No. Daftar FPIPS : 1960/UN.40.2.3/PL/2014
PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1
Cianjur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sejarah
Oleh:
Mutiara Fitriyanti
0901687
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
PENERAPAN TEKNIK POINT COUNTER POINT UNTUK
MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1
Cianjur)
Oleh: Mutiara Fitriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Mutiara Fitriyanti Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari observasi peneliti di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur . Berdasarkan observasi tersebut, peneliti menemukan bahwa kelas XI Bahasa mempunyai potensi yang cukup baik dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Namun, kemampuan berpikir kritisnya belum digali secara optimal. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa,
penelitian ini mengambil judul “Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur).. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Agar permasalahan tersebut tidak meluas, peneliti membatasi ke dalam beberapa pertanyaan penelitian: 1) Bagaimana kondisi awal sebelum diterapkan teknik Point Counter Point di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 2) Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 3) Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 4) Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah yang diperoleh melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 5) Bagaimana kendala yang dihadapi saat diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?. Metode yang digunakan oleh peneliti saat berlangsungnya proses penelitian adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis dan Taggart. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 4 siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan teknik Point Counter Point dapat digunakan sebagai salah satu solusi alternatif untuk menciptakan suasana pembelajaran sejarah yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dilihat dari ketercapaian indikator-indikator kemampuan berpikir kritis yang muncul ketika proses penerapan teknik Point Counter Point, indikator-indikator tersebut diantaranya: Memfokuskan Pertanyaan; b) Menganalisis Argumen; c) Bertanya dan Menjawab Pertanyaan; d) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya/tidak; e) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan; f) Mengidentifikasi istilah dan pertimbangan suatu definisi; g) Berinteraksi dengan orang lain.
ABSTRACT
The research begins from observation in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. Based on the observation, research found that he class has a good potential in developing the critical thinking ability. However, the critical thinking ability cant’be seen optimally yet. Therefore, to make student’s critical thinking ability, the researcher take the title of “The application of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history ( action research in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur). The main problem is how to apply point counter point technique to make student’s critical thinking ability in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. So that the problem not spread, researcher limit into some question: 1) how the condition class before the applying of point counter point technique in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 2) How to plan learning of history through the application of point of counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 3) How the implementation steps of learning of history through the application of point of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 4) How can evaluation of learning of history obtained through the application of point counter point technique to make the student’s critical thinking ability in history XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?, 5) How obstacles encountered during the implementation of the application of point counter point
technique to make the student’s critical thinking ability in history in XI Bahasa SMA Negeri
1 Cianjur?. Method used by researcher when research in action research class with Kemmis & Taggart model. Based on the results of research for cycles can be conclude that the application of the point counter point technique can be used as alternative solution to create learning condition can make student’s critical thinking ability. It is seen from the achievement of critical thinking ability indicators that appears when the application of point counter point technique, indicators conclude: a) focus on question, b) analyze argument, c) ask and answer question, d) to consider wheter the information source reliable ar not, e) make a judgement and determine the result, f) identify the term and consideration of a definition, g)interact with others.
v
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
DAFTAR ISI A. LatarBelakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teknik Point Counter Point ... 11
B. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Point Counter Point ... 16
C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 18
D. Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah ... 27
E. Hubungan antara Teknik Point Counter Point dengan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Penelitian Terdahulu) ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian ... 43
C. Metode Penelitian ... 47
D. Definisi Operasional ... 50
1. Teknik Pembelajaran ... 50
2. Teknik Point Counter Point ... 51
3. Kemampuan Berpikir Kritis ... 51
E.Teknik Pengumpulan Data ... 59
1. Observasi ... 60
2. Catatan Lapangan ... 60
F.Instrumen Penelitian ... 61
1. Lembar Pedoman Observasi ... 61
2. Jurnal Kesan Siswa ... 62
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 64
1. Teknik Pengolahan Data ... 64
H. Analisis Data ... 65
1. Tahap Reduksi Data ... 65
2. Tahap Display Data ... 66
3. Tahap Verifikasi Data ... 66
I. Validasi Data ... 67
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Kondisi Pembelajaran Sebelum Diterapkan Teknik Point Counter Point ... 68
B. Persiapan Penerapan Teknik Point Counter Point ... 69
C. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Melalui Penerapan teknik Point Counter Point ... 70
1. Deskripsi Tindakan Siklus 1 ... 72
2. Deskripsi Tindakan Siklus 2 ... 77
3. Deskripsi Tindakan Siklus 3 ... 84
4. Deskripsi Tindakan Siklus 4 ... 89
D.Hasil Penerapan Teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa ... 93
1. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 1 ... 93
2. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 2 ... 96
3. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 3 ... 99
4. Pengolahan dan Analisis Data Siklus 4 ... 103
E.Kendala yang Dihadapi dalam Menerapkan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 107
F. Analisis Data Keseluruhan Hasil Penelitian dalam Menerapkan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa….109 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 112
B. Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 120
1
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk terwujudnya efisiensi dan
efektivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran yang efisien dan efektif
ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dimana
pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi
pendidikan. Hal ini berlaku untuk setiap mata pelajaran di setiap tingkat satuan
pendidikan termasuk mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pembelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah adalah
perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari
tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini (Widja, 1989:
23). Melalui proses belajar sejarah bukan semata-mata siswa menghapal fakta, siswa
dapat mengenal kehidupan bangsanya secara lebih baik dan mempersiapkan
kehidupan pribadi dan bangsanya yang lebih siap untuk jangka selanjutnya ( Hamid
Hasan, 1997:141).
