• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH SASARAN KEBIJAKAN MONETER, PDB DAN FDI TERHADAP NILAI EKSPOR DI INDONESIA PERIODE 2000:Q1 – 2014:Q4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH SASARAN KEBIJAKAN MONETER, PDB DAN FDI TERHADAP NILAI EKSPOR DI INDONESIA PERIODE 2000:Q1 – 2014:Q4"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PERIODE 2000:Q1–2014:Q4

Oleh

Grandtino

Arganata

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

Analisis Pengaruh Sasaran Kebijakan Moneter, PDB dan FDI

terhadap Nilai Ekspor Indonesia 2000:Q1-2014:Q4

(Skripsi)

Oleh

Grandtino Arganata

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

THE INFLUENCE ANALYSIS OF MONETARY POLICY GOALS, GDP AND FDI TOWARD EXPORT VALUE PERFORMANCE IN INDONESIA

PERIOD 2000:Q1- 2014: Q4 By

GRANDTINO ARGANATA

The purpose of this study is to determine the effect of the final goals of monetary policy that could be represented by exchange rate and inflation, Gross Domestic Product, and Foreign Direct Investment toward Export value

performance (X) in Indonesia 2000: Q1-2014: Q4. The data of this research are taken using time series starting from 2000 to 2014. In this study, the writer uses Error Correction Model (ECM) method to find the results of this research.

The results show that KURS, PDB and FDI have positive and significant effect toward X. Meanwhile, INF has no significant effect towards X.

(4)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH SASARAN KEBIJAKAN MONETER, PDB DAN FDI TERHADAP NILAI EKSPOR DI INDONESIA PERIODE 2000:Q1 –

2014:Q4 Oleh

GRANDTINO ARGANATA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sasaran kebijakan moneter yang dicerminkan sebagai nilai tukar dan inflasi, Produk Domestik Bruto, dan foreign direct investment terhadap nilai ekspor di Indonesia di Indonesia selama periode 2000:Q1 – 2014:Q4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Data yang digunakan adalah data

sekunder selama periode 2000:Q1 – 2014:Q4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa KURS, PDB, dan FDI berpengaruh positif dan signifikan terhadap X. Sedangkan, INF tidak berpengaruh signifikan.

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Perkembangan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000 - 2014... 2

2. Perkembangan Nilai Tukar dan Nilai Ekspor di Indonesia

Periode 2000–2014 ... 5

3. Perkembangan Inflasi dan Nilai Ekspor di Indonesia

Periode 2000–2014 ... 6

4. Perkembangan PDB dan Nilai Ekspor di Indonesia

Periode 2000–2014 ... 8

5. Perkembangan FDI dan Nilai Ekspor di Indonesia

Periode 2000–2014 ... 9

6. Kerangka Pemikiran ... 13

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penelitian... L1

2. Hasil UjiUnit Rootpada Ordo Level danFirst Difference... L2

3. Uji Kointegrasi ... L16

4. Uji ECM ... L18

5. Lag Optimum... L18

6. Tabel t-statistik ... L20

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ringkasan Hasil Penelitian (Marco Fugazza) ... 31

2. Ringkasan Hasil Penelitian (Muhammad Tariq Majeed) ... 31

3. Ringkasan Hasil Penelitian (Komang Amelia Sri Pramana) ... 32

4. Ringkasan Hasil Penelitian (Sarwedi) ... 32

5. Ringkasan Hasil Penelitian (Irma Febriana M.K dan Nurbetty Herlina Sitorus) ... 33

6. Deskripsi Variabel, Satuan Pengukuran, Simbol, dan Sumber data... 34

7. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron pada Ordo Level ... 43

8. Hasil Uji Stasioneritas Phillips-Perron pada OrdoFirst Difference ... 44

9. Hasil Uji Kointegrasi Residual Estimasi ... 45

10. Hasil Penentuan Lag Optimum ... 46

11. Hasil Uji T ... 47

(8)
(9)

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, skripsi

ini kupersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Dr. M. Sukirlan, M.A. dan Ibu Dra. Silvihana

Bangsaratoe, terimakasih atas doa, dukungan, dan semangat yang tak henti

diberikan untuk kelancaran skripsi ini.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan saran,

motivasi, dan juga doa yang menambahkan semangat dalam penyelesaian skripsi

ini.

Alamamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan

(10)

Riwayat Hidup

Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 31 Mei 1993, sebagai anak pertama

dari tiga bersaudara buah hati pasangan Bapak Dr. M. Sukirlan., M.A. dan Ibu

Dra. Silvihana Bangsaratoe.

Penulis memulai pendidikan formal di SD Al-Kautsar, Bandar Lampung dan

diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Bandar Lampung yang diselesaikan pada

tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) YP UNILA Bandar Lampung

yang diselesaikan pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis melelui jalur SNMPTN dan menjalani aktivitas sebagai mahasiswa jurusan

(11)
(12)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi denganjudul“Analisis Pengaruh

Sasaran Kebijakan Moneter, PDB dan FDI Terhadap Nilai Ekspor di Indonesia

Periode 2000:Q1–2014:Q4” adalahsalah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. SatriaBangsawan, S.E., M.Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis, Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.EP, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si, selaku dosen pembimbing, yang telah

memberikan ilmu, saran serta kritik dalam proses skripsi hingga akhir.

5. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si, selaku dosen penguji yang telah meluangkan

waktu dan memberikan kritik serta saran. Serta telah hadir pada seminar usul,

seminar hasil dan ujian komprehensif.

6. Bapak Dr. Nairobi, S.E., M.Si.,selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(13)

yang telah diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini.

9. Gella Nadia Dwi Putri yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

bentuk apapun selama beberapa tahun ini.

10. Teman-teman SMA YP UNILA: Mirzah, Adit, Eka, Fawas, Bung, Gendon,

Agung, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

11. Teman-teman Clan TD : Borju, Nanang, Sofyan, Panji, Udin , Ikram, Edo, Genio,

Tret, Gonz, Yoga, Kruhu, Ridel, Richard, Iduy, Diono, Allan, Amri, Ayah, dan

Devin.(Cepe’ bener...)

12. Teman-teman satu bimbingan : Borju, Cella,Sofyan dan Ikram.

13. Teman-teman EP11, EP 12, dan EP 13: Fadil, Nizon, AnggiWahyu, AnggieArif,

Ade, Hamid, Sulton Habib, Yessi, Agil, Devi, Irma, Ocha, Arnes, Indah F, Dian

Ayu, Lena, Ninut, Iin,Putri, Cella, Duwi, Dewi Kicik, Aming, Gondol, Windy,

Zalalia, Ayu, Cahya, Indah,Rahma,Asty, Eny, Ayuni, Glady, Trimul, Enci,

Anton, Suci, Suci, Mega, EP Kemiling, Julian, Boy, dan masih banyak lagi yang

tidak bisa disebutkan satu persatu.

14. Untuk Ayuk dan Mba Mie yang telah sudi menyediakan segelas kopi hangat dan

sebungkus nasi uduk. Dan untuk Mang Jum yang telah banyak memberikan

wejangan tentang cinta untuk saya.

