TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan IPS
Disusun Oleh Sudarmi NIM. 1303338
DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung)
Oleh
Sudarmi
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Pendidikan IPS SPs-UPI
@ Sudarmi 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang,
tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Tesis ini Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing
Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. NIP. 19610323198603 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS di tingkat SMP. Pada Umumnya dalam kegiatan Pembelajaran IPS di kelas, peserta didik terlihat bosan, jenuh, pasif dan kurang komunikatif. Atas dasar itulah maka penelitian dilakukan dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Sinektik pada Pelajaran IPS. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Pencapaian Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan terhadap 93 orang peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 6 Bandung, yang terbagi ke dalam dua kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain non equivalent control group design. Data hasil penelitian diperoleh dari nilai pre-test, post-test dan observasi. Peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik diukur dengan penghitungan gain ternormalisasi (N-gain) antara perolehan skor rata-rata pre-test dan post-test. Hasil penghitungan rata-rata nilai gain ternormalisasi motivasi belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 2. Sedangkan perhitungan nilai rata-rata gain ternormalisasi pada hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa kelas eksperimen 2 lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen 1. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan formula thitung sampel bebas atau independent samples test karena data tersebut
tidak berasal dari kelas yang sama. Hasil analisis data menunjukkan bahwa uji hipotesis 1, hipotesis 2, hipotesis 3, hipotesis 4, thitung lebih besar atau sama
dengan ttabel (thitung ≥ ttabel), sedangkan hasil uji hipotesis 5 menunjukkan thitung di
dalam wilayah ttabel (˗ttabel ≤ thitung ≤ ttabel), dan hasil uji hipotesis 6 thitung di luar
wilayah ttabel (˗thitung≤ ˗ttabel atau thitung ≥ ttabel). Dengan demikian hipotesis 1, 2, 3,
4 dan 6 diterima sedangkan hipotesis 5 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelas yang menerapkan pembelajaran dengan Metode Pencapaian Konsep motivasi belajar peserta didiknya lebih tinggi dibanding di kelas yang menggunakan Metode Sinektik, sedangkan kelas dengan Metode Sinektik memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep. Sehubungan dengan temuan dan hasil observasi dalam penelitian ini, untuk menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep maupun Sinektik harus memperhatikan karakteristik peserta didik, kesiapan guru serta materi pelajaran.
outcomes of junior high school students in the subject of social studies. In general, during the teaching and learning of social studies, students demonstrate boredom, saturation, passivity, and a lack of communication. Therefore, the research was undertaken to implement Concept Attainment and Synectic Learning Methods in social studies subject. It aims to find whether the implementation of Concept Attainment and Synectic Learning Methods has influences on students’ motivation and learning outcomes. The research was conducted to 93 eighth grade students of SMP Negeri (State Junior High School) 6 Bandung, divided into two experimental classes and one control class. The research adopted quasi-experimental method with non-equivalent control group design. Data were obtained from the scores of pretest and posttest and observation. Students’ increased motivation and learning outcomes were measured by comparing the normalized gain (N-gain) of the pretest and posttest scores. The results show that the normalized gain value of students’ motivation in the first experimental class was greater than that of the second experimental class. Meanwhile, the average normalized gain of students’ learning outcomes in the second experimental class was greater than that of the first experimental class. The hypothesis was tested with independent samples t-test, as the data were derived from the same class. The findings show that the values of t (tvalue) for hypothesis 1, hypothesis 2, hypothesis
3, and hypothesis 4 were greater than or equal to the critical values/ttable (tvalue ≥
ttable), whereas the tvalue for hypothesis 5 was within the area of ttable(˗ttable≤ tvalue≤
ttable), and the tvalue for hypothesis 6 was outside the area of ttable (˗tvalue ≤ ˗ttable or
tvalue ≥ ttable). Hence, hypotheses 1, 2, 3, 4 and 6 were accepted, whereas hypothesis
5 was rejected. It can be inferred then that the implementation of Concept Attainment and Synectic Learning Methods has significant influence on students’ motivation and learning outcomes in the subject of social studies. The research results also demonstrate that the class implementing Concept Attainment Learning Method in its teaching and learning had higher motivation than the class employing Synectic Method. On the other hand, the class implementing Synectic Method had greater learning outcomes than the class implementing Concept Attainment Learning Method. Considering the results and findings of this research, it is recommended that the implementation of both Concept Attainment and Synectic learning take into acvalue students’ characteristics, teacher preparedness, and the learning materials.
,
Key Words: Concept Attainment, Synectic Learning Methods, Motivation
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGATAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Motivasi Belajar ... 9
2. Hasil Belajar ... 19
3. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep ... 22
B. Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 42
A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 43
B. Metode dan Desain Penelitian ... 43
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
D. Definisi Operasional Variabel ... 45
1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) ... 46
2. Metode Pembelajaran Sinektik ... 46
3. Motivasi Belajar ... 46
4. Hasil Belajar ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 49
1. Validitas Butir Soal ... 49
2. Reliabilitas Butir Soal ... 51
3. Tingkat Kesukaran ... 53
H. Teknik Pengumpulan Data ... 61
I. Teknik Analisis Data ... 62
1. Penskoran Nilai Pre tes dan Post Test ... 62
2. Menghitung Nilai Rata-rata (mean) ... 62
3. Perhitungan Nilai Gain Ternormalisasi ... 63
4. Uji Normalitas Data ... 63
5. Uji Homogenitas Data ... 64
6. Uji Hipotesis ... 64
7. Analisis Data Kualitatif ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Hasil Penelitian ... 78
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 78
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 69
3. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76
4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 81
B. Pembahasan ... 98
1. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS ... 98
2. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS ... 100
3. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Sinektik dengan peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional pada Mata Pelajaran IPS ... 102
4. Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Sinektik Terhadap Hasil Belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS ... 104
5. Perbedaan Motivasi Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Dengan Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik Pada Mata Pelajaran IPS ... 105
6. Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep Dengan Peserta Didik yang Menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik Pada Mata Pelajaran IPS ... 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110
B. Saran ... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
manusia untuk hidup sesuai dengan perubahan zaman dan mampu menangkal
dampak negatif akibat perubahan tersebut. Pendidikan adalah cara paling tepat
untuk menghadapi semua itu. Sebab pendidikan merupakan sebuah proses yang
dapat membantu dan menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan dirinya
sehingga mampu menghadapi tantangan, menyelesaikan persoalan kehidupan,
serta beradaptasi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan akan lahir
individu-individu yang berkualitas dan mampu bersaing di dunia global.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian dari kurikulum pendidikan
berperan dalam menyiapkan peserta didik untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya agar peka terhadap berbagai perubahan sosial akibat perkembangan
zaman, mampu dan terampil menyelesaikan permasalahan yang dihadapi baik itu
menimpa dirinya atau masyarakat di lingkungan sekitarnya. Dalam Kurikulum
2013 maupun Kurikulum 2006, disebutkan bahwa melalui Mata Pelajaran IPS
peserta didik diharapkan dapat menjadi warga Indonesia yang demokratis, dan
bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai.