Selain itu, (Hamid Hasan, 2008: 3) dalam makalahnya mengemukakan bahwa
mata pelajaran sejarah berpotensi untuk;
Mengembangkan kemampuan berpikir; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu; 3) Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 3) Sikap kepahlawanan dan kepemimpinan; 4) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 5) Mengembangkan kepeduliaan sosial; 6) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi; 7) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan mengkomunikasikan informasi.
Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir
dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Namun,
kenyataannya tidak seperti itu dimana sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan. Hasan pada
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/194403101967101-SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasaka pdf,
diunduh 8 September 2013) mengemukakan bahwa anggapan mengenai sejarah
adalah bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang bosan berkenaan dengan
kehidupan manusia masa lampau. Selain itu, saat ini pembelajaran sejarah didominasi
oleh kenyataan bahwa siswa diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep
ataupun tanggal dari sebuah peristiwa sehingga kemampuan yang dikembangkan
masih pada kemampuan mengingat (kognitif tingkat pertama). Anggapan-anggapan
keliru tersebut tentu tidak akan ada ketika pembelajaran sejarah dapat dikembangkan
sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengambil makna dan memahami esensi dari
sebuah peristiwa sejarah dimana pembelajaran sejarah berkenaan dengan upaya
memperkenalkan siswa terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti
berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis, kemampuan penelitian
sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Selain itu, menurut Alfian (2007: 1) pembelajaran sejarah mampu mengembangkan
kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa
lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses
perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam
rangka menemukan dan menumbuhkan jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan
masyarakat dunia, sehingga sejarah merupakan sarana pendidikan, pengajaran yang
termasuk ke dalam pengajaran normatif, karena tujuan dan sasarannya lebih
dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna yang sesuai dengan
3
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Adapun pendapat yang diungkapkan Kochhar (2008: 50) yang menjelaskan sasaran utama pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas (SMA) adalah:
Pertama meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang
sekarang ini. Peradaban modern yang dicapai saat ini merupakan hasil proses
perkembangan yang panjang dan sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran
yang mampu menguraikan proses tersebut. Kedua, meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia.
Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama, disamping berbagai
karakteristik lokal kebanyakan adalah unsur-unsur yang menunjukkan kesatuan dasar
manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini adalah menekankan dasar
tersebut. Ketiga, menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa
telah menyumbangkan denmgan berbagai cara terhadap peradaban secara
keseluruhan. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa.
Keempat, memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan
manusia. Dan kelima, memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat memepelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia
secara keseluruhan.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kochhar, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran sejarah dapat mengembangkan berbagai potensi
dan pada dasanya pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan mengacu pada pemahaman
terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah dapat melatih kemampuan siswa dalam
memahami bagaimana peristiwa sejarah tersebut terjadi sehingga kemampuan
yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, (3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, (4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, (5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional.
Adapun tujuan pembelajaran menurut (Ismaun, 2005: 224) yaitu:
Mampu memahami sejarah, dalam arti: a) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; b) memiliki kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; c) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi kepadanya guna menentukan kesahihan informasi tersebut; d) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. 2) Memiliki kesadaran sejarah, dalam arti: a) memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya; b) kesadaran akan terjadinya perubahan secara terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya; c) memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah; d) memiliki kemampuan untuk memilah nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dan memilih suatu mentransformasi nilai-nilai positif menjadi miliknya; e) memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa sejarah; serta f) memiliki kemampuan dan kesadaran untuk tidak akan mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal-hal yang bersifat negatif dalam peristiwa sejarah.
Berdasarkan kedua kutipan diatas, disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
sejarah tidak hanya mengembangkan aspek kognitif siswa saja yang hanya mencakup
5
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
untuk lebih berpikir siswa secara kritis sehingga dapat tercapainya tujuan
pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya,
pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan belum terlaksana dengan baik. Proses pembelajaran yang selama ini
dilakukan di sekolah lebih kepada pembelajaran yang bersifat teacher center, dimana guru lebih mendominasi pembelajaran dibandingkan siswa sehingga siswa tidak
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berakibat kepada
kurang berkembangnya kemampuan berpikir siswa dan proses pembelajaran terasa
membosankan sehingga pada akhirnya siswa tidak tertarik mengikuti proses
pembelajaran sejarah, seperti apa yang diungkapkan oleh Widja (1989):
“Pembelajaran sejarah tidak menarik dan membosankan. Guru-guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model serta teknik pembelajarannya juga dari itu ke itu saja”.
