• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Tabel Ringkasan Kerangka Pemikiran Penelitian

No Permasalahan Tujuan Hipotesis Data Yang Diperlukan Metode Analisis

1 Bagaimana perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir ?

Untuk mengidentifikasi perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian

Terdapat perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian

− Data perkembangan P3A di Kabupaten Serdang Bedagai selama 5 tahun terakhir

− Data perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh selama 5 tahun terakhir

Deskriptif

2 Bagaimana karakteristik petani anggota P3A ?

Untuk mengidentifikasi karakteristik petani anggota P3A di daerah penelitian

Adanya perbedaan

karakteristik dari setiap petani anggota P3A di daerah penelitian

Karakteristik petani anggota :

− Umur (tahun)

− Luas lahan (Ha)

− Pendidikan (tahun)

− Tanggungan (orang)

− Lama keanggotaan (tahun)

Deskriptif

3 Bagaimana inerja organisasi P3A ?

Untuk menganalisis kinerja organisasi P3A di daerah penelitian

Kinerja organisasi P3A di daerah penelitian adalah tinggi dengan mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan

Data diperlukan :

− Program kerja P3A

− Pelaksanaan program kerja

− Hasil pelaksanaan program

Deskriptif

4 Bagaimana sikap petani terhadap organisasi P3A ?

Untuk menganalisis sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian

Sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian adalah positif

5 Bagaimana hubungan karakteristik petani anggota dengan sikap petani terhadap organisasi P3A ?

Untuk menganalisis hubungan karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian

Adanya hubungan nyata (signifikan) antara

karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian

Data diperlukan :

− Karakteristik petani anggota (umur, luas lahan, pendidikan, tanggungan, lama keanggotaan)

− Skor sikap petani anggota P3A

Korelasi

Rank Spearman

6 Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota terhadap sikap petani terhadap organisasi P3A ?

Untuk menganalisis

pengaruh karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian

Adanya pengaruh nyata (signifikan) antara

karakteristik petani terhadap sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian

Data diperlukan :

− Karakteristik petani anggota (umur, luas lahan, pendidikan, tanggungan, lama keanggotaan)

− Skor sikap petani anggota P3A

(2)

Lampiran 2. Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A), Sejarah dan Tujuanya

Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)

Organisasi petani pemakai air seyogyanya harus ada sejak air irigasi

menjadi bagian dari kehidupan pertanian. Organisasi seperti ini terkait dengan

pemerintahan desa yang merupakan pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan di

desa, meskipun ada yang berdiri sendiri - dibentuk sendiri oleh petani secara

tradisional dan sesuai dengan kebutuhannya sehingga telah mengakar dalam

masyarakat.

Berawal pada pemerintahan orde baru sampai era reformasi seperti

sekarang, pemerintah menganjurkan dibentuk organisasi petani pemakai air secara

formal lengkap dengan kelengkapan administrasinya. Jadi setiap desa yang

memiliki areal irigasi dianjurkan membentuk organisasi tersebut (dibentuk oleh

petani itu sendiri) dan berdasarkan kebutuhannya serta sesuai dengan norma dan

nilai yang berkembang secara spesifik di daerah masing-masing.

Organisasi petani irigasi yang sekarang disebut perkumpulan petani

penggunai air (P3A) tidak tergantung pihak luar, berkembang secara perlahan dan

bertahap, berusaha untuk membiayai diri sendiri sesuai dengan kemampuan para

anggotanya. Organisasi ini boleh menerima bantuan, akan tetapi tidak

menggantungkan diri dari bantuan.

Organisasi petani pemakai air harus memelihara pengetahuan dan

teknologi lokal, yaitu pengetahuan yang sejak dulu kala diterima oleh masyarakat

secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Anggota organisasi ini juga

senantiasa terbuka terhadap pengetahuan dari luar untuk menambah wawasan

mereka sesuai dengan pengalaman orang lain kalau memang sesuai dan

bermanfaat. Selain itu, organisasi ini menjaga lingkungan fisik, sosial, budaya,

politik dan ekonomi.

Organisasi petani pengguna air (P3A) betujuan untuk menampung masalah

dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok

tanam. Wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, curah pendapat

(3)

dihadapi bersama oleh petani, baik yang dapat dipecahkan sendiri maupun yang

memerlukan bantuan dari luar. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama

memenuhi kebutuhan air irigasi untuk usaha pertaniannya. Dalam tahapan

perkembangannya organisasi ini diharapkan dapat menjadi suatu unit usaha

mandiri yang mampu menyediakan sarana produksi pertanian (saprotan) dan

sebagainya maupun dalam upaya pemasaran. Selain itu organisasi ini juga

berperan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.

Sejarah Perkembangan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)

Pada prinsipnya organisasi ini sudah ada sejak air irigasi mulai menjadi

bagian dari kehidupan pertanian. Pada awal mulanya, organisasi seperti ini terkait

dengan pemerintahan desa sebagai pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan di

desa meskipun ada yang berdiri sendiri seperti Subak di Bali. Dalam

perkembanganya organisasi inisudah sejak lama ada secara tradisional dan

mengakar dalam masyarakat karena dibentuk sendiri oleh petani berdsarkan

kebutuhanya. Pada Era Pemerintahan Orde Baru, pemerintah menganjurkan

dibentuk organisasi perkumpulan petani pemakai air secara formal yang memuat

AD/ART yang dibuat oleh pemerintah sebagai pijakan kegiatanya. Atas dasar ini

setiap desa yang mempunyai areal irigasi dianjurkan dibentuk perkumpulan petani

pengguna air dengan proses pembentukan dilakukan dengan penekanan khusus

semacam keharusan dan dengan berorientasi terhadap jumlah dan waktu serta

yang ada pada kenyataanya belum tentu menjadi kebtuhan masyarakat.

Proses pembentukan yang demikian maka banyak perkumpulan petani

pengguna air yang kurang dapat berkembang atau bahkan papan nama saja

kalaupun itu masih ada. Belajar dari pengalaman tersebut maka cara-cara yang

lama harus ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan yang partisipatif. Proses

pembentukan harus dikembalikan berawal dari inisiatif masyarakat dengan nama

dan dasar/aturan sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang secara spesifik

di daerah masing-masing, misalnya dalam hal pemberian nama Mitra Cai di Jawa

Barat, HIPPA di Jawa Timur, Dharma Tirta di Jawa Tengah dan KP2A

(4)

Pembangunan dengan Paradigma Lama, Sewaktu pemerintahan Orde

Baru, kebijakan pemerintah dalam pembangunan sumber daya air diarahkan untuk

memotong garis kemiskinan dengan menaikkan produksi pertanian melalui

program pencapaian swa sembada beras. Maka untuk itu pemerintah (Pusat)

melakukan pembangunan irigasi sebagai titik berat pembangunan sumber daya

air. Kebijakan pemerintah tersebut selaras dengan paradigma pembangunan atau

konsep dasar berpikir yang dianut pada waktu itu yaitu berupa pencapaian

pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya. (Paradigma lama). Pemerintah berlaku

seolah-olah sebagai penyedia sarana irigasi sementara daerah atau masyarakat

menerima saja hasil pembangunan. Memang sampai waktu tertentu pembangunan

bisa mencapai swasembada pangan, namum ternyata tidak berlanjut karena

beberapa sebab. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kegiatan pemeliharaan

hasil pembangunan yang mestinya dilaksanakan oleh masyarakat yang

memperoleh manfaat dari hasil pembangunan bersama pemerintah. Pembangunan

dengan paradigma lama dilaksanakan dengan secara terpusat, berorientasi target

pendekatan atas bawah; dan seragam baik program pembangunannya sendiri

maupun cara pelaksanaannya.

Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat

usahatani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun

2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006

tentang Irigasi. Pada kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa

“pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab

perkumpulan petani pemakai air“. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan

dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga

Perkumpulan Petani Pemakai Air/P3A (pada beberapa daerah dikenal dengan

Mitra Cai, Subak, HIPPA, dll.) termasuk perkumpulan petani pemakai air

tanah/P3AT. Untuk mewujudkan sistem pengembangan dan pengelolaan air

irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang kuat, mandiri,

dan berdaya yang pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas dan

produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani dan

(5)

Pentingnya penguatan atau pemberdayaan P3A diatur melalui Peraturan

Pemerintah Nomor. 38 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa pembinaan P3A

menjadi tanggung jawab Kementerian Pertanian. Amanat tersebut telah

dituangkan dan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79/2012 tentang

Pembinaan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).

Kementerian Pertanian, dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

Pertanian (Ditjen PSP) TA 2014 akan menyelenggarakan kegiatan Pemberdayaan

Kelembagaan dalam bentuk penguatan kapasitas kelembagaan pengelola air serta

pengelolaan irigasi dalam bentuk pengembangan atau rehabilitasi sarana dan

prasarana irigasi.

Tujuan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)

Adapun tujuan dari perkumpulan petani pengguna air dapat diterangkan

sebagai berikut :

1. Perkumpulan petani pengguna air ini bertujuan untuk menampung masalah

dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok

tanam. Selain itu organisasi ini juga sebagai wadah bertemunya petani untuk

saling bertukar pikiran, curah pendapat serta membuat keputusan-keputusan

guna memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama oleh petani, baik

yang dapat dipecahkan sendiri oleh petani yang bersangkutan maupun yang

memerlukan bantuan dari luar.

2. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi

kebutuhan air irigasi untuk pertanianya. Dalam perkembanganya perkumpulan

petani pengguna air diharapkan dapat menjadi suatu unit mandiri yang mampu

menyediakan sarana produksi pertanian dan lainya maupun dalam upaya

pemasaranya.

3. Menjadi wakil petani dalam melakukan tawar-menawar dengan pihak luar

(bisa dengan pihak pemerintah, LSM atau lembaga-lembaga terkait lain) yang

berhubungan dengan kebutuhan petani.

4. Untuk berperan serta dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi

primer dan sekunder.

5. Menyelenggarakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada

(6)

Tujuan Gabungan/ Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A / IP3A)

Adapun tujuan dari pembentukan Gabungan/ Induk Perkumpulan Petani

Pengguna Air (GP3A / IP3A) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkoordinasikan peran serta anggotanya dalam pembagian,

pemberian dan penggunaan air irigasi di wilayah kerja GP3A dan IP3A

dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengelolaan irigasi.

2. Untuk mengkoordinasikan anggota GP3A dan IP3A yang ada di wilayah

kerjanya dalam rangka berpartisipasi pada penyelenggaraan pengembangan

dan pengelolaan sistem irigasi.

3. Untuk mewakili perkumpulan petani pengguna air pada komisi irigasi

kabupaten/kota dan komisi irigasi provinsi.

Pengertian atau Istilah

1. Kelembagaan Petani Pemakai Air adalah lembaga/institusi yang dibentuk

oleh petani dan atau masyakarat dan atau pemerintah yang bertujuan untuk

melaksanakan pengembangan dan atau pengelolaan air irigasi dalam rangka

pemenuhan kebutuhan air irigasi di lahan pertaniannya.

2. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan yang

ditumbuhkan/dibentuk petani yang mendapat manfaat secara langsung dari

pengelolaan air dan jaringan irigasi, air permukaan, embung/ dam parit dan air

tanah.

3. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) adalah gabungan

beberapa kelembagaan P3A yang bersepakat bekerjasama memanfaatkan air

irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan

beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi yang bertujuan untuk

mempermudah pola koordinasi dan penyelenggaraan irigasi sekunder serta

memperkuat posisi tawar petani pada usaha pertaniannya;

4. Pemberdayaan Kelembagaan Petani Pemakai Air adalah upaya penguatan

dan peningkatan kemampuan dan kapasitas P3A maupun GP3A yang meliputi

aspek kelembagaan, teknis usaha pertanian dan irigasi serta pembiayaan

(7)

pendampingan dan menumbuhkembangkan partisipasi dalam upaya mencapai

ketahanan pangan nasional;

5. Pengelolaan Irigasi Partisipatif adalah penyelenggaraan pengelolaan irigasi

yang berbasis peran serta petani dalam proses penyelenggaraan sejak

pemikiran awal, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan pada tahap

perencanaan, rehabilitasi, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan,

(8)

Lampiran 3. Daerah Irigasi, Jumlah P3A, Luas dan Legalitas P3A di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

(9)

Lampiran 4. Jumlah P3A, Luas Wilayah dan Legalitas P3A Menurut Desa di Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

(10)

Lampiran 5. Karakteristik Petani Sampel

(11)

Lampiran 6. Pernyataan Sikap Positif Petani Sampel No

Sampel Pernyataan Positif

(12)

Lampiran 7. Pernyataan Sikap Negatif Petani Sampel No

Sampel Pernyataan Negatif

(13)

Lampiran 8. Skor Pernyataan Positif Petani Sampel No

Sampel Pernyataan Positif

(14)

Lampiran 9. Skor Pernyataan Negatif Petani Sampel No

Sampel Pernyataan Negatif

(15)
(16)

Lampiran 11. Skor Sikap Petani Sampel dan Interpretasinya

Nomor Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretase

(17)

Lampiran 12. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .323

Sig. (2-tailed) . .047

N 30 30

Umur Correlation Coefficient .323 1.000

Sig. (2-tailed) .047 .

(18)

Lampiran 13. Korelasi Rank Spearman Antara Luas Lahan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Correlations

Sikap Luas_Lahan

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .455*

Sig. (2-tailed) . .012

N 30 30

Luas_Lahan Correlation Coefficient .455* 1.000

Sig. (2-tailed) .012 .

N 30 30

No Sampel

Luas Lahan Skor Sikap

(19)

Lampiran 14. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Sampel Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Correlations

Sikap Tingkat_Pendidikan

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .157

Sig. (2-tailed) . .407

N 30 30

Tingkat_Pendidikan Correlation Coefficient .157 1.000

(20)

Lampiran 15. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Tanggungan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Correlations

Sikap Jumlah_Tanggungan

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .236

Sig. (2-tailed) . .209

N 30 30

Jumlah_Tanggungan Correlation Coefficient .236 1.000

(21)

Lampiran 16. Korelasi Rank Spearman Antara Keanggotaan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Correlations

Sikap Lama_Keanggotaan

Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .475**

Sig. (2-tailed) . .008

N 30 30

Lama_Keanggotaan Correlation Coefficient .475** 1.000

(22)

Lampiran 17. Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel

No Sampel Pernyataan

(23)

Lampiran 18. Skoring Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel

No Sampel Pernyataan Total

(24)

Lampiran 19. Interpretasi Skoring Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel

No Sampel Skor Interpretase Kinerja

(25)

Lampiran 20. Tabel Hasil Analisis Statistik Regresi Linear Berganda Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Sikap Petani Anggota Terhadap Organisasi P3A di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Lama_Keanggotaan, Tingkat_Pendidikan, Jumlah_Tanggungan, Umur, Luas_Lahan

b. Dependent Variable: Sikap

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1097.761 5 219.552 4.369 .006a

