Lampiran 1. Tabel Ringkasan Kerangka Pemikiran Penelitian
No Permasalahan Tujuan Hipotesis Data Yang Diperlukan Metode Analisis
1 Bagaimana perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir ?
Untuk mengidentifikasi perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian
Terdapat perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian
− Data perkembangan P3A di Kabupaten Serdang Bedagai selama 5 tahun terakhir
− Data perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh selama 5 tahun terakhir
Deskriptif
2 Bagaimana karakteristik petani anggota P3A ?
Untuk mengidentifikasi karakteristik petani anggota P3A di daerah penelitian
Adanya perbedaan
karakteristik dari setiap petani anggota P3A di daerah penelitian
Karakteristik petani anggota :
− Umur (tahun)
− Luas lahan (Ha)
− Pendidikan (tahun)
− Tanggungan (orang)
− Lama keanggotaan (tahun)
Deskriptif
3 Bagaimana inerja organisasi P3A ?
Untuk menganalisis kinerja organisasi P3A di daerah penelitian
Kinerja organisasi P3A di daerah penelitian adalah tinggi dengan mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan
Data diperlukan :
− Program kerja P3A
− Pelaksanaan program kerja
− Hasil pelaksanaan program
Deskriptif
4 Bagaimana sikap petani terhadap organisasi P3A ?
Untuk menganalisis sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian
Sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian adalah positif
5 Bagaimana hubungan karakteristik petani anggota dengan sikap petani terhadap organisasi P3A ?
Untuk menganalisis hubungan karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian
Adanya hubungan nyata (signifikan) antara
karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian
Data diperlukan :
− Karakteristik petani anggota (umur, luas lahan, pendidikan, tanggungan, lama keanggotaan)
− Skor sikap petani anggota P3A
Korelasi
Rank Spearman
6 Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota terhadap sikap petani terhadap organisasi P3A ?
Untuk menganalisis
pengaruh karakteristik petani dengan sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian
Adanya pengaruh nyata (signifikan) antara
karakteristik petani terhadap sikap petani terhadap P3A di daerah penelitian
Data diperlukan :
− Karakteristik petani anggota (umur, luas lahan, pendidikan, tanggungan, lama keanggotaan)
− Skor sikap petani anggota P3A
Lampiran 2. Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A), Sejarah dan Tujuanya
Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)
Organisasi petani pemakai air seyogyanya harus ada sejak air irigasi
menjadi bagian dari kehidupan pertanian. Organisasi seperti ini terkait dengan
pemerintahan desa yang merupakan pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan di
desa, meskipun ada yang berdiri sendiri - dibentuk sendiri oleh petani secara
tradisional dan sesuai dengan kebutuhannya sehingga telah mengakar dalam
masyarakat.
Berawal pada pemerintahan orde baru sampai era reformasi seperti
sekarang, pemerintah menganjurkan dibentuk organisasi petani pemakai air secara
formal lengkap dengan kelengkapan administrasinya. Jadi setiap desa yang
memiliki areal irigasi dianjurkan membentuk organisasi tersebut (dibentuk oleh
petani itu sendiri) dan berdasarkan kebutuhannya serta sesuai dengan norma dan
nilai yang berkembang secara spesifik di daerah masing-masing.
Organisasi petani irigasi yang sekarang disebut perkumpulan petani
penggunai air (P3A) tidak tergantung pihak luar, berkembang secara perlahan dan
bertahap, berusaha untuk membiayai diri sendiri sesuai dengan kemampuan para
anggotanya. Organisasi ini boleh menerima bantuan, akan tetapi tidak
menggantungkan diri dari bantuan.
Organisasi petani pemakai air harus memelihara pengetahuan dan
teknologi lokal, yaitu pengetahuan yang sejak dulu kala diterima oleh masyarakat
secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Anggota organisasi ini juga
senantiasa terbuka terhadap pengetahuan dari luar untuk menambah wawasan
mereka sesuai dengan pengalaman orang lain kalau memang sesuai dan
bermanfaat. Selain itu, organisasi ini menjaga lingkungan fisik, sosial, budaya,
politik dan ekonomi.
Organisasi petani pengguna air (P3A) betujuan untuk menampung masalah
dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok
tanam. Wadah bertemunya petani untuk saling bertukar pikiran, curah pendapat
dihadapi bersama oleh petani, baik yang dapat dipecahkan sendiri maupun yang
memerlukan bantuan dari luar. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama
memenuhi kebutuhan air irigasi untuk usaha pertaniannya. Dalam tahapan
perkembangannya organisasi ini diharapkan dapat menjadi suatu unit usaha
mandiri yang mampu menyediakan sarana produksi pertanian (saprotan) dan
sebagainya maupun dalam upaya pemasaran. Selain itu organisasi ini juga
berperan dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi.
Sejarah Perkembangan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)
Pada prinsipnya organisasi ini sudah ada sejak air irigasi mulai menjadi
bagian dari kehidupan pertanian. Pada awal mulanya, organisasi seperti ini terkait
dengan pemerintahan desa sebagai pusat pengaturan kegiatan kemasyarakatan di
desa meskipun ada yang berdiri sendiri seperti Subak di Bali. Dalam
perkembanganya organisasi inisudah sejak lama ada secara tradisional dan
mengakar dalam masyarakat karena dibentuk sendiri oleh petani berdsarkan
kebutuhanya. Pada Era Pemerintahan Orde Baru, pemerintah menganjurkan
dibentuk organisasi perkumpulan petani pemakai air secara formal yang memuat
AD/ART yang dibuat oleh pemerintah sebagai pijakan kegiatanya. Atas dasar ini
setiap desa yang mempunyai areal irigasi dianjurkan dibentuk perkumpulan petani
pengguna air dengan proses pembentukan dilakukan dengan penekanan khusus
semacam keharusan dan dengan berorientasi terhadap jumlah dan waktu serta
yang ada pada kenyataanya belum tentu menjadi kebtuhan masyarakat.
Proses pembentukan yang demikian maka banyak perkumpulan petani
pengguna air yang kurang dapat berkembang atau bahkan papan nama saja
kalaupun itu masih ada. Belajar dari pengalaman tersebut maka cara-cara yang
lama harus ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan yang partisipatif. Proses
pembentukan harus dikembalikan berawal dari inisiatif masyarakat dengan nama
dan dasar/aturan sesuai dengan norma dan nilai yang berkembang secara spesifik
di daerah masing-masing, misalnya dalam hal pemberian nama Mitra Cai di Jawa
Barat, HIPPA di Jawa Timur, Dharma Tirta di Jawa Tengah dan KP2A
Pembangunan dengan Paradigma Lama, Sewaktu pemerintahan Orde
Baru, kebijakan pemerintah dalam pembangunan sumber daya air diarahkan untuk
memotong garis kemiskinan dengan menaikkan produksi pertanian melalui
program pencapaian swa sembada beras. Maka untuk itu pemerintah (Pusat)
melakukan pembangunan irigasi sebagai titik berat pembangunan sumber daya
air. Kebijakan pemerintah tersebut selaras dengan paradigma pembangunan atau
konsep dasar berpikir yang dianut pada waktu itu yaitu berupa pencapaian
pertumbuhan ekonomi sebesar-besarnya. (Paradigma lama). Pemerintah berlaku
seolah-olah sebagai penyedia sarana irigasi sementara daerah atau masyarakat
menerima saja hasil pembangunan. Memang sampai waktu tertentu pembangunan
bisa mencapai swasembada pangan, namum ternyata tidak berlanjut karena
beberapa sebab. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya kegiatan pemeliharaan
hasil pembangunan yang mestinya dilaksanakan oleh masyarakat yang
memperoleh manfaat dari hasil pembangunan bersama pemerintah. Pembangunan
dengan paradigma lama dilaksanakan dengan secara terpusat, berorientasi target
pendekatan atas bawah; dan seragam baik program pembangunannya sendiri
maupun cara pelaksanaannya.
Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sistem irigasi di tingkat
usahatani telah ditetapkan dalam 2 (dua) landasan hukum yaitu UU No. 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006
tentang Irigasi. Pada kedua landasan hukum tersebut, ditekankan bahwa
“pengembangan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab
perkumpulan petani pemakai air“. Artinya, segala tanggung jawab pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi di tingkat tersier menjadi tanggung jawab lembaga
Perkumpulan Petani Pemakai Air/P3A (pada beberapa daerah dikenal dengan
Mitra Cai, Subak, HIPPA, dll.) termasuk perkumpulan petani pemakai air
tanah/P3AT. Untuk mewujudkan sistem pengembangan dan pengelolaan air
irigasi yang baik dan berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang kuat, mandiri,
dan berdaya yang pada akhirnya mampu meningkatkan produktivitas dan
produksi pertanian dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan petani dan
Pentingnya penguatan atau pemberdayaan P3A diatur melalui Peraturan
Pemerintah Nomor. 38 Tahun 2007 yang mengamanatkan bahwa pembinaan P3A
menjadi tanggung jawab Kementerian Pertanian. Amanat tersebut telah
dituangkan dan diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 79/2012 tentang
Pembinaan dan Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).
Kementerian Pertanian, dalam hal ini Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian (Ditjen PSP) TA 2014 akan menyelenggarakan kegiatan Pemberdayaan
Kelembagaan dalam bentuk penguatan kapasitas kelembagaan pengelola air serta
pengelolaan irigasi dalam bentuk pengembangan atau rehabilitasi sarana dan
prasarana irigasi.
Tujuan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)
Adapun tujuan dari perkumpulan petani pengguna air dapat diterangkan
sebagai berikut :
1. Perkumpulan petani pengguna air ini bertujuan untuk menampung masalah
dan aspirasi petani yang berhubungan dengan air untuk tanaman dan bercocok
tanam. Selain itu organisasi ini juga sebagai wadah bertemunya petani untuk
saling bertukar pikiran, curah pendapat serta membuat keputusan-keputusan
guna memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama oleh petani, baik
yang dapat dipecahkan sendiri oleh petani yang bersangkutan maupun yang
memerlukan bantuan dari luar.
2. Memberikan pelayanan kebutuhan petani terutama dalam memenuhi
kebutuhan air irigasi untuk pertanianya. Dalam perkembanganya perkumpulan
petani pengguna air diharapkan dapat menjadi suatu unit mandiri yang mampu
menyediakan sarana produksi pertanian dan lainya maupun dalam upaya
pemasaranya.
3. Menjadi wakil petani dalam melakukan tawar-menawar dengan pihak luar
(bisa dengan pihak pemerintah, LSM atau lembaga-lembaga terkait lain) yang
berhubungan dengan kebutuhan petani.
4. Untuk berperan serta dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi
primer dan sekunder.
5. Menyelenggarakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada
Tujuan Gabungan/ Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A / IP3A)
Adapun tujuan dari pembentukan Gabungan/ Induk Perkumpulan Petani
Pengguna Air (GP3A / IP3A) adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkoordinasikan peran serta anggotanya dalam pembagian,
pemberian dan penggunaan air irigasi di wilayah kerja GP3A dan IP3A
dengan prinsip satu sistem irigasi satu kesatuan pengelolaan irigasi.
2. Untuk mengkoordinasikan anggota GP3A dan IP3A yang ada di wilayah
kerjanya dalam rangka berpartisipasi pada penyelenggaraan pengembangan
dan pengelolaan sistem irigasi.
3. Untuk mewakili perkumpulan petani pengguna air pada komisi irigasi
kabupaten/kota dan komisi irigasi provinsi.
Pengertian atau Istilah
1. Kelembagaan Petani Pemakai Air adalah lembaga/institusi yang dibentuk
oleh petani dan atau masyakarat dan atau pemerintah yang bertujuan untuk
melaksanakan pengembangan dan atau pengelolaan air irigasi dalam rangka
pemenuhan kebutuhan air irigasi di lahan pertaniannya.
2. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah kelembagaan yang
ditumbuhkan/dibentuk petani yang mendapat manfaat secara langsung dari
pengelolaan air dan jaringan irigasi, air permukaan, embung/ dam parit dan air
tanah.
3. Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) adalah gabungan
beberapa kelembagaan P3A yang bersepakat bekerjasama memanfaatkan air
irigasi dan jaringan irigasi pada daerah layanan blok sekunder, gabungan
beberapa blok sekunder, atau satu daerah irigasi yang bertujuan untuk
mempermudah pola koordinasi dan penyelenggaraan irigasi sekunder serta
memperkuat posisi tawar petani pada usaha pertaniannya;
4. Pemberdayaan Kelembagaan Petani Pemakai Air adalah upaya penguatan
dan peningkatan kemampuan dan kapasitas P3A maupun GP3A yang meliputi
aspek kelembagaan, teknis usaha pertanian dan irigasi serta pembiayaan
pendampingan dan menumbuhkembangkan partisipasi dalam upaya mencapai
ketahanan pangan nasional;
5. Pengelolaan Irigasi Partisipatif adalah penyelenggaraan pengelolaan irigasi
yang berbasis peran serta petani dalam proses penyelenggaraan sejak
pemikiran awal, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan pada tahap
perencanaan, rehabilitasi, pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan,
Lampiran 3. Daerah Irigasi, Jumlah P3A, Luas dan Legalitas P3A di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012
Lampiran 4. Jumlah P3A, Luas Wilayah dan Legalitas P3A Menurut Desa di Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012
Lampiran 5. Karakteristik Petani Sampel
Lampiran 6. Pernyataan Sikap Positif Petani Sampel No
Sampel Pernyataan Positif
Lampiran 7. Pernyataan Sikap Negatif Petani Sampel No
Sampel Pernyataan Negatif
Lampiran 8. Skor Pernyataan Positif Petani Sampel No
Sampel Pernyataan Positif
Lampiran 9. Skor Pernyataan Negatif Petani Sampel No
Sampel Pernyataan Negatif
Lampiran 11. Skor Sikap Petani Sampel dan Interpretasinya
Nomor Sampel Skor Sikap Nilai T Interpretase
Lampiran 12. Korelasi Rank Spearman Antara Umur Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .323
Sig. (2-tailed) . .047
N 30 30
Umur Correlation Coefficient .323 1.000
Sig. (2-tailed) .047 .
Lampiran 13. Korelasi Rank Spearman Antara Luas Lahan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Correlations
Sikap Luas_Lahan
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .455*
Sig. (2-tailed) . .012
N 30 30
Luas_Lahan Correlation Coefficient .455* 1.000
Sig. (2-tailed) .012 .
