• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP(CONCEPT ATTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA: kuasi eksperimen pada mata pelajaran ips kelas viii smp negeri 6 kota bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP(CONCEPT ATTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA: kuasi eksperimen pada mata pelajaran ips kelas viii smp negeri 6 kota bandung."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan IPS

Disusun Oleh Sudarmi NIM. 1303338

(2)

DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

(Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung)

Oleh

Sudarmi

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pendidikan IPS SPs-UPI

@ Sudarmi 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang,

tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Tesis ini Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing

Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. NIP. 19610323198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS di tingkat SMP. Pada Umumnya dalam kegiatan Pembelajaran IPS di kelas, peserta didik terlihat bosan, jenuh, pasif dan kurang komunikatif. Atas dasar itulah maka penelitian dilakukan dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Sinektik pada Pelajaran IPS. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Pencapaian Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan terhadap 93 orang peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Bandung, yang terbagi ke dalam dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control group design. Data hasil penelitian diperoleh dari nilai pre-test, post-test dan observasi. Peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik diukur dengan penghitungan gain ternormalisasi (N-gain) antara perolehan skor rata-rata pre-test dan post-test. Hasil penghitungan rata-rata nilai gain ternormalisasi motivasi belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Sedangkan perhitungan nilai rata-rata gain ternormalisasi pada hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa kelas eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 1. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan formula thitung sampel bebas atau independent samples test karena data tersebut

tidak berasal dari kelas yang sama. Hasil analisis data menunjukkan bahwa uji hipotesis 1, hipotesis 2, hipotesis 3, hipotesis 4, thitung lebih besar atau sama

dengan ttabel (thitung ttabel), sedangkan hasil uji hipotesis 5 menunjukkan thitung di

dalam wilayah ttabelttabelthitungttabel), dan hasil uji hipotesis 6 thitung di luar

wilayah ttabel (˗thitung≤ ˗ttabel atau thitung ttabel). Dengan demikian hipotesis 1, 2, 3,

4 dan 6 diterima sedangkan hipotesis 5 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelas yang menerapkan pembelajaran dengan Metode Pencapaian Konsep motivasi belajar peserta didiknya lebih tinggi dibanding di kelas yang menggunakan Metode Sinektik, sedangkan kelas dengan Metode Sinektik memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep. Sehubungan dengan temuan dan hasil observasi dalam penelitian ini, untuk menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep maupun Sinektik harus memperhatikan karakteristik peserta didik, kesiapan guru serta materi pelajaran.

(5)

outcomes of junior high school students in the subject of social studies. In general, during the teaching and learning of social studies, students demonstrate boredom, saturation, passivity, and a lack of communication. Therefore, the research was undertaken to implement Concept Attainment and Synectic Learning Methods in social studies subject. It aims to find whether the implementation of Concept Attainment and Synectic Learning Methods has influences on students’ motivation and learning outcomes. The research was conducted to 93 eighth grade students of SMP Negeri (State Junior High School) 6 Bandung, divided into two experimental classes and one control class. The research adopted quasi-experimental method with non-equivalent control group design. Data were obtained from the scores of pretest and posttest and observation. Students’ increased motivation and learning outcomes were measured by comparing the normalized gain (N-gain) of the pretest and posttest scores. The results show that the normalized gain value of students’ motivation in the first experimental class was greater than that of the second experimental class. Meanwhile, the average normalized gain of students’ learning outcomes in the second experimental class was greater than that of the first experimental class. The hypothesis was tested with independent samples t-test, as the data were derived from the same class. The findings show that the values of t (tvalue) for hypothesis 1, hypothesis 2, hypothesis

3, and hypothesis 4 were greater than or equal to the critical values/ttable (tvalue

ttable), whereas the tvalue for hypothesis 5 was within the area of ttablettabletvalue

ttable), and the tvalue for hypothesis 6 was outside the area of ttable (˗tvalue ≤ ˗ttable or

tvalue ttable). Hence, hypotheses 1, 2, 3, 4 and 6 were accepted, whereas hypothesis

5 was rejected. It can be inferred then that the implementation of Concept Attainment and Synectic Learning Methods has significant influence on students’ motivation and learning outcomes in the subject of social studies. The research results also demonstrate that the class implementing Concept Attainment Learning Method in its teaching and learning had higher motivation than the class employing Synectic Method. On the other hand, the class implementing Synectic Method had greater learning outcomes than the class implementing Concept Attainment Learning Method. Considering the results and findings of this research, it is recommended that the implementation of both Concept Attainment and Synectic learning take into acvalue students’ characteristics, teacher preparedness, and the learning materials.

,

Key Words: Concept Attainment, Synectic Learning Methods, Motivation

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGATAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Motivasi Belajar ... 9

2. Hasil Belajar ... 19

3. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep ... 22

B. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 42

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 43

B. Metode dan Desain Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44

D. Definisi Operasional Variabel ... 45

1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) ... 46

2. Metode Pembelajaran Sinektik ... 46

3. Motivasi Belajar ... 46

4. Hasil Belajar ... 47

E. Instrumen Penelitian ... 48

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 49

1. Validitas Butir Soal ... 49

2. Reliabilitas Butir Soal ... 51

3. Tingkat Kesukaran ... 53

(7)

H. Teknik Pengumpulan Data ... 61

I. Teknik Analisis Data ... 62

1. Penskoran Nilai Pre tes dan Post Test ... 62

2. Menghitung Nilai Rata-rata (mean) ... 62

3. Perhitungan Nilai Gain Ternormalisasi ... 63

4. Uji Normalitas Data ... 63

5. Uji Homogenitas Data ... 64

6. Uji Hipotesis ... 64

7. Analisis Data Kualitatif ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A. Hasil Penelitian ... 78

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 78

2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 69

3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 81

B. Pembahasan ... 98

1. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS ... 98

2. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS ... 100

3. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Sinektik dengan peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran IPS ... 102

4. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS ... 104

5. Perbedaan Motivasi Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Dengan Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik Pada Mata Pelajaran IPS ... 105

6. Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Dengan Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik Pada Mata Pelajaran IPS ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

(8)

B. Saran ... 112

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

manusia untuk hidup sesuai dengan perubahan zaman dan mampu menangkal

dampak negatif akibat perubahan tersebut. Pendidikan adalah cara paling tepat

untuk menghadapi semua itu. Sebab pendidikan merupakan sebuah proses yang

dapat membantu dan menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan dirinya

sehingga mampu menghadapi tantangan, menyelesaikan persoalan kehidupan,

serta beradaptasi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan akan lahir

individu-individu yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia global.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian dari kurikulum pendidikan

berperan dalam menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan potensi yang

dimilikinya agar peka terhadap berbagai perubahan sosial akibat perkembangan

zaman, mampu dan terampil menyelesaikan permasalahan yang dihadapi baik itu

menimpa dirinya atau masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dalam Kurikulum

2013 maupun Kurikulum 2006, disebutkan bahwa melalui Mata Pelajaran IPS

peserta didik diharapkan dapat menjadi warga Indonesia yang demokratis, dan

bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai.

