• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Eksperimen Kuasi di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Eksperimen Kuasi di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM

MATA PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung).

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh,

Intan Wulandari

NIM 1006434

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM

MATA PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)

Oleh

INTAN WULANDARI 1006434

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Intan Wulandari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dlindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM

MATA PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)

OLEH

INTAN WULANDARI 1006434

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd. NIP: 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd. NIP: 19770602 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

(4)

iv Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Idetifikasi & Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian A. Pengembangan Kemampuan Berpikir Analitis ... 9

B. Pembelajaran dengan Model Concept Attainment ... 17

C. Penelitian Terdahulu ... 28

D. Kerangka Pemikiran ... 32

E. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian ... 35

B. Desain Penelitian ... 35

(5)

D. Definisi Operasional Variabel ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 40

G. Prosedur Penelitian ... 50

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 53

B. Pembahasan ... 69

BAB V Simpulan dan Saran A. Simpulan ... 78

B. Saran ... 80

(6)

vi Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Indikator dan Subindikator Kemampuan Berpikir

Analitis... 14

Tabel 2.2 Indikator dan Subindikator Kemampuan Berpikir Analitis yang Dikembangkan dalam Penelitian... 16

Tabel 2.3 Tahapan Model Concept Attainment... 24

Tabel 2.4 Identifikasi Proses Pembelajaran Sejarah... 26

Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis... 39

Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 41

Tabel 3.3 Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal... 41

Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda... 42

Tabel 3.5 Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal... 43

Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Validitas... 45

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3... 45 Tabel 4.1 Kemampuan Awal Berpikir Analitis... 55

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 55

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 56

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Data Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Eksperimen dan Kelas Kontrol... 57 Tabel 4.5 Kemampuan Akhir Berpikir Analitis... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 59

Tabel 4.8 Uji Hipotesis Data Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60 Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

dengan Model Concept Attainment...

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2

Tahapan Pembelajaran Model Peraihan Konsep... Kerangka Pemikiran... Desain Penelitian... Alur Penelitian...

(8)

viii Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Soal Kemampuan Berpikir Analitis. Kisi-kisi Instrumen

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Lembar Kerja Siswa

Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Model Concept Attainment

Angket Pembelajaran dengan Model Concept Attainment

Lampiran B Analisis Uji Instrumen

Hasil Olah Data Pretest dan Posttest

Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol

Perwakilan Hasil Pretest dan Posttest Siswa di Kelas Eksperimen

Perwakilan Hasil Pretest dan Posttest Siswa di Kelas Kontrol

Hasil Lembar Kerja Siswa Hasil Lembar Observasi

Lampiran C

Hasil Lembar Angket

Surat Penelitian

Surat Keputusan Dosen Pembimbing Frekuensi Bimbingan

(9)

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM

MATA PELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Eksperimen Kuasi di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung).

Intan Wulandari 1006434

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya kemampuan analisis siswa di tingkat sekolah menengah atas. Pencapaian konsep dirasa perlu dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, khususnya dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah dengan pencapaian konsep dapat mengembangkan kemampuan analisis siswa. hal tersebut terlihat dalam proses atau tahapan pembelajaran dengan model concept attainment. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal uraian untuk menguji kemampuan berpikir analitis yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen adalah model concept attainment, sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan model pembelajaran terlangsung (model pembelajaran yang biasa digunakan guru kelas). Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif secara statistik melalui teknik uji perbedaan rerata dengan taraf signifikansi α=0,05. Hasil uji perbedaan rerata diperoleh nilai Sig. (2-tailed) α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1

diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara peringkat skor posttest

kemampuan berpikir analitis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan ini dapat kita lihat dari rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berbeda secara signifikan. Rata-rata posttest kelas eksperimen menunjukkan 71.88. Sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol menunjukkan 65.76. Hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen yang menggunakan model

concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis siswa yang dapat terlihat dari perbedaan rerata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran terlangsung.

(10)

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

THE CONCEPT ATTAINMENT MODEL APPLICATION’S EFFECT TOWARDS THE STUDENT’S ANALYTICAL THINKING ABILITY IN

HISTORY CLASS

Intan Wulandari 1006434

ABSTRACT

This research’s background is the lack of students’ analytical ability in senior high school. The concept achievement needs to be more developed in senior high school lessons, especially in history class. History learning with the concept achievement can develop student’s analytical ability. This is seen in process or steps of learning using concept attainment model. The aim of this research is to know the effect of of concept attainment model application towards students’ analytical thinking ability in history class. The research method used is quasi-experimental using quantitative approach. The subject of this research is students of grade XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. The instrument used in this research is a set of essay to test the students’s analytical thinking ability before and after the treat. The treat given to subject is concept attainment model, while class control is treated by common learning model. The data analysis used quantitative analysis statistically through the technique of mean difference test with the significant degree, α=0.05. The result shows the Sig. (2-tailed) = 0.008 > α = 0.05, so that H0

