti (2014) Judul Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Pada Tema Menghargai Jasa Pahlawan

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Tegorejo”. Permasalahan yang dihadapi adalah bahwa guru SD Negeri 1 Tegorejo masih

merasa kesulitan dalam proses pembelajaran meski sudah melakukan berbagai usaha dengan model tanya jawab, diskusi dan mengikuti beberapa penelitian. Kesulitan tersebut dikarenakan sarana dan prasarana sekolah yang

tidak mendukung, buku pegangan guru mengenai buku tematik relatif sedikit, buku siswa yang ada pada Kurikulum 2013 tidak bersifat fleksibel dengan

lingkungan daerah dan siswa terkadang membuat kegaduhan di dalam kelas, sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif dan proses pembelajaran menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut digunakan model discovery.

Data penelitian berupa penerapan model pembelajaran discovery dan hasil belajar. Hasil belajar siswa meningkat dilihat dari persentase rata-rata pretes dan postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas ekperimen

nilai pretes 76 meningkat menjadi 85. Sedangkan untuk kelas kontrol nilai pretes rata-rata siswa adalah 75 meningkat menjadi 83.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdahulu dan relevan, maka dapat

(49)

31

hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi

Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Maka perlu dilakukan penelitian tentang “Pengaruh Model Pengaruh Model Discovery Learning terhadap

Hasil Belajar Kognitif siswa pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat Sumatera Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 Semester Genap”.

J. Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan keaktifan siswa dalam proses belajar yang dilakukan siswa akan

berdampak pada berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Penerapan model yang tepat dan yang dapat membuat siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar

siswa.

Dalam proses pembelajaran di kelas pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat, peneliti melihat masih rendahnya nilai siswa pada mata

pelajaran geografi, siswa kurang berpartisipasi secara aktif dan terlibat dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari adanya siswa yang hanya

mendengarkan saja, duduk diam dan mengobrol sesama teman sebangku.

(50)

32

pembelajaran penemuan ini, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri

melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan

cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh siswa.

Diharapkan dengan penggunaan model discovery learning, siswa dapat belajar dengan aktif dan dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka sehingga indikator pembelajaran dapat tercapai. Jika siswa sudah

mulai aktif dalam mengikuti proses pembelajaran maka akan berpengaruh dengan hasil belajar siswa juga akan baik.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pengaruh modeldiscovery learningsedangkan variabel

terikat adalah hasil belajar siswa yang mencakup aspek kognitif.

K. Hipotesis

Menurut Sukardi (2008:41), hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Sedangkan menurut Margono (2010:67),

hipotesis adalah jawaban sementara masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenaranya. Hipotesis

(51)

33

Berdasarkan landasan teori dan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap

hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat. Ha : Ada pengaruh penggunaan model discovery learning terhadap hasil

(52)

34

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Margono (2010:1) metode penelitian adalah semua kegiatan

pencarian, penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu

serta teknologi. Sedangkan menurut Subagyo (2006:2) “metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan”.

Terdapat beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk pengkajian data dalam sebuah penelitian agar tujuan penelitian dapat tercapai seperti yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen

yaitu dengan mengadakan percobaan atau eksperimen untuk menguji hipotesis. Metode eksperimen yang digunakan adalah eksperimen semu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(53)

35

menurut Sugiyono (2013:80), populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Merapi Barat, seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Siswa Jumlah

Menurut Sugiyono (2010:121) sampel adalah sebagai bagian dari

populasi sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Sedangkan menurut Prasetyo dan Jannah (2012:119), sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.

(54)

36

populasi itu (Sugiyono, 2010:120). Sampel siswa dalam penelitian ini

dipilih dari kelas X.1 sampai X.6 dan di acak sehingga kelas yang terpilih menjadi sampel penelitian.

Dari data pemilihan sampel, maka kelas yang akan menjadi sampel

penelitian adalah kelas X.1 dan X.2. Jumlah siswa dari kedua kelas tersebut adalah 64 orang yang akan dibagi menjadi kelas eksperimen dan

kelas kontrol.