Sebagaimana yang dikemukakan Hasan (2008: 6) bahwa pertama, pendidikan Indonesia didominasi oleh pandangan filosofis esensialisme dan perenialisme. Dan kedua, pendidikan di Indonesia diwarnai oleh pandangan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai sains dan teknologi. Di antara kedua pandangan
tersebut, pandangan yang kedua menyebabkan para pelaksana pendidikan khususnya guru lebih menekankan tingkat pecapaian hasil belajar peserta didik pada aspek
kognitif saja yang berupa hapalan dan ingatan sehingga peserta didik hanya dituntut
untuk mengetahui sesuatu tanpa diajak untuk memahaminya. Dengan kata lain
pembelajaran sejarah selama ini lebih ditekankan pada orientasi target penguasaan
materi saja tanpa melatih peserta didik untuk memahami materi tersebut. Siswa hanya
sekedar menghapal materi sehingga tingkat pemahamannya rendah dan biasanya
siswa akan mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Dengan kata lain, apabila mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan, dapat
dikatakan bahwa kenyataannya dilapangan tujuan tersebut belum tercapai.
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA
pembelajaran sejarah kurang efektif dimana guru terlalu mendominasi pembelajaran
tanpa mengajak siswa untuk aktif dan berpikir. Padahal siswa kelas XI Bahasa
mempunyai kemauan dan kemampuan yang cukup baik ketika presentasi, sehingga
peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelas tersebut mampu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis saat pembelajaran sejarah. Namun, kemauan dan
kemampuan siswa tersebut belum digali secara optimal sehingga proses pembelajaran
sejarah pun terkesan menjadi bosan dan menjenuhkan. Adapun respon yang baik saat
proses pembelajaran sejarah terlihat ketika guru memberikan sebuah pertanyaan
dimana siswa cukup antusias dan merespon pertanyaan tersebut dengan cukup baik
meskipun terdapat beberapa siswa yang asal menjawab. Hal ini membuktikan bahwa
siswa memang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mengemukakan
pendapat. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak ditanggapi secara serius, maka
siswa tidak akan dapat mengembangkan kemampuannya. Hal ini akan berakibat pada
tidak dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan sebagaimana diketahui
bahwa tujuan pembelajaran sejarah sendiri mampu meningkatkan kemampuan
berpikir kritis. Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah
untuk dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik.
Berpikir kritis dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah dimana sejarah
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan
perkembangan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan teknik dan
metodologi tertentu (Sapriya, 2009: 208-209).
Tujuan pembelajaran sejarah mampu melatih kemampuan siswa untuk berpikir
kritis jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik, sehingga berdasarkan
permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelas XI
7
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
memecahkan Bahasan yang diberikan oleh guru. Banyak sekali yang menyebabkan
seseorang mengalami kegagalan belajar, salah satunya disebabkan oleh strategi
kurang tepatnya pemilihan teknik pembelajaran serta teknik pembelajaran yang
kurang tepat. Oleh karena itu peneliti memilih teknik pembelajaran tipe Point Counter Point untuk digunakan peneliti saat melakukan penelitian karena dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan di kelas tersebut.
Selain itu, alasan pemilihan teknik Point Counter Point sendiri karena menurut peneliti sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas XI Bahasa dimana
siswa sudah mempunyai kemampuan berpikir dan mengemukakan pendapat yang
baik namun belum digali secara optimal sehingga kemampuan mereka tidak tumbuh
dan tidak berkembang secara baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik ini
sebagai upaya untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu
teknik ini peneliti gunakan karena lebih sederhana dibandingkan dengan debate. Menurut Hisyam Zaini dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif (2008 : 41) Point Counter Point adalah teknik yang melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam.Selain itu Point Counter Point merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang diskusi dan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu
kompleks. Pada dasarnya teknik ini hampir mirip dengan debate namun teknik Point Counter Point proses pelaksanaanya dapat berjalan dengan lebih cepat dimana kegiatannya dapat dilakukan meskipun tidak ada persiapan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Penerapan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata pelajaran Sejarah di Kelas XI
Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, yang menjadi permasalahan utama
untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah?”. Agar permasalahan tersebut tidak meluas, maka peneliti membatasinya kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi awal sebelum diterapkan teknik Point Counter Point di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
2. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan
teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah yang diperoleh melalui penerapan
teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
5. Bagaimana kendala yang dihadapi saat diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan di atas. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran secara faktual dan aktual mengenai penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 1 Cianjur. Secara khusus
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh gambaran awal mengenai situasi dan kondisi awal tentang
pembelajaran sejarah di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur guna dijadikan
9
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
2. Mendeskripsikan perencanaan dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di
Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
3. Mengkaji dan menganalisis penerapan dari teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di
Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
4. Melihat evaluasi yang diperoleh dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
5. Menganalisis kendala dari diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di
Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan
memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan untuk lebih memahami dunia
pendidikan serta keterampilan dalam menerapkan teknik pembelajaran pada
proses belajar mengajar berlangsung.
2. Bagi siswa, dapat menumbuhkan keberanian dalam beragumentasi khususnya
meningkatnya kemampuan beragumentasi yang baik saat proses belajar mengajar
berlangsung.