is rejected and H1 is accepted, meaning that there is a significant difference

between the subject and class control in score of posttest rank of students’ analytical thinking ability. This difference can be seen in the mean of posttest between the subject and class control where the subject’s mean is 71.88 and the class control’s mean is 65.76. The result shows that the subject using concept attainment model has effect towards its students’ analytical thinking ability compared with the class using common learning method.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami setiap proses yang

berkelanjutan, yakni masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang atau

masa depan. Bahkan dalam pembelajaran di sekolah, kehidupan masa lalu

dipelajari secara khusus yakni dalam mata pelajaran sejarah. Sejarah merupakan

ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia di masa lalu. Hal tersebut

diperkuat oleh Supardan (2009: 288) bahwa “sejarah merupakan suatu

penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa, kisah, atau cerita, yang

benar-benar terjadi di masa lalu.” Oleh karena itu, sangat penting sekali mempelajari

serta mengkaji peristiwa sejarah terutama guna mengetahui perjalanan kehidupan

sebuah bangsa dan bagaimana berdirinya sebuah negara.

Pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib

dipelajari di tingkat SMA baik yang berjurusan IPA maupun IPS. Salah satu

tujuan mempelajari sejarah di tingkat SMA adalah mendorong siswa untuk

mampu berpikir kritis dan analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang

masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan kehidupan yang akan

datang. Aspek kemampuan berpikir kritis dan analitis tersebut sangat diperlukan

dalam pembelajaran sejarah terutama ketika mengkaji sebuah peristiwa sejarah

secara mendalam. Pengkajian sebuah peristiwa sejarah bukan perihal mudah,

karena baik guru ataupun siswa sama-sama tidak terlibat atau mengalami

peristiwa tersebut secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan sekali pengkajian

secara mendalam pada sebuah peristiwa sejarah agar siswa mampu

mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana proses kemampuan berpikir

analitis pada siswa dalam pembelajaran sejarah. Kemampuan berpikir analitis

pada dasarnya memiliki tingkatan yang lebih rendah daripada kemampuan

(12)

2

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

memecahkan suatu permasalahan. Seperti yang diungkapkan oleh Herdian (2010)

yakni “dalam kemampuan analisis termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal

yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti,

merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi.” Dari uraian

tersebut terlihat bahwa kemampuan berpikir analitis tentunya memerlukan teknik

dan kerangka kerja yang sistematis (systematic framework) untuk mempercepat penemuan solusi terhadap masalah tersebut. Teknik dan kerangka kerja yang

dimaksud dalam hal ini merupakan langkah-langkah atau cara kerja dari

kemampuan berpikir analitis tersebut seperti misalnya, mengelompokkan,

mengkategorisasikan serta menyimpulkan.

Kemampuan berpikir analitis merupakan salah satu rangkaian aspek kognitif

dalam taksonomi Bloom. Sehingga kemampuan ini dapat dicapai oleh seorang

siswa setelah siswa tersebut dapat menguasai kemampuan dasar sebelumnya.

Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2010: 27) “analisis merupakan

kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe

sebelumnya. Jadi analisis menjadi tipe hasil yang kompleks karena memanfaatkan

unsur pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.”

Kemampuan berpikir analitis perlu sekali dikembangkan dalam

pembelajaran sejarah, dengan proses berpikir ini siswa tidak lagi hanya mampu

menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, “Peristiwa apa yang terjadi ?”, “Kapan

peristiwa tersebut terjadi? Berlangsung sampai kapan ?”, “Siapa saja yang terlibat ?”, atau “Dimana peristiwa tersebut terjadi ?”. Namun, siswa akan diposisikan pada kemampuan berpikir yang levelnya lebih tinggi, karena dengan

mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa akan mampu menguraikan

jawaban dari pertanyaan seperti “Bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi ?” serta “Mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi ?”. Kata bagaimana dan mengapa

menggambarkan unsur lebih dalam ketika menjelaskan atau menguraikan sesuatu.

Dalam hal ini tentu saja dapat mengukur kemampuan berpikir analitis siswa

dengan mengajukan bentuk pertanyaan tersebut.

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis diperlukan sebuah

(13)

3

membentuk, sampai pada merekonstruksi sebuah peristiwa. Pembelajaran sejarah

biasanya dimulai dari konsep atau tema besar barulah kemudian siswa mencari

unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan pembelajaran yang mengajak siswa

berpikir induktif atau dari khusus ke umum jarang sekali dikembangkan dewasa

ini. Pembelajaran dengan mengusung berpikir induktif ini akan mengajak siswa

untuk belajar sejarah dimulai dari mengenali unsur-unsur atau bagian-bagian dari

pembentuk sebuah konsep. Bentuk pembelajaran tersebut akan membuat siswa

banyak melakukan proses analisis untuk mencapai sebuah konsep yang tepat. Hal

tersebut membuat siswa diarahkan pada pencapaian konsep tingkat tinggi.

Uraian di atas menjelaskan bahwa dengan pembelajaran konsep secara

induktif siswa dapat mencapai konsep tingkat tinggi. Dikarenakan belajar konsep

memiliki keterhubungan dengan berpikir tingkat tinggi. Seperti yang diungkapkan

oleh Arends (2008: 324) bahwa “belajar konsep melibatkan proses

mengonstruksikan pengetahuan dan mengorganisasikan informasi menjadi

struktur-struktur yang komperhensif dan kompleks.” Artinya siswa dalam

mempelajari konsep dibutuhkan kemampuan tingkat tinggi (high order thinking). Selain itu, dalam proses pembelajaran terdapat langkah-langkah dalam

keterampilan proses belajar salah satunya adalah aplikasi konsep. Dalam

Suryosubroto (2009: 62) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan aplikasi konsep

adalah menggunakan konsep yang telah diketahui/dipelajari dalam situasi baru

atau dalam menyelesaikan masalah. Seperti misalnya dalam pembelajaran sejarah

siswa tidak asing dengan istilah-istilah seperti kolonialisme, kemerdekaan atau

gencatan senjata. Namun, terkadang mereka tidak mengetahui unsur-unsur

pembentuk tersebut. Bahkan tidak sedikit siswa yang tidak mampu membedakan

antara kolonialisme dan imperialisme. Sehingga siswa terkadang salah

menempatkan atau mengaplikasikan kedua konsep tersebut pada sebuah peristiwa.

Hasil observasi ke kelas dan wawancara yang dilakukan dengan guru dan

siswa yang bersangkutan, peneliti mendapatkan berbagai temuan yang berasal

baik dari guru dan siswa tentang kesulitan dalam pembelajaran sejarah.

Temuan-temuan tersebut antara lain yang berasal dari guru yang dapat diidentifikasi antara

(14)

4

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

model terlangsung meliputi metode pembelajaran yang digunakan yakni ceramah yang diselingi tanya jawab serta diskusi, sudah cukup efektif penggunaannya

dalam kelas. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran kelompok.

Guru mengarahkan siswa untuk menggali informasi pada sumber belajar seperti

buku teks dan internet. Pembelajaran yang dikembangkan bersifat deduktif atau

dari umum ke khusus.

Sedangkan temuan yang berasal dari siswa antara lain aktivitas belajar yang

sudah cukup baik, tidak terlihatnya kemampuan pemahaman konsep. Aspek lain

seperti pencapaian konsep tingkat tinggi dan kemampuan analisis dinilai peneliti

masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis peneliti terhadap

jawaban-jawaban siswa dalam soal uraian. Peneliti menilai bahwa siswa kurang memahami

sebuah konsep secara benar sehingga jawaban yang muncul hanya jawaban

singkat yang kurang mendalam. Hal tersebut terlihat bahwa kemampuan analisis

siswa terhadap sebuah konsep masih rendah.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, peneliti kemudian memilih suatu

permasalahan yang penting untuk dilakukan penelitian. Permasalahan tersebut

adalah pencapaian konsep dan kemampuan berpikir analitis siswa. Berdasarkan

masalah yang telah dipaparkan tentunya harus ada solusi dengan cara menerapkan

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa.

Langkah yang dapat dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir analitis di

kelas XI, peneliti menilai perlu adanya melakukan perbaikan dengan cara

menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa memahami dan

mencapai pengetahuan konsep tingkat tinggi dengan mengembangkan

kemampuan berpikir analitis secara baik. Adapun yang di rekomendasikan

peneliti adalah dengan menggunakan model concept attainment.

Model concept attainment merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam pembelajaran di kelas.

Menurut Kauchak dan Eggen (Nhingz, 2013) model pencapaian konsep atau

concept attainment adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan melatih

(15)

5

dianggap tepat dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa, karena

dalam salah satu tahapan pembelajarannya terdapat proses analisis strategi-strategi

berpikir sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitisnya.

Hal tersebut terletak ketika siswa mampu mengolah informasi atau data yang

diberikan guru, dengan membandingkan dan membedakan kemudian

mengelompokannya ke dalam konsep yang tepat serta memberi kesimpulan.

Menurut Aunurrahman (dalam Pujiwati, 2011: 4) model pembelajaran

concept attainment ini mempunyai pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data

akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan

kemampuannya sendiri. Penilaian yang digunakan akan dilihat dari aspek-aspek

kemampuan berpikir analitis yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Anderson

dan Krathwohl, 2010: 120) bahwa “menganalisis meliputi proses-proses kognitif

membedakan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan”. Proses-proses tersebut diharapkan dapat terlihat dalam pembelajaran dengan menerapkan model concept attainment.