Residual 1206.106 24 50.254

Total 2303.867 29

a. Predictors: (Constant), Lama_Keanggotaan, Tingkat_Pendidikan,

Jumlah_Tanggungan, Umur, Luas_Lahan

b. Dependent Variable: Sikap

Coefficientsa

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Ambler, J. S., 1992. Irigasi di Indonesia: Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta

Azwar, 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Bastian, I., 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Daniel J. M., 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara, Jakarta

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT Bumi Aksara. Jakarta

Gustina, 2001. Analisis Perbandingan Tingkat Partisipasi Petani Pemakai Air Irigasi Pompa Antara yang Dikelola oleh Lembaga Pemerintah dan Dikelola Swasta, Tesis. Magister Program Pasca Sarjana USU, Medan

Ginting, M., 1999. Dinamika Organisasi Koperasi. Bogor; Disertasi IPB

J.S. Ambler, 1992. Irigasi di Indonesia; Dinamika Kelembagaan Petani. LP3S, Jakarta

Kartasapoetra, A. G., 1994. Tekhnologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta

Kartasapoetra, A. G., dan Mul Mulyani Sutedjo, 1994. Tekhnologi Pengairan. Bumi Aksara, Jakarta

Kurnia, G dan R. Judawinata, 2000. Kemandirian Perkumpulan Petani Pengguna Air, Prosiding Lokakarya Kebijaksanaan Pengairan Mendukung Pengembangan Agribisnis. Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor

L. A. Allen,1984. Dasar-Dasar Organisasi. Gajah Mada Press, Yogyakarta

Mawardi, E., 2007. Desain Hidrolik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung

(28)

Pusposutarjo, S., 2001. Pengembangan Irigasi Usahatani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Sedarmayanti, 2004. Good Governance. Mandar Maju, Bandung

Siskel, S. E., dan S. R. Hutapea, 1995. Irigasi di Indonesia: Peranan Masyarakat dan Penelitian. LP3ES, Jakarta

Soetrisno, L.,1999. Pertanian Pada Abad ke 21. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Soekartawi,1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Supriana, T,. 2010. Statistik Nonparametrik: Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. USU Press, Medan

Sutarto, 1998. Dasar-Dasar Organisasi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Desa Sei

Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini

dipilih karena di Desa Sei Buluh terdapat P3A dengan Luas Baku Sawah terbesar

di Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai. Rincian mengenai P3A di

Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 2

berikut ini :

Tabel 2. Jumlah P3A, Luas Wilayah dan Legalitas P3A Menurut Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

D.I Buluh Lokasi/Desa Jumlah

P3A

Sumber : Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (IP3A) Kab. Serdang Bedagai, 2012

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan dengan cara

acak sederhana (Simple Random Sampling) terhadap 165 petani anggota. Adapun

sampel yang diambil adalah sebanyak 30 sampel yang merupakan petani anggota

dari P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten

(30)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden sebagai petani anggota P3A dengan menggunakan daftar pertanyaan

(kuisioner). Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh

dari instansi atau lembaga terkait seperti Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air

Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten

Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dan Kantor Desa

Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 digunakan metode analisis deskriptif

dengan mengumpulkan data perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di

Kabupaten Serdang Bedagai selanjutnya dibandingkan dengan data

perkembangan P3A Tirta Sari selama 5 tahun terakhir di Desa Sei Buluh,

Kecamatan Teluk Mengkudu.

Untuk mengidentifikasi masalah 2 digunakan metode deskriptif dengan

mengumpulkan data karakteristik petani anggota tentang umur, pendidikan

tanggungan luas sawah, dan lama keanggotaan

Untuk menganalisis masalah 3 digunakan metode dekriptif dengan metode

analisis teknik skoring terhadap beberapa tugas pokok Organisasi P3A di lokasi

(31)

Tabel 3. Data Ukuran Kinerja Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)

No Tugas P3A Indikator Skor

1 Mengelola P3A secara tepat dan berhasil

a. Selalu 3

b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 2 Memelihara jaringan irigasi agar

tetap terawat dan berfungsi dengan baik

a. Selalu 3

b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 3 Mengutip Iuran P3A secara tepat

waktu

a. Selalu 3

b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 4 Mengarahkan dan mengawasi petani

anggota P3A

a. Selalu 3

b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 5 Mengikuti rapat atau perkumpulan

rutin Organisasi P3A

a. Selalu 3

b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1

Jumlah skor pelaksanaan kinerja Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) antara

lain berkisar antara 5-15 dengan range sebagai berikut :

Range = Data Terbesar − Data Terkecil

Jumlah Kriteria

= 15−5

3

= 3,3

Berdasarkan rumus diatas maka kinerja organisasi P3A di lokasi penelitian dapat

dikategorikan sebagai berikut :

5 – 8 = kinerja rendah

9 – 12 = kinerja sedang

13 – 15 = kinerja tinggi

Untuk menganalisis masalah 4 digunakan metode skala sikap Model

Likert. Metode ini memberikan nilai terhadap penyataan sikap yang menggunakan

(32)

untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi penyataan dalam

lima kategori jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS),

ragu-ragu (R), setuju (S) dan sangat setuju (SS).

Tabel 4. Penentuan Skor Sikap Petani Yang Positif

No. Kategori Sikap Petani Sampel Skor

1

Tabel 5. Penentuan Skor Sikap Petani Yang Negatif

No. Kategori Sikap Petani Sampel Skor

1

Untuk mengukur skala sikap digunakan pengukuran skala Likert dengan rumus :

T = 50 + 10

X−X� s

Keterangan :

T = Skor Standar

X = Skor Responden

X = Rata-rata Skor Kelompok

s

= Standar Deviasi

Kriteria uji, apabila : T > 50 = sikap positif

T ≤ 50 = sikap negatif

(33)

Berdasarkan uji t tersebut, dapat diketahui sikap petani apakah positif atau negatif

terhadap organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) di Kelurahan Sei

Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Jika petani

bersikap negatif, hal ini menunjukkan bahwa Organisasi P3A kurang maksimal

dalamm megelola dan memelihara jaringan irigasi. Sebaliknya jika petani

bersikap positif maka kinerja Organisasi P3A dalam mengelola dan memlihara

jaringan irigasi telah maksimal dalam mengelola dan memelihara jaringan irigasi.

Untuk menganalisis masalah 5 digunakan metode korelasi Rank

Spearman sebagai berikut :

�� =� − � � ∑ �� �

� (��− �)�

Dimana :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih skor antara dua variabel

n = jumlah petani sampel

Diuji dengan uji signifikansi, dengan rumus sebagai berikut :

t = rs�

n−2 1−rs2

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Jika signifikansi ≥α (0,05); H0 diterima; H1 ditolak (tidak ada hubungan)

Jika signifikansi < α (0,05); H0 ditolak; H1 diterima (ada hubungan)

(34)

Untuk menganalisis identifikasi masalah 6 hasil pengumpulan data akan

dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat

dihitung melalui program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan

apakah dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini di perhitungan statistik

menggunakan Model Analisis Regresi untuk menguji Hipotesis yaitu adanya

pengaruh antara karakteristik petani seperti umur petani, luas lahan, tingkat

pendidikan, jumlah tanggungan dan lama keanggotaan dengan sikap petani

terhadap P3A, persamaannya adalah:

Ý = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 ...bnxn

Dimana : Ý = Sikap Petani

x1 = Umur Petani (tahun)

x2 = Luas Lahan (Ha)

x3 = Tingkat Pendidikan (tahun)

x4 = Jumlah Tanggungan (jiwa)

x5 = Lama Keanggotaan (tahun)

bn = Koefisien Regresi (n=1,2,3,4,5,6....)

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan

variabel bebas untuk mewakili fungsi pada variabel terikat. Koefisien Determinasi

Berganda (multiple coefficient of correlation) disimbolkan dengan R2. Koefisien

Determinasi yang tinggi yaitu mendekati angka satu menandakan bahwa fungsi

variabel bebas (X1,X2,X3...Xn) semakin cocok untuk meramalkan fungsi variabel

(35)

Nilai t hitung (Sig. t)

Analisis untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial

yang diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test). Taraf signifikan

(α) yang digunakan dalam ilmu sosial 0,05 sudah cukup memadai.

Kriteria pengujian:

Jika Sig. t > α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat).

Jika Sig. t ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat).

(Firdaus, 2004)

Nilai F hitung (Sig. F)

Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara

simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam

kriteria cocok.

Kriteria pengujian:

Jika Sig. F > α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat).

Jika Sig. F ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat).

(36)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka,

kepositifan atau kenegatifan terhadap sesuatu objek atau keadaan

2. Organisasi merupakan proses identifikasi dan pengelompokan pekerjaan yang

akan dilaksanakan, merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan

wewenang serta menyusun hubungan-hubungan dengan maksud untuk

meningkatkan kerjasama anggota secara efektif dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan

3. Organisasi P3A adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah

petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi pada tingkat tersier

atau desa yang dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis

4. Derah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan

irigasi

5. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara

langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi

6. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan

tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, kesungguhan dan waktu yang tersedia

7. Karakteristik petani merupakan sifat khas dari petani yang menunjukkan

(37)

petani seperti umur, pendidikan, jumlah tanggungan, luas sawah dan lama

keanggotaan diduga mempengaruhi sikap petani terhadap organisasi P3A.

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Petani sampel adalah petani anggota P3A yang mendapatkan manfaat

langsung dari jaringan irigasi

2. Penelitian dilakukan di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai

(38)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas dan Topografi Desa

Penelitian dilakukan di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Desa Sei Buluh

mempunyai luas daerah yaitu 800,3 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 9.947

jiwa dan kepadatan 12,42 jiwa/Km. Desa Sei Buluh berada 8 cm diatas

permukaan laut dengan suhu rata-rata yaitu 24 derajat Celcius.

Desa Sei Buluh berjarak 10 Km dari Ibukota Kecamatan dan 12 Km dari

Ibukota Kabupaten. Berdasarkan jarak tersebut Desa Sei Buluh menjadi salahsatu

desa yang mempunyai peluang yang sangat besar untuk mendapatkan informasi

mengenai Irigasi dan menerapkanya di lingkungan Desa Sei Buluh. Untuk

batas-batas administratif Desa Sei Buluh dapat dipaparkan sebagai berikut :

− Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan

− Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Perkebunan Tanah Raja

− Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan

− Sebelah Timur berbatasan dengan PT. SOCFINDO Mata Pao dan PTPN III

Perkebunan Tanah Raja

4.1.2 Keadaan Penduduk

Desa Sei Buluh mempunyai jumlah penduduk 9.947 jiwa dengan jumlah

rumah tangga yaitu 2.601 kepala rumah tangga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(39)

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluh, Tahun 2012

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 5055 50,82

2 Perempuan 4892 49,18

Jumlah 9947 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa

Sei Buluh tidak berbeda jauh dengan penduduk perempuan. Berikut adalah

distribusi penduduk Desa Sei Buluh Menurut Kelompok Umur pada tahun 2012 :

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sei Buluh, Tahun 2012

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (13-60

tahun) di Desa Sei Buluh sebanyak 6298 jiwa (63,32 %). Dan kelompok usia tidak

produktif sebanyak 3649 jiwa (36,68 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa

ketersediaan tenaga kerja di Desa Sei Buluh cukup besar.

Sebagai daerah pertanian, penduduk di Desa Sei Buluh pada umunya

memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian dan wiraswasta. Penduduk di

daerah penelitian yang bermata pencaharian bertani mempunyai lahan sendiri dan

lahan yang disewakan untuk dibudidayakan. Selain sebagai petani dan

wiraswasta, sebagian penduduk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/Polri,

(40)

Untuk lebih jelasnya pada Tabel 8 berikut dapat dilihat distribusi penduduk di

Desa Sei Buluh berdasarkan mata pencaharian.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sei Buluh Tahun 2012

No Jenis Mata

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 29,96 % penduduk mempunyai mata

pencaharian sebagai petani. Persentase ini merupakan yang terbesar dibandingkan

dengan jenis mata pencaharian lainya di Desa Sei Buluh. Dapat dilihat bahwa

persentase masyarakat bermata pencaharian PNS adalah 0,83 %, TNI/Polri 0,31

%, Karyawan 2,42 %, Wiraswasta 17,10 %, Pelayanan di bidang jasa 0,91 %,

nelayan 0,09 %, buruh 8,21 % dan mata pencaharian lainya sebesar 40,16 %.

Bertani menjadi mata pencaharian yang umumnya dimiliki oleh penduduk

di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

Oleh karena hal ini sektor yang ada di Desa Sei Buluh layak untuk dikembangkan

dan ditingkatkan untuk memenuhi kuota pangan beras desa tersebut atau pun

menjadi salahsatu pemasok beras untuk tingkatan yang lebih luas dalam lingkup

daerah regional. Peningkatan sektor pertanian juga dapat memacu perekonomian

(41)

Keadaan penduduk di Desa Sei Buluh berdasarkan tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Sei Buluh Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 1632 16,41

2 TK 389 3,91

3 SD 2736 27,51

4 SLTP 3128 31,45

5 SLTA 1905 19,16

6 D1 33 0,33

7 D2 15 0,14

8 D3 42 0,42

9 S1 67 0,67

Total 9947 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Berdasarkan distribusi penduduk berdasarkan pendidikan formal diatas

dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Sei Buluh rata-rata mempunyai tingkat

pendidikan formal selama 9 tahun yaitu tingkat SLTP yaitu 31,45 %, belum

sekolah 16,41 %, tamat SD 27,51 %, tamat SLTA 19,16 % dan tamatan Perguruan

Tinggi 1,56 %. Persentase tertinggi berada pada tingkat pendidikan 9 tahun yaitu

SLTP dengan persentase 31,45 %.

Pendidikan petani menjadi hal yang vital pada saat ini dalam

meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Indonesia. Tingkat pendidikan ini

juga dianggap penting dalam mempengaruhi cara bertani penduduk di Desa Sei

Buluh untuk lebih baik, lebih produktif dan lebih kompetitif kedepanya.