Mata Pelajaran IPS diberikan pada jenjang pendidikan dasar yaitu SD dan
SMP. Pada jenjang SMP/MTS, Mata Pelajaran IPS memuat Materi Geografi,
Ekonomi, Sejarah dan Sosiologi. IPS menurut Supardan (2014:19) adalah:
“Program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu dan melatih anak didik, agar memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis suatu persoalan dari berbagai sudut pandang secara komprehensif”.
Sedangkan Somantri (2001:74) menjelaskan IPS sebagai berikut:
terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah”.
Begitu penting dan bermaknanya Pengajaran IPS bagi peserta didik,
maka seharusnya IPS menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dipelajari
dengan penuh semangat oleh para peserta didik di kelas. Namun kenyataannya
tidak demikian, IPS di mata peserta didik dan masyarakat masih menempati posisi
kedua bahkan ketiga setelah IPA dan bahasa asing. Peserta didik dan masyarakat
secara umum menganggap bahwa IPS tidak banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan dan tidak pula menjanjikan kemudahan untuk memasuki dunia kerja.
Kenyataan di atas sesuai dengan yang yang diungkapkan oleh Sumaatmadja
(2002:1), bahwa:
“Pada kenyataan hidup di masyarakat IPS baik sebagai kelompok bidang studi maupun sebagai mata pelajaran yang menempati kedudukan kelas 2 (dua) dibandingkan dengan posisi IPA. Yang tercermin dalam pandangan orang tua peserta didik dan sikap serta perhatian siswa terhadap IPS”.
Oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pembelajaran di kelas harus
membangkitkan minat peserta didik terhadap Mata Pelajaran IPS. Guru
memegang peranan utama dalam pembelajaran di sekolah. Guru bertugas untuk
merencanakan, melaksanakan, mengontrol, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru IPS dituntut untuk memiliki
kompetensi dan mampu mengembangkan materi pelajaran dengan kreatif melalui
pendekatan, strategi, Metode atau metode pembelajaran yang tepat.
Guru IPS di berbagai sekolah sampai saat ini masih mengalami
permasalahan klasik yaitu keterbatasan kemampuan untuk mengembangkan dan
menggunakan variasi metode dan Metode pembelajaran. Hasil pengamatan di
lapangan menunjukkan bahwa aktivitas guru di kelas masih bersifat konvensional
yaitu mengajar dengan ceramah, dan diskusi kelompok yang monoton. Proses
pembelajaran masih berpusat dan didominasi oleh guru (teacher centered). Guru
interaksi antara peserta didik dan guru kurang. Proses pembelajaran hanya
diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk mengingat, menghafal dan
mengulang kembali informasi yang telah disampaikan guru. Ini seperti yang
diungkapkan oleh Al Muhtar (1999:70) bahwa:
”Kelemahan IPS selama ini terletak pada proses belajar. Proses belajar masih lemah dan terperangkap pada proses menghafal yang hanya menyentuh kognitif tingkat rendah”.
Kondisi tersebut memunculkan dampak negatif berupa rendahnya motivasi
peserta didik untuk mengikuti Pelajaran IPS di kelas. Dalam kegiatan
pembelajaran motivasi merupakan daya pendorong bagi peserta didik untuk
belajar secara aktif agar mampu menguasai materi pelajaran dan memperoleh
hasil belajar yang lebih baik. Motivasi memiliki korelasi yang kuat terhadap
peningkatan hasil belajar, karena motivasi berfungsi untuk meningkatkan minat
dan mengubah perilaku belajar peserta didik.
Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
mengikuti Pelajaran IPS di kelas, maka guru harus mengubah strategi belajar
mengajar, yaitu dengan menerapkan Metode, pendekatan ataupun metode yang
dapat menarik perhatian peserta didik. Strategi yang dipilih ini haruslah dapat
mengembangkan kemampuan dasar peserta didik, sehingga proses pembelajaran
akan menjadi lebih menarik, menantang dan bermakna. Di antara berbagai
Metode pembelajaran yang telah diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli
yaitu Metode Pembelajaran Sinektik dan Metode Pencapaian konsep (Concept
Attainment). Kedua Metode pengajaran ini oleh Bruce Joyce (2009), digolongkan
ke dalam kelompok Metode pengolahan informasi.
Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment),
merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proses penyelidikan
terstruktur. Metode pembelajaran ini dapat digunakan untuk merancang dan
menyusun data sehingga menjadi konsep-konsep penting yang dapat dipelajari
Pencapaian konsep ini para peserta didik tidak hanya dituntut untuk mampu
membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga
harus dapat membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri. Tujuan
dari Metode Pencapaian konsep adalah untuk mengajarkan peserta didik konsep
dan keterampilan yang diperlukan dalam mencapai pemahaman sebuah konsep.
Metode Pembelajaran Pencapaian konsep menurut dugaan penulis sangat
tepat untuk diterapkan pada Mata Pelajaran IPS yang banyak memiliki konsep.
Sebab selama ini mengajarkan sebuah konsep dalam Pembelajaran IPS cukup
sulit. Apalagi jika tidak didukung kemampuan guru. Sehingga pemahaman peserta
didik terhadap sebuah konsep dalam IPS menjadi rendah. Penggunaan Metode
Pencapaian konsep dapat membantu guru untuk mengembangkan ketrampilan dan
pemahaman peserta didik tentang sebuah konsep dalam IPS.
Sedangkan Metode Pembelajaran Sinektik merupakan sebuah Metode
pembelajaran yang pada awalnya dikembangkan oleh Gordon. Gordon (dalam
Joyce (2009:252-253), menggagas Sinektik menjadi empat yaitu, pertama
kreativitas penting dalam aktivitas sehari-hari; kedua proses kreatif tidak
selamanya misterius; ketiga penemuan atau inovasi yang dianggap kreatif sama
rata di semua bidang, seni, sains, teknik dan ditandai dengan proses intelektual
yang sama; keempat bahwa penemuan individu maupun kelompok tidak berbeda.