3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sebuah solusi untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah serta menambah
wawasan dan ketarampilan dalam hal penggunaan teknik pembelajaran.
4. Bagi sekolah, akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
E. Struktrur Organisasi Penelitian
BAB I membahas mengenai pendahuluan. Dalam bab ini terdapat beberapa
sub bab yang membahas mengenai latar belakang yang diungkapkan peneliti tentang
permasalahan yang terjadi. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II membahas kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti membahas membahas
kajian pustaka yang mendasari penelitian ini, di mana dalam bab ini peneliti
melakukan berbagai kajian dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, dalam bab ini terdapat beberapa
penjelasan mengenai teknik pembelajaran, teknik Point Counter Point, keunggulan teknik Point Counter Point, teknik Point Counter Point dalam pembelajaran sejarah, kemampuan berpikir kritis, pengertian berpikir kritis, faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dalam
pembelajaran sejarah serta hasil penelitian – penelitian terdahulu.
BAB III membahas mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini peneliti
membahas mengenai metode penelitian, desain penelitian, sasaran penelitian, lokasi
penelitian dan subjek penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, teknik
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta validasi data .
BAB IV membahas mengenai pembahasan dan hasil penelitian. Dalam bab ini
dijelaskan mengenai temuan penelitian dan pemBahasan hasil penelitian sebagai
jawaban atas rumusan masalah dan pertanyaan penelitian.
BAB V membahas mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini dikemukakan
mengenai bagaimana kesimpulan serta saran atas permasalahan yang diangkat dalam
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Cianjur yang
beralamat di Jl. Pangeran Hidayatullah No. 62 ini memiliki 37 kelas dengan jumlah
total keseluruhan 1320 siswa. Subjek penelitian yang digunakan di dalam penelitian
ini adalah siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur dengan jumlah siswa 20
orang di dalam kelasnya.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Cianjur tidak
terlepas dari prosedur penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti diantaranya; 1) melakukan
pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan; 2) menentukan kelas
yang akan dijadikan sebagai objek penelitian; 3) Meminta kesediaan guru untuk
dijadikan sebagai pengawas jalannya pelaksanaan metode Point Counter Point dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan; 4) Menyusun kesepakatan dengan
guru mengenai waktu penelitian. Hal ini dimaksudkan agar proses penelitian yang
dilakukan oleh peneliti nanti dipahami oleh pihak sekolah dan memperoleh izin untuk
melakukan suatu kegiatan penelitian.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, di bawah ini merupakan gambaran dari desain penelitian Kemmis dan Taggart yang akan digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam proses penelitian. Adapun gambarnya adalah sebagai
berikut:
Refleksi
Observasi
Tindakan 1 Rencana
tindakan1
Rencana tindakan2
Pra
Rencana tindakan3 Observasi
Refleksi Refleksi
Tindakan 2
Tindakan 3
dst
Gambar 3.1
Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart (1988) (Diadaptasi Wiriaatmadja, 2005: 66)
Alasan peneliti menggunakan desain Kemmis dan Taggart karena desain ini merupakan komponen dasar yang sesuai dalam penelitian ini. Apabila dicermati,
desain yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart ini pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri dari
empat komponen, yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan dan 4) refleksi
dimana dalam pelaksanaanya, jumlah siklus sangat bergantung kepada permasalahan
yang perlu diselesaikan (Depdiknas: 2004). Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan
mencoba menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti saat
menggunakan desain Kemmis dan Taggart ini, diantaranya:
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Rencana (plan)
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa
yang telah terjadi. Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih
menekankan pada sifat-sifat luwes yang mampu menjawab tantangan yang muncul
dalam proses belajar mengajar dan mengenal rintangan yang sebenarnya. Dalam
penelitian tindakan kelas, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat
fleksibel. Tahap ini merupakan tahap awal dalam pelaksanaan PTK yang dilakukan
oleh peneliti, perencanaan penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Melakukan pengenalan lapangan, yaitu dengan melakukan perizinan serta
sosialisasi terhadap pihak sekolah.
Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan.
Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.
Meminta kesediaan guru untuk dijadikan sebagai pengawas jalannya pelaksanaan
teknik Point Counter Point dalam proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan.
Menyusun kesepakatan dengan guru mengenai waktu penelitian.
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Mempersiapkan alat observasi yang dilakukan untuk melihat aktivitas siswa
dalam penerapan teknik Point Counter Point.
Menyusun jurnal kesan siswa terhadap penerapan teknik Point Counter Point.
Menyusun sistem penilaian yang akan digunakan dalam teknik Point Counter
Point, sehingga dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.
Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan guru dengan peneliti.
Membuat rencana untuk melakukan perbaikan, sebagai tindak lanjut dari diskusi
balikan yang telah dilakukan.
Merencanakan untuk pengolahan data dari hasil penelitian.
Tindakan (act)
Pada tahapan ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pelaksanaan tindakan dalam melakukan
suatu penelitian dimaksudkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Pelaksanaan
tindakan yang hendak dilakukan oleh peneliti dijabarkan sebagai berikut:
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan dengan langkah-langkahnya berdasarkan pada silabus serta rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Menerapkan teknik Point Counter Point dalam proses pembelajaran di kelas.