Berikut adalah keadaan penduduk di Desa Sei Buluh berdasarkan etnis

(42)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku di Desa Sei Buluh Tahun 2012

No Etnis/Suku Jumlah Penduduk

(Jiwa) Persentase (%)

1 Aceh 24 0,24

2 Arab 7 0,07

3 Banjar 253 2,54

4 Banten 77 0,77

5 Batak 769 7,73

6 Jawa 6379 64,13

7 Karo 115 1,16

8 Mandailing 1457 14,67

9 Melayu 206 2,07

10 Minang 471 4,73

11 Simalungun 19 0,19

12 Tionghoa 179 1,80

Total 9947 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Sei Buluh

didominasi oleh penduduk dengan Etnis atau Suku Jawa dengan persentase 64,13

%, kemudian Suku Mandailing dengan persentase 14,67 %, Suku Batak dengan

7,73 %, Suku Minang dengan 4,73 %, Suku Banjar dengan 2,54 %, Suku Melayu

dengan 2,07 %, Etnis Tionghoa dengan 1,80 %, Suku Karo dengan 1,16 %, Suku

Banten dengan 0,77 %, Suku Aceh dengan 0,24 %, Suku Simalungun dengan 0,19

% dan Etnis Arab dengan persentase sebesar 0,07 %.

4.1.3 Penggunaan Tanah

Luas wilayah Desa Sei Buluh adalah 800,3 Ha yang terbagi menurut

fungsinya menjadi areal pemukiman, persawahan, perkebunan, jalan, dan

pemakaman. Sebagian besar lahan yang ada di Desa Sei Buluh dimanfaatkan oleh

penduduk untuk kegiatan pertanian. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Sei

(43)

Tabel 11. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Sei Buluh Tahun 2012

No Jenis Penggunaan

Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman /

Perumahan 182,37 22,79

2 Persawahan 600 74,97

3 Perkebunan 16,01 2,01

4 Jalan 0,3 0,03

5 Pemakaman 1,62 0,20

Total 800,3 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan

sebagai persawahan menjadi yang terbesar dengan persentase 74, 97 %, kemudian

pemukiman dan perumahan dengan persentase sebesar 22,79 %, perkebunan

dengan 2,01 %, pemakaman 0,20 % dan fasilitas jalan dengan 0,03 %.

Berdasarkan hal tersebut Desa Sei Buluh berpeluang besar untuk menjadi salah

satu sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai.

4.1.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasaran desa akan mempengaruhi perkembangan dan

kemajuan pembangunan desa. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka

dapat meningkatkan kinerja dan kelancaran penduduk dalam meningkatkan

pekerjaan, peningkatan kualitas jasmani dan rohani. Sarana dan prasarana juga

dianggap penting dalam meningkatkan perkembangan desa untuk lebih baik dan

kompetitif kedepanya.

Sarana dan prasarana juga beperan dalam memberikan kelancaran akses

penduduk terhadapa suatu hal yang ingin dilakukan dan diselesaikan. Sarana dan

prasarana memberikan peluang kepada penduduk setempat untuk mengikuti dan

(44)

Berikut adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Sei Buluh

tahun 2012.

Tabel 12. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2012

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Peribadatan

Telekomunikasi (Tower) 1

Total 44

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012

Dari tabel ketersediaan sarana dan prasarana diatas maka dapat dikatakan

bahwa kebutuhan masyarakat di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

akan fasilitas kehidupan masyarakat sudah cukup terpenuhi baik dari bidang

keagamaan, kesehatan, pendidikan, pemerintahan, fasilitas perhubungan,

keamanan, dan fasilitas komunikasi. Kelengkapan saran dan prasaran didalam

desa mempunyai pengaruh dalam menentukan tanggapan, respon dan sikap

(45)

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah keadaan petani

yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal, luas lahan yang dibudidayakan,

jumlah tanggungan dan lama keanggotaan petani dalam Perkumpulan Petani

Pengguna Air Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 13 berikut ini.

Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

No Karakteristik Petani Satuan Sebaran Rataan

1 Umur Tahun 30 – 63 44,76

2 Luas Lahan Hektar 0,12 – 1,76 0,59

3 Pendidikan Formal Tahun 6 – 17 9,46

4 Jumlah Tanggungan Jiwa 1 – 5 3,00

5 Lama Keanggotaan Tahun 1 – 10 6,23 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 5

Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa sebaran umur petani sampel di

Desa Sei Buluh adalah 30 – 63 tahun, dengan rataan adalah 44,76 tahun.

Berdasarkan hal tersebut rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian masih

termasuk dalam usia yang produktif. Usia yang produktif berpotensi besar dalam

meningkatkan produktivitas usahataninya dan berpengaruh dalam memberikan

tanggapan dan sikap yang objektif terhadap sarana dan prasarana pertanian yang

tersedia misalnya seperti Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).

Untuk luas lahan yang dimiliki petani sampel di daerah penelitian berkisar

antara 0,12 – 1,76 Ha, dengan rataan 0,59 Ha. Untuk tingkat pendidikan formal

petani sampel berkisar antara 6 – 17 tahun, dengan rataan 9,46 tahun. Dari rataan

tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani sampel di daerah

(46)

sudah cukup baik dalam mengelola usahataninya dan juga bagaimana menyikapi

perkembangan yang terjadi dalam sektor pertanian padi sawah. Untuk jumlah

tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 1 – 5 jiwa,

dengan rataan sebanyak 3 jiwa.

Untuk lama keanggotaan petani sampel di daerah penelitian sebagai

anggota P3A Tirta Sari berkisar antara 1 – 10 tahun, dengan rataan 6,23 tahun.

Dari rataan tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata petani sampel di daerah

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani yang terdapat di Desa Sei Buluh

Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Pada penelitian ini

ditetapkan 30 sampel petani dari 165 kepala keluarga yang menjadi anggota P3A

Tirta Sari. Dimana 30 sampel yang dipilih adalah merupakan petani yang

menjadikan usahatani padi sawah sebagai mata pencaharian utama keluarga.

5.1 Gambaran Umum Organisasi P3A Tirta Sari

Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Tirta Sari terbentuk

pada tanggal 19 Oktober 2002 dan pada tanggal 11 Mei 2007 organisasi ini

disahkan menjadi organisasi yang berbadan hukum oleh Bupati Serdang Bedagai.

Anggota P3A Tirta Sari adalah semua petani yang mendapat manfaat

secara langsung dari pelayanan air irigasi di wilayah kerja P3A Tirta Sari. Hingga

saat ini anggota P3A Tirta Sari tercatat mempunyai jumlah anggota sebesar 165

kepala keluarga. Adapun susunan kepengurusan P3A Tirta Sari terdiri atas :

1. Ketua merangkap anggota

2. Wakil Ketua merangkap anggota

3. Sekretaris merangkap anggota

4. Bendahara merangkap anggota

5. Pelaksana teknis (Ulu-ulu dan pembantu Ulu-ulu P3A) merangkap anggota

6. Ketua Blok merangkap anggota

Untuk lebih jelas tentang susunan kepengurusan tersebut dapat dilihat pada

(48)

Gambar 3. Struktur Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh

Keterangan :

: garis perintah

Para pengurus organisasi P3A Tirta Sari dipilih oleh anggota organisasi

P3A 3 (tiga) tahun sekali dalam rapat anggota dan dapat dipilih kembali

sebanyak-banyaknya 2 kali secara berturut-turut. Adapun rapat anggota

dilaksanakan 1 kali setahun.

Pengembangan sumber daya manusia seperti peningkatan kemampuan

pengurus tidak memiliki waktu pelaksanaan khusus, tetapi pengembangan sumber

daya manusia ini pernah dirasakan oleh P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh

Kecamatan Teluk Mengkudu melalui Tenaga Pendamping Petani (TPP). Tenaga

Pendamping Petani ini dilatih bagaimana sistem pemeliharaan jaringan irigasi

yang baik dan sosialisasi segala undang-undang yang mengatur pemberdayaan

Petani Pengguna Air (P3A) yang berlaku.

BENDAHARA SEKRETARIS

PELAKSANA TEKNIS (Ulu-ulu dan pembantu Ulu-ulu)

Ketua Blok PETANI ANGGOTA Ketua Blok

(49)

Adapun hak dan kewajiban dari pengurus P3A (ketua, wakil ketua,

sekretaris, bendahara), Ulu-ulu dan anggota P3A adalah sebagai berikut:

a. Kewajiban Pengurus P3A

1. Memegang dan memlihara administrasi organisasi

2. Memungut iuran wajib dari anggota dan membayar upah ulu-ulu

3. Menyimpan hasil iuran

4. Menyampaikan perintah-perintah dari lembaga-lembaga pemerintah

5. Mengganti kerugian akibat kelalaian pengurus

6. Merencanakan, melaksanakan dan memelihara penyempurnaan bangunan

7. Bersama dengan ulu-ulu memecahkan kasus persengketaan dan bila tidak

terselesaikan diteruskan kepada Dinas Pengairan (PSDA)

8. Mengadakan rapat seuai dengan kebutuhan lapangan

9. Menyediakan dan memelihara sarana dan prasarana irigasi

b. Hak Pengurus P3A

1. Mendapatkan jasa sesuai dengan hasil musyarah dan rapat tahunan

2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan kepada anggota

c. Kewajiban Ulu-ulu

1. Mengawasi pembagian air secara adil, bijaksana dan merata kepada semua

anggota P3A

2. Membuat laporan luas lahan dan pertanaman yang dilaporkan kepada

pengurus P3A

3. Menjaga disiplin petani dalam menggunakan air

4. Mengarahkan anggota untuk menggunakan seefisien mungkin

(50)

d. Hak Ulu-ulu

1. Mendapatkan upah sesuai dengan musyarah dalam rapat anggota

2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan kepada anggota

e. Kewajiban Anggota P3A

1. Memberikan dan menyerahkan iuran yang telah ditetapkan dalam rapat

anggota kepada pengurus P3A

f. Hak Anggota P3A

1. Setiap anggota berhak mendapatkan pelayanan yang adil dalam kebutuhan air

2. Berhak menyampaikan pengajuan kepada tingkatan yang lebih tinggi bila

merasa dirugikan atau haknya tidak terpenuhi dengan baik

3. Berhak memilih dan dipilih menjadi pengurus P3A

g. Jenis Iuran P3A

1. Iuran pokok yaitu sebesar Rp 5.000,- per anggota diberikan pada saat

mendaftar menjadi anggota P3A dan dapat diangsur dalam jangka 2 musim

tanam. Ini merupakan modal tetap yang akan dikembalikan kepada anggota

apabila keanggotaanya berakhir.

2. Iuran wajib yaitu gabah basah 3 Kg/rante per musim tanam yang telah

ditetapkan bersama dalam rapat anggota. Apabila terjadi kegagalan panen

yang telah disahkan oleh pengurus maka iuran wajib dapat dikurangi sesuai

dengan persentase kerusakan atau bahkan dibebaskan sama sekali.

3. Iuran khusus yaitu iuran yang dikumpulkan pada keadaan tertentu misalnya

kerusakan oleh alam dan pinjaman kepada salahsatu anggota yang mengalami

musibah dimana besarnya iuran ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan

(51)

5.1.1 Perkembangan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Selama 5 Tahun Terakhir

Perkumpulan Petani Pengguna Air di Desa Sei Buluh yaitu P3A Tirta Sari

merupakan P3A yang memberikan pasokan air ke setiap petak sawah petani di

Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.

Untuk melihat perbandingan perkembangan Organisasi P3A di daerah

penelitian, berikut disajikan tabel perkembangan Organisasi P3A di Kabupaten

Serdang Bedagai Selama 5 tahun terkahir.

Tabel 14. Perkembangan Organisasi P3A di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari periode tahun 2008-2009 sampai

dengan periode tahun 2012-2013 terjadi perkembangan jumlah P3A, jumlah

anggota dan perubahan status legalitas dari P3A yang ada di Kabupaten Serdang

Bedagai. Dilihat dari jumlah anggota P3A persentase perkembangan dari tahun

2008-2009 ke periode tahun 2010 adalah 0,06 %, dari periode tahun

2009-2010 ke periode tahun 2009-2010-2011 adalah 2,54 %, dari periode tahun 2009-2010-2011 ke

periode tahun 2011-2012 adalah 3,80 % dan dari periode tahun 2011-2012 ke

(52)

dikatakan bahwa perkembangan P3A di Kabupaten Serdang Bedagai selama 5

tahun terakhir mempunyai persentase rata-rata sebesar 2,05 % setiap tahun.

Untuk melihat perkembangan organisasi P3A Tirta Sari dalam 5 tahun

terakhir baik itu jumlah anggota, banyaknya iuran yang ditetapkan, dan

banyaknya rapat anggota yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :

Tabel 15. Perkembangan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu tahun 2012

Tahun Jumlah Anggota

(KK)

Sumber : Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (IP3A) Serdang Bedagai, 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi perkembangan jumlah anggota

dan banyaknya iuran yang ditetapkan dari tahun ke tahun yang terjadi di P3A

Tirta Sari, Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang

Bedagai. Jika dilihat dari perkembangan jumlah anggota P3A dari periode tahun

2008-2009 sampai dengan periode tahun 2009-2010 terjadi perkembangan dengan

persentase 1,25 %. Dari periode tahun 2009-2010 sampai dengan periode tahun

2011 persentase perkembanganya sebesar 1,23 %, dari periode tahun

2010-2011 ke periode tahun 2010-2012 adalah 0,61 % dan dari periode tahun 2010-

2011-2012 ke periode tahun 2011-2012-2013 adalah 1,21 %. Dari penjelasan tersebut dapat

dikatakan bahwa perkembangan P3A di Desa Sei Buluh selama 5 tahun terakhir

(53)

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa persentase rata-rata

perkembangan P3A di Kabupaten Serdang selam 5 tahun terakhir adalah 2,05 %

dan persentase rata-rata perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh selama 5

tahun terakhir adalah 0,86 %. Berdasarkan perbandingan tersebut dimana

persentase perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di Kabupaten Serdang

Bedagai lebih besar dari persentase perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei

Buluh maka dapat dikatakan bahwa P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh tidak

mengalami perkembangan selama 5 tahun terakhir. Dengan demikian bahwa

hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perkembangan P3A selama 5 tahun

terakhir di daerah penelitan tidak dapat diterima yang artinya H0 ditolak dan H1

diterima.

Kurang berkembangnya P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh yang ditinjau

dari jumlah anggota diakibatkan oleh beberapa hal yang terjadi di Desa Sei Buluh

dintaranya adalah sebagai berikut :

1. Petani lebih memilih P3A desa lain yang berada lebih strategis atau lebih

dekat dengan lahan berpengairan mereka seperti P3A yang ada di Desa Lubuk

Bayas dan Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan.

2. Ketidakpercayaan sebagian petani terhadap organisasi P3A Tirta Sari sehingga

petani enggan masuk kedalam organisasi tersebut dan lebih memilih P3A lain

atau melakukan irigasi secara mandiri dan tradisional seperti tadah hujan dan

pompa air.

3. Ketidakcocokan antara petani dengan salahsatu pengurus organisasi P3A Tirta

Sari yang mengakibatkan petani lebih memilih P3A lain atau melakukan

(54)

5.1.2 Karakteristik Petani Anggota Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

Karakteristik petani anggota Organisasi P3A Tirta Sari yang ada di Desa

Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat

pada Tabel 16 berikut ini :

Tabel 16. Karakteristik Setiap Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

(55)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan umur petani anggota P3A Tirta

Sari berada dalam usia produktif yaitu 44,76 tahun. Usia yang produktif ini dapat

memacu petani untuk dapat meningkatkan produktivitas usahataninya. Luas lahan

petani anggota P3A Tirta Sari sudah termasuk dalam kategori sedang yaitu

dengan rataan 0,59 Ha. Dengan luas lahan yang dimiliki petani di daerah

penelitian memungkinkan petani untuk dapat meningkatkan pendapatan untuk

dapat mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pendidikan formal petani

dengan rataan 9,46 tahun sudah masuk dalam kategori yang tinggi mengingat

program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Hal ini menandakan bahwa

pendidikan petani di daerah penelitian sudah termasuk tinggi. Dengan tingkat

pendidikan petani seperti ini maka dapat dikatakan bahwa petani di daerah

penelitian sudah dapat mengadaptasi sikap dalam perkembangan pertanian.

Jumlah tanggungan dengan rataan 3 jiwa merupakan jumlah tanggungan

yang tergolong sedang. Dengan jumlah tanggungan tersebut memacu petani untuk

mempertahankan atau bahkan lebih lagi meningkatkan produktivitasnya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

Lama keanggotaan petani di daerah penelitian dengan rataan 6,23 tahun

sudah tergolong lama. Hal ini menunjukkan bahwa keanggotaan organisasi P3A

Tirta Sari sudah mengerti dam mengetahui dengan dalam mengenai program kerja

dan hasil dari program kerja yang ada yang nantinya akan mempengaruhi sikap

petani anggota terhadap organisasi P3A.

Dari uraian dan tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa terdapat

perbedaan karakteristik dari setiap petani anggota P3A di daerah penelitian.

(56)

karakteristik dari setiap anggota P3A di daerah penelitian dapat diterima yang

berarti H0 diterima dan H1 ditolak.

5.1.3 Kinerja Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di P3A Tirta Sari Kecamatan Teluk

Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai kinerja organisasi yang ada di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini :

Tabel 17. Kinerja Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

No Kategori Kinerja Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tinggi 20 66,67

2 Sedang 10 33,33

3 Rendah 0 0

Total 30 100,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 19

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya perbedaan pandangan

dan pendapat petani anggota organisasi P3A di daerah penelitian terhadap kinerja

organisasi P3A. Untuk kategori dengan kinerja tinggi petani anggota organisasi di

daerah penelitian setuju dengan jumlah 20 jiwa dengan persentase 66,67 %. Untuk

kategori dengan kinerja rendah petani anggota di daerah penelitian setuju dengan

jumlah petani 10 jiwa dengan persentase 33,33 %. Sedangkan untuk kategori

dengan kinerja rendah petani di daerah penelitian yang setuju adalah 0 jiwa

dengan persentase 0 %.

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi di daerah

penelitian adalah tinggi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa

kinerja organisasi P3A di daerah penelitian adalah tinggi dengan mencapai target

(57)

ditolak. Berikut adalah rencana kerja yang telah ditetapkan dan pelaksanaanya

oleh organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh :

Tabel 18. Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu pada Tahun 2012

No Jenis Kegiatan Waktu

Pelaksanaan Keterangan

1 Pertemuan/rapat antara pengurus dengan anggota yang membahas permasalahan dan kebijakan yang akan diambil dalam pengelolaan irigasi

1 x 3 bulan Dilaksanakan

2 Pertemuan organisasi P3A dengan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten dan pihal lain yang membahas tentang kerjasama pengelolaan irigasi

1 x 4 bulan Dilaksanakan

3 Pengembangan Sumber Daya Manusia seperti peningkatan kemampuan pengurus

Tidak ditentukan Dilaksanakan 4 Mengadakan Rapat Anggota dan

menyampaikan laporan pertanggungjawaban

1 x 12 tahun Dilaksanakan 5 Melaksanakan pola tanam, pemupukan, dan

membantu pemberantasan hama penyakit pada usahatani anggota

2 x 12 bulan Dilaksanakan

6 Mengajukan permohonan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah atau pihak lain

Tidak ditentukan Dilaksanakan 7 Mengadakan pemungutan iuran pengairan

irigasi guna pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

2 x 12 bulan Dilaksanakan

8 Pengamanan pintu air dari gangguan binatang liar atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab

Tidak ditentukan Dilaksanakan

9 Mengatur pembagian, penyaluran, penggunaan dan pembuangan kelebihan air irigasi

2 x 12 bulan Dilaksanakan

10 Melakukan rehabilitasi dan peningkatan kualitas jaringan irigasi

Tidak ditentukan Dilaksanakan 11 Memberikan sanksi kepada pengurus atau

petani anggota yang melanggar peraturan yang tertera di AD/ADRT

Tidak ditentukan Dilaksanakan

12 Melaksanakan gotong royong dan pembangunan secara swadaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi

1 x 2 bulan Dilaksanakan

13 Pengadaan penyuluhan, pengarahan dan tata cara penggunaan dan pembuangan sisa jumlah air irigasi yang disalurkan ke setiap petak petani anggota

2 x 12 bulan Dilaksanakan

14 Melakukan pengawasan penggunaan jumlah air yang disalurkan ke setiap petak sawah petani anggota P3A.

Tidak ditentukan Dilaksanakan

(58)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 14 jenis kegiatan yang

direncanakan oleh organisasi P3A Tirta Sari, semuanya telah dilakukan dan

dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa

pelaksanaan kegiatan organisasi P3A yang telah disepakati bersama telah berjalan

dengan baik.

5.1.4 Sikap Petani Anggota Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

Sikap petani terhadap organisasi P3A dilihat dari bagaimana respon petani

terhadap organisasi P3A pada saat organisasi ini telah berdiri, apakah setelah

organisasi ini terbentuk petani anggota akan memberikan respon yang positif atau

bahkan respon yang negatif.

Sikap petani terhadap organisasi P3A dapat diperoleh dari tanggapan

responden terhadap setiap pernyataan yang diberikan dalam bentuk kuisioner

dalam setiap kategori yang tersedia. Dengan jumlah responden sebanyak 30

responden diperoleh hasil seperti yang dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini :

Tabel 19. Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Positif 17 56,67

2 Negatif 13 43,33

Total 30 100,00

Sumber : Data diolah dari lampiran 11

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap petani anggota terhadap

organisasi P3A Tirta Sari yang positif adalah 17 petani anggota dengan persentase

56,66 % dan sikap petani anggota yang negatif adalah 13 petani dengan

persentase 43,33 %. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa sikap

(59)

demikian hipotesis yang menyatakan bahwa sikap petani terhadap organisasi P3A

di daerah penelitian adalah positif dapat diterima yang berarti H0 diterima dan H1

ditolak.

Organisasi P3A Tirta Sari sebagai salah satu organisasi pertanian yang

bertugas dalam penyediaan air irigasi dianggap vital dan mempunyai peranan

penting dalam memberikan kesuksesan dan peningkatan produksi dalam usahatani

padi sawah milik petani anggota. Anggapan ini yang mengakibatkan sikap dan

pendapat petani anggota menjadi positif terhadap organisasi P3A di daerah

penelitian. Sikap positif petani anggota organisasi selanjutnya akan dijadikan

sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan organisasi dalam satu

musim kedepannya. Hal ini akan menentukan apakah rencana kegiatan organisasi

yang lama yang dianggap sudah optimal dapat dilanjutkan dan bahkan

ditingkatkan pelaksanaanya. Sedangkan untuk rencana kegiatan yang dianggap

kurang optimal oleh petani anggota dapat dievaluasi kembali dan dilakukan

perubahan untuk meningkatkan perananya dalam meningkatkan produktivitas

padi sawah petani anggota organisasi.

Disamping itu terdapat beberapa alasan mengapa sikap petani anggota

terhadap organisasi P3A di daerah penelitian mendapatkan respon positif yaitu :

1. Hubungan yang harmonis antara petani anggota dengan pengurus organisasi

P3A di daerah penelitian berjalan dengan baik

2. Kebutuhan petani anggota akan ketersediaan air untuk setiap petak sawah

yang dibudidayakan terpenuhi dengan baik

3. Optimalnya para pengurus organisasi di daerah penelitian dalam

(60)

menyebabkan respon petani anggota terhadap organisasi P3A di daerah

penelitian menjadi positif

4. Penyaluran jumlah air kepada setiap petak sawah milik petani anggota

dilakukan dengan adil sesuai dengan kebutuhanya dan disalurkan tepat pada

waktunya

5. Kesediaan para pengurus organisasi dalam menerima pendapat dan ide yang

diberikan oleh petani anggota menjadi salahsatu faktor mengapa petani

anggota memberikan respon yang positif terhadap organisasi P3A di daerah

penelitian

6. Kinerja pengurus organisasi P3A di daerah penelitian yang optimal baik dari

perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan kegiatan

organisasi mengakibatkan peningkatan produktivitas usahatani padi sawah

milik petani anggota mengakibatkan respon dan sikap positif petani anggota

terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Disamping itu organisasi P3A di

daerah penelitian juga menyalurkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah

ataupun pihak lain kepada petani anggota secara adil dan merata.

Namun disamping itu ada beberapa petani anggota memberikan respon

yang negatif terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Petani anggota

memberikan respon negatif terhadap beberapa kebijakan yang diambil organisasi

P3A di daerah penelitian seperti iuran wajib yang terlalu tinggi, kualitas air yang

kurang bersih dan banyak mengandung hama dan sisa-sisa makhluk hidup yang

dapat mengganggu pertumbuhan padi sawah dan adanya kepentingan-kepentingan

tertentu yang memanfaatkan organisasi P3A di daerah penelitian untuk

(61)

5.1.5 Hubungan Karakteristik Petani Anggota Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

5.1.5.1Hubungan Antara Umur Dengan Sikap Petani Anggota

Terhadap Organisasi P3A

Kegiatan usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh dilakukan oleh petani

dari berbagai golongan umur, dari umur petani tersebut diduga memiliki

hubungan terhadap sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian apakah umur memiliki hubungan yang positif

atau hubungan yang negatif dengan sikap petani terhadap organisasi P3A didaerah

penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini :

Tabel 20. Hubungan Umur Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu

No Umur (tahun) Sikap Jumlah

Positif Negatif

1 30 – 46 6 (20,00 %) 9 (30,00 %) 15 (50,00 %) 2 47 – 63 11 (36,67 %) 4 (13,33 %) 15 (50.00 %)

Total 17 (56,67 %) 13 (43,33 %) 30 (100 %)

Sumber : Data diolah dari lampiran 5,11,12

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia 30 – 46 tahun

ada 6 petani (20,00 %) bersikap positif dan 9 petani (30,00 %) petani yang

bersikap negatif terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Sedangkan pada

kelompok usia 47 – 63 tahun terdapat 11 petani (56,67 %) memiliki sikap positif

dan 4 petani (13,33) bersikap negatif terhadap oranisasi P3A di daerah penelitian.

Dapat dikatakan bahwa dengan bertambahnya umur petani anggota maka sikap

petani terhadap organisasi P3A akan semakin positif.

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data primer pada lampiran 12

(62)

signifikansi 0,047. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat

signifikansi (0,047) < α (0,05). Berdasarkan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa

hubungan antara umur dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah

signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara umur petani dengan sikap petani terhadap organisasi P3A di

daerah penelitian dapat diterima yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Hubungan yang dimaksud antara umur petani dengan sikap petani terhadap

organisasi P3A di daerah penelitian adalah hubungan yang positif. Hal ini dapat

dilihat dari nilai koefisien korelasi yang bernilai positif (0,323) dan didukung

dengan data pada Tabel 20 yang menjelaskan bahwa semakin tinggi umur petani

anggota maka sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian akan

semakin positif.

5.1.5.2Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Luas lahan merupakan salah satu faktor ekonomi yang diduga memiliki

hubungan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A, apakah dengan semakin

luas lahan petani maka sikap petani menjadi positif atau justru sebaliknya. Untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan luas lahan yang dikelola petani dengan sikap

petani terhadap organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini :

Tabel 21. Hubungan Luas Lahan Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Kecamatan Teluk Mengkudu

No Luas lahan (Ha) Sikap Jumlah

Positif Negatif

1 0,12 – 0,40 7 (23,33 %) 8 (26,67 %) 15 (50,00 %) 2 0,44 – 1,76 10 (33,34 %) 5 (16,66 %) 15 (50,00 %)

Total 17 (56,67 %) 13 (43,33 %) 30 (100 %)

(63)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada luas lahan 0,12 – 0,40

Ha terdapat 7 petani (23,33 %) petani yang memiliki sikap positif dan 8 petani

(26,67 %) memiliki sikap negatif. Sedangkan pada luas lahan 0,44 – 1,76 Ha

terdapat 10 petani (33,34 %) yang memiliki sikap positif dan 5 petani (16,66 %)

yang memiliki sikap negatif.

Dari hasil penelitian berdasarkan analisis data primer pada lampiran 13

diperoleh koefisien korelasi Rank Spearman (rs) = 0,455 dengan tingkat

signifikansi 0,012. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat

signifikansi (0,012) < α (0,05). Berdasarkan kriteria ini dapat dikatakan bahwa

hubungan antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah

signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya hubungan

antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah

penelitian dapat diterima yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan yang

dimaksud antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah

hubungan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang

bernilai positif (0,455) dan didukung dengan data yang ada pada Tabel 21 yang

menjelaskan bahwa semakin tinggi luas lahan yang dimiliki oleh petani anggota

maka sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian akan semakin

positif.

5.1.5.3Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya pendidikan

formal yang diterima oleh petani dan diduga bahwa tingkat pendidikan memiliki

Gambar

Tabel 2. Jumlah P3A, Luas Wilayah dan Legalitas P3A Menurut Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun
Tabel 3. Data Ukuran Kinerja Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)
Tabel 4. Penentuan Skor Sikap Petani Yang Positif
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sei Buluh, Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan, menggunakan metode Studi Pustaka dan mengumpulkan berbagai referensi dari bahan penulisan yang diperlukan dengan cara

[r]

Pada penulisan ilmiah ini penulis menjelaskan tentang pembuatan website pakaian dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver 8 dan PHP Triad yang dimana dalam pemesanan produknya,

[r]

Untuk mempermudah pelayanan kepada masyarakat dalam mengakses informasi maka dikembangkan dengan Website yang berisi tentang informasi kegiatan kegiatan cinta lingkungan, Agar

[r]

Pada tahun pertama penelitian ini akan menghasilkan model pendidikan karakter yang dilengkapi dengan 5 karya sastra anak berupa Buku Cerita Bergambar (BCB) sebagai media

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini