PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM
MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung).
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh,
Intan Wulandari
NIM 1006434
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM
MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)
Oleh
INTAN WULANDARI 1006434
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Intan Wulandari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dlindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM
MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)
OLEH
INTAN WULANDARI 1006434
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd. NIP: 19570408 198403 1 003
Pembimbing II
Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd. NIP: 19770602 200312 2 001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
iv Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Idetifikasi & Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian A. Pengembangan Kemampuan Berpikir Analitis ... 9
B. Pembelajaran dengan Model Concept Attainment ... 17
C. Penelitian Terdahulu ... 28
D. Kerangka Pemikiran ... 32
E. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian ... 35
B. Desain Penelitian ... 35
D. Definisi Operasional Variabel ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 38
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 40
G. Prosedur Penelitian ... 50
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 53
B. Pembahasan ... 69
BAB V Simpulan dan Saran A. Simpulan ... 78
B. Saran ... 80
vi Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Indikator dan Subindikator Kemampuan Berpikir
Analitis... 14
Tabel 2.2 Indikator dan Subindikator Kemampuan Berpikir Analitis yang Dikembangkan dalam Penelitian... 16
Tabel 2.3 Tahapan Model Concept Attainment... 24
Tabel 2.4 Identifikasi Proses Pembelajaran Sejarah... 26
Tabel 3.1 Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis... 39
Tabel 3.2 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 41
Tabel 3.3 Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal... 41
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda... 42
Tabel 3.5 Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal... 43
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Validitas... 45
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3... 45 Tabel 4.1 Kemampuan Awal Berpikir Analitis... 55
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 55
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 56
Tabel 4.4 Uji Hipotesis Data Pretest Kemampuan Berpikir Analitis Eksperimen dan Kelas Kontrol... 57 Tabel 4.5 Kemampuan Akhir Berpikir Analitis... 58
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Eksperimen... 59
Tabel 4.8 Uji Hipotesis Data Posttest Kemampuan Berpikir Analitis Eksperimen dan Kelas Kontrol... 60 Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
dengan Model Concept Attainment...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2
Tahapan Pembelajaran Model Peraihan Konsep... Kerangka Pemikiran... Desain Penelitian... Alur Penelitian...
viii Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Soal Kemampuan Berpikir Analitis. Kisi-kisi Instrumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol Lembar Kerja Siswa
Lembar Observasi untuk Guru dan Siswa dalam Pelaksanaan Model Concept Attainment
Angket Pembelajaran dengan Model Concept Attainment
Lampiran B Analisis Uji Instrumen
Hasil Olah Data Pretest dan Posttest
Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
Perwakilan Hasil Pretest dan Posttest Siswa di Kelas Eksperimen
Perwakilan Hasil Pretest dan Posttest Siswa di Kelas Kontrol
Hasil Lembar Kerja Siswa Hasil Lembar Observasi
Lampiran C
Hasil Lembar Angket
Surat Penelitian
Surat Keputusan Dosen Pembimbing Frekuensi Bimbingan
PENGARUH PENERAPAN MODEL CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA DALAM
MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Eksperimen Kuasi di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung).
Intan Wulandari 1006434
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi masih rendahnya kemampuan analisis siswa di tingkat sekolah menengah atas. Pencapaian konsep dirasa perlu dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, khususnya dalam pembelajaran sejarah. Pembelajaran sejarah dengan pencapaian konsep dapat mengembangkan kemampuan analisis siswa. hal tersebut terlihat dalam proses atau tahapan pembelajaran dengan model concept attainment. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal uraian untuk menguji kemampuan berpikir analitis yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen adalah model concept attainment, sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan model pembelajaran terlangsung (model pembelajaran yang biasa digunakan guru kelas). Analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif secara statistik melalui teknik uji perbedaan rerata dengan taraf signifikansi α=0,05. Hasil uji perbedaan rerata diperoleh nilai Sig. (2-tailed) α = 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1
diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara peringkat skor posttest
kemampuan berpikir analitis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan ini dapat kita lihat dari rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol yang berbeda secara signifikan. Rata-rata posttest kelas eksperimen menunjukkan 71.88. Sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol menunjukkan 65.76. Hasil penelitian menunjukkan kelas eksperimen yang menggunakan model
concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis siswa yang dapat terlihat dari perbedaan rerata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran terlangsung.
