SEMUA INSAN MENPUNYAI KESEMPATAN UNTUK MEYELAMTKAN LINGKUNGAN
Oleh : Feliks hatam
Banyak fenomena yang terjadi sekarang, bila musibah atau banjir melanda manusia nada yang dilantunkan pasti saling menyalahkan. Pertanyaanya siapa sebenarnya yang menyelamatkan lingkungan demi kenyaman hidup?. Hemat penulis semua orang mempunyai kesempatan dan tanggung jawab untuk meneyelamatkan lingkungan. Bukan hanya pemerintah, bukan hanya masyarakat tetapi semua manusia yang mempunyai kesempatan hidup di bumi ini mempunyai tanggung jawab untuk menyelamatkan lingkungan.
Tantangan yang dihadapi oleh linkungan hidup semakin hari semakin memuncak, teriakan Fauna dan Flora ditenagah kegersangan rasa solider dengan sesama ciptaan,tentunya menuntut kita untuk menjadi pelindung dan penghibur ditengah kedukaan alam dan lingkungan kita ini.
Sering kali saya katakan jika ada dialok dan rapat dengan teman-teman mahasiswa adalah sebagai generasi yang hidup pada masa sekarang wajib hukumnya untuk menyelematkan alam ini, jika tidak apakah yang harus kita wariskan uktuk anak cucu kita selanjutny?, Apakah kegersangan yang harus kita wariskan. Jawbannya sudah pasti tidak. Dan saya yakin dan percaya generasi yang hidup sebelum generasi yang akan datang, adalah generasi yang baik, yang sudah memikirkan hal yang baik untuk generasi selanjutny, pasti pula gernerasi yang akan datang mengenankan kebaikan dari generasi sebelumnya.
UU perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tahun 1982 dan 1997 yang didalamnya memuat 14 asas, point c,g,h,k khususnya, yakni : keserasian dan keseimbangan, keadilan, ekoregion, dan partisipatif. Sudah secara jelas memberikan memberikan peluang kepada semua orang dengan caranya masiang-masing untuk menyelamatkan alam. Hal lain juga PASAL 3 UUPPLH yang memuat tujuan perlindungan lingkungan hidup, point b,e,f,,yakni menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia. Mencapai keserasian, keselarasan dan keseimbangan lingkungan hidup. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Manusia dan lingkungan: satu kesatuan
Lingkungan dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat lepas pisahkan dari kehidupuan di bumi ini, manusia dan lingkungan terdapat hubungan timbal balik, dimana manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya begitupun sebaliknya (Sastrawijaya, A.Tresna) ( 2009: 7) (Anton Bagul, D, 2008 :27) mendefinisikan lingkungan hidup ialah keseluruhn benda yang hidup dan tak hidup serta kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati.
UUPPLH (Undang-Undang pengendalian Pencemaran Lingkngan Hidup tahun 1997) pasal 1 butir 1 turut memberikan pengertian tentang lingkungan, dimana dalam UUPPLH melihat lingkungan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, termsuk kelangsungan
perikehidupan dan kesejahtraan manusia serta makluk hidup lain. Dari penegertian yang direkomendasikan oleh UUPPLH dapat kita simpulkan bahwa lingkungan hidup adalah semua yang ada diluar dan yang ada dalam diri kita, karena semuanya tidak jauah dari kehidupan manusia, maka manusia berperang penting untuk menjaga stabilitas dan romantisme yang ada antara manusai dan lingkungan itu sendiri. Llingkungan dan manusia juga terdapat hubungan yang dinamis.KarenaLlingkngan dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat lepaspisahkan maka perubahan yang terjadi dalam lingkungan akan menyebabkan perubahan tingakh laku manusia untuk menyusaikan diri dengan lingkungan yang baru, dan perubahan kelakuan manusia ini juga akan menyebabkan perubahan dalam lingkungan hidup. Hubungan yang dinamis sirkuler antar manusia dan lingkungan hidupnya dapat dikatakan bahwa hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia dapat berkembang secara maksimal, dan hanya dengan manusia yang baik pula lingkungan dapat berkembang ke arah yang optimal, sehingga sangat pentinglah pembinaan dan pelestarian lingkungan hidup. Kemajaun IPTEK mempengaruhi cara pandang maunusia terhadap alam. Diaman maunusia bukan lagi melihat alam dan segala isinya sebagai kesatuan organisme, tetapi melihat alam sebagai pemenuhan kepuasan dan memprioritaskan funsional makluk ciptaan.