Inti dari Metode Pembelajaran Sinektik adalah analogi. Tiga jenis analogi
yang digunakan sebagai dasar dalam Metode Pembelajaran Sinektik yaitu: analogi
langsung, analogi personal, dan konflik yang dipadatkan. Dengan menggunakan
Metode Sinektik peserta didik dapat menggunakan analogi-analogi dan membuat
perbandingan-perbandingan methaphoris. Perbandingan methaphoris dalam
pembelajaran Sinektik bertujuan untuk menyajikan perbedaan konsep antara
peserta didik dengan obyek yang dihadapi atau materi yang sedang dipelajari.
Dari analogi-analogi tersebut kemudian peserta didik dapat memecahkan masalah
dan menghasilkan gagasan-gagasan yang menarik karena didukung oleh
Metode Pembelajaran Sinektik ini sangat menarik karena dapat
mengembangkan kreativitas dan aktivitas peserta didik dalam kelompok. Peranan
peserta didik dalam Metode pembelajaran ini sangat dominan, terutama ketika ia
harus membuat analogi-analogi untuk memecahkan sebuah masalah. Peranan guru
hanya mengarahkan dan membimbing peserta didik agar mereka mampu
membuat analogi dan menyajikan konsep dalam upaya memecahkan masalah.
Dari paparan di atas maka penulis beranggapan bahwa Metode
Pembelajaran Sinektik sangat tepat diterapkan pada Pembelajaran IPS di SMP.
Karena selain menyajikan banyak konsep, IPS juga bertujuan untuk menyiapkan
peserta didik agar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi
baik bersifat individu maupun yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan metode
Sinektik ini peserta didik akan terlatih untuk memecahkan masalah dengan
terlebih dahulu membuat analogi dan menghubungkan berbagai konsep.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang perubahan motivasi dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan
Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dan Metode
Pembelajaran Sinektik. Penelitian ini juga berusaha membandingkan manakah
dari kedua metode pembelajaran tersebut yang paling efektif dalam meningkatkan
motivasi dan hasil belajar peserta didik. Penelitian ini diberi judul ”PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP
(CONCEPT ANTTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN
SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDK” (Kuasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Bandung).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Motivasi peserta didik untuk mengikuti Pelajaran IPS rendah, sehingga
2. Keikutsertaan peserta didik dalam proses Pembelajaran IPS rendah, hal
ini terlihat pada saat berlangsungnya pembelajaran peserta didik hanya
mendengarkan, dan jika diberi kesempatan mengemukakan pendapat
minatnya pun rendah;
3. Peserta didik terlihat bosan dengan penjelasan yang diberikan guru, ini
terjadi karena peserta didik kurang memahami dengan materi yang
disampaikan, selain itu penggunaan metode yang konvensional berupa
ceramah dan diskusi kelompok membuat peserta didik kurang berminat
untuk mengikuti pelajaran;
4. Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk menyampaikan ide dan
pendapatnya, pelajaran lebih banyak terpusat pada guru (Teacher
Centered);
5. Peserta didik memerlukan metode baru dalam pembelajaran yang dapat
merangsang keaktifan serta meningkatkan motivasi mereka dalam
pembelajaran sehingga diharapkan hasil belajarnya pun meningkat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil identifikasi masalah di atas
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah, ”bagaimanakah pengaruh
penerapan metode Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Sinektik terhadap
motivasi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS?”.
Untuk memudahkan penelitian ini maka rumusan masalah tersebut
dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik
dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep pada Mata
Pelajaran IPS?
2. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dengan
menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep pada Mata Pelajaran
3. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik
dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS?
4. Adakah pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik dengan
menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan motivasi belajar peserta didik
antara kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep
dengan kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata
Pelajaran IPS?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta
didik antara kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep
dengan kelas yang menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata
Pelajaran IPS?
D. Tujuan Penelitian
Pada setiap penelitian ilmiah maupun non ilmiah baik formal ataupun non
formal pasti terkandung suatu tujuan tertentu, demikian pula dalam penelitian ini
diharapkan dapat:
1. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep
terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;
2. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep
terhadap hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;
3. Mengetahui penerapan metode sinektik terhadap motivasi belajar peserta
didik pada Mata Pelajaran IPS;
4. Mengetahui pengaruh penerapan Metode Pembelajaran Sinektik terhadap
hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS;
5. Mengetahui perbedaan motivasi belajar peserta didik antara kelas yang
menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep dengan kelas yang
6. Mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik antara kelas yang
menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep dengan kelas yang
menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata Pelajaran IPS.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pembelajaran
IPS di SMP terutama untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta
didik melalui penggunaan Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept
Attainment) dan Metode Pembelajaran Sinektik.
Selengkapnya manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini merupakan upaya pembuktian penggunaan
Metode Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode
Pembelajaran Sinektik dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta
didik. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber referensi
dalam mengembangkan Metode Pembelajaran IPS.
Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan,
pengalaman dan ketrampilan guru-guru IPS dalam menggunakan Metode
Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode
Pembelajaran Sinektik;
2. Bagi peserta didik, untuk menumbuhkan motivasi, aktivitas dan kreativitas
dalam mengikuti Pembelajaran IPS di sekolah;
3. Bagi kepala sekolah sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan
kualifikasi mutu guru dalam mengelola pembelajaran;
4. Bagi sekolah, untuk meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik pada
5. Bagi guru lain, sebagai bahan rujukan dalam mengembangkan Metode
Pembelajaran Pencapaian konsep (Concept Attainment) dan Metode
Pembelajaran Sinektik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Pelaksanaan penelitian yaitu di SMP Negeri 6 Kota Bandung, yang
beralamat di Jalan H. Yakub Nomor 36 Bandung. Alasan pemilihan SMP
Negeri 6 Bandung sebagai lokasi penelitian adalah karena sekolah ini memiliki
karakteristik peserta didik yang bervariasi baik secara akademik, maupun non
akademik. Sehingga diharapkan penelitian yang akan dilakukan memiliki
tingkat validitas yang tinggi, dengan demikian tujuan penelitian yang
diharapkan dapat tercapai dan membawa manfaat bagi pengembangan
Pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Subyek penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas VIII SMP
Negeri 6 Kota Bandung pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015
sebanyak 315 orang peserta didik yang terbagi dalam 9 ruang kelas.
B. Metode dan Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai
maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode kuasi
eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk desain kuasi yang digunakan adalah
non equivalent control group design, di mana baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Kelompok eksperimen pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu,
kelas eksperimen satu (1), kelas eksperimen dua (2), serta satu kelas kontrol.
