• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI OBYEK WISATA SEMINUNG LUMBOK RESORT DI DESA LUMBOK KECAMATAN SUKAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POTENSI OBYEK WISATA SEMINUNG LUMBOK RESORT DI DESA LUMBOK KECAMATAN SUKAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DI DESA LUMBOK KECAMATAN SUKAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT

TAHUN 2012

Oleh

SEPTI LESTARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

POTENSI OBYEK WISATA SEMINUNG LUMBOK RESORT DI DESA LUMBOK KECAMATAN SUKAU

KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN 2012

Oleh

Septi Lestari

Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort merupakan wisata yang memiliki potensi wisata yang cukup banyak untuk dikembangkan. Namun, sampai saat ini potensi wisata yang ada belum dikembangkan secara optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi-potensi wisata yang ada di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort sehingga dapat diketahui mana potensi wisata yang sudah dikembangkan dan belum dikembangkan secara optimal oleh pengelola. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek penelitian sebanyak 68 responden, masing-masing 2 orang pengelola, 16 orang masyarakat sekitar dan 50 orang wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort. Pengumpulan data dengan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara terstruktur. Analisis data dilakukan dengan tabel dan persentase sebagai dasar deskripsi untuk membuat laporan hasil penelitian.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ... 10

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian ... 29

(8)

3. Wawancara Terstruktur ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Geografis Daerah Penelitian 1. Letak, Luas dan Batas Administratif ... 36

2. Kondisi Fisik Daerah Penelitian a. Keadaan Tanah ... 37

2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 45

B. Sejarah Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ... . 46

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 48

I. Deskripsi Data Primer Hasil Wawancara dengan Pengelola Obyek Wista Seminung Lumbok Resort Tahun 2012

(9)

a. Identitas Wisatawan

1.Umur dan Asal ... ... 79

2. Tingkat Pendidikan ... ... 80

3. Pekerjaan ... ... 81

... .. 4. Kendaraan yang Digunakan ... ... 82

b. Pendapat Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Terhadap Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ... ... 83

1. Kondisi Jalan ... .. 83

2. Keadaan Transportasi ... ... .. 84

c. Pendapat Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata Terhadap Fasilitas Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort. ... 86

1. Penginapan ... .. 87

2. Pondok Bersantai ... ... 88

3. Rumah Makan ... 89

4. Mushola... . 90

5. Sarana Rekreasi ... . 91

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, diarahkan agar dapat mendukung perbaikan ekonomi masyarakat dan menjadi sumber penghasilan daerah dalam biaya pembangunan, sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam melakukan otonomi daerah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No 33 Tahun 2009, yang menyatakan bahwa kepariwisataan adalah aset penting bagi daerah untuk menopang perekonomian daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mengupayakan untuk dapat mengembangkan potensi obyek-obyek wisata yang ada sehingga dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

(11)

gelombang yang telah dijadikan sebagai sarana bermain selancar, selain obyek wisata tersebut terdapat juga obyek wisata rest area yang terletak di Kecamatan Sumber Jaya yang memberikan panorama keindahan alam berupa hamparan perkebunan kopi, sayur mayur, dan tanaman rakyat lainnya, ada juga obyek wisata bahari yaitu berupa panorama Danau Ranau yang terletak di Desa Lumbok Kecamatan Sukau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort, selain obyek wisata alam terdapat juga obyek wisata budaya dan sejarah seperti makam para leluhur yang ada di Kecamatan Sumber Jaya, rumah adat Lampung yang ada di Pekon Kenali Kecamatan Belalau, dari sekian banyak obyek wisata yang ada di Kabupaten Lampung Barat salah satunya adalah Obyek Wisata alam Seminung Lumbok Resort yang merupakan Obyek Wisata Danau Ranau yang berada di wilayah Provinsi Lampung yang terletak di Desa Lumbok dengan jarak kurang lebih 35 km dari Kota Liwa yang merupakan Ibukota Kabupaten.

(12)

Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort di Kecamatan Sukau dapat ditempuh dari Kotamadya Bandar Lampung dengan kendaraan umum dan pribadi dengan jarak kurang lebih 500 km dan lama perjalanan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat kurang lebih 8 jam, dari Kota Palembang dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 450 km dengan lama perjalanan kurang lebih 7,5 jam dan dari Bengkulu dapat ditempuh dengan jarak kurang lebih 450 km dengan lama perjalanan kurang lebih 6-7 jam. Sedangkan untuk jarak tempuh dari ibukota Kabupaten Liwa Lampung Barat kurang lebih 32 km atau kurang lebih 1 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai pihak pengelola Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort, Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dibangun dan dikelola oleh pihak Pemda Kabupaten Lampung Barat dengan membangun fasilitas seperti hotel yang bertaraf bintang 2, akses jalan yang sudah beraspal, dan infrastruktur yang cukup baik.

Walaupun potensi wisata, fasilitas dan infrastruktur, Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ini sudah mulai dikelola namun obyek wisata ini belum terlalu diminati pengunjung dikarenakan kurangnya perhatian pihak pengelola dan pemerintah, selain itu pengelolaan potensi, fasilitas dan infrastruktur yang kurang maksimal, dan aksesibilitas menuju obyek wisata yang sulit dijangkau dalam arti tempatnya jauh dan belum adanya paket wisata untuk mengunjungi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ini.

(13)

pengelola yaitu 70.000-100.000 orang wisatawan pertahunnya (Sumber: wawancara dengan pihak pengelola pada bulan Januari 2010). Diharapkan dengan jumlah wisatawan sebanyak 70.000-100.000 orang dapat menambah masukan dana bagi pihak pengelola dan pemerintah yang dapat digunakan untuk pengelolaan dan pembangunan Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort, sehingga dapat lebih menarik jumlah wisatawan yang berkunjung. Selain itu dapat digunakan sebagai sumber pendapatan bagi daerah Kabupaten Lampung Barat itu sendiri. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dari tahun 2009-2011 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort di Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat dari Tahun 2009-2011

Sumber: Dinas PariWisata dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Barat 2012.

Berdasarkan Tabel 1, jumlah wisatawan per bulan berkisar antara 400-500 wisatawan. Jumlah tersebut sangat jauh dari harapan pihak pengelola. Dimana dari tahun ke tahun jumlah wisatawan hanya sedikit mengalami peningkatan, jumlah tersebut tidak sesuai dengan target dan harapan pengelola yaitu 70.000-100.000 orang per tahun.

(14)

mempunyai lebih banyak alternatif lokasi obyek wisata yang dapat dikunjungi, maka ini berarti diakui pula bahwa dengan makin banyaknya obyek wisata yang tersedia, maka secara otomatis akan semakin kecil peluang wisatawan yang akan berkunjung ke masing-masing obyek wisata tersebut, demikian pula dengan Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort, jika dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dengan obyek wisata yang berpotensi sama yaitu potensi wisata danau, jumlah kunjungan wisatawan di obyek wisata ini masih sangat rendah, dalam hal ini dapat dilihat pada Tabel. 2.

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Danau Ranau di Kecamatan Banding Agung Kabupaten OKU Selatan Sumatera Selatan Tahun 2007-2011

Sumber: UPTD PARBUD OKU Selatan Tahun 2012

(15)

Jumlah kunjungan wisatawan di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort per bulannya tidak sama bahkan cenderung sulit untuk diprediksi, hal ini dapat di lihat pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Grafik jumlah kunjungan Wisatawan pada tahun 2012

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan tidak sama. Dimana pada bulan Januari, Juli, September dan Desember mengalami kenaikan dibandingkan bulan-bulan lainnya, ini disebabkan karena pada bulan Januari merupakan waktu libur semester anak sekolah dan libur tahun baru, bulan Juli juga merupakan waktu libur kenaikan kelas, sedangkan bulan Oktober merupakan waktu libur hari raya idul Fitri dan pada bulan Desember terdapat festival Danau Ranau dan Festival Teluk Stabas yang diadakan 1 tahun sekali.

(16)

dapat memancing yang sudah disediakan oleh pihak pengelola khusus untuk tempat pemancingan.

Salah satu komponen dalam rangka pengembangan obyek wisata lebih lanjut adalah wisatawan. Hal ini seiring dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Pearce (1981) dalam Majalah Geografi Indonesia (1987:3), bahwa ia mengajukan satu gagasan dalam prosedur perencanaan pengembangan kepariwisataan, dimana dalam pengembangan kepariwisataan aktivitas permintaan (demand) dan persediaan (supply) perlu diformulasikan bersama-sama dengan tujuan pengembangan kepariwisataan yang kemudian akan menentukan identifikasi potensi daerah/obyek pariwisata yang akan dikembangkan, yang dimaksud dengan komponen permintaan (demand) yaitu wisatawan yang berkunjung, sedangkan komponen persediaan (supply) adalah potensi obyek wisata yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam hal inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Deskripsi Potensi Obyek Wisata Seminung

Lumbok Resort Di Desa Lumbok Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah potensi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort di Desa

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apasaja potensi wisata yang ada di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suplemen mata pelajaran Geografi di SMA Kelas XI semester dua dalam kurikulum tingkat satuan pembelajaran (KTSP), pada Pokok Bahasan perhubungan, pengangkutan dan pariwisata dengan Sub Pokok Bahasan Pariwisata

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak yang berminat, khususnya instansi pengelola Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort untuk pengembangan lebih lanjut dan bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang masalah kepariwisataan yang ada di Kabupaten Lampung Barat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian terarah pada yang akan diteliti, maka penelitian dibatasi ruang lingkup penelitiannya yaitu:

(18)

2. Ruang lingkup subyek penelitian adalah pengelola, masyarakat sekitar dan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort di Desa Lumbok Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012. 3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Obyek Wisata Seminung

Lumbok Resort di Desa Lumbok Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012.

4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Pariwisata.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Supaya penelitian ini dapat terarah dengan baik maka penulis merujuk kepada pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.

1. Geografi Pariwisata dan Industri Pariwisata Menurut pendapat Ramaini (1992:3)

“Geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata, yaitu industri pariwisata seperti perhotelan, rumah makan, cendramata, biro perjalanan, dan atraksi wisata. Dalam segi geografi seperti iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat budaya, perjalanan darat, udara dan sebagainya.”

(20)

Industri pariwisata menurut Chafid Fandeli (1995:56) adalah suatu kegiatan usaha dengan maksud untuk mencari keuntungan dalam ruang lingkup penyediaan dan penyelenggaraan fasilitas perjalanan berupa angkutan, akomodasi, restoran, termasuk catering, hiburan, souvenir, atraksi kebudayaan serta fasilitas-fasilitas lainnya yang diperlukan bagi wisatawan.

Pendapat lain menjelaskan Industri Pariwisata adalah:

“Rangkuman dari berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/layanan-layanan atau service yang nantinya baik secara langsung maupun tak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya (R.S Damarjadi dalam Oka A. Yaeti, 1982:141).”

Jadi industri pariwisata ditujukan untuk mencari keuntungan dengan menyediakan dan menyelenggarakan fasilitas perjalanan untuk menghasilkan produk-produk yang dapat digunakan secara langsung dan tak langsung.

2. Potensi Wisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:697) disebutkan bahwa potensi adalah daya, kekuatan, dan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Menurut R.S Damardjati (1992:88) bahwa

(21)

Berdasarkan pernyataan tersebut, potensi wisata dapat berbentuk segala sesuatu yang terdapat pada obyek wisata baik yang berupa keindahan alamnya maupun budaya masyrakat sekitar yang dapat mendukung perkembangan obyek wisata sehingga dapat dinikmati oleh wisatawan. Selain itu, menurut Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1990:11), potensi wisata dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Potensi wisata bersifat panorama alam yang berhubungan dengan cagar alam, suaka alam, termasuk flora dan fauna dengan pemandangan alam luar biasa indah.

2. Potensi wisata bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya yaitu hubungan dengan penikmatan nilai-nilai budaya tradisional atau modern berupa tari-tarian,hasil kerajinan tangan, dan produksi setempat serta arsitektur budaya asli indonesi.

3. Potensi wisata bersifat apounturir, yaitu berhubungan dengan perjalanan menuju tempat-tempat dengan berbagai alat transportasi termasuk perjalanan safari, pendakian gunung, olahraga dan selancar.

4. Potensi wisata bersifat bisnis/ekonomis, yaitu yang berhubungan dengan usaha perdagangan diplomatik dan lain-lainnya.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa potensi wisata dapat dibagi menjadi empat macam yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat hiburan, alamiah, sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat apounturir dan potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomis.

(22)

Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan potensi wisata di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat.

3 Macam-macam Obyek Wisata 3.1. Obyek Wisata

Yang dimaksud dengan obyek wisata alam adalah:

“Merupakan tempat-tempat berlibur, beristirahat dan rekreasi guna

memulihkan kembali kesehatan jasmani dan rohani. wisata alam disebut juga sebagai wisata liburan dan wisata kesehatan karena tempat-tempat seperti ini biasanya terdapat di daerah pegunungan atau daerah pantai, disamping letak geografisnya mempunyai pemandangan yang indah juga memiliki udara serta iklim yang dapat menyehatkan badan (Nyoman S. Pandit, 1990:67)”.

Berdasarkan pendapat di atas, obyek wisata merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekelompok orang mengadakan aktivitas dengan tujuan berekreasi dan mengisi waktu luang dengan cara menikmati suasana di tempat obyek

tersebut.

Macam-macam obyek wisata yaitu:

1. Obyek Wisata Alam (Natural Resources)

Bentuk obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti pegunungan, pantai, perairan, flora, fauna dan lain sebagainya.

2. Obyek Wisata Budaya/Manusia (Human Resources)

Merupakan obyek wisata yang lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan atau kehidupan manusia, wujudnya antara lain adalah candi, tarian/kesenian,

(23)

3. Obyek Wisata Buatan Manusia (Man Made Resources)

Merupakan obyek wisata yang dibentuk oleh aktivitas manusia, hasilnya tergantung dari kreativitas manusia. Bentuknya seperti museum, tempat ibadah, peralatan musik, TMII, Ancol dan lain-lain.

3.2. Danau Sebagai Obyek Wisata

Danau diartikan sebagai tubuh air yang tergenang dalam volume yang besar, menempati suatu basin (cekungan) dan terpisah dari laut (Soetanto, 1978). Pada umumnya danau terjadi di daerah dimana permukaan air tanah sampai ke permukaan atau mendekati permukaan. Danau dapat terjadi di atas zone vaduse atau di daerah dimana hanya sebagian sub soilnya terisi oleh air tanah, sehingga dalam suplai airnya tergantung dari curah hujan atau air dari hasil pencairan es dan salju. Danau tersebar luas di permukaan bumi, yaitu di daerah pegunungan, plateu, dataran, lembah dan di sepanjang pantai. Luasnya meliputi 6,1% dari luas permukaan bumi.

Kadang-kadang sulit untuk mengambil keputusan apakah suatu genangan air di suatu tempat di permukaan bumi disebut danau atau bukan. Untuk memahami hal ini maka sebaiknya diperhatikan syarat-syarat suatu genangan air bisa disebut danau, syarat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Airnya cukup dalam, sehingga sudah ada atau sudah menunjukkan adanya strata temperatur pada kedalaman air tersebut.

(24)

c. Sudah menunjukkan adanya gelombang yang berakibat terdapatnya abrasi pantai, yang ditandai dengan:

1. Tidak ada sama sekali tumbuh-tumbuhan akuatik yang melekat. 2. Tidak adanya akumulasi hancuran bahan organik yang halus.

3. Tidak adanya binatang invertebrate yang bernapas di udara, kecuali yang hidup dalam lubang.

Danau mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia sehingga danau ada yang sengaja dibuat oleh manusia untuk tujuan pemanfaatan secara optimal. Manfaat danau secara umum adalah:

1. Sarana irigasi, dimana danau dapat dibendung dan dibuat saluran-saluran iri-gasi untuk mengairi sawah-sawah yang ada di sekitar danau.

2. Sumber air minum bagi masyarakat sekitar.

3. Pencegah/pengendali bahaya banjir, dimana danau dapat menampung air dari sungai-sungai sehingga dapat mencegah air sungai meluap yang dapat

menyebabkan banjir.

4. Obyek wisata, dengan pengelolaan dan pengembangan yang baik danau dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang dapat diandalkan oleh suatu daerah. 5. Perikanan darat untuk mata pencaharian masyarakat danau baik dengan

membuka tambak-tambak ikan atau langsung mencari ikan di danau. 6. Pembangkit tenaga listrik (PLTA), dimana air danau dapat menjadi energi

(25)

4. Unsur Pengembangan Wisata 4.1. Wisatawan

Menurut Ramaini (1992:1), wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Sedangkan menurut Chafid Fandeli (1995:58), wisatawan adalah seseorang yang terdorong oleh sesuatu atau beberapa keperluan melakukan perjalanan dan

persinggahan sementara di luar tempat tinggalnya untuk jangka waktu tertentu tidak dengan maksud untuk mencari nafkah.

