• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Wisata Arung Jeram Sei Bingei Dalam Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Potensi Wisata Arung Jeram Sei Bingei Dalam Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Langkat"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAMBAR PERSETUJUAN

POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI BINGEI DALAM

PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT

OLEH :

TANTI SUMAWARDHA

112204016

Dosen Pembaca

Budi Santoso, S.sos

Dosen Pembimbing

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI

BINGEI DALAM PENGEMBANGAN

EKOWISATA DI KABUPATEN

LANGKAT

Oleh

: TANTI SUMAWARDHA

Nim

: 112204016

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001

Dr. Syahron Lubis, MA

(3)

POTENSI WISATA ARUNG JERAM

SEI BINGEI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA

DI KABUPATEN LANGKAT

KERTAS KARYA

OLEH

TANTI SUMAWARDHA

112204016

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak potensi wisata yang sangat potensial dan strategis, seperti: panorama dan keindahan alam di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Kabupaten Langkat salah satunya, objek wisata yang memiliki potensi yang sangat besar adalah atraksi wisata arung jeram di Sungai Bingei. Dari hasil penelitian di tunjukkan bahwa wisata yang berbasis alam sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat, khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut. Ada banyak hal yang dapat di lakukan masyarakat setempat untuk menarik keuntungan dari wisatawan yang datang seperti : menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap, membuka rumah makan, serta membuka toko cindera mata/souvenir. Melalui

pengembangan ecotourism di daerah Sungai Bingei diharapkan kelestarian pada

daerah tersebut tetap terjaga dan terpelihara guna generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai daerah yang alami yang memiliki fungsi utama. Ekowisata dan sumber daya alam sangat erat kaitannya. Suatu daerah ekowisata akan berhasil memiliki sumber daya alamnya dilindungi. Untuk dapat melindungi sumber daya alam tersebut diperlukan suatu strategi dari tangan-tangan pengelola dalam memimpin proses tersebut. Dalam melindungi sumber daya alam harus adanya kesadaran dan campur tangan dari masyarakat dan wisatawan yang datang agar terjadinya keseimbangan dalam menjaga alam kita yang sangat mahal harganya.

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala

Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas

Karya yang berjudul “ POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI BINGEI

DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT “

kertas karya ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas akhir dan sebagai salah satu

syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Diploma-III (D3) Pariwisata pada Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam

penyusunan dan penyelesaian kertas karya ini. Penulis banyak menemui kesulitan,

namun dengan bimbingan do’a, dorongan/semangat, saran maupun bantuan-bantuan

dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Pada kesempatan ini penulis, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Gustanto, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan

Kertas Karya ini.

4. Bapak Budi Santoso, S.Sos., selaku Dosen Pembaca dalam penulisan Kertas

(6)

5. Teristimewa kepada ketiga Orang Tua saya yang tercinta yang selalu

mengasihiku, Sarummaha Aslah Asisi, S.E, Rosmaina (Almarhuma) dan Riva

Gustina, dengan tulus hati diucapkan terima kasih yang selalu memberikan

limpahan kasih sayang, cinta kasih serta semangat, do’a, dukungan moril dan

materil.

6. Kepada adik saya tersayang Felya Aurina, Rada Putri Osiva, Ahmad Yusuf,

dan Fajru Sarummaha yang telah memberikan dukungan dan semangat.

7. Buat seseorang yang telah banyak memberikan penulis dukungan moral dan

bantuan dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.

8. Buat sahabat seperjuangan khususnya buat Siska, Dame, Cidha, dan Maria

dan semua teman-teman Usaha Wisata dan Perhotelan, terima kasih buat

semua do’a, kebaikan, ketulusan, dan dukungan kepada penulis selama proses

penyelesaian Kertas Karya ini.

Akhir kata penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Khususnya bagi penulis sendiri, dan penulis juga memohon maaf atas

kekurangan dalam penulisan kertas karya ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2015

(7)

DAFTAR ISI

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA 2.1. Asal Mula Dan Perkembangan Wisata ... 7

2.2. Pengertian Pariwisata ... 9

2.3. Pengertian Objek Dan Daya Tarik Wisata ... 11

2.4. Wisata Alam Dan Kesadaran Lingkungan ... 13

2.4.1. Sumber Daya Alam Sebagai Bagian Atraksi Dalam Dimensi Unsur Wisata ... 15

2.5. Pengertian Ekowisata ... 16

(8)

2.5.2. Profil Dan Pasar Ekowisata ... 19

2.5.3. Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata ... 20

2.5.4. Hubungan Ekowisata Dengan Peran Masyarakat Lokal ... 20

2.6. Beberapa Dampak Yang Ditimbulkan Pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Di kembangkan ... 21

2.7. Manfaat Pariwisata ... 22

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN LANGKAT 3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat ... 23

3.2. Visi Dan Misi Kabupaten Langkat ... 26

3.3. Kondisi Wilayah Kabupaten Langkat ... 27

3.3.1. Letak Geografis ... 27

3.3.2. Topografi ... 27

3.4. Bidang Usaha Potensial ... 29

3.5. Bidang Usaha Unggulan Layak Dikembangkan ... 30

3.6. Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kabupaten Langkat ... 32

3.6.1. Prasarana Pariwisata ... 32

3.6.2. Sarana Pariwisata ... 33

3.6.3. Sistem Transportasi ... 33

3.7. Penduduk ... 34

(9)

BAB IV POTENSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ARUNG JERAM DI KABUPATEN LANGKAT

4.1. Gambaran Umum Sungai Bingei ... 38

4.2. Gambaran Umum Sungai Bingei dan Potensi Arung Jeram yang

Dimilikinya ... 39

4.2.1. Akses Untuk Mencapai Lokasi Arung Jeram Sungai

Bingei ... 41

4.3. Dampak pengembangan kegiatan/atraksi Wisata Arung Jeram

Sungai Binge terhadap Lingkungan dan Masyarakat setempat ... 44

4.3.1. Dampak Positif pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram

Sungai Bingei ... 44

4.3.2. Dampak Negatif pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram

Sungai Bingei ... 45

4.3.3. Dampak pengembangan Ekowisata di Daerah Aliran Sungai

Bingei ... 46

4.4. Upaya pengembangan Wisata Arung Jeram di Sungai Bingei ... 47

4.5. Pengaruh Atraksi Wisata Arung Jeram terhadap Kepariwisataan di

(10)

ABSTRAK

Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak potensi wisata yang sangat potensial dan strategis, seperti: panorama dan keindahan alam di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Kabupaten Langkat salah satunya, objek wisata yang memiliki potensi yang sangat besar adalah atraksi wisata arung jeram di Sungai Bingei. Dari hasil penelitian di tunjukkan bahwa wisata yang berbasis alam sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat, khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut. Ada banyak hal yang dapat di lakukan masyarakat setempat untuk menarik keuntungan dari wisatawan yang datang seperti : menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap, membuka rumah makan, serta membuka toko cindera mata/souvenir. Melalui

pengembangan ecotourism di daerah Sungai Bingei diharapkan kelestarian pada

daerah tersebut tetap terjaga dan terpelihara guna generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai daerah yang alami yang memiliki fungsi utama. Ekowisata dan sumber daya alam sangat erat kaitannya. Suatu daerah ekowisata akan berhasil memiliki sumber daya alamnya dilindungi. Untuk dapat melindungi sumber daya alam tersebut diperlukan suatu strategi dari tangan-tangan pengelola dalam memimpin proses tersebut. Dalam melindungi sumber daya alam harus adanya kesadaran dan campur tangan dari masyarakat dan wisatawan yang datang agar terjadinya keseimbangan dalam menjaga alam kita yang sangat mahal harganya.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan pemimpin sektor yang kuat terhadap perubahan, dan

sektor yang sangat menjanjikan termasuk pada struktur global. pariwisata sebagai

salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting terhadap penciptaan lapangan

kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penghidupan yang layak serta mendorong

pemerintah daerah untuk membangun dan memelihara infrastruktur sehingga kualitas

hidup masyarakat setempat juga meningkat. Pariwisata memiliki prospek cerah dan

mempunyai peran yang sangat penting, baik dalam perekonomian dunia maupun

Indonesia.