Alam atau lingkungan sadar atau tidak, suka atau tidak suka bahwa alam disebut juga sebagai pengada nafkah, dan penganda situasi yang aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan alam dalam hal ini tumbuh-tumbuhan mampu menghasilksn makanannya sendiri.
Sehingga penulis merasa aneh bila banjir melanda kehidupan manusia di musim hujan, baru ramai membicarakan usaha untuk memcegah banjir, namun tidak semua orang menyadari dan merefleksi sejauh mungkin tentang posis dirinya denagan lingkungannya, dan tidak pernah tengok ke belakang apa yang sudah saya lakukan untuk lingkunngan. Sadar atau tidak manusia dan lingkungan sama-sama mempunyai moral, berbicara moral kita langsung berpikir tengtang yang baik dan yang buruk. Dan dalam konteks lingkungan moral diartikan sbagai segala jenis usaha manasia yang berorientasi pada pelestarian lingnkungan alam dan lingkungan sekitar. Moral lingkungan juga menekankan dua hal pokok, yaitu nilai-nilai moral instrik dalam mengatur objek-objek alamiah dan yang kedua nilai moral sosial seperti kebaikan.
Beberapa penulis yang membicarakan morol (etika) lingkungan menaruh harapan penuh agar setiap kepala sungguh sadar akan posisi lingkungan sebagai sesama ciptaan yang mempunayai kesempatan yang sama untuk hidup seperti Soni Keraf dan William Chang. Dari gagasan mereka berdua saya mengitip bebarapa hal yang berhubungn erat denagn moral lingkungan seperti(1).Menegakan keadilan dan tanggung jawab-moral responsibility for nature) Prilaku ketidak adilan terhadap alam adalah salah satu sumber ketidak seimbangan antara kosmos dan manusia atau dengan ciptaan lain. Hal-hal demikian dapat kita lihat melalui, yang pertama ketidak adilan mengenai cara pandang manusia tentang lingkungan dan prilaku manusia tentang lingkungan. Kedua penyelewengan terhadap penggunaan sumber daya alam yang tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan. Dimana manusia menggunakan haknya secara bebas tanpa memperhatikn kewajiban-kewajiban yang perlu dilakukan terhadaa alam. Berpijak pada eksistensi manusia itu sendiri bahwa manusia adalah salah satu dari berbagai organisme yang ada di jagat raya ini, itu artinya semua orang harus mengambil bagian dalam usaha pelestarian alam dan ikut menikmati pemanfaatan sumber daya alam yang menyeluruh,
serta sumua kelompok atau individu mengambil bagian secara penuh dalam usaha merekonsiliasi ekologi itu sendiri dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab juga bukan hanya bersifat individual tetapi juga bersifat kelompok. Dengan tanggungg jawab pribadi maupun kelompok setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara alam sebagai miliknya dan dapat dimanfaatkan seadil-adilnya pula. (2).Menyelami ciptaan lainMenyelami pencipataan adalah sebuah pemahaman atas penciptaan yan akan mewarnai sikap dan tingkah laku manusia. Memepengaruhi tingkah laku manusia terhadap alam bila mana manusia memandang alam sebagai tanda-tanda kehadiran Allah yang kudus. Alam juga adalah ibarat bayangan Tuhan, Pantulan cahya dan sinar-Nya adalah tanda keindahan Tuhan. Tetapi Meyelami ciptaan juga dapat diartiakn sebagi sikap munusia yang tidak memanfaatkan seluruh ciptaan di bumi ini secara membabi buta, dan melupakan tugas menjaga dan melindungi. Memanfaatkan seluruh isi dibumi ini adalah bagian dari doa, itu artinya manusia memafaantkan SDA dengan penuh tanggung jawab dan penuh rasa memiliki. Rasa memiliki bahwa alam ini tidak semata-semata milik manusia tetapi juga milik Tuhan..(3). Sikap hormat terhadap alam (resperct for nature) Pandangan atau pendekatan yang sudah dibahas sebelumnya bahwa substansi pandangan mereka tetap menghormati alam, bedanya antroposentris menghomati alam karena alam dilihat sebagi pemenu kepuasan manusia. Manusia adalah bagian dari organisme yang ada di alam ini, maka sikap hormat terhadap alam adalah sikap dasar manusia dalam satu komonitas eko-sosial, dengan kata lain alam mempunyai hak untuk dihormati, tidak saja kerena manusia bergantung pada alam, tetapi karena manusia adalah bagian integral dari alam, manusia adalah anggota ekologis.(.4). Mengakarkan cinta kasih dan solodaritas kosmis Hal ini lah yang ditekankan oleh ekofeminisme dimana manusia harus menumbuhkan dan merealisakan cinta kasih dan kasih sayang kepada seluruh kelompok, termasuk alam ciptaan karena manusia juga adalah salah satu kelompok ekologis, sehingga prinsip cinta kasih dan kasih sayang tidak terbatas mengamatkan nilai solodaritas kosmis (Cosmic Solidarity) yang mendorong manusia untuk menyelamatkan alam dan semua kehidupanya. Kasih sayang dan kepedulian (caring for nature) serta solodaritas kosmis (Cosmic Solidarity) adalah suatu dasar untuk menyelematkan alam serta seluruh isinya. (.5). Prinsip Hidup Sederhana Dan Selaras Dengan AlamYang ditekankan disini adalah nilai, kualitas, cara hidup yang baik, bukan kekayaan dan membatasi konsumsi produksi manusia yang modern. Dan pada tingkat ini dibutuhkan gerakan bersama secara komunal untuk mengubah gaya hidup, yakni gaya hidup yang sedarhana dan dapat diterima sebagai upaya pelestarian alam. Dalam hal ini sagala macam ritual adat, sudah menjadi barang tentu kekayaan budaya, yang dimana hal tersebut menggambarkan relasi yang sangat bermakna bagi kelansungan hidup seluruh makluk hidup.***
Niko, Syukur Diester, TEOLOGI SISTIMATIKA 2, Yokyakarta : Kanisius, 2004.
Sumatmadja, N, Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya Dan Ligkungan Hidup, Bandung : Alfabeta, 2012.
Banawiratma. Nico L. Kana, dkk (Edtr), IMAN, EKONOMI DAN EKOLOGI, Yogyakarta : Kanisius, 1996.
Irwan, Djamal Zoer’aini , PRISIP-PSIPSIP EKOLOGI. Ekosistem, Lingkungan Dan Pelestariannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Leahy, Louis, SAINS DAN AGAMA DALAM KONTEKS ZAMAN INI, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Tucker, Mery Evelyn dan John A. Grim “Edtr”, Worldvies and Ecology : Religion, Philosophy, and the environment. New York: Orbis Book, 1994, Agama, Filsafat, dan Lingkungan Hidup (Penerj. P. Hardono Hadi”), Yogyakarta: Kanisus, 2003.
Tjaya, Thomas Hidya, KOSMOS TANDA KEAGUNGAN ALLAH-Refkeksi Menurut Louis Boyer, Yogyakarta : Kanisius, 2002.
Keraf, Soni, ETIKA LINGKUNGAN, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2006.
Chang, William, MORAL LINGKUNGAN HIDUP. Yogyakarta: Kanisius, 2001.