Mata Pelajaran IPS diberikan pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD dan

SMP. Pada jenjang SMP/MTS, Mata Pelajaran IPS memuat Materi Geografi,

Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. IPS menurut Supardan (2014:19) adalah:

“Program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu dan melatih anak didik, agar memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis suatu persoalan dari berbagai sudut pandang secara komprehensif”.

Sedangkan Somantri (2001:74) menjelaskan IPS sebagai berikut:

(10)

terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”.

Begitu penting dan bermaknanya Pengajaran IPS bagi peserta didik,

maka seharusnya IPS menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dipelajari

dengan penuh semangat oleh para peserta didik di kelas. Namun kenyataannya

tidak demikian, IPS di mata peserta didik dan masyarakat masih menempati posisi

kedua bahkan ketiga setelah IPA dan bahasa asing. Peserta didik dan masyarakat

secara umum menganggap bahwa IPS tidak banyak memberikan manfaat bagi

kehidupan dan tidak pula menjanjikan kemudahan untuk memasuki dunia kerja.

Kenyataan di atas sesuai dengan yang yang diungkapkan oleh Sumaatmadja

(2002:1), bahwa:

“Pada kenyataan hidup di masyarakat IPS baik sebagai kelompok bidang studi maupun sebagai mata pelajaran yang menempati kedudukan kelas 2 (dua) dibandingkan dengan posisi IPA. Yang tercermin dalam pandangan orang tua peserta didik dan sikap serta perhatian siswa terhadap IPS”.

Oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas harus

membangkitkan minat peserta didik terhadap Mata Pelajaran IPS. Guru

memegang peranan utama dalam pembelajaran di sekolah. Guru bertugas untuk

merencanakan, melaksanakan, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan

pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru IPS dituntut untuk memiliki

kompetensi dan mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif melalui

pendekatan, strategi, Metode atau metode pembelajaran yang tepat.

Guru IPS di berbagai sekolah sampai saat ini masih mengalami

permasalahan klasik yaitu keterbatasan kemampuan untuk mengembangkan dan

menggunakan variasi metode dan Metode pembelajaran. Hasil pengamatan di

lapangan menunjukkan bahwa aktivitas guru di kelas masih bersifat konvensional

yaitu mengajar dengan ceramah, dan diskusi kelompok yang monoton. Proses

pembelajaran masih berpusat dan didominasi oleh guru (teacher centered). Guru

(11)

interaksi antara peserta didik dan guru kurang. Proses pembelajaran hanya

diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk mengingat, menghafal dan

mengulang kembali informasi yang telah disampaikan guru. Ini seperti yang

diungkapkan oleh Al Muhtar (1999:70) bahwa:

”Kelemahan IPS selama ini terletak pada proses belajar. Proses belajar masih lemah dan terperangkap pada proses menghafal yang hanya menyentuh kognitif tingkat rendah”.

Kondisi tersebut memunculkan dampak negatif berupa rendahnya motivasi

peserta didik untuk mengikuti Pelajaran IPS di kelas. Dalam kegiatan

pembelajaran motivasi merupakan daya pendorong bagi peserta didik untuk

belajar secara aktif agar mampu menguasai materi pelajaran dan memperoleh

hasil belajar yang lebih baik. Motivasi memiliki korelasi yang kuat terhadap

peningkatan hasil belajar, karena motivasi berfungsi untuk meningkatkan minat

dan mengubah perilaku belajar peserta didik.

Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam

mengikuti Pelajaran IPS di kelas, maka guru harus mengubah strategi belajar

mengajar, yaitu dengan menerapkan Metode, pendekatan ataupun metode yang

dapat menarik perhatian peserta didik. Strategi yang dipilih ini haruslah dapat

mengembangkan kemampuan dasar peserta didik, sehingga proses pembelajaran

akan menjadi lebih menarik, menantang dan bermakna. Di antara berbagai

Metode pembelajaran yang telah diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli

yaitu Metode Pembelajaran Sinektik dan Metode Pencapaian konsep (Concept

Attainment). Kedua Metode pengajaran ini oleh Bruce Joyce (2009), digolongkan

ke dalam kelompok Metode pengolahan informasi.

Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment),

merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proses penyelidikan

terstruktur. Metode pembelajaran ini dapat digunakan untuk merancang dan

menyusun data sehingga menjadi konsep-konsep penting yang dapat dipelajari

(12)

Pencapaian konsep ini para peserta didik tidak hanya dituntut untuk mampu

membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga

harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri. Tujuan

dari Metode Pencapaian konsep adalah untuk mengajarkan peserta didik konsep

dan keterampilan yang diperlukan dalam mencapai pemahaman sebuah konsep.

Metode Pembelajaran Pencapaian konsep menurut dugaan penulis sangat

tepat untuk diterapkan pada Mata Pelajaran IPS yang banyak memiliki konsep.

Sebab selama ini mengajarkan sebuah konsep dalam Pembelajaran IPS cukup

sulit. Apalagi jika tidak didukung kemampuan guru. Sehingga pemahaman peserta

didik terhadap sebuah konsep dalam IPS menjadi rendah. Penggunaan Metode

Pencapaian konsep dapat membantu guru untuk mengembangkan ketrampilan dan

pemahaman peserta didik tentang sebuah konsep dalam IPS.

Sedangkan Metode Pembelajaran Sinektik merupakan sebuah Metode

pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh Gordon. Gordon (dalam

Joyce (2009:252-253), menggagas Sinektik menjadi empat yaitu, pertama

kreativitas penting dalam aktivitas sehari-hari; kedua proses kreatif tidak

selamanya misterius; ketiga penemuan atau inovasi yang dianggap kreatif sama

rata di semua bidang, seni, sains, teknik dan ditandai dengan proses intelektual

yang sama; keempat bahwa penemuan individu maupun kelompok tidak berbeda.