Indonesia kaya akan berbagai potensi alam yang belum tergali di berbagai

daerah yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata. Melimpahnya kekayaan

alam Indonesia berupa keadaan alam flora dan fauna yang sangat banyak memberikan

daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara

dan apabila hal tersebut dikembangkan dapat menjadi modal bagi pengembangan dan

peningkatan sektor pariwisata di daerah setempat khususnya. Modal akan potensi

alam yang melimpah tersebut perlu di manfaatkan secara optimal melalui

penyelenggaraan kepariwisataan yang di tujukan untuk meningkatkan pendapatan

daerah, dan memiliki berbagai keuntungan misalnya dalam rangka untuk

meningkatkan kesejahteraan setempat, memperluas kesempatan kerja, mendorong

(12)

Beragamnya potensi alam yang dimiliki Indonesia sangat menjual bagi dunia

kepariwisataan.

Sumatera Utara yang merupakan salah satu Provinsi di Indonesia memiliki

beragam tempat wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan.

Provinsi ini memiliki banyak potensi wisata seperti: panorama dan keindahan alam

di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Dilihat dari

obyek dan daya tarik, wisata alam memiliki potensi yang sangat bagus untuk

dikembangkan dan dapat berperan penting dalam meningkatkan pariwisata di

Sumatera Utara.

Objek-objek wisata ini selayaknya mendapat perhatian dari masyarakat

dan pemerintah setempat. Namun, sayangnya pengelolaan pada beberapa objek

wisata tersebut belum optimal. Masih terbatasnya dukungan prasarana dan sarana

dalam menunjang kegiatan pariwisata telah mengakibatkan menurunnya daya

tarik obyek wisata. Pola pengelolaan kawasan pariwisata yang tidak

menyeluruh telah menimbulkan dampak negatif yang mengakibatkan

menurunnya daya tarik obyek wisata.

Dari banyaknya wilayah yang ada di Sumatera Utara penulis memilih daerah

Kabupaten Langkat yang terkenal dengan wisata alamnya. Kabupaten Langkat

(13)

memunculkan sebuah tantangan pada generasi sekarang. Bagaimana wisata ini terus

berlanjut tetapi tidak menggangu ekosistem disekitarnya. Sungai Bingei memiliki

tingkat kesulitan, tantangan, dan keindahan alam yang masih liar menjadi daya tarik

bagi pengunjung yang menggemari wisata yang berbasis alam dan petualangan

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis dalam bentuk

sebuah Kertas Karya dengan judul ” POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI

BINGEI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT”

1.2 Pembatasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan

pembahasan tentang :

1. Menggali potensi wisata arung jeram sebagai daya tarik wisatan pecinta alam

dan petualangan pariwisata di suatu daerah, khususnya ekowisata.

2. Bagaimana pengaruh wisata arung jeram Sei Bingei dalam pengembangan

pariwisata di suatu daerah, khususnya ekowisata

3. Peranan keterlibatan masyarakat setempat, pemerintah daerah setempat, dan

Tour Operator/Travel Agent dalam mengembangkan/mempromosikan objek

(14)

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Program pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui potensi arung jeram sebagai salah satu daya tarik wisata di

Kabupaten Langkat, khususnya wisata alam dan petualangan.

3. Memberikan gambaran dan penjelasan kapada pembaca tentang masalah

pengembangan dan pembangunan kepariwisataan dan pelestarian sumber daya

alam yang berwawasan lingkungan hidup di Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :

1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

mengenai potensi dan daya tarik wisata arung jeram Sei Bingei di Kabupaten

Langkat.

2. Agar dapat di jadikan sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa yang

menginginkan bacaan tentang keberadaan wisata Arung Jeram Sei Bingei di

Kabupaten Langkat khususnya bagi mahasiswa D-III Pariwisata, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

(15)

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini

menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Field Research (Penelitian Lapangan)

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang

yang terlibat dalam pengelolaan wisata Arung Jeram Sei Bingei di Kabupaten

Langkat tersebut serta mencari informasi dari dinas kebudayaan dan pariwisata

setempat.

2. Library Research (Penelitian Perpustakaan)

Pengumpulan data berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan

objek pembahasan, baik itu berupa buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan

media cetak lainnya yang berhubungan dengan tema kertas karya ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tentang isi Tugas Akhir yang berjudul “Potensi

Wisata Arung Jeram Sei Bingei Dalam Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten

Langkat” disusun dalam lima bab yang memiliki keterkaitan antara satu bab

dengan lainnya

1. Bab I : Pendahuluan

Bab pertama berisi uraian tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan

penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II : Landasan Teori

Dalam bab kedua ini terdiri dari asal mula dan pengembangan wisata,

(16)

kesadaran lingkungan, manfaat pariwisata, masalah lingkungan hidup apabila arung

jeram terus dikembangkan, dan pembinaan masyarakat terhadap dampak yang akan

ditimbulkan pada lingkungan sekitar.

3. Bab III : Gambaran Umum Kabupaten Langkat

Dalam Bab ketiga ini berisi pembahasan tentang letak geografis, sejarah

Kabupaten Langkat, iklim, penduduk, objek wisata di Kabupaten Langkat.

4. Bab IV : Potensi Pengembangan Objek Wisata Arung Jeram Di

Kabupaten Langkat

Dalam bab ini akan membahas arti pembangunan pariwisata yang berwawasan

lingkungan hidup, objek daya tarik wisata di Kabupaten Langkat, gambaran umum

arung jeram dan potensi yang dimiliki, prasarana dan sarana yang ada, upaya

pengembangan arung jeram di Kabupaten Langkat.

5. Bab V : Penutup

Dalam bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran dari pembahasan yang telah di

(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA

2.1 Asal Mula dan Perkembangan Wisata

Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary

tahun 1811 (Otto, 2004) yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan

untuk mengisi waktu luang. Namun konsepnya mungkin dapat dilacak balik dari

budaya nenek moyang Yunani dan Romawi yang sering melakukan perjalanan

menuju negeri-negeri tertentu untuk mencari tempat-tempat indah di Eropa atau

Mediterania.

Orang pertama yang membuat sebuah petunjuk perjalanan wisata adalah

Aimeri de Picaud, warga Perancis yang mempublikasikan bukunya tahun 1130

tentang perjalanan ke Spanyol. Awalnya, perjalanan atau wisata sering berkaitan

dengan perjalanan ibadah, eksplorasi geografis, expedisi ilmu pengetahuan, studi

antropologi dan budaya, serta keinginan-keinginan untuk melihat tentang alam yang

indah, (Fandeli, 2002)

Sampai pertengahan abad ke-12, pertumbuhan wisata sangat rendah.