15. Teman-teman Kelompok 7 KKN Desa Watu Agung : Bang Neo, Bang Irfan,

Mbak Hel, Mbak Sani, Leny, Sendy, Tara, Kiki, Kahfi, Jaka, Mas Aji, dan ayah

(14)

16. Teman-temanKumis’son Band: Pandu Sudiro, Erwin, Reza dan Edo.

Bandar Lampung, 27 Mei 2015

Penulis

(15)
(16)

i

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. ManfaatPenelitian ... 12

E. KerangkaPemikiran ... 12

F. Hipotesis Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TinajuanTeori ... 16

1. Teori Ekspor dan Perdagangan Internasional ... 16

2. NilaiTukar ... 21

3. Inflasi ... 24

4. PDB (ProdukDomestikBruto) ... 27

5. FDI (Foreign Direct Investment) ... 28

B. Tinjauan Empiris ... 31

III.METODE PENELITIAN A. DeskripsiVariabel ... 34

(17)

C. Definisi Operasional Variabel ... 35

D. Metode Analisis ... 36

E. Spesifikasi Model Ekonomi ... 36

F. ProsedurAnalisisData ... 37

1. Uji Stasionary (Unit Root Test) ... 37

2. UjiKointegrasi ... 38

3. Pendekatan Model KoreksiKesalahan (ECM) ... 40

4. Penentuan Lag Optimum ... 41

G. Uji Hipotesis ... 41

1. Uji t statistik (Uji Parsial) ... 41

2. Uji F statistik ... 42

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Uji Stasioneritas ... 44

2. Uji Kointegrasi ... 45

3. Estimasi Error Correction Model (ECM) ... 45

4. Penentuan Lag Optimum ... 46

5. Uji Hipotesis ... 47

a. Uji T ... 47

b. Uji F ... 49

B. Pembahasan ... 49

V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam

memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien. Efisiensi relatif dapat

dijelaskan melalui produktifitas suatu negara dalam memproduksi barang dan jasa

tertentu dengan input yang samadengan negara lain.Manfaat selanjutnya yaitu

memperluas pasar dan menambah keuntungan.Perdagangan internasional dapat

digunakan sebagai solusi apabila suatu perusahaan mengalami kelebihan produksi

yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.Perdagangan internasional

bermanfaat bagi produsen agar dapat manghasilkan produk secara maksimaldan

menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri (Sukirno, 2004).

Perluasan pangsa pasar ini juga bermanfaat untuk mendukung posisi neraca

pembayaran dalam keadaan surplus yang ditandai oleh rasio ekspor dan

impor.Tantangan besar dalam perdagangan internasional yang akan dihadapi

olehIndonesia yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Dampak

terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang, jasa, serta

tenaga kerja.Indonesia diharapkan dapat meningkatkan daya saing produknya

(19)

yang semakin kompetitif di antara negara ASEAN baik dalam rangka mengisi

pasar ASEAN maupun pasar dalam negeri(KEMENPERIN, 2014).

Nilai ekspor di Indonesia mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu, hal ini

dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian yang dialami oleh Indonesia.

Nilai ekspor yang tinggi mengindikasikan bahwa kegiatan produksi di dalam

negeri mengalami peningkatan yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi

pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil.Berikut grafik pertumbuhan nilai

ekspor di Indonesia pada kurun waktu 15 tahun pada periode 2000-2014.

Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan gambar 1 diatas, pada tahun 2001 mengalami penurunan nilai ekspor

sebesar US$ 56,32 miliar dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2000 sebesar US$

62,12 miliar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya perlambatan pertumbuhan

ekonomi yang ditandai dengan melemahnya permintaan negara mitra dagang

(BAPPENAS, 2013).Tren positif kembali terjadi yang ditandai

denganpeningkatan nilai ekspor sepanjang tahun 2003 sampai tahun 2007.

Adapun nilai ekspor pada periode tersebut masing-masing sebesar US$ 61,05,

-2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014

(20)

3

US$ 71,58, US$85,65 , US$ 100,79, US$ 114,100 dan US$ 137,02. Peningkatan

nilai ekspor ini didukung oleh perekonomian dunia yang secara berangsur-angsur

meningkat dan didorong oleh kombinasi pelaksanaan kebijakan moneter yang

tepat, pemberian stimulus oleh negara–negara maju dan negara-negaraemerging

market, serta meningkatnya investasi seiring dengan membaiknya kepercayaan

masyarakat dan dunia usaha internasional (BAPPENAS, 2013), sedangkan pada

tahun 2009 nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar US$ 116,51

miliar. Menurut Kementerian Perdagangan Indonesia (2009), penurunan

perdagangan luar negeri Indonesia erat kaitannya dengan krisis ekonomi yang

melanda negara-negara tujuan ekspor Indonesia.

Posisi total nilai ekspor 2010 sebesar US$ 157,7 miliar merupakan rekor tertinggi

sepanjang sejarah ekspor Indonesia, naik 35% dibanding ekspor 2009 yang hanya

sebesar US$ 116,5 miliar. Hal ini disebabkan,ekspor non-migas 2010 mencapai

rekor tertinggi sebesar US$ 129,7 miliar. Pada tahun 2011 nilai ekspor mencapai

US$ 203,03 miliar. Untuk ekspor non-migas, BPS mencatat US$162,02 miliar

dollar selama 2011. Namun, dari tahun 2012 sampai pada tahun 2013 terus

mengalami penurunan menjadi US$ 190,03 dan US$ 182,551. Berdasarkan

pernyataanWakil Menteri Perdagangan (2013), penyebab turunnya nilai ekspor

adalah menurunnya permintaan di beberapa negara mitra dagang Indonesia juga

diakibatkan oleh menurunnya harga beberapa komoditas utama ekspor Indonesia.

Tren penurunan nilai ekspor ini berlanjut hingga tahun 2014, tercatat bahwa

ekspor Indonesia sepanjang tahun 2014 mengalami penurunan 3,43% dibanding

(21)

(2015), hal ini terjadi dikarenakan adanya kebijakan pelarangan ekspor bahan

tambang tanpa diolah.

Peningkatan nilai ekspor barang maupun jasa selalu diupayakan dengan berbagai

strategi dan kebijakan untuk mendukung tercapainya perekonomian yang baik di

dalam negeri.Beberapa program digunakan untuk mendukung peningkatan daya

saing global produk Indonesia serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu

pertumbuhan ekonomi.Indonesia memiliki 2 kebijakan dalam mendukung

stabilitas perekonomiansecara makro, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan

fiskal (Sukirno, 2010).Untuk menjalankan kebijakan moneter pemerintah

memberikan wewenang kepadaBank Indonesia untuk memiliki otonomi penuh

dalam merumuskan dan melaksanakan tugas menjaga stabilitas perekonomian

melalui penetapan sasaran-sasaran moneter.Menurut Bank Indonesia, dalam

kapasitasnya sebagai bank sentral negara Indonesia memiliki tujuan yaitu

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini

mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan

jasasertakestabilan terhadap mata uang negara lain.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat bekerja melalui saluran nilai tukar

mata uang terhadap negara lain. Kemudian mekanisme transmisi kebijakan

moneter melalui saluran nilai tukar tersebut secara langsung akan mempengaruhi

besaran nilai ekspor di negara tersebut(Agung, 2002).Peran kestabilan nilai tukar

sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh

karenanya, dengan kebijakan nilai tukar akan mengurangi volatilitas nilai tukar

(22)

5

grafik pertumbuhan kurs dan nilai ekspor di Indonesia pada kurun waktu 15 tahun

pada periode 2000-2014.

Gambar 2. Nilai Tukar dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2001 nilai tukar rupiah terhadap dolar terdepresiasi sampai pada

tingkat Rp 10.400. Berdasarkan laporan dari BAPPENAS (2013), hal ini

disebabkan meningkatnya kebutuhan devisa untuk membayar hutang luar negeri

Indonesia. Hingga pada tahun 2002 sampai 2003 nilai tukar rupiah menguat

sampai pada tingkat Rp 8.940 dan Rp 8.465.