Inti dari Metode Pembelajaran Sinektik adalah analogi. Tiga jenis analogi

yang digunakan sebagai dasar dalam Metode Pembelajaran Sinektik yaitu: analogi

langsung, analogi personal, dan konflik yang dipadatkan. Dengan menggunakan

Metode Sinektik peserta didik dapat menggunakan analogi-analogi dan membuat

perbandingan-perbandingan methaphoris. Perbandingan methaphoris dalam

pembelajaran Sinektik bertujuan untuk menyajikan perbedaan konsep antara

peserta didik dengan obyek yang dihadapi atau materi yang sedang dipelajari.

Dari analogi-analogi tersebut kemudian peserta didik dapat memecahkan masalah

dan menghasilkan gagasan-gagasan yang menarik karena didukung oleh

(13)

Metode Pembelajaran Sinektik ini sangat menarik karena dapat

mengembangkan kreativitas dan aktivitas peserta didik dalam kelompok. Peranan

peserta didik dalam Metode pembelajaran ini sangat dominan, terutama ketika ia

harus membuat analogi-analogi untuk memecahkan sebuah masalah. Peranan guru

hanya mengarahkan dan membimbing peserta didik agar mereka mampu

membuat analogi dan menyajikan konsep dalam upaya memecahkan masalah.

Dari paparan di atas maka penulis beranggapan bahwa Metode

Pembelajaran Sinektik sangat tepat diterapkan pada Pembelajaran IPS di SMP.

Karena selain menyajikan banyak konsep, IPS juga bertujuan untuk menyiapkan

peserta didik agar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi

baik bersifat individu maupun yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan metode

Sinektik ini peserta didik akan terlatih untuk memecahkan masalah dengan

terlebih dahulu membuat analogi dan menghubungkan berbagai konsep.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang perubahan motivasi dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan

Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dan Metode

Pembelajaran Sinektik. Penelitian ini juga berusaha membandingkan manakah

dari kedua metode pembelajaran tersebut yang paling efektif dalam meningkatkan

motivasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini diberi judul ”PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP

(CONCEPT ANTTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN

SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDK” (Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Motivasi peserta didik untuk mengikuti Pelajaran IPS rendah, sehingga

(14)

2. Keikutsertaan peserta didik dalam proses Pembelajaran IPS rendah, hal

ini terlihat pada saat berlangsungnya pembelajaran peserta didik hanya

mendengarkan, dan jika diberi kesempatan mengemukakan pendapat

minatnya pun rendah;

3. Peserta didik terlihat bosan dengan penjelasan yang diberikan guru, ini

terjadi karena peserta didik kurang memahami dengan materi yang

disampaikan, selain itu penggunaan metode yang konvensional berupa

ceramah dan diskusi kelompok membuat peserta didik kurang berminat

untuk mengikuti pelajaran;

4. Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan ide dan

pendapatnya, pelajaran lebih banyak terpusat pada guru (Teacher

Centered);

5. Peserta didik memerlukan metode baru dalam pembelajaran yang dapat

merangsang keaktifan serta meningkatkan motivasi mereka dalam

pembelajaran sehingga diharapkan hasil belajarnya pun meningkat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil identifikasi masalah di atas

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, ”bagaimanakah pengaruh

penerapan metode Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Sinektik terhadap

motivasi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS?”.

Untuk memudahkan penelitian ini maka rumusan masalah tersebut

dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik

dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep pada Mata

Pelajaran IPS?

2. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dengan

menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep pada Mata Pelajaran

(15)

3. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik

dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS?

4. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dengan

menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS?

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar peserta didik

antara kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep

dengan kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata

Pelajaran IPS?

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta

didik antara kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep

dengan kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata

Pelajaran IPS?

D. Tujuan Penelitian

Pada setiap penelitian ilmiah maupun non ilmiah baik formal ataupun non

formal pasti terkandung suatu tujuan tertentu, demikian pula dalam penelitian ini

diharapkan dapat:

1. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep

terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;

2. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep

terhadap hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;

3. Mengetahui penerapan metode sinektik terhadap motivasi belajar peserta

didik pada Mata Pelajaran IPS;

4. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Sinektik terhadap

hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;

5. Mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik antara kelas yang

menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep dengan kelas yang

(16)

6. Mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang

menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep dengan kelas yang

menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pembelajaran

IPS di SMP terutama untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta

didik melalui penggunaan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept

Attainment) dan Metode Pembelajaran Sinektik.

Selengkapnya manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini merupakan upaya pembuktian penggunaan

Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode

Pembelajaran Sinektik dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta

didik. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber referensi

dalam mengembangkan Metode Pembelajaran IPS.

Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan,

pengalaman dan ketrampilan guru-guru IPS dalam menggunakan Metode

Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode

Pembelajaran Sinektik;

2. Bagi peserta didik, untuk menumbuhkan motivasi, aktivitas dan kreativitas

dalam mengikuti Pembelajaran IPS di sekolah;

3. Bagi kepala sekolah sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan

kualifikasi mutu guru dalam mengelola pembelajaran;

4. Bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik pada

(17)

5. Bagi guru lain, sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan Metode

Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode

Pembelajaran Sinektik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar

(18)

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Pelaksanaan penelitian yaitu di SMP Negeri 6 Kota Bandung, yang

beralamat di Jalan H. Yakub Nomor 36 Bandung. Alasan pemilihan SMP

Negeri 6 Bandung sebagai lokasi penelitian adalah karena sekolah ini memiliki

karakteristik peserta didik yang bervariasi baik secara akademik, maupun non

akademik. Sehingga diharapkan penelitian yang akan dilakukan memiliki

tingkat validitas yang tinggi, dengan demikian tujuan penelitian yang

diharapkan dapat tercapai dan membawa manfaat bagi pengembangan

Pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Subyek penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas VIII SMP

Negeri 6 Kota Bandung pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015

sebanyak 315 orang peserta didik yang terbagi dalam 9 ruang kelas.

B. Metode dan Desain Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai

maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode kuasi

eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk desain kuasi yang digunakan adalah

non equivalent control group design, di mana baik kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

Kelompok eksperimen pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu,

kelas eksperimen satu (1), kelas eksperimen dua (2), serta satu kelas kontrol.

Kelas eksperimen satu merupakan kelas yang diberikan perlakuan dengan

menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan kelas eksperimen

dua diberikan perlakuan dengan Metode Pembelajaran Sinektik, sedangkan

kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan Metode Konvensional. Kelas

kontrol ini berfungsi sebagai pembanding sejauh mana terjadinya perubahan

(19)

masing-masing diberikan pre test pada tahap awal observasi dan post test, setelah

masing-masing kelas diberi perlakuan. Hasil pre test dan post test ini

digunakan untuk melakukan uji t, yaitu hasil pengujian yang akan menjawab

hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.