Kegiatan menganalisis, mengharuskan guru melakukan aktivitas-aktivitas

pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Tennyson (dalam Anderson &

Krathwohl, 2010: 11) yakni (1) memfokuskan perhatian siswa pada

kategori-kategori dan klasifikasi-klasifikasi, (2) memberikan contoh-contoh dan bukan

contoh yang membantu siswa memasukkan sesuatu ke dalam kategori yang tepat,

(3) membantu siswa menemukan kategori-kategori yang tepat dalam sistem

klasifikasi yang lebih besar, (4) menemukan perbedaan-perbedaan yang relevan

dan penting di antara kategori-kategori tersebut dalam sistem klasifikasi yang

lebih besar.

Maka dari itu dengan tidak mengesampingkan hal-hal baik dalam proses

pembelajaran tersebut, peneliti bermaksud mengkaji salah satu permasalahan yang

dianggap paling penting dan peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Kuasi Eksperimen di

(16)

6

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti tentukan, maka secara

garis besar rumusan masalah yang peneliti buat adalah, “Apakah terdapat

pengaruh dalam menerapkan model Concept Attainment dalam kemampuan berpikir analitis siswa?” maka peneliti mencoba merumuskan masalah tersebut kedalam beberapa pertanyaan :

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah ?

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelas

eksperimendengan kelas kontrol setelah pemberian treatment ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

di atas, secara umum untuk memperoleh pengetahuan faktual dan aktual tentang

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah. Secara khusus penelitian ini

bertujuan :

1. Mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan melalui

penerapan model concept attainment dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah.

2. Menganalisis perbedaan pengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis

siswa dalam pembelajaran sejarah antara kelas eksperimen yang diberikan

treatment dengan menerapkan model concept attainment dengan kelas kontrol yang menerapkan model terlangsung.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya. Adapun penjabaran manfaat

(17)

7

1. Bagi guru

Menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan gambaran tentang model

yang cocok digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis.

2. Bagi siswa

Memberikan suasana baru yang menyenangkan dan menarik dalam kegiatan

pembelajaran sejarah dan dapat mengembangkan kemampuan pencapaian

konsep melalui kemampuan berpikir analitisnya.

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangsih berupa model yang cukup efektif dan menarik

perhatian siswa dalam pembelajaran sejarah dan dapat dijadikan

perbandingan dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga guru dapat

mempertimbangkan penggunaan model yang cocok agar siswa mampu

berpikir analitis, sehingga model tersebut bisa diterapkan di sekolah dan di

kelasnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I memuat tentang pendahuluan. Dalam bab ini terbagi-bagi lagi

menjadi beberapa sub-bab yakni latar belakang penelitian, identifikasi masalah

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II memuat tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, serta hipotesis

penelitian. Adapun dari bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab tentang teori,

model pembelajaran dan kemampuan berpikir analitis.

BAB III memuat tentang metode penelitian. Terdapat sub-bab dalam bab ini

yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian

dan justifikasi penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen

penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan

rasionalnya, serta analisis data.

BAB IV menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan. Dalam bab

ini terdapat sub-bab yakni pengolahan data atau analisis data serta pembahasan

(18)

8

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

BAB V yang merupakan bab terakhir memuat kesimpulan dan saran.

Kesimpulan merupakan intisari dari keseluruhan isi hasil penelitian. Sedangkan

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan populasi yakni SMA Negeri 9 Bandung.

Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI

yang berjurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Adapun jumlah kelas XI IIS di SMA Negeri 9

Bandung adalah sebanyak 4 kelas. Maka pengambilan sampel untuk menentukan

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan cara purposive sampling yakni cara pengambilan sampel yang ditentukan kriterianya oleh peneliti.

B. Desain Penelitian

Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan pengembangan dari

kuasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan non equivalent control group design pretestt-posttest. Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara tak acak (non-random). “Kedua kelas diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (dalam Sugiyono, 2012:

114).” Setelah itu, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yang serupa. Tes akhir

(posttes) diberikan pada dua kelas untuk mengetahui efektivitas perlakuan.

Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan kuasi eksperimen

Non Equivalent Groups Pretest-Posttest menurut Schumacher (2001: 342). Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

A = Kelompok Eksperimen

Group pretestt treatment posttest

(20)

36

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

B = Kelompok Kontrol

X = perlakuan (treatment)

= Pretest kelompok eksperimen = Posttes kelompok eksperimen

= Pretest kelompok kontrol = Posttes kelompok kontrol

C. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode

penelitian kuantitatif yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen atau

eksperimen semu yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan berupa

penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa. Eksperimen kuasi dipandang relevan untuk digunakan, karena memiliki ciri-ciri:

a) pemecahan masalah yang aktual, b) data yang dikumpulkan akan disusun,

kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. “Penelitian menggunakan

angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel

eksperimen” (dalam Sukmadinata, 2013: 53).

D. Definisi Operasional Variabel

Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment

Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)”.

Berdasarkan judul penelitian tersebut, terdapat dua variabel dalam penelitian ini,

yaitu pengaruh penerapan model concept attainment dan kemampuan berpikir analitis siswa. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah

ini terdapat definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Kemampuan Berpikir Analitis

Kemampuan berpikir analitis dalam penelitian ini dimaksudkan pada suatu

proses berpikir yang mengarahkan siswa untuk mampu menguraikan suatu

informasi berupa kata-kata atau informasi, kemudian mengelompokkannya pada

(21)

37

kemudian menghubungkannya dengan sumber serta membuat hipotesis berupa

kesimpulan. Adapun kemampuan berpikir analitis yang diukur, menggunakan

aspek-aspek kemampuan analisis yang dikemukakan oleh Enright & Powers

(dalam Dina, 2012: 23) yang hanya akan menggunakan empat indikator saja yang

dibatasi yaitu hanya pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan

mengembangkan kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.

2. Model Concept Attainment

Model Concept Attainment merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan pada proses pemahaman suatu atribut kebendaan yakni kata-kata

atau data yang dilakukan dalam tiga tahapan, dimulai dari mengamati pemaparan

kata atau data suatu konsep, membedakan dan mengelompokkan pada kategori

contoh dan non-contoh, serta pembuatan hipotesis.

Pencapaian konsep atau Concept Attainment menurut Bruner dkk (dalam Joyce dkk. 2009: 125) merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang

dapat digunakan untuk membedakan contoh yang tepat dengan

contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori.”

Seperti yang diungkapkan oleh Huda (2013: 81) bahwa model pencapaian

konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang

sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan

membedakan contoh-contoh (disebut exemplars/ contoh positif) yang berisi karakteristik-karakteristik konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi

karakteristik-karakteristik ini (disebut non-exemplars/ contoh negatif).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dalam penelitian model concept attainment adalah sebuah model pembelajaran yang diterapkan di kelas XI IPS SMAN 9 Bandung yang meliputi

proses membedakan dan mengelompokkan contoh-contoh dengan non-contoh

pada kategori yang tepat berdasarkan sifat-sifat atau ciri-cirinya dengan

mendefinisikan serta mengidentifikasi contoh-contoh tambahan, membuat

(22)

38

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

E. Instrumen Penelitian 1. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk melihat kemampuan

berpikir analitis siswa dan penerapan model concept attainment di SMA Negeri 9 Bandung khususnya kelas XI IPS dalam penelitian ini, menggunakan instrumen

berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar tes tertulis, lembar observasi, lembar

angket tanggapan dan wawancara. Adapun kegunaan dari masing-masing

instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut,

a. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memadu siswa melaksanakan

kegiatan pembelajaran pencapaian konsep yang telah disepakati di awal

pembelajaran.

b. Lembar tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian

pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu

atau kelompok.

c. Lembar observasi bertujuan untuk menjaring informasi secara langsung

mengenai gambaran keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan

aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan ini

dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

d. Lembar angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang

bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan

pengguna. Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran yang dilakukan.

2. Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena

sosial yang dialami. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tes, rubrik, lembar observasi, dan kuesioner/angket.

a. Tes dibuat dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir analitis siswa secara tulisan. Hasil dari pengerjaan soal

tes kemampuan berpikir analitis digunakan sebagai data utama untuk

(23)

39

diukur pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan mengembangkan

kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.

Pengembangan tes dalam penelitian ini, merujuk pada penyusunan tes

menurut Purwanto (2012: 46), untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis,

penyusun tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi

analisis seperti berikut:

1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan

dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.

2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara

jelas.

3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang

perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.

4) Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan

kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntuhan atau sekuensi.

5) Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsisp atau organisasi pola-pola dari

materi yang dihadapinya.

6) Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari

materi yang dihadapinya.

Selain menggunakan rujukan diatas, dalam penyusunan tes juga meliputi

indikator kemampuan berpikir analitis yang diharapkan muncul. Soal yang dibuat

diukur berdasarkan kemunculan aspek kemampuan berpikir analitis yang telah

ditentukan. Selanjutnya dimasukan ke dalam kolom indikator.

Tabel 3.1

Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis

No. Indikator Berpikir Analitis Subindikator Berpikir Analitis

1 Beragumentasi a. Mengetahui jenis bukti yang akan

mendukung atau menolak hipotesis

2

Menarik inferensi dan mengembangkan

kesimpulan

a. Menghasilkan alasan untuk

menjelaskan pengamatan

b. Menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan

(24)

40

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

3

Mendefinisikan masalah a. Memecah masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana

b. Mengembangkan definisi konsep dengan tepat

4

Berpikir induktif a. Memecahkan masalah ketika semua informasi yang diperlukan tidak diketahui

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teknik pengumpulan dan analisis

data yang dilakukan.

1. Analisis Hasil Uji Coba

Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini,

mencakup indeks kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas soal dengan

menggunakan perhitungan software anates versi 4.0.5. Hasil pengolahan data sebagai berikut.

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu pokok uji untuk menentukan proporsi item

soal berada pada tingkat mudah, sedang, atau sukar. Seperti yang dikemukakan

oleh Suherman (1990: 212) bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan

dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah

(25)

41

Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.2

Klasifikasi Indeks Kesukaran

No. Indeks Kesukaran Kriteria

1. IK0,00 Terlalu sukar

2. 0,00IK0,30 Sukar

3. 0,30IK 0,70 Sedang

4. 0,70IK 1,00 Mudah

5. IK 1,00 Terlalu mudah

Penelitian ini menggunakan bantuan sofware pengolahan data tes uraian yakni anates versi 4.0.5 untuk mengetahui tingkat kesukaran dengan nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasikan melalui tabel indeks

kesukaran. Berikut ini merupakan presentase tingkat kesukaran hasil uji instrumen

tes uraian yang telah dilakukan:

Tabel 3.3

Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor

Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 3 tergolong sangat mudah, soal nomor

7 dan 10 tergolong mudah, soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, dan 9 tergolong sedang, dan

soal nomor 8 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa

instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang, karena kriteria-kriteria soal

yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti, maka instrumen ini

(26)

42

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

b. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

(berkemampuan rendah). Menurut Suherman (1990: 199) daya pembeda dari

sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut

mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk

menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut :

A B

X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

atau rata-rata kelompok atas

B

X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau

rata-rata kelompok bawah

SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel

(27)

43

Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes menggunakan

bantuan softwareanates versi 4.0.5. Nilai daya pembeda soal sebagai berikut ini : Tabel 3.5

Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Nilai DP Kriteria

1 4,22 Sangat Baik

2 0,78 Sangat Baik

3 0,56 Baik

4 1,78 Sangat Baik

5 1,67 Sangat Baik

6 0,22 Cukup

7 1,89 Sangat Baik

8 0,89 Sangat Baik

9 4,78 Sangat Baik

10. -0,33 Sangat Jelek

Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal uraian, 7 butir soal termasuk

dalam kategori baik yaitu butir soal no. 1,2,4,5,7,8,9, 2 butir soal termasuk

kategori cukup yaitu butir soal no. 3,6, dan 1 butir soal termasuk kategori jelek

yaitu no. 10. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya

pembeda yang sangat baik.

c. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur (Arikunto, 2008: 65). Oleh karena itu, menurut Suherman (1990: 135)

suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang

seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk

mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X

pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk

tujuan yang lain.

Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis,

yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada

penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas

instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji

coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang

(28)

44

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi

menggunakan angka kasar (raw score). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

2 2 2 2

 = Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa

i

 = Jumlah total skor kuadrat siswa

Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji

keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah sebagai berikut (dalam Sudjana, 2005: 380):

H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti

H1 : validitas tiap butir soal berarti

Kriteria pengujian :

Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika :

Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2). Dalam hal lain H0 ditolak. Menurut J. P Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), koefisien

(29)

45

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefesien Validitas

No Koefisien Validitas Kriteria

1. 0,80rxy 1, 00 Sangat tinggi (sangat baik)

2. 0, 60rxy 0,80 Tinggi (baik)

3. 0, 40rxy 0, 60 Sedang (cukup)

4. 0, 20rxy 0, 40 Rendah

5. 0, 00rxy 0, 20 Sangat rendah

6. rxy 0, 00 Tidak valid

Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3 Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria

1 0,864 Sangat Tinggi

2 0,653 Tinggi

3 0,545 Sedang

4 0,745 Tinggi

5 0,611 Tinggi

6 0,229 Rendah

7 0,660 Tinggi

8 0,361 Rendah

9 0,782 Tinggi

10 0,114 Sangat Rendah

Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas

tersebut diuji keberartiannya. Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir

soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.

d. Uji Realibilitas

Suherman (1990: 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau

alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap

sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika

pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang,

(30)

46

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual)

dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:

Keterangan :

n = banyak butir soal

2

i s

 = jumlah varians skor setiap soal

2

Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990:

177) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.8

Klasifikasi Derajat Reliabilitas

No. Derajat Reliabilitas Kriteria

1.

Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,50.

Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas

(31)

47

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan

menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Data utama berupa tes kemampuan berpikir analitis serta data tambahan yaitu angket untuk respon

siswa terhadap pembelajaran menggunakan model concept attainment dan lembar observasi. Semua data tersebut dihitung secara statistik dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Soal kemampuan berpikir analitis

Adapun langkah-langkah dari analisis data soal uraian meliputi pemberian

skor pada hasil pretest dan posttest untuk setiap soal uraian kemampuan berpikir analitis, menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh soal uraian kemampuan berpikir analitis untuk satu per satu siswa dan menentukan rata-rata

skor pretest dan posttest. Kemudian pada data tersebut dilakukan analisis data secara kuantitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi analisis data

pretest dan posttest. Agar memudahkan proses pengolahan data, digunakan bantuan software SPSS Versi 16.0 for Windows. Adapun langkah-langkahya adalah sebagai berikut :

1) Analisis Data Pretest dan Posttest

Analisis data pretest dan posttest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan berpikir

analitis awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahapan analisis yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a) Analisis data secara deskriptif

Data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran

umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Analisis data secara

deskriptif meliputi penghitungan skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.

b) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data

(32)

48

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada

tahap selanjutnya.

Hipotesis yang digunakan :

H0: Data pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol (keduanya)

berasal dari populasi berdistribusi normal;

H1: Data pretest / posttest kelas eksperimen atau kelas kontrol (salah satu atau

keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujian:

 H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

 H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan

dengan uji homogenitas. Namun apabila H0 ditolak, maka pengujian

dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

c) Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau

tidaknya variansi populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : = (Variansinya homogen)

H1 : (Variansinya tidak homogen)

Dengan,

: variansi kelas kontrol

: variansi kelas eksperimen

Kriteria pengujian:

H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka

(33)

49

d) Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian

ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hipotesis yang digunakan:

H0: μe = μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)

H1: μe μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas

kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan)

Dengan,

μk : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas kontrol μe : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas eksperimen

Kriteria pengujian:

H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05

H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05

b. Analisis angket siswa

1) Melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa .

2) Menghitung persentase jawaban siswa untuk masing-masing kriteria yang

ditanyakan dengan perhitungan sebagai berikut.

Keterangan :

p = persentase jawaban

f = frekuensi jawaban

n = banyaknya responden

3) Melakukan interpretasi jawaban angket setelah diperoleh persentasenya,

(34)

50

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

Tabel 3.9

Penafsiran Hasil Angket

Persentase Tafsiran Kualitatif

Tak seorangpun

Sebagian kecil

Hampir setengahnya

Setengahnya

Sebagian besar

Hampir seluruhnya

Seluruhnya

c. Analisis Lembar Observasi

Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara

tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dengan menggunakan model

concept attainment di kelas eksperimen. Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana

pembelajaran.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan penelitian yang secara garis besar

terdiri dari tiga tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap

penarikan kesimpulan. Berikut uraian dari ketiga tahap tersebut :

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan studi lapangan dengan melakukan observasi ke sekolah untuk

melihat permsalahan kemudian analisis kurikulum, studi literatur untuk

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Menyusun alat pengumpul data berupa tes dan non tes.

c. Melakukan uji coba alat pengumpul data (instrumen).

d. Mengolah hasil uji coba soal tes uraian kemudian melakukan revisi dan

menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.

2. Tahap Pelaksanaan

(35)

51

b. Melaksanakan pembelajaran dengan model concept attainment di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol.

c. Memberikan posttest kepada seluruh siswa yang mengikuti pretest untuk mengetahui kemampuan akhir berpikir analitis siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran.

3. Tahap Penarikan Kesimpulan

Tahapan ini meliputi analisis data hasil penelitian yang diolah menggunakan

(36)

52

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

Adapun alur penelitiannya yaitu sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Sumber : Hasil olah peneliti dari berbagai sumber

Kelas Kontrol

Pembelajaran dengan model terlangsung

Pengolahan data

Analisis data

Kesimpulan Observasi

Model Pembelajaran Studi Lapangan

Penerapan Model Concept Attainment terhadap Kemampuan Berpikir Analitis

Kelas Eksperimen

pembelajaran dengan model concept attainment

Studi Literatur

Permasalahan

Penentuan Subjek Penelitian

Penyusunan, revisi, dan pengesahan instrumen instrumen

Pretest

(37)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan pembahasan

penelitian yang telah dilakukan.

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada pada bab

sebelumnya, menjelaskan bahwa kemampuan berpikir analitis dengan

menerapkan model pembelajaran concept attainment lebih baik daripada menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan guru kelas (terlangsung).

Materi yang diberikan adalah bentuk soal uraian sejarah sebanyak 10 soal untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis dengan menggunakan model

pembelajaran concept attainment.

Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari pretest dan posttest, peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu :

1. Model pembelajaran concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis di kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata

pretest sebesar 34.12 dan hasil posttest 71.88. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penerapan model concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis siswa di kelas eksperimen.

2. Model pembelajaran concept attainment dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis di kelas eksperimen tidak hanya semata-mata

dilihat dari hasil pretest dan posttestnya. Namun peneliti dalam penelitian ini melihat adanya perbedaan hasil prestest dan posttest di kedua kelas yakni kelas eksperimen dan kontrol. Semula hasil prestest kedua kelas tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan yakni 34.12 dan 34.06. Kemudian

setelah dilaksanakan pembelajaran di masing-masing kelas, kelas

(38)

79

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

posttest. Didapatkan hasil posttest yakni 71.88 dan 65.76. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh kemampuan berpikir analitis

antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan (treatment) berupa model

concept attainment dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran terlangsung.

B. Saran

Hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan model pembelajaran

concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti menyarankan hal-hal berikut :

1. Bagi guru yang mengajar di sekolah menengah atas, model pembelajaran

concept attainment merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran sejarah.

2. Untuk Peneliti Lanjutan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka

disarankan untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut :

a) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai kemampuan

berpikir analitis, hendaknya memperhitungkan perihal waktu supaya dapat

mengembangkan aspek-aspek dalam kemampuan berpikir analitis lebih baik

lagi, karena kemampuan ini tidak dapat dikembangkan dalam waktu yang

singkat. Selain itu peneliti hendaknya mampu membedakan antara

kemampuan berpikir analitis dengan kemampuan menganalisis siswa.

b) Peneliti lanjutan hendaknya lebih memperhatikan aspek-aspek kemampuan

berpikir analitis yang hendak dikembangkan dalam bentuk pembelajaran

yang akan dinilai. Peneliti harus merancang pembelajaran yang dapat

mengembangkan aspek-aspek berpikir analitis tersebut ke dalam bentuk

(39)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Anderson dan Krathwol. (2010) Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R. (2008) Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Z. (2011) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2009) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Baharuddin dan Wahyuni. (2008) Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Boeree, C.G. (2009) Metode Pembelajaran & Pengajaran: Kritik dan Sugesti Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Brookhart, S.M. (2010) How To Assess Higher-Order Thinking Skills In your Classroom. Virginia: ACSD Member Book.

Dahar, R.W. (2011) Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. (2012) Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Eggen dan Kauchak. (2012) Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT. Indeks.

Huda, M. (2013) Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2011) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Komalasari, K. (2013) Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.

(40)

Intan Wulandari, 2014

Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah

Riduwan. (2009) Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusman. (2012) Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: PT Raja Grafindo Persada.

Silver, H.F., R.W.S & M.J.P. (2012) Strategi-Strategi Pengajaran: Memilh Strategi Berbasis Penelitian yang Tepat untuk Setiap Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.

Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. (1990) Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sukmadinata. N.S. (2013) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Supardan, D. (2009) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Suprijono, A. (2012) Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto, B. (2009) Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sumber Skripsi, Tesis, Disertasi :

Angraini, L.M. (2012) Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Dina. (2012) Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analitis Siswa Pada Konsep Hidrolisis Garam. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Murdikah. (2006) Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

(41)

Reproduksi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ramdhana, P. (2009) Pengaruh Metode Penugasan Mini-Riset Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X Dalam Konsep Ekologi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, R. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII J SMPN 4 Bukittinggi. Skripsi: Tidak Diterbitkan.

Rohmatulloh. (2010) Keefektifan Model Pembelajaran Kolaborasi Pemecahan Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa SD. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Susilawati, E. (2011) Penerapan Concept Attainment Models Menggunakan Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Manik, R. (2010) Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Sebagai Upaya Untuk Mengatasi Miskonsepsi Matematik Siswa Sma : Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI SMA di Cimahi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sumber Jurnal :

Adzjiodoem. (2013) Model Pembelajaran Concept Attainment. [Online]. Tersedia : http://adzjiodoem.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-concept-attainment.html [30 Maret 2013].

Spencer & Spencer. (2011) Notes on Analytical/ Conceptual Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.breakoutofthebox.com/AnalyticalConceptualThingking.pdf. [22 Mei 2014].

Sumber Internet :

Herdian. (2010) Kemampuan Berpikir Analitis. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berpikir-analitis/ [30 April 2014].

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian rawat inap merupakan suatu perjanjian yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit dengan pihak pasien. Perjanjian rawat inap ini terjadi di Rumah Sakit dan

(3) Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan strategi synergetic teaching dan pengembangan pengalaman belajar secara simultan terhadap kenyamanan dalam prestasi

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat pak de

Pengumuman || Informasi Program Publikasi Ilmiah Internasional Kamis, 20 Agustus

Jika tidak NULL, maka node bantu akan berpindah ke node selanjutnya dan membaca isi datanya dengan menggunakan field next sehingga dapat saling berkait.. Pemanggilan dalam c++

Resilience Dividend Valuation Model (RDVM) A dynamic, systems-based approach to estimating the resilience dividend that maps changes in the flow of goods and services from a

Setelah semua pelatihan dan pengujian baik data latih maupun data baru sudah selesai, selanjutnya hasil tersebut diterapkan pada GUI ( Graphical User Interface )

Jika terjadi gangguan didaerah kerja Relai Diferensial, maka arus dari kedua sisinya akan saling menjumlah (Id&amp;#8800;0) kemudian Relai Diferensial akan bekerja memberikan