Seiring dengan terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar pada tahun 2004 dan

2005, terjadi peningkatan nilai ekspor Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Sukirno (2004), apabila kurs dollar meningkat maka volume

ekspor juga akan meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank

Indonesia dolar pernah berada pada tingkat Rp 10.950 pada tahun 2008.Depresiasi

nilai tukar ini disebabkan karena penghentian stimulus yang diberikanThe Fed

dan terjadinya defisit neraca pembayaran Indonesia. Pada tahun 2009 krisis global

0

PerkembanganNilai Tukar& Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014

(23)

membuat daya beli masyarakat di setiap negara pada umumnya menurun,

walaupun nilai tukar rupiah terapresiasi pada tingkat Rp 9.400. Seiring

perkembangan ekonomi yang kuat, rupiah mampu menguat terhadap dolar dan

berada di level Rp 8.991 di 2010. Adapun dolar terus menunjukkan tren

terdepresiasi pada periode 2011 sampai 2014 yaitu sebesar Rp 9.068, Rp 9.622,

Rp 12.128, dan Rp 12.440.

Secara spesifik, dinyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah

“Proses yang dilalui pengambilan keputusan atas kebijakan moneter yang

ditransmisikan ke perubahan dalam pengendalian inflasi”(Taylor,1995).

Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan

menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan produksi, yang pada

seterusnya akan menurunkan nilai ekspor Indonesia dan secara tidak langsung

menurunkan pertumbuhan ekonomi. Berikut grafik pertumbuhan inflasi dan nilai

ekspor di Indonesia pada kurun waktu 15 tahun pada periode 2000-2014.

Gambar 3. Inflasi dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

0

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Perkembangan Inflasi & Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014

(24)

7

Pada tahun 2001 inflasi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik inflasi, pada tahun

2001 mencapai 12,55% sementara pada tahun 2000 mencapai 9,35%. Pada

periode tahun 2002 sampai 2003 tingkat inflasi mengalami penurunan hingga

berada pada level 10,03% dan 5,06%. Keadaan ini diiringi dengan peningkatan

nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut. Pada tahun 2004 dan 2005

peningkatan inflasi kembali terjadi bahkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun

2005 yaitu sebesar 17,11%. Angka ini paling besar dibandingkan tingkat inflasi

pada periode sebelumnya. Situasi ini disebabkan oleh kenaikan bahan bakar

minyak yang terus memicu kenaikan harga barang kebutuhan pokok(Mahsum ,

2005).

Tingkat inflasi kembali mengalami penurunan pada tahun 2006 dan 2007 yaitu

pada tingkat 6,6% dan 6,59%. Kondisi ekonomi global pada tahun 2008

mengalami krisis, sehingga berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang

meningkat mencapai 11,06%. Tekanan inflasi makin tinggi diakibatkan oleh harga

komoditi global yang tinggi (Kementerian Sekretariat Negara, 2015). Pada tahun

2009 kondisi perekonomian dunia dan khususnya Indonesia mulai menunjukkan

perbaikan dengan menurunnya laju inflasi ke 2,78% dan kembali naik pada tahun

2010 laju inflasi mencapai 6,96%. Pada tahun 2011 laju inflasi kembali stabil

sebesar 3,78% dan diikuti dengan peningkatan nilai ekspor Indonesia pada periode

tersebut. Inflasi pada tahun 2012 mencapai 4,3% mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya dan diiringi dengan penurunan nilai ekspor pada tahun tersebut.

Laju inflasi 2013 tercatat sebesar 8,38% dan kembali mengalami penurunan pada

(25)

PDB merupakan indikator potensi masa depan dan keberlanjutan tingkat produksi

dalam negeri, adapun peningkatan PDB dapat dimanfaatkan sebagai ekspansi

ekspor. Besaran PDB juga menciptakan lingkungan sebagai keputusan investasi

(Majeed, 2006). Berikut grafik pertumbuhan PDBdan nilai ekspor di Indonesia

pada kurun waktu 15 tahun pada periode 2000 -2014.

Gambar 4. PDB dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, PDB pada tahun 2001

mencapai Rp1,38 miliar. Pada tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya yaitu tahun 2000 sebesar Rp 1,44 miliar. Tren positif kenaikan

PDB terus berlanjut pada periode 2002 sampai 2008 yaitu masing-masing sebesar

Rp 1,50 miliar, Rp 1,57 miliar 1,65 miliar, Rp 1,75 miliar, Rp, 1,84 miliar, Rp

1,96 miliar dan Rp 2,08 miliar. Perkembangan ini diikuti dengan peningkatan nilai

ekspor Indonesia pada kurun waktu tersebut. Peningkatan PDB pada tahun 2009

sebesar Rp 2,17 miliar tidak lantas diikuti dengan peningkatan nilai ekspor pada

tahun tersebut. Hal ini disebabkan terjadinya krisis global pada pertengahan tahun

2008. Amerika Serikat mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang

0

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

PerkembanganPDB& Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014

(26)

9

selanjutnya menggerus daya beli masyarakatnya sebagai mitra dagang Indonesia.

Pada tahun 2010, PDB digunakan pembentukan modal tetap bruto atau investasi

fisik 32,2 %, dan ekspor 24,6 %, (BPS, 2010). Sehingga pada tahun tersebut nilai

ekspor mengalami peningkatan pesat dari tahun sebelumnya. Peningkatan PDB

dan nilai ekspor secara beriringan terus berlanjut hingga tahun 2011. Namun, pada

tahun 2012, 2013 dan 2014 peningkatan PDB tidak diikuti dengan peningkatan

nilai ekspor Indonesia dikarenakan dipicu belum pulihnya harga beberapa

komoditas ekspor nonmigas Indonesia di pasar internasional

(

Wirjawan, 2012).

Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN merupakan negara berkembang

yang mengandalkan FDI untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Oleh

karena itu, penting untuk mendorong peningkatan aliran FDI di Indonesia. Aliran

masuk FDI dapat mempengaruhi perkembangan ekspor suatu negara (Pramana,

2013). Berikut grafik pertumbuhan FDI (Foreign Direct Investment) dan nilai

ekspor di Indonesia pada kurun waktu 15 tahun pada periode 2000-2014.

Gambar 5. FDI dan Nilai Ekspor di Indonesia periode 2000-2014.

Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

0

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016

Perkembangan FDI dan Nilai Ekspor di Indonesia periode 2000-2014

(27)

Perkembangan penanaman modal asing pada tahun 2001 sebesar US $ 2,51 juta

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2000 yaitu sebesar US $ 9,88 juta.

Berdasarkan laporan BAPPENAS (2013), penurunan ini disebabkan faktor

stabilitas politik dan kemanan Indonesia pada masa itu sehingga menurunkan

minat investor asing untuk menanamkan modal di dalam negeri.

Pada periode selanjutnya yaitu tahun 2002 sampai 2005 penanaman modal asing

berada pada tren positif dimana besarannya terus mengalami peningkatan.

Peningkatan ini diiringi dengan peningkatan nilai ekspor Indonesia pada kurun

waktu tersebut. Pada tahun 2006 penanaman modal asing kembali mengalami

penurunan hingga mencapai pada tingkat US $ 5,98 juta.

Pada tahun 2010 aliran investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami

peningkatan pesat dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu 2007, 2008 dan

2009. Pemicunya adalah ketika Indonesia mampu menghadapi krisis global tahun

2008-2009 dengan mencatatkan pertumbuhan positif 4,6 % pada tahun 2009

meskipun aliran modal asing mengalami penurunan. Pada tahun sebelumnya

yakni tahun 2008 investasi meningkat sampai US $ 14,8 juta dari tahun 2007

yang hanya mencapaiangkaUS $10.03 juta, (Awalil Rizky , 2015).