Biasanya, transportasi wisata menggunakan kapal laut, kuda, unta, kereta kuda, atau

alat-alat transportasi yang ada saat itu. Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19,

kebutuhan wisata mulai meningkat. Pertumbuhan tersebut juga sangat dipengaruhi

oleh Revolusi Industri. Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan,

(18)

Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirakan. Pada tahun

1948 sebuah perusahaan penerbangan Amerika, Pan Amerika World Airways

memperkenalkan tourist class pada penerbangannya. Di sini, mass tourism mulai

berkembang dengan adanya transportasi udara. Tujuan perjalanan mulai beralih ke

negara berkembang.

Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah

mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin

menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang

mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990, industri wisata

telah di pandang sama nilainya dengan industri minyak.

Perkembangan wisata secara besar-besaran ini, pada awalnya diyakini tidak

menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak

temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata (dalam banyak hal) sangat

merugikan ekosistem, terutama ekosistem destinasi wisata setempat.

Dalam banyak kasus, tempat-tempat yang dulunya indah dan digunakan

sebagai tujuan favorit wisata menjadi tercemar oleh logam berat dan bahan-bahan

kimia berbahaya lainnya. Perkembangan dan pertumbuhan wisatawan yang besar dan

tidak dikontrol, telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai. Dampak

tidak langsung lainnya, yakni eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada

(19)

2.2 Pengertian Pariwisata

Pengertian pariwisata hingga sekarang masih belum begitu memasyarakat.

Umpamanya masyarakat mengatakan bahwa piknik adalah pariwisata, seperti kita

ketahui bahwa “picnic” hanya merupakan salah satu aktivitas dalam kepariwisataan ,

fenomena ini berkaitan pula dengan kenyataan yang ada di Indonesia. Kata

“Pariwisata” sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakan

Musyawarah Nasional Tourism ke-2 di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 sampai

dengan 14 Juni 1958 (Yoeti, 1983 : 102).

Peninjauan pengertian pariwisata secara Etymologis

Menurut pengertian ini, kata “pariwisata” yang berasal dari bahasa Sanskerta,

sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau “tourism” (bahasa

Inggris). Kata pariwisata, menurut pengertian ini, sinonim dengan “tour”. Pendapat

ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut: kata pariwisata terdiri dari dua suku kata

yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”.

Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap (ingat kata

paripurna)

Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata

travel” dalam bahasa Inggris (Yoeti, 1985 : 103).

Ada beberapa definisi dari para pakar tentang pariwisata, berikut paparannya.

Herman V Schulalard (dalam Yoeti, 1983 : 105) memberikan batasan sebagai berikut:

Tourism is the sum of operation, mainly of an economic nature, which

directly related to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country,

(20)

E. G uyer Freuler merumuskan, “Pariwisata dalam artian modern adalah

merupakan fenomena dari zaman sekarang yang disarankan atas kebutuhan akan

kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta

terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya

pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada

perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada

alat-alat pengangkutan” (Yoeti, 1983 : 105-106)

Kemudian Prof. Salah Wahab dalam bukunya “An Introduction on Tourism

Theory” mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan

anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:

 Manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata

 Ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

 Waktu (time), yaitu waktu yang digunakan salama dalam perjalanan dan

tinggal didaerah tujuan wisata

Lebih lengkapnya pendapat Prof. Salah Wahab mengenai pariwisata adalah:

“suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan

secara berganti di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri),

meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu negara atau

benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam dan

(21)

Pengertian yang lebih modern lagi tentang definisi pariwisata adalah apa yang

dikatakan oleh H. Kodhyat dan Ramaini, “Pariwisata adalah segala yang

berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta

usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.”

Berikutnya menurut I made Suradnya yang dimaksud dengan pariwisata

adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia

yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke

suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang

didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah.

Dari beberapa definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata

adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang

diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk

berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk

menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Apabila merujuk pada sub judul di atas, maka objek dan daya tarik wisata

adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (Kodhyat dan Ramaini 1992 : 80).

Selanjutnya mengapa ada daya tarik wisata, hal ini dikarenakan adanya objek wisata

atau tourist object. Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai

(22)

Menurut Prof. Mariotti (dalam yoeti, 1983 : 160-167) segala sesuatu yang

terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau

datang berkunjung ke tempat tersebut diperlukan adanya “attractive spontance”.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata,

di antaranya adalah:

 Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, misalnya : iklim,

bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, dan

pusat-pusat kesehatan.

 Hasil ciptaan manusia, misalnya : benda-benda yang bersejarah, manumen,

museum, acara tradisional, dan rumah-rumah peribadatan,

 Tata cara hidup masyarakat.

Ketiga hal di atas yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah

disebutnya sebagai “Tourism Resources” . sedangkan untuk tourist services yang

dikatakan Mariotti dengan istilah “Attractive Derivee”, yaitu semua fasilitas yang

dapat digunakan dan aktivitas yang dapat dilakukan yang pegandaannya disediakan

oleh perusahaan lain secara komersial.

Suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh

wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi tiga syarat,

yaitu :

(23)

 Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas rekreasi atau amusements yang

dapat membuat mereka betah tinggal lama di tempat itu.

 Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama

barang-barang souvenir dan kerajinan tangan sebagai oleh-oleh untuk pulang ke

tempat asal masing-masing.

2.4 Wisata Alam dan Kesadaran Lingkungan

Sementara Mass Tourism (wisata masal) berkembang, di Amerika muncul

sebuah aktivitas wisata yang dikenal sebagai Wisata Alam (Nature Tourism). Hal ini

merupakan aktivitas wisata menuju tempat-tempat alamiah, yang biasanya di ikuti

oleh aktivitas-aktivitas olah fisik dari wisatawan. Termasuk dalam kategori ini, antara

lain biking, hiking, sailing, dan camping. Di sini, kita juga mengenal adventure

tourism, sebuah istilah yang merujuk kepada kegiatan wisata alam, namun lebih

mempunyai nilai tantangan tersendiri, seperti panjat tebing, diving di laut dalam, dan

lainnya. Tempat-tempat wisata favorit jenis ini kebanyakan merupakan kawasan

lindung, seperti taman nasional, taman laut, cagar alam, taman hutan raya dan

kawasan lindung lainnya.

Istilah wisata yang diperkenalkan melalui Undang-Undang No.9 tahun 1990

(tentang kepariwisataan) pasal 16 undang-undang tersebut menyebutkan wisata alam

sebagai salah satu kelompok objek dan daya tarik wisata yang dapat di usahakan,

disamping itu wisata budaya dan wisata minat khusus. Istilah ini dijelaskan melalui

Peraturan No. 18 tahun 1994, dengan mengartikan wisata alam sebagai kegiatan

perjalanan untuk menikmati gejala, keunikan alam, di taman nasional raya ataupun

(24)

Dengan demikian wisata alam adalah segala kegiatan kepariwisataan yang

memanfaatkan alam sebagai objek atau lokasi. Kegiatan ini belum tentu masuk

kedalam kualifikasi ecotourism karena hanya kegiatan yang memenuhi persyaratan

lingkungan yang masuk dalam kategori tersebut.

Pariwisata telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi global yang terbesar,

suatu cara untuk membayar konversi alam dan meningkatkan nilai lahan-lahan yang

dibiarkan dalam kondisi alami.

Lingkungan adalah keseluruhan keadaan luar yang mempengaruhi eksistensi

suatu organisme atau suatu masyarakat hayati, secara singkat lingkungan hidup

adalah habitat makhluk hidup.

Dalam konteks ekologi, lingkungan hidup adalah habitat, yaitu suatu daerah

yang dapat memenuhi segala keperluan hidup suatu makhluk tertentu. Lingkungan

hidup dalam penerapannya dapat disetarakan dengan lahan yang mana lingkungan

hidup adalah konsepsionalnya sedangkan lahan adalah operasionalnya.

Dalam konteks pengelolahan, lahan adalah aktualisasi dari lingkungan hidup.

Dengan aktualisasi ini hakekat lingkungan hidup dapat diwujudkan dengan

tanda-tanda pengenal yang ditransformasikan melalui variable-variabel. Lahan kritis adalah

contoh hakiki dari lingkungan hidup dengan demikian pencegahan lahan kritis

merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup.

(25)

Dengan demikian, membangun sebuah kesadaran manusia terhadap pentingnya

konservasi lingkungan hidup, dimana keanekaragaman hayati menjadi isu penting di

dalamnya, sangat diperlukan. Banyak ahli berpendapat bahwa membangun kesadaran

konservasi lewat pendidikan informal dapat dilakukan dengan jasa sector wisata

(Honey, 1999)

2.4.1 Sumber Daya Alam Sebagai Bagian Atraksi Dalam Dimensi Unsur Wisata

Mill (1990) mendiskusikan bahwa dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri

atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan. Dalam pariwisata

dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat kompetitif

penyelenggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang

unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu.

Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi

selalu menarik orang untuk datang kedalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun

dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan destinasi sangat

kurang.

Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, atau hiburan.

Sebagian besar tujuan wisata dikawasan negara berkembang dengan tingkat kekayaan

sumber daya alam yang tinggi, atraksi alam seperti bentangan pantai berpasir putih,

air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan, hutan, sungai, gua, fauna, dan

(26)

Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, keindahan budaya dan

masyarakat lokal yang beradab harus dipandang sebagai bagian dari kekayaan

destinasi, yang harus dihargai sebagaimana mestinya, dan mendapatkan hak ekonomi

yang layak. Budaya dan etnisitas sering kali bergantung pada sumber daya alam,

seperti upacara-upacara keagamaan yang melibatkan beragam bentuk

keanekaragaman hayati (Luchman, 2004 : 22-23)

2.5 Pengertian Ekowisata

Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan

terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ecotourism. Terjemahan

yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra

Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekotourisme. Di dalam

tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para

rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk

menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan

puluhan.

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang

bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi

manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat

(27)

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The

Ecotourism Society (1990) sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu bentuk

perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi

lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di

daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan

masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang

karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami,

yang dapat menciptakan kegiatan bisnis.

Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut : Ekowisata adalah bentuk

baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat

menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).

Dari definisi ini dapat di mengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang

sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam

mengembangkan ekowisata ini.

Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait

dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata

ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black,

1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan

mengikutkan aspek pendidikan dan interprestasi terhadap lingkungan alami dan

budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi

(28)

lainya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau

special interest tourism dengan objek dan daya tarik wisata alam.

2.5.1 Prinsip-Prinsip Ekowisata

The Ecotousrism Society (Eplerwood, 1993) menyebutkan delapan prinsip

ekowisata yaitu :

1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap

alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat

dan karakter alam dan budaya setempat

2) Pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat akan

pentingnya arti konservasi, pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.

3) Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan

untuk ekowisata dan management pengelola kawasan pelestarian dapat

menerima langsung penghasilan atau pendapatan.

4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat diajak dalam

merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam

pengawasan peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.

5) Penghasilan masyarakat, keutungan secara nyata terhadap ekonomi

masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga

kelestarian kawasan alam.

(29)

7) Daya dukung lingkungan, pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya

dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun

mungkin permintaan sangat banyak tetapi daya dukunglah yang membatasi.

8) Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara, apabila suatu

kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja

wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara bagian atau

pemerintah daerah setempat.

2.5.2 Profil dan pasar ekowisata

Profil yang menyukai ekowisata:

1. Berumur 35-54 tahun, 50% laki-laki dan 50% wanita dan jelas ada perbedaan

aktivitas yang dipilih.

2. 82% berpendidikan S1, juga dapat terlihat tingkat pendidikan mempengaruhi

wisatawan yang berminat pada ekowisata.

3. 60% responden senang berpergian berdua, 15% senang berpergian bersama

keluarga dan 13% memilih pergi sendiri.

4. 50% responden memilih lama perjalanan 8 sampai 14 hari.

5. 26% responden bersedia menghabiskan US$.1001-1500/trip.

6. Senang berpergian ke kawasan : (1) kawasan alami, (2) mengamati satwa, (3)

mendaki dan menjelajah/tracking.

7. Motivasi berpergian : (1) menikmati alam/pemandangan, (2) pengalaman

(30)

2.5.3 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata

Hubungan ecotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu

daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa

ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan

ecotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau

populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal.

Oleh karena itu diperlukan hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat

dengan instansi yang mengelola ekowisata di daerah tersebut untuk dapat

mengembangkan ecotourism dengan baik.

2.5.4 Hubungan Ekowisata dengan Peran Masyarakat Lokal

Masyarakat yang terdapat disekitar kawasan konservasi tersebut penting dan

sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu

masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan

pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ecotourism yang berlokasi

ditempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra

sejajar dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber

daya alam setempat.

Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling

menguntungkan antara pengelola ecotourism dengan masyarakat yang berdomisili di

(31)

yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan

ecotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).

2.6 Beberapa Dampak Yang Ditimbulkan Pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Dikembangkan

a. Degradasi dalam penurunan nilai-nilai sosial budaya

Budaya merupakan unsur yang tidak pernah dilupakan dalam konservasi,

konservasi dan pariwisata yang menolak keprihatinan masyarakat lokal

merugikan diri sendiri, pariwisata dapat menghancurkan budaya asli dan

mengacaukan perekonomian asli pula.

b. Ekonomi

Ekowisata terkait dengan ekonomi disebabkan ada dampak keuntungan dan

kerugian, semata-mata untuk mencari profit dan kawasan yang lebih dikenal.

Disini juga lebih memaksimalkan profit dari pada kunjungan karena dengan

memaksimalkan profit maka pemeriharaan terhadap wilayah kunjungan

tersebut akan menjadi lebih baik.

c. Penurunan kesehatan masyarakat akibat limbah yang dibuang pada

pengembangan ekowisata tersebut.

d. Estetika

Dampak di ukur baik melalui batas pengunjung yang dapat ditoleransi

maupun melalui kerusakan ekologi. Nilai dan keseluruhan persepsi adalah

gambaran yang rumit dari pengguna yang diterima jauh lebih rendah sebab

(32)

kerumunan orang mengurangi daya tarik keindahan dan menurunkan

keindahan dan menurunkan keingginan pengunjung untu membayar.

2.7 Manfaat Pariwisata

Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan devisa negara

b. Peningkatan kesempatan kerja dan usaha

c. Pemberdayaan ekonomi rakyat

d. Pelestarian nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat

e. Pelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup

f. Perwujudan otonomi daerah pada sektor pariwisata

(33)

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LANGKAT

3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara,

Indonesia. Ibu Kotanya berada di Stabat. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas

6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa (Tahun 2000). Kabupaten

Langkat yang di kenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang.

Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan dimana wilayahnya

terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai kedaerah aliran

anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah Sungai lainnya di antara kedua sungai ini yaitu

Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan

perdagangan penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia.

Sungai Batang Serangan ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian

menjadi Sungai Langkat. Kedua Sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala

Langkat dan Tapak Kuda.

Adapun kata Langkat yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari

nama sejenis pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan

“pohon Langkat”. Dahulu kala pohon Langkat banyak tumbuh di sekitar sungai

Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang sudah langka dan hanya dijumpai di

hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini menyerupai pohon langsat, tetapi

rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat Kerajaan Langkat berada di sekitar

(34)

Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan Tambo Langkat mengatakan

bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang terjauh di ketahui ialah Dewa Syahdan

yang hidup kira-kira tahun 1500 sampai 1580. Dewa Syahdan digantikan oleh

puteranya, Dewa Sakti yang memerintah kira-kira tahun 1580 sampai 1612. Dewa

Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama

Marhum Guri. Selanjutnya Tambo Langkat mengatakan bahwa yang menggantikan

Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673). Raja Kahar adalah pendiri

kerajaan Langkat dan berzetel di Kota Dalam, daerah antara Stabat dengan Kampung

Inai kira-kira pertengahan abad ke-18.

Berpedoman pada tradisi dan kebiasaan masyarakat Melayu Langkat, maka

dapatlah di tetapkan kapan Raja Kahar mendirikan Kota Dalam yang merupakan cikal

bakal Kerajaan Langkat di kemudian hari. Setelah menelusuri beberapa sumber dan

dilakukan perhitungan, maka Raja Kahar mendirikan kerajaannya bertepatan tanggal

12 Rabiul Awal 1163 H, atau tanggal 17 Januari 1750.

Melalui seminar yang berlangsung di Stabat, pada tanggal 20 Juli 1994 atas

kerjasama Tim Pemerintah Kabupaten Langkat dengan sejumlah pakar dari jurusan

sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, maka dapat menentukan Hari Jadi Kabupaten

Langkat yaitu 17 Januari 1750. Perkembangan selanjutnya Kota Binjai pernah jadi

Ibu Kota Kabupaten Langkat. Kabupaten Langkat beribu Kota Stabat, dan

(35)

langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Wilayah Kabupaten Langkat

terdiri dari 23 Kecamatan yang tersebar di dalam 3 wilayah yaitu:

1. Wilayah I : Langkat Hulu

2. Wilayah II : Langkat Hilir

3. Wilayah III : Teluk Haru

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat:

I. Wilayah Langkat Hulu, meliputi :

1. Kuala

II. Wilayah Langkat Hilir, meliputi:

(36)

8. Tanjung Pura

III. Wilayah Teluk Haru, meliputi:

1. Babalan

2. Gebang

3. Brandan Barat

4. Sei Lepan

5. Pangkalan Susu

6. Besitang

7. Pematang Jaya

3.2 Visi dan Misi Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat memiliki visi dan misi, yaitu:

Visi : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Langkat Yang Religius, Maju, Dinamis,

Sejahtera dan Mandiri”.

Misi :

1. Menyuguhkan kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh

kesejukan, memelihara serta mengembangkan budaya kearifan.

2. Melaksanakan reformasi dengan sungguh-sungguh melalui

penyelenggaraan pemerintah dengan aparatur yang bersih, berorientasi

kepada pelayanan publik, serta penggunaan anggaran yang pro publik.

(37)

4. Memecah stagnasi pembangunan dengan mengakselerasi secara cerdas

pencapaian kesejahteraan masyarakat di bidang daya beli, kualitas

pendidikan dan kesehatan.

5. Menumbuhkan investasi yang mampu secara langsung mengangkat

perkonomian dan kesejahteraan rakyat.

6. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam pembangunan sosial

politik, kesejahteraan sosial dan perlindungan terhadap anak.

7. Memperkokoh kualitas demokrasi dengan edukasi politik dan

menyertakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan politik.

3.3 Kondisi Wilayah Kabupaten Langkat 3.3.1 Letak Geografi

Letak geografi daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3º14’dan 4º13’

Lintang Utara, serta 93º51’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka dan Prov. D.I. Aceh

b. Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo

c. Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang

d. Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)

3.3.2 Topografi

Topografi Kabupaten Langkat merupakan Daerah Tingkat II yang dibedakan

atas 3 bagian, yaitu :

a. Pesisir Pantai dengan ketinggian 0-4 m diatas permukaan laut

b. Daratan Rendah dengan ketinggian 0-30 m diatas permukaan laut

(38)

Dilihat dari jenis – jenis tanah, Kabupaten Langkat memiliki hal unik yang

dapat dijadikan objek wisata, yaitu:

 Sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah ALLUVIAL, yang sesuai untuk

jenis tanaman pertanian pangan.

 Dataran rendah dengan jenis tanah GLEI HUMUS rendah, Hydromofil

kelabu dan plarosal.

 Dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning

Hal lainnya berupa aliran sungai didaerah Kabupaten Langkat dialiri oleh 26

sungai besar dan kecil, melalui Kecamatan dan Desa–desa, diantara sungai-sungai

tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai

Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk

pengairan, perhubungan dan lain-lain.

Wisata di daerah Kabupaten Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang

sebagai objek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman Nasional

Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hujan tropis, di Bukit Lawang ini

terdapat lokasi rehabilitasi orang utan (mawas) yang dikelola oleh WNF Taman

Nasional gunung Leuser merupakan aset Nasional terdapat berbagai satwa yang

dilindungi seperti : Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, Siamiang juga

terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang

(39)

Industri dan Pertambangan Daerah Kabupaten Langkat adalah satu-satunya di

Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan

berada di Kota Pangkalan Berandan yang menghasilkan minyak bumi.

3.4 Bidang Usaha Potensial

Komoditi dan kegiatan ekonomi yang menonjol saat ini untuk daerah Langkat

dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan ini dianggap

mempunyai peluang untuk pengembangan karena produksinya cukup besar, arealnya

luas, dan ketersediaan sumber daya memungkinkan.

1. Komoditi perkebunan

Pengusahaan tanaman perkebunan di Kabupaten Langkat terdiri dari tanaman

rakyat dan perkebunan besar swasta atau perseroan terbatas perkebunan nasional

(PTPN). Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan rakyat adalah kelapa sawit,

karet, kakao, kelapa dan kopi.

2. Buah-buahan

Kabupaten Langkat memiliki potensi buah-buahan yang sangat banyak

terutama rambutan. Buah rambutan adalah buah yang bersifat musiman dan pada

bulan tertentu mencapai puncaknya. Produksi buah rambutan pada satu musim

mencapai 8.000 ton dengan sebaran pada saat puncak mencapai 1.000 ton perbulan.

Pola produksi ini menyebabkan harga komoditi ini sangat fluktuatif, sehingga perlu

dibuat suatu industri pengolahan buah untuk memproses pada saat produksi puncak

(40)

3. Perikanan

Potensi pantai dan laut sangat sesuai untuk pengusahaan perikanan di

Kabupaten Langkat, terutama udang dan ikan air dalam (kerapu). Bidang usaha

tambak sangat strategis untuk dikembangkan sebab melibatkan 450 petani dengan

luas tambak ±1.600 Ha. Luasan lokasi yang sesuai untuk tambak ±10.000 Ha,

sehingga peluang di bidang tambak masih terbuka. Di Kabupaten Langkat terdapat

pula laut yang sangat ideal untuk pengusahan ikan kerapu merupakan bidang usaha

yang patut dibudidayakan. Lokasi budidaya ikan kerapu adalah Pulau Sembilan di

Kecamatan Pangkalan Susu dan Pulau Kampar di Kecamatan Sei Canggang.

3.5 Bidang Usaha Unggulan Yang Layak Dikembangkan

Hasil dari penelaahan potensi yang ada di Kabupaten Langkat dengan

prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor

industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau industri yang termasuk layak

untuk dikembangkan adalah :

1. Pengolahan Minyak Goreng dan Oleokimia

Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai bidang usaha yang

layak dikembangkan karena karena di wilayah Kabupaten Langkat terdapat banyak

kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil Crude Palm Oil (CPO) dari pabrik

pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengoahan

(41)

2. Industri pengolahan buah-buahan

Banyaknya produksi buah, terutama jeruk dan rambutan, yang bersifat

musiman memerlukan suatu penanganan hasil yang tepat, sekaligus bermanfaat bagi

petani dan atau produsen buah. Pabrik pengolahan dalam bentuk terpadu, artinya

pabrik tersebut mampu mengolah buah berbagai jenis dengan berbagai bentuk produk

akan sangat tepat bagi pengembangan ekonomi daerah.

3. Pengusahaan Ikan Kerapu

Ikan kerapu adalah ikan yang harus dibudidayakan dengan syarat tertentu,

terutama kedalaman dan keadaan airnya. Artinya tidak setiap daerah sesuai untuk

budidaya ikan kerapu. Pangsa pasar ikan kerapu memiliki segmen pasar tersendiri,

terutama ekspor. Pengembangan ikan kerapu akan menambah tingkat kesejahteraan

bagi nelayan ikan kerapu dan keluarganya.

4. Pengusahaan Tambak Udang Windu

Tambak udang merupakan suatu usaha yang memiliki keunikan tersendiri,

sehingga memerlukan suatu sentuhan dan manajemen khusus. Modal yang besar

dengan resiko yang juga besar sangat sebanding dengan nilai ekonomi yang dapat

dihasilkan. Pengembangan udang windu jenis tiger merupakan suatu pilihan yang

tepat bagi daerah pesisir Langkat.

5 Industri pariwisata

Keindahan dan potensi alam yang ada di sekitar Bohorok sudah terkenal di

dalam maupun luar negeri. Pengembangan obyek wisata sekitarnya yang sangat

potensial akan mendorong pengembangan daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan

(42)

3.6 Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kabupaten Langkat 3.6.1 Prasarana Pariwisata

Kabupaten Langkat dalam pembangunannya yang sangat terbatas merupakan

faktor yang dapat mengganggu perkembangan kepariwisataan. Hal ini dapat terlihat

pada daerah tersebut dimana penerangan-penerangan lampu jalan yang masih sangat

kurang di akibatkan karena terbatasnya daya listrik sebagai bahan utama penerangan

didaerah tersebut. Jumlah daya terpasang pembangkit adalah 595 KWH, jaringan

distribusi dari JTM sebesar 983.064 KMS, JTR sebesar 1.165.587 KMS dan Travo

sebesar 92.047 KVA. Saat ini semua desa di Kabupaten Langkat telah terjangkau

listrik.

Pembangunan Telekomunikasi di Kabupaten Langkat dilaksanakan oleh

PT.TELKOM saat ini 8 Kecamatan telah terjangkau sarana telepon otomatis yaitu

Kecamatan Stabat, Kuala, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Babalan/Pangkalan

Berandan, Binjai, Selesai dan Bahorok. Disamping itu telah tersedia pula pelayanan

faksimili, teleteks, warung telekomunikasi (wartel), Telkomnet Instan (Warnet).

Sarana perbankan telah berkembang di Kabupaten Langkat antara lain BRI,

BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri dan jusga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang

tersebar seluruh wilayah.

Jumlah koperasi di Kabupaten Langkat cukup pesat dari 245 unit tahun 1999

(43)

3.6.2 Sarana Pariwisata

Melihat letaknya dalam struktur pemerintahan Tingkat II, Kabupaten Langkat

memang masih jauh dari sarana penunjang untuk perkembangan kepariwisataan di

daerah tersebut. Hal ini terlihat dari terbatasnya fasilitas berupa hotel, restoran atau

lainnya yang berhubungan dengan kepariwisataan. Biro Perjalanan Umum (BPU)

yang ada kurang mendukung dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten

Langkat.

3.6.3 Sistem Transportasi

Transportasi di Kabupaten Langkat terutama adalah becak mesin roda tiga dan

mobil angkutan umum yangdisebut mekar bila ingin ke Tanjung Pura dari Stabat.

Untuk transportasi ke luar Kota yang jauh seperti Medan dan Banda Aceh dapat

menggunakan kenderaan lintas Sumatera atau kendaraan antar pulau seperti bus dan

yang lainya. Sampai dengan tahun 2012, prasarana jalan di Kota Tanjung Pura terdiri

dari: jalan aspal, jalan kerikil, jalan tanah, jalan perairan. Telekomunikasi Kota

Tanjung Pura dengan kode pos 20853, saat ini hanya mempunyai satu kantor pos

induk.

Kabupaten Langkat memiliki jaringan jalan yang relatif baik dan memadai

yang dapat menghubungkan kabupaten ini dengan provinsi lain, atau secara rinci:

a. Terletak pada lintasan jalur utama Sumatera Utara - Aceh

b. Tersedianya jalan Nasional yang menghubungkan Kabupaten Langkat dengan

Kota Medan.

Jenis angkutan yang di jumpai di Kabupaten Langkat pada umumnya

(44)

angkutan sungai sedangkan angkutan laut hanya menghubungkan Pangkalan Susu,

Pulau Kampai dan Pulau Sembilan.

Untuk angkutan darat telah tersedia terminal bus atau angkutan di Kota

Kabupaten maupun Kota Kecamatan. Kereta api mempunyai lintasan dari Binjai ke

Kuala, Padang Tualangan dan Pangkalan Brandan tetapi angkutan kereta api tidak

popular sebagai sarana angkutan umum.

3.7 Penduduk

Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten

Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen

pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2.

sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen.

Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat

bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk

periode 2005-2010

Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak

83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya

sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat

penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan

merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per

(45)

Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki

dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki

sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa

dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.

Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku

bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22

persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94

persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas

agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06

persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).

3.8 Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Langkat

Dilihat dari kondisi wilayah Kabupaten Langkat secara keseluruhan daerah ini

dapat dijadikan objek wisata yang sangat menjanjikan dan dapat dijadikan salah satu

tujuan objek wisata nasional. Hanya saja memang diperlukan keseriusan dari berbagai

pihak seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat. Keseriusan

pemerintah untuk pengelolaan kepariwisataan merupakan hal dasar agar potensi yang

ada dapat dimaksimalkan sehingga menghasilkan pendapatan daerah dan

mendatangkan devisa negara serta menambah pendapatan dari masyarakat setempat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi seperti jalan-jalan

agar dapat diperbaiki, objek wisata yang perlu perawatan secara berkesinambungan

dan pendukung lainnya seperti hotel dan restoran yang dikuatkan melalui peraturan

(46)

Disamping itu ada juga potensi-potensi objek wisata lain yang dapat

dikembangkan di Kabupaten Langkat yang diantaranya adalah Bukit Lawang. Wisata

alam Bukit Lawang menjadi tujuan wisata andalan di Leuser dikarenakan memiliki

daya tarik satwa langka orang utan sumatera semi liar dan panorama hutan hujan

tropis.

Bukit Lawang atau lebih dikenal sebagai pusat pengamatan orangutan

Sumatera memiliki luas 200 ha, berada di Desa Perkebunan Bukit Lawang

Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Dulunya Bukit

Lawang merupakan pusat rehabilitasi orang utan jinak untuk dilepasliarkan kembali

kealam.

Bukit Lawang hingga kini diakui sebagai pintu gerbang terbaik untuk

menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Leuser yang mempesona. Walaupun

bukan lagi sebagai tempat rehabilitasi dan pelepasliaran orangutan, hutan di sekitar

kawasan Bukit Lawang masih menyisakan peluang untuk dilakukanya aktivitas

wisata dan pengamatan orang utan sumatera dan juga spesies tumbuhan dan satwa

lainnya.

Untuk mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari

Kota Medan (ibuKota Provinsi Sumatera Utara) melewati Kota Binjai dengan

kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kedaraan pribadi

(47)

Bangkai, Cendawan Harimau, aneka ragam Kupu-Kupu, Orang utan, Siamang,

Kedih, Beruang Madu, Kambing Hutan dan lainnya yang nerupakan khas Hutan

Hujan Tropis.

Mata pencaharian masyarakat di Bukit Lawang heterogen, tidak ada yang

dominan antara suku Melayu, Karo, Jawa, dan Batak.

Panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan orang

utan sumatera menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Kegiatan wisata yang

dapat dilakukan berupa melihat satwa langka orang utan sumatera di Feeding Site,

mengarungi jeram sungai Bahorok dengan ban (tubbing) dan Rubber Boat,

menikmati kendahan air terjun, menjelajah gua, menyegarkan badan dengan mandi di

sungai yang jernih, berkemah di areal Camping Ground, berpetualang dan

menyingkap rahasia hutan hujan tropis sumatera, mengamati atraksi satwa,

menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas

(48)

BAB IV

POTENSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ARUNG JERAM DI KABUPATEN LANGKAT

4.1 Gambaran Umum Sungai Bingei

Sungai merupakan aliran air yang bermuara ke laut, melintasi berbagai

batuan dengan topografi yang bervariasi dan memiliki kesuburan yang dibutuhkan

oleh biota (tumbuhan, hewan, dan manusia). Menurut Irvita (2004) sungai

mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata atau

sarana rekreasi alam terbuka (outdoor recreation).

Sungai Bingei merupakan salah satu sungai yang dimanfaatkan sebagai

sarana atraksi wisata arung jeram dan tempat pemandian alam yang sering di

kunjungi oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Air Sungai

Bingei berasal dari Gunung Sibayak, mengalir dengan deras karena disekitar air

terdapat batu batu besar dan air sungainya jernih, menyegarkan, dan sejuk.

Sungai ini memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting, baik dari segi

hidrologis maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di sepanjang

daerah aliran Sungai Bingei. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Langkat

menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan perkebunan.

Selian itu sungai Bingei merupakan sumber air irigasi yang mengaliri

(49)

Sistem irigasi ini merupakan aspek untuk mendukung hidup masyarakat yang

memilih komoditi beras sebagai bahan makanan pokok untuk kehidupan mereka

sehari-hari.

Sungai Bingei menawarkan pemandangan alam hutan tropis yang sangat

indah. Di sepanjang aliran sungai ini terdapat pemandangan yang alami, tumbuhan

hijau tumbuh di pinggiran sungai menambah sejuk daerah sepanjang sungai tersebut.

Tidak seperti pemandangan sungai yang lainnya disekitar sungai tersebut di hiasi

tebing-tebing yang menjulang tinggi, sungai Bingei memiliki pemandangan yang

berbeda kita dapat melihat alam pedesaan yang masih sangat asri lingkungannya.

Banyak warga yang ke Sungai Bingei untuk memancing, hanya untuk hobi

dan melepas suntuk saja. Di Sungai Bingei terdapat berbagai jenis-jenis ikan tawar.

Pengelola arung jeram jika tidak lagi sibuk juga meluangkan waktu memancing.

4.2 Gambaran Umum Sungai Bingei dan Potensi Arung Jeram yang Dimilikinya

Sungai Bingei berhulu di Gunung Sibayak dan ber muara di kawasan Suaka

Margaatwa Karang Gading, Langkat Timur Laut. Kecepatan arus Sungai <1-1,5

meter kubik perdetik dengan kedalaman Sungai 0-3 meter. Sungai ini memiliki tipe

permanen, material dasar perairan yaitu : Batuan berpasir, kecerahan perairan <2

meter sehingga kita dapat melihat dasar sungai, sungai ini mempunyai lebar <15

meter. Kemiringan sungai 5-10 m/km dan debit sungai 0-25 meter kubik per detik,

debit air bisa di atur melalui pintu bendungan Namu Sira-sira. Dengan diatur nya

debit air Sungai Namu Sira-sira maka penduduk yang tinggal disekitar Sungai Bingei

(50)

Sungai Bingei merupakan sungai yang relatif tidak besar, bebatuan, berair

jernih dengan jeram-jeram yang cukup banyak dan bervariasi. Kedalaman air

bervariasi sehingga pada tempat-tempat tertentu wisatawan diajak untuk berenang

maupun loncat dari batuan ke sungai. Airnya yang jernih membuat kita dapat melihat

hingga dasar sungai.

Berenang dan melompat dari tebing ke sungai setinggi 3 meter adalah bagian

dari aktivitas arung jeram di Sungai Bingei. Untuk melompat dari tebing bagi siapa

yang berani saja, tidak ada keharusan untuk melompat. Untuk tantangan jeram yang

terakhir meluncur dari bendungan setinggi 8 meter, kemiringan 45 derajat.

Bendungan ini tidak selalu dapat diluncuri. Pemandu akan menyampaikan kepada

peserta atau pengarung jeram apakah kita dapat menuruninya atau tidak. Biasanya

pemandu akan melihat mistar titik mati atas (TMA) yang ada di Bendungan, kalau air

kecil maupun terlalu besar, pemandu akan memberi isyarat untuk tidak turun. Tinggi

air 45 derajat adalah tinggi air dibendungan yang sangat ideal untuk diluncuri dan

dapatkan sensasi mendebarkan saat adrenalin dipacu kencang menunggu saat perahu

meluncur sampai ke ujung bendungan.

Kegiatan berbahaya berperingkat dua setelah terjun payung ini mulai berkesan

ramah dan dikenal luas sebagai pilihan wisata mengasyikkan. Saat ini, sudah banyak

masyarakat terutama anak-anak muda yang mulai belajar arung jeram. Terlebih

(51)

Alam sekitar Sungai Bingei menawarkan keindahan hutan tropis.

Pohon-pohon tinggi menjulang dan sajauh mata memandang hanya hijau alam yang tampak,

rumah-rumah warga pun tidak jauh dari sungai dan memberikan pemandangan yang

alami. Kicauan burung dan suara arus menambah suasana menjadi hidup dan

bersemangat.

Sungai Bingei memiliki tingkat kesulitan (grade) 2-3+. Banyak pengarung

jeram maupun pemula yang datang kesini, sungai ini cukup aman untuk diikuti

anak-anak umur 7 tahun keatas maupun orang dewasa.

Biaya permainan Rp.250.000 - 350.000/orang (minimal 5 orang), biaya sudah

termasuk : welcome drink, peralatan dan perlengkapan arung jeram (helm,

pelampung, dayung), guide, refreshment, makan siang, transportasi lokal menuju start

point pengarungan, asuransi. dan biaya tidak termasuk : transportasi menuju

Rapidplus Rafting Camp, dokumentasi (video dan photo). Tempat ini memiliki

fasilitas sebagai berikut : Toilet, Ruang Ganti dan Shower, Mushalla, Area Parkir,

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

4.2.1. Akses Untuk Mencapai Lokasi Arung Jeram Sungai Bingei

Untuk mencapai lokasi arung jeram tersebut dapat melalui jalur

Medan-Binjai. Dari medan pengunjung bisa munuju Binjai, yang merupakan salah satu

Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Dengan menggunakan kereta api atau

kendaraan umum melalui jalan lintas selama satu jam. Dari Binjai bisa naik

kendaraan umum atau angkutan pedesaan ke kawasan Namu Sira-sira dengan lama

(52)

Binjai merupakan jalan raya lintas Sumatera ke Aceh sampai ke Pelabuhan

Bakauheni, Provinsi Lampung. Masyarakat Aceh dapat menuju Lokasi arung jeram

Sungai Bingei melalui jalur tersebut. Memang jarak yang ditempuh lumayan jauh

dibandingkan jalur Medan-Binjai dan tergolong perjalanan panjang, tetapi rasa lelah

itu akan terobati setelah melihat keelokan jeram Sungai Bingei. Selain itu, kesegaraan

alam pedesaan dan keramahan warga membuat pengunjung bak berpetualang ke

dunia lain, yang jauh dari hiruk pikuk suasana Kota.

Dengan menggunakan perahu karet dan peralatan yang standart, didampingi

pemandu yang terlatih serta menerapkan prosedur keamanan dalam mengarungi

sungai, dapat dijamin anda akan menikmati pertualangan yang seru dan menguji

adrenalin. Mengarungi sungai, menerjang jeram-jeram dan menikmati keindahan

alam hutan dan pedesaan membuat perjalanan berarung jeram menjadi suau

pengalaman yang mengesankan.

Kondisi jalan menuju arung jeram ini lumayan bagus, disepanjang jalan kita

akan menemui areal persawahan, kebun, ladang, sesekali aliran sungai bingei terlihat

sekitar puluhan meter. Daerah menuju Arung Jeram Sungai Bingei ini masih sangat

hijau, tidak ada gedung-gedung yang bertingkat, jumlah kendaraan masing sangat

kurang, tidak ada kemacetan, jadi suasananya masih sangat tenang sebagaimana alam

pedesaan pada umumnya.

(53)

Prospek pasar atraksi wisata arung jeram Sungai Bingei diharapkan dari

wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bukit Lawang. Banyak pilihan wisata

yang terdapat di Bukit lawang salah satunya Taman Nasional Gunung Louser yang

mempunyai pesona yang sangat indah.

Banyak faktor yang mempengaruhi agar atraksi wisata arung jeram dapat

terus berkembang dan diminati oleh wisatawan sebagaimana di daerah lain. Tanpa

menyajikan keindahan alam dan hutan tropis, Sungai Bingei akan sulit bersaing

dengan daerah lain yang menyajikan atraksi wisata yang sama.

Tidak semua orang dapat menikmati kegiatan arung jeram ini bahkan

klasifikasi yang termasuk ke dalam kelompok penggemar arung jeram ini terbatas.

Selain menurut keberanian dalam pengarungan, kepandaian berenang, pengetahuan

teknik, penguasaan diri, dan kekompakan dalam keadaan darurat sangat dibutuhkan.

Di Sungai Bingei tidak hanya terdapat atraksi wisata arung jeram tetapi ada

pemandia alam yang terletak di Pangkal Namu Sira-sira, banyak keluarga yang

datang kemari untuk mandi-mandi atau hanya untuk makan bersama keluarga

sembari menikmati alam Sungai Bingei. Tempat ini terdapat pondok-pondok yang

dapat disewa oleh pengunjung.

Ada 4 titik yang terdapat di Sungai Bingei yaitu :

1. Titik start dari Desa Namo Nangka hingga Bendungan Namu SIra-sira dengan

lama pengarungan 2 jam, Jarak tempuh sekitar 7 km.

2. Titik start dari Desa Lau Seridi hingga jembatan Bendungan Namu Sira-sira

(54)

3. Titik start dari depan Base Camp Explore Sumatera hingga Alam Indah

sekitar 3 km

Rute ini disebut rute Family Trip.

4. Titik start dari Desa Namo Tating hingga jembatan Bendungan Namu

Sira-sira, dengan jarak tempuh 6 km.

4.3 Dampak Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei terhadap Lingkungan dan Masyarakat setempat

4.3.1 Dampak Positif Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei

Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan

sekitarnya. Pengembangan atraksi wisata arung jeram sungai Bingei akan

menimbulkan suatu kepuasan dan rasa kekaguman dari pemerintah dan masyarakat

setempat.

Beberapa dampak positif yang di timbulkan jika pengembangan Atraksi Wisata

Arung Jeram Sei Bingei ini berhasil, yaitu :

1. Provinsi Sumatera Utara akan semakin dikenal oleh negara-negara lain

dengan bertambahnya objek dan daya tarik wisata.

2. Pemasukan bagi kas Pemerintahan Sumatera Utara akan bertambah jika

pembeli paket wisata berasal dari mancanegara.

(55)

4. Taraf kesejahteraan masyarakat akan semakin bertambah dengan memenuhi

kebutuhan wisatawan selama menetap di kawasan arung jeram.

5. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa didunia semakin luas dan

pengetahuan masyarakat seperti bahasa asing akan bertambah.

6. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk.

4.3.2 Dampak Negatif Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei

Produk ramah lingkungan menjadi pedoman dalam pengelolaan atraksi wisata

arung jeram sungai Bingei. Pasca komsumsi juga harus diminimalisir dampak

buruknya terhadap lingkungan. Dalam setiap pengelolaan ada prosedur-prosedur yang

harus di ikuti, jika tidak akan berdampak sangat buruk terhadap alam tersebut dan

generasi berikut nya tidak dapat bisa lagi menikmati keindahan alam tersebut.

Dampak negatif yang ditimbulkan jika pengolahan arung jeram tidak sesuai dengan

pedoman yang telah ditentukan, yaitu :

1. Sungai yang dulunya bersih akan berubah menjadi tempat pembuangan

sampah non-organik (tidak dapat membusuk).

2. Air sungai akan tercemar oleh berbagai jenis cairan yang mengandung racun

walauoun kadar racunnya rendah tetap akan menimbulkan kerusakan

lingkungan.

3. Pengeksploitasian alam, flora, fauna.

4. Akan terjadi akulturasi budaya dan peniruan budaya yang tidak sesuai dengan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani skipper arung jeram Exsplore Sumatera Kabupaten Langkat.. Metode yang digunakan dalam penelitian

menjadikan Kawasan Sungai Elo sebagai Taman Wisata Arung Jeram, diharapkan Sungai Elo.. dapat menjadi sumber pendapatan yang berarti bagi perkembangan kota Magelang,

Penelitian bertujuan untuk mengetahui motivasi atlet-atlet berprestasi di kabupaten langkat dan juga dapat menjadi acuan bagi atlet, pelatih, dan klub-klub arung jeram baik

PENERAPAN STANDAR PEMANDU WISATA ARUNG JERAM DI SOBEK RAFTING, DESA BEGAWAN, KECAMATAN PAYANGAN,

Foto Wisatawan Arung Jeram Melalui Jeram Mendut Di Lokasi Finish Desa Progowati Kec. Mungkid, Kab.. Magelang.. Foto Atraksi Tambahan “Out Bound” Di Area Camping Ground Desa

pengembangan sebuah daerah yang memiliki potensi alam ialah objek wisata tersebut.. harus memiliki daya saing dan keistimewaan,jalur

Objek dalam penelitian ini adalah Sarana dan Prasarana pada Objek Wisata Arung Jeram Rainbow Rafting di Desa Kecepit, Kecamatan Randudongkal, Kabupaten

Masukan saya pribadi menyangkut dengan objek wisata arung jeram hendaknya kedepan dinas kebudayaan dan pariwisata, pelaku wisata, dan pegiat wisata dan masayarakat