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
THE CONCEPT ATTAINMENT MODEL APPLICATION’S EFFECT TOWARDS THE STUDENT’S ANALYTICAL THINKING ABILITY IN
HISTORY CLASS
Intan Wulandari 1006434
ABSTRACT
This research’s background is the lack of students’ analytical ability in senior high school. The concept achievement needs to be more developed in senior high school lessons, especially in history class. History learning with the concept achievement can develop student’s analytical ability. This is seen in process or steps of learning using concept attainment model. The aim of this research is to know the effect of of concept attainment model application towards students’ analytical thinking ability in history class. The research method used is quasi-experimental using quantitative approach. The subject of this research is students of grade XI IIS SMA Negeri 9 Bandung. The instrument used in this research is a set of essay to test the students’s analytical thinking ability before and after the treat. The treat given to subject is concept attainment model, while class control is treated by common learning model. The data analysis used quantitative analysis statistically through the technique of mean difference test with the significant degree, α=0.05. The result shows the Sig. (2-tailed) = 0.008 > α = 0.05, so that H0
is rejected and H1 is accepted, meaning that there is a significant difference
between the subject and class control in score of posttest rank of students’ analytical thinking ability. This difference can be seen in the mean of posttest between the subject and class control where the subject’s mean is 71.88 and the class control’s mean is 65.76. The result shows that the subject using concept attainment model has effect towards its students’ analytical thinking ability compared with the class using common learning method.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami setiap proses yang
berkelanjutan, yakni masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang atau
masa depan. Bahkan dalam pembelajaran di sekolah, kehidupan masa lalu
dipelajari secara khusus yakni dalam mata pelajaran sejarah. Sejarah merupakan
ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia di masa lalu. Hal tersebut
diperkuat oleh Supardan (2009: 288) bahwa “sejarah merupakan suatu
penggambaran ataupun rekonstruksi peristiwa, kisah, atau cerita, yang
benar-benar terjadi di masa lalu.” Oleh karena itu, sangat penting sekali mempelajari
serta mengkaji peristiwa sejarah terutama guna mengetahui perjalanan kehidupan
sebuah bangsa dan bagaimana berdirinya sebuah negara.
Pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
dipelajari di tingkat SMA baik yang berjurusan IPA maupun IPS. Salah satu
tujuan mempelajari sejarah di tingkat SMA adalah mendorong siswa untuk
mampu berpikir kritis dan analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang
masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan kehidupan yang akan
datang. Aspek kemampuan berpikir kritis dan analitis tersebut sangat diperlukan
dalam pembelajaran sejarah terutama ketika mengkaji sebuah peristiwa sejarah
secara mendalam. Pengkajian sebuah peristiwa sejarah bukan perihal mudah,
karena baik guru ataupun siswa sama-sama tidak terlibat atau mengalami
peristiwa tersebut secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan sekali pengkajian
secara mendalam pada sebuah peristiwa sejarah agar siswa mampu
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana proses kemampuan berpikir
analitis pada siswa dalam pembelajaran sejarah. Kemampuan berpikir analitis
pada dasarnya memiliki tingkatan yang lebih rendah daripada kemampuan
2
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
memecahkan suatu permasalahan. Seperti yang diungkapkan oleh Herdian (2010)
yakni “dalam kemampuan analisis termasuk kemampuan menyelesaikan soal-soal
yang tidak rutin, menemukan hubungan, membuktikan dan mengomentari bukti,
merumuskan serta menunjukkan benarnya suatu generalisasi.” Dari uraian
tersebut terlihat bahwa kemampuan berpikir analitis tentunya memerlukan teknik
dan kerangka kerja yang sistematis (systematic framework) untuk mempercepat penemuan solusi terhadap masalah tersebut. Teknik dan kerangka kerja yang
dimaksud dalam hal ini merupakan langkah-langkah atau cara kerja dari
kemampuan berpikir analitis tersebut seperti misalnya, mengelompokkan,
mengkategorisasikan serta menyimpulkan.
Kemampuan berpikir analitis merupakan salah satu rangkaian aspek kognitif
dalam taksonomi Bloom. Sehingga kemampuan ini dapat dicapai oleh seorang
siswa setelah siswa tersebut dapat menguasai kemampuan dasar sebelumnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2010: 27) “analisis merupakan
kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Jadi analisis menjadi tipe hasil yang kompleks karena memanfaatkan
unsur pengetahuan, pemahaman dan aplikasi.”
Kemampuan berpikir analitis perlu sekali dikembangkan dalam
pembelajaran sejarah, dengan proses berpikir ini siswa tidak lagi hanya mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, “Peristiwa apa yang terjadi ?”, “Kapan
peristiwa tersebut terjadi? Berlangsung sampai kapan ?”, “Siapa saja yang terlibat ?”, atau “Dimana peristiwa tersebut terjadi ?”. Namun, siswa akan diposisikan pada kemampuan berpikir yang levelnya lebih tinggi, karena dengan
mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa akan mampu menguraikan
jawaban dari pertanyaan seperti “Bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi ?” serta “Mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi ?”. Kata bagaimana dan mengapa
menggambarkan unsur lebih dalam ketika menjelaskan atau menguraikan sesuatu.
Dalam hal ini tentu saja dapat mengukur kemampuan berpikir analitis siswa
dengan mengajukan bentuk pertanyaan tersebut.
Untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis diperlukan sebuah
3
membentuk, sampai pada merekonstruksi sebuah peristiwa. Pembelajaran sejarah
biasanya dimulai dari konsep atau tema besar barulah kemudian siswa mencari
unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan pembelajaran yang mengajak siswa
berpikir induktif atau dari khusus ke umum jarang sekali dikembangkan dewasa
ini. Pembelajaran dengan mengusung berpikir induktif ini akan mengajak siswa
untuk belajar sejarah dimulai dari mengenali unsur-unsur atau bagian-bagian dari
pembentuk sebuah konsep. Bentuk pembelajaran tersebut akan membuat siswa
banyak melakukan proses analisis untuk mencapai sebuah konsep yang tepat. Hal
tersebut membuat siswa diarahkan pada pencapaian konsep tingkat tinggi.