Mengadakan evaluasi belajar terkait dengan tumbuhnya kemampuan berpikir kritis siswa.
Menggunakan instrument penelitian yang telah dibuat sebagai alat observasi,
untuk melihat, merekam atau mencatat segala aktivitas siswa saat berlangsungnya
proses pembelajaran.
Melakukan diskusi balikan dengan guru.
Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan.
Melakukan pengolahan data penelitian.
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengamatan (observe)
Tahap yang ketiga adalah observasi, pada tahap ini observer mengamati
aktivitas peneliti serta siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu,
Observasi mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan
kepada siswa, sehingga hasil observasi merupakan dasar refleksi bagi tindakan yang
telah dilakukan. Oleh karena itu, tahapan observasi dalam penelitian ini dijabarkan
sebagai berikut:
Melakukan pengamatan saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Melakukan pengamatan, kesesuaian penerapan teknik Point Counter Point dengan materi ajar.
Melakukan pengamatan terhadap penerapan teknik Point Counter Point terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
Refleksi (reflect)
Tahap refleksi berusaha untuk melakukan suatu pengkajian kembali akan
suatu tindakan yang telah dilakukan, terhadap subjek penelitian dan telah dicatat
berdasarkan pengamatan. Tahapan ini berusaha mencari alur pemikiran yang logis
dalam kerangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang muncul dalam
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Pada tahapan ini, peneliti menjabarkan
sebagai berikut:
Melakukan kegiatan diskusi balikan antara guru dan peneliti setelah tindakan
dilakukan.
Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya.
Proses pelaksanaan tindakan kelas ini akan dilakukan melalui tiga tahapan
pokok secara siklus, terlihat pada bagan dibawah ini:
Gambar 3.2
(Diadopsi dari Wiriaatmadja, 2005: 106)
Penjelasan gambar pelaksana tindakan tersebut dijelaskan peneliti sebagai
berikut :
1. Perencanaan yang dilakukan guru mitra sebagai observer dan peneliti sebagai sebagai pelaksana tindakan dalam proses pembelajaran, mengenai topic kajian dan fokus yang akan diobservasi berdasarkan kesepakatan bersama. Fokus
observasi itu terdiri atas aspek:
a) Langkah-langkah yang dilakukan peneliti saat menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
b) Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum serta dengan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
c) Perencaan penilaian penerapan teknik Point Counter Point yang dibuat oleh peneliti.
d) Kendala yang dihadapi oleh peneliti saat menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
e) Upaya yang dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengatasi kendala dalam
menerapkan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
52
Pertemuan Perencanaan
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Observasi kelas yaitu kegiatan mitra dalam mengamati siswa serta peneliti saat
berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang muncul
ketika penerapan teknik Point Counter Point di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur.
3. Diskusi balikan terhadap hasil observasi dilakukan oleh guru mitra yang bertindak
sebagai observer dan peneliti sebagai pelaksana tindakan. Hasilnya kemudian direfleksikan dan dijadikan rencana tindakan selanjutnya
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang dilakukan peneliti melalui
tahapan-tahapan yang telah ditentukan untuk memperoleh jawaban atas suatu masalah.
Menurut Hatimah (2010: 95) metode penelitian adalah:
“Suatu cara yang harus dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian prosedur
dan tahapan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap suatu
masalah”.
Berdasarkan pernyataan diatas serta berdasarkan pada kajian dari
permasalahan penelitian, maka metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah
metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan
merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga
pembelajaran siswa dapat ditingkatkan (Depdiknas: 2005). Hopkins (Wiriaamatdja, 2005: 11) mengemukakan pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan yang
substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi sambil terlibat dalam suatu proses
perubahan.
Jika ditinjau dari kajian literature sendiri pengertian Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu
kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat
pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Sedangkan Rochiati Wiriaatmadja
(2005: 13) menyatakan bahwa:
“penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”
Selain itu, PTK didefinisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru
secara individual atau kelompok terhadap masalah pembelajaran yang dihadapinya
guna memecahkan masah tersebut atau menghasilkan pola dan prosedur tertentu yang
paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar dan culture yang sedang berlaku di lingkungan setempat. Hopkins (Wiriaamatdja, 2005: 25) mengemukakan karakteristik PTK, bahwa penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan
membebaskan (liberating), karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil suatu keputusan
atau judgement.. Selain itu, karakteristik penelitian tindakan kelas menurut Sukardi (2004: 211) adalah sebagai berikut:
1) Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari.
2) Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan
kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,
tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun
kerja mandiri secara intensif.
4) Adanya langkah berpikir reflektif atau reflectif thinking dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan.
