LAMBAR PERSETUJUAN
POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI BINGEI DALAM
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT
OLEH :
TANTI SUMAWARDHA
112204016
Dosen Pembaca
Budi Santoso, S.sos
Dosen Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya
: POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI
BINGEI DALAM PENGEMBANGAN
EKOWISATA DI KABUPATEN
LANGKAT
Oleh
: TANTI SUMAWARDHA
Nim
: 112204016
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
NIP. 19511013 197603 1 001
Dr. Syahron Lubis, MA
POTENSI WISATA ARUNG JERAM
SEI BINGEI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA
DI KABUPATEN LANGKAT
KERTAS KARYA
OLEH
TANTI SUMAWARDHA
112204016
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak potensi wisata yang sangat potensial dan strategis, seperti: panorama dan keindahan alam di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Kabupaten Langkat salah satunya, objek wisata yang memiliki potensi yang sangat besar adalah atraksi wisata arung jeram di Sungai Bingei. Dari hasil penelitian di tunjukkan bahwa wisata yang berbasis alam sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat, khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut. Ada banyak hal yang dapat di lakukan masyarakat setempat untuk menarik keuntungan dari wisatawan yang datang seperti : menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap, membuka rumah makan, serta membuka toko cindera mata/souvenir. Melalui
pengembangan ecotourism di daerah Sungai Bingei diharapkan kelestarian pada
daerah tersebut tetap terjaga dan terpelihara guna generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai daerah yang alami yang memiliki fungsi utama. Ekowisata dan sumber daya alam sangat erat kaitannya. Suatu daerah ekowisata akan berhasil memiliki sumber daya alamnya dilindungi. Untuk dapat melindungi sumber daya alam tersebut diperlukan suatu strategi dari tangan-tangan pengelola dalam memimpin proses tersebut. Dalam melindungi sumber daya alam harus adanya kesadaran dan campur tangan dari masyarakat dan wisatawan yang datang agar terjadinya keseimbangan dalam menjaga alam kita yang sangat mahal harganya.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala
Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas
Karya yang berjudul “ POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI BINGEI
DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT “
kertas karya ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas akhir dan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Diploma-III (D3) Pariwisata pada Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam
penyusunan dan penyelesaian kertas karya ini. Penulis banyak menemui kesulitan,
namun dengan bimbingan do’a, dorongan/semangat, saran maupun bantuan-bantuan
dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Pada kesempatan ini penulis, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si, selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Gustanto, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan
Kertas Karya ini.
4. Bapak Budi Santoso, S.Sos., selaku Dosen Pembaca dalam penulisan Kertas
5. Teristimewa kepada ketiga Orang Tua saya yang tercinta yang selalu
mengasihiku, Sarummaha Aslah Asisi, S.E, Rosmaina (Almarhuma) dan Riva
Gustina, dengan tulus hati diucapkan terima kasih yang selalu memberikan
limpahan kasih sayang, cinta kasih serta semangat, do’a, dukungan moril dan
materil.
6. Kepada adik saya tersayang Felya Aurina, Rada Putri Osiva, Ahmad Yusuf,
dan Fajru Sarummaha yang telah memberikan dukungan dan semangat.
7. Buat seseorang yang telah banyak memberikan penulis dukungan moral dan
bantuan dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.
8. Buat sahabat seperjuangan khususnya buat Siska, Dame, Cidha, dan Maria
dan semua teman-teman Usaha Wisata dan Perhotelan, terima kasih buat
semua do’a, kebaikan, ketulusan, dan dukungan kepada penulis selama proses
penyelesaian Kertas Karya ini.
Akhir kata penulis berharap semoga kertas karya ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Khususnya bagi penulis sendiri, dan penulis juga memohon maaf atas
kekurangan dalam penulisan kertas karya ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Januari 2015
DAFTAR ISI
BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA 2.1. Asal Mula Dan Perkembangan Wisata ... 7
2.2. Pengertian Pariwisata ... 9
2.3. Pengertian Objek Dan Daya Tarik Wisata ... 11
2.4. Wisata Alam Dan Kesadaran Lingkungan ... 13
2.4.1. Sumber Daya Alam Sebagai Bagian Atraksi Dalam Dimensi Unsur Wisata ... 15
2.5. Pengertian Ekowisata ... 16
2.5.2. Profil Dan Pasar Ekowisata ... 19
2.5.3. Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata ... 20
2.5.4. Hubungan Ekowisata Dengan Peran Masyarakat Lokal ... 20
2.6. Beberapa Dampak Yang Ditimbulkan Pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Di kembangkan ... 21
2.7. Manfaat Pariwisata ... 22
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN LANGKAT 3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat ... 23
3.2. Visi Dan Misi Kabupaten Langkat ... 26
3.3. Kondisi Wilayah Kabupaten Langkat ... 27
3.3.1. Letak Geografis ... 27
3.3.2. Topografi ... 27
3.4. Bidang Usaha Potensial ... 29
3.5. Bidang Usaha Unggulan Layak Dikembangkan ... 30
3.6. Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kabupaten Langkat ... 32
3.6.1. Prasarana Pariwisata ... 32
3.6.2. Sarana Pariwisata ... 33
3.6.3. Sistem Transportasi ... 33
3.7. Penduduk ... 34
BAB IV POTENSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ARUNG JERAM DI KABUPATEN LANGKAT
4.1. Gambaran Umum Sungai Bingei ... 38
4.2. Gambaran Umum Sungai Bingei dan Potensi Arung Jeram yang
Dimilikinya ... 39
4.2.1. Akses Untuk Mencapai Lokasi Arung Jeram Sungai
Bingei ... 41
4.3. Dampak pengembangan kegiatan/atraksi Wisata Arung Jeram
Sungai Binge terhadap Lingkungan dan Masyarakat setempat ... 44
4.3.1. Dampak Positif pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram
Sungai Bingei ... 44
4.3.2. Dampak Negatif pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram
Sungai Bingei ... 45
4.3.3. Dampak pengembangan Ekowisata di Daerah Aliran Sungai
Bingei ... 46
4.4. Upaya pengembangan Wisata Arung Jeram di Sungai Bingei ... 47
4.5. Pengaruh Atraksi Wisata Arung Jeram terhadap Kepariwisataan di
ABSTRAK
Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak potensi wisata yang sangat potensial dan strategis, seperti: panorama dan keindahan alam di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Kabupaten Langkat salah satunya, objek wisata yang memiliki potensi yang sangat besar adalah atraksi wisata arung jeram di Sungai Bingei. Dari hasil penelitian di tunjukkan bahwa wisata yang berbasis alam sekarang ini banyak menarik perhatian masyarakat, khususnya masyarakat setempat karena dapat menarik keuntungan dari setiap wisatawan yang datang ke objek wisata tersebut. Ada banyak hal yang dapat di lakukan masyarakat setempat untuk menarik keuntungan dari wisatawan yang datang seperti : menjadi pemandu lokal, membuka penginapan untuk wisatawan yang ingin menginap, membuka rumah makan, serta membuka toko cindera mata/souvenir. Melalui
pengembangan ecotourism di daerah Sungai Bingei diharapkan kelestarian pada
daerah tersebut tetap terjaga dan terpelihara guna generasi berikutnya dapat terus menikmatinya sebagai daerah yang alami yang memiliki fungsi utama. Ekowisata dan sumber daya alam sangat erat kaitannya. Suatu daerah ekowisata akan berhasil memiliki sumber daya alamnya dilindungi. Untuk dapat melindungi sumber daya alam tersebut diperlukan suatu strategi dari tangan-tangan pengelola dalam memimpin proses tersebut. Dalam melindungi sumber daya alam harus adanya kesadaran dan campur tangan dari masyarakat dan wisatawan yang datang agar terjadinya keseimbangan dalam menjaga alam kita yang sangat mahal harganya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pariwisata merupakan pemimpin sektor yang kuat terhadap perubahan, dan
sektor yang sangat menjanjikan termasuk pada struktur global. pariwisata sebagai
salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting terhadap penciptaan lapangan
kerja, pertumbuhan ekonomi, dan penghidupan yang layak serta mendorong
pemerintah daerah untuk membangun dan memelihara infrastruktur sehingga kualitas
hidup masyarakat setempat juga meningkat. Pariwisata memiliki prospek cerah dan
mempunyai peran yang sangat penting, baik dalam perekonomian dunia maupun
Indonesia.