N 30 30
No Sampel
Luas Lahan Skor Sikap
Lampiran 14. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan Sampel Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Correlations
Sikap Tingkat_Pendidikan
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .157
Sig. (2-tailed) . .407
N 30 30
Tingkat_Pendidikan Correlation Coefficient .157 1.000
Lampiran 15. Korelasi Rank Spearman Antara Jumlah Tanggungan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Correlations
Sikap Jumlah_Tanggungan
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .236
Sig. (2-tailed) . .209
N 30 30
Jumlah_Tanggungan Correlation Coefficient .236 1.000
Lampiran 16. Korelasi Rank Spearman Antara Keanggotaan Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Correlations
Sikap Lama_Keanggotaan
Spearman's rho Sikap Correlation Coefficient 1.000 .475**
Sig. (2-tailed) . .008
N 30 30
Lama_Keanggotaan Correlation Coefficient .475** 1.000
Lampiran 17. Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel
No Sampel Pernyataan
Lampiran 18. Skoring Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel
No Sampel Pernyataan Total
Lampiran 19. Interpretasi Skoring Indikator Kinerja Organisasi P3A Menurut Petani Sampel
No Sampel Skor Interpretase Kinerja
Lampiran 20. Tabel Hasil Analisis Statistik Regresi Linear Berganda Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Sikap Petani Anggota Terhadap Organisasi P3A di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Lama_Keanggotaan, Tingkat_Pendidikan, Jumlah_Tanggungan, Umur, Luas_Lahan
b. Dependent Variable: Sikap
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1097.761 5 219.552 4.369 .006a
Residual 1206.106 24 50.254
Total 2303.867 29
a. Predictors: (Constant), Lama_Keanggotaan, Tingkat_Pendidikan,
Jumlah_Tanggungan, Umur, Luas_Lahan
b. Dependent Variable: Sikap
Coefficientsa
DAFTAR PUSTAKA
Ambler, J. S., 1992. Irigasi di Indonesia: Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta
Azwar, 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Bastian, I., 2006. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Daniel J. M., 1992. Mengukur Sikap Sosial. Bumi Aksara, Jakarta
Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT Bumi Aksara. Jakarta
Gustina, 2001. Analisis Perbandingan Tingkat Partisipasi Petani Pemakai Air Irigasi Pompa Antara yang Dikelola oleh Lembaga Pemerintah dan Dikelola Swasta, Tesis. Magister Program Pasca Sarjana USU, Medan
Ginting, M., 1999. Dinamika Organisasi Koperasi. Bogor; Disertasi IPB
J.S. Ambler, 1992. Irigasi di Indonesia; Dinamika Kelembagaan Petani. LP3S, Jakarta
Kartasapoetra, A. G., 1994. Tekhnologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta
Kartasapoetra, A. G., dan Mul Mulyani Sutedjo, 1994. Tekhnologi Pengairan. Bumi Aksara, Jakarta
Kurnia, G dan R. Judawinata, 2000. Kemandirian Perkumpulan Petani Pengguna Air, Prosiding Lokakarya Kebijaksanaan Pengairan Mendukung Pengembangan Agribisnis. Pusat Studi Pembangunan IPB, Bogor
L. A. Allen,1984. Dasar-Dasar Organisasi. Gajah Mada Press, Yogyakarta
Mawardi, E., 2007. Desain Hidrolik Bangunan Irigasi. Alfabeta, Bandung
Pusposutarjo, S., 2001. Pengembangan Irigasi Usahatani Berkelanjutan dan Gerakan Hemat Air. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
Sedarmayanti, 2004. Good Governance. Mandar Maju, Bandung
Siskel, S. E., dan S. R. Hutapea, 1995. Irigasi di Indonesia: Peranan Masyarakat dan Penelitian. LP3ES, Jakarta
Soetrisno, L.,1999. Pertanian Pada Abad ke 21. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta
Soekartawi,1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Supriana, T,. 2010. Statistik Nonparametrik: Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian. USU Press, Medan
Sutarto, 1998. Dasar-Dasar Organisasi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja yaitu di Desa Sei
Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah ini
dipilih karena di Desa Sei Buluh terdapat P3A dengan Luas Baku Sawah terbesar
di Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai. Rincian mengenai P3A di
Daerah Irigasi Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini :
Tabel 2. Jumlah P3A, Luas Wilayah dan Legalitas P3A Menurut Desa di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012
D.I Buluh Lokasi/Desa Jumlah
P3A
Sumber : Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (IP3A) Kab. Serdang Bedagai, 2012
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel di daerah penelitian dilakukan dengan cara
acak sederhana (Simple Random Sampling) terhadap 165 petani anggota. Adapun
sampel yang diambil adalah sebanyak 30 sampel yang merupakan petani anggota
dari P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
responden sebagai petani anggota P3A dengan menggunakan daftar pertanyaan
(kuisioner). Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh
dari instansi atau lembaga terkait seperti Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air
Kabupaten Serdang Bedagai, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten
Serdang Bedagai, Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai dan Kantor Desa
Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah 1 digunakan metode analisis deskriptif
dengan mengumpulkan data perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di
Kabupaten Serdang Bedagai selanjutnya dibandingkan dengan data
perkembangan P3A Tirta Sari selama 5 tahun terakhir di Desa Sei Buluh,
Kecamatan Teluk Mengkudu.
Untuk mengidentifikasi masalah 2 digunakan metode deskriptif dengan
mengumpulkan data karakteristik petani anggota tentang umur, pendidikan
tanggungan luas sawah, dan lama keanggotaan
Untuk menganalisis masalah 3 digunakan metode dekriptif dengan metode
analisis teknik skoring terhadap beberapa tugas pokok Organisasi P3A di lokasi
Tabel 3. Data Ukuran Kinerja Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A)
No Tugas P3A Indikator Skor
1 Mengelola P3A secara tepat dan berhasil
a. Selalu 3
b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 2 Memelihara jaringan irigasi agar
tetap terawat dan berfungsi dengan baik
a. Selalu 3
b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 3 Mengutip Iuran P3A secara tepat
waktu
a. Selalu 3
b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 4 Mengarahkan dan mengawasi petani
anggota P3A
a. Selalu 3
b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1 5 Mengikuti rapat atau perkumpulan
rutin Organisasi P3A
a. Selalu 3
b. Kadang-kadang 2 c. Tidak Pernah 1
Jumlah skor pelaksanaan kinerja Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) antara
lain berkisar antara 5-15 dengan range sebagai berikut :
Range = Data Terbesar − Data Terkecil
Jumlah Kriteria
= 15−5
3
= 3,3
Berdasarkan rumus diatas maka kinerja organisasi P3A di lokasi penelitian dapat
dikategorikan sebagai berikut :
5 – 8 = kinerja rendah
9 – 12 = kinerja sedang
13 – 15 = kinerja tinggi
Untuk menganalisis masalah 4 digunakan metode skala sikap Model
Likert. Metode ini memberikan nilai terhadap penyataan sikap yang menggunakan
untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi penyataan dalam
lima kategori jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS),
ragu-ragu (R), setuju (S) dan sangat setuju (SS).
Tabel 4. Penentuan Skor Sikap Petani Yang Positif
No. Kategori Sikap Petani Sampel Skor
1
Tabel 5. Penentuan Skor Sikap Petani Yang Negatif
No. Kategori Sikap Petani Sampel Skor
1
Untuk mengukur skala sikap digunakan pengukuran skala Likert dengan rumus :
T = 50 + 10
�
X−X� s�
Keterangan :
T = Skor Standar
X = Skor Responden
X = Rata-rata Skor Kelompok
s
= Standar DeviasiKriteria uji, apabila : T > 50 = sikap positif
T ≤ 50 = sikap negatif
Berdasarkan uji t tersebut, dapat diketahui sikap petani apakah positif atau negatif
terhadap organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) di Kelurahan Sei
Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Jika petani
bersikap negatif, hal ini menunjukkan bahwa Organisasi P3A kurang maksimal
dalamm megelola dan memelihara jaringan irigasi. Sebaliknya jika petani
bersikap positif maka kinerja Organisasi P3A dalam mengelola dan memlihara
jaringan irigasi telah maksimal dalam mengelola dan memelihara jaringan irigasi.
Untuk menganalisis masalah 5 digunakan metode korelasi Rank
Spearman sebagai berikut :
�� =� − � � ∑ �� �
� (��− �)�
Dimana :
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
di = Selisih skor antara dua variabel
n = jumlah petani sampel
Diuji dengan uji signifikansi, dengan rumus sebagai berikut :
t = rs�
n−2 1−rs2
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
Jika signifikansi ≥α (0,05); H0 diterima; H1 ditolak (tidak ada hubungan)
Jika signifikansi < α (0,05); H0 ditolak; H1 diterima (ada hubungan)
Untuk menganalisis identifikasi masalah 6 hasil pengumpulan data akan
dihimpun setiap variabel sebagai suatu nilai dari setiap responden dan dapat
dihitung melalui program SPSS untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
apakah dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini di perhitungan statistik
menggunakan Model Analisis Regresi untuk menguji Hipotesis yaitu adanya
pengaruh antara karakteristik petani seperti umur petani, luas lahan, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan dan lama keanggotaan dengan sikap petani
terhadap P3A, persamaannya adalah:
Ý = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 ...bnxn
Dimana : Ý = Sikap Petani
x1 = Umur Petani (tahun)
x2 = Luas Lahan (Ha)
x3 = Tingkat Pendidikan (tahun)
x4 = Jumlah Tanggungan (jiwa)
x5 = Lama Keanggotaan (tahun)
bn = Koefisien Regresi (n=1,2,3,4,5,6....)
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan
variabel bebas untuk mewakili fungsi pada variabel terikat. Koefisien Determinasi
Berganda (multiple coefficient of correlation) disimbolkan dengan R2. Koefisien
Determinasi yang tinggi yaitu mendekati angka satu menandakan bahwa fungsi
variabel bebas (X1,X2,X3...Xn) semakin cocok untuk meramalkan fungsi variabel
Nilai t hitung (Sig. t)
Analisis untuk menguji signifikan nilai koefisien regresi secara parsial
yang diperoleh dengan metode OLS adalah statistik uji t (t test). Taraf signifikan
(α) yang digunakan dalam ilmu sosial 0,05 sudah cukup memadai.
Kriteria pengujian:
Jika Sig. t > α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat).
Jika Sig. t ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat).
(Firdaus, 2004)
Nilai F hitung (Sig. F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara
simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam
kriteria cocok.
Kriteria pengujian:
Jika Sig. F > α (0,05) maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat).
Jika Sig. F ≤ α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima (ada pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikat).
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran
penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Defenisi
1. Sikap adalah pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka,
kepositifan atau kenegatifan terhadap sesuatu objek atau keadaan
2. Organisasi merupakan proses identifikasi dan pengelompokan pekerjaan yang
akan dilaksanakan, merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan
wewenang serta menyusun hubungan-hubungan dengan maksud untuk
meningkatkan kerjasama anggota secara efektif dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan
3. Organisasi P3A adalah kelembagaan pengelola irigasi yang menjadi wadah
petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi pada tingkat tersier
atau desa yang dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis
4. Derah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi
5. Petani pemakai air adalah semua petani yang mendapat manfaat secara
langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi
6. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, kesungguhan dan waktu yang tersedia
7. Karakteristik petani merupakan sifat khas dari petani yang menunjukkan
petani seperti umur, pendidikan, jumlah tanggungan, luas sawah dan lama
keanggotaan diduga mempengaruhi sikap petani terhadap organisasi P3A.
3.5.2 Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Petani sampel adalah petani anggota P3A yang mendapatkan manfaat
langsung dari jaringan irigasi
2. Penelitian dilakukan di Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu,
Kabupaten Serdang Bedagai
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
4.1Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Topografi Desa
Penelitian dilakukan di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Desa Sei Buluh
mempunyai luas daerah yaitu 800,3 Ha dengan jumlah penduduk sekitar 9.947
jiwa dan kepadatan 12,42 jiwa/Km. Desa Sei Buluh berada 8 cm diatas
permukaan laut dengan suhu rata-rata yaitu 24 derajat Celcius.
Desa Sei Buluh berjarak 10 Km dari Ibukota Kecamatan dan 12 Km dari
Ibukota Kabupaten. Berdasarkan jarak tersebut Desa Sei Buluh menjadi salahsatu
desa yang mempunyai peluang yang sangat besar untuk mendapatkan informasi
mengenai Irigasi dan menerapkanya di lingkungan Desa Sei Buluh. Untuk
batas-batas administratif Desa Sei Buluh dapat dipaparkan sebagai berikut :
− Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan
− Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN III Perkebunan Tanah Raja
− Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan
− Sebelah Timur berbatasan dengan PT. SOCFINDO Mata Pao dan PTPN III
Perkebunan Tanah Raja
4.1.2 Keadaan Penduduk
Desa Sei Buluh mempunyai jumlah penduduk 9.947 jiwa dengan jumlah
rumah tangga yaitu 2.601 kepala rumah tangga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Buluh, Tahun 2012
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-laki 5055 50,82
2 Perempuan 4892 49,18
Jumlah 9947 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa
Sei Buluh tidak berbeda jauh dengan penduduk perempuan. Berikut adalah
distribusi penduduk Desa Sei Buluh Menurut Kelompok Umur pada tahun 2012 :
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Sei Buluh, Tahun 2012
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia produktif (13-60
tahun) di Desa Sei Buluh sebanyak 6298 jiwa (63,32 %). Dan kelompok usia tidak
produktif sebanyak 3649 jiwa (36,68 %). Hal ini memberikan indikasi bahwa
ketersediaan tenaga kerja di Desa Sei Buluh cukup besar.
Sebagai daerah pertanian, penduduk di Desa Sei Buluh pada umunya
memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian dan wiraswasta. Penduduk di
daerah penelitian yang bermata pencaharian bertani mempunyai lahan sendiri dan
lahan yang disewakan untuk dibudidayakan. Selain sebagai petani dan
wiraswasta, sebagian penduduk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, TNI/Polri,
Untuk lebih jelasnya pada Tabel 8 berikut dapat dilihat distribusi penduduk di
Desa Sei Buluh berdasarkan mata pencaharian.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sei Buluh Tahun 2012
No Jenis Mata
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 29,96 % penduduk mempunyai mata
pencaharian sebagai petani. Persentase ini merupakan yang terbesar dibandingkan
dengan jenis mata pencaharian lainya di Desa Sei Buluh. Dapat dilihat bahwa
persentase masyarakat bermata pencaharian PNS adalah 0,83 %, TNI/Polri 0,31
%, Karyawan 2,42 %, Wiraswasta 17,10 %, Pelayanan di bidang jasa 0,91 %,
nelayan 0,09 %, buruh 8,21 % dan mata pencaharian lainya sebesar 40,16 %.
Bertani menjadi mata pencaharian yang umumnya dimiliki oleh penduduk
di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.
Oleh karena hal ini sektor yang ada di Desa Sei Buluh layak untuk dikembangkan
dan ditingkatkan untuk memenuhi kuota pangan beras desa tersebut atau pun
menjadi salahsatu pemasok beras untuk tingkatan yang lebih luas dalam lingkup
daerah regional. Peningkatan sektor pertanian juga dapat memacu perekonomian
Keadaan penduduk di Desa Sei Buluh berdasarkan tingkat pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
Tabel 9. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Sei Buluh Tahun 2012
No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 Belum Sekolah 1632 16,41
2 TK 389 3,91
3 SD 2736 27,51
4 SLTP 3128 31,45
5 SLTA 1905 19,16
6 D1 33 0,33
7 D2 15 0,14
8 D3 42 0,42
9 S1 67 0,67
Total 9947 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Berdasarkan distribusi penduduk berdasarkan pendidikan formal diatas
dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Sei Buluh rata-rata mempunyai tingkat
pendidikan formal selama 9 tahun yaitu tingkat SLTP yaitu 31,45 %, belum
sekolah 16,41 %, tamat SD 27,51 %, tamat SLTA 19,16 % dan tamatan Perguruan
Tinggi 1,56 %. Persentase tertinggi berada pada tingkat pendidikan 9 tahun yaitu
SLTP dengan persentase 31,45 %.
Pendidikan petani menjadi hal yang vital pada saat ini dalam
meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Indonesia. Tingkat pendidikan ini
juga dianggap penting dalam mempengaruhi cara bertani penduduk di Desa Sei
Buluh untuk lebih baik, lebih produktif dan lebih kompetitif kedepanya.
Berikut adalah keadaan penduduk di Desa Sei Buluh berdasarkan etnis
Tabel 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku di Desa Sei Buluh Tahun 2012
No Etnis/Suku Jumlah Penduduk
(Jiwa) Persentase (%)
1 Aceh 24 0,24
2 Arab 7 0,07
3 Banjar 253 2,54
4 Banten 77 0,77
5 Batak 769 7,73
6 Jawa 6379 64,13
7 Karo 115 1,16
8 Mandailing 1457 14,67
9 Melayu 206 2,07
10 Minang 471 4,73
11 Simalungun 19 0,19
12 Tionghoa 179 1,80
Total 9947 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Sei Buluh
didominasi oleh penduduk dengan Etnis atau Suku Jawa dengan persentase 64,13
%, kemudian Suku Mandailing dengan persentase 14,67 %, Suku Batak dengan
7,73 %, Suku Minang dengan 4,73 %, Suku Banjar dengan 2,54 %, Suku Melayu
dengan 2,07 %, Etnis Tionghoa dengan 1,80 %, Suku Karo dengan 1,16 %, Suku
Banten dengan 0,77 %, Suku Aceh dengan 0,24 %, Suku Simalungun dengan 0,19
% dan Etnis Arab dengan persentase sebesar 0,07 %.
4.1.3 Penggunaan Tanah
Luas wilayah Desa Sei Buluh adalah 800,3 Ha yang terbagi menurut
fungsinya menjadi areal pemukiman, persawahan, perkebunan, jalan, dan
pemakaman. Sebagian besar lahan yang ada di Desa Sei Buluh dimanfaatkan oleh
penduduk untuk kegiatan pertanian. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Sei
Tabel 11. Luas dan Penggunaan Tanah di Desa Sei Buluh Tahun 2012
No Jenis Penggunaan
Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)
1 Pemukiman /
Perumahan 182,37 22,79
2 Persawahan 600 74,97
3 Perkebunan 16,01 2,01
4 Jalan 0,3 0,03
5 Pemakaman 1,62 0,20
Total 800,3 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan
sebagai persawahan menjadi yang terbesar dengan persentase 74, 97 %, kemudian
pemukiman dan perumahan dengan persentase sebesar 22,79 %, perkebunan
dengan 2,01 %, pemakaman 0,20 % dan fasilitas jalan dengan 0,03 %.
Berdasarkan hal tersebut Desa Sei Buluh berpeluang besar untuk menjadi salah
satu sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Serdang Bedagai.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasaran desa akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan pembangunan desa. Semakin baik sarana dan prasarana yang ada maka
dapat meningkatkan kinerja dan kelancaran penduduk dalam meningkatkan
pekerjaan, peningkatan kualitas jasmani dan rohani. Sarana dan prasarana juga
dianggap penting dalam meningkatkan perkembangan desa untuk lebih baik dan
kompetitif kedepanya.
Sarana dan prasarana juga beperan dalam memberikan kelancaran akses
penduduk terhadapa suatu hal yang ingin dilakukan dan diselesaikan. Sarana dan
prasarana memberikan peluang kepada penduduk setempat untuk mengikuti dan
Berikut adalah ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di Desa Sei Buluh
tahun 2012.
Tabel 12. Ketersediaan Sarana dan Prasarana di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2012
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
1 Peribadatan
Telekomunikasi (Tower) 1
Total 44
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Buluh, 2012
Dari tabel ketersediaan sarana dan prasarana diatas maka dapat dikatakan
bahwa kebutuhan masyarakat di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
akan fasilitas kehidupan masyarakat sudah cukup terpenuhi baik dari bidang
keagamaan, kesehatan, pendidikan, pemerintahan, fasilitas perhubungan,
keamanan, dan fasilitas komunikasi. Kelengkapan saran dan prasaran didalam
desa mempunyai pengaruh dalam menentukan tanggapan, respon dan sikap
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani sampel yang dimaksud disini adalah keadaan petani
yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan formal, luas lahan yang dibudidayakan,
jumlah tanggungan dan lama keanggotaan petani dalam Perkumpulan Petani
Pengguna Air Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
No Karakteristik Petani Satuan Sebaran Rataan
1 Umur Tahun 30 – 63 44,76
2 Luas Lahan Hektar 0,12 – 1,76 0,59
3 Pendidikan Formal Tahun 6 – 17 9,46
4 Jumlah Tanggungan Jiwa 1 – 5 3,00
5 Lama Keanggotaan Tahun 1 – 10 6,23 Sumber : Data Diolah dari Lampiran 5
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa sebaran umur petani sampel di
Desa Sei Buluh adalah 30 – 63 tahun, dengan rataan adalah 44,76 tahun.
Berdasarkan hal tersebut rata-rata umur petani sampel di daerah penelitian masih
termasuk dalam usia yang produktif. Usia yang produktif berpotensi besar dalam
meningkatkan produktivitas usahataninya dan berpengaruh dalam memberikan
tanggapan dan sikap yang objektif terhadap sarana dan prasarana pertanian yang
tersedia misalnya seperti Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A).
Untuk luas lahan yang dimiliki petani sampel di daerah penelitian berkisar
antara 0,12 – 1,76 Ha, dengan rataan 0,59 Ha. Untuk tingkat pendidikan formal
petani sampel berkisar antara 6 – 17 tahun, dengan rataan 9,46 tahun. Dari rataan
tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan formal petani sampel di daerah
sudah cukup baik dalam mengelola usahataninya dan juga bagaimana menyikapi
perkembangan yang terjadi dalam sektor pertanian padi sawah. Untuk jumlah
tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian berkisar antara 1 – 5 jiwa,
dengan rataan sebanyak 3 jiwa.
Untuk lama keanggotaan petani sampel di daerah penelitian sebagai
anggota P3A Tirta Sari berkisar antara 1 – 10 tahun, dengan rataan 6,23 tahun.
Dari rataan tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata petani sampel di daerah
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan terhadap petani yang terdapat di Desa Sei Buluh
Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Pada penelitian ini
ditetapkan 30 sampel petani dari 165 kepala keluarga yang menjadi anggota P3A
Tirta Sari. Dimana 30 sampel yang dipilih adalah merupakan petani yang
menjadikan usahatani padi sawah sebagai mata pencaharian utama keluarga.
5.1 Gambaran Umum Organisasi P3A Tirta Sari
Organisasi Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) Tirta Sari terbentuk
pada tanggal 19 Oktober 2002 dan pada tanggal 11 Mei 2007 organisasi ini
disahkan menjadi organisasi yang berbadan hukum oleh Bupati Serdang Bedagai.
Anggota P3A Tirta Sari adalah semua petani yang mendapat manfaat
secara langsung dari pelayanan air irigasi di wilayah kerja P3A Tirta Sari. Hingga
saat ini anggota P3A Tirta Sari tercatat mempunyai jumlah anggota sebesar 165
kepala keluarga. Adapun susunan kepengurusan P3A Tirta Sari terdiri atas :
1. Ketua merangkap anggota
2. Wakil Ketua merangkap anggota
3. Sekretaris merangkap anggota
4. Bendahara merangkap anggota
5. Pelaksana teknis (Ulu-ulu dan pembantu Ulu-ulu P3A) merangkap anggota
6. Ketua Blok merangkap anggota
Untuk lebih jelas tentang susunan kepengurusan tersebut dapat dilihat pada
Gambar 3. Struktur Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh
Keterangan :
: garis perintah
Para pengurus organisasi P3A Tirta Sari dipilih oleh anggota organisasi
P3A 3 (tiga) tahun sekali dalam rapat anggota dan dapat dipilih kembali
sebanyak-banyaknya 2 kali secara berturut-turut. Adapun rapat anggota
dilaksanakan 1 kali setahun.
Pengembangan sumber daya manusia seperti peningkatan kemampuan
pengurus tidak memiliki waktu pelaksanaan khusus, tetapi pengembangan sumber
daya manusia ini pernah dirasakan oleh P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh
Kecamatan Teluk Mengkudu melalui Tenaga Pendamping Petani (TPP). Tenaga
Pendamping Petani ini dilatih bagaimana sistem pemeliharaan jaringan irigasi
yang baik dan sosialisasi segala undang-undang yang mengatur pemberdayaan
Petani Pengguna Air (P3A) yang berlaku.
BENDAHARA SEKRETARIS
PELAKSANA TEKNIS (Ulu-ulu dan pembantu Ulu-ulu)
Ketua Blok PETANI ANGGOTA Ketua Blok
Adapun hak dan kewajiban dari pengurus P3A (ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara), Ulu-ulu dan anggota P3A adalah sebagai berikut:
a. Kewajiban Pengurus P3A
1. Memegang dan memlihara administrasi organisasi
2. Memungut iuran wajib dari anggota dan membayar upah ulu-ulu
3. Menyimpan hasil iuran
4. Menyampaikan perintah-perintah dari lembaga-lembaga pemerintah
5. Mengganti kerugian akibat kelalaian pengurus
6. Merencanakan, melaksanakan dan memelihara penyempurnaan bangunan
7. Bersama dengan ulu-ulu memecahkan kasus persengketaan dan bila tidak
terselesaikan diteruskan kepada Dinas Pengairan (PSDA)
8. Mengadakan rapat seuai dengan kebutuhan lapangan
9. Menyediakan dan memelihara sarana dan prasarana irigasi
b. Hak Pengurus P3A
1. Mendapatkan jasa sesuai dengan hasil musyarah dan rapat tahunan
2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan kepada anggota
c. Kewajiban Ulu-ulu
1. Mengawasi pembagian air secara adil, bijaksana dan merata kepada semua
anggota P3A
2. Membuat laporan luas lahan dan pertanaman yang dilaporkan kepada
pengurus P3A
3. Menjaga disiplin petani dalam menggunakan air
4. Mengarahkan anggota untuk menggunakan seefisien mungkin
d. Hak Ulu-ulu
1. Mendapatkan upah sesuai dengan musyarah dalam rapat anggota
2. Bebas dari semua iuran yang dibebankan kepada anggota
e. Kewajiban Anggota P3A
1. Memberikan dan menyerahkan iuran yang telah ditetapkan dalam rapat
anggota kepada pengurus P3A
f. Hak Anggota P3A
1. Setiap anggota berhak mendapatkan pelayanan yang adil dalam kebutuhan air
2. Berhak menyampaikan pengajuan kepada tingkatan yang lebih tinggi bila
merasa dirugikan atau haknya tidak terpenuhi dengan baik
3. Berhak memilih dan dipilih menjadi pengurus P3A
g. Jenis Iuran P3A
1. Iuran pokok yaitu sebesar Rp 5.000,- per anggota diberikan pada saat
mendaftar menjadi anggota P3A dan dapat diangsur dalam jangka 2 musim
tanam. Ini merupakan modal tetap yang akan dikembalikan kepada anggota
apabila keanggotaanya berakhir.
2. Iuran wajib yaitu gabah basah 3 Kg/rante per musim tanam yang telah
ditetapkan bersama dalam rapat anggota. Apabila terjadi kegagalan panen
yang telah disahkan oleh pengurus maka iuran wajib dapat dikurangi sesuai
dengan persentase kerusakan atau bahkan dibebaskan sama sekali.
3. Iuran khusus yaitu iuran yang dikumpulkan pada keadaan tertentu misalnya
kerusakan oleh alam dan pinjaman kepada salahsatu anggota yang mengalami
musibah dimana besarnya iuran ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan
5.1.1 Perkembangan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Selama 5 Tahun Terakhir
Perkumpulan Petani Pengguna Air di Desa Sei Buluh yaitu P3A Tirta Sari
merupakan P3A yang memberikan pasokan air ke setiap petak sawah petani di
Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk melihat perbandingan perkembangan Organisasi P3A di daerah
penelitian, berikut disajikan tabel perkembangan Organisasi P3A di Kabupaten
Serdang Bedagai Selama 5 tahun terkahir.
Tabel 14. Perkembangan Organisasi P3A di Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari periode tahun 2008-2009 sampai
dengan periode tahun 2012-2013 terjadi perkembangan jumlah P3A, jumlah
anggota dan perubahan status legalitas dari P3A yang ada di Kabupaten Serdang
Bedagai. Dilihat dari jumlah anggota P3A persentase perkembangan dari tahun
2008-2009 ke periode tahun 2010 adalah 0,06 %, dari periode tahun
2009-2010 ke periode tahun 2009-2010-2011 adalah 2,54 %, dari periode tahun 2009-2010-2011 ke
periode tahun 2011-2012 adalah 3,80 % dan dari periode tahun 2011-2012 ke
dikatakan bahwa perkembangan P3A di Kabupaten Serdang Bedagai selama 5
tahun terakhir mempunyai persentase rata-rata sebesar 2,05 % setiap tahun.
Untuk melihat perkembangan organisasi P3A Tirta Sari dalam 5 tahun
terakhir baik itu jumlah anggota, banyaknya iuran yang ditetapkan, dan
banyaknya rapat anggota yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Perkembangan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu tahun 2012
Tahun Jumlah Anggota
(KK)
Sumber : Induk Perkumpulan Petani Pengguna Air (IP3A) Serdang Bedagai, 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi perkembangan jumlah anggota
dan banyaknya iuran yang ditetapkan dari tahun ke tahun yang terjadi di P3A
Tirta Sari, Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang
Bedagai. Jika dilihat dari perkembangan jumlah anggota P3A dari periode tahun
2008-2009 sampai dengan periode tahun 2009-2010 terjadi perkembangan dengan
persentase 1,25 %. Dari periode tahun 2009-2010 sampai dengan periode tahun
2011 persentase perkembanganya sebesar 1,23 %, dari periode tahun
2010-2011 ke periode tahun 2010-2012 adalah 0,61 % dan dari periode tahun 2010-
2011-2012 ke periode tahun 2011-2012-2013 adalah 1,21 %. Dari penjelasan tersebut dapat
dikatakan bahwa perkembangan P3A di Desa Sei Buluh selama 5 tahun terakhir
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa persentase rata-rata
perkembangan P3A di Kabupaten Serdang selam 5 tahun terakhir adalah 2,05 %
dan persentase rata-rata perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh selama 5
tahun terakhir adalah 0,86 %. Berdasarkan perbandingan tersebut dimana
persentase perkembangan P3A selama 5 tahun terakhir di Kabupaten Serdang
Bedagai lebih besar dari persentase perkembangan P3A Tirta Sari di Desa Sei
Buluh maka dapat dikatakan bahwa P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh tidak
mengalami perkembangan selama 5 tahun terakhir. Dengan demikian bahwa
hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perkembangan P3A selama 5 tahun
terakhir di daerah penelitan tidak dapat diterima yang artinya H0 ditolak dan H1
diterima.
Kurang berkembangnya P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh yang ditinjau
dari jumlah anggota diakibatkan oleh beberapa hal yang terjadi di Desa Sei Buluh
dintaranya adalah sebagai berikut :
1. Petani lebih memilih P3A desa lain yang berada lebih strategis atau lebih
dekat dengan lahan berpengairan mereka seperti P3A yang ada di Desa Lubuk
Bayas dan Desa Sei Buluh Kecamatan Perbaungan.
2. Ketidakpercayaan sebagian petani terhadap organisasi P3A Tirta Sari sehingga
petani enggan masuk kedalam organisasi tersebut dan lebih memilih P3A lain
atau melakukan irigasi secara mandiri dan tradisional seperti tadah hujan dan
pompa air.
3. Ketidakcocokan antara petani dengan salahsatu pengurus organisasi P3A Tirta
Sari yang mengakibatkan petani lebih memilih P3A lain atau melakukan
5.1.2 Karakteristik Petani Anggota Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
Karakteristik petani anggota Organisasi P3A Tirta Sari yang ada di Desa
Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat
pada Tabel 16 berikut ini :
Tabel 16. Karakteristik Setiap Petani Sampel di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan umur petani anggota P3A Tirta
Sari berada dalam usia produktif yaitu 44,76 tahun. Usia yang produktif ini dapat
memacu petani untuk dapat meningkatkan produktivitas usahataninya. Luas lahan
petani anggota P3A Tirta Sari sudah termasuk dalam kategori sedang yaitu
dengan rataan 0,59 Ha. Dengan luas lahan yang dimiliki petani di daerah
penelitian memungkinkan petani untuk dapat meningkatkan pendapatan untuk
dapat mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pendidikan formal petani
dengan rataan 9,46 tahun sudah masuk dalam kategori yang tinggi mengingat
program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun. Hal ini menandakan bahwa
pendidikan petani di daerah penelitian sudah termasuk tinggi. Dengan tingkat
pendidikan petani seperti ini maka dapat dikatakan bahwa petani di daerah
penelitian sudah dapat mengadaptasi sikap dalam perkembangan pertanian.
Jumlah tanggungan dengan rataan 3 jiwa merupakan jumlah tanggungan
yang tergolong sedang. Dengan jumlah tanggungan tersebut memacu petani untuk
mempertahankan atau bahkan lebih lagi meningkatkan produktivitasnya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
Lama keanggotaan petani di daerah penelitian dengan rataan 6,23 tahun
sudah tergolong lama. Hal ini menunjukkan bahwa keanggotaan organisasi P3A
Tirta Sari sudah mengerti dam mengetahui dengan dalam mengenai program kerja
dan hasil dari program kerja yang ada yang nantinya akan mempengaruhi sikap
petani anggota terhadap organisasi P3A.
Dari uraian dan tabel diatas maka dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan karakteristik dari setiap petani anggota P3A di daerah penelitian.
karakteristik dari setiap anggota P3A di daerah penelitian dapat diterima yang
berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
5.1.3 Kinerja Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di P3A Tirta Sari Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai kinerja organisasi yang ada di daerah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini :
Tabel 17. Kinerja Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
No Kategori Kinerja Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Tinggi 20 66,67
2 Sedang 10 33,33
3 Rendah 0 0
Total 30 100,00
Sumber : Data diolah dari lampiran 19
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya perbedaan pandangan
dan pendapat petani anggota organisasi P3A di daerah penelitian terhadap kinerja
organisasi P3A. Untuk kategori dengan kinerja tinggi petani anggota organisasi di
daerah penelitian setuju dengan jumlah 20 jiwa dengan persentase 66,67 %. Untuk
kategori dengan kinerja rendah petani anggota di daerah penelitian setuju dengan
jumlah petani 10 jiwa dengan persentase 33,33 %. Sedangkan untuk kategori
dengan kinerja rendah petani di daerah penelitian yang setuju adalah 0 jiwa
dengan persentase 0 %.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi di daerah
penelitian adalah tinggi. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
kinerja organisasi P3A di daerah penelitian adalah tinggi dengan mencapai target
ditolak. Berikut adalah rencana kerja yang telah ditetapkan dan pelaksanaanya
oleh organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh :
Tabel 18. Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu pada Tahun 2012
No Jenis Kegiatan Waktu
Pelaksanaan Keterangan
1 Pertemuan/rapat antara pengurus dengan anggota yang membahas permasalahan dan kebijakan yang akan diambil dalam pengelolaan irigasi
1 x 3 bulan Dilaksanakan
2 Pertemuan organisasi P3A dengan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten dan pihal lain yang membahas tentang kerjasama pengelolaan irigasi
1 x 4 bulan Dilaksanakan
3 Pengembangan Sumber Daya Manusia seperti peningkatan kemampuan pengurus
Tidak ditentukan Dilaksanakan 4 Mengadakan Rapat Anggota dan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban
1 x 12 tahun Dilaksanakan 5 Melaksanakan pola tanam, pemupukan, dan
membantu pemberantasan hama penyakit pada usahatani anggota
2 x 12 bulan Dilaksanakan
6 Mengajukan permohonan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah atau pihak lain
Tidak ditentukan Dilaksanakan 7 Mengadakan pemungutan iuran pengairan
irigasi guna pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
2 x 12 bulan Dilaksanakan
8 Pengamanan pintu air dari gangguan binatang liar atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab
Tidak ditentukan Dilaksanakan
9 Mengatur pembagian, penyaluran, penggunaan dan pembuangan kelebihan air irigasi
2 x 12 bulan Dilaksanakan
10 Melakukan rehabilitasi dan peningkatan kualitas jaringan irigasi
Tidak ditentukan Dilaksanakan 11 Memberikan sanksi kepada pengurus atau
petani anggota yang melanggar peraturan yang tertera di AD/ADRT
Tidak ditentukan Dilaksanakan
12 Melaksanakan gotong royong dan pembangunan secara swadaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi
1 x 2 bulan Dilaksanakan
13 Pengadaan penyuluhan, pengarahan dan tata cara penggunaan dan pembuangan sisa jumlah air irigasi yang disalurkan ke setiap petak petani anggota
2 x 12 bulan Dilaksanakan
14 Melakukan pengawasan penggunaan jumlah air yang disalurkan ke setiap petak sawah petani anggota P3A.
Tidak ditentukan Dilaksanakan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 14 jenis kegiatan yang
direncanakan oleh organisasi P3A Tirta Sari, semuanya telah dilakukan dan
dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
pelaksanaan kegiatan organisasi P3A yang telah disepakati bersama telah berjalan
dengan baik.
5.1.4 Sikap Petani Anggota Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
Sikap petani terhadap organisasi P3A dilihat dari bagaimana respon petani
terhadap organisasi P3A pada saat organisasi ini telah berdiri, apakah setelah
organisasi ini terbentuk petani anggota akan memberikan respon yang positif atau
bahkan respon yang negatif.
Sikap petani terhadap organisasi P3A dapat diperoleh dari tanggapan
responden terhadap setiap pernyataan yang diberikan dalam bentuk kuisioner
dalam setiap kategori yang tersedia. Dengan jumlah responden sebanyak 30
responden diperoleh hasil seperti yang dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini :
Tabel 19. Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
No Kategori Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Positif 17 56,67
2 Negatif 13 43,33
Total 30 100,00
Sumber : Data diolah dari lampiran 11
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap petani anggota terhadap
organisasi P3A Tirta Sari yang positif adalah 17 petani anggota dengan persentase
56,66 % dan sikap petani anggota yang negatif adalah 13 petani dengan
persentase 43,33 %. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa sikap
demikian hipotesis yang menyatakan bahwa sikap petani terhadap organisasi P3A
di daerah penelitian adalah positif dapat diterima yang berarti H0 diterima dan H1
ditolak.
Organisasi P3A Tirta Sari sebagai salah satu organisasi pertanian yang
bertugas dalam penyediaan air irigasi dianggap vital dan mempunyai peranan
penting dalam memberikan kesuksesan dan peningkatan produksi dalam usahatani
padi sawah milik petani anggota. Anggapan ini yang mengakibatkan sikap dan
pendapat petani anggota menjadi positif terhadap organisasi P3A di daerah
penelitian. Sikap positif petani anggota organisasi selanjutnya akan dijadikan
sebagai pedoman dalam penyusunan rencana kegiatan organisasi dalam satu
musim kedepannya. Hal ini akan menentukan apakah rencana kegiatan organisasi
yang lama yang dianggap sudah optimal dapat dilanjutkan dan bahkan
ditingkatkan pelaksanaanya. Sedangkan untuk rencana kegiatan yang dianggap
kurang optimal oleh petani anggota dapat dievaluasi kembali dan dilakukan
perubahan untuk meningkatkan perananya dalam meningkatkan produktivitas
padi sawah petani anggota organisasi.
Disamping itu terdapat beberapa alasan mengapa sikap petani anggota
terhadap organisasi P3A di daerah penelitian mendapatkan respon positif yaitu :
1. Hubungan yang harmonis antara petani anggota dengan pengurus organisasi
P3A di daerah penelitian berjalan dengan baik
2. Kebutuhan petani anggota akan ketersediaan air untuk setiap petak sawah
yang dibudidayakan terpenuhi dengan baik
3. Optimalnya para pengurus organisasi di daerah penelitian dalam
menyebabkan respon petani anggota terhadap organisasi P3A di daerah
penelitian menjadi positif
4. Penyaluran jumlah air kepada setiap petak sawah milik petani anggota
dilakukan dengan adil sesuai dengan kebutuhanya dan disalurkan tepat pada
waktunya
5. Kesediaan para pengurus organisasi dalam menerima pendapat dan ide yang
diberikan oleh petani anggota menjadi salahsatu faktor mengapa petani
anggota memberikan respon yang positif terhadap organisasi P3A di daerah
penelitian
6. Kinerja pengurus organisasi P3A di daerah penelitian yang optimal baik dari
perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pengawasan kegiatan
organisasi mengakibatkan peningkatan produktivitas usahatani padi sawah
milik petani anggota mengakibatkan respon dan sikap positif petani anggota
terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Disamping itu organisasi P3A di
daerah penelitian juga menyalurkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah
ataupun pihak lain kepada petani anggota secara adil dan merata.
Namun disamping itu ada beberapa petani anggota memberikan respon
yang negatif terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Petani anggota
memberikan respon negatif terhadap beberapa kebijakan yang diambil organisasi
P3A di daerah penelitian seperti iuran wajib yang terlalu tinggi, kualitas air yang
kurang bersih dan banyak mengandung hama dan sisa-sisa makhluk hidup yang
dapat mengganggu pertumbuhan padi sawah dan adanya kepentingan-kepentingan
tertentu yang memanfaatkan organisasi P3A di daerah penelitian untuk
5.1.5 Hubungan Karakteristik Petani Anggota Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai
5.1.5.1Hubungan Antara Umur Dengan Sikap Petani Anggota
Terhadap Organisasi P3A
Kegiatan usahatani padi sawah di Desa Sei Buluh dilakukan oleh petani
dari berbagai golongan umur, dari umur petani tersebut diduga memiliki
hubungan terhadap sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian apakah umur memiliki hubungan yang positif
atau hubungan yang negatif dengan sikap petani terhadap organisasi P3A didaerah
penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini :
Tabel 20. Hubungan Umur Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu
No Umur (tahun) Sikap Jumlah
Positif Negatif
1 30 – 46 6 (20,00 %) 9 (30,00 %) 15 (50,00 %) 2 47 – 63 11 (36,67 %) 4 (13,33 %) 15 (50.00 %)
Total 17 (56,67 %) 13 (43,33 %) 30 (100 %)
Sumber : Data diolah dari lampiran 5,11,12
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia 30 – 46 tahun
ada 6 petani (20,00 %) bersikap positif dan 9 petani (30,00 %) petani yang
bersikap negatif terhadap organisasi P3A di daerah penelitian. Sedangkan pada
kelompok usia 47 – 63 tahun terdapat 11 petani (56,67 %) memiliki sikap positif
dan 4 petani (13,33) bersikap negatif terhadap oranisasi P3A di daerah penelitian.
Dapat dikatakan bahwa dengan bertambahnya umur petani anggota maka sikap
petani terhadap organisasi P3A akan semakin positif.
Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data primer pada lampiran 12
signifikansi 0,047. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi (0,047) < α (0,05). Berdasarkan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara umur dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah
signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara umur petani dengan sikap petani terhadap organisasi P3A di
daerah penelitian dapat diterima yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Hubungan yang dimaksud antara umur petani dengan sikap petani terhadap
organisasi P3A di daerah penelitian adalah hubungan yang positif. Hal ini dapat
dilihat dari nilai koefisien korelasi yang bernilai positif (0,323) dan didukung
dengan data pada Tabel 20 yang menjelaskan bahwa semakin tinggi umur petani
anggota maka sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian akan
semakin positif.
5.1.5.2Hubungan Antara Luas Lahan Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Luas lahan merupakan salah satu faktor ekonomi yang diduga memiliki
hubungan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A, apakah dengan semakin
luas lahan petani maka sikap petani menjadi positif atau justru sebaliknya. Untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan luas lahan yang dikelola petani dengan sikap
petani terhadap organisasi P3A dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini :
Tabel 21. Hubungan Luas Lahan Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A Tirta Sari di Kecamatan Teluk Mengkudu
No Luas lahan (Ha) Sikap Jumlah
Positif Negatif
1 0,12 – 0,40 7 (23,33 %) 8 (26,67 %) 15 (50,00 %) 2 0,44 – 1,76 10 (33,34 %) 5 (16,66 %) 15 (50,00 %)
Total 17 (56,67 %) 13 (43,33 %) 30 (100 %)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada luas lahan 0,12 – 0,40
Ha terdapat 7 petani (23,33 %) petani yang memiliki sikap positif dan 8 petani
(26,67 %) memiliki sikap negatif. Sedangkan pada luas lahan 0,44 – 1,76 Ha
terdapat 10 petani (33,34 %) yang memiliki sikap positif dan 5 petani (16,66 %)
yang memiliki sikap negatif.
Dari hasil penelitian berdasarkan analisis data primer pada lampiran 13
diperoleh koefisien korelasi Rank Spearman (rs) = 0,455 dengan tingkat
signifikansi 0,012. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa tingkat
signifikansi (0,012) < α (0,05). Berdasarkan kriteria ini dapat dikatakan bahwa
hubungan antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah
signifikan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya hubungan
antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah
penelitian dapat diterima yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hubungan yang
dimaksud antara luas lahan dengan sikap petani terhadap organisasi P3A adalah
hubungan yang positif. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang
bernilai positif (0,455) dan didukung dengan data yang ada pada Tabel 21 yang
menjelaskan bahwa semakin tinggi luas lahan yang dimiliki oleh petani anggota
maka sikap petani terhadap organisasi P3A di daerah penelitian akan semakin
positif.
5.1.5.3Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Formal Petani Dengan Sikap Petani Terhadap Organisasi P3A
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya pendidikan
formal yang diterima oleh petani dan diduga bahwa tingkat pendidikan memiliki