Uraian di atas menjelaskan bahwa dengan pembelajaran konsep secara
induktif siswa dapat mencapai konsep tingkat tinggi. Dikarenakan belajar konsep
memiliki keterhubungan dengan berpikir tingkat tinggi. Seperti yang diungkapkan
oleh Arends (2008: 324) bahwa “belajar konsep melibatkan proses
mengonstruksikan pengetahuan dan mengorganisasikan informasi menjadi
struktur-struktur yang komperhensif dan kompleks.” Artinya siswa dalam
mempelajari konsep dibutuhkan kemampuan tingkat tinggi (high order thinking). Selain itu, dalam proses pembelajaran terdapat langkah-langkah dalam
keterampilan proses belajar salah satunya adalah aplikasi konsep. Dalam
Suryosubroto (2009: 62) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan aplikasi konsep
adalah menggunakan konsep yang telah diketahui/dipelajari dalam situasi baru
atau dalam menyelesaikan masalah. Seperti misalnya dalam pembelajaran sejarah
siswa tidak asing dengan istilah-istilah seperti kolonialisme, kemerdekaan atau
gencatan senjata. Namun, terkadang mereka tidak mengetahui unsur-unsur
pembentuk tersebut. Bahkan tidak sedikit siswa yang tidak mampu membedakan
antara kolonialisme dan imperialisme. Sehingga siswa terkadang salah
menempatkan atau mengaplikasikan kedua konsep tersebut pada sebuah peristiwa.
Hasil observasi ke kelas dan wawancara yang dilakukan dengan guru dan
siswa yang bersangkutan, peneliti mendapatkan berbagai temuan yang berasal
baik dari guru dan siswa tentang kesulitan dalam pembelajaran sejarah.
Temuan-temuan tersebut antara lain yang berasal dari guru yang dapat diidentifikasi antara
4
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
model terlangsung meliputi metode pembelajaran yang digunakan yakni ceramah yang diselingi tanya jawab serta diskusi, sudah cukup efektif penggunaannya
dalam kelas. Pembelajaran yang dikembangkan adalah pembelajaran kelompok.
Guru mengarahkan siswa untuk menggali informasi pada sumber belajar seperti
buku teks dan internet. Pembelajaran yang dikembangkan bersifat deduktif atau
dari umum ke khusus.
Sedangkan temuan yang berasal dari siswa antara lain aktivitas belajar yang
sudah cukup baik, tidak terlihatnya kemampuan pemahaman konsep. Aspek lain
seperti pencapaian konsep tingkat tinggi dan kemampuan analisis dinilai peneliti
masih rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis peneliti terhadap
jawaban-jawaban siswa dalam soal uraian. Peneliti menilai bahwa siswa kurang memahami
sebuah konsep secara benar sehingga jawaban yang muncul hanya jawaban
singkat yang kurang mendalam. Hal tersebut terlihat bahwa kemampuan analisis
siswa terhadap sebuah konsep masih rendah.
Berdasarkan temuan-temuan tersebut, peneliti kemudian memilih suatu
permasalahan yang penting untuk dilakukan penelitian. Permasalahan tersebut
adalah pencapaian konsep dan kemampuan berpikir analitis siswa. Berdasarkan
masalah yang telah dipaparkan tentunya harus ada solusi dengan cara menerapkan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa.
Langkah yang dapat dilakukan untuk melihat kemampuan berpikir analitis di
kelas XI, peneliti menilai perlu adanya melakukan perbaikan dengan cara
menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa memahami dan
mencapai pengetahuan konsep tingkat tinggi dengan mengembangkan
kemampuan berpikir analitis secara baik. Adapun yang di rekomendasikan
peneliti adalah dengan menggunakan model concept attainment.
Model concept attainment merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam pembelajaran di kelas.
Menurut Kauchak dan Eggen (Nhingz, 2013) model pencapaian konsep atau
concept attainment adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan melatih
5
dianggap tepat dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa, karena
dalam salah satu tahapan pembelajarannya terdapat proses analisis strategi-strategi
berpikir sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitisnya.
Hal tersebut terletak ketika siswa mampu mengolah informasi atau data yang
diberikan guru, dengan membandingkan dan membedakan kemudian
mengelompokannya ke dalam konsep yang tepat serta memberi kesimpulan.
Menurut Aunurrahman (dalam Pujiwati, 2011: 4) model pembelajaran
concept attainment ini mempunyai pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk konsep melalui proses pengklasifikasian data
akan tetapi mereka juga harus dapat membentuk susunan konsep dengan
kemampuannya sendiri. Penilaian yang digunakan akan dilihat dari aspek-aspek
kemampuan berpikir analitis yang dikemukakan oleh Bloom (dalam Anderson
dan Krathwohl, 2010: 120) bahwa “menganalisis meliputi proses-proses kognitif
membedakan, mengorganisasikan, dan mengatribusikan”. Proses-proses tersebut diharapkan dapat terlihat dalam pembelajaran dengan menerapkan model concept attainment.
Kegiatan menganalisis, mengharuskan guru melakukan aktivitas-aktivitas
pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Tennyson (dalam Anderson &
Krathwohl, 2010: 11) yakni (1) memfokuskan perhatian siswa pada
kategori-kategori dan klasifikasi-klasifikasi, (2) memberikan contoh-contoh dan bukan
contoh yang membantu siswa memasukkan sesuatu ke dalam kategori yang tepat,
(3) membantu siswa menemukan kategori-kategori yang tepat dalam sistem
klasifikasi yang lebih besar, (4) menemukan perbedaan-perbedaan yang relevan
dan penting di antara kategori-kategori tersebut dalam sistem klasifikasi yang
lebih besar.
Maka dari itu dengan tidak mengesampingkan hal-hal baik dalam proses
pembelajaran tersebut, peneliti bermaksud mengkaji salah satu permasalahan yang
dianggap paling penting dan peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Dalam Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Kuasi Eksperimen di
6
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah peneliti tentukan, maka secara
garis besar rumusan masalah yang peneliti buat adalah, “Apakah terdapat
pengaruh dalam menerapkan model Concept Attainment dalam kemampuan berpikir analitis siswa?” maka peneliti mencoba merumuskan masalah tersebut kedalam beberapa pertanyaan :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah ?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelas
eksperimendengan kelas kontrol setelah pemberian treatment ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan
di atas, secara umum untuk memperoleh pengetahuan faktual dan aktual tentang
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah. Secara khusus penelitian ini
bertujuan :
1. Mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan melalui
penerapan model concept attainment dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis siswa dalam mata pelajaran sejarah.
2. Menganalisis perbedaan pengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis
siswa dalam pembelajaran sejarah antara kelas eksperimen yang diberikan
treatment dengan menerapkan model concept attainment dengan kelas kontrol yang menerapkan model terlangsung.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya. Adapun penjabaran manfaat
7
1. Bagi guru
Menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan gambaran tentang model
yang cocok digunakan dalam meningkatkan kemampuan berpikir analitis.
2. Bagi siswa
Memberikan suasana baru yang menyenangkan dan menarik dalam kegiatan
pembelajaran sejarah dan dapat mengembangkan kemampuan pencapaian
konsep melalui kemampuan berpikir analitisnya.
3. Bagi sekolah
Memberikan sumbangsih berupa model yang cukup efektif dan menarik
perhatian siswa dalam pembelajaran sejarah dan dapat dijadikan
perbandingan dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga guru dapat
mempertimbangkan penggunaan model yang cocok agar siswa mampu
berpikir analitis, sehingga model tersebut bisa diterapkan di sekolah dan di
kelasnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu :
BAB I memuat tentang pendahuluan. Dalam bab ini terbagi-bagi lagi
menjadi beberapa sub-bab yakni latar belakang penelitian, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II memuat tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, serta hipotesis
penelitian. Adapun dari bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab tentang teori,
model pembelajaran dan kemampuan berpikir analitis.
BAB III memuat tentang metode penelitian. Terdapat sub-bab dalam bab ini
yang terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian
dan justifikasi penggunaan metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan
rasionalnya, serta analisis data.
BAB IV menjelaskan tentang hasil penelitian serta pembahasan. Dalam bab
ini terdapat sub-bab yakni pengolahan data atau analisis data serta pembahasan
8
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
BAB V yang merupakan bab terakhir memuat kesimpulan dan saran.
Kesimpulan merupakan intisari dari keseluruhan isi hasil penelitian. Sedangkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan populasi yakni SMA Negeri 9 Bandung.
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI
yang berjurusan Ilmu-Ilmu Sosial. Adapun jumlah kelas XI IIS di SMA Negeri 9
Bandung adalah sebanyak 4 kelas. Maka pengambilan sampel untuk menentukan
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan cara purposive sampling yakni cara pengambilan sampel yang ditentukan kriterianya oleh peneliti.
B. Desain Penelitian
Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan pengembangan dari
kuasi eksperimen atau eksperimen semu dengan menggunakan non equivalent control group design pretestt-posttest. Desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara tak acak (non-random). “Kedua kelas diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui keadaan awal sebelum diberikan perlakuan (dalam Sugiyono, 2012:
114).” Setelah itu, kelompok eksperimen diberi perlakuan (treatment) dengan menerapkan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan yang serupa. Tes akhir
(posttes) diberikan pada dua kelas untuk mengetahui efektivitas perlakuan.
Bentuk desain eksperimen yang digunakan merupakan kuasi eksperimen
Non Equivalent Groups Pretest-Posttest menurut Schumacher (2001: 342). Desain penelitiannya adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
A = Kelompok Eksperimen
Group pretestt treatment posttest
36
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
B = Kelompok Kontrol
X = perlakuan (treatment)
= Pretest kelompok eksperimen = Posttes kelompok eksperimen
= Pretest kelompok kontrol = Posttes kelompok kontrol
C. Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode
penelitian kuantitatif yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen atau
eksperimen semu yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan berupa
penerapan model concept attainment terhadap kemampuan berpikir analitis siswa. Eksperimen kuasi dipandang relevan untuk digunakan, karena memiliki ciri-ciri:
a) pemecahan masalah yang aktual, b) data yang dikumpulkan akan disusun,
kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. “Penelitian menggunakan
angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel
eksperimen” (dalam Sukmadinata, 2013: 53).
D. Definisi Operasional Variabel
Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment
Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Bandung)”.
Berdasarkan judul penelitian tersebut, terdapat dua variabel dalam penelitian ini,
yaitu pengaruh penerapan model concept attainment dan kemampuan berpikir analitis siswa. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka di bawah
ini terdapat definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :
1. Kemampuan Berpikir Analitis
Kemampuan berpikir analitis dalam penelitian ini dimaksudkan pada suatu
proses berpikir yang mengarahkan siswa untuk mampu menguraikan suatu
informasi berupa kata-kata atau informasi, kemudian mengelompokkannya pada
37
kemudian menghubungkannya dengan sumber serta membuat hipotesis berupa
kesimpulan. Adapun kemampuan berpikir analitis yang diukur, menggunakan
aspek-aspek kemampuan analisis yang dikemukakan oleh Enright & Powers
(dalam Dina, 2012: 23) yang hanya akan menggunakan empat indikator saja yang
dibatasi yaitu hanya pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan
mengembangkan kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.
2. Model Concept Attainment
Model Concept Attainment merupakan sebuah model pembelajaran yang menekankan pada proses pemahaman suatu atribut kebendaan yakni kata-kata
atau data yang dilakukan dalam tiga tahapan, dimulai dari mengamati pemaparan
kata atau data suatu konsep, membedakan dan mengelompokkan pada kategori
contoh dan non-contoh, serta pembuatan hipotesis.
Pencapaian konsep atau Concept Attainment menurut Bruner dkk (dalam Joyce dkk. 2009: 125) merupakan “proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang
dapat digunakan untuk membedakan contoh yang tepat dengan
contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai kategori.”
Seperti yang diungkapkan oleh Huda (2013: 81) bahwa model pencapaian
konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu kategori yang
sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan
membedakan contoh-contoh (disebut exemplars/ contoh positif) yang berisi karakteristik-karakteristik konsep itu dengan contoh-contoh yang tidak berisi
karakteristik-karakteristik ini (disebut non-exemplars/ contoh negatif).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dalam penelitian model concept attainment adalah sebuah model pembelajaran yang diterapkan di kelas XI IPS SMAN 9 Bandung yang meliputi
proses membedakan dan mengelompokkan contoh-contoh dengan non-contoh
pada kategori yang tepat berdasarkan sifat-sifat atau ciri-cirinya dengan
mendefinisikan serta mengidentifikasi contoh-contoh tambahan, membuat
38
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
E. Instrumen Penelitian 1. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk melihat kemampuan
berpikir analitis siswa dan penerapan model concept attainment di SMA Negeri 9 Bandung khususnya kelas XI IPS dalam penelitian ini, menggunakan instrumen
berupa lembar kerja siswa (LKS), lembar tes tertulis, lembar observasi, lembar
angket tanggapan dan wawancara. Adapun kegunaan dari masing-masing
instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut,
a. Lembar kerja siswa (LKS) digunakan untuk memadu siswa melaksanakan
kegiatan pembelajaran pencapaian konsep yang telah disepakati di awal
pembelajaran.
b. Lembar tes tertulis sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu
atau kelompok.
c. Lembar observasi bertujuan untuk menjaring informasi secara langsung
mengenai gambaran keterlaksanaan model pembelajaran berdasarkan
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Pengamatan ini
dilakukan dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.
d. Lembar angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa yang
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan
pengguna. Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
sosial yang dialami. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes, rubrik, lembar observasi, dan kuesioner/angket.
a. Tes dibuat dalam bentuk uraian yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir analitis siswa secara tulisan. Hasil dari pengerjaan soal
tes kemampuan berpikir analitis digunakan sebagai data utama untuk
39
diukur pada aspek beragumentasi, menarik inferensi dan mengembangkan
kesimpulan, mendefinisikan masalah, serta berpikir induktif.
Pengembangan tes dalam penelitian ini, merujuk pada penyusunan tes
menurut Purwanto (2012: 46), untuk membuat soal tes tentang kecakapan analisis,
penyusun tes perlu mengenal berbagai kecakapan yang termasuk klasifikasi
analisis seperti berikut:
1) Dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan
dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.
2) Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara
jelas.
3) Dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang
perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.
4) Dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan
kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntuhan atau sekuensi.
5) Dapat mengenal organisasi prinsip-prinsisp atau organisasi pola-pola dari
materi yang dihadapinya.
6) Dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari
materi yang dihadapinya.
Selain menggunakan rujukan diatas, dalam penyusunan tes juga meliputi
indikator kemampuan berpikir analitis yang diharapkan muncul. Soal yang dibuat
diukur berdasarkan kemunculan aspek kemampuan berpikir analitis yang telah
ditentukan. Selanjutnya dimasukan ke dalam kolom indikator.