Indonesia kaya akan berbagai potensi alam yang belum tergali di berbagai
daerah yang dapat dijadikan objek dan daya tarik wisata. Melimpahnya kekayaan
alam Indonesia berupa keadaan alam flora dan fauna yang sangat banyak memberikan
daya tarik tersendiri bagi para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara
dan apabila hal tersebut dikembangkan dapat menjadi modal bagi pengembangan dan
peningkatan sektor pariwisata di daerah setempat khususnya. Modal akan potensi
alam yang melimpah tersebut perlu di manfaatkan secara optimal melalui
penyelenggaraan kepariwisataan yang di tujukan untuk meningkatkan pendapatan
daerah, dan memiliki berbagai keuntungan misalnya dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan setempat, memperluas kesempatan kerja, mendorong
Beragamnya potensi alam yang dimiliki Indonesia sangat menjual bagi dunia
kepariwisataan.
Sumatera Utara yang merupakan salah satu Provinsi di Indonesia memiliki
beragam tempat wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan.
Provinsi ini memiliki banyak potensi wisata seperti: panorama dan keindahan alam
di daerah tujuan wisata yang tersebar di berbagai daerah kabupaten. Dilihat dari
obyek dan daya tarik, wisata alam memiliki potensi yang sangat bagus untuk
dikembangkan dan dapat berperan penting dalam meningkatkan pariwisata di
Sumatera Utara.
Objek-objek wisata ini selayaknya mendapat perhatian dari masyarakat
dan pemerintah setempat. Namun, sayangnya pengelolaan pada beberapa objek
wisata tersebut belum optimal. Masih terbatasnya dukungan prasarana dan sarana
dalam menunjang kegiatan pariwisata telah mengakibatkan menurunnya daya
tarik obyek wisata. Pola pengelolaan kawasan pariwisata yang tidak
menyeluruh telah menimbulkan dampak negatif yang mengakibatkan
menurunnya daya tarik obyek wisata.
Dari banyaknya wilayah yang ada di Sumatera Utara penulis memilih daerah
Kabupaten Langkat yang terkenal dengan wisata alamnya. Kabupaten Langkat
memunculkan sebuah tantangan pada generasi sekarang. Bagaimana wisata ini terus
berlanjut tetapi tidak menggangu ekosistem disekitarnya. Sungai Bingei memiliki
tingkat kesulitan, tantangan, dan keindahan alam yang masih liar menjadi daya tarik
bagi pengunjung yang menggemari wisata yang berbasis alam dan petualangan
tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menulis dalam bentuk
sebuah Kertas Karya dengan judul ” POTENSI WISATA ARUNG JERAM SEI
BINGEI DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KABUPATEN LANGKAT”
1.2 Pembatasan Masalah
Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan
pembahasan tentang :
1. Menggali potensi wisata arung jeram sebagai daya tarik wisatan pecinta alam
dan petualangan pariwisata di suatu daerah, khususnya ekowisata.
2. Bagaimana pengaruh wisata arung jeram Sei Bingei dalam pengembangan
pariwisata di suatu daerah, khususnya ekowisata
3. Peranan keterlibatan masyarakat setempat, pemerintah daerah setempat, dan
Tour Operator/Travel Agent dalam mengembangkan/mempromosikan objek
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Program pendidikan Diploma III Jurusan Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui potensi arung jeram sebagai salah satu daya tarik wisata di
Kabupaten Langkat, khususnya wisata alam dan petualangan.
3. Memberikan gambaran dan penjelasan kapada pembaca tentang masalah
pengembangan dan pembangunan kepariwisataan dan pelestarian sumber daya
alam yang berwawasan lingkungan hidup di Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :
1. Menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya
mengenai potensi dan daya tarik wisata arung jeram Sei Bingei di Kabupaten
Langkat.
2. Agar dapat di jadikan sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa yang
menginginkan bacaan tentang keberadaan wisata Arung Jeram Sei Bingei di
Kabupaten Langkat khususnya bagi mahasiswa D-III Pariwisata, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Field Research (Penelitian Lapangan)
Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang
yang terlibat dalam pengelolaan wisata Arung Jeram Sei Bingei di Kabupaten
Langkat tersebut serta mencari informasi dari dinas kebudayaan dan pariwisata
setempat.
2. Library Research (Penelitian Perpustakaan)
Pengumpulan data berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan
objek pembahasan, baik itu berupa buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan
media cetak lainnya yang berhubungan dengan tema kertas karya ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tentang isi Tugas Akhir yang berjudul “Potensi
Wisata Arung Jeram Sei Bingei Dalam Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten
Langkat” disusun dalam lima bab yang memiliki keterkaitan antara satu bab
dengan lainnya
1. Bab I : Pendahuluan
Bab pertama berisi uraian tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Bab II : Landasan Teori
Dalam bab kedua ini terdiri dari asal mula dan pengembangan wisata,
kesadaran lingkungan, manfaat pariwisata, masalah lingkungan hidup apabila arung
jeram terus dikembangkan, dan pembinaan masyarakat terhadap dampak yang akan
ditimbulkan pada lingkungan sekitar.
3. Bab III : Gambaran Umum Kabupaten Langkat
Dalam Bab ketiga ini berisi pembahasan tentang letak geografis, sejarah
Kabupaten Langkat, iklim, penduduk, objek wisata di Kabupaten Langkat.
4. Bab IV : Potensi Pengembangan Objek Wisata Arung Jeram Di
Kabupaten Langkat
Dalam bab ini akan membahas arti pembangunan pariwisata yang berwawasan
lingkungan hidup, objek daya tarik wisata di Kabupaten Langkat, gambaran umum
arung jeram dan potensi yang dimiliki, prasarana dan sarana yang ada, upaya
pengembangan arung jeram di Kabupaten Langkat.
5. Bab V : Penutup
Dalam bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran dari pembahasan yang telah di
BAB II
URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN KONSEP EKOWISATA
2.1 Asal Mula dan Perkembangan Wisata
Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford English Dictionary
tahun 1811 (Otto, 2004) yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang perjalanan
untuk mengisi waktu luang. Namun konsepnya mungkin dapat dilacak balik dari
budaya nenek moyang Yunani dan Romawi yang sering melakukan perjalanan
menuju negeri-negeri tertentu untuk mencari tempat-tempat indah di Eropa atau
Mediterania.
Orang pertama yang membuat sebuah petunjuk perjalanan wisata adalah
Aimeri de Picaud, warga Perancis yang mempublikasikan bukunya tahun 1130
tentang perjalanan ke Spanyol. Awalnya, perjalanan atau wisata sering berkaitan
dengan perjalanan ibadah, eksplorasi geografis, expedisi ilmu pengetahuan, studi
antropologi dan budaya, serta keinginan-keinginan untuk melihat tentang alam yang
indah, (Fandeli, 2002)
Sampai pertengahan abad ke-12, pertumbuhan wisata sangat rendah.
Biasanya, transportasi wisata menggunakan kapal laut, kuda, unta, kereta kuda, atau
alat-alat transportasi yang ada saat itu. Selanjutnya, dalam abad ke-18 dan ke-19,
kebutuhan wisata mulai meningkat. Pertumbuhan tersebut juga sangat dipengaruhi
oleh Revolusi Industri. Tahun 1841 industri wisata di Inggris mulai dijalankan,
Perkembangan wisata selanjutnya semakin menggembirakan. Pada tahun
1948 sebuah perusahaan penerbangan Amerika, Pan Amerika World Airways
memperkenalkan tourist class pada penerbangannya. Di sini, mass tourism mulai
berkembang dengan adanya transportasi udara. Tujuan perjalanan mulai beralih ke
negara berkembang.