Arus investasi asing terus mengalami peningkatan sampai pada tahun 2011

sebesar US $19,47 juta. Kenaikan ini diiringi dengan peningkatan nilai ekspor

Indonesia pada tahun 2010 dan 2011. Pada periode selanjutnya yaitu 2012 sampai

2013, aliran investasi asing yang masuk ke dalam negeri terus mengalami

penurunan. Situasi ini diiringi juga dengan penurunan nilai ekspor pada periode

(28)

11

Penulis mengambil periode penelitian 2000–2014 dikarenakan perekonomian

Indonesia berangsur–angsur membaik pasca krisis ekonomi yang terjadi pada

tahun 1998. Penelitian ini mengambil periode waktu tersebut dimaksudkan agar

data yang akan diolah cukup banyak, sehingga mendapatkan hasil yang cukup

baik. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengambil judul“Analisis

Pengaruh Sasran Kebijakan Moneter, PDB dan FDI terhadap Nilai Ekspor

Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah variablenilai tukar berpengaruh terhadap nilai eksporIndonesia?

2. Apakah variable inflasi berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia?

3. Apakah variabel PDB berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia?

4. Apakah variabel FDI berpengaruh terhadap nilai ekspor Indonesia?

5. Apakah nilai tukar, inflasi, PDB dan FDI secara bersama-sama berpengaruh

terhadap nilai ekspor Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap nilai ekspor Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap nilai ekspor Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh PDB terhadap nilai ekspor Indonesia.

(29)

5. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, PDB dan FDI terhadap nilai

ekspor Indonesia secara bersama-sama.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah :

1. Sebagai syarat menyelesaikan program studi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

2. Sebagai bagian dari proses pembelajaran dan sarana untuk mendalami

pengetahuan mengenai pengaruh sasaran kebijakan moneter, PDB dan FDI

terhadap nilai Ekspor di Indonesia .

3. Sebagai bahan referensi dalam mengembangkan dan melakukan penelitian

selanjutnya dengan obyek yang sama.

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 6. Model Kerangka Pemikiran Analisis PengaruhSasaran Kebijakan Moneter, PDB dan FDI terhadap Nilai Ekspor di Indonesia.

FDI

Nilai Ekspor PDB

Sasaran Kebijakan Moneter

(30)

13

Menurut Winardi (2003) pengertian ekspor adalah barang-barang (termasuk

jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk negara lain, ditambah dengan jasa-jasa yang

diselenggarakan kepada penduduk negara tersebut berupa pengangkutan

permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekspor tersebut. Nilai ekspor yang

diterima oleh suatu negara erat kaitannya dengan nilai tukar suatu negara dengan

negara lain. Komang dan Luh Gede (2011) menyatakan bahwa nilai tukar

berpengaruh positif terhadap nilai ekspor nonmigas di Indonesia. Kurs

memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena

kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke

dalam satu bahasa yang sama. Bila semua kondisi lainnya tetap, apabila mata

uang dalam negeri terdepresiasi menyebabkan harga ekspor lebih murah sehingga

permintaan barang ke luar negeri meningkat.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sarwedi (2010) menyatakan ada pengaruh

negatif antara inflasi dalam negeri terhadap volume ekspor di Indonesia. Tingkat

inflasi berperan besar dalam perkembangan volume ekspor. Tingkat inflasi dalam

negeri mempengaruhi harga barang yang tentunya mempengaruhi biaya produksi

suatu perusahaan untuk menghasilkan unit-unit barang.Semakin tinggi inflasi

yang terjadi maka akan membuat pengusaha mengeluarkan biaya yang lebih besar

dalam faktor produksinya,apabila tidak sesuai dengan modal yang dimiliki

tentunya jumlah barang yang akan di produksi oleh suatu perusahaan akan

berkurang sehingga barang yang akan diekspor ke luar negeri akan berkurang.

Muhammad Tariq Majeed (2006) melakukan penelitian mengenai determinan

ekspor di negara berkembang. Hasil penelitian menyatakan bahwa PDB

(31)

lingkungan untuk keputusan investasi dan menambah perputaran modal untuk

meningkatkan produktifitas barang dan jasa. Pada akhirnya peningkatan

produktifitas ini akan mendorong peningkatan nilai ekspor.

Marco Fugazza (2004) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi besaran volume ekspor. Berdasrakan hasil penelitian tersebut

dinyatakan bahwa FDI berpengaruh positif terhadap besaran volume ekspor.

Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak

asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk

mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa. Dengan

banyaknya FDI maka semakin besar dana investasi dalam negeri masuk sehingga

akan meningkatkan produktifitas ekspor di Indonesia.

F. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis sementara yang digunakan yaitu :

1. Diduga variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai

ekspor Indonesia.

2. Diduga variabel inflasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

nilaiekspor Indonesia.

3. Diduga variabel PDB memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

nilaiekspor Indonesia.

4. Diduga variabel FDI memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai

ekspor Indonesia

5. Diduga secara bersama-sama variabel: nilai tukar, inflasi, PDB dan

(32)

15

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari

BAB 1 : Pendahuluan.

Menguraikan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan sistematikan

penulisan dari penelitian ini.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka.

Berisikan tinjauan teoritis dan tinjauan empirik yang relevan dengan penelitian

ini.

BAB 3 : Metode Penelitian.

Terdiri dari ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan teknik

pengambilan sampel, metode analisis data, koofisien determinasi, uji hipotesis dan

uji asumsi klasik.

BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi deskripsi nilai

ekspor, nilai tukar,inflasi, PDB dan FDI. Distribusi Data, Pengujian Persyaratan

Analisis yang tediri atas Pengujian Pengukuran Koefisien Korelasi, Pengukuran

Koefisien Determinasi dan Pengukuran Koefisien Regresi serta Pengujian

Hipotesis; dan Pembahasan Hasil Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan

analisis kuantitaf dan menggunakan metodeError Correction Model(ECM)

melalui eviews6.

BAB V : Simpulan Dan Saran

Berisi uraian tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu

(33)

A.Tinjauan Teori

1. Teori Ekspor dan Perdagangan Internasional

a. Pengertian Ekspor

Menurut Curry (2001) ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara

asing untuk ditukarkan dengan barang lain (produk,uang). Proses ekspor pada

umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam

negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya

membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun

penerima.

Perkembangan ekspor dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor

keunggulan komparatif tetapi juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif. Inti

daripada paradigma keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu negara di

dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif (teori-teori

klasik dan H-O) yang dimilikinya dan juga karena adanya proteksi atau bantuan

fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya.

Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tetapi juga dimiliki

(34)

17

Perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif adalah, bahwa keunggulan

kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya

teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001 ).

b. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk

suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan

individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu

negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan

internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan PDB.

Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun,

dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan

beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional turut mendorong

industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan

multinasional. Kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara guna memperoleh

keuntungan yaitu dengan cara menjual beberapa jenis barang yang menjadi

keunggulan dari negara tersebut ini yang disebut dengan ekspor. Dan kegiatan

membeli beberapa jenis barang dan jasa dari luar ke dalam negeri disebut dengan

impor.

1. Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage Theory)

Adam Smith mengemukakan idenya tentang pembagian kerja internasional yang

(35)

serta akibatnya berupa spesialisasi internasional yang dapat memberikan hasil

berupa manfaat perdagangan yang timbul dari dalam atau berupa kenaikan

produksi serta konsumsi barang-barang dan jasa-jasa. Menurut Adam Smith

bahwa dengan melakukan spesialisasi internasional, maka masing-masing negara

akan berusaha untuk menekan produksinya pada barang-barang tertentu yang

sesuai dengan keuntungan yang dimiliki baik keuntungan alamiah maupun

keuntungan yang diperkembangkan. Yang dimaksud dengan keuntungan alamiah

adalah keuntungan yang diperoleh karena suatu negara memiliki sumberdaya alam

yang tidak dimiliki oleh negara lain baik kualitas maupun kuantitas. Sedangkan

yang dimaksud dengan keuntungan yang di perkembangkan adalah keuntungan

yang diperoleh karena suatu negara telah mampu mengembangkan kemampuan

dan ketrampilan dalam menghasilkan produk-produk yang diperdagangkan yang

belum dimiliki oleh negara lain.