Sedangkan menurut Kusudianto (1996:14) pengunjung terdiri dari dua kelompok orang yang melakukan perjalanan, yaitu:

a. Touris (Wisatawan), pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara lebih dari 24 jam. Motivasi kunjungannya dapat digolongkan untuk: liburan (rekreasi, studi, agama atau olah raga), bisnis, keluarga, seminar atau konferensi, dan lain-lain.

b. Excursionist (pelancong), pengunjung sementara yang melewat kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak menginap, termasuk penumpang kapal pesiar.

Ada dua faktor penting yang dapat menentukan kepergian seseorang untuk berwisata, yaitu:

 Faktor pendorong: faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas (meskipun hanya sejenak) dari kehidupan yang rutin sehari-hari, lingkungan yang tercemar, kecepatan lalu lintas, dan hiruk pikuk kesibukan di kota.

 Faktor penarik: faktor yang berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wisata. Atraksi wisata ini dapat berupa kemasyuran akan obyek, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau keinginan

menyaksikan kesenian serta pertandingan olahraga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata (Chafid Fandeli, 1995:40-41).

(26)

1. Sikap warga setempat tehadap wisatawan.

2. Keramahtamahan masyarakat terhadap orang atau wisatawan. 3. Jarak dari negara-negara sumber wisatawan.

4. Unsur dan biaya wisata serta waktu pelaksanaannya.

5. Kemudahan pencapaian ke berbagai daerah tujuan wisata dan strategi pemasarannya. (Salah Wahab, 1996:257)

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong, penarik serta faktor penghambat sangat berpengaruh bagi wisatawan untuk menentukan obyek wisata yang akan dikunjungi. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut sangatlah penting untuk diperhatikan oleh pengelola obyek wisata dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan yang kemudian dipromosikan sehingga dikenal dan mempunyai daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya.

4.2. Aksesibilits (tingkat keterjangkauan)

Menurut pendapat James J. Spilane (1997:38) aksesibilitas adalah: ”Kemampuan untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas ini dapat diukur dengan beberapa parameter yaitu kondisi (keadaan jalan), kemiringan jalan, jaringan transportasi, waktu tempuh, jarak tempuh, tingkat kemudahan lokasi obyek, biaya yang dikeluarkan dan kesenangan.”

Sedangkan menurut Kusdianto Hadionoto (1996:121) agar pariwisata bisa berkembang, maka suatu daerah tujuan wisata harus assessibel (bisa didatangi), artinya harus memiliki aksesibilitas yang tinggi yaitu:

a. Pengaturan perjalanan harus nyaman, komparatif ekonomi.

(27)

c. Jalan-jalan perlu nyaman dan aman, beraspal tidak berlobang, tidak berdebu, dengan cukup rambu-rambu lalu lintas, sedangkan kendaraan juga perlu nyaman dan bersih, layak digunakan (tidak rusak ditengah perjalanan, supir bertanggung jawab).

d. Langsung dan cepat adalah syarat perjalanan wisatawan.

e. Waktu adalah penentu perjalanan, artinya bagi perjalanan jauh waktu yang diperlukan adalah lebih penting daripada biaya perjalanan.

Sedangkan menurut Bintarto (1979:117); ”Aksesibilitas menunjukkan kemudahan

bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah, aksesibilitas ini ada kaitannya dengan jarak.” Aksesibilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan pariwisata, karena tanpa adanya aksesibilitas yang baik maka aktivitas pariwisata tidak akan berjalan lancar.

(28)

4.3. Fasilitas Wisata

Menurut James J. Spillane (1997:40) bahwa:” Fasilitas merupakan sarana yang menunjang dan menambah kenyamanan wisatawan dalam berekreasi, seperti hotel, rumah makan, pondok wisata, telepon umum, dan tempat rekreasi. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong serta cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attraction berkembang.”

Sedangkan menurut Gamal Suwantoro (2004:50-51) kebutuhan wisatawan terhadap fasilitas yang baik atau diperlukan pada umumnya adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan akan transportasi dari dan ke negara yang dikunjungi, baik yang berupa angkutan darat, udara maupun laut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan fasilitas/sarana jasa angkutan internasional.

2. Kebutuhan akan penginapan dari berbagai jenis dengan tarif dan pelayanan yang sesuai dengan budgetnya. Fasilitas yang diperlukannya adalah jasa akomodasi yang variabel, antara lain hotel, losmen dan jenis penginapan lainnya.

3. Kebutuhan akan makanan/minuman. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut wisatawan memerlukan jasa pangan yang menyediakan pelayanan makan-minum, baik berupa makanan spesifik daerah setempat (local food) maupun makanan ala negara asal wisatawan. Sarana harus tersedia antara lain bar dan restauran, rumah makan dan lain-lain.

4. Kebutuhan untuk melihat dan menikmati obyek wisata, atraksi wisata serta tour ke tempat-tempat yang menarik. Kunjungan wisatawan di suatu daerah terutama adalah karena adanya atraksi wisata yang menarik, disamping dorongan rasa ingin tahu (curiousity). Fasilitas yang diperlukan adalah jasa angkutan dan pelayanan perjalanan, seperti biro perjalanan, guide, dan angkutan wisata.

5. Kebutuhan akan hiburan dan kegiatan rekreasi diwaktu senggang. Fasilitas yang mereka perlukan adalah tempat-tempat hiburan, amuaementpark, etertainment, tempat golf, kolam renang dan lain-lain.

6. Kebutuhan akan barang-barang cindera mata yang spesifik dan khas buatan masyarakat setempat, yang dapat dijadikan kenangan-kenangan perjalanannya atau untuk oleh-oleh. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan toko-toko cindera mata (souvenir shop) sebagai penyalur produk kreasi seni para pengrajin setempat.