Tahun 1970, arus kunjungan dari negara maju ke negara berkembang sudah
mencatat angka 8%. Pertumbuhan wisatawan ke negara berkembang semakin
menjanjikan, ketika tahun 1980 arus kunjungan wisatawan ke negara berkembang
mencapai 17% dan tahun 1990 mencapai angka 20%. Tahun 1990, industri wisata
telah di pandang sama nilainya dengan industri minyak.
Perkembangan wisata secara besar-besaran ini, pada awalnya diyakini tidak
menggangu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak
temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata (dalam banyak hal) sangat
merugikan ekosistem, terutama ekosistem destinasi wisata setempat.
Dalam banyak kasus, tempat-tempat yang dulunya indah dan digunakan
sebagai tujuan favorit wisata menjadi tercemar oleh logam berat dan bahan-bahan
kimia berbahaya lainnya. Perkembangan dan pertumbuhan wisatawan yang besar dan
tidak dikontrol, telah mendorong laju kerusakan habitat dan erosi pantai. Dampak
tidak langsung lainnya, yakni eksploitasi terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang ada
2.2 Pengertian Pariwisata
Pengertian pariwisata hingga sekarang masih belum begitu memasyarakat.
Umpamanya masyarakat mengatakan bahwa piknik adalah pariwisata, seperti kita
ketahui bahwa “picnic” hanya merupakan salah satu aktivitas dalam kepariwisataan ,
fenomena ini berkaitan pula dengan kenyataan yang ada di Indonesia. Kata
“Pariwisata” sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakan
Musyawarah Nasional Tourism ke-2 di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12 sampai
dengan 14 Juni 1958 (Yoeti, 1983 : 102).
Peninjauan pengertian pariwisata secara Etymologis
Menurut pengertian ini, kata “pariwisata” yang berasal dari bahasa Sanskerta,
sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme” (bahasa Belanda) atau “tourism” (bahasa
Inggris). Kata pariwisata, menurut pengertian ini, sinonim dengan “tour”. Pendapat
ini berdasarkan pemikiran sebagai berikut: kata pariwisata terdiri dari dua suku kata
yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata”.
Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap (ingat kata
paripurna)
Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
“travel” dalam bahasa Inggris (Yoeti, 1985 : 103).
Ada beberapa definisi dari para pakar tentang pariwisata, berikut paparannya.
Herman V Schulalard (dalam Yoeti, 1983 : 105) memberikan batasan sebagai berikut:
“Tourism is the sum of operation, mainly of an economic nature, which
directly related to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country,
E. G uyer Freuler merumuskan, “Pariwisata dalam artian modern adalah
merupakan fenomena dari zaman sekarang yang disarankan atas kebutuhan akan
kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan cinta
terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya
pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil daripada
perkembangan perniagaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan dari pada
alat-alat pengangkutan” (Yoeti, 1983 : 105-106)
Kemudian Prof. Salah Wahab dalam bukunya “An Introduction on Tourism
Theory” mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan
anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:
Manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan wisata
Ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
Waktu (time), yaitu waktu yang digunakan salama dalam perjalanan dan
tinggal didaerah tujuan wisata
Lebih lengkapnya pendapat Prof. Salah Wahab mengenai pariwisata adalah:
“suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan
secara berganti di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri),
meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu suatu negara atau
benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beranekaragam dan
Pengertian yang lebih modern lagi tentang definisi pariwisata adalah apa yang
dikatakan oleh H. Kodhyat dan Ramaini, “Pariwisata adalah segala yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta
usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.”
Berikutnya menurut I made Suradnya yang dimaksud dengan pariwisata
adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia
yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke
suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggalnya yang
didorong oleh beberapa keperluan atau motif tanpa bermaksud mencari nafkah.
Dari beberapa definsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk
menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam.
2.3 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata
Apabila merujuk pada sub judul di atas, maka objek dan daya tarik wisata
adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata (Kodhyat dan Ramaini 1992 : 80).
Selanjutnya mengapa ada daya tarik wisata, hal ini dikarenakan adanya objek wisata
atau tourist object. Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup,
seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai
Menurut Prof. Mariotti (dalam yoeti, 1983 : 160-167) segala sesuatu yang
terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau
datang berkunjung ke tempat tersebut diperlukan adanya “attractive spontance”.
Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata,
di antaranya adalah:
Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, misalnya : iklim,
bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, dan
pusat-pusat kesehatan.
Hasil ciptaan manusia, misalnya : benda-benda yang bersejarah, manumen,
museum, acara tradisional, dan rumah-rumah peribadatan,
Tata cara hidup masyarakat.
Ketiga hal di atas yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah
disebutnya sebagai “Tourism Resources” . sedangkan untuk tourist services yang
dikatakan Mariotti dengan istilah “Attractive Derivee”, yaitu semua fasilitas yang
dapat digunakan dan aktivitas yang dapat dilakukan yang pegandaannya disediakan
oleh perusahaan lain secara komersial.
Suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik untuk dikunjungi oleh
wisatawan potensial dalam macam-macam pasar, ia harus memenuhi tiga syarat,
yaitu :
Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas rekreasi atau amusements yang
dapat membuat mereka betah tinggal lama di tempat itu.
Di daerah tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama
barang-barang souvenir dan kerajinan tangan sebagai oleh-oleh untuk pulang ke
tempat asal masing-masing.
2.4 Wisata Alam dan Kesadaran Lingkungan
Sementara Mass Tourism (wisata masal) berkembang, di Amerika muncul
sebuah aktivitas wisata yang dikenal sebagai Wisata Alam (Nature Tourism). Hal ini
merupakan aktivitas wisata menuju tempat-tempat alamiah, yang biasanya di ikuti
oleh aktivitas-aktivitas olah fisik dari wisatawan. Termasuk dalam kategori ini, antara
lain biking, hiking, sailing, dan camping. Di sini, kita juga mengenal adventure
tourism, sebuah istilah yang merujuk kepada kegiatan wisata alam, namun lebih
mempunyai nilai tantangan tersendiri, seperti panjat tebing, diving di laut dalam, dan
lainnya. Tempat-tempat wisata favorit jenis ini kebanyakan merupakan kawasan
lindung, seperti taman nasional, taman laut, cagar alam, taman hutan raya dan
kawasan lindung lainnya.
Istilah wisata yang diperkenalkan melalui Undang-Undang No.9 tahun 1990
(tentang kepariwisataan) pasal 16 undang-undang tersebut menyebutkan wisata alam
sebagai salah satu kelompok objek dan daya tarik wisata yang dapat di usahakan,
disamping itu wisata budaya dan wisata minat khusus. Istilah ini dijelaskan melalui
Peraturan No. 18 tahun 1994, dengan mengartikan wisata alam sebagai kegiatan
perjalanan untuk menikmati gejala, keunikan alam, di taman nasional raya ataupun
Dengan demikian wisata alam adalah segala kegiatan kepariwisataan yang
memanfaatkan alam sebagai objek atau lokasi. Kegiatan ini belum tentu masuk
kedalam kualifikasi ecotourism karena hanya kegiatan yang memenuhi persyaratan
lingkungan yang masuk dalam kategori tersebut.
Pariwisata telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi global yang terbesar,
suatu cara untuk membayar konversi alam dan meningkatkan nilai lahan-lahan yang
dibiarkan dalam kondisi alami.
Lingkungan adalah keseluruhan keadaan luar yang mempengaruhi eksistensi
suatu organisme atau suatu masyarakat hayati, secara singkat lingkungan hidup
adalah habitat makhluk hidup.
Dalam konteks ekologi, lingkungan hidup adalah habitat, yaitu suatu daerah
yang dapat memenuhi segala keperluan hidup suatu makhluk tertentu. Lingkungan
hidup dalam penerapannya dapat disetarakan dengan lahan yang mana lingkungan
hidup adalah konsepsionalnya sedangkan lahan adalah operasionalnya.
Dalam konteks pengelolahan, lahan adalah aktualisasi dari lingkungan hidup.
Dengan aktualisasi ini hakekat lingkungan hidup dapat diwujudkan dengan
tanda-tanda pengenal yang ditransformasikan melalui variable-variabel. Lahan kritis adalah
contoh hakiki dari lingkungan hidup dengan demikian pencegahan lahan kritis
merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan hidup.