Tabel 3.2. Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi Barat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kelas Kelompok Siswa Jumlah

Total

L P

X.1 Eksperimen 6 26 32

X.2 Kontrol 6 26 32

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014/2015.

C. Desain Penelitian

Terdapat beberapa jenis desain dalam penelitian eksperimen. Peneliti dapat

menentukan dengan menggunakan satu kelompok atau dua kelompok, yaitu kelompok eksperimental-kelompok yang diberikan stimulus dan kelompok

pembanding-kelompok yang tidak diberikan stimulus. Dalam penelitian ini menggunakan desain Pre-Test dan Post-Test Eksperimen. Desain tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. DesainPre-TestdanPost-TestEkperimen

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kelas Eksperimen O1 X1 O2

Kelas Kontrol O1 X2 O2

(55)

37

Keterangan :

X1 : Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning

X2 : Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Tes kemampuan awal (pre-test) yaitu tes yang dilakukan sebelum

diberikan perlakuan

O2 : Tes akhir (post-test) yaitu tes yang dilakukan setelah diberikan

perlakuan

Pada penelitian ini terdapat dua kelas yang menjadi sampel penelitian. Kedua

kelas tersebut dibagi menjadi dua kelompok yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen, pertemuan pertama sebelum diberikan

perlakuan dengan menggunakan model discovery learning siswa diberikan soal pilihan ganda objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test)siswa di SMA Negeri 1 Merapi Barat. Setelah dilakukan pre-test kemudian memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan

menerapkan model discovery learning. Penerapan model discovery learning ini dilakukan dengan tiga kali pertemuan. Setelah siswa pada kelas

eksperimen mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model discovery learning, kemudian dilakukan post-testatau kemampuan akhir siswa dengan

memberikan soal pilihan ganda objektif untuk melihat hasil belajar kognitif siswa setelah diterapkan modeldiscovery learning.

(56)

38

objektif. Soal ini digunakan untuk melihat tes kemampuan awal (pre-test)

siswa. Setelah dilakukanpre-testkemudian memberikan perlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah. Setelah siswa pada kelas

kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah kemudian dilakukan post-test atau kemampuan akhir siswa untuk melihat hasil belajar kognitif siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek peneliti atau apa saja yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:118). Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu Model

pembelajarandiscovery learning. 2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini hasil belajar siswa. Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah hanya aspek kognitif saja, sedangkan

(57)

39

E. Definisi Operasional Variabel

1. Model PembelajaranDiscovery Learning

Model pembelajaran berbasis penemuan atau discovery learning adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga

anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tidak melalui pemberitahuan, namun ditemukan sendiri (Agus N. Cahyo,

2013:100).

Salah satu keunggulan model pembelajaran discovery ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented dimana guru menjadi pusat

informasi menjadi student oriented, siswa menjadi subjek aktif belajar. Dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Hasil belajar

Hasil belajar secara normatif merupakan hasil penilaian terhadap kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa

dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau angka. Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini

(58)

40

Tabel 3.4. Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015 Sumber: Data SMA Negeri 1 Merapi Barat Tahun Pelajaran 2014-2015.

F. Tahap Penelitian

1. Tahap Prapenelitian

a. Membuat surat izin penelitian ke bagian akademik untuk melakukan

penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelompok eksperimen dan

kelas kontrol.

2. Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana pembelajaran yang akan diterapkan pada waktu pembelajaran di kelas

b. Membuat instrumen evaluasi kognitif yaitu: soal tes awal dan tes

akhir berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal.

3. Tahap Pelaksanaan

(59)

41

tiga kali pertemuan, dilakukan pre test sebelum diberikan perlakuan dan

post test setelah diberikan perlakuan.

G. Instrumen Penelitian

Menurut (Margono, 2010:155), instrumen adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga

menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes. Tujuan test ini adalah untuk mengukur hasil

belajar kognitif siswa sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran discovery learning.