2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage Theory)

Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo untuk melengkapi teori Adam Smith

yang tidak mempersoalkan kemungkinan adanya negara-negara yang sama sekali

tidak mempunyai keuntungan mutlak dalam memproduksi suatu barang terhadap

negara lain misalnya negara yang sedang berkembang terhadap negara yang sudah

maju.Untuk melengkapi kelemahan-kelemahan dari teori Adam Smith, Ricardo

membedakan perdagangan menjadi dua keadaan yaitu, perdagangan dalam negeri

dan Perdagangan luar negeri. Menurut Ricardo keuntungan mutlak yang

dikemukakan oleh Adam Smith dapat berlaku di dalam perdagangan dalam negeri

yang dijalankan atas dasar ongkos tenaga kerja, karena adanya persaingan bebas

(36)

19

Karena itu masing-masing tempat akan melakukan spesialisasi dalam

memproduksi barang-barang tertentu apabila memiliki ongkos tenaga kerja yang

paling kecil. Sedangkan untuk perdagangan luar negeri tidak dapat didasarkan

pada keuntungan atau ongkos mutlak. Karena faktor-faktor produksi di dalam

perdagangan luar negeri tidak dapat bergerak bebas sehingga barang-barang yang

dihasilkan oleh suatu negara mungkin akan ditukarkan dengan barang-barang dari

negara lain meskipun ongkos tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuat

barang tersebut berlainan. Dengan demikian inti keuntungan komparatif dapat

dikemukakan sebagai berikut: Bahwa suatu negara akan menspesialisasi dalam

memproduksi barang yang lebih efisien di mana negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif ( Budiono, 2008). Untuk itu bagi negara yang tidak

memiliki faktor-faktor produksi yang menguntungkan, dapat melakukan

perdagangan internasional, asalkan negara tersebut mampu menghasilkan satu

atau beberapa jenis barang yang paling produktif dibandingkan negara lainnya.

3. Teori heckscer-ohlin

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli

Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai

perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan

komparatif. Teori klasikcomparative advantagemenjelaskan bahwa perdagangan

internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of

labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (Salvatore,

2006).

Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan produktivitas karena adanya jumlah

(37)

masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga

barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai .

The Proportional Factor Theory. Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa

negara-negara yang akan mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor

berlimpah secara lokal, sambil mengimport barang secara intensif menggunakan

faktor-faktor lokal yang langka. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan

beberapa pola perdagangan dengan baik, negara-negara cenderung untuk

mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif

melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan

melakukan perdagangan dengan negara laindisebabkan negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor

produksi.

Basis dari keunggulan komparatif adalah :

1. Faktorendowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu

negara.

2. Faktorintensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,

apakahlabor intensityataucapital intensity.

Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama

adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang

sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas

produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan

bersinggungan dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya

tertentu akan diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan

(38)

21

2. Nilai Tukar

a. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang yang lainnya disebut kurs, menurut Paul R Krugman dan

Maurice (2000) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang

diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (2010) kurs

adalah Pertukaran antara dua Mata Uang yang berbeda, maka akan mendapat

perbandingan nilai/harga antara kedua Mata Uang tersebut. Menurut Salvator

(2004) kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya. Kurs (exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang

berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang

tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs. Nilai tukar

biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi.

Depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS artinya suatu penurunan harga

dollar AS terhadap rupiah. Depresiasi mata uang negara membuat harga

barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedang apresiasi

rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap dollar AS. Apresiasi

mata uang suatu negara membuat harga barangbarang domestik menjadi lebih

mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 2004).

b. Sistem Nilai Tukar dan Dasar Pertimbangan Penetapannya

Pada dasarnya terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku (Kuncoro,

1996) yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat

(39)

mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate). Pada jenis

sistem kurs mengambang, kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau

tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan

moneter apabila ada terdapat campur tangan pemerintah maka system ini

termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).

c. Kondisi Marshall-Lerner

Alfred Marshall dan Abba Lerner menyatakan bahwa depresiasi nilai tukar riil

akan meningkatkan kinerjacurrent accountapabila volume ekspor dan volume

impor elastis terhadap perubahan nilai tukar riil. Dampak perubahan nilai tukar riil

terhadap current account dibagi kedalamvolume effectdanvalue effect. Volume

effect adalah dampak perubahan unitoutputekspor dan impor akibat dari

perubahan nilai tukar riil. Mereka beragumen bahwa nilaivolume effectadalah

positif karena elastisitas ekspor positif (perubahan permintaan volume ekspor

terhadap perubahan nilai tukar riil positif > 0) dan elastisitas impor negatif

(perubahan permintaan volume impor terhadap perubahan nilai tukar riil < 0).

Sementara,value effectadalah kenaikan nilai impor atas dasar harga domestik

akibat dari perubahan nilai tukar riil. Sehingga perubahan current account secara

netto dapat menjadi positif atau negatif tergantung pada elastisitas ekspor dan

impor. Dengan asumsi kondisicurrent account balance, depresiasi nilai tukar riil

akan mengakibatkancurrent accountmenjadi surplus apabila jumlah dari

elastisitas ekspor dan impor lebih besar dari 1. Jika kondisi ini terpenuhi maka hal

(40)

23

d. JCurve

Dampak perubahan nilai tukar mata uang nasional suatu negara akibat depresiasi

atau devaluasi terhadap neraca pembayaran melalui transaksi berjalan dapat

digambarkan oleh kurva yang menyerupai huruf J dan disebut efek kurva–J. Pada

awalnya, perubahan kuantitas perdagangan adalah kecil karena pembeli

memerlukan waktu dalam mengubah perilaku mereka. Dampak perubahan

kuantitas yang lebih besar menghasilkan keseimbangan neraca transaksi

perdagangan. Pola perilaku neraca transaksi perdagangan sebagai akibat

perubahan nilai tukar sering disebut kurva J. Hal ini karena bentuk beberapa

periode pertama dari respon terhadap depresiasi, neraca perdagangan memburuk

untuk kemudian mulai membaik. Penjelasan ini menegaskan bahwa perlu waktu

bagi depresiasi mata uang suatu negara agar mempunyai dampak positif terhadap

(41)

3. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Pengertian umum inflasi adalah proses kenaikan harga barang-barang secara

umum yang berlangsung terus menerus, bukan hanya satu barang dan bukan

dalam tempo sesaat. Kenaikan harga dari satu atau dua barang tidak dapat disebut

inflasi, Kamerschen menyatakan: “Inflation represent a persstent rise in the

average level of prices which is not match by a proportionate increase in the level

of the quality of good and services consumed”. Jadi inflasi menggambarkan

kenaikan tingkat harga rata-rata yang tidak diimbangi dengan kenaikan yang

proporsional dari kualitas barang dan jasa yang dikonsumsi (Sukendar, 2000).

Beberapa pengertian inflasi yang patut digaris bawahi mencakup aspek-aspek:

1. Tendencyyaitu kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam

jangka waktu tertentu dimungkinkan terjadi kecenderungan harga untuk

meningkat.

2.Sustainedyaitu peningkatan harga tersebut tidak hanya terjadi pada waktu

tertentu atau sekali waktu saja, melainkan terus menerus dalam jangka waktu yang

lama.