Kelas eksperimen satu merupakan kelas yang diberikan perlakuan dengan
menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan kelas eksperimen
dua diberikan perlakuan dengan Metode Pembelajaran Sinektik, sedangkan
kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan Metode Konvensional. Kelas
kontrol ini berfungsi sebagai pembanding sejauh mana terjadinya perubahan
masing-masing diberikan pre test pada tahap awal observasi dan post test, setelah
masing-masing kelas diberi perlakuan. Hasil pre test dan post test ini
digunakan untuk melakukan uji t, yaitu hasil pengujian yang akan menjawab
hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.
Untuk lebih jelasnya tentang desain eksperimen pada penelitian ini
terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Desain Eksperimen Penelitian
Kelompok Kelas Pre test Perlakuan Post test
Eksperimen 1 X1 P1 X2
Eksperimen 2 X1 P2 X2
Kontrol X1 P3 X2
Keterangan : X1 : Pre test X2 :Post test
P1 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep P2 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik
P3 : Pembelajaran menggunakan Metode Pembelajaran Konvensional
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol akan mendapatkan tes awal atau pre test, selanjutnya
Kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen 1 akan mendapatkan perlakuan dengan
Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep, Kelas VIII-5 sebagai kelas
eksperimen 2 mendapatkan perlakuan dengan Metode sinektik dan VIII-1
sebagai kelas kontrol mendapatkan perlakuan dengan Metode Pembelajaran
Konvensional yaitu ceramah. Setelah mendapatkan perlakuan ketiga kelas
tersebut kemudian diberikan post test untuk menjawab hipotesis.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas VIII
SMP Negeri 6 Bandung. Adapun yang digunakan sebagai sampel penelitian
kelas tersebut dua kelas merupakan kelas eksperimen dan satu kelas sebagai
kelas kontrol. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling, atau
sampel yang dipilih sesuai kebutuhan penelitian untuk penerapan Metode
Pembelajaran Sinektik dan Pencapaian Konsep. Kelas-kelas yang dijadikan
sebagai sampel penelitian terdapat pada pada tabel berikut ini.
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No. Kelas Jumlah Peserta
didik Perlakuan
1. VIII-1 33 orang Metode Konvensional
2. VIII-4 35 orang Metode Pencapaian Konsep
3. VIII-5 35 orang Metode Sinektik
Pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa yang menjadi kelas kontrol adalah
VIII-1, sedangkan kelas eksperimen 1 adalah VIII-4 dan VIII-5. Kelas kontrol
akan diberikan perlakuan dengan Metode Pembelajaran Konvensional yaitu
ceramah, VIII-4 sebagai kelas eksperimen 1 mendapat perlakuan Metode
Pembelajaran Pencapaian Konsep, dan VIII-5 sebagai kelas eksperimen 2
mendapat perlakuan menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik.
Pertimbangan pemilihan kelas yang dijadikan sampel penelitian adalah
karakteristik akademik dan non akademik ketiga yang tidak jauh berbeda.
Selain itu dasar penentuan kelas ini juga di latar belakangi oleh kenyataan
bahwa sebagian besar Kelas VIII di SMP Negeri 6 Bandung juga dijadikan
lokasi penelitian dan PPL oleh Mahasiswa didik UPI lainnya. Sehingga kelas
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kelas yang tidak digunakan
untuk kegiatan PPL dan penelitian mahasiswa didik lain.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Pembelajaran
Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dan Metode Pembelajaran Sinektik,
sedang yang menjadi variabel terikatnya adalah motivasi dan hasil belajar
IPS.
Untuk menghindari kesalahpahaman dan mempermudah melakukan
analisis penelitian, maka definisi operasional variabel penelitian diuraikan
sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep (Concept Attainment) dalam
penelitian ini adalah suatu Metode pembelajaran untuk mengetahui sebuah
konsep dengan membedakan contoh dan bukan contoh, kemudian
menghasilkan contoh baru dari sebuah konsep serta mengartikulasikan
atribut konsep dan akhirnya peserta didik mampu mendefinisikan konsep
tersebut.
2. Metode Pembelajaran Sinektik
Metode Pembelajaran Sinektik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yang dikembangkan oleh William J. Gordon. Metode ini dipilih karena
mampu mengembangkan kreativitas peserta didik dalam memecahkan
masalah. Selain itu Metode ini juga dapat meningkatkan motivasi peserta
didik untuk belajar dan memahami konsep. Sebab Metode ini
menggunakan analogi-analogi dan metafora. Analogi merupakan
perbandingan yang sistematis antara dua benda atau hal yang berlainan
tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari dua hal tadi
sekedar sebagai ilustrasi. Analogi menunjukkan kesamaan-kesamaan
antara dua barang atau hal yang berlainan kelasnya. Analogi biasanya
digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak ada atau kurang
umum. Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk
menciptakan suatu kesan mental yang hidup.
3. Motivasi Belajar
Motivasi yang dimaksud adalah dorongan yang timbul dalam diri peserta
didik mengikuti pelajaran. Motivasi di sini juga minat serta keikutsertaan
peserta didik dalam Pelajaran IPS.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai/skor yang diperoleh peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode
Pencapaian Konsep dan Metode Sinektik. Skor atau nilai ini didapat dari
hasil tes yang dilakukan guru setelah pembelajaran selesai dilakukan
sesuai dengan yang direncanakan. Hasil belajar ini sebagai bentuk
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran yang telah
disampaikan melalui pembelajaran dengan Metode Pencapaian Konsep
dan Metode Sinektik.
Operasionalisasi variabel dan indikatornya penulis sajikan pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.3
Definisi Operasional Variabel dan Indikator Penelitian
No. Variabel Konsep Indikator Variabel
1. Metode Pembelajaran Konsep Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep
(Concept Attainment) dalam penelitian ini adalah suatu Metode pembelajaran untuk mengetahui sebuah konsep dengan membedakan contoh dan bukan contoh
Mampu membedakan contoh dan bukan contoh
Mampu mendefinisikan sebuah konsep
2.
Metode Pembelajaran Sinektik
Metode pembelajaran yang dikembangkan oleh
William J. Gordon, yaitu Metode pembelajaran yang
No. Variabel Konsep Indikator Variabel menggunakan
analogi-analogi dan metafora
3.
Motivasi Belajar Peserta didik
Dorongan yang timbul dalam diri peserta didik mengikuti pelajaran
Adanya semangat untuk mengikuti pelajaran
Adanya semangat untuk mengerjakan tugas
Adanya keinginan untuk berprestasi
4. Hasil Belajar Peserta didik
Skor yang diperoleh setelah
mengikuti pelajaran Nilai test
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.
instrumen tes terdiri dari pre test dan post test. Instrumen test digunakan
untuk mengukur hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah mendapat
perlakuan dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik.
Sedangkan non tes terdiri dari angket dan lembar observasi.
Adapun instrumen pendukung penelitian yang digunakan adalah:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang akan digunakan sebanyak tiga buah yang akan dibagi untuk
masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Soal pre test dan post test dalam bentuk pilihan ganda, sebanyak 25 soal
dengan empat opsi yaitu A, B, C dan D
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati motivasi dan kegiatan
peserta didik selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan
Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep, dan Sinektik pada kelas
4. Pedoman Wawancara
Merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta
didik terhadap Metode pembelajaran yang digunakan.
5. Angket
Selain menggunakan pedoman wawancara respon peserta didik juga diukur
menggunakan angket. Angket ini berisi skala sikap yang memuat empat
kategori pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Peserta didik diminta persetujuannya
tentang Metode pembelajaran yang digunakan dengan cara memberi tanda
ceklist (√) pada kolom persetujuan masing-masing pernyataan.
Kisi-kisi Angket Motivasi Peserta didik ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran IPS
No. Variabel Indikator Sub Indikator
No. Soal Pernyataan Positif No. Soal Pernyataan Negatif
1. Motivasi Belajar
Perhatian (Attention)
Adanya dorongan dan kebutuhan peserta didik untuk belajar
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
5, 6, 12, 13, 15, 19, 24,
26
2, 3, 14, 18
2. Motivasi Belajar
Kesesuaian (Relevance)
Peserta didik merasa bahwa pelajaran tersebut penting bagi masa depan dan kehidupannya
1, 4, 7, 9, 20 22, 23
3. Motivasi Belajar
Percaya Diri (Convidence)
Adanya harapan positif dari peserta didik untuk mencapai keberhasilan
10, 11, 17, 25, 27,
28, 29
4. Motivasi Belajar
Kepuasan (Satisfaction)
Peserta didik
belajarnya
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen tes baik pre test maupun post test meliputi:
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran butir soal. Adapun
langkah-langkah pengujian instrumen test yang akan digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Validitas Butir Soal
Validitas instrumen adalah ukuran yang menunjukkan kesahihan
instrumen. Menurut Sugiyono (2014:173), ”Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Itu artinya
instrumen tersebut mampu mengukur data variabel dengan tepat. Validitas
butir soal dihitung menggunakan korelasi products momen. Rumus yang
digunakan untuk menghitung validitas butir soal menurut (Arikunto, 2012:87)
adalah sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ √ ∑ ∑
Keterangan:
: korelasi antara variabel X dan variabel Y X : skor item X
Y : skor item Y
n : jumlah peserta didik
Hasil pengujian dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya
akan diinterpretasikan dengan menggunakan korelasi nilai r, sebagai berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Koefisien Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,600 < ≤ 0,800 Tinggi
0,400 < ≤ 0,600 Cukup
0,200 < ≤ 0,400 Rendah
≤ 0,200 Sangat Rendah
Sumber: (Arikunto: 2012:89)
Uji validitas tiap butir soal dilakukan dengan membandingkan antara
dengan . Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk =
94 diperoleh nilai sebesar 0,2028, sehingga butir soal dinyatakan valid jika , atau 0,2028, dan tidak valid jika
atau 0,2028. Berikut adalah tabel hasil penghitungan validitas
tiap butir soal.
Tabel 3.6
Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal
No. Koefisien ( ) Kategori Kriteria
1. 0,3022 Rendah Valid
2. 0,3403 Rendah Valid
3. 0,3387 Rendah Valid
4. 0,1694 Sangat Rendah Tidak Valid
5. 0,3797 Rendah Valid
6. 0,2378 Rendah Valid
7. 0,2283 Rendah Valid
8. 0,2662 Rendah Valid
9. 0,3135 Rendah Valid
10. 0,1651 Sangat Rendah Tidak valid
11. 0,3570 Rendah Valid
12. 0,2769 Rendah Valid
13. 0,3305 Rendah Valid
14. 0,2939 Rendah Valid
15. 0,2952 Rendah Valid
16. 0,3745 Rendah Valid
17. 0,5693 Cukup Valid
18. 0,5449 Cukup Valid
19. 0,2006 Rendah Valid
21. 0,1696 Sangat rendah Tidak Valid
22. 0,3740 Rendah Valid
23. 0,1270 Sangat rendah Tidak Valid
24. 0,2363 Rendah Valid
25. 0,3024 Rendah Valid
Hasil penghitungan validitas butir soal seperti terlihat pada tabel di
atas, dapat dikatakan bahwa dari 25 butir soal yang diujikan terdapat empat
butir soal yang dinyatakan tidak valid karena memiliki koefisien ( ) < 2,00
atau kategori sangat rendah, yaitu nomor 4, 10, 21 dan 23. Dua butir soal
memiliki kriteria validitas yang cukup yaitu soal nomor 17 dan 18, dan sisanya
sebanyak sembilan belas soal memiliki koefisien ( ) 0,200 < ≤ 0,400,
dengan kategori validitas rendah.
2. Reliabilitas Butir Soal
Suatu butir soal dikatakan reliabel jika memiliki tingkat keajekan yang
tinggi. Menurut Sugiyono (2014:185), pengujian reliabilitas instrumen dapat
menggunakan Metode Internal Consistency, dengan teknik belah dua (split
half) dari Spearman Brown. Berikut rumus yang digunakannya:
Keterangan:
: Reliabilitas internal seluruh instrumen
: Korelasi Products Momen antara belahan pertama dan kedua
Hasil penghitungan dengan menggunakan formula tersebut kemudian
di konversikan dengan koefisien reliabilitas, seperti yang terdapat pada tabel
berikut.
Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Sedang
0,20 < ≤ 0,40 Rendah
- 1 < ≤ 0,20 Sangat Rendah
Sumber (Arikunto: 2012:89)
Kriteria pengujian reliabilitas butir soal didasarkan pada perbandingan
r hitung dengan r tabel. Jika , maka soal tersebut reliabel,
namun sebaliknya jika , maka soal tidak reliabel. Hasil
perhitungan reliabilitas butir soal disajikan pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Butir Soal
Kriteria Kategori
0,6295 0,2028 Reliabel Tinggi
Dengan menggunakan α = 5% dan derajat kebebasan dk = 94 diperoleh
nilai sebesar 0,2028. Dari hasil perhitungan menggunakan formula di atas yang tersaji dalam Tabel 3.8 diperoleh sebesar 0,6295. Itu artinya
, yaitu 0,6295 ≥ 0,2028. Ini menunjukkan bahwa bahwa butir
soal pada instrumen penelitian memiliki reliabilitas tinggi. Dengan demikian
semua butir soal pada instrumen penelitian ini reliabel.
3. Tingkat Kesukaran
Penghitungan tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kriteria
soal apakah mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran harus dilihat dari
sudut pandang peserta didik bukan guru. Tingkat kesukaran dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik menjawab soal tes. Indeks tingkat
kesukaran yaitu antara 0 sampai dengan 1, di mana 0 menunjukkan soal itu
Difficult Indeks =
Keterangan :
WL = Kelompok rendah yang membuat kesalahan menjawab item dengan
salah. Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di test (27% dari N)
WH = Kelompok tinggi yang membuat kesalahan menjawab item dengan salah.
Keseluruhan kelompok rendah = 27% dari seluruh yang di test (27% dari N)
100 = Bilangan tetap
N = Jumlah individu yang di test
0 = Banyak pilihan pada tiap item (opsi)
Untuk menentukan persentase tingkat kesukaran item menurut
Sumaatmadja (1980:134), digunakan ketentuan sebagai berikut.
Tabel 3.9
Persentase Tingkat Kesukaran
Item Keterangan
mudah Jika 16% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut
sedang Jika 50% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut
sukar Jika 84% yang di test tidak dapat menjawab item tersebut
Sumber: Sumaatmadja (1980:134)
Indeks kesukaran dapat juga menggunakan kriteria J. C. Stanley seperti
pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Nilai Pada Tiga Tingkat Kesukaran
Persentase yang di test yang menjawab item dengan salah
Jumlah pilihan (opsi) tiap item
16
50
84
0,160n
0,500n
0,840n
0,213n
0,667n
1,120n
0,240n
0,750n
1,26n
0,25n
0,800n
1,344n
Sumber: Sumaatmadja (1980:135)
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus dan kriteria di
atas, maka soal instrumen penelitian berbentuk pilihan ganda dengan empat
opsi, yang diujikan pada 96 orang peserta didik maka didapat kesimpulan
bahwa item soal dikatakan mudah jika memiliki indeks kesukaran ≤ 6,24. Item
soal termasuk kategori sedang jika memiliki indeks kesukaran 6,25 ≤ 19,00
dan item soal dikategorikan sukar jika memiliki indeks kesukaran ≥ 32,76.
Tabel 3.11 berikut menyajikan tingkat kesukaran butir soal dengan
[image:30.595.120.511.114.208.2] [image:30.595.114.515.437.715.2]menggunakan rumus di atas.
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Butir Soal
No.
Item
Indeks Kesukaran
Kriteria
1. 16 9 25 64,103 Sukar
2. 19 9 28 71,795 Sukar
3. 19 7 26 66,667 Sukar
4. 14 13 27 69,231 Sukar
5. 7 0 7 17,949 Sedang
6. 14 7 21 53,846 Sukar
7. 15 11 26 66,667 Sukar
8. 17 11 26 66,667 Sukar
9. 24 16 40 102,564 Sukar
10. 10 7 17 43,589 Sukar
11. 16 6 22 56,410 Sukar
12. 23 19 41 105,128 Sukar
14. 19 9 28 71,795 Sukar
15. 14 5 19 48,718 Sukar
16. 23 11 34 87,179 Sukar
17. 23 5 28 71,794 Sukar
18. 22 2 24 61,538 Sukar
19. 22 17 39 100 Sukar
20. 25 14 39 100 Sukar
21. 24 22 46 117,949 Sukar
22. 20 7 27 69,231 Sukar
23. 20 15 35 89,744 Sukar
24. 11 3 14 35,897 Sukar
25. 23 19 42 107,692 Sukar
Berdasarkan tabel di atas maka dari dua puluh butir soal yang diujikan
dua puluh empat soal termasuk ke dalam kategori sukar karena memiliki
indeks kesukaran ≥ 32,76, dan hanya satu soal yang memiliki tingkat
kesukaran sedang yaitu butir soal nomor 5, dengan indeks kesukaran 17,949.
Jika butir soal terlalu sulit atau terlalu mudah maka butir soal tersebut
harus di ganti atau diperbaiki. Menurut Sumaatmadja (1980:140), kriteria
memperbaiki atau mengganti item-item soal adalah sebagai berikut:
Item-item diganti:
a. Jika daya bedanya (WL– WH) tidak signifikan dan indeks kesukarannya
lebih besar dari 100
b. jika daya bedanya tidak signifikan dan indeks kesukarannya sama dengan
nol (tidak memiliki indeks kesukaran)
Item-item diperbaiki:
a. Jika daya bedanya signifikan tetapi indeks kesukarannya lebih dari100
b. Jika daya bedanya tidak signifikan, tetapi indeks kesukarannya kurang dari 100
Untuk menentukan apakah butir soal pada instrumen penelitian ini
Tabel 3.12
Hasil Uji Butir Soal Berdasarkan Daya beda dan Tingkat Kesukaran
Nomor
Item
Indeks Kesukaran
1. 16 9 7 25 64,103
2. 19 9 10 28 71,795
3. 19 7 12 26 66,667
4. 14 13 1 27 69,231
5. 7 0 7 7 17,949
6. 14 7 7 21 53,846
7. 15 11 4 26 66,667
8. 17 11 6 26 66,667
9. 24 16 8 40 102,564
10. 10 7 3 17 43,589
11. 16 6 10 22 56,410
12. 23 19 4 41 105,128
13. 18 8 10 26 66,667
14. 19 9 10 28 71,795
15. 14 5 9 19 48,718
16. 23 11 12 34 87,179
17. 23 5 18 28 71,794
18. 22 2 20 24 61,538
19. 22 17 5 39 100
20. 25 14 11 39 100
21. 24 22 2 46 117,949
22. 20 7 13 27 69,231
23. 20 15 5 35 89,744
24. 11 3 8 14 35,897
25. 23 19 4 42 107,692
Berdasarkan tabel di atas maka item yang harus diganti atau diperbaiki
adalah:
a. Item yang harus diganti
Item soal Nomor 9, 19, dan 20, harus diganti karena memiliki indeks
kesukarannya lebih dari atau sama dengan seratus, meskipun butir soal pada
nomor tersebut memiliki daya beda yang signifikan. Untuk soal nomor 12,
21 dan 25 harus diganti karena indeks kesukarannya lebih dari seratus dan
Item soal yang harus diperbaiki adalah Nomor 4, 7, dan 10, karena
meskipun tingkat kesukarannya kurang dari seratus tetapi daya bedanya
tidak signifikan.
4. Daya Beda
Penghitungan daya beda bermanfaat untuk mengetahui kemampuan
peserta didik, yaitu peserta didik yang telah menguasai materi dengan peserta
didik yang belum menguasai materi. Angka yang menyatakan daya beda
disebut diskriminasi (D). Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00.
Perhitungan daya beda dilakukan dengan menghitung indeks
diskriminasi sebagai berikut:
D =
Keterangan:
D : Indeks diskriminasi (daya beda)
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
PA : Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Hasil perhitungan dengan menggunakan formula di atas kemudian
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya beda pada Tabel 3.13
[image:33.595.182.443.585.723.2]berikut ini.
Tabel 3.13 Klasifikasi Daya Beda
No. Rentang Nilai D Kalsifikasi
1. 0,00 - 0,19 Jelek
2. 0,20 - 0,39 Cukup
3. 0,40 - 0,69 Baik
4. 0,70 – 1,00 Baik sekali
Sumber: Arikunto, (2012:227)
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat diperoleh
daya beda butir soal instrumen penelitian seperti berikut.
Tabel 3.14
Hasil Perhitungan Daya Beda Butir Soal
No. Soal Skor Atas Total Skor Bawah Total Daya Beda Kategori
1 17 10 0,28 Cukup
2 17 7 0,39 Cukup
3 19 7 0,46 Baik
4 13 12 0,04 Jelek
5 26 19 0,27 Cukup
6 19 12 0,27 Cukup
7 15 11 0,16 Jelek
8 15 9 0,23 Cukup
9 10 2 0,30 Cukup
10 19 16 0,11 Jelek
11 20 10 0,39 Cukup
12 7 3 0,15 Jelek
13 18 8 0,38 Cukup
14 17 7 0,39 Cukup
15 21 12 0,35 Cukup
16 15 3 0,46 Baik
17 21 3 0,69 Baik
18 24 4 0,77 Baik sekali
19 9 4 0,20 Jelek
20 12 1 0,42 Cukup
21 4 2 0,07 Jelek
22 19 6 0,5 Baik
23 11 6 0,19 Jelek
24 23 15 0,30 Cukup
25 17 3 0,54 Baik
Berdasarkan tabel di atas dari 25 item butir soal maka sebagian besar
soal memiliki kategori cukup yaitu sebanyak 12 butir soal, selain itu terdapat
satu soal berkategori baik sekali yakni Nomor 18 dan sisanya sebanyak 7 butir
soal berkategori jelek.
G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga
tahapan yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir. Langkah-langkah
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan, meliputi:
a. Identifikasi masalah;
b. Perumusan masalah;
c. Menentukan subyek dan lokasi penelitian;
d. Studi literatur;
e. Penyusunan instrumen penelitian;
f. Pengujian instrumen penelitian;
g. Perbaikan instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Melaksanakan pre test;
b. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan
Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik, serta Metode
Konvensional pada kelas kontrol;
c. Melaksanakan post test;
d. Pengumpulan data lain, wawancara, lembar observasi.
3. Tahap akhir
a. Pengolahan data hasil penelitian;
b. Melakukan pembahasan hasil penelitian;
c. Penyusunan laporan hasil penelitian;
d. Membuat kesimpulan hasil penelitian;
Langkah-langkah penelitian di atas jika digambarkan ke dalam bentuk
[image:36.595.123.488.181.698.2]bagan alur berikut ini.
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
Perumusan
Lokasi dan Objek
Studi Literatur
Penyusunan Instrumen Penyusunan Rencana Pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Konsep, Sinektika dan Uji Coba Instrumen Penelitian
Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Perbaikan Instrumen
Pre Test
Pelaksanaan PBM
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen
Pembelajaran dengan Metode Pencapaian
Konsep Pembelajaran dengan
Metode Konvensional
Pembelajaran dengan Metode Sinektik Identifikasi
Post Test
Observasi Analisis Data
H. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
cara:
1. Pre test
Pre test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum di
berikan perlakuan. Pre test diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda.
2. Post test
Post test dilakukan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah
diberi perlakuan. Post test diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda.
3. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan
mengambil data langsung di lapangan. Observasi dilakukan dengan ikut
serta melihat kegiatan pembelajaran IPS dengan menggunakan Metode
Pencapaian Konsep, sinektik dan Metode ceramah pada kelas kontrol.
Proses observasi dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi
yang telah dibuat sebelumnya. Observasi juga dilakukan dengan
memberikan angket yang harus diisi oleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
4. Wawancara
Selain itu data juga diperoleh dengan wawancara. Wawancara dilakukan
secara langsung kepada peserta didik untuk mengetahui tanggapan mereka
tentang pemakaian Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dan sinektik
serta Metode Konvensional seperti halnya ceramah dan diskusi kelompok.
Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada lembar wawancara yang
5. Studi Literatur
Studi literatur dan dokumentasi, digunakan untuk mendapatkan
kelengkapan data berupa teori dan konsep yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Teori ini akan digunakan sebagai pedoman
untuk memperkuat informasi dan sebagai landasan pemikiran dalam
penulisan penelitian ini.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu metode
deskriptif dan statistik. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan
data hasil penelitian, sedangkan metode statistik digunakan untuk keperluan
pengolahan data kuantitatif seperti hasil tes dan kepentingan uji hipotesis.
Hasil pengolahan data secara statistik ini digunakan untuk penarikan
kesimpulan.
Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel, grafik kemudian
dideskripsikan agar pembahasannya menjadi jelas. Selain itu berdasarkan
hasil temuan penelitian yang diperoleh di lapangan kemudian diajukan
kesimpulan, rekomendasi dan implikasi yang dapat diterapkan untuk proses
pembelajaran selanjutnya.
Tahapan analisis dan pengolahan data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penskoran Nilai Pre tes dan Post Test
Skor hasil pre tes dan post tes diperoleh dengan menghitung jumlah
jawaban yang benar. Jawaban yang benar diberi skor satu, sedangkan yang
salah diberi skor 0. Skor nilai pre test dan post test dihitung dengan
menggunakan rumus:
Nilai peserta didik =
Nilai rata-rata (mean)=
3. Perhitungan Nilai Gain Ternormalisasi
Perhitungan ini digunakan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil
belajar peserta didik sebelum dan sesudah mendapat perlakuan baik pada
kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Datanya didapat dari
perolehan skor pre test dan post test. Adapun rumus yang digunakannya
adalah sebagai berikut:
g = –
Keterangan :
g : nilai gain ternormalisasi Skor post : rata-rata skor post test Skor pre : rata-rata skor pre test
Skor maks : skor maksimal seluruh butir soal
Nilai Gain ternormalisasi kemudian diinterpretasikan sesuai
[image:39.595.160.459.493.564.2]dengan Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15
Interpretasi Gain yang Ternormalisasi
N-gain Kriteria
g < 0,30 Rendah
0,3 < g <0,7 Sedang
g > 0,7 Tinggi
4. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data populasi
berdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi secara normal
menjadi syarat untuk dapat melakukan pengujian hipotesa secara statistik
parametrik. Data yang terdistribusi secara normal dianggap dapat mewakili
sebaran populasi. Uji normalitas dapat dihitung menggunakan rumus Chi
∑ { }
Keterangan: X2 = Chi Square
f0 = frekuensi pengamatan
fe = frekuensi harapan
Data terdistribusi normal jika nilai chi square adalah
,dan data tidak terdistribusi secara normal jika nilai
. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap nilai pre
test dan post test baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol.
5. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas varian sampel,
yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas bertujuan untuk
mengetahui apakah varian data pada sampel memiliki kesamaan atau tidak.
Langkah awal uji homogenitas dilakukan dengan mencari standar deviasi
dengan menggunakan rumus:
√ ∑ ∑
√
∑ ∑
Dari hasil perhitungan standar deviasi di atas kemudian di cari F hitung
dengan menggunakan rumus:
Data dikatakan homogen jika < , sedangkan jika >
, berarti data tersebut tidak homogen. Apabila dari uji normalitas dan
homogenitas menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal dan
homogen maka uji hipotesis dapat dilanjutkan.
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui sejauh mana hipotesis yang
telah dirumuskan didukung oleh data yang diperoleh. Uji hipotesis juga
merupakan prosedur yang harus ditempuh peneliti untuk menerima atau
menolak hipotesis yang telah diajukan. Sebelum dilakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut
merupakan hipotesis yang akan diuji:
1). H1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian
Konsep pada Mata Pelajaran IPS.
H01 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian
Konsep pada Mata Pelajaran IPS.
2). H2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian
Konsep pada Mata Pelajaran IPS.
H02 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta
didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Pencapaian
Konsep pada Mata Pelajaran IPS.
3). H3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
H03 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
4). H4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
peserta didik dengan menerapkan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
H04 : Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar peserta
5). H5 : Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik yang
menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan
peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
H05 : Terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik yang
menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan
peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
6). H6 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang
menggunakan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan
peserta didik yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik
pada Mata Pelajaran IPS.
H06 : Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan
Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan peserta didik
yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik pada Mata
Pelajaran IPS.
Hipotesis tersebut di atas diuji dengan menggunakan formula:
√
Di mana :
S = √
X1 = skor rata-rata kelompok eksperimen 1 X2 = skor rata-rata kelompok eksperimen 2 X3 = skor rata-rata kelompok kontrol
Hasil kesimpulannya sebagai berikut, jika ˗ttabel ≤ thitung ≤ ttabel,
maka H1 diterima dan H0i ditolak, namun jika ˗thitung ≤ ˗ttabel atau thitung ≥
ttabel, maka H0 ditolak dan H0i diterima.
7. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh dari angket kemudian dikonversikan dalam
bentuk kuantitatif dengan menggunakan Skala Linkert. Sedangkan untuk
data hasil wawancara dan data yang berasal dari lembar observasi
dianalisis serta dijelaskan dalam bentuk tabel dan kalimat. Berikut adalah
tabel pedoman konversi data kualitatif menjadi data kuantitatif.
[image:43.595.106.516.367.579.2]Tabel 3.16
Tabel Pedoman Penskoran Data Kualitatif Skala Linkert
Sifat Pernyataan Pilihan Jawaban Skor
Positif
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Ragu-Ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Negatif
Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 2
Ragu-Ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di Bab IV maka secara
umum dapat disimpulkan bahwa penerapan Metode Pembelajaran Pencapaian
Konsep dan Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi dan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Secara
khusus berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.
Motivasi belajar peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan Metode Pencapaian Konsep lebih tinggi dibandingkan dengan
peserta didik yang belajarnya menggunakan Metode Konvensional. Meskipun
demikian berdasarkan hasil perhitungan uji gain terjadi peningkatan motivasi
belajar peserta didik di kelas yang menerapkan Metode Konvensional
meskipun termasuk dalam kategori rendah. Karena motivasi belajar di kelas
dengan Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep lebih tinggi daripada kelas
yang menggunakan Metode Konvensional maka Metode Pembelajaran
Pencapaian Konsep lebih tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.
2. Metode Pembelajaran Pencapaian Konsep memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Hasil
belajar peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan Metode Pencapaian
Konsep lebih tinggi dibandingkan peserta didik yang menggunakan Metode
Pembelajaran Konvensional. Perbedaan hasil belajar ke dua kelas tersebut
cukup signifikan. Namun demikian dari hasil analisa uji gain kelas baik kelas
yang menggunakan Metode Pencapaian Konsep maupun Konvensional
mengalami peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar yang signifikan
demikian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran
IPS dapat digunakan Metode Pencapaian Konsep.
3. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Motivasi
belajar peserta didik di kelas yang menggunakan Metode Pembelajaran
Sinektik lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan Metode
Pembelajaran Konvensional. Meskipun termasuk ke dalam kategori rendah
telah terjadi peningkatan motivasi belajar peserta didik dengan menggunakan
Metode Pembelajaran Sinektik. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar peserta didik sehingga
tepat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada Mata
Pelajaran IPS.
4. Metode Pembelajaran Sinektik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS. Hasil belajar peserta didik
yang menggunakan Metode Pembelajaran Sinektik lebih tinggi dibandingkan
yang menggunakan Metode Konvensional. Selisih hasil belajar kedua kelas
tersebut cukup signifikan. Sebagian besar peserta didik di kelas sinektik
memiliki nilai di atas KKM sedangkan di kelas konvensional hanya sebagian
kecil yang memiliki nilai di atas KKM. Peningkatan hasil belajar di kelas
sinektik cukup signifikan dibanding di kelas konvensional, meskipun demikian
analisis uji gain menyatakan bahwa baik di kelas Sinektik maupun kelas
Konvensional terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik, dan termasuk ke
dalam kategori sedang. Karena di kelas yang menerapkan Metode
Pembelajaran Sinektik menunjukkan peningkatan hasil belajar peserta didik
yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan Metode
Konvensional, maka Metode Pembelajaran Sinektik lebih tepat digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Mata Pelajaran IPS.
5. Perbedaan motivasi belajar peserta didik yang menggunakan Metode
Pembelajaran Pencapaian Konsep dengan peserta didik yang menggunakan
hipotesis tidak terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik di kelas
Pencapaian Konsep maupun kelas Sinektik. Namun perhitungan data post test
menyatakan terdapat perbedaan motivasi belajar peserta didik antara Kelas
Pencap