Untuk lebih jelasnya tentang desain eksperimen pada penelitian ini

terdapat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Desain Eksperimen Penelitian

Kelompok Kelas Pre test Perlakuan Post test

Eksperimen 1 X1 P1 X2

Eksperimen 2 X1 P2 X2

Kontrol X1 P3 X2

Keterangan : X1 : Pre test X2 :Post test

P1 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep P2 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik

P3 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa baik kelas eksperimen

maupun kelas kontrol akan mendapatkan tes awal atau pre test, selanjutnya

Kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen 1 akan mendapatkan perlakuan dengan

Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep, Kelas VIII-5 sebagai kelas

eksperimen 2 mendapatkan perlakuan dengan Metode sinektik dan VIII-1

sebagai kelas kontrol mendapatkan perlakuan dengan Metode Pembelajaran

Konvensional yaitu ceramah. Setelah mendapatkan perlakuan ketiga kelas

tersebut kemudian diberikan post test untuk menjawab hipotesis.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas VIII

SMP Negeri 6 Bandung. Adapun yang digunakan sebagai sampel penelitian

(20)

kelas tersebut dua kelas merupakan kelas eksperimen dan satu kelas sebagai

kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, atau

sampel yang dipilih sesuai kebutuhan penelitian untuk penerapan Metode

Pembelajaran Sinektik dan Pencapaian Konsep. Kelas-kelas yang dijadikan

sebagai sampel penelitian terdapat pada pada tabel berikut ini.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Kelas Jumlah Peserta

didik Perlakuan

1. VIII-1 33 orang Metode Konvensional

2. VIII-4 35 orang Metode Pencapaian Konsep

3. VIII-5 35 orang Metode Sinektik

Pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa yang menjadi kelas kontrol adalah

VIII-1, sedangkan kelas eksperimen 1 adalah VIII-4 dan VIII-5. Kelas kontrol

akan diberikan perlakuan dengan Metode Pembelajaran Konvensional yaitu

ceramah, VIII-4 sebagai kelas eksperimen 1 mendapat perlakuan Metode

Pembelajaran Pencapaian Konsep, dan VIII-5 sebagai kelas eksperimen 2

mendapat perlakuan menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik.

Pertimbangan pemilihan kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah

karakteristik akademik dan non akademik ketiga yang tidak jauh berbeda.

Selain itu dasar penentuan kelas ini juga di latar belakangi oleh kenyataan

bahwa sebagian besar Kelas VIII di SMP Negeri 6 Bandung juga dijadikan

lokasi penelitian dan PPL oleh Mahasiswa didik UPI lainnya. Sehingga kelas

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kelas yang tidak digunakan

untuk kegiatan PPL dan penelitian mahasiswa didik lain.

(21)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Pembelajaran

Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dan Metode Pembelajaran Sinektik,

sedang yang menjadi variabel terikatnya adalah motivasi dan hasil belajar

IPS.

Untuk menghindari kesalahpahaman dan mempermudah melakukan

analisis penelitian, maka definisi operasional variabel penelitian diuraikan

sebagai berikut:

1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dalam

penelitian ini adalah suatu Metode pembelajaran untuk mengetahui sebuah

konsep dengan membedakan contoh dan bukan contoh, kemudian

menghasilkan contoh baru dari sebuah konsep serta mengartikulasikan

atribut konsep dan akhirnya peserta didik mampu mendefinisikan konsep

tersebut.

2. Metode Pembelajaran Sinektik

Metode Pembelajaran Sinektik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yang dikembangkan oleh William J. Gordon. Metode ini dipilih karena

mampu mengembangkan kreativitas peserta didik dalam memecahkan

masalah. Selain itu Metode ini juga dapat meningkatkan motivasi peserta

didik untuk belajar dan memahami konsep. Sebab Metode ini

menggunakan analogi-analogi dan metafora. Analogi merupakan

perbandingan yang sistematis antara dua benda atau hal yang berlainan

tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari dua hal tadi

sekedar sebagai ilustrasi. Analogi menunjukkan kesamaan-kesamaan

antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Analogi biasanya

digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak ada atau kurang

(22)

umum. Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk

menciptakan suatu kesan mental yang hidup.

3. Motivasi Belajar

Motivasi yang dimaksud adalah dorongan yang timbul dalam diri peserta

didik mengikuti pelajaran. Motivasi di sini juga minat serta keikutsertaan

peserta didik dalam Pelajaran IPS.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai/skor yang diperoleh peserta

didik setelah mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode

Pencapaian Konsep dan Metode Sinektik. Skor atau nilai ini didapat dari

hasil tes yang dilakukan guru setelah pembelajaran selesai dilakukan

sesuai dengan yang direncanakan. Hasil belajar ini sebagai bentuk

penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah

disampaikan melalui pembelajaran dengan Metode Pencapaian Konsep

dan Metode Sinektik.

Operasionalisasi variabel dan indikatornya penulis sajikan pada tabel

berikut ini.

Tabel 3.3

Definisi Operasional Variabel dan Indikator Penelitian

No. Variabel Konsep Indikator Variabel

1. Metode Pembelajaran Konsep Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep

(Concept Attainment) dalam penelitian ini adalah suatu Metode pembelajaran untuk mengetahui sebuah konsep dengan membedakan contoh dan bukan contoh

 Mampu membedakan contoh dan bukan contoh

 Mampu mendefinisikan sebuah konsep

2.

Metode Pembelajaran Sinektik

Metode pembelajaran yang dikembangkan oleh

William J. Gordon, yaitu Metode pembelajaran yang

(23)

No. Variabel Konsep Indikator Variabel menggunakan

analogi-analogi dan metafora

3.

Motivasi Belajar Peserta didik

Dorongan yang timbul dalam diri peserta didik mengikuti pelajaran

 Adanya semangat untuk mengikuti pelajaran

 Adanya semangat untuk mengerjakan tugas

 Adanya keinginan untuk berprestasi

4. Hasil Belajar Peserta didik

Skor yang diperoleh setelah

mengikuti pelajaran Nilai test

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.

instrumen tes terdiri dari pre test dan post test. Instrumen test digunakan

untuk mengukur hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah mendapat

perlakuan dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik.

Sedangkan non tes terdiri dari angket dan lembar observasi.

Adapun instrumen pendukung penelitian yang digunakan adalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang akan digunakan sebanyak tiga buah yang akan dibagi untuk

masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Soal pre test dan post test dalam bentuk pilihan ganda, sebanyak 25 soal

dengan empat opsi yaitu A, B, C dan D

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati motivasi dan kegiatan

peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep, dan Sinektik pada kelas

(24)

4. Pedoman Wawancara

Merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta

didik terhadap Metode pembelajaran yang digunakan.

5. Angket

Selain menggunakan pedoman wawancara respon peserta didik juga diukur

menggunakan angket. Angket ini berisi skala sikap yang memuat empat

kategori pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Setuju (STS). Peserta didik diminta persetujuannya

tentang Metode pembelajaran yang digunakan dengan cara memberi tanda

ceklist (√) pada kolom persetujuan masing-masing pernyataan.

Kisi-kisi Angket Motivasi Peserta didik ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4

Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran IPS

No. Variabel Indikator Sub Indikator

No. Soal Pernyataan Positif No. Soal Pernyataan Negatif

1. Motivasi Belajar

Perhatian (Attention)

Adanya dorongan dan kebutuhan peserta didik untuk belajar

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

5, 6, 12, 13, 15, 19, 24,

26

2, 3, 14, 18

2. Motivasi Belajar

Kesesuaian (Relevance)

Peserta didik merasa bahwa pelajaran tersebut penting bagi masa depan dan kehidupannya

1, 4, 7, 9, 20 22, 23

3. Motivasi Belajar

Percaya Diri (Convidence)

Adanya harapan positif dari peserta didik untuk mencapai keberhasilan

10, 11, 17, 25, 27,

28, 29

4. Motivasi Belajar

Kepuasan (Satisfaction)

Peserta didik

(25)

belajarnya

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen tes baik pre test maupun post test meliputi:

validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran butir soal. Adapun

langkah-langkah pengujian instrumen test yang akan digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Validitas Butir Soal

Validitas instrumen adalah ukuran yang menunjukkan kesahihan

instrumen. Menurut Sugiyono (2014:173), ”Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Itu artinya

instrumen tersebut mampu mengukur data variabel dengan tepat. Validitas

butir soal dihitung menggunakan korelasi products momen. Rumus yang

digunakan untuk menghitung validitas butir soal menurut (Arikunto, 2012:87)

adalah sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ √ ∑ ∑

Keterangan:

: korelasi antara variabel X dan variabel Y X : skor item X

Y : skor item Y

n : jumlah peserta didik

Hasil pengujian dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya

akan diinterpretasikan dengan menggunakan korelasi nilai r, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Koefisien Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(26)

0,600 < ≤ 0,800 Tinggi

0,400 < ≤ 0,600 Cukup

0,200 < ≤ 0,400 Rendah

≤ 0,200 Sangat Rendah

Sumber: (Arikunto: 2012:89)

Uji validitas tiap butir soal dilakukan dengan membandingkan antara

dengan . Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk =

94 diperoleh nilai sebesar 0,2028, sehingga butir soal dinyatakan valid jika , atau 0,2028, dan tidak valid jika

atau 0,2028. Berikut adalah tabel hasil penghitungan validitas

tiap butir soal.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal

No. Koefisien ( ) Kategori Kriteria

1. 0,3022 Rendah Valid

2. 0,3403 Rendah Valid

3. 0,3387 Rendah Valid

4. 0,1694 Sangat Rendah Tidak Valid

5. 0,3797 Rendah Valid

6. 0,2378 Rendah Valid

7. 0,2283 Rendah Valid

8. 0,2662 Rendah Valid

9. 0,3135 Rendah Valid

10. 0,1651 Sangat Rendah Tidak valid

11. 0,3570 Rendah Valid

12. 0,2769 Rendah Valid

13. 0,3305 Rendah Valid

14. 0,2939 Rendah Valid

15. 0,2952 Rendah Valid

16. 0,3745 Rendah Valid

17. 0,5693 Cukup Valid

18. 0,5449 Cukup Valid

19. 0,2006 Rendah Valid

(27)

21. 0,1696 Sangat rendah Tidak Valid

22. 0,3740 Rendah Valid

23. 0,1270 Sangat rendah Tidak Valid

24. 0,2363 Rendah Valid

25. 0,3024 Rendah Valid

Hasil penghitungan validitas butir soal seperti terlihat pada tabel di

atas, dapat dikatakan bahwa dari 25 butir soal yang diujikan terdapat empat

butir soal yang dinyatakan tidak valid karena memiliki koefisien ( ) < 2,00

atau kategori sangat rendah, yaitu nomor 4, 10, 21 dan 23. Dua butir soal

memiliki kriteria validitas yang cukup yaitu soal nomor 17 dan 18, dan sisanya

sebanyak sembilan belas soal memiliki koefisien ( ) 0,200 < ≤ 0,400,

dengan kategori validitas rendah.

2. Reliabilitas Butir Soal

Suatu butir soal dikatakan reliabel jika memiliki tingkat keajekan yang

tinggi. Menurut Sugiyono (2014:185), pengujian reliabilitas instrumen dapat

menggunakan Metode Internal Consistency, dengan teknik belah dua (split

half) dari Spearman Brown. Berikut rumus yang digunakannya:

Keterangan:

: Reliabilitas internal seluruh instrumen

: Korelasi Products Momen antara belahan pertama dan kedua

Hasil penghitungan dengan menggunakan formula tersebut kemudian

di konversikan dengan koefisien reliabilitas, seperti yang terdapat pada tabel

berikut.

Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

(28)

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Sedang

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

- 1 < ≤ 0,20 Sangat Rendah

Sumber (Arikunto: 2012:89)

Kriteria pengujian reliabilitas butir soal didasarkan pada perbandingan

r hitung dengan r tabel. Jika , maka soal tersebut reliabel,

namun sebaliknya jika , maka soal tidak reliabel. Hasil

perhitungan reliabilitas butir soal disajikan pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Butir Soal

Kriteria Kategori

0,6295 0,2028 Reliabel Tinggi

Dengan menggunakan α = 5% dan derajat kebebasan dk = 94 diperoleh

nilai sebesar 0,2028. Dari hasil perhitungan menggunakan formula di atas yang tersaji dalam Tabel 3.8 diperoleh sebesar 0,6295. Itu artinya

, yaitu 0,6295 ≥ 0,2028. Ini menunjukkan bahwa bahwa butir

soal pada instrumen penelitian memiliki reliabilitas tinggi. Dengan demikian

semua butir soal pada instrumen penelitian ini reliabel.

3. Tingkat Kesukaran

Penghitungan tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kriteria

soal apakah mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran harus dilihat dari

sudut pandang peserta didik bukan guru. Tingkat kesukaran dapat

menggambarkan kemampuan peserta didik menjawab soal tes. Indeks tingkat

kesukaran yaitu antara 0 sampai dengan 1, di mana 0 menunjukkan soal itu

(29)

Difficult Indeks =

Keterangan :

WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan menjawab item dengan

salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di test (27% dari N)

WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan menjawab item dengan salah.

Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di test (27% dari N)

100 = Bilangan tetap

N = Jumlah individu yang di test

0 = Banyak pilihan pada tiap item (opsi)

Untuk menentukan persentase tingkat kesukaran item menurut

Sumaatmadja (1980:134), digunakan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.9

Persentase Tingkat Kesukaran

Item Keterangan

mudah Jika 16% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut

sedang Jika 50% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut

sukar Jika 84% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut

Sumber: Sumaatmadja (1980:134)

Indeks kesukaran dapat juga menggunakan kriteria J. C. Stanley seperti

pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Nilai Pada Tiga Tingkat Kesukaran

Persentase yang di test yang menjawab item dengan salah

Jumlah pilihan (opsi) tiap item

(30)

16

50

84

0,160n

0,500n

0,840n

0,213n

0,667n

1,120n

0,240n

0,750n

1,26n

0,25n

0,800n

1,344n

Sumber: Sumaatmadja (1980:135)

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus dan kriteria di

atas, maka soal instrumen penelitian berbentuk pilihan ganda dengan empat

opsi, yang diujikan pada 96 orang peserta didik maka didapat kesimpulan

bahwa item soal dikatakan mudah jika memiliki indeks kesukaran ≤ 6,24. Item

soal termasuk kategori sedang jika memiliki indeks kesukaran 6,25 ≤ 19,00

dan item soal dikategorikan sukar jika memiliki indeks kesukaran ≥ 32,76.

Tabel 3.11 berikut menyajikan tingkat kesukaran butir soal dengan

[image:30.595.120.511.114.208.2] [image:30.595.114.515.437.715.2]

menggunakan rumus di atas.

Tabel 3.11

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal

No.

Item

Indeks Kesukaran

Kriteria

1. 16 9 25 64,103 Sukar

2. 19 9 28 71,795 Sukar

3. 19 7 26 66,667 Sukar

4. 14 13 27 69,231 Sukar

5. 7 0 7 17,949 Sedang

6. 14 7 21 53,846 Sukar

7. 15 11 26 66,667 Sukar

8. 17 11 26 66,667 Sukar

9. 24 16 40 102,564 Sukar

10. 10 7 17 43,589 Sukar

11. 16 6 22 56,410 Sukar

12. 23 19 41 105,128 Sukar

(31)

14. 19 9 28 71,795 Sukar

15. 14 5 19 48,718 Sukar

16. 23 11 34 87,179 Sukar

17. 23 5 28 71,794 Sukar

18. 22 2 24 61,538 Sukar

19. 22 17 39 100 Sukar

20. 25 14 39 100 Sukar

21. 24 22 46 117,949 Sukar

22. 20 7 27 69,231 Sukar

23. 20 15 35 89,744 Sukar

24. 11 3 14 35,897 Sukar

25. 23 19 42 107,692 Sukar

Berdasarkan tabel di atas maka dari dua puluh butir soal yang diujikan

dua puluh empat soal termasuk ke dalam kategori sukar karena memiliki

indeks kesukaran ≥ 32,76, dan hanya satu soal yang memiliki tingkat

kesukaran sedang yaitu butir soal nomor 5, dengan indeks kesukaran 17,949.

Jika butir soal terlalu sulit atau terlalu mudah maka butir soal tersebut

harus di ganti atau diperbaiki. Menurut Sumaatmadja (1980:140), kriteria

memperbaiki atau mengganti item-item soal adalah sebagai berikut:

Item-item diganti:

a. Jika daya bedanya (WL– WH) tidak signifikan dan indeks kesukarannya

lebih besar dari 100

b. jika daya bedanya tidak signifikan dan indeks kesukarannya sama dengan

nol (tidak memiliki indeks kesukaran)

Item-item diperbaiki:

a. Jika daya bedanya signifikan tetapi indeks kesukarannya lebih dari100

b. Jika daya bedanya tidak signifikan, tetapi indeks kesukarannya kurang dari 100

Untuk menentukan apakah butir soal pada instrumen penelitian ini

(32)
[image:32.595.108.515.144.533.2]

Tabel 3.12

Hasil Uji Butir Soal Berdasarkan Daya beda dan Tingkat Kesukaran

Nomor

Item

Indeks Kesukaran

1. 16 9 7 25 64,103

2. 19 9 10 28 71,795

3. 19 7 12 26 66,667

4. 14 13 1 27 69,231

5. 7 0 7 7 17,949

6. 14 7 7 21 53,846

7. 15 11 4 26 66,667

8. 17 11 6 26 66,667

9. 24 16 8 40 102,564

10. 10 7 3 17 43,589

11. 16 6 10 22 56,410

12. 23 19 4 41 105,128

13. 18 8 10 26 66,667

14. 19 9 10 28 71,795

15. 14 5 9 19 48,718

16. 23 11 12 34 87,179

17. 23 5 18 28 71,794

18. 22 2 20 24 61,538

19. 22 17 5 39 100

20. 25 14 11 39 100

21. 24 22 2 46 117,949

22. 20 7 13 27 69,231

23. 20 15 5 35 89,744

24. 11 3 8 14 35,897

25. 23 19 4 42 107,692

Berdasarkan tabel di atas maka item yang harus diganti atau diperbaiki

adalah:

a. Item yang harus diganti

Item soal Nomor 9, 19, dan 20, harus diganti karena memiliki indeks

kesukarannya lebih dari atau sama dengan seratus, meskipun butir soal pada

nomor tersebut memiliki daya beda yang signifikan. Untuk soal nomor 12,

21 dan 25 harus diganti karena indeks kesukarannya lebih dari seratus dan

(33)

Item soal yang harus diperbaiki adalah Nomor 4, 7, dan 10, karena

meskipun tingkat kesukarannya kurang dari seratus tetapi daya bedanya

tidak signifikan.

4. Daya Beda

Penghitungan daya beda bermanfaat untuk mengetahui kemampuan

peserta didik, yaitu peserta didik yang telah menguasai materi dengan peserta

didik yang belum menguasai materi. Angka yang menyatakan daya beda

disebut diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai

dengan 1,00.

Perhitungan daya beda dilakukan dengan menghitung indeks

diskriminasi sebagai berikut:

D =

Keterangan:

D : Indeks diskriminasi (daya beda)

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA : Jumlah peserta kelompok atas

JB : Jumlah peserta kelompok bawah

PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya beda pada Tabel 3.13

[image:33.595.182.443.585.723.2]

berikut ini.

Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Beda

No. Rentang Nilai D Kalsifikasi

1. 0,00 - 0,19 Jelek

2. 0,20 - 0,39 Cukup

3. 0,40 - 0,69 Baik

4. 0,70 – 1,00 Baik sekali

(34)

Sumber: Arikunto, (2012:227)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat diperoleh

daya beda butir soal instrumen penelitian seperti berikut.

Tabel 3.14

Hasil Perhitungan Daya Beda Butir Soal

No. Soal Skor Atas Total Skor Bawah Total Daya Beda Kategori

1 17 10 0,28 Cukup

2 17 7 0,39 Cukup

3 19 7 0,46 Baik

4 13 12 0,04 Jelek

5 26 19 0,27 Cukup

6 19 12 0,27 Cukup

7 15 11 0,16 Jelek

8 15 9 0,23 Cukup

9 10 2 0,30 Cukup

10 19 16 0,11 Jelek

11 20 10 0,39 Cukup

12 7 3 0,15 Jelek

13 18 8 0,38 Cukup

14 17 7 0,39 Cukup

15 21 12 0,35 Cukup

16 15 3 0,46 Baik

17 21 3 0,69 Baik

18 24 4 0,77 Baik sekali

19 9 4 0,20 Jelek

20 12 1 0,42 Cukup

21 4 2 0,07 Jelek

22 19 6 0,5 Baik

23 11 6 0,19 Jelek

24 23 15 0,30 Cukup

25 17 3 0,54 Baik

Berdasarkan tabel di atas dari 25 item butir soal maka sebagian besar

soal memiliki kategori cukup yaitu sebanyak 12 butir soal, selain itu terdapat

(35)

satu soal berkategori baik sekali yakni Nomor 18 dan sisanya sebanyak 7 butir

soal berkategori jelek.

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga

tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir. Langkah-langkah

penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, meliputi:

a. Identifikasi masalah;

b. Perumusan masalah;

c. Menentukan subyek dan lokasi penelitian;

d. Studi literatur;

e. Penyusunan instrumen penelitian;

f. Pengujian instrumen penelitian;

g. Perbaikan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Melaksanakan pre test;

b. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan

Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik, serta Metode

Konvensional pada kelas kontrol;

c. Melaksanakan post test;

d. Pengumpulan data lain, wawancara, lembar observasi.

3. Tahap akhir

a. Pengolahan data hasil penelitian;

b. Melakukan pembahasan hasil penelitian;

c. Penyusunan laporan hasil penelitian;

d. Membuat kesimpulan hasil penelitian;

(36)

Langkah-langkah penelitian di atas jika digambarkan ke dalam bentuk

[image:36.595.123.488.181.698.2]

bagan alur berikut ini.

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Perumusan

Lokasi dan Objek

Studi Literatur

Penyusunan Instrumen Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Konsep, Sinektika dan Uji Coba Instrumen Penelitian

Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Perbaikan Instrumen

Pre Test

Pelaksanaan PBM

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan Metode Pencapaian

Konsep Pembelajaran dengan

Metode Konvensional

Pembelajaran dengan Metode Sinektik Identifikasi

Post Test

Observasi Analisis Data

(37)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

cara:

1. Pre test

Pre test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum di

berikan perlakuan. Pre test diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda.

2. Post test

Post test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah

diberi perlakuan. Post test diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda.

3. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan

mengambil data langsung di lapangan. Observasi dilakukan dengan ikut

serta melihat kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode

Pencapaian Konsep, sinektik dan Metode ceramah pada kelas kontrol.

Proses observasi dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi

yang telah dibuat sebelumnya. Observasi juga dilakukan dengan

memberikan angket yang harus diisi oleh peserta didik setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran.

4. Wawancara

Selain itu data juga diperoleh dengan wawancara. Wawancara dilakukan

secara langsung kepada peserta didik untuk mengetahui tanggapan mereka

tentang pemakaian Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik

serta Metode Konvensional seperti halnya ceramah dan diskusi kelompok.

Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada lembar wawancara yang

(38)

5. Studi Literatur

Studi literatur dan dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan

kelengkapan data berupa teori dan konsep yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian. Teori ini akan digunakan sebagai pedoman

untuk memperkuat informasi dan sebagai landasan pemikiran dalam

penulisan penelitian ini.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu metode

deskriptif dan statistik. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan

data hasil penelitian, sedangkan metode statistik digunakan untuk keperluan

pengolahan data kuantitatif seperti hasil tes dan kepentingan uji hipotesis.

Hasil pengolahan data secara statistik ini digunakan untuk penarikan

kesimpulan.

Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel, grafik kemudian

dideskripsikan agar pembahasannya menjadi jelas. Selain itu berdasarkan

hasil temuan penelitian yang diperoleh di lapangan kemudian diajukan

kesimpulan, rekomendasi dan implikasi yang dapat diterapkan untuk proses

pembelajaran selanjutnya.

Tahapan analisis dan pengolahan data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penskoran Nilai Pre tes dan Post Test

Skor hasil pre tes dan post tes diperoleh dengan menghitung jumlah

jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi skor satu, sedangkan yang

salah diberi skor 0. Skor nilai pre test dan post test dihitung dengan

menggunakan rumus:

Nilai peserta didik =

(39)

Nilai rata-rata (mean)=

3. Perhitungan Nilai Gain Ternormalisasi

Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil

belajar peserta didik sebelum dan sesudah mendapat perlakuan baik pada

kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Datanya didapat dari

perolehan skor pre test dan post test. Adapun rumus yang digunakannya

adalah sebagai berikut:

g =

Keterangan :

g : nilai gain ternormalisasi Skor post : rata-rata skor post test Skor pre : rata-rata skor pre test

Skor maks : skor maksimal seluruh butir soal

Nilai Gain ternormalisasi kemudian diinterpretasikan sesuai

[image:39.595.160.459.493.564.2]

dengan Tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15

Interpretasi Gain yang Ternormalisasi

N-gain Kriteria

g < 0,30 Rendah

0,3 < g <0,7 Sedang

g > 0,7 Tinggi

4. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data populasi

berdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi secara normal

menjadi syarat untuk dapat melakukan pengujian hipotesa secara statistik

parametrik. Data yang terdistribusi secara normal dianggap dapat mewakili

sebaran populasi. Uji normalitas dapat dihitung menggunakan rumus Chi

(40)

∑ { }

Keterangan: X2 = Chi Square

f0 = frekuensi pengamatan

fe = frekuensi harapan

Data terdistribusi normal jika nilai chi square adalah

,dan data tidak terdistribusi secara normal jika nilai

. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap nilai pre

test dan post test baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol.

5. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas varian sampel,

yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas bertujuan untuk

mengetahui apakah varian data pada sampel memiliki kesamaan atau tidak.

Langkah awal uji homogenitas dilakukan dengan mencari standar deviasi

dengan menggunakan rumus:

∑ ∑

Dari hasil perhitungan standar deviasi di atas kemudian di cari F hitung

dengan menggunakan rumus:

Data dikatakan homogen jika < , sedangkan jika >

, berarti data tersebut tidak homogen. Apabila dari uji normalitas dan

homogenitas menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal dan

homogen maka uji hipotesis dapat dilanjutkan.

(41)

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui sejauh mana hipotesis yang

telah dirumuskan didukung oleh data yang diperoleh. Uji hipotesis juga

merupakan prosedur yang harus ditempuh peneliti untuk menerima atau

menolak hipotesis yang telah diajukan. Sebelum dilakukan uji hipotesis

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut

merupakan hipotesis yang akan diuji:

1). H1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian

Konsep pada Mata Pelajaran IPS.

H01 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian

Konsep pada Mata Pelajaran IPS.

2). H2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian

Konsep pada Mata Pelajaran IPS.

H02 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta

didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian

Konsep pada Mata Pelajaran IPS.

3). H3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

H03 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

4). H4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar

peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

H04 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta

(42)

5). H5 : Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik yang

menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan

peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

H05 : Terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik yang

menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan

peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

6). H6 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang

menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan

peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik

pada Mata Pelajaran IPS.

H06 : Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan

Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan peserta didik

yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata

Pelajaran IPS.

Hipotesis tersebut di atas diuji dengan menggunakan formula:

Di mana :

S = √

X1 = skor rata-rata kelompok eksperimen 1 X2 = skor rata-rata kelompok eksperimen 2 X3 = skor rata-rata kelompok kontrol

(43)

Hasil kesimpulannya sebagai berikut, jika ˗ttabelthitungttabel,

maka H1 diterima dan H0i ditolak, namun jika ˗thitung ≤ ˗ttabel atau thitung

ttabel, maka H0 ditolak dan H0i diterima.

7. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dari angket kemudian dikonversikan dalam

bentuk kuantitatif dengan menggunakan Skala Linkert. Sedangkan untuk

data hasil wawancara dan data yang berasal dari lembar observasi

dianalisis serta dijelaskan dalam bentuk tabel dan kalimat. Berikut adalah

tabel pedoman konversi data kualitatif menjadi data kuantitatif.

[image:43.595.106.516.367.579.2]

Tabel 3.16

Tabel Pedoman Penskoran Data Kualitatif Skala Linkert

Sifat Pernyataan Pilihan Jawaban Skor

Positif

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Ragu-Ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Negatif

Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 2

Ragu-Ragu (R) 3

Tidak Setuju (TS) 4

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di Bab IV maka secara

umum dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian

Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Secara

khusus berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.

Motivasi belajar peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan

menggunakan Metode Pencapaian Konsep lebih tinggi dibandingkan dengan

peserta didik yang belajarnya menggunakan Metode Konvensional. Meskipun

demikian berdasarkan hasil perhitungan uji gain terjadi peningkatan motivasi

belajar peserta didik di kelas yang menerapkan Metode Konvensional

meskipun termasuk dalam kategori rendah. Karena motivasi belajar di kelas

dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep lebih tinggi daripada kelas

yang menggunakan Metode Konvensional maka Metode Pembelajaran

Pencapaian Konsep lebih tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar

peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.

2. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Hasil

belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan Metode Pencapaian

Konsep lebih tinggi dibandingkan peserta didik yang menggunakan Metode

Pembelajaran Konvensional. Perbedaan hasil belajar ke dua kelas tersebut

cukup signifikan. Namun demikian dari hasil analisa uji gain kelas baik kelas

yang menggunakan Metode Pencapaian Konsep maupun Konvensional

mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar yang signifikan

(45)

demikian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran

IPS dapat digunakan Metode Pencapaian Konsep.

3. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Motivasi

belajar peserta didik di kelas yang menggunakan Metode Pembelajaran

Sinektik lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan Metode

Pembelajaran Konvensional. Meskipun termasuk ke dalam kategori rendah

telah terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan

Metode Pembelajaran Sinektik. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik sehingga

tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada Mata

Pelajaran IPS.

4. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Hasil belajar peserta didik

yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik lebih tinggi dibandingkan

yang menggunakan Metode Konvensional. Selisih hasil belajar kedua kelas

tersebut cukup signifikan. Sebagian besar peserta didik di kelas sinektik

memiliki nilai di atas KKM sedangkan di kelas konvensional hanya sebagian

kecil yang memiliki nilai di atas KKM. Peningkatan hasil belajar di kelas

sinektik cukup signifikan dibanding di kelas konvensional, meskipun demikian

analisis uji gain menyatakan bahwa baik di kelas Sinektik maupun kelas

Konvensional terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, dan termasuk ke

dalam kategori sedang. Karena di kelas yang menerapkan Metode

Pembelajaran Sinektik menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik

yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan Metode

Konvensional, maka Metode Pembelajaran Sinektik lebih tepat digunakan

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.

5. Perbedaan motivasi belajar peserta didik yang menggunakan Metode

Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan peserta didik yang menggunakan

(46)

hipotesis tidak terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik di kelas

Pencapaian Konsep maupun kelas Sinektik. Namun perhitungan data post test

menyatakan terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik antara Kelas

Pencap

Gambar

Tabel 3.1 Desain Eksperimen Penelitian
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Penelitian
Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Nyata,Virtual,Dan Gabungan Dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terhadap Pencapaian Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran pencapaian konsep (concept attainment) dengan menggunakan peta pikiran sebagai upaya mengurangi

Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pengukuran Di kelas X Semester I SMA Negeri 2

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran Concept Attainment

Adapun judul skripsi yang telah tersusun adalah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa

Ada empat pandangan yang men- dasari strategi sinektik, yaitu (1) Kreati- vitas merupakan kegiatan seharihari dan berlangsung seumur hidup yang berupa kemampuan untuk

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran sinektik merupakan suatu pembelajaran yang lebih mendorong siswa mengembangkan kreativitasnya, dan memahami hal-hal

IPS dapat meningkatkan pencapaian standar kompetensi dasar mahasiswa Jurusan PGSD FIP UNJ?; (3) Apakah dengan penerapan pola pembelajaran berdasarkan metode problem