3. General level of pricesyaitu tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga

barang-barang secara umum sehingga tidak hanya harga dari satu macam barang

(42)

25

b. Jenis Inflasi

Menurut intensitasnya :

1. Inflasi yang sifatnya lunak (creeping inflation)

2. Inflasi menengah (galloping inflation)

3. Inflasi tinggi (hyperinflation)

Inflasi akan berdampak terhadap :

1. Distribusi pendapatan (equity effect). Pendapatan menjadi tidak merata, ada

yang dirugikan namun ada pula yang diuntungkan.

2. Alokasi faktor produksi (efficiency effect). Inflasi mengubah alokasi

faktor-faktor produksi agar menjadi lebih efisien.

3. Produk nasional (output effect). Inflasi akan menyebabkan ter-jadinya kenaikan

atau penurunan output. Inflasi mungkin dapat menyebabkan kenaikan produksi,

namun dalam kondisi hiperinflasi malah sebaliknya.

c. Teori Keynes

Menurut Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas

kemampuan perekonomiannya yaitu suatu keadaan di mana permintaan

masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang

tersedia sehingga timbul apa yang disebut denganinflationary gap(celah inflasi).

Inflationary gapini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut

berhasil menerjemahkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif akan

(43)

mengubah keinginannya menjadi rencana pembelian barang-barang yang

didukung dengan dana.

Golongan masyarakat ini, mungkin adalah pemerintah sendiri yang menginginkan

bagian yang lebih besar dari output masyarakat dengan jalan melakukan defisit

anggaran belanja yang ditutup dengan mencetak uang baru. Golongan ini

mungkin juga pihak swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh

dana pembiayaannya dari kredit bank. Golongan ini bisa juga dari serikat buruh

yang berusaha memperoleh kenaikan gaji para anggotanya melebihi kenaikan

produktivitas kerja buruh. Apabila permintaan efektif dari golongan-golongan

masyarakat tersebut, pada harga-harga yang berlaku, melebihi jumlah maksimum

barang-barang yang bisa dihasilkan oleh masyarakat, maka inflationary gap akan

timbul. Akibatnya, akan terjadi kenaikan harga-harga barang. Dengan adanya

kenaikan harga, sebagian dari rencana pembelian barang dari golongan-golongan

tadi tentu tidak bisa terpenuhi. Pada periode berikutnya, golongan-golongan yang

tidak bisa memenuhi rencana pembelian barang tadi, akan berusaha memperoleh

dana lagi (baik dari pencetakan uang baru, kredit bank, atau kenaikan gaji).

Tentunya tidak semua golongan tersebut berhasil memperoleh tambahan dana

yang diinginkan.

Golongan yang berhasil memperoleh tambahan dana lebih besar bisa memperoleh

bagian dari output yang lebih banyak. Mereka yang tidak bisa memperoleh

tambahan dana akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Golongan

yang kalah dalam perebutan ini adalah golongan yang berpenghasilan tetap atau

yang penghasilannya tidak naik secepat kenaikan laju inflasi. Inflasi akan terus

(44)

27

yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti jika permintaan efektif

total tidak melebihi jumlah output yang tersedia.

4. PDB

a. Pengertian PDB

Produk domestik bruto (PDB) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu

negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi

pada dasarnya PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah

(negara) secara geografis. Sedangkan menurut McEachern (2000), PDB artinya

mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya

yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu

tahun. PDB juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke

waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. PDB

hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada

pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi

dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam PDB untuk

menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu

menghitung suatu produk lebih dari satu kali.

b. Perhitungan PDB

Menurut McEachern (2000) ada 2 macam pendekatan yang digunakan dalam

(45)

• Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada

seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.

• Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang

diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.

c. Teori Klasik (Adam Smith)

Dikemukakan bahwa, kemakmuran suatu negara ditentukan oleh besarnya PDB

dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembanetukan PDB negara

tersebut. Dengan tingginyaincome,employmentdan devisa, maka akan

mendorong peningkatan impor produk yang belum mencukupi, atau belum

diproduksi di dalam negeri. Meningkatnya impor tentu akan diiringi dengan

peningkatan transfer teknologi, penanaman modal, dandemonstrations effectyang

positif, seperti manajemen pemasaran dan lain-lain. Jika hal ini terjadi, maka

monopoli dalam negeri akan menurun, sedangkan persaingan akan meningkat

sehingga mendorong peningkatan produktifitas dan efisiensi. Bila produktifitas

dan efisisensi meningkat, maka harga barang menjadi lebih murah dan kualitas

serta pelayanan akan lebih baik. Dengan demikian daya saing produk dalam

negeri akan meningkat. Ini menjadikan akses ke pasar luar negeri akan semakin

besar, sehingga dapat meningkatkan peluang ekspor.

5. FDI

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1967 ditegaskan bahwa pengertian

(46)

29

penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau

berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara

langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian modal

asing dalam Undang-undang ini menurut pasal 2 ialah :

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa

Indonesia, yang dengan persetujuan Pemerintah digunakan untuk pembiayaan

perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia,

selama alat-alat terse-but tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang ini

diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di

Indonesia.

Adapun modal asing dalam Undang-undang ini tidak hanya berbentuk valuta

asing, tetapi meliputi pula alat-alat perlengkapan tetap yang diperlukan untuk

menjalankan perusahaan di Indonesia, penemuan-penemuan milik orang/badan

asing yang dipergunakan dalam perusahaan di Indonesia dan keuntungan yang

boleh ditransfer ke luar negeri tetapi dipergunakan kembali di Indonesia.

Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment, FDI), dalam arti

seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara dan atau badan hukum asing,

dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lama 15 tahun sejak produksi

komersial, sebagian saham asing harus dijual kepada warga Negara dan atau

(47)

a. Teori R. Vernon

Teori R. Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang

disebut Model Siklus Produk. Dalam model ini, introduksi dan pengembangan

produk baru di pasar mengikuti tiga tahap. Pendorong untuk mengembangkan

produk baru diberikan oleh kebutuhan dan peluang pasar. Dalam tahap satu, pada

waktu produk pertama kali dikembangkan dan dipasarkan, diperlukan suatu

hubungan yang erat antara kelompok desain, produksi dan pemasaran dari

perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh produk itu. Untuk itu produksi dan

penjualan perlu dilakukan di dalam negeri. Tahap kedua yakni perusahaan mulai

memikirkan kemungkinan mencari pasar–pasar baru di negara–negara yang

relatif maju dan ekspor pun mulai dilakukan dengan tujuan negara dunia ketiga.

Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,

pengangkutan dan pemasaran. Strategi–strategi penentuan harga dan lokasi

didasarkan atas aksi dan reaksimultinational corporationyang lain dan bukan

pada biaya komperatif. Tahap ketiga atau tahap terakhir yakni dimana produk

telah terbuat dengan baik dengan desain yang distandarisasi, sehingga risetan

keterampilan manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan

setengah terampil mulai mendapat tempat dan konsekuensinya, produk bergerak

ke negara–negara yang sedang berkembang, dimana ongkos tenaga kerjanya

masih lebih rendah. Produk–produk yang dihasilkan di negara berkembang

tersebut akan diimpor kembali ke negara asal dan juga ke pasar negara yang lebih

maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh perbedaan biaya

dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk dapat

(48)

31

B. Tinjauan Empiris

Penelitian ini didasari pada beberapa sumber penelitian terdahulu yang menjadi

bahan pendukung penulisan karya ilmiah ini. Penelitian-penelitian tersebut

membahas hubungan variable bebas dengan variable terikat yaitu nilai ekspor

Indonesia. Berikut beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan judul

penelitian:

Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Empirik (Marco Fugazza).