(29)

Berdasarkan pendapat di atas untuk mensukseskan suatu daerah pariwisata, fasilitas-fasilitas penunjang seperti tempat penginapan, kantin, pondok wisata, tempat ibadah, tempat sampah, toko souvenir serta fasilitas rekreasi untuk berbagai kegiatan wisatawan harus tersedia pada setiap tempat obyek wisata.

a. Pondok Tempat Istirahat

Pondok Tempat istirahat merupakan fasilitas-fasilitas yang menyediakan tempat untuk istirahat atau bersantai para wisatawan dalam perjalanannya ke suatu obyek wisata.

Menurut Nyoman S. Pendit (1994:108)

”Pondok atau cottage adalah penginapan dengan bangunan-bangunan stil lokal dengan bahan-bahan lokal pua. Lokasi dan lingkungannya pun dibuat demikian rupa sehingga suasana lokal, tetapi tanpa meninggalkan kenyamanan (conport), kebersihan dan kesehatan sebagai persyaratan mutlak.”

b. Kantin dan Rumah makan

Pariwisata adalah suatu jasa atau pelayanan dimana ekonomi industri pariwisata menimbulkan dampak bagi masyrakat sekitar tempat obyek wisata, misalnya dengan mendirikan kantin dan rumah makan dalam memenuhi dan melayani kebutuhan akan makan dan minum bagi wisatawan yang datang ke lokasi obyek wisata, sehingga kebutuhan wisatawan akan makan dan minum wisatawan terpenuhi, sebagaimana dijelaskan oleh Nursid Sumaatmaja (1988:183) bahwa: ”perkembangan industri pariwisata dapat memberikan lapangan usaha baru dan

(30)

c. Sarana untuk Bermain dan Rekreasi

Pembangunan obyek wisata yang bertujuan untuk rekreasi dan bermain harus dapat bermanfaat bagi wisatawan yang berkunjung. Sehingga dalam melakukan rekreasi di suatu tempat seorang dapat menikmati secara langsung dan berpartisipasi dalam kegiatan yang disenanginya, misalnya berenang, memancing, berkemah, selancar, sehingga tujuan rekreasi itu memberi hiburan pada wisatawan.

”Rekreasi dapat bermanfaat untuk tujan kesenangan dan kepuasan, mengembalikan kondisi jasmani dan rohani mengembangkan cara berpikir bersih dan positif, menumbuhkan rasa solidaritas, setia kawan dan rasa sayang terhadap sesama, menciptakan diri dan sebagainya (Joko Purwanto dan Hilmi, 1994:28).”

Dengan adanya sarana tempat bermain dan sarana rekreasi akan menjaikan suatu obyek wisata lebih baik. Hal ini bagi wisatawan yang berusia muda yang lebih bermanfaat sarana tersebut.

d. Tempat Ibadah

Tempat ibadah merupakan fasilitas yang menyediakan ruangan atau tempat untuk ibadah sebagai pernyataan taat kepada Sang Pencipta. Dengan tersedianya fasilitas tempat ibadah khususnya untuk wisatawan muslim, akan menambah daya tarik obyek wisata, karena akan memberikan kemudahan para wisatawan untuk beribadah.

e. Hotel

(31)

penginapan, makanan, dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersil. Akomodasi ialah wahana untuk menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dapat dilengkapi dengan jasa penginapan yang dapat dilengkapi pelayanan makan dan minum serta jasa lain.

Dari pengertian di atas hotel ialah suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang yang menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda).

4.4. Infrastruktur

“Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas dari suatu wilayah atau daerah. Hal ini termasuk: sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal-terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan-jalan/jalan raya dan sistem keamanan. Infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan untuk menunjang fasilitas dan pelayanan pariwisata, karena akan mendorong perkembangan pariwisata itu sendiri.” (James J. Spillane, 1997:69).

Menurut Gamal Suwantoro (1997:22) infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan di bawah tanah seperti:

1) Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan air limbah yang membantu sarana perhotelan/restoran.

2) Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan sarana wisata yang memadai.

3) Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan lancar akan memu-dahkan wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata.

4) Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi secara cepat dan tepat.

(32)

Sedangkan menurut pendapat Happy Marpaung dan Herman Bahar (2002:72) sebagian infrastruktur yang banyak dipikirkan dan baik adalah sebagai berikut: 1. Air. Suatu resort memerlukan 350 hingga 400 galon air per kamar per hari.

Jumlah air harus selalu tersedia.

2. Komunikasi dan aliran listrik. Aliran listrik dan komunikasi harus memadai dan pelayanan kontinyu.

3. Pembangunan kotoran dan air limbah. Diperlukan sekitar 1800 galon per hari air tanah yang dibangun.

4. Jalan dan jalan raya. Pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah ke arah mana perluasan daerah wisata akan dilakukan dan akomodasi harus diisolasi dari pola aliran lalu lintas normal.

5. Taman dan rekreasi. Taman dan tempat rekreasi dapat menjadi tempat bertemu antara penduduk setempat dan para pengunjung.

6. Fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang sesuai akan bergantung pada jumlah, kelompok dan aktivitas yang mungkin dilakukan para pengunjung dalam hubungannya dengan keadaan geografi daerah itu.

7. Pendidikan. Fasilitas pendidikan akan dibutuhkan bukan untuk para Wisatawan akan tetapi untuk para pekerja mungkin membutuhkan training keahlian yang diperlukan untuk melayani para tamu, sementara pendidikan penduduk setempat mungkin perlu untuk memberi dukungan pada pembangunan kepariwisataan.

8. Rumah karyawan. Jika daerah wisata terletak di daerah terpencil maka perumahan untuk para pekerja mutlak diperlukan. Perumahan ini sebaiknya terletak agak jauh dari akomodasi para tamu.