Dengan demikian, membangun sebuah kesadaran manusia terhadap pentingnya
konservasi lingkungan hidup, dimana keanekaragaman hayati menjadi isu penting di
dalamnya, sangat diperlukan. Banyak ahli berpendapat bahwa membangun kesadaran
konservasi lewat pendidikan informal dapat dilakukan dengan jasa sector wisata
(Honey, 1999)
2.4.1 Sumber Daya Alam Sebagai Bagian Atraksi Dalam Dimensi Unsur Wisata
Mill (1990) mendiskusikan bahwa dimensi-dimensi wisata antara lain terdiri
atas atraksi, fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan. Dalam pariwisata
dimensi-dimensi tersebut menjadi faktor yang menentukan tingkat kompetitif
penyelenggaraan dan destinasi wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang
unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu.
Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain. Atraksi
selalu menarik orang untuk datang kedalam sebuah kawasan tujuan wisata, meskipun
dimensi lainnya seperti fasilitas, transportasi, dan keramahtamahan destinasi sangat
kurang.
Atraksi dapat berdasarkan sumber daya alam, budaya, etnisitas, atau hiburan.
Sebagian besar tujuan wisata dikawasan negara berkembang dengan tingkat kekayaan
sumber daya alam yang tinggi, atraksi alam seperti bentangan pantai berpasir putih,
air terjun, bentang padang rumput, dan pegunungan, hutan, sungai, gua, fauna, dan
Dalam konsep pembangunan berkelanjutan, keindahan budaya dan
masyarakat lokal yang beradab harus dipandang sebagai bagian dari kekayaan
destinasi, yang harus dihargai sebagaimana mestinya, dan mendapatkan hak ekonomi
yang layak. Budaya dan etnisitas sering kali bergantung pada sumber daya alam,
seperti upacara-upacara keagamaan yang melibatkan beragam bentuk
keanekaragaman hayati (Luchman, 2004 : 22-23)
2.5 Pengertian Ekowisata
Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan
terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ecotourism. Terjemahan
yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra
Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekotourisme. Di dalam
tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para
rimbawan. Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk
menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan
puluhan.
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.
Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang
bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural), memberi
manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat
Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The
Ecotourism Society (1990) sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di
daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan
masyarakatnya tetap terjaga.
Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang
karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami,
yang dapat menciptakan kegiatan bisnis.
Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut : Ekowisata adalah bentuk
baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat
menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).
Dari definisi ini dapat di mengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang
sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam
mengembangkan ekowisata ini.
Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait
dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata
ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black,
1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan
mengikutkan aspek pendidikan dan interprestasi terhadap lingkungan alami dan
budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi
lainya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau
special interest tourism dengan objek dan daya tarik wisata alam.
2.5.1 Prinsip-Prinsip Ekowisata
The Ecotousrism Society (Eplerwood, 1993) menyebutkan delapan prinsip
ekowisata yaitu :
1) Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap
alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat
dan karakter alam dan budaya setempat
2) Pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat akan
pentingnya arti konservasi, pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam.
3) Pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan
untuk ekowisata dan management pengelola kawasan pelestarian dapat
menerima langsung penghasilan atau pendapatan.
4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, masyarakat diajak dalam
merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam
pengawasan peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5) Penghasilan masyarakat, keutungan secara nyata terhadap ekonomi
masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga
kelestarian kawasan alam.
7) Daya dukung lingkungan, pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya
dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun
mungkin permintaan sangat banyak tetapi daya dukunglah yang membatasi.
8) Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara, apabila suatu
kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja
wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara bagian atau
pemerintah daerah setempat.
2.5.2 Profil dan pasar ekowisata
Profil yang menyukai ekowisata:
1. Berumur 35-54 tahun, 50% laki-laki dan 50% wanita dan jelas ada perbedaan
aktivitas yang dipilih.
2. 82% berpendidikan S1, juga dapat terlihat tingkat pendidikan mempengaruhi
wisatawan yang berminat pada ekowisata.
3. 60% responden senang berpergian berdua, 15% senang berpergian bersama
keluarga dan 13% memilih pergi sendiri.
4. 50% responden memilih lama perjalanan 8 sampai 14 hari.
5. 26% responden bersedia menghabiskan US$.1001-1500/trip.
6. Senang berpergian ke kawasan : (1) kawasan alami, (2) mengamati satwa, (3)
mendaki dan menjelajah/tracking.
7. Motivasi berpergian : (1) menikmati alam/pemandangan, (2) pengalaman
2.5.3 Hubungan Ekowisata dengan Pariwisata
Hubungan ecotourism dengan pariwisata adalah sebuah kunjungan suatu
daerah untuk menikmati pemandangan alam dan lingkungan yang masih alami tanpa
ada unsur-unsur buatan manusia, namun tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
ecotourism cenderung terjadi pada daerah alami dengan binatang-binatang atau
populasi lingkungan dimana penduduk asli tinggal.
Oleh karena itu diperlukan hubungan kerja sama yang baik antara masyarakat
dengan instansi yang mengelola ekowisata di daerah tersebut untuk dapat
mengembangkan ecotourism dengan baik.
2.5.4 Hubungan Ekowisata dengan Peran Masyarakat Lokal
Masyarakat yang terdapat disekitar kawasan konservasi tersebut penting dan
sangat berperan dalam keberhasilan suatu objek wisata alam. Oleh karena itu
masyarakat setempat harus dilibatkan dalam setiap proses atau perencanaan
pembentukan, dan pelaksanaan proyek pengembangan ecotourism yang berlokasi
ditempat tersebut dengan cara mengintegrasikan masyarakat lokal sebagai mitra
sejajar dalam desain, pelaksanaan dan setiap aspek yang menggunakan lahan sumber
daya alam setempat.
Untuk maksud tersebut harus dibina interaksi sosial yang baik dan saling
menguntungkan antara pengelola ecotourism dengan masyarakat yang berdomisili di
yang ada karena tanpa peran serta masyarakat setempat dalam proses pengembangan
ecotourism tersebut akan mengalami kendala (Anwar, 1997:7).
2.6 Beberapa Dampak Yang Ditimbulkan Pada Lingkungan Hidup (Ekowisata) Apabila Terus Dikembangkan
a. Degradasi dalam penurunan nilai-nilai sosial budaya
Budaya merupakan unsur yang tidak pernah dilupakan dalam konservasi,
konservasi dan pariwisata yang menolak keprihatinan masyarakat lokal
merugikan diri sendiri, pariwisata dapat menghancurkan budaya asli dan
mengacaukan perekonomian asli pula.
b. Ekonomi
Ekowisata terkait dengan ekonomi disebabkan ada dampak keuntungan dan
kerugian, semata-mata untuk mencari profit dan kawasan yang lebih dikenal.
Disini juga lebih memaksimalkan profit dari pada kunjungan karena dengan
memaksimalkan profit maka pemeriharaan terhadap wilayah kunjungan
tersebut akan menjadi lebih baik.
c. Penurunan kesehatan masyarakat akibat limbah yang dibuang pada
pengembangan ekowisata tersebut.
d. Estetika
Dampak di ukur baik melalui batas pengunjung yang dapat ditoleransi
maupun melalui kerusakan ekologi. Nilai dan keseluruhan persepsi adalah
gambaran yang rumit dari pengguna yang diterima jauh lebih rendah sebab
kerumunan orang mengurangi daya tarik keindahan dan menurunkan
keindahan dan menurunkan keingginan pengunjung untu membayar.
2.7 Manfaat Pariwisata
Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan devisa negara
b. Peningkatan kesempatan kerja dan usaha
c. Pemberdayaan ekonomi rakyat
d. Pelestarian nilai-nilai budaya, agama, adat istiadat
e. Pelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup
f. Perwujudan otonomi daerah pada sektor pariwisata
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN LANGKAT
3.1 Sejarah Singkat Kabupaten Langkat
Kabupaten Langkat adalah sebuah kabupaten yang terletak di Sumatera Utara,
Indonesia. Ibu Kotanya berada di Stabat. Kabupaten ini memiliki wilayah seluas
6.272 km² dan berpenduduk sejumlah 902.986 jiwa (Tahun 2000). Kabupaten
Langkat yang di kenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang.
Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan dimana wilayahnya
terbentang antara aliran Sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai kedaerah aliran
anak Sungai Wampu. Terdapat sebuah Sungai lainnya di antara kedua sungai ini yaitu
Sungai Batang Serangan yang merupakan jalur pusat kegiatan nelayan dan
perdagangan penduduk setempat dengan luar negeri terutama ke Penang/Malaysia.
Sungai Batang Serangan ketika bertemu dengan Sungai Wampu, namanya kemudian
menjadi Sungai Langkat. Kedua Sungai tersebut masing-masing bermuara di Kuala
Langkat dan Tapak Kuda.
Adapun kata Langkat yang kemudian menjadi nama daerah ini berasal dari
nama sejenis pohon yang dikenal oleh penduduk Melayu setempat dengan sebutan
“pohon Langkat”. Dahulu kala pohon Langkat banyak tumbuh di sekitar sungai
Langkat tersebut. Jenis pohon ini sekarang sudah langka dan hanya dijumpai di
hutan-hutan pedalaman daerah Langkat. Pohon ini menyerupai pohon langsat, tetapi
rasa buahnya pahit dan kelat. Oleh karena pusat Kerajaan Langkat berada di sekitar
Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan Tambo Langkat mengatakan
bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang terjauh di ketahui ialah Dewa Syahdan
yang hidup kira-kira tahun 1500 sampai 1580. Dewa Syahdan digantikan oleh
puteranya, Dewa Sakti yang memerintah kira-kira tahun 1580 sampai 1612. Dewa
Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama
Marhum Guri. Selanjutnya Tambo Langkat mengatakan bahwa yang menggantikan
Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673). Raja Kahar adalah pendiri
kerajaan Langkat dan berzetel di Kota Dalam, daerah antara Stabat dengan Kampung
Inai kira-kira pertengahan abad ke-18.
Berpedoman pada tradisi dan kebiasaan masyarakat Melayu Langkat, maka
dapatlah di tetapkan kapan Raja Kahar mendirikan Kota Dalam yang merupakan cikal
bakal Kerajaan Langkat di kemudian hari. Setelah menelusuri beberapa sumber dan
dilakukan perhitungan, maka Raja Kahar mendirikan kerajaannya bertepatan tanggal
12 Rabiul Awal 1163 H, atau tanggal 17 Januari 1750.
Melalui seminar yang berlangsung di Stabat, pada tanggal 20 Juli 1994 atas
kerjasama Tim Pemerintah Kabupaten Langkat dengan sejumlah pakar dari jurusan
sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, maka dapat menentukan Hari Jadi Kabupaten
Langkat yaitu 17 Januari 1750. Perkembangan selanjutnya Kota Binjai pernah jadi
Ibu Kota Kabupaten Langkat. Kabupaten Langkat beribu Kota Stabat, dan
langsung dengan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Wilayah Kabupaten Langkat
terdiri dari 23 Kecamatan yang tersebar di dalam 3 wilayah yaitu:
1. Wilayah I : Langkat Hulu
2. Wilayah II : Langkat Hilir
3. Wilayah III : Teluk Haru
Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat:
I. Wilayah Langkat Hulu, meliputi :
1. Kuala
II. Wilayah Langkat Hilir, meliputi:
8. Tanjung Pura
III. Wilayah Teluk Haru, meliputi:
1. Babalan
2. Gebang
3. Brandan Barat
4. Sei Lepan
5. Pangkalan Susu
6. Besitang
7. Pematang Jaya
3.2 Visi dan Misi Kabupaten Langkat
Kabupaten Langkat memiliki visi dan misi, yaitu:
Visi : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Langkat Yang Religius, Maju, Dinamis,
Sejahtera dan Mandiri”.
Misi :
1. Menyuguhkan kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh
kesejukan, memelihara serta mengembangkan budaya kearifan.
2. Melaksanakan reformasi dengan sungguh-sungguh melalui
penyelenggaraan pemerintah dengan aparatur yang bersih, berorientasi
kepada pelayanan publik, serta penggunaan anggaran yang pro publik.
4. Memecah stagnasi pembangunan dengan mengakselerasi secara cerdas
pencapaian kesejahteraan masyarakat di bidang daya beli, kualitas
pendidikan dan kesehatan.
5. Menumbuhkan investasi yang mampu secara langsung mengangkat
perkonomian dan kesejahteraan rakyat.
6. Memperkuat pemberdayaan perempuan dalam pembangunan sosial
politik, kesejahteraan sosial dan perlindungan terhadap anak.
7. Memperkokoh kualitas demokrasi dengan edukasi politik dan
menyertakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan politik.
3.3 Kondisi Wilayah Kabupaten Langkat 3.3.1 Letak Geografi
Letak geografi daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3º14’dan 4º13’
Lintang Utara, serta 93º51’ Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka dan Prov. D.I. Aceh
b. Sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo
c. Sebelah Timur berbatas dengan Dati II Deli Serdang
d. Sebelah Barat berbatas dengan Dati D.I Aceh (Aceh Tengah)
3.3.2 Topografi
Topografi Kabupaten Langkat merupakan Daerah Tingkat II yang dibedakan
atas 3 bagian, yaitu :
a. Pesisir Pantai dengan ketinggian 0-4 m diatas permukaan laut
b. Daratan Rendah dengan ketinggian 0-30 m diatas permukaan laut
Dilihat dari jenis – jenis tanah, Kabupaten Langkat memiliki hal unik yang
dapat dijadikan objek wisata, yaitu:
Sepanjang pantai terdiri dari jenis tanah ALLUVIAL, yang sesuai untuk
jenis tanaman pertanian pangan.
Dataran rendah dengan jenis tanah GLEI HUMUS rendah, Hydromofil
kelabu dan plarosal.
Dataran tinggi jenis tanah podsolid berwarna merah kuning
Hal lainnya berupa aliran sungai didaerah Kabupaten Langkat dialiri oleh 26
sungai besar dan kecil, melalui Kecamatan dan Desa–desa, diantara sungai-sungai
tersebut adalah : Sungai Wampu, Sungai Batang Serangan, Sungai Lepan, Sungai
Besitang dan lain-lain. Secara umum sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk
pengairan, perhubungan dan lain-lain.
Wisata di daerah Kabupaten Langkat terdapat taman wisata Bukit Lawang
sebagai objek wisata, Taman Bukit Lawang ini terletak dikaki Taman Nasional
Gunung Leuser (TNGL) dengan udara sejuk oleh hujan tropis, di Bukit Lawang ini
terdapat lokasi rehabilitasi orang utan (mawas) yang dikelola oleh WNF Taman
Nasional gunung Leuser merupakan aset Nasional terdapat berbagai satwa yang
dilindungi seperti : Badak Sumatera, Rusa, Kijang, Burung Kuau, Siamiang juga
terdapat tidak kurang dari 320 jenis burung, 176 binatang menyusui, 194 binatang
Industri dan Pertambangan Daerah Kabupaten Langkat adalah satu-satunya di
Sumatera Utara yang mempunyai tambang minyak yang dikelola oleh Pertamina dan
berada di Kota Pangkalan Berandan yang menghasilkan minyak bumi.
3.4 Bidang Usaha Potensial
Komoditi dan kegiatan ekonomi yang menonjol saat ini untuk daerah Langkat
dan mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut. Kegiatan ini dianggap
mempunyai peluang untuk pengembangan karena produksinya cukup besar, arealnya
luas, dan ketersediaan sumber daya memungkinkan.
1. Komoditi perkebunan
Pengusahaan tanaman perkebunan di Kabupaten Langkat terdiri dari tanaman
rakyat dan perkebunan besar swasta atau perseroan terbatas perkebunan nasional
(PTPN). Tanaman perkebunan yang banyak diusahakan rakyat adalah kelapa sawit,
karet, kakao, kelapa dan kopi.
2. Buah-buahan
Kabupaten Langkat memiliki potensi buah-buahan yang sangat banyak
terutama rambutan. Buah rambutan adalah buah yang bersifat musiman dan pada
bulan tertentu mencapai puncaknya. Produksi buah rambutan pada satu musim
mencapai 8.000 ton dengan sebaran pada saat puncak mencapai 1.000 ton perbulan.