Judul/Penulis Export performance and its determinants: Supply and

demand constraints(2004)/ Marco Fugazza

Tujuan 1. Menganalisis pengaruh GDP terhadap kinerja ekspor

2. Menganalisis pengaruh FDI terhadap kinerja ekspor 3. Menganalisis pengaruh nilai tukar terhadap kinerja ekspor.

4. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga riil terhadap kinerja ekspor.

Variabel Variabel bebas: GDP, FDI, nilai tukar dan tingkat suku

bunga riil.

Variabel terikat: Kinerja ekspor

Model Penelitian Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + μ

Jenis data / Alat analisis

Data sekunder dalam bentuk data time series / Ordinary Least Square.

Kesimpulan GDP, FDI dan nilai tukar berpengaruh positif signifikan

terhadap kinerja ekspor. Sedangkan tingkat suku bunga riil berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja

ekspor.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Penelitian Empirik (Muhammad Tariq Majeed dan Eatzaz Ahmad).

Judul/Penulis Determinants of Exports in Developing Countries/

(49)

Tujuan Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pengaruh GDP, nilai tukar dan FDI terhadap Ekspor di negara berkembang.

Variabel Variabel bebas: GDP, nilai tukar dan FDI.

Variabel terikat: Ekspor di negara berkembang.

Model Penelitian EXit= f(FDIit GDPit GROWit SAVit ODit ITit EXCHit

TVit TPit VADit LFit). Jenis data / Alat

analisis

Data sekunder dalam bentuk data time series / Regresi

berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary

Least Square).

Kesimpulan GDP, FDI dan nilai tukar berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekspor di negara berkembang.

Tabel 3. Ringkasan Hasil Penelitian Empirik (Komang Amelia Sri Pramana dan Luh Gede Meydianawathi).

Judul/Penulis Variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor nonmigas

Indonesia ke Amerika Serikat/Komang Amelia Sri

Pramana dan Luh Gede Meydianawathi(2011)

Tujuan Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pengaruh FDI,

nilai tukar, IHPB dan suku bunga kredit terhadap Ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat .

Variabel Variabel bebas: FDI, nilai tukar, IHPB dan suku bunga

kredit.

Variabel terikat: Ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat.

Model Penelitian Y = 434416 + 522,415X1 + 348156,6X2 87730,3X3

-3854,956X4 Jenis data / Alat

analisis

Data sekunder dalam bentuk data time series / Regresi

berganda dengan menggunakan metode OLS (Ordinary

Least Square).

Kesimpulan FDI dan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat. Sedangka, IHPB dan suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat

Tabel 4. Ringkasan Hasil Penelitian Empirik (Sarwedi).

Judul/Penulis Analisis determinan perubahan penawaran barang ekspor

(50)

33

Tujuan Penelitian ini bertujuan uniuk mengetahui pengaruh nilai

tukar, inflasi dan FDI terhadap nilai ekspor barang.

Variabel Variabel bebas: Nilai tukar, inflasi dan FDI.

Variabel terikat: Nilai ekspor barang.

Model Penelitian X = β0 + β1 PX + β2 INF + β3 ER + β4 TSE + β5 INV +

εt

Jenis data / Alat analisis

Data sekunder dalam bentuk data time series / Error Correction Model

Kesimpulan Nilai tukar dan FDI berpengaruh positif terhadap nilai

ekspor barang.

Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor barang.

Tabel 5. Ringkasan Hasil Penelitian Empirik (Irma Febriana M.K dan Nurbetty Herlina Sitorus).

Judul/Penulis Determinan volume ekspor di indonesia periode 1990–

2010/Irma Febriana M.K dan Nurbetty Herlina Sitorus

(2010)

Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh FDI ,

nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan harga minyak dunia terhadap volume ekspor di Indonesia.

Variabel Variabel bebas: FDI dan nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika Serikat.

Variabel terikat:Volume ekspor di Indonesia.

Model Penelitian Y = α1 + α2x1 + α3x2 + α4x3 + et

Jenis data / Alat analisis

Data sekunder dalam bentuk data time series/ Persamaan regresi

Kesimpulan Nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika dan Foreign

(51)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ekspor

Indonesia sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan FDI

merupakan variabel bebasnya.Deskripsi tentang satuan pengukuran, jenis dan

sumber data dirangkum dalam Tabel 6.dibawah ini dan input disajikan dalam

lampiran.

Tabel6. Deskripsi Variabel, Satuan Pengukuran, Simbol, dan Sumber Data

Variabel Satuan Pengukuran Simbol Sumber Data

Nilai Ekspor Indonesia Juta USD X Badan Pusat Statistik

Nilai Tukar Ribu Rupiah KURS Bank Indonesia

Inflasi Persen INF Bank Indonesia

PDB Milyar Rupiah PDB Badan Pusat Statistik

FDI Juta USD FDI Bank Indonesia

B. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder .Data ini bersumber

(52)

35

(www.bps.go.id).Selain itu digunakan pula buku-buku yang berkaitan sebagai

referensi yang dapat menunjang penelitian ini. Data yang digunakan merupakan

jenis data time series yang dimulai dari 2000 : Q1 sampai dengan 2014 : Q4.

C. Definisi Operasional Variabel

Batasan atau definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Nilai ekspor Indonesia berisi jumlah barang dikalikan harga ekspor Indonesia

pada setiap bulannya. Data diperoleh dari situs http://www.bps.go.id yang

dinyatakan dalam satuan juta USD selama periode 2000 : Q1 sampai dengan

2014 : Q4.

2. Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang

negara lain. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan

dalam satuan ribu rupiah selama periode2000 : Q1 sampai dengan 2014 : Q4.

3. Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus

dalam periode waktu tertentu. Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id

yang dinyatakan dalam persen selama periode2000 : Q1 sampai dengan 2014 :

Q4.

4. Produk domestik bruto (PDB) sebagai ukuran dari pendapatan rill dapat

diartikan sebagai nilai barang – barang dan jasa – jasa yang diproduksikan di

dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Data diperoleh dari situs

http://www.bps.go.id yang dinyatakan dalam satuan milyar rupiah selama

(53)

5. Secara teori ilmu ekonomi dijelaskan bahwa investasi adalah pembelian

barang-barang atau modal yang tidak dikonsumsi, melainkan untuk kegiatan

produksi sehingga menghasilkan barang dan jasa dimasa yang akan datang.

Data diperoleh dari situs http://www.bi.go.id yang dinyatakan dalam satuan

juta USD selama periode2000 : Q1 sampai dengan 2014 : Q4.

D. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis

kuantitatif dengan menggunakan model Error Corection Model (ECM).

E. Spesifikasi Model Ekonomi

Secara ekonomi, model yang diamati sebagai berikut :

X = f (KURS,INF,PDB, FDI)

Dengan uraian sebagai berikut :

X = Nilai Ekspor Indonesia

KURS = Kurs

INF = Inflasi

PDB = PDB

(54)

37

F. Prosedur Analisis Data

1. Uji Stasionary (Unit Root Test)

Stasioneritas merupakan salah satu prasyarat penting dalam model ekonometrika

untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah data yang

menunjukkan mean, varians dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama pada

waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya dengan data yang

stasioner model time series dapat dikatakan lebih stabil. Apabila data yang

digunakan dalam model ada yang tidak stasioner, maka data tersebut

dipertimbangkan kembali validitas dan kestabilannya, karena hasil regresi yang

berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression.

Spurious regression adalah regresi yang memiliki R2 yang tinggi, namun tidak ada

hubungan yang berarti dari keduanya (Gujarati, 2003).