9. Keamanan. Para pengunjung harus merasa aman dalam liburannya. Petugas polisi lokal harus menyadari bahwa kepariwisatan cenderung membawa peningkatan suatu jenis kejahatan, misalnya pencurian dan prostitusi, sehingga memerlukan tindakan-tindakan antipasif

(33)

4.5. Promosi dan Informasi

Menurut Oka Yoeti (1996:52) promosi secara sederhana bertujuan untuk memberitahukan kepada orang banyak atau kelompok tertentu bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual, maka tugas kegiatan promosi adalah menarik semua penduduk untuk dapat membeli paket wisata yang telah dipersiapkan pada dasarnya tujuan promosi tidak lain ialah:

1. Memperkenalkan jasa-jasa dan produk yang dihasilkan industri pariwisata seluas mungkin.

2. Memberi kesan daya tarik sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan banyak datang untuk berkunjung.

3. Menyampaikan pesan yang menarik dengan cara jujur untuk menciptakan harapan harapan yang tinggi .

Sedangkan menurut Salah Wahab (1996:151) ”Promosi yang berdaya guna adalah

salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orang-orang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang-orang yang harus berhasil dalam mengkomunikasikan misalnya melalui saluran yang sangat berpengaruh dan media yang sangat efektif”. Sebagai upaya mempertahankan, memacu volume wisata serta mempertahankan posisi pasar yang diperlukan dari saingan karena munculnya negara-negara dan dari daerah-daerah wisata baru maka diperlukan satu teknik promosi pariwisata yang baik yaitu:

1. Promosi beranjak dari produksi dan berkaitan dengan upaya memacu kemungkinan penjualannya.

2. Promosi biasanya dilakukan dengan perantara media sepeti: iklan, publisitas dengan segala macam cara, hubungan masyarakat.

3. Promosi sendiri tidak cukup, karena terutama berkaitan dengan penyebaran informasi dan memacu penjualan dengan cara yang agak terpotong.

4. Promosi tidak mencakup kebijakan secara menyeluruh karena promosi tidak dapat dengan sendirinya memberi umpan balik memperbaiki produk.

(34)

6. Promosi dilakukan melalui beragam saluran media masa surat kabar, bioskop, radio, TV, pengiriman surat dan lain-lain, kepada wisatawan real atau yang masih potensial, terutama orang asing. Kegiatan itu dimaksudkan mengirimberita dan mempengaruhi calon Wisatawan agar berminat datang ke suatu daerah tujuan wisata atau supaya memnafaaatkan jenis tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, pesan yang disampaikan harus dapat menyadarkan dan bisa mempengaruhi. Pesan-pesan tersebut disampaikan kepada calon wisatawan dengan memberikan serta membagikan bahan-bahan promosi kepada yang dianggap akan melakukan perjalanan wisata. Promosi mencakupi publisitas informasi-informasi yang disebarluaskan agar menarik minat pengunjung, dari satu promosi inilah obyek wisata akan dikenalkan atau dipropagandakan, tentu saja promosi ini harus didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan continue.

Jadi promosi ialah merupakan kampanye atau propaganda kepariwisataan yang didasarkan atas rencana atau program yang teratur dan secara continue. Promosi ini ditujukan kepada masyarakat dalam negeri dan luar negeri. Masyarakat dalam negeri dengan maksud dan tujuan menggugah pandangan masyarakat agar mempunyai kesadaran akan kegunaan pariwisata ini baginya, sehingga industri pariwisata di negeri ini memperoleh dukungannya. Begitu juga bagi masyarakat luar negeri promosi ditujukan sebagai kampanye penerangan yang mengandung berbagai fasilitas dan atraksi yang unik dan menarik yang disajikan kepada wisatawan.

Menurut Happy Marpaung (2000:57) ”Sistem informasi pariwisata (tourism

(35)

Sistem informasi pariwisata sangat penting dalam kegiatan pariwisata, terutama dalam pemasaran pariwisata. Karena melalui sistem informasi pariwisata inilah konsumen dapat mengetahui dan mengenal jenis atraksi kegiatan apa yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjunginya sebagai gambaran awal bagi mereka untuk menibulkan motivasi melakukan perjalanan.

Sementara itu tersedianya informasi juga sangat tergantung pada sumber formal dan informal. Sumber formal terdiri dari majalah, brosur, dari biro perjalanan, iklan, serta diskusi dengan para penyelenggara perjalanan. Sedangkan sumber informal adalah komentar dan kesan dari teman dan keluarga terhadap perjalanan berwisata yang dialami dan derah tempat tempat wisata yang telah dikunjunginya. Oleh karena itu promosi dan informasi berperan penting dalam menarik wisatawan agar dapat berkunjung ke suatu obyek wisata.

B. Kerangka Pikir

(36)

Sedikitnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lum-bok Resort dimungkinkan akibat kurang tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang seperti tempat penginapan/hotel, fasilitas wisata, aksesibilitas, daya tarik wisata, dan keamanan

Atas dasar uraian pada kerangka pikir tersebut, menarik penulis untuk menga-dakan penelitian yang berjudul “Deskripsi Potensi Obyek Wisata Seminung Lum-bok Resort di Desa LumLum-bok Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat tahun 2012.

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2. Diagram kerangka pikir

1. Panorama alam 2. Sosial dan Budaya 3. Bisnis/ekonomis 4. Fasilitas

5. Aksesibilitas

(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

”Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Penelitian ini tidak selalu membutuhkan hipotesis, demikian pula dengan perlakuan atau manipulasi variabel-variabel penelitian. Banyaknya variabel yang diteliti dapat satu atu lebih (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000:29)”.

Berdasarkan pengertiannya metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, menceritakan atau mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian-kejadian di suatu tempat/wilayah yang didasarkan pada fakta-fakta yang diperoleh di lapangan baik berupa informasi langsung (data primer) maupun tidak langsung (data sekunder), tanpa menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. Metode penelitian deskriptif ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi wisata yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat.

B. Subjek Penelitian

(38)

pengambilan sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dengan jumlah atau quota yang diinginkan (Moh. Pabundu Tika, 2005:41). Berdasarkan pendapat tersebut, maka jumlah pengelola, masyarakat sekitar dan wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ditetapkan 58 orang responden, dimana untuk mendapatkan informasi tentang potensi wisata yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort diperlukan informasi dari pengelola sebanyak 2 orang yang terdiri dari:

1. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Barat, 1 orang. 2. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung

Barat, sekaligus manajer obyek Wisata Seminung Lumbok Resort 1 orang.

Sedangkan untuk melengkapi data penelitian ini dan untuk mengukur aksesibilitas diperlukan sumber informasi dari masyrakat sekitar obyek wisata sebanyak 16 orang yang terdiri dari:

1. Lurah Kelurahan Lumbok, 1 orang

2. Masyarakat sekitar Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort sebanyak 15 orang. 3. Wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort

sebanyak 50 orang.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

(39)

Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek pengamatan baik yang bersifat fisik maupun sosial. Variabel dalam penelitian ini adalah Potensi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012.

2. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam dalam penelitian ini adalah potensi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort di Desa Lumbok Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012, yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi yang bersifat sosial budaya dan potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomis, fasilitas wisata, dan aksesibilitas.

a. Potensi Wisata yang Bersifat Panorama Alam

Potensi wisata yang bersifat panorama alam adalah potensi wisata yang berhubungan dengan cagar alam, suaka alam, termasuk flora dan fauna dengan pemandangan luar biasa dan indah. potensi wisata yang bersifat panorama alam yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dapat di lihat dari beberapa indikator yaitu pemandangan alam Seminung Lumbok Resort, keindahan air Danau Ranau, air panas, suhu udara di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dan Gunung Seminung.

b. Potensi Wisata yang Bersifat Sosial dan Budaya.

(40)

tari-tarian, hasil kerajinan tangan, dan produksi setempat serta arsitektur budaya asli Indonesia. potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dapat dilihat dari indikator yaitu arsitektur bangunan adat lampung, dan bangunan tua.

c. Potensi Wisata yang Bersifat Bisnis/Ekonomis

Potensi wisata bersifat bisnis/ekonomis yaitu potensi wisata yang berhubungan dengan usaha perdagangan, diplomatik dan lain-lainnya. Potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomis yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort dapat dilihat dari indikator yaitu produksi kopi luwak.

d. Fasilitas Wisata

(41)

e. Aksesibilitas

Aksesibilitas (tingkat ketejangkauan) merupakan kemampuan untuk mencapai suatu tempat tujuan wisata tertentu, dapat dengan mudah atau sebaliknya lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas ini dapat diukur dengan beberapa indikator, yaitu kondisi jalan, jaringan transportasi, jarak tempuh, waktu tempuh, dan lokasi obyek wisata. Dalam penelitian ini aksesibilitas diklasifikasikan menjadi mudah dijangkau dan sulit dijangkau, dikatakan mudah dijangkau apabila semua indikator tersedia dengan baik dan biaya yang dikeluarkan murah, dinyatakan sulit dijangkau jika lebih dari jika lebih dari sebagian besar indikator atau bahkan seluruhnya tidak dengan baik dan sulit.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moh. Pabundu Tika, (2005:23) secara garis besar teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian geografi yaitu: observasi, wawancara, angket, pengumpulan data sekunder, dan pengumpulan data melalui penginderaan jauh. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, wawancara terstruktur yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

(42)

mengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau lokasi penelitian dalm rangka untuk mendapatkan data mengenai potensi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort, baik potensi wisata yang bersifat panorama alam, sosial dan budaya, bisnis/ekonomi, fasilitas dan aksesibilitas.

Teknik observasi ini dilakukan dengan tiga cara yaitu (1) pencatatan dengan alat tulis untuk mencatat data yang diperlukan, (2) pengukurran dengan GPS (Global Positioning System) untuk mengukur letak atau lokasi wisata, jarak, lokasi absolut

dan ketinggian obyek wisata dari permukaan laut, abneylevel untuk mengukur kemiringan lereng, dan termometer dan hygrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban udara, dan (3) pemotretan dengan alat pemotret untuk mendapatkan data mengenai keadaan atau kondisi lingkungan Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort seperti gambar, atau foto obyek wisata, khususnya pemotretan potensi wisata yang ada di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort yang diambil secara langsung pada saat observasi.

2. Dokumentasi

(43)

ini, yang didapatkan baik dari pengelola obyek wisata atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lampung Barat.

3. Wawancara terstruktur

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang membantu dan melengkapi pengumpulan data yang tidak dapat diungkap oleh teknik observasi (Nursid Sumaatmaja, 1988:106). Dalam penelitian ini, teknik wawancara terstruktur digunakan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan secara langsung dengan pengelola dan masyarakat sekitar Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort.

Teknik wawancara terstruktur ini dilengkapi dengan panduan wawancara yang ditujukan kepada pengelola wisata, data yang diambil berupa identitas pengelola, keadaan dan potensi wbyek wisata, program dan rencana pengembangan potensi wisata, dan keadaan fasilitas wisata serta aksesibilitas menuju Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort sedangkan kepada masyarakat sekitar, data yang diambil berupa identitas masyarakat sekitar dan pendapat masyarakat sekitar mengenai aksesibilitas menuju Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort.

E. Teknik Analisa Data

(44)

kondisi geografis di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort secara sistematis dan mendetail sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.

Sedangkan data yang terkumpul berupa angka-angka disajikan dalam bentuk tabel. Teknik analisa data yang digunakan yaitu analisis tabulasi. Dimana tabel data dibuat berdasarkan klasifikasi tertentu, kemudian dari variabel-variabel tersebut diinterpretasikan selanjutnya dilakukan deskripsi secara sistematis yang digunakan sebagai laporan hasil penelitian dan akhirnya ditarik kesimpulan sebagai laporan akhir penelitian ini, kemudian dipersentasekan (Suharsimi Arikunto, 2006:236).

Berdasarkan pendapat di atas, maka teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif yang digunakan untuk wisatawan dan didasarkan pada data yang telah terkumpul, lalu dibuat tabel data dan persentase berdasarkan klasifikasi tertentu sebagai dasar interpretasi dan deskriptif dalam membuat laporan penelitian. Analisa persentase tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%= N

n

x 100

Keterangan:

% : Persentase yang diperoleh n : Jumlah nilai yang diperoleh N : Jumlah seluruh nilai reponden

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Potensi Obyek Wisata Seminung Lumbok Resor Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012, maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan oleh penulis yaitu sebagai berikut.

1. Bahwa potensi wisata yang ada di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort ada 3 jenis, yaitu: 1) Potensi yang bersifat panorama alam yang terdiri dari pemandangan alam Seminung Lumbok Resort, pesona alam air Danau Ranau, air panas, Gunung Seminung, dan cuaca sekitar obyek wisata. 2) potensi wisata yang bersifat sosial budaya yaitu bangunan adat Lampung. 3) potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomis yaitu produksi kopi luwak.

(46)

yang belum terpelihara secara khusus, pembangunan khusus pemandian air panas, yang belum tersedia di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort. 3. Fasilitas wisata yang terdapat di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort

yaitu 1 buah penginapan/hotel dengan 21 kamar, 1 buah resto untuk rumah makan dan kantin, 1 buah hall, untuk ruang pertemuan, 1 buah musholla sebagai tempat ibadah, dan 3 buah perahu motor.

4. Bahwa aksesibilitas menuju Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort adalah sulit dijangkau, dengan kondisi jalan yang sudah diaspal, sarana transportasi/angkutan umum kurang lancar, jarak tempuh yang jauh,dengan jalan yang terjal dan berkelok-kelok, sehingga sangat mempengaruhi wisatawan berkunjung ke Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Disarankan kepada pengelola agar dapat meningkatkan pengembangan potensi wisata yang ada di Obyek Wisata Seminung Lumbok Resort secara optimal, yaitu dengan upaya perbaikan pada potensi wisata sehingga setiap fasilitas wisata dapat termanfaatkan secara optimal.

(47)

3. Disarankan kepada pihak pengelola untuk melanjutkan pembangunan dan menambah fasilitas yang ada di Obyek Wisata seminung Lumbok Resort, seperti fasilitas sarana olahraga, sepeda gunung, wartel/telpon umum dan lain sebagainya dalam menunjang pengembangan potensi wisata Seminung Lumbok Resort.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Dua Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1990. Prospek dan Problem Pariwisata. Makalah. Lampung.

Agus Fedric. 2005. Inventasisasi dan Penilaian Potensi Obyek Wisata Pantai Canti di Pekon Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2004. Skripsi. Pendidikan Geografi FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Bintarto. R dan Hadisumarno, S. 1979. Metode Analisa Geografi. LP3ES. Jakarta Chafid Fandeli. 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty.

Yogyakarta.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.

Daldjoeni. N. 1992. Geografi Baru OrganisasiKeruangan dalam Teori dan Praktik. Alumni. Bandung.

Era Suryaningsih. 2005. Profil Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata Pantai Duta Wisata Lempasing Kelurahan Sukamaju Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2004. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung. Herlina Dyan Angraini. 2004.Studi Potensi Obyek Wisata Way Kanan Taman

Nasional Way Kambas Di Kabupaten Lampung Timur 2004. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

James J. Spillane. 1997. Ekonomi Pariwisata, Transformasi Budaya Indonesia. PT Gramedia. Jakarta.

Juriah. 2008, Profil Dan Pendapat Wisatawan Terhadap Objek Wisata Danau Ranau Di Kecamatan Banding Agung Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008. Skripsi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(49)

Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Kependudukan Dasar dan Strategi. Aksara. Bandung.

Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Nyoman S Pendit. 1990. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Puji Lestari. 2004 Profil dan Persepsi Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Pusat Latihan Gajah (PLG) Di Kabupaten Lampung Timur. Skripsi. P.S Pendidikan Geografi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Ramaini. 1992. Geografi Pariwisata. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. R.S Damardjati. 1992. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Pradya Paramita. Jakarta. Salah Wahab. 1996. Manajmen Kepariwisataan. PT Pradya Paramita. Jakarta.

Siti Rodiah. 2006. Persepsi Wisatawan Terhadap Obyek Wisata Pantai Pulau Pasir di Desa Ranggai Tri Tunggal Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006. Skripsi. P.S Pendidikan Geografi, Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Suantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. ANDI: Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Seminung Lumbok
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Danau Ranau di
Gambar 1. Grafik jumlah kunjungan Wisatawan pada tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

a. Terdapat persamaan dari kelompok tinggi dalam menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan tabel, dan secara

Pada penelitian ini, penulis berfokus pada pengaruh dari variabel makroekonomi terhadap investasi asing langsung dan investasi portofolio asing di Indonesia,

Signif icance (1-tailed) df kepuasan thdp kompensasi komitmen organisasi Control Variables masa kerja kepuasan thdp kompensasi komitmen organisasi Correlations Descriptive

¾ Standart pengobatan, semua panti rehabilitasi ketergantungan narkoba mempunyai, hanya yang namanya standart pangobatan merupakan acuan dari pengobatan rata-rata untuk semua

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa, hal ini ditunjukkan

Data rekam medis rumah sakit jiwa Banyumas di Ruang Nakula saja pada tahun 2016 schizofrenia terinci merupakan diagnosa pertama terbesar setelah schizofrenia paranoid

Fakta menunjukkan terdapat tiga tipe orientasi hakim dalam menangani perkara yaitu hakim yang berorientasi materi (materialis), hakim yang berorientasi situasi yang

[r]