Pola produksi ini menyebabkan harga komoditi ini sangat fluktuatif, sehingga perlu
dibuat suatu industri pengolahan buah untuk memproses pada saat produksi puncak
3. Perikanan
Potensi pantai dan laut sangat sesuai untuk pengusahaan perikanan di
Kabupaten Langkat, terutama udang dan ikan air dalam (kerapu). Bidang usaha
tambak sangat strategis untuk dikembangkan sebab melibatkan 450 petani dengan
luas tambak ±1.600 Ha. Luasan lokasi yang sesuai untuk tambak ±10.000 Ha,
sehingga peluang di bidang tambak masih terbuka. Di Kabupaten Langkat terdapat
pula laut yang sangat ideal untuk pengusahan ikan kerapu merupakan bidang usaha
yang patut dibudidayakan. Lokasi budidaya ikan kerapu adalah Pulau Sembilan di
Kecamatan Pangkalan Susu dan Pulau Kampar di Kecamatan Sei Canggang.
3.5 Bidang Usaha Unggulan Yang Layak Dikembangkan
Hasil dari penelaahan potensi yang ada di Kabupaten Langkat dengan
prioritas pembangunan daerah serta keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor
industri, menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi atau industri yang termasuk layak
untuk dikembangkan adalah :
1. Pengolahan Minyak Goreng dan Oleokimia
Pengolahan minyak goreng dan oleokimia dipilih sebagai bidang usaha yang
layak dikembangkan karena karena di wilayah Kabupaten Langkat terdapat banyak
kebun dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hasil Crude Palm Oil (CPO) dari pabrik
pengolahan yang tentu saja tidak semuanya diekspor, oleh sebab itu pengoahan
2. Industri pengolahan buah-buahan
Banyaknya produksi buah, terutama jeruk dan rambutan, yang bersifat
musiman memerlukan suatu penanganan hasil yang tepat, sekaligus bermanfaat bagi
petani dan atau produsen buah. Pabrik pengolahan dalam bentuk terpadu, artinya
pabrik tersebut mampu mengolah buah berbagai jenis dengan berbagai bentuk produk
akan sangat tepat bagi pengembangan ekonomi daerah.
3. Pengusahaan Ikan Kerapu
Ikan kerapu adalah ikan yang harus dibudidayakan dengan syarat tertentu,
terutama kedalaman dan keadaan airnya. Artinya tidak setiap daerah sesuai untuk
budidaya ikan kerapu. Pangsa pasar ikan kerapu memiliki segmen pasar tersendiri,
terutama ekspor. Pengembangan ikan kerapu akan menambah tingkat kesejahteraan
bagi nelayan ikan kerapu dan keluarganya.
4. Pengusahaan Tambak Udang Windu
Tambak udang merupakan suatu usaha yang memiliki keunikan tersendiri,
sehingga memerlukan suatu sentuhan dan manajemen khusus. Modal yang besar
dengan resiko yang juga besar sangat sebanding dengan nilai ekonomi yang dapat
dihasilkan. Pengembangan udang windu jenis tiger merupakan suatu pilihan yang
tepat bagi daerah pesisir Langkat.
5 Industri pariwisata
Keindahan dan potensi alam yang ada di sekitar Bohorok sudah terkenal di
dalam maupun luar negeri. Pengembangan obyek wisata sekitarnya yang sangat
potensial akan mendorong pengembangan daerah sekitarnya menjadi suatu kawasan
3.6 Prasarana dan Sarana Pariwisata di Kabupaten Langkat 3.6.1 Prasarana Pariwisata
Kabupaten Langkat dalam pembangunannya yang sangat terbatas merupakan
faktor yang dapat mengganggu perkembangan kepariwisataan. Hal ini dapat terlihat
pada daerah tersebut dimana penerangan-penerangan lampu jalan yang masih sangat
kurang di akibatkan karena terbatasnya daya listrik sebagai bahan utama penerangan
didaerah tersebut. Jumlah daya terpasang pembangkit adalah 595 KWH, jaringan
distribusi dari JTM sebesar 983.064 KMS, JTR sebesar 1.165.587 KMS dan Travo
sebesar 92.047 KVA. Saat ini semua desa di Kabupaten Langkat telah terjangkau
listrik.
Pembangunan Telekomunikasi di Kabupaten Langkat dilaksanakan oleh
PT.TELKOM saat ini 8 Kecamatan telah terjangkau sarana telepon otomatis yaitu
Kecamatan Stabat, Kuala, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Babalan/Pangkalan
Berandan, Binjai, Selesai dan Bahorok. Disamping itu telah tersedia pula pelayanan
faksimili, teleteks, warung telekomunikasi (wartel), Telkomnet Instan (Warnet).
Sarana perbankan telah berkembang di Kabupaten Langkat antara lain BRI,
BNI, Bank Sumut, Bank Mandiri dan jusga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang
tersebar seluruh wilayah.
Jumlah koperasi di Kabupaten Langkat cukup pesat dari 245 unit tahun 1999
3.6.2 Sarana Pariwisata
Melihat letaknya dalam struktur pemerintahan Tingkat II, Kabupaten Langkat
memang masih jauh dari sarana penunjang untuk perkembangan kepariwisataan di
daerah tersebut. Hal ini terlihat dari terbatasnya fasilitas berupa hotel, restoran atau
lainnya yang berhubungan dengan kepariwisataan. Biro Perjalanan Umum (BPU)
yang ada kurang mendukung dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten
Langkat.
3.6.3 Sistem Transportasi
Transportasi di Kabupaten Langkat terutama adalah becak mesin roda tiga dan
mobil angkutan umum yangdisebut mekar bila ingin ke Tanjung Pura dari Stabat.
Untuk transportasi ke luar Kota yang jauh seperti Medan dan Banda Aceh dapat
menggunakan kenderaan lintas Sumatera atau kendaraan antar pulau seperti bus dan
yang lainya. Sampai dengan tahun 2012, prasarana jalan di Kota Tanjung Pura terdiri
dari: jalan aspal, jalan kerikil, jalan tanah, jalan perairan. Telekomunikasi Kota
Tanjung Pura dengan kode pos 20853, saat ini hanya mempunyai satu kantor pos
induk.
Kabupaten Langkat memiliki jaringan jalan yang relatif baik dan memadai
yang dapat menghubungkan kabupaten ini dengan provinsi lain, atau secara rinci:
a. Terletak pada lintasan jalur utama Sumatera Utara - Aceh
b. Tersedianya jalan Nasional yang menghubungkan Kabupaten Langkat dengan
Kota Medan.
Jenis angkutan yang di jumpai di Kabupaten Langkat pada umumnya
angkutan sungai sedangkan angkutan laut hanya menghubungkan Pangkalan Susu,
Pulau Kampai dan Pulau Sembilan.
Untuk angkutan darat telah tersedia terminal bus atau angkutan di Kota
Kabupaten maupun Kota Kecamatan. Kereta api mempunyai lintasan dari Binjai ke
Kuala, Padang Tualangan dan Pangkalan Brandan tetapi angkutan kereta api tidak
popular sebagai sarana angkutan umum.
3.7 Penduduk
Berdasarkan angka hasil Sensus Penduduk tahun 2000, penduduk Kabupaten
Langkat berjumlah 902.986 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen
pada periode 1990-2000 dan kepadatan penduduk sebesar 144,17 jiwa per km2.
sedangkan tahun 1990 adalah sebesar 1,07 persen.
Untuk tahun 2008, berdasarkan hasil proyeksi penduduk Kabupaten Langkat
bertambah menjadi 1.042.523 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,80 untuk
periode 2005-2010
Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Stabat yaitu sebanyak
83.223 jiwa sedangkan penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Pematang Jaya
sebesar 14.779 jiwa. Kecamatan Stabat merupakan kecamatan yang paling padat
penduduknya dengan kepadatan 918 jiwa per km2 dan Kecamatan Batang Serangan
merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 42 jiwa per
Jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki
dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk laki-laki
sebesar 521.484 jiwa, sedangkan penduduk perempuan sebanyak 521.039 jiwa
dengan rasio jenis kelamin sebesar 100,09 persen.
Berdasarkan hasil SP2000 penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku
bangsa Jawa (56,87 persen), diikuti dengan suku Melayu (14,93 persen), Karo (10,22
persen), Tapanuli / Toba (4,50 persen), Madina (2,54 persen) dan lainnya (10,94
persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas
agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,56 persen), Kristen Katolik (1,06
persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).
3.8 Potensi Kepariwisataan di Kabupaten Langkat
Dilihat dari kondisi wilayah Kabupaten Langkat secara keseluruhan daerah ini
dapat dijadikan objek wisata yang sangat menjanjikan dan dapat dijadikan salah satu
tujuan objek wisata nasional. Hanya saja memang diperlukan keseriusan dari berbagai
pihak seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat. Keseriusan
pemerintah untuk pengelolaan kepariwisataan merupakan hal dasar agar potensi yang
ada dapat dimaksimalkan sehingga menghasilkan pendapatan daerah dan
mendatangkan devisa negara serta menambah pendapatan dari masyarakat setempat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sarana transportasi seperti jalan-jalan
agar dapat diperbaiki, objek wisata yang perlu perawatan secara berkesinambungan
dan pendukung lainnya seperti hotel dan restoran yang dikuatkan melalui peraturan
Disamping itu ada juga potensi-potensi objek wisata lain yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Langkat yang diantaranya adalah Bukit Lawang. Wisata
alam Bukit Lawang menjadi tujuan wisata andalan di Leuser dikarenakan memiliki
daya tarik satwa langka orang utan sumatera semi liar dan panorama hutan hujan
tropis.
Bukit Lawang atau lebih dikenal sebagai pusat pengamatan orangutan
Sumatera memiliki luas 200 ha, berada di Desa Perkebunan Bukit Lawang
Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Dulunya Bukit
Lawang merupakan pusat rehabilitasi orang utan jinak untuk dilepasliarkan kembali
kealam.
Bukit Lawang hingga kini diakui sebagai pintu gerbang terbaik untuk
menikmati keindahan Taman Nasional Gunung Leuser yang mempesona. Walaupun
bukan lagi sebagai tempat rehabilitasi dan pelepasliaran orangutan, hutan di sekitar
kawasan Bukit Lawang masih menyisakan peluang untuk dilakukanya aktivitas
wisata dan pengamatan orang utan sumatera dan juga spesies tumbuhan dan satwa
lainnya.
Untuk mencapai Bukit Lawang, dapat ditempuh melalui perjalanan darat dari
Kota Medan (ibuKota Provinsi Sumatera Utara) melewati Kota Binjai dengan
kendaraan umum melalui terminal bus Pinang Baris Medan atau kedaraan pribadi
Bangkai, Cendawan Harimau, aneka ragam Kupu-Kupu, Orang utan, Siamang,
Kedih, Beruang Madu, Kambing Hutan dan lainnya yang nerupakan khas Hutan
Hujan Tropis.
Mata pencaharian masyarakat di Bukit Lawang heterogen, tidak ada yang
dominan antara suku Melayu, Karo, Jawa, dan Batak.
Panorama alam yang indah dengan sungai yang jernih serta keberadaan orang
utan sumatera menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Kegiatan wisata yang
dapat dilakukan berupa melihat satwa langka orang utan sumatera di Feeding Site,
mengarungi jeram sungai Bahorok dengan ban (tubbing) dan Rubber Boat,
menikmati kendahan air terjun, menjelajah gua, menyegarkan badan dengan mandi di
sungai yang jernih, berkemah di areal Camping Ground, berpetualang dan
menyingkap rahasia hutan hujan tropis sumatera, mengamati atraksi satwa,
menyaksikan atraksi budaya masyarakat yang beragam dan menikmati kuliner khas
BAB IV
POTENSI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ARUNG JERAM DI KABUPATEN LANGKAT
4.1 Gambaran Umum Sungai Bingei
Sungai merupakan aliran air yang bermuara ke laut, melintasi berbagai
batuan dengan topografi yang bervariasi dan memiliki kesuburan yang dibutuhkan
oleh biota (tumbuhan, hewan, dan manusia). Menurut Irvita (2004) sungai
mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata atau
sarana rekreasi alam terbuka (outdoor recreation).
Sungai Bingei merupakan salah satu sungai yang dimanfaatkan sebagai
sarana atraksi wisata arung jeram dan tempat pemandian alam yang sering di
kunjungi oleh para wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Air Sungai
Bingei berasal dari Gunung Sibayak, mengalir dengan deras karena disekitar air
terdapat batu batu besar dan air sungainya jernih, menyegarkan, dan sejuk.
Sungai ini memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting, baik dari segi
hidrologis maupun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di sepanjang
daerah aliran Sungai Bingei. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Langkat
menggantungkan hidupnya dari usaha pertanian dan perkebunan.
Selian itu sungai Bingei merupakan sumber air irigasi yang mengaliri
Sistem irigasi ini merupakan aspek untuk mendukung hidup masyarakat yang
memilih komoditi beras sebagai bahan makanan pokok untuk kehidupan mereka
sehari-hari.
Sungai Bingei menawarkan pemandangan alam hutan tropis yang sangat
indah. Di sepanjang aliran sungai ini terdapat pemandangan yang alami, tumbuhan
hijau tumbuh di pinggiran sungai menambah sejuk daerah sepanjang sungai tersebut.
Tidak seperti pemandangan sungai yang lainnya disekitar sungai tersebut di hiasi
tebing-tebing yang menjulang tinggi, sungai Bingei memiliki pemandangan yang
berbeda kita dapat melihat alam pedesaan yang masih sangat asri lingkungannya.
Banyak warga yang ke Sungai Bingei untuk memancing, hanya untuk hobi
dan melepas suntuk saja. Di Sungai Bingei terdapat berbagai jenis-jenis ikan tawar.
Pengelola arung jeram jika tidak lagi sibuk juga meluangkan waktu memancing.
4.2 Gambaran Umum Sungai Bingei dan Potensi Arung Jeram yang Dimilikinya
Sungai Bingei berhulu di Gunung Sibayak dan ber muara di kawasan Suaka
Margaatwa Karang Gading, Langkat Timur Laut. Kecepatan arus Sungai <1-1,5
meter kubik perdetik dengan kedalaman Sungai 0-3 meter. Sungai ini memiliki tipe
permanen, material dasar perairan yaitu : Batuan berpasir, kecerahan perairan <2
meter sehingga kita dapat melihat dasar sungai, sungai ini mempunyai lebar <15
meter. Kemiringan sungai 5-10 m/km dan debit sungai 0-25 meter kubik per detik,
debit air bisa di atur melalui pintu bendungan Namu Sira-sira. Dengan diatur nya
debit air Sungai Namu Sira-sira maka penduduk yang tinggal disekitar Sungai Bingei
Sungai Bingei merupakan sungai yang relatif tidak besar, bebatuan, berair
jernih dengan jeram-jeram yang cukup banyak dan bervariasi. Kedalaman air
bervariasi sehingga pada tempat-tempat tertentu wisatawan diajak untuk berenang
maupun loncat dari batuan ke sungai. Airnya yang jernih membuat kita dapat melihat
hingga dasar sungai.
Berenang dan melompat dari tebing ke sungai setinggi 3 meter adalah bagian
dari aktivitas arung jeram di Sungai Bingei. Untuk melompat dari tebing bagi siapa
yang berani saja, tidak ada keharusan untuk melompat. Untuk tantangan jeram yang
terakhir meluncur dari bendungan setinggi 8 meter, kemiringan 45 derajat.
Bendungan ini tidak selalu dapat diluncuri. Pemandu akan menyampaikan kepada
peserta atau pengarung jeram apakah kita dapat menuruninya atau tidak. Biasanya
pemandu akan melihat mistar titik mati atas (TMA) yang ada di Bendungan, kalau air
kecil maupun terlalu besar, pemandu akan memberi isyarat untuk tidak turun. Tinggi
air 45 derajat adalah tinggi air dibendungan yang sangat ideal untuk diluncuri dan
dapatkan sensasi mendebarkan saat adrenalin dipacu kencang menunggu saat perahu
meluncur sampai ke ujung bendungan.
Kegiatan berbahaya berperingkat dua setelah terjun payung ini mulai berkesan
ramah dan dikenal luas sebagai pilihan wisata mengasyikkan. Saat ini, sudah banyak
masyarakat terutama anak-anak muda yang mulai belajar arung jeram. Terlebih
Alam sekitar Sungai Bingei menawarkan keindahan hutan tropis.
Pohon-pohon tinggi menjulang dan sajauh mata memandang hanya hijau alam yang tampak,
rumah-rumah warga pun tidak jauh dari sungai dan memberikan pemandangan yang
alami. Kicauan burung dan suara arus menambah suasana menjadi hidup dan
bersemangat.
Sungai Bingei memiliki tingkat kesulitan (grade) 2-3+. Banyak pengarung
jeram maupun pemula yang datang kesini, sungai ini cukup aman untuk diikuti
anak-anak umur 7 tahun keatas maupun orang dewasa.
Biaya permainan Rp.250.000 - 350.000/orang (minimal 5 orang), biaya sudah
termasuk : welcome drink, peralatan dan perlengkapan arung jeram (helm,
pelampung, dayung), guide, refreshment, makan siang, transportasi lokal menuju start
point pengarungan, asuransi. dan biaya tidak termasuk : transportasi menuju
Rapidplus Rafting Camp, dokumentasi (video dan photo). Tempat ini memiliki
fasilitas sebagai berikut : Toilet, Ruang Ganti dan Shower, Mushalla, Area Parkir,
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
4.2.1. Akses Untuk Mencapai Lokasi Arung Jeram Sungai Bingei
Untuk mencapai lokasi arung jeram tersebut dapat melalui jalur
Medan-Binjai. Dari medan pengunjung bisa munuju Binjai, yang merupakan salah satu
Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Dengan menggunakan kereta api atau
kendaraan umum melalui jalan lintas selama satu jam. Dari Binjai bisa naik
kendaraan umum atau angkutan pedesaan ke kawasan Namu Sira-sira dengan lama
Binjai merupakan jalan raya lintas Sumatera ke Aceh sampai ke Pelabuhan
Bakauheni, Provinsi Lampung. Masyarakat Aceh dapat menuju Lokasi arung jeram
Sungai Bingei melalui jalur tersebut. Memang jarak yang ditempuh lumayan jauh
dibandingkan jalur Medan-Binjai dan tergolong perjalanan panjang, tetapi rasa lelah
itu akan terobati setelah melihat keelokan jeram Sungai Bingei. Selain itu, kesegaraan
alam pedesaan dan keramahan warga membuat pengunjung bak berpetualang ke
dunia lain, yang jauh dari hiruk pikuk suasana Kota.
Dengan menggunakan perahu karet dan peralatan yang standart, didampingi
pemandu yang terlatih serta menerapkan prosedur keamanan dalam mengarungi
sungai, dapat dijamin anda akan menikmati pertualangan yang seru dan menguji
adrenalin. Mengarungi sungai, menerjang jeram-jeram dan menikmati keindahan
alam hutan dan pedesaan membuat perjalanan berarung jeram menjadi suau
pengalaman yang mengesankan.
Kondisi jalan menuju arung jeram ini lumayan bagus, disepanjang jalan kita
akan menemui areal persawahan, kebun, ladang, sesekali aliran sungai bingei terlihat
sekitar puluhan meter. Daerah menuju Arung Jeram Sungai Bingei ini masih sangat
hijau, tidak ada gedung-gedung yang bertingkat, jumlah kendaraan masing sangat
kurang, tidak ada kemacetan, jadi suasananya masih sangat tenang sebagaimana alam
pedesaan pada umumnya.
Prospek pasar atraksi wisata arung jeram Sungai Bingei diharapkan dari
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bukit Lawang. Banyak pilihan wisata
yang terdapat di Bukit lawang salah satunya Taman Nasional Gunung Louser yang
mempunyai pesona yang sangat indah.
Banyak faktor yang mempengaruhi agar atraksi wisata arung jeram dapat
terus berkembang dan diminati oleh wisatawan sebagaimana di daerah lain. Tanpa
menyajikan keindahan alam dan hutan tropis, Sungai Bingei akan sulit bersaing
dengan daerah lain yang menyajikan atraksi wisata yang sama.
Tidak semua orang dapat menikmati kegiatan arung jeram ini bahkan
klasifikasi yang termasuk ke dalam kelompok penggemar arung jeram ini terbatas.
Selain menurut keberanian dalam pengarungan, kepandaian berenang, pengetahuan
teknik, penguasaan diri, dan kekompakan dalam keadaan darurat sangat dibutuhkan.
Di Sungai Bingei tidak hanya terdapat atraksi wisata arung jeram tetapi ada
pemandia alam yang terletak di Pangkal Namu Sira-sira, banyak keluarga yang
datang kemari untuk mandi-mandi atau hanya untuk makan bersama keluarga
sembari menikmati alam Sungai Bingei. Tempat ini terdapat pondok-pondok yang
dapat disewa oleh pengunjung.
Ada 4 titik yang terdapat di Sungai Bingei yaitu :
1. Titik start dari Desa Namo Nangka hingga Bendungan Namu SIra-sira dengan
lama pengarungan 2 jam, Jarak tempuh sekitar 7 km.
2. Titik start dari Desa Lau Seridi hingga jembatan Bendungan Namu Sira-sira
3. Titik start dari depan Base Camp Explore Sumatera hingga Alam Indah
sekitar 3 km
Rute ini disebut rute Family Trip.
4. Titik start dari Desa Namo Tating hingga jembatan Bendungan Namu
Sira-sira, dengan jarak tempuh 6 km.
4.3 Dampak Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei terhadap Lingkungan dan Masyarakat setempat
4.3.1 Dampak Positif Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei
Suatu tempat wisata tentu memiliki dampak dampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Pengembangan atraksi wisata arung jeram sungai Bingei akan
menimbulkan suatu kepuasan dan rasa kekaguman dari pemerintah dan masyarakat
setempat.
Beberapa dampak positif yang di timbulkan jika pengembangan Atraksi Wisata
Arung Jeram Sei Bingei ini berhasil, yaitu :
1. Provinsi Sumatera Utara akan semakin dikenal oleh negara-negara lain
dengan bertambahnya objek dan daya tarik wisata.
2. Pemasukan bagi kas Pemerintahan Sumatera Utara akan bertambah jika
pembeli paket wisata berasal dari mancanegara.
4. Taraf kesejahteraan masyarakat akan semakin bertambah dengan memenuhi
kebutuhan wisatawan selama menetap di kawasan arung jeram.
5. Wawasan masyarakat tentang bangsa-bangsa didunia semakin luas dan
pengetahuan masyarakat seperti bahasa asing akan bertambah.
6. Mendorong semakin meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk.
4.3.2 Dampak Negatif Pengembangan Atraksi Wisata Arung Jeram Sungai Bingei
Produk ramah lingkungan menjadi pedoman dalam pengelolaan atraksi wisata
arung jeram sungai Bingei. Pasca komsumsi juga harus diminimalisir dampak
buruknya terhadap lingkungan. Dalam setiap pengelolaan ada prosedur-prosedur yang
harus di ikuti, jika tidak akan berdampak sangat buruk terhadap alam tersebut dan
generasi berikut nya tidak dapat bisa lagi menikmati keindahan alam tersebut.
Dampak negatif yang ditimbulkan jika pengolahan arung jeram tidak sesuai dengan
pedoman yang telah ditentukan, yaitu :
1. Sungai yang dulunya bersih akan berubah menjadi tempat pembuangan
sampah non-organik (tidak dapat membusuk).
2. Air sungai akan tercemar oleh berbagai jenis cairan yang mengandung racun
walauoun kadar racunnya rendah tetap akan menimbulkan kerusakan
lingkungan.
3. Pengeksploitasian alam, flora, fauna.
4. Akan terjadi akulturasi budaya dan peniruan budaya yang tidak sesuai dengan