Tabel 3.1
Indikator Penilaian Kemampuan Berpikir Analitis
No. Indikator Berpikir Analitis Subindikator Berpikir Analitis
1 Beragumentasi a. Mengetahui jenis bukti yang akan
mendukung atau menolak hipotesis
2
Menarik inferensi dan mengembangkan
kesimpulan
a. Menghasilkan alasan untuk
menjelaskan pengamatan
b. Menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan
40
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
3
Mendefinisikan masalah a. Memecah masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana
b. Mengembangkan definisi konsep dengan tepat
4
Berpikir induktif a. Memecahkan masalah ketika semua informasi yang diperlukan tidak diketahui
F. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang teknik pengumpulan dan analisis
data yang dilakukan.
1. Analisis Hasil Uji Coba
Adapun teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini,
mencakup indeks kesukaran, daya pembeda, validitas, dan realibilitas soal dengan
menggunakan perhitungan software anates versi 4.0.5. Hasil pengolahan data sebagai berikut.
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah suatu pokok uji untuk menentukan proporsi item
soal berada pada tingkat mudah, sedang, atau sukar. Seperti yang dikemukakan
oleh Suherman (1990: 212) bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan
dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran. Bilangan tersebut adalah
41
Adapun klasifikasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.2
Klasifikasi Indeks Kesukaran
No. Indeks Kesukaran Kriteria
1. IK 0,00 Terlalu sukar
2. 0,00IK0,30 Sukar
3. 0,30IK 0,70 Sedang
4. 0,70IK 1,00 Mudah
5. IK 1,00 Terlalu mudah
Penelitian ini menggunakan bantuan sofware pengolahan data tes uraian yakni anates versi 4.0.5 untuk mengetahui tingkat kesukaran dengan nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasikan melalui tabel indeks
kesukaran. Berikut ini merupakan presentase tingkat kesukaran hasil uji instrumen
tes uraian yang telah dilakukan:
Tabel 3.3
Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
Nomor
Berdasarkan tabel di atas, soal nomor 3 tergolong sangat mudah, soal nomor
7 dan 10 tergolong mudah, soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, dan 9 tergolong sedang, dan
soal nomor 8 tergolong soal yang sukar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
instrumen tes memiliki tingkat kesukaran sedang, karena kriteria-kriteria soal
yang baik umumnya dipenuhi dan semua butir soal berarti, maka instrumen ini
42
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
b. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Menurut Suherman (1990: 199) daya pembeda dari
sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut
mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk
menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut :
A B
X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
atau rata-rata kelompok atas
B
X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau
rata-rata kelompok bawah
SMI = Skor Maksimal Ideal
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel
43
Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes menggunakan
bantuan softwareanates versi 4.0.5. Nilai daya pembeda soal sebagai berikut ini : Tabel 3.5
Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Nomor Soal Nilai DP Kriteria
1 4,22 Sangat Baik
2 0,78 Sangat Baik
3 0,56 Baik
4 1,78 Sangat Baik
5 1,67 Sangat Baik
6 0,22 Cukup
7 1,89 Sangat Baik
8 0,89 Sangat Baik
9 4,78 Sangat Baik
10. -0,33 Sangat Jelek
Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal uraian, 7 butir soal termasuk
dalam kategori baik yaitu butir soal no. 1,2,4,5,7,8,9, 2 butir soal termasuk
kategori cukup yaitu butir soal no. 3,6, dan 1 butir soal termasuk kategori jelek
yaitu no. 10. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya
pembeda yang sangat baik.
c. Uji Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur (Arikunto, 2008: 65). Oleh karena itu, menurut Suherman (1990: 135)
suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang
seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk
mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X
pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk
tujuan yang lain.
Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis,
yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada
penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas
instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji
coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang
44
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi
menggunakan angka kasar (raw score). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
2 2 2 2
= Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa
i
= Jumlah total skor kuadrat siswa
Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji
keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah sebagai berikut (dalam Sudjana, 2005: 380):
√
H0 : validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : validitas tiap butir soal berarti
Kriteria pengujian :
Dengan mengambil taraf nyata= , maka H0 diterima jika :
Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n – 2). Dalam hal lain H0 ditolak. Menurut J. P Guilford (dalam Suherman, 1990: 147), koefisien
45
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefesien Validitas
No Koefisien Validitas Kriteria
1. 0,80rxy 1, 00 Sangat tinggi (sangat baik)
2. 0, 60rxy 0,80 Tinggi (baik)
3. 0, 40rxy 0, 60 Sedang (cukup)
4. 0, 20rxy 0, 40 Rendah
5. 0, 00rxy 0, 20 Sangat rendah
6. rxy 0, 00 Tidak valid
Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal.
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3 Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria
1 0,864 Sangat Tinggi
2 0,653 Tinggi
3 0,545 Sedang
4 0,745 Tinggi
5 0,611 Tinggi
6 0,229 Rendah
7 0,660 Tinggi
8 0,361 Rendah
9 0,782 Tinggi
10 0,114 Sangat Rendah
Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas
tersebut diuji keberartiannya. Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir
soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.
d. Uji Realibilitas
Suherman (1990: 167) menyatakan bahwa reliabilitas suatu alat ukur atau
alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap
sama (konsisten), hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika
pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang,
46
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
kondisi. Untuk mencari koefisien reliabilitas soal tipe uraian (secara manual)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu:
Keterangan :
n = banyak butir soal
2
i s
= jumlah varians skor setiap soal
2
Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990:
177) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.8
Klasifikasi Derajat Reliabilitas
No. Derajat Reliabilitas Kriteria
1.