Alasan pemilihan metode PTK dalam penelitian ini, karena PTK merupakan
jenis penelitian pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas serta sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian
ini yaitu untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain alasan
tersebut, berdasarkan karakteristik PTK yaitu: 1) masalah berawal dari ruang kelas, 2)
tujuannya memperbaiki pembelajaran, 3) teknik utama adalah refleksi diri dengan
tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian, 4) fokus penelitian berupa kegiatan
pembelajaran (Rochiati: 2005). Maka, penggunaan metode PTK sangat sesuai untuk
dijadikan sebagai pondasi dalam penelitian ini.
D. Definisi Operasional
Untuk memudahkan peneliti ketika melakukan penelitian, maka dibawah ini
terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan secara rinci mengenai
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Teknik Pembelajaran
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran diidentikkan
dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Jadi, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan
baik. Menurut Usman (2000: 4) pembelajaran merupakan “suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sementara itu, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada
kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif.
Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode
yang sama. Teknik dalam pembelajaran, merupakan penjelasan dan penjabaran suatu
metode pembelajaran, maka sudah barang tentu bahwa kutipan definisi teknik
tersebut di atas perlu dilengkapi dengan pijakan pada metode tertentu. Oleh karena
itu, maka peneliti dapat simpulkan bahwa teknik dalam pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai daya upaya, atau usaha-usaha yang ditempuh oleh seseorang
guru dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dengan cara yang
paling praktis, namun tetap harus selalu merujuk dan berpijak pada metode tertentu.
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Teknik Point Counter Point
Teknik Point Counter Point sering disamakan dengan debate ataupun diskusi, namun sebenarnya ketiga teknik tersebut sangatlah berbeda. Menurut Hisyam Zaini
dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif (2008 : 41) teknik Point Counter Point adalah teknik yang melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara
mendalam. Penggunaan teknik Point Counter Point dengan pengangkatan isu kompleks yang mempunyai dua sisi perspektif pada pembelajaran sejarah diarahkan
untuk membangun kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dikarenakan dengan
pengangkatan isu kompleks pada saat berlangsungnya proses pembelajaran dapat
mendorong siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa akan berusaha menemukan
sendiri mencari literature yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas sehingga literature tersebut menjadi sebuah pegangan bagi siswa untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat ketika berlangsungnya proses Point Counter Point. Oleh karena itu pemilihan teknik pembelajaran tipe Point Counter Point digunakan oleh peneliti karena sangat tepat untuk membantu siswa dalam memahami materi ajar serta
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Tahapan yang dilakukan saat berlangsungnya pembelajan sejarah dengan
menggunakan teknik Point Counter Point pada penelitian ini diantaranya:
1. Langkah pertama teknik pembelajaran Point Counter Point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok.
2. Peserta didik diberikan pengarahan, kemudian diposisikan sedemikian rupa
sehingga mereka berhadap-hadapan.
3. Memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan
argumentasi-argumentasi yang sesuai dengan perspektif mereka.
4. Setelah tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka
beradu pendapat.
5. Setelah seorang siswa dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai
pandangan yang dikembangkan kelompoknya, kemudian dilanjutkan dengan
tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama dan
proses ini dilanjutkan sampai waktu yang memungkinkan.
6. Dipenghujung waktu pelajaran, evaluasi akhir dibuat sehingga peserta didik dapat
menarik kesimpulan dari pendapat yang mereka sampaikan sehingga dapat
ditemukan sebuah titik temu dari argumentasi-argumentasi.
Oleh karena itu, pengumpul data dari teknik Point Counter Point ini diantaranya pedoman observasi yang mengukur mengenai kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi
informasi. Informasi tersebut dapat didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman,
akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis bukanlah bawaan dari lahir namun
membutuhkan proses pembelajaran dan latihan secara konsisten sehingga dapat
diartikan terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir
seseorang. Jacob (Muldianingsih, 2007: 22) mengemukakan bahwa berpikir kritis membutuhkan pendapat atau keputusan yang cermat, dimana berpikir kritis sendiri
merupakan sebuah tingkatan siswa untuk menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi
dan menarik kesimpulan. Selain itu, berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang menekankan berpikir secara logis serta sistematis dimana
melibatkan proses penalaran yang baik, dengan berpikir kritis akan melatih peserta
didik agar tidak begitu saja menerima informasi yang diterimanya secara langsung,
namun melatih daya kritis siswa sehingga akan ada suatu kemauan peserta didik
untuk menelusuri kebenaran dari informasi tersebut.