1. Instrumen tes

Dalam penelitian ini, instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda objektif yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa di awal dan akhir pembelajaran yang berupa data kuantitatif. Instrumen tes

menggunakan 20 soal tes pilihan ganda dengan pemberian skor untuk setiap soal diberi nilai 5 sehingga siswa yang menjawab benar seluruh soal akan mendapat nilai 100.

Sebelum menggunakan instrumen untuk mengambil data, maka

instrumen yang digunakan perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan realibilitas instrumen tersebut. Uji coba

(60)

42

a. Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2009:72). Setelah data

didapat dan ditabulasi maka pengujian validitas konstruksi(Construct) dilakukam dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus korelasi product moment

adalah :

r

X.Y

=

∑ . (∑ )(∑ )

{ ∑ ( ) }{ ( ) }

keterangan :

rx.y : Koefesien korelasi

n : Jumlah sampel

X : Skor variabel X

Y : Skor variabel Y

∑X : Jumlah skor variabel X

∑Y : Jumlah skor variabel Y

∑X2

: jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2

: jumlah kuadrat skor variabel Y

Hasil uji validitas tes dapat dilihat pada tabel di bwah ini. Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Uji Validitas Soal.

No Kriteria No soal Jumlah

Soal

(61)

43

Dari hasil analisis didapat nilai korelasi antara skor item dengan skor

total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi dan jumlah data (n) =

32, maka didapat r tabel sebesar 0,349.

Berdasarkan hasil analisis di dapat nilai korelasi untuk item 3, 5, 14, 21 dan 24 nilai kurang dari 0,349. Karena koefisien korelasi pada item

3, 5, 14, 21 dan 24 nilainya kurang dari 0, 349 maka dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan skor total (dinyatakan tidak valid) sehingga harus dikeluarkan

atau diperbaiki. Sedangkan pada item-item lainnya nilainya lebih dari 0, 349 dan dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid.

b. Reliabilitas

Dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha sebagai berikut:

=

1 1

keterangan:

: reliabilitas yang dicari

n : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap-tiap item

(62)

44

Berikut interpretasi koefisien reabilitas seperti yang terlihat dalam

Tabel berikut:

Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteria

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 < r11≤ 0,20 Sangat rendah

Sumber : Arikunto (2006: 75).

Dari hasil analisis di atas di dapat nilai Alpha sebesar 0,893. Sedangkan nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan

jumlah data (n) = 32, di dapat sebesar 0, 349. Karena nilainya lebih dari 0, 349, maka dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel.

c. Daya Pembeda

Dalam penyusunan instrumen tes, untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu test dapat diketahui melalui analisis daya pembeda soal

maupun tingkat kesukaran soal. Menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus menurut Sudijono sebagai berikut:

D =

Dimana:

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

Gambar

Tabel 1.1. Hasil Nilai MID Semester Pelajaran Geografi di kelas X SMA
Tabel 2.1. Indikator hasil Belajar
Tabel 3.1. Data Anggota Populasi Kelas X SMA Negeri 1 MerapiBarat Kabupaten Lahat Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tabel 3.2. Data Anggota Sampel Kelas X SMA Negeri 1 Merapi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masa ini sering disebut sebagai masa topan badai (“strum and drang)” yaitu masa yang penuh dengan gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah

Jadi, dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa syariat yang dibawa oleh Nabi-nabi dan Rasul-rasul terdahulu telah disempurnakan oleh syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Akhir kata peneliti mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memotivasi sehingga skripsi dengan judul “Pengembangan

Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa

Tes pada penelitian ini berupa tes kemampuan siswa untuk mengetahui pemahaman materi sejarah dan tes kesadaran sejarah, dilakukan pada setiap awal (pretest) dan

Puji dan syukur penul is panjatkan kehadirat Allah SubhanahuWaTa’ala atas rahmat, karunia, bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang

Agus Budi Wibowo, MSi adalah Staf Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisonal Banda Aceh...   Disadari