Derajat reliabilitas pada instrumen tes yang diujicobakan adalah 0,50.
Dengan demikian, instrumen tes evaluasi tersebut memiliki derajat reliabilitas
47
2. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik dengan
menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows. Data utama berupa tes kemampuan berpikir analitis serta data tambahan yaitu angket untuk respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan model concept attainment dan lembar observasi. Semua data tersebut dihitung secara statistik dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Soal kemampuan berpikir analitis
Adapun langkah-langkah dari analisis data soal uraian meliputi pemberian
skor pada hasil pretest dan posttest untuk setiap soal uraian kemampuan berpikir analitis, menghitung skor total pretest dan posttest dari seluruh soal uraian kemampuan berpikir analitis untuk satu per satu siswa dan menentukan rata-rata
skor pretest dan posttest. Kemudian pada data tersebut dilakukan analisis data secara kuantitatif. Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi analisis data
pretest dan posttest. Agar memudahkan proses pengolahan data, digunakan bantuan software SPSS Versi 16.0 for Windows. Adapun langkah-langkahya adalah sebagai berikut :
1) Analisis Data Pretest dan Posttest
Analisis data pretest dan posttest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis ini dilakukan untuk menentukan kemampuan berpikir
analitis awal kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tahapan analisis yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a) Analisis data secara deskriptif
Data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis secara deskriptif terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
umum pencapaian siswa mengenai data yang diperoleh. Analisis data secara
deskriptif meliputi penghitungan skor minimum, skor maksimum, dan rata-rata.
b) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data
48
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
menjadi syarat pengujian memakai statistik parametrik atau non parametrik pada
tahap selanjutnya.
Hipotesis yang digunakan :
H0: Data pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol (keduanya)
berasal dari populasi berdistribusi normal;
H1: Data pretest / posttest kelas eksperimen atau kelas kontrol (salah satu atau
keduanya) berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas. Namun apabila H0 ditolak, maka pengujian
dilanjutkan dengan analisis statistika nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
c) Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama (homogen) atau
tidaknya variansi populasi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : = (Variansinya homogen)
H1 : (Variansinya tidak homogen)
Dengan,
: variansi kelas kontrol
: variansi kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
Apabila dari hasil pengujian diperoleh H0 diterima, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t. Namun apabila H0 ditolak, maka
49
d) Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian
ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hipotesis yang digunakan:
H0: μe = μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama atau tidak berbeda secara signifikan)
H1: μe μk (rata-rata skor pretest / posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak sama/ berbeda secara signifikan)
Dengan,
μk : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas kontrol μe : rata-rata skor pretest / posttest pada kelas eksperimen
Kriteria pengujian:
H0 diterima apabila nilai Sig. 0,05
H0 ditolak apabila nilai Sig. < 0,05
b. Analisis angket siswa
1) Melakukan tabulasi jawaban angket dari seluruh siswa .
2) Menghitung persentase jawaban siswa untuk masing-masing kriteria yang
ditanyakan dengan perhitungan sebagai berikut.
Keterangan :
p = persentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya responden
3) Melakukan interpretasi jawaban angket setelah diperoleh persentasenya,
50
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Tabel 3.9
Penafsiran Hasil Angket
Persentase Tafsiran Kualitatif
Tak seorangpun
Sebagian kecil
Hampir setengahnya
Setengahnya
Sebagian besar
Hampir seluruhnya
Seluruhnya
c. Analisis Lembar Observasi
Lembar Observasi dianalisis untuk melihat kesesuaian antara
tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dalam RPP dengan menggunakan model
concept attainment di kelas eksperimen. Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana
pembelajaran.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahapan penelitian yang secara garis besar
terdiri dari tiga tahapan yakni, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap
penarikan kesimpulan. Berikut uraian dari ketiga tahap tersebut :
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan studi lapangan dengan melakukan observasi ke sekolah untuk
melihat permsalahan kemudian analisis kurikulum, studi literatur untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun alat pengumpul data berupa tes dan non tes.
c. Melakukan uji coba alat pengumpul data (instrumen).
d. Mengolah hasil uji coba soal tes uraian kemudian melakukan revisi dan
menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data.
2. Tahap Pelaksanaan
51
b. Melaksanakan pembelajaran dengan model concept attainment di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol.
c. Memberikan posttest kepada seluruh siswa yang mengikuti pretest untuk mengetahui kemampuan akhir berpikir analitis siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahapan ini meliputi analisis data hasil penelitian yang diolah menggunakan
52
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Adapun alur penelitiannya yaitu sebagai berikut :
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Sumber : Hasil olah peneliti dari berbagai sumber
Kelas Kontrol
Pembelajaran dengan model terlangsung
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan Observasi
Model Pembelajaran Studi Lapangan
Penerapan Model Concept Attainment terhadap Kemampuan Berpikir Analitis
Kelas Eksperimen
pembelajaran dengan model concept attainment
Studi Literatur
Permasalahan
Penentuan Subjek Penelitian
Penyusunan, revisi, dan pengesahan instrumen instrumen
Pretest
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian yang telah dilakukan.
A. Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada pada bab
sebelumnya, menjelaskan bahwa kemampuan berpikir analitis dengan
menerapkan model pembelajaran concept attainment lebih baik daripada menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan guru kelas (terlangsung).
Materi yang diberikan adalah bentuk soal uraian sejarah sebanyak 10 soal untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis dengan menggunakan model
pembelajaran concept attainment.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari pretest dan posttest, peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Model pembelajaran concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis di kelas eksperimen. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata
pretest sebesar 34.12 dan hasil posttest 71.88. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan model concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis siswa di kelas eksperimen.
2. Model pembelajaran concept attainment dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis di kelas eksperimen tidak hanya semata-mata
dilihat dari hasil pretest dan posttestnya. Namun peneliti dalam penelitian ini melihat adanya perbedaan hasil prestest dan posttest di kedua kelas yakni kelas eksperimen dan kontrol. Semula hasil prestest kedua kelas tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan yakni 34.12 dan 34.06. Kemudian
setelah dilaksanakan pembelajaran di masing-masing kelas, kelas
79
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
posttest. Didapatkan hasil posttest yakni 71.88 dan 65.76. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh kemampuan berpikir analitis
antara kelas eksperimen yang diberi perlakuan (treatment) berupa model
concept attainment dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran terlangsung.
B. Saran
Hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan model pembelajaran
concept attainment berpengaruh terhadap kemampuan berpikir analitis. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka peneliti menyarankan hal-hal berikut :
1. Bagi guru yang mengajar di sekolah menengah atas, model pembelajaran
concept attainment merupakan alternatif yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran sejarah.
2. Untuk Peneliti Lanjutan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka
disarankan untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut :
a) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai kemampuan
berpikir analitis, hendaknya memperhitungkan perihal waktu supaya dapat
mengembangkan aspek-aspek dalam kemampuan berpikir analitis lebih baik
lagi, karena kemampuan ini tidak dapat dikembangkan dalam waktu yang
singkat. Selain itu peneliti hendaknya mampu membedakan antara
kemampuan berpikir analitis dengan kemampuan menganalisis siswa.
b) Peneliti lanjutan hendaknya lebih memperhatikan aspek-aspek kemampuan
berpikir analitis yang hendak dikembangkan dalam bentuk pembelajaran
yang akan dinilai. Peneliti harus merancang pembelajaran yang dapat
mengembangkan aspek-aspek berpikir analitis tersebut ke dalam bentuk
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :
Anderson dan Krathwol. (2010) Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, R. (2008) Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Z. (2011) Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2009) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Baharuddin dan Wahyuni. (2008) Teori Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Boeree, C.G. (2009) Metode Pembelajaran & Pengajaran: Kritik dan Sugesti Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Pengajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Brookhart, S.M. (2010) How To Assess Higher-Order Thinking Skills In your Classroom. Virginia: ACSD Member Book.
Dahar, R.W. (2011) Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Daryanto. (2012) Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Eggen dan Kauchak. (2012) Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: PT. Indeks.
Huda, M. (2013) Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2011) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Komalasari, K. (2013) Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Intan Wulandari, 2014
Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Riduwan. (2009) Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusman. (2012) Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Silver, H.F., R.W.S & M.J.P. (2012) Strategi-Strategi Pengajaran: Memilh Strategi Berbasis Penelitian yang Tepat untuk Setiap Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks.
Sudjana, N. (2010) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2012) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (1990) Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sukmadinata. N.S. (2013) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Supardan, D. (2009) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Suprijono, A. (2012) Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto, B. (2009) Proses Belajar Mengajar di Sekolah: Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumber Skripsi, Tesis, Disertasi :
Angraini, L.M. (2012) Pengaruh Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Dina. (2012) Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Analitis Siswa Pada Konsep Hidrolisis Garam. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Murdikah. (2006) Penggunaan Model Pembelajaran Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Reproduksi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Ramdhana, P. (2009) Pengaruh Metode Penugasan Mini-Riset Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X Dalam Konsep Ekologi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Ridwan, R. (2012) Penerapan Model Pembelajaran Concept Attainment Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VII J SMPN 4 Bukittinggi. Skripsi: Tidak Diterbitkan.
Rohmatulloh. (2010) Keefektifan Model Pembelajaran Kolaborasi Pemecahan Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa SD. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Susilawati, E. (2011) Penerapan Concept Attainment Models Menggunakan Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Manik, R. (2010) Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Sebagai Upaya Untuk Mengatasi Miskonsepsi Matematik Siswa Sma : Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI SMA di Cimahi. Skripsi, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sumber Jurnal :
Adzjiodoem. (2013) Model Pembelajaran Concept Attainment. [Online]. Tersedia : http://adzjiodoem.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-concept-attainment.html [30 Maret 2013].
Spencer & Spencer. (2011) Notes on Analytical/ Conceptual Thinking. [Online]. Tersedia: http://www.breakoutofthebox.com/AnalyticalConceptualThingking.pdf. [22 Mei 2014].
Sumber Internet :
Herdian. (2010) Kemampuan Berpikir Analitis. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berpikir-analitis/ [30 April 2014].