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berpikir kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah
kesimpulan atau penilaian. Menurut Ennis (Jaja, 2012: 30) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Jadi, untuk menentukan suatu
kemampuan berpikir kritis dapat diukur melalui kemampuan berpikir kritis yang
terdapat dari suatu indikator. Adapun untuk pengembangan keterampilan berpikir
kritis menurut Ennis (Rohmah, 2010: 15-17) dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Tabel Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis (Rohmah, 2010: 15-17) No. Kelompok Indikator Sub-Indikator
1. Memberikan Penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban
Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan
tidak
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Mempertimbangkan reputasi dan resiko
Kemampuan untuk memberikan alas an
Melibatkan sedikit dugaan
Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
Melaporkan hasil observasi Merekam hasil observasi
Menggunakan buku-buku yang benar
Menggunakan akses yang baik Menggunakan akses yang baik Menggunakan teknologi
Mengemukakan hal yang umum Mengemukakan hasil kesimpulan
hipotesis
Mengemukakan hipotesis Merancang eksperimen
Menarik kesimpulan sesuai fakta Menarik kesimpulan dari hasil
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Membuat dan
menetukan hasil pertimbangan
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
Mengidentifikasi dan menangani kebenaran yang disengaja
mempertimbangkan solusi yang mungkin
Menunjukan posisi, orasi atau tulisan
Adapun indikator yang akan dipakai dalam penelitian ini antara lain:
Tabel 3.2
Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis Sesuai Kebutuhan Penelitian (Rohmah, 2010: 15-17)
No. Kelompok Indikator Sub-Indikator
1 Memberikan
merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan
kesesuaian sumber dengan materi
kesesuaian sumber dengan materi
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu fakta-fakta
Menggunakan strategi logika (siswa mampu memprediksi jawaban dari statement yang dia lontarkan).
Berpikir kritis dalam proses pembelajaran sejarah ini dapat terlaksana jika
seluruh fakta-fakta mengenai peristiwa sejarah tersebut dapat ditemukan, dengan cara
guru dan siswa memiliki sumber dan bahan materi yang lengkap. Dalam pemBahasan
materi sejarah, berpikir kritis ini dapat dilakukan melalui pemBahasan sejumlah fakta
yang masih kontroversial yang diperoleh dari bacaan atau sumber yang didapatkan
oleh siswa sehingga siswa bebas untuk mencari literature lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memecahkan isu, masalah atau fakta yang masih
kontroversial. Hal ini tidak bisa dipungkiri dapat menumbuhkan kemampuan berpikir
siswa menjadi lebih berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa saat
pembelajaran sejarah tidak hanya terdiri dari satu kegiatan saja namun terdiri dari
merumuskan, menganalisis, mensintesis, menyimpulkan serta mengevaluasi. Hal ini
dikemukakan oleh Sugeng Pamudji dalam
(http://18/artikel_detail-membangun-pola-berpikir-kritis-bagi-siswa-25018.html, di unduh 14 Maret 2013) penjelasannya adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan Merumuskan: Kemampuan merumuskan merupakan suatu
keterampilan dalam memberikan batasan pada objek yang diamati. Misalnya
dalam mata pelajaran sejarah kegiatan merumuskan ini digunakan siswa untuk
mengemukakan fakta dari materi yang telah dipelajari.
2. Kemampuan Menganalisis: Kemampuan menganalisis merupakan suatu
kemampuan menguraikan sebuah struktur ke dalam komponen-komponen agar
mengetahui pengorganisasian struktur tersebut. Kemampuan menganalisis
tersebut tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara
menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih
kecil dan terperinci. Pertanyaan analisis, menghendaki agar mengindentifikasi
langkah-langkah logis yang digunakan dalam proses berpikir hingga sampai pada
sudut kesimpulan (Harjasujana, 1987: 44). Kata-kata operasional yang
mengindikasikan keterampilan berpikir analitis, diantaranya: menguraikan,
membuat diagram, mengidentifikasi, menggambarkan, menghubungkan serta
memperinci.
3. Kemampuan Mensintesis: Kemampuan mensintesis merupakan kemampuan yang
berlawanan dengan kemampuan menganalisis. Kemampuan mensintesis adalah
kemampuan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau
susunan yang baru. Pertanyaan sintesis menuntut untuk menggabungkan semua
informasi yang diperoleh dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan
ide-ide baru yang tidak dinyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya. Pertanyaan
sintesis ini memberi kesempatan untuk berpikir bebas terkontrol (Harjasujana,
1987: 44).
4. Kemampuan Mengenal dan Memecahkan Masalah: Kemampuan ini merupakan
kemampuan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Kemampuan ini
menuntut untuk memahami bacaan dengan kritis sehinga setelah kegiatan
membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pikiran pokok bacaan,
sehingga mampu mempola sebuah konsep. Tujuan ini bertujuan agar siswa
mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau
ruang lingkup baru (Walker, 2001: 15).
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Keterampilan Menyimpulkan: Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal
pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang
dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/pengetahuan (kebenaran) yang
baru yang lain (Salam, 1988: 68). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami
bahwa keterampilan ini menuntut pembaca untuk mampu menguraikan dan
memahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula
baru yaitu sebuah simpulan. Proses pemikiran manusia itu sendiri, dapat
menempuh dua cara, yaitu: deduksi dan induksi. Jadi, kesimpulan merupakan
sebuah proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian rupa
untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru.
6. Kemampuan Mengevaluasi atau Menilai: Kemampuan ini menuntut pemikiran
yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang ada.
Kemampuan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang
nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu (Harjasujana, 1987: 44).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa poin-poin tentang kemampuan berpikir
kritis ini merupakan keadaan yang ideal dan harus diperoleh dalam upaya
menumbuhkan suatu kemampuan berpikir kritis, dimana jika siswa mampu
melaksanakan dua poin saja dengan baik dapat memperlihatkan bahwa adanya
kemauan siswa dalam berpikir secara kritis dan otomatis dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah informasi utama untuk memberikan gambaran selama kegiatan
penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti perlu menentukan teknik apa yang
digunakan dalam mengumpulkan data tersebut.
Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2012: 224) bahwa teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena
tanpa menentukan teknik mengumpulkan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Maka, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data yang memenuhi standar dan relevan. Berdasarkan tahapan kegiatan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam
penelitian ini dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Observasi
Observasi menurut Nasution (Sugiyono, 2012: 226) mengemukakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Alasan peneliti memeilih teknik ini
karena yang akan diteli adalah manusia. Selain itu, peneliti akan mengamati proses
kegiatan pembelajaran siswa sehingga peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa
teknik observasi sangat sesuai untuk pengumpulan data. Observasi yang dilakukan
oleh peneliti adalah participant observation. Sebagaimana yang diungkapkan Sugiyono (2012: 145) bahwa dalam participant observation, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
data penelitian. Selain itu, dengan observasi partisipasi peneliti akan lebih mampu
memahami data yang diperoleh. Oleh karena itu, melalui observasi ini peneliti dapat
memperoleh data yang lebih lengkap sehingga peneliti dapat mengetahui secara
detail dari setiap perilaku yang nampak ketika berlangsungnya proses kegiatan
penelitian.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif(Moloeng, 2005: 153).
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa catatan lapangan merupakan
buku jurnal harian yang ditulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh
kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran.
Catatan lapangan yang dibuat oleh peneliti berupa kata-kata yang sangat dipersingkat,
berisi kata-kata inti, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan pada saat
berlangsungnya kegiatan penelitian. F. Instrumen Penelitian
Setelah menentukan teknik atau cara pengumpulan data, peneliti juga
menentukan dengan alat apa data tersebut dapat diperoleh. Menurut (Arikunto, 2002: 134) alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mendapatkan data secara objektif. Sugiyono (2012, 102) juga
mengemukakan bahwa pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada pengukuran alat ukur yang baik yang digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi selama melakukan kegiatan penelitian. Adapun
perangkat-perangkat instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Lembar Pedoman Observasi
Observasi merupakan suatu alat instrument dalam teknik pengumpulan data, dimana peneliti lebih banyak menggunakan salah satu panca inderanya yaitu indera
penglihatan. Selain itu untuk memaksimalkan hasil observasi, peneliti akan
menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Alat bantu tersebut
adalah: buku catatan dan check list yang berisi objek yang perlu mendapat perhatian lebih dalam pengamatan peneliti.
Adapun observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka. Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 110) menjelaskan bahwa observasi terbuka adalah apabila
pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas, pensil, kemudian mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas. Penggunaan observasi
terbuka karena peneliti serta guru mitra dapat langsung melakukan suatu pengamatan,
baik terhadap siswa maupun aktivitas guru. Selain memuat daftar check list, terdapat kolom keterangan yang ditujukkan untuk memuat saran-saran observer atau kekurangan aktivitas peneliti saat melaksanakan tindakan kelas selama proses
pembelajaran yang tidak termuat dalam daftar cek.
Lembar pedoman observasi ini merupakan aspek-aspek dari pengembangan
indikator yang sudah dijelaskan pada definisi operasional. Jadi, untuk mengisi lembar
observasi ini peneliti dan kolaborator hanya tinggal memberikan tanda dan skor pada
aspek tertentu yang disesuaikan dengan apa yang akan dilihat dan dinilai pada saat
observasi dilakukan.
2. Jurnal Kesan Siswa
Jurnal kesan merupakan catatan harian yang dibuat oleh siswa pada akhir
pembelajaran, yang berisi tentang kesan siswa setelah pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh suatu gambaran mengenai kesan siswa terhadap pembelajaran
dalam upaya perbaikan pada pembelajaran berikutnya. Melalui data yang diperoleh
dari jurnal kesan siswa ini, peneliti dapat memperbaiki proses penelitian dalam
menggunakan teknik Point Counter Point. Adapun format jurnal kesan siswa yang akan diberikan adalah sebagai berikut:
Mutiara Fitriyanti, 2014
Penerapan Teknik Point Counter Point Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
JURNAL KESAN SISWA
NAMA :
KELAS :
1. Bagaimanakah kesan anda tentang pembelajaran sejarah selama ini?
……… ………
2. Apakah pembelajaran sejarah hari ini menyenangkan?
……… ……….. 3. Menurut anda, apakah teknik point counter point itu sesuai diterapkan
untuk pembelajaran sejarah?
……… ………..
4. Jika jawaban no.c (Ya/Tidak) apa alasannya?
……… ………
Gambar 3.3 Jurnal Kesan Siswa
Secara keseluruhan, instrument yang akan digunakan di dalam penelitian ini telah dipaparkan secara rinci. Adapun untuk lebih jelasnya, disini peneliti akan
menguraikan kisi-kisi dari instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian
ini agar mudah dipahami ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Hal yang Akan Diteliti Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
Kualitas guru mengajar - Guru