Salah satu konsep formal yang dipakai untuk mengetahui stasioneritas data adalah

melalui uji akar unit (unit root test). Uji ini merupakan pengujian yang populer,

dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller dengan sebutan Augmented

Dickey-Fuller (ADF) Test. Jika suatu data time series tidak stasioner pada orde

nol, I(0), maka stasioneritas data tersebut bisa dicari melalui order berikutnya

sehingga diperoleh tingkat stasioneritas pada order ke-n (firstdifference atau I(1),

atau second difference atau I(2), dan seterusnya. Hipotesis untuk pengujian ini

adalah :

H0 : δ = 0 (terdapat unit root, tidak stasioner)

(55)

Seluruh data yang digunakan dalam regresi dilakukan uji akar unit dengan

berpatokan pada nilai batas kritis ADF.Hasil uji akar unit dengan membandingkan

hasil t-hitung dengan nilai kritis McKinnon. Jika hasil uji menolak hipotesis

adanya unit root untuk semua variabel, berarti semua adalah stasionary atau

dengan kata lain, variabel-variabel terkointegrasi pada I (0), sehingga estimasi

akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier biasa (OLS). Jika hasil uji unit

root terhadap level dari variabel-variabel menerima hipotesis adanya unit root,

berarti semua data adalah tidak stasionary atau semua data terintegrasi pada orde I

(1). Jika semua variabel adalah tidak stasionary, estimasi terhadap model dapat

dilakukan dengan teknik kointegrasi.

2. Uji Kointegrasi

Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui kemungkinan adanya

hubungan keseimbangan jangka panjang pada variabel-variabel yang

diobservasi.Dalam konsep kointegrasi, dua atau lebih variabel runtun waktutidak

stasioner akan terkointegrasi bila kombinasinya juga linier sejalan dengan

berjalannya waktu, meskipun bisa terjadi masing-masing variabelnya bersifat

tidak stasioner. Bila variabel runtun waktutersebut terkointegrasi maka terdapat

hubungan yang stabil dalam jangka panjang (Gujarati, 2003).

Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel

bebas dan variabel terikat.Uji ini merupakan kelanjutan dari uji stationary.Tujuan

utama uji kointegrasi ini adalah untuk mengetahui apakah residual terkointegrasi

stationary atau tidak.Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan

(56)

39

variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka

panjang.Istilah kointegrasi dikenal juga dengan istilah error, karena deviasi

terhadap ekuilibrium jangka panjang dikoreksi secara bertahap melalui series

parsial penyesuaian jangka pendek. Ada beberapa macam uji kointegrasi, antara

lain :

1) Uji Kointegrasi Engel-Granger (EG)

Penggunaan kointegrasi EG didasarkan atas uji ADF (C,n), ADF (T,4) dan

statistik regresi kointegrasi CRDW (Cointegration Regression Durbin Watson).

Dasar pengujian ADF (C,n), ADF (T,4) adalah statistic Dickey-Fuller, sedangkan

uji CDRW didasarkan atas nilai Durbin Watson Ratio, dan keputusan penerimaan

atau penolakannya didasarkan atas angka statistik CDRW.

2) Uji Kointegrasi Johansen

Alternatif uji kointegrasi yang banyak digunakan saat ini adalah uji kointegrasi

yang dikembangkan oleh Johansen.Uji ini dapat digunakan untuk beberapa uji

vector.Uji kointegrasi ini mendasarkan diri pada kointegrasi sistem

equations.Apabila dibandingkan dengan uji kointegrasi Engle-Granger CDRW,

metode Johansen tidak menuntut adanya sebaran data yang normal.

Untuk uji kointegrasi menggunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 = tidak terdapat kointegrasi

Ha = terdapat kointegrasi

Kriteria pengujiannya adalah :

(57)

H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai trace statistic < nilai kritis trace

3. Pendekatan Eror Correction Model (ECM)

Setelah melakukan uji kointegrasi dan hasil pada model terkointegrasikan atau

dengan kata lain mempunyai hubungan atau kesimbangan jangka panjang.

Bagaimana dengan jangka pendeknya, sangat mungkin terjadi ketidakseimbangan

atau keduanya tidak mencapai keseimbangan (Thomas, 1997).

Teknik untuk mengkoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju

keseimbangan jangka panjang disebut dengan Eror Correction Model (ECM),

pertama kali digunakan oleh Sagran pada tahun 1984 dan selanjutnya

dipopulerkan oleh Engle dan Granger untuk mengkoreksi ketidakseimbangan

(disequilibrium) dalam jangka pendek. Teorema representasi Grenger mengatakan

bahwa jika dua variabel saling berkointegrasi, maka hubungan keduanya dapat

diekspresikan dalam bentuk ECM.

Analisis ECM digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat. Dengan menggunakan model fungsi maka didapat persamaan

berikut :

Y = f(X1,X2,X3,…,Xn)

Sedangkan model ekonometrika dengan teknik Error Correction Model (ECM)

sebagai berikut:

(58)

41

4. Penentuan Lag Optimum

Penentuan lag optimum bertujuan untuk mengetahui berapa banyak lag yang

digunakan dalam estimasi ECM. Penentuan lag optimum diperoleh dari nila

Akaike Information Crtiterion (AIC) yang paling minimum pada keseluruhan

variabel yang akan diestimasi.

G. Uji Hipotesis

1. Uji t statistik (Uji Parsial)

Uji t statistik untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel

bebasnya terhadap variabel terikatnya. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t

hitung atau t statistik dengan t table (Gujarati, 2003). Pengujian Hipotesis yang

digunakan dalam Uji t statistik adalah :

H0 : β1 = 0 variabel nilai tukar tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor di

Indonesia dalam jangka pendek.

Ha : β1 > 0 variabel nilai tukar berpengaruh positif terhadap nilai ekspor di

Indonesia dalam jangka pendek.

H0 : β2 = 0 variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor di Indonesia

dalam jangka pendek.

Ha : β2 < 0 variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor di

Indonesia dalam jangka pendek.

H0 : β3 = 0 variabel PDB tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor di Indonesia

Gambar

Gambar 1.Perkembangan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.
Gambar 2.Nilai Tukar dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.
Gambar 3.Inflasi dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.
Gambar 4.PDB dan Nilai Ekspor di Indonesia Periode 2000-2014.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Spence tahun 1977 dałam Anthony dań Ramesh (1992) menunjukkan bahwa perusahaan dapat mencegah masuknya pesaing dengan menciptakan kapasitas dan mengeluarkan banyak

Svarbu ir tai, kad teismo nustatomą terminuoto laisvės atėmimo bausmės laikotarpį, taip pat ir patį sprendi- mą laisvės atėmimą iki gyvos galvos bausmę pakeisti

Masih adanya kendala bagi perbankan Indonesia untuk menerapkan Rekomendasi FA TF termasuknya belum adanya ketentuan yang secara tegas menetapkan kegiatan pencucian uang sebagai

Dari penelitian yang telah dilakukan dengan analisis SWOT terkait dengan evaluasi pengembangan e-tourism di Pulau Lombok diketahui bahwa strategi yang harus

Fasilitas dermaga yang tersedia kondisinya baik karena terbuat dari beton yang panjangnya 40 m, sedangkan panjang dermaga yang dibutuhkan mencapai 326,93 m dengan tingkat

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan diatas dimana investasi swasta, pengeluaran pemerintah, serta penyerapan tenaga kerja sangat mempengaruhi

Faktor pertama ini dicirikan oleh enam subfaktor yaitu dosen memberikan isi kuliah sesuai dengan slide yang ditampilkan, dosen memberikan pengalaman berwirausaha

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, pda pasal 1 ayat (5) dinyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur